repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › chapter ii.pdf... · bab...

24
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mata Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah lapisan pertama sclera, kornea; lapisan kedua: koroid, badan siliaris, iris, dan lapisan ketiga yaitu retina dan jaringan saraf. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Gambar 2.1. Bagian anterior bola mata Bulbus okuli terletak pada cavum orbitalis yang dibentuk oleh : Os frontalis Os maxilla Os zygomaticus Os sphenoidalis Os ethmoidalis Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 25-Feb-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi mata

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga

lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah lapisan pertama

sclera, kornea; lapisan kedua: koroid, badan siliaris, iris, dan lapisan ketiga yaitu

retina dan jaringan saraf. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang

protektif dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata.

Gambar 2.1. Bagian anterior bola mata

Bulbus okuli terletak pada cavum orbitalis yang dibentuk oleh :

• Os frontalis

• Os maxilla

• Os zygomaticus

• Os sphenoidalis

• Os ethmoidalis

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

5

• Os lacrimalis

• Os palatinum

Gambar 2.2. penampang anterior tulang orbita

Enam otot ekstraokuler mengendalikan gerak masing-masing mata: empat

muskulus rektus dan dua oblikus. Keempat muskulus rektus mempunyai origo

pada anulus Zinn yang mengelilingi nervus optikus pada apeks posterior orbita.

Mereka disebut sesuai insertionya kedalam sklera pada permukaan medial, lateral,

inferior, dan superior mata. Fungsi utama otot-otot berturut-turut adalah untuk

adduksi, abduksi, menurunkan, dan mengangkat bola mata. Kedua muskulus

obliquus terutama mengendalikan gerak torsional dan, lebih sedikit, gerak bola

mata ke atas dan ke bawah. Oblikus superior adalah otot mata terpanjang dan

paling tipis. Origonya di atas dan medial foramen optikum dan menutupi sebagian

origo muskulus levator palpebrae superioris. Obliquus inferior berorigo pada sisi

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

6

nasal dinding orbita tepat di belakang tepian inferior orbita dan lateral dari duktus

nasolakrimalis (Eva, 2000).

Gambar 2.3. Otot yang menggerakkan bola mata beserta persarafannya

Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina.

Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina

mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari

cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan

difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel

fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan

menjalarkannya ke otak (Eva, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

7

Gambar 2.4 Potongan horizontal penampang bola mata

Vaskularisasi Bola Mata

Pemasok utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteriophtalmica,

yaitu cabang besar pertama arteri karotis interna bagian intrakranial. Cabang ini

berjalan di bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis optikus

menuju ke orbita. Cabang intraorbital pertama adalah arteri sentralisretina, yang

memasuki nervus optikus sebesar 8-15 mm di belakang bola mata. Cabang-

cabang lain arteri oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang memvaskularisasi

glandula lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang-cabang muskularis ke berbagai

otot orbita, arteri siliaris posterior longus dan brevis, arteri palpebra medialis ke

kedua kelopak mata, dan arteri supra orbitalis serta supratroklearis (Eva, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

8

Gambar 2.5. Vaskularisasi pada bola mata

Arteri siliaris posterior brevis memvaskularisasi koroid dan bagian

nervusoptikus. Kedua arteri siliaris longus memvaskularisasi badan siliar dan

bersama arteri siliaris anterior membentuk sirkulus arteriosus major iris. Arteri

siliaris anterior berasal dari cabang-cabang muskularis dan menuju ke muskuli

rekti. Arteri ini memvaskularisasi sklera, episklera, limbus, konjungtiva, serta ikut

membentuk sirkulus arteriosus major iris. Drainase vena-vena di orbita terutama

melalui vena oftalmika superior dan inferior, yang juga menampung darah dari

vena vorteks, vena siliaris anterior,dan vena sentralis retina. Vena oftalmika

berhubungan dengan sinus kavernosus melalui fisura orbitalis superior dan

dengan pleksus venosus pterigoideus melaluifisura orbitalis inferior (Eva, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

9

Nervus Optikus

Dibentuk oleh akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina, yang

membentuk lapisan serabut saraf, lapisan retina terdalam. Kontusio dan konkusio

dapat menyebabkan edem dan inflamasi di sekitar diskus optik berupa papilitis,

dengan sekuele berupa papil atrofi. Keadaan ini sering disertai pula dengan

kerusakan koroid dan retina yang luas. Kontusio dan konkusio yang hebat juga

mengakibatkan ruptur atau avulsi nervus optikus yang biasanya disertai kerusakan

mata berat (Asbury, 2000).

