hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian

106
HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK - KANAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Keperawatan Oleh Deo Rizkyandri NIM : 14.IK.383 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA 2018

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA

PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK - KANAK

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh Deo Rizkyandri NIM : 14.IK.383

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA

2018

Page 2: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 3: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 4: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sebenarnya

bahwa SKRIPSI yang saya tulis merupakan karya hasil penelitian saya bersama

arahan dosen pembimbing dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk

apapun. Acuan pustaka yang tertuang dalam SKRIPSI ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan dan tertuang dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan SKRIPSI ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Demikian pernyataan keaslian tulisan ini dibuat dengan sebenarnya.

Banjarmasin, 25 April 2018

Yang membuat pernyataan,

Deo Rizkyandri

(14.IK.383)

Page 5: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

v

ABSTRAK

DEO RIZKYANDRI. Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Prasekolah Di Taman Kanak - Kanak. Dibimbing oleh DEDE MAHDIYAH dan ABDURAHMAN WAHID Latar Belakang: Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering di nyatakan dengan istilah gemuk atau berat badan berlebih. Menurut World Health Organization (WHO), definisi obesitas dan overweight adalah akumulasi abnormal lemak tubuh yang dapat menyebabkan resiko bagi kesehatan, Di Kalimantan Selatan kegemukan atau obesitas mengalami sedikit peningkatan, pada tahun 2010 prevalensi obesitas 9,8% sedangkan pravelensi pada tahun 2013 sebesar 9,9%. Prevalensi gizi lebih tersebut di Kota Banjarmasin mencapai 10,3% Tujuan: Menganalisis hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian obesitas pada anak usia prasekolah di Taman kanak – kanak. Metode: Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi 80 anak dan menggunakan rumus slovin didapatkan jumlah sampel 67 anak dengan simple random sampling. Hasil: Data dilakukan uji statistik menggunakan uji Kendall Tau diperoleh nilai p= 0,008. p < (α = 0,05), hasil penelitian pada riwayat berat badan lahir diantaranya anak yang riwayat berat badan lahir nya normal menjadi obesitas 4 (6,0%), kemudian anak yang riwayat berat badan lahir nya tinggi menjadi obesitas ada 5 (7.5%), dan yang riwayat berat badan lahir nya rendah menjadi obesitas ada 1 (1.5%). Simpulan: Hasil nilai kolerasi Kendall Tau sebesar 0,317 menunjukan bahwa arah kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi yang sedang dapat disimpulkan apabila anak memiliki riwayat berat badan lahir tinggi maka resiko obesitas lebih besar. Kata kunci: Anak Prasekolah, Kejadian Obesitas, Riwayat Berat Badan Lahir.

Page 6: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

vi

ABSTRACT

DEO RIZKYANDRI. Relation Of Birth Weight History With The Incidence Of Obesity In Pre-School Age Children In Kindergarten. Guided By DEDE MAHDIYAH and ABDURAHMAN WAHID Introduction: Obesity is a condition of excess fat in the body that is often expressed in fat or overweight. According to the World Health Organization (WHO), obesity and overweight definition are abnormal of body fat accumulation that can cause risk for health. In South Borneo, overweight or obesity experienced a slight increase, in 2010 obesity prevalence was 9.8% while pravelence in 2013 was 9.9%. The prevalence of over nutrition in Banjarmasin City reached 10.3%. Objective: Analyzing the relation of birth weight history with the incidence of obesity in pre-school age children in kindergarten. Methods: Type of analytic observational research with cross sectional approach. The population of 80 children and using the Slovin formula obtained a sample of 67 children with simple random sampling Results: The data tested using Kendall Tau Test obtained p = 0.008. p <(α = 0.05), the results of a study of a history of birth weight including children with a history of severe normal obesity 4 (6.0%), children with a history of high birth weight who were obese were 5 (7.5 %), and a history of low birth weight to obesity is 1 (1.5%). Conclusion: The result of Kendall Tau calculation of 0.317 shows that the direction of correlation is positive with moderate correlation strength it can be concluded that children who have high birth weight so the risk of obesity is greater. Keywords: Birth Weight History, Obesity Events, Preschoolers.

Page 7: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

nikmat, karunia dan petunjuk-Nya yang tiada terkira sehingga peneliti dapat

merasakan indahnya beriman islam dan menyelesaikan penulisan penyusunan

Proposal Skripsi.

Setelah mengalami berbagai rintangan, halangan dan cobaan, serta

pasang surutnya semangat yang penulis hadapi, akhirnya telah sampai pada

tahap akhir penyusunan Proposal Skripsi yang merupakan salah satu syarat

kelulusan untuk mencapai S1 Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin.

Terwujudnya penyusunan dan penyelesaian Proposal Skripsi ini, tidak

lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan

kerendahan hati dan segala rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang

mendalam kepada :

1. Ibu RR. Dwi Sogi Sri Redjeki, S.KG.,M.Pd selaku Ketua Yayasan Indah

Banjarmasin

2. Bapak dr. H. R. Soedarto WW, Sp.OG selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin.

3. Ibu Dini Rahmayani, S.Kep., MPH selaku Ketua Prodi Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin.

4. Ibu Dede Mahdiyah, M.Si pembimbing I yang telah memberikan arahan,

bimbingan dan dukungan.

5. Bapak Abdurahman Wahid, Ns., M. Kep pembimbing II yang telah

memberikan saran dan kritik dalam pembuatan Proposal Skipsi ini.

Page 8: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

viii

6. Ibu Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd, M.Kes selaku Direktur Akbid Sari Mulia

Banjarmasin dan selaku penguji utama yang telah memberikan arahan,

bimbingan dan dukungan.

7. Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Islam Al-Ikhwan yang telah membantu

dalam pembutan Skripsi ini.

8. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang selalu memberikan doa dan

pengertian selama penulis menjalani perkuliahan dan akhirnya bisa

menyelesaikan Skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan dan rekan kerja yang tidak dapat disebutkan

satu per satu yang telah bersedia untuk berdiskusi dan saling memberikan

motivasi satu sama lain.

10. Responden yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dan

memberikan izin kepada anaknya untuk dilakukan penimbangan berat badan

dan pengukuran tinggi badan.

Semoga kebaikan Bapak dan Ibu serta teman-teman diberikan mendapat

ridho dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam perbuatan dan

penulisan Skripsi ini memiliki banyak kekurangan sehingga dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

demi kesempurnaan. Semoga penelitian ini yang di tuangkan dalam bentuk

Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Amin

Banjarmasin, 25 April 2018

Penulis

Page 9: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING .................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ............................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ..................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

ABSTRACT.. ................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4

C. Tujuan .......................................................................................... 5

1. Tujuan Umum ........................................................................... 5

2. Tujuan Khusus ......................................................................... 5

D. Manfaat......................................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9

A. Landasan Teori ............................................................................. 9

1. Berat Badan Lahir .................................................................... 9

a. Pengertian Berat Badan Lahir .............................................. 9

b. Klasifikasi Bayi ..................................................................... 10

c. Macam-macam Berat Badan Lahir ...................................... 10

Page 10: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

x

d. Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir .................... 10

e. Pengukuran Berat Badan Lahir ........................................... 14

2. Obesitas ................................................................................... 15

a. Pengertian Obesitas ........................................................... 15

b. Klasifikasi Obesitas ............................................................ 16

c. Faktor yang Mempengaruhi Obesitas ................................. 17

d. Dampak Obesitas ............................................................... 22

e. Cara Pengukuran Obesitas ................................................ 26

3. Anak Prasekolah ...................................................................... 28

a. Definisi Anak Prasekolah ..................................................... 28

b. Konsep Tumbuh Kembang .................................................. 28

1) Perkembangan Fisik ....................................................... 28

2) Perkembangan Psikososial ............................................ 29

3) Perkembangan Keterampilan motorik ............................. 29

a) Keterampilan Motorik Kasar ...................................... 30

b) Keterampilan Motorik Halus ...................................... 30

4) Perkembangan Komunikasi dan Bahasa ........................ 31

B. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Kejadian Obesitas ............. 32

C. Kerangka Teori ............................................................................. 34

D. Kerangka Konsep ......................................................................... 35

E. Hipotesis ....................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 36

A. Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian ........................ 36

1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 36

2. Waktu Penelitian ...................................................................... 36

3. Sasaran Penelitian ................................................................... 36

B. Metode Penelitian ......................................................................... 36

Page 11: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

xi

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 37

1. Populasi ................................................................................... 37

2. Sampel ..................................................................................... 37

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 38

E. Jenis dan Sumber Data ................................................................ 40

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 41

G. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 42

H. Metode Analisa Data..................................................................... 42

1. Pengolahan Data ..................................................................... 42

2. Analisis Data ............................................................................ 43

a. Analisis Univariat ................................................................ 43

b. Analisis Bivariat .................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.. ..................................... 46

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 46

B. Hasil Penelitian ............................................................................. 47

C. Pembahasan ................................................................................ 52

D. Keterbatasan ................................................................................ 59

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 60

A. Simpulan ....................................................................................... 60

B. Saran ............................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Keaslian Penelitian ................................................................................. 6

2.1 Rata-rata Ukuran Bayi Saat Lahir ........................................................... 9

2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak ........................................ 28

3.1 Definisi Operasional ................................................................................ 41

3.2 Kekuatan Hubungan ............................................................................... 47

Page 13: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori ....................................................................................... 35

2.2 Kerangka Konsep ................................................................................... 36

Page 14: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Judul Penelitian

Lampiran 2 Surat Pengajuan Judul Penelitian

Lampiran 3 Surat Permohonan Melakukan Studi Pendahuluan

Lampiran 4 Surat Balasan Permohonan Studi Pendahuluan

Lampiran 5 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 6 Data Identitas Responden

Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 8 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing 2

Lampiran 11 Berita Acara Perbaikan Skripsi

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

Page 15: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan

pembangunan kesehatan sebuah negara dalam membangun sumber daya

manusia yang berkualitas. Menurut Waryana (2010), gizi adalah suatu proses

organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui

proses digesti, absorbs, transfortasi, penyimpangan, metabolisme dan

pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta

menghasilkan energi. (Waryana, 2010).

Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya,

masalah gizi kurang yang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara

sudah muncul masalah gizi lebih. Kelebihan gizi ini bisa menimbulkan

obesitas yang dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa (Sartika,

2011). Dengan masalah gizi lebih ini, praktisi kesehatan anak diseluruh dunia

dinegara maju maupun negara berkembang, mengkhawatirkan terjadinya

peningkatan obesitas. Obesitas merupakan masalah kesehatan yang

penting, selain karena merpakan faktor resiko timbulnya penyakit kronis

degeneratif dikemudian hari, obesitas juga sudah banyak menimbulkan

masalah pada anak usia dan remaja (IDAI, 2014).

Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering di

nyatakan dengan istilah gemuk atau berat badan berlebih. Menurut World

Health Organization (WHO), definisi obesitas dan overweight adalah

akumulasi abnormal lemak tubuh yang dapat menyebabkan resiko bagi

kesehatan. Pengertian obesitas dan overweight menurut Center For Disease

Control And Prevention (CDC) adalah belebihnya berat badan pada rentang

Page 16: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

2

skala yang tidak normal untuk kesehatan seseorang dan dapat menimbulkan

resiko bagi kesehatan.

Obesitas anak merupakan faktor utama untuk penyakit kronis pada masa

dewasa yang akan meningkatkan resiko penyakit degeneratife misalnya

diabetes dan tekanan darah tinggi (Hipertensi) dikemudian hari. Prevalensi

obesitas telah meningkat secara dramatis dibanyak negara maju dan negara

berkembang 20 tahun terakhir baik pada pada orang dewasa dan anak-anak.

Ini menjadi perhatian khusus karena studi longitudinal menunjukkan bahwa

anak-anak kelebihan berat badan dan obesitas cenderung tumbuh menjadi

orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas (Harvard, 2015).

Menurut WHO (World Health Organization, 2013), 42 juta anak- anak

mengalami obesitas dengan sebagian besar populasi dunia tinggal di negara

di mana kelebihan berat badan di bawah usia lima tahun, di perkirakan 31

juta di antaranya hidup di negara-negara berkembang di mana tingkat

kenaikan sudah lebih dari 30% lebih tinggi dari Negara-negara maju. Di

perkirakan jika kecenderungan ini terus berlanjut, jumlah bayi yang kelebihan

berat badan atau obesitas dan anak-anak secara global akan meningkat

menjadi 70 juta pada tahun 2025.

Prevalensi obesitas 2011-2012 mengalami penurunan pada anak usia

prasekolah di Amerika Serikat, obesitas pada anak masih terlalu tinggi.

Sekitar 17% (atau 12,7 juta) dari anak yang berusia 2-5 tahun menurun

secara signifikan dari 13,9% pada tahun 2003-2004 menjadi 8,4% pada

tahun 2011-2012 (Journal of American Medical Association, 2015).

Menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013, menunjukan prevalensi balita

gizi lebih atau kegemukan di Indonesia mencapat 11,9%. Ini menurun di

bandingkan pada tahun 2010 yang mencapai 14,0%, dan pada 2007

mencapai 12,2%. Di Kalimantan Selatan kegemukan atau obesitas ini

Page 17: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

3

mengalami sedikit peningkatan, pada tahun 2010 prevalensi obesitas 9,8%

sedangkan pravelensi pada tahun 2013 sebesar 9,9%. Prevalensi gizi lebih

tersebut di Kota Banjarmasin mencapai 10,3% (Kemenkes RI, 2013)

Menurut hasil Riskesdas pada tahun 2013, prevalensi berat badan lahir

rendah 16,6% dan berat badan lahir tinggi 6,5%, di Kota Banjarmasin berat

badan lahir rendah sekitar 8,3% dan berat badan lahir tinggi sekitar 4,2%

(Kemenkes RI, 2013). Sepertiga kasus obesitas pada orang dewasa telah

dimulai pada masa anak-anak, obesitass yang berawal dari massa anak-

anak lebih berbahaya di bandingkan dengan obesitas di masa dewasa. Anak

yang mengalami obesitas berusia 0 - 1 tahun, dan setelah ditelurusi ternyata

anak obesitas yang berusia 0 – 1 tahun tersebut memang lahir dengan berat

badan lahir tinggi (Yuyun et al, 2011 ).

