· web viewshalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang pembawa risalah...

29
SYI’AH, KHOWARIJ, DAN MU’TAZILAH MAKALAH Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah ASWAJA Dosen Pengampu : MISBAHUL MUNIR, S.PdI, M.PdI. Disusun Oleh Kelompok III: 1. AGUS MUHARIYOTO 2. M. ALI MAHMUD 3. SITI NURHANIAH 4. M. NURUL FIRDAUS 5. FATHUR ROHMAN i

Upload: lamhanh

Post on 15-Mar-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

SYI’AH, KHOWARIJ, DAN MU’TAZILAH

MAKALAHDisusun guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah ASWAJA

Dosen Pengampu :

MISBAHUL MUNIR, S.PdI, M.PdI.

Disusun Oleh Kelompok III:

1. AGUS MUHARIYOTO

2. M. ALI MAHMUD

3. SITI NURHANIAH

4. M. NURUL FIRDAUS

5. FATHUR ROHMAN

STITMA TUBAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2013

i

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji

syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan rahim-Nya yang telah

dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang telah

diberikan sehingga penyusunan makalah tentang “Syi’ah, Khowarif dan

Mu’tazilah” ini dapat terselesaikan.

Shalawat terbingkai salam semoga abadi terlimpahkan kepada sang

pembawa risalah kebenaran yang semakin teruji kebenarannya baginda

Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya. Dan

Semoga syafa’atnya selalu menyertai kehidupan ini.

Makalah ini berisi tentang Pembahasan mengenai lingkungan sebagai

media dan sumber belajar. Dalam kesempatan kali ini,penulis juga ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. MISBAHUL MUNIR, S.PdI, M.PdI. selaku Dosen Pengampu yang telah

membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

2. Buku referensi, dan media lainnya yang artikelnya kami gunakan dalam

penulisan Makalah ini

3. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan yang tidak dapat

kami sebutkan satu persatu.

Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta

bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang

penyusun miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik

dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Tuban , 28 April 2013

Penyusun

Kelompok III

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………….………… 1

B. Rumusan Masalah ……………..………………………………….. 1

C. Tujuan Penulisan…………..…..………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan latar belakang munculnya Syi’ah ………….. 3

B. Pengertian dan latar belakang munculnya Khawarij ……..… 7

C. Aliran Mu’tazilah …………………………………………… 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………..……………… 16

B. Saran ……………………………………………………….……... 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..……………………… 17

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Mengkaji aliran – aliran pada dasarnya merupakan upaya memahami kerangka

berpikir dan peroses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi. Yang

memiliki dua metode yaitu metode rasional yang memiliki perinsif – perinsif

yaitu: Hanya terkait pada dogma – dogma yang dengan jelas disebut dalam al –

qur’an dan hadis nabi yaitu hadis qath’i dan memberikan kebebasan kepada

manusia dalam berbuat dan berkehendak serta memberikan daya yang kuat pada

akal.

Adapun metode berpikir tradisional berpikir memiliki perinsif – perinsif

yaitu: Terkait pada dogma – dogma dan ayat – ayat yang mengandung arti zhanni,

Tidak memberikan kebebesan kepada manusia dalam berkehendak dan berbuat,

yang memberikan daya yang kecil pada akal.

Menurut Harun Nasution kemunculan firqoh dipicu oleh persoalan politik

yang menyangkut peristiwa penbunuhan utsman bin affan, yang terbentuk dalam

penolakan mu’awiyah atas kekhalifaan Ali bin Abi thalib. Persoalan ini telah

menimbukan 3 aliran teologi dalam islam yaitu: Aliran khawarij, aliran ini

berpendapat atau menegaskan bahwa orang yang berdosa besar atau kafir dalam

arti telah keluar dari islam maka wajib dibunuh, aliran syi’ah dan aliran

mu’tazilah.

B.     Rumusan Masalah

Ada beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan dalam makalah ini, yaitu:

1.   Bagaimana Latar Belakang Munculnya Syi’ah, Doktrin dan Tokoh-Tokoh di

dalamnya?

2.   Bagaimana Latar Belakang Munculnya Khawarij, Doktrin dan Tokoh-Tokoh di

dalamnya?

3.  Bagaimana Latar Belakang Munculnya Mu’tazilah, beserta gerakan-gerakan

didalamnya?