Terjadinya trauma okuli dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada

jaringan mata,yaitu :

a. Palpebra

Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang berfungsi

melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Meskipun bergantung kekuatan

trauma, trauma tumpul yang mengenai mata dapat berdampak pada palpebra,

berupa edema palpebra, perdarahan subkutis, dan erosi palpebra (Eva, 2000).

b. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan

dengan kulit pada tepi kelopak dan dengan epitel kornea di limbus (Eva, 2000).

Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi

inflamasi dan terjadi perdarahan jika trauma. Dampak trauma pada konjungtiva

adalah perdarahan sub-konjungtiva atau khemosis dan edema. Perdarahan

subkonjungtiva umumnya tidak memerlukan terapi karena akan hilang dalam

beberapa hari. Pola perdarahan dapat bervariasi, dari ptekie hingga makular. Bila

terdapat perdarahan atau edema konjungtiva yang hebat, maka harus diwaspadai

adanya fraktur orbita atau ruptur sklera (Catalano, 1992).

c. Sklera & episklera

Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan ini

padat dan berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

10

dan duramater nervus optikus di sebelah posterior. Beberapa lembar jaringan

sklera berjalan melintang bagian anterior nervus optikus sebagai lamina cribosa.

Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan

elastik halus, episklera, yang mengandung banyak pembuluh darah yang

memasok sklera (Eva, 2000).

Ruptur sklera ditandai oleh adanya khemosis konjungtiva, hifema total, bilik

depan yang dalam, tekanan bola mata yang sangat rendah, dan pergerakan bola

mata terhambat terutama ke arah tempat ruptur. Ruptur sklera dapat terjadi karena

trauma langsung mengenai sklera sampai perforasi, namun dapat pula terjadi pada

trauma tak langsung (Catalano, 1992).

d. Kornea

Kornea adalah jaringan transparan kornea terletak di sklera di limbus, lekuk

melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea dewasa rata-

rata mempunyai tebal0,54 mm di tengan, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya

sekitar 11,5 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisanyang

berbeda-beda yaitu: lapisan epitel (yang bersambungan dengan lapisan epitel

konjungtiva bulbaris), lapisan bowman, lapisan stroma, lapisan descement, dan

lapisan endotel (Eva, 2000).

Edema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam.

Edema interstisial dalah edema yang terjadi di substania propria yang membentuk

kekeruhan seperti cincin dengan batas tegas berdiameter 2 – 3 mm (Catalano,

1992).

Membran descemet bila terkena trauma dapat berlipat atau robek dan akan

tampak sebagai kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akan

terjadi inhibisi humor aquous ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi

edema. Bila robekan endotel kornea ini kecil, maka kornea akan jernih kembali

dalam beberapa hari tanpa terapi (Catalano, 1992).

Deposit pigmen sering terjadi di permukaan posterior kornea, disebabkan

oleh adanya segmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat terjadi di

setiap lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi jarang menyebabkan

perforasi (Eva, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

11

e. Uvea

Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid. Bagian ini adalah lapisan

vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini ikut

memasok darah ke retina (Eva, 2000).

• Iris

Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior. Iris berupa suatu

permukaan pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris terletak

bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera

anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi humor aqueus. Iris

mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada

prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas

parasimpatis yang dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang

ditimbulkan oleh aktivitas simpatis. Segera setelah trauma, akan terjadi miosis dan

akan kembali normal bila trauma ringan. Bila trauma cukup kuat, maka miosis

akan segera diikuti dengan iridoplegi dan spasme akomodasi sementara. Dilatasi

pupil biasanya diikuti dengan paralisis otot akomodasi, yang dapat menetap bila

kerusakannya cukup hebat. Penderita umumnya mengeluh kesulitan melihat dekat

dan harus dibantu dengan kacamata.

Perdarahan pada jaringan iris dapat pula terjadi dan dapat dilihat melalui deposit-

deposit pigmen hemosiderin (Eva, 2000).

• Korpus siliaris

Korpus siliaris, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan

melintang, membentang ke depan dari ujung anterioir khoroid ke pangkal iris

(sekilta 6 mm). Korpus siliaris terdiri dari suatu zona anterior yang berombak-

ombak, pars plikata dan zona posterior yang datar, pars plana. Processus siliaris

berasal dari pars plikata. Processus siliaris dan epitel siliaris pembungkusnya

berfungsi sebagai pembentuk humor aquaeus. Kerusakan vaskular iris, akar iris,

dan korpus siliaris dapat menyebabkan terkumpulnya darah di kamera okuli

anterior, yang disebut hifema. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris

atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan

merusak sudut kamera okuli anterior. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

12

pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam kamera okuli

anterior, mengotori permukaan dalam kornea (Eva, 2000).

• Khoroid

Khoroid adalah segmen posterior uvea, diantara retina dan sklera. Khoroid

tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid; besar, sedang, dan kecil.

Semakin dalam pembuluh terletak di dalam khoroid, semakin lebar lumennya.