Ibu hamil yang makan terlalu banyak atau terlalu sedikit beresiko pada

bayi yang di kandungnya, bayi dari ibu yang tidak mendapat kenaikan berat

badan yang cukup saat hamil akan cenderung mengalami obesitas, seperti

juga pada bayi yang ibunya makan terlalu banyak. Menurut situs Daily Mail

edisi 2014, para ilmuan Amerika merekam jejak kesehatan lebih dari 4.000

ibu hamil dan anak-anak mereka. Secara keseluruhan, 20,4% anak laki-laki

yang dilahirkan dari ibu dengan berat badan melebihi yang di sarankan

ternyata mengalami obesitas saat berusia 2-5 tahun (Tempo Co, 2014).

Obesitas yang disebabkan berat badan lahir yang menurut Parson

(2009), berat badan lahir merupakan penyebab kegemukan selain faktor

lainnya yaitu keturunan, faktor sosial, aktifitas fisik prilaku, dan faktor

psikologis. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) berhubungan dengan fungsi

organ tubuh yang kurang baik dan peningkatan penyerapan lemak di tubuh

pada saat dewasa, hal tersebut menunjukan dapat meningkatkan resiko

kegemukan.

Page 18: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

4

Menurut penelitian Li N et al (2014), ada hubungan antara berat lahir dan

obesitas pada balita ketika umur 6 bulan – 3 tahun. Rasio odds (OR) dari

kelebihan berat badan atau obesitas secara signifikan lebih tinggi pada anak

yang lahir beratnya 3 kg – 3,5 kg yaitu 1,5 kali kemungkinan obesitas ketika

balita, dan 2,5 kali lebih besar kemungkinan obesitas pada balita yang berat

lahirnya 3,5 kg – 4 kg, dan 3,5 – 5 kali lipat kemungkinan obesitas pada

kelompok balita yang berat badan lahirnya kebih dari 4,5 kg.

Studi pendahuluan yang di lakukan di Taman Kanak – Kanak Islam Al

Ikhwan yang di lakukan pada tanggal 29 – 30 September 2017, dengan

pengukuran berat dan tinggi badan terhadap 80 anak lalu di hitung

menggunakan rumus IMT/U di dapatkan hasil anak yang mengalami obesitas

dengan Z-score kategori >2 SD sebanyak 10 (12.5%). Dari hasil wawancara

dan observasi dengan 10 ibu dari anak-anak yang mengalami obesitas

mengantarkan anaknya ke Taman Kanak-kanak. Didapatkan 6 orang anak

dengan riwayat berat badan lahir normal, kemudian didapatkan ada 4 dengan

riwayat berat badan lahirnya bermasalah (tinggi dan rendah) namun anaknya

obesitas. Dengan hasil studi pendahuluan tersebut di temukan adanya

ketidaksesuaian antara teori dengan fenomena yang terjadi di lapangan,

ternyata tidak hanya anak yang berat badan lahir lebih saja mengalami

obesitas, berat badan normal juga bisa menyebabkan obesitas.

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang riwayat berat badan lahir terhadap kejadian obesitas di Taman Kanak

– Kanak Islam Al Ikhwan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di rumuskan masalah

penelitian sebagai berikut: adakah hubungan riwayat berat badan lahir

Page 19: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

5

dengan kejadian obesitas pada anak usia prasekolah di Taman Kanak –

Kanak.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian

obesitas pada anak usia prasekolah di Taman kanak – kanak.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Riwayat Berat Badan Lahir Pada Anak Usia

Prasekolah

b. Mengidentifikasi kejadian obesitas pada anak Usia Prasekolah di

Taman Kanak – Kanak

c. Menganalisis Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir Dengan Kejadian

Obesitas Pada Anak Usia Prasekolah Di Taman Kanak – Kanak.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian dan dapat

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan

keadaan yang ada di lapangan dan dapat menambah ilmu

pengetahuan kesehatan khususnya ilmu Keperawatan

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi menjadi bahan masukan

untuk meningkatkan status kesehatan anak balitanya.

Page 20: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

6

2. Manfaat Praktis

a. Insititusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan di institusi pendidikan dan

menambah wawasan pengembangan ilmu keperawatan tentang

hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian obeistas pada

anak usia prasekolah.

b. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan untuk

meningkatkan status kesehatan anak balitanya.

c. Tempat Penelitian

Memberikan informasi tambahan bagi orang tua anak untuk

meningkatkan status kesehatan anak balitanya.

d. Peneliti

Memberikan sumber data yang baru bagi peneliti yang lain yang ingin

meneliti lebih lanjut tentang hubungan riwayat berat badan lahir

dengan kejadian obesitas pada anak usia prasekolah.

Page 21: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

7

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Desain Hasil

1. Hubungan Antara

Pola Makan Dengan

Kejadian Obesitas

Pada Anak Usia 7 –

12 Tahun Di Sd Mardi

Rahayu Ungaran

Kabupaten Semarang

(Rizky Yulaeni,

Mona Suparwati,

Umi Aniroh , 2013)

1. Jenis penelitian

Kuantitatif

2. Design penelitian

deskriptif

korelasional dengan

pendekatan cross

sectional

Hasil penelitian

menunjukkan dari hasil uji

statistic menggunakan uji

Kolmogorov smirnov

diketahui ada hubungan

pola makan dengan

kejadian obesitas pada

anak usia 7-12 tahun di Sd

Mardi Rahayu Ungaran

dengan nilai p = 0,0001

2. .

Hubungan Riwayat

Pemberian ASI

Eksklusif Dengan

Kejadian Obesitas

Pada Anak Usia 4-5

Tahun, (Ermy

Liesma Saputri,

2013)

1. Jenis Penelitian

Kuantitatif

2. Metode penelitian

case control

Analisis bivariate

menunjukkan bahwa riwayat

pemberian ASI eksklusif

mempunyai hubungan yang

bermakna dengan obesitas .

Asupan energy yang lebih

merupakan faktor resiko

terjadinya obesitas.

3. Asupan Tinggi

Natrium Dan Berat

Badan Lahir Sebagai

Faktor Risiko

Kejadian Hipertensi

Obesitas Pada

Remaja Awal

(Lutfiana.A.F 2012)

1. Jenis Penelitian

Kuantitatif

2. Metode penelitian

case control

Pada penelitian ini

ditemukan hubungan yang

bermakna antara asupan

tinggi natrium

(p=0,042;OR=3,5) dan berat

badan lahir

(p=0,012;OR=3,7) terhadap

kejadian hipertensi obesitas

pada remaja awal.

Page 22: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

8

Perbedaan :

Hasil penelitian saya yang menggunakan jenis penelitian observasional

analitik dengan pendekatan cross sectional, sampel dalam penelitian saya

adalah orang tua dan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Islam Al-

Ikhwan sebanyak 67 anak. Menggunakan uji Kendall Tau diperoleh nilai p=

0,008. Dengan nilai p < (α = 0,05).

Page 23: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Berat Badan Lahir

a. Pengertian Berat Badan Lahir

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami

proses kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir memerlukan

penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptaasi (menyesuaikan diri

dari kehidupan intrauterine kekehidupan ekstrauterine) dan toleransi

bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik. Berat badan lahir

adalah berat bayi yang di timbang dalam waktu satu jam sesudah lahir.

Bayi lahir normal adalah berat lahir antara 2500–4000 gram, cukup

bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenetal

(cacat bawaan) yang berat (Marmi, 2012).

Tabel 2.1 Rata-rata ukuran bayi saat lahir serta usia 6 dan 12 bulan.

Usia Berat Badan Panjang Badan Lingkar Kepala

Lahir 3,4 kg 48 – 53 cm 33 – 35 cm

6 Bulan 7,3 kg 63,5 – 68,5 cm 42 – 44,5 cm

12 Bulan 10,5 kg 71 – 76 cm 45 – 47,5 cm

Sumber: Hagan, J.F., Shaw J.S., & Ducan, P.M. edisi 2008

b. Klasifikasi Bayi

Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi menjadi 3 bagian

yaitu kehamilan cukup bulan (term atau ater) dengan masa gestasi

37–42 minggu (259–294 hari) lengkap, kehamilan kurang bulan

(preterm) dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari), dan

Page 24: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

10

kehamilan lewat waktu (postterm) dengan masa gestasi lebih dari 42

minggu (294 hari) (Marmi, 2012).

c. Macam-macam Berat Badan Lahir

Bayi berat lahir Lebih: bila berat badan lahir lebih dari 4000 gram.

Bayi berat lahir cukup: bayi dengan berat lahir >2500-4000 gram. Bayi

berat lahir rendah (BBLR) atau Low Birthweight Infant: bayi dengan

berat badan lahir kurang dari 2500–1500 gram. Bayi berat lahir sangat

rendah (BBLSR) atau Very Low Birthweight Infant: bayi dengan berat

badan lahir 1500–1000 gram. Bayi berat lahir amat sangat rendah

(BBLASR) atau Extremely Very Low Birthweight Infant: bayi lahir hidup

dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram (Marmi, 2012).

d. Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir

1) Usia Kehamilan

Usia kehamilan dapat mempengaruhi berat badan lahir, Usia

kehamilan di bagi menjadi 3, yaitu Premature atau Neonatus kurang

bulan (NKB) untuk kelahiran yang kurang dari 37 minggu, Neonatus

cukup bulan (NCB) untuk kelahiran berusia 37 minggu sampai

dengan 41 minggu lebih 6 hari, dan Postmature atau Neonatus lebih

bulan (NLB) untuk kelahiran lebih dari 42 minggu (Maryunani,

2011).

2) Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan

pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan pendarahan

saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu

yang melahirkan anak dengan jarak yang sangan berdekatan (di

bawah 2 tahun) akan mengalami peningkatan resiko terjadinya

pendarahan pada trimester III, termasuk karena alasan

Page 25: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

11

plasentaprevia, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Maryunani,

2011).

3) Penyakit Saat Kehamilan

Adapun penyakit hipertensi dalam kehamilan yang juga

merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau

timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi

dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan

kematian neonatal. Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan

hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi

kelahiran prematur. Hipertensi pada ibu hamil merupakan gejala dini

dari preeklamsi, eklamsi dan penyebab gangguan pertumbuhan

janin sehingga menghasilkan berat badan lahir rendah (Maryunani,

2011).

Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari

sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan

kekurangan oksigen (O2) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak

segera di atasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering

terjadi keguguran, persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai

dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin) (Maryunani,

2011).

Ibu dengan diabetes gestasional atau diabetes yang sering

terjadi pada masa kehamilan yang menyebabkan bayi lahir besar

karena kelebihan kadar gula dalam darah bayi, bayi yang terus-

menerus menerima kadar gula dalam darah yang berlebih yang bisa

mengakibatkan berat badan lahir bayi tinggi atau dalam dunia

kedokteran biasa di sebut makrosomnia (Marmi, 2012).

Page 26: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

12

4) Stres pada Ibu Hamil

Kehamilan merupakan masa stres bagi kebanyakan ibu yang

dapat di katakan bahwa ada banyak stresor tambahan untuk ibu

selama masa ini. Masalah-masalah yang dianggap “kecil” dalam

kehamilan dapat dianggap krisis besar bagi beberapa ibu,

pengambilan keputusan tentang pilihan uji skrining kehamilan yang

akan di jalani juga membuat beberapa ibu cemas. Menurut

Campbell (2002) dalam Mahayuni (2011), bahwa kekerasan dari

pasangan terdekat terjadi pada 3-13% kehamilan, sehingga dapat di

bayangkan berapa besar stres yang di picu oleh masalah tersebut.

Tingkat stres dan kecemasan yang tinggi di ketahui

menyebabkan depresi. Brummelte et al (2006) mengemukakan

bahwa perempuan lebih rentan mengalami depresi selama

kehamilan karena tingkat hormon yang fluktuatif, termasuk

kortikosteron, menciptakan kondisi hiperkortisolisme yang berkaitan

dengan depresi (Mahayuni, 2011).

5) Nutrisi Ibu Hamil

Asupan nutrisi ibu sangatlah penting menurut Frye (1995) yang

menekankan bahwa nutrisi menjadi landasan di dalam menentukan

hasil akhir kehamilan. Selain itu, nutrisi yang baik dapat

mengompensasi berbagai masalah dan kekurangan di area yang

lain dalam kehidupan ibu (Mahayuni, 2011).Menurut Henrikson

(2006) dalam Mahayuni (2011), tampaknya diet yang di lakukan ibu

hamil tidak sepenuhnya sesuai dengan rekomendasi kesehatan

terbaru. Salah satu contohnya adalah peningkatan angka obesitas

yang sering disebut. Obesitas tampaknya berkaitan dengan

buruknya hasil akhir kehamilan yang buruk, sehingga pencatatan

Page 27: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

13

indeks massa tubuh (BMI) menjadi semakin banyak sebagai bagian

dalam asuhan antenatal beberapa tahun terakhir.

6) Ibu Hamil yang Merokok

Kerusakan yang ditimbulkan selama kehamilan terhadap janin

oleh tindakan merokok tembakau begitu banyak dan sangat

konsisten sehingga sebagian besar tidak perlu dipertanyakan lagi,

Rokok mengandung campuran lebih dari 68.000 zat kimia beracun

yang kompleks dan berpotensi mematikan mencangkup nikoton

hidrogen sianida dan timbal dan arsen. Bahan-bahan ini mampu

masuk ke dalam sirkulasi ibu, menembus plasenta dan berdampak

buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin (Mahayuni,

2011).

7) Ibu dengan Konsumsi Alkohol

Gambaran yang ada mungkin tidak sepenuhnya suram.

Berdasarkan angka (NHS, 2006) pada tahun 2000, 30% ibu yang

giat minum alkohol sebelum kehamilan banyak yang berhenti

minum selagi hamil. Ibu yang terus minum alkohol selama

kehamilan, di laporkan minum dengan jumlah yang sangat sedikit,

71% ibu dalam kelompok ini rata-rata, mengkonsumsi kurang dari

satu unit alkohol tiap minggu.

8) Kelainan dalam Lamanya Kehamilan

American Academy Pediatric mendifinisikan prematuritas

adalah kelahiran hidup bayi dengan berat <2.500 gram. Kriteria ini

dipakai secara luas, sampai tampak bahwa adanya perbedaan

antara usia hamil dan berat badan lahir yang disebabkan adanya

hambatan pertumbuhan janin (Fadlun, 2012).

