09_bab 2
TRANSCRIPT
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi NyamukAedes Vektor Demam Berdarah
2.1.1 Klasifikasi
Menurut Srisasi Gandahusada, dkk, 2000: 217 klasifikasi nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus yaitu :
Kingdom Animalia
Phylum Arthropods
Subphylum Unimaria
K e l a s I n s e c t s
Ordo Diptera
Sub-ordo Nematocera
Superfamili Culicoidea
Famili Culicidae
Sub-famili Culicinae,
Genus Aedes
Spesies Aedes aegypti
Aedes albopictus
2.1.2 Morfologi
Nyamuk merupakan jenis serangga yang mengalami metamorfosis
sempurna yang stadiumnya terdiri dari telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Ciri-
ciri dari setiap stadium dari spesies Aedes aegypti dan Aedes albopictus adalah
sebagai berikut:
a. Telur
Karakteristik telur Aedes adalah berbentuk oval yang mina-mina berwarna
putih kemudian berubah menjadi hitam. Telur tersebut diletakkan secara terpisah di
permukaan air untuk memudahkannya menyebar dan berkembang menjadi larva
didalam media air. Media air yang dipilih untuk tempat peneluran itu adalah air
bersih yang tidak mengalir dan tidak berisi spesies lain sebelumnya (Mortimer,
1998).
Nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan
ukuran sekitar 0,7 milimeter perbutir. Pada umunya telur akan menetas menjadi larva
dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam (Levi, 2004).
G a m b a r 1 . T e l u r A e d e s(sumber : Atlas Parasitologi Kedokteran)
Telur nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dapat tahan kering selama
3 (tiga) bulan. Telur-telur tersebut diletakkan satu demi satu pada dinding atau dasar
wadah air yang kering, wadah air bisa berupa kaleng bekas, ban mobil bekas, bak
mandi & WC, drum, talang air, lubang batang pohon, lubang bambu, dan tatakan pot
tanaman hias. Bila suatu saat wadah-wadah air kering yang mengandung telur
nyamuk Aedes tersebut terisi air (terutama dalam musim hujan) maka telur -
telur Aedes tersebut akan menetas, dan dibutuhkan waktu sekitar 10 (sepuluh) hari
dari telur untuk menjadi nyamuk dewasa.
b. Larva
Stadium larva biasanya berlangsung 6-8 hari. Larva dari spesies Aedes
mempunyai ciri-ciri antara lain adanya corong udara pada segmen terakhir, pada
segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk kipas
(palmatus hairs), pada corong udara terdapat pectan, sepasang rambut serta
Jumbai akan dijumpai pada corong (siphon), setiap sisi abdomen segmen
kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1 sampai 3, bentuk
individu dari comb scale seperti duri, sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan
bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala (Ditjen PPM dan PL, 2002: 23)
Ada 4 tingkatan (instar) larva Aedes, masing-masing tingkatan mempunyai ciri-ciri
dan ketahanan yang berbeda. Tingkatan larva tersebut adalah:
1. Larva instar 1 berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm atau 1-2 hari setelah telur
menetas, duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada
siphon belum jelas.
2. Larva instar II berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2-3 hari setelah telur
menetas, duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
3. Larva instar III berukuran 4-5 mm atau 3-4 hari setelah telur menetas, duri-
duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat
kehitaman.
4. Larva instar IV berukuran paling besar yaitu 5-6 mm atau 4-6 hari setelah
telah menetas, dengan warna kepala gelap.
Letak comb pada larva Aedes :
Gambar 2 : Morfologi Larva Aedes(sumber :Dept.Medical Entomology ICPMR, 2002, Atlas Parasitologi Kedokteran,
1 9 9 5 )Keterangan gambar : A. sifon, B. gigi sisir (comb), C. comb Aedes aegypti, D.comb
Aedes albopictus
c. Pupa
G a m b a r 3 . p u p a A e d e s(sumber : Dept. Medical Entomology ICPMR, 2002)
Pupa (kepompong) berbentuk seperti koma, bentuknya lebih besar namun
lebih ramping dibandingkan rata-rata nyamuk- lainnya. Kepala dan dadanya, bersatu
dilengkapi sepasang terompet pernafasan. Stadium pupa ini adalah stadium tidak
makan dan bila terganggu, pupa akan bergerak naik turun didalam wadah air. Pupa
akan menjadi nyamuk dewasa dalam waktu lebih kurang dua hari (Handiman, 2004).
d. Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata
nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai warna dasar yang hitam dengan
bintikbintik putih pada bagian badan- kaki dan sayap. Pertumbuhan dari
telur menjadi nyamuk dewasa mencapai 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat
mencapai dua sampai tiga bulan (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000: 235).
Paha kaki belakang bagian luar sebagian besar putih. Tarsale dengan
hubungan putih lebar. Scutum dengan sepasang garis lengkung di bagian luar dan
dua garis pendek di bagian tengah, membentuk lira ( Ditjen PPM dan PL, 2002: 25).
