a story of tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf ·...

15
Posted originally on the Archive of Our Own at http://archiveofourown.org/works/2249868. Rating: General Audiences Archive Warning: No Archive Warnings Apply Fandom: EXO (Band) Character: Kim Joonmyun | Suho, Wu Yi Fan | Kris Additional Tags: Friendship, Tragedy, Angst Stats: Published: 2014-09-03 Words: 4409 A Story of Tomorrow by Liana_DS Summary “Aku bukan leader.” “Jika bicara realita, sekarang aku juga bukan leader, Yi Fan.” -Tentang hari esok yang tidak terbaca dan goodbye stage.- Notes [Disclaimer] Wu Yi Fan dan semua karakter dari SM Entertainment bukan milik saya, tetapi milik Tuhan dan diri mereka sendiri. Lirik ‘Miracles in December’ adalah milik penciptanya. Plot sepenuhnya dari imajinasi saya dan saya tidak menarik kepentingan komersial apapun dari penulisan FF ini. [Warning] Para member saling memanggil dengan nama asli, tetapi di narasi, nama yang dipakai adalah nama panggung, mohon jangan bingung (karena bagi yang bukan EXO-L, mungkin ini agak membingungkan). No bash, dan ini sama sekali bukan ramalan (Future!AU). See the end of the work for more notes

Upload: doandiep

Post on 26-Feb-2018

260 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

Posted originally on the Archive of Our Own at http://archiveofourown.org/works/2249868.

Rating: General AudiencesArchive Warning: No Archive Warnings ApplyFandom: EXO (Band)Character: Kim Joonmyun | Suho, Wu Yi Fan | KrisAdditional Tags: Friendship, Tragedy, AngstStats: Published: 2014-09-03 Words: 4409

A Story of Tomorrow

by Liana_DS

Summary

“Aku bukan leader.”

“Jika bicara realita, sekarang aku juga bukan leader, Yi Fan.”

-Tentang hari esok yang tidak terbaca dan goodbye stage.-

Notes

[Disclaimer] Wu Yi Fan dan semua karakter dari SM Entertainment bukan milik saya,tetapi milik Tuhan dan diri mereka sendiri. Lirik ‘Miracles in December’ adalah milikpenciptanya. Plot sepenuhnya dari imajinasi saya dan saya tidak menarik kepentingankomersial apapun dari penulisan FF ini.

[Warning] Para member saling memanggil dengan nama asli, tetapi di narasi, nama yangdipakai adalah nama panggung, mohon jangan bingung (karena bagi yang bukan EXO-L,mungkin ini agak membingungkan). No bash, dan ini sama sekali bukan ramalan(Future!AU).

See the end of the work for more notes

Page 2: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

I try to find you, who I can’t see

I try to hear you, who I can’t hear

(EXO – Miracles in December)

28 Desember 2016

Konser tunggal EXO yang bertajuk ‘The Lost Planet’ kembali digelar di Guangzhou, Cina. Parapenampilnya—siapa lagi kalau bukan sebelas pemuda tampan dari planet luar tata surya—sedangdalam perjalanan menuju lokasi konser. Van mereka sangat ramai karena penghuninya sibukbercanda untuk menghilangkan tegang.

“Kkaebta.” Baekhyun memulai permainan sambung kata. Chanyeol mengeluarkan tawa khasnyayang seperti monster. Ia menyebutkan satu kata tak bermakna yang terdengar sangat aneh, lalumenunjuk si kulit susu. “Ayo, Hun!”

Si magnae mengucapkan kata yang lebih aneh (jangan lupa cadelnya) dan menyentuh lengansalah satu kakaknya. “Lu Han-hyeong, giliranmu.”

Luhan tertawa malu. “Haruskah? Ini permainan yang sangat bodoh.”

“Bodoh, tapi menyenangkan! Daripada kita tegang!” Baekhyun membela diri. Chanyeol, Chen,dan Lay menyetujui. Lay bahkan menyuruh Luhan cepat-cepat menjawab. “Setelah ini giliranku.Ayo cepat, supaya aku bisa menyebutkan kataku!”

“Baik, baik,” Luhan menyebutkan katanya, “Silakan, Xing.”

Lay dengan bahagia meneruskan suku kata terakhir Luhan. “Kyungsoo!”

Page 3: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

D.O. menggeleng cepat sambil tertawa tertahan. Ia menunjuk Tao di sebelahnya—yang kontanmenjawab dengan sama semangat dengan Lay. Tao kemudian menepuk bahu Kai. “Giliranmu!”

Kai diam saja. Tao menepuk bahunya lagi. “Ayo, Jongin!”

“Hm... aku pas. Joonmyun-hyeong saja yang jawab.” ucap Kai sambil tersenyum lemah. Taoberkedip-kedip cepat keheranan. “Kau kenapa?”

Suho yang ada di dekat Kai mengamati sang adik dengan seksama. Aneh. Sebagai magnaeberstatus lead dancer, biasanya semangat Kai selalu tinggi. “Jongin, kau sakit?”

“Tidak, Hyeong. Cuma agak capek, tetapi aku tidak apa-apa.”

“Oh... Kau mengantuk?”

“Sedikit. Lanjutkan saja mainnya. Ayo, Hyeong.”

