laporan biokim 2 (true)
Post on 18-Dec-2014
374 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
NAMA : NOVITASARI
STAMBUK : 10 777 019
NAMA : NOVITASARI
NO. STAMBUK : 10 777 019
KELOMPOK : III
INSTRUKTUR : Evana Yuslimah S.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2011
GASTROENTEROHEPATOLOGI
I. EMPEDU
Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan di dalam kandung empedu. Selama pencernaan, kandung
empedu berkontraksi dan menyalurkan empedu ke usus kecil. Banyaknya empedu yang disalurkan
tergantung dari :
Jenis makanan, makin banyak makanan (lemak) maka makin banyak empedu
Susunan empedu dalam hati
Perangsangan empedu tergantung dua factor :
Faktor makanan Faktor hormonal
Sebelum masuk ke usus kecil empedu bercampur dahulu dengan getah pancreas. Empedu bereaksi
alkalis. Diantara bahan-bahan terpenting yang terdapat didalam empedu adalah garam-garam empedu
(natrium glikokolat dan taurokolat), pigmen-pigmen empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam organic.
Empedu merupakan campuran sekresi dan ekskresi. Bahan yang disekresi misalnya garam-garam empedu
dan yang diekskresi adalah pigmen-pigmen empedu dan kolesterol. Garam-garam empedu membantu
proses pencernaan dan penyerapan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Aktivitas tadi disebabkan
karena :
1. Garam empedu merendahkan tegangan permukaan dan membantu emulsifikasi lemak sehingga
memudahkan pencernaan
2. Garam empedu berikatan dengan asam lemak membentuk suatu kompleks yang lebih mudah
larut dan diserap
Disamping mensekresikan zat yang disintesis oleh hepar sendiri, sel-sel hepar juga mengekskresikan
sejumlah zat yang dibentuk ditempat lain di dalam tubuh. Diantaranya yang terpenting adalah bilirubin,
yang merupakan salah satu produk akhir utama pemecahan haemoglobin. Dimana bila sel darah merah
telah melewati masa hidupnya, rata-rata 120 hari, maka membran sel darah merah pecah dan melepaskan
hemoglobin yang difagositosis oleh sel-sel retikuloendoteloial system di seluruh tubuh. Disini hemoglobin
akan dipecah menjadi hem dan globin, lalu cincin hem cepat dikonversi menjadi bilirubin yang dilepaskan
kedalam plasma atau disebut bilirubin I. Kemudian ada juga yang dikonjugasi oleh sel hepar menjadi
bilirubin II yang dieksresikan oleh transpor aktif kedalam empedu.
1. PERCOBAAN-PERCOBAAN EMPEDU
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan sifat-sifat fisis dan reaksi empedu (konsistensi, warna, bau dan PH empedu)
2. Menentukan ada tidaknya emulsi yang terjadi antara empedu dan zat pelarut seperti minyak dan air
3. Menyatakan pigmen empedu dengan beberapa test seperti Gmellin’s test, Rosenbach Modification
Gmallin’s test dan smith’s test yang masing-masing memliki zat pelarut tertentu.
4. Menentukan apakah empedu terkonyugasi (larut dalam air) dengan menggunakan reaksi Van den
Berg
5. Untuk menyatakan garam empedu dengan melihat perubahan warna yang terjadi dengan
menggunakan Pattenkoffer’s test
1. Sifat-sifat Fisis dan Reaksinya
a. Catatlah warna, bau dan konsistensinya
b. Tentukan pH-nya
c. Berat jenis dengan urinometer
HASIL PERCOBAAN
EMPEDU WARNA BAU PHPEKAT LEBIH COKLAT MENYENGAT 8,31CAIR KUNING TIDAK BERBAU
KESIMPULAN :
Dari hasil percobaan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa :
Empedu yang pekat menghasilkan warna yang lebih coklat dan baunya menyengat serta PH
yang terukur 8,31.
Empedu yang cair menghasilkan warna kuning dan tidak berbau serta tidak ada PH yang terukur.
2. Percobaan Emulsi dengan Empedu
a. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml minyak dan 10 ml air
b. Kedalam tabung reaksi yang lain dimasukkan 1 ml minyak, 9 ml air dan 1 ml empedu. Kedua
tabung reaksi ini dikocok kuat-kuat & tempatkanlah untuk beberapa lama dirak tabung reaksi.
Perhatikanlah emulsi yang terjadi.
HASIL PERCOBAAN
EMPEDU, ZAT PELARUT LAIN
TABUNG EMULSI
DI MASUKKAN EMPEDU,MINYAK,AIR,
A TIDAK TERJADI EMULSI
TIDAK DIMASUKAN EMPEDU,MINYAK,AIR
B TERJADI EMULSI
KESIMPULAN :
Dari hasil percobaan di atas bahwa :
Pada tabung A yang di masukkan empedu dan zat pelarut minyak dan air tidak terjadi emulsi,
sedangkan
Pada tabung B yang tidak dimasukkan zat pelarut minyak dan air terjadi emulsi.
3. Percobaan untuk Menyatakan Pigmen Empedu
a. Gmellin’s test
- Kedalam tabung reaksi yang kering dimasukkan asam nitrat pekat (HNO3) pekat kemudian
dituangkan empedu sebanyak 2 ml secara hati-hati sehingga membentuk lapisan bawah.
Pada batas antara kedua larutan itu akan terdapat suatu cincin berwarna biru, violet sampai
merah.
- Ulangi percobaan ini dengan menggunakan empedu yang telah diencerkan.
b. Rosenbach Modification Gmallin’s Test
diambil sepotong kertas saring dan dibasahi dengan aquadest. Setelah itu, ditetesi beberapa tetes
empedu diatas kertas saring yang telah dibasahi. Kemudian ditetesi lagi dengan 1 – 2 tetes asam
nitrat (HNO3) pekat. Perhatikanlah warna yang terjadi.
c. Smith’s Test
Kedalam tabung reaksi dimasukkan empedu yang sudah diencerkan. Kemudian ditetesi larutan
iodium 0,5% dalam alcohol, sehingga membentuk lapisan atas. Perhatikan warna cincin yang
terbentuk pada batas kedua lapisan tersebut.
HASIL PERCOBAAN
a) Gmellin’s test
Tabung Empedu, zat pelarut lain
Cincin lapisan Warna
1 Dimasukkan Empedu pekat,asam nitrat pekat (HNO3)
Terbentuk biru menjadi merah
2 Dimasukkan Empedu cair, asam nitrat pekat (HNO3)
terbentuk Tidak terbentuk warna
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan :
Pada tabung 1 yang dimasukkan empedu pekat,asam nitrat pekat (HNO3)
terbentuknya cincin lapisan dan terjadi perubahan warna dari biru menjadi
merah
Pada tabung 2 yang dimasukkan empedu cair, asam nitrat pekat (HNO3) juga
terbentuk cincin lapisan tetapi tidak terbentuk warna
b) Rosenbach Modification Gmallin’s Test
ALAT EMPEDU ZAT PELARUT LAIN
WARNA
Kertas saring Empedu pekat, Aquades,HNO3,
Biru ke hijauan
KESIMPULAN
Empedu yang ditetesi di atas kertas saring yang telah di basahi menggunakan aquades kemudian di tetesi
lagi dengan 1-2 tetes HNO3 (asam nitrat) maka akan membentuk warna biru kehijauan.
c) Smith’s Test
TABUNG EMPEDU,ZAT PELARUT LAIN
CINCIN LAPISAN
WARNA
A Dimasukan empedu cair, iodium
terbentuk orange
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diatas, Pada tabung A yang dimasukan empedu cair, iodium terbentuk
cincin lapisan yang berwarna orange
4. Reaksi Van den Berg
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml empedu dan 10 ml air, lalu dicampur. Kemudian ditambahkan
1 ml reagen diazo dari ehrlich yang segar. Perhatikan warna yang timbul. Reaksi ini adalah dasar penentuan
bilirubin dengan serum.
HASIL PERCOBAAN
TABUNG EMPEDU,LARUTAN WARNA TERJADIA Empedu pekat,Reagen
diazo (bilirubin direct),AIR
Merah muda Terjadi konyugasi (larut dalam air)
KESIMPULAN
Pada tabung A yang dimasukkan 1ml empedu dan 10 ml air, lalu dicampur kemudian ditambahkan 1ml
reagen diazo akan membentuk warna merah muda, ini menandakan empedu larut dalam air (terkoyugasi).
5. Percobaan Menyatakan Garam Empedu (Pattenkoffer’s Test)
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml empedu yang telah diencerkan dan 5 tetes larutan sukrosa
5%. Tuangkan 2 ml asam sulfat pekat perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan bawah. diperhatikan
warna cincin yang terbentuk pada batas kedua larutan.
Dasar reaksi adalah pembentukan furfural dari sukrosa. Reaksi mana lagi yang mempunyai dasar
yang sama? Apa bedanya ?
Jawab :
TABUNG EMPEDU ZAT PELARUT LAIN
CINCIN LAPISAN
WARNA
A Dimasukkan empedu encer,sukrosa,asam
sulfat
Terbentuk cincin Terbentuk warna ungu
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diatas bahwa, pada tabung A yang dimasukkan empedu encer, sukrosa, dan asam
sulfat akan membentuk suatu lapisan bawah atau cincin yang berwarna ungu.
PEMBAHASAN :
Pemeriksaan sistem empedu meliputi pengukuran konsentrasi bilrubin dan metabolitnya dalam serum dan
urin, evaluasi aktivitas sel hati, dan pengukuran produk yang mecerminkan kelainan aktivitas duktus.
Integritas hepatoseluler dapat diperiksa melalui beberapa pendekatan :
Pengukuran produk-produk secara normal disintesis (misal, protein plasma, termasuk faktor pembekuan),
pengukurran zat yang secara normal dimetabolisasi dan dibersihkan dari sirkulasi oleh hati (umumnya
molekul kecil seperti asam organik), pembuktian adanya produk kerusakan hepatosit dalam serum
misalnya, enzim yang berasal dari sel hati), atau 6 pengukurran aktivitas yang diketahui memerlukan jalur
hati yang utuh.3
Bilirubin dikonjugasi disekresikan kedalam saluran empedu dan melewati usus ditempat mana dia
dikonjugasi. Dalam usus besar ia direduksi oleh kerja bakteri menjadi berbagai pigmen termasuk
urobilinogen. Bagian terbesar urobilinogen disekresikan kedalam feses dimana ia dioksidasi oleh udara
menjadi pigmen urobilin cokelat merah muda.1
II. PERCOBAAN BILIRUBIN (Metode Jendrassik dan Grot)
LANDASAN TEORI
Bilirubin adalah produk penguraian hem, sebagian besar (85 sampai 90%)
terjadi penguraian hemoglobin dan sebagian kecil (10 sampai 15%) dari senyawa lain
seperti mioglobin. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari hem sebagai
cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin hem untuk menghasilkan
tetrapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air
(bilirubin tidak terkonjugasi, indirect). Bilirubin dalam plasma terikat ke albumin
untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati
lobulus hati, hepatosit melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkannya larut air
dengan mengikat bilirubin ke asam glukuronat (bilirubin terkonjugasi, Direct).
TUJUAN : Menentukan konsentrasi bilirubin direct, indirect dan bilirubin total
dengan menggunakan metode Jendrassik dan Grot
DASAR : Total bilirubin ditentukan oleh reaksi dengan Diazotized sulfanilic acid, dengan adanya larutan
caffeine sehingga membentuk hasil akhir pigmentazo. Dengan reaksi yang sama tetapi tanpa caffeine dapat
digunakan untuk menentukan bilirubin direct.
Bilirubin bereaksi dengan Diazotized sulfanilic acid dan membentuk suatu zat warna yang berwarna
merah dalam larutan netral dan biru dalam larutan alkali. Bilirubin glukoronides bisa larut dalam air
bereaksi langsung (Direct), sedangkan bilirubin yang bebas hanya akan bereaksi bila ada akselerator
(Indirect)
REAGENS :
1. Larutan sulfanic acid (29 mmol/l C8H7NO3S; 170 mmol/l HCl)
2. Larutan sodium nitrit (29 mmol/l NaNO2)
3. Akselerator (130 mmol/l caffeine; 156 mmol/l sodium benzoat; 460 mmol/l sodium asetat)
4. Larutan Fehling II (930 mmol/l potassium sodium tartrat; 1,9 mmol/l larutan sodium hidroksida)
5. NaCl 0,9 %
ALAT : Spektrofotometer, pipet tetes, pipet mikro dan tabung reaksi
CARA KERJA :
Bilirubin direct Bilirubin totalSample Blanko bilirubin Sample Blanko bilirubin
Larutan sulfanic acid (1) 200 µl 200 µl 200 µl 200 µlLarutan sodium nitrat (2) 1 tetes - 1 tetes -Akselerator (3) - - 1 ml 1 mlNaCl 0,9% (5) 2 ml 2 ml - -Sample serum/plasma 200 µl 200 µl 200 µl 200 µlDiampurkan dengan segera. Untuk bilirubin direct di inkubasi pada waktu yang tepat yaitu 5 menit dengan
temperatur kamar, kemudian dipindahkan kedalam kuvet dan diukur absorban sampel terhadap sampel
blanko pada panjang gelombang 546 nm. Untuk Bilirubin total, inkubasi selama 10 menit pada temperatur
ruang kemudian ditambahkan masing-masing 1 ml larutan Fehling (4). Dicampurkan dan di inkubasi
selama 5 menit kemudian ukur absorban sampel terhadap blanko pada panjang gelombang 578 nm.