1

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:

1.   Mengetahui Latar Belakang Munculnya Syi’ah, Doktrin dan Tokoh-Tokoh di

dalamnya

2.   Mengetahui Latar Belakang Munculnya Khawarij, Doktrin dan Tokoh-Tokoh di

dalamnya

3.  Mengetahui Latar Belakang Munculnya Mu’tazilah, beserta gerakan-gerakan

didalamnya.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Latar Belakang Munculnya Syi’ah

Syi’ah Dari segi lughat, kata syi’ah berarti: golongan, sahabat, pengikut dan

penolong. Maka yang demikian ini dapat dijumpai dalam al-Qur’an (al-Qhashah

28: 15) Allah berfirman:Ÿ@yzyŠur spu ƒZ ωyJø9$# 4’n?tã ÈûüÏm 7's#øÿxî ô`ÏiB $ygÎ=÷dr& y‰y_uqsù $p Žk Ïù Èû÷,s#ã_u‘ ÈbŸxÏGtFø)tƒ #x‹»yd `ÏB ¾ÏmÏGyè‹Ï©

#x‹»ydur ô`ÏB ¾ÍnÍir߉tã ( çmsW»tótGó™$$sù “Ï%©!$# `ÏB

¾ÏmÏGyè‹Ï© ’n?tã “Ï%©!$# ô`ÏB ¾ÍnÍir߉tã ¼çnt“x.uqsù 4Óy›qãB

4Ó|Ós)sù Ïmø‹n=tã ( tA$s% #x‹»yd ô`ÏB È@uHxå Ç`»sÜø‹¤±9$# (

¼çm¯RÎ) Ar߉tã @@ÅÒ•B ×ûüÎ7•B ÇÊÎÈ

Artinya: dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, Maka

didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang ber- kelahi; yang seorang

dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun).

Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk

mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah

musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan Sesungguhnya

syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya)”.

Dan juga firman Allah (Ash-Shafat 37: 83)

* žcÎ)ur `ÏB ¾ÏmÏGyè‹Ï© z ŠN Ïdºt�ö/Z} ÇÑÌÈ

Artinya: “Dan sesungguhnya sebagian pengikut Nuh adalah Ibrahim”.

Dalam ayat pertama di atas, kata syi’ah berarti golongan sedangkan dalam ayat

kedua berarti pengikut yang setuju dalam pendapat atau pemikiran dan ajaran.

Adapun dari segi istilah, yang maksud syi’ah adalah suatu jemaah atau

golongan yang menganut suatu faham atau pendirian bahwa khalifah atau iman

itu bukanlah suatu masalah yang boleh dipandang sebagai suatu kemaslahatan

3

umum yang dapat diserahkan kepada umat untuk memilih dan menentukan orang

yang berhak menjadi khalifah atau iman sesudah nabi meninggal dunia.

Dari situ, syi’ah adalah suatu firqoh Islam yang menyakini bahwa Sayyidina

Ali dan keturunannya adalah orang-orang yang paling berhak menjadi khalifah

dan karena itu mereka memandang bahwa khalifah Abu Bakar, Umar, dan Usman

adalah tidak sah karena merampas hak orang lain yang telah digariskan oleh Nabi.

Jadi syi’ah pada dasarnya adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh suatu

golongan bahwa Sayyidina Ali dan keturunannya adalah orang-orang yang paling

berhak menjadi khalifah, pengganti nabi setelah beliau meninggal dunia.

Sedangkan yang selainnya tidak layak menjadi pengganti nabi dan karenanya

tidak pandang tidak sah. Perbedaan yang mendasar antara syi’ah dengan golongan

lain dalam Islam, terutama dengan golongan Ahlussunnah Wal Jamaah terletak

pada masalah khalifah yang dalam aqidah syi’ah merupakan suatu rukun iman

yang telah digariskan oleh nabi sendiri selagi beliau masih hidup. Umat tidak

campur tangan dalam masalah khalifah karena ia bagian dari aqidah agama.

1.     Sekte-Sekte Syi’ah dan Doktrinya

Sebagaimana paparan di atas, pada awalnya syi’ah muncul karena persoalan

politik, namun pada perkembangannya, syi’ah mulai meranah pada persoalan

teologi. Sehingga syia’h tidak hanya memperjuangkan hak kekhalifahan saja,

namun sudah mengembangkan doktrin-doktrin sendiri.