Page 28: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

14

e. Pengukuran Berat Badan Lahir

Bayi baru lahir biasanya di lakukan pengkuran panjang dan lingkar

dada, berat badan, serta lingkar kepala. Badan bayi baru lahir memiliki

penampilan yang unik. Normalnya, lingkar kepala lebih besar dari pada

lingkar dada, abdomen buncit, dan tonus fleksi. Pengukuran

seharusnya dengan cara standar, panjang bayi baru lahir akurat dikaji

jika kepala bayi baru lahir terletak pada permukaan rata dan keras.

Kedua tungkai di luruskan dan kertas di meja pemeriksaan di beri

tanda. Setelah bayi baru lahir di pindahkan, kemudian dapat di ukur

panjang bayi dalam satuan sentimeter (Varney, 2008).

Lingkar kepala bayi baru lahir di ukur dari oksiput dan mengelilingi

kepala tepat di atas alis mata. Ukuran ini dapat berubah pada minggu

pertama kehidupan setelah pembengkakan pada kepala berkurang.

Lingkar dada di ukur di bawah ketiak dan melewati garis puting. Berat

bayi harus di kaji di atas timbangan dengan alas di antara bayi baru

lahir dan timbangan. Timbangan tersebut harus di kalibrasi untuk

menyertakan berat alas. Tindakan itu dapat mencegah kehilangan

panas dan infeksi akibat kontaminasi silang (Varney, 2008).

Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi

baru lahir. Dan hal ini di gunakan untuk menentukan apakah bayi

termasuk normal atau tidak. Berat badan merupakan hasil

peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara

tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Berat badan di gunakan sebagai

indikator terbaik pada saat ini untuk mengatahui keadaan gizi dan

tumbuh kembang anak. Penentuan berat badan di lakukan dengan

cara menimbang. Berat badan waktu lahir telah tercapai sekurang-

Page 29: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

15

kurangnya akhir 2 minggu setelah lahir dan selama itu tidak terjadi

penurunan berat badan lebih 10%.

Untuk penimbangan bayi baru lahir dengan menggunakan selimut,

hasil penimbangan di kurang dengan berat selimut. Berat lahir normal

2,5-4 kg, dalam minggu pertama berat badan bayi mungkin turun (tidak

melebihi dari 10% dalam waktu 3-7 hari) baru kemudian naik kembali.

Serta untuk pengukuran panjang badan dan lingkar kepala bayi,

dengan panjang lahir normal 48-52 cm dan lingkar kepala normal 33-

37 cm (Kemenkes RI, 2010).

2. Obesitas

a. Pengertian Obesitas

Obesitas adalah dampak ketidakseimbangan energi berupa

asupan yang jauh melampaui keluaran energi dalam jangka waktu

tertentu (Arisman, 2014). Kelebihan energi akan disimpan menjadi

lemak dalam sel lemak, sehingga dengan bertambahnya simpanan

lemak tersebut, semakin bertambah pula berat badan dan menjadi

obesitas. Obesitas berupa peningkatan berat badan melebihi batas

kebutuhan fisik dan skeletal sebagai akibat akumulasi lemak yang

berlebihan dalam tubuh, obesitas erat hubungannya dengan risiko

sejumlah penyakit degeneratif, tidak hanya berdampak pada

kesehatan fisik tapi juga pada kesehatan mental (Hasdianah, 2014).

Obesitas merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari

penimbunan lemak berlebihan dengan ambang batas z score Indeks

Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) >2 Standar Deviasi (Kemenkes

RI, 2011). Obesitas sering didefenisikan sebagai kondisi abnormal

atau kelebihan lemak yang serius dalam jaringan adiposa sedemikian

Page 30: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

16

sehingga mengganggu kesehatan. Obesitas adalah kelebihan berat

badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.

Dr. Stephan von Healing dari Imperial College School of Medicine,

london, melihat bahwa obesitas saat ini telah menjadi ancaman

kesehatan di seluruh dunia (Adriani, 2013).

b. Klasifikasi Obesitas

Menurut Soetjiningsih (2006), gejala klinis obesitas di bagi menjadi:

1) Obesitas sederhana (Simple Obesity)

Terdapat gejala kegemukan saja tanpa di sertai kelainan

hormonal/mental/fisik lainnya. Obesitas ini karena faktor nutrisi.

2) Bentuk khusus obesitas

a) Kelainan endokrin, yang tersering adalah sindrom causing yang

terjadi pada anak yang sensitif terhadap pengobatan hormonal

steroid.

b) Kelainan samatodsimorfik, sindrom Prader-Willi, sindrom Sumit,

dan Carpenter. Sindrom Laurence-Moon-Bield, sindrom Cohen.

Obesitas pada kelainan ini hampir selalu di sertai retardasi

mental dan kelainan ortopedi.

c) Kelainan hipotalamus, kelainan pada hipotalamus

mempengaruhi nafsu makan dan berakibat obesitas kelainan

dapat di sebabkan oleh Kraniofaringoma, Lekemia Serebral,

trauma kepala dan lain-lain.

c. Faktor yang Mempengaruhi Obesitas

1) Faktor genetic

Hereditas merupakan faktor yang sangat penting dalam

perkembangan obesitas. Sebagai contoh, pada kembar identik yang

hidup terpisah cenderung untuk menyerupai sifat orang tua kandung

Page 31: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

17

lebih besar daripada yang mereka adopsi dari orang tua angkat

mereka (Wong et al, 2009). Obesitas cendrung di turunkan,

sehingga seseorang menderita obesitas di duga memiliki penyebab

genetik. Penelitian terbaru menunjukan bahwa faktor genetik

mempengaruhi sebesar 33% terhadap berat badan seseorang

(Hasdianah, 2014).

2) Faktor psikis

Menurut Supariasa (2003) dalam Hasdianah (2014), Ada yang

di dalam pikiran seseorang biasa mempengaruhi kebiasaan

makannya. Banyak orang yang memeberi reaksi terhadap emosinya

dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah

persepsi diri yang negatif.

Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula

dari masalah emosional yang tidak teratasi. Orang–orang gemuk

haus akan cinta kasih, seperti anak–anak makanan di anggap

sebgai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah

sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan yang tidak tercapai

dalam kehidupannya.

Walaupun penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus,

namun sebagian orang yang kelebihan berat badan tidaklah lebih

terganggu secara psikologis di bandingkan dengan orang yang

memiliki berat badan normal.

Faktor psikologis juga dapat menjadi dasar pola makan selama

masa kanak-kanak. Banyak orang tua menggunakan makanan,

seperti permen dan jajanan lainnya sebagai pendorong positif

terhadap perilaku yang diharapkan. Praktik ini dapat

mengembangkan makna simbolis dan anak dapat menggunakan

Page 32: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

18

makanan sebagai suatu penghargaan, kenyamanan, dan cara untuk

menghadapi perasaan depresi, marah, bosan dan kesepian.

Banyak orang makan sebagai respons terhadap emosi positif,

seperti kegembiraan atau emosi negatif seperti kebosanan,

kesedihan juga kemarahan (Williams & Wilkins, 2013).

3) Jenis kelamin

Menurut Supariasa (2003) dalam Hasdianah (2014), Obesitas

lebih umum di jumpai pada wanita terutama pada saat remaja dan

pasca manopause. Hal ini mungkin di sebabkan oleh faktor

endokrin dan perubahan hormonal.

4) Faktor penyakit

Beberapa penyakit dapat menyebabkan obesitas atau

kecenderungan peningkatan berat badan, seperti hipotiroidisme,

sindrom Chushing, depresi dan masalah neurologi lain yang dapat

menyebabkan makanan berlebih. Juga obat-obatan steroid,

antipsikotik dan beberapa anti depresan dapat membuat berat

badan bertambah. Praktisi dapatmenyatakan bilamana penyakit

yang sudah diderita pasien sebelumnya merupakan penyebab

bertambahnya berat badan atau mempersulit penurunan berat

badan (Williams & Wilkins, 2013).

5) Aktifitas fisik

Kurangnya aktifitas fisik kemungkinan salah satu penyebab

utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah

masyarakat makmur. Seseorang yang tidak aktif memerlukan

sedikit kalori. Seseorang yang cendrung mengkonsumsi makanan

yang kaya lemak dan tak melakukan aktifitas fisik yang seimbang,

akan mengalami obesitas (Hasdianah, 2014). Pada anak,

Page 33: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

19

pemakaian energi yang kurang daoat terjadi pada anak yang kurang

aktivitas fisik, seperti seharian menonton TV, video, bermain game

dan lainnya. Ditambah lagi ketika menonton TV atau bermain game

sambil tidak berhenti makan maka kecenderungan menjadi obesitas

akan lebih meningkat (Soetjiningsih, 2006).

6) Pola tidur

Sejumlah hormon memediasi interaksi antara durasi tidur yang

pendek, metabolisme dan tingginya IMT. Dua hormon kunci yang

mengatur nafsu makan yaitu leptin dan ghrelin. Kedua hormon ini

memainkan peranan yang signifikan dalam interaksi antara durasi

tidur yang pendek dan tingginya IMT. Leptin adalah

adipocytederived hormone yang menekan nafsu makan. Ghrelin

sebagian besar adalah peptide yang berasal dari abdomen yang

menstimulasi nafsu makan. Mediator lain yang memberi kontribusi

terhadap metabolisme adalah adiponektin dan insulin. Adiponektin

adalah hormon yang baru diketahui disekresi oleh adiposit dan

berhu-bungan dengan sensitifitas insulin (Angels, 2013).

7) Pola makan

Pemberian makanan padat tinggi kalori pada usia dini juga

menjadi faktor obesitas pada anak. karenanya tubuh mengalami

kelebihan kalori/energi sehingga kelebihan ini disimpan dalam

bentuk lemak. Kelebihan 50kkal/hari dalam satu tahum kenaikan

berat badan mencapai 5kg (Soetjiningsih, 2006).

Bila asupan makanan untuk bayi dan anak-anak melebihi

kebutuhannya, jumlah sel-sel jaringan lemak akan meningkat guna

menyimpan lemak. Sekali lemak terbentuk dalam jumlah besar,

akan terjadi kecenderungan penambahan berat badan dengan

Page 34: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

20

mudah (Mubarak & Chayatin, 2008). Pada bayi, bayi yang minum

susu botol dan selalu dipaksakan oleh ibunya bahwa setiap kali

minum harus habis, jenis susu yang diberikan berosmolaritas tinggi,

juga menjadi penyebab obesitas pada anak (Soetjiningsih, 2006).

Orang yang kegemukan lebih responsif di banding dengan

orang yang berat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal,

seperti rasa dan bau makan, atau saatnya waktu makan. Orang

yang gemuk cendrung makan bila ia merasa ingin makan. Orang

yang gemuk cendrung makan bila ia merasa ingin makan, bukan

makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang

menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika sang

individu tidak memiliki kontrol dir dan motivasi yang kuat untuk

mengurangi berat badan (Hasdianah, 2014).

8) Berat Badan Lahir

Sebagian obesitas pada bayi umur satu tahun pertama

berhubungan dengan berat badan lahirnya dan cara pemberian

makan. Faktor yang mempengaruhi terjadinya berat badan lahir

lebih tinggi dari biasanya yaitu faktor keturunan, ibu obesitas,

pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil berlebihan dan ibu

diabetes/pradiabetes (Soetjiningsih, 2006). Karena pertumbuhan

tinggi badan biasanya diiringi pula oleh pertumuhan berat badan,

maka tidak mengherankan bila anak-anak yang tumbuh dengan

cepat semasa kecilnya akan cenderung lebih mudah untuk menjadi

obesitas saat mereka dewasa. Banyak dari mereka yang obesitas

pada saat dewasa juga sudah memiliki berat badan yang lebih saat

mereka lahir. Beberapa studi menemukan bahwa pertumbuhan

yang cepat pada masa kanak-kanak menyebabkan obesitas pada

Page 35: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

21

masa dewasa. Parson et al menemukan bahwa terdapat hubungan

yang positif antara berat badan lahir dengan indeks masa tubuh

sang anak di kemudian hari, dan lebih luas lagi di perhitungkan

bahwa seorang ibu yang memiliki berat badan lebih akan memiliki

bayi dengan berat badan yang juga lebih yang kemudian akan

meningkatkan kecenderungan untuk menjadi dewasa dengan berat

badan yang lebih juga.

Menurut penelitian Li N et al (2014), ada hubungan antara

berat lahir dan obesitas pada balita ketika umur 6 bulan–3 tahun.

Rasio odds (OR) dari kelebihan berat badan atau obesitas secara

signifikan lebih tinggi pada anak yang lahir beratnya 3 kg–3,5 kg

yaitu 1,5 kali kemungkinan obesitas ketika balita, dan 2,5 kali lebih

besar kemungkinan obesitas pada balita yang berat lahirnya 3,5 kg–

4 kg, dan 3,5–5 kali lipat kemungkinan obesitas pada kelompok

balita yang berat badan lahirnya lebih dari 4,5 kg.

d. Dampak Obesitas

Obesitas pada anak akan menimbulkan berbagai keluhan dan

berbagai keluhan dan gangguan penyakit. Pada umumnya, gangguan

kesehatan yang terjadi pada anak obesitas ialah gangguan secara

klinis, mental dan sosial (Hasdianah, 2014).

Terdapat banyak gangguan klinis yang di timbulkan akibat obesitas

pada anak, di antaranya :

1) Penyakit Kardiovaskuler

2) Obesitas merupakan faktor resiko utama CVD, dan data secara

konsisten menunjukkan peningkatan insidensi penyakit seiring

dengan meningkatnya IMT. (Barasi, 2009).

Page 36: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

22

3) Penyakit Hipertensi

Hipertensi dapat di sebabkan oleh beberapa faktor salah

satunya obesitas. Anak obesitas akan menderita hipertensi akan

mengalami berbagai penyakit komplikasi lainnya, dan kerusakan

organ seperti gangguan pada fungsi mata, jantung, dan kelainan

fungsi jantung (Hasdianah, 2014).

Ada beberapa mekanisme yang diusulkan untuk menjelaskan

eratnya korelasi antara obesitas dan hipertensi, yang meliputi :

a) Bertambahnya volume darah sebagai akibat peningkatan

retensi garam; dianggap bahwa hal ini disebabkan oleh efek

antinatriuretik dari kaenaikan kadar insulin.

b) Perubahan kadar hormon mempengaruhi regulasi tekanan

darah; misalnya produksi kortisol oleh jaringan adiposa

meningkat, leptin dan angiostensinogen yang dilepaskan oleh

jaringan adiposa menimbulkan efek hipertensif langsung.

c) Tingginya asupan garam dan rendahnya tingkat kebugaran fisik

mungkin ikut berperan (Barasi, 2009).