Chanyeol dan Sehun menelengkan kepala mereka ke arah Kai. “Kelihatannya dia benar-benarsakit,” Chanyeol kemudian menoleh ke bagian belakang van, “Minseok-hyeong, ada yang butuhdipijat, nih!”

“Heh?” Xiumin melepas earphonenya, “Siapa?”

Kai segera menggeleng. Bisa mati dia kalau dipijat Xiumin—biarpun badannya kecil, tenagaXiumin dapat menghancurkan kaleng cola.

Suho tertawa. “Ya sudah. Biarkan Jongin istirahat supaya bisa tampil maksimal nanti. Sehun,ambilkan bantal kecil di dekatmu.”

Patuh, Sehun menyerahkan bantal leher pada Suho. Dia tidak bicara apa-apa, tetapi mukanya jadiserius, mengkhawatirkan partner-in-crime-nya. Kai memasang bantal itu di leher, lalumemejamkan mata.

Suho meletakkan telunjuknya di depan bibir. Para member mengangguk mengerti. Permainanberlanjut. Suho menyebutkan katanya, lalu kembali ke Xiumin, dan berputar lagi ke Baekhyun.

“Kkaebsong!”

“Sst!!!” Chen dan D.O. sama-sama menegur Baekhyun yang volume suaranya susah diatur itu,“Jongin sedang tidur!!!”

Baekhyun manyun. “Tapi Jongin itu ‘kan susah bangunnya. Biar aku berteriak, dia juga tak akandengar.”

“Tetap saja. Kasihan, tau, dia kecapekan.”

Baekhyun hendak protes lagi, tetapi tidak jadi karena Xiumin sang tetua berwibawa menyilangkantelunjuknya di depan bibir.

“Iya deh, maafkan aku.”

Kata-kata aneh kembali bersambung. Sehun sempat berhenti cukup lama karena tidak menemukankata yang lucu. Kakak-kakaknya menggoda dan hampir menimbulkan keramaian lagi, tetapi D.O.setia membungkam mereka.

Suho tersenyum saja, membiarkan Kai bersandar di bahunya tanpa sadar. Ia selalu merasa tenang

Page 4: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

jika para membernya bahagia seperti sekarang. Ia menyempatkan diri bermanja dalamkebahagiaan itu supaya mampu bertahan. Perjalanan mereka sulit dan Suho-lah yang palingkesulitan, memikul tanggung jawab atas apa yang dilakukan sepuluh anggotanya di hadapanpublik. Meski kadang ada member yang tersandung masalah, Suho tidak pernah benar-benarmenyalahkan mereka. Semua lelah, semua ingin melampiaskan rasa lelah itu, hanya tidak tahubagaimana cara yang tepat.

Yah, satu hal yang bagus adalah EXO, sejak kehilangan satu member, jadi semakin dekat satusama lain. Tidak ada rahasia, semua berbagi supaya dapat saling menguatkan dan tidak ada yanglepas lagi.

“Hyeong,” D.O. memanggil Suho—dialah member yang koneksinya paling kuat dengan sangleader tunggal, “Kenapa?”

“Tidak. Aku hanya sedang senang.”

“Senang kenapa?”

“Karena—“

Pertanyaan D.O. tidak pernah terjawab.

Bruak! Crash!!!

“Jongin, awas!!!”

“Xing! Yi Xing!!! Ukh, uhuk!”

“Jongdae di mana?!”

“Minseok-hyeong terjebak, tolong dia...”

“S-sakit... Yeol-hyeong...”

“Kyungsoo... dia masih di mobil...”

28 Desember 2016

Sebuah kecelakaan lalu-lintas yang melibatkan dua mobil dan satu van terjadi di Guangzhou,Cina. Lima belas orang tewas, tiga orang luka berat, dan dua orang luka ringan akibat peristiwa

ini. Sebelas korban tewas berasal dari van yang mengangkut personel boy group Korea EXOyang hendak menyelenggarakan konser tunggal ‘The Lost Planet’.

2 Januari 2017

Page 5: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

Jika dibolehkan, Suho ingin disuntik mati saja. Atau menggantikan tempat pengemudi van supayaia tewas bersama sepuluh membernya. Ya. Sebelas orang di van tewas, tetapi hanya sepuluh darimereka yang merupakan member EXO.

“Pasien ini sulit berkoordinasi. Keadaan mentalnya tidak baik. Bahkan keluarganya tidak bisamendekatinya karena ia cenderung melukai orang-orang yang ada di dekatnya.”

“Aku tahu ini berat, tetapi mekanisme pembelaan egonya juga jelek, sehingga keadaannyamemburuk. Apa yang harus kita lakukan?”

“Diazepamnya tidak bisa masuk, pula. Kita harus panggil dokter lagi!”

Para perawat yang bicara dalam bahasa Mandarin di luar kamar tidak diacuhkan Suho. Apalahyang dia pedulikan saat ini selain para membernya yang telah pergi. Apa yang harus ia katakanpada orang tua para member? Bagaimana ia mempertanggungjawabkan kematian sepuluhrekannya? Bagaimana ia dapat mengisi sebelas posisi jika ia sendirian? Bagaimana dengannya?Sanggupkah ia bertahan tanpa sepuluh membernya dalam bayang-bayang kenangan empat tahunke belakang?

