akupuntur stress score
Post on 24-Feb-2018
277 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
1/95
TESIS
AKUPUNTUR MENURUNKAN SKOR
HAMILTON ANXIETY RATING SCALE
PADA PENGGUNA METADON
GABRIELLA TANTULAR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
2/95
i
TESIS
AKUPUNTUR MENURUNKAN SKOR
HAMILTON ANXIETY RATING SCALE
PADA PENGGUNA METADON
GABRIELLA TANTULAR
NIM 1014058102
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
3/95
ii
AKUPUNTUR MENURUNKAN SKOR
HAMILTON ANXIETY RATING SCALEPADA PENGGUNA METADON
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister,
Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana
GABRIELLA TANTULAR
NIM 1014058102
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
4/95
iii
Lembar Persetujuan Pembimbing
TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL
2 MARET 2015
Pembimbing I, Pembimbing II,
dr. I Wayan Westa SpKJ(K) Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila SpAnd, FAACS
NIP 195102151980031007 NIP 194612131971071001
Mengetahui
Ketua Program Magister Biomedik DirekturProgram Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof.Dr.dr. Wimpie I. Pangkahila SpAnd, FAACS Prof.Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP.194612131971071001 NIP. 195902151985102001
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
5/95
iv
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal 2 Maret 2015
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No. 402/UN14-4/HK/2015 tanggal 3 Maret 2015
Panitia Penguji Tesis adalah:
Ketua : dr. I Wayan Westa, SpKJ(K)
Anggota : 1. Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila,Sp.And,FAACS
2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila,M.SC, Sp. And
3. Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK, M.Kes
4. Prof. Dr. dr. N. Adiputra,M.OH
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
6/95
v
Pernyataan Bebas Plagiat
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
7/95
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya, tesis yang berjudul Pemberian
Akupuntur Menurunkan Skor Hamilton Anxiety Rating Scale (Ham A pada Pengguna
Metadon dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan untuk
memperoleh gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran
Biomedik, Kekhususan Combined Degree, Program Pascasarjana Universitas Udayana serta
gelar Spesialis Kedokteran Jiwa pada Program Pendidikan Dokter Spesialis I Psikiatri FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,
penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Yang terhormat Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor, yang
terhormat Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program
Pascasarjana, dan yang terhormat Prof Dr. dr. Putu Astawa, M.Kes, Sp.OT, FICS selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Udayana
Yang terhormat dr. Anak Ayu Sri Saraswati, M.Kes selaku Direktur Utama Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian di lingkup RSUP Sanglah.
Yang terhormat Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Ketua
Program Magister Ilmu Biomedik Kekhususan Combined Degree, Program
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
8/95
vii
Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan.
Yang terhormat dr. Anak Ayu Sri Wahyuni, SpKJ selaku Kepala Bagian Psikiatri
FK UNUD/RSUP Sanglah dan yang terhormat dr. Wayan Westa, SpKJ(K) selaku Ketua
Program Studi Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah yang telah mengijinkan penulis
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I Psikiatri.
Yang terhormat dr. Wayan Westa SpKJ(K) sebagai pembimbing satu yang dengan
penuh perhatian, ketelitian dan telah meluangkan waktu dalam memberikan arahan,
bimbingan dan saran kepada penulis dalam pembuatan tesis ini, juga sebagai
pembimbing akademis yang dengan penuh perhatian telah meluangkan waktu dalam
memberikan arahan, bimbingan, semangat dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Psikiatri serta sebagai kepala
klinik PTRM Sandat RSU Sanglah atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
Yang terhormat Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS sebagai
pembimbing dua yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah meluangkan waktu
untuk membimbing, memberikan nasehat dan masukan kepada penulis dalam
menyeselaikan penulisan tesis ini.
Seluruh staf pengajar bagian Psikiatri yang telah memberikan saran dan motivasi
dalam menyelesaikan tesis ini.
Seluruh staf pengajar Program Magister Ilmu Biomedik Kekhususan Kedokteran
Klinik (Combined Degree) Program Pascasarjana Universitas Udayana angkatan ketiga
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
9/95
viii
penulis ucapkan banyak terimakasih atas ilmu yang telah diberikan sehingga berguna
dalam menyelesaikan tesis ini.
Kepada seluruh teman sejawat residen PPDS I Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar atas segala bantuan dan semangat yang diberikan selama ini.
Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada staf administrasi
bagian psikiatri dan staf klinik PTRM Sandat yang telah memberikan bantuannya.
Terimakasih kepada orang tua, keluarga, suami dr. Dwi Haryadi, M.Kes, SpA dan
putra putri kami, Khrisna Haryadi dan Serena Haryadi atas pengorbanan dan dorongan
moril serta materil yang sudah diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan segala keterbatasan yang ada
tesis ini jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran sangat diharapkan demi
penyempurnaan tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat
pada semua yang terlibat dalam penyelesaian tesis ini dan dengan semakin sempurnanya
tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Denpasar, Januari 2015
Penulis
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
10/95
ix
ABSTRAK
AKUPUNTUR MENURUNKAN SKORHAMILTON ANXIETY RATING SCALEPADA PENGGUNA METADON
Penyalahgunaan NAPZA merupakan kasus yang cukup sering dijumpai di
kalangan remaja dan dewasa muda. Penyalahgunaan NAPZA sering ditemukan
bersamaan dengan gangguan psikiatri lain di antaranya kecemasan. Salah satu terapi
penyalahgunaan NAPZA yang dapat ditemukan di rumah sakit Sanglah adalah terapi
metadon. Terapi metadon adalah terapi harm reduction yang digunakan untuk
mengatasi ketergantungan terhadap opioid. Bila klien metadon mengalami kecemasan,
maka hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan terapi dan kepatuhan pengobatan. Untuk
mengatasi hal ini salah satu terapi alternatif yang dapat dilakukan adalah akupuntur.
Dengan mengukur skor Ham A maka dapat diketahui efek terapi akupuntur dalammengatasi kecemasan yang timbul pada klien metadon.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, memakai desain randomized pre
test-post test control group yang dilakukan di klinik PTRM Sandat RSUP Sanglah.
Sebanyak 62 orang klien metadon memenuhi kriteria inklusi yang setuju mengikuti
penelitian kemudian dinilai skor Hamilton Anxiety Rating Scale (Ham A) awal dan
kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara acak, kelompok kontrol yang hanya
mendapatkan metadon saja dan kelompok perlakuan yang mendapatkan terapi
akupuntur selama 6 minggu. Setelah 6 minggu kemudian dilakukan penilaian ulang skor
Ham A untuk menilai kecemasan.
Dari penelitian ini didapatkan rerata skor Ham A pre test kelompok kontrol
adalah 15,44,3 dan rerata kelompok perlakuan adalah 16,64,5. Rerata skor Ham A
sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan adalah 12,83,8 dan rerata kelompok
kontrol adalah 15,34,1. Analisis kemaknaan dengan uji t-independen menunjukkan
bahwa nilai t = 9,251 dan nilai p = 0,001. Hal ini berarti bahwa rerata skor Ham A pada
ke dua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
11/95
x
ABSTRACT
ACUPUNCTURE REDUCE HAMILTON ANXIETY SCALE SCORE INMETHADON CLIENT
Substance use disorder is a common disorder found in adolescence and adults.
This disorder is commonly found with other psychiatric disorder such as anxiety. One of
therapy for substance disorder available in Sanglah hospital is methadon therapy.
Methadon therapy is a harm reduction therapy for overcoming opioid dependence.
Methadon client experiencing anxiety could influence therapy outcome and compliance.
One of alternative therapy for these situations is acupuncture. Hamilton Anxiety Rating
Scale (Ham A) score measurement was used to evaluate anxiety reduction in methadon
client.
This study was an experimental study, with randomized pre-post test control
group design conducted in Sanglah Hospital PTRM Sandat clinic. 62 study subjects met
inclusion criteria who agree to participate in this study were measured pre test Ham A
score and then divided into two seperated groups, control group which only receive
methadon therapy, and treatment group which received acupuncture for 6 weeks. After
6 weeks post test Ham A score were obtained to measure anxiety.