4) Asma Bronkhiale

Asma bronkhiale merupakan kelainan sistem pernapasan yang

di tandai dengan penyempitan pada saluran napas yang bersifat

sementara serta dapat sembuh secara spontan tanpa pengobatan.

Anak yang menderita obesitas yang memiliki pola aktivitas yang

rendah akan berisiko terkena asma bronkhiale (Hasdianah, 2014).

5) Sleep Apnea

Sleep apnea adalah gangguan pernapasan ketika tidur, pada

anak di tandai dengan terhentinya napas sekitar sepuluh detik

ketika tidur. Anak yang obesitas mengalami penumpukan lemak

Page 37: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

23

yang berlebihan di dalam tubuhnya, penumukan lemak yang

berlebihan akan mengganggu darah dalam mengedarkan oksigen

ketika proses oksidasi dan metabolisme berlangsung (Hasdianah,

2014).

6) Kelainan Bentuk dan Ukuran Tulang

Obesitas pada anak berpotensi menimbulkan kelainan bentuk

dan ukuran tulang, ketidak seimbangan, maupun rasa nyeri yang

sangat kuat ketika beridiri, berjalan, maupun berlari. Obesitas anak

dapat memberikan tekanan dan renggang yang lebih besar

terutama pada tulang kaki daripada anak dengan berat badan

normal. Oleh karena itu tulang, kaki anak obesitas biasanya

mempunyai ukuran yang lebih besar, sehingga menyebabkan

ketidakseimbangan ketika berjalan ataupun berlari (Hasdianah,

2014).

7) Gangguan Kejiwaan

Anak obesitas terkadang mengalami gangguan jiwa seperti

kurang percaya diri dan depresi. Hal ini di sebabkan oleh ejekan

dan cemohan dari teman sebayanya karena memiliki badan yang

gemuk.

Ejekan yang di terima oleh anak secara terus menerus dapat

menimbulkan krisis percaya diri. Apabila hal ini tidak segera di atasi

dengan tepat dapat menyebabkan anak menjadi derpresi karena

tertekan. Ejekan yang mungkin di terima anak obesitas dari teman

sebayanya juga akan mengganggu hubungan sosial dengan

temannya. Anak obesitas akan dikucilkan dari lingkungan teman

sebayanya. Terdapat beberapa penolakan sosial dari lingkungan

sekitar karena kondisi badannya yang obesitas (Hasdianah, 2014).

Page 38: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

24

8) Penyakit Diabetes Mellitus

Kencing manis yang juga di sebut dengan diabetes mellitus tipe

II pada anak obesitas merupakan hal yang sangat

mengkhawatirkan. Anak – anak penderita diabetes mellitus tipe II

berisiko tinggi menderita penyakita komplikasi seperti gagal ginjal

kronis, penyakit jantung, nahkan stroke dini.

Anak penderita diabetes mellitus tipe II memiliki produksi insulin

yang terganggu. Kebiasaan yang buruk pada pola makan anak

obesitas dapat meningkatkan terjadinya penyakit penyakit kencing

manis pada anak (Hasdianah, 2014).

9) Kanker

Studi berskala besar di Inggris menunjukkan hubungan antara

kegemukan dengan kanker. Para peneliti itu mengikuti kesehatan 5

juta orang selama 7 tahun dan melacak apakah para subjek

penelitian menderita salah satu dari 22 jenis kanker. Hasil studi

dipublikasikan dalam jurnal The Lancet dan menyimpulkan bahwa

obesitas terkait dengan 10 dari 22 jenis kanker yang paling umum.

Kanker tersebut adalah rahim, ginjal, serviks, tiroid, leukemia, liver,

usus besar, ovarium, kanker payudara, dan kandung kemih

(Hasdianah, 2014).

e. Cara Pengukuran Obesitas

Menurut Hidayat (2009), bahwa pengukuran antropometri meliputi

pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar

lengan atas. Dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara yaitu

pengukuran yang berdasarkan umur dan pengukuran yang tidak

berdasarkan umur, seperti contoh pengukuran umur: berat badan

berdasarkan umur, tinggi badan atau panjang badan berdasarkan

Page 39: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

25

umur. Sedangkan pengukuran tidak berdasarkan umur: berat badan

berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi

badan.

Untuk menegakkan diagnosa obesitas, harus di temukan gejala

klinis obesitas yang di sokong oleh temuan antropometri yang jauh di

atas normal. Pemeriksaan antropometri yang sering di gunakan adalah

berat badan terhadap tinggi badan, berat badan terhadap umut, Indeks

Massa Tubuh (IMT/Body Mass Index/BMI), dan tebal lipatan kulit

(Soetjiningsih, 2006).

Rumus BMI :

BMI mempunyai keunggulan utama yaitu dapat menggambarkan

lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa di gunakan dalam

penelitian populasi berskala besar. Pengukurannya hanya

membutuhkan dua hal yaitu berat badan dan tinggi badan, yang

keduanya dapat di lakukan secara akurat oleh seseorang dengan

sedikit latihan. Keterbatasanya adalah membutuhkan penilaian lain bila

di pergunakan secara individual.

Dalam penelitian ini peneliti menentukan obesitas anak

menggunakan antropometri berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia, 2011 (Kemenkes RI, 2011) nomor:

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian

status gizi dan mengacu pada standar WHO, 2007 yaitu dengan

menghitung IMT menurut umur (IMT/U) pada anak 0 – 60 bulan, dan

untuk obesitas kriteria ambang batas nilai Z-Score adalah > 2 SD.

Page 40: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

26

Rumus Z-Score = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Buku Rujukan

Nilai Simpang Baku Rujukan

Tabel 2.2 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan

Indeks, Menurut (Kemenkes RI, 2010).

Indeks Massa

Tubuh

menurut Umur

(IMT/U) Umur

5-18 Tahun

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-

2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1

SD

Overweight >1 SD sampai dengan 2

SD

Obesitas >2 SD

3. Anak Prasekolah

a. Definisi Anak Prasekolah

Menurut Kyle & Carman (2015), anak prasekolah adalah antara

usia 3 - 6 tahun. Ini adalah waktu kelanjutan pertumbuhan dan

perkembangan. Pertumbuhan fisik terus menjadi jauh lebih lambat di

bandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan

perkembangan kognitif, bahasa, dan psikososial penting selama priode

prasekolah.

Menurut Kyle & Carman (2015), mengatakan banyak tugas yang

di mulai selama masa todler di kuasai dan sempurna selama usia

prasekolah. Anak belajar mentoleransi perpisahan dari orang tua,

memiliki rentan perhatian lebih lama dan terus mempelajari

keterampilan yang akan memicu keberhasilan nanti dalam priode usia

sekolah. Persiapan untuk kesuksesan di sekolah terus berlanjut

Page 41: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

27

selama priode prasekolah karena sebagian besar anak memasuki

sekolah dasar di akhir priode prasekolah.

b. Konsep Tumbuh Kembang

1) Perkembangan Fisik

Menurut Feigelman (2007) dalam Kyle (2015), anak usia

prasekolah rata-rata akan tumbuh 6,5 sampai 7,8 cm per tahun.

Rata-rata anak usia 3 tahun memiliki tinggi 96,2 cm, rat-rata anak

usia 4 tahun memiliki tinggi 103,7 cm, rata-rata anak usia 5

tahunmemiliki tinggi 118,5 cm. Pertambahan berat rata-rata selama

priode ini adalah sekitar 2,3 kg per tahun.

Rata-rata berat badan anak usia 3 tahun adalah 14,5 kg,

meningkat menjadi rata-rata 18,6 pada usia 5 tahun. Kehilangan

lemak bayi dan pertumbuhan otot selama masa prasekolah

memberikan tampilan anak yang lebih kuat dan lebih matang.

Panjang tengkorak juga sedikit meningkat, dengan rahang bawah

menjadi lebih menonjol. Rahang atas melebar selama masa

prasekolah sebagai persiapan untuk kemunculan gig permanen,

biasanya di mulai dari usia sekitar 6 tahun (Kyle & Carman, 2015).

2) Perkembangan Psikososial

Menurut Erik Erikson, tugas psikososial masa prasekolah

adalah membina rasa inisiatif versus bersalah (Erikson, 1963). Anak

prasekolah adalah seorang pelajar yang ingin tahu/penasaran,

sangat antusias untuk mempelajari hal-hal baru (Kyle & Carman,

2015).

Anak prasekolah merasa sensasi pencapaian ketika berhasil

melaksanakan aktivitas, dan perasaan bangga dalam pencapaian

seseorang membantu anak untuk menggunakan inisiatif. Akan

Page 42: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

28

tetapi, ketika anak memperluas dirinya lebih lanjut dari

kemampuannya saat ini, ia dapat merasakan rasa bersalah.

Perkembangan superego atau kesadaran telah sempurna selama

priode prasekolah, dan ini adalah dasar untuk perkembangan moral

(memahami benar dan salah) (Kyle & Carman, 2015).

3) Perkembangan Keterampilan Motorik

Saat sistem muskulosletal anak prasekolah terus matang,

keterampilan motorik yang sudah ada menjadi halus dan terbentuk

ketemrampilan motorik yang baru. Anak prasekolah memiliki kontrol

yang lebih volunter atas pergerakannya dan tidak sekikuk ketika

todler. Penghalusan keterampilan motorik halus yang signifikan

terjadi selama priode prasekolah (Kyle & Carman, 2015).

a) Keterampilan Motorik Kasar

Anak prasekolah tangkas ketika berdiri, berjalan, berlari, dan

melompat. Ia dapat naik dan turun tangga serta berjalan

kedepan dan kebelakang dengan mudah. Berdiri pada ujung

jari atau pada satu kaki memerlukan konsentrasi ekstra. Anak

prasekolah tampak berada dalam gerakan konstan. Ia juga

mengguankan tububh untuk memahami konsep yang baru

(seperti menggunakan lengan dalam gerakan “menenggak”

ketika mendiskripsikan cara roda kereta api bekerja (Kyle &

Carman, 2015).

b) Keterampilan Motorik Halus

Anak usia 3 tahun dapat menggerakkan setiap jari tangannya

secara bebas dan mampu memegang sendok-garpu dan

krayon dengan cara seperti orang dewasa, dengan ibu jari pada

satu sisi dan jari lain di sisi yang lain. Ia juga dapat menulis

Page 43: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

29

dengan bebas, menyalin sebuah lingkaran, menjiplak sebuah

kotak, dan memberi makan dirinya sendiri tanpa banyak

menumpahkannya. Keterampilan ini menjadi halus dalam 2

tahun selanjutnya dan pada usia 5 tahun, anak dapat menulis

angka, memotong dengan gunting secara lebih akurat, serta

menikat tali sepatu (Kyle & Carman, 2015).

4) Perkembangan Komunikasi dan Bahasa

Menurut Taylor (2008) dalam Kyle (2015), anak prasekolah

dapat mencapai sebanyak 10 sampai 20 kata baru perhari dan pada

usia 5 tahun biasanya memiliki kosakata sebanyak 2100 kata. Pada

akhir priode prasekolah, anak menggunakan kalimat dalam struktur

seperti yang di gunakan oleh orang dewasa.

Menurut Prasse & Kikano (2008) dalam Kyle (2015), anak usia

3 sampai 6 tahun mulai mengembangkan kefasihan (kemampuan

untuk menghubungkan suara, suku kata, dan kata-kata secara

lancar/halus ketika bicara). Pada awalnya, anak dapat

memperlihatkan ketidak fasihan atau bicara gagap. Bicara dapat

terdengar naik turun atau anak dapat mengatakan konsonan

berulang kali atau “um”. Bicara gagap biasanya di awali pada usia

antara 2 dan 4 tahun, dan sekitar 75% anak akan pulih dari kondisi

ini tanpa terapi.

Orang tua harus memperlambat bicara mereka dan harus

memberikan waktu untuk anak berbicara tanpa tergesa-gesa atau

mengganggunya. Beberapa suara tetap sulit di ucapkan secara

benar oleh anak prasekolah: “f”, “v”, “s”, dan “z” biasanya di kuasai

pada usia 5 tahun, tetapi berapa anak tidak menguasai suara “sh”,

“l”, “th”, “r” sampai mereka berusia 6 tahun, komunikasi untuk anak

Page 44: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

30

prasekolah bersifat konkret, karena mereka belum mampu berfikir

abstrak. Meskipun sifatnya konkret, komunikasi anak prasekolah

dapat cukup detail dan rumit, ia dapat berbicara tentang mimpi dan

fantasi. Selain mendapatkan kosakata dan mempelajari

penggunaak tata bahasa yang benar, keterampilan bahasa reseptif

anak prasekolah juga menjadi lebih halus (Kyle & Carman, 2015).

Anak prasekolah sangat memperhatikan nada suara dari alam

perasaan orang tua dan dapat dengan mudah mengambil emosi

negatif dalam percakapan. Jika anak prasekolah mendengarkan

orang tua mendiskusikan hal-hal yang menakutkan bagi anak,

imajinasi anak prasekolah dapat memperbesar perkembangan takut

dan memicu kesalahan intervensi tentang apa yang di dengar anak

(Kyle & Carman, 2015).

Menurut Abell & Ey (2007) dalam Kyle (2015), pada anak yang

kemungkinan bicara bilingual, saat usia 4 tahun anak akan berhenti

menggunakan campuran bahasa seperti yang di perlihatkan di

massa todler dan mereka harus mampu menggunakan setiap

bahasa sebagai sistem yang terpisah.

B. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Kejadian Obesitas

Menurut Sam Wong (2012), 20% dari anak-anak di perkirakan memiliki

resiko tertinggi saat lahir membentuk 80% jadi anak-anak obesitas.

perempuan berencana hamil harus berada dalam berat badan ideal sebelum

mereka hamil dan kemudian mendapatkan berat badan selama kehamilan

sesuai dengan pedoman yang di rekomendasikan. Jika ibu kelebihan berat

badan sebelum dan selama kehamilan, ada bukti kuat bahwa bayi yang di

Page 45: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

31

kandungnya akan memiliki berat badan lahir tinggi dan Body Mass Index

yang tinggi selama masa anak-anak dapat menyebabkan obesitas.

