kelebihan berat badan
Post on 10-Oct-2015
72 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
1/27
I
LEMBAR PENGESAHAN
P R O P O S A L P E N E L I T I A N
Proposal Penelitian dengan judul: Hubungan Overweight
Terhadap Kadar Glukosa Darah Postprandial pada Dewasa
Muda di Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu Tahun 2014
Disusun oleh :
Dinda Fitriana Setia H1A013035
Menyetujui
Ketua Pengelola FKIK UNIB Penanggung Jawab Modul
Riset
Dr. Sumpono dr. Sylvia Rianissa Putri
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
2/27
II
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memenuhi tugas modul riset dan sepanjang pengetahuan saya
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain , kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Bengkulu, 16 Januari 2014
Dinda Fitriana Setia
H1A013035
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
3/27
III
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... I
PERNYATAAN ...................................................................................................... II
Daftar Isi.................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN..1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 2
BAB IILANDASAN TEORI ................................................................................. 4
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 4
1. Dewasa Muda dan Risiko Penyakit ........................................................ 4
2. Overweight ............................................................................................. 4
3. Kadar Glukosa Darah ............................................................................ 7
4. Hiperglikemia Postprandial ................................................................. 10
5. Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Kadar Glukosa darah ........ 11
B. Kerangka Konsep ......................................................................................... 13
C. Hipotesis ....................................................................................................... 13
BAB IIIMETODE PENELITIAN........................................................................ 14
A. Desain Penelitian .......................................................................................... 14
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 14
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 14
D. Besar Sampel ................................................................................................ 15
E. Cara Kerja .................................................................................................... 16
F. Kriteria penelitian......................................................................................... 19
G. Identifikasi variabel penelitian ..................................................................... 19
H. Definisi Operasional..................................................................................... 21
I. Batasan operasional ...................................................................................... 22
J. Masalah Etik................................................................................................. 22
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 23
Lampiran.25
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
4/27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Overweight menjadi salah satu risiko penyebab kematian di dunia.
Setidaknya ada 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahunnya akibat
overweight dan obesitas (WHO, 2011). Beberapa hasil penelitian kesehatan
mengatakan bahwa overweight berkaitan dengan berbagai macam penyakit
seperti penyakit jantung dan diabetes. Menurut penelitian (Lewis, 2009)
dalam artikel kesehatan yang dimuat oleh American Heart Association
(AHA), bahaya kesehatan bagi seseorang yang overweight harus ditanggapi
dengan serius terutama jika ada faktor risiko lain seperti intoleransi glukosa
dan peningkatan tekanan darah.
Kadar glukosa darah biasanya berfluktuasi, naik turun sepanjang hari dan
setiap saat tergantung pada makanan yang masuk dan aktivitas fisik seseorang.
Jika kadar glukosa darah melebihi batas normal disebut Kadar Glukosa darah
tinggi atau Hyperglikemia. Jika seseorang memiliki kadar glukosa darah yang
tinggi dan meskipun belum dikategorikan sebagai pengidap diabetes, keadaan
ini dapat disebut sebagai intoleransi terhadap glukosa atau prediabetes
(Nathan, 2010).
Diabetes merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya
peningkatan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Gustaviani,
2008). Saat ini, sudah ada 230 juta penduduk dunia yang mengidap diabetes.
Di Indonesia, pada tahun 1995, ada 4,5 juta orang yang mengidap diabetes dan
diperkirakan pada 2025 akan menjadi 12,4 juta orang, atau urutan kelima
terbanyak di dunia (Tandra, 2009).
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
5/27
2
Menurut (Whitlock, 2009) dalam sebuah tinjauan sistematis dan meta
analisis studi kohort prospektif, pria dengan overweight memiliki 2,4 kali lipat
peningkatan risiko menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan berat badan pria
normal, sedangkan wanita dengan overweight 3,9 kali lipat lebih berisiko
menderita DM tipe 2 dibanding dengan berat badan wanita normal.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan
berat badan terhadap peningkatan kadar glukosa darah. Pada penelitian ini,
penulis lebih memfokuskan penelitiannya pada dewasa muda. Karena dewasa
muda saat ini berisiko lebih tinggi mengidap penyakit tidak menular termasuk
yang terkait dengan kadar glukosa darah.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat penulis rumuskan berdasarkan latar belakang
di atas adalah : Bagaimana hubungan overweight Terhadap Kadar Glukosa
Darah Terhadap Dewasa Muda di Fakultas Kedokteran Universitas Tahun2014?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan overweight terhadap kadar glukosa darah
postprandial di Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai hubungan keadaan overweight terhadap kadar glukosa darah.
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
6/27
3
2.