PERHITUNGAN :
Konsentrasi bilirubin direct = absorban x 14,4 mg/dl
Konsentrasi bilirubin total = absorban x 10,8 mg/dl
Konsentrasi bilirubin indirect = bilirubin total – bilirubin direct
NILAI NORMAL :
Bilirubin direct sampai 0,3 mg/dl
Bilirubin indirect sampai 1 mg/d
A. HASIL
Bilirubin direct kuning 0,033 x 14,4 mg/dl = 0,4752 (normal)
Bilirubin Total kuning 0,017 x 10,8 mg/dl = 0,1836 (normal)
Bilirubin indirect = 0,1836 - 0,4752 = -0,2916
B. KESIMPULAN
Pada bilirubin direct absorban berwarna kuning dan nilai absorbannya yang
diukur pada panjang gelombang 546 nm adalah 0,003 x 14,4 mg/dl= 0,4752
ini menandakan konsentrasi bilirubin direct normal
Pada bilirubin total absorban berwarna kuning dan nilai absorbannya yang di
ukur pada panjang gelombang 546 nm adalah 0,017 x 10,8 mg/dl = 0,1836 ini
menandakan konsentrasi bilirubin total normal
Pada bilirubin indirect didapatkan dengan mengurangi hasil dari bilirubin
total dengan bilirubin direct yaitu 0,1836 - 0,4752 = -0,2916
C. PEMBAHASAN
Pada urin normal tidak ada bilirubin yang dideteksi. Bilirubin indirect (tak
terkonjungasi) tidak diekskresikan oleh ginjal yang sehat karena kelarutan yang
rendah dan karena dia terikat kuat ke protein sehingga pada ikterus hemolitik, dimana
hanya ada bilirubin plasma yang tinggi, tak ada yang dapat dideteksi didalam urin.
Bilirubin direct (terkonjungasi) yang larut air dan sejumlah kecil yang terikat lebih
longgar dalam protein, bisa di ekskresikan dan bilirubin yang ditemukan dalam urin
selalu dalam bentuk di konjungasi. Bila bilirubin direct plasma tinggi, kemudian
pigmen ini dapat dideteksi didalam urin sewaktu kadar bilirubin total plasma
melebihi sekitar 30umol/l dan busa urin yang dikocok (karena kelebihan garam
empedu) berwarna kuning bila kadar bilirubin plasma melebihi sekitar 50 umol/l
walaupun ambangnya bervariasi.1
III. ALT (ALANIN TRANSAMINASE)
Dasar : ALT
L-alanin + α-Ketoglutarat L-Glutamat + PiruvatLDH
Piruvat + NADH+ + H+ L-laktat + NAD+
Kecepatan penurunan kadar NADH diukur secara fotometrik dan berbanding lurus dengan aktivitas ALT
dalam bahan sampel.
REAGENSIA :
Working reagent :
TRIS-HCl buffer
pH 7,8 100 mM
L-alanin 500
mM
α-Ketoglutarat
15 mM
NADH 0,18
mM
NaHCO3 10
mM
LDH 1428
ukat/l
ALAT-ALAT : Waterbath, pipet, tabung reaksi, spektrofotometer
CARA KERJA :
- Dengan menggunankan pipet masukkan 1 ml reagen ALT kedalam tabung reaksi
- Di Inkubasi selama 1 – 5 menit pada suhu 37 oC (waterbath)
- Di Tambahkan 100 µl sampel serum/plasma
- Dikocok kemudian dimasukkan ke kuvet dan di baca pada spektrofotometer (dengan panjang
gelombang 340 nm)
- Hasil dibaca pada spektrofotometer dalam U/L
PERHITUNGAN : Konsentrasi ALT = Δabs x 1745 U/L
NILAI NORMAL :
♀ (perempuan) = 9 – 36 U/L (≤ 39 U/L)
♂ (laki-laki) = 9 – 43 U/L (≤ 47 U/L)
KETERANGAN:
Pada percobaan Alanin Transaminase tidak di lakukan percobaan
PEMBAHASAN :
Analisa enzim terlazim pada penyakit hepar adalah alanin transaminase (ALT) – nilai rujukan 5-25 U/1
(atau alanin aminotransferase dulu dinamai glutamat-piruvat transaminase) atau aspartat transaminase.
Pada umumnya nilai plasma alanin transaminase (dari sitoplsama dan mitokondria) ditemukan pada
pada penyakit hepar akut dan nilai agak lebih rendah pada sirosis biasanya perbedaan ini tak besar dan
mungkin tak ada gunanya mengukur kedua enzim secara rutin untuk diagnosa klinis pada hepatitis virus
transaminase meningkat diatas normal selama masa prodromal. Nilai puncak (sekitar 500-2.000 U/1)
ditemukan pada waktu penyakit maksimum dan nilai ini kembali normal dalam sekitar empat minggu
timbul penyakit hepar sub akut. 1
IV. AST (ASPARTAST TRANSAMINASE)
LANDASAN TEORI
Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah alanin aminotransferase (ALT), yang
dahulu disebut “glutamat-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartat aminotransferase (AST), yang
dahulu di sebut “glutamat-oksaloasetat” (GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal
fosfat (vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk
meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi difisiensi B6 misal hemodialisis,
malnutrisi).
Dasar : AST
L-aspartat + 2-oksoglutarat L-Glutamat + Oksaloasetat MDH
Oksaloasetat + NADH+ + H+ L-malat + NAD+
Kecepatan penurunan kadar NADH diukur secara spektrofotometri dan berbanding lurus dengan aktifitas
AST dalam bahan sample
REAGENSIA :
Working reagent :
TRIS-HCl buffer pH 7,8 80 Mm - Na-azide 0,3% -
LDH 28 ukat/l
L-Aspartat 240 Mm - MDH 10 ukat/l -
NADH 0,18 Mm
2-oksoglutarat 12 Mn
ALAT-ALAT : Waterbath, pipet, tabung reaksi, spektrofotometer
CARA KERJA :
- Dengan menggunakan pipet masukkan 1ml reagen AST ke dalam tabung reaksi
- Di inkubasi selama 1 – 5 menit pada suhu 37 oC (waterbath)
- Di tambahkan 100 µl sampel serum/plasma
- Dikocok kemudian di masukkan ke dalam kuvet dan di baca pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang ( tidak di tentukan)
- Hasil dibaca pada spektrofotometer dalam U/L
NILAI NORMAL :
♀ (perempuan) = 10 – 31 U/L (≤ 37 U/L)
♂ (laki-laki) = 10 – 34 U/L (≤ 31 U/L)
KETERANGAN
Pada percobaan aspartast Transaminase tidak di lakukan percobaan
ENDOKRIN METABOLIK
I. METABOLISME GLUKOSA
A. PENDAHULUAN
Glukosa Darah Puasa
Kadar glukosa darah memuncak pada sekitar 1 jam setelah makan, kemudian menurun seiring
dengan oksidasi atau perubahan glukosa menjadi bentuk simpanan bahan bakar oleh jaringan. Dua jam
setelah makan, kadar kembali ke rentang puasa.
Penurunan glukosa darah ini menyebabkan pancreas menurunkan sekresi insulinnya, dan kadar
insulin turun. Hati berespon terhadap sinyal hormon ini dengan memulai degradasi simpanan glikogen dan
melepaskan glukosa ke dalam aliran darah. Apabila kita terus berpuasa selama 12 jam, kita masuk ke
keadaan basal. Pada saat ini kadar insulin serum rendah dan glukagon meningkat.
Pada pokoknya selama fase awal puasa, kadar glukosa dipertahankan dalam rentang 60 – 100 mg/dl,
dan kadar asam lemak serta badan keton meningkat. Hati berperan penting dalam mempertahankan kadar
glukosa darah, yakni dengan glikogenolisis dan glukoneogenesis.
Uji Toleransi Glukosa Oral (UTGO)
Harus dicurigai adanya diabetes mellitus (DM) apabila kadar glukosa plasma vena yang diambil tanpa
memandang kapan saat makan terakhir “jelas meningkat” (≥ 200 mg/dl), terutama pada seseorang yang
memperlihatkan tanda dan gejala klasik dari hiperglikemia kronik. Untuk memastikan diagnosis tersebut,
penderita harus berpuasa satu malam (10 – 16 jam), dan pengukuran gula darah harus diulang. Nilai yang
kurang dari 100 mg/dl masih dianggap normal. Nilai yang lebih dari 125 mg/dl mengisyaratkan diabetes
mellitus.
Dalam uji ini penderita yang tidak hamil dan telah berpuasa semalam, minum 50 gram glukosa dalam
bentuk larutan. Dilakukan pengambilan sampel darah sebelum pemberian glukosa darah oral dan pada 30,
60, 90 dan 120 menit kemudian. Apabila salah satu dari sampel lebih besar dari 140 mg/dl, diindikasikan
adanya diabetes mellitus.
Penetapan kadar gula/glukosa darah merupakan salah satu pemeriksaan kimia darah paling sering
dilakukan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan terhadap darah, plasma atau serum.
2
Bermacam-macam cara digunakan dalam penetapan kadar gula darah, baik secara makro (dengan
menggunakan darah vena), maupun secara mikro (darah kapiler). Cara yang sering digunakan pada
dasarnya dapat dibedakan dalam beberapa golongan.
1. Penetapan kolorimetri berdasarkan sifat mereduksi glukosa, misalnya metode Folinwu dan
Somogyi nelson
2. Penetapan dengan cara titrasi berdasarkan sifat mereduksi glukosa (iodometri), misalnya metode
Hagedord-Jensen dan Somogyi-Schaffer-Hartmann
3. Pembentukan kompleks berwarna oleh glukosa dengan suatu zat misalnya o-tolouidin
(kolorimetri)
4. Reaksi enzim dengan menggunakan glukosa-oksidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan
mengoksidasi zat kromogen seperti o-dianisidin (CH3O.C6H3.(NH2)2)
Penafsiran
Adalah penting bahwa pemeriksaan dilakukan segera setelah pengambilan darah, sebab aktifitas
glikolitik yang terdapat pada darah menyebabkan berkurangnya kadar glukosa dengan berlalunya waktu.
Jika dipakai anti-koagulan harus hati-hati, sebab penggunaan garam oksalat yang berlebihan misalnya
dapat memberikan hasil yang lebih rendah keadaan sebenarnya. Natrium flourida, disamping berguna
sebagai antikoagulan juga dapat berfungsi sebagai pengawet.
Penetapan yang berdasarkan reaksi reduksi merupakan cara yang tidak spesifik. Darah mengandung
banyak zat yang berdaya reduksi selain glukosa (“saccharoid) sehingga menyebabkan hasil yang diperoleh
menjadi lebih tinggi daripada yang sebenarnya.
Reaksi enzimatik dengan glukosa oksidase dianggap dapat memberi hasil yang sebenarnya, tetapi
harus diperhatikan pula zat-zat yang dapat menghambat aktifitasnya. Dengan demikian, dalam menilai
hasil pemeriksaan, hendaknya diperhatikan metode yang digunakan, hasil yang mendekati sebenarnya
diperoleh dengan metode o-toluidin dan juga dengan glukosa oksidase.
3
B. GLUKOSA DARAH (METODE ENZIMATIK GOD-PAP)
a. Tujuan : Untuk mengetahui dan memahami metode pelaksanaan pemeriksaan Tes Glukosa Darah
Puasa dan Tes Toleransi Glukosa (TTGO) dan menginterpretasi hasilnya.
b. Dasar Reaksi
Glukosa Oksidase (GOD) mengkatalisa oksidasi dari glukosa menurut persamaan :
GOD
Glukosa + O2 + H2O Asam Glukonat + H2O2
Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminoantipyrin dan 2,4 diklorfenol. Dengan
adanya peroksidase (POD) dan menghasilkan antipyrilquinonimin, yakni suatu zat warna merah.
Intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa, diukur secara fotometrik.
c. Bahan dan Alat
Reagensia :
1. Reagen warna (Fosfat buffer 200 mmol/liter; GOD 250 kat; POD 20 kat; 4-aminoantipyrin 0,75
mmol/liter; 2,4-diklorofenol 1 mmol/liter)
2. Standar glukosa 100 mg/dl
Alat-alat : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi
d. Cara Kerja
Di siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Di beri tanda masing-
masing tabung dengan :
Tambahkan kedalam tabung Sampel Standar Blanko
Serum atau plasma 20 μl - -
Larutan standar - 20 μl -
Reagensia warna 2 ml 2 ml 2 ml
Campurkan baik-baik & inkubasi selama 15 menit pada temperatur kamar dalam
waktu 30 menit. Ukur absorban sampel dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang
510 nm
e. Perhitungan :
4
Absorban sampel
Kadar glukosa = ----------------------- x 100 mg/dl
Absorban standard
f. Nilai Normal
Normoglikemia GDPT atau TGT Diabetes
GDP < 100 mg/dl GDP ≥ 100 mg/dl dan < 126 mg/dl
(GDPT)
GDP ≥ 126 mg/dl
2 jam PP < 140 mg/dl 2 jam PP ≥ 140 mg/dl dan < 200
mg/dl (TGT)
2 jam PP ≥ 200 mg/dl symptom
diabetes dan GDS ≥ 200 mg/dl
HASIL
Sampel darah:
Nama : Ifan
Umur : 18 thn
Pengambilan darah :
Darah pertama setelah berpuasa selama 10-12 jam
Darah diambil setelah 30 menit kemudian diambil darah setelah orang coba
di berikan glukosa 50 gr
Diambil darah setelah 90 menit kemudian
Diambil darah setelah 120 menit kemudian
KETERANGAN:
Percobaan metabolisme glukosa tidak dapat di selesaikan dan dilanjutkan, hal
tersebut terjadi karena waktu tidak cukup untuk melanjutkan praktikum.
