37-2037-1-sm

10
Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SD DI GUGUS 4 KECAMATAN BUSUNGBIU Eddy Permana Putra 1 , Ni Nyoman Garminah 2 , I Gusti Ngurah Japa 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: ([email protected], [email protected], [email protected]) @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, (2) hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis, (3) perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang berjumlah 144 orang. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri Titab yang berjumlah 19 orang dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Telaga yang berjumlah 14 orang. Data hasil belajar Matematika dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda dan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen tergolong sangat tinggi dengan rata-rata 21,45. Sedangkan, hasil belajar Matematika siswa kelompok kontrol tergolong tinggi dengan rata-rata 15,79. Terdapat perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional (t hitung > t tabel, t hitung = 5,411 dan t tabel = 2,201). Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa Kata kunci: Inkuiri terbimbing, media grafis, konvensional, hasil belajar Abstract This research aims to determined (1) the results of Mathematics learning on fourth grade elementary school students in Cluster 4 Buleleng Subdistrict Busungbiu that learned with conventional learning models, (2) the results of mathematics learning on fourth grade elementary school in Cluster 4 Buleleng Subdistrict Busungbiu that learned by guided inquiry learning model aided by graphic media, (3) significant differences in outcome between groups of students learning mathematics is learned with guided inquiry model of graphic media aided by a group of students who learned with the conventional model of the fourth grade students in Cluster 4 Busungbiu Buleleng District of Academic Year 2013/2014 This research was a quasi experimental studied. The research population was all students in the class IV Cluster 4 Buleleng Subdistrict Busungbiu totaling 144 people. The sample of this research is the fourth grade students of SD Negeri Titab totaling 19

Upload: nurul-aisyah

Post on 16-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jurnal pengaruh inkuiri

TRANSCRIPT

Page 1: 37-2037-1-SM

Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA KELAS IV SD DI GUGUS 4 KECAMATAN BUSUNGBIU

Eddy Permana Putra1, Ni Nyoman Garminah2, I Gusti Ngurah Japa3

1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: ([email protected], [email protected],

[email protected]) @undiksha.ac.id

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, (2) hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis, (3) perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang berjumlah 144 orang. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri Titab yang berjumlah 19 orang dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Telaga yang berjumlah 14 orang. Data hasil belajar Matematika dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda dan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen tergolong sangat tinggi dengan rata-rata 21,45. Sedangkan, hasil belajar Matematika siswa kelompok kontrol tergolong tinggi dengan rata-rata 15,79. Terdapat perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional (thitung > ttabel, thitung = 5,411 dan ttabel = 2,201). Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa

Kata kunci: Inkuiri terbimbing, media grafis, konvensional, hasil belajar

Abstract

This research aims to determined (1) the results of Mathematics learning on fourth grade elementary school students in Cluster 4 Buleleng Subdistrict Busungbiu that learned with conventional learning models, (2) the results of mathematics learning on fourth grade elementary school in Cluster 4 Buleleng Subdistrict Busungbiu that learned by guided inquiry learning model aided by graphic media, (3) significant differences in outcome between groups of students learning mathematics is learned with guided inquiry model of graphic media aided by a group of students who learned with the conventional model of the fourth grade students in Cluster 4 Busungbiu Buleleng District of Academic Year 2013/2014 This research was a quasi experimental studied. The research population was all students in the class IV Cluster 4 Buleleng Subdistrict Busungbiu totaling 144 people. The sample of this research is the fourth grade students of SD Negeri Titab totaling 19

Page 2: 37-2037-1-SM

Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

persons and fourth grade students of SD Negeri 1 Telaga, amounting to 14 people. Mathematics learning outcomes data collected using a multiple-choice test and the data obtained were analyzed using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistics, namely t-test. Results of this research showed that the experimental group students' learning outcomes as very high with an average of 21.45. Meanwhile, the results of a control group of students learning mathematics is high with an average of 15.79. There are differences in mathematics learning result significantly between groups of students who learned with guided inquiry model of graphic media aided by by a group of students who learned with the conventional model (tvalue> ttable, tvalue = 5.411 and the table = 2.201). Thus, guided inquiry learning model aided by graphic media influence on student learning result Mathematics

Keywords: Guided inquiry, graphic media, conventional, learning outcomes.

