makalah sejarah tentang perlawanan kerajaan demak terhadap portugis
Post on 14-Jan-2017
14.313 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS SEJARAHPERLAWANAN KERAJAAN DEMAK TERHADAP KERAJAAN PORTUGIS
Kelompok 5:
1. Binar Satria Hartono (04)2. Furry Ratna Damayanti (10)3. Renna Indah Wiyarna (26)4. Safira Nur Rahma (28)5. Siska Winanda (29)6. Yusril Ihza Yahya (34)
Kelas X MIA 4SMAN 2 TRENGGALEK
TAHUN PELAJARAN2014/2015
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya Makalah Mata pelajaran SEJARAH ini. Makalah yang kami buat ini berjudul ”PERLAWANAN KERAJAAN DEMAK TERHADAP KERAJAAN PORTUGIS”
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu pembimbing yang telah memberi tugas pada kami sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orangtua dan teman-teman, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran untuk teman-teman yang lain. Tiada Gading Yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini, masih jauh dari sempurna. oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah kami.
Trenggalek, 31 Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
1. Halaman Sampul....................................................................................12. Kata Pengantar.......................................................................................23. Daftar isi.................................................................................................34. BAB I
Pendahuluan...........................................................................................4A. Tujuan...............................................................................................4
5. BAB IIDasar teori..............................................................................................5
6. BAB IIIPembahasan............................................................................................6a. Reaksi Kerajaan Demak terhadap Portugis…………………………6b. Strategi penyerangan demak terhadap portugis di
Malaka………...................................................................................6c. Upaya dalam melawan kolonialisme portugis………………………………. 8d. Perlawanan Kerajaan Demak Terhadap Portugis…………………..9
7. BAB IVPenutup..................................................................................................19a. Kesimpulan.......................................................................................19b. Usul dan Saran..................................................................................19
8. Lampiran...............................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh guru kami. Materi yang akan kami bahas dalam makalah ini bisa dilihat pada judul yaitu “Perlawanan Kerajaan Demak Terhadap Kerajaan Portugis”. Itu merupakan salah sub bab pertama pada kelas XI semester gasal ini.
A. TUJUAN 1. Memenuhi tugas awal semester gasal2. Mencari dan memahami sub bab ini3. Mengasah kemampuan dan kekompakan dalam mengerjakan
tugas kelompok4. Meningkatkan kreatifitas dalam mengolah makalah sebaik
mungkin
BAB II
DASAR TEORI
Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam yang pertama di pulau Jawa. Kerajaan Demak berdiri sekitar abad ke 15M. Pendiri kerajaan ini adalah Raden Patah, seorang putra raja Majapahit. Kertawijaya yang menikah dengan Putri Campa. Secara Geografis Demak terletak di Jawa Tengah.
Pada masa kerajaan Majapahit, Demak merupakan salah satu wilayah kekuasaannya. Ketika kerajaan Majapahit mengalami kehancuran akibat perang saudara tahun 1478, Demak bangkit menjadi kerajaan islam yang pertama di Pulau Jawa. Candrasangkala pada Masjid Demak menyatakan bahwa 1403 Saka (1481) sebagai tarikh kerajaan Demak.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Reaksi Kerajaan Demak terhadap Portugis
Ketika berkuasa di Malaka pada tahun 1511, Kerajaan Demak mengirimkan pasukannya untuk mengusir Portugis. Pasukan Demak itu dipimpin oleh Pati Unus dengan dibantu oleh armada dari Aceh. Usaha mengusir Portugis di Malaka ini mengalami kegagalan karena kalah persenjataan dan kekuatan pasukan. Perlawanan Demak terhadap Portugis dilanjutkan oleh Sultan Trenggono. Sultan Trenggono berjuang untuk membendung kekuatan Portugis agar tidak sampai masuk Pulau Jawa. Cara yang ditempuh oleh Sultan Trenggono adalah dengan menguasai daerah-daerah di Jawa. Namun, sebelum berhasil menguasai Jawa Barat, Portugis sudah lebih dahulu membuat perjanjian dengan Kerajaan Pajajaran. Portugis diizinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1527 Sunda Kelapa dapat direbut oleh Fatahillah, menantu Sultan Trenggono. Oleh karena keberhasilan Fatahillah, nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan sempurna. Demak berhasil mencegah masuknya pengaruh Portugis di Jawa Barat, tetapi gagal mencegah hubungan dagang Portugis di daerah Jawa Timur. Bahkan, Sultan Trenggono wafat pada saat memimpin pasukan Demak ke Jawa Timur.