Menurut Vasylyeva et al (2013), Di antara bayi prematur, resiko tertinggi

berkembang menjadi berat badan yang berlebih selama priode prasekolah

yang lahir di usia kehamilan yang lebih awal. Hubunga positif yang kuat di

temukan antara berat badan lahir dan berat badan masa anak-anak.

Selain penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi, anak-anak obesitas

juga rentan untuk tidur apnea dan masalah sendi dan tulang akibat kelebihan

berat badan. Meskipun penyakit ini sering dikaitkan dengan orang dewasa,

orang tua dari anak-anak obesitas tidak boleh meremehkan resiko obesitas

anak. Menjadi obesitas dimasa anak-anak meningkatkan kemungkinan anak

pubertas pada usia lebih dini karena ketidak seimbangan hormon dan

memicu untuk masalah pernapasan saat dewasa seperti asma (Mahayuni,

2011).

Masalah psikologis dan harga diri juga lebih memungkinkan

mempengaruhi terhadap faktor psiskis anak pada saat dewasa, sehingga

anak memiliki harga diri rendah pada saat dewasanya. Sedangkan obesitas

pada dewasa untuk mengatasi masalah harga diri cara menghadapi masalah

bullying karena obesitas manajemen koping individu untuk orang dewasa

terhadap obesitasnya bagus, sehingga mengurangi resiko terganggunya

psikis individu tersebut (Mahayuni, 2011).

Page 46: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

32

C. Kerangka Teori

Faktor Tidak Langsung Faktor Langsung

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber. Misnadiarly (2007), Sri Rahayuningsih (2007), Achmad Djaeni

(2000).

Tingkat

pengetahuan

Genetik/

keturuna

Tingkat

pendapatan

keluarga

Pola Makan

Berat saat lahir

Tingkat

konsumsi zat

Aktivitas fisik

Penyakit

Kejadian

Obesitas

Jenis kelamin

Pola Tidur

Page 47: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

33

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini, yaitu:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang sedang

diteliti. Hipotesa mempunyai karakteristik sebagai berikut: harus

mengespresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, harus dinyatakan

secara jelas dan tidak bermakna ganda, harus dapat uji, maksudnya ialah

memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat di

evaluasi bedasarkan data.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara riwayat berat

badan lahir dengan kejadian obesitas.

Variabel Bebas:

Berat Badan Lahir

Variabel Terikat:

Kejadian Obesitas

Page 48: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak – Kanak Islam Al Ikhwan

2. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 8 - 10 Februari 2018

3. Sasaran

Sasaran penelitian adalah murid siswa – siswi Taman Kanak – Kanak

Islam Al Ikhwan

B. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Penelitian obeservasional analitik, yaitu untuk

mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung yang

analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel

sehingga perlu disusun hipotesisnya. Sedangkan pendekatan cross sectional

adalah jenis pendekatan penelitian yang menekankan pada waktu

pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya

satu kali, pada satu saat (Nursalam, 2003).

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

Page 49: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

35

kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah

semua orang tua dan anak usia prasekolah di Taman Kanak – kanak

Islam Al ikhwan yang berjumlah 80 anak.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat di

gunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2011). Teknik sampel ini

menggunakan jenis Simple Random Sampling yaitu Menurut Sugiyono

(2012), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah

populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota

populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih

atau terambil dan dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan

sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu.

Peserta didik yang akan dijadikan sasaran sampel penelitian

menggunakan taraf kesalahan 5%. Untuk menghitung penentuan jumlah

sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan, maka pengambilan

sampel menggunakan rumus Slovin. Perhitungan pengambilan sampel

menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

𝑛= 𝑁

𝑁. 𝑑2 +1

Dimana :

𝑛 = ukuran sampel

N = Populasi

d = taraf nyata atau batas kesalahan

Dalam menentukan jumlah sampel yang akan dipilih, penulis

menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5%, karena dalam setiap

Page 50: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

36

penelitian tidak mungkin hasilnya sempurna 100%, makin besar tingkat

kesalahan maka semakin sedikit ukuran sampel. Jumlah populasi yang

digunakan adalah 80 orang, dengan perhitungan di atas maka :

𝑛 = 80

80.(0,0025)+1

= 80

1,2

= 66,66 atau 67 anak

Jadi dari anggota populasi yang diambil sebagai sampel adalah

sebanyak 66,66 orang responden. Pada perhitungan yang

menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan keatas,

hal ini lebih aman daripada kurang dibawahnya. Maka sampel yang

digunakan berdasarkan populasi diatas yaitu 67 anak, yang mana

peneliti memilih terlebih dahulu anak yang mengalami obesitas dari 80

populasi dan didapatkan sebanyak 10 orang yang mengalami obesitas,

kemudian sisa nya di ambil sebanyak 57 anak dengan cara random atau

cara undian dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peneliti menuliskan nomor urut anak berdasarkan daftar kehadiran

siswa pada kertas kecil, menggulung kertas tersebut, lalu

memasukkan kedalam botol plastik, kemudian menutup botol

tersebut dan memberi sedikit lubang.

2. Mengocok botol plastik tersebut dan mengeluarkan satu gulungan

kertas. Setiap nomor yang keluar dicatat dan dijadikan sampel

penelitian.

Page 51: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

37

D. Variable penelitian dan Definisi Oprasional

1. Variabel penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep tertentu, misalnya pendidikan, umur, jenis kelamin, pekerjaan,

pengetahuan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010) dalam Khairunnisa

(2014).

2. Definisi oprasional

Mendefinisikan variabel secara oprasional bertujuan untuk membuat

variabel menjadi lebih konkrit dan dapat diukur. Dalam mendefinisikan

suatu variabel, peneliti menjelaskan tentang apa yang harus di ukur,

bagaimana pengukurannya, apa saja kriteria pengukurannya, instrumen

yang digunakan untuk mengukurnya dan skala pengukurannya (Dharma,

2011).

Page 52: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

38

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Penelitian

Variabel Definisi

Operasional

Parameter Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel

independen:

Riwayat

Berat badan

lahir

Berat bayi

yang di

timbang

dalam waktu

satu jam

sesudah lahir

(Marmi,

2012).

- BBL(Berat

Badan

Lahir).

Studi

dokume

ntasi:

- KMS

- KIA

- Bayi dengan

berat lahir

tinggi: >4000

gram.

- Bayi berat

lahir normal:

bayi dengan

berat lahir

>2500-4000

gram.

- Bayi berat

lahir rendah:

bayi dengan

berat badan

lahir kurang

dari 2500–

1500 gram

(Marmi,

2012)

Ordinal

Variabel

dependen:

Kejadian

obesitas

kelebihan

berat badan

sebagai

akibat dari

- BB(berat

badan).

- TB(tinggi

badan).

- timbanga

n digital

ketelitian

0,1kg.

Tidak

Obesitas :

- Kurus = -

Ordinal

Page 53: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

39

penimbunan

lemak

berlebihan

dengan

ambang

batas z score

Indeks

Massa Tubuh

menurut

Umur

(IMT/U) >2

Standar

Deviasi

(Kemenkes

RI, 2011).

- Umur. - mikrotois

e

3SD

sampai <-

2SD

- Normal = -

2SD

sampai

1SD

- Overweight

= >1 SD

sampai

2SD

Obesitas =

>2SD

(Kemenkes

RI, 2010)

E. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil

pengisian kuesioner terhadap responden berdasarkan pertanyaan yang

telah di sediakan. Data sekunder adalah data yang di peroleh bukan dari

responden dan sebagai bahan untuk melengkapi penyusunan karya

ilmiah ini, seperti data berat badan yang di timbang dengan timbangan

Page 54: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

40

digital dan tinggi badan di ukur dengan menggunakkan microtoise pada

anak usia prasekolah di Taman Kanak – kanak Islam Al Ikhwan.

2. Sumber data.

Sumber Data dalam penelitian ini di dapat dari kuesioner pada seluruh

sampe dari total populasi anak usia prasekolah di Taman Kanak – kanak

Islam Al Ikhwan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

membagikan lembar persetujuan menjadi responden dan membagikan

pertanyaan kepada ibu untuk diisi. Langkah selajutnya melakukan

penimbangan berat badan dengan menggunakan timbangan digital dengan

ketelitian 0,1 kg. Sampel di ukur dengan posisi berdiri tegak tepat di tengah

timbangan tanpa sabuk dan sepatu maupun kaos kaki, pembacaan angka di

lakukan saat angka muncul dan tidak berubah lagi. Hasil berat badan di

lakukan setelah di kurangi dengan berat seragam sampel. Kemudian di ukur

tinggi badan degan menggunakan microtoise yang berskala 200cm dengan

ketelitian 0,1cm, dan di letakan di dinding dari ketinggian 200cm, sampel di

ukur dengan berdiri tegak tepat menempel di dinding dengan pandangan

lurus kedepan tanpa menggunakan penutup kepala dan sepatu atau alas

kaki, lalu di lakukan pengukuran tinggi badan dengan menurunkan alat

pengukur hingga batang pengukuran tepat di kepala sampel. Hasil

pengukuran tinggi dan berat badan kemudian di hitung berdasarkan rumus

IMT. Hasil penghitungan berat badan dan tinggi badan anak di bandingkan

dengan kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan IMT

menurut umur dari (Kemenkes RI, 2011).

Page 55: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

41

Pada penelitian ini untuk variabel independen yaitu riwayat berat badan

lahir, peneliti memberikan kuesioner kepada ibu untuk mendapatkan data

berat badan lahir yang sesuai dengan KMS jika ada. Sedangkan untuk

variabel dependen yaitu kejadian obesitas, peneliti menimbang berat badan

pada anak dengan menggunakan timbangan digital dan mengukur tinggi

badan dengan menggunakan microtoise dan menghitung IMT menurut umur

untuk mendapatkan data obesitas nya pada anak.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner riwayat berat badan lahir tidak menggunakkan uji validitas dan

uji reliabilitas karena pertanyaan yang dibuat hanya untuk mengetahui berat

badan lahir anak saja dengan cara mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan

anak dan melihat data berat badan saat lahir anak di buku KIA.

H. Metode Analisis Data

1. Pengolahan data

Menururut Notoatmodjo (2010) proses pengelolaan data melalui tahap-

tahap sebagai berikut:

a. Editting

Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isian formulir

atau kuesioner tersebut, apakah sudah lengkap, jawaban cukup jelas

terbaca, jawaban relevan dengan pertanyaan, apakah jawaban

konsisten dengan jawaban yang lainnya .

Page 56: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

42

b. Coding

Coding adalah kegiatan pengubahan data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding ini sangat berguna

dalam memasukkan data.

c. Entri data

Yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk “kode” dimasukkan ke dalam program.

d. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode.

2. Analisa Data

a. Analisis univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat

tergantung jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean

atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam

analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentasi

(Notoatmodjo, 2010). Analisa yang di gunakan untuk mendapatkan

gambaran masing-masing distribusi frekuensi responden serta

menggambarkan variabel independen (berat badan lahir) dan

dependen (kejadian obesitas).

b. Analisis Bivariate

Analisis Bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang di duga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini yang menjadi analisis Bivariat peneliti adalah:

Page 57: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

43

“Menganalisis Hubungan Riwayat Berat Badan Lahir Dengan

Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Prasekolah Di Taman Kanak –

Kanak.”.

Dalam penelitian ini menggunakan uji kendall tau. Uji ini

digunakan untuk meliat hubungan antara variabel independen yaitu

Riwayat Berat Badan Lahir dengan variabel dependen yaitu Kejadian

Obesitas

Uji kendall tau merupakan uji analisis yang menghubungkan 2

variabel yang berskala ordinal dan mengetahui tingkat kolerasi antara

2 variabel tersebut (Hidayat, 2010).

1) Karakteristik Kendall Tau:

a) Menguji hubungan dua variabel atau lebih

b) Termasuk kolerasi nonparametik

2) Cara penggunaan uji ini adalah sebagai berikut:

Ket :

= Nilai koefesien kendall tau

= Pembilang dari jumlah konkordasi dan diskonkordasi

secara keseluruhan

𝑛 = Jumlah sampel

dan 2 = Konstanta

3) Syarat dari Uji Kendall Tau Agar pengujian hipotesis dengan

kendall tau dapat digunakan dengan baik maka hendaknya

memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut (Budianto, 2001).

a) Skala data variabel ordinal.

b) Jenis hipotesis koleratif.

Page 58: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

44

Kesimpulan dalam uji kendall tau ini di dapatkan dengan

cara membandingkan hasil dengan tabel. Bila hitung

lebih kecil dari tabel berarti Ho diterima (tidak ada

hubungan antara riwayat berat badan lahir dengan kejadian

obesitas). Jika hitung lebih besar atau sama dengan

tabel atau < 0,05 berarti Ha diterima (ada hubungan

antara riwayat berat badan lahir dengan kejadian obesitas).

.

Page 59: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum

Gambaran umum TK Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur adalah

taman kanak-kanak milik yayasan Al-Ikhwan yang bertempat di

belakang masjid Al-Ikhwan, TK ini didirikan pada tahun 1990 dengan

letak di Jl. Veteran RT. 32 No. 10 Kelurahan sungai bilu kecamatan

Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan

dengan akreditasi B. Nama kepala sekolah TK Islam Al-Ikhwan

Banjarmasin Timur adalah Halimah, S. Pd.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Karekteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 67 orang anak

dengan jumlah karakteristik sebagai berikut :

a. Jenis kelamin anak

Distribusi frekuensi anak berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi anak berdasarkan jenis kelamin anak

prasekolah di TK Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur

Sumber: Data Primer, 2018

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1. Laki-laki 30 44,77

2. Perempuan 37 55,23

Total 67 100

Page 60: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

46

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi anak berdasarkan jenis

kelamin sebagian besar perempuan yaitu 37 anak (52,23%).

b. Umur anak

Distribusi frekuensi anak berdasarkan umur di TK Islam Al-Ikhwan

Banjarmasin Timur dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

No. Umur Frekuensi Persentase

1. >4 – 5 3 4,4

2. >5 – 6 11 16,45

3. >6 53 79,1

Total 67 100

Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi anak berdasarkan umur

sebagian besar >6 tahun yaitu 53 (79,1%) anak.