5
g. Pertanyaan
1. Gambarkan kurva hasil TTG penderita DM dibandingkan dengan kurva TTG orang normal !
Jelaskan mengapa demikian !
Jawab:
2. Mengapa pada pelaksanaan TTG orang harus dipuasakan minimal 10 jam ?
Jawab :
Karena pada saat 10 jam setelah makan kadar glukosa darah akan menurun disertai pankreas
menurunkan sekresi insulinnya dan dalam keadaan inilah orang akan msuk dalam keadaan basal.
Pada saat ini keadaan insulin rendah dan glukosa meningkat, dengan demikian akan dapat
mempermudah penilaian glukosa darah apakah meningkat atau normal. Pada orang normal kadar
glukosanya 115 mg/dl – 140 mg/dl kadar glukosanya masih dianggap normal dan diatas 140 mg/dl
mengisyaratkan DM.1
Jika seseorang puasa atau dengan diet rendah karbohidrat, ini dapat melemahkan toleransi
glukosa, puasa meningkatkan glukoneogenesis jika seseorang dengan diet yang sangat tinggi
karbohidratnya (atau makan tepat sebelum tes), maka ini kan meniggikan toleransi glukosa.
Perubahan toleransi glukosa dengan perubahan diet dengan perubahan glikogen hepar serta
6
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
waktu (menit)
ka
da
r g
ula
(m
g/d
l)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
300
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
waktu (menit)
ka
da
r g
ula
(m
g/d
l)
perubahan ekskresi insulin dan hormon pertumbuhan. Jumlah peningkatan kadar glukosa darah
setelah makan karbohidrat akan bertambah sesuai dosis glukosa, sampai dosis sampai 1 g/kg BB.
Sehingga jika pengukuran toleransi glukosa diperlukan untuk pemeriksaan penyakit, maka harus
ditentukan keadaan standar diet dan dosis glukosa.1
PEMBAHASAN
Pada keadaan pasca penyerapan,kadar glukosa darah di pertahankan
antara 4,5-5,5 mmol/L. Setelah mengkonsumsi karbohidrat, kadar tersebut dapat
meningkat menjadi 6,5-7,2 mmol/L, dan pada kelaparan kadarnya dapat turun
menjadi 3,3-3,9 mmol/L. Penurunan mendadak glukosa darah menyebabkan
kejang karena ketergantungan otak pada pasokan glukosa. Namun, jika
hipoglikemia terjadi perlahan sehingga pasien dapat beradaptasi kadar yang
dapat di toleransi menjadi jauh lebih rendah. 1
Karbohidrat dalam makanan yang dapat dicerna akan menghasilkan
glukosa, galaktosa, dan fruktosa yang kemudia diangkut ke hati melalui vena
porta hepatika. Galaktosa dan fruktosa cepat di ubah menjadi glukosa di hati.4
7
II. METABOLISME LEMAK
A. PENDAHULUAN
Triasilgliserol (trigliserida) adalah lemak utama dalam makanan manusia, terutama dicerna di lumen
usus. Produk-produk pencernaan tersebut diubah kembali menjadi triasilgliserol di dalam epitel usus, yang
dikemas dalam lipoprotein yang dikenal sebagai kilomikron, yang dieksresikan ke dalam limfe. Akhirnya
kilomikron masuk ke dalam darah dan berfungsi sebagai salah satu lipoprotein utama di dalam darah.
Kolesterol yang mengalir dalam darah dalam bentuk lipoprotein, berfungsi sebagai komponen
stabilisasi membran sel dan sebagai precursor garam empedu serta hormone steroid. Precursor kolesterol
diubah menjadi ubikuinon, dolikol, dan di kulit menjadi kolekalsiferol yaitu bentuk aktif vitamin D.
Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dikaitkan dengan pembentukan plak aterosklerotik yang
dapat menyumbat pembuluh darah, menimbulkan serangan jantung dan stroke. Kolesterol LDL bersifat
aterogenik, namun kadar kolesterol HDL yang tinggi bersifat protektif karena partikel HDL berperan
mengeluarkan kolesterol dari jaringan dan mengeluarkannya ke hati.
Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam lipoprotein plasma, bisa sebagai kolesterol bebas atau
tergabung dengan asam lemak rantai panjang, sebagai ester kolesterol. Kolesterol adalah hasil khas
metabolisme hewan dan dengan demikian terdapat dalam segala makanan yang berasal dari hewan seperti
merah telur, daging, hati dan otak.
Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan dalam keadaan demikian menjadi komponen struktural
penting yang membentuk membran sel dan lapisan luar protein plasma. Ester kolesterol merupakan
bentuk simpanan kolesterol yang ditemukan dalam sebagian besar jaringan tubuh. Kolesterol dalam tubuh
berasal dari 2 sumber :
1. Sintetis dalam tubuh kira-kira 500 mg/hari
2. Berasal dari makanan, jumlahnya tergantung susunan makanan
Sintetis dalam tubuh terjadi pada jaringan hati, korteks anak ginjal, kulit, usus, testis dan aorta.
Pengeluaran kolesterol tubuh berlangsung melalui 3 cara :
1. Sebagai kolesterol yang dikeluarkan bersama empedu ke lumen usus
8
2. Setelah diubah menjadi asam empedu dikeluarkan ke lumen usus
3. Diubah menjadi hormon steroid dan setelah berfungsi hormon-hormon ini dan metabolitnya
dikeluarkan melalui urin.
Didalam darah kolesterol terdapat dalam 2 bentuk, yaitu kolesterol bebas dan sebagai ester. Ester
kolesterol mempunyai hubungan dengan fungsi hati, sehingga kadang-kadang perlu ditetapkan tersendiri.
Penetapan kadar kolesterol total dilakukan dengan beberapa cara, pada umumnya lebih mudah dari pada
penetapan ester kolesterol pada umumnya penetapan dilakukan setelah diekstraksi dengan pelarut lemak.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pemeriksaan fraksi lemak (kolesterol, LDL, trigliserida)
2. Melihat pengaruh makanan berlemak terhadap peningkatan fraksi lemak.
C. TOPIK PERCOBAAN
1. Kolesterol (Metode Enzimatik CHOD-PAP)
Dasar : Kolesterol ditemukan setelah hidrolisa enzimatik dan oksidasi. Zat warna quinoneimin
terbentuk dari hydrogen peroksida dan 4-aminoantipirin dengan adanya fenol dan peroksida.
Reaksi : kolesterolesterase
Kolesterol ester + H2O kolesterol + asam lemak Kolesteroksidase
Kolesterol ester + H2O + O2 kolesterol-3-one +H2O2
POD
H2O2 + 4-aminoantipirin + fenol turunan zat warna quinoneimin + 4 H2O2
Reagens :
1. Reagensia warna enzimatik kolesterol
- Buffer fosfat 150 mmol/l
- Natrium fenolat 7,8 mmol/l
- 4-aminoantipirin 0,4 mmol/l
- Kolesterol esterase 1,7 mmol/l
- Kolesterol oksidase 1 mmol/l
- Peroksidase 20 µkat
2. Standar kolesterol 200 mg/dl
Alat-alat : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi
9
Cara Kerja :
- Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda tabung reaksi
masing-masing dengan:
Tambahkan kedalam tabung Sampel Standar BlankoSerum atau plasma 20 ul - -Larutan standard - 20 ul -Reagensia Warna 2,0 ml 2,0 ml 2,0 ml
- Campurkan baik-baik dan biarkan selama 5 menit pada suhu 37 oC atau 10 menit pada suhu
ruangan. Ukur absorbansi sampel dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 510 nm
Perhitungan : Kadar Total Kolesterol =
Nilai Normal : < 220 mg/dl dan dicurigai jika 220 – 260 mg/dl
D. HASIL
Nilai : Blanko = 0,0
Standar = 0,293
Sampel = 0,149
Kadar kolesterol =
= 101,7 < 220 mg/dl (normal)
E. KESIMPULAN
pada percobaan kolesterol ( metode enzimatik CHOD-PAP) kadar kolesterol yang di dapatkan adalah
101,7 < 220 mg/dl. Ini menunjukkan kadar kolesterol normal
F. PEMBAHASAN
Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700mg perhari) dan sisanya diperoleh
dari makanan. Hati dan usus masing-masing menghasilkan sekitar 10% dari sintesis total pada tubuh
10
manusia hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti mampu membentuk kolesterol, yang
berlangsung di retikulum endoplasma dan sitosol.2
Pemeriksaan konsesntrasi kolesterol plasma bervariasi . nilai rujukan yang bisa diterima oleh
semua pihak, yang menggunakan prosedur enzim untuk orang dewasa adalah 4,0-6,5 mmol/l, yang
bervariasi sesuai dengan populasi yang di jadikan sampel, meningkat dengan bertambahnya usia, dan
sampai usia 50 lebih tinggi pada laki-laki. Ester kolesterol adalah 65-75% dari kolesterol plasma total.1
Pada banyak keadaan peningkatan kolesterol plasma disertai dengan lipemia sekunder, suatu
kombinasi yang lazim terlihat pada diabetesmelitus, sindroma nefrotik, miksedema dan sirosis bilier.
Banyak jenis hiperlipidemia primer (dengan atau tanpa lipemia) yang mempunyai peningkatan kolesterol
plasma.1
2. Trigliserida (Metode Enzimatik GPO-PAP)
Dasar: Trigliserida ditentukan setelah hidrolisa enzimatik dengan lipase. Zat warna quinoneimin
terbentuk dari hydrogen peroksida, 4-aminoantipirin dan 4-klorofenol dengan katalisator
peroksidase.
Reaksi : LP (lipase)
Trigliserida + H2O gliserol + asam lemak Gliserol kinase
Gliserol + ATP gliserol-3-fosfat + ADP GPO
gliserol-3-fosfat + O2 dihydroxyacetonephosphat + H2O2
POD
2H2O2 + 4-aminoantipirin + 4-klorofenol quinoneimin + HCl + 4 H2O2
Reagens :
1. Reagens warna enzimatik kolesterol :
- PIPES buffer pH 7,5 : 24 mmol/l
- Adenosin Trifosfat (ATP) : 1 mmol/l
- 4-aminoantipirin (PAP) : 0,5 mmol
- Lipoprotein lipase (PLP) : 50 µkat
- Gliserol kinase (GK) : 13 µkat
- Gliserol Posphat Oksigen (GPO) : 25 µkat
- 2-peroksidase (POD) : 5 µkat
- 4-klorofenol : 6 mmol/l
11
2. Standar Trigliserida : 200 mg/dl
Alat-alat : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi
Cara Kerja :
- Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda/label masing-
masing tabung dengan :
Masukkan kedalam tabung Sample Standar BlankoSerum atau plasma 20 ul - -Larutan standard - 20 ul -Reagensia warna 2,0 ml 2,0 ml 2,0 ml
- Campurkan dan biarkan selama 20 menit pada temperature kamar. Dalam waktu
30 menit, baca absorban sample dan standar terhadap blangko pada panjang gelombang 510 nm.
Perhitungan : Kadar trigliserida =
Nilai Normal : Laki-laki : 40 – 160 mg/dl
Perempuan : 35 – 135 mg/dl
A. HASIL
Standard = 0,080
Sampel = 0,51
KadarTrigliserida =
= 174,4 < 220 mg/dl (normal)
B. KESIMPULAN
Pada percobaan trigliserida (metode enzimatik GPO-PAP) kadar trigliserida yang di
dapatkan adalah 174,4 < 220 mg/dl. Ini menunjukkan kadar trigliserida normal.
12
C. PEMBAHASAN
batas rujukan bagi trigliserida plasma dalam keadaan puasa adalah 0,3-1,8
mmol/l, ini merupakan kombinasi trigliserida.
Lipemia berarti plasma yang seperti susu, berhubungan dengan peningkatan
kandungan trigliseridanya. Umumnya peningkatan konsentrasi trigliserida yang
bersirkulasi diatas sekitar 5 mmol/l menyebabkan plasma opalesen.
1
3. HDL-Kolesterol (Metode Fosfotungstat)
Dasar : Dengan asam fosfotungstat dan magnesium klorida maka kilomikron, VLDL (Very Low Density
Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein) akan mengendap (presipitasi). Supernatant
yang jernih (setelah sentrifugasi) dipergunakan untuk menentukan HDL-kolesterol dengan
metode CHOD-PAP.
Reagens :
1. Reagens pengendap
- Asam fosfotungstat 0,55 mmol/l - Magnesium klorida 0,25 mmol/l
2. Reagens warna enzimatik kolesterol
3. Standar kolesterol 100 mg/dl
Alat-alat : spektrofotometer, Sentrifuge, pipet, tabung reaksi
Cara Kerja :
Metode 1 :
- Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering
13
Masukkan kedalam tabung SampleSerum atau plasma 200 ulReagensia pengendap 0,5 ml
- Dicampurkan dan di biarkan selama 15 menit pada temperature 20 – 25 oC.
