130516920 epidemiologi penyakit flu burung

Upload: sellasella

Post on 07-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    1/14

    EPIDEMIOLOGI PENYAKIT FLU BURUNG

    RESUME EPIDEMIOLOGI PENYAKIT FLU BURUNG

    Penyakit flu burung atau alvian influenza disebabkan oleh virus influenza A dari

    family orthomyxoviridae. Virus dibagi dalam subtipe berdasarkan antigen permukaan

    haemaglutinin (HA) yang dimillikinya. Saat ini, 15 jenis HA telah dikenali, mulai H1 sampai

    H15 dan 9 jenis NA, mulai N1 sampai N9. Di antara subtipe HA hanya H5 dan H7 yang

    bersifat ganas pada unggas. Penyakit flu burung mulai merebak untuk pertama kalinya di

    Hongkong pada ayam tahun 1997 dan dinyatakan penyakit tersebut disebabkan oleh virus

    influenza subtipe H5N1. Serangan flu burung mencapai puncaknya pada kuartal pertama

    tahun 1997. Pada mei didapatkan anak di Hongkong terkena penyakit dengan tanda-tanda

    menyerupai infeksi Influenza tetapi dengan kondisi yang lebih parah,mendapati hal tersebut

    pihak rumah sakit melakukan uji test kepada semua jenis virus influenza yang berjumlah 25

    virus tetapi sayangnya belum sempat mendapat penyebab pastinya anak tersebut meninggal

    terlebih dahulu. Oleh sebab itu pihak rumah sakit menghubungi ahli virus di Rotterdam untuk 

    meminta bantuan memeriksa virus tersebut. Hasilnya dari semua virus influenza yang diteliti

    terdapat satu virus influenza yang positif yaitu virus avian influenza (H5N1). Dari tes tersebut

    menyatakan bahwa virus tersebut tidak hanya menyerang unggas tetapi sudah mulai ada

    penularan ke manusia. Maka bukan tidak mungkin akan terjadi penularan dengan waktu yang

    sangat cepat dari manusia ke manusia. Berdasarkan pemeriksaan labolatorium oleh pakar

    virus di Tennese menetapkan bahwa virus avian influenza yang menyerang tidak mengalami

    perubahan, yaitu subtipe H5N1.

    Penyakit flu burung umumnya menyerang unggas muda serta dapat menimbulkan

    gejala yang ringan sampai berat dan fatal, yaitu menimbullkan kematian.Namun, kadang-

    kadang unggas yang terserang penyakit, terutama unggas liar seperti itik dan burung liar,

    tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi dapat menyebarkan kepada hewan lain dan manusia.

    Gejala klinis yang terjadi adalah kerontokan bulu, penurunan produksi telur, pembengkakan

    di daerah kepala, kelemahan, dan gangguan respirasi. Gejala penyakit flu burung pada

    manusia mirip dengan influenza yang biasa terjadi pada manusia, antara lain seseorang akan

    menggalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan gejala demam 38 derajat

    celcius atau lebih, batuk, pilek, sakit tenggorokan, badan lemas, pegal linu, nyeri otot,

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    2/14

    pusing, peradangan selaput mata (mata memerah), serta kadang-kadang disertai mencret dan

    muntah. Keadaan ini bisa berlanjut menjadi gejala sesak nafas yang jarang terjadi pada

    seseorang dengan flu manusia biasa. Dugaan penyakit flu burung dapat mengarah pada yang

    bersangkutan apabila dalam seminggu terakhir dia mengunjungi peternakan yang sedangterjangkit penyakit flu burung, kontak dengan unggas yang dicurigai menderita flu burung,

    maupun bekerja pada suatu labolatorium yang sedang memproses spesimen (sampel) manusia

    atau hewan yang dicurigai flu burung.

    PEMBAHASAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT FLU BURUNG

    Triad Epidemiologi

    1. Agent

    Virus penyebab flu burung tergolong family orthomyxoviridae. Virus terdiri atas 3

    tipe antigenik yang berbeda, yaitu A, B, dan C. Virus influenza A bisa terdapat pada unggas,

    manusia, babi, kuda, dan kadang-kadang mamalia yang lain, misalnya cerpelai, anjing laut,

    dan ikan paus. Namun, sebenarnya horpes alamiahnya adalah unggas liar. Sebaliknya, virus

    influenza B dan C hanya ditemukan pada manusia. Penyakit flu burung yang disebut pula

    avian influenza disebabkan oleh virus influenza A. Virus ini merupakan virus RNA dan

    mempunyai aktivitas haemaglutinin (HA) dan neurominidase (NA). Pembagian subtipe virus

    berdasarkan permukaan antigen, permukaan hamagluinin, dan neurominidase yang

    dimilikinya.

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    3/14

     

    Gambar 1. Agent penyakit flu burung (avian influenza virus) 

    2. Host

    Host sendiri merupakan adalah organisme tempat hidup agent tertentu yang dalam suatu

    keadaan menimbulkan penyakit pada organisme tersebut. Jika membicarakan masalah penyakit flu

    burung pada manusia maka host yang dimaksud adalah manusia. Faktor intristik pada flu burung

    diantaranya kekebalan tubuh (imunitas) dan pola pikir seseorang.

    Flu burung sebenarnya tidak mudah menular dari hewan yang telah terinfeksi, namun jalan

    untuk penularan itu akan semakin mudah apabila seseorang itu berada dalam kondisi yang lemah dan

    tidak memiliki system imun yang baik, begitu pula dengan pola pikir orang yang masih tidak percaya

    dan terkesan meremehkan bahaya penyakit ini.

    http://2.bp.blogspot.com/-kHHaa3K_4uY/TrOVrn4h1wI/AAAAAAAAAOE/rHL6Dqd3vSQ/s1600/DADA+FLU+BURUNG.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-kHHaa3K_4uY/TrOVrn4h1wI/AAAAAAAAAOE/rHL6Dqd3vSQ/s1600/DADA+FLU+BURUNG.jpg

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    4/14

    Gambar 2. Host berupa hewan

    Gambar 3. Host berupa manusia 

    3. Environment

    Faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga:

    a) Lingkungan Biologis

    Faktor lingkungan biologis pada penyakit flu burung yaitu agent. Agent merupakan sesuatu

    yang merupakan sumber terjadinya penyakit yang dalam hal ini adalah virus aviant influenza (H5N1).

    Sifat virus ini adalah mampu menular melalui udara dan mudah bermutasi. Daerah yang diserang oleh

    virus ini adalah organ pernafasan dalam, hal itulah yang membuat angka kematian akibat penyakit ini

    sangat tinggi.

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    5/14

    b) Lingkungan Fisik

    ·  Suhu

    Pada suhu lingkungan yang tidak optimal baik suhu yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah

    akan berpengaruh terhadap daya tahan tubuh seseorang pada saat itu sehingga secara tidak langsung

    berpengaruh terhadap mudah tidaknya virus menjangkiti seseorang. Selain itu virus flu burung juga

    memerlukan suhu yang optimal agar dapat bertahan hidup, virus flu burung bertahan diluar selama 48

     jam.

    ·  Musim

    Faktor musim pada penyakit flu burung terjadi karena adanya faktor kebiasaan burung untuk 

    bermigrasi ke daerah yang lebih hangat pada saat musim dingin. Misalkan burung-burung yang

    tinggal di pesisir utara Cina akan bermigrasi ke Australia dan Asia Tenggara pada musim dingin,

    burung-burung yang telah terjangkit tersebut akan berperan menularkan flu burung pada hewan yang

    tinggal di daerah musim panas atau daerah tropis tempat burung tersebut migrasi.

    ·  Tempat tinggal

    Faktor tempat tinggal pada penyakit flu burung misalnya apakah tempat tinggal seseorang

    dekat dengan peternakan unggas atau tidak, di tempat tinggalnya apakah ada orang yang sedang

    menderita flu burung atau tidak.

    c) Lingkungan sosial

    Faktor lingkungan sosial meliputi kebiasaan sosial, norma serta hukum yang membuat

    seseorang berisiko untuk tertular penyakit. Misalnya kebiasaan masyarakat Bali yang menggunakan

    daging mentah yang belum dimasak terlebih dahulu untuk dijadikan sebagai makanan tradisional.

