laporan kromatografi plannar fix
Post on 12-Aug-2015
261 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LABORATORIUM ANALITIK DASAR
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013
PRAKTIKUM : KROMATOGRAFI
MODUL : KROMATOGRAFI PLANAR
PEMBIMBING : Drs. Edi Wahyu Sri Mulyono, MS, Apt.MT
Oleh :
Kelompok : 1
Nama : 1. Indra Afiando 111431014
2. Nur Fauziyyah Ambar 111431021
3. Sri Wahyuni 111431027
4. Sundari FNI 111431028
Kelas : 2A-Analis Kimia
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
Praktikum : 22 Februari 2013
Penyerahan (laporan) : 1 Maret 2013
A. Tujuan Praktikum
1. Memahami prinsip kromatografi kertas (KKt) dan prinsip kromatografi
lapis tipis (KLT)
2. Memahami dan mampu melakukan pemisahan dengan metoda KKt serta
KLT
3. Menentukan nilai Rf dan mengidentifikasi sampel dengan metoda KKt
dan KLT
B. Dasar Teori
Metoda Kromatografi Planar terdiri dari Kromatografi Kertas dan
Kromatografi Lapis Tipis. Proses pemisahan dengan metoda kromatografi kertas
pertama kali dikembangkan oleh Consden, Gordon dan Martin pada tahun 1944.
Mereka menggunakan kertas penyaring sebagai fase diam. Fase geraknya dapat
berupa zat cair tunggal atau kombinasi dari beberapa pelarut organik dengan
berbagai perbandingan. Zat cair tersebut akan bergerak merayap sepanjang fase diam.
Kromatografi Kertas
Kromatografi Kertas adalah teknik yang melibatkan menempatkan titik kecil
atau garis larutan sampel ke strip dari kertas kromatografi. Kertas untuk kromatografi
terbuat dari selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air atau pelarut
polar lainnya. Bila air diadsorpsikan pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis
yang dapat dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai
penyangga dan air bertindak sebagai fase diam yang terserap diantara struktur pori
kertas. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan
air akan mengalir membawa noda cuplikan yang didepositkan pada kertas dengan
kecepatan berbeda. Pemisahan terjadi berdasarkan partisi masing-masing komponen
diantara fase diam dan fase bergeraknya.
Kromatografi lapisan tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu analisis kualitatif dari
suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan
perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Dalam KLT,
bahan yang dapat dipakai sebagai fase diam adalah silica gel, alumina, bubuk
selulosa, atau tanah-diatomae. Paling banyak digunakan ialah dua bahan pertama.
Jika menggunakan silica gel, umumnya ditambahkan kalium sulfat untuk
mempertinggi daya lekat pada bahan penyangganya.
Baik KKt maupun KLT mempunyai kesamaan dalam hal fase diam yaitu
berupa lapisan tipis dan fase gerak yang akan mengalir karena daya kapiler. Adapun
perbedaannya dalam sifat dan fungsi dari fase diam. Pada KKt, fase diam
sesungguhnya adalah zat cair, biasanya air yang tersuspensi pada serat selulosa dari
kertas saring bermutu tinggi. Itulah sebabnya secara mekanisme pemisahan, KKt
digolongkan sebagai kromatografi cair-cair. Sedangkan pada KLT, fase diam berupa
lapisan tipis (dengan ketebalan sekitar 0,1-2,0 mm) yang tersusun dari bahan padat
yang disaputkan pada permukaan penyangga datar. Bahan penyangga tersebut dapat
berupa kaca, lembaran alumunium, pelat polimer atau pelat logam. Lapisan bahan
padat dapat melekat pada permukaan bahan penyangga karena adanya bahan pengikat
seperti kalsium sulfat atau amilum.
Urutan kerja pada metoda KKt dan KLT mempunyai kesamaan. Jika sampel
yang akan diperiksa bukan berupa cairan, maka sampel tersebut harus dilarutkan
dahulu pada pelarut yang sesuai. Dalam hal ini, akan lebih baik jika dipakai pelarut
atau (campuran pelarut) pengembang.