Bagi Masyarakat dan Pembaca
Penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi
masyarakat secara tertulis maupun sebagai referensi mengenai hubungan
keadaan overweight terhadap kadar glukosa darah dan memberikan umpan
balik kepada masyarakat mengenai kadar glukosa mereka sudah baik atau
belum.
3. Bagi FKIK UNIB
Hasil penelitian ini bagi FKIK UNIB yaitu
Hasil penelitian yang dilakukan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan yang bermanfaat mengenai keterkaitan overweight
terhadap kadar glukosa darah bagi mahasiswa Program
Pendidikan Kedokteran Universitas Bengkulu
Meningkatkan citra akademik FKIK Universitas Bengkulu.
.
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
7/27
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Dewasa Muda dan Risiko Penyakit
Masa dewasa muda dimulai sekitar usia 18 sampai 22 tahun dan
berakhir pada usia 35 sampai 40 tahun (Andranita,2008). Masa dewasa muda
merupakan salah satu periode tumbuh kembang yang penting dan
menentukan pada periode perkembangan berikutnya (Andranita,2008).
Menurut National Health and Nutrition Examination Study
(NHANES) antara periode 1988-1994 dan 1999-2000 terjadi peningkatan
dewasa muda obesitas sebesar 11 % (Sargowo,2005). Menurut WHO
technical report series tahun 2005, diperkirakan akan terjadi peningkatan
penyakit kronis meliputi penyakit kardiovaskuler, obesitas, diabetes melitus,
dan beberapa jenis kanker, sebesar 57% hingga tahun 2020.
Hal di atas dikaitkan dengan pola makan dan gaya hidup yang
berkembang saat ini, gaya hidup barat yang bercirikan makanan tinggi kalori
dan lemak, aktivitas fisik yang kurang serta kebiasaan merokok dan minum
alcohol (Marchand,1997). Gaya hidup inilah yang menimbulkan
keseimbangan energi positif pada tubuh, kenaikan berat badan dan berujung
pada obesitas serta segala risiko penyakit yang mengiringinya
(Marchand,1997).
2. Overweight
Metabolisme energi di dalam tubuh manusia diatur oleh berbagai faktor,
baik yang menyebabkan meningkatnya penyimpanan energi, atau yang
mendorong pemakaian energi (Meutia, 2005). Pemakaian energi tubuh diatur
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
8/27
5
dalam keadaan seimbang. Bila energi yang masuk lebih besar dari energi yang
keluar, kelebihan energi tersebut akan disimpan dalam jaringan lemak.
Overweight didefinisikan sebagai peningkatan berlebihan jaringan lemak
pada otot dan jaringan skeletal (Dorlan, 2002). Dikatakan Overweight jika IMT
23. Secara ilmiah kelebihan berat badan (overweight) terjadi akibat
mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh.
a. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Overweight
1. Faktor Genetik
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik
memberikan hubungan sebesar 33% terhadap berat badan seseorang (Mumpuni,
2010). Menurut penelitian Haines et al (2007) dalam Sartika (2011) Jika ayah
dan/atau ibu menderita overweight maka kemungkinan anaknya memiliki
kelebihan berat badan sebesar 40-50 %.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan termasuk perilaku atau pola gaya hidup. Penelitian di Amerika
menunjukkan bahwa anak-anak yang disekitar sekolahnya terdapat restoran
cepat saji atau fast food akan memiliki kecenderungan untuk jarang
mengomsumsi buah dan sayuran. Pada akhirnya perubahan pola dan kebiasaan
tersebut akan memengaruhi jumlah siswa yang kelebihan berat badan atau
overweight dan kegemukan atau obesitas.
3. Faktor Pola Makan
Mengomsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, seperti gula,
fruktosa, soft drink, bir dan wine akan menyebabkan berat badan karena
karbohidrat. Para ahli menyebutkan bahwa orang yang makan dalam jumlah
sedikit dengan frekuensi 4-5 kali sehari memiliki kadar kolesterol dan glukosa
darah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan frekuensi makannya kurang
dari itu.
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
9/27
6
4. Faktor Psikis
Dari hasil penelitian juga membuktikan bahwa orang gemuk makan lebih
banyak dalam situasi yang sangat mencekam (McKenna, 1999) dalam
(Mumpuni, 2010).
5. Faktor Aktivitas Fisik
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor, yaitu tingkat aktivitas dan
olahraga secara umum dan angka metabolisme basal atau tingkat energi yang
dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Kurangnya olahraga
secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh
orang tersebut.
c.