From this study, pre test Ham A score mean in control group were 15,4 4,3
and treatment group mean score were 16,6 4,5. Post test Ham A score in control group
were 15,3 4,1, in treatment group were 12,8 3,8. T-Independent test result that two
group differ significantly (p
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
12/95
xi
DAFTAR ISI
Sampul Dalam.......................................................................................................... i
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister................................................................ ii
Lembar Persetujuan Pembimbing .......................................................................... iii
Lembar Penetapan Panitia Ujian............................................................................ iv
Pernyataan Bebas Plagiat ........................................................................................ v
UCAPAN TERIMAKASIH................................................................................... vi
ABSTRAK............................................................................................................. ix
ABSTRACT............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
13/95
xii
1.3.1 Tujuan Penelitian Umum .......................................................................4
1.3.2 Tujuan Penelitian Khusus .......................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................. 6
2.1 Ketergantungan NAPZA............................................................................... 6
2.2 Kecemasan yang berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA.............. 17
2.2.1 Klasifikasi dan Diagnosis Kecemasan ..................................................19
2.3Hamilton Anxiety Rating Scale (Ham A) .................................................... 21
2.4 Terapi Akupuntur pada kecemasan............................................................. 23
BAB 3 KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS........................ 34
3.1 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 34
3.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 35
3.3 Hipotesis Penelitian..................................................................................... 36
BAB 4 METODE PENELITIAN......................................................................... 37
4.1 Rancangan Penelitian................................................................................. 37
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 38
4.2.1 Lokasi Penelitian...................................................................................38
4.2.2 Waktu Penelitian ...................................................................................38
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 38
4.3.1 Populasi penelitian ................................................................................38
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
14/95
xiii
4.3.2 Kriteria Inklusi, eksklusi dan drop out.................................................38
4.3.3 Jumlah Sampel ......................................................................................39
4.3.4 Teknik Penentuan Sampel.....................................................................40
4.4 Pemberian terapi akupuntur ........................................................................ 41
4.5 Variabel dan Definisi Operasional .............................................................. 41
4.5.1 Identifikasi Variabel..............................................................................41
4.5.2 Definisi Operasional..............................................................................41
4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian.................................................................. 43
4.7 Prosedur Penelitian...................................................................................... 44
4.8 Analisis Data ............................................................................................... 44
4.9 Alur Penelitian ............................................................................................ 45
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................ 46
5.1 Karakterisitik Subjek Penelitian.................................................................. 46
5.2 Uji Normalitas Data .................................................................................... 48
5.3 Hasil Uji Statistik Penurunan Skor Ham A Pre dan Post Test.................... 49
5.4 Hasil Rerata Selisih Skor Masing-masing Item Ham A.............................. 49
5.5 Hasil Uji T Test Pada Selisih Skor Masing-masing Item Pada Ham A...... 50
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................... 52
6.1 Subjek Penelitian......................................................................................... 52
6.2 Akupuntur Dapat Menurunkan Skor Ham A .............................................. 52
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
15/95
xiv
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 59
7.1 Simpulan ..................................................................................................... 59
7.2 Saran............................................................................................................ 59
Daftar Pustaka....................................................................................................... 60
Lampiran ................................................................................................................63
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
16/95
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Sistem Limbik............................................................................ 15
2.2 Efek Opioid pada JalurReward................................................. 16
2.3 Teori 5 Siklus............................................................................. 25
2.4 Efek Akupuntur pada Nukleus Akumbens ................................ 27
2.5 Letak Titik Akupuntur Shen Men Pada Telinga ........................ 32
2.6 Letak Titik AkupunturHe gu..................................................... 32
2.7 Letak Titik AkupunturZu San Li .............................................. 33
2.8 Letak Titik Akupuntur Chize .................................................... 33
3.1 Kerangka Berpikir...................................................................... 35
4.1 Alur Penelitian ........................................................................... 37
4.2 Alur Penelitian ........................................................................... 45
5.1 Hasil Pengukuran Rerata Skor Ham A Pre Test dan
Post Test Kelompok Kontrol dan Perlakuan.............................. 48
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
17/95
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian .................................... 36
Tabel 5.2 Hasil Rerata Selisih Skor Kelompok Kontrol dan
Kelompok Perlakuan ..................................................... 38
Tabel 5.3 Selisih Skor Masing-masing Item Ham A .................... 39
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
18/95
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1Ethical Clearance Penelitian.......................................................65
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian .....................................................................66
Lampiran 3 FormInformed Consent Subyek Penelitian................................68
Lampiran 4 Kuesioner Ham A........................................................................70
Lampiran 5 Kartu Data Peserta Penelitian......................................................72
Lampiran 6 Data dan Analisis Penelitian........................................................73
Lampiran 7 Foto Penelitian.............................................................................75
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
19/95
xviii
DAFTAR SINGKATAN
PTRM : Program Terapi Rumatan Metadon
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
NAPZA : Narkotika,alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
HAM-A :Hamilton Anxiety Rating Scale
GABA : Gama Aminobutyric Acid
WHO : World Health Organization
DSM V : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition
Text Revision
ICD : International Classification of Disease
HIV : Human Immuno-deficiency Virus
PPDGJ : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
20/95
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Permasalahan yang saat ini terjadi di seluruh negara di dunia antara lain
adalah adiksi terhadap narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya
(NAPZA) atau yang lebih dikenal dengan istilah narkoba. Penyalahgunaan ini
merupakan pola penggunaan yang bersifat patologik, berlangsung dalam jangka
waktu tertentu dan menimbulkan gangguan fungsi sosial dan okupasional serta
seringkali disertai dengan komorbiditas lain yang merupakan penyulit dalam
terapi adiksi.
Menjelang akhir milenium kedua, di seluruh dunia terdapat 1,1 milyar
orang yang mengalami ketergantungan nikotin, 250 juta orang mengalami
ketergantungan alkohol, dan 15 juta orang yang mengalami ketergantungan zat
psikoaktif lain (Joewana, 2004). Survei yang dilakukan oleh Badan Narkotika
Nasional pada tahun 2011 menunjukkan estimasi penyalahguna NAPZA adalah
3,7 juta hingga 4,7 juta orang yang berusia antara 10-59 tahun dan kerugian
ekonomi yang diperkirakan akibat penyalahgunaan NAPZA adalah berkisar Rp
57,0 trilyun di tahun 2013(Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, 2014).
Salah satu jenis ketergantungan terhadap narkoba adalah ketergantungan terhadap
opioid, yaitu suatu zat yang telah digunakan selama 3500 tahun yang lalu baik
untuk tujuan medis ataupun tujuan kesenangan semata. Opioid mempunyai
berbagai macam bentuk antara lain morfin, heroin (narkoba suntik), codein,
metadon dan lain-lain (Joewana, 2004).
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
21/95
2
Pengguna narkoba suntik di Indonesia yang terinfeksi HIV cukup banyak
ditemukan, yaitu berkisar 44%. Dengan tingginya angka ini maka perlu dilakukan
program pengurangan dampak buruk penularan narkoba suntik (harm reduction).
Salah satu kegiatan pendekatan harm reduction adalah terapi substitusi dengan
metadon yang dilakukan dalam Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM).
PTRM ini adalah program yang terutama ditujukan untuk mengatasi masalah
adiksi namun belum dapat mengatasi gangguan psikiatri lain yang muncul
bersamaan dengan adiksi terhadap NAPZA itu sendiri (Departemen Kesehatan RI,
2006).
Lebih kurang 90% orang dengan ketergantungan opioid mempunyai
gangguan psikiatri. Diagnosis psikiatri yang paling sering ditemukan adalah
depresi, gangguan akibat penggunaan alkohol, gangguan kepribadian antisosial,
dan gangguan cemas (anxietas). Sekitar 15 persen orang dengan ketergantungan
opioid pernah setidaknya satu kali melakukan percobaan bunuh diri. Tingginya
komorbiditas dengan diagnosis psikiatri lain tentunya memerlukan program terapi
yang berbasis luas sehingga gangguan tersebut dapat ditangani dengan baik
(Sadock dkk., 2009). Kecemasan sebenarnya adalah emosi manusia normal yang
meningkat ataupun menurun sebagai respon dari eksternal maupun internal namun
bila intensitas dan durasinya berlebihan disertai juga dengan adanya gangguan
otonomi dan fungsional serta perubahan perilaku maka kecemasan tersebut
menjadi patologis (Lingford-Hughes dkk., 2002). Salah satu alat yang dapat
dipakai untuk mengukur berat ringannya kecemasan yang saat ini sudah
divalidasi adalah dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (Ham A). Kuesioner ini
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
22/95
3
terdiri dari 14 item penilaian yang menilai gejala cemas secara subjektif dan
objektif serta menilai komponen keluhan somatik dari gangguan cemas. Dari
wawancara yang dilakukan oleh pengamat yang terlatih maka dapat diperoleh
skala tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien, dengan melakukan penilaian
ini maka dapat dinilai pula keberhasilan suatu terapi (Sadock dkk., 2009).
Salah satu cara yang kini sering digunakan untuk mengurangi kecemasan
yang dianggap tidak mempengaruhi pengobatan ketergantungan NAPZA adalah
dengan penggunaan akupuntur, yaitu suatu teknik pengobatan tradisional yang
memakai jarum. Titik-titik yang ditusuk adalah titik-titik tertentu pada tubuh
ataupun telinga yang disebut titik akupuntur. Jika titik-titik ini ditusuk dan
dirangsang baik secara mekanis maupun dengan elektroakupuntur maka
diharapkan terdapat perubahan pada neurotransmitter di otak yang akan
mengurangi gejala-gejala cemas dan dengan demikian diharapkan akan
berpengaruh positif pula terhadap ketergantungannya terhadap opioid (Yang dkk.,
2007).
Pemilihan titik akupuntur bila dilakukan dengan tepat disertai dengan
stimulasi yang tepat maka diharapkan akan memberikan hasil yang bermakna.
Teknik akupuntur ini sendiri dapat memberikan hasil yang bermakna bila
diberikan dalam jangka waktu tertentu dan biasanya dalam 10-12 kali terapi yang
dilakukan tiap 3-4 hari sekali (Pilkington dkk., 2013). Terapi yang dilakukan
kurang dari 10 kali ataupun dengan jarak waktu yang panjang serta durasi yang
kurang dari 15 menit setiap sesi akupuntur biasanya kurang memberikan hasil
yang signifikan (Berman dkk., 2004).
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
23/95
4
Penelitian sekarang ini adalah untuk menilai efektivitas akupuntur untuk
menurunkan kecemasan pada pengguna metadon yang diukur dengan
menggunakan Ham A . Pengguna metadon adalah populasi yang cukup luas,
namun pada penelitian kali ini peneliti mengambil populasi terjangkau adalah
klien PTRM Sandat di RSUP Sanglah yang diharapkan dapat mewakili populasi
pengguna metadon secara umum.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah akupuntur dapat menurunkan skor Hamilton Anxiety Rating Scale pada
pengguna metadon di PTRM Sandat RSUP Sanglah?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Umum
Untuk menghitung besarnya efek terapi komplementer dalam mengatasi
kecemasan yang dialami oleh pengguna metadon PTRM Sandat RSUP Sanglah.
1.3.2 Tujuan Penelitian Khusus
Untuk menghitung besarnya penurunan skor Ham A setelah dilakukan
tindakan akupuntur pada pengguna metadon di PTRM Sandat RSUP Sanglah.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Pelayanan :
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam penentuan penambahan
program terapi komplementer bagi pengguna metadon di PTRM Sandat RSUP
Sanglah.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
24/95
5
Manfaat Pendidikan :
Diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah objektif efektivitas intervensi
terapi akupuntur terhadap pengguna metadon di PTRM Sandat RSUP Sanglah.
