6 artikel jurnal sri fajar m.teori perkembangan kognitif dan teori

16
1 Reviu Teori: Teori Perkembangan Kognitif dan Teori Perkembangan Moral: Implikasinya bagi Pembelajaran Oleh: Sri Fajar Martono, S.Psi Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemdiknas Abstraksi Tujuan dari artikel ini adalah mengulas dua teori perkembangan yang dikenal masuk ke dalam teori pentahapan, yaitu teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget dan teori perkembangan moral oleh Lawrence Kohlberg. Teori perkembangan kognitif menunjukkan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui empat tahap kategorisasi usia, yaitu tahap sensori-motorik (usia 0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (11 tahun keatas). Pada tahap sensori-motorik, kontruksi kecerdasan mulai dibentuk, dikenal dengan skema, kecerdasan awal berupa perilaku-perilaku yang bersifat inderawi dan refleks. Pada tahap praoperasional kecerdasan diperkuat dengan pembentukan simbol-simbol bahasa dan permainan yang bersifat pura-pura. Pada tahap operasional konkret, anak mulai mengembangkan pemikiran yang didasarkan pada aturan logis, dan diterapkan pada masalah-masalah konkret. Pada tahap operasional formal, pemikiran mulai berkembang kearah teoretis formal yang didasarkan pada hipotesis dan pemikiran mulai bersifat abstrak, yaitu tidak mengharuskan bendanya ada. Teori perkembangan moral menunjukkan bahwa perkembangan moral terjadi dalam tiga tahap. yaitu tahap prakonvensional, tahap konvensional, dan tahap pascakonvensional. Pada tahap prakonvensional ukuran benar atau salahnya suatu perbuatan didasarkan pada objek diluar individu. Pada tahap konvensional ukuran benar-salah didasarkan pada faktor peraturan sosial yang terdapat di dalam masyarakat. Pada tahap pascakonvensional, individu melihat bahwa aturan sosial yang ada didalam masyarakat tidak bersifat dan dapat berubah jika memang masyarakatnya menginginkan. Kedua teori itu menunjukkan bahwa berbagai keterampilan yang dimiliki individu diperoleh dalam beberapa tahap yang saling berkaitan dan berkelanjutan. Tahap perkembangan yang pertama kali menjadi dasar bagi tahap perkembangan yang kedua, dan tahap perkembangan yang kedua menjadi dasar perkembangan yang ketiga dan seterusnya. Penting bagi para orangtua untuk lebih memperhatikan tahap-tahap perkembangan yang sedang dijalani anaknya agar para

Upload: bayu-putra

Post on 29-Nov-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ini adalah pembelajaran masa kini bagaimana seharusnya menjadi seorang guru yang benar-benar konsisten

TRANSCRIPT

Page 1: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

1

Reviu Teori:

Teori Perkembangan Kognitif dan Teori Perkembangan Moral: Implikasinya bagi

Pembelajaran

Oleh: Sri Fajar Martono, S.Psi

Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemdiknas

Abstraksi

Tujuan dari artikel ini adalah mengulas dua teori perkembangan yang dikenal masuk ke

dalam teori pentahapan, yaitu teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Jean

Piaget dan teori perkembangan moral oleh Lawrence Kohlberg. Teori perkembangan

kognitif menunjukkan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui empat tahap

kategorisasi usia, yaitu tahap sensori-motorik (usia 0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7

tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (11 tahun

keatas). Pada tahap sensori-motorik, kontruksi kecerdasan mulai dibentuk, dikenal dengan

skema, kecerdasan awal berupa perilaku-perilaku yang bersifat inderawi dan refleks. Pada

tahap praoperasional kecerdasan diperkuat dengan pembentukan simbol-simbol bahasa dan

permainan yang bersifat pura-pura. Pada tahap operasional konkret, anak mulai

mengembangkan pemikiran yang didasarkan pada aturan logis, dan diterapkan pada

masalah-masalah konkret. Pada tahap operasional formal, pemikiran mulai berkembang

kearah teoretis formal yang didasarkan pada hipotesis dan pemikiran mulai bersifat

abstrak, yaitu tidak mengharuskan bendanya ada. Teori perkembangan moral menunjukkan

bahwa perkembangan moral terjadi dalam tiga tahap. yaitu tahap prakonvensional, tahap

konvensional, dan tahap pascakonvensional. Pada tahap prakonvensional ukuran benar

atau salahnya suatu perbuatan didasarkan pada objek diluar individu. Pada tahap

konvensional ukuran benar-salah didasarkan pada faktor peraturan sosial yang terdapat di

dalam masyarakat. Pada tahap pascakonvensional, individu melihat bahwa aturan sosial