Derajat pemisahan sampel dalam kromatografi planar ditunjukkan oleh faktor
retardasi solute (Rf). Harga Rf didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh solut dibagi
dengan jarak yang ditempuh fase gerak. Dalam percobaan ini, dilakukan pemisahan
secara KKt dari sampel tinta dari ekstrak sayur, buah-buahan, atau daun atau tinta
dari spidol warna. Dengan menggunakan system eluen (pelarut pengembang) yang
berbeda-beda akan dapat dipelajari pengaruh sistem pengembang terhadap waktu dan
derajat pemisahan yang dihasilkan.
C. Alat dan bahan
Alat Bahan
Bejana Ekstrak Lobak merah
Botol bekas Ekstrak Terung
Kertas saring standar Ekstrak kunyit
Pelat lapis tipis ukuran 10 X 20 cm Ekstrak ,
Pensil Ekstrak mawar
Batang pengaduk Ekstrak stroberi
Selotip Tinta hitam, bolpen tinta,
spidol warna-warni
Penggaris Larutan eluen forestall
Pipa kapiler Larutan eluen BAA
Gunting Larutan HCL 1%
Stiker Larutan elluen ( Aquadest,
Larutan asam asetat 15%,
Larutan ammonia 15%,
Metanol –etil asetat 1:1)
D. Cara Kerja
Pembuatan ekstrak
Kromatografi kertas
Kromatografi lapis tipis
E. Data Pengamatan
- Spidol
Spot 1 (merah)
System larutan eluen
aquades Rf Cuka 15 %
Rf Ammonia 15 %
Rf MeOH: HOAc 1:1
Rf
Jarak tempuh eluen(cm) 17,7 20,5 21,1 18,3
Kuning 17,5 0,9887 - 16,9 0,8009 0,4 0,0218
Merah muda 13 0,7345 - - 3,15 0,1493 5,8 0,3169
Ungu 16,2 0,9152 - - 6,3 0,2986 -
Spot 2(hijau muda)
System larutan eluen
aquades Rf Cuka
15 %
Rf Ammonia
15 %
Rf
MeOH:
HOAc 1:1
Rf
Jarak tempuh eluen(cm) 17,7 20,5 21,1 18,3
Kuning - - 9,3 0,4536 17,2 0,8152 0,5 0,0273
Biru 17,5 0,9887 14,9 0,7268 - 1,8 0,0984
System larutan eluen
aquade
s
Rf Cuka
15 %
Rf Ammonia
15 %
RfMeOH:
HOAc 1:1
Rf
Jarak tempuh eluen(cm) 17,7 20,5 21,1 18,3
Merah muda 14,7 0,8305 - 2,3 0,1090 -
Kuning 15,6 0,8813 7,5 0,3658 - 0,3 0,0164
Ungu - - 6,5 0,3080 -
Ungu kebiruan - - 0,7 0,0331 -
Spot 3(cokelat)
Spot 4 ( merah muda)
System larutan eluen
aquad
es
Rf Cuka
15 %
Rf Ammonia
15 %
RfMeOH:
HOAc 1:1
Rf
Jarak tempuh eluen(cm) 17,7 20,5 21,1 18,3
Merah muda - - - 8,3 0,4535
Ungu 13,6 0,7684 - - -
- Ekstrak Tumbuhan
Noda yang nampak tidak terlihat (sangat tipis sekali), maka Rf = 0
Gambar pengamatan Koromatografi kertas
Gambar pengamatan Koromatografi lapis tipis
F. Pengolahan Data
Spot 1
Eluen : Aquades
1.1 Kuning Rf =
1.2 merah muda
Rf =
1.3 ungu
Rf=
Eluen : Cuka 15%
-
Eluen : MeOH:HOAc 1:1 Eluen : ammonia 15 % Kuning
Kuning
Rf=
Merah muda
Rf=
Rf=
1.4 merah muda
Rf =
1.5 ungu
Rf=
Spot 2Eluen : aquadest
Biru
Rf=
Eluen : Cuka 15% Kuning
Rf=
Biru
Rf =
Eluen : MeOH:HOAc 1:1
Kuning
Rf=
Biru
Rf =
Eluen : Ammonia 15 %
Kuning
Rf =
Spot 3Eluen : aquadest
Kuning
Rf =
Merah muda
Eluen : Cuka 15 %
Kuning
Rf =
Rf=
Eluen : MeOH:HOAc 1:1
Kuning
Rf =
Eluen : Ammonia 15 %
Merah muda
Rf =
Ungu kebiruan
Rf =
Ungu
Rf =
Spot 4Eluen : aquadest
Ungu
Rf =
Eluen : MeOH:HOAc 1:1
Merah jambu
Rf =
G. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui cara pemisahan
dengan metode kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Dalam kromatografi
partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang
diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis
adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Basset, 1994).