    Begitu pula dengan orang- orang di eropa yang terbiasa mengonsumsi daging panggang yang

    setengah matang atau bahkan hanya seper-empat matang. Selain itu juga pada tradisi sabung ayam

    akan membuat risiko penyakit menular pada pemilik ayam semakin besar.

     Transmisi Penyakit Flu Burung

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    6/14

    • Unggas yang menderita flu burung dapat mengeluarkan virus berjumlah besar dalam kotoran

    (feses) maupun sekreta yang dikeluarkannya. Menurut WHO, kontak unggas liar dengan

    ungas ternak menyebabkan epidemik flu burung di kalangan uggas. Penularan penyakit

    terjadi melalui udara dan eskret unggas yang terinfeksi. Virus flu burung mampu bertahan

    hidup dalam air sampai 4 hari pada suhu 22 derajat celius dan lebih dari 30 hari pada suhu 0

    derajat celcius. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit, virus dapat

    bertahan lebih lama, namun akan mati pada pemanasan 60 detajat celcius selama 30 menit

    atau 90 derajat celcius selama 1 menit. Jika virus ini masuk kedalam tubuh manusia maka

    akan terjadi proses  Antigenic drift yaitu mengubah susunan bahkan menghilangkan epitop

    yang terdapat pada HA dan NA, sehingga tidak dapat dikenali lagi oleh antibodi yang sudah

    terdapat di dalam tubuh manusia, terjadi juga proses Antigenic shift yaitu aktifitas dari dua

    macam virus Influenza A yang menghasilkan segmen gen yang baru sebagai hasil rekombinan

    genetik, sehingga aktifitas ini mengakibatkan antibodi yang sudah terbentuk di dalam tubuh

    sama sekali tidak dapat menetralkan virus baru tersebut. Jadi aktifitas ini akan menghasilkan

    subtipe baru.

    Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara:

    1. virus unggas liar unggas domestik manusia

    2. virus unggas liar unggas domestik babi

    manusia

      3. virus manusia kontak langsung dan tak langsung manusia

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    7/14

    Pathogenesis

    Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara (droplet infection) di mana virus dapat

    tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli

    (tergantung dari ukuran droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan

    mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat

    berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal. Virus avian

    influenza manusia (Human influenza viruses) dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida

    yang berasal dari membran sel di mana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan

    residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage. Virus AI dapat berikatan dengan membran sel mukosa

    melalui ikatan yang berbeda yaitu 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada

    membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan replikasi

    secara efisien pada manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus

    sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran pernapasan dapat dicegah. Tetapi virus yang

    mengandung neurominidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya

    akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut.

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    8/14

    Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel

    di dekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel

    kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan

    kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia

    selanjutnya akan terbentuk badan inklusi

    Riwayat Alamiah Penyakit Flu Burung

    1. Masa Inkubasi dan Klinis

    Virus mempunyai masa inkubasi yang pendek, yaitu antara beberapa jam sampai 3 hari,

    tergantung pada jumlah virus yang masuk, rute kontak, dan spesies unggas yang terserang. Pada

    unggas masa ingkubasi mencapai 1 minggu.

    2. Masa Laten dan Periode Infeksi

      Masa infeksi viirus ini 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak bisa

    sampai 21 hari.

    3. pencegahan

    Dalam menanggulangi flu burung ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

    1. Pencegahan primer

    Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan pada orang-orang yang berisiko terjangkit flu

    burung, dapat dilakukan dengan cara:

    a) Melakukan promosi kesehatan (promkes) terhadap masyarakat luas, terutama mereka yang berisiko

    terjangkit flu burung seperti peternak unggas.

    b) Melakukan biosekuriti yaitu upaya untuk menghindari terjadinya kontak antara hewan dengan

    mikroorganisme yang dalam hal ini adalah virus flu burung, seperti dengan melakukan desinfeksi

    serta sterilisasi pada peralatan ternak yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pada

    peralatan ternak sehingga tidak menjangkiti hewan.