PENDAHULUAN Belajar merupakan kebutuhan yang

mendasar bagi setiap manusia, karena dengan belajar manusia dapat mengembangkan dirinya agar mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi akibat perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS).

Menurut Bower dan Hilgard (dalam Suwatra, dkk. 2007: 2) menyatakan belajar mengacu pada perubahan prilaku atau potensi individu sebagai hasil pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh instink, kematangan atau kelelahan dan kebiasaan. Pendapat ini menyatakan bahwa siswa mengalami perubahan prilaku karena adanya pengalaman yang terjadi melalui interaksi antara dirinya dengan lingkungan. Dalam hal ini guru memberikan banyak rangsangan pada siswa agar mau berinteraksi dengan aktif, menemukan dan mencari berbagai hal dari lingkungan.

Selain itu tugas guru adalah sebagai motivator yang tidak hanya membelajarkan siswa tetapi juga membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Maksudnya adalah guru lebih banyak mengatur strategi pembelajaran dalam memberi informasi. Pengetahuan dan keterampilan yang baru akan datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Pengetahuan juga tidak dapat dipisahkan dengan fakta-fakta yang ada tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Siswa dibiasakan memecahkan masalah dengan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya agar terjadi kebermaknaan dalam belajar.

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran yang optimal adalah situasi dimana siswa yang

dapat berinteraksi dengan komponen lain secara optimal dalam rangka mencapai tujuan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memahami cara siswa belajar, Moedjiono dan Dimyati (1994: 1) menyatakan informasi yang diperoleh dapat di proses dalam pekerjaannya, kemudian mampu dikembangkan, informasi itu disajikan agar dapat dicerna, lama di ingat serta mampu bertahan dalam pikiran siswa. Selain itu, situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan pembelajaran apabila menggunakan model dan media yang tepat. Pendapat ini menyatakan bahwa siswa akan mudah memahami suatu materi pelajaran apabila guru mengunakan model dan media yang tepat dalam menyajikan informasi dalam proses pembelajaran.

Di sekolah dasar terdapat beberapa mata pelajaran yang diajarkan, salah satunya adalah Matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Matematika perlu diberikan kepada semua siswa khususnya di sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk menghadapi keadaan yang selalu berubah, dan kompetitif. Namun peranan Matematika yang begitu besar ternyata tidak sesuai dengan kualitas proses dan

Page 3: 37-2037-1-SM

Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

hasil pembelajaran Matematika siswa di sekolah dasar. Kebanyakan siswa menganggap Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit dipelajari, Marpaung (dalam Nova 2011: 3) melihat paradigma umum ketika pembelajaran Matematika berlangsung di sekolah dasar sebagai berikut. Pembelajaran berpusat pada guru, artinya guru aktif mentransfer pengetahuan pada pikiran siswa. Matematika disampaikan pada siswa sebagai produk yang sudah jadi, bukan sebagai proses, sehingga siswa kurang memahami materi yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Siswa menerima pengetahuan secara pasif, dalam artian seorang guru secara tidak langsung membatasi ruang interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan tampak bahwa guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional pada proses pembelajaran dan tidak menggunakan media pembelajaran.

Rasana (2009: 20) menyatakan preskripsi model pembelajaran konvensional yaitu sampaikan tujuan pembelajaran, tugaskan siswa untuk mendengarkan informasi dari guru, sediakan waktu untuk melakukan tanya jawab, tugaskan siswa untuk mengerjakan soal-soal, dan simpulkan bahan ajar yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa guru mendominasi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Pembelajaran dengan model seperti di atas dapat berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika.