B.Strategi Penyerangan Demak terhadap Portugis di Malaka
Sejak tahun 1509, Pati Unus, raja Demak, sudah merancang rencana untuk menguasai Malaka. Saat itu Malaka berada di bawah kekuasaan Kesultanan Malaka. Dengan kata lain, perlu dicatat bahwa serangan Demak ke Malaka jelas bukanlah sebuah serangan anti-kekuasaan asing, tetapi sebuah invasi imperialis. Tahun 1511, Alfonso D'Alburquerque, Laksamana armada Portugis, mendahului Pati Unus dengan menaklukkan Malaka. Sultan Malaka Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan.
Pati Unus sangat mengerti bahwa kekuatan utama Portugis adalah pada armada lautnya. Portugis memiliki kapal yang kuat, bahkan lebih kuat dibandingkan dengan kapal Majapahit. Selain itu, Portugis sudah menggunakan meriam yang dipasang di masing - masing kapal di
mana pada waktu itu meriam adalah senjata pamungkas yang tidak bisa ditandingi oleh senjata apapun.
Oleh karena itu, langkah pertama Pati Unus adalah menghidupkan kembali kekuatan armada Majapahit yang tertidur lama pada saat masa - masa perebutan kekuasaan. Kapal - kapal baru tersebut juga dilengkapi dengan Cetbang, yaitu meriam api, di mana kapal dan cetbang juga merupakan kekuatan andalan Armada Majapahit. Pusat produksi kapal-kapal ini adalah Semarang, gerbang masuk Demak, dengan bantuan orang-orang Tionghoa lokal.
Selanjutnya Pati Unus menghimpun kekuatan - kekuatan nusantara untuk membentuk armada gabungan dengan satu tujuan, mengusir Portugis dari Malaka. Ia juga meminta bantuan orang-orang Jawa yang ada di Malaya untuk jadi agen dalam di Malaka. Tetapi ternyata, ketika Pati Unus terlanjur berangkat ke Malaka,orang-orang Jawa ini terlanjur dipergoki Portugis dan melarikan diri ke Cirebon. Pati Unus pun bertempur tanpa bantuan mata-mata dan agen dalam - kapal-kapalnya dengan mudah diremuk meriam-meriam yang ditodongkan ke laut di Benteng Portugis di Malaka.
Dikuasainya Malaka pada tahun 1511 oleh orang-orang Portugis merupakan ancaman tersendiri bagi Kerajaan Demak. Pada tahun 1512, Kerajaan Demak di bawah pimpinan Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor) dengan bantuan Kerajaan Aceh menyerang Portugis di Malaka. Namun, serbuan Demak tersebut mengalami kegagalan. Penyerangan dilakukan sekali lagi bersama Aceh dan Kerajaan Johor, tetapi tetap berhasil dipatahkan oleh Portugis. Perjuangan Kerajaan Demak terhadap orang-orang Portugis tidak berheti sampai di situ. Kerajaan Demak selalu menyerang dan membinasakan setiap kapal dagang Portugis yang melewati jalur Laut Jawa. Karena itulah kapal dagang Portugis yang membawa rempah-rempah dari Maluku (Ambon) tidak melalui Laut Jawa, tetapi melalui Kalimantan Utara.
Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan dengan ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahilah pada tahun 1527. Penaklukkan Pajajaran ini disebabkan Kerajaan Pajajaran mengadakan perjanjian perdagangan dengan Portugis, sehingga Portugis diperbolehkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa. Ketika orang-orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa (sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak di bawah pimpinan Fatahilah dengan tentara Portugis. Dalam peperangan itu, orang-orang Portugis berhasil dipukul mundur. Kemudian, pelabuhan Sunda Kelapa diganti namanya oleh Fatahilah menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna.