Kontusio dan konkusio bola mata menyebabkan vitreus menekan koroid ke

belakang dan dikembalikan lagi ke depan dengan cepat (contra-coup) sehingga

dapat menyebabkan edema, perdarahan, dan robekan stroma koroid. Bila

perdarahan hanya sedikit, maka tidak akan menimbulkan perdarahan vitreus.

Perdarahan dapat terjadi di subretina dan suprakoroid. Akibat perdarahan dan

eksudasi di ruang suprakoriud, dapat terjadi pelepasan koroid dari sklera. Ruptur

koroid secara oftalmoskopik terlihat sebagai garis putih berbatas tegas, biasanya

terletak anterior dari ekuator dan ruptur ini sering terjadi pada membran Bruch.

Kontusio juga dapat menyebabkan reaksi inflamasi, nekrosis, dan degenerasi

koroid (Eva, 2000).

f. Lensa

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir

transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang

iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkan dengan korpus siliare.

Disebelah anterior terdapat humor aquaeus, dan disebelah posteriornya terdapat

viterus. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermiabel yang akan

memperbolehkan air dan elektrolit masuk (Eva, 2000).

Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula (zonula

zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan

menyisip ke dalam ekuator lensa (Eva, 2000).

Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi

lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik

kuning retina. Kerusakan yang terjadi pada lensa paska-trauma adalah kekeruhan,

subluksasi dan dislokasi lensa. Kekeruhan lensa dapat berupa cincin pigmen yang

terdapat pada kapsul anterior karena pelepasan pigmen iris posterior yang disebut

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

13

cincin Vosslus. Kekeruhan lain adalah kekeruhan punctata, diskreta, lamelar aau

difus seluruh massa lensa (Eva, 2000).

Akibat lainnya adalah robekan kapsula lensa anterior atau posterior. Bila robekan

kecil, lesi akan segera tertutup dengan meninggikan kekeruhan yang tidak akan

mengganggu penglihatan. Kekeruhan ini pada orang muda akan menetap,

sedangkan pada orang tua dapat progresif menjadi katarak presenil. Dengan kata

lain, trauma dapat mengaktivasi proses degeneratif lensa (Eva, 2000).

Subluksasi lensa dapat aksial dan lateral. Subluksasi lensa kadang-kadang tidak

mengganggu visus, namun dapat juga mengakibatkan diplopia monokular, bahkan

dapat mengakibatkan reaksi fakoanafilaktik. Dislokasi lensa dapat terjadi ke bilik

depan, ke vitreus, subskleral, ruang dalam retina, konjungtiva, dan ke subtenon.

Dislokasi ke bilik depan sering menyebabkan glaukoma akut yang hebat, sehingga

harus segera diekstraksi. Dislokasi ke posterior biasanya lebih tenang dan sering

tidak menimbulkan keluhan, tetapi dapat menyebabkan vitreus menonjol ke bilik

depan dan menyebabkan blok pupil dan peninggian TIO (Eva, 2000)

g. Retina

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan

multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.

Lapisan-lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut:

• Membrana limitans interna

• Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang

berjalan menuju ke nervus optikus

• Lapisan sel ganglion

• Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan sel

ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar

• Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal

• Sel pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-sambungan sel bipolar

dan sel horizontal dengan fotoreseptor

• Lapisan inti luar sel fotoreseptor

• Membrana limitans eksterna

• Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

14

• Epitelium pigmen retina

Edema retina terutama makula sering terjadi pada kontusio dan konkusio

okuli. Bila hebat dapat meninggalkan bekas yang permanen. Edem retina bisa

terjadi pada tempat kontusio, tetapi yang paling sering terjadi mengenai sekeliling

diskus dan makula. Dapat pula terjadi nekrosis dan perdarahan retina yang pada

proses penyembuhan akan meninggalkan atrofi dan sikatrik (Eva, 2000).

Pada edem makula, tampak retina di sekeliling makula berwarna putih ke abu-

abuan dengan bintik merah di tengahnya, menyerupai gambaran oklusi arteri

retina sentralis. Edema dapat berkembang menjadi kistik atau macular hole. Bila

edema tidak hebat, hanya akan meninggalkan pigmentasi dan atrofi. Segera

setelah trauma, terjadi vasokonstriksi yang diikuti oleh vasodilatasi, menyebabkan

edema dan perdarahan. Perdarahan dapat terjadi di retina, subhyaloid, atau bahkan

dapat ke vitreus, sehingga pada penyembuhannya menyebabkan retinopati

proliferative.