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan umur

Variabel Mean Min Max Std.

deviasi

95%CI

Lower Upper

Umur 6.0 4.1 6.6 0.594 5.9 6.2

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa variabel umur dengan

nilai rata-rata yaitu 6.0, nilai std. deviasi 0.594 dan nilai interval

kepercayaan lower 5.9 dan upper 6.2.

c. Berat Badan Anak

Distribusi frekuensi berdasarkan berat badan anak di TK Islam Al-

Ikhwan Banjarmasin Timur dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Page 61: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

47

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan berat badan

No. Berat Badan (kg) Frekuensi Persentase

1. 13 – 22 16 23,88

2. 23 – 32 32 47,77

3. 33 – 42 19 28,35

Total 67 100

Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan tabel 4.4 distribusi frekuensi berdasarkan berat

badan anak sebagian besar 22-32 Kg yaitu 32 (47,77%).

Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan berat badan

Variabel Mean Min Max Std.

deviasi

95%CI

Lower Upper

Berat

Badan

23.13 15.90 37.70 5.417 21.81 24.45

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa variable berat

badan dengan nilai rata-rata yaitu 23.13, nilai std. deviasi 5.417 dan

nilai interval kepercayaan lower 21.81 dan upper 24.45 .

2. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

riwayat berat badan lahir dan kejadian obesitas pada anak prasekolah di

TK Islam Al-Ikhwan di Banjarmasin Timur

a. Riwayat berat badan lahir

Adapun distribusi frekuensi riwayat berat badan lahir dikategorikan

menjadi tinggi, normal, dan rendah. Untuk distribusinya dapat dilihat

dibawah ini.

Page 62: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

48

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi Berat badan lahir anak prasekolah di

TK Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur

Kategori Riwayat Berat Badan

Lahir Frekuensi Persentase

Lebih (>4000g) 9 13,4%

Normal (2500-4000g) 53 79,1%

Rendah (<2500g) 5 7,5%

Total 67 100

Sumber: Marmi, 2012.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar riwayat berat badan

lahir normal yaitu 53 (79,1%) anak, sebagian kecil riwayat berat

badan lahir tinggi yaitu 9 (13,4%) anak, dan sebagian kecil riwayat

berat badan lahir rendah yaitu 5 (7,5%) anak.

b. Kejadian obesitas

Kejadian obesitas dikategorikan menjadi 2 yaitu tidak obesitas dan

obesitas

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi kejadian obesitas pada anak

prasekolah di TK Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur

No. Kejadian Obesitas Frekuensi Persentase

1. Tidak Obesitas 57 85%

2. Obesitas 10 15%

Total 67 100

Sumber: Data Primer, 2018

Page 63: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

49

Berdasarkan tabel 4.7 distribusi frekuensi anak berdasarkan

kejadian obesitas terdapat 57 responden tidak obesitas (85%)

dan 10 responden obesitas (15%).

3. Analisis Bivariat

Hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian obesitas untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas (riwayat berat badan lahir)

dengan variabel terikat (kejadian obesitas) data di lihat di tabel bawah ini.

Tabel 4.8 Hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian obesitas

pada anak prasekolah di Taman Kanak-Kanak Islam Al-Ikhwan

Banjarmasin Timur

No.No

Riwayat

Berat Badan

Lahir

Kejadian Obesitas

Jumlah

Ρ Value

Obesitas Tidak

Obesitas

f % f % f %

0,008

1. Rendah 1 1,5 4 6,0 5 7,2

2. Normal 4 6,0 49 73,1 53 79,1

3. Tinggi 5 7,5 4 6,0 9 13,4

Total 10 15 57 85 67 100

Sumber: Data Primer, 2018

Berdasarkan table 4.8 hasil penelitian pada riwayat berat badan lahir

sebagian besar anak yang memiliki riwayat berat badan lahir normal

ada 53 (79,1%) diantaranya ada beberapa anak yang riwayat berat

badan lahir nya normal menjadi obesitas pada saat usia prasekolah

ada 4 (6,0%), kemudian anak yang memiliki riwayat berat badan lahir

tinggi ada 9 (13.4%) diantaranya ada beberapa anak yang riwayat

Page 64: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

50

berat badan lahir nya tinggi menjadi obesitas pada saat usia

prasekolah ada 5 (7.5%), dan juga anak yang memiliki riwayat berat

badan lahir rendah ada 5 (7.2%) diantaranya ada beberapa anak

yang riwayat berat badan lahir nya rendah menjadi obesitas pada

saat usia prasekolah ada 1 (1.5%).

Data dilakukan uji statistik menggunakan uji Kendall Tau diperoleh

nilai p= 0,008. Dengan nilai p < (α = 0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa hipotesis diterima, yang artinya ada hubungan Riwayat Berat

Badan Lahir dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Prasekolah

di Taman Kanak-kanak Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur.

Didapatkan hasil nilai kolerasi Kendall Tau sebesar 0,317

menunjukan bahwa arah kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi

yang sedang dapat disimpulkan apabila anak memiliki riwayat berat

badan lahir tinggi maka resiko obesitas lebih besar.

C. Pembahasan

1. Riwayat berat badan lahir pada anak prasekolah di TK Islam Al-Ikhwan

Dalam penelitian ini diperkirakan banyak faktor-faktor lain yang

juga menyebabkan obesitas selain riwayat berat badan lahir, seperti

faktor psikis, faktor jenis kelamin, faktor penyakit, aktivitas fisik yang

kurang, pola tidur, pola makan dengan pemberian makanan padat tinggi

kalori pada usia dini dan juga pemberian obat nafsu makan, sehingga

makan tidak terkontrol dan menjadikan anak menjadi obesitas pada anak.

Obesitas yang terjadi bisa juga terjadi karena faktor lain yang

sangat berpengaruh seperti makanan instan yang mana makanan

tersebut sangat mudah didapatkan oleh anak, sehingga anak yang

memiliki riwayat berat badan lahir rendah pun bisa menjadi obesitas

Page 65: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

51

karena terlalu sering makan-makanan instan yang kurang baik untuk

kesehatannya, (Sam Wong, 2012).

Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah 3,4 kg saat lahir, bayi

baru lahir kehilangan 10% dari berat tubuhnya dalam usia 5 hari pertama.

Rata–rata bayi baru lahir bertambah berat badannya sekitar 20 sampai 30

gr per hari dan mendapatkan berat badan yang sama seperti saat lahir

pada usia 10 hingga 14 hari, sebagian besar berat badan bertambah

menjadi dua kali lipat dari berat lahirnya pada usia 4 sampai 6 bulan dan

bertambah menjadi tiga kali lipat dari berat lahir pada saat usia mereka 1

tahun (Yulianti, 2015).

2. Kejadian obesitas pada anak prasekolah di TK Islam Al-Ikhwan

Riwayat berat badan lahir normal untuk menjadi obesitas terjadi

karena faktor lingkungan. Lingkungan termasuk dalam prilaku atau gaya

hidup semisal apa yang dimakan dan beberapa kali anak makan serta

bagaimana aktifitas anak selama masa bayi sampai masa anak

prasekolah. Jika obesitas di pengaruhi oleh genetik, kita tidak bisa

mengubah gen tetapi dapat merubah pola makan dan aktifitasnya agar

tidak menjadi obesitas dan pada penderita obesitas terutama yang

menjadi gemuk pada masa anak-anak bisa memiliki sel lemak 5 kali lebih

banyak di banding dengan orang yang berat badan normal. Jumlah sel

lemak tidak dapat di kurangi, karena itu penurunan berat badan hanya

dapat di lakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam tiap sel.

(Supariasa dalam Hasdianah, 2014)

Hal ini didukung Soetjiningsih (2014), yang menyatakan bahwa

sebagian obesitas pada bayi umur satu tahun pertama berhubungan

dengan berat badan lahirnya dan cara pemberian makan. Faktor yang

mempengaruhi terjadinya berat badan lahir lebih tinggi dari biasanya yaitu

Page 66: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

52

faktor keturunan, ibu obesitas, pertambahan berat badan ibu pada waktu

hamil berlebihan dan ibu diabetes/pradiabetes.

Obesitas anak merupakan faktor resiko utama untuk penyakit

kronis pada masa dewasa yang akan meningkatkan resiko penyakit

degeneratif misalnya diabetes dan tekanan darah tinggi (Hipertensi) di

kemudian hari. Berbagai pengamatan juga menunjukan bahwa makin dini

seorang anak mengalami obesitas, makan semakin rendah usia harapan

hidupnya akibat penyakit kronis degeneratif (IDAI, 2014).

3. Hubungan riwayat berat badan lahir dengan kejadian obesitas pada anak

prasekolah di TK Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur

Berdasarkan uji statistik menggunakan uji Kendall Tau diperoleh

nilai p= 0,006. Dengan nilai p < (α = 0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa hipotesis diterima, yang artinya ada hubungan Riwayat Berat

Badan Lahir dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Prasekolah di

Taman Kanak-kanak Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur. Didapatkan

hasil nilai kolerasi Kendall Tau sebesar 0,301 menunjukan bahwa arah

kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi yang sedang dapat disimpulkan

apabila anak memiliki riwayat berat badan lahir tinggi maka resiko

obesitas lebih besar. Karena semakin riwayat berat badan lahir, maka

lemak ditubuh anak suli diturunkan, sehingga jika lemak tidak diturunkan

maka akan terus bertambah dan menjadi obesitas pada masa anak-anak.

Berdasarkan hasil penelitian pada riwayat berat badan lahir yang

menjadi obesitas sebagian kecil yang memiliki riwayat berat badan lahir

normal ada 4 (5,0%), dalam penelitian ini tidak hanya berhubungan

dengan riwayat berat badan lahir untuk menjadi obesitas. Banyak faktor-

faktor lain yang juga menyebabkan obesitas, seperti faktor psikis yang

bisa meningkatkan nafsu makannya, faktor jenis kelamin yang mungkin

Page 67: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

53

di sebabkan oleh faktor endokrin dan perubahan hormonal, faktor

penyakit seperti hipotiroidisme, sindrom Chushing, depresi dan masalah

neurologi lain yang dapat menyebabkan makanan berlebih, aktivitas fisik

yang kurang pada seseorang anak yang cendrung mengkonsumsi

makanan yang kaya lemak dan tak melakukan aktifitas fisik yang

seimbang, akan mengalami obesitas, pola tidur yang di pengaruhi 2

hormon mengatur nafsu makan yaitu leptin dan ghrelin yang mana kedua

hormon ini memainkan peranan yang signifikan dalam interaksi antara

durasi tidur yang pendek dan tingginya IMT, pola makan dengan

pemberian makanan padat tinggi kalori pada usia dini juga menjadi faktor

obesitas pada anak.

Kemudian sebagian kecil anak yang memiliki riwayat berat lahir

tinggi ada 5 (6,2%). Obesitas saat hamil sangat beresiko terhadap janin

yang di kandung terutama bisa menyebabkan diabetes gestasional dan

postmature. Hal ini sesuai dengan situs Daily Mail edisi 2014, para ilmuan

Amerika merekam jejak kesehatan lebih dari 4.000 ibu hamil dan anak-

anak mereka. Secara keseluruhan 20,4% anak laki-laki yang dilahirkan

dari ibu yang mengalami obesitas atau ibu yang mengalami berat badan

melebihi yang di sarankan ternyata mengalami obesitas saat berusia 2-5

tahun.

Pewarisan obesitas menurut studi di Denmark bayi baru lahir

dengan ibu yang obesitas akan melahirkan anak yang memiliki riwayat

berat badan lahir tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan

berat badan normal, berat badan bayi lahir dari ibu yang obesitas memiliki

rata-rata 6 Ons lebih berat dibandingkan dengan bayi dengan berat badan

lahir normal. Selain itu kadar lemak tubuh mereka lebih besar 2,5% dari

Page 68: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

54

bayi yang lahir dengan ibu yang memiliki berat badan normal. (Supariasa

dalam Hasdianah , 2014)

Resiko bayi dengan riwayat berat badan lahir tinggi juga dapat

terjadi bila pada saat hamil kenaikan berat badan lebih dari 16 kg yang

dimana merupakan batas normal ibu yang hamil. Kondisi ibu yang

obesitas saat hamil, maka unsur sel lemak berjumlah banyak dan

ukurannya melebihi normal akan diturunkan pada bayi yang

dikandungnya, maka bayi akan mempunyai unsur sel lemak relatif sama

(Mu‟tadin, 2012).

Sebagian kecil anak yang memiliki riwayat berat badan lahir

rendah ada 1 (1,2%), Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah

(premature) untuk menjadi obesitas, banyak faktor yang mempengaruhi

seperti pemberian obat nafsu makan, sehingga makan tidak terkontrol

dan menjadikan anak menjadi obesitas pada usia prasekolah. Obesitas

yang disebabkan berat badan lahir yang menurut parson (2009), berat

badan lahir rendah (BBLR) berhubungan dengan fungsi organ tubuh yang

kurang baik dan peningkatan penyerapan lemak tubuh pada saat dewasa,

hal tersebut dapat meningkatkan resiko kegemukan (Hill DJ, 2013).

Beberapa variasi genetik yang memodulasi insulin dapat

berkontribusi terhadap pertumbuhan fetus dan omset dini obesitas, 23

teori yang mengatakan peran genetik mempengaruhi status obesitas anak

disamping riwayat berat badan lahir rendah, faktor genetik yang menjadi

penghubung antara munculnya obesitas pada anak dengan riwayat berat

badan lahir rendah yang diantaranya Glutamate Decarboxylase 2 (GAD2)

dan mutasi Small Hiterodimer Petner (SHP) yang mengkode protein

inhibisi β-Cell (Mayre D. et al, 2008).

Page 69: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

55

Riwayat berat saat lahir memiliki hubungan yang positif dengan

obesitas saat masa anak-anak dan saat dewasa nantinya. Bila saat lahir

sudah memiliki berat badan yang lebih atau lahirnya tinggi maka akan ada

kemungkinan mengalami obesitas nantinya. Menurut Parsons et al (2009)

dalam Hill DJ (2013), menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif

antara berat badan saat lahir dengan indeks masa tubuh di kemudian

hari.

Sebanyak 50% remaja yang obesitas sudah mengalami obesitas

sejak anak-anak. Sedangkan pada anak-anak dan bayi yang obesitas

sekitar 26,5% akan tetap menjadi obesitas dalam 2 dekade berikutnya.