C. UPAYA DEMAK DALAM MELAWAN KOLONIALISME PORTUGIS
Serangan Kerajaan Demak terhadap Portugis di Malaka Dikuasainya Malaka pada tahun 1511 oleh orang-orang Portugis merupakan ancaman tersendiri bagi Kerajaan Demak. Pada tahun 1512, Kerajaan Demak di bawah pimpinan Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor) dengan bantuan Kerajaan Aceh menyerang Portugis di Malaka. Namun, serbuan Demak tersebut mengalami kegagalan. Penyerangan dilakukan sekali lagi bersama Aceh dan Kerajaan Johor, tetapi tetap berhasil dipatahkan oleh Portugis. Perjuangan Kerajaan Demak terhadap orang-orang Portugis tidak berheti sampai di situ. Kerajaan Demak selalu menyerang dan membinasakan setiap kapal dagang Portugis yang melewati jalur Laut Jawa. Karena itulah kapal dagang Portugis yang membawa rempah-rempah dari Maluku (Ambon) tidak melalui Laut Jawa, tetapi melalui Kalimantan Utara. Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan dengan ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahilah pada tahun 1527. Penaklukkan Pajajaran ini disebabkan Kerajaan Pajajaran mengadakan perjanjian perdagangan dengan Portugis, sehingga Portugis diperbolehkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
Ketika orang-orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa (sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak di bawah pimpinan Fatahilah dengan tentara Portugis. Dalam peperangan itu, orang-orang Portugis berhasil dipukul mundur. Kemudian, pelabuhan Sunda Kelapa diganti namanya oleh Fatahilah menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna. Meskipun Kerajaan Demak berhasil membendung masuknya pengaruh Portugis di Jawa Barat, tetapi gagal ketika mencegah hubungan dagang antara Portugis dengan kerajaan-kerajaan Hindu di daerah Jawa Timur.
D. Perlawanan Kerajaan Demak Terhadap Portugis
Perlawanaan yang dilakukan oleh kerajaan Demak terhadap Portugis
Demak sebelumnya merupakan daerah yang dikenal dengan nama Bintoro
atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit.
Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja
Brawijaya V (Bhre Kertabumi) raja Majapahit.
Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai
kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan
bagi Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap
Majapahit.
Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di
pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah. Kerajaan Demak secara geografis
terletak di Jawa Tengah dengan pusat
pemerintahannya di daerah Bintoro di muara sungai, yang dikelilingi oleh daerah
rawa yang luas di perairan Laut Muria. (sekarang Laut Muria sudah merupakan
dataran rendah yang dialiri sungai Lusi).
Bintoro sebagai pusat kerajaan Demak terletak antara Bergola dan Jepara, di mana
Bergola adalah pelabuhan yang penting pada masa berlangsungnya kerajaan Mataram
(Wangsa Syailendra), sedangkan Jepara akhirnya berkembang sebagai pelabuhan
yang penting bagi kerajaan Demak.
Lokasi kerajaan Demak yang strategis untuk perdagangan nasional, karena menghubungkan perdagangan antara Indonesia bagian Barat dengan Indonesia bagian Timur, serta keadaan Majapahit yang sudah hancur, maka Demak berkembang sebagai kerajaan besar di pulau Jawa, dengan rajanya yang pertama yaitu Raden Patah. Ia bergelar Sultan Alam Akbar al-Fatah (1500-1518).Pada masa pemerintahannya Demak memiliki peranan yang penting dalam rangka
penyebaran agama Islam khususnya di pulau Jawa, karena Demak berhasil menggantikan peranan Malaka, setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis 1511.Kehadiran Portugis di Malaka merupakan ancaman bagi Demak di pulau Jawa. Untuk mengatasi keadaan tersebut maka pada tahun 1513 Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka, yang dipimpin oleh Adipati Unus atau terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. Serangan Demak terhadap Portugis walaupun mengalami kegagalan namun Demak tetap berusaha membendung masuknya Portugis ke pulau Jawa. Pada masa pemerintahan Adipati Unus (1518 ? 1521), Demak melakukan blokade pengiriman beras ke Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.Puncak kebesaran Demak terjadi pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521 ? 1546), karena pada masa pemerintahannya Demak memiliki daerah kekuasaan yang luas dari Jawa Barat sampai Jawa Timur.
Setelah Anda mengamati gambar peta kekuasaan Demak tersebut, yang perlu Anda
ketahui bahwa daerah kekuasaan tersebut berhasil dikembangkan antara lain karena Sultan
Trenggono melakukan penyerangan terhadap daerah-daerah kerajaan-kerajaan Hindu yang
mengadakan hubungan dengan Portugis seperti Sunda Kelapa (Pajajaran) dan Blambangan.