yang ada didalam masyarakat tidak bersifat dan dapat berubah jika memang

masyarakatnya menginginkan. Kedua teori itu menunjukkan bahwa berbagai keterampilan

yang dimiliki individu diperoleh dalam beberapa tahap yang saling berkaitan dan

berkelanjutan. Tahap perkembangan yang pertama kali menjadi dasar bagi tahap

perkembangan yang kedua, dan tahap perkembangan yang kedua menjadi dasar

perkembangan yang ketiga dan seterusnya. Penting bagi para orangtua untuk lebih

memperhatikan tahap-tahap perkembangan yang sedang dijalani anaknya agar para

Page 2: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

2

orangtua dapat memberikan bantuan kepada anak agar tidak mengalami hambatan

perkembangan.

Kata kunci: teori perkembangan, perkembangan kognitif, perkembangan moral

Abstract

The aim of this article is to review two theories of development, that are theory of

cognitive developmental of Jean Piaget and theory of morality development of Lawrence

Kohlberg. The theory of cognitive developmental shows that human intelligences formed

in four stages: the sensory-motorical stage (age of 0-2 years), preoperational stage (age of

2-7 years), concrete operational stage (age of 7-11 years), and formal operational stage

(age 11 and above). In the sensory-motorical stage the schemas of intelligence are formed

through reflective behaviors. At the preoperational stage intelligence are strengthen

through linguistic symbolization and play activities. At the concrete operational,

intelligence are strengthen by logical thinking that applied on the concrete problem at

everyday life of children. Finally, at formal operational stage, children learn to abstract

thinking without the presence of the object. The theory of morality development show that

morality formed at three stages, pre-conventional stage, conventional stage, and post-

conventional stage. At the pre-conventional stage, morality is depending on external

object, reward and punishment. At the conventional stage morality is due to the social

regulation. At the post-conventional stage people see that social regulation can be changed

if the peoples see that it was not useful anymore. All the theories show that many skills and

knowledge of individual are acquired through many steps of development that runs

continuously. The first stage of development serves as milestone of the next

developmental stage, the second stage serve as basic for the third, an etc. It is very

important for the parent and educator to understand the two developmental theories so they

can help facilitating the development of children to their fullest potential.

Keywords: developmental theory, cognitive development, morality development

Page 3: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

3

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah masa depan bangsa dan negara. Satu kalimat tersebut sangat sering

kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Namun sayang, kita jarang untuk mengambil

makna dari kalimat tersebut, kita terkesan mengiyakan kalimat tersebut tanpa lebih jauh

untuk mencari implikasi lebih jauh dari kalimat tersebut.

Pada dasarnya setiap anak memiliki hak-hak dasar yang dijamin oleh hukum.

Jaminan perlindungan terhadap hak-hak anak di dunia diatur oleh Konvensi PBB tentang

Hak-Hak Anak (Convention on The Rights of The Child) tahun 1989, konvensi ini telah

diratifikasi lebih dari 190 negara. Pemerintah Republik Indonesia meratifikasi konvensi ini

dengan Kepres Nomor 36 th 1990, sehingga Konvensi PBB tentang Hak Anak tersebut

telah menjadi hukum Indonesia dan mengikat seluruh warga negara Indonesia.

Adapun hak-hak anak yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak tersebut dapat

dikelompokan menjadi: Hak atas Kelangsungan Hidup (Survival Rights), Hak atas

Perlindungan (Protection Rights), Hak untuk Tumbuh dan Berkembang (Developmental

Rights), dan Hak untuk Berpartisipasi (Participation Rights).

Salah satu hak yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak adalah hak untuk tumbuh

dan berkembang, salah satu media utama untuk memenuhi terwujudnya hak ini adalah

pendidikan. Saat ini pendidikan merupakan hak bagi semua orang, tidak

mempertimbangkan asal-usul, jenis kelamin, kedudukan sosial, taraf penghidupan, dan

sebagainya. Semua orang berhak memperoleh pendidikan, tanpa terkecuali. Hal ini tidak

seperti pada masa dahulu, pada masa penjajahan, dimana pendidikan hanya dapat diakses

oleh golongan-golongan tertentu pada masa itu yang memiliki kedudukan tinggi.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Setiap individu adalah unik, meminjam istilah psikologi adalah individual

differences. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain.

Perbedaan tersebut termanifestasi dalam bermacam-macam segi, mulai dari perbedaan ciri

Page 4: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

4

dan kondisi fisik, pola berpikir, dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru.

Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam

menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal

berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-

negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat

dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.

