laporan biokim penetapan kadar gula darah

Upload: hasti-rizky-wahyuni

Post on 17-Oct-2015

428 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

gula darah yang tinggi akan

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMBIOKIMIA II

NAMANIMKEL.PRAKTIKUM/KELASJUDULDOSEN PEMBIMBING:::::

HASTI RIZKY WAHYUNI08121006019VII / A (GANJIL)PENETAPAN KADAR GULA DARAH1. Dr. rer.nat Mardyanto, M.Si, Apt.2. Dr. Budi Untari, M.Si, Apt.

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SRIWIJAYA2013

PRAKTIKUM IPENETAPAN KADAR GULA DARAH

I. TujuanPraktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa mampu memahami prinsip penetapan kadar gula darah dan protein sebagai salah satu uatan kompetensi dalam bidang keahlian biokimia klinik.

II. Prinsip Menentukan kadar gula darah dengan menggunakan metode spektrofotometri dengan ditambahkan reagen Fehling A dan Fehling B.

III. Dasar TeoriGlukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah (Poedjiadi 1994).Tingkat glukosa dalam darah dikenal dengan istilah gula darah, kadar gula darah ini diatur oleh tubuh. Glukosa digunakan sebagai sumber energy untuk melakukan metabolisme sel di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari, yaitu 4-8 mmol/L (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari. Kadar glukosa dalam tubuh makhluk hidup dapat digunakan untuk memprediksi metabolismeme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan 1 glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun, jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum, maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa (Poedjiadji 1994).Bila kadar gula dalam darah melebihi atau kurang dari batas normal maka sistem metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Salah satu contoh penyakit yang disebabkan oleh kelainan kadar glukosa yaitu diabetes mellitus. Diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan kencing manis merupakan penyakit yang timbul karena suatu gangguan dari pankreas, yaitu organ tubuh yang biasa menghasilkan insulin dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel tubuh. Seseorang yang terkena diabetes mellitus selalu ditandai oleh naiknya kadar gula darah (hiperglikemia) dan tingginya kadar gula dalam urine (Achjadi 2003). Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994).Pada hewan terdapat salah satu penyakit yang dinamakan Hypocalcaemia. Hypocalcaemia adalah penyakit metabolisme pada hewan yang terjadi pada waktu atau segera setelah melahirkan yang manifestasinya ditandai dengan penderita yang mengalami depresi umum (Subronto 2001). Glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai cara baik secara kimiawi maupun secara enzimatik. Prisip penentuannya didasari pada kemampuan glukosa untuk mereduksi ion anorganik seperti Cu2+ atau Fe(CN)63-.Sebagai pedoman dapat diperkirakan bahwa hasil penentuan glukosa secara reduksi akan memberikan hasil 3,6 -10,8 mg % lebih tinggi daripada cara enzimatik. Perbedaan ini akan lebih besar lagi bila terdapat peningkatan kreatinin dan asam urat (Suryohudoyo & Purnomo 1996).

IV. Alat dan Bahana) Alat yang digunakan dalam praktikum ini : 1. Beaker gelas7. Rak tabung reaksi 2. Pipet tetes8. Pengaduk / spatula3. Gelas ukur9. Kertas saring4. Tabung reaksi 10. Kuvet5. Penangas air 11. Spektrofotometer6. Pipet volimetrik

b) Bahan yang digunakan dalam praktikum ini :1. Larutan glukosa7. Asam Asetat2. Aquadest 8. Na Tiosulfat3. NaOH9. Amilum4. ZnSO410. Asam Askorbat5. Darah Kapiler11. Fehling A dan Fehling B6. K3Fe(CN)6

V. Cara Kerja1. Dalam 4 tabung reaksi Prosedur dengan Titrasi

Dimasukkan

1 mL NaOH + 5 mL ZnSO4

Ditambahkan

0,1 mL darah kapiler pada tabung 1, 2, dan 3, sedangkan pada tabung 4 tidak perlu (blanko)