Penyerangan terhadap Sunda Kelapa yang dikuasai oleh Pajajaran disebabkan karena adanya
perjanjian antara raja Pakuan penguasa Pajajaran dengan Portugis yang diperkuat dengan
pembuatan tugu peringatan yang disebut Padrao. Isi dari Padrao tersebut adalah Portugis
diperbolehkan mendirikan Benteng di Sunda Kelapa dan Portugis juga akan mendapatkan
rempah-rempah dari Pajajaran.
Sebelum Benteng tersebut dibangun oleh Portugis, tahun 1526 Demak mengirimkan
pasukannya menyerang Sunda Kelapa, di bawah pimpinan Fatahillah. Dengan penyerangan
tersebut maka tentara Portugis dapat dipukul mundur ke Teluk Jakarta.
Gb. Mesjid Demak yang diambil pada th. 1810
Kemenangan gemilang Fatahillah merebut Sunda Kelapa tepat tanggal 22 Juni 1527
diperingati dengan pergantian nama menjadi Jayakarta yang berarti Kemenangan Abadi.
Sedangkan penyerangan terhadap Blambangan (Hindu) dilakukan pada tahun 1546, di mana
pasukan Demak di bawah pimpinan Sultan Trenggono yang dibantu oleh Fatahillah, tetapi
sebelum Blambangan berhasil direbut Sultan Trenggono meninggal di Pasuruan.
Dengan meninggalnya Sultan Trenggono, maka terjadilah perebutan kekuasaan antara
Pangeran Sekar Sedolepen (saudara Trenggono) dengan Sunan Prawoto (putra Trenggono)
dan Arya Penangsang (putra Sekar Sedolepen).
Perang saudara tersebut diakhiri oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yang dibantu oleh
Ki Ageng Pemanahan, sehingga pada tahun 1568 Pangeran Hadiwijaya memindahkan pusat
pemerintahan Demak ke Pajang. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Demak dan hal ini
juga berarti bergesernya pusat pemerintahan dari pesisir ke pedalaman.
Dari penjelasan tersebut, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak uraian
materi selanjutnya.
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya, bahwa letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak berkembang sebagai kerajaan maritim.Dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat. Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang. Dan hal ini juga didukung oleh penguasaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.
Letak Geografis Kerajaan Demak
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada awal
kemunculannya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para bupati daerah pesisir Jawa
Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam. Wilayah Kerajaan Demak pada
awalnya hanya sebuah bawahan Kerajaan Majapahit, kemudian berkembang hingga
mencapai Banten di Barat dan Pasuruan di Timur. Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang
pada masa itu masih dapat dilayari dari laut dan dinamakan Bintara (dibaca "Bintoro" dalam
bahasa Jawa), saat ini telah menjadi kota
Demak di Jawa Tengah. Periode ketika beribukota di sana kadang-kadang dikenal sebagai "Demak Bintara". Pada masa sultan ke-4 ibukota dipindahkan ke Prawata.
peta kerajaan Demak
Gambaran Kehidupan Politik Pemerintahan dari Kerajaan Demak
A. Raden Patah (1500-1518)
Raden Patah adalah pendiri dan sultan pertama dari kerajaan Demak yang
memerintah tahun 1500-1518 (Muljana: 2005). Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah
adalah putra prabu Brawijaya raja terakhir. Di ceritakan prabu Brawijaya selain kawin
dengan Ni Endang Sasmitapura, juga kawin dengan putri cina dan putri campa. Karena Ratu
Dwarawati sang permaisuri yang berasal dari Campa merasa cemburu, prabu Brawijaya
terpaksa memberikan putri Cina kepada putra sulungnya, yaitu Arya Damar bupati
Palembang. Setelah melahirkan Raden Patah, setelah itu putri Cina dinikahi Arya Damar, dan
melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Raden Kusen. Demikianlah Raden Patah
dan Raden Kusen adalah saudara sekandung berlainan bapak.( Muljana: 2005). Menurut
kronik Cina dari kuil Sam Po Kong, nama panggilan waktu Raden Patah masih muda adalah
Jin Bun, putra Kung-ta-bu-mi (alias Bhre Kertabhumi) atau disebut juga prabu Brawijaya V
dari selir Cina.