Sentrifuge selama 10 menit pada kecepatan 4000 rpm atau 2 menit pada kecepatan 12000 rpm.
Setelah pemusingan dapat ditentukan kolesterol didalam supernatan.
- Disiapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Diberi tanda/label dimasing-masing
tabung dengan :
Masukkan kedalam tabung Sample Standar BlankoSupernatant dari sample 20 ul - -Larutan standard - 20 ul -Reagensia warna 2,0 ml 2,0 ml 2,0 ml
- Dicampurkan dan biarkan selama 15 menit pada temperature kamar. Dalam
waktu 45 menit baca absorban sample dan standar terhadap blangko pada panjang gelombang 510
nm
A. HASIL
Nilai : standard = 0,080
Sampel = 0,51
Standard HDL =
= 63,75 < 220 mg/dl (normal)
B. KESIMPULAN
Pada percobaan HDL-kolesterol (metode fosfotungstat) standard HDL yang di dapatkan adalah
63,75 < 220 mg/dl. Ini menunjukkan kadar HDL normal
C. PEMBAHASAN
14
Nilai rujukan konsentrasi lipoprotein plasma total adalah 300-800mg/100ml, walau pengukuran
ini sedikit digunakan. Berbagai tindakan analisa membagi lipoprotein plasma menjadi berbagai
kelompok, walau mereka merupakan pengatur secara terus-menerus untuk menurunkan densitas yang
berhubungan dengan konsentrasi trigliserida. Metode yang penting adalah elektroforesa dan
ultrasentrifugasi, disertai dengan analisa kimia lipid, yang terpisah.
Ultrasentrifugasi membagi lipoprotein, dengan persetujuan, kedalam kelas:
a) High density (HDL) dari berat molekul sekitar 200.000 dan berat jenis (densitas relatif) >
1,063
b) Low density (LDL) dari berat molekul sekitar 2.000.000 dan berat jenis 1,006-1,063
c) Very low Density (VLDL) dari berat molekul sekitar 6.000.000 dan berat jenis >1,006.
Lipoprotein plasma berasal dari hepar, yang menghasilkan VLDL dan HDL. Didalam plasma, LDL
di bentuk dari VLDL oleh kerja lipoprotein lipase. 1
Metode 2 :
- Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering
Masukkan kedalam tabung SampleSerum atau plasma 300 ulReagensia pengendap 1 tetes
- Dicampurkan dan biarkan selama 15 menit pada temperature kamar (20 – 25 oC). Sentrifuge selama 15 menit pada kecepatan 2000 rpm atau 2 menit pada kecepatan 10000 rpm.
- setelah pemusingan dapat ditentukan kolesterol didalam supernatan. Siapkan 3 buah tabung
reaksi bersih dan kering. Beri tanda/label dimasing-masing tabung dengan :
Masukkan kedalam tabung Sampel Standar BlankoSupernatant dari sample Serum/plasma
20 ul - -
Larutan standard - 20 ul -Reagensia Warna 2,0 ml 2,0 ml 2,0 ml
15
- dicampurkan baik-baik dan biarkan selama 5 menit pada suhu 37 oC atau 10 menit pada suhu
ruangan. Ukur absorbansi sampel dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 500 nm
Perhitungan : Kadar HDL-kolesterol =
Nilai Normal :
HDL-kolesterol = laki-laki : 45 – 65 mg/dl
Perempuan : 35 – 55 mg/dl
LDL-kolesterol = T kolesterol – (HDL-kolesterol) -
Rasio (Total kolesterol : HDL-kolesterol) < 5
A. HASIL
Nilai : Blanko = 0,0
Standar = 0,051
Sampel = 0,080
Kadar HDL-kolesterol =
= 0,75 (normal)
B. KESIMPULAN
Pada percobaan HDL-kolesterol di dapatkan kadar HDL-kolesterol 0,75. Ini
menunjukkan kadar HDL-kolesterol normal.
C. PEMBAHASAN
Kolesterol merupakan satu-satunya steroid yang ada dalam konsentrasi yang
bisa di nilai di seluruh tubuh. Kolesterol diet yang berasal dari hewan diabsorbir
dalam jumlah terbatas ke dalam sistim limfatik bila ada garam-garam empedu dan
setelah esterifikasi parsiel dengan asam-asam lemak. Sebagian besar kolesterol yang
16
dibutuhkan tubuh, disintesa secara endogen dari asetil Ko-A melalui ẞ-metil glutamil
Ko-A. Bagian terbesar kolesterol di dalam tubuh di produksi oleh hepar, Ia diangkut
di dalam plasma terutama sebagai LDL.
D. PERTANYAAN
3. Pada keadaan apa saja terjadi dislipidemia ? Jelaskan.
Jawab :
Pada keadaan
1. Luka bakar
2. Diabetes melitus
3. Anoreksia nervosa
4. Penyakit kronis
5. Penyakit saluran cerna
6. Sindroma nefrotik
7. Keganasan
8. Infeksi
9. Selesai operasi
10. Defisiensi nutrisi berat
11. Penyakit hati kronik
4. Gambarkan secara skematis mekanisme pencernaan lemak
Jawab :
17
III. METABOLISME PROTEIN
A. PENDAHULUAN
1. PROTEIN PLASMA
Protein plasma merupakan bagian utama zat plasma, protein plasma sebenarnya merupakan
campuran yang sangat kompleks yang tidak hanya terdiri dari protein sederhana tetapi juga protein
campuran atau conjugated protein seperti glikoprotein dan berbagai jenis lipoprotein.
Plasma normal mengandung 60 sampai 80 g/l protein. Dari jumlah ini, 30 – 50 gram adalah albumin
dan 15 sampai 30 gram tersusun atas campuran globulin. Asam amino, yang dihasilkan dari pencernaan
protein makanan, diserap melalui epitel usus dan masuk kedalam darah. Berbagai sel mengandung asam
amino ini yang kemudian masuk menjadi simpanan di dalam sel. Asam amino tersebut digunakan untuk
membentuk protein dan senyawa lain yang mengandung nitrogen atau dioksidasi untuk menghasilkan
energi.
Fibrinogen adalah prazat fibrin, zat bekuan darah, fibrinogen dapat diendapkan dengan ammonium
sulfat setengah jenuh sehingga menyerupai globulin dan akan berbeda dengan globulin jika diendapkan
18
dengan 0,75 molar Na2SO4 atau NaCl setengah jenuh. Dalam penetapan fibrinogen kuantitatif. Reaksi-
reaksi ini dipergunakan untuk memisahkan protein ini dari globulin yang mempunyai hubungan erat
lainnya.
Protein serum terutama adalah fraksi albumin dan globulin, juga dalam analisis protein serum total, bila
dikoreksi untuk nitrogen non protein dapat dipergunakan untuk mengirakan seluruh albumin dan globulin
total. Dalam larutan Na-sulfat 27% globulin akan mengendap sedang albumin akan tetap tinggal dalam
larutan. Cara-cara menentukan/pemisahan protein plasma :
- Dengan analisis nitrogen
- Dengan cara kalorimetri langsung
- Dengan cara elektroforesis tiselius, elektroforesis zone, imuno-elektroforesis
- Dengan cara ultrasentrifuge
- Dengan cara presipitasi alcohol
- Dengan analisis imunologi
Konsentrasi kedua fraksi utama protein sering dinyatakan sebagai rasio albumin terhadap globulin
(A/G), nilai normal 1,2 : 1
2. ALBUMIN
Albumin merupakan protein globosa yang terdiri dari rantai polipeptida tunggal dan mempunyai berat
molekul kurang lebih 66.300. Dua fungsi utama albumin adalah mengangkut molekul-molekul kecil
melewati plasma dan cairan ekstrasel serta memberikan tekanan osmotic di dalam kapiler.
Banyak metabolit seperti asam lemak bebas dan bilirubin, kurang dapat larut dalam air. Namun
metabolit ini harus diangkut bolak-balik melalui darah dari suatu alat lain yang melalui medium air
sehingga dapat di metabolisis atau diekskresi.
Albumin mengisi tugas ini dan berperan sebagai protein pengangkut nonspesifik. Selain itu albumin
mengikat obat-obat yang tidak mudah larut seperti aspirin, digitalis, antikoagulan koumarin serta obat-obat
tidur, sehingga obat-obat ini dapat dibawa secara efisien melalui peredaran darah.
B. TUJUAN
1. Mengetahui cara pemeriksaan total protein dan albumin serta interpretasinya
2. Mengetahui profil protein plasma fisiologis dan patologis
C. TOPIK PERCOBAAN
19
1. TOTAL PROTEIN (Metode Biuret)
DASAR : Protein dengan ion tembaga dalam larutan alkalis menghasilkan senyawa kompleks yang
berwarna ungu, intensitas warna sebanding dengan kadar protein, diukur secara fotometrik.
REAGENS :
1. Reagensia Biuret (K.Na Tartrat 20 mmol/liter; KI 1 mmol/liter; CuSO4 12 mmol/liter; NaOH 200
mmol/liter)
2. Larutan standar (6 gr/dl)
CARA KERJA :
- Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda/label pada masing-
masing tabung reaksi yang dipakai :
Masukkan kedalam tabung
Sample Standar Blanko
Serum 50 ul - -Larutan standar - 50 ul -Reagens warna 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml
- Campurkan baik-baik dan biarkan selama 30 menit pada temperature kamar.
Sesudah 30 menit ukurlah absorbans sample dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang
545 nm
PERHITUNGAN : Kadar Total Protein =
NILAI NORMAL : 6,6 – 8,7 gr/dl
HASIL
pada panjang gelombang 545
Nilai : Blanko = 0,0
Standar = 0,153
Sampel = 0,217
Kadar total protein =
20
= 8,5 gr/dl
KESIMPULAN
pada percobaan total protein (metode biuret) kadar total protein yang didapatkan
adalah 8.5 gr/dl. Berdasarkan nilai normalnya antara 6,6-8,7 gr/dl kadar total protein
normal.
PEMBAHASAN
Berat molekul albumin plasma normal sekitar 70.000. albumin bertanggung
jawab bagi 80% tekanan koloid osmotik plasma.
Bila kadar albumin plasma turun dibawah 20-25gr/l, mungkin timbul edema.
Pada pasien yang menderita malnutrisi berat dengan awitan perlahan-lahan, maka
kadar albumin plasma bisa rendah tanpa terdapat edema sebaliknya, “edema
kelaparan dapat timbul dengan kadar albumin plasma yang normal walau bisa
terdapat kelebihan masukan cairan. Pada hipoalbuminemia terdapat peningkatan
sintesa dan mungkin keterlambatan metabolisme lipid.
Albumin bertanggung jawab bagi pengangkutan kebanyakan biliruin dan
kalsium yang terikat protein (tak terionisasi) dalam plasma. Albumin mengikat zat
warna yang dimasukkan kedalam sirkulasi (misalnya bromsulftalein ; biru evans) dan
banyak obat-obatan (misalnya salisilat), metabolit (misalnya FFA) dan hormon
(misalnya hormon thyroidea). Yang mempunyai kerja pengstabilisasi atas sistem
koloid (seperti yang dsdigunakan untuk tes fungsi hati flokulasi dan atas (LED).
Albumin disentesa dalam hati dan mempunyai masa paruh sekitar 15 hari.
Albumin yang bersikulasi didalam plasma mungkin tak mempunyai nilai nutritif
jaringan secara langsung.1
2. ALBUMIN (Metode Bromcresol Green)
Dasar : Albumin dengan Bromcresol Green pada pH 4,3 membentuk kompleks warna, intensitas warna
sebanding dengan kadar albumin, diukur secara fotometrik.
21
Reagensia :
1. Reagens warna buffer pH 4,3
- Sodium succinat buffer 454 mmol/l
2. Bromcresol Green 0,95 mmol/l Standar albumin 5 gr/dl
22
Alat-alat : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi
Cara kerja :
- Disiapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Diberi tanda/label pada masing-
masing tabung dengan :
Masukkan kedalam tabung Sample Standar BlankoReagens warna Q3 3 ml 3 mlSample plasma/serum 10 µl - -Larutan standard - 10 µl -
- Dikocok baik-baik isi tabung. Inkubasi pada temperature kamar selama 10 menit. Kemudian
ukur absorbans sample dan standar terhadap blanko pada panjang gelombang 620 nm.
Perhitungan : Kadar albumin =
Nilai Normal : Albumin = 3,5 – 5,5 gram/dl Rasio A/G = 1,2:1
Globulin = 1,5 – 3,5 gram/dl
HASIL
Nilai : Blanko = 0,0
Standar = 0,491
Sampel = 0,580
Kadar Albumin =
= 5,91 → hiperalbuminemia
Dalam panjang gelombang 620
KESIMPULAN
Dari percobaan albumin (metode bromcressol green) di dapatkan hasil kadar albumin
5,91. Ini menunjukkan kadar albumin dalam darah meningkat (hiperalbuminemia).