Direbus 4 menit dan disaring

Dengan kertas saring yang ditambahkan air

Diambil filtrat

Filtrat ditambahkan 2 mL K3Fe(CN)6

Direbus 15 menit, ditambahkan

Setelah dingin, 3 mL KI + 2 mL asam asetat + 3 tetes amilum

Dengan Na tiosulfat, catat volume titrasiDititrasi

2. Dalam 4 tabung reaksi Terbntuk dua endapan abu-abuDisentrifuge Prosedur dengan Spektrofotometri

Diencerkan & dipanaskan hingga

Selama 10 detik

Diambil

Bagian cairan dari hasil sentrifugasi

Dimasukkan

Dalam tabung reaksi

Ditambahkan

1 pipet Fehling A dan 1 pipet Fehling BDalam tabung untuk diukur dengan spektroDimasukkan

Selanjutnya pada spektro UV

Masukkan air ke dalam kuvet

Diukur

Absorbansi maksiumnya dengan memutar nya

Kemudian

Masukkan sampel ke dalam kuvet, diukur juga absorbansi maksimumnya

Dilakukan Secara triplo, karena sampel ada 3

VI. Data Hasil Pengamatan1. Metode TitrasiPercobaanHasil

Sampel5 ml ZnSO4 + 1 ml NaOH 0,1 N + darah 2 tetes lalu dipanaskan 4 menit

Disaring + 20 tetes aquadest, filtrat diambil + 2 ml K3Fe(CN)60,005 N lalu dipanaskan 15 menit

+ 2 ml Asam asetat + 150 mg asam askorbat + 6 ml KI + 3 tetes amilum dan dititrasi dengan Na2S2O3

Blanko5 ml ZnSO4 + 1 ml NaOH 0,1 N lalu dipanaskan 4 menit

Disaring + 20 tetes aquadest, filtrat diambil + 2 ml K3Fe(CN)60,005 N lalu dipanaskan 15 menit

+ 2 ml Asam asetat + 150 mg asam askorbat + 6 ml KI + 3 tetes amilum dan dititrasi dengan Na2S2O3Terbentuk endapan hijau zaitun

Larutan bening

Tidak ada perubahan warna (titrasi gagal)

Larutan bening

Larutan bening

Tidak ada perubahan warna (titrasi gagal)

2. Metode SpektrofotometriPercobaanHasil

0,5 ml darah + 2 ml aquadest

Disentrifugasi

Lapisan atas + 1 ml Fehling A dan Fehling B

Dipanaskan

Diambil 4 tetes + 2 ml aquadest, diukur Absorbansi darah dan aquadest pada panjang gelombang 540 nm dengan spektrofotometer UV-Vis

Larutan berwarna coklat-kemerahan

Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas bening, lapisan bawah endapan

Larutan berwarna biru

Larutan biru pekat mirip blanko 0,1 mg/mL

A air = -0,12A darah = 0,13Rentang = 0,25

Data Pengukuran Absorbansixy

00

10,09

0,50,049

0,250,02

0,20,022

0,150,012

Keterangan :x : konsentrasi glukosa (mg/mL)y : Absorbansi

Perhitungan Kadar Gula DarahY = 0,0909 X + 0,0004X = 0,13 0,0004 / 0,0909X = 1,426 mg/mL (sampel)