Sistem pendidikan kita saat ini dikritik oleh banyak kalangan, seperti praktisi

pendidikan, pemerhati masalah sosial, dan para ahli psikologi perkembangan, sebagai

pendidikan yang tidak menghargai potensi pertumbuhan individual. Hal ini terlihat dari

pola pendidikan kita yang dianggap berorientasi pada hasil akhir, terlalu banyak

mengandung materi hafalan, dan terlalu menekankan pada penguasaan materi

akademis(Pikiran Rakyat, 25 Mei 2011). Padahal dalam UU No. 20 Tahun 2003, tersirat

bahwa tujuan pendidikan lebih menekankan pada tata nilai, etika, dan moralitas peserta

didik. Presiden RI bahkan mengingatkan para pendidik formal dan nonformal bahwa

sasaran pendidikan bukan hanya kepintaran, kecerdasan, dan ilmu pengetahuan, tetapi juga

moral, budi pekerti, dan watak. Selain itu juga nilai, perilaku mental, dan kepribadian

yang tangguh, unggul, dan mulia (Kedaulatan Rakyat, 21 Mei 2011).

Pendidikan yang baik harusnya mengakomodasi proses tumbuh kembang anak dan

perbedaan potensi setiap individu. Sehingga dapat memfasilitasi setiap anak didik untuk

merealisasikan potensi yang dimilikinya. Tumbuh kembang anak terjadi dalam tahap-

tahap yang berurutan dan berkelanjutan. Penting bagi para orangtua dan pendidik untuk

mengerti tahap-tahap perkembangan tersebut, sehingga dapat membantu memfasilitasi dan

memberi bantuan stimulasi bagi anak dalam menjalani masa perkembangan tersebut.

Tahap-tahap perkembangan juga memberi kesempatan bagi tumbuhnya

keterampilan-keterampilan hidup anak, hal ini tentu saja memudahkan para orangtua dan

pendidik dalam menanamkan atau menyampaikan materi pendidikan yang sesuai dengan

tahap perkembangan yang sedang dilalui anak.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan reviu teori ini adalah mengingatkan kembali kepada masyarakat

pada umumnya dan para orangtua dan para pendidik pada khususnya, mengenai

pentingnya memahami proses tumbuh kembang anak, karena dengan memahami

Page 5: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

5

perkembangan anak maka akan membuka kesempatan membantu memfasilitasi anak

dalam memperoleh keterampilan-keterampilan yang sejalan dengan fungsi dan tujuan

pendidikan yaitu merealisasikan potensi individu sepenuhnya.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tugas Perkembangan

Dalam proses pertumbuhannya setiap anak secara umum akan mengalami proses-

proses pertumbuhan yang mengakibatkan pemerolehan keterampilan-keterampilan diri.

Hal ini yang sering disebut dengan tugas perkembangan, akan dialami oleh setiap individu,

namun belum tentu dalam rentang waktu yang sama, ada yang lebih awal, namun ada pula

yang lebih lambat.

Tugas perkembangan (Havighurst dalam Hurlock, 2002) adalah tugas yang muncul

pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika individu

tersebut berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan

dalam tugas-tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya jika gagal melaksanakan tugas

perkembangan, akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam melaksanakan

tugas-tugas perkembangan selanjutnya.

Beberapa tugas perkembangan muncul sebagai akibat dari proses kematangan fisik,

misalnya tumbuhnya keterampilan fisik dalaam olahraga. Ada juga yang berkembang

sebagai jawaban atas tuntutan sosial budaya masyarakat, misalnya internalisasi nilai dan

norma. Tugas perkembangan bisa juga bisa juga muncul sebagai nilai-nilai aspirasi

individual sepert urusan pemilihan bidan pekerjaan yang ditekuni. Tugas-tugas

perkembangan terbagi dalam ranah-ranah perkembangan individual, yaitu:

a. Ranah yang berkaitan dengan kemampuan jasmani atau fisik,

b. Ranah yang berkaitan dengan aspek kognitif atau kecerdasan,

c. Ranah yang berkaitan dengan aspek tata nilai dan moralitas,

d. Ranah yang berkaitan dengan aspek kehidupan emosional dan sosial.

Page 6: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

6

Untuk dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, setiap individu harus

melakukan penyesuaian diri dalam tumbuh kembangnya. Penyesuaian diri ini secara garis

besar terbagi menjadi dua macam, yaitu penyesuaian diri personal dan penyesuaiam diri

sosial. Penyesuaian diri personal mencakup: penyesuaian fisik, penyesuaian emosi, dan

penyesuaian moralitas.

Penyesuaian fisik, dengan kondisi tubuh yang sedang berkembang anak perlu

melakukan penyesuaian agar dapat beraktivitas dengsn sehat. Kondisi tubuh yang sehat

adalah tujuan utama, hal ini dapat diperoleh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi,

cukup istirahat, dan dukungan aktivitas gerak olahraga.