Perkembangan doktrin ini memnculkan sekte-sekte dalam syi’ah, yaitu:

1. 1     Istna Asy’ariyah (Syi’ah Dua Belas/Syi’ah Imamiah)

Dinamakan Syi’ah Imamah karena menjadi yang dasar akidahnya adalah

persoalan imam dalam arti pemimpin religius politik, yakni Ali bin Abi Thalib

berhak khalifah bukan hanya karena kecakapannya atau kemuliaan akhlaknya,

tetapi juga karena ia ditunjuk nas dan pantas menjadi khalifah pewaris

kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.

Doktrin-doktrin Syi’ah Asy’ariyah mempunyai lima konsep yaitu:

a.       Tauhid : Kepercayaan Pada Keesaan Allah SWT.

b.      ‘Adalah : Keadilan Ilahi

4

c.       Nubuwwah : Kepercayaan Pada Kenabian

d.      Ma’ad : Kepercayaan akan adanya hidup di akhirat

e.       Imamah : kepercayaan akan adanya imamah yang merpakan hak ahlul bait

1.2      Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)

Para pengikut Sab’iyah percaya bahwa Islam dibangun oleh tujuh pilar seperti

dijelaskan Ajl-Qodhian-Nu’man dalam Da’jim al-Islam, diantaranya adalah Iman,

Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, Haji, dan Jihad. Dalam pandangan kelompok

Sab’iyah keimanan hanya dapat diterima bila sesuai dengan keyakinan mereka

yakni walayah kepada imam zaman, iman ini adalah seseorang yang menuntun

umatnya kepada pengetahuan ma’rifat, karena dengan pengetahuan tersebut

seorang muslim akan menjadi mukmin yang sebenar-benarnya.

Syarat-syarat seorang imam dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah adalah:

a. Imam harus berasal dari keturunan Ali melalui perkawinannya melalui fatima

yang kemudian dikenal dengan Ahlu al-Bait.

b. Berbeda dengan aliran Kaitsaniyah, pengikut mu’tar ast-Sagafi yang

mempropagandkan bahwa keimanan harus dari keturunan ali dengan Bani

Hanifah yang mempunyai nama Muhammad bin al-Hanafiyah.

c. Imam harus berdasarkan penunjukan atau nas.

d. Keimaman jatuh pada anak tertua.

e.  Imam harus Ma’sum

f.  Imam harus dijabat oleh seorang yang bait.

Doktrin tentang imam menempati posisi dalam syiah sab’iyah, kepatuhan dan

pengabdian kepada imam dipandang sebagai prinsip dalam menerima ajaran suci

imam. Sab’iyah memiliki cita-cita tentang pemahaman dan penerapan Islam

dalam keseluruhan totalitasnya agar umat diperintahkan oleh kehendak tuhan,

bukan oleh kehendak manusia yang tidak menentu.

1.3      Syiah Zaidiyah

Syiah Zaidiyah merupakan sekte syi’ah yang moderat. Disebut Zaidiyah

karena sekte ini mengakui zait bin ali sebagai imam kelima, putra imam keempat

5

Ali Zainal Abidin. Kelompok ini berbeda dengan sekte Syi’ah lain yang mengakui

Muhammad al-Baqhir putra Zainal Abidin yang lain sebagai imam kelima dari

Zait bin Ali inilah nama Zaidiyah diambil.

Doktrin Imamah menurut Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Zaidiyah mengembangkan

doktrin Imamah yang tipikal kaum Zaidiyah menolak pandang yang menyatakan

bahwa seorang imam yang mewarisi kepemimpinan nabi, telah ditentukan mana

orangnya oleh nabi, tetapi hanya ditentukan sifat-sifatnya saja.

Ciri-ciri imam menurut Zaidiyah:

a. Merupakan keturunan Ahl bait baik melalui garis Hasan maupun Husen.

b. Mempunyai kemampuan menyatakan senjata sebagai upaya mempertahankan

diri.

c. Memiliki kecenderungan intelektualitas yang dapat membuktikan melalui ide

dari karya dalam bidang keagamaan.

1.4      Syi’ah Ghulat.

Syi’ah Ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap yang

berlebih-lebihan atau ekstrim. Dimana Syi’ah ekstrim adalah kelompok yang

menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan juga pada derajat ke nabian bahkan

lebih tinggi dari Muhammad.

Doktrin-doktrin Syi’ah Ghulat menurut Syahrastani, ada empat doktrin yang

membuat mereka ekstrim yaitu Tanasukh, Bada’ Raja’ah dan Tasybih.