Sehun, Kai, Tao. Magnae manja yang akhir-akhir ini makin penurut dan dewasa. D.O. ‘Ibu’pengganti yang menjadi wakil leader. Chanyeol, Chen, Baekhyun. Beagle line yang mencerahkansuasana dengan mengesampingkan kelelahan mereka sendiri. Lay. Boneka Mashi Maro yangmemiliki kebaikan seluas samudera. Luhan dan Xiumin. Hyeong tertua yang menjalankan tugasmereka dengan kebijaksanaan masing-masing.

Suho ingin mati.

Suho sungguh ingin mati daripada disiksa kesepian.

Tak ada yang dapat Suho ajak berbagi perasaan. Pertama, karena orang Korea di sini hanya orangtua dan kakaknya—mereka sudah diusir Suho dengan kasar saat pertama menginjakkan kaki dikamar. Kedua, tak ada yang bersama sepuluh member selama dirinya, jadi tentu tak ada yangmengerti kehilangan ini.

Samar, Suho mendengar suara ibunya di depan kamar, berbicara dengan seorang pria muda.

Dalam bahasa Korea.

Aneh. Ini ‘kan di Guangzhou. Siapa yang bisa bahasa Korea selancar—

“Akan saya usahakan. Baik. Saya permisi.”

Suho kenal betul suara berat itu. Bertahun-tahun bersama pemilik suara ini menanamkan memoriyang kuat di kepala Suho.

Pintu terbuka.

“Mau apa kau?” sambut Suho dingin. Terdengar pintu tertutup setelahnya. Suho harap pintunyatertutup dari luar... sayang, yang terjadi malah sebaliknya.

Orang yang masuk kamar menjawab, “Aku menjengukmu, Joonmyun.”

“Jenguk saja mantan membermu yang sudah meninggal, Wu Yi Fan!”

Bentakan Suho membuat pria yang bernama Wu Yi Fan itu mematung. Rasa sakit kembalimenusuknya. Yi Fan menarik napas dalam. Dia tidak boleh menunjukkan getar dalam suaranya

Page 6: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

pada Suho. “Aku sudah menjenguk mereka semua,” ucapnya kemudian, datar dan hampa, “Akujuga berusaha menghadiri semua upacara pemakaman, walau tidak sampai selesai.”

Dan Yi Fan melihat betapa banyaknya luka di tubuh masing-masing member akibat kecelakaanitu. Ia tak bisa membayangkan sedahsyat apa kecelakaan yang menimpa mereka dan merasa samaburuknya dengan Suho karena tidak ikut mati.

Keadaan korban yang hidup malah lebih buruk.

“Pergi.”

“Tidak akan.”

“Pergi kubilang.”

“Tidak sampai kau mau makan.”

“Aku akan mencabut infusku dan lari kalau kau tidak pergi.”

“Jangan coba-coba melakukannya.”

Frustrasi karena Yi Fan tidak mengindahkan perintahnya, Suho meraba-raba infusnya, hendakmelepas selang tipis itu. Yi Fan cepat tanggap. Ia jauhkan satu tangan Suho dari tangan yangtertancapi infus. Suho memberontak. “Lepaskan aku! Aku ingin melihat para memberku! Jikapengkhianat sepertimu saja bisa menemui mereka, kenapa aku tidak?”

Kaki Suho menendang-nendang asal hingga selimutnya tersibak tak karuan. Ia berniatmenyingkirkan Yi Fan darinya, tetapi gagal. Cengkeraman Yi Fan semakin kuat.

“Kau tidak perlu melakukannya karena itu akan menyakitimu.”

“Selama ini, aku menemani mereka melewati berbagai macam rasa sakit, bahkan saat kau pergi!Kenapa untuk yang terakhir ini, aku harus takut sakit? Akan kususul mereka. Akan kususul!”

“Joonmyun, hentikan.” Suara Yi Fan menegas.

“Sehun, Jongin, Tao! Para magnae menungguku!”

“Joonmyun, mereka sudah tiada.”

“Kyungsoo! Baek! Yeol! Jongdae! Aku harus pulang!”

“Joonmyun!”

“Minseok-hyeong, Lu Han-hyeong, dan Yi Xing tidak akan bisa mengatasi mereka semua!”

Putus asa, Yi Fan membaringkan Suho dengan paksa dan menahan dua tangan pucat nan kurusitu di sisi. Didudukinya kaki Suho supaya pemuda itu tidak dapat bergerak.

“Bagaimanapun, dulu aku pernah menjadi leader juga, Joonmyun. Patuhlah atau aku akanmemaksamu.”

Suho mengerang. “Kapan kau jadi leader? Kau lari, Yi Fan! Kau tidak mengerti!”

“Aku mengerti,” sela Yi Fan, “Meski sebentar, aku pernah bersama mereka semua. Aku samakehilangannya denganmu, karenanya aku datang.”

Page 7: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

Dari semua orang yang mungkin merasa kehilangan karena peristiwa ini, perasaan Yi Fan-lahyang paling mendekati perasaan Suho. Orang tua para member tentu sedih karena kehilanganputra mereka, tetapi perasaan mereka jelas tidak sama persis untuk sembilan orang lainnya.

Namun, Suho merasakan kesedihan yang sama untuk kesepuluh membernya.

Begitu pun Yi Fan.

