akhlaq tasawuf - ikhlas & ridho.pdf

8
  AGUNG PAMBUDI-12650004 AKHLAQ TASAWUF  Ikhlas Ikhlas berasal dari kata akhlasha yang merupakan bentuk kata kerja lampau transitif yang diambil dari kata kerja intransitif khalasha (   خ) dengan menambahkan satu huruf „alif (أ). Bentuk mudhâri„ (saat ini) dari akhlasha (    خ ) adalah yukhlishu (   ) dan bentuk mashdarnya yaitu ikhlash ( ص خ). Kata tersebut berarti, murni, bersih, jernih, tanpa campuran. Ikhlas adalah : melakukan amal perbuatan yang ditujukan hanya kepada Allah secara murni atau tidak mengharapkan imbalan dari orang lain.  Perbuatan ikhlas dibarengi pula dengan keyakinan atas perbuatannya dan tidak memiliki keinginan untuk menarik kembali apa yang telah ia lakukan. Atau dengan kata lain berniat lahiriah dan  batiniah.  Ridho Ridho berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Sedangkan menurut istilah, ridho adalah menerima semua kejadian yang menimpa dirinya dengan lapang dada, menghadapinya dengan tabah, tidak merasa kesal dan tidak berputus asa ridho berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridho Allah kepada hamba-Nya dan ridho hamba kepada Allah (Al-Mausuah Al -Islamiyyah Al-Ammah: 698). Ini sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya,  Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho kepada-  Nya.” (QS 98: 8). . Ridho Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridho seorang hamba kepada Allah mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan  bersabar ketika ditimpa musibah. Dari definisi ridho tersebut terkandung isyarat bahwa ridho bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya. Ridho tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa, kita dituntut untuk ridho. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah  berfirman, ”Sesungguhnya  Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”  (QS 13: 11). Hal ini berarti ridho menuntut adanya usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah yang menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam ridho terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun di sana dituntut adanya usaha untuk mencapai suatu target yang diinginkan atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu perkara yang pahit. Karena ridho terhadap aturan Allah seperti perintah mengeluarkan zakat, misalnya, bukan berarti hanya mengakui itu adalah aturan Allah melainkan disertai dengan usaha untuk menunaikan nya.

Upload: agung-pambudi

Post on 05-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Akhlaq Tasawuf - Ikhlas & Ridho

TRANSCRIPT

  • A G U N G P A M B U D I - 1 2 6 5 0 0 0 4

    AKHLAQ TASAWUF

    Ikhlas

    Ikhlas berasal dari kata akhlasha yang merupakan bentuk kata kerja lampau transitif

    yang diambil dari kata kerja intransitif khalasha () dengan menambahkan satu huruf alif

    dan bentuk () adalah yukhlishu () Bentuk mudhri (saat ini) dari akhlasha .()

    mashdarnya yaitu ikhlash (). Kata tersebut berarti, murni, bersih, jernih, tanpa

    campuran. Ikhlas adalah : melakukan amal perbuatan yang ditujukan hanya kepada

    Allah secara murni atau tidak mengharapkan imbalan dari orang lain. Perbuatan ikhlas

    dibarengi pula dengan keyakinan atas perbuatannya dan tidak memiliki keinginan untuk

    menarik kembali apa yang telah ia lakukan. Atau dengan kata lain berniat lahiriah dan

    batiniah.

    Ridho

    Ridho berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan

    lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Sedangkan menurut istilah, ridho adalah

    menerima semua kejadian yang menimpa dirinya dengan lapang dada, menghadapinya

    dengan tabah, tidak merasa kesal dan tidak berputus asa ridho berkaitan dengan perkara

    keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridho Allah kepada hamba-Nya dan ridho

    hamba kepada Allah (Al-Mausuah Al-Islamiyyah Al-Ammah: 698). Ini sebagaimana

    diisyaratkan Allah dalam firman-Nya,

    Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya. (QS 98: 8).

    . Ridho Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan

    ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridho seorang hamba kepada Allah mempunyai

    arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah

    dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Adapun

    menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan

    bersabar ketika ditimpa musibah.

    Dari definisi ridho tersebut terkandung isyarat bahwa ridho bukan berarti menerima begitu

    saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya. Ridho

    tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa, kita

    dituntut untuk ridho. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu

    adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah

    berfirman,

    Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah

    keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS 13: 11).

