sikap syi'ah terhadap sahabat

84
Sikap Syi’ah Terhadap Para Sahabat MAJLIS PERTAMA: Tuduhan Syi’ah Itsna ‘Asyriyah Bahwa Para Sahabat Murtad Sepeninggal Rasululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam MAJLIS KEDUA: Tuduhan Syi’ah bahwa mayoritas sahabat telah menjadi munafik di zaman Nabi MAJLIS KETIGA: Penginkaran Syi’ah Itsna Asyriyah akan sifat ‘adalah para Sahabat. MAJLIS KEEMPAT: Sikap Kaum Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Khalifah Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu MAJLIS KELIMA: Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu MAJLIS KEENAM: Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma. MAJLIS KETUJUH: Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Asy Syahid Dzunnurain, Utsman Bin Affan radhiyallahu ‘anhu MAJLIS KEDELAPAN: Sikap kaum Syi’ah Al Itsna Asyriyah terhadap sahabat lain yang mendapat kabar gembira menjadi Ahli Jannah MAJLIS KESEMBILAN: Sikap Syi’ah terhadap Ash Shiddiqah Binti Ash Shiddiq Aisyah Binti Abi Bakr radhiyalaahu ‘anhuma MAJLIS KESEPULUH: Beberapa contoh hinaan Syi’ah kepada beberapa sahabat yang lain PENUTUP Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Alloh yang Esa, sholawat semoga tercurah kepada Muhammad, Nabi terakhir, keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Upload: rr-darulkautsar

Post on 16-Apr-2017

476 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: sikap syi'ah terhadap sahabat

Sikap Syi’ah Terhadap Para Sahabat MAJLIS PERTAMA:  Tuduhan Syi’ah Itsna ‘Asyriyah Bahwa Para Sahabat Murtad Sepeninggal Rasululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam MAJLIS KEDUA: Tuduhan Syi’ah bahwa mayoritas sahabat telah menjadi munafik di zaman Nabi MAJLIS KETIGA: Penginkaran Syi’ah Itsna Asyriyah akan sifat ‘adalah para Sahabat. MAJLIS  KEEMPAT: Sikap Kaum Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Khalifah Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu MAJLIS  KELIMA: Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu MAJLIS  KEENAM: Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma. MAJLIS  KETUJUH: Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Asy Syahid Dzunnurain, Utsman Bin Affan radhiyallahu ‘anhu MAJLIS  KEDELAPAN: Sikap kaum Syi’ah Al Itsna Asyriyah terhadap sahabat lain yang mendapat kabar gembira menjadi Ahli Jannah MAJLIS  KESEMBILAN: Sikap Syi’ah terhadap Ash Shiddiqah Binti Ash Shiddiq Aisyah Binti Abi Bakr radhiyalaahu ‘anhuma MAJLIS  KESEPULUH: Beberapa contoh hinaan Syi’ah kepada beberapa sahabat yang lain PENUTUP  Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Alloh yang Esa, sholawat semoga tercurah kepada Muhammad, Nabi terakhir, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Sesungguhnya Alloh Tabaaroka wa ta’ala telah memilih Nabi kita Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam dan memilih pula sahabat dan kerabat bagi beliau. Bukan hanya sekali Allah menyebut dan menyanjung mereka dalam Al Qur’an yang mulia. Alloh juga memuji mereka, menunjukkan keutamaan mereka dan menjelaskan bahwa mereka adalah sebaik-baik ummat. Semoga Alloh Ta’ala meridloi mereka. Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam juga telah memuji dan menyanjung mereka, memceritakan keutamaan mereka pada ummat, bahkan menegaskan bahwa mereka adalah sebaik-baik generasi ummat ini dalam sabdanya, “Sebaik-baik ummatku adalah

Page 2: sikap syi'ah terhadap sahabat

generasiku.”[1] Rasululloh juga mewajibkan kita untuk mencintai mereka dan melarang kita dari membenci, mencela atau menyakiti mereka dengan cara apapun. Beliau Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda, “Alloh…Alloh…berhati-hatilah kalian berkenaan dengan para sahabatku. Jangan jadikan mereka sebagai sasaran sesudahku.[2] Barang siapa mencintai mereka maka dengan kecintaanku aku mencintai mereka. Barangsiapa membenci mereka maka dengan kebencianku aku membenci mereka. Barangsiapa menyakiti mereka sesungguhnya dia telah menyakitiku dan barangsiapa menyakitiku sesungguhnya dia telah menyakiti Alloh Tabaaroka wa Ta'aala dan barangsiapa menyakiti Alloh hampir pasti Alloh akan mengadzabnya.”[3] Maka hati-hati dan hati-hatilah wahai para pecinta Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam: jangan sampai kamu membenci sahabat-sahabatnya, sebab jika kamu membenci mereka sungguh kamu tergolong dalam “Barangsiapa yang membenci mereka maka dengan kebencianku aku membenci mereka”. Artinya kamu membenci Rosulmu. Alangkah ruginya kamu dan Alangkah buruknya nasibmu jika kamu membenci Nabimu Muhammad  Shollallohu 'alaihi wa sallam. Kewajibanmu wahai para pecinta Rasululloh -Shollallohu 'alaihi wa sallam- adalah mencintai apapun yang dicintai oleh orang yang kamu cintai dan mencintai siapapun yang Ia perintahkan kamu untuk mencintainya. Beliau -Shollallohu 'alaihi wa sallam- hanya mencintai yang baik (Thoyyib) dan tidak memerintahkan kecuali untuk mencintai orang-orang yang baik dan layak untuk dicintai . Semoga sholawat dan salam tercurah kepadanya, keluarganya dan para sahabat semuanya. Hendaknya engkau ketahui wahai hamba Alloh bahwa mencela Nabimu Shollallohu 'alaihi wa sallam lebih besar dosanya daripada sekedar membencinya. Karena orang yang mencela sekurang-kurangnya telah membenci. Maka dari itu waspadalah akan hal itu, dan engkau renungkan sabda Nabimu Shollallohu 'alaihi wa sallam “Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku”[4] niscaya kamu akan mendapati larangan yang tegas dari Nabi agarjangan sampai ummatnya mencela para sahabat Nabi rodliyallohu ‘anhum. Kaum Muslimin yang lurus keislamannya meneladani rosul mereka Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam dalam berislam dan mencintai sahabat-sahabatnya serta menghormati mereka. Kaum muslimin juga berijma’ akan tingginya kedudukan mereka, kemuliaan, dan keadilan mereka. Menurut mereka tiap-tiap sahabat itu adalah seorang yang adil dan imam yang utama; wajib bagi kaum Muslimin untuk menghormatinya, mencintainya, dan beristighfar untuknya serta yakin bahwa sebiji kurma yang disedekahkan salah satu sahabat lebih baik daripada shodaqoh salah seorang dari mereka yang dilakukan seumur hidupnya. Kaum Muslimin juga menetapkan hukum kafir bagi orang yang mencela sahabat, apabila celaan itu mengandung unsur pengingkaran terhadap sesuatu yang sudah jelas dari perkara dien ini atau bertentangan dengan nash yang shorih (jelas)[5]. An-Nuur: 63 Di antaranya sebagai berikut : 1.     Kaum muslimin menghukumi kafir terhadap orang yang mengkafirkan dan

menganggap murtad para sahabat dan mengecualikan beberapa gelintir saja. Sebab hal itu bertentangan dengan nash-nash yang jelas.  Alloh Ta'ala  menjelaskan bahwa Dia telah ridlo terhadap para sahabat Nabi dan Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam menceritakan pada kita keutamaan mereka, menyanjung, dan menjelaskan kedudukan mereka. Orang yang menentang nash-nash ini sama dengan orang yang mendustakannya.

 2.       Kaum muslimin menghukumi kafir terhadap orang yang mengkafirkan dua syekh,

Abu Bakar dan ‘Umar rodliyallohu Ta'ala 'anhuma karena dengan demikian ia telah menolak nash yang tidak sedikit, nash yang menegaskan bahwa keduanya termasuk orang beriman yang paling utama dan termasuk penghuni surga.  (ila huna 12 9)

 

Page 3: sikap syi'ah terhadap sahabat

 3.       Kaum Muslimin mengkafirkan orang yang menisbatkan perbuatan nista kepada

shiddiqoh yang suci, ‘Aisyah dan atau orang yang mengingkari bahwa ia bersih dari kenistaan yang dituduhkan oleh gembong orang-orang munafik. Orang ini dipastikan kekafirannya karena ia tidak percaya kepada vonis bebas yang datang dari atas tujuh langit dan mendustakan nash yang tegas yang menetapkan kebersihannya. Juga ia telah menyelisihi firman Alloh Ta'ala surat an-nuur; 17.

 4.       Semua telah bersepakat (berijma’) dalam hal keutamaan para sahabat Rasululloh

Shollallohu 'alaihi wa sallam, dan tidak ada yang menyelisihi hal itu kecuali Syi’ah Rofidloh; yang telah mengarahkan anak panah mereka ke arah wajah para sahabat Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam. Mereka ingin mengotori potret indah para sahabat, mencoret-coret lembaran putih bersih mereka dan menuduh mereka sebagai orang-orang munafik, para pengkhianat, dan para pendusta serta mengkafirkan mereka. Termasuk di dalamnya Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, dan ke-sepuluh sahabat yang dikabarkan Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bahwa mereka masuk surga, pun Rasululloh  Shollallohu 'alaihi wa sallam wafat dalam keadaan ridlo terhadap mereka dan orang-orang selain mereka dari tokoh-tokoh sahabat dan orang-orang pilihan diantara mereka.

  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah[6] menyatakan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani lebih baik daripada orang-orang Rofidloh  dalam dua perkara. Aku peah bertanya kepada orang-orang Yahudi, “Siapakah orang Yahudi yang terbaik?’ mereka menjawab; para sahabat Musa. Aku peah bertanya kepada orang-orang Nasrani; ”Siapakah orang nasrani yang paling baik?” mereka menjawab para,” Hawari ‘Isa. “Aku juga bertanya kepada orang-orang Rofidloh,” Siapakah manusia yang paling buruk?” mereka menjawab,”Sahabat Muhammad -Shollallohu 'alaihi wa sallam-. Begitulah mereka diperintahkan agar beristighfar untuk mereka, tetapi justru mencela mereka…”.[7] Orang-orang Syi’ah membuat peyataan mereka ini tanpa dasar dari Kitab Alloh ataupun sunnah Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam. Hanyasanya teladan mereka dalam hal itu adalah “si anak hitam” ‘Abdulloh bin Saba’ Al Yahudy, orang yang pertama kali mencela para sahabat rodliyallohu 'anhum dan mengkafirkan mereka. ‘Abdullah bin Saba’ pulalah yang pertama kali menyatakan berlepas diri dari sahabat seraya mengakui kesyi’ahannya [8]. ‘Abdulloh bin Saba’ adalah orang yang pertama kali menebar benih-benih Rofidloh [9]; yang menyatakan vonis kafir bagi para sahabat dan celaan atas mereka. Dialah yang mengokohkan pondasi rofidloh dan darinya pula orang-orang syi’ah mengambil ‘Aqidah yang bathil ini berikut ‘aqidah-‘aqidah sesat lainnya yang menyelisihi Kitab Alloh dan sunnah Nabi-Nya Shollallohu 'alaihi wa sallam. Orang-orang Syi’ah tidak mencukupkan diri untuk berpegang kepada madzhab rofidloh yang berisi celaan terhadap para sahabat saja, akan tetapi mereka pun menyerukan dan mendakwahkannya. Mereka menempuh jalan itu dengan berbagai macam cara dan berbagai macam washilah. Semuanya demi memasukkan orang-orang Islam yang lalai sebanyak-banyaknya ke dalam madzhab yang rusak. Tentu saja dengan berbagai macam kedok diantaranya dengan alasan kecintaan atas ahlul bait dan sangkaan bahwa para sahabat tidak memberikan hak mereka yang semestinya, bahkan merebutnya dari mereka lalu mereka bersepakat untuk mendholimi mereka dan masih banyak lagi sangkaan mereka  terhadap para sahabat, bagi orang yang berakal semua itu dusta, dan tidak dapat diterima. Dan tidak diragukan lagi bahwa ahlulbait yang suci bari’ (tidak terkait sama sekali) dengan semua aqidah yang disifatkan oleh orang-orang Syi’ah dan dinisbatkan kepada mereka,

Page 4: sikap syi'ah terhadap sahabat

khususnya aqidah Rofidloh. Ahlul bait mencintai para sahabat, memuliakan mereka, menghormati mereka, dan mendudukkan mereka sesuai dengan hak mereka. Di zaman ketika Daulah Rofidloh tegak seperti sekarang ini, bahaya Syi’ah semakin bertambah dan merajalela. Kejahatan mereka semakin ganas di saat ahlussunnah lalai dan tidak mewaspadai gelombang pemikiran yang sangat buruk ini. Gelombang pemikiran yang hendak memburu tidak sedikit dari ahlussunnah dan menyeret mereka kepada aqidah Rofidloh. Gelombang yang akan selalu berusaha untuk menanamkan kebencian kepada para sahabat di lubuk hati. Semua itu dilakukan dengan cara yang tidak jujur, penuh jebakan dan berbagai macam syubhat, sehingga seorang yang jahil tidak akan dapat melepaskan diri darinya, kecuali yang dilindungi oleh Alloh.  Bahaya ini semakin bertambah seiring dengan semakin meluasnya kebodohan di kalangan ahlussunnah tentang ‘Aqidah Syi’ah. Mereka juga menyangka bahwasanya perbedaan yang terjadi antara Ahlussunnah dengan Syi’ah seperti halnya perbedaan di antara para pengikut madzhab-madzhab fiqh atau perbedaan dalam masalah furu’ saja. Oleh sebab itu saya ingin menjelaskan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin satu aqidah dari sekian aqidah Syi’ah yang sangat bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah. Yaitu aqidah mereka tentang kafir dan murtadnya para sahabat rodliyallohu 'anhum, serta perkataan mereka tentang wajibnya mencela dan membenci mereka. Hal ini saya jelaskan agar kaum Muslimin berhati-hati terhadap syubhat-syubhat yang mereka hembuskan, dan tidak ‘membicarakan’, mencela, atau menyakiti   para sahabat Nabi mereka. Semoga dengan itu ‘shubuh’ terlihat oleh mata, semua hakekat jelas bagi orang-orang yang punya akal. Supaya orang-orang yang lalai sadar akan kelalaiannya. Supaya mereka mengerti aqidah Syi’ah tentang generasi terbaik yang peah dikenal oleh manusia, generasi sahabat, dan aqidah mereka tentang manusia terbaik setelah para Nabi dan para Rosul, yaitu sahabat-sahabat. Semoga sholawat dan salam tercurah kepada Rasululloh, keluarganya yang suci, sahabat-sahabatnya, dan para tabi’in, serta siapa saja yang mengikuti mereka sampai hari kiamat. Indah sekali peyataan penyair berikut ini: Jangan sedikitpun anda berpaling kepada RofidlohSungguh mereka telah mencela para sahabat tanpa dalilMereka melaknat juga membenci sahabat Ahmad (Muhammad)Padahal mencintai mereka wajib bagi setiap insanMencintai sahabat dan kerabat (nabi) adalah sunnahItulahlah yang diperintahkan oleh Robbku saat Dia menghidupkankuWaspadailah hukuman dari Alloh dan mengharaplah pada pahala-NyaHingga dirimu bagai seorang yang memiliki dua hati. Bertolak dari sinilah kitab ini hendak menjelaskan secara ringkas aqidah Syi’ah tentang para sahabat langsung dari literatur mereka. Diharapkan ini menjadi hujjah yang tegak atas mereka dan menjadi penegas bahwa seperti inilah isi buku-buku yang mereka puji isinya, mereka sanjung dan mereka yakini keistiqomahan dan lurusnya aqidah para penulisnya. Kitab ini terbagi menjadi beberapa majlis, semuanya menyoroti aqidah Syi’ah  Itsna ‘Asyriyah tentang para sahabat secara ringkas.   Majlis Pertama Tuduhan Syi’ah Itsna ‘Asyriyah Bahwa Para Sahabat Murtad Sepeninggal Rasululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam

Page 5: sikap syi'ah terhadap sahabat

  Seorang Muslim yang benar keislamannya tidak ragu dalam berpendapat tentang kedudukan para sahabat, keutamaan, dan ketinggian derajat mereka. Mereka adalah segolongan kaum yang telah dipilih oleh Alloh Tabaroka wa Ta'ala untuk menemani utusan-Nya yang paling utama, Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam. Mereka telah membenarkan, mendukung, menolong serta mengikuti cahaya yang dibawanya. Mereka telah mereguk sejuk segar dan mengenyam nikmat lezat lentera kenabian. Mereka telah mengikhlaskan diennya untuk Alloh. Dan di jalan-Nya mereka korbankan darah, nyawa, harta-benda, dan anak-anak mereka. Mereka telah mengokohkan bangunan, memperluas halaman, dan menaklukkan berbagai negeri di sekitaya. Mereka pun telah menebarkan hidayah kepada sekalian hamba (Alloh). Maka, dengan itu semua mereka pantas untuk mendapatkan anugerah dari Alloh, cinta, rahmat, dan surga-Nya. Merekalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan bagi manusia dan merekalah generasi terbaik. Sedangkan Syi’ah Itsna ‘Asyriyah setelah mereka mengerti keutamaan para sahabat yang mulia, utama, dan suci tersebut, mereka justru menuduh para sahabat rodliyallohu 'anhum yang mulia telah murtad semurtad-murtadnya seluruhnya kecuali segelintir saja. Dan menurut mereka sahabat yang tidak murtad hanya tiga sahabat saja, yaitu; Salman, Abu Dzar, dan Miqdad. Salah seorang tokoh besar mereka, At-Tusturiy berkata, “Sebagaimana Musa telah datang untuk memberi petunjuk dan berhasil memberi petunjuk kepada banyak orang dari kalangan Bani Israil dan selain mereka, lalu mereka murtad di saat Musa masih hidup dan hanya Nabi Harun as saja yang bertahan di atas keimanannya, demikian pula Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam telah datang dan memberi petunjuk kepada banyak orang, akan tetapi mereka murtad sepeninggal beliau.”[10] Jika anda bertanya kepada orang-orang Syi’ah tentang dalil yang menjadi sandaran pendapat mereka ini, mereka akan menyebutkan perkataan-perkataan ~yang tentu saja berisi kebohongan dan kedustaan~ dari imam-imam mereka (padahal orang-orang ini belum tentu sepakat dengan mereka), seperti; Ali bin Abu Tholib, Muhammad  bin ‘Ali Baqir, Ja’far bin Muhammad ash-Shodiq, dan Musa bin Ja’far al-Kazhim serta yang lain. 

·        Salah satu perkataan yang dinisbatkan kepada 'Ali bin Abu Tholib rodliyallohu 'anhu, “Semua orang murtad sepeninggal Rasululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam kecuali empat orang saja.”[11] Mereka menambahkan ‘Ammar bin Yasir rodliyallohu 'anhu.

 ·        Sedangkan perkataan yang dinisbatkan kepada Muhammad bin ‘Ali al-

Baqirrohimahullohu adalah, “Semua orang adalah ahlu riddah sepeninggal nabi kecuali tiga orang saja.”[12] dan “Seluruh manusia telah murtad kecuali tiga orang.”[13]

             Orang Syi’ah telah menyifati sanad dari riwayat-riwayat ini mu’tabar.[14] Ada juga riwayat-riwayat bohong lain, yang dicantumkan oleh orang-orang Syi’ah dalam kitab-kitab mereka dan mereka nisbatkan ~dengan penuh kebohongan dan kekejian~ kepada sebagian imam mereka.[15] Tidak diragukan lagi bahwa para imam yang suci tersebut terlepas dari penisbatan-penisbatan yang didakwakan Syi’ah kepada mereka. Penisbatan tersebut mui fitnah, dan yang benar, mereka berdusta terhadap imam-imam kalangan ahlu bait Nabi Muhammad Shollallohu 'alaihi wa sallam lebih banyak dibanding kedustaan mereka atas yang lain. Hal ini telah dikeluhkan oleh para imam tersebut ~dimotori oleh Ja’far ash-Shodiq~.  

Page 6: sikap syi'ah terhadap sahabat

Imam Ja’far bin Muhammad ash-Shodiq rohimahullohu ~imam Syi’ah keenam~ menjelaskan, “Kami ahlul bait adalah orang-orang yang jujur. Namun kami tidak peah sepi dari kedustaan orang-orang yang berdusta atas kami dan orang-orang yang menjatuhkan kejujuran kami di hadapan manusia.”[16] Saya tambahakan, ada kontradiksi yang sngat kentara antara tuduhan Syi’ah ini dengan beberapa ayat-ayat dalam Al Qur’an  yang justru menyatakan bahwa Alllah ridho terhadap para sahabat bahkan menyuruh manusia beristighfar untuk mereka. Seorang mukmin yang taat dan selalu mematuhi perintah tidak akan berbuat sebagaimana yang diperbuat orang Syi’ah terhadap para sahabat, disuruh beristighfar malah menghina. Tidak hanya beristighfar kita juga harus ridho dan meyakini bahwa nikmat yang kita kecap hari ini adalah buah dari kesungguhan mereka, jihad mereka dan amalan baik mereka yang penuh berkah, juga dari apa yang telah mereka korbankan berupa harta bahkan anak sendiri demi menolong dienullah dan menyebarkannya serta menegakkan kalimatullah sehingga tidak ada yang disembah selainNya. Allah mengkhabarkan bahwa Ia ridho kepada para sahabat yang berbaiat di bawah pohon dalam firmanNya : Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berbaiat kepadamu di bawah pohon. Maka Allah mengetahui apa yang ada dihati mereka dan lalu menurunkan ketenangn atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenagan yang dekat (waktunya) (Al Fath 18) Jumlah mereka ada 1300 sahabat -ini menurut pengakuan Syi’ah sendiri-[17] dan tak seorang pun dari mereka murtad. Maka mustahil  Allah meridhoi dan memuji suatu kaum sedang Ia mengetahui bahwa mereka akan murtad setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam wafat –seperti penuturan Syi’ah-.Lalu bagaimana bisa setelah mendengar hal ini mereka baru mengatakan “ yang murtad hanya segelintir saja”?! kecuali mereka berkeyakinan bahwa Allah tidak mengetahui hal itu kecuali setelah terjadi. Jika benar mereka mengatakan hal demikian maka sungguh mereka telah menantang perkataan Imam mereka yang mereka anggap maksum – Ja’far Ash Shadiq- yang melaknat orang yang mengatakan,” Sesungguhnya Allah tidak mengetahui sesuatu sampai ia terjadi”[18] beliau juga mendoakan kehinaan atas pengucapnya ,” Barangsiapa yang mengucapkan ini ia akan dihinakan Allah”.[19] Ayat tersebut mencakup makna ridho kepada seluruh peserta baiat di bawah pohon . Kata-kata “Idz” dalam “ Idz Yubayi’unaka” adalah Dzarf , bisa bermakna sekedar dzarf saja atau bermakna ta’lil. Yang jelas kata ini menjelaskan bahwa keridhoan didapatkan oleh semua pembaiat sehingga mereka semua adalah orang yang diridhoi.  Khulasah : Dakwaan Syi’ah akan murtadnya para sahabat hanyalah tuduhan yang dilandaskan nafsu semata, tidak ada dalil naqli yang sahih maupun dalil Aqli yang jelas yang bisa menguatkan tuduhan berbahaya ini. Ya Allah jagalah diri kami dengan takwa dan jagalah cinta kami pada para sahabat NabiMu sebagamana engkau telah ridho pada mereka Ya Rabbal ‘alamin…...','',''),(463,444,2,'','Majlis Kedua Tuduhan Syi’ah bahwa mayoritas sahabat telah menjadi munafik di zaman Nabi.  Merasa tidak cukup dengan ‘hanya’  menuduh  para sahabat telah murtad, mereka mengatakan mayoritas sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menampakkan

Page 7: sikap syi'ah terhadap sahabat

keislaman tapi memendam kekufuran di hati saat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam masih hidup. At Tusturiy berkata  -Ia seorang ulama Syi’ah-, “ Mereka sebenaya tidak memeluk Islam tapi hanya menginginkan kedudukan Nabi….. selalunya mereka menyandang kenifakan dan mengalirkan perselisihan”.[20] Orang yang memperhatikan omongan ini akan tertawa melihat betapa bodoh dan jeleknya pendapat orang Syi’ah ini, harta seberapa atau jabatan apa dan kesenangan dunia yang bagaimana yang ada pada diri Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam?! . Sedangkan kaumnya sendiri seakan ‘memanahnya’ dengan satu busur dan bersekongkol untuk membuuh beliau juga orang yang bersamanya. Menimpakan berbagai macam siksaan tak terperi dan  musibah tiada henti, Allah yang Maha Tahu. Kesengsaraan yang seorang lelaki gagah pun tak sanggup menahannya, tapi meski demikian para sahabat tetap tabah dan teguh dalam keislaman dan menggenggam erat dien mereka. Kalau saja mereka mau meninggalkan Muhammad –Shollalahu ‘alahi wasallam – dan agama yang Ia bawa niscaya orang-orang musyrik akan memuliakan mereka dan memberikan harta duniawi berlimpah, namun pandangan mereka tak tertuju pada semua yang fana ini tapi kepada apa yang Allah janjikan di balik kehidupan ini berupa janji Allah yang tak peah sedikitpun dilihat mata, didengar telinga, bahkan belum peah terbersit dalam pikiran manusia. Salah seorang dari mereka di panggang diatas terik matahari kota Makkah pada siang hari yang sangat panas lalu diletakkan diatasnya batu-batu besar agar ia mau kembali pada agama semula, tetapi hal itu justru tidak menambahkan pada dirinya selain keteguhan pada  perintah Allah dan terus berjalan diatas al haq. Pada saat itu lisannya malah berucap pada para pembesar musyrikin,” Lakukanlah semau kalian, karena ini hanya didunia..!”.Andai saja ia mau mengucapkan satu kata yang mereka rasakan ia akan kembali pada kesyirikan tentu mereka akan melepaskannya dan membebaskannya, tapi itulah keimanan yang jika telah menyentuh lembutnya kalbu akan melekat selekat-lekatnya tak akan terurai kecuali oleh Yang membolak-balikkan hati. Jika demikian, katakan padaku apakah yang seperti itu adalah sifat kemunafikan dan mereka, orang-orang terbaik adalah para munafik seperti angapan Syi’ah?!! As Syairazi –seorang Syi’ah mu’ashir- menegaskan kenifakan sahabat dan menjelaskan sebab diterimanya mereka oleh Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam masuk dalam barisan kaum muslimin,” Seorang Nabi yang bijak ketika matahari Islam baru saja terbit tidak mungkin hanya menerima orang yang ikhlas saja dan menolak orang munafik, tapi hendaklah ia menyerap seluruh unsur kekuatan jahiliyah dengan membentengi Islam dari kekuatan lokal maupun inteasional yang mulai menentangnya, beliau berseru,” katakanlah Lailaha ilallah kalian akan beruntung..”….sampai perkataannya,” Nabi tidak bisa menolak mereka karena jika ditolak yang tinggal hanyalah dirinya bersama Ali, Salman, Abu Dzar dan sebagian kecil golongan yang selamat.”.[21] Hasan Asy Syairazi menjelaskan ,” Akan tetapi kian hari mereka semakin bertambah yang karenanya para dedengkot munafik  bisa menyusup ke markas komando kemudian menghantam Islam dengan pukulan keras hingga hampir saja memecah belah barisan, kalau saja tidak diketahui oleh Sang pahlawan agung Ali bin Thalib Alaihi As Salam….”[22]. Yang Ia maksudkan dengan dedengkot munafik adalah: Abu Bakar, Umar dan Utsman merekalah yang dimaksud kaum Syi’ah ,” sehingga dedengkot munafik bisa….”. Di dalam dakwaan ini jelas sekali mereka telah menghina Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beliau tidak memperhatikan “ bagaimana” tapi hanya “berapa”, menurut mereka manusia berkumpul begitu saja tanpa beliau pedulikan keselamatan aqidahnya dan kecintaan mereka, yang penting bisa diajak memerangi kekuatan musuh inteal dan