Manfaat Penelitian :
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk
mengembangkan/ memperbaiki penelitian untuk terapi komplementer pada
pengguna metadon selanjutnya.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
25/95
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ketergantungan NAPZA
Masalah penyalahgunaaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
(NAPZA) merupakan masalah yang sangat kompleks, memerlukan
penanggulangan secara menyeluruh yang multidispliner, multisektoral dan
mengikutsertakan masyarakat secara aktif, dilaksanakan semua pihak secara
kesinambungan dan konsisten. Masalah ini di masyarakat pada umumnya dan
kalangan generasi muda khususnya telah mencapai taraf yang memprihatinkan.
Menurut survei WHO di 14 negara, 24% pengunjung fasilitas pelayanan
kesehatan umum menderita gangguan jiwa dan 6% adalah pengguna NAPZA
(Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, 2006).
Pada tahun 2004 survei nasional yang dilakukan di Amerika Serikat
memperkirakan adanya 22,5 juta orang di atas usia 12 tahun (10% dari total
populasi Amerika Serikat) yang menderita akibat penyalahgunaan zat. Sebanyak
67,8% mengalami ketergantungan heroin, 17,6 ketergantungan marijuana, 27,8%
ketergantungan kokain, dan 12,3% tergantung pada obat penghilang rasa sakit
(Sadock dkk, 2009). Sedangkan di Indonesia diperkirakan sekitar 800 ribu hingga
2 juta orang terutama masyarakat usia produktif terjerat oleh ketergantungan
heroin yang tesebar pada berbagai tingkat sosio-ekonomi (Thaib dkk., 2006).
Kerugian yang diakibatkan oleh penyalahgunaan zat juga tidaklah sedikit, di
antaranya adalah pecahnya keluarga, hilangnya pekerjaan, kegagalan dalam
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
26/95
7
sekolah, kekerasan domestik, penyiksaan terhadap anak, dan kejahatan lainnya
(Zahm, 2010).
Ketergantungan NAPZA mempunyai aspek fisik dan perilaku. Pada
ketergantungan NAPZA perilaku, aktivitas mencari zat dan adanya penggunaan
yang berlebihan sangat jelas, sedangkan pada aspek fisik mengacu pada efek
fisiologis dari penggunaan zat yang berulang (Sadock dkk, 2009).
Zat psikoaktif adalah zat/bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh
manusia berkhasiat mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat, sehingga
mengakibatkan perubahan aktivitas mental-emosional dan perilaku pengguna dan
seringkali menyebabkan ketagihan dan ketergantungan zat tersebut (Departemen
Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, 2006).
DSM V membagi gangguan berkaitan zat psikoaktif (substance related
disorder) menjadi 2 kategori : penyalahgunaan zat (substance use disorder) dan
gangguan yang diinduksi zat (substance induced disorder) (APA, 2013).
Penyalahgunaan zat didefinisikan sebagai adanya minimal satu dari gejala-
gejala spesifik berikut ini yang mengindikasikan bahwa penggunaan zat tersebut
telah mengganggu kehidupan orang tersebut.
Kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ III:
1. Pola maladaptif dari penggunaan zat psikoaktif yang mengarah pada
gangguan klinis yang nyata. Hal ini dimanifestasikan dengan satu atau
lebih hal-hal berikut ini, dan muncul dalam kurun waktu 12 bulan:
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
27/95
8
a. Penggunaan zat secara berulang yang mengakibatkan kegagalan
untuk memenuhi kewajibannya dalam pekerjaan, di sekolah, atau
di rumah.
b. Penggunaan zat secara berulang dalam kondisi yang berbahaya
secara fisik.
c. Masalah hukum yang berhubungan dengan zat dan terjadi secara
berulang.
d. Penggunaan zat yang berkelanjutan walaupun mengalami masalah
sosial atau interpersonal yang berulang dan disebabkan atau
diperparah oleh efek zat psikoaktif.
2. Gejalagejala di atas tidak pernah memenuhi kriteria ketergantungan
obat.
Sedangkan kriteria diagnostik untuk ketergantungan zat adalah pola yang
salah dari penggunaan zat sehingga terdapat gangguan yang signifikan dari 3 hal
atau lebih berikut dan muncul kapanpun dalam kurun waktu 12 bulan (Sadock
dkk, 2009):
1. Toleransi :
a. meningkatnya jumlah zat yang dibutuhkan untuk mencapai efek
yang diinginkan atau intoksikasi
b. efek yang sangat jelas berkurang dengan penggunaan zat
tersebut dalam jumlah yang sama
2. Lepas zat :
a. terdapat karakteristik lepas zat
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
28/95
9
b. zat yang sama atau mirip harus dipakai untuk meringankan atau
menghindari gejala lepas zat
3. Zat tersebut sering dikonsumsi dalam jumlah besar atau lebih lama dari
yang direncanakan
4. Terdapat keinginan terus menerus atau usaha yang gagal untuk
mengurangi atau mengontrol penggunaan zat
5. Banyak waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan zat tersebut,
menggunakan zat tersebut dan pulih dari efek zat tersebut
6. Aktivitas sosial, pekerjaan, ataupun rekreasi dikorbankan ataupun
menurun karena penggunaan zat
7. Penggunaan zat tetap dilakukan walaupun sudah mengetahui adanya
problem fisik maupun psikologis berulang yang diakibatkan
penggunaan zat tersebut.
Penggolongan penggunaan narkoba menurut ICD 10 dibagi menjadi intoksikasi,
penggunaan yang membahayakan, sindrom ketergantungan dan gejala putus zat :
Intoksikasi :
1. Harus ada bukti jelas penggunaan zat psikoaktif dalam waktu dekat
pada dosis yang cukup tinggi agar konsisten dengan kriteria
intoksikasi.
2. Harus ada gejala-gejala atau tanda-tanda intoksikasi yang sesuai
dengan kerja dari suatu zat tertentu dan keparahan yang cukup untuk
menimbulkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, dan sikap yang
secara klinis signifikan.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
29/95
10
3. Gejala atau tanda yang ada tidak terjadi karena gangguan medis lain
yang tidak berhubungan dengan penggunaan zat atau karena gangguan
mental lainnya.
Penggunaan yang membahayakan :
a. Harus ada bukti yang kuat bahwa penggunaan zat psikoaktif
bertanggung jawab untuk bahaya fisik maupun psikis, termasuk
gangguan dalam pengambilan keputusan atau gangguan perilaku, yang
dapat mengarah pada kecacatan atau konsekuensi buruk terhadap
hubungan antar personal
b. Sifat dari bahaya harus dikenali dengan jelas
c. Pola penggunaan menetap sekurang-kurangnya satu bulan atau muncul
berulang dalam jangka waktu 12 bulan
d. Gangguan yang terjadi tidak memenuhi kriteria gangguan mental dan
perilaku lain yang berhubungan dengan zat yang sama dalam periode
waktu yang sama (kecuali untuk intoksikasi).
Sindrom ketergantungan
Terdapat tiga atau lebih dari manifestasi berikut ini dan harus muncul
bersamaan sekurang-kurangnya 1 bulan, atau jika menetap kurang dari 1
bulan, maka harus muncul bersamaan berulang kali selama jangka waktu
12 bulan.
1. Keinginan yang sangat kuat atau kompulsif untuk mendapatkan zat
2. Terganggunya kapasitas untuk mengendalikan perilaku konsumsi zat
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
30/95
11
3. Keadaan putus zat saat penggunaan zat dikurangi atau dihentikan
4. Adanya toleransi terhadap efek zat, dibuktikan dengan adanya
peningkatan jumlah zat yang digunakan secara signifikan untuk
memperoleh efek intoksikasi yang sama
5. Sebagian besar waktu didedikasikan untuk penggunaan zat
Gejala Putus zat
1. Harus ada bukti jelas dari penghentian atau pengurangan penggunaan
zat psikoaktif setelah penggunaan zat berulang, berkepanjangan
dan/atau dosis tinggi
2. Gejala yang muncul sesuai dengan gejala dari tiap zat yang
bersangkutan
3. Gejala yang ada tidak dikarenakan oleh adanya gangguan medis
lainnya yang tidak berkaitan dengan penggunaan zat, atau karena
gangguan mental atau tingkah laku lainnya.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat
baik alamiah atau sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku (Lumbantobing, 2007).
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
31/95
12
Faktor Predisposisi
Alasan penggunaan NAPZA berbeda-beda, namun biasanya merupakan
interaksi beberapa faktor. Beberapa orang mempunyai risiko yang lebih besar
menggunakannya karena sifat atau latar belakangnya yang disebut faktor risiko
tinggi atau faktor kontributif yang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
faktor individu dan faktor lingkungan (Moesono, 2006).
Faktor individu :
- Rasa ingin tahu yang kuat dan ingin mencoba
- Tidak bersikap tegas terhadap tawaran/pengaruh teman sebaya
- Penilaian diri yang negatif (low self esteem) seperti merasa kurang
mampu dalam pelajaran, pergaulan, penampilan diri atau tingkat/
status sosial ekonomi yang rendah
- Rasa kurang percaya diri dalam menghadapi tugas
- Mengurangi rasa tidak enak, ingin menambah prestasi
- Tidak tekun dan cepat jenuh
- Sikap memberontak terhadap peraturan/tata tertib
- Pernyataan diri sudah dewasa
- Identitas diri yang kabur akibat proses identifikasi dengan orang
tua/penggantinya yang kurang berjalan dengan baik, atau gangguan
identitas jenis kelamin, merasa diri kurang jantan
- Depresi, cemas, hiperkinetik
- Persepsi yang tidak realistik
- Kepribadian dissosial
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
32/95
13
- Penghargaan sosial yang kurang
- Keyakinan penggunaan zat sebagai lambang keperkasaan atau
kemodernan
- Kurang menghayati ajaran agama
Faktor lingkungan:
- Mudah diperolehnya zat NAPZA
- Komunikasi orangtua dan anaknya yang kurang efektif
- Hubungan antar orangtua (ayah-ibu) yang kurang harmonis
- Orangtua atau keluarga lainnya menggunakan zat NAPZA
- Lingkungan keluarga terlalu permisif atau bahkan sebaliknya terlalu
ketat dalam displin
- Orangtua yang otoriter atau dominan
- Berteman dengan pengguna NAPZA
- Tekanan kelompok sebaya yang sangat kuat
- Ancaman fisik dari teman atau pengedar
- Lingkungan sekolah yang tidak tertib
- Lingkungan sekolah yang tidak memberi fasilitas bagi penyaluran
bakat dan minat para siswanya.