Tanasukh adalah keluarga ruh dan satu jasad dan mengambil tempat pada

jasad lain. Bada’ adalah berkeyakinan bahwa Allah mengubah kehendaknya

sejalan dengan perubahan ilmunya. Raja’ adalah mempercayai bahwa imam

Mahdi al-Muntazhar akan datang ke bumi sedangkan Tasybih menyerupakan

Tuhan dengan makhluk.

2.    Tokoh-Tokoh

Tokoh-tokoh Syi’ah antara lain:

1  Nashr bin Muzahim

6

2  Ahmad bin Muhammad bin Isa Al-Asy'ari

3  Ahmad bin Abi Abdillah Al-Barqi

4  Ibrahim bin Hilal Ats-Tsaqafi

5  Muhammad bin Hasan bin Furukh Ash-Shaffar

6  Muhammad bin Mas’ud Al-‘Ayasyi As-Samarqandi

7  Ali bin Babawaeh Al-Qomi

8  Syaikhul Masyayikh, Muhammad Al-Kulaini

9  Ibnu ‘Aqil Al-‘Ummani

10  Muhammad bin Hamam Al-Iskafi

11  Muhammad bin Umar Al-Kasyi

12  Ibn Qawlawaeh Al-Qomi

13  Abu Ghalib Az-Zurari

14  Ra`îsul Muhadditsîn, Syeikh Shaduq

15  Ibnu Junaid Al-Iskafi

B.    Pengertian dan Latar Belakang Munculnya Khawarij

Secara bahasa Khawarij berasal dari bahasa Arab Kharaja yang berarti keluar,

muncul, timbul atau memberontak. Khawarij adalah golongan politik yang

menolak sikap Ali bin Abi Thalib dalam menerima paham penyelesaian sengketa

antara Ali sebagai Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang menuntut Khalifah.

Meskipun mereka semula adalah pengikut Ali, tetapi akibat politik penolakan

mereka atas sikap Ali dalam paham itu.

Mereka lalu keluar dari kelompok Ali dan membentuk golongan sendiri yang

dikenal golongan Khawarij. Golongan ini disebut juga dengan nama Haruriah,

karena mereka berjumlah 12.000 orang itu memisahkan diri dari Ali menetapkan

pimpinan baru disuatu kampung yang bernama Harura yang terletak didekat kota

Kufah, di Irak. Mereka memilih Abdullah Ibn Abi Thalib. Dalam pertempuran

dengan kekuatan Ali mereka mengalami kekalahan besar, tetapi akhirnya seorang

Khariji bernama Abd Al-Rahman Ibn Muljam dapat membunuh Ali.

1.     Doktrin-doktrin Pokok Khawarij

7

Doktrin-doktrin Khawarij antara lain :

1.      Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam.

2.      Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab, setiap muslim berhak menjadi

Khalifah apabila sudah memenuhi syarat.

3.      Khalifah dipilih secara tetap selama yang bersangkutan bersikap adil dan

menjalankan ajaran Islam.

4.      Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah tetapi setelah

tahun ke tujuh dari masa ke Khalifahannya Utsman r.a dianggap telah

menyeleweng.

5.      Khalifah Ali adalah sah tetapi terjadi paham, ia dianggap telah menyeleweng.

6.      Muawiyah dan Amr bin Al-Ash serta Abu Musa Al-Asy’ari juga dianggap

meneleweng dan telah menjadi kafir.

7.      Pasukan perang Jamal yang melawan Ali juga kafir

8.      Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus

dibunuh.

9.      Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Bila

tidak mau bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam negara Islam.

10.  Seseorang muslim harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng.

11.  Adanya Wa’ad dan Wa’id (orang yang baik harus masuk surga sedangkan orang

yang jahat harus masuk neraka).

12.  Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.

2.     Sekte-Sekte Khawarij

Kaum Khawarij pada umumnya terdiri dari orang-orang Arab Badawi. Hidup

dipadang pasir yang serba tandus membuat mereka bersifat sederhana dalam cara

hidup dan pemikiran, tetapi kersa hati serta berani dan bersikap merdeka, tidak

tergantung pada orang lain. Perubahan agama tidak membawa perubahan dalam

sifat-sifat ke Badawian mereka.