Penyesuaian emosi, seiring bertambahnya usia anak dituntut untuk mampu

mengenali, memahami, dan mengelola emosi. Penyesuaian emosi ini mencakup pada tiga

hal, yaitu adekuasi emosi, kematangan emosi, dan kemampuan kontrol emosi.

Penyesuaian moral, yaitu penyesuaian terhadap aturan-aturan yang ada di dalam

masyarakat yang bertujuan untuk membimbing perilakunya di dalam kehidupan. Peraturan

tersebut dapat berupa nilai dan norma yang dibentuk oleh masyarakat maupun berupa

ajaran agama yang bersumber pada keyakinan manusia tentang Tuhan.

2.2 Beberapa Perspektif Perkembangan

2.2. 1. Perkembangan Kognitif

Teori tentang perkembangan kognitif sebagai aliran utama dikemukakan oleh Jean

Piaget. Ia mengemukakan bahwa perkembangan kognitif yang dialami oleh anak melalui

tahap-tahap tertentu yang kurang lebih sama pada semua anak. Adapun tahap-tahap

perkembangan kognitif terbagi dalam empat tahap, yaitu tahap sensori-motorik (usia 0-2

tahun), tahap praoperasional (usia 2-7 tahun), tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun),

dan tahap operasional formal (usia 11 tahun keatas) (Suparno, 2001).

a. Tahap Sensori-Motorik

Pada tahap ini inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak

terhadap lingkungannya seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau,

dan sebagainya. Pada tahap ini perilaku-perilaku anak masih berupa reflek-reflek

Page 7: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

7

terhadap lingkungannya. Anak belum memiliki bahasa simbol untuk

mengungkapkan sesuatu.

b. Tahap Praoperasional

Pada tahap ini ditandai utama dengan pembentukan simbol bahasa untuk

merepresentasikan benda-benda yang ada di lingkungannya. Selain itu muncul

permainan yang bersifat pura-pura, misalnya permainan menjadi dokter yang

mengobati pasiennya pada anak perempuan, atau pada anak laki-laki adalah

permainan perang-perangan dengan peran tentara atau jagoan.

c. Tahap Operasional Konkret

Pada tahap ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan

pada aturan-aturan tertentu yang logis. Seorang anak sudah menguasai proses

perubahan atau transformasi yang bersifat reversibel dan kekal. Dengan hal ini

anak telah mengembangkan pemikiran logis yang dapat diterapkan dalam

memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi.

d. Tahap Operasional Formal

Pada tahap ini anak sudah sudah dapat berpikir logis, berpikir berdasar teoretis

formal berdasarkan proposisi dan hipotesis dan dapat mengambil kesimpulan lepas

dari apa yang diamati saat itu. Perkembangan pemikiran pada tahap ini sudah sama

dengan orang dewasa secara kualitatif, perbedaannya dengan orang dewasa adalah

dalam hal kuantitas, yaitu banyaknya skema pada orang dewasa.

Seperti yang telah dikemukan di depan bahwa semua individu adalah unik,

memiliki kombinasi profil psikologis yang berbeda satu sama lain, hal ini juga terjadi pada

kecerdasan. Pandangan psikologi positivistik terbaru menyatakan bahwa semua anak itu

cerdas atau berbakat, hanya saja pola pendidikan yang ada sering tidak mengakomodasi

keberbakatan sang anak. Salah satu penganut aliran ini Howard Gardner menyebutkan

bahwa pada dasarnya kecerdasan itu bervariasi atau majemuk, ada sembilan jenis

kecerdasan yang dikemukakannya (Amstrong, 2009).

1. Kecerdasan visual-spasial, kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih

mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki

Page 8: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

8

kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau

kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi.

2. Kecerdasan linguistik, kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-

kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk

mengekspresikan gagasan-gagasannya.

3. Kecerdasan logis-matematis, kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif

dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola

angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan

berpikir.

4. Kecerdasan kinestetik, kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan

bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan

berbagai masalah.

5. Kecerdasan musikal, kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara

nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan

irama.

6. Kecerdasan interpersonal, kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan

orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain

sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan.

7. Kecerdasan intrapersonal, kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan

dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun

kelemahan yang ada pada dirinya sendiri.

8. Kecerdasan naturalis, kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam,

misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung,

cagar alam, atau hutan.

9. Kecerdasan eksistensial, kemampuan seseorang untuk memikirkan dan memahami

suatu fenomena secara holistik dan mendalam.