Etiologi
Banyak faktor yang berpengaruh sehingga seseorang bisa menjadi
tergantung terhadap suatu zat, seperti ketersediaan zat, faktor sosial, tekanan
dalam pergaulan, mungkin adalah faktor utama dalam eksperimen pertama namun
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
33/95
14
faktor lain seperti kepribadian dan biologis individual mungkin lebih berpengaruh
terhadap efek zat dan jenis zat. Penelitian lain tentang faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penggunaan narkoba menunjukkan bahwa faktor kepribadian,
kelompok teman sebaya dan keluarga sangat menentukan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan karakteristik, kepribadian tertentu seseorang mudah
menjadi pengguna narkoba, meskipun kelompok sebaya dan orang tua
menentangnya. Remaja yang mempunyai hubungan yang buruk dengan
orangtua/keluarga, dapat menjadi pengguna narkoba, meskipun nilai-nilai
kepribadian dan teman sebaya menentangnya. Sedangkan tekanan kelompok
teman sebaya dapat mengalahkan nilai pribadi yang anti narkoba dan hubungan
keluarga yang baik (Moesono, 2006).
Faktor psikodinamik
Menurut teori klasik, penyalahgunaan zat adalah setara dengan masturbasi
(sebagian pemakai heroin menggambarkan awal penggunaan mirip seperti
orgasme seksual), pertahanan melawan impuls kecemasan, atau manifestasi dari
regresi oral. Formulasi psikodinamik yang baru menyimpulkan penyalahgunaan
zat sebagai refleksi dari fungsi ego yang terganggu (Joewana, 2004).
Pembelajaran dan pengkondisian
Setiap kali penggunaan NAPZA menghasilkan umpan balik positif, baik
dari efek zat itu sendiri maupun pengabaian efek samping, pengabaian gejala
lepas zat, ataupun kombinasi efek-efek tersebut. Pengguna NAPZA merespon
rangsang yang berhubungan dengan NAPZA dengan meningkatnya aktifitas di
daerah limbik, termasuk amygdala dan cingulatum anterior (Stahl, 2013).
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
34/95
15
Gambar 2.1 Sistem Limbik (Scott dan Scott, 2007)
Faktor genetik
Adanya polimorfisme pada penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA
dan hubungannya dengan gen yang mempengaruhi produksi dopamin akhir-akhir
ini sedang diteliti (Joewana, 2004).
Faktor neurokimia
Neurotransmiter yang mungkin terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA
adalah opioid, katekolamin (terutama dopamin) dan sistem gama aminobutyric
acid (GABA). Neuron dopaminergik pada area tegmental sangat penting karena
berhubungan dengan area korteks dan limbik terutama nukleus akumbens. Jalur
ini berperan dalam sensasi reward (Sadock dkk., 2009).
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
35/95
16
Gambar 2.2 Efek Opioid pada JalurReward(Carvalho dkk., 2013)
Opioid selain mempunyai efek analgesik yang sangat kuat juga dapat
menyebabkan keadaan eforia, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, rasa
mengantuk. Zat ini juga dapat menekan pusat pernafasan sehingga bernafas
menjadi pelan dan dangkal (Ghodse, 2002).
Banyak cara yang telah dilakukan untuk menanggulangi ketergantungan
NAPZA, yaitu salah satunya adalah dengan metadon, yaitu terapi farmakologis
dengan harm reduction pada ketergantungan opioid. Metadon adalah terapi
substitusi untuk heroin dengan efek agonis penuh yang menyerupai efek
menyenangkan yang didapat dari heroin. Metadon mempunyai waktu paruh yang
lebih lama dari heroin dan setelah dikonsumsi, rasa ketagihan akan berkurang
(Lingford-Hughes dkk., 2007).
Dosis harian metadon adalah 20-80 mg, cukup untuk menstabilkan
pasien,namun dosis sampai 120 mg pernah digunakan. Durasi aksi metadon
melebihi 24 jam, dengan demikian pemberian 1x sehari sudah adekuat. Rumatan
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
36/95
17
(maintenance) metadon dilanjutkan sampai pasien dapat ditarik dari metadon,
yang dapat juga mengakibatkan ketergantungan. Gejala henti obat pada metadon
dapat terjadi, namun proses detoksifikasinya lebih mudah diatasi daripada heroin
(Sargo dan Subagyo, 2014).
Rumatan dengan metadon mempunyai beberapa keuntungan :
1. Pecandu opioid tidak perlu menyuntikkan obat, dengan bahaya yang
terkait (penularan hepatitis, HIV)
2. Metadon menyebabkan eforia minimal dan jarang menyebabkan
mengantuk atau depresi bila digunakan jangka panjang
3. Metadon membuat penggunanya dapat ikut serta dengan kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat (Depkes RI Direktur Jendral Pelayanan
Medik, 2000).
2.2 Kecemasan yang berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA
Penelitian di bidang psikiatri menunjukkan gangguan cemas dan
penyalahgunaan NAPZA sering terjadi secara bersamaan. Kecemasan dapat
menyebabkan penyalahgunaan NAPZA dan sebaliknya penyalahgunaan NAPZA
juga dapat menimbulkan kecemasan yang diinduksi oleh penyalahgunaan NAPZA
itu sendiri (Smith dan Book, 2008). Remaja dengan gangguan jiwa kecemasan
mempunyai risiko relatif 13,8 kali untuk menyalahgunakan NAPZA dibandingkan
dengan mereka yang tidak mengalami gangguan kecemasan (Hawari, 2006).
Ketergantungan NAPZA sendiri dapat menyebabkan kecemasan yaitu respon
yang sebenarnya normal dan adaptif terhadap ancaman yang mempersiapkan
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
37/95
18
individu untuk fight atau flight (Lingford-Hughes dkk., 2002). Namun jika
kecemasan ini berlebihan mengenai beberapa kejadian atau aktivitas yang terjadi
hampir setiap hari selama minimal 6 bulan maka kecemasan ini dapat digolongkan
menjadi gangguan cemas menyeluruh. Kecemasan ini menjadi sangat sulit untuk
dikendalikan dan sering ditemukan bersama dengan gejala somatis, seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan (Sadock dkk., 2009).
Gangguan kecemasan sering dihubungkan dengan beratnya kemungkinan untuk
gangguan pemakaian alkohol dan zat-zat adiktif lainnya, beratnya gejala lepas zat
alkohol, dan tingginya kekambuhan setelah terapi lepas zat. Sebaliknya adanya
pemakaian zat adiktif dapat menurunkan angka kesembuhan dan meningkatkan
kemungkinan kekambuhan gangguan cemas menyeluruh, dan meningkatnya
angka kejadian bunuh diri pada penderita gangguan cemas (Smith dan Book,
2008).
Gejala kecemasan sendiri berperan penting dalam penanganan adiksi
karena dengan adanya gejala-gejala seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi
dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan dan kemampuan untuk lepas
zat (Charney dkk., 2005). Jenis gangguan cemas yang paling sering ditemukan
bersamaan dengan penyalahgunaan zat adalah gangguan cemas menyeluruh dan
gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia (Smith dan Book, 2008).
Pasien dengan gangguan penggunaan zat yang ditemukan bersamaan
dengan gangguan kejiwaan mempunyai prognosis yang lebih buruk, kemungkinan
remisi yang menurun, meningkatnya kemungkinan untuk relaps, dan lebih banyak
membutuhkan perawatan daripada jika tidak ditemukan gangguan psikiatri
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
38/95
19
(Charney dkk., 2005). Bila gangguan komorbiditas diatasi, baik depresi maupun
kecemasan dapat diatasi maka prognosis ketergantungan zat pun akan membaik
(Hesse, 2009).
2.2.1 Klasifikasi dan Diagnosis Kecemasan
Kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan yang diinduksi oleh
penggunaan zat berdasarkan DSM V:
a. Kecemasan yang jelas, serangan panik, obsesi atau kompulsi
mendominasi gambaran klinis.
b. Adanya bukti yang jelas dari anamnesis, pemeriksaan fisik, atau hasil
laboratorium dari:
1. Gejala dari kriteria a mulai muncul dalam 1 bulan dari intoksikasi
zat atau lepas obat
2. Penggunaan zat dapat menyebabkan gangguan mental
c. Gangguan tersebut tidak disebabkan oleh gangguan kecemasan yang
tidak diinduksi oleh penggunaan zat. Gejala tersebut muncul setelah
penggunaan zat atau gejala tersebut menetap selama beberapa waktu
setelah penghentian penggunaan zat secara tiba-tiba atau intoksikasi
berat atau tidak adanya bukti kecemasan tersebut tidak diinduksi oleh
penggunaan zat.
d. Gangguan tidak terjadi selama adanya delirium
e. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan klinik atau gangguan fungsi
sosial, pekerjaan atau fungsi lainnya.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
39/95
20
Menurut DSM V, yang dimasukkan ke dalam gangguan cemas adalah
gangguan cemas perpisahan, mutisme selektif, fobia spesifik, fobia sosial,
gangguan panik, agorafobia, gangguan cemas menyeluruh, gangguan cemas yang
diinduksi zat/ pengobatan, gangguan cemas yang berhubungan dengan kondisi
medis, dan gangguan cemas tidak khas. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria
yang sudah dibakukan (DSM V, ICD-10 atau PPDGJ III). Gangguan cemas
biasanya sering dijumpai pada masa tumbuh kembang yang diakibatkan rasa takut
akan perpisahan dengan figur yang melekat. Mutisme selektif adalah kegagalan
ketika berbicara dalam situasi tertentu, di mana pada situasi lain orang tersebut
dapat berbicara. Fobia spesifik ditandai dengan adanya rasa takut atau cemas
disertai dengan perilaku menghindar dari objek atau situasi tertentu. Pada fobia
sosial ditemukan rasa takut atau cemas tehadap interaksi sosial tertentu di mana
terdapat kemungkinan adanya ketidaknyamanan seperti bertemu dengan orang
asing, ataupun situasi di mana orang tersebut harus tampil di depan orang banyak.