Mereka tetap bersikap bengis, suka kekerasan dan tidak gentar mati. Sebagai

orang Badawi mereka tetap jauh dari ilmu pengetahuan. Mudahnya kaum

Khawarij terpecah belah menjadi golongan-golongan kecil serta dapat pula

8

dimengerti mengadakan perlawanan terhadap penguasa-penguasa Islam dan umat

Islam yang ada dizaman mereka.

Golongan Khawarij terbagi atas 6 golongan kecil yaitu :

2.1      Al-Muhakkimah

Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Ali, disebut

golongan Al-Muhakkimah. Bagi mereka Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr

Ibn Al-As dan Abu Musa Al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui paham

bersalah itu dan menjadi kafir.

2.2      Al-Azariqah

Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah

golongan Al-Muhakkimah hancur adalah golongan Al-Azariqah. Daerah

kekuasaan mereka terletak diperbatasan Irak dengan Iran. Nama ini diambil dari

Nafi’ Ibn Al-Azraq.

Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi’ sendiri dan kepadanya

mereka beri gelar Amir Al-Mu’minin. Nafi’ meninggal dalam pertempuran di Irak

pada tahun 686 M. mereka menyetujui paham bersalah itu dan menjadi musyrik

2.3      Al-Nadjat

Najdah bin Ibn ‘Amir Al-Hanafi dari Yamamah dengan pengikut-

pengikutnya pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan Al-

Azariqah. Tetapi dalam golongan yang tersebut akhir ini timbul perpecahan.

Sebagian dari pengikut-pengikut Nafi’ Ibn Al-Azraq, diantaranya Abu Fudaik,

Rasyid Al-Tawil dan Atiah Al-Hanafi, tidak menyetujui paham bahwa orang

Azraqi yang tidak mau berhijrah kedalam lingkungan Al-Azariqah adalah

musyrik.

Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar yang menjadi

kafir dan kekal dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham dengan

mereka. Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, benar akan

mendapatkan siksaan, tetapi bukan dalam neraka, dan kemudian akan masuk

surga.

2.4      Al-Ajaridah

9

Mereka adalah pengikut dari Abd Al-Karim Ibn Ajrad yang menurut Al-

Syahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah Al-Hanafi. Menurut paham

mereka berhijrah bukanlah merupakan kewajiban sebagai diajarkan oleh Nafi’ Ibn

Al-Azraq dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan. Kaum Ajaridah boleh

tinggal diluar daerah kekuasaan mereka dengan tidak dianggap menjadi kafir.

Harta boleh dijadikan rampasan perang hanyalah harta orang yang telah mati.

2.5      Al-Sufriah

Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn Al-Asfar. Dalam paham mereka

dekat sama dengan golongan Al-Azariqah.

2.6      Al-Ibadiyah

Golongan ini merupakan golongan yang paling beda dari seluruh golongan

Khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad yang pada tahun 686 M.

memisahkan diri dari golongan Al-Azariqah.

3.    Tokoh-Tokoh Khawarij

Tokoh-tokoh Khawarij yang terkenal antara lain:

a.       Abdullah bin Wahhab ar-Rasyidi;

b.      Urwah bin Hudair;

c.       Mustarid bin Sa'ad;

d.      Hausarah al-Asadi;

e.       Quraib bin Maruah;

f.       Nafi' bin al-Azraq.

C. ALIRAN MU`TAZILAH

1. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya

Kaum Mu`tazilah merupakan sekelompok manusia yang pernah

menggemparkan dunia Islam selam lebih dari 300 tahun akibat fatwa-fatwa

10

mereka yang menghebohkan, selama waktu itu pula kelompok ini telah

menumpahkan ribuan darah kaum muslimin terutama para ulama Ahlus Sunnah

yang bersikukuh dengan pedoman mereka.

Tentang awal munculnya sekte ini banyak diperselisihkan oleh para ulama,

namun sebutan mu`tazilah itu lebih banyak ditujukan kepada dua tokoh

kontroversial yang bernama Washil Ibn Atha` dan Amr Bin Ubaid. Keduanya

adalah murid dari seorang Sayyidut tabi`in di wilayah Basrah yang bernama Abu

Hasan Al-Basri, kemunculan mu`tazilah ini bermula dari lontaran ketidak setujuan

dari Washil Ibn Atha` atas pendapat Hasan Basri yang mengatakan bahwa seorang

muslim yang melakukan kefasikan (dosa besar), maka di akhirat nanti akan

disiksa lebih dahulu sesuai dengan dosanya, kemudian akan dimasukkah jannah

sebagai rahmat Allah atasnya, Washil Ibn Atha` menyangkal pendapat tersebut.