Dimyati dan Moedjiono (1994: 250-251) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Maksudnya adalah ketika siswa melakukan kegiatan belajar, siswa akan mengalami suatu perubahan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat mereka belum belajar. Sejalan dengan pendapat di atas Bloom (dalam sudjana, 2006:22) menyatakan secara garis besar hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah

psikomotor. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara menyeluruh yang dilakukan dengan mengamati, menirukan, mencoba, mendengarkan, mengikuti petunjuk dan pengarahan yang terdiri atas unsur kognitif, afektif, dan psikomotor untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para guru Matematika di SD Gugus 4 Kecamatan Busungbiu, diperoleh beberapa permasalahan sebagai berikut. Adanya jarak antara siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi dengan siswa yang kemampuannya lebih rendah, sehingga siswa dalam melakukan diskusi atau kerjasama kelompok kurang optimal, karena siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi tidak membimbing siswa yang kemampuannya rendah dalam menghadapi masalah pada saat proses diskusi atau kerjasama dalam kelompok. Rendahnya hasil belajar matematika, karena hasil belajar matematika siswa berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran dalam proses pembelajaran, sehingga siswa merasa kurang tertarik akan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Guru masih menerapkan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional merupakan suatu proses yang lebih menekankan peran guru dalam proses pembelajaran sebagai pentransfer ilmu. Hal ini ditemukan dalam pembelajaran di kelas, guru hanya menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dalam menyampaikan materi dari awal sampai akhir jam pelajaran dan siswa jarang diarahkan untuk menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari sehingga siswa bersifat pasif dalam proses pembelajaran. Matematika hanya disajikan sebagai produk, guru menyajikan secara langsung materi yang diajarkan kepada siswa tanpa melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak dapat menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari.

Permasalahan pada masing-masing sekolah dibuktikan dengan dokumen hasil belajar Matematika siswa dengan nilai rata-rata berada di bawah Kriteria Ketuntasan

Page 4: 37-2037-1-SM

Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh masing-masing sekolah yang bersangkutan

yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Belajar dan KKM Matematika Masing-masing SD di gugus IV

Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng.

No. Nama Sekolah Dasar Rata-rata Hasil Belajar

Matematika Kriteria Ketuntasan

Minimal

1 SD Negeri Titab 61 65 2 SD No. 4 Pucaksari 56 60 3 SD No. 1 Telaga 43 55 4 SD No. 2 Telaga 53 60 5 SD Negeri Subuk 43 55 6 SD No. 1 Tinggarsari 53 60 7 SD No. 2 Tinggarsari 55 56 8 SD No. 3 Tinggarsari 57 60

Penanganan masalah yang

diuraikan di atas memerlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun solusi yang dapat digunakan adalah menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis. Berbagai model pembelajaran inovatif telah di kembangkan oleh pemerintah salah satunya yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Gulo (dalam Trianto 2009: 166) menyatakan bahwa inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimum seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pendapat ini menyatakan bahwa model inkuiri mengajak siswa aktif untuk belajar secara sistematis, kritis, logis, analitis dalam proses pembelajaran. Sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses belajar mengajar, keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Model pembelajaran inkuiri yang dimaksud mengacu pada pembelajaran siswa mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah seperti layaknya para ilmuan.

Terbimbing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagian besar perencanaan pembelajaran, lembar penyusun laporan, dan lembar pencatatan data disiapkan oleh guru. Ketika proses pembelajaran berlangsung, peran guru adalah sebagai pembimbing dan memberikan petunjuk-petunjuk bila diperlukan. Selama siswa tidak membutuhkan bantuan, maka siswa dibiarkan bekerja dalam kelompok belajarnya.

Roestiyah (1985: 76-77) menyatakan bahwa, model inkuiri memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut. Membentuk self concept dan memperkuat ingatan pada diri siswa, dapat mendorong untuk bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka, serta mendorong siswa untuk berpikir intuitif, memberi kepuasan bersifat instrinsik sehingga menimbulkan proses belajar yang lebih merangsang, dapat mengembangkan bakat/ kecakapan individu dengan memberi kebebasan pada siswa untuk belajar mandiri, dapat menghindari siswa belajar secara tradisional, dapat memberikan waktu secukupnya pada siswa sehingga dapat mengakomodasi informasi. Pendapat di atas didukung pula oleh Sumantri (1999: 166) menyatakan bahwa model inkuiri memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut. Mengembangkan self-concept pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-

Page 5: 37-2037-1-SM

Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

ide lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dalam proses pembelajaran, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisisatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, mendorong siswa untuk merumuskan hipotesisnya sendiri, situasi proses belajar menjadi lebih merangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri, siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional, dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi.