Pada gangguan panik ditandai dengan serangan panik tak terduga dan sering takut
akan munculnya kembali serangan panik. Agorafobia berarti ketakutan patologik
tehadap tempat terbuka atau tempat umum. Pada gangguan cemas menyeluruh
terdapat kecemasan umum yang berlangsung sekurang-kurangnya selama satu
bulan dan tidak ada hubungan dengan objek tertentu (APA, 2013).
Pada gangguan cemas, yang paling berperan adalah amygdala dan sirkuit
cortico striato talamo ccrtical (CTSC) yang berperan dalam gejala cemas.
Neurokimia yang paling berperan adalah GABA, sehingga psikofarmaka yang
paling sering digunakan untuk mengatasi kecemasan adalah benzodiazepin yang
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
40/95
21
mempunyai efek anxiolitik, walaupun akhir-akhir ini sedang dikembangkan juga
penelitian mengenai efek serotonin dan norepinefrin pada kecemasan (Stahl,
2013). Pada gangguan cemas yang berhubungan dengan penggunaan NAPZA
terdapat ketidakseimbangan antara norepinefrin dan dopamin yang mengakibatkan
pengaktifan hormon kortikoid dan inilah yang kemudian akan memperberat gejala
kecemasan (Hesse,2009).
2.3Hamilton Anxiety Rating Scale (Ham A)
Definisi yang akurat dan pengukuran gejala psikiatri sangat penting dalam
bidang klinis dan penelitian. Setelah wawancara dilakukan kepada pasien dan
kemudian gejala yang ada didapatkan sesuai dengan kriteria diagnosis maka
diagnosis cemas dapat ditegakkan. Dalam melakukan suatu terapi perlu dilakukan
pengamatan yang objektif untuk menilai perkembangan penyakit ataupun respon
terapi, salah satunya yaitu dengan suatu instrumen berupa kuesioner pertanyaan
mengenai gejala kecemasan yang kemudian dinilai derajatnya oleh tenaga
kesehatan yang telah terlatih dengan teknik wawancara. Banyak instrumen yang
dapat dipakai untuk menilai kecemasan, di antaranya Hamilton Anxiety Rating
Scale (Ham A), Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) , dan Overall
Anxiety Severity and Impairment Scale (OASIS).
Hamilton Rating Scale for Anxiety (Ham A) adalah instrumen yang dinilai
oleh klinisi yang didesain untuk menilai dan menghitung beratnya kecemasan.
Setiap skala bervariasi antara 0 sampai 4, dengan nilai yang lebih tinggi
menandakan lebih beratnya kecemasan. Instrumen ini telah banyak dipakai dalam
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
41/95
22
penelitian baik di Amerika maupun di negara lainnya termasuk Indonesia dan
instrumen ini telah divalidasi.
Ham A terdiri dari subskala psikik dan somatik. Sub skala psikis (bagian 1-6
dan 14) menandai kognisi subyektif dan keluhan afektif kecemasan (contoh rasa
kecemasan, tegang, takut, kesulitan berkonsentrasi) dan sangat penting untuk
menilai beratnya kecemasan. Skor Ham 1 (sub skala dalam Ham A) mengukur
perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah tersinggung.
Ham 2 mengukur perasaan tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah
terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah. Ham 3 mengukur beratnya fobia
yang dalam hal ini ditandai dengan adanya rasa takut pada gelap, pada orang
asing, tinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian, dan pada kerumunan
orang banyak. Ham 4 mengukur beratnya gangguan tidur yaitu gejala sulit masuk
tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, bangun dengan lesu, mimpi-mimpi,
mimpi buruk, mimpi yang menakutkan. Ham 5 menanyakan mengenai gangguan
kecerdasan yang didapatkan dari gejala sulit konsentrasi atau daya ingat yang
buruk. Ham 6 menanyakan mengenai perasaan depresi yang ditandai dengan
hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari,
dan adanya perasaan yang berubah-ubah sepanjang hari. Ham 14 adalah
pengamatan dari pewawancara dalam menilai psikomotor dari klien saat
dilakukan penilaian Ham A. Penilaian dilakukan terhadap tingkah laku klien yaitu
apakah ada kegelisahan, tidak tenang, jari gemetar, kening berkerut, muka tegang,
tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat, dan muka merah.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
42/95
23
Pada orang dengan gangguan kecemasan, seringkali ditemukan komponen
gangguan somatik di antaranya sakit dan nyeri di otot, kaku, gangguan sensorik
seperti penglihatan kabur, merasa lemas, muka merah/pucat, merasa ditusuk-
tusuk, gejala kardiovaskuler seperti takikardi, berdebar, nyeri di dada,rasa
lesu/lemas seperti mau pingsan, gejala respiratori seperti perasaan tercekik, nafas
pendek, sering menarik nafas, rasa tertekan di dada, gejala gastrointestinal seperti
sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah
makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, muntah, buang air
besar lembek, kehilangan berat badan, konstipasi, gejala urogenital seperti sering
buang air seni, tidak dapat menahan air seni, amenorrhe, menorrhagia, ejakulasi
prekoks, impotensi, gejala otonom di antaranya mulut kering, muka merah, mudah
berkeringat, pusing, sakit kepala. Komponen somatik (bagian 7-13)
menggambarkan gejala pada fungsi otonomik, pernafasan, gastro intestinal, dan
kardiovaskular. Klasifikasi gejala pada tiap sub skala dapat dinilai dengan 0 bila
tidak ada, 1 bila ringan, 2 bila sedang, 3 bila berat dan 4 bila sangat berat. Sedang
skor Ham A secara keseluruhan setelah dijumlahkan adalah bila jumlah total < 17
maka digolongkan kecemasan ringan, 18-24 : kecemasan ringan sampai sedang,
25-30 : kecemasan sedang sampai berat (Kummer dkk., 2010).
2.4 Terapi Akupuntur pada kecemasan
Salah satu cara yang dianjurkan untuk menangani kecemasan pada
pengguna NAPZA tanpa mempengaruhi terapi ketergantungan NAPZAnya adalah
dengan akupuntur. Akupuntur sendiri adalah stimulasi dari titik-titik tertentu pada
kulit, biasanya menggunakan jarum metalik, dengan teknik- teknik tertentu seperti
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
43/95
24
listrik, laser maupun manual. Pada pengobatan tradisional, kesehatan sendiri
didefinisikan sebagai energi qi, sebuah konsep metafisik yang bersirkulasi antar
organ dengan jalur yang disebut meridian. Pada meridian inilah terdapat 365 titik
akupuntur yang dapat digunakan sebagai titik stimulasi dengan jarum ataupun
moksibasi untuk menyeimbangkan dan harmonisasi yin dan yang dengan
menghilangkan blokade aliran qi. Energi qi harus mengalir dengan kekuatan dan
kualitas yang baik melalui meridian dan organ-organ supaya kesehatan tetap
terjaga. Titik akupuntur terletak pada meridian dan merupakan cara untuk
merubah aliran qi. Sehingga akupuntur pada pengobatan tradisional adalah cara
untuk mengoreksi aliran qi yang tidak seimbang dan tidak harmonis dengan cara
menstimulasi titik yang relevan pada permukaan tubuh. Peran akupuntur untuk
mempertahankan keadaan homeostasis ditunjukkan dengan manipulasi dan
mempertahankan keseimbangan yin dan yang ( Yang dkk, 2007). Selain itu
menurut falsafah wuxing setiap kesatuan bulat dalam alam terdapat 5 unsur,
kayu,api, logam, tanah dan air yang berhubungan satu dengan yang lain mengikuti
hukum hubungan tertentu sehingga membentuk suatu keseimbangan dinamis yang
harmonis. Hilangnya harmoni keseimbangan dinamis menimbulkan keadaan
patologik yaitu sakit (Kiswojo, 2007).
Pada teori Cina kuno, kecemasan mempengaruhi unsur logam dalam
manusia, yang dalam hal ini organ yang mengatur adalah paru dan usus besar,
sehingga untuk melancarkan blokade qi akibat kecemasan maka dipilih titik pada
meridian usus besar yang berpotongan dengan meridian paru yaitu titik he gu
(Kiswojo, 2007).
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
44/95
25
Gambar 2.3 Teori 5 Siklus (DAlberto, 2006)
Titik-titik akupuntur merupakan kumpulan sel yang berbeda aktivitasnya
dibanding dengan sel di luar titik akupuntur dan secara listrik mempunyai
karakteristik tegangan tinggi hambatan rendah, mempunyai profil tegangan
berkorelasi dengan faal organ tubuh, dan konduktivitas tinggi dibandingkan
dengan titik kontrol yang mempunyai hambatan tinggi, tegangan rendah dan
konduktivitas rendah (Saputra, 2005).