Suho berhenti memberontak. Entah untuk keberapa kali, bulir-bulir bening turun dari balik perbanyang menutup matanya. Ia sedih dan malu karena tidak menyikapi masalah ini dengan dewasasesuai yang diharapkan banyak orang. Yah, ekspektasi orang-orang terhadapnya sebagai leaderboy group ini kadang terlalu tinggi.

Satu-satunya yang memahami betapa berat hal ini hanya Yi Fan.

Suho masih belum mampu melenyapkan kebenciannya terhadap Yi Fan yang dulu pergimendadak, tetapi ia harus mengakui bahwa Yi Fan senasib dengannya dalam beberapa hal.Termasuk saat ini.

Keheningan yang mengisi kamar, juga rasa letih, membuat Suho mengantuk. Di tengahkesadarannya yang terombang-ambing, Suho merasakan satu titik hangat jatuh ke punggungtangannya.

Jika Suho dapat melihat, ia yakin akan mendapati wajah menangis Yi Fan yang jelek itu.

Dan Suho tertawa.

“Bodoh. Jangan menangis.”

Lalu ia tertidur.

4 Januari 2017

Perban mata Suho dibuka, tetapi ia tidak melihat apapun selain beberapa area kelabu gelap danhitam. Ia tidak begitu terkejut. Beberapa hari sebelumnya, ia sudah diberi tahu bahwa kecelakaantelah merenggut penglihatannya.

Malah Yi Fan yang tampak sangat terpukul.

“Apa? Jangan lambai-lambaikan tanganmu di depanku seperti Eomma!” kata Suho pada Yi Fansaat merasakan angin menerpa wajahnya.

“Tidak,” Suara Yi Fan merendah, “Kau benar-benar tidak dapat melihatku?”

“Bukan hanya kau. Aku bahkan tidak bisa melihat diriku sendiri.” Suho hendak turun dariranjang, tetapi Yi Fan mencegah. Ia bersiap di samping Suho, lalu membantunya berdiri sepertibeberapa hari sebelumnya. Sayang, Suho menepis tangannya. “Aku hanya ingin ke toilet untukcuci muka, tidak usah dibantu.”

“Kau terpeleset terakhir kali berjalan tanpa dibimbing.”

“Lepaskan, Yi Fan.”

Page 8: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

“Kau tak pernah bisa memaksa siapapun, Myun. Kau bukan aku yang selalu memaksakankehendakku pada yang lainnya,” Yi Fan memegang tangan Suho erat, “Kau tipe leader yangpengertian, bukan leader penguasa, jadi tidak, kau tidak bisa memaksaku. Ayo, jalan.”

Suho berdecak. Sekali lagi ia menepis tangan Yi Fan. Ia berhasil lepas, tetapi langsung kehilangankeseimbangan dan jatuh.

“Aku sudah bilang, ‘kan?” Yi Fan menangkap Suho tepat waktu. Suho menyingkirkan tangan YiFan dari bahunya. Ia tidak ingin tampak lemah, tetapi sejujurnya, Suho berterima kasih karenasudah ditolong oleh pria itu.

Suho membasuh muka. Yi Fan berdiri di belakangnya, bersandar pada dinding toilet dengantangan terlipat di depan dada.

“Aku membencimu.” kata Suho tanpa menoleh pada Yi Fan.

“Aku tahu. Kau mengungkapkannya di hari aku pergi.”

“Kenapa sekarang kau tidak pergi setelah mengetahuinya?”

“Karena kita sedang berkabung bersama. Lagipula, kau tidak bisa berbagi rasa kehilanganmu jikatidak denganku.”

Suho mengumpat dalam hati. Kata-kata Yi Fan itu tepat sekali.

“Kau bersikap seolah-olah kau sangat dibutuhkan, padahal kau tidak pernah muncul di saat benar-benar dibutuhkan. Ingat konser pertama yang terancam batal gara-gara kau pergi tanpa alasan?Kau pikir lucu, bertindak seenaknya begitu dan menyusahkan kami?”

Tidak langsung berjawab.

“Mungkin itu kesalahan terbesar yang kulakukan. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”

Suho tersenyum sinis. “Terlalu terlambat untuk kembali ke EXO, tahu.”

“Belum benar-benar terlambat. ‘Kan masih ada kau. Dan kurasa aku bisa membantumu soalperasaan ditinggalkan.”

“Maksudmu?”

Yi Fan menyisipkan jemari ke sela-sela rambut hitamnya. “Ketika kau sebenarnya tidak inginberpisah dengan teman-temanmu, tetapi kondisi memisahkanmu paksa... Kau tidak pernahmengalaminya sebelum sekarang, bukan? Aku sudah.”

Mungkin, Yi Fan sedang membicarakan perihal keluarnya dia dari boy group yang telahmembesarkan namanya dulu.

“Satu hal lagi. Aku ingat Sehun pernah berkata pada kita untuk tidak bertengkar. Rasanya kejamsekali kalau—“

“Jangan pernah menyebut nama member lagi di depanku!”

Yi Fan bungkam seketika. Suho menutup matanya yang mulai basah lagi. “Kumohon. Kumohonjangan.”

“Apa kau ingin lari dari kenanganmu bersama mereka? Kau akan gagal.”

Page 9: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

“Sok tahu.”