    Hal ini berarti ridho menuntut adanya usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah yang

    menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam

    ridho terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada

    suatu perkara, namun di sana dituntut adanya usaha untuk mencapai suatu target yang

    diinginkan atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu perkara yang pahit. Karena ridho

    terhadap aturan Allah seperti perintah mengeluarkan zakat, misalnya, bukan berarti hanya

    mengakui itu adalah aturan Allah melainkan disertai dengan usaha untuk menunaikannya.

  • A G U N G P A M B U D I - 1 2 6 5 0 0 0 4

    AKHLAQ TASAWUF

    Begitu juga ridho terhadap takdir Allah yang buruk seperti sakit adalah dengan berusaha

    mencari takdir Allah yang lain, yaitu berobat. Seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin

    Khathab ketika ia lari mencari tempat berteduh dari hujan deras yang turun ketika itu. Ia

    ditanya,

    Mengapa engkau lari dari takdir Allah, wahai Umar? Umar menjawab, Saya lari dari

    takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain.

    Dengan demikian, tampaklah perbedaan antara makna ridho dan pasrah, yang kebanyakan

    orang belum mengetahuinya. Dan itu bisa mengakibatkan salah persepsi maupun aplikasi

    terhadap makna ayat- ayat yang memerintahkan untuk bersikap ridho terhadap segala yang

    Allah tetapkan. Dengan kata lain pasrah akan melahirkan sikap fatalisme. Sedangkan ridho

    justru mengajak orang untuk optimistis.

    Perbedaan antara ridho dan ikhlas

    Terkadang ridho disama artikan dengan ikhlas. Namun sebenarnya ridho dan ikhlas adalah dua hal yang berbeda. Ridho ( berarti suka, rela, senang, yang berhubungan ( dengan takdir (qodha dan qodar) dari Allah. Ridho adalah mempercayai sesungguh-sungguhnya bahwa apa yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah terbaik menurut Allah. Dan apapun yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya pastilah akan berdampak baik pula bagi hamba-Nya. Perilaku yang ditampakkan oleh seorang hamba yang ridho adalah ia tidak membenci apa yang terjadi menimpa dirinya, sehingga terjadi atau tidak terjadi adalah sama saja baginya.sementara Ikhlas adalah melakukan amal perbuatan syariat yang ditujukan hanya kepada Allah secara murni atau tidak mengharapkan imbalan dari orang lain.

    Bahkan bila tingkatan ridho seorang hamba sudah mencapai tingkat tertinggi, ia akan selalu memuji Allah apapun yang Allah berikan kepada dirinya baik nikmat maupun bencana, karena ia percaya apa yang menimpanya semata-mata untuk kebaikan dirinya. Sang hamba secara suka rela dan senang menerima apapun yang diberikan Allah kepada-Nya baik berupa nikmat maupun musibah berupa bencana.

    Tiga Macam Ridho

    Menurut Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, ridho terhadap takdir Allah

    terbagi menjadi tiga macam:

    1. Wajib direlakan, yaitu kewajiban syariat yang harus dijalankan oleh umat Islam dan

    segala sesuatu yang telah ditetapkan-Nya. Seluruh perintah-Nya haruslah mutlak

    dilaksanakan dan seluruh larangan-Nya haruslah dijauhkan tanpa ada perasaan bimbang

    sedikitpun. Yakinlah bahwa seluruhnya adalah untuk kepentingan kita sebagai umat-Nya.

    2. Disunnahkan untuk direlakan, yaitu musibah berupa bencana. Para ulama mengatakan

    ridho kepada musibah berupa bencana tidak wajib untuk direlakan namun jauh lebih baik

    untuk direlakan, sesuai dengan tingkan keridhoan seorang hamba. Namun rela atau tidak,

    mereka wajib bersabar karenanya. Manusia bisa saja tidak rela terhadap sebuah musibah

    buruk yang terjadi, tapi wajib bersabar agar tidak menyalahi syariat. Perbuatan putus asa,

    hingga marah kepada Yang Maha Pencipta adalah hal-hal yang sangat diharamkan oleh

    syariat.

  • A G U N G P A M B U D I - 1 2 6 5 0 0 0 4

    AKHLAQ TASAWUF

    3. Haram direlakan, yaitu perbuatan maksiat. Sekalipun hal tersebut terjadi atas qodha

    Allah, namun perbuatan tersebut wajib tidak direlakan dan wajib untuk dihilangkan.

    Sebagaimana para nabi terdahulu berjuang menghilangkan kemaksiatan dan kemungkaran di

    muka bumi.

    Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:

    Rasulullah saw. bersabda: Bukan termasuk golongan kami, orang yang menampar pipi

    (ketika tertimpa musibah), merobek-robek baju atau berdoa dengan doa Jahiliyah (meratapi

    kematian mayit seraya mengharap-harap celaka).