Akupuntur dapat merangsang perubahan kelistrikan tubuh dengan
inflamasi terencana untuk merangsang aktivitas sel, karena titik akupuntur adalah
daerah aktif listrik yang sudah dikenal trial and errorribuan tahun, titik ini juga
mempunyai efek khusus terhadap jaringan atau morfofungsional organ, inflamasi
terencana ini kemudian akan mempengaruhi skin activating lymphoid tissue
(SALT) sesuai reaksi imunologi yang menguntungkan terhadap penyakit, titik ini
juga akan mempengaruhi kelenjar pinel di mana kelenjar ini memproduksi
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
45/95
26
hormon-hormon yang penting dalam HPA axis yang pada akhirnya juga akan
mempengarhui psikis (psikoneuroimunologi) (Saputra, 2012).
Penelitian lain yang telah ada selama ini adalah tentang respon
neurokimia terhadap akupuntur. Hasil-hasil ini menyimpulkan bahwa akupuntur
dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi pada tubuh dengan aktifasi jalur pada
otak dan mempertahankan keseimbangan biokimia pada sistem susunan saraf
pusat dengan mengatur neurotransmiter yang mengatur kesehatan dan penyakit.
Nukleus akumben dengan hubungannnya pada jalur desenden dari hipotalamus ke
nukleus raphe dorsalis dan substansia grisea periaquaduktal mempunyai peran
penting karena di nukelus ini NAPZA yang disalahgunakan menghasilkan
dopamin dalam jumlah banyak yang diduga menyebabkan perilaku adiksi (Yang
dkk., 2007).
Pada penelitian lain dikemukakan konsep unit akupuntur neural, yaitu
suatu kumpulan saraf dan komponen neuroaktif yang teraktivasi ketika jarum
akupuntur ditusukkan pada titik akupuntur. Setelah titik akupuntur ditusuk maka
terjadi pelepasan mediator termasuk histamin, serotonin, sitokin, nitrit oksida,
prostaglandin yang akan terlihat sebagai vasodilatasi dan hiperemi pada daerah
kulit di sekitar jarum akupuntur.Mediator ini termasuk endorfin, enkephalin,
morfin, asetilkolin, GABA yang akan mempengaruhi juga kadar neurotransmitter
tersebut dalam otak. Dengan fMRI ditemukan bahwa ketika terdapat stimulasi
pada titikHegu dan Zusanli dapat ditemukan adanya peningktan aktivitas otak
pada talamus, hipotalamus serta pengurangan aktivitas pada sistem limbik yang
juga mempengaruhi kecemasan (Xiang dan Chang, 2008).
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
46/95
27
Akupuntur pada titik shen men telinga dilaporkan dapat memberikan efek
sedatif yang dapat mengatur eksitasi kortikal sehingga dapat mengatasi gejala
kecemasan. Perangsangan pada titik ini juga dapat memperlancar sirkulasi darah
melalui saraf dan menstimulai saraf bermyelin pada medula spinalis, hipofise dan
hipotalamus sehingga membuat pelepasan endorfin ke pembuluh darah. Dengan
efek seperti ini pada beberapa pasien yang memakai benzodiazepin untuk
mengatasi kecemasan, dilaporkan dapat mengalami penurunan dosis setelah
dilakukan tindakan akupuntur (Lowe, 2012).
Stimulasi akupuntur juga dapat menghasilkan efek inhibisi melalui neuron
GABAergik. Selain itu juga akupuntur mempengaruhi jalur sistem reward dengan
mengaktivasi neuron serotonergik. Elektroakupuntur dapat mencegah penurunan
level serotonin di nukleus akumbens. Serotonin juga diduga mempunyai peran
dalam perantara efektivitas akupuntur pada terapi lepas NAPZA dan mekanisme
ini juga dapat mempengaruhi kecemasan pada pengguna NAPZA ( Yang dkk.,
2007).
Gambar 2.4 Efek Akupuntur pada Nukleus Akumbens (Yang dkk.,2007)
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
47/95
28
Pada kondisi normal, jalur rewarddimulai dari pelepasan serotonin oleh
neuron eksitasi di hipotalamus. Serotonin mengaktifkan peptida opioid metionin-
enkefalin. Met-enkefalin dilepaskan pada bagian ventral tegmental dan
berinteraksi untuk menghambat pelepasan gamma amino butyric acid (GABA)
oleh substansia nigra. Peran utama GABA adalah mengontrol pengeluaran
dopamin pada bagian ventral tegmental. Adanya disinhibisi oleh GABA
meningkatkan penyediaan dopamin. Dopamin yang dilepaskan dari inhibisi
GABA mempunyai efek langsung pada nukleus akumbens dan efek tidak
langsung pada hipokampus lewat amygdala, dan menyebabkan pelepasan
dopamin pada kedua tempat tersebut, sehingga jalur reward menjadi lengkap
(Scott dan Scott, 1997).
Penelitian menunjukkan akupuntur mengaktifkan jalur serotonergik
desenden melalui traktus anterolateral. Ketika stimulasi akupuntur dilakukan pada
titik yang tepat, impuls diterima oleh cornu dorsalis medula spinalis. Impuls ini
diteruskan melalui serabut saraf traktus spinoretikuler dan spinomesensefalik,
yang kemudian berakhir di otak tengah yang mempunyai umpan balik yang
berhubungan dengan jalur neuron modulasi. Sehingga dengan menstimulasi jalur
serotonergik dengan akupuntur, serotonin dalam jalur reward langsung
dipengaruhi dan kemudian akan meningkatkan dopamin pada nukleus akumben
dan amygdala, dan menghasilkan perasaan subyektif berupa rasa aman dan
nyaman (Scott dan Scott, 1997). Akupuntur juga dapat menurunkan efek samping
dan dosis agonis opioid pada saat detoksifikasi ketergantungan NAPZA (Hui dkk.,
2010). Mekanisme lain yang memungkinkan akupuntur dapat mengurangi
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
48/95
29
kecemasan adalah dengan mengurangi kadar CRH (Corticotropin Releasing
Hormon) yang diketahui meningkat saat terjadi kecemasan (Zhao dkk.,2013),
menurunkan level dopamin yang meningkat serta meningkatkan kadar
norepinefrin yang menurun pada nukleus sentral amygdala. Kadar norepinefrin
dan dopamin pada pasien cemas yang tidak seimbanglah yang menimbulkan
gejala kecemasan (Zhao.dkk. , 2011).
Pada penelitian yang memakai fMRI didapatkan bahwa akupuntur dengan
stimulasi elektrik selama 15 menit pada titikZu San Li dapat menurunkan aliran
darah pada nucleus acumben, amygdala, hipocampus, parahipocampus,
hipotalamus, ventral tegmental area, putamen. Hal yang berbeda didapatkan bila
penusukan jarum dilakukan bukan pada titik akupuntur. Jalur perangsangan saraf
pada titik akupuntur dilakukan melalui traktus spinocervical, spinoreticular dan
spinomesencephalic, yang akan mempengaruhi aktivitas amydala dalam mengatur
rasa takut dan cemas (Hui dkk., 2010).
Bila akupuntur dilakukan dengan teknik yang tepat, yaitu dengan
mencapai te qi ( perasaan tumpul, kesemutan, hangat pada stimulasi di titik
akupuntur yang tepat) maka stimulasi akupuntur akan berjalan melalui serabut A
dan A pada serabut saraf perifer, akan terjadi juga peningkatan endorfin
enkephalin dan endomorfin bila dilakukan dengan stimulasi frekuensi rendah dan
hal ini kemudian akan menurunkan aktivitas amydala yang berperan dalam rasa
takut berlebihan pada penderita gangguan cemas dan dengan meningkatkan opioid
endogen, maka pada pengguna NAPZA yang mengalami ketergantungan pada
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
49/95
30
opioid eksogen, akupuntur dapat mengurangi gejala withdrawal yang mungkin
timbul (Xiang dan Zhang, 2008).
Pada kecemasan, seringkali ditemukan gangguan tidur yang akan
memperberat gejala kecemasan itu sendiri, oleh karena itu gangguan tidur juga
merupakan gejala yang penting untuk diatasi. Akupuntur dikatakan dapat
mengatasi gejala insomnia melalui peningkatan serotonin dan enkephalin pada
plasma dan sistem susunan saraf pusat, serta meningkatkan rapid eye movement
dan tidur gelombang lambat yang ditimbulkan melalui aktivitas vagal dan reseptor
muskarinik pada traktus nukleus kaudal (Fai, 2009).
Akupuntur dapat dilakukan pada tubuh (body acupuncture) dan telinga
(auricular acupunture). Akupuntur telinga dilaporkan dapat menurunkan
kecemasan sebelum operasi pada ibu yang anaknya akan menjalani operasi (Wang
dkk, 2005). Penelitian yang dilakukan di Cina mendapatkan hasil bahwa 1 bulan
setelah diterapi akupuntur maka 70% sampel penelitian mengalami penurunan
skala kecemasan (Dong,1993), sedangkan pada veteran yang mengalami
ketergantungan NAPZA, akupuntur juga dilaporkan dapat menurunkan tingkat
kecemasan yang hampir sama bila dilakukan dengan terapi relaksasi (Chang dan
Sommer, 2014). Akupuntur juga telah diteliti dapat menghasilkan relaksasi pada
pasien dengan gangguan cemas menyeluruh. Namun efek akupuntur bukan efek
yang akut. (Wang dan Kain, 2001) sehingga diperlukan beberapa kali terapi
akupuntur untuk mendapatkan efek yang baik. Pilikington dkk melaporkan bahwa
kelompok perlakuan akupuntur dapat menurunkan kecemasan dibandingkan
kelompok kontrol setelah dilakukan akupuntur sebanyak 10 kali namun efek
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
50/95
31
tersebut tidak ditemukan bila akupuntur baru dilakukan sebanyak 5 kali
(Pilkington dkk., 2007). Banyaknya rangsang yang diberikan kepada pasien
sesuai dengan tuntunan diagnosis dan mengikuti pedoman pengobatan. Umumnya
pengobatan dapat diberikan setiap hari atau dua hari sekali atau seminggu dua
kali, 10-12 kali sebagai satu seri terapi (Kiswojo, 2007). Akupuntur yang
dilakukan pada telinga dilaporkan dapat menurunkan kecemasan dan
menimbulkan efek sedasi (Wang dkk, 2005). Penelitian lain yang meneliti wanita
dengan kecemasan saat menjalani in vitro fertilization (IVF) mendapatkan hasil
bahwa akupuntur dapat menurunkan kecemasan, mengurangi stress dan dapat
memperbaiki mekanisme koping (Grant dan Cochrane, 2014).