Abad Tanah Jawi menyebutkan, Raden Patah dan Raden Kusen menolak untuk
menuruti kehendak orang tuanya untuk menggantikan ayahnya sebagai adipati di Palembang.
Mereka lolos dari keraton menuju Jawa dengan menumpang kapal dagang. Mereka berdua
mendarat di Surabaya, lalu menjadi santri pada Sunan Ngampel.( Muljana: 2005). Raden
Patah tetap tinggal di Ngampel Denta, kemudian dipungut sebagai menantu Sunan Ngampel,
dikawinkan dengan cucu perempuan, anak sulung Nyai Gede Waloka. Raden Kusen
kemudian mengabdi pada prabu Brawijaya di Majapahit. Raden Kusen diangkat menjadi
adipati Terung, sedangkan Raden Patah pindah ke Jawa Tengah, di situ ia membuka hutan
Glagahwangi atau hutan Bintara menjadi sebuah pesantren dan Raden Patah menjadi ulama
di Bintara dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitarnya. Makin lama Pesantren
Glagahwangi semakin maju. Prabu Brawijaya di Majapahit khawatir kalau Raden Patah
berniat memberontak. Raden Kusen yang kala itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung
diperintah untuk memanggil Raden Patah. Raden Kusen menghadapkan Raden Patah ke
Majapahit. Brawijaya merasa terkesan dan akhirnya mau mengakui Raden Patah sebagai
putranya. Raden Patah pun diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi diganti nama
menjadi Demak, dengan ibu kota bernama Bintara.
Menurut kronik Cina, Jin Bun alias Raden Patah pindah dari Surabaya ke Demak
tahun 1475. Kemudian ia menaklukkan Semarang tahun 1477 sebagai bawahan Demak. Hal
itu membuat Kung-ta-bu-mi di Majapahit resah. Namun, berkat bujukan Bong Swi Hoo (alias
Sunan Ampel), Kung-ta-bu-mi bersedia mengakui Jin Bun sebagai anak, dan meresmikan
kedudukannya sebagai bupati di Bing-to-lo atau Bintara ( Muljana: 2005).
Dalam waktu yang singkat, di bawah kepemimpinan Raden Patah, lebih-lebih oleh
karena jatuhnya Malaka ke tangan portugis dalam tahun 1511, Demak mencapai puncak
kejayaannya. Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Demak berhasil dalam berbagai
bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan islam dan
pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama antara ulama dan umara
(penguasa). ( Muljana: 2005 ). Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan
kerajaan dapat dilihat ketika ia menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta
Majapahit (1478), hingga dapat menggambil alih kekuasaan majapahit. Selain itu, Raden
Patah juga mengadakan perlawan terhada portugis, yang telah menduduki malaka dan ingin
mengganggu demak. Ia mengutus pasukan di bawah pimpinan putranya, Pati Unus atau
Adipati Yunus atau Pangeran Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal. Perjuangan Raden
Patah kemudian dilanjutkan oleh Pati Unus yang menggantikan ayahnya pada tahun 1518.
Dalam bidang dakwah islam dan pengembangannya, Raden patah mencoba menerapkan
hukum islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan
mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung Demak.
Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh walisanga.
B. Adipati Unus (1518 - 1521)
Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya yaitu Pati Unus.
Pati Unus terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin
perlawanan terhadap Portugis di Malaka. Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan
julukan Pangeran Sabrang lor. ( Soekmono: 1973). Tome Pires dalam bukunya Suma
Oriental menceritakan asal-usul dan pengalaman Pate Unus. Dikatakan bahwa nenek Pate
Unus berasal dari Kalimantan Barat Daya. Ia merantau ke Malaka dan kawin dengan wanita
Melayu. Dari perkawinan itu lahir ayah Pate Unus, ayah Pate Unus kemudian kembali ke
Jawa dan menjadi penguasa di Jepara. ( Muljana: 2005 ). Setelah dewasa beliau diambil
mantu oleh Raden Patah yang telah menjadi Sultan Demak I. Dari Pernikahan dengan putri
Raden Patah, Adipati Unus resmi diangkat menjadi Adipati wilayah Jepara (tempat kelahiran
beliau sendiri). Karena ayahanda beliau (Raden Yunus) lebih dulu dikenal masyarakat, maka
Raden Abdul Qadir lebih lebih sering dipanggil sebagai Adipati bin Yunus (atau putra
Yunus). Kemudian hari banyak orang memanggil beliau dengan yang lebih mudah Pati Unus.