Page 8: sikap syi'ah terhadap sahabat

inteasional. Seakan orang Syi’ah tidak tahu bahwa musuh dalam selimut yang paling membahayakan dien dan pemeluknya yang selalu mencari-cari kelemahan mereka adalah munafikin. Juga bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam diperintahkan memerangi kaum munafik dalam ayat: Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka.( At Tahrim .9) Al Maqamani berkata,” Telah diketahui dengan pasti dari ayat-ayat Al Qur’an akan eksistensi kaum munafik dan fasik di kalangan sahabat yang menampakkan kefasikan bahkan kemurtadan mereka ada baik semasa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam hidup maupun  sesudah wafat”.[23] Perkataan Al Maqamani berkaitan dengan adanya orang munafik dibarisan sahabat adalah benar, tapi anggapan jumlah mereka  yang banyak sama sekali tidak benar, karena jika jumlah mereka banyak seperti anggapan Syi’ah dan pendahulunya tentu mereka akan mengepung Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan sahabatnya kemudian mendirikan negara munafik ketika Islam mulai nampak hingga tidak Islam tidak bisa tegak. Akan tetapi mereka sangat sedikit dan hanya segelintir kecil, tidak memiliki daya dan kekuatan sedangkan kokohnya iman para sahabat tegak menjadi benteng penghalang strategi mereka dan pagar tinggi yang menghalangi  mereka dari merealisasikan keinginan. Oleh itu hanya ada sedikit sekali perkataan mereka yang menyiratkan isi hati mereka dan rasa kedengkian dalam jiwa terhadap agama, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan sahabatnya. Ada banyak ucapan  kaum Syi’ah yang bertujuan melekatkan sifat munafik pada sahabat yang suci dan sangat jauh dari sifat buruk ini.[24] Saya sendiri tidak tahu bagaimana bisa kata-kata ini ada dalam kitab mereka dan mereka nisbatkan pada para Imam bersamaan dengan perkataan Imam-Imam itu yang justru memuji dan mensifati mereka bukan dengan sifat kaum munafik, diantaranya: 1.    Perkataan Ali Bin Abi Thalib ketika berkhotbah kepada tentaranya menceritakan saudara-saudaranya para sahabat lain,” Sungguh aku telah melihat sahabat Muhammad Shollalahu ‘alahi wasallam dan tidak kutemui salah satu diantara kalian yang meniru dengan mereka, ketika subuh mereka dalam keadaan lusuh berdebu karena malamnya selalu qiyam dan sujud, seakan mereka berdiri diatas bara api jika mengingat tempat kembali. Antara dua matanya seperti ada tumpukan tanah keras karena panjangnya sujud. Jika mereka mengingat  Allah airmata mereka bercucuran sampai-sampai kelopak mata mereka rusak dan tubuh bergetar laksana sepohon kayu yang tertiup badai kencang karena takut akan iqab dan mengarap pahala”.[25] Adakah ini adalah sifat munafik yang Allah sifatkan pada munafik yang; sedikit berdzikir, malas-malasan dalam shalat dan menipu Allah, Rasul dan kaum mukminin dalam firmannya :Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ ( dengan shalat) dihadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit. (An Nisa’: 142) Allahuma, tidak!. 2.   Perhatika juga qaul Ja’far Ash Shadiq berikut ini,” Sahabat Rasul Shollalahu ‘alahi wasallam  ada 12 000 orang, 8000 dari Madinah dan 1000 dari Makkah dan 2000 dari Thulaqa.Tidak terlihat diantara mereka orang Qadariyah, Haruriyah, Mu’tazilah ataupun penyembah akal, mereka menangis siang dan malam dan berkata ,” Ambilah nyawa kami sebelum kami memakan roti beragi”.[26] Inikah sifat orang munafik?!! Allahuma…tidak!. 

Page 9: sikap syi'ah terhadap sahabat

Tetapi orang-orang Syi’ah berpaling dari perkataan Imam mereka dan lebih mengikuti hawa nafsu serta apa yang dibisikkan aqidah mereka yang rusak lalu mengganti ucapan yang tidak diucapkan pada mereka. Ringkasnya, Para sahabat itu adalah manusia yang paling jauh dari sifat munafik bahkan mereka berlari menjauhi sifat nifak baik perkataan maupun perbuatan, mereka mengetahui bahwa masuk zona nifak berarti menanggalkan Islam dan gelar “sahabat” yang mulia yang mereka sandang.   Majlis Ketiga Penginkaran Syi’ah Itsna Asyriyah akan sifat ‘adalah para Sahabat. Seorang muslim tidak akan ragu bahwa para sahabat adalah kepercayan umat ini, pembawa panji syari’at dan  mewariskannya pada orang-orang terpercaya sesudah mereka. Tak diperlukan lagi ta’dil (klarifikasi atas sifat adil) atau pun tautsiq (klarifikasi atas sifat terpercaya). Untuk apa?! Sedangkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memuji mereka dengan pujian yang secara qath’i menetapkan sifat ‘adalah (adil, diterima periwayatannya) dan witsaqah dalam beberapa ayat Al Qur’an. Diantaranya: Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia , menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran :110) Dan demikian (pula) kami tela menjadikan kamu umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas  (perbuatan) manusia lain. Al Baqarah 143. Sahabatlah yang pantas menyandang sifat wasath dan ‘adil dalam kandungan ayat diatas. Masih banyak lagi ayat lain yang didalamnya menyebutkan pujian Allah atas para sahabat Rasulullah dan menjelaskan keutamaan mereka dan mengkhabarkan keridhoan Allah atas mereka,demikian pula penetapan sifat-sifat baik dari Rasul serta larangan mencela mereka –sedang telah menjadi ma’lum mengingkari ‘adalah mereka berarti mencela mereka-, pemberitaan akan keutamaan serta kisah perjalan mereka yang semua itu menuntut adanya sifat  ‘adalah mereka tanpa perlu diperdebatkan lagi. Muhammad bin Ahmad Al Hanbali yang masyhur dengan Ibnu Najar berkata:”Orang yang telah dipuji Allah dengan pujian ini bagaimana tidak bisa disebut adil? Jika ta’dil ( penetapan sifat adil ) bisa ditetapkan dengan hanya dua orang manusia, mengapa tidak bisa dengan pujian agung dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala  dan Rasulnya ini?”[27] Al-Khathib Al-Baghdadi Rahimahullah berkata -setelah menyebutkan beberapa keutamaan sahabat- ,” Semua itu sesuai dengan apa yang dinashkan dalam Al Qur’an dan berkonsekwensi pada sifat suci para sahabat dan ‘adalah mereka secara qoth’i, maka dengan adanya ta’dil dari Allah tak perlu lagi seorang makhluq meneliti lebih jauh batin mereka…. . kalaupun ta’dil dari Allah, sebagaimana yang kami sebutkan tadi tidak ada sama sekali, maka amalan mereka berupa hijrah, jihad dan kemenangan yang diraih, pengorbanan harta dan jiwa, rela membunuh ayah atau anak kandung sendiri juga sikap saling menasehati dalam dien dan kekuatan iman serta keyakinan mereka sudah cukup menjadi bukti ‘adalah mereka. Meyakini kesucian mereka dan bahwa mereka adalah manusia yang paling utama dari seluruh makhluq sesudah mereka untuk selamanya adalah aqidah seluruh ulama.[28] Hukum penetapan sifat ‘adalah para sahabat didasarkan pada ketetapan dari Allah dan RasulNya maka kita tak memerlukan lagi ta’dil dari siapapun.  Meskipun ada keterangan yang jelas dari Allah dan RasulNya  dalam masalah ini, Syi’ah Itsna Asyriyah tetap mengingkari ‘adalah para sahabat secara global maupun rinci dan

Page 10: sikap syi'ah terhadap sahabat

menganggap bahwa menghukumi para sahabat  adalah sama sebagaimana menghukumi selain mereka, tidak ada keistimewaan, apa yang berlaku bagi manusia berlaku pula atas mereka. Al Majlisi – seorang pembesar Sufi dan referensi Syi’ah mode- menerangkan perihal ‘adalah para sahabat setelah menyebutkan pendapat ahlu Sunnah berkata,” Agama Imamiyah berpendapat bahwa mereka –para sahabat- adalah sebagaimana manusia lainnya, diantara mereka ada yang adil, munafik dan fasiq yang sesat bahkan mayoritas mereka seperti itu”[29]. Artinya –menurut mereka-sebagian besar para sahabat munafik, fasik dan sesat. Asy Syairazi – orang Syi’ah – berkata,” Hukum para sahabat dalam hal ’adalah seperti hukum manusia lainnya. Ketetapan iman dan ‘adalah tidak bisa ditetapkan dengan hanya menjadi sahabat Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam, pula hal itu tidak bisa menyelamatkan dari siksa neraka dan azab Al Jabbar kecual dengan keyakinan iman dan keikhlasan hati. Maka barangsiapa yang kami ketahui ‘adalahnya, keimanannya dan penjagaannya atas wasiyat Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam tentang Ahli Baitnya dan mati didalamnya, seperti Salman Al Farisi, Abi Dzar dan Ammar, maka kami akan mencintai dan bertaqarrub kepada Allah untuk mereka. Dan barangsiapa yang kami ketahui membelot dan menampakkan permusuhan pada Ahli Bait kami akan memusuhinya dan berlepas diri darinya”.[30] At Tusturiy Asy Asyi’i berkata,” Seorang sahabat sama dengan manusia lain, tidak ditetapkan ’adalahnya kecuali berdasarkan hujjah”.[31]Ditempat lain ia berkata,” Tidak semua sahabat adil dan bisa diterima”.[32] Al Kasyani –seorang mufasir Syi’ah- dalam muqadimah tafsiya tentang orang-orang yang mengambil tafsir ayat dari sahabat ia berkata,” Orang-orang itu tidak memiliki ma’rifah (pengetahuan) tentang hakekat kondisi mereka –para sahabat- karena sudah menjadi ketetapan mereka bahwa semua sahabat adil dan tak seorangpun dari mereka yang menyeleweng dari al haq. Mereka tidak tahu bahwa mayoritas mereka -para sahabat- menyimpan nifak dalam batinnya, berani pada Allah dan berdusta atas Rasulullah dengan penuh bangga dan keinginan untuk memecah belah.[33] Az Zanjani –seorang Syi’ah mode-  menjelaskan sikap Syi’ah tentang ‘adalah para sahabat,” Pendapat Syi’ah atas para sahabat adalah; mereka sama sebagaimana yang lainnya, ada yang adil dan ada yang fasiq….”.[34] Seorang ulama Rijal kaum Syi’ah, Al Maqamani menukil ijma’ agama Imamiyah tentang hal ini,” Para sahabat kami dari golongan Imamiyah sepakat bahwa menjadi sahabat Nabi saja tidak menjadikan seseorang adil tidak pula menunjukkan baiknya kondisinya, stastus sahabat sebagaimana status orang yang tidak menjadi sahabat Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam dalam hal diterima tidaknya periwayatanya berdasarkan ‘adalah, witsaqah dan baiknya kondisi dirinya juga pujian yang disandangkan serta imannya”.[35]  Di antara yang menukil ijma’ Syi’ah Imamiyah tentang pengingkaran mereka akan ‘adalah para sahabat : Muhammad Jawad Mughniyah –seorang Syi’ah Mode- ketika mengatakan,” Imamiyah mengatakan,” Para sahabat itu layaknya manusia lain  ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang adil dan ada yang fasiq”.[36] Dan beberapa aqwal lainnya yang berisi keingkaran Syi’ah akan ‘adalah para sahabat Ra. Ringkasnya: Syi’ah Itsna Asyriyah sepakat mengingkari sifat ‘adalah para sahabat dan tak seorangpun mereka yang menyanggahnya. 

Page 11: sikap syi'ah terhadap sahabat

Padahal sudah menjadi kepastian bahwa mengingkari ‘adalah para sahabat dianggap menyelisihi apa yang terdapat dalam Kitab dan Sunnah yang menetapkan sifat ini atas mereka. Diantaranya: Sabda Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam ,” “Sebaik-baik umatku adalah periodeku kemudian setelahnya dan setelahnya”[37] Nabi telah menetapkan bagi sahabatnya sifat baik dan keutamaan secara mutlak atas seluruh umatnya, mereka adalah umat terbaik dan menunjukkan bahwa para sahabat adalah yang terbaik diantara yang terbaik. Dengan demikian pengikaran Syi’ah ini berimplikasi pada sesuatau yang sangat berbahaya yaitu menolak periwayatan dari sahabat berupa nukilan tentang masalah-masalah diniyah secara global ataupun terperinci, kemudian menganggap batil Al Kitab dan As Sunnah, hal ini bagi yang membaca kitab mereka akan nampak jelas.Dan inilah yang membuat Ulama Ahli Sunnah sangat enggan dan berhati-hati menerima riwayat ahli bid’ah terkhusus mereka yang mencela sahabat Rasul Shollalahu ‘alahi wasallam . Imam Abu Zur’ah Ar Razi Rahimahullah berkata ,” Jika kamu melihat seseorang mencela sahabat Nabi maka ketahuilah bahwa ia adalah orang zindiq, karena menurut kami Rasulullah adalah haq dan Al Quran haq, sedang yang menyampaikan Al Qur’an serta AS Sunnah adalah sahabat Rasul Shollalahu ‘alahi wasallam, mereka itu ingin menjarh ( menyebut cela agar periwayatan tidak diterima) syahid ( saksi) kami demi membatalkan Al Qur’an AS Sunnah, Dan jarh atas mereka lebih pantas dan mereka adalah  orang zindiq.”[38] Yahya Bin Mu’in berkata tentang Talid bin Sulaiman Al Muharibi Al Kufi,” Ia seorang pendusta, Ia mencela Utsman dan siapa saja yang mencela Utsman atau Talhah atau salah seorang dari sahabat Rasulullah adalah seorang Dajjal, tidak ditulis periwayatan darinya dan atasnya la’nat Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya,”[39] Abu Ahmad Al Hakam Al Karabisi ( th 378 H) berkata  tentang Yunus bin Khabab Al Usaidi bekas budak Abu Hamzah Al Kufi yang mencela Utsman RA :” Yahya[40] dan Abdurrahman[41] meniggalkannya dan keduanya telah berbuat kebajikan,  karena ia telah mencela Utsman, barangsiapa yang mencela salah seorang sahabat maka tidak boleh meriwayatkan darinya”.[42] Pada dasaya manusia akan heran manakala melihat orang Syi’ah yang menganggap orang yang bisa melihat Imam ke-dua belas[43] memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari dari kedudukan ‘adalah, tapi meniadakan martabat ini dari para sahabat. Padahal para sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi, menolong, mengobarkan jiwa dan harta dan menjual murah nyawa mereka demi da’wah untuk menegakkan kalimat Allah semata-mata dan mengharap ridho dan Jannah-Nya.  Al Maqamani – seorang Ulama Jarh wa Ta’dil kaum Syi’ah- berkata dalam penjelasannya tentang perkara-perkara yang seorang Syi’ah bisa diketahui ‘adalahnya ,” Diantaranya, seseorang dimuliakan jika ia melihat “Al Hujjah Al Muntadzar” - semoga Allah mempercepat pembebasannya dan menjadikan setiap musibah yang menimpa kita sebagai tebusannya- setelah Ia menghilang[44],dan kami bersaksi dengan hal itu bahwa ia memiliki martabat yang lebih tinggi dari ‘adalah.”[45]Dan kemampuan itu tidak bisa dicapai kecuali dengan pensucian jiwa dan mengosongkan hati dari hal-hal rendah serta membersihkan pikiran dari perkara buruk. Tuan kami Al Askari mengisyaratkan  ma’na ini dalam nasehatnya bagi orang yang ingin melihat Al Hujjah – nyawaku sebagai tebusannya- :” Seandainya bukan karena kemuliaan dirimu kepada Allah tak akan kuperlihatkan anakku ini padamu…..”[46].

Page 12: sikap syi'ah terhadap sahabat

 Semua ini menunjukkan bahwa bahwa akal dan hati mereka ‘terbalik’. Na’udzubillah min dzalik.             Majlis Keempat  Sikap Kaum Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Khalifah Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu             Tapi sepenuh hati aku cinta            Dan tahu bahwa itu benar adanya            Pada Rasul dan Ash Shidiq ku mencinta            Demi balasan yang baik keesokannya Demi Allah, seseorang akan merasa tak berdaya dan lemah, tak tahu dari mana harus memulai dan sampai dimana mengakhiri, ketika ia akan menulis kisah perjalanan seorang  yang bumi tak peah memberi tumpuan dan langit tak peah memberi naungan pada seorang lelaki yang lebih mulia darinya setelah para Nabi dan Rasul. Lelaki yang Allah himpun padanya segala keutamaan dan segala keistemawaan makhluq hingga keseluruhan pribadinya berupa kebaikan. Ialah Ash Shidiq, sahabat yang pertama kali masuk Islam, orang  khusus disisi Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam dan mutlak menjadi sahabat yang paling utama. Ia membenarkan Rasul tatkala manusia mendustakannya, tak sedikitpun ragu dalam menerima dakwah beliau ketika saudara dekat beliau sendiri ragu bahkan enggan. Ia berkorban untuk Rasul dengan jiwa dan hartanya, hingga Rasul bersabda,” Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian dan kalian katakan bahwa aku berdusta sedang Abu Bakar berkata,” Ia benar”, dan ia berkorban untukku dengan jiwa dan hartanya.[47] Berapa banyak sahabat lain yang memeluk Islam lewat tangan beliau RA, dan berapa banyak budak yang telah ia bebaskan dengan hartanya hingga Rasul menjulukinya Ash Shiddiq (yang membenarkan) dan menjadikanya saudara seiman, Rasul menghadap  Rabnya dan ridha pada beliau,  semoga Allah meridhoi Abu Bakar. Tetapi kaum Syi’ah Itsna Asyriyah enggan melihat keutamaan dan kedekatan beliau dengan Rasul, hingga mereka melemparinya dengan kotoran aib dan cacat serta tuduhan miring akan keislaman juga akhlaq, menodai kehormatan dan melecehkan sifat amanah beliau, menusuknya dengan lisan yang amat tajam.       Akan saya sebutkan secara ringkas beberapa tuduhan menyakitkan dari kelompok ini yang hamba Allah yang paling baik sekalipun tidak selamat dari hantamannya.','',''),(464,444,3,'','Di antaranya: 1.     Celaan Syi’ah akan kesungguhan Iman Abu Bakar. Mereka mencela iman Abu Bakar dan mensifatinya dengan ‘lelaki jahat’ [48] yang melewatkan umuya dengan kekafiran, menjadi hamba  berhala[49] dan penyembah patung[50] hingga tanduknya beruban dan bulu di belakang telinganya memutih.[51] Tak hanya ini, mereka bahkan menganggap iman beliau seperti iman seorang Yahudi dan Nasrani karena beliau tidak mengikuti Muhammad dengan keyakinan bahwa beliau seorang Nabi melainkan seorang Malaikat.[52]  Oleh itu imannya tidak bisa dibenarkan. Ia juga terus menerus menyembah berhala sampai-sampai ia shalat dibelakang Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam  sedang dileheya ia gantungkan patung dan bersujud padanya”.[53]Ia juga

Page 13: sikap syi'ah terhadap sahabat

membatalkan puasa dengan sengaja di siang hari bulan Ramadhan, minum khamr (arak) dan mengejek Nabi shollalahu ‘alahi wasallam”.[54] At Thusyi Asy Syi’i berkata ,” Diantara manusia ada yang meragukan keimanannya karena umat ada yang mengatakan ,” Ia tidak mengenal Allah sama sekali”.[55] Adapun Ibnu Tawus Asy Syi’i telah menetapkan bahwa Abu Bakar diragukan hidayah nya.[56]Demikian pula Al Majlisi.[57]  Soal batin beliau mereka mengklaim telah meneliti dan menurut analisa ini telah jelas bahwa ia kafir[58], mereka menyelewengkan sabda Rasul ,” Abu Bakar tak sedikitpun menggangguku” dengan anggapan batil mereka  dan berkata,” Ini ungkapan lampau artinya kekufuran Abu Bakar tak mempengaruhi Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam [59] Anggapan Syi’ah ini semuanya dusta semata, tak berhakekat dan tak berdalil, hanya menuruti rasa dengki atas Abu Bakar RA dan para sahabat Nabi yang lain. Ash Shidiq adalah Sahabat Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam sejak beliau diutus hingga wafat.  Kaum Muslimin sepakat bahwa beliau adalah lelaki yang pertama kali masuk Islam, sedang Ali RA adalah anak kecil yang pertama kali berislam, wanita pertama adalah  Khadijah dan Zaid bin Haritsah adalah bekas budak yang pertama kali masuk Islam.[60]Ibnu Abbas ditanya,” Siapa yang pertama kali beriman ?” Beliau berkata,” Abu Bakar As Shidiq, tidakkah kau mendengar kata Hasan: Jika engkau sedih mengingat saudaraku seimanMaka ingatlah saudaramu Abu BakarMakhluk paling baik,sempua dan adil setelah NabiYang pertama kali menerima da’wahnyaOrang kedua yang gigih dijalanNyaDan manusia pertama yang membenarkan Rasul Ketika Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam memaparkan Islam padanya, tak sedikitpun beliau ragu, beliau menerimanya dengan lapang dada. Rasulullah mengkisahkannya dalam sabda beliau, “Tidaklah aku menerangkan Islam pada seseorang melainkan ia enggan, kecuali Abu Bakar.” Syi’ah sendiri meriwayatkan kisah Islamnya Ali RA, bahwa beliau ragu dan berpikir ulang serta meminta Rasulullah agar perlahan dalam menyampaikan, beliau berkata pada Rasul,” Sesungguhnya agama ini menyelisihi agama bapakku, saya akan melihat dahulu”.-ini menurut Syi’ah. Adapun dakwaan mereka mengenai Abu Bakar yang tidak beriman secara hakiki dan bahwa ia hidup terombang-ambing dalam keraguan dari hidayah adalah kedustaan menurut ijma’ kaum Muslimin. Tak ditemukan satu dalilpun yang bisa menguatkan tuduhan batil  ini. Kalau hanya tuduhan buta semata, sangat mungkin bagi orang membenci Amirul mukminin untuk berbuat hal serupa atas diri beliau. Akan tetapi beliau dan Abu Bakar sangatlah tidak pantas dinisbatkan pada tuduhan keji semacam itu. Keduanya adalah Sahabat mulia, penghulunya para wali Allah, dan manusia termulia setelah para Nabi dan Rasul… Yang menjadi bukti ketidakbenaran dari tuduhan bahwa iman As Shidiq tidak bisa dipercaya adalah riwayat mutawatir tentang pengkhususan Nabi atas beliau, kedekatannya yang sangat serta rasa cintanya pada beliau Shollalahu ‘alahi wasallam , sedang Nabi tidak mencintai kecuali yang baik: Bukhari dan selainya mentakhrij hadits dari Amru bin Al Ash bahwa ia bertanya pada Rasulullah ,” Siapakah orang yang paling anda cintai?”. Beliau menjawab,” Aisyah”. “ Dari kaum lelaki?”. “ Bapak Aisyah”, jawab beliau. 