Sebaliknya dia mengatakan bahwa kedudukanorang mukmin yang fasik tersebut

tidak lagi mukmin dan tidak juga kafir. Sehingga kedudukannya tidak dineraka

dan tidak pula di surga. namun dia berada dalam satu posisi antara iman dan

kufur. Antara surga dan neraka (al-manzilah baina manzilatain).

Ketika Hasan al- Basri mendengar kebid`ahan mereka, maka dia

mengusirnya dari majelis, lalu Washil Ibn Atha` memisahkan diri kemudian

diikuti oleh para sahabatnya yang bernama Amr bin Ubaid. Maka pada saat itulah

orang-orang menyebut mereka telah memisahkan diri dari pendapat umat. Sejak

itulah pengikut mereka berdua disebut Mu`tazilah.

Peristiwa yang paling menggemparkan dalam sejarah perjalanan Mu`tazilah ini

adalah peristiwa Al-Quran ialah makhluk. Sebuah peristiwa yang telah menelan

ribuan korban dan kaum muslimin, yaitu mereka yang tidak setuju pada pendapat

bahwa Al-Quran adalah makhluk. Mereka tetap bersikukuh pada pendapat

mereka, bahwa Al-Quran adalah kalamullah sebagaimana yang dipahami oleh

para salaf. Termasuk ulama yang mendapatkan ujian berat dari peristiwa Al-

Quran makhluk ini adalah Imam Syafi`ie dan Imam Ahmad.

2. Gerakan Kaum Mu`tazilah

Gerakan kaum Mu`tazilah pada mulanya memiliki dua cabang yaitu :

11

a. Di Basrah (Iraq) yang dipimpin oleh Washil Ibn Atha` dan Amr Ibn Ubaid

dengan murid-muridnya, yaitu Ustman bin Ath Thawil , Hafasah bin Salim dll.

Ini berlangsung pada permulaan abad ke 2 H. Kemudian pada awal abad ke 3

H wilayah Basrah dipimpin oleh Abu Huzail Al-Allah (wafat 235), kemudian

Ibrahim bin Sayyar (211 H) kumudian tokoh Mu`tazilah lainnya.

b. Di Bagdad (iraq) yang dipimpin dan didirikan oleh Basyir bin Al-Mu`tamar

salah seorang pemimpin Basrah yang dipindah ke Bagdad kemudian mendapat

dukungan dari kawan-kawannya, yaitu Abu Musa Al- Musdar, Ahmad bin Abi

Daud dll.

Inilah imam-imam Mu`tazilah di sekitar abad ke 2 dan ke 3 h. DI Basrah

dan di Bagdad, khalifah-khalifah Islam yang tereang-terangan menganut aliran ini

dan mendukunhnya adalah :

1.Yazid bin Walid (Khalifah Bani Umayyah yang berkuasa pada thn 125-126 H)

2.Ma`mun bin Harun Ar-Rasyid (Khalifah Bani Abbasiah 198-218 H)

3.Al- Mu`tashim bin Harun Ar-Rasyid (Khalifah Bani Abbasiah 218-227 H)

4.Al- Watsiq bin Al- Mu`tashim (Khalifah Bani Abbasiah 227-232 H)

Diantara gembong-gembong ulama Mu`tazilah lainya adalah :

1.Utsman Al- Jahidz, pengarang kitab Al- Hewan (wafat 255 H)

2.Syarif Radhi (406 H)

3.Abdul Jabbar bin Ahmad yang terkenal dengan sebutan Qadhi`ul Qudhat.

4.Syaikh Zamakhsari pengarang tafsir Al- Kasysyaf (528 )

5.Ibnu Abil Hadad pengarang kitab Syarah Nahjul Balaghah (655)

3.Paham Mu`tazilah

Abu Hasan Al- Kayyath berkata dalam kitabnya Al- Intisar “Tidak ada

seorang pun yang berhak mengaku sebagai penganut Mu`tazilah sebelum ia

mengakui Al- Ushul Al- Khamsah (lima dasar) yaitu Tauhid, Al- Adl, Al- Wa`du

Wal Wai`id, Al- Manzilah Baina Manzilatain, jika telah menganut semua nya,

maka ia penganut paham Mu`tazilah. Berikut penjelasannya masing-masing yaitu:

1. Tauhid, memiliki arti “Penetapan bahwa Al-Quran itu adalah makhluk” sebab

jika Al-Quran bukan makhluk, berarti terjadi sejumlah zat qadiim (menurut

12

mereka Allah adalah Qadiim, dan jika Al-Quran adalah Qadiim, berarti syirik/

tidak bertauhid)

2. Al-Adl, memiliki Arti “Pengingkaran terhadap taqdir” sebab seperti kata

mereka bahwa Allah tidak menciptakan keburukan dan tidak mentaqdirkan

nya, apabila Allah menciptakan keburukan, kemudian Dia menyiksa manusia

karena keburukan yang diciptakannya, berarti Dia berbuat zalim, sedang Allah

adil dan tidak berbuat zalim.