Robekan retina jarang terjadi pada mata sehat. Biasanya robekan retina terjadi

pada mata yang memang telah mengalami degenerasi sebelumnya, sehingga

trauma yang ringan sekalipun dapat memicu robekan. Ruptur retina sering disertai

dengan ruptur koroid. Dialisis ora serata sering terjadi pada kuadran

inferotemporal atau nasal atas, berbentuk segitiga atau tapal kuda, disertai dengan

ablasio retina (Eva, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

15

2.2 Trauma mata

2.2.1 Pengertian trauma mata

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan

yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan

kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma

mata (Sidarta, 2005).

Trauma mata adalah penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan

dewasa. Dewasa muda terutama pria merupakan pasien terbanyak untuk trauma

mata penetrasi (Augsburger & Asbury, 2008). Berdasarkan Birmingham Eye

TraumaTerminology (BETT), (Kuhn F, 2002) mengklasifikasikan trauma mata

berdasarkan diagram dibawah ini:

Berdasarkan diagram yang dikategorikan oleh Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), berikut adalah penjelasannya yaitu :

a. Trauma tertutup adalah luka pada dinding bola mata (sklera atau kornea)

dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler.

• Kontusio adalah trauma tertutup pada bola mata yang disebabkan

oleh benda tumpul. Trauma ini dapat mempengaruhi dan

menyebabkan kerusakan-kerusakan di tempat yang lain dari mata.

Trauma mata

trauma tertutup

kontusiolaserasi lamellar

trauma terbuka

laserasi

penetrasi perforasi IOFB

ruptur

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

16

• Laserasi lamellar adalah trauma tertutup pada bola mata yang

ditandai oleh luka yang mengenai sebagian ketebalan dinding bola

mata. Trauma ini biasa disebabkan oleh benda tajam ataupun benda

tumpul.

b. Trauma terbuka pada bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka

dan mengenai keseluruhan dinding dari bola mata (sklera dan kornea).

• Ruptur adalah adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan

dinding bola mata, yang disebabkan oleh trauma tumpul dan

mekanisme ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan

tekanan intraokuli.

• Laserasi adalah luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola

mata yang disebabkan oleh benda tajam. Keadaan ini akan

menimbulkan adanya trauma penetrasi ataupun trauma perforasi.

o Trauma penetrasi adalah laserasi tunggal pada dinding bola

mata yang disebabkan oleh benda tajam.

o Trauma perforasi adalah laserasi pada seluruh ketebalan

dinding bola mata, yang mempunyai jalan masuk ataupun

jalan keluar yang biasanya disebabkan oleh benda tajam

atau peluru

o Intraocular foreign body (IOFB) adalah adanya benda

asing pada intraokular yang keadaan ini sangat

berhubungan dengan adanya trauma penetrasi (Aldy, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

17

2.2.2 Klasifikasi berdasarkan etiologi trauma mata

Berdasarkan British Medical Journal (BMJ), Trauma mata dapat di

golongkan berdasarkan penyebabnya yaitu, trauma mekanik, trauma non mekanik

yaitu trauma kimiawi, trauma termal, dan trauma radiasi.

A. Trauma Mekanik

Trauma mekanik dapat dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam.

Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras

atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat

mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada

jaringan bola mata atau daerah sekitarnya (Asbury, 2000). Trauma tumpul pada

mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang berasal dari benda tumpul seperti

pukulan, terbentur bola. Trauma tumpul dengan kekuatan yang besar akan

menghasilkan tekanan anteroposterior, sehingga keadaan ini dapat juga

menyebabkan peningkatan tekanan intraokuli, ruptur, dan robekan pada struktur

intaokuli lainnya. Keadaan ini juga dapat meluas sehingga dapat menyebabkan

kerusakan segmen posterior.

Trauma tumpul pada bola mata dapat menyebabkan kerusakan dengan nilai

yang maksimum karena gelombang tekanan yang menyusuri cairan-cairan

intraokuli akan mencapai kamera okuli anterior sehingga cairan-cairan intraokuli

ini akan terdorong ke dapan bersama lensa, iris, dan kopus vitreus ke polus

posterior. Gelombang tekanan ini juga dapat mencapai retina dan koroid sehingga

dapat menimbulkan kerusakan. Setelah gelombang tekanan bagian luar tertutupi,

maka gelombang ini akan di pantulkan ke arah posterior sehingga dapat merusak

foveal. Setelah gelombang tekanan mencapai dinding posterior pada bola mata,

gelombang tekanan ini dipantulkan kearah belakang secara anterior. Pada keadaan

ini dapat merusak retina juga koroid. Kelainan-kelainan yang dapat ditimbulkan

oleh trauma tumpul dapat berupa hipema, sbuluksasio lentis, luksasio lentis,

katarak traumatika, pendarahan pada korpus vitreus, ruptur kornea, ruptur koroid

dan lain sebagainya (Aldy, 2009).