Tahun 1512 giliran Samudra Pasai yang jatuh ke tangan Portugis ( Muljana: 2005 ).
Hal ini membuat tugas Pati Unus sebagai Panglima Armada Islam tanah jawa semakin
mendesak untuk segera dilaksanakan. Maka tahun 1513 dikirim armada kecil, ekspedisi Jihad
I yang mencoba mendesak masuk benteng Portugis di Malaka gagal dan balik kembali ke
tanah Jawa. Kegagalan ini karena kurang persiapan menjadi pelajaran berharga untuk
membuat persiapan yang lebih baik. Maka direncanakanlah pembangunan armada besar
sebanyak 375 kapal perang di tanah Gowa, Sulawesi yang masyarakatnya sudah terkenal
dalam pembuatan kapal. Di tahun 1518 Raden Patah, Sultan Demak I bergelar Alam Akbar
Al Fattah mangkat, beliau berwasiat supaya mantu beliau Pati Unus diangkat menjadi Sultan
Demak berikutnya. Maka diangkatlah Pati Unus atau Raden Abdul Qadir bin Yunus.
Armada perang Islam siap berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat
pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Armada perang yang
sangat besar untuk ukuran dulu bahkan sekarang. Dipimpin langsung oleh Pati Unus bergelar
Senapati Sarjawala yang telah menjadi Sultan Demak II. Dari sini sejarah keluarga beliau
akan berubah, sejarah kesultanan Demak akan berubah dan sejarah tanah Jawa akan
berubah.Kapal yang ditumpangi Pati Unus terkena peluru meriam ketika akan menurunkan
perahu untuk merapat ke pantai. Ia gugur sebagai Syahid karena kewajiban membela sesama
Muslim yang tertindas penjajah (Portugis) yang bernafsu memonopoli perdagangan rempah-
rempah.
Sedangkan Pati Unus, Sultan Demak II yang gugur kemudian disebut masyarakat
dengan gelar Pangeran Sabrang Lor atau Pangeran (yang gugur) di seberang utara. Pimpinan
Armada Gabungan Kesultanan Banten, Demak dan Cirebon segera diambil alih oleh
Fadhlullah Khan yang oleh Portugis disebut Falthehan, dan belakangan disebut Fatahillah
setelah mengusir Portugis dari Sunda Kelapa 1527. Di ambil alih oleh Fadhlullah Khan
adalah atas inisiatif Sunan Gunung Jati yang sekaligus menjadi mertua karena putri beliau
yang menjadi janda Sabrang Lor dinikahkan dengan Fadhlullah Khan.
C. Sultan Trenggono (1521 - 1546)
Sultan Trenggono adalah Sultan Demak yang ketiga, beliau memerintah Demak dari
tahun 1521-1546 M. ( Badrika: 2006 ). Sultan Trenggono adalah putra Raden Patah pendiri
Demak yang lahir dari permaisuri Ratu Asyikah putri Sunan Ampel ( Muljana: 2005 ).
Menurut Suma Oriental, ia dilahirkan sekitar tahun 1483. Ia merupakan adik kandung
Pangeran Sabrang Lor, raja Demak sebelumnya (versi Serat Kanda). Sultan Trenggono
memiliki beberapa orang putra dan putri. Diantaranya yang paling terkenal ialah Sunan
Prawoto yang menjadi raja penggantinya, Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara, Ratu
Mas Cempaka yang menjadi istri Sultan Hadiwijaya, dan Pangeran Timur yang berkuasa
sebagai adipati di wilayah Madiun dengan gelar Rangga Jumena.
Sultan Trenggana Wafat / Mangkat Berita Sultan Trenggono wafat ditemukan dalam
catatan seorang Portugis bernama Fernandez Mendez Pinto. Pada tahun 1546 Sultan
Trenggono menyerang Panarukan, Situbondo yang saat itu dikuasai Blambangan. Sunan
Gunung Jati membantu dengan mengirimkan gabungan prajurit Cirebon, Banten, dan
Jayakarta sebanyak 7.000 orang yang dipimpin Fatahillah. Mendez Pinto bersama 40 orang
temannya saat itu ikut serta dalam pasukan Banten. Pasukan Demak sudah mengepung
Panarukan selama tiga bulan, tapi belum juga dapat merebut kota itu. Suatu ketika Sultan
Trenggono bermusyawarah bersama para adipati untuk melancarkan serangan selanjutnya.