Titik akupuntur yang biasanya dipakai pada telinga adalah titik senmen,
sedangkan pada tubuh adalah titikhe gu, cu san li dan chize (Avants dkk., 1995).
Pada penelitian ini akan digunakan titik akupuntur pada telinga yaitu titiksenmen
yang terletak pada sudut inferior titik percabangan antiheliks, sedangkan titik
tubuh yang akan dipakai yaitu titik he gu LI 4 yang terletak di antara tulang
metacarpal pertama dan kedua kira-kira di pertengahan tulang metacarpal kedua
pada sisi radius, titikzu san li-ST 36 yang terletak tiga cun di bawah patella,satu
cun lateral dari krista tibia, titik chi ze LU 5 yang terletak pada lipat melintang
kulit volar siku sisi radial dari tendon m.biceps brachii (DAlberto, 2006). Titik-
titik ini dipilih juga pada penderita cemas yang resisten terhadap terapi lain, dan
letak titik-titik ini relatif mudah dijangkau (Errington-Evans, 2009).
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
51/95
32
Gambar 2.5 Letak Titik Akupuntur Shen Men Pada Telinga (Wang dkk., 2005)
Gambar 2.6 Letak Titik Akupuntur He gu (DAlberto, 2006)
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
52/95
33
Gambar 2.7 Letak Titik AkupunturZu San Li (Dong, 1993)
Gambar 2.8 Letak Titik Akupuntur Chize (Dong,1993)
Namun penelitian mengenai efek akupuntur terhadap kecemasan yang dialami
pengguna metadon masih sangat jarang dan belum pernah dilakukan di Bali
sehingga hal ini menarik minat penulis untuk meneliti efek akupuntur ini.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
53/95
34
BAB 3
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Dari uraian tinjauan pustaka di atas telah diketahui bahwa ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami ketergantungan NAPZA,
faktor-faktor tersebut antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor neurokimia
yang berperan dalam ketergantungan NAPZA adalah menurunnya GABA,
ketidakseimbangan antara norepinefrin dan dopamine yang kemudian akan
meningkatkan CRH yang akan mengakibatkan gejala kecemasan yang akan
memperberat keadaan ketergantungan NAPZA.
Opioid yang dibutuhkan otak untuk perasaan bahagia dan ketenangan pada
ketergantungan NAPZA harus diperoleh secara eksogen. Bila kandungan opioid
dalam otak kurang maka akan timbul perilaku mencari NAPZA untuk melengkapi
jalur reward. Salah satu terapi yang digunakan untuk mengatasi kekurangan
opioid pada terapi ketergantungan NAPZA adalah metadon. Namun metadon
yang diberikan seringkali tidak dapat mengatasi gangguan komorbiditas psikiatri
yang menyertai sehingga perlu dipikirkan untuk memberikan terapi tambahan
yang dapat mengatasi komorbiditas ini.
Akupuntur sebagai salah satu terapi komplementer dikatakan dapat
mengatasi gejala kecemasan pada situasi tertentu dengan cara menurunkan
dopamin, meningkatkan GABA, meningkatkan serotonin dan norepinefrin hingga
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
54/95
meningkatkan melat
pada klien metadon
3.2 Kerangka Kons
Dari data tersebut m
nin yang diharapkan dapat mengurangi g
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
p
aka dapat dibuat kerangka konsep sebagai b
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
35
jala kecemasan
rikut:
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
55/95
36
3.3 Hipotesis Penelitian
Akupuntur dapat menurunkan skor Ham A pada pengguna metadon di PTRM
Sandat RSUP Sanglah.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
56/95
4.1 Rancangan Pen
Rancangan peneliti
eksperimental, rando
2008).
Catatan:
P: Populasi penggun
S : Sampel yang dira
O1 = Pengukuran sk
O2 = Pengukuran sk
O3 = Pengukuran s
akupuntur
O4 = Perlakuan sk
akupuntur
P0 = Perlakuan kelo
P1 = Perlakuan kelo
37
BAB 4
METODE PENELITIAN
elitian
n yang digunakan pada penelitian ini
mized pre test-post test control group disain
Gambar 4.1 Alur Penelitian
metadon
domisasi
r Ham Apre testkelompok klien metadon t
r Ham Apost testkelompok klien metadon t
or Ham A pre test kelompok klien meta
r Ham A post test kelompok klien meta
pok pengguna metadon yang tidak diberi ak
pok pengguna metadon yang diberi terapi a
adalah klinikal
paralel (Pocock,
npa akupuntur
anpa akupuntur
on yang diberi
on yang diberi
upuntur
upuntur
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
57/95
38
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di klinik PTRM Sandat RSUP Sanglah ,Denpasar,
Bali.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian berlangsung dari tanggal 1 Agustus 2014 sampai dengan 5
November 2014 dengan rincian sebagai berikut:
1. Dua minggu untuk persiapan dan informed consentsubyek penelitian,
wawancara dengan kuesioner Ham A
2. Sembilan minggu untuk perlakuan akupuntur pada subyek penelitian,
kemudian setelah perlakuan dilakukan penilaian kembali dengan
wawancara memakai kuesioner Ham A
3. Tiga minggu untuk analisis statistik dan penyusunan hasil penelitian
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi penelitian
Subjek penelitian adalah pengguna metadon di PTRM Sandat
4.3.2 Kriteria Inklusi, eksklusi dandrop out
Kriteria Inklusi :
Pengguna metadon aktif
Bersedia mengikuti penelitian
Setelah diwawancara terdapat gejala-gejala yang memenuhi
diagnosis cemas yang ditegakkan berdasarkan PPDGJ III
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
58/95
39
Kriteria Eksklusi:
Pengguna metadon yang memakai anti cemas dalam jangka
waktu 2 minggu sebelum mengikuti penelitian
Terdapat cacat fisik yang tidak memungkinkan dilakukan terapi
akupuntur
KriteriaDrop out:
Pengguna metadon yang tidak mengikuti program akupuntur
secara teratur.
Pengguna metadon yang tidak lagi aktif mengikuti program
metadon
4.3.3 Jumlah Sampel
Besarnya sampel dihitung dengan rumus Pocock (2008):
2
n = x f (,)
(1-2)
n = jumlah sampel.
1 = rerata hasil pada kelompokpost testkontrol (tanpa akupuntur)
2 = rerata hasil pada kelompokpost testperlakuan akupuntur
= simpang baku (standar deviasi) kelompok kontrol
= tingkat kesalahan 1 (ditetapkan 0,05)
= tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,1)
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
59/95
40
(,) = besarnya didapat dari tabel (Pocock, 2008, tabel 9.1 pp.125).
Dengan menetapkan nilai = 0,05 dan nilai = 0,1 maka nilai (,) =
10,5
Data skor Ham A simpang baku untuk kelompok kontrol adalah 6,2 , 1 =
13 dan 2 = 8 (Carvalho dkk., 2013) jumlah sampel adalah :
2
n = x f (,)
(2-1)
2 (6.2)
n = x 10,5
( 13-8)
n = 29,5
Dari rumus di atas didapat jumlah sampel = 30 orang untuk 1 kelompok.
Dengan memperhitungkan kemungkinan drop outselama penelitian maka jumlah
pasien per kelompok ditambah 3 orang menjadi 33 orang per kelompok.
4.3.4 Teknik Penentuan Sampel
Dari populasi pengguna metadon di PTRM Sandat diadakan pengambilan
sampel secara acak sederhana yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dari
sampel yang dipilih kemudian dibagi 2 kelompok menjadi Kelompok Kontrol P0,
Kelompok Perlakuan P1, masing-masing kelompok ada 33 orang
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
60/95
41
4.4 Pemberian terapi akupuntur
Terapi akupuntur diberikan selama 12 kali pertemuan masing-masing 15
menit, seminggu sebanyak 2 kali pertemuan selama 6 minggu dan dilakukan di
titiksen men pada telinga dan titikhe gu, cu san li,chize pada tubuh.
4.5 Variabel dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel bebas : terapi akupuntur
Variabel tergantung : skor Ham A
Variabel terkontrol : waktu pemberian akupuntur
Variabel perancu : penggunaan multipel zat
4.5.2 Definisi Operasional
1. Terapi akupuntur adalah terapi yang diberikan di titik-titik akupuntur tertentu
dengan menggunakan stimulasi elektro akupuntur dengan teknik tonifikasi
selama 15 menit dan kekuatan arus 2-5 mAmp.
2. Skor Ham A adalah hasil penilaian derajat kecemasan berdasarkan skala yang
diperoleh dari wawancara terhadap pengguna metadon yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih melakukan penilaian dan wawancara
berdasarkan kuesioner Ham A. Skor Ham A ini dinilai sebanyak dua kali,
yaitu sebelum perlakuan akupuntur dan sesudah perlakuan akupuntur
sebanyak 12 kali untuk Kelompok Perlakuan, sedangkan untuk Kelompok
control penilaian skor Ham A dilakukan dua kali dengan jarak 6 minggu.
3. Skor Ham 1 adalah item dalam Ham A yang mengukur perasaan cemas, firasat
buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah tersinggung.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
61/95
42
4. Ham 2 adalah item dalam Ham A untuk mengukur perasaan tegang, lesu, tidak
bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.
5. Ham 3 adalah item dalam Ham A untuk mengukur rasa takut pada gelap, pada
orang asing, tinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian, dan pada
kerumunan orang banyak.