Gambar 4. a. Nyamuk dewasa Aedes, b. Lira Aedes aegypti. c. Lira Aedesa l b o p i c t u s )
(sumber : University of Florida, 1999)
Aedes albopictus mudah dibedakan bentuknya dari Aedes aegypti karena garis
torakn)-a tidak mempun)-ai garis yang melengkung.
Ciri yang khas dari genus ini adalah bentuk abdomen nyamuk betina
yang lancip ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk-
nyamuk lainnya.
2.2 Habitat dan Tempat Perindukan Aedes Vektor Demam Berdarah
Nyamuk yang tersebar luas didunia yang terletak diantara 400 lintang utara
dan 400 lintang selatan ini hanya mampu hidup pada suhu udara antara 8° C sampai 3
7° C.
Secara bioekologis kedua spesies nyamuk tersebut mempunyai dua habitat
yaitu aquatik untuk fase pradewasanya dan daratan atau udara untuk fase dewasa.
Walaupun habitat imago di daratan atau udara, namun juga mencari tempat di dekat
permukaan air untuk meletakkan telurnya.
Masa hibernasi telur-telur akan berakhir atau menetas bila sudah
mendapatkan lingkungan yang cocok misalnya pada musim hujan. Telur akan
menetas antara 3 – 4 jam setelah mendapat genangan air menjadi larva.
Habitat larva yang keluar dari telur tersebut hidup mengapung di bawah
permukaan air. Perilaku hidup larva tersebut berhubungan dengan upayanya
menjulurkan slat pernafasan yang disebut sifon menjangkau permukaan air guna
mendapatkan oksigen untuk bernafas. Habitat seluruh masa pradewasanya dari telur,
larva dan pupa hidup di dalam air walaupun kondisi airnya sangat terbatas.
Berbeda dengan habitat nyamuk dewasa yaitu hidup bebas di terrestrial dan
aborial. Walaupun demikian masing-masing dari spesies itu mempunyai kebiasaan
hidup yang berbeda yaitu nyamuk dewasa Aedes aegypti lebih menyukai tempat di
dalam rumah penduduk sementara Aedes albopictus lebih menyukai tempat di luar
rumah yaitu hidup di pohon, kebun dan kawasan pinggir hutan.
Oleh karena itu, Aedes albopictus wring disebut nyamuk kebun. Sementara
Aedes acg)pti yang lebih memilih habitat di dalam rumah wring hinggap pada
pakaian yang digantung untuk beristirahat dan bersembunyi menantikan saat tepat
inang datang untuk mengisap darah. Informasi tentang habitat dan kebiasaan hidup
nyamuk, tersebut sangat penting untuk- mempelajari dan memetakan keberadaan
populasinya untuk tujuan pengendaliannya baik secara fisik-mekanik, biologis
maupun kimiawi.
Dengan pola pemilihan habitat dan kebiasaan hidup imago tersebut Aedes
aegypti dapat berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi,
tempayan, tempat minuet hurung dan barang-barang bekas yang dibuang
sembarangan yang pada waktu hujan terisi air. Sementara Aedes albopictus dapat
berkembang biak di habitat perkebunan terutarna, pada lubang pohon atau pangkal
bambu yang sudah dipotong yang biasanya jarang tcrpantau di lapangan. Kondisi itu
dimungkinkan karena larva nyamuk tersebut dapat berkembang biak dengan volume
air minimum kira-kira 0.5 sentimeter setara atau dengan satu sendok teh
(Judanvanto, 7007).
2.3 Nyamuk Aedes sebagai Vektor Demam Berdarah
Di Indonesia nyamuk Aedes yang paling penting adalah Aedes aegypti dan
Aedes albopictus karena keduanya merupakan vektor demam berdarah dengue.
Dalam morbidity rate dan mortality rate demarn berdarah dengue di kawasan
Asia Tenggara, selama kurun waktu 1985-2004, Indonesia berada di urutan kedua
terbesar setelah Thailand (WHO 2004).
Di Indonesia, pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu jelas, tetapi secara
garis besar dapat dikemukakan bahwa jumlah penderita meningkat antara bulan
September sampai Februari dan mencapai puncaknya pada bulan Januari. Angka
kematian akibat DBD di Indonesia sekitar 1 % pada tahun 2007.
Penyakit DBD ini dipengaruhi oleh tiga hal penting yaitu virus dengue,
keberadaan nyamuk Aedes sebagai vektor yang perindukannya dipengaruhi kondisi
lingkungan, serta faktor ketahanan tubuh individu.
Gejala klinik DBD berupa demam tinggi yang berlangsung terns menerus
selama 2-7 hari dan manifestasi perdarahan yang biasanya didahului dengan
terlihatnya tanda khas berupa bintik-bintik merah (petechia) pads bagian-bagian
badan penderita. Jika gejalanya ringan tanpa disertai perdarahan, penyakitnya disebut
Demam Dengue (DD) atau Dengue Fever (DF). Pendcrita dapat Pula mcngata-nii
sindrom syok dan meninggal. Sampai sekarang, penyakit ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat dan masih banyak laporan mengenai meninggalnya
penderita karma kurang cepat ditangani olch petugas. kesehatan.