Kromatografi kertas digunakan untuk mengidentifikasi kandungan zat warna
pada plastid yang terdapat dalam terung ungu, manggis, dan kol ungu. Dimana
plastida tumbuhan ada tiga yaitu, kloroplas, leukoplas, dan kromoplas dan juga untuk
mengidentifikasi komponen - komponen penyusun warna pada tinta spidol dan
ekstrak tumbuhan yang akan dibuktikan pada percobaan yang lebih memfokuskan
pada pengidentifikasian komponen penyusun warna tersebut, karena sesungguhnya
warna yang terlihat oleh pandangan kita mempunyai penyusun warna yang tidak
terlihat secara langsung. Sampel yang dipergunakan dalam analisa KLT adalah terung
ungu, manggis, dan kol ungu.
Penanganan sampel yang pertama adalah memisahkan sampel yang akan
diekstrak, saat praktikum sampel yang akan diekstrak dipotong-potong dan kemudian
dihaluskan secara manual dengan menggunakan mortar. Setelah cukup halus,
kemudian tambahkan methanol yang mengandung HCl 1% untuk mengekstrak zat-zat
warna yang larut dengan pelarut organik yang terkandung dalam sample.
Jumlah pelarut yang ditambahkan secukupnya atau sampai sampel benar-
benar terekstrak, hal ini dimaksudkan agar zat-zat warna yang terkandung dalam
sampel dapat terekstrak dengan maksimal. Hasil ekstraksi kemudian disimpan dalam
botol vial yang berwarna gelap. Hal ini dikarenakan agar tidak bereaksi secara
langsung dengan cahaya. Setelah ekstrak pertama siap, hasil residu direndam dengan
HCl 2M lalu dipanaskan untuk menguapkan pelarut organiknya, karena plearut
organic menguap pada suhu dibawah 100oC tetapi suhu ini harus tetap dijaga agar
tidak terlalu tinggi sehingga hasil ekstraksi yang dipanaskan menjadi kering. Setelah
diapanaskan lalu disaring ke corong pisah untuk memisahkan endapan kasar hasil
ekstrak pertama. Lalu ditambahkan dengan etil asetat ke dalam corong pisah tersebut.
Etil asetat berfungsi sebagai larutan pencuci untuk memisahkan kotoran yang masih
terkandung didalam ekstrak sampel. Setelah kotoran terserap/terbawa oleh etil asetat,
siambil lapisan airnya. Lalu dipanaskan kembali untuk menguapkan etil asetat yang
masih terkandung didalam lapisan air. Lapisan air itu lalu ditambahkan dengan amil
alcohol, tujuannya untuk memisahkan fase air dan fase lemak.
Persiapan untuk pelatnya pun harus dipersiapkan secara benar terutama untuk
pelat KLT. Pelat KLT sebelumnya harus diaktivasi terlebih dahulu dengan cara
mengeringkannya dalam oven bersuhu 1050C. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
kadar air yang berada di pelat. Karena jika kadar air masih terlalu banyak, maka air
akan menempati semua titik penjerapan sehingga tidak akan ada linarut yang melekat.
Suhu yang digunakan untuk aktivasi tidak boleh lebih dari 1050C, karena
dimungkinkan akan terjadi dehidrasi yang tak bolak-balik pada penjerap dan
menyebabkan pemisahan yang kurang efektif.