Trauma tajam adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau benda berukuran

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

18

kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera, trauma tajam

mata dapat diklasifikasikan atas luka tajam tanpa preforasi dan luka tajam dengan

perforasi yang meliputi perforasi tanpa benda asing inta okuler dan perforasi

benda asing intra okuler.

Menurut Aldy (2009), Trauma tembus dapat disebabkan oleh benda tajam

atau runcing seperti pisau, kuku jari, panah, pensil, pecahan kaca dan lain-lainnya.

Dapat juga disebabkan oleh benda asing yang masuk dengan kecepatan tinggi

seperti peluru dan serpihan besi. Trauma tembus merupakan penyakit mata serius

dan termasuk emergensi medis yang dpaat mengancam visus dan harus dilakukan

tindakan segera, cepat, dan tepat, oleh karena :

• Terbukanya dinding bola mata berarti merupan pintu masuk infeksi

• Bahaya post traumatik iridosiklitis yang dapat terjadi dalam interval waktu

yang lama dari kejadian, walaupun di saat kejadian tidak menunjukkan tanda

peradangan yang aktif.

• Terjadinya peradangan simpatetik ophthalmia merupakan komplikasi yang

paling berbahaya

• Dapat menyebabkan hilangnya visus unilateral.

Menurut Catalano (1992), Trauma benda tajam dapat mengakibatkan

berbagai keadaan sebagai berikut:

a. Trauma tembus pada palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya, jika mengenai levator apaneurosis dapat

menyebabkan suatu ptosis yang permanen.

b. Trauma tembus pada saluran lakrimalis

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai ke

rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.

c. Trauma tembus pada orbita

Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf

optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga menimbulkan

paralisis dari otot dan diplopia. Selain itu juga bisa menyebabkan infeksi,

menimbulkan selulitis orbita, karena adanya benda asing atau adanya hubungan

terbuka dengan rongga-rongga di sekitar orbita.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

19

d. Trauma tembus pada konjungtiva

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva. Bila robekan

konjungtiva ini kecil atau tidak melibihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan

penjahitan. Bila robekan lebih dari 1 cm perlu dilakukan penjahitan untuk

mencegah granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva perlu diperhatikan juga

robekan sklera yang biasa disertai robekan konjungtiva. Disamping itu, pemberian

antibiotik juga diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.

e. Trauma tembus pada sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola

mata dan kamera okuli jadi dangkal, luka sklera yang lebar dapat disertai prolap

jaringan bola mata, sehingga bisa menyebabkan infeksi dari bagian dalam bola

mata.

f. Trauma tembus pada kornea

Bila luka tembus mengenai kornea dapat menyebabkan gangguan fungsi

penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus

kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus siliaris prolaps, hal

ini dapat menyebabkan penurunan visus.

Bila tanpa perforasi : erosi atau benda asing tersangkut di kornea. Tes

fluoresia (+). Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga menyebabkan

timbulnya ulkus atau herpes pada kornea. Lakukan pemberian antibiotika yang

berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda asing di kornea diangkat, setelah

diberi anastesi lokal dengan pantokain. Kalau mulai ada neovaskularisasi dari

limbus, berikanlah kortison lokal dengan subkonjungtiva. Tetapi jangan diberikan

kortison pada luka yang baru atau bila ada herpes kornea.

Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang

berdekatan, kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap

konjungtiva).

g. Trauma tembus pada uvea

Bila terdapat luka pada uvea maka dapat menyebabkan pengaturan banyaknya

cahaya yang masuk sehingga muncul fotofobia atau penglihatan kabur.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

20

h. Trauma tembus pada lensa

Bila ada trauma akan menganggu daya fokus sinar pada retina sehingga

menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya

akomodasi tidak adekuat.

i. Trauma tembus pada retina

Dapat menyebabkan pendarahan retina yang dapat menumpuk pada rongga

badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam badan

kaca.

j. Trauma tembus pada corpus siliar

Luka pada corpus siliar mempunyai prognosis yang buruk, karena

kemungkinan besar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang berakhir

dengan ptisis bulbi pada mata yang terkena trauma. Sedangkan pada mata yang

sehat dapat timbul oftalmia simpatika. Oleh karena itu, bila lukanya besar, disertai

prolaps dari isi bola mata, sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi,

sebaiknya di enukleasi bulbi, agar mata yang sehat tetap menjadi baik.

k. Trauma orbita

Pada trauma wajah, sering terjadi fraktur orbita. Fraktur maksila

diklasifikasikan berdasarkan sisterm Le Fort menjadi 3 tipe:

tipe I diatas gigi tanpa melibatkan orbita,

tipe II mengenai nasal, lakrimal, dan tulang maksila juga dinding orbita medial,

tipe III fraktur mengenai dinding medial dan lateral serta dasar orbita disertai

adanya pemisahan rangka wajah dari kranium.