Putra bupati Surabaya yang berusia 10 tahun menjadi pelayannya. Anak kecil itu tertarik pada
jalannya rapat sehingga tidak mendengar perintah Trenggono. Trenggono marah dan
memukulnya. Anak itu secara spontan membalas menusuk dada Trenggono memakai pisau.
Sultan Demak itu pun tewas seketika dan segera dibawa pulang meninggalkan Panarukan.
Sultan Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di
bawah Sultan Trenggana, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti
merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di
sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545),
dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima
perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga
menjadi menantu Sultan Trenggana. Sultan Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam
sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto
D. Sunan Prawata (1546 – 1549) Sunan Prawata adalah nama lahirnya (Raden Mukmin) adalah raja keempat
Kesultanan Demak, yang memerintah tahun 1546-1549. Ia lebih cenderung sebagai seorang
ahli agama daripada ahli politik. Pada masa kekuasaannya, daerah bawahan Demak seperti
Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas tanpa mampu dihalanginya.
Menurut Babad Tanah Jawi, ia tewas dibunuh oleh orang suruhan bupati Jipang Arya
Penangsang, yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Setelah kematiannya, Hadiwijaya
memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan Kesultanan Demak pun berakhir.
Sepeninggal Sultan Trenggana yang memerintah Kesultanan Demak tahun 1521-
1546, Raden Mukmin selaku putra tertua naik tahta. Ia berambisi untuk melanjutkan usaha
ayahnya menaklukkan Pulau Jawa. Namun, keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, dan
ia lebih suka hidup sebagai ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin memindahkan pusat
pemerintahan dari kota Bintoro menuju bukit Prawoto. Lokasinya saat ini kira-kira adalah
desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Oleh karena itu, Raden
Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto.
Pemerintahan Sunan Prawoto juga terdapat dalam catatan seorang Portugis bernama
Manuel Pinto. Pada tahun 1548, Manuel Pinto singgah ke Jawa sepulang mengantar surat
untuk uskup agung Pastor Vicente Viegas di Makassar. Ia sempat bertemu Sunan Prawoto
dan mendengar rencananya untuk mengislamkan seluruh Jawa, serta ingin berkuasa seperti
sultan Turki. Sunan Prawoto juga berniat menutup jalur beras ke Malaka dan menaklukkan
Makassar. Akan tetapi, rencana itu berhasil dibatalkan oleh bujukan Manuel Pinto.
Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah terlaksana. Ia lebih sibuk
sebagai ahli agama dari pada mempertahankan kekuasaannya. Satu per satu daerah bawahan,
seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas; sedangkan Demak tidak
mampu menghalanginya.
Gambaran Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak
Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya, bahwa letak Demak
sangat strategis di jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak berkembang sebagai
kerajaan maritim. Dalam kegiatan perdagangan, Demak berperan sebagai penghubung antara
daerah penghasil rempah di Indonesia bagian Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia
bagian barat. Dengan demikian perdagangan Demak semakin berkembang. Dan hal ini juga
didukung oleh penguasaan Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai
pulau Jawa.
Sebagai kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga
memperhatikan masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang
menjadi komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil
pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi. Letak
kerajaan Demak yang strategis , sangat membantu Demak sebagai kerajaan Maritim. Lagi
pula letaknya yang ada di muara sungai Demak mendorong aktivitas perdagangan cepat
berkembang. Di samping dari perdagangan, Demak juga hidup dari agraris. Pertanian di
Demak tumbuh dengan baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan
Jepara. Demak bisa menjual produksi andalannya seperti beras, garam dan kayu jati.
Gambaran Kehidupan Sosial-Budaya masyarakat pada masa Kerajaan
Demak
Berdirinya kerajaan Demak banyak didorong oleh latar belakang untuk
mengembangkan dakwah Islam. Oleh karena itu tidak heran jika Demak gigih melawan
daerah-daerah yang ada dibawah pengaruh asing. Berkat dukungan Wali Songo , Demak
berhasil menjadikan diri sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa yang memiliki pengaruh
cukup luas. Untuk mendukung dakwah pengembangan agama Islam, dibangun Masjid Agung
Demak sebagai pusatnya. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih berdasarkan
pada agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat penyebaran Islam
di pulau Jawa.