2.2.2. Perkembangan Moral

Perkembangan moral mengacu perkembangan anak dalam mengakuisisi nilai-nilai

dan moralitas dalam kehidupannya, yaitu nilai tentang apa yang baik dan benar, atau

Page 9: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

9

pantas dan tidak pantas di dalam kehidupannya. Moral pada dasarnya dipandang sebagai

penyelesaian antara kepentingan diri dan kelompok, antara hak dan kewajiban. Moral juga

dapat diartikan bagaimana orang harus berperilaku dan bersikap kepada orang lain.

Perilaku tersebut muncul bersamaan dengan peralihan eksternal ke internal yang disertai

perasaan tanggung jawab pribadi atas setiap tindakan seperti adanya pertimbangan

kesejahteraankelompok diatas kepentingan pribadi (Coles, 2000)

Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg. Kohlberg membagi

perkembangan moralitas kedalam tiga tingkatan yang masing-masing tingkatan terbagi

kedalam dua stadium, sehingga keseluruhan ada enam stadium (Mőnks, Knoers, &

Haditono, 2002).

Tingkatan pertama adalah penalaran moral secara prakonvensional, pada tingkatan

ini seorang anak mendasarkan pada objek di luar diri individu sebagai ukuran benar atau

salah. Pada stadium pertama orientasinya adalah patuh dan takut hukuman, suatu tingkah

laku dinilai benar bila tidak dihukum dan salah bila perlu dihukum. Seseorang harus pada

otoritas karena otoritas tersebut memegang kuasa, dalam hal ini adalah orangtua. Pada

stadium dua penalaran moral didasarkan pada orientasi hedonisme instrumental. Penalaran

moral masih mendasarkan pada objek diluar dirinya, namun sudah memperhatikan alasan

perbuatannya, misalnya mencuri adalah perbuatan salah, tetapi masih bisa dimaafkan bila

alasannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dirinya atau orang lain yang disenanginya.

Tingkatan kedua adalah penalaran moral konvensional, yaitu mendasarkan pada

pengharapan sosial, yaitu suatu perbuatan dinilai benar bila sesuai dengan peraturan yang

ada dalam masyarakat. Stadium ketiga orientasi pribadi yang baik, anak menilai suatu

perbuatan itu baik bila hal itu dapat menyenangkan orang lain, yaitu apabila ia dapat

berbuat seperti apa yang diharapkan oleh orang lain atau oleh masyarakat. Stadium

keempat, orientasi pelestarian otoritas dan aturan sosial, anak melihat aturan-aturan sosial

yang ada sebagai sesuatu yang penting yang harus dijaga dan dilestarikan.

Tingkatan ketiga, penalaran moral yang pascakonvensional, memandang aturan-

aturan yang ada di dalam masyarakat tidak absolut, tetapi relatif, dapat diganti dengan

yang lain atau baru. Stadium lima, orientasi kontrol legalistis, memahami bahwa peraturan

yang ada di dalam masyarakat merupakan perjanjian antara diri orang dengan masyarakat.

Individu harus memenuhi kewajiban-kewajibannya, tetapi sebaliknya lingkungan juga

menjamin kesejahteraan masing-masing individu. Stadium enam, orientasi yang

Page 10: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

10

mendasarkan atas prinsip dan hati nurani sendiri, individu mengembangkan penilaian

benar salah berdasarkan suara hatinya tentang makna kebenaran, mencoba untuk tidak

mengkaitkannya dengan keharusan peraturan sosial yang ada.

2.2.3 Pembahasan

Salah satu pilar dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah kualitas proses

pembelajaran, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mendasarkan dan

memperhatikan dan mengutamakan aspek-aspek anak didik, menempatkan mereka sebagai

pusat atau subjek pembelajaran. Anak didik adalah pihak yang aktif membangun

konstruksi pengetahuan, bukan sekedar sebagai pihak yang pasif hanya menerima dan

menyimpan pengetahuan dalam bentuk jadi saja.

Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan anak terjadi dalam tahap-tahap yang

kontinu satu sama lain. Sebuah tahap yang terjadi akan menjadi bahan materi bagi tahap

perkembangan selanjutnya. Seringkali kita melihat bahwa orangtua memaksakan anak

memperoleh keterampilan yang belum tepat masanya, sehingga justru malah membebani

sang anak. Misalnya, orangtua memaksa anaknya yang baru masuk taman kanak-kanak

untuk menguasai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Orangtua akan merasa

bangga jika pada usia semuda mungkin sang anak menguasai pengetahuan atau

keterampilan yang lazimnya dimiliki oleh anak-anak usia diatasnya.