3. Al- Wa`du Wal Wa`iid (terlaksananya ancaman), maksudnya adalah apabila

Allah mengancam sebagian hamba-Nya dengan siksaan, maka tidak boleh bagi

Allah untuk tidak menyiksa-Nya dan menyelisih ancaman-Nya, sebab Allah

tidak menginginkan janji, artinya- menurut mereka Allah tidak memaafkan

orang-orang yang dikehendaki-Nya dan tidak mengampuni dosa-dosa (selain

syirik) bagi yang dikehendaki-Nya. Hal ini jelas bertentangan dengan Ahlus

Sunnah Waljama`ah.

4. Al-Manzilah Baina Manzilatain, Artinya orang yang berbuat dosa besar berarti

keluar dari iman tetapi tidak masuk kedalam kekufuran, akan tetapi ia berada

dalam satu posisi antara dua keadaan (tidak mukmin dan tidak juga kafir)

5. Amar Ma`ruf Nahi Munkar, yaitu bahwa mereka wajib memerintahkan

golongan selain mereka untuk melakukan apa yang mereka lakukan dan

melarang golongan selain mereka apa yang dilarang bagi mereka.

Beberapa I`tiqad kaum Mu`tazilah yang bertentangan dengan Ahlus

Sunnah yaitu :

1. Mereka berpendapat bahwa baik buruknya sesuatu ditentukan oleh akaln dan

bukan oleh syari`at. Dengan demikian dalam pandangan mereka akal

menduduki kedudukan yang lebih tinggi dari pada syari`at.

2. Mereka mengatakan bahwa tidak memiliki sifat. Apa yang tercantum dalam

Al- Quran dan sunnah berupa asma dan sifat Allah merupakan sekedar nama

yang tidak memiliki pengaruh sedikitpun dari nama tersebut. Dengan demikian

mereka menafikan adanya sifat-sifat tinggi dan mulia bagi Allah.

3. Mereka berpendapat bahwa Al-Quran adalah makhluk. Ahlus Sunnah

berpendapat dan bersepakat bahwa Al- Quran bukan makhluk.

13

4. Mereka berpendapat bahwa pelaku dosa besar dari golongan mukmin, maka

dia tidak disebut lagi sebagai seorang mukmin, namun juga tidak disebut kafir.

Ahlus sunnah berpendapat bahwa seorang mukmin yang berbuat dosa besar , ia

tetap sebagai mukmin yang berbuat kefasikan .

5. Mereka berpendapat bahwa Allah tidak dapat dilihat nanti pada hari kiamat

(ketika dalam surga), karena hal itu akan menimbulkan pendapat, seolah-olah

Allah berada dalam surga atau Allah dapat dilihat. Ahlus Sunnah berpendapat

bahwa orang-orang beriman yang telah masuk surga akan dapat melihat Allah

sesuai dengan (Q.S. Al- Qiyamah : 22-23).

6. Mereka tidak meyakini bahwa Nabi Muhammad mi`raj dengan ruh dan

jasadnya.

7. Mereka berpendapat bahwa manusialah yang menjadikan pekerjaannya, dan

Allah sama sekali tidak ikut campur dalam perbuatan yang dilakukan oleh

manusia.

8. Mereka tidak meyakini adanya `Arsy dan Kursi”. Mereka mengatakan bahwa

jika keduanya benar-benar sebesar itu. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah

hadis, lalu diletakkan dimana kedua benda tersebut. Mereka mengatakan kedua

benda tersebut hanyalah sekedar menggambarkan kebesaran dan keagungan

Allah.

9. Mereka juga tidak mengakui adanya malaikat “Kiraman Katibin” atau malaikat

Rajib dan Atid. Mereka berpendapat bahwa ilmu Allah telah meliputi

segalanya, sehingga tidak perlu lagi adanya pembantu dari kalangan malaikat.