Sedangkan kadar normal albumin adalah 3,5-5,5 gr/dl
PEMBAHASAN
Albumin bertanggung jawab bagi pengangkutan kebanyakan biliruin dan kalsium
yang terikat protein (tak terionisasi) dalam plasma. Albumin mengikat zat warna yang
dimasukkan kedalam sirkulasi (misalnya bromsulftalein ; biru evans) dan banyak
obat-obatan (misalnya salisilat), metabolit (misalnya FFA) dan hormon (misalnya
hormon thyroidea). Yang mempunyai kerja pengstabilisasi atas sistem koloid (seperti
yang digunakan untuk tes fungsi hati flokulasi dan atas (LED).
Albumin disentesa dalam hati dan mempunyai masa paruh sekitar 15 hari.
Albumin yang bersikulasi didalam plasma mungkin tak mempunyai nilai nutritif
jaringan secara langsung.1
PERTANYAAN
1. Tuliskan keadaan-keadaan yang menyebabkan hipoalbuminemia dan
hiperalbuminemia !
Jawab :
hiperabuminemia peningkatan konsentrasi albumin plasma ditemukan pada
penyakit, hanya bila terajdi kehilangan air plasma yang bisa disebabkan oleh
statis lokal. Kemudian konsentrasi komponen yang terikat albumin seperti
kalsium juga meningkat biasanya disertai hemokonsentrasi dan peningkatan
viskositas plasma. Tetapi pada banyak kelainan yang menyebabkan
hemokonsentrasi misalnya luka bakar,maka protein maupun air hilang dalam
tubuh. Dalam keadaan ini, konsentrasi albumin plasma tergantung atas
perbandingan jumlah air dan protein yang telah hilang atau diganti.1
Hipoalbuminemia pada penyakit hepar akut berat atau kronis, sintesa albumin
melemah. Penurunan albumin plasma yang terjadi setelah trauma, pada keganasan
dan penyakit akrovi lain yang berlangsung lama serta kontinu, ataupun pada
infeksi akut atau kronis dan penyakit sistemik lain, sebagian karena kerusakan
hepar, sebagian karna kelemahan masukan dan sebagian karena destruksi protein
toksik yang tidak bisa dijelaskan. 1
2
UROGENITALIA
A. SIFAT-SIFAT URIN
TEORI DASAR
1. VOLUME URIN
Volume urin dalam 24 jam tergantung pada faktor fisiologik (misalnya intake cairan, suhu dan kerja
fisik) dan faktor patologik (misalnya penyakit ginjal, diabetes mellitus dan sebagainya). Beberapa obat
misalnya golongan diuretik, kopi, alkohol dapat pula mempengaruhi volume urin. Pada manusia,
normalnya volume urin antara 600 – 2500 ml/24 jam.
Kelainan-kelainan dalam volume urin :
Poliuri : bila volume urin > 2500 ml/24 jam
Oligouri : bila volume urin < 600 ml/24 jam
Anuri : bila tidak terbentuk urin
Prinsip : untuk menentukan volume urin diperlukan urine yang dikumpulkan dalam 24 jam
Cara kerja : Urin hari pertama dibuang pada waktu yang telah ditentukan (misalnya jam 6 pagi). Semua
urin mulai waktu itu sampai dengan waktu yang sama pada hari berikutnya dikumpulkan.
Seluruh urin tersebut harus disimpan dalam keadaan dingin dengan toluen sebagai pengawet.
TEORI DASAR
2. BERAT JENIS URIN
Berat jenis urin normal antara 1,003 – 1,030 tergantung pada jumlah zat-zat yang larut didalamnya dan
volume urin. Jumlah total zat padat dalam urin 24 jam kira-kira 50 gram. Berat jenis urin berubah terutama
pada penyakit ginjal.
Prinsip : untuk menentukan berat jenis urin diperlukan alat hydrometer/urinometer. Urine yang digunakan
adalah urine 24 jam.
Cara kerja :
- Di tampung urin (sewaktu, pagi hari dan urin 24 jam) kedalam wadah yang telah disediakan
- Di isi sebuah tabung urinometer dengan urin tersebut diatas dan diletakkan hidrometer
didalamnya hingga urinometer pada posisi terapung. Hidrometer tidak boleh menyentuh dinding
3
tabung. Catatlah suhu urin tersebut dengan menggunakan termometer. Tiap-tiap urinometer telah
ditera pada suhu tertentu.
- Bila suhu urin tidak sama dengan suhu tera, lakukanlah koreksi dengan cara tambahkan 0,001
pada angka yang dinyatakan hidrometer bagi tiap penambahan suhu 3 oC diatas suhu tera atau kurangi
0,001 pada angka yang dinyatakan hidrometer bagi tiap penambahan suhu 3 oC dibawah suhu tera.
- Kemudian bacalah skala pada meniskus bawah urin dan hitunglah dengan menggunakan rumus
berikut :
BJ urin sesungguhnya =
- Kalikan dua angka terakhir berat jenis urin sesungguhnya tersebut diatas dengan koefisien Long
(2,6). Hasilnya diperoleh secara kasar jumlah zat padat total dalam 1 liter urin
(gram)
TEORI DASAR
3. pH URIN
Urin dapat bersifat asam, netral atau basa dengan pH antara 4,7 – 8,0. Tetapi urin yang dikumpulkan
selama 24 jam biasanya bersifat asam. Urin yang diambil pada waktu-waktu tertentu mempunyai pH yang
berbeda-beda. Beberapa waktu setelah makan, urin akan bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkalin
tide. Bila dibiarkan untuk waktu lama, urin dapat mengalami ammoniacal fermentation atau acid
fermentation. Hal ini disebabkan oleh bakteri dan pH urin menjadi basa.
Prinsip : pH urin ditentukan dengan indikator universal, urine yang digunakan adalah urine 24 jam
Cara kerja : dicelupkan secarik strip indikator universal ke dalam urin sewaktu dan
24 jam kemudian bacalah pH urin tersebut.
TEORI DASAR
4
4. BAU, WARNA DAN KEKERUHAN
Urin yang baru dikeluarkan mempunyai bau khas. Bila urin mengalami dekomposisi, timbul bau
amonia yang tidak enak. Pada penderita diabetes mellitus dengan ketosis maka urin akan berbau aseton.
Warna urin berbeda-beda sesuai dengan kepekatannya, tetapi dalam keadaan normal urin berwarna
kuning muda. Warna terutama disebabkan oleh pigmen urokrom yang berwarna kuning & sejumlah kecil
oleh urobilin & hematoporfirin.
Dalam keadaan demam karena pemekatan, warna urin berubah menjadi kuning tua atau agak coklat.
Pada penyakit hati, pigmen empedu dapat menyebabkan urin menjadi hijau, coklat atau kuning tua.
Darah/hemoglobin menyebabkan warna urin merah, sedangkan methemoglobin atau asam hemogentisat
menyebabkan warna urin coklat tua.
Urin normal biasanya jernih pada waktu dikeluarkan, tetapi bila dibiarkan dalam waktu lama akan
timbul kekeruhan disebabkan oleh nukleoprotein, mukoid atau sel-sel epitel. Selain itu pada urin yang
alkalis, kekeruhan dapat disebabkan oleh endapan fosfat sedangkan pada urin asam biasanya disebabkan
oleh endapan urat.
Cara kerja : dicatat bau, warna dan kekeruhan urin sewaktu, pagi hari dan urin 24 jam
HASIL
1. Volume Urin
Hasil :
Volume total urin 24 jam =
2. Berat Jenis Urin
Hasil :
Berat jenis urine yang terukur = (pengukuran Berat jenis urin tidak di lakukan
karena tidak tersedianya alat)
Suhu urine = 31oC
\Berat jenis urine sesungguhnya = (pengukuran Berat jenis urin tidak di
lakukan karena tidak tersedianya alat)
3. pH urin
5
Hasil : pH urin = 6,24 (asam)
4. Bau, warna dan kekeruhan
Hasil :
Bau = Amonia
Warna = kuning
Kekeruhan = tidak keruh
PEMBAHASAN
Volume urin normal 24 jam pada orang dewasa antara 750 dan 2000 ml. Ini
tergantung pada masukkan cairan dan kehilangan cairan melalui jalan lain (keringat,
yang tanpa demam, tergantung pada aktivitas fisik dan suhu luar) suatu perubahan
yang jelas dalam pengeluaran urin dapat menjadi tanda yang menonjol pada penyakit
ginjal.
Urina sehat mengandung kira-kira antara 1500 dan 700 mmol solut per 24
jam, nilai maksimum di atas waktu ini kira-kira 1000 dan 3000 mmol/kg. Dalam
lingkungan normal, konsentrasi urina berbanding terbalik dengan volume urina.
Biasanya urin bersifat asam, umumnya bervariasi dalam pH kira-kira antara
5,5 dan 8,0. pH urin pada penyakit dapat mencerminkan keadaan asam-basa plasma,
fungsi tubulus-tubulus ginjal. Jika ada konstituen-konstituen abnormal yang tidak
berwarna, maka makin tinggi konsentrasi urina makin pekat warnanya.
Urin yang terinfeksi dengan organisme gram negatif seringkali mempunyai
bau yang kurang menyenangkan. Urin yang terinfeksi dengan organisme-organisme
pemecah urea menghasilkan bau amonia.
B. ZAT-ZAT FISIOLOGIK URIN
6
TUJUAN PERCOBAAN
1. menentukan jumlah klorida dengan mengidentifikasi NaCl yang di ekskresikan
melalui urin
2. menentukan jumlah belerang yang diekskresikan melalui urin dalam 24 jam
3. menentukan jumlah fosfat yang diekskresikan melalui urin dalam 24 jam
TEORI DASAR
1. KLORIDA
Klorida merupakan zat padat yang jumlahnya terbanyak kedua setelah urea dalam urin. ekskresi
melalui urin utamanya dalam bentuk NaCl sekitar 10 – 15 gr/24 jam tergantung intake. Dengan
menentukan jumlah klorida maka kita dapat menentukan jumlah NaCl yang diekresikan melalui urin.
ekskresinya menurun pada perspirasi berlebihan, retensi natrium, radang ginjal menahun, diare dan
sebagainya. Sedangkan pada insufisiensi korteks adrenal, ekskresinya akan bertambah.
Cara kerja :
- Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Dimasukkan 5 ml urin kedalam tabung reaksi
tersebut. Dit ambahkan beberapa tetes HNO3 encer (4 tetes) dan beberapa tetes AgNO3 2% (4 tetes).
- Diperhatikan apa yang terjadi, endapan putih yang terbentuk adalah perak klorida yang larut
dalam amonia. Dicatat dan digambar.
-
TEORI DASAR
2. BELERANG
Dalam keadaan normal, 1 gram belerang dikeluarkan dalam 24 jam. Belerang adalah zat sisa
metabolisme asam amino yang mengandung S, tiosulfat, tiosianat, sulfida dan sebagainya. Belerang yang
diekskresi terdapat dalam 2 bentuk yakni :
- belerang yang tak teroksidasi (belerang netral)
- belerang yang teroksidasi (oxidized sulfur)
7
Belerang teroksidasi ada 2 bentuk yaitu :
- sulfat anorganik - sulfat eterial
Sulfat anorganik adalah bagian terbesar dari belerang teroksidasi. Sedangkan sulfat eterial yang terpenting
dalam urin adalah indikan.
Indikan merupakan zat yang berasal dari pembusukan triptofan dalam usus atau ditempat lain dalam
tubuh. Jumlah indikan yang diekskresi dalam urin kira-kira 10 – 20 mg/24 jam. Ekskresi indikan meninggi
pada beberapa keadaan seperti stagnasi usus, pembusukan dalam usus meningkat dan pada pemecahan
protein jaringan atau protein cairan tubuh (abses, gangren, emfisema dan sebagainya).
Cara kerja :
1. Sulfat Anorganik
- Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih & kering. Dimasukkan 10 ml urin kemudian ditambahkan
1 ml HCl encer dan 1 ml BaCl2 setelah itu kocok. Terbentuknya endapan putih menunjukkan
BaSO4 yang terbentuk
2. Belerang yang tak-teroksidasi
Dasar : Dengan adanya katalisator Zn, belerang yang terdapat dalam urin bereaksi dengan HCl encer
menghasilkan gas H2S, yang baunya sangat khas dimana gas ini dapat diidentifikasi dengan
menghitamnya kertas saring yang telah direndam dengan Pb asetat membntuk PbS (endapan
hitam)
- Siapkan sebuah tabung reaksi bersih & kering. Masukkan 10 ml urin lalu masukkan sebutir Zn &
sedikit HCl encer
- Tutup tabung tersebut dengan kertas saring yang dibasahi dengan Pb-asetat. Kertas saring akan
tampak berwarna hitam
3. Indikan (tes obermeyer)
Tujuan : memeriksa adanya indikan (potassium indoksil sulfat) dalam urine
Dasar : pereaksi obermeyer (FeCl3 dalam HCl pekat) akan mengoksidasi gugus indoksil
membentuk warna biru indigo yang larut dalam kloroform
- Dimasukkan 5 ml urin kedalam tabung reaksi bersih dan kering. Ditambahkan sejumlah pereaksi
obermeyer (5 ml), biarkan beberapa menit
8
- Lalu tambahkan 3 ml kloroform. Dicampur dengan membolak-balikkannya kira-kira 10 kali.