“Sekali kau menjadi bagian dari EXO, kau akan tetap di sana, sekalipun kau keluar atau grup inibubar. Kenangan itu akan terus melekat bersamamu.”

Yi Fan itu jujur dan kejujuran agaknya menyakitkan Suho. Akan tetapi, kejujuran tidak pernahsemenyakitkan kebohongan. Demi menghiburnya, semua orang boleh bilang bahwa Suho suatusaat akan melupakan EXO, tetapi tidak. Suho hanya akan membohongi diri sendiri jika percayaitu.

Setelah sekian tahun, baru hari ini Suho dapat menghargai sepenuhnya pendapat Yi Fan.

“Besok kau keluar dari rumah sakit,” Yi Fan memecah keheningan, “Ada rencana? Jika tidak, akuakan mengajakmu pergi ke beberapa tempat.”

“Memangnya kau tidak ada jadwal?” tanya Suho dengan nada mengusir.

“Katakanlah aku gila, tapi aku sudah membatalkan semua jadwalku untuk merencanakanperjalanan ini.” jawab Yi Fan sama ketus. Suho terbelalak. Jam terbang Yi Fan sebagai solois danaktor sangat tinggi—dan ia membatalkan semuanya?

“Kau baru saja rugi besar, Tuan Wu. Aku tidak mau ikut.”

“Kalau begitu, kau juga baru saja rugi besar karena menolak mengunjungi makam para member,Tuan Kim.”

Suho sekali lagi mengumpat dalam hati. Yi Fan mengangkat satu sudut bibirnya penuhkemenangan.

“Kau sungguh-sungguh tidak mau ikut?”

14 Januari 2017

Suho meletakkan seikat bunga di depan nisan salah satu magnaenya, lalu meraba nisan itu untukmemastikan siapa yang dikunjunginya. Ia tersenyum setelah membaca ukiran hangul di nisan itu.

“Jongin. Maaf aku terlambat datang. Selamat ulang tahun yang ke-24, ya.”

Yi Fan berdiri dekat Suho. Matanya terfokus pada ukiran nama di nisan itu. Kim Jongin, dikenaldi panggung sebagai Kai. Bocah tan yang paling penurut di antara tiga magnae, tetapi palinggampang dihasut. Dancer muda yang energik, pantang menyerah, tetapi agak malu-malu kalauberhadapan dengan kamera. Kai yang berumur 21 tahun, sejauh ingatan Yi Fan, adalah Kai yangseperti itu. Entah Kai yang berumur 23 tahun, yang besar bersama Suho.

Tapi Yi Fan enggan bertanya. Ia sadar masa lalu hanya akan menyakiti Suho.

“Jongin yang terakhir, ‘kan?” tanya Yi Fan, mengkonfirmasi ujung dari tur kematian ini. Suhomengangguk, masih mengusap nisan Kai.

“Saat debut, kita berdua seumuran dengan dia sekarang.”

Yi Fan menengadah. Mereka debut sebagai EXO lima tahun lalu. Saat itu, Yi Fan berumur 23,Suho 22. Tidak begitu jauhlah dengan umur Kai kini.

Page 10: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

“Jongin masih 19 tahun. Sehun baru akan 19. Mereka kecil sekali dan malu-malu saat disuruhberaegyo.” lanjut Suho.

“Showcase, ya?”

“Hm. Usai showcase, kita berdua berpisah. Kau ke Cina dengan EXO-M, aku di Korea denganEXO-K. Memberku merindukan membermu, membermu merindukan memberku. TerutamaBaekhyun, semua merindukannya.”

“Tapi kegiatan promosi tetap berjalan sendiri-sendiri hingga masuk era ‘Wolf’,” Yi Fan tertawagetir, “Kita bersatu. Dan aku ingat Chanyeol, dengan muka bodohnya itu, dikira member EXO-Moleh seorang host gara-gara tinggi badannya.”

“Sejak itu, kita selalu tampil berdua belas. Kita lebih mengenal satu sama lain. Kita bekerja kerashingga sampai di puncak kesuksesan--”

“Jangan diteruskan.”

Siapapun tahu kelanjutannya. Member dengan nama panggung Kris keluar dengan alasan yangbelum pasti hingga saat ini. Persiapan konser makin berat bagi sebelas yang tersisa, tetapi merekatidak berhenti, terlepas dari fans yang terpecah dan masalah-masalah lain yang bermunculan.Justru setelah EXO menjadi sebelas orang, panggung menyambut mereka dengan lebih terbuka.Chen dan Baekhyun mulai menyanyi solo. D.O., Chanyeol, Luhan, dan Tao menjadi aktor.Subgrup dance dibentuk, begitu pula dengan subgrup vokal dan band. Bakat yang ditampilkan di‘The Lost Planet’ juga makin beragam.

Sekarang, Suho akan menjadi satu-satunya orang yang berdiri di atas panggung yang harusnyadiisi sebelas orang.

Ah. Sial. Seandainya saja Yi Fan masih menjadi Kris, Suho tidak akan sendirian.

“Aku...” Suho membuyarkan lamunan Yi Fan, “...harus memberikan setidaknya satu panggungperpisahan untuk EXO-L.”

Yi Fan sontak menoleh. “Kau sendiri?”