Dampak Patologis dari Berat Badan Berlebih dan Obesitas
Tabel 1.2 Dampak Patologis dari Berat Badan Berlebih dan Obesitas
Jenis efek Contoh penyakit/dampak patologis
Efek metabolic Diabetes mellitus tipe 2 (gangguan
intoleransi glukosa, resistensi insulin)
Penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi
dislipidemia,dan gangguan pembekuan darah
Disfungsi hormonal : kelainan
menstruasi,perubahan anatomis
Efek Mekanis Muskuloskeletal (osteoarthritis pada
sendi yang menahan berat badan)
Kesulitan bernafas termasuksleep apnoe
dan sesak nafas
Komplikasi Bedah Resiko anastetik, buruknya
penyembuhan luka, risiko trombosis
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
10/27
7
Efek Psikologis Keletihan, agoraphobia, rasa rendah
diri, masalah dalam hubungan keluarga
3. Kadar Glukosa Darah
a. Definisi
Kadar glukosa darah (KGD) adalah jumlah kandungan glukosa dalam
plasma (Dorland, 2002).
b. Metabolisme Glukosa
1) Proses Pencernaan dan Absorbsi Glukosa
Metabolisme glukosa dimulai saat glukosa terkandung sebagai senyawa
dalam bentuk makanan yang lebih kompleks. Ketika makanan dikunyah,
makanan bercampur dengan saliva, yang terdiri dari enzim pencernaan
ptialin (suatu -amilase) yang terutama disekresikan oleh kelenjar parotis.Enzim ini menghidrolisis tepung menjadi disakarida maltosa dan polimer
glukosa kecil lainnya. Namun, makanan berada dalam mulut hanya untuk
waktu yang singkat, sehingga tidak lebih dari lima persen dari total
karbohidrat yang masuk ke rongga mulut yang bisa diurai untuk menjadi
karbon yang lebih sederhana (Guyton,2007).
Pencernaan karbohidrat kemudian berlanjut di dalam lambung selama 1
jam sebelum makanan bercampur dengan sekresi lambung. Setelah itu,
dalam waktu 15 sampai 30 menit, kimus (hasil pencernaan dari lambung)
menuju usus halus (duodenum) dan bercampur dengan sekresi dari pankreas
untuk dicerna lebih lanjut. Pada tahap ini, hampir semua karbohidrat telah
dicernakan (Guyton,2007).
Disakarida yang masuk ke dalam usus halus, akan dicerna menjadi
monosakarida oleh enzim-enzim epitel usus. Disakarida tersebut seperti
laktosa, sukrosa, dan maltosa. Laktosa dipecahkan menjadi satu molekul
galaktosa dan satu molekul glukosa. Sukrosa dipecahkan menjadi satu
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
11/27
8
molekul fruktosa dan satu molekul glukosa. Maltosa dan turunan glukosa
kecil lainnya semua dipecahkan menjadi molekul-molekul glukosa. Produk
akhir dari pencernaan karbohidrat semuanya adalah monosakarida. Seluruh
monosakarida tersebut bersifat larut-air dan diserap dengan segera ke dalam
darah portal (Guyton,2007).
Setelah pencernaan dari saluran pencernaan, banyak fruktosa dan hampir
semua galaktosa diubah secara cepat menjadi glukosa di dalam hati.
Glukosa kemudian menjadi bentuk umum akhir untuk mentranspor hampir
semua karbohidrat ke sel dan jaringan (Guyton,2007).
2) Pengaturan Glukosa Darah
Lebih dari 95 persen dari seluruh monosakarida yang beredar di dalam
darah pada umumnya merupakan produk perubahan akhir, yaitu glukosa
(Guyton, 2007).
Kadar glukosa darah normal pada seseorang yang tidak makan dalam
waktu tiga atau empat jam terakhir adalah sekitar 90 ml/dl. Setelah makan
makanan yang mengandung banyak karbohidrat sekalipun, kadar ini jarang
melebihi 140 mg/dl kecuali orang tersebut menderita penyakit seperti
diabetes melitus. Pengaturan kadar glukosa darah sangat erat hubungannya
dengan hormon insulin dan glukagon yang diatur dan dihasilkan oleh
pankreas (Guyton, 2007).
Bila terdapat makanan tinggi kalori jumlah besar dalam diet, terutama
tinggi karbohidrat, glukosa yang diabsorpsi ke dalam darah menyebabkan
cepatnya sekresi insulin. Selanjutnya insulin berfungsi penting dalam
menyimpanan kelebihan energi. Bila terdapat kelebihan karbohidrat, insulin
akan menyimpan kelebihan tersebut sebagai glikogen terutama di hati dan
otot. Semua kelebihan karbohidrat yang tidak dapat disimpan sebagai
glikogen diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa di
bawah pengaturan insulin (Guyton, 2007).