Page 14: sikap syi'ah terhadap sahabat

Sebelum hijrah dan sebelum Rasulullah mempersunting Aisyah pun para sahabat telah mengetahui bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling Rasul cintai. Tatkala Khadijah meninggal dunia , Khaulah binti Hakim bin Umayah Al Auqas istri dari Utsman bin Madz’un – saat itu di Makkah - berkata,” Wahai Rasulullah, tidakkah engkau ingin menikah?”. “Dengan siapa?” kata Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam .” Ia berkata,” Anda ingin gadis atau janda?”. “ Jika janda siapa dan jika gadis siapa?” lanjut Rasulullah. “ Ia berkata,” Jika gadis ia adalah anak orang paling  engkau cintai, Aisyah Binti Abi Bakar Ash Shiddiq...”.  Al Faruq Umar bin Khatab berkata,” Abu Bakar adalah penghulu kami, orang terbaik dan yang paling dicintai Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam diantara kami,”[61]  Jika kaum Syi’ah tidak merasa berdosa menusukkan tuduhan-tuduhan ini pada sahabat yang paling pertama masuk Islam dan paling dicintai Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam maka kepada sahabat lain yang martabatnya lebih rendah dari beliau mereka lebih berani lagi. Maka hati-hatilah wahai para hamba Allah…jangan terpedaya dengan perkataan mereka, ataupun ada perasaan yang mengusik hatimu, karena demi Allah semua itu hanya dusta belaka, tak ada dalil yang menguatkan sama sekali. Yang ada hanya rasa dengki pada  diri beliau dan saudara-saudaranya para sahabat lain yang Allah pilih dari sekian banyak manusia sebagai sahabat Rasul Allah yang paling mulia . Jika mereka membenci Abu Bakar, berarti mereka telah membenci orang yang paling dicintai Nabi dan Rasulmu, jika memang  engkau mencintai Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam niscaya engkau akan mencintai orang yang Beliau cintai, karena tanda dari cinta adalah engkau mencintai apa yang dicintai kekasihmu. 2.  Klaim Syi’ah bahwa Abu Bakar meyakini Muhamad adalah seorang penyihir bukan Rasul. As Shofar, Al Qummiy dan Al Mufid meriwayatkan dari Kholid bin Nujaih[62]-orang Syi’ah- ia berkata,” Aku berkata pada Bapakku, Abdullah Ja’far As Shadiq  ,” Demi diriku menjadi tebusanmu! Adakah Rasul dan keluarganya menyebut Abu Bakar dengan ‘Ash Shidiq’?”. Ia Menjawab ,” Ya”. “ Bagaimana bisa?”. Ia berkata,” Ketika Rasul bersamanya didalam gua Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam  berkata,” Sungguh aku melihat kapal Ja’far bin Abi Talib dihantam badai dan tersesat”. Ia berkata,” Ya Rasulullah Shollalahu ‘alahi wa alihi wasallam ! Benarkah engkau melihatnya?”. “ Benar,” jawab Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam”. “Dapatkah engkau memperlihatkannya padaku?”tanyanya. “ Mendekatlah padaku,”kata Rasul. Kemudian ia mendekat dan Rasul mengusap kedua matanya lalu berkata,” Lihatlah!”. Lalu Ia pun membuka matanya dan melihat sebuah kapal yang terombang-ambing di laut lalu ia melihat istana Madinah dan berkata pada dirinya sendiri,” Sekarang aku percaya bahwa engkau adalah seorang penyihir” . Rasul berkata,”Kamu adalah Ash Shidiq”[63]. Mereka juga menisbatkan riwayat dusta ini pada Abu Ja’far Al Baqir.[64] Sulaim bin Qais dalam kitabnya As Saqifah juga mengklaim ia mendengar kisah serupa dari Ali Bin Abi Thalib[65]. Inilah yang menjadi sebab Rasul memberi julukan “Ash Shidiq” pada Abu Bakar -menurut anggapan Syi’ah-. Orangpun akan terheran-heran melihat akal mereka yang demikian lemah, buruknya tingkat pemahaman mereka serta perilaku mereka yang mudah membuat cerita palsu lagi batil demi mendukung aqidah mereka. Dalam cerita tersebut banyak sekali ditemukan hal-hal yang kontradiktif dari segi tempat ataupun waktu. Bagi  yang memperhatikan  akan sangat jelas kedustaan tersebut, bahkan orang yang minim pengetahuan dalam bidang Sirah Rasul dan para sahabat sekalipun akan mengetahuinya. Ditambah lagi isi cerita tersebut yang sangat membingungkan dan penuh ketololan serta kesamaran yang justru menunjukkan sifat dasar pembuatnya. Berbicara mengenai cerita dusta Kaum Syi’ah yang dinisbahkan pada para Imam yang suci ini ada dua sisi pandang:

Page 15: sikap syi'ah terhadap sahabat

 Yang pertama, Memperlihatkan dengan jelas kedunguan kaum Syi’ah serta ketidaktahuan mereka akan sebab yang hakiki mengapa Abu Bakar disebut Ash Shidiq dan yang kedua menjelaskan kesamaran mereka dalam beristidlal dan adanya kontradiksi yang dalam cerita tersebut. Maka tidaklah benar apa yang disangkakan orang Syi’ah bahwa sebab Abu Bakar dijuluki Ash Shidiq adalah sebagaimana yang mereka klaim melainkan beliau digelari demikian karena beliau bersegera membenarkan Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam dan mendahului yang lainnya. Al Hafidz Ibnu Hajar berkata,” Dijuluki Ash Shidiq karena beliau bersegera membenarkan Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam. Dikatakan pula awal mula beliau digelari demikian ketika pagi hari dari malam terjadinya peristiwa Isra’. Hal ini sebagaimana terkandung dalam hadits riwayat Imam Bukhari dengan sanadnya dari Abu Darda’  dikabarkan dari Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam bahwa beliau berkata,” Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian dan kalian berkata “ kamu berdusta!” sedang Abu Bakar berkata,” Ia benar”. Dalam hadits ini terisyaratkan makna bahwa keislaman Abu Bakar mendahului semua sahabat Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam . Demikian pula yang diriwayatkan Al Hakim dalam Mustadrak, beliau berkata, “sanadnya sahih”, dari Aisyah Ra berkata,” Tatkala Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam diisra’kan menuju Masjidul Aqsha orang-orang saling membicarakannya, dari mereka yang sebelumnya beriman dan membenarkanya ada yang ragu, lalu mereka mendatangi Abu Bakar dan berkata,” Apakah kamu tahu sahabatmu mengatakan bahwa Ia di Isra’kan semalam menuju  Masjidul Aqsha?” Abu Bakar berkata,” Benarkah ia mengatakan demikian?”. Mereka menjawab,” Ya”. “ Jika Ia berkata demikian maka ia benar” jawabnya. Mereka berkata,” Apakah anda percaya padanya bahwa ia pergi ke Masjidul Aqsha hanya semalam dan kembali sebelum subuh?”. “ Ya, bahkan aku akan percaya pada yang lebih dari itu. Aku membenarkannya perihal kabar dari langit baik pagi ataupun sore”. Oleh itu dia di juluki Ash Shidiq. Rasulullah berulangkali menyebut gelar ini dan menerangkan bahwa yang dimaksudkan Ash Shiddiq adalah orang senantiasa membenarkan dan membenarkan dan membiasakan diri dengan sifat Sidq. Syaikhani – Bukhari dan Muslim- mentakhrij sebuah riwayat dari Abdullah bin Mas’ud Ra dan memarfu’kannya kepada Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam ,” Hendaklah kalian bersifat sidq karena sidq itu menunjukan kalian pada kebaikan dan kebaikan menunjukkan jalan menuju Jannah, dan tidaklah seseorang bersikap sidq  membiasakan diri bersifat sidq melainkan akan ditulis disisi Allah sebagai orang yang Siddiq”.[66] Keutamaan Abu Bakar bukan hanya terletak pada sikapnya yang selalu membenarkan Nabi tapi beliau mengtahui apa yang dikabarkan Nabi secara global maupun terperinci untuk kemudian beliau membenarkanya dan mempercayainya. Dengan begitu anggapan Syi’ah bahwa Abu Bakar dijuluki Ash Shiddiq adalah karena beliau – tatkala di gua- membatin bahwa rasulullah adalah seorang penyihir adalah sama sekali batil dengan dalil : 1.         Definisi As Sidq secara etimologi : Orang yang selalu membenarkan        dan membuktikan perkataannya dengan amalan, batinnya sesuai dengan dzahiya, serta selalu jujur dan sifat ini mendominasi dirinya …….[67]. Definisi ini ada pada riwayat dari Ibnu Mas’ud yang marfu’ yaitu tentang orang yang selalu bersikap sidq. Sedangkan orang Syi’ah mengklaimnya telah mengatakan bahwa rasul adalah tukang sihir. Mereka mendasarkan tuduhan ini dengan ketiadaan iman beliau dan sikap dzahir beliau yang menyelisihi batinnya, dan menurut mereka Rasulullah mengetahui

Page 16: sikap syi'ah terhadap sahabat

kejahatan hatinya dan menghadiahinya gelar yang agung ini yang tidak diberikan selain pada orang yang memang selalu bersikap sidq dan mengetahuinya…. Maka bagaimana bisa hal ini terjadi, sedangkan seorang pembohong bukanlah As Shiddiq sebagaimana diriwayatkan dalam kitab mereka?! Pengarang Kitab Al Asy Atsiyat dengan sanadnya dari Ali bin Abi Talib, yang marfu’: “ Pendusta itu tidak bisa jujur dan menjadi saksi”.[68] 2.         Hijrah ke Habasyah terjadi beberapa tahun sebelum Nabi Hijrah ke Madinah seperti yang diceritakan para ahli sejarah[69], maka bagaimana mungkin Rasulullah melihat kapal Ja’far terombang-ambing dilaut dan memperlihatkannya pada Abu Bakar?! Padahal antara dua peristiwa itu ada rentang waktu yang sangat lama?! Sebab hijrah ke Habasyah terjadi beberapa tahun sebelum hijrah Rasul ke Madinah seperti yang kami sebutkan. 3.         Sebab penamaan Abu Bakar dengan gelar ini terdapat dalam sejumlah riwayat sahih yang mustafidz menurut ahli sunnah dan menjadi hujjah atas argumen ini dan membatalkannya. Telah kami sebutkan beberapa diantaranya. Dengan sanggahan singkat ini jelaslah bahwa ash Shiddiq mendapat gelar ini karena beliau membenarkan Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam dalam setiap apa yang beliau kabarkan dengan keyakinan yang sempua secara ilmu, keinginan, perkataan dan perbuatan.  Dua tuduhan ini hanya sebagian kecil dari segepok tuduhan lain yang mereka hunjamkan atas diri Abu Bakar. Keduanya ibarat busa dalam banjir badang dari apa yang mereka tulis dalam kitab mereka.   Majlis Kelima Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu Di masa Jahiliyah maupun IslamSemua memuji kewibawaannyaDibalik sikap kerasnyaAda rahmat bagi semestaAntara bidang dadanyadan sikap keberaniannyaada hati selembut hati ibuyang menimang anaknyasesungguhnya yang bara’ dari Al FaruqAllah mensucikannya dari cacatdan aib yang dituduhkan Ia tercipta dari tanah FirdausAllah letakkan di hatinyaSesuatu yang mensucikannyaTiada  kesombongan di hatiAtau kezhaliman mengikutiAtau dengki menyelimutiDan sikap rakus yang memperdaya[70] Itulah Al faruq Umar bin Khaththab bin Nufail Al ‘Adawi sahabat utama setelah As Shiddiq Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Masuk Islamnya beliau menjadi kekuatan bagi kaum muslimin lagi kemenangan yang nyata. Segera setelah itu mereka mengikrarkan keislaman  setelah  sekian lama dipendam.

Page 17: sikap syi'ah terhadap sahabat

Beliaulah ikon pemisah antara kebenaran dan kebatilan hingga Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjulukinya pada hari tersebut dengan “ Al Faruq” ( Sang Pembeda).[71] Beliau sangat kuat memegang agama, keras dalam hal kebenaran, tidak peduli celaan demi perintah Allah, cerdas pikirannya, tajam akalnya dan terang mata hatinya. Allah menjadikan kebenaran ada lisan dan hatinya. Umar Bin Khattab menjabat Khalifah setelah Ash Shiddiq. Masa pemerintahannya menjadi kunci pembuka  kemenangan Islam dan penyangga perjuangan ditandai dengan jatuhnya  singgasana Kisra ( Raja Persi) dan Qaisar (Raja Romawi), Raja dua negeri besar pada saat itu.  Sifat adilnya telah terdengar di segala penjuru dunia hingga menjadi satu adagium (permisalan). Rakyat yang jauh maupun yang dekat mencintai beliau sampai-sampai mereka berangan andaikan Allah mengambil sebagian umur mereka untuk diberikan padanya supaya pemerintahannya yang aman dan adil terus langgeng, terus menjaga Izzatul Islam dan mengayomi kaum muslimin. Namun para pengkhianat dan pendengki menjulurkan tangan-tangannya menghentikan langkah pemimpin agung ini. Adalah Abu Lu’lu’ah seorang majusi yang bengis telah menikamkan sebilah pisau bermata dua yang telah diasah dan dilumuri racun ke lambung dan pundak beliau saat beliau shalat shubuh. Hal itu ia lakukan demi membalaskan dendam kaumnya para Majusi yang telah beliau musnahkan dan demi api sesembahan yang beliau padamkan. Semua telah menjadi takdir Allah yang mesti berlaku. Semoga Allah meridhoi Umar, sungguh keislamannya telah menjayakan Islam, kekhilafahnnya menjadi kunci kemenangan dan kematiannya merupakan kesedihan mendalam bagi Umat Muhammad Shollalahu ‘alahi wasallam. Kaum Muslimin senantiasa mengenangnya seiring masa berlalu, mengenang keutamaan beliau dan profilnya yang mulia, menyanjung keadilannya hingga dijadikan suatu permisalan. Terkecuali Orang Syi’ah, meski demikian mulia dan dekatnya beliau dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tapi tetap saja mereka sakiti beliau dengan lisan mereka yang setajam pisau, mereka lempari beliau dengan cercaan dan celaan juga tuduhan yang keji. Berikut saya sebutkan diantaranya :  1.   Tuduhan Syi’ah bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu terkena penyakit yang obatnya kencing laki-laki. Mereka menghina Umar dengan mengatakan beliau terkena penyakit di –maaf- dubur beliau yang tidak bisa diobati kecuali dengan kencing orang lelaki.[72] Merasa tidak cukup dengan hanya ‘menyindir’ seperti ini mereka menghina beliau terang-terangan dengan mengatakan Umar telah di sodomi : Diriwayatkan oleh Al Ayashi –orang Syi’ah- ,” Orang yang pertama kali disebut Amirul Mukminin peah disodomi”.[73]  Dan telah menjadi maklum bahwa Umarlah yang pertama kali disebut sebagai Amirul Mukminin.[74] Tuduhan ini mereka arahkan ke wajah orang yang Imam Pertama mereka, Ali Bin  Thalib suka andaikata beliau menghadap Allah dengan amalan seperti amalannya[75] dan menikahkan putrinya, Ummu Kultsum dengan orang ini[76]. Adakah Imam yang menurut mereka maksum senang ketika menghadap Rabnya amalannya serupa dengan amalan orang disodomi ?!! Bagaimana bisa seorang Imam Maksum menikahkan putrinya dengan orang yang peah disodomi ?!! jawabnya kita serahkan pada mereka.  2.  Tuduhan Syi’ah akan kekafiran dan kemunafikan Umar radhiyallahu ‘anhu  

Page 18: sikap syi'ah terhadap sahabat

Mereka mngatakan beliau telah kafir tapi menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufurannya.[77] Taraf kekafirannya seperti kafiya Iblis bahkan mungkin melebihi.[78] Mereka juga melaknat orang yang masih ragu akan kafiya Umar karena orang yang berakal tidak akan ragu lagi akan hal ini : Al Majlisi berkata,: Tak ada alasan bagi orang yang berakal untuk ragu akan kufuya Umar. Laknat Allah dan Rasulnya atasnya juga atas orang yang masih menganggapnya muslim dan orang yang tidak mau melaknatnya”.[79]  Anehnya lagi tuduhan ini mengarah kepada sahabat yang Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam telah bersaksi akan keimanannya kepada perkara ghaib dalam sabdanya pada para sahabat, saat itu Umar tidak ada,” Ketika seorang penggembala menjaga kambingnya, seekor serigala meloncat memangsa seekor kambing, Si penggembala pun merebutnya kembali. Serigala itu lalu menoleh kepadanya dan berkata,” Kapankah hari Kiamat tiba[80], hari dimana tak ada penggembala selain diriku?”. Dan tatkala seorang lelaki menggiring seekor kerbau untuk menyerang serigala itu, kerbau menoleh pada lelaki tadi dan berkata,” Aku tidak dicipta untuk hal ini, tapi aku diciptakan untuk membajak sawah”. Ketika sahabat mendengar hal tersebut mereka berkata, “Subhanallah”. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “ Aku percaya, begitu juga Abu Bakar dan Umar”.[81] Rasul shollalahu ‘alahi wasallam  juga memuji Umar dalam sabdanya,” Dalam tidurku akau melihat manusia dihadapkan kepadaku dan mereka mengenakan pakaian, di antara mereka ada yang hanya mengenakan pakaian sampai dadanya dan ada yang lebih rendah dari itu, Lalu Umar lewat sedang pakaiannya menutupi seluruh tubuhnya”. Para sahabat bertanya,” Apa ta’wilan anda Ya Rasulullah?”. Beliau menjawab,” Ad Dien”.[82] Beliau juga menyebutkan bahwa setan lari jika bertemu Umar di tengah jalan[83]. Semua itu tidak lain karena kuatnya iman dan keyakinannya . Jika sahabat nomer dua setelah Abu Bakar yang telah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sifati memiliki kekuatan iman serta keyakinan kuat saja dianggap kafir menurut Syi’ah maka bagaimana nasib sahabat yang lebih rendah keimanannya dari dirinya?!!','',''),(465,444,4,'','2.    Kegembiraan Syi’ah akan matinya ( baca: syahidnya) Umar RA  dan menjadikan hari terbunuhnya beliau sebagai hari raya mereka. Orang Syi’ah sangat senang dan gembira pada hari dimana Umar terbunuh,mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari besar mereka dan mentahbiskan pembunuhnya, Abu Lu’lu’ah orang majusi sebagai muslim terbaik : Muhammad bin Rustum At Thabari meriwayatkan dari Al Hasan bin Al Hasan As Samiri  bahwa ia berkata,” Aku dan Yahya bin Ahmad bin Juraij Al Baghdadi pergi menuju rumah Abu Ahmad bin Ishaq Al Baghdadi[84]  sahabat Imam Al Askari Alais salam di kota Qum. Lalu kami mengetuk pintu. Dari dalam rumah keluar seorang anak perempuan Irak. Kami pun menanyakan beliau padanya. Anak itu berkata,” Beliau dan keluarganya sedang sibuk karena hari ini adalah hari raya”. Kami berkata,” Subhanallah! Hari raya kami hanya ada empat: Iedul Fitri, Iedun Nahr, Al Ghadir[85] dan Jum’at?!. Ia berkata,” Tuanku Ahmad bin Ishaq meriwayatkan dari tuannya Al Askari dari ayahnya Ali bin Muhammad Alaihissalam bahwa hari ini adalah hari raya, hari raya terbaik menurut ahli bait dan para walinya…-ia bercerita tentang keluaya Ahmad bin Ishaq kepada mereka dan riwayat dari Al Askari dari bapaknya dari Hudzaifah bin Al Yaman bahwa beliau menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pada hari ke-9 Rab’ul Awal dan menyebut-nyebut keutamaan hari itu pada beliau dan aib orang yang terbunuh dihari itu. Hudzaifah berkata,” Wahai Rasulullah, adakah umatmu yang merusak kehormatan ini?”. Beliau bersabda,” Aku telah mengebiri seorang munafik yang menzalimi ahli baitku, ia memberlakukan riba pada umatku, menyeru mereka pada dirinya, menjadi sombong atas umat sepeninggalku, menyesatkan manusia, merubah

Page 19: sikap syi'ah terhadap sahabat

kitab dan sunnah….dan seterusnya hingga sampai pada perkataan..,” kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam masuk rumah Ummu Salamah dan akupun pulang tanpa menyisakan keraguan soal perkara syaikh kedua – yang dimaksud adalah Umar RA[86]- hingga aku melihatnya sepeninggal beliau Shollalahu ‘alahi wasallam membuka lebar pintu kejahatan, kembali pada kekufuran dan murtad serta mendistorsi Al Qur’an, lalu Allah mengabulkan do’a tuanku Fatimah atas munafik ini dan ia terbunuh di tangan Sang Pembunuh…”. Ia juga menyebutkan cerita bahwa dirinya masuk rumah Ali RA dan mengucapkan selamat atas terbunuhnya Umar  RA, dan pengkhabaran Ali bahwa hari raya ini memiliki 72 nama, diantaranya “Hari hilangnya bencana”, “Hari Huru-hara” dan “ Hari penyesalan si zalim” serta “ Hari kegembiraan Syi’ah”.[87] Orang Syi’ah sangat menyayangi Abu Lu’lu’ah Al Majusi ini, mereka menganggapnya orang muslim yang mulia dan mengatakan bahwa ia membunuh Umar sebagai hukuman atas kezaliman dan penghinaan yang Umar lakukan terhadapnya.[88] Mereka menggelari Abu lu’lu’ah dengan “Baab Syujja’u Ad Dien” (Pintu keberanian bagi agama).[89]  Syi’ah Itsna Asyriyah menampakkan kegembiraan yang sangat dihari terbunuhnya Umar dengan menyanyikan lagu-lagu tentang kematian beliau radhiyallahu ‘anhu ditangan pembunuhnya. Pengarang Kitab “ Uqadu Ad Durur fie Baqri Batni Umar”  dalam satu bab ia berkata,” Pasal ke-empat, bab tentang wajibnya merayakan hari bahagia ini, hari ini adalah hari yang paling menggembirakan bagi orang Syi’ah yang ikhlas.- lalu ia menyebutkan syair yang dinyanyikan pada hari ini-: Sekelumit kata yang jeihdan lafal kalimat yang menggeloraketika kesejahteraanmuncul di ufuk angandesau angin silih bergantidari pagi hingga sore haridi hari terbunuhnya Umar Si Fajiryang tak beriman pada Allah dan Hari akhirpenyulut bencana penebar kerusakanhingga hari manusia dikumpulkankeceriaan mengisi gelas-gelas kacadengan arak dari hulu sukmadi campur  lembutnya rasa gembira [90] Kemudian ia melanjutkan dengan Syair panjang yang mengungkapkan rasa gembira di hari terbunuhnya Umar.[91] Dari keyakinan Syi’ah ini tercium aroma busuk rasa dengki dan ta’ashub pada golongan Majusi . Sedang Abu Lu’lu’ah adalah orang majusi yang kafir, ia membunuh Umar karena ingin membalas dendam agama dan negerinya karena Umarlah yang menjadi penyebab matinya api majusi dan runtuhnya kerajaan mereka. Ia terpanggil rasa dengki pribadi – jika tidak boleh dikatakan ia disuruh seseorang- lalu membunuh Umar serta beberapa belas sahabat lainnya. Jadi pembelaan Syi’ah ini adalah bentuk pembelaan atas orang kafir : Ibnu Taimiyah menceritakan perihal kaum Syi’ah,” Oleh itu engkau lihat orang Syi’ah membela Abu Lu’lu’ah Si Majusi kafir, diantara mereka ada yang berkata,” Ya Allah ridhoilah Abu Lu’lu’ah dan himpunlah aku bersamanya”. Yang lain mengatakan,” Perbuatan Abu Lu’lu’ah setara dengan tindak kriminal yang telah dilakukan Umar. Abu Lu’lu’ah kafir menurut kesepakatan Ahli Islam. Ia orang majusi penyembah Api…, Ia membunuh Umar karena benci terhadap Islam dan pemeluknya demi membela agama Majusinya dan balas dendam terhadap Umar karena telah` menaklukkan negerinya, membunuh pembesaya dan membagi-bagi harta mereka”.[92] 

Page 20: sikap syi'ah terhadap sahabat

Apa yang saya sebutkan ini hanya sekelumit dari selaksa tuduhan yang ada dalam buku-buku mereka yang mengarah kepada sahabat mulia, sahabat yang paling dicintai Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam setelah Abu Bakar dan putrinya.[93]  Majlis Keenam  Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma.                         Ketiganya menyerbu dengan penuh ketangkasan                        Rabb mereka senang jika mereka berpencaran                        Hidup mereka tiada terpisahkan                        Mati pun berkumpul tatkala dikuburkan                        Tak seorang muslimpun yang memiliki mata pengelihatan                        Mengingkari  yang ada pada mereka berupa keutamaan Tahukah kalian siapakah yang dimaksud oleh Hasan Bin Tsabit Radiyallahu 'Anhu “ ketiganya menyerbu”? Sungguh mereka adalah Rasul Shalallohu Alaihi Wasalam  dan dua sahabatnya, kekasihnya, , wazir beliau dari penduduk dunia, Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma. Saya telah kemukakan contoh-contoh cercaan kaum Syi’ah yang ditujukan pada masing-masing sahabat ini. Kaum Syi’ah masih memiliki ‘stok’ hinaan yang siap ditikamkan kepada kedua sahabat ini secara bersamaan. Saya akan sebutkan beberapa diantaranya” 1.       Keyakinan mereka akan wajibnya melaknat keduanya. Syi’ah Itsna Asyriyah mewajibkan golongannya melaknat Syaikhoni,Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma dan menyatakan  bahwa sebagian Imam merekapun  telah melaknatnya. Kepada Ali mereka nisbahkan suatu kebohongan, tatkala ada seseorang yang ingin membaiatnya atas apa yang telah dilakukan Abu Bakar ia membentangkan kedua tanganya dan berkata,” Bertepuklah, Allah telah melaknat dua orang”. [94] Sulaim Bin Qois mengatakan Ali senantiasa melaknat syaikhoni[95]. Demikian pula- menurut anggapan mereka- Imam Ja’far Ash Shadiq melaknat keduanya setiap selesai shalat wajib.[96] Kaum Syi’ah juga kreatif mengarang banyak do’a guna melaknat Syaikhani  dalam kitab-kitab mereka. Memalsukan hadits tentang keutamaan do’a tersebut agar orang syi’ah bersemangat dalam membaca, mengulang-ulang dan berdo’a dengannya. Diantaranya satu do’a yang berjudul “ Do’a untuk dua berhala quraisy”. Do’a ini merupakan do’a khusus bagi kaum Syi’ah dalam melaknat Syaikhoni dan dua putrinya yang menjadi isteri Rasul Shalallohu Alaihi Wasalam. Menurut mereka Ali Bin Abi Thalib Radiyallahu 'Anhu juga berqunut dengan do’a ini dalam shalat witiya[97]. Ia berkata,” Sesungguhnya orang yang berdo’a dengannya laiknya orang yang melempar panah bersama Nabi dalam Perang Badar Dan Hunain”. “ Do’a ini merupakan rahasia yang samar dan dzikir yang mulia”[98]. Dan beliau rajin membacanya pada siang, malam maupun diwaktu sahur –menurut anggapan mereka-.[99] Kepada Imam Ahli Bait mereka menisbahkan keutamaan hadits ini- yang semuanya adalah dusta- bahwa barang siapa yang membaca do’a ini sekali Allah akan menulis baginya 70.000 kebaikan, menghapus 70.000 keburukan dan mengangkat 70.000 derajat serta