Dapat disimpulkan bahwa model inkuiri terbimbing mempunyai keunggulan seperti pembelajaran menjadi lebih inovatif, guru mudah dalam mengatur kelas, siswa menjadi termotivasi dalam pembelajaran, siswa dapat berpikir ilmiah dan dapat memecahkan masalah sendiri serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2009: 172) tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari enam tahapan yaitu, menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Menyajikan pertanyaan atau masalah, diberikan oleh guru untuk diidentifikasi oleh siswa. Membuat hipotesis dilakukan oleh siswa untuk mentukan hipotesis yang relevan untuk diprioritaskan dalam penyelidikan. Merancang percobaan, siswa menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis dalam merancang suatu percobaan. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, siswa mencari informasi melalui percobaan berdasarkan langkah-langkah yang dibuat. Mengumpulkan dan menganalisis data, setelah data hasil percobaan terkumpul, siswa diberikan kesempatan untuk membacakan hasil pengolahan data. Membuat kesimpulan, dari pembacaan hasil percobaan, siswa menyimpulkan hasil percobaan yang mereka lakukan. Selain menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing, penggunaan media

grafis dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Ibrahim, dkk. (1981: 34) mengemukakan media grafis adalah material media tanpa proyeksi dua dimensi, pada umumnya berupa gambar atau tulisan. Pendapat ini menyatakan bahwa media grafis biasanya berupa gambar atau tulisan yang mudah dipahami siswa. Sebagaimana halnya media yang lain, media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual (Sadiman, 2005: 28). Pendapat ini menyatakan dengan memperhatian gambar atau tulisan kita dapat memahami pesan yang terdapat pada gambar atau tulisan tersebut. Ibrahim, dkk. (1981: 34) mengemukakan ciri-ciri umum dari media grafis antara lain fungsi media grafis diantaranya adalah untuk memperjelas ide, dengan menggunakan media grafis, ide yang bersifat abstrak dapat lebih mudah untuk dipahami, untuk lebih menarik perhatian siswa, untuk memberi gambaran atau menghiasi fakta-fakta yang mungkin cepat dilupakan atau diabaikan oleh siswa jika tanpa media grafis.

Kelebihan media grafis diantaranya kongkrit artinya gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dari pada hanya menggunakan media verbal, dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, dapat memperjelas suatu masalah untuk bidang apa saja dan untuk usia berapa saja, murah harganya, mudah dibuat, didapat dan digunakan.

Media grafis dapat dipakai secara efektif kalau memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. Auntentik artinya mendekati keadaan yang sebenarnya, jangan sampai dengan menggunakan media grafis justru memberikan gambaran yang salah, sederhana artinya kompisisi jelas dan menunjukkan ide-ide utama dalam gambar, mengandung gerak atau perbuatan, jika mengambil gambar potret atau guntingan gambar dari majalah harus diperhatikan gunanya untuk mencapai

Page 6: 37-2037-1-SM

Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

tujuan instruksional yang telah ditentukan, bukan hanya ditinjau dari segi baiknya kualitas gambar, keindahan artinya media grafis bagus dari segi seni dan juga efektif untuk mencapai tujuan instruksionalTerdapat beberapa jenis media grafis, diantaranya gambar mati, gambar seri, kartun, Poster, Bagan/chart, grafik, peta (Ibrahim,1981: 34). Dalam penelitian ini akan digunakan media grafis yang berupa gambar mati. Gambar mati yang digunakan ini sesuai dengan karakteristik materi pelajaran Matematika pada materi pengukuran sudut. Media gambar mati tersebut diharapkan dapat meminimalkan verbalisme dalam penyampaian materi pelajaran Matematika dan meningkatkan perhatian siswa selama proses pembelajaran Matematika.

Dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis diharapkan mampu untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa yang ditopang oleh semangat dan upaya guru sehingga diharapkan pengajaran Matematika yang selama ini kurang mendapat perhatian optimal dari siswa nantinya akan lebih dipedulikan oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran Matematika akan tercapai secara optimal.

Berdasarkan pemaparan masalah di atas, maka sangat perlu dilaksanakan pengkajian lebih jauh untuk mengetahui hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, hasil belajar matematika siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis, dan perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng.