Perilaku orangtua yang memaksakan suatu kemampuan tertentu pada anaknya,

justru bisa menimbulkan hambatan perkembangan. Hal ini terjadi karena orangtua

mengabaikan tahap perkembangan yang sedang terjadi dan memilih kepada perkembangan

yang seharusnya diatasnya. Pengabaian ini dapat terjadi karena ketidaktahuan orangtua

tentang tahap-tahap perkembangan ataupun karena memang tidak peduli dengan

perkembangan anak. Jika hal ini terjadi, kemungkinan masa-masa kritis perkembangan

yang seharusnya sangat diperhatikan justru terlewatkan begitu saja. Ini merupakan

kerugian besar karena masa-masa kritis di dalam tahap perkembangan tidak terjadi

berulang.

Dari beberapa teori yang telah dipaparkan diatas terlihat bahwa individu anak

memperoleh atau mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui tahap-tahap,

bukan sesuatu yang datang sendiri dan tiba-tiba tanpa perjuangan dari anak tersebut.

Individu harus mengalami proses yang menyentuh keseluruhan aspek diri, yaitu aspek

Page 11: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

11

fisik, psikologis, moral, dan sosial. Individu adalah mahluk yang berkembang dan dalam

perkembangan ini mereka membutuhkan fasilitasi dan stimulasi. Apa yang terjadi di

lingkungan mereka dan apa yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya secara langsung

dan tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan diri.

Dalam melihat proses belajar Piaget lebih menekankan individu anak didik sebagai

aspek utama, anak didik aktif memperoleh dan memproses pengetahuan, anak didik jangan

diposisikan pasif yang tinggal disuapi pengetahuan. Proses belajar harus membantu dan

memungkinkan murid aktif mengkonstruksi pengetahuan dengan caranya sendiri. Biarkan

anak didik melakukan perubahan-perubahan skema dasar yang telah dibentuknya.

Penekanan lebih kepada anak didik yang aktif bukan para pendidik yang dominan

menentukan pembelajaran anak.

Dalam konsep belajar aktif ini adalah kegiatan belajar dimana anak didik secara

kognitif terlibat secara menyeluruh dalam proses. Intinya adalah belajar melalui interaksi

langsung dengan lingkungannya dan anak didik diposisikan sebagai subjek utama dalam

kontruksi pengetahuan maupun keterampilan. Belajar disini juga berorientasi pada

pemecahan masalah sehingga anak didik memperoleh pola-pola pemikiran yang lebih

aplikatif. Anak didik dihadapkan pada permasalahan-permasalahan dan diberikan

kebebasan dalam memilih alternatif solusi, disini secara tidak langsung dikembangkan pula

pola pikir kreatif, pola pikir yang berbeda. Mereka harus didorong untuk mencari

pengalaman-pengalaman baru dan melakukan percobaan-percobaan yang memungkinkan

mereka mengkonstruksi konsep baru kedalam skema kognitif yang mereka kembangkan.

Apa yang dikemukakan oleh Kohlberg mengenai perkembangan moral dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam tema besar saat ini yaitu pendidikan karakter.

Moralitas adalah salah satu aspek dari karakter yang menjadi sasaran pendidikan saat ini.

Moralitas berkaitan dengan perilaku benar-salah, baik-buruk, dan pantas-tidak pantas.

Moralitas saat ini menjadi keprihatinan yang besar mengingat besarnya arus pengaruh

nilai-nilai yang masuk dari luar, tidak sedikit nilai-nilai tersebut yang bertentangan dengan

nilai-nilai dasar yang telah kita miliki dan junjung tinggi. Nilai-nilai dasar yang kita miliki

yang sangat kita junjung tinggi,seperti kegotongroyongan, sopan-santun, keramahtamahan,

dan sebagainya kadang kalah bersaing dengan nilai-nilai yang datang dari luar, nilai-nilai

tersebut kadang dianggap kuno dan sudah ketinggalan jaman.

Page 12: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

12

Untuk menjadi manusia yang unggul, tidak sekedar memiliki pengetahuan tinggi

dan keterampilan yang bagus semata, namun juga didukung oleh moralitas yang baik pula,

tanpa didukung moralitas ini kehidupan akan kacau. Seperti apa yang sedang terjadi di

negara kita saat ini, moralitas yang rendah yang menyebabkan korupsi merajalela. Sasaran

pendidikan bukan hanya kecerdasan dan ilmu pengetahuan, tetapi juga moral, budi pekerti,

dan watak manusia. Pendidikan yang seperti ini akan menciptakan manusia yang tangguh,

unggul, dan mulia.