Grafik Hasil Kurva Kalibrasi

VII. PembahasanUji glukosa darah pada praktikum ini menggunakan metode titrasi dan spektofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 540 nm. Pada metode titrasi digunakan prinsip titrasi iodometri dimana zat yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida (KI) berlebihan dan akan menghasilkan iodium (I2) yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat (Na2S2O3). Banyaknya volume Natrium Tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel. Fungsi penambahan NaOH pada titrasi adalah sebagai pemberi suasana basa dan juga mengendapkan ion ion besi dalam darah. Salah satu ion besi yang diendapkan adalah ion besi pada haemoglobin. Ion besi ini diubah menjadi molekul Fe(OH)2 berupa endapan merah. Pada pemberian ZnSO4 maka endapan merah dari sampel makin banyak dan terkoagulasi menjadi makin pucat. Penambahan ZnSO4 ini berfungsi untuk mengendapkan dan juga mendenaturasi protein secara sempurna.Glukosa merupakan gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Glukosa dalamdarah tersebut akan mereduksikan ion ferrisianida Fe(CN)63-menjadi ion ferrosianida Fe(CN)64-. Kelebihan Fe(CN)64- akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3 dengan indikator iodium yang pada titik akhir titrasi berwarna biru.Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoiodit dan selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi dari senyawa.Titrasi yang dilakukan gagal, tidak terjadi perubahan warna saat titrasi, hal ini disebabkan mungkin asam yang digunakan (asam asetat) tidak terlalu kuat sehingga tidak dihasilkannya iodium (I2). Iodometri biasanya menggunakan H2SO4 sebagai pembuat suasana asam. Kemungkinan lain, bahan yang diguanakan dalam titrasi tidak murni.Menurut (Syabatini 2010), spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.Kadar glukosa darah normal 50 100 /dL ( 50/18 100/18 mmol/dL ). Hepar mempertahankan glukosa dengan glikogenolisis dan glukoneogenesis, dibawah kontrol hormonal (glukagon atau kalau turunnya drastis menjadi epinefrin). Apabila glukosa darah turun, glukagon dilepas pankreas,glukagon akan mengaktifkan adenilil siklase, enzim ini akan mengkatalisis pembentukan cAMP dari ATP, cAMP akan mengaktifkan cAMP dependent protein kinase, yang selanjutnya akan mengubah fosforilase kinase b a (dengan fosforilasi membutuhkan ATP). Fosforilase kinase a akan mengaktifkan fosforilase (fosforilase fosforilase-P). Selanjutnya fosforilase yang aktif memecah glikogen menghasilkan G 1P. Bersama dgn enzim glukantransferase dan debrancing enzim glikogen akan dipecah semuanya. Persamaan yang didapat dari kurva regresi yaitu Y = 0,0909 X + 0,0004. Dari persamaan ini dimasukkan nilai absorbansi sampel glukosa dari plasma darah sebesar 0,13diperoleh konsentrasi glukosa dalam sampel darah sebesar 1,426 mg/mL. Kadar gula darah ini tidak termasuk kadar normal karena lebih tinggi dari kadar gula normal sebesar 60-120 mg/100 mL. Bila level gula darah menurun terlalu rendah disebut hipoglisemia. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglisemia.

VIII. Kesimpulan1. Glukosa merupakan monomer karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menghasilkan energi. Glukosa yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dialirkan oleh darah. 2. Kadar glukosa dalam darah dapat diketahui dengan melakukan percobaan uji glukosa darah dengan metode titrasi dan spektrofotometri. 3. Prinsip kerja alat spektrofotometer ini adalah dengan mengukur absorbsi cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh suatu atom/molekul. 4. Persamaan yang didapat dari kurva regresi yaitu Y = 0,0909 X + 0,0004. Diperoleh konsentrasi glukosa dalam sampel darah sebesar 1,426 mg/mL.5. Kadar gula normal sebesar 60-120 mg/100 mL.

Daftar Pustaka

Achjadi K. 2003.Penyakit Gangguan Metabolisme. Bogor : IPB Press.Dorland W.A Newman. 2002.Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.Girindra A.1988.Biokimia I. Jakarta : GramediaPoedjiadi Anna 1994.Dasar-dasar Biokimia.Jakarta: UI Press.Suryohudoyo P & Purnomo SU. 1996. Dasar Molekuler Diabetes Mellitus (DM), Naskah Lengkap Surabaya Diabetes Update-I : 71-73.Syabatini Annisa. 2010.Analisis Campuran Dua Komponen Tanpa Pemisahan Dengan Spektrofotometer. Pontianak : UNLAM Press.

LAMPIRAN

Sampel Saat sampel ditetesi Fehling A & B

Saat Dipanaskan setelah dipanaskan berwarna coklat

Saat disentrifugasi Hasil Sentrifugasi