Fraktur atap orbita jarang terjadi dan biasanya disebabkan oleh luka tembus.

Apabila terjadi perburukan penglihatan pada suatu fraktur kanalis optikus, maka

mungkin diperlukan tindakan dekompresi dan pemberian steroid. Namun, apabila

kehilangan penglihatan secara mendadak dan total, maka kecil kemungkinan

terjadi pemulihan (AAO, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

21

B. Trauma non Mekanik

a. Trauma Kimia

Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat

terpapar bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak

struktur bola mata tersebut. Kerusakan yang terjadi tergantung pada beberapa

faktor yaitu: kekuatan agen kimiawi, konsentrasi, volume larutan dan lamanya

paparan. Kebanyakan trauma terjadi secara tidak disengaja pada tempat kerja

terutama di area industri.

Tabel 2.1 Bahan kimia yang umumnya menyebabkan trauma pada mata Bahan Kimia Sumber Pernyataan Basa (alkali) Sodium Hydroxide Cairan pembersih Penetrasi cepat Ammonium Hydroxide Pupuk, bahan pendingin

Bahan pembersih Penetrasi sangat cepat Larut dalam lemak & air

Magnesium Hydroxide Kembang api Biasa kombinasi antara trauma kimia dan termal

Calcium Hydroxide Semen, plaster Penetrasi lambat Trauma basa tersering

Asam (Acidic) Sulfuric Acid Baterai mobil Trauma asam tersering Sulfurous Acid Terpapar sulfur dioxida

di air Penetrasi cepat Larut lemak dan air

Hydrofluoric acid Pembeku kaca, penghilang karat

Penetrasi cepat

Hydrochloric acid Bahan industri Mengiritasi mata Tingkat keparahan tergantung konsentrasi

Chromic acid Bahan pembuat krom Menyebabkan perubahan warna kornea menjadi kecoklatan

Silver Nitrate Ocular profilaksis untuk neonatus, kauterisasi konjungtiva

Konsentrasi tinggi menyebabkan opafikasi kornea secara permanen

Sumber : Terry kim dan Khosla gupta, 2002

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

22

Tabel 2.2 klasifikasi trauma kimia menurut Hughes-Roper-Hall Grade Findings Prognosis I Corneal epithelial damage; no limbal

ischemia Good

II Corneal hazy but iris detail seen; ischemia less than one third of limbus

Good

III Total loss of corneal epithelium; stromal haze blurring iris details; ischemia at one third to one half of limbus

Guarded

IV Cornea opaque, obscuring view of iris or pupil; ischemia at more than one half of limbus

Poor

Sumber: Terry kim dan Khosla gupta, 2002

• Trauma Basa (alkali)

Trauma basa paling parah sering disebabkan oleh amonia. Amonia sering

ditemukan pada pupuk juga pada bahan pembersih rumah. Seperti sifatnya

yang larut lemak dan air, sehingga zat ini sangat cepat penetrasinya dan

mencapai anterior chamber dalam waktu satu menit. kapur ataupun kalsium

hidroksida adalah penyebab paling sering trauma basa, untung saja zat ini

tidak terpenetrasi sebaik amonia (Kim, 2002).

Trauma basa menyebabkan kerusakan pada mata karena proses

safonifikasi dan kerusakan asam lemak di sel membran yang menyebabkan

kematian sel. Safonifikasi lemak berhubungan dengan trauma basa

menyebabkan penetrasi yang cepat oleh zat basa untuk mencapai ke jaringan.

Pada pH 11,5 atau diatasnya, dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada

mata. Ion hidroksil menyebabkan edema pada serat kolagen sehingga

semakin tebal dan pendek. Luka dengan mekanisme yang sama terjadi pada

jaringan lain seperti konjugtiva, pembuluh darah, persarafan, endotelium, dan

keratosit. Nyeri dapat disebabkan karena stimulus sekunder zat basa pada

ujung saraf bebas di konjungtiva dan di kornea. Struktur intraokular seperti

iris, ciliary body, dan fungsi trabekular dapat berdampak juga, tergantung

derajat penetrasi dan pH larutan. Kadar glukosa dan asam askorbat menurun

setelah trauma basa dan akan tetap rendah untuk beberapa saat. Askorbat

diperlukan untuk sintesis kolagen dan glikosamin, dan biasanya duapuluh

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

23

kali lebih banyak di aqueous daripada di plasma. Kadar askorbat yang rendah

karena trauma basa adalah penyebab kerusakan ciliar body karena

berkurangnya mekanisme transpor aktif.