Jangan mengocoknya! Kloroform akan mengekstraksi biru indigo yang terbentuk. Warna biru
akan lebih nyata bila cairan diatas ekstrak kloroform dibuang dan ditambah dengan air
TEORI DASAR
3. FOSFAT
Pada umumnya jumlah ekskresi fosfat melalui urin kira-kira 1,1 gram/24 jam. Sebagian besar dalam
bentuk fosfat anorganik dan hanya 1 – 4 % dalam bentuk fosfat organik. Jumlah fosfat meningkat pada
beberapa penyakit, misalnya hiperparatiroidisme, pada beberapa penyakit tulang seperti osteomalasia,
ricketsia dan sebagainya. Sedangkan ekskresi fosfat menurun pada hipoparatiroidisme, penyakit ginjal,
kehamilan dan lain-lain.
Percobaan :
- Dis iapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering lalu di masukkan 5 ml urin. Ditambahkan 1 ml
larutan urea 10% dan 10 ml pereaksi molibdat spesial
- Dicampur dan di tambahkan 1 ml larutan ferosulfat spesial. Warna biru yang terbentuk
menunjukkan adanya fosfat.
TEORI DASAR
4. AMONIA
Amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein yang mengandung N. Ini merupakan kedua yang
terpenting setelah urea. Dalam urin, amonia terdapat dalam bentuk garam amonium dan jumlahnya kira-
kira 0,7 gram/24 jam atau 2,5 – 4,5 % dari nitrogen total/24 jam.
Percobaan :
- Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Dimasukkan larutan natrium hidroksida
(NaOH) pada beberapa ml urin (2 ml) sehingga reaksinya alkalis (caranya dengan melihat perubahan
warna dari kertas lakmus, jika kertas lakmus berubah menjadi biru hentikan penambahan NaOH)
- Dipanaskan, perhatikan bau yang timbul dan uji uap yang terbentuk dengan kertas lakmus yang
dibasahi
9
HASIL PERCOBAAN
KLORIDA
+HNO3 + AgNO3
KESIMPULAN : Urin yang ditambahkan HNO3 + AgNO3 berubah menjadi warna
Putih
PEMBAHASAN : Pada percobaan klorida tabung reaksi yang berisi 5ml urin
berwarna kuning. Setelah penambahan HNO3 + Ag NO3 berubah warna menjadi putih.
HNO3 untuk mengasamkan urin. Warna putih yang terbentuk adalah perak klorida
yang larut dalam amonia.
TES OBERMEYER
+FeCl3 + HCl +kloroform 3ml Coklat
Biru
hitam
10
Kuning Sebelum penambahan
Putih
KuningSebelum penambahan
biruindigo
KESIMPULAN : Tabung reaksi yang berisi urin 5ml sebelum penambahan berwarna
kuning. Setelah penambahan FeCl3 + HCl berubah menjadi warna hitam. Lalu
ditambahkan larutan kloroform 3ml, warnanya berubah lagi menjadi coklat dan biru
terlihat seperti gambar tiga diatas. Ketika kloroform dikeluarkan dan ditambahkan air
warna biru indigo lebih nyata terlihat.
PEMBAHASAN
FOSFAT
Biru
PEMBAHASAN : tabung reaksi yang berisi urin dan di tambahkan 1ml urea 10% +
10 ml pereaksi molibdat spesial + 1ml larutan ferosulfat spesial berubah menjadi
warna biru yang menunjukkan adanya fosfat.
AMONIA
Keterangan : Pada percobaan Amonia tidak dilakukan percobaan karna tidak
tersedianya kertas lakmus.
11
C. SISA-SISA METABOLISME
1. UREA
Urea merupakan komponen terbanyak zat padat dalam urin. urea merupakan sisa metabolisme asam
amino. Biosintesis urea dari asam amino terjadi dalam 4 tahap, yaitu :
(1) Transaminasi,
(2) Deaminasi oksidatif,
(3) Pengangkutan amonia, dan
(4) Reaksi pada siklus urea.
Kebanyakan urea dibentuk di dalam hati dan pada penyakit hati berat, nitrogen urea darah (BUN)
turun dan NH3 darah meninggi. Enzim yang terlibat dalam sintesis urea adalah ornitin
karbamoiltransferase. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan keracunan NH3 (kongenital), sekalipun
orang-orang yang heterozigot untuk defisiensi ini.
Ekskresi urea dalam urin jumlahnya sangat dipengaruhi oleh 3 hal yakni intake makanan berprotein
tinggi, metabolisme protein dalam tubuh dan kemampuan ginjal dalam filtrasi dan reabsorpsi urea. Pada
penderita gagal ginjal dimana terjadi gangguan pada filtrasi urea akan menyebabkan terjadinya peninggian
urea dalam darah yang disebut uremia.
2. ASAM URAT
Asam urat dibentuk dari pemecahan purin dan dengan sintesis langsung dari 5-fosforibosil pirofosfat
(5-PRPP) dan glutamin. Kadar asam urat darah normal pada manusia adalah sekitar 4 mg/dl (0,24 mmol/l).
Pada manusia asam urat diekskresi melalui urin, tetapi pada mamalia yang lain asam urat dioksidasi
menjadi allantoin sebelum diekskresi.
Ekskresi asam urat melalui urin jumlahnya dipengaruhi olehh intake makanan sehingga kurang tepat
dalam mengekspresikan laju filtrasi glomerulus. Dalam urin, asam urat dapat membentuk kristal yang
mengendap dan menyebabkan batu ginjal. Peningkatan asam urat dalam darah (hiperurisemia) dan urin
terjadi pada peningkatan intake makanan kaya purin yang meningkat pada penderita anemia hemolitik dan
kanker dan penderita penyakit sendi. Hiperurisemia juga terjadi pada penderita gagal ginjal.
12
3. KREATININ
Kreatinin disintesis didalam hati dari asam amino methionin, glisin dan arginin. Dalam otot rangka,
kreatinin difosforilasi menjadi fosforil kreatinin yang merupakan simpanan energi penting untuk sintesis
ATP. Kreatinin di dalam urine dibentuk dari fosforilkreatinin. Kreatinin tidak dikonversi secara langsung
menjadi kreatinin.
Kecepatan ekskresi kreatinin relatif konstan setiap hari, jumlahnya tidak dipengaruhi oleh intake
makanan dan tidak direabsorpsi oleh ginjal. Hal ini memungkinkan ekskresi kreatinin menunjukkan
kemampuan laju filtrasi glomerolus yang dinyatakan sebagai kreatinin klirens.
a. Tujuan
1. Mengetahui metode pemeriksaan sisa-sisa metabolisme, yaitu urea, asam urat dan kreatinin
2. Menginterpretasi hasil pemeriksaan sisa metabolisme dalam urin
b. Percobaan
1. Penentuan kadar Urea (Metode Berthelot)
Dasar : Urea dihidrolisis oleh adanya air dan urease menjadi amonia dan karbondioksida. Dalam reaksi
berthelot ion amonium bereaksi dengan hipoklorit dan salisilat untuk membentuk zat warna yang
dihasilkan (turunan indophenol) dapat diperkuat dengan menambahkan sejumlah kecil natrium
nitroprussid. Intensitas warna sebanding dengan kadar urea diukur secara fotometrik.
Reaksi : urease
Urea + H2O 2NH4+ + CO3
2-
2N4H4+ + salisilat + hipoklorit turunan indofenol
Metode 1 :
Reagensia :
a. Reagens warna (fosfat buffer pH = 6,8 20 mM;sodium salisilat 61 mM;sodium nitroprussid 3,4
mM;EDTA-Na2 1,34 mM; urease ≥ 23 U/ml; stabilizer)
b. Standar urea 40 mg/dl dan Larutan hypoklorit
c. Sample serum/urin pengenceran 50 kali
Alat-alat : Spektrofotometer, kuvet, waterbath, pipet dan tabung reaksi
13
Cara kerja :
- Disiapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Diberi label pada setiap tabung dengan :
Masukkan kedalam tabung
Sampel Standar Blanko
Reagen warna 1 ml 1 ml 1 mlSampel serum/urine yg sdh diencerkan 50 kali (1 dlm 49)
10 µl - -
Standar urea - 10 µl -- Dicampurkan segera, kemudian diinkubasikan dalam waterbath selama 3 menit pada suhu 37
oC/selama 5 menit pada suhu 20-25 oC
Larutan hypoklorit 1 ml 1 ml 1 ml- Dicampurkan segera, kemudian biarkan selama 5 menit pada suhu 37 oC atau selama 10 menit
pada suhu 20-25 oC
- Dibaca absorbansi sampel pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 578 nm (range
panjang gelombang 570 – 600 nm)
Perhitungan : Sampel serum/plasma, kadar urea =
Sampel urine, kadar urea =
Fp = 50, jadi kadar urea urine = abs x fp x [standar] = abs x [(50 x
40 mg/dl) / 1000 g/dl]
Nilai normal : Sampel serum/plasma, kadar urea = 10 – 50 mg/dl
Sampel urine, kadar urea = 20 – 35 g/24 jam
Metode 2 :
Reagensia :
a. suspensi urease 3,5 KU/l
b. standar urea 40 mg/dl
c. reagen fenol(150 mmol/liter fenol; 0,47 mmol/liter natrium
nitroprussid)
d. larutan hipoklorit (13 mmol/liter NaOCl; 130 mmol/liter NaOH)
14
Cara kerja :
- Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri label pada setiap tabung
dengan :
Masukkan kedalam tabung
Sampel Standar Blanko
Suspensi urease 100 µl 100 µl 100 µlReagen fenol salisilat 1 ml 1 ml 1 mlSampel serum 10 µl - -Standar urea - 10 µl -
- Dicampurkan segera, kemudian inkubasikan dalam waterbath selama 15 menit pada suhu 37 oC
Larutan hypoklorit 1 ml 1 ml 1 ml- Dicampurkan segera, kemudian biarkan pada suhu ruang selama 15 menit pada suhu 37 oC.
Baca absorbansi sampel pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 620 nm
2. Penentuan kadar Asam Urat (Metode enzimatik Urikase PAP)
Dasar : Asam urat diubah secara kuantitatif oleh uricase sehingga menghasilkan hidrogen peroksida.
Dengan adanya enzim peroksidase, H2O2 akan mengoksidasi 3,5-dikloro-2-hidroksi benzena
sulfanic acid (DCHBS) dan 4-aminoantipyrin membentuk zat warna merah derivat quinoneimin.
Intensitas warna yang terjadi sebanding dengan konsentrasi asam urat dan diukur secara fotometrik.
Reaksi : Uricase
Asam urat + H2O + O2 Allantoin + CO2 + H2O2
POD2H2O2 + 4-aminoantipyrin +3,5-dikloro-2-hidroksi sulphonat zat warna merah (turunan quinoneimin) + 4 H2O
Reagensia :
a. Reagens warna (Buffer pH=7 120 mM; 3,5-dikloro-2-hidroksi benzena sulfanic acid (DCHBS)
3,5 mM; 4-aminoantipyrin 0,4 mM; EDTA Na2.H2O 0,9 mM; K3Fe(CN)6 0,1 mM; Uricase ≥ 120
U/L; Peroksidase ≥ 350 U/L; Ascorbat-oksidase ≥ 7000 U/L; Stabilizers tidak reaktif)
b. Standar asam urat 8 mg/dl
Alat-alat : Spektrofotometer, kuvet, pipet, waterbath dan tabung reaksi
15
Cara Kerja :
- disiapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Diberi label pada masing-masing tabung reaksi
dengan
Masukkan kedalam tabung Sampel Standar BlankoReagens warna 1 ml 1 ml 1 mlStandar asam urat - 20 µl -Sampel serum/urine yang sudah diencerkan 1:10 (larutkan 1 ml urine dalam 10 ml aquadest)
20 µl - -
- dicampurkan segera, biarkan pada suhu ruang selama 5 menit pada suhu 37 oC atau 10 menit pada suhu
ruangan
- dibaca absorbans pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm
Atau
Masukkan kedalam tabung Sampel Standar BlankoReagens warna 2 ml 2 ml 2 mlStandar asam urat - 40 µl -Sampel serum/urine yang sudah diencerkan 1:10 (larutkan 1 ml urine dalam 10 ml aquadest)
40 µl - -
- Campurkan segera, biarkan pada suhu ruang selama 15 menit pada suhu 37 oC. Baca absorbans pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm
Perhitungan : Kadar asam urat serum =
Kadar asam urat urin =
Dalam hal ini, fp = faktor pengenceran = 11
Jadi, 88 = fp x 8
Nilai Normal :Asam urat serum = laki-laki = 3,4 – 7 mg/dl
Perempuan = 2,4 – 5,7 mg/dl
Asam urat urin = 250 – 750 mg/24 jam
16
3. Penentuan kadar Kreatinin (Metode Jaffe tanpa deproteinisasi)
Kreatinin (anhidrida kreatin) banyak terdapat dalam jaringan otot. Kreatin fosfat merupakan cadangan
ikatan fosfat berenergi tinggi dalam otot. Kreatinin terutama dibentuk didalam otot dan diekskresi melalui
ginjal. Ekskresi kreatinin pada seseorang dalam 24 jam dari hari ke hari tetap dan berhubungan dengan
berat badan orang itu.
DASAR : Kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana alkali bereaksi membentuk suatu senyawa
kompleks berwarna kuning orange. Intensitas warna yang dihasilkan sebanding dengan kadar
kreatinin diukur secara fotometrik.