Para pendidik diharapkan melaksanakan tanggung jawab untuk menciptakan

kehidupan belajar mengajar yang mampu mempengaruhi pola pikir peserta didik kearah

perubahan perilaku positif. Dalam memberikan pengaruh yang baik, para pendidik harus

menjaga perilaku dan tutur kata, karena pelajaran moralitas harus ditunjukkan dengan

perilaku nyata dan peran model. Permasalahan moralitas yang saat ini banyak terjadi bisa

juga terjadi karena hilangnya sosok model perilaku bagi anak. Misalnya dalam keluarga

karena kesibukan kedua orangtuanya maka anak kehilangan keempatan untuk belajar nilai

melalui imitasi dan identifikasi terhadap perilaku orangtua. Anak akhirnya malah belajar

nilai dari televisi atau media lainnya yang berakibat buruk, mengingat anak belum

memiliki kemampuan untuk menyaringnya.

3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam teori perkembangan, suatu konstruksi pengetahuan ataupun keterampilan

seseorang tidaklah muncul dengan tiba-tiba. Ada tahap-tahap yang harus dilalui agar

pengetahuan dan keterampilan tersebut terbentuk dengan baik. Teori pentahapan

menyebutkan bahwa perkembangan bersifat hierarkhis, tahap yang pertama kali akan

menjadi pondasi utama suatu keterampilan, tahap tersebut menjadi dasar bagi

perkembangan bagi tahap yang kedua, sedangkan tahap yang kedua akan menjadi dasar

bagi tahap yang ketiga dan seterusnya saling berkaitan dan berkelanjutan.

Perumpamaan sederhana dari hal ini adalah anak yang sedang belajar naik sepeda.

Pertama kali anak akan belajar mengayuh memegangi stang, kemudian belajar mengayuh

pedal dan mengerem dengan kondisi sepeda masih diam, kemudian belajar

mempertahankan keseimbangan sepeda. Setelah keterampilan-keterampilan dasar

bersepeda tersebut dimiliki barulah anak akan belajar naik sepeda di halaman. Akan terasa

Page 13: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

13

aneh jika belajar naik sepeda itu dibalik urutannya. Anak belajar mengendarai sepeda di

halaman dulu baru, baru belajar keseimbangan, kemudian belajar mengayuh pedal, dan

baru akhirnya belajar memegang stang sepeda.

Kognitif berkaitan dengan proses mental berpikir, yaitu setiap kegiatan yang

melibatkan proses mental berpikir untuk mencari pemecahan masalah, beradaptasi dengan

situasi kognitif baru, dan fungsi kecerdasan. Perkembangan setiap individu pada dasarnya

terjadi dalam empat tahap, hal ini dikemukakan oleh Jean Piaget berdasarkan penelitian

mendalam tentang tumbuh kembang anak-anaknya. Jean Piaget mengemukakan bahwa

perkembangan kognitif melalui empat tahap, yaitu tahap sensori-motorik (usia 0-2 tahun),

tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap

operasional formal (11 tahun keatas). Pada tahap sensori-motorik, kontruksi kecerdasan

mulai dibentuk, dikenal dengan skema, kecerdasan awal berupa perilaku-perilaku yang

bersifat inderawi dan refleks. Pada tahap praoperasional kecerdasan diperkuat dengan

pembentukan simbol-simbol bahasa dan permainan yang bersifat pura-pura. Pada tahap

operasional konkret, anak mulai mengembangkan pemikiran yang didasarkan pada aturan

logis, dan diterapkan pada masalah-masalah konkret. Pada tahap operasional formal,

pemikiran mulai berkembang kearah teoretis formal yang didasarkan pada hipotesis dan

pemikiran mulai bersifat abstrak, yaitu tidak mengharuskan bendanya ada.

Moralitas adalah pedoman tentang salah atau benar tentang perilaku seseorang

berdasarkan masyarakat, moralitas ini sangat penting sebagai dasar mengatur hubungan

antarmanusia. Moral pada dasarnya dipandang sebagai penyelesaian antara kepentingan

diri dan kelompok, antara hak dan kewajiban. Maksudnya moral diidentifikasikan dengan

penyelesaian antara kepentingan diri dan kepentingan lingkungan yang merupakan hasil

timbang menimbang antara dua hal tersebut.

Bayangkan jika moralitas tidak menjadi dasar panduan dalam hidup bemasyarakat,

tentu semua orang akan memaksakan kepentingannya sendiri. Jika hal ini terjadi maka

kekerasan akan menjadi salah satu hal yang dianggap legitimate untuk dilakukan dan ini

akan membawa kehancuran pada suatu masyarakat. Begitu pentingnya tata aturan nilai ini

sehingga moralitas terdapat dalam seluruh budaya di dunia, seprimitif apapun masyarakat

pasti ada aturan tentang moralitas. Karena aturan moralitas inilah salah satu pemelihara

kelangsungan suatu masyarakat

Page 14: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

14

Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg menunjukkan bahwa

perkembangan moral terjadi dalam tiga tahap. yaitu tahap prakonvensional, tahap

konvensional, dan tahap pascakonvensional. Pada tahap prakonvensional ukuran benar

atau salahnya suatu perbuatan didasarkan pada objek diluar individu. Pada tahap

konvensional ukuran benar-salah didasarkan pada faktor peraturan sosial yang terdapat di

dalam masyarakat. Pada tahap pascakonvensional, individu melihat bahwa aturan sosial

yang ada didalam masyarakat tidak bersifat dan dapat berubah jika memang

masyarakatnya menginginkan.