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
12/27
9
Kemudian, bila kadar glukosa darah mulai berkurang akibat tidak
tersedia makanan, sekresi insulin menurun dengan cepat dan glikogen hati
dipecah kembali menjadi glukosa, yang akan dilepaskan ke dalam darah
untuk menjaga konsentrasi glukosa agar tidak berkurang terlalu jauh.
Peristiwa ini terjadi di bawah pengaturan hormon glukagon (Guyton, 2007).
3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa darah
Kadar glukosa plasma pada suatu saat sangat ditentukan oleh
keseimbangan antara jumlah glukosa yang masuk ke dalam aliran darah dan
jumlah yang meninggalkannya. Lima persen dari glukosa yang dikonsumsi
langsung dikonversi menjadi glikogen di dalam hati, dan 30-40 %
dikonversi menjadi lemak. Sisanya dimetabolisme di otot dan jaringan-
jaringan lain. Pada waktu puasa, glikogen hati dipecah dari hati untuk
meningkatkan kadar glukosa darah. Jika terjadi puasa yang lebih panjang,
glikogen hati habis dan terjadi glikoneogenesis dari asam amino dan gliserol
di dalam hati (Ganong, 2001).
Kadar glukosa darah juga bervariasi pada waktu-waktu tertentu seperti
pada kehamilan, saat menstruasi, dan pada pagi hari. Pada pagi hari terjadi
dawn phenomenon dimana terjadi peningkatan kadar hormon glukagon,
epinefrin, hormon pertumbuhan, dan kortisol sebelum seseorang bangun.
Pengeluaran hormon-hormon antagonis terhadap insulin tersebut
meningkatkan kadar glukosa darah dengan merangsang pengeluaran glukosa
dari hati dan menghambat tubuh menggunakan glukosa. Penggunaan
alkohol yang berlebihan dapat menimbulkan hipoglikemia sebab alkohol
menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati (Klapp, 2011).
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres seperti fisik (trauma,
pembedahan, panas, atau dingin hebat); fisiologis (olahraga berat, syok
perdarahan, nyeri); psikologis atau emosi (rasa cemas, ketakutan,
kesedihan); dan sosial (konflik pribadi, perubahan gaya hidup) memicu
pengeluaran hormon adrenalin dan kortisol yang juga menyebabkan
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
13/27
10
pelepasan glukosa hati sebagai respon fight-or- flightuntuk meningkatkan
ketersediaan glukosa, asam amino, dan asam lemak untuk digunakan jika
diperlukan (Sherwood, 2001).
Peningkatan kadar glukosa darah juga terjadi bila terjadi infeksi. Hal ini
penting untuk menjaga ketersediaan energi untuk pertahanan dalam
melawan agen penyebab infeksi.
4. Hiperglikemia Postprandial
a. Defnisi Hiperglikemia Postprandial Secara Umum
Istilah kadar glukosa darah yang berlebih di atas ambang normal
dikenal dengan hiperglikemia (Saunders, 1998), sedangkan hiperglikemia
postprandial adalah kondisi hiperglikemia dalam 6 jam setelah makan
(Gerich, 2003). Berbagai penelitian observasional yang dilakukan semenjak
1997 hingga sekarang menunjukkan bahwa keadaan hiperglikemia
postprandial bahkan pada pasien non-diabetik yang berada dalam jangka
140-199 mg/dL (impaired glucose tolerance) meningkatkan risiko penyakit
diabetes melitus dan komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung
koroner, stroke, dan kejadian kardiovaskuler yang lain (Coutinho, 1999).
Sebuah studi kohort yang dilakukan oleh lembaga Australian
Diabetes Obesity and Lifestyle (Ausdiab) kepada lebih dari 10.000 orang
normal yang berisiko tinggi terhadap gangguan toleransi glukosa
menunjukkan hubungan antara paparan glukosa berlebih dan kematian
akibat kejadian kardiovaskuler selama kurun waktu lebih dari lima tahun,
dimana selama penelitian didapatkan perubahan status sampel dari normal
menjadi prediabetes, kasus diabetes melitus baru dari hasil skrining, dan
juga yang didiagnosis diabetes melitus (Barr, 2007).
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
14/27
11
b. Hubungan Hiperglikemia Postprandial terhadap Gangguan
Toleransi Glukosa dan Diabetes Melitus
Resistensi insulin dianggap sebagai mekanisme kompensasi untuk
melindungi sel dari glukosa dan asam lemak berlebih, yang dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif (Hart, 1999). Stress oksidatif yang terjadi
juga disebabkan oleh rendahnya antioksidan intraseluer (Tretter, 2002) ,
sehingga efek dari stress oksidatif mampu mengubah jalur sinyal intraseluler
yang berakibat pada keadaan resistensi insulin (Bruce et al.,2003).
Pada tahap awal, resistensi insulin yang terjadi dapat dikompensasi
tubuh dengan mekanisme hiperinsulinemia, mekanisme ini tersedia dengan
baik pada orang dengan toleransi glukosa normal (Robertson et al., 2003).
Keadaan toleransi glukosa terganggu terjadi jika resistensi insulin meningkat
maupun kompensasi tubuh menurun (Robertson et al., 2003). Toleransi
glukosa terganggu mulai terjadi saat hasil pemeriksaan kadar glukosa
postprandial tinggi, tapi normal pada pemeriksaan kadar glukosa darah
puasa.Gangguan toleransi glukosa di atas disebabkan oleh penurunan
fungsi insulin fase pertama, insulin fase pertama adalah insulin yang bekerja
secara cepat saat makanan pertama masuk ke dalam tubuh (Del, 2003). Pada
tahap ini, telah terjadi kelainan ekspesi gen insulin secara reversibel
(Ceriello, 2004) , dimana seiring dengan waktu dan pajanan oksidan
intraseluler yang terus menerus, akan terjadi kerusakan komponen seluler
dari produksi insulin secara ireversibel (Bast et al., 2002).
5. Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Kadar Glukosa darah
Menurut penelitian Zhong et al., LITAF teraktivasi pada pasien yang
memiliki berat badan berlebih dan berperan terhadap perkembangan
kegemukan yang menginduksi inflamasi dan resistensi insulin, berdasarkan
fakta bahwa LITAF berperan dalam proses inflamasi dalam mengatur
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
15/27
12
ekspresi dari TNF-, IL-6 and MCP-1 yang mengakibatkan resistensi
insulin, dan TLR4, salah satu reseptor LITAF pada makrofag juga bisa
distimulasi oleh asam lemak bebas, yang dapat menimbulkan proses
inflamasi pada pasien dengan berat badan berlebih.
Menurut Hotamisligil, et al (1995) dalam Zhong, et al (2011),
LITAF merupakan pengatur traskripsi TNF-, yang seharusnya berperan
pada mekanisme imun terhadap infeksi. Gen LITAF terletak pada 16p13.13,
dan secara signifikan terdapat di limfa, kelenjar getah bening, dan leukosit
darah perifer. TNF-adalah pemicu kuat adipositokinin proinflamasi seperti
IL-6, MCP-1, leptin dan PAI-1, dan hal ini sangat terlibat dalam proses
inflamasi pada pasien obesitas. Peningkatan TNF- yang diobservasi pada
jaringan lemak pasien obes menunjukkan hubungan langsung timbulnya
resistensi insulin pada pasien obesitas.
Insulin berikatan dan beraksi terutama melalui reseptor insulin, dan
juga reseptor insulin like growth factor1 (IGF-1). Aksi insulin secara
seluler menimbulkan efek yang bervariasi pada jalur postreseptor dalam sel-
sel target. Resistensi insulin adalah gangguan respon biologis normal
terhadap insulin (Dorland, 2002). Menurut Lee, et al (2010) dalam
Olatunbosun (2011), kegemukan adalah penyebab resistensi insulin
tersering yang berhubungan dengan penurunan jumlah reseptor dan
kegagalan post-reseptor untuk mengaktivasi tirosin kinase yang merupakan
subunit b pada reseptor insulin yang teraktivasi ketika insulin berikatan
dengan sub unit a. Aktivasi kompleks ini akan mengaktivasi autofosforilase
dan aksi termediasi insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah.
~Kegagalan dalam penghantaran sinyal untuk meregulasi kadar glukosa
darah ini menimbulkan hiperinsulinemia, gangguan glukosa darah puasa,
impaired glucose tolerance (IGT), dan diabetes tipe 2 (Olatunbosun, 2011).
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
16/27
13
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
Overweight berhubungan pada kadar glukosa darah postprandial dewasa
muda di Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu tahun 2014.
Dewasa muda
( 18-35 tahun)
Overweight
(IMT > 23 kg/m2)
Kadar Glukosa
Darah
Postprandial
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
17/27
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis studi observasional dengan desain cross
sectional, untuk mengetahui hubungan overweight dengan kadar glukosadarah pada dewasa muda.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Fakultas Kedokteran Universitas
Bengkulu.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari penyusunan proposal penelitian sampai
tersusunannya hasil penelitian adalah selama 3 bulan yaitu pada bulan
Januari sampai Maret 2014 dengan rincian sebagai berikut:
Penyusunan Proposal : 15 hari
Persiapan Penilitian : 15 hari
Penyusunan Data : 15 hari
Analisis Data : 20 hari
Laporan Penilitian : 25 hari
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1.