“Bagaimana lagi? Memang hanya aku yang tersisa. Selain itu, apa yang telah kami mulai tidakboleh berakhir seperti ini saja.”

“Kau sendirian, Joonmyun. Kau memiliki keterbatasanmu. Atau kau lupa bahwa kau sudah butasekarang?”

“Tidak, tetapi aku ingat Jongin bilang akan menumpahkan seluruh passionnya dan berani matidemi sebuah panggung. Aku ingat kata Tao bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.Baekhyun juga mengatakan bahwa kehidupan adalah jalan penuh usaha. Maka aku akan berjuangmenghidupkan kesepuluh jiwa yang telah pergi meski hanya sendiri, jadi hidupku akanbermakna!”

“Apa kau lupa kata Kyungsoo bahwa EXO akan bersinar di panggung jika kita berdua belas?”Suara Yi Fan meninggi, “Kau tidak bisa menjadi sebelas orang sekaligus, Myun!”

“Jika kau ingat itu, kenapa kau tidak kembali sebelum semuanya terlambat?”

Perdebatan itu berakhir sebelum sempat klimaks.

Yi Fan sebenarnya mendukung keputusan Suho, tetapi dengan keadaan Suho kini, ia ragu Suho

Page 11: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

mampu membangkitkan sebuah panggung untuk sebelas orang tanpa melukai diri sendiri.Mungkin sedikit irrasional, tetapi alasan Suho untuk memberikan satu penampilan penutup yangtak terlupakan juga sangat kuat. Intinya, panggung yang diinginkan Suho harus berdiri. Salamperpisahan harus diberikan.

Suho tertunduk.

“Perjalanan kita bersama terlalu berharga dan aku hanya tidak ingin menyia-nyiakannya.”

Tentu saja. Yi Fan pernah merasakan sakit bersama Suho dan sepuluh orang lainnya. Yi Fanmenjalani beratnya lima tahun sebelum debut yang seolah tiada akhir. Setelah debut pun, merekaterus berusaha memperbaiki diri. Jika itu berakhir tanpa kesan seperti kisah Kris-nya dulu, makasepuluh member jelas akan kecewa.

Mungkin, untuk inilah Yi Fan ada di sisi Suho.

Untuk satu panggung terakhir.

Yi Fan menggandeng Suho yang matanya mulai berkaca-kaca lagi. Suho mendongak, tetapi YiFan tidak memandangnya, melainkan memandang makam Kai. Lama. Suho tak tahu apa yangdipikirkan Yi Fan, tetapi kemudian, Yi Fan menarik Suho pergi.

“Yi Fan, apa yang kau lakukan?”

“Bersiap-siap untukmu,” Mendadak Yi Fan berbalik, “Sampaikan salam dulu pada Jongin, lalukita ke agensi dan merencanakan semuanya.”

31 Januari 2017

Yi Fan melemparkan semua gengsinya demi Suho dan EXO. Beruntung, usaha dua orang inimembuahkan hasil. Mereka mendapatkan satu panggung sederhana untuk sebuah persembahanterakhir. Suho akan membawakan tiga lagu saja, tanpa dance. Demi panggung terakhir ini, Suhoberlatih vokal semaksimal mungkin.

Para artis di agensi menatap Yi Fan aneh. Tak satupun dari mereka menyangka bahwa Yi Fan-lahyang membimbing Suho dalam kegelapan selama ini. Yi Fan menelan pandangan mengejek itubulat-bulat, dalam hati bersyukur bukan Suho yang harus menerimanya. Yi Fan mendampingiSuho latihan—dan mereka kembali. Seperti dulu. Bedanya, sekarang mereka hanya berdua.

Hari itu akhirnya datang.

“Slide show saja sudah membuat mereka menangis,” gumam Suho dari backstage ketikamendengar para fansnya tersedu, “Aku tak yakin aku sendiri akan kuat menyanyikan tiga lagu danmemberi salam di atas sana.”

“Tak apa. Kau ‘kan sudah berusaha.”

Tangan Suho dengan sendirinya menghampiri tangan Yi Fan yang ada di bahunya.

“Terima kasih, Kris.”

Yi Fan terhenyak karena namanya berubah. “Apa?”

Page 12: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

“Kris,” Suho tersenyum, “Kumohon. Hari ini saja, jadilah Kris.”

Yi Fan bingung harus mengatakan apa. Ia mendekatkan tubuh kurus Suho padanya. Mungkinsupaya Suho bisa merasakan detak jantungnya yang tak teratur ketika nama panggungnya disebutlagi.

“Maaf baru pulang sekarang, Suho.”

Yi Fan menerima sebuah anggukan maklum yang melegakannya.

Slide show selesai. Ragu, Suho melangkah masuk panggung. Yi Fan memegang tangannya. Ditengah panggung, terdapat sebuah kursi. Di sanalah Suho duduk. Gemuruh memenuhi udara daribarisan penonton ketika para fans menyadari kehadiran Suho dan seseorang di sampingnya.

Musik dimainkan. Suho menghela napas dan mulai bernyanyi. Tentang cinta kepada orang asing.Seseorang yang membawa sang penyanyi ke dunia baru. Seseorang yang kelak dilindungi dariberbagai bahaya oleh sayap-sayap sang penyanyi.

Kris menyanyi bersama Suho, itu jelas.