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    9/14

    c) Melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak untuk meningkatkan kekebalannya. Vaksinasi dilakukan

    dengan menggunakan HPAI (H5H2) inaktif dan vaksin rekombinan cacar ayam atau fowlpox dengan

     memasukan gen virus avian influenza H5 ke dalam virus cacar.

    d) Menjauhkan kandang ternak unggas dengan tempat tinggal.

    e) Menggunakan alat pelindung diri seperti masker, topi, baju lengan panjang, celana panjang dan sepatu

    boot saat memasuki kawasan peternakan.

    f) Memasak dengan matang daging sebelum dikonsumsi. Hal ini bertujuan untuk membunuh virus yang

    terdapat dalam daging ayam, karena dari hasil penelitian virus flu burung mati pada pemanasan 60 °C

    selama 30 menit.

    g) Melakukan pemusnahan hewan secara massal pada peternakan yang positif ditemukan virus flu burung

    pada ternak dalam jumlah yang banyak.

    h) Melakukan karantina terhadap orang-orang yang dicurigai maupun sedang positif terjangkit flu

    burung.

    i)  Melakukan surveilans dan monitoring yang bertujuan untuk mengumpulkan laporan mengenai

    morbilitas dan mortalitas, laporan penyidikan lapangan, isolasi dan identifikasi agen infeksi oleh

    laboratorium, efektifitasvak sinasi dalam populasi, serta data lain yang gayut untuk kajian

    epedemiologi.

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    10/14

    Gambar 5. Pemusnahan hewan yang terjangkit flu burung

    2. Pencegahan sekunder

    Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan tujuan untuk mencegah dan

    menghambat timbulnya penyakit dengan deteksi dini dan pengobatan tepat. Dengan melakukan deteksi

    dini maka penanggulangan penyakit dapat diberikan lebih awal sehingga mencegah komplikasi,

    menghambat perjalanannya, serta membatasi ketidakmampuan yang dapat terjadi. Pencegahan ini dapat

    dilakukan pada fase presimptomatis dan fase klinis. Pada flu burung pencegahan sekunder dilakukan

    dengan melakukan screening yaitu upaya untuk menemukan penyakit secara aktif pada orang yang

    belum menunjukkan gejala klinis. Screening terhadap flu burung misalnya dilakukan pada bandara

    dengan memasang alat detektor panas tubuh sehingga orang yang dicurigai terjangkit flu burung bias

    segera diobati dan dikarantina sehingga tidak menular pada orang lain.

    3. Pencegahan tersier

    Pencegahan tersier adalah segala usaha yang dilakukan untuk membatasi ketidakmampuan.

    Pada flu burung upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

    pengobatan intensif dan rehabilitasi.

    Manifestasi klinis

    Pada unggas

    • Jengger dan pial yang bengkak

    dan berwarna kebiruan

    • Pendarahan yang rata

    pada kaki unggas berupa

    bintik-bintik merah (ptekhi)

    biasa disebut dengan kaki kerokan.

    • Haus berlebihan.

    Tingkat kematian yang tinggi mendekati 100% dalam 2 hari hingga 1 minggu.

    • Adanya cairan di mata dan hidung serta timbul gangguan pernafasan.

    • Keluarnya cairan jernih hingga kental dari rongga mulut.

    •Timbulnya diare berlebih.

    • Cangkang telur lembek.

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    11/14

    • Bengkak (oedema) pada pial.

    Pada manusia

    Variabel Kejadian

    Gejala

    Rasa kedinginan

    Batuk 

    Nyeri kepala

    Nyeri tenggorokan

    Hidung tersumbat

    Diare

    Pusing

    Mata perih dan nyeri

    Muntah

    Mialgia

    ++++

    +++

    +++

    +++

    ++

    ++

    +

    +

    +

    +

    Tanda

    Demam

    Faringitis

    Konjungtivitis ringan

    Rinitis

    Limfadenopati kolli

    Ronkhi basah,wheezing

    ++++

    +++

    ++

    ++

    +

    +

    Penegakan Diagnosis

    1. Mendeteksi antigen secara cepat (hasil dapat diperoleh dalam waktu 15-30 menit).

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    12/14

    • Tes influenza pada penderita ( Near-patient test for influenza). Tes ini sudah tersedia secara

    komersial.

    •  Immunofluorescence assay. Pemeriksaan ini sudah digunakan secara luas dan merupakan

    metode yang sangat sensitif untuk mendiagnosis infeksi virus influenza A dan B serta lima

    infeksi virus pernapasanyang sangat penting secara klinis. 