Berdasarkan keadaan di lapangan, sebagian besar anak prasekolah

mengalami obesitas riwayat saat lahirnya besar/tinggi. (Taitz dalam Siti

Nur Hidayati, 2013).

Jika pada masa bayi telah menderita obesitas maka pada

nantinya akan menjadi sulit kurus karena sel tubuh membentuk melebihi

normal dan jumlah sel tubuhnya melebihi normal. Hal ini dapat terjadi

ketika obesitas dimulai dengan penimbunan lemak dalam sel lemak

sehingga terjadi hipertrofi sel tersebut. Ketika hipertrofi sel mencapai

tingkat tertentu akan terjadi rangsangan pembentukan sel yang baru

sehingga terjadi hiperplasi sel-sel tersebut (Dedi Subardja, 2012).

Jumlah sel lemak pada tubuh orang dewasa hampir seluruhnya

ditentukan oleh jumlah cadangan lemak dalam tubuh pada waktu anak-

anak. Pembentukan sel lemak baru pada bayi yang berat badan lahir

tinggi berlangsung dengan cepat, hal ini terus berlangsung dengan

kecepatan yang lebih lambat pada anak yang obesitas sampai remaja

(Artur C Guyton, 2011)

Page 70: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

56

Selain itu hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh

Emil Arifyanto pada tahun 2014 pada anak kelas 5 SD juga menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian

obesitas pada anak dengan ρ value = 0,038 < 0,05 bahwa kegemukan

yang terjadi pada anak sekolah dasar di Kecamatan Menteng Jakarta

Pusat telah terjadi sejak dini atau sejak masa kanak-kanak. Bayi dengan

berat badan lahir rendah memungkinkan untuk terjadi masalah obesitas

dikemudian hari, menurut sebuah studi yang di terbitkan oleh jurnal Brain

Research (2015). Temuan menunjukan faktor pemberian obat nafsu

makan sangat berpengaruh terhadap bayi dengan berat badan lahir

rendah untuk menjadi obesitas.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Studi dokumentasi

Peneliti tidak mengobservasi langsung KMS/KIA karena ada

beberapa orang tua anak yang sudah tidak mempunyai lagi KMS/KIA

karena hilang dan untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat

mengobservasi langsung KMS/KIA jika menanyakan riwayat berat badan

lahir agar dapat memperoleh data dengan tepat.

2. Keterbatasan lainnya

Peneliti hanya meneliti usia 5-6 tahun dari rentang usia anak

prasekolah 3-6 tahun, karena terdapat perbedaan klasifikasi dalam

pengukuran hasil IMT menurut umur, menurut tabel antropometri untuk

rentang usia di <5 tahun tidak terdapat klasifikasi berat badan obesitas,

klasifikasi berat badan obesitas hanya ada pada rentang usia 5-6 tahun.

Page 71: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat di ambil kesimpilan bahwa :

1. Riwayat berat badan lahir di TK Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur

sebagian besar anak yang memiliki riwayat berat badan lahir normal 65

(81,2%), dan sebagian kecil anak yang memiliki riwayat berat lahir tinggi

ada 10 (12,5%), dan sebagian kecil riwayat berat badan lahir rendah yaitu

5 (6,2%).

2. Kejadian obesitas di TK Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur terdapat 70

responden tidak obesitas (87.5%%) dan 10 responden obesitas (12.5%).

3. Bedasarkan analisis dilakukan oleh peneliti menggunakan uji Kendall Tau

menunjukan ada hubungan bermakna riwayat berat badan lahir dengan

kejadian obesitas di TK Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur dengan nilai

ρ = 0,006 < α = 0,05, dengan nilai r = 0,301 menunjukan bahwa arah

kolerasi positif dengan kekuatan kolerasi yang sedang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat di ajukan adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Orang Tua

Hendaknya dari penelitian ini dijadikan bahan masukkan tentang resiko

obesitas agar dapat menghindari dan meningkatkan kesehatan anaknya

dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi obesitas

anak prasekolahnya, karena untuk mengubah berat badan lahirnya tidak

mungkin tapi untuk mengubah gaya hidupnya mungkin, agar tidak

Page 72: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

58

menjadi obesitas pada masa anak-anak yang berdampak pada penyakit

degeneratif pada masa remaja atau dewasanya, dan juga agar apabila

orang tua tersebut nanti nya hamil kembali agar bisa menjaga pola makan

sedini mungkin.

2. Bagi Sekolah

Untuk TK Islam Al-Ikhwan Banjarmasin Timur meningkatkan evaluasi dan

pemantauan terhadap tumbuh kembang anank didik dengan bekerjasama

dengan puskemas terdekat untuk melakukan pengukuran berat dan tinggi

badan rutin secara aktif dengan berkoordinasi kepada orang tua jika

didapatkan anak dengan kategori obesitas untuk dipantau gaya hidupnya.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan bahan pembelajaran dan pengembangan ide

untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan tentang obesitas,

pencegahannya dan masalah gizi lainnya untuk menambah ilmu

pengetahuan.

4. Bagi Peneliti Lanjutan

Hendaknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode dan

desain penelitian yang lain serta menambah variabel lain yang akan

diteliti seperti pemberian makanan cepat saji dengan terjadinya obesitas

pada anak sekolah dengan metodelogi penelitian berbeda dan tempat

yang berbeda.

Page 73: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

59

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi, Jakarta: Dian Rakyat Adriani, M. & Wijadmadi, B. 2013. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Angel, M.R., Marunduh, S.R, Rampengan, J.J.V. 2013. Gambaran Durasi Tidur Pada Remaja dengan Kelebihan Berat Badan. Jurnal e-Biomedik 1 (2): 849-853. Tersedia dalam http://ejournal.unsrat.ac.id Arisman, M.B. 2014. Obesitas, Diabetes Melitus, & Dislipidemia : Konsep, teori dan penanganan aplikatif. Jakarta: EGC Ariefiyanto, E. A. 2014. Beberapa Faktor Risiko Kejadian Obesitas Pada Anak (Studi pada Siswa SD H. Isriati Baiturrahman Semarang) Barasi, M. E. 2007. At Glance. Ilmu Gizi. Alih Bahasa: Halim, H. Jakarta: Penerbit Erlangga BidanKu. 2015. Waspadai Diabetes Melitus pada Bayi. Jakarta. http://bidanku.com Damayanti, S., 2008. Waspadai Kegemukan Pada Anak. http://pjnk.go.id.//index.php. Ermy, Liesma 2013. “Hubungan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 4-5 Tahun” Skripsi Jurusan Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Fadlun & Feryanto, A. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika Guyton. A C., 2011. Fisiologi manusia dan Mekanisme Penyakit Ed. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Hill, D.J., Prapavessis, H., Shoemaker, J.K., Jackman, M., Mahmud, FH. 2013. Relationship between Birth Weight and Metabolic status Obese Adoleseents. Amerika. ISRN Obes http://isrn.com Hasdianah., Siyoto, S., & Peristyowati, Y. 2014. Medikal Book : Gizi, Pemantapan Gizi, Diet, dan Obesitas, Yogyakarta : Nuha Medika Harvard T.H. Chan. 2015. Obesity Prevention source : Prenatal and Early Influences. School Of Public Health from:http://www.hsph.harvard.edu/obesity-prevention-source/obesity- couses/prenatal-postnatal-obesity/ Hidayat, A.A.A. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medikaa Hidayati. SN. 2013. Obesitas pada Anak. http://pedriatrik.com/buletin.html

Page 74: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

60

. IDAI. 2014.Indonesian Pediatric Society. Jakarta.http://www.idai.or.id Journal of American Medical Association (JAMA). 2015. Childhood Obesity Facts. Sumber: CDC (Centers for Disease Control and Prevalention http://www.cdc.gov Kemenkes. R.I. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta: Direktorat Kesehatan Anak Khusus ____________ 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI ____________ 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan. Jakarta. Tersedia dalam http://depkes.go.id Kompas. 2014. Obesitas Tingkatkan Resiko Kanker. Tersedia dalam http://kompas.com Kyle., T. & Carman., S. Alih bahasa oleh Yulianti. 2015. Buku Ajar Keperawatan Pediatri edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Li. N., Liu. E., Sun. S., Guo J., Pan. L., Wang. P., Liu. J., Tan. L., Liu. G., & Hu. G. 2014. Birth Weight and Overweight or Obesity Risk in Childern Under 3 years in China. PubMed.Gov. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ Lutfiana. A. F. 2012. Asupan Tinggi Natrium Dan Berat Badan Lahir Sebagai Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Obesitas Pada Remaja Awal. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jnc/article/view/419 Marmi & Rahardjo, K., 2012. Asuhan Neonatus, bayi, balita, dan anank prassekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Maryunani, A., Nurhayati., 2008. Buku Saku Asuhan Bayi Baru Lahir Normal. Jakarta: Trans Info Media Mayre D. et al 2008. Association Between Birth Weight and Obesity Status In Elementary School Children. http://birth-weight-and-obesity.com/. Misnadiarly, 2007, Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit, Jakarta : Indonesia Mu‟tadin. 2012. Faktor-Faktor Penyebab Obesitas. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC Notoatmodjo. S. 2010. Motodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Parson et al. 2009. Adult obesity and birth Weight, (http://www.weight-loss- i.com/weight-loss- facts/adults-obesity-birth-weight.htm)

Page 75: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

61

Pondok Ibu. 2013. Faktor yang Menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah. http://www.pondokibu.com/ Rikesdas. 2013. Prevalansi angka balita gizi lebih atau kegemukan di Indonesia. Rizky Yulaeni. 2013. “Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 7-12 Tahun Di SD Mardi Rahayu Ungaran” Staff Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Sari, Anggrita; NOR, Syahriani; Farmedika, Desy. Hubungan Indeks Massa

Tubuh Pada Awal Kehamilan Dengan Berat Badan Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Jingah. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, [S.l.], v. 4, n. 2, p. 9-17, dec. 2013. ISSN 2549-4058. Available at: <http://ojs.dinamikakesehatan.stikessarimulia.ac.id/index.php/dksm/article/view/160/133>. Date accessed: 23 Jul. 2018.

Sartika, R.A.D. 2011. Faktor Resiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia. Universitas Indonesia. Depok Soetjiningsih & Ranuh. IG. N. G. 2006. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak ed.2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Sugiyono. 2012. Motodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta:

Rineka Cipta Subardja. D. 2012. Obesitas Primer pada Anak edisi 2. Bandung: PT. Kiblat

Utama Sri Rahayuningsih, MSc. 2005. Perencanaan Menu untuk Penedrita Kegemukan, Jakarta: PT Penebar Swadaya Tempo, Co. 2014. Ibu Hamil Kurang Makan, Bayi Jadi Obesitas. Tersedia dalam http://m.tempo.co Ulfa Nur „Izza. 2010. “Hubungan antara Berat saat Lahir dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa Kelas 1 SD Hj. Isriati Kota Semarang Tahun Ajaran 2009/2010”. Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Varney, H., Kriebs, J.M., Gegor, C.L. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4 volume 2. Alih Bahasa: Mahmudah, L. & Trisetyati, G. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Vasylyeva. 2013. Obesity in Prematurely Born Children and Adolescents: Follow Up In Pediatric Clinic. Sumber: BioMed Central. http://nutritionj.biomedcentral.com/

Page 76: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

62

Waryana.2010. Gizi Reproduksi.Yogyakarta:Pustaka Rihama WHO. 2013. Obesity and Overwieght : fact about Overwieght and Obesity. January. Available from : http://www.who.int Williams, I. & Wilkins. 2003. Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah vol. 2. Alih Bahasa Dwijayanthi, L. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Wong, D, L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D.,Winkelstein, M, L., & Schwartz, P. 2009. Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik vol. 1. Alih Bahasa : Sutama, A., Juniarti, N., & Kuncara, H.Y. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Wong, S. 2012. Risk of Chilhood Obesity Can be Predicted at Birth. Sumber:

Imperial College London. http://www3.imperial.ac.uk/ Yulianti, D., Tiar, E., Isneini, S., & Bariid, B., 2015. Buku Ajar Keperawatan

Pediatri, Ed. 2, Vol. 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Yuyun., Y. 2011. Hubungan Karakteristik Sosial Ibu dengan Pengetahuan Tentang pengetahuan Obesitas pada Anak. http://tempointeraktif.com/medika/arsip/112002/art-2html

Page 77: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

LAMPIRAN

Page 78: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

Jadwal Pembuatan Skiripsi

No

Kegiataan

Waktu

2017 2018

Juli Agustus Septem

ber Oktobe

r Novem

ber Desem

ber Januari Februar

i Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan Judul Skripsi

2. Penyusunan dan Konsultasi

3. Seminar Proposal Skiripsi

4. Revisi Proposal Skripsi

5. Perijinan Penelitian

6. Persiapan Penelitian

7. Pelaksanaan Peneliti

8. Pengolahan Data

9.

Penyusunan Laporan Skripsi

Page 79: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

10.

Sidang Skripsi

11.

Revisi Skripsi

Page 80: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 81: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 82: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 83: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 84: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 85: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

JUDUL PENELITIAN

HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR TERHADAP

KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL IKHWAN

TAHUN 2017

Kepada Yth. (Responden)

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Nama saya Deo Rizkyandri (14.IK.383), mahasiswa Program Studi Ners

S.1 Keperawatan STIKES Sari Mulia Banjarmasin. Penelitian ini dilaksanakan

sebagai salah satu kegiatan dalam penyelesaian tugas akhir Program Studi Ners

S.1 Keperawatan STIKES Sari Mulia Banjarmasin untuk mencapai gelar Sarjana

Keperawatan.

Peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai “Hubungan Riwayat

Berat Badan Lahir Terhadap Kejadian Obesitas pada Anak Usia Prasekolah Di

Taman Kanak-Kanak Islam Al Ikhwan ”.

Informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan digunakan

hanya untuk tujuan peneliti.

Untuk itu peneliti mohon kesediaan responden meluangkan waktu untuk

bersedia dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan

mengisi kuensioner atau menjawab pertanyaan peneliti dilembar kuesioner

dengan benar agar hasil penelitian ini memiliki kredibiltas yang tinggi.

Penelitian ini mempunyai resiko yang minimal, mungkin responden hanya

merasa terganggu waktu istirahatnya, pusing, bingung dalam mengisi kuesioner.