Populasi Target
Dewasa muda usia 18-35 tahun.
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
18/27
15
2.
Populasi Terjangkau
Dewasa muda usia 18-35 tahun yang menjadi mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Bengkulu
3.
Sampel
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode consecutive
sampling, yaitu seluruh sampel yang datang dan memenuhi kriteria
inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek penelitian
terpenuhi.
D.
Besar Sampel
Besarnya sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus
penentuan besar sampel untuk estimasi proporsi suatu populasi terbatas
(Wahyuni, 2009), sebagai berikut:
Keterangan:
n = besar sampel minimum
Z1- /2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu
P = harga proporsi di populasi
D = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
N = jumlah populasi
Perhitungan besar sampel secara kasar:
Z1- /2 = 1,960
P = 0,5
D = 0,1
N = 1
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
19/27
16
= 49,24 ~ 49 orang
Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa jumlah sampel penelitian
digenapkan minimal 50 orang
E. Cara Kerja
Penelitian akan dimulai dengan menyusun proposal penelitian, lalu memilih
subjek penelitian dan melakukan informed concent, kemudian pengumpulan
data yang berupa data primer yaitu berat badan dan tinggi badan untuk
menghitung indeks masa tubuh (IMT) dan melakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah postprandial pada sampel yang telah dipilih.. Langkah
selanjutnya, data tersebut akan diolah dan dianalisis dengan program
komputer, yaitu SPSS untuk diketahui apakah ada hubungan overweightdengan kadar gula darah postprandial.
1. Prosedur Pengambilan Data
1. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan subjek penelitian
yang memenuhi kriteria dan dilakukan pencatatan . Dari wawancara
diperoleh pula data mengenai data dasar yaitu umur, tingkat pendidikan,
dan pekerjaa subjek.
2. Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Definisi: indeks masa tubuh subjek penelitian
Cara ukur: pengukuran berat badan dan tinggi badan subjek penelitian.
Penganalisisan
data
Pemilahan
data
Pengumpulan
data
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
20/27
17
Alat ukur: rumus IMT:
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m2)
Hasil ukur: lembar pemeriksaan antropometri, dikategorikan sebagai
berikut:
Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT untuk Asia Pasifik
(WHO,2000)
Kategori IMT (Kg/m2)
Berat badan kurang < 18,5
Normal 18,522,9
Berat badan lebih 2324,9
Obese I 2529,9
Obese II 30
3. Penilaian Aktivitas Fisik
Penilaian aktivitas fisik berdasarkan kriteria Metabolic Equivalents
(METS). METS menggambarkan metabolisme basal seseorang yaitu 3,5
mL O2/Kg/menit. Jenis aktivitas fisik berdasarkan kriteria METS dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3 Jenis Aktivitas fisik berdasarkan kriteria METS
No Jenis Contoh
1 Ringan (< 4
METS)
Makan, berpakain, mencuci piring, bermain
biliar, menyapu
2 Sedang (47
METS)
Mendaki bukit, memindahkan lemari,
menari, bermain tenis ganda
3 Berat (> 7 METS) Bertani, berenang, aerobic, bermain tenis
tunggal
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
21/27
18
4. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Postprandial
Metode pemeriksaan menggunakan metode finger prick, dimana darah
perifer di ujung jari tangan subjek akan diambil menggunakan lancetdan
akan diukur mengunakan glucometer untuk mengetahui kadar glukosa
darahnya.
Pelaksanaan Pemeriksaan Glukosa Darah Postprandial
Periode pra pemeriksaan (H-7)
Pada periode ini dilakukan pemilihan subjek sampel penelitian. Calon
subjek diberi penjelasan mengenai penelitian dan tata cara yang akan
dilakukan kemudian subjek yang bersedia ikut serta diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan. Subjek diwawancarai mengenai
riwayat kesehatan, kemudian subjek penelitian diberi penjelasan
mengenai cara mencatat makanan harian dan mencatatnya pada
formulir selama 3 hari yaitu 2 kali pada hari biasa dan 1 kali pada hari
libur.
Periode run in (H0)Subjek penelitian diminta berpuasa 10 jam setelah makan malam
pukul 22.00 WIB dan hanya diperbolehkan minum air putih hingga
penelitian pada hari pertama
Periode Pemeriksaan (H1)
Pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB, dilakukan pengambilan sampel
darah subjek untuk diperiksa kadar glukosa darahnya sebelum
penelitian. Setelah itu masing-masing subjek diberikan 100 gram roti
tawar putih (sekitar empat potong roti tawar ukuran sedang). Setelah
1 jam dilakukan pemeriksaan kadar postprandial dengan sampel
darah finger prick, hasilnya dicatat. Kemudian subjek dipersilahkan
untuk pulang.