Pada persiapan eluen, setelah eluen tersebut selesai dibuat kita harus berusaha
menjenuhkan bejana dengan pelarut sebelum dilakukan kromatografi. Ini akan
memperkecil penguapan pelarut dan menghasilkan bercak yang lebih bundar dan
lebih baik.
Pada kromatografi kertas, digunakan juga sampel tinta spidol dengan variasi
warna. Warna tinta yang digunakan ialah warna warna merah, hijau muda, cokelat
muda, pink yang berfungsi sebagai sampel yang akan ditentukan komponen
penyusunnya. Fase diam yang digunakan adalah selulosa yang merupakan penyusun
dari kertas saring dan fase gerak (eluen) yang digunakan pada setiap percobaan yaitu
aquades, methanol, asam asetat, dan amonia. Eluen adalah pelarut yang dipakai dalam
proses migrasi/pergerakan dalam membawa komponen-komponen zat sampel atau
fase yang bergerak melalui fase diam dan membawa komponen-komponen senyawa
yang akan dipisahkan. Dalam percobaan ini digunakan bermacam-macam eluen yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan reaksi yang dihasilkan antara jenis eluen
dengan tinta yang dalam hal ini sebagai sampel. Larutan sampel atau zat yang akan
dipisahkan ditotolkan pada kertas dengan jarak antar titik yaitu 1 cm. Setelah
ditotolkan, kertas dimasukkan ke dalam masing-masing eluen yang akan diamati.
Titik sampel tidak boleh tercelup dalam eluen, karena akan mengakibatkan senyawa
yang akan dipisahkan terlarut dalam kertas.
(http://landasanteori.blogspot.com/2010/05/kromatografi-kertaas.html).
Kromatografi merupakan metode untuk mengidentfikasi dan memisahkan
campuran berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase stasioner dan fase
gerak. Perbedaan terikatnya suatu komponen pada fase stasioner pada perbedaan
kelarutan pada fase gerak menyebabkan suatu campuran dapat dipisahkan dari
komponen-komponennya. Komponen yang kurang larut dalam fase gerak atau lebih
kuat (terjerat) pada fase stasioner akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih
larut atau kurang terjerat akan bergerak lebih cepat, karena molekul yang beriatan
kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang
berikatan lemah. Dalam kromatografi, jika sampel diteteskan pada suatu kertas maka
sampel tersebut akan meluas dan membentuk bulatan noda lalu kertas dimasukkan
bejana yang berisi pelarut yang sesuai, maka pelarut akan bergerak melalui serat-serat
kertas saring oleh gaya kapiler lalu menggerakan komponen-komponen yang terdapat
dalam sampel dengan jarak yang berbeda-beda. Jarak dari setiap komponen
dipengaruhi oleh sifat dari eluen. Sifat pelarut pada alkohol (metanol) bersifat semi
polar sehingga pelarut alkohol dapat melarutkan noda yang bersifat polar dan non
polar akibat perbedaan kelarutan dari setiap komponen. Pada methanol, semua warna
dapat terurai sesuai dengan komponen masing-masing. Aquades digunakan sebagai
eluen karena aquades bersifat polar sehingga aquades hanya dapat melarutkan noda
yang bersifat polar. Asam asetat adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti
air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2,
sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar maupun senyawa non-polar. Hasil
pengamatan dari masing-masing eluen ialah tinta akan terpisah atau terurai
berdasarkan komponen-komponennya. Hasil dari KLT, eluen yang paling baik dalam
pemisahan zat warna yang terkandung dalam ekstrak tumbuh-tumbuhan yaitu eluen
BAA, karena eluen yang lain masih lebih rendah dari kepolaran senyawa tanin dan
eluen BAA adalah yang paling banyak campurannya dengan air sehingga dapat
menyerap senyawa tannin dalam warna yang bersifat polar. Dengan demikian, eluen
BAA digunakan dalam pemisahan senyawa tanin dengan KLT preparatif. Namun,
setelah melakukan praktikum baik eluen forestal, BAA, ataupun HCl 1% tidak
sedikitpun noda nampak di fasa diam baik itu pada KLT maupun KKt.
H. Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan, bahwa:
1. Nilai Rf dari sampel spidol:
a. Spot 1 (merah) :
Noda kuning dengan eluen aquades memiliki nilai rf sebesar 0,9887
dengan eluen ammonia sebesar 0,8009 dan dengan eluen campuran
methanol dan etil asetat adalah sebesar 0,0218
Noda merah muda dengan eluen aquades memiliki nilai rf sebesar 0,7
345 dengan eluen ammonia sebesar 0,1493 dan dengan eluen campuran
methanol dan etil asetat adalah sebesar 0,3169
Noda ungu dengan eluen aquades memiliki nilai rf sebesar 0,9152 dengan
eluen ammonia sebesar 0,2986
b. Spot 2 (Hijau muda)
Noda kuning dengan eluen aquades memiliki nilai rf 0, dengan
eluen asam cuka 15% adalah sebesar 0,4536, dengan eluen
ammonia memiliki nilai rf sebesar 0,8152 dan dengan eluen
campuran methanol dan etil asetat memiliki nilai rf sebesar 0,0273
Noda Biru dengan eluen aquades memiliki nilai rf 0,9887 dengan
eluen asam cuka 15% adalah sebesar 0,7268, dengan eluen
ammonia memiliki nilai rf sebesar 0 dan dengan eluen campuran
methanol dan etil asetat memiliki nilai rf sebesar 0,0984
c. Spot 3(Cokelat)
Noda merah muda dengan eluen aquades memiliki nilai rf 0,8305
dengan eluen asam cuka 15% adalah sebesar 0, dengan eluen
ammonia memiliki nilai rf sebesar 0,1090 dan dengan eluen
campuran methanol dan etil asetat memiliki nilai rf sebesar 0
Noda Kuning dengan eluen aquades memiliki nilai rf 0,8813
dengan eluen asam cuka 15% adalah sebesar 0,3658, dengan eluen
ammonia memiliki nilai rf sebesar 0 dan dengan eluen campuran
methanol dan etil asetat memiliki nilai rf sebesar 0,0164
Noda ungu dengan eluen aquades memiliki nilai rf 0, dengan eluen
asam cuka 15% adalah sebesar 0, dengan eluen ammonia memiliki
nilai rf sebesar 0,3080 dan dengan eluen campuran methanol dan
etil asetat memiliki nilai rf sebesar 0
Noda ungu kebiruan dengan eluen aquades memiliki nilai rf 0,
dengan eluen asam cuka 15% adalah sebesar 0 , dengan eluen
ammonia memiliki nilai rf sebesar 0,0331 dan dengan eluen
campuran methanol dan etil asetat memiliki nilai rf sebesar 0
d. Spot 4 (Merah muda)
Noda merah muda dengan eluen aquades memiliki nilai rf 0,
dengan eluen asam cuka 15% adalah sebesar 0 , dengan eluen
ammonia memiliki nilai rf sebesar 0 dan dengan eluen campuran
methanol dan etil asetat memiliki nilai rf sebesar 0,4535
Noda ungu dengan eluen aquades memiliki nilai rf 0,7684 dengan
eluen asam cuka 15% adalah sebesar 0 , dengan eluen ammonia
memiliki nilai rf sebesar 0 dan dengan eluen campuran methanol
dan etil asetat memiliki nilai rf sebesar 0.
2. Nilai Rf dari ekstrak tumbuhan yaitu 0
3. Eluen yang paling baik pemisahannya yaitu BAA dan aquadest
Daftar Pustaka
http://autumninday.blogspot.com/2010/12/kromatografi-kertas.html (diakses pada
tanggal 24 Februari 2013)
http://kimiamagic.blogspot.com/2010/02/kromatografi.html (diakses pada tanggal 24
Februari 2013)
http://landasanteori.blogspot.com/2010/05/kromatografi-kertaas.html (diakses pada
tanggal 24 Februari 2013)
Bonneli. 1990. "Pengantar Kromatografi". Terj : K.Padmawinata dan I. Soediro,
Penerbit ITB.
top related