6. Ham 4 adalah item dalam Ham A untuk mengukur beratnya gangguan tidur
yaitu gejala sulit masuk tidur, terbangun malam hari, tidak pulas, bangun
dengan lesu, mimpi-mimpi, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan.
7. Ham 5 adalah item dalam Ham A yang mengukur gangguan kecerdasan yang
didapatkan dari gejala sulit konsentrasi atau daya ingat yang buruk.
8. Ham 6 adalah item dalam Ham A yang mengukur perasaan depresi yang
ditandai dengan hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
bangun dini hari, dan adanya perasaan yang berubah-ubah sepanjang hari.
9. Ham Somatik adalah item dalam Ham A yang mengukur gangguan somatik di
antaranya sakit dan nyeri di otot, kaku, gangguan sensorik seperti penglihatan
kabur, merasa lemas, muka merah/pucat, merasa ditusuk-tusuk, gejala
kardiovaskuler seperti takikardi, berdebar, nyeri di dada,rasa lesu/lemas seperti
mau pingsan, gejala respiratori seperti perasaan tercekik, nafas pendek, sering
menarik nafas, rasa tertekan di dada, gejala gastrointestinal seperti sulit
menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah
makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, muntah, buang
air besar lembek, kehilangan berat badan, konstipasi, gejala urogenital seperti
sering buang air seni, tidak dapat menahan air seni, amenorrhe, menorrhagia,
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
62/95
43
ejakulasi prekoks, impotensi, gejala otonom di antaranya mulut kering, muka
merah, mudah berkeringat, pusing, sakit kepala.
10. Ham 14 adalah item dalam Ham A yang merupakan pengamatan dari
pewawancara dalam menilai psikomotor dari klien saat dilakukan penilaian
Ham A. Penilaian dilakukan terhadap tingkah laku klien yaitu apakah ada
kegelisahan, tidak tenang, jari gemetar, kening berkerut, muka tegang, tonus
otot meningkat, nafas pendek dan cepat, dan muka merah.
11. Pengguna metadon adalah klien yang datang ke PTRM Sandat dan
menggunakan metadon secara aktif.
12. Drop out pengguna metadon adalah tidak minum obat dalam waktu 7 hari
berturut-turut tanpa alasan.
13. Waktu pemberian akupuntur adalah saat peserta penelitian dilakukan tindakan
akupuntur yaitu pada saat sebelum diberikan metadon.
14. Penggunaan multipel zat yaitu penggunaan NAPZA selain metadon pada
peserta PTRM, dilakukan pemeriksaan urin secara acak untuk menyingkirkan
penggunaan multipel zat
4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian
1. Jarum akupuntur ukuran 0.25x2.5 mm (sekali pakai)
2. Alat elektroakupuntur untuk stimulasi elektrik akupuntur
3. Kapas alkohol
4. Kartu catatan masing-masing pengguna
5. Kuesioner Ham A
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
63/95
44
4.7 Prosedur Penelitian
1. Diambil secara acak sampel dari populasi pengguna sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi
2. Dilakukan informed consentmengenai tindakan penelitian yang akan dilakukan
3. Terhadap semua kelompok dilakukan penilaian skor Ham A dengan teknik
wawancara oleh dokter yang terlatih melakukan penilaian skor Ham A
4. Dilakukan tindakan akupuntur pada kelompok sampel perlakuan, yang
dilakukan selama 12 kali pertemuan, tiap 3-4 hari, selama 6 minggu. Teknik
akupuntur dengan melakukan perangsangan elektroakupuntur di titik yang
ditentukan dengan memakai alat elektro akupuntur yang telah dikalibrasi pada
jarum akupuntur ukuran 0,25x 25 mm dengan teknik tonifikasi selama 15 menit
setelah semua jarum terpasang
5. Setelah 12 kali perlakuan akupuntur yang dilaksanakan selama 6 minggu
selesai maka kemudian dilakukan kembali penilaian skor Ham A terhadap
semua kelompok dengan teknik wawancara oleh dokter yang telah ahli dalam
melakukan penilaian Ham A.
4.8 Analisis Data
Data hasil penelitian akan dianalisis secara statistik. Analisis dan
penyajian data untuk mendeskripsikan variabel-variabel sebagai berikut :
1. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat gambaran karakteristik
sampel, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Data kuantitatif
dinyatakan dalam rerata (mean + SD).
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
64/95
2. Uji norm
dilanjutka
berpasang
3. Data berd
parametri
4. Dalam pe
4.9 Alur Penelitian
litas data dengan uji Shapiro-WilkData ber
n dengan melakukan uji statistik parametr
an
istribusi tidak normal, dilanjutkan dengan
Mann-Whitney
elitian ini derajat kemaknaan p< 0,05 (two-t
Gambar 4.2 Alur Penelitian
45
istribusi normal
ik T-test tidak
uji statistik non
ailed)
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
65/95
46
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 66 orang pengguna metadon
aktif yang menjadi klien di PTRM Sandat mulai tanggal 1 Agustus 2014 sampai
30 September 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan uji klinis dengan
membagi subjek penelitian menjadi 2 grup, perlakuan dan kontrol , untuk
mengetahui tambahan terapi akupuntur dapat menurunkan skor HAM-A pada
pengguna metadon aktif di PTRM Sandat.
5.1 Karakterisitik Subjek Penelitian
Pengguna metadon yang menjadi terdaftar menjadi klien di PTRM Sandat
berjumlah 98 orang. Pengamatan dilakukan pada 66 orang subjek penelitian yang
bersedia mengikuti penelitian, telah diwawancara dan ditegakkan diagnosis cemas
berdasarkan PPDGJ III, dilakukan penilaian skor Ham A dan kemudian dibagi
dalam 2 kelompok, yaitu Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol. Selama
pengamatan dua orang dieksklusi karena berhenti menjadi klien aktif metadon,
sedangkan dua orang klien pindah keluar kota. Subjek penelitian yang dianalisis
sebanyak 62 orang. Karakteristik subjek antar kelompok disajikan pada Tabel 5.1.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
66/95
47
Tabel 5.1
Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik Kelompok Perlakuan
n (%)
Kelompok
Kontrol
n (%)
Umur (tahun)
Jenis kelamin
Laki-laki
Pekerjaan
Pegawai
Swasta
Tidak bekerja
Tingkat pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
34,7 6,2
33 (100)
7 (21,2)
14 (42,4)
12 (36,4)
2 (6,0)
4 (12,1)
15 (45,5)
12 (36,4)
34,7 6,3
33 (100)
8 (24,2)
10 (30,3)
15 (45,5)
3 (9,1)
7 (21,2)
13 (39,4)
10 (30,3)
Tabel 5.1 menunjukkan data karakterisitik klien PTRM Sandat dengan
rerata umur subjek Kelompok Perlakuan 34,7 tahun ( SD 6,2) sedangkan rerata
umur subjek Kelompok Kontrol adalah 34,7 tahun (SD 6,3). Semua subjek
berjenis kelamin laki-laki. Pada Kelompok Kontrol lebih banyak tidak bekerja
(45,5%) sedangkan pada kelompok perlakuan lebih banyak bekerja swasta
(42,4%). Tingkat pendidikan yang terbanyak adalah SMA pada kedua kelompok.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
67/95
48
Pada pengukuran nilai HAM A didapatkan pada Kelompok Kontrol adalah
15,4 (SD 4,3) saatpre testdan 15,3 (SD 4,1) saatpost testsedangkan pada
Kelompok Perlakuan adalah 16,6 (SD 4,5) saat pre test dan 12,8 (SD 3,8) saat
post test.Hasil ini disajikan pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Hasil Pengukuran Rerata Skor Ham A Pre Test dan Post Test
Kelompok Kontrol dan Perlakuan
5.2 Uji Normalitas Data
Data Ham Apre dan post test perlakuan serta kontrol diuji normalitasnya
dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Pada Kelompok Perlakuan pre test
didapatkan hasil p = 0,106 dan Kelompok Kontrol p = 0,085. Pada saat post test
didapatkan Kelompok Perlakuan p = 0,039 dan Kelompok Kontrol p = 0,108.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Kontrol Perlakuan
Pre Test
Post Test
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
68/95
49
Karena nilai yang didapatkan p < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
sehingga untuk uji statistik digunakan uji non parametrik yaitu uji Mann Whitney.
5.3 Hasil Uji Statistik Penurunan Skor Ham A Pre dan Post Test
Setelah data-data diuji dengan Mann Whitney test maka didapatkan hasil
p
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
69/95
50
Pada penelitian ini tidak ditemukan gejala fobia pada subjek penelitian,
sehingga skor Ham 3 tidak dicantumkan dalam tabel.
Hasil rerata selisih skor didapatkan penurunan skor pada Kelompok
Perlakuan, namun pada item HAM 2 dan HAM Somatik tidak didapatkan
penurunan rerata skor pada Kelompok Kontrol, bahkan terjadi peningkatan skor,
sedangkan untuk item HAM 2, 4, dan somatik terdapat perbedaan selisih
penurunan skor rerata pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol.
5.5 Hasil Uji T Test Pada Selisih Skor Masing-masing Item Pada Ham A
Setelah dilakukan hasil uji t test selisih skor pada tiap item Ham A maka
didapatkan nilai p yang disajikan pada Tabel 5.3
Tabel 5.3
Selisih Skor Masing-masing Item Ham A
Selisih skor Sig (2 tailed)
HAM 1
HAM 2
HAM 4
HAM 5
HAM 6
HAM Somatik
0,115
0,000*
0,000*
0,076
1.000
0,023*
Pada selisih skor Ham A 1, 5 dan 6 didapatkan p >0.05 sehingga walaupun
terdapat penurunan rerata perbedaan skor Ham A pada Kelompok Kontrol dan
Kelompok Perlakuan sesudah perlakuan namun tidak berbeda secara signifikan.
-
7/25/2019 AKUPUNTUR Stress Score
70/95
51
Sebaliknya pada skor Ham A 2, 4 dan Ham A Somatik didapatkan hasil p
top related