Jika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan selama penelitian responden bisa

menghubungi 081255572485 (nomor telepon peneliti).

Page 86: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

Data yang diperoleh dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi instansi

kesehatan, institusi pendidikan, peneliti dan khususnya bagi orang tua yang

memiliki anak yaitu untuk mengetahui apakah riwayat berat badan lahir dapat

mengakibatkan obesitas, angka kejadian obesitas pada anak, dampak dari

obesitas, dan pencegahan obesitas..

Responden boleh mengundurkan diri dalam penelitian ini apabila muncul

hal-hal yang tidak diinginkan

Partisipasi anda adalah secara sukarela tanpa adanya paksaan. Atas

partisipasi anda, saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan

ganjaran pahala yang berlipat ganda kepada Anda. Aamiin.

Identitas peneliti :

Nama : Deo Rizkyandri

Alamat : JL. Kelayan A GG. Setuju RT 13 Kel. Kelayan Dalam

Banjarmasin Selatan

Telepon : 081255572485

Wassalamu‟alaikum Wahmatullah Wabarakaatuh.

Peneliti,

Deo Rizkyandri

Page 87: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan formulir ini menyatakan telah mendapat keterangan secara jelas serta

mengetahui manfaat serta resiko penelitian dengan sukarela.

Sebagai orang tua/ wali anak, saya mengizinkan putra/ putri saya

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Terlibat dalam penelitian yang telah disebutkan sebelumnya dilembar

permohonan menjadi responden.

Banjarmasin, 2017

Orang tua / Wali murid

( ............................................ )

Page 88: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

DATA IDENTITAS RESPONDEN

1. Identitas Orang Tua Anak

Nama orang tua : - Ayah : ..............

- Ibu : ..............

Alamat :

Umur :

2. Identitas Anak

Nama :

Tanggal lahir : (Umur : ....................)

Jenis kelamin :

Berat badan lahir : gram

Tinggi badan : (diisi oleh mahasiswa)

Berat badan : (diisi oleh mahasiswa)

Tempat sekolah : Taman Kanak-kanak Islam Al Ikhwan

Page 89: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 90: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 91: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 92: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

TABULASI DATA ANAK PRASEKOLAH

DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL-IKHWAN BANJARMASIN TIMUR

No.

Nama Jenis Umur Berat Tinggi IMT

Kategori Berat Badan Kategori Nilai

Anak Kelamin Kej. Obesitas Lahir (BBL) BBL Std. Dev

1 An. AA Laki-laki 6.6 19.80 1.13 15.51 Tidak Obesitas 4100 Tinggi 0.2

2 An. DPD Laki-laki 6.1 18.92 1.12 14.98 Tidak Obesitas 3500 Normal 0.2

3 An. FNH Laki-laki 6.6 19.70 1.11 15.99 Tidak Obesitas 3700 Normal 0.5

5 An. F Perempuan 6.6 19.10 1.14 14.83 Tidak Obesitas 3000 Normal 0.3

6 An. AA Laki-laki 6.1 32.05 1.08 27.48 Obesitas 4100 Tinggi 2.2

7 An. MAP Laki-laki 6 20.01 1.18 14.37 Tidak Obesitas 4400 Tinggi 0.7

9 An. ANR Perempuan 5.9 31.80 1.03 29.97 Obesitas 4000 Tinggi 2.2

10 An. MA Laki-laki 6.2 19.30 1.11 15.66 Tidak Obesitas 3200 Normal 0.3

13 An. NA Perempuan 6.6 22.20 1.18 15.94 Tidak Obesitas 4100 Tinggi 0.6

14 An. RAN Perempuan 6.3 22.50 1.15 17.01 Tidak Obesitas 2600 Normal 1

15 An. RA Laki-laki 6.6 23.70 1.23 15.79 Tidak Obesitas 2900 Normal 0.3

16 An. RH Laki-laki 6.1 21.40 1.15 16.18 Tidak Obesitas 2200 Rendah 0.8

17 An.YN Laki-laki 6.6 22.80 1.26 14.36 Tidak Obesitas 4100 Tinggi 0.8

18 An. AAA Perempuan 6 33.03 1.05 29.96 Obesitas 2400 Rendah 2.1

19 An. CASF Perempuan 6.1 33.70 1.06 29.99 Obesitas 4300 Tinggi 2.1

21 An. DM Perempuan 6.6 23.11 1.24 15.05 Tidak Obesitas 3200 Normal 0.1

22 An. M Perempuan 5.9 21.50 1.10 17.77 Tidak Obesitas 3700 Normal 1.4

23 An. RA Perempuan 4.11 23.60 1.21 16.12 Tidak Obesitas 3000 Normal 0.7

24 An. A Laki-laki 5.6 22.50 1.18 16.18 Tidak Obesitas 3600 Normal 0.8

Page 93: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

25 An. J Laki-laki 4.11 21.30 1.13 16.68 Tidak Obesitas 3500 Normal 1

26 An. Z Perempuan 6.6 22.70 1.15 17.19 Tidak Obesitas 3400 Normal 1

27 An. H Laki-laki 6.5 24.89 1.26 15.68 Tidak Obesitas 3000 Normal 0.2

28 An. AR Perempuan 6.5 23.50 1.17 17.17 Tidak Obesitas 3200 Normal 1

30 An. AA Laki-laki 6.3 21.80 1.17 16.02 Tidak Obesitas 3300 Normal 0.7

31 An. JD Laki-laki 6.5 23.20 1.20 16.25 Tidak Obesitas 3400 Normal 0.8

33 An. MF Laki-laki 6.1 18.10 1.13 14.30 Tidak Obesitas 3200 Normal 0.8

34 An. MI Perempuan 6.6 24.40 1.27 15.13 Tidak Obesitas 3000 Normal 0.1

35 An.MR Laki-laki 6.3 16.40 1.09 13.75 Tidak Obesitas 3000 Normal 0.7

36 An. MRR Perempuan 6.6 19.20 1.17 14.05 Tidak Obesitas 2800 Normal 0.8

37 An. CKNA Perempuan 6 34.90 1.08 29.92 Obesitas 3000 Normal 2.1

38 An.MS Laki-laki 6 17.60 1.10 14.63 Tidak Obesitas 3500 Normal 0.5

39 An. S Laki-laki 6.5 21.60 1.12 17.31 Tidak Obesitas 2800 Normal 1.2

40 An. YK Perempuan 6.2 24.80 1.25 15.89 Tidak Obesitas 3500 Normal 0.5

41 An. AF Perempuan 6.3 18.90 1.12 15.07 Tidak Obesitas 3100 Normal 0.1

42 An. AAH Perempuan 6.6 17.40 1.16 12.98 Tidak Obesitas 3600 Normal 0.8

43 An. AN Perempuan 6.6 19.40 1.15 14.80 Tidak Obesitas 2900 Normal 0.3

44 An. DMN Laki-laki 6.3 16.80 1.09 14.27 Tidak Obesitas 3000 Normal 0.8

46 An. GAK Perempuan 6 y 34.40 1.07 30.26 Obesitas 4400 Tinggi 2.2

47 An. HA Perempuan 6.1 18.60 1.15 14.19 Tidak Obesitas 3500 Normal 0.7

49 An. LW Laki-laki 6.1 18.10 1.08 15.52 Tidak Obesitas 3700 Normal 0.2

50 An. MRV Perempuan 6.6 15.90 1.07 13.89 Tidak Obesitas 2300 Rendah 0.5

51 An. MFRB Laki-laki 6.2 37.60 1.18 27.00 Obesitas 3200 Normal 2.1

52 An. MG Perempuan 5.7 20.70 1.13 16.21 Tidak Obesitas 2800 Normal 1

Page 94: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

53 An.MAR Laki-laki 4.11 21.30 1.13 16.68 Tidak Obesitas 3400 Normal 1

54 An. NS Perempuan 5.7 21.90 1.14 16.97 Tidak Obesitas 2400 Rendah 1

55 An. RP Perempuan 5.3 18.20 1.06 16.08 Tidak Obesitas 3000 Normal 0.8

56 An. MZA Perempuan 6.6 18.20 1.18 13.07 Tidak Obesitas 3700 Normal 0.8

57 An. KA Perempuan 6.5 20.70 1.13 16.21 Tidak Obesitas 3400 Normal 0.9

59 An. AK Laki-laki 6.4 17.90 1.03 16.87 Tidak Obesitas 3000 Normal 1

60 An. AL Perempuan 6.3 16.60 1.11 13.42 Tidak Obesitas 2900 Normal 0.7

61 An. BK Laki-laki 6.5 21.70 1.18 15.61 Tidak Obesitas 3600 Normal 0.2

62 An. MRhI Laki-laki 6.2 36.30 1.16 27.21 Obesitas 3900 Tinggi 2.1

63 An. DHA Perempuan 6.3 20.88 1.20 14.50 Tidak Obesitas 2400 Rendah 0.5

64 An. FA Perempuan 6.1 24.65 1.10 20.37 Tidak Obesitas 3000 Normal 1.2

66 An. JS Laki-laki 5.9 21.20 1.20 14.70 Tidak Obesitas 2900 Normal 0.6

67 An. KA Perempuan 5.11 24.70 1.10 20.41 Tidak Obesitas 3300 Normal 1.3

68 An. MZ Perempuan 6.4 23.10 1.16 17.23 Tidak Obesitas 3600 Normal 1

70 An. MZ Laki-laki 5.1 23.89 1.18 17.16 Tidak Obesitas 2800 Normal 1

71 An. AAR Laki-laki 6.2 34.20 1.10 28.26 Obesitas 3300 Normal 2.3

72 An. NA Perempuan 5.11 24.90 1.14 19.30 Tidak Obesitas 3200 Normal 1

73 An. NAK Perempuan 6.1 25.02 1.21 17.13 Tidak Obesitas 3000 Normal 1

74 An. RAF Perempuan 6.2 24.00 1.19 17.02 Tidak Obesitas 2900 Normal 1

75 An. KZN Perempuan 5.11 37.70 1.14 30.05 Obesitas 3600 Normal 2.1

76 An. SL Perempuan 5.1 23.09 1.17 16.97 Tidak Obesitas 3200 Normal 1

78 An. SU Laki-laki 6.3 23.75 1.19 16.84 Tidak Obesitas 2900 Normal 1

79 An. NM Laki-laki 6 22.19 1.15 16.81 Tidak Obesitas 3100 Normal 1

80 An. AZ Perempuan 6.5 20.90 1.15 15.80 Tidak Obesitas 3600 Normal 0.5

Page 95: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

Statistics

Jenis_Kelamin

N Valid 67

Missing 0

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 30 44.8 44.8 44.8

Perempuan 37 55.2 55.2 100.0

Total 67 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >4 - 5 3 4.5 4.5 4.5

>5 - 6 18 26.9 26.9 31.3

>6 46 68.7 68.7 100.0

Total 67 100.0 100.0

Descriptives

Statistic Std. Error

Umur Mean 6.076 .0727

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 5.930

Upper Bound 6.221

5% Trimmed Mean 6.150

Median 6.200

Variance .354

Std. Deviation .5948

Minimum 4.1

Maximum 6.6

Range 2.5

Interquartile Range .5

Skewness -1.878 .293

Page 96: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

Statistics

Jenis_Kelamin

N Valid 67

Kurtosis 3.617 .578

Berat_Badan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 13 - 22 40 59.7 59.7 59.7

23 - 32 19 28.4 28.4 88.1

33 - 42 8 11.9 11.9 100.0

Total 67 100.0 100.0

Descriptives

Statistic Std. Error

Berat_Badan Mean 23.1325 .66180

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 21.8112

Upper Bound 24.4539

5% Trimmed Mean 22.7410

Median 21.9000

Variance 29.344

Statistics

Umur

N Valid 67

Missing 0

Mean 6.076

Median 6.200

Mode 6.6

Std. Deviation .5948

Minimum 4.1

Maximum 6.6

Page 97: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

Std. Deviation 5.41705

Minimum 15.90

Maximum 37.70

Range 21.80

Interquartile Range 5.10

Skewness 1.323 .293

Kurtosis 1.084 .578

Statistics

Berat_Badan

Valid 67

Missing 0

Mean 23.1325

Median 21.9000

Mode 18.10a

Std. Deviation 5.41705

Minimum 15.90

Maximum 37.70

a. Multiple modes exist. The smallest

value is shown

Page 98: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

Riwayat_BBL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tinggi 9 13.4 13.4 13.4

Normal 53 79.1 79.1 92.5

Rendah 5 7.5 7.5 100.0

Total 67 100.0 100.0

Kategori_Obesitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Obesitas 10 14.9 14.9 14.9

Tidak Obesitas 57 85.1 85.1 100.0

Total 67 100.0 100.0

Correlations

Riwayat_BBL

Kategori_Obesit

as

Kendall's tau_b Riwayat_BBL Correlation Coefficient 1.000 .317**

Sig. (2-tailed) . .008

N 67 67

Kategori_Obesitas Correlation Coefficient .317** 1.000

Sig. (2-tailed) .008 .

N 67 67

**.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Page 99: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

N Percent N Percent N Percent

Riwayat_BBL *

Kategori_Obesitas 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%

Riwayat_BBL * Kategori_Obesitas Crosstabulation

Kategori_Obesitas

Total Obesitas Tidak Obesitas

Riwayat_BBL Tinggi Count 5 4 9

% of Total 7.5% 6.0% 13.4%

Normal Count 4 49 53

% of Total 6.0% 73.1% 79.1%

Rendah Count 1 4 5

% of Total 1.5% 6.0% 7.5%

Total Count 10 57 67

% of Total 14.9% 85.1% 100.0%

Page 100: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 101: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 102: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 103: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 104: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 105: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN
Page 106: HUBUNGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata

Nama : Deo Rizkyandri

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Banjarmasin, 02 Desember 1996

Alamat : Jl. Akasia RT 02 RW 01 Desa Jorong Kec. Jorong

Kab. Tanah Laut Kalimantan Selatan

Agama : Islam

Nama Orang Tua:

Ayah : M. Rifkie

Ibu : Yultini

Pendidikan Formal:

1. TK KENARI : 2000-2002

2. SDN JORONG 1 : 2002-2008

3. SMPN 1 JORONG : 2008-2011

4. SMAN 1 JORONG : 2011-2014

5. STIKES Sari Mulia Banjarmasin : 2014-sekarang