Pencegahan dengue masih terfokus pads eradikasi vektor nyamuk penyebab
demam berdarah yang masih sulit dikontrol. Di Indonesia, dikenal PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) pcnyebab DBD dengan cara menguras secara
teratur seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate atau altosit ke tempat
penyimpanan air (TPA), menutup rapat TPA, mengubur atau menyingkirkan kaleng
bekas dan baring lain yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi
sarang nyamuk.
Untuk menjamin keberhasilan pengendalian serangga vektor tersebut
diperluk-an pengetahuan tenting biologi serangga tersebut. Berd-asarkan informasi
biologi tersebut diketahui titik lemah dari rangkaian siklus hidupnya yang dapat
dijadikan sasaran pengendaliannya. Informasi biologi mencak-up karakteristik setiap
stadium dari tahapan siklus hidupnya yaitu telur, larva, pupa dan dewasa.
Larva Aedes semuanya hidup di air yang stadiumnya terdiri atas empat instar.
Keempat instar itu dapat diselesaikan dalam waktu 4 hari sampai 2 minggu
tergantung keadaan lingkungan seperti suhu air dan persediaan makanan. Pada air
yang agak dingin perkembangan larva lebih lambat, demikian juga keterbatasan
persediaan makanan juga menghambat perkembangan larva. Setelah melewati
stadium instar ke empat larva berubah menjadi pupa.
Sebagaimana larva, pupa juga membutuhkan lingkungan aquatik. Pupa adalah
fase inaktif yang tidak membutuhkan makanan, Haman tetap membutuhkan oksigen
untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa berada di dekat permukaan air.
Lama fase pupa tergantung dengan suhu air dan spesies nyamuk yang lamanya dapat
berkisar antara satu hari sampai beberapa minggu. Sctelah melewati waktu itu maka
pupa membuka dan melepaskan kulitnya kemudian nyamuk dewasa keluar ke
permukaan air yang dalam waktu singkat siap terbang.
Nyamuk yang lebih awal keluar adalah jantan yang sudah siap mclak-uk-an
kopulasi bila betinanya muncul belakangan. Nyamuk penyebab demam berdarah
biasanya melakukan kopulasi didekat inang nyamuk betina dengan harapan
memudahk-an mendapatkan cairan darah (Hawley, 1988).
Nyamuk betina membutuhkan cairan darah sebelum meletakkan telurnya yang
fertil. Cairan darah itu diperlukan setiap akan meletakkan sejumlah telurnya. Siklus
pengisapan darah dilakukan setiap akin meletakkan telur, schingga pengisap&-i
cairan darah itu dapat dilakukan berkali-kali selama hidupnya. Lama hidup nyamuk
dewasa berkisar antara 1 sampai 2 bulan (Hawley, 1988).
Kegiatan itu biasanya dilakukan pada Siang hari atau kadang-kadang pada
pagi hari. Untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya diperluk-an waktu arftera 9 — 12
hari atau rata-rata 10 hari dari telur sampai nyamuk dewasa dan kemudian
menghasilkan telur kembali (Borror & Long, 1954).
Cara vektor menularkan virus dengue adalah nyamuk- betina .-cedes akan
menggigit dan menghisap darah penderita demam berdarah. Virus dengue yang
terhisap akan berkembang di usus nyamuk lalu bereampur dalam kelenjar Judah
nyamuk, kemudian nyamuk- akan menularkannya dengan cars menggigit manusia
yang biasanya dilakukan pada pagi hari (08.00-10.00) dan sore hari (15.00-17.00).
Proses inkubasi di dalam tubuh nyamuk ini memakan waktu 10-12 hari. Setelah
menggigit tubuh manusia dcngan cepat perutnya membuncit yang dipenuhi kira-kira
dua hingga empat milligram darah atau sekitar 1,5 kali berat badannya.
Berbeda dengan nyamuk lain yang cukup menggigit satu mangsa pada
periode setelah bertelur hingga akhir hidupnya, Aedes mempunyai k-ebiasaan
menggigit be-bPerapa orang secara berganti-ganti dalam waktu yang singkat.
Nyamuk betina menghisap darah manusia untuk mendapatkan protein bagi keperluan
pernbiakannya. Tiga hari selepas menghisap darah, Aedes akan menghasilkan hingga
100 butir telur yang halus seperti pasir. Nyamuk dewasa akan terus menghisap darah
dan bertelur lagi.
Apabila nyamuk betina menggigit atau menghisap darah orang
yang mengalami infeksi dengue, virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk.
Diperlukan waktu Sembilan hari oleh virus dengue untuk hidup dan membiak
didalam air liur nyamuk. Setelah itu, nyamuk yang sudah tedangkit virus akan
membawa virus itu didalam tubuhnya hingga akhir kehidupannya.
Apabila nyamuk yang terjangkit menggigit manusia, nyamuk akan
memasukkan virus dengue yang berada di dalam air liurnya , Sistem usia setelah
empat hingga enam hari atau yang disebut sebagai periode inkubasi, penderita akan
mulai mengalami demam yang tinggi (Berbagai sumber / Nilna Rahmi Isna /
Kesehatan Masyarakat Unand).