Suho gemetar ketika semua fans ikut menyanyi. Ia menggenggam tangan Kris, sedikit lega karenatak perlu melihat lautan manusia di hadapannya. Kris menggenggam balik tangannya, merasakangetaran yang lebih hebat karena bisa melihat kerumunan di sana.

Tapi keduanya berjanji untuk tidak menangis.

Lagu pertama terlewati dengan lumayan baik.

Lagu kedua berisikan permohonan pada seseorang supaya ia tidak pergi. Seseorang itu begituindah, yang ditinggalkan akan merasa sedih jika ia benar menghilang. Bahkan jika pagi datang,sang penyanyi tidak ingin ditinggalkan—atau terjadi badai perasaan yang hebat.

Lagu ketiga adalah akhir kisah. Setelah sebuah pertemuan dan permohonan untuk tetap tinggal,akhirnya orang yang dicintai sang penyanyi harus pergi. Dari kepergian orang terkasihnya, sangpenyanyi mendapatkan kekuatan baru dalam hatinya. Sang penyanyi memutuskan untuk tetapmencintai yang telah pergi. Meski begitu, perpisahan ini sangat menyakitkan hingga sangpenyanyi ingin memutar mundur waktu ke suatu musim bersalju yang penuh kenangan.

Ketika lagu ketiga selesai, entah sudah berapa banyak fans yang jatuh dalam kesedihan. PadahalSuho belum menyampaikan salamnya.

“Kris,” bisik Suho, “maaf aku banyak meminta, tetapi bisakah kau memberi salam bersamaku?”

Ah. Salam yang nostalgik itu.

“Baiklah.”

Suho menghela napas sekali lagi. Ia bangkit dari duduknya, membungkuk bersama Kris, dankemudian menyapa fans dengan salam khas mereka.

“We are one! Kami adalah EXO!”

Para fans menjerit karena pertama: harusnya salam itu diucapkan, setidaknya, oleh sebelas orang.Kedua: ‘Kris’ sebenarnya bukan lagi bagian dari EXO.

“Aku ingin mengucapkan terima kasih pada kalian yang telah hadir di sini, padahal ini bukanlah

Page 13: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

panggung besar seperti biasanya. Terlebih, hanya aku yang ada di sini...” Suho berdehem,“...bersama Kris.”

Jujur, Kris baik-baik saja walaupun Suho meniadakannya. Tak masalah. Toh EXO memanghanya tersisa seorang, tetapi Suho tetap menariknya masuk.

“Aku sebagai wakil dari EXO minta maaf karena hari ini tidak bisa menampilkan yang terbaik,”Suara Suho mulai bergetar di sini, “juga karena kami mendadak harus menghentikan seluruhaktivitas. Semua ini di luar kendali kami.

Panggung ini mestinya diisi sebelas—tidak—dua belas orang dan aku sangat menyesal karenatidak bisa memenuhi penantian kalian lagi. Dengan berakhirnya penampilan ini, EXO akanmengakhiri seluruh kegiatannya dari dunia hiburan, tetapi kuharap, kalian tetap mengingat kamikarena setiap panggung kami bersama kalian tidak tergantikan...”

Leher Suho tercekat. Ia dalam bahaya besar. Mendadak, ia memalingkan wajah dan memberikanmikrofonnya pada Kris, padahal di rencana awal, Kris tidak mendapat jatah bicara. Gugup, Krismenerima mikrofon—

--dan bicara dengan sangat hati-hati, seperti dulu ketika masih menjadi leader yang bergantianbicara dengan Suho.

“Aku... akan bicara atas nama Suho,” Kris merengkuh bahu Suho yang sangat rapuh itu, “EXOberterima kasih untuk dukungan dan cinta kalian. Usaha keras EXO tak akan ada artinya tanpakalian. Aku yakin, sepuluh member lain juga akan menyimpan kenangan kita bersama. EXOmemang tidak akan ada lagi setelah ini—selain di hati kalian masing-masing. Semoga semuanyaberjalan baik di masa depan, untuk personel EXO dan juga kalian para fans.”

Suho menarik pelan lengan Kris, lalu membisikkan sesuatu padanya. Kris mengiyakan.

“Sebelum kami pergi,” Suho menyuguhkan senyumnya yang terindah, “bolehkah kamimendengar ‘EXO, let’s love!’ yang terakhir dari kalian?”

Kembali gemuruh memenuhi udara dari barisan penonton. Suho tertawa kecil. “Setelah akumengatakan ‘EXO’... kalian tahu harus menjawab apa, bukan?”

Para penonton mengiyakan dan Suho, tanpa melihat pun, dapat menemukan paduan aneh antarakebahagiaan dan kesedihan dalam kerumunan fans.

Kris tersenyum sedih ketika Suho berteriak parau.

“EXO!”

“Let’s love!”

Sebagai penghormatan pada semua orang yang menjawab salam penutup ini, Suho dan Krismembungkukkan tubuh mereka, mengucapkan terima kasih sekali lagi, dan berjalan menurunipanggung.

Suho terlalu lelah hingga Yi Fan harus membantunya duduk di kursi. Pemuda yang lebih kecilberjuang melawan isaknya sendiri, sedangkan pemuda yang lebih besar dengan tenangmembiarkan satu persatu air matanya menetes. Yi Fan selalu menganggap Suho pemimpin yangtangguh, tetapi ternyata, hari ini keadaan berbalik. Setengah jam, tidak ada yang bertukar katahingga Suho menautkan tangannya pada tangan Yi Fan.