    Menampar pipi atau menyakiti diri sendiri saat terjadi musibah adalah perbuatan yang

    dilarang, apalagi bila sampai melakukan bunuh diri. Naudzubillah mindzalik.

    Bila seorang muslim ditimpa suatu musibah atau bencana, ucapkan inna lillahi wa inna

    ilaihi rojiun. Dan janganlah berkata, oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu

    berakibat begini dan begitu, tetapi katakanlah, ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki

    Allah pasti dikerjakan-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: andaikata dan jikalau

    membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan. (HR. Muslim)

    Mengapa manusia sulit ridho ?

    Manusia sulit ridho, karena mereka tidak bisa berbaik sangka (Husnudzan) kepada

    Allah SWT. Manusia lupa bahwa Allah SWT adalah Maha Baik, sehingga kalau mereka

    ditimpakan sedikit kekurangan saja, mereka sudah teriak-teriak, sudah menganggap Allah

    pilih kasih. Jadi, Manusia lupa memahami kebaikan Allah. Padahal ridho Allah akan

    membuat hidup manusia nyaman dan bahagia.

    Manfaat Ridho:

    1. Dengan ridho umat manusia akan menimbulkan rasa optimis yang kuat dalam menjalani dan menatap kehidupan di masa depan dengan mengambil hikmah dari

    kehidupan masa lampau.

    2. Orang yang berhati ridho atas keputusan-keputusan Allah SWT, hatinya menjadi lapang, dan jauh dari sifat iri hati, dengki hasat dan bahkan tamak atau rakus.

    3. Ridho akan menumbuhkan sikap husnazzann, terhadap ketentuan-ketentuan Allah, sehingga manusia tetap teguh iman dan amal shalehahnya.

    4. Dengan ridho setiap kesulitan yang kita hadapi akan ada jalan keluarnya, di tiap satu kesulitan ada dua kemudahan.

    5. Dengan ridho akan menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama makhluk Allah SWT, dan akan lebih dekat dengan Allah SWT.

  • A G U N G P A M B U D I - 1 2 6 5 0 0 0 4

    AKHLAQ TASAWUF

    As-Sabur (As Sabur)

    Allah selain maha pengasih lagi maha penyayang Allah juga memiliki salah satu asma

    yaitu as-sabur yang berarti maha penyabar maka dari itu Allah mengatakan,adakah yang

    lebih sabar daripada aku. Kita tentu sering mendengar kata orang yang mengatakan sabar

    itu tak ada batasnya padahal tahukah sebenarnya Allah dengan asmaul husnanya as-sabur

    sangat senang bersama orang-orang yang sabar.

    Sedikit Cerita Tentang As-Sabur

    Kala itu langit berbicara kepada Allah,ya Allah mengapa tak kau biarkan aku

    menurunkan hujan dan petir yang dasyat agar manusia binasa karena mereka telah inggkar

    kepada mu. Sementara itu bumi berkata,ya Allah biarkan aku keluarkan gempa yang dasyat

    agar semua manusia tenggelam bersama kesombongan dan kekufurannya.

    Lalu apa kata Allah sebagai as-sabur yang maha penyabar,Biarlah walaupun mereka

    tidak menyembahku, mereka lupa pada ku, mereka tidak bersyukur atas nikmat yang aku

    berikan aku tetap biarkan mereka hidup aku berikan mereka rezeki agar mereka tahu bahwa

    tidak ada yang lebih sabar daripada aku. Allah as-sabur

    Ya as-sabur maha penyabar itulah Allah bisa kah kita bersabar karena kesabaran itu

    memang tidak ada batasnya kesabaran yang diiringi dengan keikhlasan pasti akan

    menghasilkan sesuatu yang besar. kesabaran juga salah satu ciri orang yang bertaqwa kepada

    Allah SWT. sabar itu berasal dari bahasa arab & sudah menjadi istilah bahasa indonesia yang

    asal katanya adalah Shobaro, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi shabran. dari segi bahasa, sabar berarti menahan & mencegah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-

    Quran:

    Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi

    dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling

    dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu

    mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti

    hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)

    Sabar bagi manusia sendiri terbagi menjadi beberapa aspek meliputi :

    Sabar menerima musibah.