Page 21: sikap syi'ah terhadap sahabat

memenuhi puluhan ribu kebutuhannya.[100] Dan Barangsiapa melaknat Abu Bakar dan Umar -Radiyallahu 'Anhuma- pada pagi hari, takkan ditulis baginya satu kejelakan pun hingga sore, dan barangsiapa melaknat keduanya pada sore hari, takkan ditulis baginya satu kejelakn pun hingga pagi tiba.[101] Kaum Syi’ah sangatlah memperhatikan do’a ini, mereka menganggapnya termasuk do’a yang masyru’[102]. Mereka pun mengarang syarhnya  yang jumlahnya lebih dari sepuluh syarh(penjelasan).[103] Para penulis Syi’ah banyak yang menyebutkan do’a ini, sebagian atau kesuluruhan. Diantara yang menyebutkan secara keseluruhan adalah Al Kaf’amy[104], Al Ka syany[105], An Nury At Tabrasy[106], Asadullah At Tahrany Al Ha’iry[107], Sayyid Murtadzo Husein[108], MandzurBin Husein[109] dan lainnya. Dan yang hanya menyebutkan petikannya saja diantaranya Al Kurky dalam” Tufahat Al Lahutu fie la’ni Al Jibti wa At Thaghut”[110] dan AL Kasyany dalam “Kurratu Al Ain”[111]. Ad Damadi Al Huseini dalam” Syir’atu At Tasmiyah Fie Az Zamani Al Ghibah[112]’, Al Majlisi dalam “ Mir’atu Al ‘Uqul”[113], At Tusturi dalam “ Ihqaqu Al Haq”[114], Abu Hasan Al ‘Amily dalam Muqadimah tafsir Al Burhannya[115], Al Ha’iry dalam “Ilzami An Nashib”[116], An Nury At Tabrasy dalam “ Fashlu AL Khitab”[117], Abdullah Sybr dalam “ Haq Al Yaqin”[118] dan lainnya. Disebut do’ a untuk dua berhala Quraisy karena awalnya berbunyi,” Ya Allah berikanlah salam sejahtera Atas Muhammad dan keluarganya dan laknatlah dua berhala Quraisy, dua jabatihima, dua thagutnya dan kedustaannya dan dua putrinya....dst. Maksud dari dua berhala Quraisy  adalah Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma – semoga Allah meridhai keduanya dan mengadili orang yang membencinnya- sebagaimana banyak diterangkan orang syi’ah dalam banyak literatur mereka. Diantaranya:  Al Kaf’amy dalam syarh do’a ini[119], Al Kurky dalam” Tufahat Al Lahat”[120], Al Majlisy[121], Ad Damadi Al Huseini[122], At Tusturi dalam “ Ihqaqu Al Haq[123], Al Ha’iry dalam “Ilzami An Nashib”[124] An Nury At Tabrasy dalam “ Fashlu Al Khitab”.[125] Sebagian kaum syi’ah tidak secara jelas menyatakan makna kedua berhala itu adalah Abu Bakar dan Umar- ini adalah taktik taqiyah yang mereka gunakan untuk bermuamalah dengan Ahli sunnah tapi hanya menyebutkan isyarat berupa gelar yang dengannya sesama orang Syi’ah akan tahu maksud dari gelar tersebut. Al Kasyani  menyebutkan  :” Maksud dua berhala itu adalah Fir’aun dan Haman”. Ia juga berkata,” Makhluq paling rendah adalah dua berhala Quraisy laknatullah alaih, keduannya adalah Fir’aun dan Haman “[126]. Sedang Fir’aun dan Haman adalah gelar yang mereka sandangkan untuk syaikhoni – Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma-. Abu Al Hasan Al Amily mengisyaratkan makna dua berhala Quraisy dengan “Fulan dan Fulan atau Jibt dan Thaghut “[127] yang maksudnya adalah syaikhoni. Do’a yang oleh kaum Syi’ah dinamakan” Do’a Dua Berhala Quraisy “ ini sangat sarat dengan laknat, umpatan,hinaan dan do’a demi kecelakaan untuk syaikhoni[128]. Pula penuh dengan kisah-kisah palsu dan tuduhan keji tak berdasar yang kentara sekali kebohongannya. Semua tuduhan itu mereka hunjamkan pada diri orang yang paling mulia setelah Nabi Shalallohu Alaihi Wasalam. Sebagai contoh : Dakwaan mereka bahwa keduanya mengingkari wahyu, merubah Al Qur’an, menyelisihi Syar’i, menghapus hukum, membakar negeri, merusak para hamba, merobohkan rumah Nabi Shalallohu Alaihi Wasalam dan banyak lagi kedustaan lainnya yang kesemuanya tidak dilandasi petunjuk atau diperkuat dalil dan hujjah. Sehingga apa yang ada dalam diri Kaum Syi’ah yang sebenaya tersingkap jelas, yaitu kedengkian yang mendalam serta rasa benci yang tak terkira pada para sahabat Rasul Shalallohu Alaihi Wasalam, bahkan pada yang paling afdhol dari mereka semua, yang Rasul memerintahkan kita beriqtida’(mencontoh) pada mereka sepeninggal beliau.

Page 22: sikap syi'ah terhadap sahabat

 Adapun Aqidah Syi’ah dalam hal bara’ kepada Syaikhoni sebagaiman berikut: Dalam aqidah mereka, berlepas diri dari keduanya juga dari Utsman dan Muawiyah dianggap sebagai dharuriyat mazhab mereka. Barangsiapa tidak berlepas diri dari mereka ia bukan termasuk golongan mereka. Al Majlisi –referensi Syi’ah Muashir- berkata :” Termasuk dari dharuriyat agama Imamiyah adalah bara’ (berlepas diri) dari Abu bakar, Umar, Utsman dan Muawiyah........”[129] Bahkan bara’ terhadap mereka dipercaya menjadi sebab hilangnya penyakit dan obat bagi tubuh,[130] barangsiapa yang telah berlepas diri dari mereka kemudian mati pada malam harinya ia akan masuk jannah. Diriwayatkan Al Kulainy dalam Kitabnya “ Al Kafy” –termasuk salah satu dari empat ushul yang terkenal di kalangan Syi’ah- dengan sanad dari keduanya[131] ia berkata,” Barangsiapa berdo’a” Ya Allah aku bersaksi kepadamu dan bersaksi pada malaikat-malaikat Al Muqarrabien, para pembawa Arsy yang terpilih bahwa engkaulah Allah yang tiada ilah selain engkau. Maha pengasih lagi Maha Penyayang dan bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulMu dan Fulan adalah Imam dan Waliku[132],dan bahwa ayahnya Rasulullah Shalallohu Alaihi Wasalam, juga Ali bin Abi Talib, Al Hasan dan Al Husein, fulan, fulan –dan seterusnya hingga berakhir padanya-[133] adalah waliku. Untuk itu aku hidup dan mati serta dibangkitkan dihari Kiamat Aku berlepas diri dari fulan, fulan dan fulan. Jika ia mati pada malam harinya ia akan masuk surga”[134] Yang dimaksud Fulan, Fulan dan Fulan adalah Abu Bakar Umar dan Utsman. Menurut mereka tidak hanya kaum Syi’ah saja yang melaknat dan belepas diri dari Abu Bakar Umar dan Utsman, tapi ada suatu golongan yang Allah ciptakan khusus untuk melaknat mereka. Kaum  Syi’ah menisbatkan riwayat dusta pada Ja’far Ash Shadiq bahwa ia berkata :” Sesungguhnya di balik matahari kalian ini ada empat puluh planet yang didalamnya terdapat makhluk yang banyak. Dan di balik bulan kalian ini ada empat puluh bulan yang didalamnya juga terdapat makhluk yang banyak jumlahnya. Mereka tidak tahu apakah Allah mencipta atau tidak, hanya mereka dilhami satu ilham berupa laknat atas Fulan dan fulan....”. Dalam riwayat Al Kulainy pengarang Al Kafy :” Mereka tidak bermaksiat kepada Allah sekejap matapun dan berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar”[135].Al Majlisi mengkaitkan perkataan ini dengan perkataanya “ Fulan dan Fulan” maksudnya Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma  Ringkasnya : Syi’ah Itsna Asyriyah sepakat untuk melaknat Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma, berlepas diri dari mereka dan mewajibkannya kepada para pemeluknya. Dan tentu saja, apa yang diyakini  Imam-imam mereka menyelisihi apa yang mereka katakan berkenaan dengan syaikhani khususnya dan para sahabat pada umumnya. Akan kami ketengahkan sebagian perkataan para Imam itu. Dan semua yang mereka nisbahkan pada mereka tidak lain hanyalah kedustaan yang mereka karang. Peyataan Imam tersebut diantaranya: Adalah Amirul Mu’minin Radiyallahu 'Anhu melarang sebagian tentaranya  mencela Muawiyah Radiyallahu 'Anhu –padahal dibanding Syaikhani keutamaan beliau lebih rendah sebagaimana diakui kaum Syi’ah sendiri- dan berkata pada mereka,” Tentang apa yang

Page 23: sikap syi'ah terhadap sahabat

dinisbahkan kaum Syi’ah dalam kitab-kitab mereka aku tidak menyukainya dan melarang kalian menjadi para pencela dan pelaknat”[137]. Dan menurut pandangan mereka apa yang Ia benci  dari kaumnya ia membenci pula hal itu atas dirinya. Pada dasaya Amirul Mu’minin tidak saja membenci bahkan menyuruh untuk membunuh orang yang berani melaknat Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhu Imam Ahmad dan At Tabrani[138] meriwayatkan dengan sanad hasan dari Amirul Mukninin Ali Bin Abi Talib Radiyallahu 'Anhu bahwa ia berkata,” Akan datang suatu kaum setelah kita yang mengaku dari golongan kita tapi sebenaya bukan golongan kita, mereka memiliki An Nibz[139] atau gelar-gelar dan tanda untuk mencela Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma. Jika kalian menemui mereka maka bunuhlah karena mereka adalah orang musyrik”.[140] Tatkala dikabarkan pada beliau bahwa ada orang yang mencela Syaikhani, beliau mengancamnya dengan had (hukuman)  seorang Muftary  (pembuat dusta besar) yaitu 80 kali jilid. Diriwayatkan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahid Al Maqdisy dengan sanadnya dari Amirul Mukminin bahwa telah sampai kabar padanya bahwa ada beberapa orang yang mencela Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma, maka beliau berkata “ Semoga Allah melaknat orang yang dihatinya terdapat perasaan tentang keduanya selain dari yang baik. Lalu beliau naik mimbar dan berkhotbah dihadapan mausia dengan khutbah yang sangat menyentuh dihati :” Apa urusan orang-orang itu menyebut-nyebut dua penghulu Quraisy, dua bapak kaum muslimin?! Saya berlepas diri dari apa yang mereka katakan, dan atas perkataan mereka akan ada balasan. Ketahuilah ...demi yang membelah biji dan Yang menghembuskan angin, tidaklah mencintai keduanya selain seorang mukmin yang bertakwa dan tidaklah seseorang membencinya selain pendosa yang rendah”. Kemudaian beliau terus menerus menyebutkan  keutamaan keduanya Radiyallahu 'Anhuma. Dari keredhoan Nabi ketika wafat, kerelaan manusia membaiatnya, kisah-kisah keduanya dalam kekhalifahan hingga sampai pada perkataannya,” Ketahuilah, barangsiapa yang mencintaiku maka cintailah keduanya, dan barang siapa tidak mencintai keduanya maka ia telah membenciku dan aku berlepas diri darinya. Ketahuliah siapa saja yang pada saat aku mendatanginya mengatakan hal ini- celaan pada Syaikhani-  maka baginya hukuman seorang muftary. Ketahuilah orang terbaik setelah Nabi Adalah Abu bakar dan Umar jika aku mau niscaya aku sebutkan yang ketiga. Aku memohon ampun kepada Allah bagiku dan kalian semua”.[141] Sangat urgen bagi Kaum Syi’ah untuk memperhatikan ucapan agung dari Imam yang mulia ini. Sungguh beliau tidak hanya melarang dari mencela dan membenci dua sahabat tersebut beliau bahkan menjadikan kecintaan terhadap mereka sebagai tanda kecintaan terhadap dirinya yang mulia, mengutamakan keduanya atas dirinya sendiri dengan menjadikan keduanya orang  terbaik  setelah Nabi Shalallohu Alaihi Wasalam. Dan bahwa dalam mengutamakan keduanya terdapat riwayat yang mutawatir dari beliau dengan berbagai bentuk, suatu ketika beliau naik mimbar Kufah dan seluruh yang hadir pun mendengaya, lalu berkata :” Sebaik-baik umat setelah Nabinya adalah Abu Bakar dan Umar!”[142] Al Bukhary dalam shahihnya meriwayatkan dari Muhammad bin Al Hanafiyah – beliau putra Ali dari isterinya yang berasal dari kabilah Hanafiyah-  ia berkata,” Aku berkata pada bapakku,” Siapakah manuisa terbaik setelah Nabi ?” Beliau menjawab,” Abu Bakar”. “ Lalu ?” lanjutku.” Kemudian Umar”.[143] Dan ketika Ibnu Saba’ terang-terangan menghina Abu Bakar, Ali Bin Abi Thalib menyuruh untuk membunuhnya tapi sebagian orang memintakan ampunan atasnya maka

Page 24: sikap syi'ah terhadap sahabat

dibatalkanlah hukuman bunuh ,kemudian dia di asingkan ke Mada’in –sebagaimana diakui oleh sebagian Syi’ah-.[144] Semoga Allah meridhai Amirul Mu’minin dan membalasnya dengan kebaikan atas kebajikannya yang telah menempatkan hak keduanya  sesuai proporsinya dan mengakui keutamaan pada yang memilikinya. Hanyasanya yang mengakui keutaman dari pemilik keutamaan adalah orang yang memiliki keutamaan pula. Keyakinan beliau tentang Syaikhani sebgaimana keyakinan Syi’ah di zaman dahulu. Mereka tidak menghujat Abu Bakar dan Umar. Inilah peyataan ulama besar Syi’ah, Abu Al Qasim menuturkan bahwa ada seorang bertanya kepada Syuraik bin Abdillah bin Abi Numair – termasuk kibaru sahabat Ali Radiyallahu 'Anhu - ,” Siapa yang lebih utama, Abu Bakar atau Ali ?” Syuraik menjawab,” Abu Bakar”. “ Apakah engkau  mengatakan hal ini sedang engkau berasal dari golongan kami?”. Lanjutnya.” Ya”, jawab Syuraik” .”Yang disebut orang Syi’ah adalah orang yang mengatakan hal seperti ini. Demi Allah Ali RA telah menaiki kaki-kaki mimbar ini – yang dimaksud adalah mimbar Kufah- dan berkata,” Ketahuilah, umat terbaik setelah Nabinya adalah Abu Bakar dan Umar”. Apakah kita menyanggah perkataan beliau? Atau mendustakannya? Demi Allah beliau tidaklah berbohong.!”[145] Imam Ali Bin Muhammad, Abu Ja’far Al Baqir mutlak melarang laknat dan celaan juga memberitahukan bahwa Allah membenci hal itu, beliau berkata,” Sesungguhnya Allah membenci orang yang suka melaknat, mencela, mencerca,dan suka berbuat fahisah (zina)”. Ini pengakuan salah seorang Syi’ah sendiri[146], maka apakah Imam yang maksum –menurut mereka – melakukan hal yang dibenci Allah?! Beliau juga berwala’ pada Abu Bakar dan Umar RA dan mengkhabarkan bahwa tak seorang Ahli Bait pun yang mencela keduanya. Ketika Jabir Al Ja’fi bertanya kepadanya tentang Syakhani “Adakah diantara kalian, ahli bait yang yang menghina Abu Bakar dan Umar?”, beliau jawab,” Tidak. Dan aku mencintai keduanya, berwala’ dan memohonkan ampun untuk mereka,”[147]','',''),(466,444,5,'','AdapunImam Ja’far Ash Shadiq – Imam Kaum yang keenam- beliau bahkan tidak hanyaberwala’ saja tapi juga menyuruh para pengikutnya untuk memberikan wala’nyapada kedua sahabat ini. Al Kulaini meriwayatkan dalam Kitab Al Kafi – Kitab inimenurut Syi’ah setara dengan Sahih Bukhari – dengan sanadnya dari Ash Shadiqbahwa ia berkata pada seorang wanita Syi’ah yang  bertanya kepadanya tentang Abu Bakar,haruskah aku memberikan wala’ pada keduanya?”. “Berwla’lah pada keduanya!”jawab beliau.” “Kemudian jika aku bertemu Rabku aku katakan  pada Nya bahwa engkaulah yang menyuruhku?”.Beliau menjawab ,” Ya”.[148] Zaid BinAli bin Abi Thalib menceritakan bahwa beliau belum peah mendengar daribapak-bapaknya  seorangpun yang berlepasdiri terhadap Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhuma –seperti di nukilkan kaumSyi’ah-[149]. Diantara mereka adalah: Zainul Abidin, Ali Bin Al Husein, AlHasan Bin Ali, dan Ali bin Abi Talib. Tidakkahkaum Syi’ah bisa berlapang dada sebagaimana Imam mereka dari berwala’ kepadaSyaikhani dan ridha terhadap mereka, tidak bara’ ataupun melaknat keduanya?! Tak hanyaitu, Zaid Bin Ali bahkan mengaplikasikan wala’nya dengan perbuatan, yaitutatkala datang padanya satu kaum yang menyatakan diri bergabung dengan Syi’ahdan mencintai Ahli Bait memintanya agar berlepas diri dari dua syaikh tersebutuntuk kemudian mereka akan berbaiat kepadanya –terjadi ketika beliau keluarmemerangi Umawiyun-.maka beliau mengucapkan kalimat yang membuat mulut-mulutmereka bungkam. Dan beliau menerangkan pada mereka makna tasyayu’ yang benar :”Aku berlepas diri dari orang yang

Page 25: sikap syi'ah terhadap sahabat

berlepas diri dari keduanya[150], bara’ahdari Abu Bakar dan Umar berarti bara’ah dariku”[151]. Lalu mereka berkata,”Jika demikian kami menolakmu”.[152] Demikianlahucapan orang-orang yang dianggap Syi’ah sebagai Imam. Beginilah sikap mereka,berwala’ kepada Abu Bakar dan Umar juga seluruh sahabat. Mengasihi dan tidakberlepas diri serta menghasung manusia agar memberikan wala’nya pada mereka danmencintai mereka, mewanti-wanti mereka agar jangan membenci ataupun mencelamereka. Maka bagaimana mungkin mereka mengklaim berintisab pada para Imamtersebut sedangkan bara’ah dari syaikhani dan para sahabat menurut Syi’ah adalah wajib. Sebuah  pertanyaan yang jawabanya kita serahkan padamereka. 2.Anggapankaum Syi’ah perihal akan dikembalikannya Abu Bakar dan Umar Radiyallahu 'Anhumakedunia sebelum hari Kiamat untuk diqishas dan diazab dengan keras. Syi’ahItsna Asyriyah meyakini, Abu Bakar dan Umar akan dikembalikan kedunia sebelumKiamat untuk diqishah dengan tangan  SangPembangkit Ahli Bait – Mahdi Kaum Syi’ah yang ditunggu-tunggu- . Menurut merekaAl Qur’an Al Kariem memberitahukan akan kembalinya mereka dan akan diazabdengan berbagai macam sikasaan. Mereka mengambil dalil dari AlQuran tentangkisah kaum Musa AS dan peristiwa yang menimpa Fir’aun dan tentaranya. Dan kamihendak memberi karunia kepada oran-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu danhendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-rang yangmewarisi (bumi) Dan akankami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan kami perlihatkan kepadaFir’aun dan haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan darimereka itu. ( Al Qosos Ayat5-6) Maksuddari Firaun dan Haman disitu adalah Abu Bakar dan Umar – sungguh keduanya jauhdari apa yang mereka tuduhkan-. Mereka di bangkitkan oleh Al Qo’im ( Sangpembangkit) di hari Kiamat sebagai obat penawar bagi orang-orang Syi’ah. MuhammadBin Al Hasan Asy Syaibani dalam kitabnya “ Kasyfi Nahji AL Haq” menyandarkanriwayat pada Muhammad bin Ali Al Baqir dan Ja’far Ash Shadiq Rahimahumallah –keduanya berlepas diri dari tuduhan ini- perkataan keduanya tentang tafsir ayatini:” Sesungguhnya Firaun dan Haman disini adalah dua orang dari Jabarah( pembesar) nya[153] Quraisy yangAllah ta’ala hidupkan tatkala bangkitnya Al Qoim dari keluarga Muhammad diakhir zaman untuk kemudian membalas keduanya atas apa yang telah merekakerjakan di masa lampau”.[154] SebagianUlama Syi’ah malah terang-terangan mengatakan bahwa maksud dari Fir’aun danHaman disini adalah Abu Bakar dan Umar. Lalu Ia akan menyalib keduanya dibatang kurma dan membunuhnya setiap hari seribu kali kematian sebagai balasanatas kezaliman yang mereka lakukan serta permusuhan terhadap Ahli Bait. Diantaraulama’ tersebut adalah: Al Bayadhi[155], Hasan Bi nSulaiman Al Ahly[156], AtAyasy an Najsy[157], Al Bahrani[158], Al Jaza’iry[159], Ahmad Al Ahsa’i[160],Ali Al Ha’iry[161], Abdullah Syibr[162] dan lainya.[163] AlMajlisy menta’liq riwayat  Al Kulainiyang diisnadkan pada Ja’far Ash Shadiq satu perkataan yang dinisbahkan kepadaAmirul Mu’minin Ali Radiyallahu 'Anhu ,” Allah telah membunuh Pembesar Quraisydalam kondisi yang paling baik....membunuh Haman dan membinasakan Fir’aun”dengan perkataanya :” Membunuh Haman maksudnya Umar dan

Page 26: sikap syi'ah terhadap sahabat

membinasakanFir’aun[164] maksudnya Abu Bakar bisa juga sebaliknya yang jelas maksudnyaadalah dua pendosa ini”.[165] Abu AlHasan Al Amili[166] mengutarakan hal senada. Al Kasyani menjulukinya ‘Duaberhala Quraisy’[167]. Adapunanggapan mereka tentang bangkitnya Al Qo’im kemudian menghidupkan Abu Bakar danUmar  dan menyalibnya serta tuduhanbohong lain banyak terdapat dalam kitab-kitab mereka. Tak sedikit pun merekamenjaga diri dari berdusta atas  namaAllah Azza Wa Jalla yang berfirman :  Artinya “Siapakah yang lebih zalim dari orang yang mengada-adakan kedustaan atas Allah..”[168] Danterhadap Rasul Yang bersabda dalam hadits mutawatir : Ù…Ù† كذب علي متعمدا Ù �ليتبوأ مقعده Ù…

نالنار[169] Anda akanmelihat mereka berdusta dengan mengatakan bahwa Allah mengkabarkan pada Nabinyaperistiwa tersebut pada malam Isra’ :  AshShaduq menyandarkan pada Ja’far Ash Shadiq kisah tentang Isra’ dan Mi’raj,bahwa Nabi melihat cahaya Imam-imam yang dua belas yang ditengah merekaMuhammad bin Al Hasan Sang Pembangkit, lalu beliau bertanya pada Rabbnya,”Wahai Rabb siapakah mereka..?” Allah berfirman,” Para Imam dan ini adalah SangPembangkit yang menghalalkan apa yang aku halakan dan mengharamkan apa yang akuharamkan serta  membalas musuh-musuhku,dialah rahah para waliku. Dia penawar luka pengikutmu dari kejahatanorang-orang zalim, para penentang serta orang kafir. Mengeluarkan Lata dan Uzzalalu membakar keduanya, pada hari itu fitnah keduanya lebih dasyat dari fitnahSapi dan Samiri.[170] Maksuddari” Lata dan Uzza” menurut kaum Syi’ah adalah Abu Bakar dan Umar. Didukungdengan periwayatan salah satu Ulama Syi’ah Syaikh Ad Damadi Al Huseinikatanya,” Perhatikanlah, hendaklah basirahmu tak tertutup demi melihat bahwaLata dan Uzza adalah dua berhala Quraisy yang Amirul Mu’minin mendo’akankeduanya dalam do’anya dan keduanya dikubur di rumah Rasulullah ShalallohuAlaihi Wasalam di area makam beliau tanpa seijin ahli baitnya yang suci yangsenantiasa melaksanakan perintahNya”.[171] KaumSyi’ah mengatakan Ali telah mendengar hal itu dari  pengkhabaran Rasulullah kemudian beliauberitahukan pada Umar Radiyallahu 'Anhu : Ibnu Rustum At Thabary mengisnadkankepada Abi Tufail Amir bi Watsilah[172] bahwa dia berkata – dan tidaklah beliaumengatakan hal dusta ini- ,” Aku melihat Amirul Mukminin berjalansendirian  di sudut kota madinah , laluaku mengikuti beliau hingga sampai di rumah Ats Tsani,[173] lalu beliau memintaijin dan dijinkan masuk, akupun ikut masuk. Setelah mengucapkan salam kepadaAts Tsani –Umar Radiyallahu 'Anhu– yang pada waktu itu menjabat khalifah,beliau duduk seraya berkata,” Siapakah yang mengajarimu kebodohan ini hai orangyang tertipu?! Demi Allah jika saja engkau mengendarai Alqafra dan memakai Syirakan lebih baik bagimu dari pada duduk di sini....”sampai pada perkataan,” DemiAllah seakan aku meliahat diriku telah mengeluarkan dirimu dan sahabatmu –AbuBakar- Toriyaini( kalau tidak salah dalam keadan buta)  untuk disalib di Al Baida’...hingga Umarberkata,” Wahai Abu Al Hasan sungguh aku mengetahui yang engkau katakan adalahkebenaran, dengan nama Allah aku bertanya padamu, apakah Rasulullah menyebutdiriku dan Sahabatku ?”. Beliau berkata,” Demi Allah, Rasulullah menyebutdirimu dan sahabatmu...dst”.[174] 

