04. fajar ibnu s
DESCRIPTION
implikasi studi diagnostikTRANSCRIPT
IMPLIKASI STUDI DIAGNOSTIK
CT SCAN DAN PET SCAN
FAJAR IBNU SABIL
P27820714004
TINGKAT II SEMESTER III
PRODI D-IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2015/2016
CT SCAN
A. Pengertian
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat
badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat
badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner.
Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah
klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama
20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang
dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan
pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada
klien yang akan dilakukan pemeriksaan CT Scan disuntik dengan zat kontras
berupa iodine based kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi
atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras
iodine harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus
terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal.
B. Tujuan penggunaan CT Scan
Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik
scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. Dengan demikian CT scan hampir
dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di luar negeri
sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan
ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan
melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak
saat proses perekaman. CT scan sebaiknya digunakan untuk :
Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner,
emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai
kelainan pembuluh darah lainnya.
Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak
kanker, dan jenis kanker.
Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan
trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul
penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan
saraf lainnya.
Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan
dll.
Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan
yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter
untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan
radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak
memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.
C. Persiapan pasien
Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu
dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk
memberikan pengertian kepada pasien dengan demikian menguragi stress sebelum
waktu prosedur dilakukan.
Test awal yang dilakukan meliputi :
Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja scanner ) selama 45 menit.
Melakukan pernapasan dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada
permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan pemeriksaan.
Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.
Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras
maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh
badan, dan hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut.
Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap
iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan
bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan
rambut pasien dari jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang
dan tidak boleh memakai wig.
D. Prosedur
Posisi terlentang dengan tangan terkendali.
Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari
beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45
menit.
Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan
komputer.
Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar
dengan memakai protektif lead approan.
Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.
E. Cara Kerja CT Scan
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang
dapat mencatat semua sinar secara berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan
mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar yang
telah menembus tubuh dan yang satu berfungsi sebagai detektor aferen yang
mengukur intensitas sinar rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran
dilakukan menurut proteksi dari tiga tititk, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02
dengan memakai waktu 4,5 menit.
Sinar-X yang mengalami atenuasi, setelah menembus objek diteruskan ke
detektor yang mempunyai sifat sangat sensitive dalam menagkap perbedaan
atenuasi dari sinar-X yang kemudian mengubah sinar-X tersebut menjadi signal-
signal listrik. Kemudian signal-signal listrik tersebut diperkuat oleh
Photomultiplier Tube sinar-X. Data dalam bentuk signal-signal listrik tersebut
diubah kedalam bentuk digital oleh Analog to Digital Converter (ADC), yang
kemudian masuk ke dalam system computer dan diolah oleh computer. Kemudian
Data Acquistion System (DAS) melakukan pengolahan data dalam bentuk data-
data digital atau numerik.
Data-data inilah yang merupakan informasi komputer dengan rumus
matematika atau algoritma yang kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi
tersebut ditampilkan pada layar TV monitor berupa irisan tomography dari objek
yang dikehendaki yaitu dalam bentuk gray scale image yaitu suatu skala dari
kehitaman dan keputihan. Pada CT Scanner mempunyai koefisien atenuasi linear
yang mutlak dari suatu jaringan yang diamati, yaitu berupa CT Number. Tulang
memiliki nilai besaran CT Number yang tertinggi yaitu sebesar 1000 HU
(Hounsfield Unit), dan udara mempunyai nilai CT Number yang terendah yaitu -
1000 HU (Hounsfield Unit), sedangkan sebagai standar digunakan air yang
memiliki CT Number 0 HU (Hounsfield Unit). Nilai diatas merupakan nilai pada
pesawat CT yang memiliki faktor pembesaran konstan 1000, untuk memperjelas
suatu struktur yang satu dengan struktur yang lainnya yang mempunyai nilai
perbedaan koefisien atenuasi kurang dari 10% maka dapat digunakan window
width untuk memperoleh rentang yang lebih luas.
F. Kelebihan CT scan
Gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan akurat.
Tidak invasive (tindakan non-bedah).
Waktu perekaman cepat.
Gambar yang direkontruksi dapat dimanipulasi dengan komputer sehingga
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
G. Kekurangan CT scan
Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari
radiasi sinar X saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib
memberitahu kondisi kehamilannya sebelum pemeriksaan dilakukan.
Munculnya artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam).
Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien
menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau
kondisi jaringan tubuh tertentu.
Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan
gambar.
H. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Observasi keadaan alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi
alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur
berlangsung.
Ukur ntake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian
zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala
gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang
perawat dan dokter.
I. Gambar
PET SCAN
A. PENGERTIAN
Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan salah satu
modalitas kedokteran nuklir, yang untuk pertama kali dikenalkan oleh Brownell
dan Sweet pada tahun 1953. Prototipenya telah dibuat pada sekitar tahun 1952,
sedangkan alatnya pertama kali dikembangkan di Massachusetts General Hospital,
Boston pada tahun 1970. Positron yang merupakan inti kinerja PET pertama kali
diperkenalkan oleh PAM Dirac pada akhir tahun 1920-an. PET adalah metode
visualisasi metabolisme tubuh menggunakan radioisotop pemancar positron. Oleh
karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi
organ tubuh. Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang
tidak didapatkan dengan alat pencitraan konvensional lainnya. Kelainan fungsi
atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan
(imaging) ini. Hal ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain seperti
foto rontgen, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI)
dan single photon emission computerized tomography (SPECT).
B. PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN
1. Pasien diharapkan puasa 6 jam sebelum pemeriksaan
2. Pasien diharapkan tidak minum suplemen makanan, 6 jam sebelum
pemeriksaan
3. Pasien diharapkan mengurangi aktivitas fisik berat, 24 jam sebelum
pemeriksaan
4. Pasien diperbolehkan mengkonsumsi obat yang biasa digunakan termasuk
obat penghilang rasa sakit
5. Pasien diperbolehkan minum air putih, tetapi bukan air yang diberi perasa
ataupun alkohol
6. Kadar gula darah dalam kisaran normal 120 mg/dl
7. Data pemeriksaan radiologi atau kedokteran nuklir sebelumnya harap
dibawa.
C. PROSEDUR
PET-scan dimulai dengan memberikan suntikan FDG (suatu radionuklida
glukosa-based) dari jarum suntik ke pasien. Sebagai FDG perjalanan melalui
tubuh pasien itu memancarkan radiasi gamma yang terdeteksi oleh kamera
gamma, dari mana aktivitas kimia dalam sel dan organ dapat dilihat. Setiap
aktivitas kimia abnormal mungkin merupakan tanda bahwa tumor yang hadir.
Sinar Gamma yang dihasilkan ketika sebuah positron dipancarkan dari
bahan radioaktif bertabrakan dengan elektron dalam jaringan. Tubrukan yang
dihasilkan menghasilkan sepasang foton sinar gamma yang berasal dari situs
tabrakan di arah yang berlawanan dan terdeteksi oleh detektor sinar gamma diatur
di sekitar pasien.
Detektor PET terdiri dari sebuah array dari ribuan kilau kristal dan ratusan
tabung photomultiplier (PMTS) diatur dalam pola melingkar di sekitar pasien.
Kilau kristal mengkonversi radiasi gamma ke dalam cahaya yang dideteksi dan
diperkuat oleh PMTS.
Pemeriksaan ini tidak menyakitkan dan merupakan sejenis pencitraan
dengan radioaktif dengan kombinasi sinar x atau medan magnet untuk
menghasilkan gambaran tiga dimensi dari bagian dalam tubuh. Tahapan yang
dilakukan yaitu:
1. Pasien diharapkan mengganti pakaian dengan pakaian yang disediakan
rumah sakit
2. Pasien disiapkan untuk penyuntikan
3. Perawat menyuntikkan sejumlah kecil cairan radiofarmaka ke dalam
pembuluh darah di vena lengan. Zat ini digunakan untuk proses
pemeriksaan PET
4. Pasien diistirahatkan sekitar 1 jam sebelum pemeriksaan dilaksanakan.
Selama waktu istirahat, pasien diminta untuk tidak beraktivitas fisik
karena dapat mempengaruhi distribusi obat dalam tubuh
5. Sebelum dilakukan pemeriksaan dengan PET, pasien diharapkan untuk
buang air kecil pada toilet khusus yang telah disediakan. Hal ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa kandungan kemih pasien kosong,
sehingga memberikan gambaran yang baik pada daerah panggul
6. Pasien dipersiapkan untuk pemeriksaan. Proses pemeriksaan akan
berlangsung sekitar 30 menit
7. Setelah pemeriksaan selesai, pasien diperbolehkan meninggalkan tempat
pemeriksaan PET / CT
8. Prosedur pemeriksaan ini berlangsung sekitar 2 jam
D. SETELAH PEMERIKSAAN
Hindari kontak secara dekat dan lama dengan anak kecil, bayi, dan ibu
hamil selama 6 jam setelah pemeriksaan
Minumlah banyak cairan
E. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
FDG adalah molekul glukosa bertanda dengan dosis radioaktif yang
rendah. Memiliki waktu paruh sangat pendek, sehingga tidak dapat
disimpan sebagai persediaan. Produksi setiap dosis dilakukan di pagi hari,
pada saat akan dilakukan pemeriksaan dengan PET/CT
Dilarang membawa anak-anak atau pendamping yang sedang hamil,
karena pemeriksaan PET/CT menggunakan radiasi
F. GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA
Andramojo,Firman. 2001. Pemeriksaan Diagnostik. Jakarta: salemba medika
Diambil dari https://eljauhary.files.wordpress.com/2013/01/kedokteran-nuklir-
edi-prasetiyono.doc . (pada tanggal 8 Desember 2015, pukul 09.19 WIB)
Diambil dari http://mathub2003.wordpress.com/2008/07/14/prinsip-kerja-ct-
scan/ . (pada tanggal 5 Desember 2015, pukul 09.10 WIB).
Diambil dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/ct-scan/ . (pada
tanggal 5 Desember 2015, pukul 09.10 WIB).