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
22/27
19
F. Kriteria penelitian
1. Kriteria inklusi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu berusia 18-
35 tahun
Memiliki indeks masa tubuh 23,0 kg/m2
Memiliki pola aktivitas fisik yang kurang (< 4 METS)
Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani
lembar persetujuan penelitian
2. Kriteria eksklusi
Mengalami gangguan toleransi glukosa darah oral
Mengalami penyakit diabetes mellitus
Memiliki riwayat penyakit pada pankreas dan hati
Memiliki riwayat gangguan hormonal seperti hormon pertumbuhan
dan tiroid
Menggunakan alkohol sebelum pemeriksaan dilakukan
Sedang hamil dan menstruasi
3. Kriteria pengeluaran
Subjek menolak melanjutkan penelitian
Subjek tidak mengikuti prosedur penelitian dan tidak menjalani
pemeriksaan secara lengkap
Selama periode penelitian subjek mengalami sakit berat
G. Identifikasi variabel penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau terikat pada penelitian ini adalah kadar glukosa darah
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
23/27
20
2.
Variabel Independen
Variabel independen atau bebas pada penelitian ini adalah overweight.
3. Rencana Manajemen dan Analisis Data
Adapun langkah dalam penelitian ini adalah:
1. Pemilahan kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan
pengukuran kadar glukosa darah
2.
Pengukuran indeks masa tubuh menggunakan rumus indeks masa
tubuh
3.
Pengelompokan data dengan menggunakan Tabel 2x2
Tabel 2x2
Kasus Kontrol Jumlah
Terpapar A b a+b
Tidak terpapar C d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
4. Menghitung Rasio Prevalens untuk menguji hipotesis dan
memperoleh resiko relatif yang diduga.
Jika hasil RP = 1 maka faktor risiko yang diduga tidak ada
pengaruhnya.
Jika hasil RP > 1 maka faktor risiko yang di duga mempengaruhi.
Jika hasil RP < 1 maka faktor risiko yang diduga adalah faktor protektif
bukan faktor risiko.
Penggabungan data yang sudah dikumpulkan dalam tabel frekuensi.
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
24/27
21
5. Memasukkan data dalam komputer dengan program software
Statistical Program for Social Science (SPSS) dan selanjutnya
dapat dilakukan analisis data.
H. Definisi Operasional
No Variable Definisi Alat ukur Jenis data
1. Kadar glukosa
darah
postprandial
Yang dimaksud
dengan kadar
glukosa darah
postprandial adalah
kadar glukosa darah
yang dihitung
setelah subjek
mengonsumsi roti
tawar
Glucometer Skala numeric
2. Asupan
makanan
Jumlah makanan
harian yang
dikonsumsi dalam
3x24 jam
Food record Skala numeric
3. Umur Lama waktu hidup
atau ada (sejak
dilahirkan atau
diadakan); usia
Tanggal lahir subjek Skala Numerik
4. Jenis kelamin Sifat jasmani atau
rohani yang
membedakan dua
makhluk sebagai
betina dan jantan
atau wanita dan pria
Skala nominal
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
25/27
22
5. IMT Indeks Massa
Tubuh; digunakanuntuk mengetahui
apakah berat badan
seseorang
dinyatakan normal,
kurus, atau gemuk.
Dihitung berdasarkan
rumus :
Skala numerik
I. Batasan operasional
Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah seluruh laki-laki dan perempuan dewasa muda
yang sesuai dengan kriteria penelitian.
Pekerjaan
Subjek penelitian merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Bengkulu.
Dewasa muda
Subjek penelitian yang berumur antara 18-35 tahun .
Jenis kelamin
Jenis kelamin didasarkan jenis kelamin yang tertera di kartu tanda
penduduk (KTP), dibagi menjadi laki-laki dan perempuan.
Kadar Glukosa darah postprandial
Kadar gukosa darah subjek diukur menggunakan alat glucometer, data
disajikan dalam mg/dL
J. Masalah Etik
Sebelum dilakukannya pengumpulan data, subjek akan dimintai persetujuan
untuk mengikuti penelitian secara sukarela hingga selesai. Data yang
diberikan oleh subjek penelitian akan dirahasiakan dan penelitian yang di
dilakukan tidak menimbulkan risiko yang akan mengancam keselamatan
subjek.
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
26/27
23
Daftar Pustaka
Andranita Marchantia (2008). .Fokus Karir pada Pekerja Usia Dewasa Muda.