“Terima kasih banyak sudah menemaniku sampai saat ini. Senang bekerja sebagai sesama leader

Page 14: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

denganmu, dulu dan sekarang.”

Satu tawa sengau lolos dari bibir Yi Fan. “Aku bukan leader.”

“Jika bicara realita, sekarang aku juga bukan leader, Yi Fan,” Suho mengusap air matanya, “Akutidak memimpin siapapun lagi. Teman-teman kita telah pergi ke tempat yang lebih baik, bukanbegitu?”

“Hm,” Yi Fan kembali memeluk Suho dari sisi, “Mereka yang terbaik dan kau adalah pemimpindari yang terbaik. Kau hebat.”

“Kau juga, dan aku minta maaf telah menyebutmu sebagai orang yang mengecewakan ketika kaupergi.”

“Sepertinya kita sehati sekali hari ini. Apa kekuatan telepati Lu Han berpindah? Ya, aku jugaminta maaf karena pergi dengan begitu egoisnya dan menyusahkan kalian semua.”

Ponsel Yi Fan berdering. Yi Fan sempat mendumel kesal karena merasa terganggu, tetapi ternyataitu nomor manajernya. Yi Fan mohon izin untuk mengangkat telepon dan berjalan menjauh.Percakapan di antara mereka memahamkan Suho bahwa ia telah cukup banyak menyita waktuberharga Yi Fan atas nama EXO.

Siapa yang egois sekarang?

Usai menutup telepon, Yi Fan berbalik—dan Suho langsung menubruknya. Mendekapnya sepertianak kecil yang tidak ingin dipisah dengan boneka raksasanya.

“Selamat jalan,” Suho menghela napas beberapa kali untuk menenangkan diri, “Sukses selalu, YiFan.”

“Tapi, bagaimana denganmu?” Kecemasan kental terdengar dalam kata-kata Yi Fan, “Apa yangakan kau lakukan setelah ini?”

“Banyak hal. Aku akan belajar Braille, memakai tongkat, melatih Byul anjingku supaya bisa jadipenunjuk jalan, sekolah lagi mungkin, dan... dan mengenang waktuku bersama EXO,” Sudutmata Suho melengkung sedih, “Aku memiliki keluargaku, Yi Fan, jadi jangan khawatir.Walaupun ada satu keluargaku yang sudah tidak mendampingiku, aku baik-baik saja. Lagipula,aku ini tipe pekerja keras, meski hanya untuk hal kecil.”

Bagi Yi Fan, Kim Joonmyun adalah sebuah paradoks. Joonmyun pernah menjadi salah satu batusandungan dalam karir Yi Fan akibat pernyataannya yang terkesan menjatuhkan Yi Fan, tetapi disebagian besar hidup Yi Fan, Joonmyun adalah inspirasi. Partner. Adik, dalam beberapa waktu.Kakak, di waktu-waktu lain. Pandangan Joonmyun terhadap Yi Fan juga sama—dan keduanyamerasa beruntung pernah dipertemukan dalam ikatan yang cukup erat.

“Terima kasih, Joonmyun,” bisik Yi Fan, “Aku menyayangimu. Berjuanglah, karena aku jugaakan berjuang.”

Joonmyun memejamkan matanya erat-erat, seakan menolak kepergian Yi Fan sebentar lagi. Tiaptarikan napasnya berat dan sakit.

“Terima kasih kembali, Yi Fan. Sampai jumpa lagi. Aku juga menyayangimu.”

Sang manajer telah menunggu Yi Fan di luar lokasi konser, jadi Yi Fan harus buru-buru. Setelahmelepaskan pelukannya, Yi Fan tersenyum, melambai ke arah Joonmyun (yang entah bagaimanamengetahui ini dan melambai balik), lalu pergi. Joonmyun membalikkan tubuh pula, melangkah

Page 15: A Story of Tomorrow - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/24288/242883624.pdf · komersial apapun dari penulisan FF ini. ... kau sakit? ” “Tidak, Hyeong

pulang.

Hari esok telah menunggu Kim Joonmyun dan Wu Yi Fan di dua jalan berbeda. Dua jalan yangakan berujung di satu titik yang sama. Satu titik di mana sepuluh orang menunggu dengan senyumhangat nan bangga.

I didn’t know how thankful your love wasI thought it would stop once it ended

But every day, I’m fixingmyself to want you

I think my love will endlessly continue

I stop time And go back to you

I open your pageIn my book of memories

I am there inside

Inside that winter.

(EXO – Miracles in December)

TAMAT

End Notes

Jiwa psycho kumat di malam hari + Miracles in December + kangen pair KrisHo = FFmirip drama cengeng, word vomit, dengan sepuluh death chara dan alur yang aneh.Maafkan aku EXO-L. Maafkan aku, tolong jangan bash aku. Ini ide nempel terus sampaidia dikeluarkan. Setidaknya sekarang aku sudah lepas darinya.ada yang tahu suho nyanyi lagu apa di konser perpisahan?P.S. Maaf KrisHonya OOC.

Please drop by the archive and comment to let the author know if you enjoyed their work!