REAGENS :
1. Asam pikrat 0,035
mol/l
2. Natrium hidroksida
0,32 mol/l
3. Standar kreatinin 2
mg/dl
ALAT-ALAT : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi, stopwatch
CARA KERJA :
Sebelumnya buatlah larutan pikrat alkali sesuai dengan kebutuhan, dengan mencampur reagens 1 dan 2
dengan perbandingan 1 : 1 (tahan selama 6 jam pada temperatur kamar dalam botol berwarna gelap).
- Siapkan 2 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda pada tabung reaksi
:
Tambahkan kedalam tabung Sampel StandarLarutan pikrat alkali 2 ml 2 mlSampel serum/urine yang diencerkan 1:49 200 µl -Standar - 200 µl
- Campurkan baik-baik dan biarkan selama 30 detik pada temperatur kamar. Kemudian ukur
absorbansinya. Diamkan selama 2 menit. Ukurlah kembali absorbansi sampel dan standar terhadap
blanko (aquadest) pada panjang gelombang 492 nm
PERHITUNGAN : Kadar kreatinin =
Kadar kreatinin urine =
17
Kreatinin klirens =
Keterangan : Asp1 = absorbansi sampel pada waktu 30 detik
Asp2 = absorbansi sampel pada waktu 2 menit
Ast1 = Absorbansi standar pada waktu 30 detik
Ast2 = absorbansi standar pada waktu 2 menit
Dimana, fp = faktor pengenceran = 50. Jadi, 100 = fp x 2
NILAI NORMAL :
Serum = Laki-laki < 50 tahun) < 1,3 mg/dl
(> 50 tahun) < 1,4 mg/dl
Perempuan < 1,1 mg/dl
Urin = Laki-laki : 20 – 26 mg/kg BB/24 jam
Perempuan : 14 – 22 mg/kg BB/24 jam
HASIL
Kadar kreatinin =
=
Kadar Kreatinin Urin =
=
Kreatinin Clearance =
18
= 50,063 x 60
= 3003,78 mg/dl
PEMBAHASAN
Kreatin terutama di sintesa dalam hati dan ginjal dari asam-asam amino. Ia
diambil dari aliran darah oleh otot-otot, pada mana ia di fosforilisasi dan memasuki
metabolisme otot- hampir semua kreatin tubuh terdapat dalam otot. Produk akhir
metabolisme kreatin dalam otot adalah kreatinin, yang secara metabolik tak aktif;
kreatinin berdifusi ke dalam plasma dan disekresikan ke dalam urin.
Ekskresi kreatinin dalam urin pada orang sehat sedikit bervariasi dari hari e
hari. Besarnya ekskresi kreatin mulai urin di anggap menggambarkan masa otot aktif
total dan pemeriksaan kreatin urina di gunakan sebagai pemeriksaan sangat kasar
akan ketetapan pengumpulan contoh urina 24 jam berturut-turut. Pada orang dewasa,
kreatin urina sekitar 9-18 mmol/24 jam, sedangkan pada anak kecil ekskresi 24 jam
sekitar 90-160 umol/kg berat badan.
PEMBAHASAN
UREA
Hampir seluruh urea dibentuk didalam hati, dari katabolisme asam-asam amino
dan merupakan produk ekskresi metabolisme protein yang utama. Konsentrasi urea
dalam plasma darah terutama menggambarkan keseimbangan antara pembentukan
urea dan katabolisme protein serta ekskresi urea oleh ginjal. Sejumlah urea
dimetabolisme lebih lanjut dan sejumlah kecil hilang dalam keringat dan feses.
ASAM URAT
19
Asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme asam nukleat dan purin
pada manusia melalui jalur umum akhir untuk konversi xantin, dengan menggunakan
xantin oksidase, menjadi asam urat.
D. ZAT-ZAT PATOLOGIK DALAM URIN
1. GLUKOSA
Pada keadaan normal, tidak lebih dari 1 gram glukosa diekskresi dalam 24 jam. bila kadar glukosa
dalam urin tinggi disebut glukosuria.
Pada keadaan fisiologik, glukosuria dapat terjadi setelah makan banyak karbohidrat (alimentary
glukosuria). Sedangkan, pada keadaan patologik glukosuria dapat disebabkan oleh :
- Ambang ginjal untuk glukosa menurun. Pada keadaan ini, gula darah dalam batas-batas normal.
Hal ini terjadi pada beberapa kelainan ginjal dan disebut renal diabetes.
- Gangguan metabolisme karbohidrat. Ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat sehingga
ambang ginjal dilampaui dan glukosa dikeluarkan kedalam urin. misalnya, terdapat pada penyakit
diabetes mellitus, hipopituitarisme dan hiperadrenalisme.
Tujuan : memeriksa kadar gula dalam urine secara semikuantitatif
Dasar : dalam suasana alkalis ion kupri akan direduksi menjadi kuprooksida oleh gula yang memiliki
gugus aldehide atau keton bebas. Kuprooksida yang terbentuk bersifat tidak larut dan berwarna
merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk sebanding dengan kadar gula yang terdapat
dalam urine.
Cara kerja :
- Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih & kering. Dimasukkan 2,5 ml pereaksi benedict &
campurlah dengan 4 tetes urin
- Dipanaskan selama 5 menit pada penangas air mendidih atau didihkan diatas api kecil selama 1
menit. Biarkanlah menjadi dingin perlahan-lahan
Penafsiran :
Warna Penilaian Kadar
Biru/hijau keruh 0 -
Hijau/kuning hijau + <0,5 g%
20
Kuning/kuning kehijauan ++ 0,5 – 1 g%
Jingga +++ 1 – 2 g%
Merah bata ++++ > 2 g%
PEMBAHASAN
2. ZAT-ZAT KETON
Yang termasuk zat-zat keton ialah asam asetoasetat, β-hidroksibutirat dan aseton. Zat-zat ini
merupakan zat antara pada pemecahan asam lemak didalam hati dan selanjutnya mengalami pemecahan
pada jaringan ekstrahepatik. Pada beberapa keadaan patologik, terjadi penimbunan zat-zat keton dalam
darah (ketonemia) dan dikeluarkan melalui urin dalam jumlah besar (ketonuria). Keadaan ini disebut
ketosis.
Cara kerja :
- Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Dimasukkan 5 ml urin kedalamnya
- Dibubuhkan kristal amonium sulfat sampai jenuh (penambahan diteruskan sedikit demi sedikit,
jika dikocok kristal amonium sulfat tidak larut lagi maka hentikan penambahan)
- Ditambahkan 2–3 tetes Na-nitroprussid 5% dan 1 – 2 ml amonium hidroksida pekat. Dicampur
dan biarkan selama setengah jam. Terbentuknya warna ungu menyatakan adanya zat-zat keton.
PEMBAHASAN
3. PROTEIN
Dalam keadaan normal, tidak lebih dari 30 – 200 mg protein diekskresi dalam 24 jam. yang dimaksud
dengan proteinuria ialah terdapatnya protein dalam jumlah yang abnormal dalam urin. urin normal tidak
memberi hasil positif dengan tes-tes terhadap protein yang biasa dikerjakan.
Percobaan :
- Disiapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Dimasukkan 2 ml urin kedalamnya dan
ditambahkan 4 tetes larutan asam sulfosalisilat 10%. Kekeruhan atau presipitat menyatakan adanya
albumin atau globulin, presipitat akan bertambah pada pemanasan.
-
PEMBAHASAN
21
4. DARAH
Bila dalam urin terdapat darah, keadaan ini disebut hematuria atau hemoglobinuria. Hematuria terjadi
karena darah masuk kedalam urin, misalnya pada radang atau kerusakan ginjal dan saluran kemih.
Sedangkan hemoglobinuria terjadi karena hemolisis sehingga hemoblin dibebaskan. Ini dapat terjadi pada
penyakit malaria, reaksi transfusi atau kongenital.
Darah dapat kita periksa secara mikroskopis atau kimia. Secara kimia yaitu dengan tes yang kita kenal
sebagai benzidin test/orthotoluidine test atau dapat pula dengan menggunakan tes guaiak.
Cara kerja :
a. Tes guaiak :
- Disiapkan tabung reaksi kosong dan bersih. dipipet 2 ml urin kedalamnya dan 3 ml reagen guaiak
1% dalam alkohol. Tambahkan 1 ml H2O2 3%. Warna merah yang terbentuk menunjukkan
hasil tes positif
- Disiapkan tabung reaksi kosong dan bersih. Dipipet 2 ml urin yang telah dimasak (diatas
penangas air mendidih) kedalam tabung reaksi, dinginkan. Kemudian tambahkan 1 ml reagen
guaiak 1% dalam alkohol dan 1 ml H2O2 3%. Warna merah yang terbentuk menunjukkan hasil
tes positif dan catat perbedaannya
b. Tes orthotoluidin/benzidin:
- Disiapkan tabung reaksi kosong dan bersih. Dipipetkan 1 ml urin kedalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan 1 ml reagen orthotoluidin 1% dalam asam asetat glasial dan 1 ml H2O2
3%. Warna biru kehijauan yang terbentuk menunjukkan hasil tes positif
-
PEMBAHASAN
5. BILIRUBIN
Bilirubin normalnya tidak terdapat dalam urin. pada keadaan-keadaan patologik seperti hepatitis dan
batu empedu maka bilirubin akan meninggi kadarnya didalam darah dan kemudian akan diekskresikan
melalui urin.
Cara kerja :
22
- Disiapkan tabung reaksi bersih dan kering. Dimasukkan 5 ml urin dan 3 ml BaCl2 10%. Campur
kemudian saring
- Dibentangkan kertas saring tersebut diatas corong biarkan hingga kering. Diteteskan 2 – 3 tetes
reagen fouchet diatas kertas saring berisi endapan tersebut. Terbentuknya warna hijau menandakan
bilirubin positif
HASIL
1. Zat-zat keton
Hasil : negatif
Kesimpulan : karena pada sampel pada percobaan ini tidak terbentuknya warna
ungu yang tertera pada penuntun biokimia.
Pembahasan : badan keton adalah asam asetoasetat, ẞ-hidroksibutirat dan aseton.
Zat ini merupakan zat antara pada pemecahan pada jaringan
ekstrahepatik. Pada beberapa keadaan patologik, terjadi
penimbunan zat-zat keton dalam darah (ketonemia) dan
dikeluarkan melalui urin dalam jumlah besar (ketonuria). Keadaan
ini disebut ketosis.
2. Protein
Hasil : positif
Kesimpulan : karena pada sampel terbentuk warna kekeruhan
Pembahasan : kekeruhan pada hasil protein menyatakan adanya albumin atau
globulin, yang akan dibertambah pada pemanasan. Dan pada
keadaan normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekskresikan
dalam 24 jam.
3. Darah
23
Hasil : a) tes guaiak = negatif
b) tes orthotoluidin/benzidin = positif
karena terbentuk warna merah karna ditambahkan reagen ortholuidin
Kesimpulan : a) pada tes guaiak, pada sampel tidak terbentuk warna merah
b) pada tes orthotoluidin/benzidin, terbentuk warna merah karena di
tambahkan reagen orthotoluidin
Pembahasan : bila dalam urin terdapat darah, keadaan ini di sebut hematuria atau
hemoglobinuria. Hematuria terjadi karena darah masuk kedalam urin, misalnya
pada radang atau kerusakan ginjal dan saluran kemih. Sedangkan hemoglobinuria
terjadi karena hemolisis sehingga hemoblin dilepaskan. Ini dapat terjadi pada
penyakit malaria, reaksi transfusi atau kongenital.
4. Bilirubin
Keterangan : pada percobaan bilirubin tidak dilakukan percobaan
5. Glukosa
Hasil : negatif dan menghasilkan warna biru atau hijau keruh
Kesimpulan : karena tidak terbentuknya endapan-endapan yang tertera pada
penuntun
Pembahasan : pada percobaan di dapatkan warna biru. Hal tersebut terjadi karena
tidak terbentuk endapan. Pada keadaan normal, tidak lebih dari 1gr
glukosa diekskresikan dalam 24 jam.
24
RESPIRASI
PRAKTIKUM 1. HEMOGLOBIN
Pendahuluan
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat didalam sel darah merah (SDM)/Red Blood Cell
(RBC) dan berfungsi antara lain untuk :
1. Mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh
2. Mengikat dan membawa karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh ke paru-paru
3. Memberi warna merah pada darah
4. Mempertahankan keseimbangan asam basa dari tubuh
Hemoglobin merupakan protein tetramer kompak yang setiap manomernya terikat pada gugus
prostetik heme dan keseluruhannya mempunyai berat molekul 64,450 Dalton. Darah mengandung 7,8
sampai 11,2 mMol hemoglobin monomer/L (12,6 sampai 18,4 g/dl) tergantung pada umur dan jenis
kelamin individu.
Hemoglobin dapat mengikat 4 atom oksigen pertetramer (satu pada tiap subunit heme). Atom oksigen
terikat pada atom Fe+2, yang terdapat pada heme, pada ikatan koordinasi lima. Hemoglobin yang terikat
pada oksigen disebut hemoglobin teroksigenasi atau oksihemoglobin (HbO2), sedangkan hemoglobin
yang telah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin (Hb). Hemoglobin juga dapat mengikat gas
hasil pembakaran yang tidak sempurna yaitu karbonmonoksida (CO) dan disebut karbonmonoksida
hemoglobin (HbCO). Ikatan Hb dengan CO 200 kali lebih kuat daripada ikatan Hb dengan oksigen dan
akibatnya Hb tidak dapat lagi mengikat, membawa dan mendistribusikan oksigen ke jaringan.