Page 27: sikap syi'ah terhadap sahabat

Kitab-kitabkaum Syi’ah sarat dengan riwayat yang secara dusta mereka nisbahkan kepadasejumlah Imam yang berisi tentang keyakinan mereka bahwa syaikhani akandibangkitkan dari kubur dan di salib sebelum kiamat tiba serta diazab denganazab yang sangat pedih......seperti riwayat dusta yang  dinisbahkan kepada Abu Ja’far Al Baqir :mereka menganggap beliau meriwayatkannya dari beberpa perawi Syi’ah semisal AbuBashir[175], Al Mufdhil Bin Umar[176], Salam bin Al Mustanir[177], Abdul A’laAl Ahlaby[178] dan lainnya. Semua riwayat palsu yang mengada-ada ini berisiseputar kisah dibangkitkannya Syaikhani dari kubuya Ghodhiyani thoriyani laludisalib. Hari itu manusia terfitnah karena keduanya. Riwayatdusta yang disandarkan pada Abi Abdullah Ash Shadiq mereka yakini jugadiriwayatkan beberapa perawi Syi’ah lainnya seperti Abu Al Jarud[179], AlMufdhil Bin Umar[180], Basyir An Nubal [181]serta Ishaq bin Amar dan lainnya.Demikian pula Abdul Adhim Bin Abdullah Al Hasani meriwayatkan kisah serupa dariMuhammad bin Ali Al Jawad yang terkenal dengan sebutan Abi Ja’far AtsTsani.[182] DariMuhammad Bin Al Hasan Al  Askari – Diaadalah Al Qoim yang nantinya menyalib Syaikhani, pada dasaya beliau bukananak Al Hasan Al Askari karena ia mandul-, yang meriwayatkan darinya adalah AliBin  Abi Ibrahim Bin Mahziar. Riwayat iniberisi kisah panjang yang didalamnya mereka menyebutkan perkataan Muhammad BinAl Hasan Al Mahdi Al Maz’um : Aku datang ke Yatsrib untuk menghancurkan Batuberikut dua orang didalamnya toriyani ghodiyani . lalu kuperintahkan keduanyamenuju Baqi’ untuk disalib di dua batang kayu, keduanya tawarraqa , makamanusia saat itu terfitnah oleh keduanya dengan fitnah yang lebih dasyat darifitnah pertama...dst.”[183] Suatukeyakinan kotor yang menyelisihi Kitab, Sunnah dan Ijma' kaum Muslimin ini dikalangan Syi’ah disebut dengan Roj'ah, mereka menganggap hari itu adalah haridikumpulkannya jasad dan arwah atau serupa dengan Yaumul Hasr pada hari Kiamat.Roj'ah termasuk asas aqidah Syi’ah, mereka mendasarkan aqidah ini pada lebihdari seratus ayat dari Kitab yang mereka takwilkan tanpa dalil yang mendukungatau hujjah yang menguatkan. Bagi Syi’ah, orang yang tidak meyikini roj'ah makaia tidak disebut Imam atau golongan mereka sama sekali. Oleh itu ,  Abu Bakar dan Umar RA bukanlah orang yangmemiliki keimanan, tapi keduanya adalah fariq (sempalan) yang lain dengandalil: Ijma' kaum Syi’ah seperti yang terdapat dalam kitab-kitab mereka bahwakeduanya akan dibangkitkan dan merasakan berbagai macam siksa di tangan SangPembangkit yang diutus untuk membalas dendam atas keduanya, menyalib, memukulmereka dengan cemeti dari neraka, membunuh keduanya seribu kali setiap hari danmenenggelamkan keduanya di laut seperti yang dilakukan Musa terhadap patungsapi lalu  membakaya,  bahkan Ia juga membunuh orang-orang yangmencintai keduanya.  Orangyang membaca buku-buku do'a kaum Syi’ah akan mendapati buku-buku tersebutdipenuhi do'a-do’a kepada Sang Pembangkit agar mengeluarkan Syaikhani danmembalaskan dendam Ahli Bait Rasul SAW. Kebanyakan doa tersebut berbentuksya'ir seperti :             Wahai Hujjatullah,wahai makhlukterbaik            wahai cahaya di kegelapan,           wahai putra bintang kejora            Aku berharap pada rabku            tuk bisa melihat dua terlaknat            dibangkitkan dari lahat            dengan mata telanjangku             Seperti sabda Nabiku            Tanpa keraguan ataupun syubhat           Tuk disalib didua batang pohon

Page 28: sikap syi'ah terhadap sahabat

            Dan dibakar            Saat itu....            Hati manusia kan sembuh dari dendam            Yang sekian lama mendekam            Dan kesedihan berganti kegembiraan MenurutSyi’ah, masa penyaliban Abu Bakar dan Umar ini tidak hanya pada saat Raj’ahyaitu saat keduanya dibangkitkan di hari Kiamat saja melainkan keduanya disalib setiap tahun sesuai dengan riwayat dari As Sofar dan Al Mufid dengansanad yang bersambung dengan para pendusta dari Isa Bin Abdillah Bin Abi TohirAl Alwi meriwayatkan dari bapaknya dari kakeknya  Ia menceritakan Bahwa saat itu   Ia bersama Abu Ja’far Bin Ali Al Baqir diMina untuk melempar Jumrah, lalu Abu Ja’far melemparkan beberapa batu, manakalatersisa lima batu beliau melemparkan tiga batu ke satu penjuru dan dua batu kepenjuru lainnya, maka kakekku bertanya,” Demi diriku menjadi tebusanmu, Sungguhengkau telah  melakukan sesuatu yangbelum peah dilakukan seorangpun. Aku melihatmu melemparkan beberapa jumrah,lalu engkau melempar lima sisanya, tiga ke satu penjuru dan dua ke yang lain?”.Beliau berkata,” Benar. Pada satiap musim dua orang fasiq yang telah merampashak dibangkitkan, lalu keduanya dipisah di tempat ini. Tiada yang melihatnyaselain Imam yang adil. Karena itu aku melempar yang pertama – Abu Bakar- dengandua kerikil dan yang kedua – Umar- dengan tiga kerikil karena yang terakhirlebih buruk dari yang pertama”. Beginilah,kaum Syi’ah seakan tak merasa berdosa setiap kali mehujamkan berbagai tuduhankepada dua orang yang paling utama setelah para Nabi dan Rasul, Abu Bakr danUmar. Dua wazir Nabi SAW yang telah diakui kedudukannya. Amirul Mukminin Alibin  Talib pun telah bersaksi akan halitu : Dari IbnuAbbas berkata,” Jasad Umar diletakkan diatas ranjang, maka manusia punmengelilinginya  sebelum diangkat untukdimakamkan,waktu itu tak satupun orang yang memperhatikanku, tiba-tiba seoranglelaki memegang pundakku yang teyata beliau adalah Ali Bin Abi Talib, beliaumendoakan kerahmatan atas Umar dan berkata,” Sepeninggalmu tak seorang pun yanglebih aku sukai agar amalku serupa dengan amalnya ketika berjumpa dengan Allah selain dirimu, demi Allah aku kiraAllah akan mempertemukanmu dengan dua sahabatmu, aku telah banyak mendengarNabi bersabda ,” Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar, Aku masuk bersama AbuBakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar” aku yakin AllAh akanmenempatkanmu bersama keduanya”.[184]   AqidahRaj’ah yang diyakini kaum Syi’ah ini sangatlah bertentangan dengan nash-nashKitab maupun sunnah : Terdapatbeberapa ayat yang dengan jelas membatilkan keyakinan ini : (Demikianlahkeadaan orang-orang kafir itu ), sehingga datang kematian kepada seseorang darimereka dia berkata,” Ya tuhanku kembalikanlah (aku kedunia) agar akuberbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidaksesungguhnya itu hanyalah perkatan yang diucapkan saja . dan dihadapan merekaada sampai mereka dibangkitkan .(Al Mukminun 99-100) Tinggaldi alam barzakh hingga kiamat tiba adalah hal yang telah disepakati. Dan ayatini telah memutus angan-angan untuk kembali kedunia, entah itu supaya bisaberamal baik atau sebaliknya. RabbTabaraka wata’ala telah menjelaskan akan mustahilnya seseorang kembali keduniadikarenakan adanya barzakh yang tak seorangpun bisa menembusnya, suatu batasdiantara maut dan dan kebangkitan juga dunia dan Akhirat. 

Page 29: sikap syi'ah terhadap sahabat

Adabeberapa hadits yang yang secara sharih menafikan raj’ah sebelum hariKebangkitan akan tetapi terlalu panjang untuk mencantumkannya. Akantetapi karena ayat Qur’an ataupun hadits tak sedikitpun memberi pengaruh bagiorang Syi’ah, akan saya kumpulkan aqwal beberapa orang yang mereka anggapsebagai Imam tentang batilnya aqidah raj’ah, agar tampak kedustaan yang merekanisbahkan pada mereka: 1.    Diantaranya:       Amirul Mukminin Ali Bin Abi  Talib yang dalam beberapa riwayat  mengkhabarkan akan mustahilnya seseorangkembali kedunia setelah mati. Seperti perkataan yang mereka nisbahkan pada beliau dalam Kitab Syi’ah “Tihajul Balaghah” :” Segeralah beramal, Dan takutlah akan ajal yangsekonyong-konyong. Karena kembalinya umur tak bisa diharapkan sepertikembalinya rizki”. Juga,” Diantara kalian dan surga tak ada sesuatu selain mautyang akan menjemput”,  Majlis Ke Tujuh  SikapSyi’ah Itsna Asyriyah terhadap Asy Syahid Dzunnurain, Utsman Bin Affanradhiyallahu ‘anhu  UtsmanBin Affan termasuk sahabat angkatan pertama, orang ketiga setelah Umar dan AbuBakar radhiyallahu ‘anhu. Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam menikahkannya dengandua putri beliau secara berturut yang dengannya Utsman mendapatkan hubunganbesan yang sangat mulia dengan Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam hinggabeliau menujulukinya dzu nurain ( yang memiliki dua cahaya). Seorang sahabatyang sangat pemalu, memiliki moral dan budi tinggi, lembut wataknya, halus budibahasanya, legawa jiwanya, halus tabiatnya, suka berbuat kebaikan dan sangatpengsih, seorang Quraisy yang paling bijak dan memiliki pandangan yang sangatmulia. Kaumnyamencintainya karena akhlaknya yang mulia dan perilakunya yang terpuji sehinggakecintaan mereka menjadi satu permisalan, ada seorang wanita quraisy  yangmenimang anaknya sambil berkata :             Aku mencintaimu juga Ar Rohman            Seperti cinta Qurisy pada Utsman  Beliau masuk Islam dan menjadi orang yangpaling bertakwa, wara’ ( menjaga diri dari yang haram bahkan makruh)  dermawan dan murah hati, turut berperangbersama Rasulullah dalam berbagai peperangan. Menjabat khalifah setelah AbuBakar dan Umar lalu mengajak manusia mengikuti sirah  Nabinya Shollalahu ‘alahi wasallam dan duasahabatnya serta menauladani mereka sehingga umat bisa bersatu bersamanya. Meluasnyadaerah yang bisa dibuka dan ditaklukkan dimasa pemerintahannya serta intervensiberbagai kelompok dalam kedaulatan Negeri Islam menjadi sebab juga konsekwensidari masuknya para pendengki yang memusuhi Islam yang kemudian membentukkomplotan. Pembesar komplotan ini adalah seorang Yahudi beama Abdullah binSaba’. Ia memprovokasi manusia dengan mengatakan Utsman telah merubah sunnahRasululah Shollalahu ‘alahi wasallam dan dua sahabatnya, maka berkumpulahdisekitaya para pembeo dan kaki tangan setan, mereka mendatangi Madinah lalumembunuh Khalifah Ar Rasyid Utsman bin Affan, para sahabat yang menyaksikantidak bisa berbuat apapun karena sumpah beliau agar mengekang tangan dan janganmenumpahkan setetes darah  pun.. Hatimereka pun menangis sebelum mata melelehkan airmata, kesedihan tak terperibagai menyaksikan anak sendiri dibunuh didepan mata.

Page 30: sikap syi'ah terhadap sahabat

 Sejaksaat itu kaum muslimin terus menerus menangis hari demi hari bulan demi bulanatas khalifah yang terdzalimi tapi sangat penyabar, menebus kaum muslimindengan dirinya, menjaga darah mereka dengan darahnya.. Maka merekapun ridhapadanya, mengasihinya dan bersaksi atas semua pengorbanannya, keutamaannyaserta kepribadianya….. semoga Allah meridhoinya. Ti tidak demikan halnya KaumSyi’ah, meski melihat semua itu mereka tetap menusuknya  dengan lidah tajam mereka dengan berbagaituduhan menyakitkan tanpa melihat kedekatan beliau dengan Rasulullah Shollalahu‘alahi wasallam dan keistimewaannya. ','',''),(467,444,6,'',' Di antara tuduhan itu : 1.     Hinaan mereka terhadap ahklak beliau. Kebaikanakhlak Utsman telah ditetapkan oleh banyak riwayat yang jumlahnya mencapaibatas mutawatir ma’nawi hingga jika seseorang  mengingkari kebaikanakhlaknya dan pengorbanannya yang mulia itu niscaya manusia seluruhnya akan bangkit menentangnya dan mencelanyaseraya berkata ,” Sungguh orang ini adalah pendusta”. Sayasendiri tidak mengerti bagaimana bisa Kaum Syi’ah menghalalkan berbuat bohongdan mengatakan sesuatu yang menyanggah riwayat yang muawatir secara lafalmaupun ma’na. Hingga orang yang membaca apa yang mereka tulis akan mencapnyadengan ‘kedustaan’?!. Lalu mereka mengatakan hal itu sebagai taqiyah . Sayatidak melihat selain bahwa taqiyah adalah legitimasi mereka untuk menyelisihiperkara-perkara yang mutawatir. Oleh karena itu kita lihat mereka mengarahkanberbagai tuduhan dan celaan terhadap akhlak sahabat mulia Utsman Bin Affan dan mensifatinya ‘Seorang Pezinayang tercekik yang bermain dengan hasrat,perut dan kemaluannya’…..dst. Merekamenamainya dengan ‘Na’tsal’ ( anjing hutan jantan) mereka menyebut beliaudengan nama itu karena menurut mereka ada kemiripan yang sangat antara SahabatUtsman Bin Affan RA dengan anjing hutan jantan. Anjing hutan jantan jikamemburu mangsanya ia menyetubuhinya terlebih dulu baru memakannya, sedangUtsman Bin Affan – beliau suci dari tuduhan ini- Ia menetapkan hukum had bagiseorang wanita lalu ia menjimaknya untuk kemudian menyuruh merajamnya –menurutmereka-.[185] MenurutSyaih beliau tidak hanya berzina tapi juga bermain-main dengannya bahkan beliauadalah seorang banci.[186] Merekmenisbatkan sebuah perkataan dusta kepada Ali Ra bahwa ia berkata tentangUtsman,”Hasratnya hanya perut dan kemaluan: Diriwayatkan dari Al Kulaini dengansanadnya dalam kitab Al Kafi dari Ali Bin Abi Thalib ia berkata dalam salahsatu khutbahnya,” Dua orang telah mendahului, dan yang ketiga seperti burunggagak, hasratnya hanya  perut dankemaluanya, celakalah ia jika sayapnya digunting dan kepalanya dipotong niscayaitu lebih baik baginya”[187].Al Majlisi dalam Syarhnya mengatakan ,” Yangketiga adalah Utsman dan dua orang yang mendahuluinya adalah Abu Bakar dnUmar”[188]. Mereka juga mengatkan Utsman tidak peah peduli halalkah yangmakan atau haram : Al Kulaini menyadarkan riwayat dusta pada Ja’far Ash Shadiqia berkata,” Sesungguhnya temannya Utsman tidak peah peduli halalkahmakanannya atau haram, karena temanya juga seperti itu”[189]. Maksud daritemannya adalah Utsman Bin Affan RA. Tuduhan-tuduhan ini mereka hujamkan atasorang yang Rasul kabarkan bahwa malaikat saja malu kepadanya.[190].

Dan jugabeliau beritahukan kepada sejumlah besar manusia bahwa belaiu tidak peahberzina baik di masa jahiliyah maupun Islam.[191] 

Page 31: sikap syi'ah terhadap sahabat

Adapunyang mereka katakan bahwa Ali RA berkata bahwa “ Hasratnya hanya perut dankemaluan “ adalah sama sekali bohong yang benar adalah bahwa beliau memujiUtsman dengan berkata,” Dia terbaik diantara kami dan persendian kami”.[192]Juga,” Dia termasuk yang beriman lalu bertakwa lalu beriman lalubertakwa”.[193] Perkatanbeliau yang berisisi pujian kepadanya sangatlah banyak yang kesemuanya itumengugurkan apa yang dinisbatkan Syi’ah atas diri beliau yang mengatakan,”Hasratnya hanya perut dan kemaluan” dan menjadi saksi akan kedustaan dan sikapmengada-ada kaum Syi’ah terhadap orang yang mereka anggap sebagai Imam mereka. Ada saturiwayat yang juga menyanggah tuduhan itu yaitu ketika masa pemerintahannyabeliau memberi makan orang-orang dengan makan para pejabat sedang beliau hanyamakan cuka dan zaitun. Maka akankah perut yang hanya makan cuka dan zaitundijadikan bahan olokan ?![194] 2.       Klaim Syi’ah Itsna asyriyah bahwa UtsmanBin Affan Adalah seorang munafik lagi kafir dan wajib berlepas diri darinya. Merekamengklaim  Utsman adalah seorang munafikyang menampakkan Islam dan menyembunyikan nifak.[195] Ni’matullahAl Jaza’iri berkata :”Sesungguhnya Utsman dizaman Nabi Shollalahu ‘alahiwasallam adalah orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan nifak. Al Kurkyberkata ,” Sesungguhnya orang yang dihatinya tidak memusuhi Utsman,menghalalkan kehormatannya dan tidak meyakini kekafirannya maka dia adalahmusuh Allah dan RasulNya, kafir terhadap apa yang diturunkan Allah.[196] Jadi,masalahnya tidak hanya pengkafiran Utsman RA bahkan mereka juga mengkafirkanorang yang tidak membencinya, mengkafirkan, mencela dan merendahkan martabatbeliau RA. Dan  yang mereka maksudkanadalah anda sekalian wahai kaum muslimin.Tidakcukup itu mereka juga mewajibkan laknat dan berlepas diri dari beliau RA[197].Siapa yang membaca literatur mereka akan melihat keanehan yang nyata. Maka takdiragukan lagi perbutan semacam ini jelas dianggap menyelisihi Rasulullah Shollalahu‘alahi wasallam dan Allah telah menjanjikan bagi siapa saja yang menyelisihiRasulnya dengan fitnah didunia dan azab yang keras di akhirat denganfirmannya,: Makahendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaanatau azab yang pedih (An Nur 63.) RasulullahShollalahu ‘alahi wasallam memberikan kabar gembira pada Utsman RA denganJannah[198]. Menikahkannya dengan putri beliau, Ruqayyah [199] dan ketikaRuqayyah wafat Rasul menikahkan putrinya yang lain yakni Ummu Kultsum. KetikaUmmu Kultsum[200] pun wafat, bersedihlah Utsman saat itu Rasulullah Shollalahu‘alahi wasallam bersabda,” Jika aku memiliki yang ketiga niscaya aku nikahkania dengan Utsman.”[201]Telahkita ketahui bahwa seorang munafiq lagi kafir tidak akan masuk jannah  bahkan diharamkan  atasnya, makabagaimana bisa disatukan hukum kafir dan munafik kaum Syi’ah atas Utsman dengankabar gembira dari Rasul bahwa Utsman adalah ahli surga?! Kemudian mengapaRasul menikahkan dua putrinya secara berturut dengan Utsman sedang beliau–menurut mereka- adalah orang kafir munafik?!!! 

Page 32: sikap syi'ah terhadap sahabat

Semua inimenunjukkan pada kita bahwa tuduhan Syi’ah menyelisihi Rasulullah Shollalahu‘alahi wasallam yang memberinya busyro ( kabar gembira) berupa Jannah danmenikahkan dua putrinya dengannya setelah mengetahui dien, akhlak sertakeutamaannya. Lalu Rasulullah pun wafat sedang beliau ridha terhadap UtsmanRA.[202] 3.       Klaim Syi’ah bahwa Utsman telah membunuhputri Rsulullah Shollalahu ‘alahi wasallam  Merekamengklaim Utsman telah membunuh Ruqayah putri Rasulullah Shollalahu ‘alahiwasallam, mereka berdalil dengan beberapa ayat dan berdusta dengan mengatakanayat-ayat tersebut turun karenanya, diantaranya firman Allah dalam surat AlBalad ayat 5-10 :Apakahmanusia itu menyangka bahwa sekali-kali tidak seorangpun yang berkuasa atasnya? Diamengatakan,” aku telah menghabiskan harta yang banyak”.Bukankahkami telah memberikan kepadanya dua buah mata?Lidah dandua buah bibirDakamitelah tunjukkan kepadanya dua jalan? Al Qummimeriwayatkan dengan sanadnya dari Abi Ja’far Al Baqir –Rahimallah, tidakmungkin kedustaan besar ini teriwayatkan darinya- tentang tafsir ayat‘Ayahsabu…’.Beliau berkata “ Yaitu Utsman tentang pembunuhan atas putriRasulullah Shallallahu alaihi waalihi. “Yaqulu ahlaktu…” yakni harta yangdisiapkan Nabi untuk Jaisyu Al ‘Usrah.’”ayahsabu…” kerusakan yang ada padadirinya.” ‘alam naj’al…” yakni Rasulullah dan keluarganya..” Walisanan” YakniAmirul Mukminin ( Ali Ra ) .”wasyafatain” Al Hasan dan Al Husein RA. “ WahadainahuAn Najdain”  AlKulaini menyandarkkan riwayat pada  AbuBasir dalam kitab Al kafi ia berkata,” Aku berkata pada Abu Abdullah ( Ali)“Adakah orang yang terlepas dari himpitan Kubur?” Beliau menjawab ,”Na’udzubillah min dzalik, sangat sedikit orang yang selamat dari himpitankubur, Sesungguhnya Ruqayah ketika dibunuh oleh Utsman, Rasulullah berdiridiatas kiubuya dan menatap langit sambil menitikkan airmata dan bersabdakepada manusia,” Aku teringat akan anak ini tapi aku tidak bisa bertemu, akuterharu dan memohonkan keselamatan atasnya dari himpitan kubur dandikabulkan”.[203] Soalbagaimana Utsman membunuhnya, Al Baidhawi Asy Syi’i berkata,” Ia memukulnyahingga mati.[204]Mereka juga mengatakan Ruqayah takut kepada Utsman dan berdo’akepada Allah agar diselamatkan darinya dan dari perbuatannya. Syarafuddin AnNajfi meriwayatkan dari  Abu AbdullahJa’far bin Muhammad bin Li Ash Shadiq berkata tentang tafsir firman Allah:  Dan Allahtelah menjadikan istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman ,ketika ia berkata:” Ya tuhanku bangunlah untukku sebuah rumah disisi-Mu dalamsurga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah akudari kaum yang zalim ( At Tahrim;11)  “ Permisalan ini Allah tujukan kepada Ruqayahbinti Muhammad yang diperistri Utsman Bin Affan. “ Dan selamatkanlah aku dariFir’aun dan amal perbuatanya” yaitu dari yang ketiga Utsman”.[205] HasyimMa’ruf Al Hasani – seorang Syi’ah Mu’ashirin- berkata,”Beberapa riwayatmenunjukan bahwa Utsman bin Affan bukan sahabat yang baik dan tidak menjagaRasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam, Ia menikah dengan lebih dari satu wanitadan semua istrinya mati karena bekas pukulan kerasnya hingga meremukkan tulangrusuk…”.[206] Dengan demikian Syi’ah,