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengantarkan peserta didik menuju

proses kedewasaan, pencapaian nyata terhadap potensi yang dimilikinya. Pendidikan juga

harus menanamkan tata nilai moralitas, sehingga output dari pendidikan tidak hanya

individu yang memiliki kecerdasan tinggi dan menguasai kemampuan yang diperlukan

bagi masa depannya, namun juga pribadi yang tangguh, unggul, dan memegang tata nilai

moralitas sebagai pegangan dalam kehidupannya.

Ki Hajar Dewantoro, Bapak Pendidikan Republik Indonesia, pernah

mengemukakan tiga prinsip pendidikan dengan melihat dari sudut pandang apa yang harus

dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik dan proses belajar. Filsafat tersebut berbunyi:

“Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani.” Ketiga kalimat

berbahasa Jawa, tersebut memiliki makna yang sangat mendalam. Filsafat pertama “Ing

ngarso sung tulodho” berarti bahwa seorang pendidik harus senantiasa memberi teladan,

model positif yang menjadi panutan anak didiknya. Seorang pendidik tidak sekedar

mengajarkan hal-hal yang baik tetapi harus mencontohkan bagaimana menerapkan hal-hal

baik itu dalam kehidupan nyata, bukan sekedar ilmu yang kalau sudah dipahami ya sudah.

Filsafat kedua “Ing madyo mangun karso”, hal ini berarti bahwa seorang pendidik harus

mampu membangkitkan, mengobarkan, dan memelihara semangat anak didiknya. Hal ini

membutuhkan interaksi yang lebih mendalam antara pendidik dengan anak didiknya.

Filsafat yang ketiga “Tut wuri handayani” memiliki arti bahwa setiap pendidik memiliki

tanggung jawab untuk mengawal proses pendidikan yang dijalankan agar berjalan dengan

lancar dan dapat mencapai tujuan yang digariskan.

3.2 Saran

1. Masyarakat umum secara perlahan harus mengubah pandangan umum tentang

pendidikan, anak bukanlah mesin belajar yang kapan saja siap untuk mempelajari

Page 15: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

15

sesuatu. Pandangan harus beralih kepada pendapat yang menyatakan bahwa anak

harus diberi kesempatan berkembang secara alamiah, biarkan kecerdasan terbentuk

secara natural sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dilalui.

2. Para orangtua harus hadir, mendampingi anak dalam masa tumbuh kembangnya,

orangtua harus mau mengerti tentang tahap-tahap perkembangan yang dilalui anak-

anaknya. Dalam tahap perkembangan ini ada yang disebut dengan masa-masa kritis,

masa ini adalah waktu yang terbaik untuk melatih keterampilan tertentu. Akan sangat

rugi kalau masa kritis ini sampai berlalu begitu saja, karena masa-masa penting ini

tidak akan datang dua kali atau berulang.

3. Para guru harus memahami perbedaan individual, dan sebisa mungkin mengakomodasi

perbedaan tersebut dalam memberikan pelajaran, hal ini berarti menuntut seorang

pendidik untuk bertindak fleksibel dan kreatif dalam membawakan materi pelajaran.

4. Dalam sistem pembelajaran, anak harus didorong untuk aktif mencari dan memproses

informasi, pengetahuan, dan keterampilan. Sifat dasar keterampilan hidup adalah

natural. Meskipun begitu para orangtua dan para pendidik tetap memiliki peran yang

penting, yaitu memfasilitasi dan memberi stimulasi terhadap keterampilan-

keterampilan yang sedang dipelajari.

Page 16: 6 Artikel Jurnal Sri Fajar M.teori Perkembangan Kognitif Dan Teori

16

Daftar Pustaka

Amstrong, T. 2009. Multiple Intelligences in The Classroom. Virginia: ASCD.

Coles, R. 2000. Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada Anak. Alih Bahasa: T Hermaya.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hurlock, E. 2002. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Alih Bahasa: Tim Erlangga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kedaulatan Rakyat. 21 Mei 2011. Puncak Peringatan Hardiknas dan Harkitnas 2011.

Mőnks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. 2002. Psikologi Perkembangan. Pengantar

dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pikiran Rakyat. 25 Mei 2011. Forum Guru.

Suparno, P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius