16 faktor penduga simpanan karbon pada...
TRANSCRIPT
213
FAKTOR PENDUGA SIMPANAN KARBON PADA TANAH GAMBUT
1Ai Dariah, 3Erni Susanti, 2Anny Mulyani, dan 1Fahmuddin Agus 1Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12 Bogor 16114 2Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Besar Litbang Sumbedaya Lahan Pertanian, Jl. Tentara
Pelajar No. 12 Bogor 16114 3Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Jl. Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111
Abstrak. Pengukuran simpanan karbon pada lahan gambut penting dilakukan selain untuk
menginventarisasi besarnya simpanan karbon, juga untuk monitoring besarnya perubahan
simpanan karbon sebagai dampak perubahan sistem pengelolaan lahan. Selama ini
simpanan karbon pada lahan gambut ditetapkan berdasarkan data yang didapat dari hasil
pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan (khususnya untuk parameter
kedalaman atau ketebalan lapisan gambut) dan hasil analisis di laboratorium (untuk bulk
density, kadar air, dan kadar karbon). Untuk mendapatkan keseluruhan data tersebut
dibutuhkan waktu dan biaya pengamatan, pengambilan sample dan analisis laboratorium
yang relatif lama dan mahal. Adanya hubungan yang erat antara beberapa variable tertentu
seperti ketebalandan kematangan gambut dengan besarnya simpanan karbon membuka
peluang untuk dapat menduga atau memprediksi besarnya simpanan karbon di lahan
gambut. Penelit ian ini bertujuan untuk menentukan faktor penduga (proxy) simpanan
karbon dalam tanah gambut. Penentuan faktor penduga simpanan karbon dilakukan
dengan menggunakan data hasil pengamatan gambut di Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Berdasarkan data hasil pengamatan dan analisis gambut di 248 tit ik pengamatan di Pulau
Sumatera (Aceh, Jambi, dan Riau) dan Pu lau Kalimantan (Kalimantan Tengah,
Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan) menunjukkan hubungan antara kedalaman
gambut dan simpanan gambut dalam bentuk persamaan sebagai berikut : Y=5,534X,
dimana Y=simpanan C (tha-1
), X=kedalaman/ketebalan gambut (cm), dengan nilai
R2=0,68. Selain kedalaman gambut, faktor lainnya yang dominan menentukan besarnya
simpanan C dalam tanah gambut adalah kematangan gambut. Semakin matang gambut,
simpanan C per volume tertentu (C-density) semakin tinggi, rata-rata kandungan karbon
dalam tanah gambut dengan kematangan fibrik, hemik, dan saprik berturut -turut adalah
0,049, 0,061, dan 0,084 t m-3
. Leb ih tingginya kerapatan C pada gambut yang lebih
matang lebih dominan dipengaruhi BD gambut. Selain karena proses pematangan gambut,
perubahan BD gambut juga bisa disebabkan oleh konsolidasi bahan gambut akibat proses
drainase atau adanya perubahan beban/tekanan di permukaan gambut. Oleh karena itu,
dalam monitoring emisi berdasarkan pengurangan ketebalan gambut (subsidance),
perubahan tingkat kematangan dan BD merupakan faktor yang penting untuk diamat i.
Katakunci: Simpanan, karbon, gambut
Abstract. Measurement of carbon stock in peatlands is required in addition to inventory
the amount of carbon stock, as well as for monitoring changes in carbon stocks as a result
of changes in land management system. Carbon stock in peatlands are usually measured
16
A. Dariah et. al.
214
based on data obtained from direct observations and measurements in the field (especially
for depth or thickness of peat layer) and the results of laboratory analysis (for bulk
density, moisture and carbon content). To obtain these data takes a relatively long time
and costs (observations, sampling, and laboratory analysis) are relatively expensive. The
relationship between some specific variables such as thickness and maturity of the peat
with the magnitude of carbon stock opportunities in order predict amount of carbon stock
in peatlands. This study aims to determine the factors probe (proxy) of carbon stock in
peatland. Determination of carbon storage estimators performed using the data of
observations of peat in Sumatra and Kalimantan. Based on the observations and analysis
of peat at 248 observation points Sumatra Island (Aceh, Jambi and Riau) and Kalimanta
Island (Central Kalimantan, West Kalimantan and South Kalimantan) shows the
relationship between the depth of peat and peat deposits in the form of the equation as
follows: Y = 5.534 X, where Y = savings C (t ha-1
), X = depth / thickness of the peat (cm),
with a value of R2 = 0.68. Another factor which determines the C deposit in peat deposits
is the maturity of the peat. The average content carbon content in peat soils with a
maturity fibrik, hemik, and Saprik respectively 0.049, 0.061, and 0.084 t m-3. C density is
higher in more mature peat. C density of peat predominantly influenced by BD. In
addition to itsmaturationprocess ofpeat, change ofBDcan also be causedby
theconsolidation ofthe peatmaterialas aresult ofthedrainage process orchange inthe
load/pressureatthe surface of thepeat. Therefore,themonitoringof emissionsbyreducingthe
thickness of thepeat(subsidance), thenchangethe level of maturityandBDis an important
factortobe observed.
Keywords: stock, carbon, peat, proxy
PENDAHULUAN
Simpanan karbon pada lahan gambut bisa mencapai lebih 3.000t ha-1
. Variasi simpanan
karbon dalam lahan gambut sangat ditentukan oleh faktor kedalaman/ketebalan gambut,
kematangan gambut, bulk density (BD gambut), kadar abu, dan vegetasi yang tumbuh di
atasnya.Proporsi simpanan karbon (stock carbon) dalam tanah gambut (below ground C-
stock) jauh lebih dominan dibanding dengan simpanan karbon dalam b iomas tanaman
(above ground C-stock). Hasil penelitian Dariah et al. (2009) di Kalimantan Barat
menunjukkan proporsi simpanan karbon dalam biomas tanaman hanya berkisar antara 0,5-
3% dari total simpanan karbon.
Dalam kondisi alaminya (vegetasi hutan alami dan tergenang), lahan gambut dapat
berperan sebagai penambat karbon. Proses penambatan berkisar antara 0-3 mm gambut
per tahun atau setara dengan penambatan 0,0- 5,4 ton CO2 /ha/tahun (Agus,
2009).Sehingga dalam kondisi yang dinilai paling ideal, satu meter gambut terbentuk
dalam jangka waktu 1000-2000 tahun.Diperkirakan lahan gambut yang ada sekarang
mempunyai umur 3.000-28.000 tahun (Rieley et al. 2008).
Simpanan karbon lahan gambut bersifat sangat labil, perubahan kondisi alami
lahan gambut menyebabkan karbon menjadi mudah teremisi dalam bentuk gas rumah
Faktor penduga simpanan karbon pada tanah gambut
215
kaca, menyebabkan simpanan karbon berkurang, sementara konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer semakin bertambah. Dalam keadaan hutan alam, lahan gambut mengeluarkan
emisi antara 20-40 t CO2 ha-1
tahun-1
(Rieley et al. 2008). Sebagai perbandingan hasil
penelitian yang dilakukan di Kalimantan Barat dan Tengah menunjukkan emisi dari lahan
gambut yang telah digunakan untuk lahan pertanian berkisar antara 45-131 t
CO2/ha/tahun, terdapat indikasi bahwa kedalaman drainase menjad i faktor dominan yang
menentukan besarnya emisi (Agus et al. 2009, 2010). Dalam periode 18 tahun terakhir,
secara global emisi CO2 dari lahan gambut yang didrainase telah meningkat lebih dari
20%, yaitu dari 1.058 Mton pada tahun 1990 menjadi 1.298 Mton pada tahun 2008.
Notohadiprawiro (2006) menyatakan bahwa penggunaan lahan gambut untuk pertanian
dapat menyebabkan terjadinya perubahan fungsi gambut dari penambat menjadi pelepas
karbon. Oleh karena itu, pengukuran simpanan karbon di lahan gambut penting untuk
dilakukan selain untuk inventarisasi besarnya simpanan karbon juga untuk monitoring
perubahan simpanan karbon sebagai dampak dari suatu sistem pengelolaan lahan.
Selama in i simpanan karbon pada lahan gambut ditetapkan berdasarkan data yang
didapat dari hasil pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan (khususnya untuk
parameter kedalaman atau ketebalan lapisan gambut) dan hasil analisis di laboratorium
(untuk bulk density/BD, kadar air, dan kadar karbon) (Agus, 2009). Untuk mendapatkan
keseluruhan data tersebut dibutuhkan waktu dan biaya pengamatan, pengambilan sample,
dan analisis laboratorium yang relatif lama dan mahal. Adanya hubungan yang erat antara
beberapa variable tertentu seperti ketebalan dan kematangan gambut dengan besarnya
simpanan karbon membuka peluang untuk dapat menduga atau memprediksi besarnya
simpanan karbon di lahan gambut. Penelit ian ini bertujuan untuk menentukan faktor
penduga (proxy) simpanan karbon dalam tanah gambut.
BAHAN DAN METODE
Data yang digunakan bersumber dari berbagai hasil penelitian khususnya yang
berhubungan dengan pengukuran stock atau simpanan karbon pada lahan gambut, yaitu:
a. Assessment o f Carbon Stock and Emission from peatland di Krueng Tripa, Pesisir
Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur.
b. Penggunaan lahan gambut: Trade off antara Emisi CO2 dan Keuntungan Ekonomi di
Provinsi Kalteng (Agus et al. 2010)
c. Pemanfaatan Lahan Gambut di Kabupaten Pontianak dan Kubu Raya, Kalimantan
Barat.
d. Simpanan karbon di di empat lokasi keg iatan ICCTF.
e. Stok karbon pada demplot penelitian kelapa sawit di Siak Kecil, Kabupaten
Bengkalis (Dariah et al. 2010)
A. Dariah et. al.
216
f. Hasil penelitian ReGrIn di Aceh (Maswar et al. 2011)
g. Hasil penelitian REDD A LERT d i Riau (Agus et al. 2010)
Kegiatan ini dilaksanakan melalu i beberapa tahapan yaitu (a) kompilasi data dan
studi literatur, (b) pengolahan dan analisis data, dan (c) validasi model. Data stock karbon
lahan gambut dikompilasi dari data karateristik lahan gambut yang saat ini tersebar di
berbagai sumber data. Data yang terkumpul dalam dua format yaitu data spasial dan
tabular. Data tabular dari berbagai sumber d isusun dalam format excel sesuai dengan
format, atribut dan struktur data yang telah ditetapkan. Data/informasi yang dihimpun
menjadi basisdata di antaranya adalah koordinat, lokasi, ketebalan gambut, jenis/tingkat
kematangan, sifat fisik-kimia, penggunaan lahan, stock karbon dan emisi CO2.
Berdasarkan data yang tersedia dilaku kan analisis hubungan kematangan dan ketebalan
gambut dengan stock karbon, sehingga didapat faktor penduga atau proxi simpanan
karbon dalam tanah gambut, selanjutnya didapat model atau persamaan yang dapat
digunakan untuk menduga simpanan karbon dalam tanah gambut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kedalaman sebagai faktor penentu simpanan C dalam tanah gambut
Berdasarkan hasil pengamatan di 281 titik pengamatan, variasi simpanan karbon
dalam tanah gambut berkisar antara 162 t ha-1
(di Kabupaten Banjarbaru, Kalimantan
Selatan) sampai dengan 6.390 t ha-1
(di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah).
Simpanan karbon tertinggi yaitu 6.390 t ha-1
didapat dari gambut dengan kedalaman
tertinggi yaitu >10 m, sedangkan simpanan C terendah, yaitu 162 t ha-1
didapat dari tanah
gambut paling dangkal atau ketebalan <1m (62 cm). Hal ini mengindikasikan bahwa
simpanan karbon dalam tanah gambut sangat ditentukan oleh kedalaman/ketebalan
gambut. Keeratan hubungan antara kedalaman gambut dan besarnya simpanan karbo n
dalam tanah gambut ditujukan Gambar 1.
Berdasarkan sistem klasifikasi tanah (Soil Survey Staff, 2010) tanah dapat
dikategorikan sebagai tanah gambut (Histosol) jika mempunyai ketebalan gambut >60 cm.
Berdasarkan persamaan pada Gambar 1, gambut dengan ketebalan 60 cm memiliki
simpanan karbon sekitar332 t.ha-1
. Namun demikian, meskipun tanah dengan kedalaman
gambut <60 cm belum dapat digolongkan sebagai Histosol, namun dari segi simpanan
karbon masih jauh lebih tinggi dibanding simpanan karbon dalam tanah mineral di daerah
tropika, yang berkisar antara 20-80 t.ha-1
. Proporsi simpanan C tanah gambut dengan
kedalaman sekitar 60 cm juga masih leb ih tinggi dibanding yang mampu d itambat
biomassa tanaman yang dapat menambat C dalam jumlah t inggi, sebagai perbanding an
Faktor penduga simpanan karbon pada tanah gambut
217
jumlah karbon yang tersimpan dalam hutan primer rata-rata <300 t ha-1
atau berkisar
antara 233,7-299,0 t ha-1
(Lasco, 2002; Hairiah et al. 2001; Mackinnon et al., 1996).
Selain faktor kedalaman gambut terdapat faktor lainnya yang dapat dipertimbangkan
dalam menduga simpanan karbon dalam tanah gambut diantaranya kematangan.
Gambar 1. Hubungan antara simpanan karbon dan kedalaman tanah gambut
Pengaruh kematangan terhadap simpanan karbon dalam tanah gambut
Tingkat kematangan gambut dapat ditetapkan langs ung di lapangan dengan relatif
mudah, sehingga jika ada keeratan hubungan antara tingkat kematangan dan simpanan
karbon dalam tanah gambut, maka variable ini bisa digunakan sebagai salah satu faktor
penduga simpanan karbon dalam tanah gambut.
Setelah mengalami proses pematangan, umumnya gambut mengalami pemadatan
(terjad i peningkatan BD), salah satunya disebabkan oleh ukuran partikel bahan organik
yang menjadi leb ih halus. Gambar 2 menunjukkan rata-rata BD gambut pada tingkat
kematangan saprik, hemik dan fib rik berturut-turut adalah 0,178; 0,123; 0,097 t m-3
.
Perubahan BD gambut berdampak terhadap perbedaan kerapatan karbon/C-density
(kandungan karbon per volume tertentu). Gambar 3 menunjukkan rata -rata kerapatan
karbon atau karbon density pada tingkat kematangan fibrik, hemik, dan saprik berturut-
turut adalah 0,049; 0,061;dan 0,084 t m-3
. Page et al. (2002) menyatakan rata-rata
besarnya simpanan karbon sebesar 600 t C ha-1
atau setara dengan 0,06 t m-3
. Berdasarkan
hasil penelitian ini, nilai tersebut berlaku jika tingkat kematangan gambut didominasi
hemik.
y = 5,534xR² = 0,681
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
0 200 400 600 800 1000 1200
Sim
pan
an K
arb
on
(to
n/h
a)
Ketebalan Gambut (cm)
A. Dariah et. al.
218
Gambar 2. Rata-rata BD (bulk density) gambut pada tiga tingkat kematangan
Selain karena pengaruh peningkatan BD, kemungkinan lain yang dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan C-density adalah peningkatan kadar C-organik.
Namun berdasarkan hasil tabulasi leb ih dari 1.400 data pengamatan, rata -rata kandungan
karbon justru mengalami penurunan dengan bertambahnya tingkat kematangan gambut,
artinya proporsi bahan organik berkurang akibat terjad inya proses dekomposisi, sementara
proporsi bahan non organik (ditunjukkan kadar abu) bertambah (Tabel 1). Pengurangan
kadar C selama proses dekomposisi terjadi karena sebagian C teremisi baik dalam bentuk
CO2 maupun CH4, dan pengurangan kadar C sebanyak 1% merupakan jumlah yang
signifikan.
Gambar 3. Karbon density pada berbagai tingkat kematangan gambut
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
Bu
lk D
en
sity
(t/
m3
)
Fibrik Hemik(n=1019)
Saprik (n=404)
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
C-D
en
sity
(t/
m3
)
Fibrik (n=789) Hemik (n=1019) Saprik (n=404)
Faktor penduga simpanan karbon pada tanah gambut
219
Tabel 2. Rata-rata dan standard deviasi sifat gambut di Sumatera dan Kalimantan
Sifat Gambut
Saprik Hemik Fibrik
Rata2 StDev n Rata2 StDev n Rata2 StDev n
C Organik (%) 50 8 404 52 8 1019 53 7 789
Kandungan
Abu (%) 11 14 385 9 13 995 7 11 757
Jika mempertimbangkan perbedaan C-density pada berbagai tingkat kematangan
gambut, maka model penduga simpanan karbon dalam tanah gambut seperti yang
ditunjukan Gambar 4. Namun demikian jika model ini yang digunakan maka diperlukan
pemisahan lapisan gambut berdasar kematangan saat dilakukan pengamatan lapangan.
Sedangkan jika menggunakan model seperti yang ditunjukkan Gambar 1, parameter yang
diperlukan hanyalah kedalaman gambut.
Kelemahan dari pendugaan simpanan karbon dalam tanah gambut berdasarkan
tingkat kematangan gambut adalah dalam beberapa kasus perubahan BD bukan hanya
disebabkan oleh proses pematangan gambut namun juga bisa disebabkan oleh konsolidasi
bahan gambut akibat proses drainase atau karena adanya gangguan fisik seperti tekanan
atau beban di permukaan gambut.
Gambar 4. Model penduga simpanan karbon dalam tanah gambut
y = 4.548xR² = 0.133
y = 5,909xR² = 0,489
y = 7,893xR² = 0,549
0
500
1000
1500
2000
0 50 100 150 200
Kar
bo
n T
ers
imp
an (
ton
/ha)
Ketebalan gambut (cm)
Fibrik Hemik Saprik
Linear (Fibrik) Linear (Hemik) Linear (Saprik)
A. Dariah et. al.
220
KESIMPULAN
1. Simpanan karbon dalam tanah gambut sangat ditentukan oleh kedalaman/ketebalan
gambut,oleh karena itu ketebalan gambut dapat dijadikan sebagai faktor penduga atau
proxy simpanan karbon dalam tanah gambut.
2. Variable lainnya yang dapat dijadikan faktor penduga simpanan C dalam tanah
gambut adalah tingkat kematangan gambut. Semakin matang gambut, simpanan C per
volume tertentu (C-density) semakin tinggi, rata-rata kandungan karbon dalam tanah
gambut dengan kematangan saprik, hemik, dan fibrik berturut -turut adalah 0,049,
0,061, dan 0,084 t m-3
.Tingginya kerapatan C pada gambut yang lebih matang lebih
banyak dipengaruhi oleh perubahan BD gambut.
3. Kelemahan dari penggunaan variable kematangan sebagai proxy (faktor penduga)
simpanan karbon dalam tanah gambut adalah: belum diperh itungkannya perubahan
BD akibat proses konsolidasi gambut sebagai pengaruh proses drainase atau
gangguan fisik lainnya misalnyaakibat perubahan beban/tekanan di permukaan
gambut.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., Wahyunto, Herman, Susanti E, Wahyu W, Runtunuwu, E. 2009. Neraca Karbon
pada Lahan Perkebunan. Laporan akhir. Penelitian. Balai Besar Penelit ian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan pertanian. Bogor.
Agus, F. 2009. Metode Pengukuran Karbon Tersimpan di Lahan Gambut. Bahan pelatihan
penaksiran karbon cepat sebagai bagian dari akt ivitas Proyek Accountability and
Local Level In itiativebto Reduce Emission from Deforestation and Degradation in
Indonesia (AllREDDI). World Agroforestry Centre. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Agus, F., Setyanto, P., Wahyunto, Herman.,A. Dariah, E. Susanti, E., Surmaini. 2009.
Mitigasi perubahan iklim pada berbagai sistem pertanian di lahan gambut. Potens i
penurunan gas rumah kaca dari perubahan penggunaan lahan gambut. Laporan
Akhir. Kerjasama antara Asisten Deputi Analisis Kebutuhan Iptek. Deputi
Penggunaan dan Pemasyarakatan Iptek. Kementrian Ristek dan Teknologi dengan
Balai Besar Linbang Sumberdaya Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Departemen
Pertanian.
Agus, F., Wahyunto, A. Mulyani, A. Dariah, Maswar, E. Susanti, N.L. Nurida, P. W igena.
2010. Penggunaan Lahan Gambut: Tradeoffs antara Emis i CO2 dan Keuntungan
Ekonomi. Program Kegiatan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim. Kerjasama
antara : Kementerian Riset dan Teknologi dengan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Dariah, A., E. Susanti, E. Surmain i, dan F. Agus. 2009. Variabilitas Simpanan Karbon
Pada Berbagai Penggunaan Lahan Gambut Di Kabupaten Kuburaya Dan
Faktor penduga simpanan karbon pada tanah gambut
221
Pontianak, Kalimantan Barat. Prosiding Semnas Sumberdaya Lahan. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Dariah, A., Wahyunto, J. Pitono. 2010. Stock Karbon Pada Demplot Sawit Rakyat di
Kabupaten Bengkalis, Riau. Laporan Konsorsium Sawit. Pusat Penelit ian
Perkebunan. Bogor.
Hairiah, K., Sitompul, S. M., van Noordwijk, M. and Palm, C. 2001. Carbon stocks of
Tropical landuse systems as part of the global C balance. Effects of Forest
conversion and options for ‘clean development’ activit ies.Alternative to Slash and
Burn (ASB) Lecture Note 4A. ICRAF, SEA Regional Research Program, Bogor
Indonesia.
Lasco, R. D. 2002. Forests carbon budgets in Southeast Asia following harvesting and
land cover change. Science in China (series C), Vol. 45 : 55-64.
Mackinnon, K., Hatta, G., Halim, H., danMangalik, A. 1996. The Eco logy of Indonesia
series Volume III: The Ecology of Kalimantan. Dalhousie University, Peri plus
Editions Ltd. Singapore.
Maswar. 2011. Kajian cadangan karbon pada lahan gambut tropika yang didrainase untuk
tanaman tahunan. Disertasi. Program Studi Ilmu Tanah, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Maswar, Etik Handayani dan Meine van Noordwijk. 2011. REPEAT: Reducing emission
from peatlands. Effectivenes of Agroforestry Transition. Trees in Multi-Use
Landscape in Southeast Asia (TUL-SEA) A negotiation support toolbox for
Integrated Natural Resource Management. WORLD A GROFORESTRY
CENTRE ICRAF Southeast Asia Regional Office Jl CIFOR, Situ Gede, Sindang
Barang, Bogor 16115, PO Box 161 Bogor 16001, Indonesia.
Notohadiprawiro, T. 2006. Etika Pengembangan Lahan Gambut untuk Pertanian Tanaman
Pangan. Lokakarya Pengelo laan Lingkungan dan Pengembangan Lahan Gambut.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDA L). Palangkaraya, 18
Februari 1997. Repro: Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada.
Page, S.E., S. Siegert, J.O. Rieley, H-D.V. Boehm, A. Jaya, S.H. Limin. 2002. The
amount of carbon released from peat and forest fires in Indonesia during 1997,
Nature, 420, 61-65.
Rieley, J.O., R.A.J. Wüst, J. Jauhiainen, S.E. Page, H. Wösten, A. Hooijer, F. Siegert,
S.H. Limin, H. Vasander and M. Stahlhut. 2008. Tropical peat lands: carbon stores,
carbon gas Emissions and contribution to climate change Processes. pp. 148-182 In
M. Strack (Ed .) Peat lands and Climate Change. International Peat Society,
Vapaudenkatu 12, 40100 Jyväskylä, Fin land.
A. Dariah et. al.
222