Sebagai pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti
Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonar.
Para wali tersebut memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan
Demak bahkan para wali tersebut menjadi penasehat bagi raja Demak. Dengan demikian
terjalin hubungan yang erat antara raja/bangsawan ? para wali/ulama dengan rakyat.
Hubungan yang erat tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan
di Masjid maupun Pondok Pesantren. Sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah
Islamiyah (persaudaraan di antara orang-orang Islam).
masjid Demak
Demikian pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan
peninggalan dari kerajaan Demak. Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu
tiang utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal. Masjid Demak
dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah Sunan
Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad saw) yang
sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.
Dilihat dari arsitekturnya, Masjid Agung Demak seperti yang tampak pada gambar 10
tersebut memperlihatkan adanya wujud akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu dengan
kebudayaan Islam.
Salah satu peninggalan berharga kerajaan Demak adalah bangunan Masjid Demak yang
terletak di sebelah barat alun-alun Demak. Masjid Agung Demak memiliki ciri khas yakni
salah satu tiang utamanya terbuat dari tatal ( potongan kayu), atap tumpang, dan di
belakngnya terdapat makam raja-raja Demak.
Faktor – Faktor Penyebab Keruntuhan Kerajaan Demak
Setelah Sultan Trenggono, terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, antara
Pangeran Seda ing Lepen dan Sunan Prawoto (putra Sultan Trenggana). Pangeran Sekar Sedo
Lepen yang seharusnya menggantikan Sultan Trenggono dibunuh oleh Sunan Prawoto
dengan harapan ia dapat mewarisi tahta kerajaan. Putra Pangeran Sedo Lepen yang bernama
Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas kematian ayahnya dangan membunuh Sunan
Prawoto. Selain Sunan Prawoto, Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri ( suami
Ratu Kalinyamat, adik Sunan Prawoto). Pangeran Hadiri dianggap sebagai penghalang Arya
Penangsang untuk menjadi sultan Demak. Setelah berhasil membunuh Sunan Prawoto dan
beberapa pendukungnya. Naiknya Arya Penangsang ke tahta kerajaan tidak disenangi oleh
Pangeran Adiwijoyo atau Joko Tingkir , menantu Sultan Trenggono. Arya Penangsang dapat
dikalahkan oleh Jako Tingkir yang selanjutnya memindahkan pusat kerajaan ke Pajang.
Selain itu, Raden Patah kurang pandai menarik simpati orang – orang pedalaman,
bekas rakyat Kerajaan Majapahit. Raden Patah juga terlalu banyak menyandarkan
kekuataannya kepada masyarakat Tionghoa Islam. Beliau berkeinginan keras untuk
membentuk negara Islam Maritim. Sehingga mengakibatkan, perhatiannya lebih dicurahkan
untuk pembuatan kapal-kapal di kota-kota pelabuhan demi pembentukan armada yang kuat.
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Demak pada tahun 1568. (Muljana: 2005)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan Ini adalah cara kelompok ini dalam menyelesaikan tugas yang telah
diberikan. Diharapkan keingin tahuan kalian mengenai Perlawanan Kerajaan Demak Melawan Portugis dapat teratasi dengan membaca makalah ini. Untuk lebih lengkapnya bisa anda cari sesuai daftar pustaka di bagian akhir makalah ini.
B. Usul dan Saran
Kita akan menerima usul ataupun saran demi memperbaiki kealahan yang kami sengaja ataupun tidak sengaja kami lakuakan, usul dan saran dari pembaca akan sangat bermanfaat bagi penulis karena penulis menyadari bahwa laporan yang penulis buat jauh dari kesempurnaan maka dari itu penulis tunggu usul dan saran demi membangun hasil yang lebih baik dan mengetahui apa kekurangan daripada sebuah makalah.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari:
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Invasi_Kerajaan_Demak_ke_Malaka
http://mastugino.blogspot.com/2013/10/perlawanan-terhadap- portugis.html
Facebook.com//kerajaan/demak Design by: IRMANSAH | powered by: Blogger http://id.brainly.com/perlawanan-demak www.google.com/upaya-demak http://com.reaksi-perlawanan-demak-ke-portugis
top related