    •  Enzyme immuno assay. Untuk pemeriksaan nukleoprotein (NP) influenza A. [12] 

    2. Biakan virus. Hasil didapat dalam 2-10 hari.

    • Pemeriksaan immunofluorescence biakan sel atau haemagglutinasi inhibisi (HI) dari medium

    biakan sel untuk mengidentifikasi virus. Isolasi virus mempunyai keuntungan dapat

    mengidentifikasi virus, metode ini juga dapat digunakan untuk menganalisis antigenik dan

    genetik virus, menguji suseptibilitas virus terhadap obat, serta virus yang diperoleh dapat

    digunakan untuk membuat vaksin. Sel yang paling sering digunakan adalah sel garis

    keturunan Madin-Daby Canine Kid- ney cells (MDCK)

     Setiap spesimen dengan hasil virus influenza A yang positif dan dicurigai sebagai infeksi flu burung

    harus dites lebih lanjut untuk memastikan adanya infeksi H5 menggunakan referensi laboratorium H5

    WHO.

    3. Polymerase chain reaction dan Real-time PCR assay.

     Merupakan teknik yang sangat kuat untuk mengidentifikasi genom virus influenza. Genom virus

    influenza merupakan RNA untai tunggal, dan salinan DNA (cDNA) harus disintesis terlebih dahulu

    menggunakan reverse transcriptase (RT) polymerase. Prosedur untuk amplikasi genom RNA

    memerlukan pasangan primer spesifik untuk gen hemagglutinin (HA) virus influenza A H5 dan

    neuraminidase (NA) N1. Hasil dapat diperoleh dalam beberapa jam setelah spesimen klinis atau

    biakan sel yang terinfeksi sudah tersedia.

    Primer HA yang digunakan 14

    • H5-1: GCC ATT CCA CAA CAT ACA CCC

    • H5-2: CTC CCC TGC TCA TTG CTA TG

    • Memberikan hasil panjangnya 219 bp.

    Primer NA yang digunakan 18

    • N1-1: TTG CTT GGT CGG CAA GTG C

    • N1-2: CCA GTC CAC CCA TTT GGA TCC

    Memberikan hasil panjangnya 616 bp

    Pemeriksaan penunjang

    Laboratorium:• Limfopeni & Trombositopeni

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    13/14

    • Peningkatan SGPT SGOT

    • Peningkatan urea N dan kreatin

    Serologis

    • Deteksi antibodi anti-H5

    Mikrobiologi

    Deteksi RNA virus dengan cara konvensional atau dengan cara real time RT-PCR

    Foto Dada:

    • Infiltrat difus multifocal/ berbercak

    • Infitrat interstitial

    • Konsolidasi segmental/ lobar

    • Progresivitas menjadi gagal napas: infiltrate ground glass, difus, bilateral dan manifestasi

    ARDS (4-13 hari)

    pengobatan

    Umum

    • Isolasi pasien dalam ruang tersendiri.

    • Pergunakan Alat Pelindung Pribadi (APP) yang sesuai: masker, gaun proteksi, google/ 

    pelindung muka, sarung tangan.

    • Tenaga kesehatan harus sudah mendapat pelatihan kewaspadaan pengendalian infeksi.

    • Pemantauan saturasi oksigen dilakukan bila memungkinkan secara rutin dan berikan

    suplementasi oksigen untuk memperbaiki keadaan hipoksemia.

    Khusus

    Rekomendasi Terapi menurut WHO yaitu:

    • Osetamivir merupakan obat pilihan utama:

    • Cara kerja: inhibitor neuraminidase (NA)

    • Diberikan dalam 36- 48 jam setelah awaitan gejala

    • Dosis: 2mg/ kg (dosis maksimum 75 mg) -> 2 kali sehari selama 5 hari

    • Dosis alternative (WHO) anak > 1 tahun:

      ≤ 15 kg: 30 mg 2x sehari

    > 15- 23 kg: 45 mg 2x sehari

    > 23- 40 kg: 60 mg 2x sehari

    > 40 kg: 75 mg 2x sehari

    (Pengobatan diberikan selama 5 hari)

  • 8/18/2019 130516920 Epidemiologi Penyakit Flu Burung

    14/14