METODE Jenis penelitian yang dilakukan

adalah penelitian eksperimen semu. Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus IV Kecamatan Busungbiu. Penelitian ini dilaksanakan pada rentang waktu semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV semester ganjil di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu yang berjumlah 144 orang siswa. Siswa-siswa tersebut berasal dari SD Negeri Titab, SD No. 4 Pucaksari, SD No. 1 Telaga, SD No. 2 Telaga, SD Negeri Subuk, SD No. 1 Tinggarsari, SD No. 2 Tinggarsari, SD No. 3 Tinggarsari.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Random Sampling, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak, sehingga semua individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Semua kelas memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya dilakukan pengundian terhadap 8 sekolah, kemudian diambil dua sekolah secara acak. Dua sekolah yang terpilih kembali diacak untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan pengundian yang dilakukan, ditetapkan bahwa kelas IV SD Negeri Titab sebagai kelas eksperimen dan Kelas IV SD No. 1 Telaga sebagai kelas kontrol. Jumlah keseluruhan adalah 33 siswa.

Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis yang diterapkan pada kelompok eksperimen sebagai suatu perlakuan dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Matematika.

Rancangan eksperimen yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan Nonequivalent Posttest-Only Control Grup Design (Sugiyono, 2010: 85). Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode tes. Cronbach (dalam Koyan. 2011: 14) menyatakan tes sebagai salah satu alat

Page 7: 37-2037-1-SM

Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

ukur adalah suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan perilaku beberapa orang. Pendapat ini menyatakan bahwa tes digunakan untuk membandingkan perilaku beberapa orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes tersebut berupa tes pilihan ganda, dimana butir pertanyaannya berjumlah 25 soal. Tes ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pembelajaran Matematika yang mereka peroleh di kelas IV. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis statistik deskriptif dan

analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji-t.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Data

Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang hasil belajar Matematika siswa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siswa

Data Statistik

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Mean 21,45 15,79 Median 21,64 15,50 Modus 22,07 15,34

Berdasarkan Tabel 2, diketahui

bahwa mean data hasil belajar Matematika kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan mean kelompok kontrol (21,45 > 15,79). Selanjutnya, data hasil belajar Matematika kelompok eksperimen tersebut disajikan ke dalam bentuk polygon seperti Gambar 1.

Gambar 1. Polygon Data Hasil Belajar

Matematika Kelompok eksperimen

Dengan demikian, maka grafik polygon sebaran data hasil belajar Matematika siswa kelompok eksperimen membentuk kurve juling negatif, yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Sedangkan, data hasil belajar Matematika kelompok kontrol disajikan ke dalam bentuk polygon seperti Gambar 2.

Gambar 2. Polygon Data Hasil Belajar

Matematika Kelompok kontrol

Mo = 15,34

Me = 15,50 M = 15,79

Md = 21,64

Mo = 22,07

M = 21,45

Page 8: 37-2037-1-SM

Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Berdasarkan grafik polygon data di atas Maka polygon sebaran data hasil belajar Matematika siswa kelompok kontrol membentuk kurve juling positif, yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah.

Langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini, yaitu hipotesis nol (H0) yang berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis, dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa

kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu. Namun sebelum uji hipotesis dilakukan, ada beberapa uji prasyarat yang harus dilalui terlebih dahulu, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis diperoleh bahwa data hasil belajar Matematika siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Oleh karena itu, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t

Sampel Jumlah siswa

Mean Standar Deviasi

Varians Derajat

kebebasan thitung ttabel

Eksperimen 19 21,45 2,52 6,37 31 5,411 2,201 Kontrol 14 15,79 3,50 12,22

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t,

diperoleh thitung adalah 5,411. Sedangkan ttabel dengan db = 31 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,201. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0

ditolak atau H1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu.

Pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis yang dibelajarkan pada kelompok eksperimen terbukti dari skor hasil belajar Matematika kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Dengan demikian, pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis berpengaruh positif terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng dibandingkan dengan pembelajaran dengan model konvensional.