Page 33: sikap syi'ah terhadap sahabat

salaf maupun kholafnya sepakat bahwaUtsman membunuh Ruqayah. Tuduhan batil ini tentu saja tertolak dengan dalil-dalil sebagai berikut: 1.         Kita telah mengetahui akan sifatnyayang pemalu, Rasulullah bersabda,:  Umatkuyang paling pengasih Abu Bakar, yang paling keras dalam diennya Umar dan yangpaling jujur rasa malunya Utsman…”[207]Dimukatelah kami sebutkan hadits bahwa Rasul mensifatinya dengan sifat pemalu hinggapara malaikatpun merasa malu padanya.[208] Rasa maluseluruhnya adalah kebaikan[209], seperti sabda Rasulullah Shollalahu ‘alahiwasallam  ‘Wahuwala ya’ti illa bikhoir[210]’ “ Ia tidak mendatangkan kecuali yang baik. Wahuwaminal iman” ia sebagian dari iman[211]. “ Ia tidak terdapat dalam apapunmelainkan akan menghiasinya”[212]. Huwa disini adalah al Haya’ ( rasa malu)satu perilaku yang mendorong seseorang meniggalkan perbuatan buruk . Rasulullahbersabda,”  “Sesungguhnya  yang manusia dapati dari kalam nubuwah yangpertama “ jika tidak malu berbuatlah sesukamu”.[213]Jika manusia kehilanganrasa malunya maka tidak ada lagi yang menghalanginya dari berbuatan keji danmelanggar larangan, maka jika Allah memberikan sifat ini pada seseorang maka iatelah dikaruniai kebaikan yang sangat banyak. 2.         Dalil kedua: Hadits yang ditakhrij ImamAhmad , Al Hakim , Ad Daulabi dari hadits Abu Hurairah bahwa Ruqayah RAberkata,” Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam datang kepadaku, lalu akumenyisir rambutnya, beliau berkata,” Bagaimana Abu Abdulah – Utsman-? Akuberkata,” Ia sebaik-baik pria”. Beliau bersabda,” Muliakanlah ia, karena iasahabatku yang paling mirip akhlaknya denganku”.[214] Dalam riwayat lain UmmuKultsumlah yang mengatakan hal ini.[215]  Manabukti bahwa Utsman telah membunuhya, dan bahwa Ruqayah berdo’a kepada Allahagar diselamatkan darinya dan dari perbuatannya!?.  Haditsdiatas menyebutkan pujian Ruqayah atas Utsman bahwa ia adalah sebaik-baiklelaki lalu dibenarkan oleh bapaknya,Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam danmenambahkan satu sifat lain bahwa Utsman adalah sahabatnya yang paling       mirip akhlaknya dengan beliau. Makabarangsiapa yang mencela Utsman maka ia telah mencela orang yang menyerupakanakhlak Utsman seperti akhlaknya, yakni Rasulullah Shallallahu alaihi wasallamyang maksum yang tidak berbicara dari hawa nafsu –nyawa dan darahku menjaditebusannya-. 3.         Dalil ketiga : Rasulullah menikahkanputrinya yang lain, Ummu Kultsum dengan Utsman setelah saudaranya, Ruqayahmeninggal. Sebagian Syi’ah mengakui hal ini, seperti Al Fadhl Bin AL Hasan AtTabrisi  yang berkata,” Utsman menikahiUmmu Kultsum setelah kematian istrinya Ruqayyah.[216] Al Qumi dan Al Abasi jugamengisyaratkan halserupa.[217]  JikaUtsman telah mmbunuh salah putri Rasulullah mengapa rasulullah menikahkanya dengan putri beliau yang lain??! Bagaimanadengan sabda beliau ketika putri keduanya juga meninggal,” Jika mereka adasepuluh niscaya aku nikahkan mereka dengan Utsman, dan akau tidak menikahkankecuali berdasar wahyu dari langit”.??[218] 

Page 34: sikap syi'ah terhadap sahabat

Kenyataanini saya paparkan pada anda sekalian saudaraku pembaca budiman , Apa yang telahUlama’ sebutkan dalam kitab-kitab mereka ini menunjukkan kepada anda sekalianbahwa tuduhan Syi’ah ini tidak jauh berbeda dengan berbagai tuduhan lain yangmereka hujamkan pada hamba-hamba Allah yang terbaik, sahabat Nabi Shollalahu‘alahi wasallam. Semua ini tak lebih dari buah pikiran yang terdikte darikeyakinan mereka yang bercokol dihati lalu menelurkan kebencian kepada generasimanusia yang paling baik. Hanya saja Ia ibarat rumah laba-laba, lemah dan mudahputus.Al Uqailidan Ibnu ‘Adi berkata dengan sanad keduanya dari Ibad bin Ibad bahwa Yunus binKhabab Al Usaidi –seorang Syi’ah Rafidhoh- berkata,” Sesungguhnya Utsman telahmembunuh dua putri Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam,”. Ibad menjawab,”Jika Ia membunuh yang satu mengapa Rasul menikahkannya dengan yang lain?!”[219] . Maka orang syi’ah tadi tercengang dan tidak bisa menjawab. SebagianSyi’ah berpendapat yang dibunuh Utsman adalah Ummu Kultsum sehingga Rasul tidakmenikahkannya lagi. Ni’matullah Al Jaza’iri berkata,” Utsman juga mempersuntingUmmu Kultsum setelah istrinya Ruqayah wafat disebabkan pukulan kerasnya yangmenyebabkan kematianya.[220] Tapi ini tidak diterima dikalangan Syi’ah sebabini menyelisihi riwayat dari para Imam mereka yang mengatakan bahwa yangdibunuh Utsman adalah Ruqayah bukan Ummu Kultsum. Telah kami sebutkan haditsRasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam ,” Jika mereka ada sepuluh niscaya akanaku nikahkan mereka dengan Utsman”. Hadits ini membatalkan klaim mereka bahwa Rasul tidak menikahkan Utsmanlagi setelah membunuh putrinya.  4.         Dalilke empat: Kisah ini sama sekali  tidakterdapat dalam kitab Ahli Sunah,    hanyaKaum Syi’ah saja yang menyebutkannya…jika hal ini benar terjadi niscaya riwayatini akan mengalir dari para perowi tarikh apalagi peristiwa ini terjadi dizaman Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam, di depan mata dan didengar telingabeliau, lalu apakah beliau melupakanya dan tidak menegakkan had bunuh bagipembunuh – ini jika dipahami dari maksud mereka-. Sedang Rasul adalah orangyang tegas dalam menegakkan had dan tidak peah takut celaan para penceladalam menegakkan hukum Allah, beliaulah yang berkata ketiak seorang wanita AlMakhzumiyah mencuri,” Jika ia Fatimah niscaya aku potong tangannya”. [221] 5.  Ayat-ayat yang dipakai sebagai landasanmereka ini dita’wilkan dengan takwil batini–menurut anggapan mereka- yang takseorangpun bisa melakukannya kecuali malaikat yang dekat sekali dengan Rabnyaatau Nabi yang diutus, atau hamba yang Allah uji hatinya kerana Iman. [222]Padahal Al Qur’an turun dengan bahasa Arab dan dipahami dengan bahasa Arabpula. Allah Berfrman Sesungguhnyakami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan bahasa Arab agar kamu memahaminya(Yusuf ;2) Akantetapi tafsir batini kaum Syi’ah adalah tafsir yang sama sekali tidak bisa dinalar, hal ini mereka akui dan merekanisbahkan kepada imam-imam mereka.[223] Jikadiperhatikan, sisi kebatinan yang mereka pakai dalam menakwilkan ayat-ayat inisangat kentara sekali. Mereka mengatakan maksud “Dua mata” adalah RasulullahShollalahu ‘alahi wasallam dan Ali Bin Abi Thalib, “ Dua bibir”  adalah Al hasan dan Al Husein dan “ najdain”keduanya tidak tertuduh. Ini tidak masuk akal sama sekali dan mereka punmengakuinya dalam kitab-kitab mereka. Dan jelas Al Qur’an tidak ditakwilkandengan takwil semacam ini  . Tak satupun mufasir yang mengatakan ayat ini turun berkenan dengan Utsman sepertianggapan mereka.[224]Maka jelaslah kini wahai saudara muslimku, yang mencintaiRasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam, Ahli bait dan para sahabat RA apa

Page 35: sikap syi'ah terhadap sahabat

yangdituduhkan kaum Syi’ah atas para sahabat-sahabat terbaik juga  celaan, laknat dan kewajiban berlepas diridari mereka hanyalah sesuatu yang muncul dari akidah bobrok yang dilandaskanpada kebencian atas para sahabat RA.   Majlis Kedelapan Sikapkaum Syi’ah Al Itsna Asyriyah terhadap sahabat lain yang mendapat kabar gembiramenjadi Ahli Jannah Bertemukahengkau dengan ahlu ilmi dan khibrahWahaipenanya, siapakah hamba terbaik?Quraisyterbaik adalah ahlu HijrahHambayang paling baik seluruhnya quraisyDelapan,bersatu menolongnyaSebaik-baikahli hijrah terdahuluTalhahdan dua yang bersinarAli,Utsman,dan ZubeirDanSyaikhani tetangga kubur AhmadMakajanganlah kalian berbangga Setelahmereka, karena mereka telah menjadi sepuluhAmir dariFihr danIbnu Zaid RasulullahShallallahu alaihi wasallam memberi kabar gembira bagi sepuluh sahabat yangpaling utama dengan Jannah dalam sabdanya ,” Sepuluh orang masuk Jannah, AbuBakar di Jannah, umar di Jannah, Utsman di Jannah, Ali di jannah, Talhah diJannah, Az Zubair di Jannah, Abdurrahman bin Auf di Jannah, Sa’ad di jannah,Sa’id di Jannah dan Abu Ubaidah Bin Al Jarrah di jannah.[225] KaumSyi’ah mengingkari hadits ini meskipun derajatnya sahih dan menganggapnyamaudhu’ ( palsu).[226] Mereka juga menganggap sepuluh orang itu selain Alisemuanya munafiq dan mengamalakan amalan kaum munafik. Tentang tuduhan merekaatas tiga Khulafa’ Ar Rasyidin Al Mahdiyin telah kami paparkan di muka. Akansaya ringkas beberapa contoh perkataan mereka tentang enam lainya dari sepuluhorang yang dijanjikan atas meeka surga. Pertama:Sikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Talhah bin Ubaidillah dan Zubair Bin Alawam radhiyallahu ‘anhu . TalhahBin Ubaidillah At Taimi Al Qursyi dan Zubair Bin Al Awam Al Asadi Al Qursyiadalah sahabat angkatan pertama dan termasuk sepuluh orang ynag dijanjikanJannah. Bahkan keduanya menjadi tetanga Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam dijannah seperti dalam Haditsnya yang diriwayatkan Amirul Mukminin Ali Bin biThalib Ia berkata,” Telingaku menengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,” Talhah dan Zubeirmenjadi teanggaku di Jannah”.[227] Keduanyamemeluk Islam dipermulaan lalu berjuang menolong Rasulullah Shollalahu ‘alahiwasallam dengan lisan dan kekuatan, mengikuti berbagai macam peperangan bersamaRasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam dan mersakan berbagai ujian. Msing-masngdari keduanya memiliki perjalanan hidup istimewa yang tidak dimliki orang lain:  AdapunZubair, Ia adalah orang yang pertama kali menghunus pedang di jalan Allah[228].Dia adalah   Hawari-nya Nabi Shollalahu‘alahi wasallam.[229] 

Page 36: sikap syi'ah terhadap sahabat

Sedangkankeistimewaan talhah: Beliau melindungi Rasululah Shollalahu ‘alahi wasallampada peag Uhud dengan tangannya hingga lumpuh[230], Beliau juga membungkukkanbadanya untuk Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam untuk dinaiki hnggatatkala sampai pada sebuah batu beliau sudah tidak mampu lagi naik, saat ituRasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,” Wajib atas Talhah”[231]. ArtinyaTalhah telah melakukan sesuatu yang mewajibkan dirinya masuk Jannah. Bertempurmati-matian melindungi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, melindungibeliau sendirian, badanya menjadi tameng panah-panah Quraisy hingga terlukaparah. Abu Bakar Ash Shidiq  jikamengigat hari perang Uhud berkata,” Hari itu milik Talhah”.[232]  Masih banyak lagi kisah tentang kiprah Talhahyang tidak cukup empat untuk menyebutkannay. Kaum Syi’ah, sebagaimana parapendahulunya membenci Para sahabat Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam terutamaorang-orang mulia diantara mereka. Mereka berusaha menghapuskan fadhilah yangada pada sahabat dengan menyematkan aib dan berbagai tuduhan palsu, demikian pulalah yang mereka lakuakan atas diri Talhahdan Zubair radhiyallahu ‘anhu. ','',''),(468,444,7,'','Akan sayasebutkan dengan ringkas beberapa penjelasan sikap Syi’ah terhadap kedua sahabatini. 1.  Klaim mereka bahwa Talhah dan Zubair adalahdua imam kafir, keduanya hidup dan mati dalam keadaan kafir. Mereka melandasiklaim ini dengan perkataan Imam Ali – yang menurut mereka- mengatakan,”Ketahuilah ! imam kafir dalam Islam ada lima : Talhah, Zubair, Mu’awiyah,amrubin Al Ash  dan Abu Musa Al Asyari”.[233]Para Imam mereka bahkan mengatakadengan jelas bahwa kedua sahabat ini hidup danmat dalam keadaan kafir : Al Mufid – Ulama Besar Syi’ah- berkata,” Sesungguhnyakaum itu, talhah dan Zubair dan sejenisnya terus menerus dalam perbuatan merekatanpa menyesal dan bertobat”.[234] MuhammadAli Al Hasani –seorang Syi’ah mode- berkata,” Zubair menjual diennya dengandunianya, ia membolehkan segala sesuatu demi perut dan syahwatnya.Taksedikitpun kalimat rasul yang berarti baginya..”[235] Merekamengatakan Imam Ali berkata,” Aku bersaksi bahwa Rasulullah Shollalahu ‘alahiwasallam bersabda bahwa engkau adalah ahli neraka”.[236]Dansebagainya. Kesemuanya menyelisi kabar dari rasul bahwa dua sahabat mulia iniadlaah ahli Jannah bahkan menjadi tetangga beliau Shollalahu ‘alahi wasallam . Keduanyamendapat gelar Syahid dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam : DiriwayatkaImam Imam Muslim dalam Sahihnya dari Abu Hurairah RA ,” Rasulullah Shallallahualaihi wasallam berada di gua hira’ bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali,Talhah dan Zubair, saat itu batu gua bergerak, maka Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda,” Tenanglah, tak seorangpun berada diatasmu ini selainNabi, Siddiq dan Syahid”.[237] Ashidiqadalah Abu Bakar dan Syuhada’ adalah Umar, Utsman, Ali, Talhah dan Zubair.Syahidnya Talhah da Zubair menunjukkan bahwa keduanya adalah ahli Jannah bahkanmemiliki kedudukan yang tinggi di Jannah. Allah telah berfirman dalam Al Qur’anbahwa AS Sidiqqin dan Asyuhada’serta orang-orang salih memiliki kedudukan yangtinggi di Jannah,  Danbarangsiapa yang mentaati Allah da Rasul-Nya mereka itu akan bersama-samadengan orang-orang yang dianugrahi ni’mat oleh Allah , yaitu : Nabi-nabi, parashiddiqin syuhada’, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah temansebaik-baiknya (Annisa’ 69.) Talhahdan Zubair kehidupannya terpuji dan mati dalam keadaan syahid, tak sekalipunkeduanya menyelisihi perintah Rasul. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallamwafat

Page 37: sikap syi'ah terhadap sahabat

dalam keadaan ridha pada keduanya. Semoga Allah meridhoi keduanya, dengankeadilanNya membalas og-orang yang membenci mereka atau mengganti keduanya dengankebaikan. 2.  Tuduhan Syi’ah bahwa Talhah anak hasil Zina–beliau suci dari tuduhan ini-.Mereka menisbahkan satu perkatan tentang IbundaTalhah, As Su’bah binti Al Hadhrami kepada Muhammad bin Sa’ib Al Kalbi bahwa ia–Ibunda Talhah- memiliki bendera[238] di Makkah menjual dirinya kepada AbuSufyan lalu Abu sufyan menggaulinya. Setelah itu Ia kawin dengan Ubaidullah binUtsman Bin Amru Bin Ka’ab Bin Sa’ad Bin Taim – Bapak Talhah- lalu lahirlahTalhah Bin Ubaidullah setelah enam bulan. Abu Sufyan dan Ubaidullah punberseteru tentang Talhah maka keduanya menyerahkan urusan tersebut pada ibunyadan ibunya pun menyambung nsabnya pada Ubaidullah. Dikatakan padanya : “Mengapakamu meninggalkan Abu Sufyan?”. Ia berkata,” Tangan Ubaidullah telahmembebaskannya sedang tangan Abu Sufyan seperti debu”.Al Kalbi berkata,”  Sudahbisa dipastikan tuduhan ini dusta yang tak perlu diperdebatkan lagi. KaumSyi’ah melemparkan tuduhan ini tidak hanya kepada Talhah saja, mereka jugamelemparkan tuduhan ini kepada para sahabat yang lain bahwa mereka anak zina –merek suci dari semua itu-. Penisbatan dusta besar ini kepada Hisyam Al Kalbitidak bisa membebaskan mereka : Al Kalbiadalah orang Syi’ah menurut kesepakatan ulama’ rijal , mereka berkata,” Diamukhtasan deangan madzhab kita”. Dan dia menurut Ulama’ ahlu Sunnah,” Rafidhahyang matruk,tidak tsiqat ( bisa dipercaya).Dan tidak diterima perkataannya.Imam Ahmad Berkata,” Saya kira tak seorangpun yang mengambilhaditsnya”.[239]Karena itu perkataannya tidak bisa diperlukan lagi jugaperkataan orang yang menukil darinya, tidak perlujuga memuliakan mereka. KeduaSikap Syi’ah Itsna Asyriyah terhadap Sa’ad bin abi Waqqas Az Zuhri RA. Sa’ad binAbi Waqqas Az Zuhri seorang sahabat mulia, salah satu dari sepuluh orang yagdiberi kabar gembira menjadi ahli Jannah. Beliau juga salah satu anggota Syuroyang berjymlah enam orang. Pada perang Uhud Rasulullah Shollalahu ‘alahiwasallam menjadikan kedua orang tuannya sebagai tebusannya-  fidakaAbi wa Umi-. Diriwayatkan Imam Muslimdalam Sahihnya dari Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib RA,” Rasulullah belumpeah menjadikan kedua orang tuannya sebagai tebusan kecualikepada Sa'’d BinMalik, beliau berkata padanya pada perang Uhud,” Lemparkanlah, demi Bapak danIbuku menjadi tebusanmu”.[240] Bukharidan Muslim mentakhrij satu hadits dari Sa’ad Bin Abi Waqqas RA beliau berkata,”Nabi menjadkan kedua orangtuanya sekaligus menjadi tebusanku pada peranguhud”.[241]Beliau adalah pamn Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam , At tirmidzimeriwayatkan sebuah hadits dan menghasankannya dari Jabir bin Abdullah RAberkata,” Ketika Sa’ad datang , Rasulullah Shallallahu alaihi wasallambersabda,” Ia adalah pamanku, manakah paman kalian?”.[242] AtTirmidzi menambahkan Sa’ad berasal dari Bani Zuhrah dan Ibunda RasulullahShallallahu alaihi wasallam berasal dari Bani Zuhrah karena itulah RasulullahShallallahu alaihi wasallam mengatakan ,” Ini Pamanku”.[243] Beliau Shollalahu‘alahi wasallam juga mensifatinya dengan As Solah ( Yang salih) dan mendo’akankebaikan untuknya.[244] FirmanAllah ayat 52 dari Surat Al An’am juga turun karenanya[245] :“Danjanganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya dipagi haridanpetang, sedang mereka menghendaki keredhaan-Nya.”  

Page 38: sikap syi'ah terhadap sahabat

Setelahaada tazkiyah ( rekomendasi) dari Rab semesta ini tak perlu lagi adarekeomendasi dari seorangpun di dunia. Keutamaan beliau sangatlah banyak, jikaditulis akan menghabiskan banyak lembaran kitab. Sebagaimanapara pendahulu mereka dan memang sudah menjadi kebiasaan orang Syi’ah menceladan menuduh para sahabat dengan berbagai hinaan, demikian pula terhadap Sa’ad.Lihatlah contoh-contoh berikut : 1.   Mereka berkata beliau adalah Qarunnya umatini. Abu HasanAl Amiri berkata,” Sa’ad bin Abi Waqqas Qarunnya umat ini. Hal ini jelas dilihatdari murtadnya dirinya dan enggan membaiat Amirul Mukminin ( Ali RA)…”.[246] Tuduhanini menjadi bukti yang paling autentik akan batilnya tuduhan ini karenakontradiksi yang ada didalamnya, Sa’ad berbaiat pada Ali dan sama sekali tidakmenolak untuk taat sebagaimana yang mereka katakan, bahkan dalam kitab Syi’ahterdapat perkataan Ali – karangan mereka- yang membatalkan klaim merekasendiri, Ali berkata kepada Sa’ad dan orang-orang yang tidak i’tizal dariperang,” Mengapa kalian keluar dari berperang denganku sedang kalan telahmembaiatku?![247]. Dan perkataan beliau ,”Bukankah kalian tealh membaiatku?”mereka menjawab,” Benar”[248]. Dan lain-lain. Merekatelah berbaiat dan tetap menepatinya sebagaiaman yang diakui oleh kaum Syi’ahsendiri berdasarkan perkataan yag mereka nisbatkan kepada Imam Ali RA lalubagaimana bisa mereka sepakat berbohong dengan mengatakan Sa’ad enggan berbaiatkepada Ali padahal dalam kitab mereka sendiri , mereka mengatakan bahwa Sa’adtelah berbaiat?!! 3.  Mereka mengatakan  Ali memberitahu Sa’ad bahwa di setiap helairambut jenggotnya terdapat syetan yang sedang duduk. OrangYang berjuluk Ash Shaduq menyandarkan sebuah riwayat kepada Al As Bagh binNubatah[249] Imam Ali RA berkata dalam khutbahya,” Bertanyalah kepadaku sebelumkalian kehilangan aku, tidaklah kalian menanyakan sesuatau kapadaku melainkanaku akan beritahukan ada kalian”. Maka Sa’ad berdiri dan berkata,” Beritahukanpadaku berapa jumlah rambut kepala dan jenggotku?”. Ali menjawab,” Demi Allahengakau telah menanyakan kepadaku satu masalah yang Rasulullah Shallallahualaihi wasallam telah memberitahuku bahwa engkau akan menanyakannya padaku.Tidaklah sehelai rambut kepala danjenggotmu tumbuh melainkan di akaya adasetan yang sedang duduk dan dirumahmu ada seekor anak akmbing yangakan membunuhanakku”. saat itu Umar bin Sa’ad berjalan didepannya.[250] MenurutAt  Tastari,” disetiap rambutmu adamalaikat yang melaknatmu dan disetiap lengkung jenggotmu ada setan yangduduk…”[251] Ini hanyasalah satu diantara sekian banyak kisah dusta tentang Ali RA, pengaragnyaadalah Asbagh bin Nubatah dia Kadzab (pendusta) matrukul hadits ( haditsnyaditinggalkan) dan berkeyakinan raj’ah. Abu Bakar bin utsman berkata tentangdirinya,” Kadzab”. Ibnu Mu’in berkata,” Tidak Tsiqah” dan ,” sama sekali tidakbisa dipakai”. An Nasa’i  dan Ibnu Hibbanberkata,” Matruk ( ditinggalkan)”. Ibnu Hibba menambahkan,” Ia terfitnah karenakecintaan berlebihan pada Ali dan mendatagkan bencana maka ia berhak untukditinggalkan”. Ibnu ‘Adiberkata,” Jelas kelemahanya”. Abu Hatim berkata,” Layyinul Hadits ( lemahhaditsnya)”.Al Uqaili berkata,” Ia mengatakan Raj’ah. Ad Daruquthni dan As Sajiberkata,” Munkarul Hadits”. Dan kisah-kisah ini semakin memperjelas kemungkarannya

Page 39: sikap syi'ah terhadap sahabat

karena berlawanan dengan sikapAli RA terhadap Sa’ad. Ali mencintai Sa’ad dan memuliakannya. Beliau jugameriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tentang penebusanRasulullah Shallallahu alaihi wasallam diri Sa’ad deangan dua orangtuanya. JikaAli RA mendengar dari Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam hal yangbertentangan dengan itu semua seperti yang mereka katakan niscaya beliau tidakakan menutupinya. Sayatambahkan, dalam kisah ini ada kontradiksi berkaitan dengan lokasi dimana kisahdiatas terjadi. Perkataan diatas dikatakan –menurut mereka- oleh Imam Aliketika  berda diats mimbar Kufahsedangkan pada saat itu Sa’ad telah beri’tizal ke Madinahdan tidak bertemu AliRA di Madinah.  Adapunlandasan mereka menyalahkan Sa’ad karena anaknya, Umar Bin Sa’ad ikut memerangiAl Husein bin Ali lalu mereka membuat tuduhan dan celaan kepada bapaknya, laluapa salah Sa’ad dalam hal ini?! Hal itu tidak terjadi melainkan setelahkematian beliau. Jika beliau tahu bahwa anaknya akan ikut memerangi cucuRasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam tentu beliau akan berharap mati sebelummenikah, atau tidak memiliki anak, atau jika saja bumi terbelah dan menelan iadan anaknya, atau ia dilupakan begitu saja karena rasa cintanya pada RasulullahShallallahu alaihi wasallam Ahli Baitnya. Sa’ad tidak berdoas dan tidak adaalasan bagi Syi’ah  untuk mencelanyadengan alasan ini karena firman Allah Surat “Dan orang-orang yang berdosa tidakakan memikul dosa orang lain”. (Fatir 18.) 4.    Sikap mereka terhadap Abdurrahman bin AufAz Zuhri RA. Abdurrahmnbin Auf adalah seorang Sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yangtelah dijanjikan Jannah dan salah satu anggota Ahli Syura. Meski beliau adalahseog sahabat Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam  dan memiliki banyak kemuliaan, kaum Syi’ahtak segan untuk menghina beliau dengan tuduhan-tuduhan bohong. Allah lebih tahubahwa beliau terlepas dari apa yang mereka tuduhkan . Akan saya sebutkan satucontoh hinaan terhadap sahabat mulia ini yang terdapat dalam buku-buku mereka:  Merekamengatakan beliau memiliki satu pintu dineraka yang akan dimasukinya bersamadengan Fir’aun dan Hamman.  AshShaduq meriwayatkan –riwayat dusta- dari Ja’far Ash Shadiq beliau berkata,”Neraka itu memilki tujuh buah ointu yang akan dimasuki  Fir’aun, Hamman dan Qarun….”.[252] Telahkami jelaskan maksud dari Fir’aun dan Hamman menurut mereka adalah Abu Bakardan Umar RA. Dan Qarun menurut Al Kasyani,” Abdurrahman Bin Auf qarunnya umatini ,” [253] Ucapanini jelas bertentangan dengan Sabda Rasul dalam hadits sahih yang mengatakanbahwa beliau adalah ahli Jannah[254], juga dengan apa yang mereka sebutkansendiri dalam sebagian kitab-kitab Syi’ah bahwa Rasulullah  Shollalahu‘alahi wasallam berdoa untuk Abdurrahman,” Ya Allah berilah Abdurrahman minumdari As Salil dari  Jannah”.[255]Hal inijika dilandaskan pada maksud hadits ini secara bahasa.Ia melanjutkan denganberkata,” As Salil adalah air minum yang sangat jeih…dst”.[256] JikaRasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengetahui bahwa Abdurrahman Bin Aufakan masuk neraka bersaa Fir’aun Hamman niscaya beliau tidak akan mendoakanAbdurrahman agar diberi minum dari air surga yang jeih juga tidakmengkhabarkan bahwa abdurahman adalah ahli Jannah karena beliau tidak berbicramenurut hawa nafsunya, hanya wahyu yang diwahyukan padanya Shollalahu ‘alahiwasallam . 5.   Sikap Mereka terhadap Abu Ubaidah, Amir binAl Jarrah Al Qursy  RA.

Page 40: sikap syi'ah terhadap sahabat

   AbuUbaidah yang beama Amir bin Al Jarrah adalah sahabat yang masuk Islam diawal–awal rasul mendakwahkannya. Telah banyak berjuang dalam berbagai perangbersama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan dijanjikan menjadi salahsatu penghuni Jannah. Memiliki banyak keutamaan yang tidak cukup tempat untukmenyebutkan keseluruhannya tapi cukuplah julukan yang diberikan oleh RasulullahShallallahu alaihi wasallam kepadanya “ Aminu Hadzihil Ummah” ( kepercayaanumat ini). Imam Bukhari da Muslim juga selainnya mentakhrij hadits dari Anasbin Malik Al Anshari RA ia berkata,” Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,”setiap umat memiliki orang kepercayaan, dan orang kepercayaan kita wahai umatkuadalah Abu Ubaidah bin Al Jarrah”.[257] Akantetapi kaum Syi’ah tetap tidak mau mengakui keutamaan-keutamaan ini dan tidakpeduli dengan martabat beliau sebagai seorang sahabat Nabi. Bahkan dengangkejam mereka hujamkan ke wajah beliau panah-panah hinaan yang sangat beracundan menyakitkan sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap sahabat yanglain.  Merekamengatakan gelar yang disandangkan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallambukanlah pujian tapi justru celaan. Mereka menyandarkan sebab penamaan ini darisebuah kisah dusta : Sekelompok sahabat berkumpul guna mengadakan konspirasiagar setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam wafat kekhilafan tidak di serahkanpada Bani Hasyim dan keturuananya selamanya –yang mereka maksud Ali danketurunannya- . Mereka menulisnya dalam sebuah lembaran  dan mereka kuburkan di tengah Ka’bah. Danyang bertindak sebagai penulisnya adalah Abu Ubaidah Bin Jarrah, dialah yang membawatulisan itu dan mengubuya di dalam Ka’bah. Lalu Allah memberitahukankonspirasi ini pada Rasulnya Shollalahu ‘alahi wasallam, maka RasulullahShallallahu alaihi wasallam bersabda kepada Abu Ubaidah Bin Al Jarrah,” Engkau adalah  kepercayaan dari sebagian umat ini dalamkebatilan yang mereka lakukan”.[258] Maksudnyamereka mempercayakan lembaran itu pada Abu Ubaidah dan mengutusnya ke Makkahagar menimbunnya di tengah ka’bah, karena itu– menurut orang-orang syi’ah –beliau dinamakan “Orang kepercayaan umatini dalam kebatilan mereka”  bukan orangkepercayaan ummat dalam hal menyimpan rahasia. Yang mengatakan hal tersebutdiantaranya: Al Bayadhi, Al Kasyani, Al Bahrani, At Tastary, Al Jaza’iri danAsy Syairazi.[259] Bahkanmenurut mereka Abu Ubaidah adalah musuh keluarga Muhammad[260], beliau dituduhtelah bersekongkol dengan Abu Bakar merampas kekhilafahan dari Ali RA[261].Sebagai bukti dari itu perkataan seorang orientalis kristen –kelahiran Belgiaberkebangsaan Prancis- Henry Lamens,” Sesungguhnya pasukan Quraisy yang dikomadoi Abu Bakar, Umar Bin Al Khattab dan Abu Ubaidah Bin Al Jarrah tidakterlahir begitu saja atau secara kebetulan akan tetapi ini adalah sebuahkonspirasi yang tersusun secara cermat dan teliti, dan yang menjadi komandan komplotanini adalah Abu Bakar, Umar bin Al Khattab dan Abu Ubaidah Bin Al Jarrah dengananggaotanya Aisyah dan Hafsah…”[262] KlaimSyi’ah ini tak bisa dibenarkan dari berbagai sisi, baik itu bahasa maupunkesesuaiannya dengan realita. 1.   Al Amien secara bahasa berartidipercaya dandiridhoi.  Dikaitkan dengan Al Ummahmenunjukkan bahwa ia dipercaya  dandiridhoi seluruh umat. Hal ini tidak berlaku pada cerita persekongkolan diatas,karena didalamnya ia hanya dipercaya oleh sebagian umat yang bersekongkoldan  tidak secara keseleruhan. Mereka punmengerti dan mengetahui hal yang sangat kontradiktif ini sehingga mereka dengansegera merubh lafadz hadits yang sahih agar sesuai dengan hawa nafsu merekadengan menambahkan “ Aminu qaumun min hadzhihl ummah ala bathilihim” (Kepercayaan sebagian umat atas kebatilan

Page 41: sikap syi'ah terhadap sahabat

mereka”.Ini adalah dusta atasRasulullah Shallallahu alaihi wasallam dengan sengaja yang mana Allah telah mengancam degan neraka siapa saja yangberdusta dengan sengaja atas nama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallamsebagaimana dalam hadits Sahih  “Barangsiapayang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah ia mengambil tempatnyadi neraka”. 2.  Kenyataan yang berlaku hingga menjadi sebabpenamaan ini menyangkal klaim mereka.Imam Musim meriwayatkan dalam Sahihnyadari ans RA :” Ahlu yaman datang kepada Nabi Shollalahu ‘alahi wasallam danberkata,” utuslah bersama kami seseorang yang akan mengajari kami As Sunnah danIslam”. Anas berkata:” lalu nabi Shollalahu ‘alahi wasallam mengambil tanganAbu Ubaidah dan bersabda,” Dia adalah kepercayaan umat ini”.[263] Jelas tidakbisa dibenarkan mengutus seseorang untuk mengajarkan dien selain orang yangbisa di percaya. Beliaulah penasehat umat Muhammad Shollalahu ‘alahi wasallam . Albukhari dan Muslim mentakhrij hadits dari Hudzaifah Bin Yaman,” Ahlu Najrandatang kepada Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam dan berkata,” YaRasulullah, utuslah kepada kami seorang lelaki yang terpercaya. Nabi Shollalahu‘alahi wasallam bersabda,” Aku benar-benar akan mengutus seseorang yang sangatterpercya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya”. Orang-orangpunsangat terkesan dan kagum padanya. Lalu beliau mengutus Abu Ubaidah Bin AlJarrah”.[264] Yangdimaksud “orang-orang” disitu adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam . Saat itu mereka sangat ingin tahu dan menginginkan kekusaan tersebutkarena tamak akan sifat yang disebutkan tadi. Yaitu Al amanah bukan sekedarkekuasaan saja. Sampai-sampai Umar – dengan segala keutamaan dan keberaniannyaatas yang lain- berkata,” Aku tidak menyukai kekuasaan sama sekali melebihi kecintaanku akankekuasaan itu pada hari tersebut demi mengharap aku menjadi pemlik gelaritu”.[265] Parasahabat pun mengakui hal ini: ImamAhmad meriwayatkan dari Umar bin Khattab, Ia berkata,” Jika saja aku masihbertemu Abu Ubaidah aku akan mengangkatnya menjadi penggantiku tanpamusyawarah. Jika kau tanyakan padaku aku akan menjawab aku telah mengangkatKepercayaan Allah dan kepercayaan Rasul"”[266] Dalamriwayat lain ,” Jika aku mengangkat Abu Ubaidah menjadi Khalifah dan Rabkumenayakan kepadaku mengapa kau lakukan itu? aku akan menjawab aku mendengarNabiMU bersabda dia adalah kepercayaan umat ini.”[267] Adapunperkataan seorang orientalis, Lamens yang dijadikan landasan Hasyim Al Huseiniuntuk menguatkan hujjahnya maka hal itu adalah batil, karena musuh Islam tidakbisa menjadi saksi atau penguat hujjah atas kaum muslimin. Dan takbisa disangkal para orientalis itu sebenaya mengambil dari referensi Syi’ahuntuk memunculkan Syubhat dan keraguan dalam agama kemudian mendatangkan satupemikiran yang merusak dan menyelewengkan manusia dari pemikiran Islam yangsebenaya. ','',''),(469,444,8,'','Majlis Ke Sembilan  SikapSyi’ah terhadap Ash Shiddiqah Binti Ash Shiddiq Aisyah Binti Abi Bakrradhiyalaahu ‘anhuma  

Page 42: sikap syi'ah terhadap sahabat

Øصانرزان ما تزن بريبة                   ÙˆØªØµØ¨Ø غرثى من Ù„Øوم الغوا٠�Ù„Øليلةخير الناس دينا ومنصبا                   Ù†Ø¨ÙŠ الهدى والمكرمات ال٠�واضلمهذبةقد طيب الله خيمها                       ÙˆØ·Ù‡Ø±Ù‡Ø§ من كل شين وباطل Di mataseorang muslim, keutamaan Aisyah RA akan tampak sangat jelas. Allahmengistimewakan rumahnya sebagai salah satu tempat turunnya wahyu sertamemberinya satu kedudukan mulia yang ia rasakan yakni menjadi pendampingRasulullah dan menjadi wanita yang sangat beliau cintai. Diantaraistri-istri beliau, Aisyah adalah istri yang paling sayang, paling tahu arahpikiran Rasul dan yang paling bersegera mencari sebab-sebab keridhoan suaminyadisetiap kedip matanya SAW. Makasangatlah pantas jika Ash Shiddiqah binti Ash Shiddiq, Al Habibah binti AlHabib, At Tahirah Al Afifah yang dibebaskan dari tuduhan dari langit ketujuh,Aisyah RA menjadi orang yang paling pertama mendapat segala nikmat dankeistimewakan berupa rahmat yang luas ini. Seakan Iatelah merebut hati Rasulullah dari istri-istri yang lain. Beliau adalah sosokkekasih yang bisa menunjukkan jalan, putri teman dekat Rasul yang Beliau tidakmemperistri seorang gadis selain dirinya. Belum peah sekalipun wahyu turundiatas ranjang seorang wanita selain diranjang beliau sebagaimana dinashkanoleh Rasul dalam sabdanya kepada Ummu Salamah RA. ,” Wahai Ummu Salamahjanganlah kamu cemburu kepadaku tentang Aisyah. Karena demi Allah tak satupunwahyu turun kepadaku saat aku berada di selimut seorang wanita dari kalianselain di selimutnya.”[268]Aisyahjuga telah melakukan tugas mulia  yaknisaat Ia melayani dan merawat Rasul di hari-hari menjelang wafatnya. Hinggatatkala beliau jatuh sakit yang menjadi saat akhir kehidupannya, beliaubertanya-tanya, “ Dimana aku esok ? diamanakah aku esok?”[269]. Beliau inginberada dirumah Aisyah. Kemudian beliau meminta isteri-isterinya supaya dijinkantinggal dirumah Aisyah, maka tinggalah beliau bersamanya RA, lalu Aisyahlahyang merawat, melayani dan terjaga dimalam hari tatkala Rasul sakit hinggaAllah memanggilnya SAW. Saat itu kepala beliau berada dalam pelukannya RA,antara leher dan tulang dadanya[270],antara dagu dan perutnya . Ludah beliautelah bercampur dengan ludahnya[271]. Beliau meninggal dirumah wanita yangpaling dicintainya, sebagaimana sabda beliau tatkala ditanya : Siapakah oarangyang paling engkau cintai ?Beliau bersabda,” Aisyah”. [272] Beliauwafat dalam keadaan ridha padanya dan dikuburkan dirumahnya. Semoga Allahmeridhai Aisyah . Aisyahlah kekasih Rasul, orang yang paling dekat dihatibeliau dan yang paling beliau cintai. Dan seorang mu’min akan mencintai apayang dicintai Allah dan Rasulnya . Lalu,apakah kaum syi’ah mencintai Ummul Mu’minin Aisyah RA dan menghormatinya,menempatkan beliau sesuai dengan martabat yang telah Allah dan Rasulnya berikan?!Kedudukan mulia yang berhak ia sandang karena ia adalah isteri daripenghulunya anak Adam khairul awalin wal akhirin, dan karena ia adalah orangyang paling dekat dihati rasul yang agung ini?!  Jawabnya: Tidak. Orang syi’ah justru sangatmembencinya. Hal ini terlihat jelas dari cara mereka bersikap, mereka malahmencelanya, menyakitinya dan menisbahkannya kepada tuduhan yang Allah telahbebaskan. Menghapus keutamaanya dan menghujamkan  berbagai hinaan padanya. Bukan maksud kamimemojokkan atau memburuk-burukkan syi’ah semata,

Page 43: sikap syi'ah terhadap sahabat

tapi kitab-kitab merekamenjadi saksi atas kebenaran dakwaan ini. Tuduhan tersebut sangatlah banyak,akan saya sebutkan beberapa diantaranya:            1.         Tuduhan Syi’ah akan kekafiran AisyahRA, ketiadaan iman dan anggapan mereka bahwa beliau termasuk Ahlun Naar.  Al Ayashiseorang ulama Syi’ah, menyandarkan riwayat pada Ja’far Ash Shodiq –dengansegala dusta dan kebohongan- satu peyataan beliau tentang tafsir ayat ÙˆÙ„اتكونوا كالتي نقضت غزلها من بعد قوة أنكاثا “Danjanganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudahdipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. (An Nahl: 92) Diaberkata,” Aisyah …ia telah mengurai keimanannya.”[273] Adanya tendensi dalamhal ini sangatlah jelas, mereka memalingkan makna “perempuan yang menguraikanbenang “ menjadi “perempuan yang menguraikan keimanan” yang bukan lain adalahAisyah RA. Meski demikian Ulama Mufasirin (pakar tafsir) sepakat menyatakan halyang sama sekali bertentangan yaitu bahwa perempuan yang mengurai benang adalahperempuan jahiliyah yang pandir beama” Rithah” . Ia menenun dari pagi hinggadzuhur bersama salah seorang tetangganya, kemudian ia menyuruhnya untukmengurai apa yang telah mereka tenun. Cerita ini sangatlah masyhur. KemudianAllah menjadikannya satu permisalan agar jangan sampai menyerupai mereka lalumelanggar al ‘uhud (perjanjian) setelah diteguhkan. Allah menyerupakan NaqdhulGhazl ( mengurai tenunan) dengan naqdhul ‘uhud ( mengurai  atau melanggar perjanjian).Tak satupun  ulama yang menyatakan perempuan yang dimaksudadalah Aisyah RA atau menta’wil “mengurai tenunan” dengan “mengurai iman”, tidakpula menyerupakan.[274]  Syi’ah juga mengarang cerita bahwa Aisyahmemiliki satu pintu di Neraka yang bakal dimasukinya. Al Ayashy menyandarkanriwayat kepada Ja’far Ash Shadiq RAHM– Dan sungguh ia suci dari apa yang merekanisbahkan- Ia berkata mengenai tafsir ayat Al Qur’an tentang neraka” "لهاسبعة أبواب"( ia memiliki tujuh pintu[275]):” Jahanam didatangkan,ia memiliki tujuh buahpintu…dan pintu ke enam untuk askar…dst[276]. Askar adalah kinayah dari AisyahRA, sebagaimana  dituduhkan Al Majlisi.Al Majlisi menerangkan dinamakan demikian karena diwaktu perang Jamal beliau mengendaraiunta yang beama Askar.[277] Tak puasdengan ini, kaum syi’ah menjuluki beliau dalam beberapa kitab Syi’ah dengan“Ummu Syurur”[278]  yang berarti “ Biangkejelekan” dan “ Syaithanah”[279] artinya “setan perempuan” . Mereka menuduhnyatelah berdusta kepada Rasulullah.[280] Dan bahwa sebutan “ Khumairo’” adalahgelar yang dibenci Allah.[281] Jadi menurut Syi’ah Aisyah Ra adalah kafir,tidak beriman dan termasuk ahli neraka.  Dengandemikian mereka melemparkan tuduhan tak berdalil ini kepada orang yang palingdicintai Rasul. Sedang Rasul tidak mencintai kecuali yang Thayyib sedang orangkafir adalah keburukan yang tidak beliau sukai. Maka mengapa mereka bisasepakat akan tuduhan itu padahal kecintaan Rasul pada Aisyah teriwayatkansecara mutawatir –mutawatir secara ma’nawi-?!!ImamAhmad, Abu Hatim dan selainnya mentakhrij dari Ibnu Abbas  bahwa beliau masuk rumah Aisyah sedang Aisyahtelah wafat dan berkata ,” Engkau adalah orang yang dicintai Rasul dan Beliautidak mencintai kecuali yang thayyib.”[282] 

Page 44: sikap syi'ah terhadap sahabat

Ammar binYasir mendengar seorang lelaki menyebut hal buruk tentang aisyah. Lalu beliau menghardik dan mendampratnyaseraya berkata,” Mengasinglah dengan segala keburukan dan celaan, mengapakahkamu hendak menyakiti kekasih Rasulullah?![283] Telahkami sebutkan bahwa Rasul ditanya “ Siapakah orang yang paling engkau cintai?”Beliau bersabda,” Aisyah”.[284] Rasulullahpun mengutamakan beliau dari wanita-wanita lain dengan sabdanya,” KeutamaanAisyah atas seluruh wanita seperti keutamaan bubur atas seluruh makanan”.[285] Dan apayang tuduhkan kaum syi’ah bertolak belakang dengan apa yang telah Rasultetapkan berupa kabar gembira bahwa Aisyah adalah wanita ahli Jannah dengansabdanya,” Sungguh aku telah melihat Aisyah disurga, melihat telapak tangannyameringankanku dalam kematian”.[286] Juga seperti apa yang dikukuhkan AmirulMukminin Ali RadiyAllahu 'Anhu dari perkataan beliau ,” Sungguh dia adalah istri Nabi kalian dunia akhirat”.[287] Lalusetelah ada berbagai dalil sharih ini Syi’ah menyelisihi Rasulullah danmenyelisihi orang yang mereka anggap sebagai Imam bagi mereka – Ali RA-  serta menuduh Aisyah kafir dan ahli nerakapadahal Beliau suci dari semua tuduhan itu. Beliau adalah mu’minah yang suci,salah satu penduduk Jannah Firdaus yang tinggi di surga bersama Sang suamiRasulullah Shalallohu Alaihi Wasalam. 3.         Syi’ah Itsna Asyriyah menuduh Aisyahdengan tuduhan yang telah dibebaskan langsung dari langit ketujuh.   Tatkala kaum munafik melemparkan tuduhankepada Aisyah tentang apa yang telah Allah bebaskan dirinya dari tuduhan itu,Allah murka karena kehormatan Nabi-Nya dinodai lalu menafikan tuduhan tersebutdari Aisyah dan menurunkan ayat “ tabri’ah” dari langit ketujuh sebagaipembebas.  Ayat yang penuh dengan ancamankeras didunia dan azab yang pedih di akhirat. Jika andameneliti dan memperhatikan ayat-ayat dalam Al Qur’an yang berisi ancaman bagiahli maksiat, anda tidak akan menemukan hukuman yang lebih keras dari ayat  tentang hukuman orang yang menuduh Aisyahdengan ifki-gosip bahwa beliau telah berzina-pent. Ayat tentang hal tersebutsarat dengan teguran dan peringatan keras dan menganggap tuduhan yangdilontarkan kepada Aisyah   oleh kepalakaum munafik dan orang-orang yang mengikuti ucapanya sebagai dusta besardan  bukan perkara yang bisa dianggapenteng. Apa yang mereka perbincangkan dari perkara itu dari mulut ke mulutadalah perbuatan keji, mereka menyangka membicarakan hal itu adalah perkarasepele sedang disisi Allah adalah ‘ adzim,sangatlah besar.  Allah menjadikan para penuduh terlaknat duniaakhirat. Dan menjanjikan pada mereka azab yang tak terperi dan di akhiratnanti, lisan, tangan dan kaki mereka akan menjadi saksi kedustaan dankebohongan mereka. Siksa itubukanlah kezaliman tapi balasan yang setimpal dari apa yang mereka omongkanperihal kehormatan Nabi dan Istri beliau. Juga sebagai peringatan akankemuliaan dan ketinggia manzilah Rasulullah. Beritadusta itu telah berakhir seusai dijilidnya para penyebar gosip, peyataantaubat mereka dan permintaan maaf mereka kepada Nabi dan istrinya. Tapisetelah beberapa kurun berlalu, Orang Syi’ah membuat fitnah baru pada diri  Al afifah, Aisyah hingga menodaikehormatannya untuk kedua kalinya. Allahlah yang akan membuat

Page 45: sikap syi'ah terhadap sahabat

perhitungandengan mereka karena Ia selalu mengawasi apa yang mereka kerjakan, Allahjugalah yang akan menjaga dan melindungi kehormatan kekasihnya, Rasulullah SAW.Merekamengklaim  bahwa  ayat yang berbunyi, Allahmembuat istri Nuh dan istri Luth perumpaman bagi orang0rang kafir. Keduanyaberad di bawah pengawasan dua hamba yang saleh diantara hamba-hamba kami; lalukedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya itu tidak dapat membantumereka sedkitpun dari ( siksa0 Allah; dan dikatakan  (kepada keduanya)”masuklah ke neraka bersamaorang-orang yang masuk (neraka)”(At Tahrim;10) Adalahpermisalan dari Aisyah dan Hafsah dan menafsirkan kata khianat dengan berbuatzina.-waliyadh billah-.  Al Qummi berkata tentang  tafsir ayat ini,” Demi Allah ! Yang Allahmaksud dalam firmannya,” Fakhonatahuma" tidak lain adalah zina[288]. Dansudah seharusnyalah had ditegakkan atas Aisyah atas apa yang terjadi di jalan(menuju Basrah)[289]. Ia –Thalhah- sangat menyukainya. Maka tatkala ia hendakkeluar menuju basrah[290] Thalhah berkata,”Tidak halal bagimu keluar sendiritanpa disertai mahram”. Lalu Aisyah menikahkan dirinya denganThalhah[291]....!.[292] Alasanharus ditegakkan atasnya had adalah –menurut mereka- karena dirinya menikahkandiri dengan  orang lain setelah Nabipadahal hal itu diharamkan. Karena Allah telah mengharamkan istri-istri Nabiuntuk dinikahi sepeninggal beliau selamanya. Lalusiapa sebenaya orang yang menikahkan dirinya dengan Thalhah dari kalanganistri Nabi di jalan menuju basrah – seperti klaim Syi’ah-? Tidaklain permisalan ini ditujukan kepada Aisyah dan Hafsah. Akan tetapi yang keluarmenuju Basrah bukanlah  Hafsah tetapiAisyah, jadi dialah yang harus di had menurut ijma’ kaum syi’ah karena telahmenikahkan dirinya dengan dengan Talhah padahal hal tersebut diharamkan. Menurutpersepsi kaum syi’ah, had ini harus ditegakkan manakala imam mereka danmusuh-musuhnya dibangkitkan di Hari Kiamat. Meskimereka tidak menyebut nama Aisyah secara terang-terangan, tapi riwayat sebagianmereka menyebutkan dengan jelas maksud nama itu, dan ini menjadi bukti yangautentik. Saturiwayat Syi’ah dalam kitab-kitab mereka menyebutkan tuduhan palsu yangberbunyi,” Tatkala turun firman Allah, : “Nabi itu(hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri danisteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. ( Al Ahzab.6)  Yangdengan ayat ini Allah mengharamkan isteri-isteri Nabi atas kaum muslimin,seketika itu Thalhah marah dan berkata,” Muhammad mengharamkan isteri-isterinyaatas kita sedang ia sendiri menikahi wanita kita. Demi Allah, jika Allah telahmewafatkan  Muhammad niscaya kita akanberlari diantara gelang kaki isteri-isterinya sebagaimana yang telah ia lakukanpada wanita kita”. Dalam riwayat lain mereka menyebutkan, “ Aku benar-benarakan memperistri Aisyah”[293]. Disebutkan juga bahwaTalhah menginginkanAisyah[294] lalu turunlah ayat: Dan tidakboleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawiniisteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan ituadalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.