    Sabar menerima musibah merupakan aspek yang paling sering dinasehatkan banyak

    orang. sebab sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang telah diriwayatkan dalam

    sebuah hadits :

    Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang

    sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,

    Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah. Wanita tersebut menjawab, Menjauhlah

    dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah

    yang menimpaku. Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang

    menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia

    tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, (maaf) aku

    tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya

    sabar itu terdapat pada hentakan pertama. (HR. Bukhari Muslim)

    http://en.wikipedia.org/wiki/Masjid_As-Sabur

  • A G U N G P A M B U D I - 1 2 6 5 0 0 0 4

    AKHLAQ TASAWUF

    Sabar ketika menghadapi musuh.

    Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa

    Rasulullah SAW bersabda, Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh.

    Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya). HR.

    Muslim.

    Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.

    Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa

    Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu

    yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari

    jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR.

    Muslim)

    Sabar pada jabatan & kedudukan.

    Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari

    kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; Wahai Rasulullah, engkau mengangkat

    (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku).

    Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku atsaratan (yaitu

    setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga

    kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).

    Sabar dalam kehidupan bermasyarakat.

    Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, Seorang muslim

    apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka

    adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta

    tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)

    Sabar dalam kerasnya kehidupan dan kebutuhan ekonomi.

    Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa

    Rasulullah SAW pernah bersabda, Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan

    kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat.

    (HR. Turmudzi).

    Cara kita meningkatkan kesabaran

    Penyakit hati yang umum saat ini yang dialami setiap manusia adalah tidak sabar

    yang dapat dicegah karena jika hal ini tidak dicegah maka akan berdampak negatif pada

    amalan yang telah kita lakukan. Sebagaimana mendapat hasil yang tidak memuaskan,

    terjerumus dalam kemaksiatan, tidak mau beribadah kepada Allah dll. Oleh karena itulah

    diperlukan beberapa cara untuk meningkatkan kesabaran. Diantara adalah :

    Mengkikhlaskan niat hanya kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya

    untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya

    kesabaran kepada Allah SWT.

  • A G U N G P A M B U D I - 1 2 6 5 0 0 0 4

    AKHLAQ TASAWUF

    Memperbanyak tilawah (membaca) al-Quran, baik pada pagi, siang, sore ataupun

    malam hari. lebih bagus lagi jika bacaan tersebut direnungan dan ditadaburkan

    makna-makna yang terkandung didalamnya. sebab al-Quran berfungsi sebagai obat

    bagi hati. termasuk juga dzikir kepada Allah.

    Banyak-banyak berpuasa sunnah. dengan berpuasa merupakan dapat mengurangi

    hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenis. puasa juga ibadah

    yang dapat melatih kesabaran.

    Mujahadatun Nafs, yaitu usaha yang dilakukan untuk berusaha dengan giat dan

    maksimal untuk mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang suka pada hal-hal

    negatif, seperti malas, marah, kikir, dll.

    Mengingat tujuan hidup di dunia. sebab hal ini dapat memacu kita untuk beramal

    secara sempurna. dengan ketidaksabaran (istijal), memiliki prosentase yang besar

    untuk menjadikan amalan seseorang kurang maksimal. apalagi jika kita renungkan

    bahwa Allah akan melihat amalan seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat

    pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)

    Perlu melakukan latihan sabar secara pribadi. seperti ketika sedang sendiri dalam

    rumah, bagusnya melatih untuk beramal ibadah dari pada menonton televisi misalnya.

    lalu melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dll.

    Membaca kisah kesabaran para sahabat, tabiin maupun tokoh Islam lainnya. sebab

    hal ini juga bisa menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan di

    dunia nyata.

    Hubungan Sabar dengan Surat Al-Asr

    Surah Al Asr ini merupakan surah ke 13 dari segi perurutan turunya. Ia turun sesudah

    surat Alam Nasrah atau al-Insyirah dan sebelum Surat al-Adiyat. Disepakati ayat-

    ayatnya berjumlah tiga ayat.

    Makna dan Kandungan

    Waal'ashrii, inna al-insaana lafii khusrin, illaa alladziina aamanuu wa'amiluu

    alshshaalihaati watawaasaw bialhaqqi watawaasaw bialshshabri.

    Artinya: 1).Demi masa

    2).Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian

    3).Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat

    menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi

    kesabaran

  • A G U N G P A M B U D I - 1 2 6 5 0 0 0 4

    AKHLAQ TASAWUF

    1.

    Ayat pertama dalam surat ini adalah diawali dengan sumpah, maka sumpah yang disandarkan

    dengan al-Ashr memiliki pesan yang sangat penting, namun apakah yang dimaksud dengan

    al-Ashr di sini?