Temuan peneliti yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama yaitu dalam proses pembelajaran, siswa dilibatkan secara aktif dalam kelompok. Dalam proses diskusi siswa saling membimbing untuk menghadapi masalah pada saat proses diskusi sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah memperoleh bimbingan dari siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi untuk menghadapi masalah pada saat proses diskusi dalam kelompok.

Faktor kedua yaitu guru dalam pembelajaran memposisikan diri sebagai mediator dan fasilitator pada saat siswa melakukan diskusi kelompok. Siswa diarahkan untuk menentukan kegiatan belajarnya sendiri sesuai dengan masalah yang yang diberikan, sehingga aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Elliot (dalam Abimanyu, 2008:22) bahwa “pembelajaran akan lebih bermakna dan permanen jika siswa diberikan kesempatan aktif membangun pengetahuannya sendiri”. Pendapat ini

Page 9: 37-2037-1-SM

Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

menyatakan pembelajaran yang dialami oleh siswa akan lebih bermakna bila siswa diberikan kesempatan aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri.

Selain temuan-temuan tersebut, temuan lain yang merupakan hasil penerapan dari model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis adalah siswa merasa terdorong untuk mempelajari materi yang diajarkan oleh guru, karena guru menggunakan media grafis dalam proses pembelajaran sehingga siswa merasa tertarik akan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru, dan keaktifan siswa selama pembelajaran semakin meningkat. Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa bisa belajar berdiskusi, belajar mengemukakan pendapat, belajar dengan menemukan sendiri sehingga tidak mudah lupa, menemukan kembali konsep, belajar menyelesaikan permasalahan, memperoleh pendidikan budi pekerti seperti saling bekerja sama dan menghormati. Di samping itu suasana belajar menjadi lebih inovatif. Temuan ini sependat dengan temuan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wayan Hendra (2009) yang menyatakan bahwa melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar menghitung keliling dan persegi panjang, dan Nova Indra Kusuma (2011) yang menyatakan bahwa melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing kian berhasil. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. Hasil belajar Matematika siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan model pengajaran konvensional tergolong tinggi dengan rata-rata (M) 15,79. Hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis tergolong sangat tinggi dengan rata-rata (M) 21,45. Terdapat perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan antara

kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu. Rata-rata skor hasil belajar Matematika kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis lebih besar dibandingkan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pengajaran konvensional, yaitu 21,45 > 15,79. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media grafis lebih baik daripada kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pengajaran konvensional.

Berdasarkan hasil penilitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran guna peningkatan kualitas pembelajaran matematika di SD, yaitu sebagai berikut. Siswa-siwa di Sekolah Dasar agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus mengembangkan pemahamannya dengan mengkonstruksi/ membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui pengalaman. Disarankan kepada guru-guru agar tidak hanya berpikir menyelesaikan materi Matematika tepat waktu dengan mengarahkan siswa untuk menghapal materi, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa tidak maksimal. Tetapi perlu diperhatikan pula keadaan siswa baik itu kepercayaan diri, pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari, dan minat/perhatian. Disarankan kepada guru-guru yang mengalami permasalahan mengenai hasil belajar Matematika siswa di sekolah, agar melakukan inovasi dalam pembelajaran melalui model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN Abimanyu, Soli. 2008. Strategi

Pembelajaran 3 SKS. Jakarta: Dikjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Dimyanti, Moedjiono. 1994. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Page 10: 37-2037-1-SM

Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Ibrahim, dkk. 1981. Media Instruksional. Malang: Sub Proyek Penulisan Buku pelajaran Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi IKIP Malang. Jakarta: Penerbit Sinar Grafika.

Koyan, I Wayan. 2011. Assesmen dalam

Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA. Nova Indra Kusuma, I Putu. 2011.

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Benda Konkrit Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sd No 1 Titab Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UNDIKSHA Singaraja.

Raka Rasana, I Dewa Putu. 2009.

Laporan Sabbatical Leave Model-model Pembelajaran. Singaraja: DIPA PNBP FIP UNDIKSHA.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sadiman, Arief S. 2005. Media

Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil

Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk

Penelitian. Bandung: CV ALFABETA.

Sumantri, dkk. 1999. Strategi Belajar

Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Suwatra, dkk. 2007. Modul Belajar dan

Pembelajaran. Singaraja: UNDIKSHA.

Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.