Ulkus pada stromal kornea juga dapat terjadi. faktor yang menyebabkan

ulkus apabila terjadi kerusakan di epitel kornea, inflamasi, pengeluaran

enzim-enzim proteolitik, hilang rasa, defisiensi airmata, dan gangguan

sintesis kolagen. Kolagenase tipe I berperan dalam ulkus kornea dan di

hasilkan oleh keratosit dan leukosit polimorfonuklear (PMN). Kolagen tipe I

sudah terdeteksi sembilan jam setelah terjadi trauma, namun puncaknya pada

14-21 hari. Kolagenase tipe I biasa dihambat oleh sitokin epitelium, yang

berperan penting dalam mencegah ulkus kornea (Kim, 2002).

Inflamasi juga mengambil peran dalam trauma basa. Infiltrasi PMN terjadi

dalam 12-24 jam setelah terpapar zat basa tersebut. Sel-sel ini menjadi

bersifat kemotaktik oleh karena pengeluaran protein selular dan ekstraselular

dari jaringan yang nekrosis dan pembuluh darah yang rusak. Selain itu,

kolagenase tipe I juga dihasilkan dari netrofil, radikal bebas superoksid

dihasilkan dari respirasi oksidatif netrofil-netrofil tersebut, sehingga

menambah kerusakan jaringan.

Penanganan untuk trauma basa dibagi mendadi penanganan akut dan

kronis. Penanganan akut biasa dilakukan dengan pemberian obat-obatan,

sedangkan penanganan kronik membutukan tindakan pembedahan.

Penanganan akut dibagi menjadi tiga fase yaitu: penanganan segera

(immediate), penanganan lanjutan (intermediate), dan penanganan jangka

panjang (long term). Penanganan immediate termasuk penanganan pH,

mengontrol tekanan, dan pemberian terapi anti-inflamasi. Penanganana

intermediate termasuk re-epitelialisasi, pencegahan infeksi, dan

pengembalian permukaan okular. Penanganan long term termasuk

pencegahan dan penanganan luka parut pada permukaan okular (Kim, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

24

• Trauma asam

Trauma asam pada mata biasa terjadi disebabkan karena penggunaan asam

tergolong sering di rumah tangga, seperti cairan pembersih, pembersih karat,

dan juga aki mobil. Meskipun trauma asam tergolong lebih ringan dibanding

trauma basa, namun ini bukan masalah utamanya. Asam kuat dengan

konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan mata yang parah. Sama

seperti trauma basa, trauma asam pada mata juga tergantung pada beberapa

faktor, yaitu: kekuatan asam, konsentrasi, volume larutan, lamanya paparan.

Asam sulfat adalah penyebab tersering trauma asam pada mata.

Penyebabnya berasal dari aki mobil, dimana baterai mobil pada umumnya

mengandung 25% asam sulfit. Trauma ini akan menyebabkan kontusi atau

laserasi pada mata karena ledakannya. Asam sulfat terbentuk ketika sulfur

dioksida bercampur dengan air di airmata ataupun kornea. Zat ini larut dalam

lemak dan air dan juga sangat cepat penetrasinya. Penetrasi asam sulfit lebih

cepat ke jaringan dibanding asam klorida, asam sulfat, asam fosfat (Kim,

2002).

Asam terdisosiasi membentuk ion hidrogen di larutan. Ion hidrogen yang

bebas ini dapat menyebabkan sel nekrosis. Anion asam menyebabkan

presipitasi dan denaturasi protein. Saat terjadi presipitasi, ini akan

menyebabkan terbentuknya barier sehingga mencegah penetrasi asam lebih

lanjut pada mata. Presipitasi ini akan memberikan gambaran “ground glass”

setelah trauma. Barier ini akan melindungi mata dari asam lemah, namun

asam kuat dapat berlanjut penetrasi lebih dalam. Kornea sendiri dapat

bertindak sebagai parsial buffer pada asam. pH kornea mulai ternetralisasi

dalam 15 menit dan kembali normal dalam 1 jam. Setelah penetrasi asam di

kornea, presipitasi ekstraselular glikosaminoglikan, sel epitel terkoagulasi

menyebabkan opafikasi kornea, dan hidrasi juga pemendekan dari fibril-fibril

kolagen. Tekanan intraokuler meningkat seiring dengan kolagen yang

menyusut dan perubahan fungsi kerja mata di trabekular. Peningkatan

tekanan intraokular dipertahankan selama paling tidak 3 jam karena

pengeluaran prostaglandin. Kadar askorbat juga akan menurun pada trauma

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

25

asam, sama seperti pada trauma basa. Kadar askorbat yang rendah mungkin

dikarenakan kerusakan ciliary body menyebabkan penurunan trasport aktif

askorbat dan kerusakan blood-aqueous barrier (Kim, 2002).