Dalam keadaan lain, muatan atom Fe yang terdapat pada pusat heme dapat berubah menjadi Fe+3. Hal
ini dapat terjadi karena oksidasi oleh senyawa-senyawa pengoksidasi. Hemoglobinnya disebut hemoglobin
teroksidasi atau methemoglobin (metHb) atau Hb(Fe+3). Dalam bentuk ini Hb tidak dapat mengikat
oksigen atau kehilangan fungsinya yang amat penting. Beberapa derivat dari Hb, misalnya oksiHb, Hb dan
HbCO dapat dibedakan dengan melakukan pengenceran, dan pada pengenceran ini oksiHb terlihat
berwarna merah kekuning-kuningan, Hb berwarna merah kecoklatan dan HbCO berwarna merah terang
(carmine tint). Untuk lebih jelas lagi setiap derivat Hb dapat pula dibedakan dengan menggunakan
25
spektroskop, yaitu suatu teknik berdasarkan perbedaan absorpsi warna-warna tertentu dari spectrum cahaya
putih. Bila suatu larutan berisi suatu zat warna diletakkan antara lain tersebut dan sumber cahaya, maka
akan terlihat daerah (pita) berwarna hitam pada bagian spectrum tempat terjadinya penyerapan warna
tersebut. Dengan menentukan letak serta intensitas pita-pita absorpsi itu, maka dapat ditemukan pigmen apa
yang sedang diperiksa itu. Pada spektroskop yang tidak dilengkapi dengan skala panjang gelombang
cahaya, letak pita absorpsi itu ditentukan dengan membandingkan dengan garis-garis fraunhofer itu akan
terletak pada perkiraan : B = 687 mu, C = 656 mu, D = 589 mu, b = 517 mu, F = 486 mu, dan G = 431 mu.
Diagram spectrum matahari dengan garis-garis Fraunhofer dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
B C D E b F G
Merah jingga kuning hijau biru ungu
700 600 500 400
Tujuan praktikum :
a. Memperlihatkan bahwa Hb dapat mengikat dan melepaskan oksigen
b. Memperlihatkan bahwa ikatan Hb dengan karbonmonoksida jauh lebih kuat
dibandingkan ikatan Hb dengan O2
c. Memperlihatkan bahwa besi dalam molekulHb bila dioksidasi akan menjadi MetHb &
tidak dapat mengikat oksigen lagi
d. Penetapan kadar Hb kuantitatif (cara sianmethemoglobin)
Percobaan :
I. HEMOGLOBIN
1. UJI OKSIHEMOGLOBIN DAN DEOKSIHEMOGLOBIN
A. TUJUAN : Membuktikan hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk oksihemoglobin
(HbO2) dan terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin
B. DASAR
Dalam keadaan tereduksi Fe dalam molekul Hb dapat mengikat dan melepaskan oksigen tergantung
pada tekanan O2 dan CO2
Hb(Fe+2) + O2 Hb(Fe+2)O2
26
Deoksi Hb Oksi Hb
Untuk mereduksi oksi Hb menjadi deoksi Hb digunakan larutan stokes
C. BAHAN DAN PEREAKSI
1. Darah segar 2. Pereaksi stokes 3. Larutan NH4OH
D. CARA KERJA
1. Oksihemoglobin
a. Ke dalam sebuah tabung reaksi encerkan 2 ml darah dengan 6 ml air suling. Campur dengan baik
dan perhatikan warna kekuning-kuningan dari oksihemoglobin yang terbentuk.
b. Bagi 2 isi tabung sehingga masing-masing berisi 4 ml. Gunakan tabung 1 sebagai kontrol
2. Pembentukan Deoksihemoglobin
a. Isi tabung ketiga dengan 2 ml pereaksi stokes dan tambahkan NH4OH secukupnya untuk
melarutkan endapan yang segera terbentuk. Campuran ini merupakan pereduksi yang amat kuat.
b. Masukkan beberapa tetes larutan stokes kedalam tabung 2. Terlihat perubahan warna karena
terbentuknya deoksihemoglobin. Bandingkan dengan tabung 1
c. Pindahkan 2 ml larutan deoksihemoglobin ke tabung lain sebagai kontrol
3. Pembentukan kembali Oksihemoglobin dari Deoksihemoglobin
a. Kocok kuat-kuat tabung yang berisi deoksihemoglobin, maka akan kembali terjadi oksigenasi
dari udara. Perhatikan dan catat warna HbO2 yang kembali terbentuk
b. Oksigenasi dan deoksigenasi ini dapat dilakukan berulang-ulang
E. HASIL
Hasil Tabung 1 OksiHb Tabung 2 DeoksiHb Tabung 3 Reoksigenasi DeoksiHb
Warna yang terbentuk
MERAH MERAH TUA KUNING KEHIJAUAN
27
F. KESIMPULAN
Hemoglobin dapat mengikat oksigen, terlihat pada hasil tabung-tabung reaksi
yang berwarna merah maron dan hemoglobin juga dapat melepas oksigen
(deoksihemoglobin) terlihat pada tabung ke-4 yang berwarna merah pekat.
H. PEMBAHASAN
Oksihemoglobin: hemoglobin tanpa oksigen (hemoglobin tereduksi) adalah
ungu muda; hemoglobin teroksigenasi penuh, dengan tiap pasangan hem +globin
membawa dua atom oksigen, berwarna kuning-merah. 1gr hemoglobin membawa
1,34 ml oksigen. Seharusnya symbol untuk oksihemoglobin adalah HdO8, tetapi
HbO2 adalah kovensional.
A. TUJUAN : Membuktikan bahwa Hb dapat mengikat CO yang ikatannya lebih kuat daripada
Hb dengan O2
B. DASAR : Gas CO yang berasal dari proses-proses pembakaran yang tidak sempurna dapat mengikat
Hb membentuk HbCO. Ikatan ini sangat kuat (kurang lebih 200 kali lebih kuat dibanding
ikatan Hb dengan O2). HbCO berwarna merah terang
HbO2 + CO HbCO + O2
HbCO + stokes tidak bereaksi(tetap berwarna merah terang)
C. BAHAN DAN PEREAKSI
1. Darah segar 2. Sumber gas CO 3. Pereaksi stokes 4. NH4OH
D. CARA KERJA
1. Encerkan 2 ml darah dengan 8 ml air suling. Bagi 2 darah encer tersebut (masing-masing 5 ml)
dalam 2 tabung reaksi
28
2. Pada tabung 1 alirkan gas CO (dalam lemari asam). Oksihemoglobin akan berubah menjadi
karbonmonoksida hemoglobin. Bandingkan kedua warna tabung tadi
3. Pindahkan masing-masing 1 ml dari tabung 1 (berisi HbCO) kedalam tabung 3 dan tabung 4 dan
masing-masing 1 ml dari tabung 2 (berisi HbO2) kedalam tabung 5 dan 6
4. Tambahkan pereaksi stokes pada tabung 3 dan 5. Perhatikan hasil yang diperoleh
5. Encerkan isi tabung ke-4 dan ke-6 dengan 4 ml air suling. Bandingkan warna kedua cairan itu.
OksiHb berwarna kekuning-kuningan, sedang HbCO berwarna kemerahan (carmine tint)
E. HASIL
Tabung OksiHb KarbonmonoksidaHbWarna sebelum penambahan pereaksi stokes
Warna setelah penambahan pereaksi stokes
F. KESIMPULAN
Pada percobaan ini tidak dilakukannya percobaan.
PERTANYAAN
Gejala-gejala apakah yang terlihat pada seseorang yang keracunan CO
Jawaban :
29
2. UJI METHEMOGLOBIN
A. TUJUAN : Memperlihatkan bila besi dalam molekul Hb dioksidasi menjadi
Fe+3 maka terbentuk metHb yang tidak lagi dapat mengikat O2
B. DASAR
Hb(Fe+2) + K3Fe(CN)6 Hb(Fe+3) + K4Fe(CN)6Hb oksidator metHb
metHb tidak dapat lagi mengikat O2
C. BAHAN DAN PEREAKSI
1. Darah segar 2. Pereaksi K3Fe(CN)6 3. Pereaksi stokes
D. CARA KERJA
1. Encerkan 1 ml darah dengan 4 ml air suling kedalam tabung reaksi
2. Ke dalam tabung itu ditambahkan beberapa tetes K3(Fe(CN)6 33%. Perhatikan & catat
perubahan warna yang terjadi. Kemudian tambahkan pereaksi stokes kedalam tabung tersebut &
kocok kuat-kuat. Perubahan apakah yang terlihat?
3. Encerkan 3 ml darah dengan 3 ml air suling dan panaskan sebentar. Lalu tambahkan 6 ml
K3Fe(CN)6. Campur dengan membalik-balikkannya. Perhatikan gelembung-gelembung oksigen
yang terbentuk
E. HASIL
Tabung Warna tabung 1 Warna tabung 2+ K3(Fe(CN)6 Merah + K3(Fe(CN)6 Coklat tua
Pengocokan kuat Gelembung udara Ada gelembung udara dr bawah keatas
+ stokes Biru
Pengocokan kuat Biru tua & adaGelembung udara
F. KESIMPULAN
30
Tabung 1 yang mempengaruhi perubahan warna adalah pelarut stokes dan tidak
terjadi pengikatan oksigen karna pereaksi stokes yang mengambil oksigen dari
hemoglobin dan bersifat oksidasi, pereaksi stokes adalah zat reduktor. Dan terjadi
perubahan warna setelah pengocokan kuat menjadi biru tua serta adanya gelembung-
gelembung oksigen yang terbentuk.
Tabung 2 adanya pembentukan gelembung-gelembung oksigen karna pemanasan
dan penambahan K3(Fe(CN)6.
Hb(Fe+2) + K3Fe(CN)6 Hb(Fe+3) + K4Fe(CN)6Hb oksidator metHb
G. PERTANYAAN
Percobaan ini terdiri atas 2 bagian, apakah perbedaan dari ke-2 percobaan itu ?
Jawaban :
Yang membedakan percobaan 1 dan 2 terlihat pada hasil diatas yaitu ,
tabung 1 adanya penambahan pelarut stokes dan terjadi perubahan warna
menjadi biru tua setelah dilakukan pengocokan kuat, sedangkan tabung 2 tidak
adanya penambahan pelarut stokes dan terjadi perubahan warna menjadi coklat
tua.
H. PEMABAHASAN
Ia merupakan hematin-globin, yang mengandung FeIII. Methemoglobin tidak
dapat mengangkut oksigen untuk pernapasan. Pada metabolism hemoglobin normal ia
diedarkan oleh autooksidasi dan reduksi melalui methemoglobin, walaupun kurang 1
persen yang terdapat pada suatu waktu kapanpun.
Methemoglobin adalah coklat dan methemoglobinemia dapat dicurigai dari
warna darah yang diencerkan serta di diagnosa dengan spektroskopi diferensial
gejala-gejala sianosis timbul bila 15% hemoglobin (2,5 g/dl) dan anoksia bila lebih
dari 30% hemoglobin terdapat sebagai methemoglobin.
31
3. PENETAPAN KADAR Hb DALAM DARAH (METODE
SIANMETHEMOGLOBIN)
A. DASAR : Derivat-derivat hemoglobin dalam darah diubah oleh kalium hexacianoferat (III) dan
kalium cianida menjadi cianmethemoglobin (HbCN). Intensitas warna sebanding dengan kadar
hemoglobin, diukur secara fotometrik.
Hb + Fe(CN)63- MetHb
MetHb + KCN MetHbCN
B. REAGENS : Drabkin’s reagent (NaHCO3 1000 mg; K3Fe(CN)6 200 mg; KCN 50 mg/1000
ml)
C. ALAT-ALAT : Spektrofotometer, pipet, tabung reaksi
D. CARA KERJA
Drabkin’s reagent 5 mlDarah 20µl
Bilas pipet dengan campuran pereaksi, campurkan benar-benar. Sesudah 3 menit pindahkan isi tabung
reaksi ke dalam kuvet dan baca absorbans pada panjang gelombang 546 nm
E. PERHITUNGAN
Kadar Hb = absorbans x 36,8 gr/dl
F. NILAI NORMAL
- Laki-laki :14 – 18 gr/dl
- Perempuan :12 – 16 gr/dl
- Bayi (0 – 4 minggu):16 –
25 gr/dl
- Anak (1 bulan – 2
tahun):10 – 15 gr/dl
- Anak (2 tahun – 6
tahun) :11 – 14 gr/dl
- Anak (6 tahun – 12
tahun):12 – 16 gr/dl
G. KESIMPULAN
Dalam percobaan penetapan kadar Hb dalam darah (metode sianmethemoglobin)
32
tidak dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baron D.N, kapita selekta patologi klinik, 4thed, penerbit buku kedokterran
EGC.1990
2. Murray R.K, granner D.K, rodwell V.W, biokimai Harper, 27th, penerbit buku
kedokteran EGC.2009
3. Sacher R.A, McPherson R.A, tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, 11thed,
penerbit buku kedokteran EGC.2004
33
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
RESPIRASI
NAMA : NOVITASARI
STAMBUK : 10 777 019
NAMA : NOVITASARI
NO. STAMBUK : 10 777 019
KELOMPOK : III
34
INSTRUKTUR : dr. Rezki Tantular
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2011
35
top related