amal yang diterima

2
Amal yang Diterima Oleh : Iin Rosliah Cinta dan semangat saja tak cukup dijadikan modal agar amal diterima Allah SWT. Ada dua syarat yang mutlak harus dipenuhi supaya amal tidak sia-sia di hadapan-Nya. Pertama, ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT, bukan karena motivasi duniawi atau ingin meraih puji. Kedua, muwafaqah, artinya amal yang dilakukan sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunah Rasulullah SAW. Ikhlas dan muwafaqah, ibarat dua sisi mata uang, saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Ibnu Katsir saat menafsirkan QS Al Kahfi: 110 menguraikan, ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW merupakan dua rukun amal yang akan diterima. Rukun adalah tiang. Sebuah bangunan akan terwujud manakala kedua tiangnya berdiri tegak. Begitu pula amal, akan diterima ketika dua syaratnya terpenuhi. Ketika kita beribadah karena ingin mendapat sanjungan sesama, berarti hati kita telah mendua. Dalam kacamata agama, ini dikategorikan sebagai perbuatan syirik yang akan menghalangi diterimanya amal oleh Allah SWT. ''Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada-Nya.'' (QS Al Kahfi;110). Ibnul Qayyim mengibaratkan orang yang beramal tanpa keikhlasan seperti seorang musafir yang mengisi penuh kantongnya dengan pasir. Ia membawanya, tapi tidak mendapatkan manfaat apa pun. Walau secara lahiriah tampak besar dan bagus, bila tak dihiasi dengan keikhlasan, amal apa pun menjadi tak bermakna dalam pandangan Allah SWT. Alhasil, bukannya pahala yang diraih, justru azab yang didapat. Jangan pula sampai terjadi seperti tiga orang Muslim di hadapan mahkamah Allah SWT kelak. Imam Muslim meriwayatkan, ada seorang mujahid, seorang alim, dan seorang dermawan. Bukan surga yang diperoleh, justru neraka yang didapat ketiganya. Pasalnya, amal yang mereka lakukan hanya untuk mengejar prestise. Yang satu berjuang agar disebut syuhada. Yang kedua menuntut ilmu dan mengajarkannya agar disebut ulama. Dan yang terakhir menginfakkan hartanya agar dinilai sebagai dermawan. Setelah ikhlas, syarat berikutnya adalah kesesuaian setiap amal dengan tuntunan dalam Alquran dan sunah. Ini mengandung makna, ibadah apa pun yang diperbuat, hendaknya dilandasi oleh ilmu. Beribadah tanpa dasar ilmu, cenderung menjadikan perasaan sebagai standar.

Upload: cecepsaripudin

Post on 15-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

amal

TRANSCRIPT

Amal yang Diterima

Amal yang Diterima

Oleh : Iin Rosliah

Cinta dan semangat saja tak cukup dijadikan modal agar amal diterima Allah SWT. Ada dua syarat yang mutlak harus dipenuhi supaya amal tidak sia-sia di hadapan-Nya.

Pertama, ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT, bukan karena motivasi duniawi atau ingin meraih puji. Kedua, muwafaqah, artinya amal yang dilakukan sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunah Rasulullah SAW. Ikhlas dan muwafaqah, ibarat dua sisi mata uang, saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Ibnu Katsir saat menafsirkan QS Al Kahfi: 110 menguraikan, ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW merupakan dua rukun amal yang akan diterima. Rukun adalah tiang. Sebuah bangunan akan terwujud manakala

kedua tiangnya berdiri tegak. Begitu pula amal, akan diterima ketika dua syaratnya terpenuhi.

Ketika kita beribadah karena ingin mendapat sanjungan sesama, berarti hati kita telah mendua. Dalam kacamata agama, ini dikategorikan sebagai perbuatan syirik yang akan menghalangi diterimanya amal oleh Allah SWT. ''Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada-Nya.'' (QS Al Kahfi;110). Ibnul Qayyim mengibaratkan orang yang beramal tanpa keikhlasan seperti seorang musafir yang mengisi penuh kantongnya dengan pasir. Ia membawanya, tapi tidak mendapatkan manfaat apa pun.

Walau secara lahiriah tampak besar dan bagus, bila tak dihiasi dengan keikhlasan, amal apa pun menjadi tak bermakna dalam pandangan Allah SWT. Alhasil, bukannya pahala yang diraih, justru azab yang didapat. Jangan pula sampai terjadi seperti tiga orang Muslim di hadapan mahkamah Allah SWT kelak. Imam Muslim meriwayatkan, ada seorang mujahid, seorang alim, dan seorang dermawan. Bukan surga yang diperoleh, justru neraka yang didapat ketiganya.

Pasalnya, amal yang mereka lakukan hanya untuk mengejar prestise. Yang satu berjuang agar disebut syuhada. Yang kedua menuntut ilmu dan mengajarkannya agar disebut ulama. Dan yang terakhir menginfakkan hartanya agar dinilai sebagai dermawan. Setelah ikhlas, syarat berikutnya adalah kesesuaian setiap amal dengan tuntunan dalam Alquran dan sunah. Ini mengandung makna, ibadah apa pun yang diperbuat, hendaknya dilandasi oleh ilmu. Beribadah tanpa dasar ilmu, cenderung menjadikan perasaan sebagai standar.

Baik buruk bukan diukur oleh dalil, tapi semata-mata menimbang rasa. Alhasil, mudah tergelincir dalam perbuatan bid'ah, mengada-ada dalam urusan ibadah. Rasulullah SAW bersabda, ''Barang siapa mengerjakan satu amalan yang tak ada perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak.'' (HR Bukhari dan Muslim).