10.Mereka tidak meyakini adanya mizan, hisab, shirat, al- haudh dan syafa`at

pada hari kiamat kelak.

Aliran atau sekolah pemikiran yang menegaskan bahwa berasio dengan

logika adalah azas yang paling baik dalam melakukan sesuatu tindakan ataupun

menyelesaikan masalah.

Dalam hubungannya dengan pemikiran Islam, rasiolisme merupakan aliran yang

pertama muncul sebagai respon terhadap kitab ayat-ayat Al-Quran sehubungan

dengan penggunaan akal

14

Aliran rasionalis ini seiring dihubungkan dengan Mu`tazilah yang

dipelopori oleh Washil Ibn Atha` Al- Gazzal (689-749 M) murid kepada Hasan

Al- Basri (642-728 H). Hasan Al- Basri adalah seorang tabiin dengan sering kali

diberi julukan sebagai imam pada zamannya. Apbila dihubungkan dengan istilah

salaf dan berpegang dengan sunah, Hasan A- Basri adalah salah seorang dari

kalangan mereka.

4. Gagasan Rasionalisme/ Mu`tazilah.

Memberi keutamaan kepada akal dalam memahami ajaran Quran serta

hadis. Kebebasan akal terikat pada ajaran-ajaran mutlak Quran dan Sunah, yaitu

ajaran yang termasuk dalam istilah Qat`iy al-wurud dan Qat`iy al-dalalah.

Maksud Quran dan hadis difahami sesuai dengan pendapat akal.

“Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya

kedudukan akal seperti yang terdapat dalam Quran dan Hadis”. Oleh Prof. Harun

Nasution

BAB III

PENUTUP

15

A. Kesimpulan

Dari beberapa pemaparan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan:

1.   Syi’ah muncul karena faktor politik yang di dasarkan fanatisme kepada ahlul bait.

Dalam hal ini, Ali bin Abi Thalib di pandang adalah satu-satunya orang yang

pantas memangku jabatan khalifah dan khalifah yang sebelumnya di anggap batal

atau tidak sah. Begitupun pada periode selanjutnya, pengganti Ali bin Abi Thalib

adalah golongan ahlul bait dan tidak boleh di pangku oleh orang lain.

2.   Khawarij muncul juga karena faktor politik dan kekecewaan pada keputusan Ali

bin Abi Thalib pada peristiwa tahkim. Hal ini membuat Khawarij keluar dari

barisan Ali dan kemudian membuat kelompok sendiri dan berkembang dengan

doktrin-doktrin yang sangat keras dan radikal. Hal ini didasarkan karena

mayoritas orang Khawarij adalah orang-orang baduwi (arab pedalaman) yang

notabene adalah daerah panas dan lingkungan yang keras.

3. Aliran kaum Mu`tazilah dipandang sebagai aliran yang menyimpang dari ajaran

Islam, dan dengan demikian tak disenangi oleh sebagian umat Islam, terutama di

Indonesia. Pandangan demikian timbul karena kaum mu`tazilah dianggap tidak

percaya kepada wahyu dan hanya mengakui kebenaran yang diperoleh rasio.

Sebagai diketahui kaum Mu`tazilah tidak hanya memakai argumen rasuonal,

tetapi juga memakai ayat-ayat Al-Quran dan hadist untuk menahan pendirian

mereka.

B. Saran

Harapan kami kepada para pembaca agar mengamalkan setiap ilmu yang

diperoleh agar ilmu tersebut tidak sia-sia dan harapan kami kepada para pembaca

khusus bagi dosen pembimbing agar studi kiranya memperbaiki setiap kesalahan /

kesimpulan baik disengaja maupun tidak disengaja. Dalam uraian isi makalah ini

khususnya, dan para mahasiswa umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Fatiah, Al-Adnani, Agenda Al- Muzzai, Solo : Pustaka Amanah, 1999

16

Abdurrazak, Ilmu Kalam, Jakarta: Bulan Bintang, 2004

Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam, Jakarta : Pustaka Setia, 2005

Dhuhri, Saifuddin, Diktat Kuliah¸ Lhokseumawe: STAIN Malikussaleh ,

1999

Ibn Al-Atsir, 1965. Al-Kamil fi al-Tarikh, Jilid III, Dar al-Shadir : Bairut.

Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Anlisa Perbandingan,

Jakarta :UI Press. 2002

17