Jakarta: FPSIUI
Barr EL, Zimmet PZ, Welborn TA (2007). Risk of cardiovascular and all-cause
mortality in individuals with diabetes mellitus, impaired fasting glucose,
and impaired glucose tolerance .The Australian Diabetes, Obesity, and
Lifestyle Study (AusDiab), 116:151157.
Bast A, Wolf G, Oberbaurner I, Walter R (2002). Oxidative and Nitrosative Stress
Induces Peroxiredoxins in Pancreatic Beta Cells. Diabetologia 45: 867876.
Bruce CR, Carey AL, Hawley Ja, Febbraio MA (2003). Intramuscular Heat Shock
Protein 72 and Heme Oxygenase-1 mRNA are Reduced in Patients with
Type 2 Diabetes. Diabetes 52: 23382345.
Ceriello Antonio, Motz Enrico (2004). Is Oxidative Stress the Pathogenic
Mechanism Underlying Insulin Resistance, Diabetes, and Cardiovascular
Disease? The Common Soil Hyphotesis Revisited. Greenville Dalas:
American Heart Association.
Coutinho M, Gerstein HC, Wang Y,Yusuf S (1999). The relationship between
glucose and incident cardiovascular events: a metaregression analysis ofpublished data from 20 studies of 95,783 individuals followed for 12.4
years. Diabetes Care, 22:233240.
Del Prato S (2003). Loss of Early Insulin Secretion Leads of Postprandial
Hyperglicemia. Diabetologia 46: M2M8.
Dorland, W.A N. ( 2002). Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC.
Ganong, W (2001). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta : EGC, pp:
280- 281.
Gerich JE (2003). Clinical Significance, Pathogenesis, and Management ofPostprandial Hyperglycemia: Arch Intern Med,163:1306-1316.
Guyton Arthur C, Hall John E (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-11.
Jakarta: EGC, pp: 850, 873, 881, 1019.
Hart Cl, Hole DJ, Smith GD (1999). Risk Factors and 20-year Stroke Mortality in
Men and Women in the Renfrew. Scotland: Paisley Study.
Klapp, E. A(2011). Few Factors That Affect Your Blood Glucose Normal
Levels. The Diabetes Club. Available from:
http://thediabetesclub.com/ a-few-factors-that-affect-your-blood-glucose-
normal-levels/ [Accessed 10 Januari 2014]
-
5/20/2018 Kelebihan Berat Badan
27/27
24
Lewis, E.C (2009). Health Concerns Real for the Overweight Espescially if Other
Risk Factors Present. American Heart Association (AHA). Available from:
http://www.theheart.org/article/978551.do [Accessed 10 January 2014]
Marchand Loic Le, Wilkens R Lynne, Kolonel Laurence N (1997). Associations
of Sedentary Lifestyle, Obesity, Smoking, Alcohol Use, and Diabetes with
The Risk of Colorectal Cancer: Cancer Research, 57: 47874794.
Meutia, N. (2005). Peran Hormon Ghrelin Dalam Meningkatkan Nafsu Makan.
Universitas Sumatera Utara. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1998/3/fisiologi-
nuraiza2.pdf.txt [Accesed 10 January 2014]
Mumpuni, Y., dan Wulandari, A (2010). Cara Mengatasi Kegemukan. Yogyakarta
: Andi
Nathan, D.M., dan Delahanty, L.M. (2010). Menaklukkan Diabetes. Jakarta :
Bhuana Ilmu Populer.
Robertson RP, Harmon J, Tran Po, Tanaka Y, Takahashi H (2003). Glucose
Toxicity in Cells Type 2 Diabetes Good R`q 1adicals Gone Bad and The
glutathione Connection. Diabetes 52: 581587.
Sargowo Djanggan, Andarini Sri (2003). The Relationship between Food Intake
and Adolescent Metabolic Syndrome : Jurnal Kardiologi Indonesia,
Volume 32.
Sartika, R.A.D. (2011). Faktor Resiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun diIndonesia. Universitas Indonesia. Available from :
http://journal.ui.ac.id/health/article/viewDownloadInterstitial/796/758
[Accesed 10 January 2014]
Saunders W.B (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed ke-25. Jakarta:EGC,
pp: 473.
Tandra, H. (2009). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Whitlock, G., et al., (2011). Body Mass Index and Cause Specific Mortality in
900.000 adults : Collaborative Analyses of 57 Prospective Studies. Lancet.2009 ; 373:1083-96.
WHO (2000). Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Dalam :
Report of a WHO Consultation. Geneva Switzerland.. Available from
: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11234459 [Accessed 10 January
2014]
WHO (2005). WHO Technical Report Series. Health Communication Australia:
Melbourne.
top related