    Terkadang al-Quran bersumpah dengan masa atau bagian dari masa, seperti demi siang, demi

    malam, demi waktu dhuha dan lain sebagainya, maka dalam waktu-waktu ini ada hikmah dan

    falsafah tersendiri.

    Para ulama bersepakat mengartikan kata al-Ashr pada ayat pertama dengan waktu/masa,

    hanya saja mereka berbeda pendapat tentang waktu tersebut. Ada yang berpendapat bahwa ia

    adalah waktu atau masa di mana ia bergerak dan terapung di dalamnya. Ada pula yang

    menentukan waktu tersebut dengan waktu Ashar, yang ketiga ialah yang mengartikan dengan

    waktu pada masa kehadiran Nabi Muhammad saw.

    Pada surah ini Allah bersumpah demi waktu dan mengunakan kata AsHr untuk menyatakan,

    bahwa demi waktu dimana manusia mencapai hasil setelah ia memeras tenaganya,

    sesungguhnya ia merugi-apapun hasil yang dicapainya itu. Kecuali jika ia beriman dan

    beramal shalih. Kerugian tersebut mungkin tidak akan dirasakan pada waktu dini, tetapi pasti

    akan disadarinya pada waktu Ashar kehidupannya menjelang matahari hanyatnya terbenam.

    Itulah agaknya rahasia mengapa Tuhan memilih kata Ashr untuk menunjukan waktu secara

    umum.

    Waktu adalah modal utama manusia, apabila tidak diisi dengan kegiatan positif, maka ia akan

    berlalu begitu saja. Ia akan hilang, dan ketika itu jangankan keuntungan diperoleh, modalpun

    telah hilang, Saidina Ali pernah berkata: Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat

    diharapkan lebih dari itu esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat kembali

    esok.

    . 2

    Artinya:

    Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian.

    kalimat al-Insan menunjukan kepada manusia dan jenis-jenis manusia tanpa terkecuali,

    baik mukmin maupun kafir, karena melihat bentuknya yang makrifah (difinit). Syekh

    Muhammad Abduh menambahkan manusia dalam ayat ini besifat umum tetapi tidak

    termasuk kepada orang yang mukallaf (tidak terkena beban perintah agama) seperti bayi dan

    orang gila.

    kata khusr mempunyai banyak arti antara lain rugi, sesat, celaka, lemah, tipuan dan

    sebagainya yang kesemuanya mengarah kepada makna negativ, atau tidak disenangi

    siapapun. Kata tersebut dalam ayat ini berbentuk nakirah (indefinite). Ia menggunakan

    tanwin. Bentuk indifinit yang menggunakan tanwin itu memberikan arti keragaman dan

    kebesaran yakni kerugian dan kesesatan, kecelakaan yang besar dan sebagainya.

  • A G U N G P A M B U D I - 1 2 6 5 0 0 0 4

    AKHLAQ TASAWUF

    Kata la fi adalah gabungan dari la yang menyiratkan makna sumpah dan fi yang

    mengandung makna wadah atau tempat. Dengan kata tersebut tergambar bahwa seluruh

    totalitas manusia berada di dalam satu wadah kerugian,. Kerugian seakan-akan menjadi satu

    tempat atau wadah dan manusia berada serta diliputi oleh wadah tersebut.

    Jika demikian waktu harus dimanfaatkan. Apabila tidak diisi maka kita merugi, bahkan

    kalupun diisi tetapi dengan hal-hal negativ maka manusia pun akan diliputi kerugian. Di

    sinilah terlihat kaitan antara ayat pertama dan kedua dan di sini pula ditemukan sekian

    banyak hadist Nabi yang memeperingatkan manusia agar mempergunakan waktu dan

    mengaturnya sebaik mungkin. Dua nikmat yang sering dilupakan banyak manusia,

    kesehatan dan waktu.

    .3

    Artinya:

    Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh serta saling berwasiat tentang

    kebenaran dan berwasiat tentang kesabaran.

    Ayat yang lalu menegaskan bahwa semua manusia diliputi oleh kerugian yang besar dan

    beraneka ragam. Ayat d iatas mengecualikan mereka yang melakukan empat kegiatan pokok

    yaitu : Kecuali orang-orang yang beriman, dann beramal yang salih yakni yang bermanfat

    serta saling berwasiat tentang kebenaran dan ketabahan.

    Iman adalah pembenaran hati atas apa yang disampaikan Nabi. Intinya antara lain dapat

    disimpulkan dari rukun iman yang enam.Amal shalih ialah pekerjaan yang apabila dikerjakan

    terhenti atau menjadi tiada suatu mudarat, ataukah dengan pekerjaanya diperoleh manfaat dan

    kesesuaian.