Penatalaksanaan awal pada trauma kimia adalah irigasi segera dengan

larutan non-toksik sampai di tangani lebih intensive. Irigasi tidak boleh

dilakukan dengan tujuan untuk menetralkan efek asam karena dapat

menyebabkan trauma termal akibat reaksi eksotermal (Kim, 2002).

b. Trauma bakar termal

Trauma bakar termal dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: flame dan

contact burns. Pada flame terjadi paparan secara sekunder antara mata dengan api,

dan pada contact burn terjadi paparan secara langsung misalnya dengan air panas,

atau benda-benda panas. Penyebab trauma bakar termal tersering adalah ledakan

gas (Kim, 2002).

Pada percobaan dengan kelinci oleh Shahan, dia melakukan kauterisasi pada

kornea kelinci tersebut yang menyebabkan hilangnya epitel dan edema pada

stromal. Jika perlakukan dilakukan didaerah limbus maka akan timbul panus pada

daerah tersebut. Oleh Goldblatt dan teman-teman, mereka menegaskan bahwa

kornea dapat bertahan pada suhu 45°C selama 15 menit tanpa kerusakan

makroskopik maupun mikroskopik. Edema stroma ringan di identifikasi secara

makroskopik setelah diberikan perlakuan suhu 45°C selama 45 menit kemudian

dilakukan follow-up selama 1 minggu dan tidak didapati kerusakan jaringan. Pada

temperatur 52°C selama 5 menit diperlihatkan adanya edema pada stroma setelah

di follow-up selama 1 minggu. Jika pada suhu ini diaplikasikan selama 45 menit

akan menimbulkan degenerasi keratosit nuklear dan degenerasi parsial membran

bowman setelah 1 minggu. Pada temperatur yang lebih tinggi akan menyebabkan

kerusakan yang luas, dengan destruksi keratosit dan sel endotel seluruhnya yaitu

pada temperatur 59°C selama 45 menit. Pada temperatur ini menyebabkan

nekrosis pada kornea dalam 1 minggu (Kim, 2002).

Tingkat keparahan trauma termal tergantung pada beberapa hal, yaitu: agen

temperatur, area yang terkena panas, dan lamanya kontak. Luka superfisial akan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

26

menimbulkan warna abu-abu atau putih pada kornea, sampai batas epitelnya

(Kim, 2002).

Penanganan untuk trauma termal, dapat diberikan antibiotik tetes jika terjadi

luka lecet pada kornea. Kebanyakan luka superfisial akan sembuh dalam 24-48

jam tanpa gejala lanjutan. Penatalaksanaan pada luka yang lebih dalam sampai ke

stroma harus diikuti dengan mengontrol inflamasi dan neovaskularisasi. Pada luka

yang parah diperlukan tindakan pembedahan seperti lamellar keratoplasty (Kim,

2002).

c. Trauma Radiasi

Trauma radiasi yang sering terjadi akibat paparan sinar UV sehingga

menyebabkan keratitis pada permukaan kornea, yang akan tampak dengan

pewarnaan fluorescein. Rasa sakit yang sangat parah, fotofobia, dan berntuk

kornea yang tidak teratur akan timbul 6-10 jam setelah paparan diikuti dengan

penurunan ketajaman penglihatan. Nyeri dapat dihilangkan dengan pemberian

obat anastesi topikal untuk jangka pendek. Selain itu juga diberikan obat

antibiotik secara topikal dan pengukuran tekanan okuli tempel selama 24 jam.

Pada umumnya, prognosis baik dan kornea akan kembali normal dalam waktu 24

jam. Namun, sisi mata yang terkena paparan sebelumnya akan lebih sensitif

terhadap cahaya untuk beberapa bulan (Asbury, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 60799 › Chapter II.pdf... · BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi mataLensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya

27

2.3. Dewasa

2.3.1 Definisi Dewasa

Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang

berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah

menjadi dewasa. Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai

pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan

psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Menurut KKBI

dewasa adalah sudah matang (pikirannya, pandangan, dsb.) atau orang yang sudah

sampai umur; akil balig. KUHPerdata pasal 330, “Belum dewasa adalah mereka

yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan lebih dahulu telah

kawin.” Undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1

ayat (1), “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.” Artinya batas usia dewasa menurut

aturan ini adalah 18 tahun ke atas. Berdasarkan Undang-Undang no. 13 tahun

2003 tentang ketenagakerjaan, “anak adalah setiap orang yang berumur dibawah

18 (delapan belas) tahun.

Pembagian umur berdasarkan psikologi perkembangan (Hurlock,2000)

bahwa masa dewasa terbagi atas :

a. Masa Dewasa Dini, berlangsung antara usia 18 - 40 tahun

b. Masa Dewasa Madya, berlangsung antara usia 41 - 60 tahun

c. Masa Lanjut Usia, berlangsung antara usia > 61 tahun

Universitas Sumatera Utara