Page 46: sikap syi'ah terhadap sahabat

  Tak puasdengan semua ini, mereka menisbahkan suatu perkataan kotor dan sangat rendah.Saya telah berulangkali menyebutnya dan beiat untuk tidak lagi menuliskannya. Kalau saja bukan karena komitmensaya untuk memberikan gambaran jelas tentang cara pandang kaum syi’ah terhadappara sahabat niscaya saya tidak akan menulisnya. Untuk itu akan saya sebutkansebagian dan saya erangkan sebagian yang lain. Rajab AlBarisi  -seorang ulama syi’ah-menyebutkan bahwa Aisyah peah mengumpulkan empat puluh dinar danmembagikannya pada orang-orang yang membenci Ali. Ahmad bin Ali At Thabrisimenyebutkan suatu ketika Aisyah merias salah satu budak wanitanya dan berkata,”Barangkali kita bisa memikat salah seorang pemuda  Quraisy yang tertarik denganmu”.[295] SemogaAllah membinasakan mereka semua, bagaimana mungkin mereka mengaku menjagaRasulullah berkenaan dengan perihal isterinya yang paling beliau cintai, sedangmereka telah menuduhnya dengan yang lebih menyakitkan dari tuduhan kepalamunafik dan antek-anteknya di zaman Nabi. Perbincanganperihal tuduhan yang mengada-ada ini. Seoarangyang berakal tidak akan ragu sedikitpun bahwa klaim syi’ah ini adalah samasekali dusta dan diada-adakan. Allah tidak menjadikan isteri Nuh dan Luthsebagai permisalan atas Aisyah dan Hafsah, tapi itu adalah permisalan untukorang kafir sebagaimana dalam firmannya,”  Allahmembuat isteri Nuh dan isteri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir".(AtTahrim ;10) Karenarasa dengki atas Aisyah dan Hafsah dan keyakinan mereka akan kufuya merekaberdua, mereka memaknai permisalan itu dengan Aisyah dan Hafsah. Takseorangpun Ahli tafsir Ahlus sunnah menyatakan bahwa yang dimaksud Al Khiyanah( pengkhianatan) dari isteri Nabi Luth dan Nabi Nuh AS adalah perbuatan zina,tapi mereka menta’wilkannya dengan khianat dalam agama[296], sebagian syi’ahpunmenta’wil demikian.[297] Dalam halini “Tinta Umat” ini berkata,” Keduannya tidaklah berzina, pengkhiantan isteriNabi Nuh adalah karena ia mengatakan bahwa suaminya gila. Dan pengkhiatanisteri Luth adalah dia menunjukkan kepada kaumnya akan keberadaan tamu-tamunya.Semua Mufassir mengikuti pendapat ini”.[298] Ceritayang dikarang kaum syi’ah ini tak diragukan lagi kebohongannya. Si pengarangpun sebenaya telah terjebak pada kesalahan yang  membuka kedoknyadiantaranya: dakwaan mereka bahwa Aisyah keluar tanpa mahram, tatkaladiberitahukan padanya bahwa hal itu dilarang beliau menikahkan dirinya denganTalhah.  Dakwaanini terbantahkan dengan ijma’ ahlus sunnah juga jumhur syi’ah sendiribahwasanya keponakan beliau, Abdullah bin Zubair saat itu bersamanya dalamrombongan tentara. Syi’ah sendiri meriwayatkan Ibnu Zubairlah yang memotivasiAisyah untuk keluar menuju Basrah dan menghasung ayahnya supaya memerangi Alibin Abi Thalib. Dan ketika kedua pasukan telah bertemu, ayahnya inginmenghentikan peperangan. Maka iapun terus menerus  menghasungnya hingga ayahnya mau berperangkembali . Ini semua hanyalah omong kosong yang terdapat dalam kitab-kitabSyi’ah.[299] Bagaimana mereka mengatakan beliau keluar tanpa mahram sedangkankeponakannya Abdullah bin Zubair adalah mahramnya?!

Page 47: sikap syi'ah terhadap sahabat

 Oleh itufirman Allah :  Sesungguhnya orang yang menyakiti Allah danRasul-Nya Allah akan mela’natinya didunia dan di akhirat dan menyediakan baginyasiksa  yang menghinakan. Danorang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mu’minat tanpa kesalahan yangmereka perbuat maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan  dan dosa yang nyata (Surat Al Ahzab 57-58 Iniditujukan bagi orang yang memfitnah beliau. Karena menuduh Aisyah RadiyAllahu'anha, dilihat dari sisi bahwa beliau adalah isteri Rasul adalah merupakanperbuatan idza’ (perbuatan menyakiti) terhadap Allah dan Rasulnya dan dari sisibahwa Aisyah adalah seorang mu’minah yang tak bersalah adalah idza’ terhadappribadinya serta orang-orang yang mengasihinya.   Perlu diketahui, menuduh Aisyah dengan apayang telah  Allah bebaskan dirinya darituduhan itu, termasuk perbuatan muruq  (keluar) dari agama – sebagaimana ditetapkan dalam kaidah-kaidah Syar’i- danorang yang mencelanya menjadi kafir. Ini adalah ijma’ kaum muslimin berdasarkandalil dalam surat Annur ayat 17 dan beberapa ayat lain yang senada. Al QadhiAbu Ya’la berkata,” Barangsiapa yang masih menuduh Aisyah dengan apa yang telahAllah bebaskan dirinya dari hal tersebut darinya maka ia telah kafir tanpakhilaf”.[300] Muhammadbin Zaid bin Ali bin Al Husein saudara Al Hasan ketika beliau melihat orangmengatakan hal buruk tentang Aisyah ia berdiri dan memukulnya hingga tewas.Seorang berkata,” Orang ini dari golongan kita dan keturunan moyang kita!”.Beliau menjawab,” Orang ini menamai kakekku dengan qoani ( yang memilki duatanduk)[301] barangsiapa yang menyatakan demikian ia berhak dibunuh”.[302] Diriwayatkanpula dari saudaranya Al Hasan bin Zaid bin Ali Bin Al Husein Bin Ali Bin AbiThalib bahwasanya ketika dihadapannya ada seorang lelaki yang menjelek-jelekkanAisyah dan mengatakan ia telah berzina, beliau berkata,” Hai budak penggalleher orang ini!”. Orang-orang Alawiyun ( pengikut Ali)berkata,” Lelaki inidari golongan kita”. Beliau berkata,” Ma’adzAllah...! Orang ini telah mencelaNabi Shalallohu Alaihi Wasalam. Allah berfirman dalam surat An Nur ayat 27: “Wanita-wanitayang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untukwanita-wanita yang keji pula dan Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-lakiyang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula” .  Maka jikaAisyah seorang khobitsah maka Nabipun demikian oleh itu dia kafir makapenggallah leheya”!, dan saat itu aku berada disitu.[303]','',''),(470,444,9,'','SyaikhulIslam  Ibnu Taimiyah berkata,”Barangsiapa yang menuduh Aisyah dengan apa yang Allah telah bebaskan maka diakafir...”.[304]  Ibnu Hajar Al Haitsami berkata setelahmenyebutkan perkara ifki . :” Barang siapa yang menisbahkan Aisyah pada zinamaka dia kafir, Imam-imam juga yang lainnya dengan sharih menyatakan hal itukarena didalamnya ada unsur pendustaan terhadap nash-nash Al Qur’an. Dan orangyang mendustkan nash adalah kafir berdasar ijma’ kaum muslimin. Oleh itudapat  diketahui secara pasti kekafiranorang-orang Rafidhah karena mereka telah menisbahkan hal itu pada Aisyah semogaAllah membinasakan mereka![305] SyaikhMuhammad bin Sulaim berkata,” Wal Hasil, menuduh Aisyah bagaimanapun juga telahmendustakan Allah dalam perkara yang telah Allah bebaskan dirinya dari

Page 48: sikap syi'ah terhadap sahabat

parapenuduh”.[306] Dalam tempat lain ,” Barangsiapa mendustakan Allah maka diakafir”[307]. Beliau juga menukilkan perkataan Ahli Bait,” Menuduhnya saat iniadalah kafir dan murtad, tidak cukup dijilid, karena ia telah mendustakan tujuh belas ayat dalam Kitabullah sepertiyang telah lalu, untuk itu ia dibunuh karena murtad.....dan barangsiapa yangmenuduh  At Tahirah At Tayyibah UmmulMu’minin isteri Rasul Robbil Alamain di dunia dan akhirat maka dia sepertihalnya kepala kaum munafik , Abdullah bin Ubay bin Salul”.[308] AqwalUlama dalam bab ini sangatlah banyak yang kesemuanya menyatakan hal serupa.Yaitu kafiya orang yang memfitnah Aisyah atau yang menuduhnya berbuat zina–wal’iyadzu billah- sesuai dengan kitab yang menerangkan bahwa At Tayyibah(perempuan yang baik) untuk At Thayyibin ( lelaki yang baik) dan Al Khobitsat(perempuan yang buruk) untuk Al Khobitsin (lelaki yang buruk) dan sunnah Nabiyang secara qath’i menunjukkan akan kecintaan beliau pada Aisyah dengan cintayang sangat, sedang beliau tidak mencintai kecuali yang thayyib. Ketiga.Hinaan Kaum Syi’ah yang ditikamkan kepada Aisyah dan Hafsah sekaligus. KaumSyi’ah telah menghina Aisyah dan Hafsah dengan berbagai hinaan. Akan sayasebnutkan sebagiannya:    1.         Berlepas diri dan  melaknat keduannya  Al Kurkidan Al Majlisi- para pembesar ulama syi’ah- menyebutkan bahwa Ja’far Ash Shadiq–dan sungguh  beliau jauh dari apa yangmereka tuduhkan- melakanat setiap kali selesai shalat empat orang laki-laki :At Tamimy  Al’Adawy – Abu Bakar danUmar-, Utsman dan Muawiyah. Dan empat orang perempuan : Aisyah, Hafsah, Hindundan Ummu Hakam, saudara Muawiyah.[309] Ini dalamhal melaknat, tentang sikap berlepas diri mereka : Ibnu Rahawaih Al Qummi–bergelar Ash Shaduq- dan Al Majlisi menukil ijma’ kaum Syi’ah akan haltersebut, keduannya berkata:” Aqidah kita dalam Al Bara’ adalah : Kita berlepasdiri dari empat berhala[310]: Abu Bakar Umar, Utsman dan Muawiyah. Dan empatorang wanita: Aisyah, Hafsah, Hindun dan Ummul Hakam  juga seluruh pengikut serta golongannya. Danmereka adalah seburuk-buruk makhluq di muka bumi[311]. Dan tidak sempua iman seseorangkepada Allah, Rasul dan para Imam kecuali setelah bara’ dari musuh-musuhnya”.[312] Merasatidak cukup dengan hanya melaknat Abu Bakar, Umar, Utsaman dan Muawiyah, merekalaknat pulan kedua putri Abu Bakar dan Umar, Aisyah dan Hafsah dan menyatakanbara’ darinya serta menganggap seluruh pengikutnya adalah seburuk-buruk makhlukdimuka bumi.Tapiseorang muslim tahu bahwa Abu Bakar dan Umar adalah  sebaik-baik makhluq Allah dimuka bumi setelahpara Nabi. Demikian pula kedua putri beliau yang keduanya adalah isteri Makhluqterbaik, Penghulu  para nabi dan Rasul.Dan bahwa Muawiyah adalah salah seorang sahabat yang mereka adalah makhluqAllah yang paling baik juga orang-orang yang menegakkan Kitabullah, mengamalkansunnah rasul dan menapaki manhaj Sahabatnya. 2.         TuduhanSyi’ah bahwa Aisyah dan Hafsahtelah meracuni Rasulullah  Menurutmereka Aisyah dan Hafsah berkonspirasi dengan kedua bapaknya, menyebarluaskanrahasia Rasulullah, membuka tabiya serta meracuni beliau hingga beliau wafatkarenanya. Kisahdusta tentang konspirasi Abu Bakar , Umar dan kedua putrinya ini dianggapsebagai riwayat yang tsabit,  merekamelandaskan pada sebuah ayat Al Qur’an dan memaknainya

Page 49: sikap syi'ah terhadap sahabat

dengan makna yang takterkandung didalamnya agar sesuai dengan hawa nafsu dan keyakinan merekamengenai para sahabat. Ayat itu adalah:” Muhammaditu tidak lain hanyalah seorang Rasul,sungguh telah berlalu sebelumnya beberapaorang rasul, pakah jika ia wafat atau dibunuh kamu berbalik kebelakang (murtad) ? (Ali Imran ;144) Al Ayashimengisnadkan – dengan sanad yang bersilsilahkan pada para pendusta- kepada  Abdullah bin Ja’far Ash Shadiq –dan beliausuci dari apa yang mereka tuduhkan- bahwasanya beliau berkata:” Tahukah kalianapakah Rasulullah mati atau dibunuh? Sesungguhnya Allah berfirman,” Afain mataau qutila,” Beliau telah diracun sebelumnya, keduanya benar-benar telahmeracuninya[313], lalu kamipun berkata,” Sungguh keduanya dan bapak-bapaknyaadalah seburuk-buruk makhluq”[314]  Al Majlisi – Syaikh Syi’ah dan referensimereka –menyatakan status sanad ini mu’tabar. Ia menngkaitkan denganperkataanya,” Sesungguhnya Al Ayasy meriwayatkan dengan sanad yang mu’tabardari Ash Shadiq bahwasanya Aisyah dan Hafsah yang semoga Allah melaknatkeduanya dan bapaknya telah membunuh Rasulullah dengan racun yang merekabubuhkan.”[315] Parapenulis Syi’ah banyak menukil riwayat dusta ini. Mereka menyebut nama Aisyahdan Hafsah juga ayah mereka dengan sangat jelas dan menuduh mereka telahmeracuni Rasul yang kemudian beliau mati kerananya.[316] Inihanyalah satu kisah dari banyak kisah dusta yang dibuat kaum syi’ah yangkemudian mereka kaitkan dengan para sahabat pilihan yang rasul telah bersaksibahwa mereka adalah ahli surga. Beliau wafat dalam keadaan ridha pada mereka.Ahlus sunnah dan juga selainya pun tidak ada yang melakukan hal seperti ini.Hanya orang Syi’ahlah yang ingin menampilkan sahabat  dengan profil parapengkhianat terhadap Allah dan Rasulnya. Dananehnya mereka melakukan semua itu tanpa dilandasi satu dalil shahih pun bahkanbertolak belakang dengan riwayat mutawatir.  Barangsiapa yang mengenal Abu Bakar dan Umar , mengenal budi pekerti mereka,kedekatan mereka yang sangat kepada Nabi, serta keistimewaan keduanya disisiRasul  -ketika mendengar semua ini akanberkata,” Ini adalah dusta yang nyata!”. Aisyahdan Hafsah tak perlu disangsikan lagi ketinggian derajatnya. Mereka berduaadalah istri Nabi di dunia dan Akhirat.  AdalahAmirul Mu’minin Ali dan seorang sahabat mulia Amar bin Yasir bersumpah bahwaAisyah adalah isteri Nabi di dunia dan Akhirat.[317] Demikian pula Hafsah.Sebagaimana sabda Nabi SHOLLALAHU ‘ALAHI WASALLAM  yang diriwayatkan khadimnya, Anas bin Malik ,bahwa Jibril AS  datang kepada Nabitatkala beliau menceraikan Hafsah, dan berkata,” Sesungguhnya Allah memberimusalam”, dan berkata,” Sesungguhnya ia adalah isterimu di dunia dan akhirat makarujuklah ia”.[318] Aisyahdan Hafsah adalah dua isteri yang paling dicintai Nabi, demikian pula  kedua bapaknya adalah orang paling dekatdengan beliau Shalallohu Alaihi Wasalam. Seseorangyang biarpun hanya memilki sedikit pengetahuan tentang sirah para sahabat akanmendapati dirinya berkata mengenai pelbagai tuduhan ini, “ SubhanAllah, iniadalah dusta yang nyata.!”  

Page 50: sikap syi'ah terhadap sahabat

Majlis Ke Sepuluh  Beberapacontoh hinaan Syi’ah kepada beberapa sahabat yang lain SikapSyi’ah Itsna Asyriyah terhadap para sahabat sebenaya sama yaitu menganggapmereka murtad hanya berbeda dalam hal hinaan, laknat dan sikap berlepas diridan tuduhan-tuduhan palsu. Hampir disetiap buku yang mereka tulis terdapat hinaan dan umpatan kepada sahabat.  Karenabegitu banyaknya hinaan yang mereka lontarkan pada sahabat selain yang sudahsaya sebutkan, saya akan ungkap secara ringkas beberapa diantaranya agarpembaca bisa mengerti bagaimana kedudukan para sahabat menurut Syi’ah Itsna Asyriyahhingga pembaca bisa melihat betapa rendahnya sikap kaum ini. Berikutsaya sebutkan beberapa perkataan mereka tentang Abu Sufyan, Amru bin Al Ash dan Khalid Bin Walid RA. 1.      Hinaan terhadap Muawiyah Bin Abu Sufyan. Kritikanmereka akan jujur tidaknya beliau, dan anggapan bahwa Abu Sufyan sebenayaKafir, munafik dan ia akan kekal dineraka pada Hari Kiamat kelak.[319] Merekamenuduh Muawiyah masih saja melakukan kesyirikan dan menyembah berhala meskisudah masuk Islam hingga sekian lama.[320] Ia menampakkan keislamannya hanyaberselang lima bulan sebelum Nabi wafat[321] dan masuk Islam hanya karena takutakan pedang[322] oleh itu ia hanya muslim namanya saja karena ia masih sepertikaum jahiliyah terdahulu[323] sampai-sampai matipun di leheya dikalungisalib[324]. Muawiyah itu lebih buruk dari Iblis,[325] sikap kezindikannyamelebihi Iblis[326]. Ia benar-benar seorang pemimpin kesesatan[327], Imamkekafiran[328], Fir’aunnya Umat ini[329], munafik, keras kepala atau “ngeyel”terhadap Allah, Rasul dan kaum Mukminin.[330] Musuh keluarga MuhammadShollalahu ‘alahi wasallam terutama Ali Bin Abi Thalib RA.[331] Ia mati dalamkeadaan kafir sehingga ia kekal dineraka. Merekamelandaskan tuduhan bahwa Mu’awiyah kekal dineraka pada sabda Rasul yang menurutmereka peah mengatakan,” Allah memperlihatkan kepadaku Hari Kiamat danhuru-haranya dalam tidurku, jannah dan kenikmatannya, neraka berikut azab, akumelihat neraka tiba-tiba aku melihat Muawiyah Bin Abu Sufyan dan Amru Bin AlAsh sedang berdiri diatas bara jahanam dan kepalanya dilempari batu jahanamoleh malaikat Zabaniyah yang berkata kepada keduanya ,” Tidakkah kamu berimanpada kekuasaan Ali Alaihi Salam?!”.[332]

Al Mufidmenyandarkan riwayat kepada Ja’far Ash Shadiq ia berkata,” Mu’awiyah dan AmruBin Al Ash tdak diberi makan dan dihentikan azabnya”.[333] Menurutkeyakinan Syi’ah Mu’awiyah diazab dineraka sejak ia mati.Mereka juga berbohongdengan mengatakan para Iama mereka melihat Muawiyah di belenggu dengan rantaiyang panjangnya 70 hasta di sebuah lembah di neraka Jahanam. KaumSyi’ah juga berbohong dengan mengatakan bahwa Abu  Ja’far Al Baqir berkata,” Aku dibelakangbapakku mengendarai keledai, tiba-tiba keledainya ketakutan dan kau melihatorang tua yang dileheya terdapat rantai bersama seorang lelaki yangmengikutinya, orang itu berkata,” Hai Ali berilah aku minum?”. Orang yangmengikutinya berkata,” jangan beri ia minum, Allah tidak memberinya minum”.Orang tua itu teyata Muawiyah.[334] Merekamengatakan hal itu juga terjadi pada Abdullah ja’far Ash Shadiq bersamabapaknya Muhammad Al Baqir.[335] Dalam riwayat itu Muawiyah memintanya agarmemohonkan

Page 51: sikap syi'ah terhadap sahabat

ampun kepada Allah, Al Baqir berkata tiga kali,” Allah tidak akanmengampunimu”[336]. Dan karena Muawiyah adalahorang yang kekafirannya jelas ,ia akan dikembalikan kedunia sebelum Kiamat untuk mendapat hukuman balasdendam.[337] Takdiragukan lagi, anggapan  Syi’ah akanterlambatnya keislaman Muawiyah    Dhingga 5 bulan sebelum Nabi S wafat sama sekali tidak benar.Bahkan beliau telahmasuk Islam pada Fathu Makkah tahun 8 hijrah yang berarti 3 tahun sebelum Nabis.a.w  wafat. JumhurUlama Ahli Maghozi wa Sair[338] berpendapat demikian. Sebagian merekamengatakan beliau masuk Islam sebelum itu.[339] Ibnu Saadmeriwayatkan dari Muawiyah bahwa beliau ( Muawiyah) memberitahukan padanya waktu keislamannya, katanya,” Akutelah masuk Islam sebelum Umroh Qodho’ , tapi aku takut pergi ke Madinah sebabibuku mengancamku ,” Kalau kamu keluar (pergi ke Madinah) aku akanmemboikotmu”. Saat itu Rasulullah s  keMakkah untuk umrah qodho’  lalu akuberiman padanya. Kemudian ketika datang Fathu Makkah aku menampakkankeislamanku dan menghadap beliau maka beliaupun menyambutku.” AlBayadhi –seorang Syi’ah- mengatakan bahwa Muawiyah D menampakkan keislamannya pada waktu Fathu Makkah,katanya,” Dalam tarikh dibenarkan bahwa ia menampakkan keislamannya pada tahun8 hijrah.” Hal inimerupakan bukti dari mereka bahwa Muawiyah menampakkan keislamannya pada tahun8 hijriah – tepatnya pada waktu Fathu Makkah- dan menjadi hujjah atas orangyang mengklaim bahwa ia masuk Islam 5 bulan sebelum rasul wafat. Palingtidak kondisi Muawiyah pada saat itu termasuk Thulaqo’  atau Mu’allifah Qulubuhum ( orang yang dilunakkanhatinya untuk masuk Islam). Dan hal tersebut tidaklah menjadikanya tercela,karena kondisi kebanyakan dari mereka tatkala masuk Islam adalah  seperti yang dituturkan Ibnu Taimiyah dalamMinhajus Sunnah ,” Seseorang dari mereka masuk Islam di awal siang karena cintapadanya, dan tidaklah datang waktu sore melainkan Islam lebih mereka sukai daripada terbitnya mentari.”[340] Dan Muawiyah termasuk orang yang baik keislamannya sehingga Rasulullahmengikutsertakannya dalam penulisan wahyu.Hal ini sudah menjadi ijma’ ahlussunnah.[341] Rasulullahsendiri memuji beliau dan berdo’a untuknya dalam sabdanya“ Ya Allah jadikanlahIa Hadi ( pemberi petunjuk ) yang diberi petunjuk dan berikanlkah padanyahidayah”[342], juga,” Ya Allah ajarkanlah pada Muawiyah Al Kitab dan al Hisab(Ilmu menghitung) dan hindarkalah ia dari Adzab.”[343] Rasulullahberdoa pada Robbnya agar memberi Muawiyah petunjuk dan melindunginya dariAdzab, tapi kaum Syi’ah justru menganggapnya kafir dan kekal dineraka tanpadalil yang shahih melainkan sekedar mengikuti hawa nafsu. Dan apayang mereka nisbahkan pada Rasulullah tentang pemberitaan bahwabeliau-Muawiyah- kekal dineraka hanyalah dusta belaka yang mereka sandarkanpada Rasul. Dan barangsiapa yang berdusta atas nama Nabi maka hendaklah iamengambil tempatnya dineraka seperti yang di sebutkan dalam hadis mutawatir. Tidaklahbenar bahwa antara Nabi dan Muawiyah peah ada permusuhan, karena tatkalamuawiyah masuk Islam ia masih kecil dan belum peah mengikuti perang kontraNabi sama sekali. Kaum Syi’ah menukil sebuah riwayat bahwa Nabi peahberseteru dengan  bapak-ibu Muawiyah,padahal sebenaya Rasul telah memaafkan kedua orangtua

Page 52: sikap syi'ah terhadap sahabat

Muawiyah. Keduanyatermasuk orang yang baik keislamannya serta telah bertaubat nasuha dan taubatmenghapus apa yang telah lampau.          Kedua.Perkataan kaum Syi’ah akan wajibnya membenci Muawiyah, melaknatnya dan bara’ (berlepas diri) darinya. Sangatsedikit kitab-kitab Syi’ah yang tidak menyebut Muawiyah melainkan pastimelaknatnya dan berlepas diri darinya Radiyallahu 'anhu . Ibnu AbuHadid berkata,” Wajib bagiku jika telah berlepas diri dari seseorang untukbara’ darinya bagaimanapun keadaannya”. Ia juga telah bara’ dari Mughiroh ,Amru Bin Ash dan Muawiyah Radiyallahu 'anhum. AlMajlisi berkata,” Termasuk dhoruriyat agama Imamiyah adalah bara’ dariMuawiyah.” Buktidiatas juga terdapat dalam doa mereka, terkhusus apa yang dibaca ketikamengunjungi para Imam, apalagi Imam Husein. Misalnya seperti do’a yang bparasahabat adalah termasuk al Mubiqot ( perkara yang membinasakan).  Dinukil dari Imam Ahmad bahwa ketikadisebutkan kepada beliau satu kaum yang mencela Muawiyah, beliaupun berkata,”Apa urusan mereka dengan Muawiyah?”Jika engkau melihat seseorang mengatakansesuatu yang buruk mengenai para sahabat maka curigailah keislamannya”lanjutnya. Beliau juga menandaskan wajibnya menta’zir orang yang mencela Muawiyah ,mengultimatumnya supaya bertobathingga pada taraf hukuman jilid, jika belum kapok maka dipenjara sampai matiatau hukuman tersebut diulangi.” Beliau juga berkata ,’ Aku tidak melihatnyaberada dalam Islam, maka curigailah keislamannya,” juga,” Berlaku kasarlahdalam memeranginya”.Imam Ishaq Bin Rahawaih juga mengatakan hal senada. IbrohimBin Maisarah berkata,” Aku belum peah melihat Umar Bin Abdul Aziz memukulorang selain orang yang mencela Muawiyah, Ia memukulnya beberapa kalicambukan’. MencelaMuawiyah dan para Sahabat jelas dilarang dan termasuk al Mubiqot (perkara yangmembinasakan) sebagaimana di nashkan oleh Salaful Ummah. Maka bagaimana bisamereka menisbahkan para sahabat pada kekufuran dan zindiq?! . Wal iyadlubillah.  PeyataanSyi’ah dalam hal ini telah dijelaskan dimuka dan disana ada hal yang lebihdasyat lagi. Kita memohon ampunan kepada Allah. Tentanglandasan mereka pada perselisihan antara Ali dan Muawiyah, maka sesungguhnyaperselisihan keduanya adalah satu hal yang mulia. Siapa yang mempelajarisirahnya akan mendapatkan kejelasan. Seperti yang ditegaskan Al Hafidz AbuZar’ah Ar Rozi terhadap orang yang menuduh Ali membenci Muawiyah: Al HafidzIbnu Asakir meriwayatkan dalam kitabnya “ Tarikh Damsyiq” tentang Muawiyah,bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Abu Zar’ah, ” Aku membenciMuawiyah”.Abu Zar’ah berkata,” Kenapa?”. “ Karena Ia menentang Ali.” jawabnya.Abu Zar’ah berkata,” Celaka kamu ! Sungguh Robb Muawiyah Maha Pengasih.Permusuhan Muawiyah adalah permusuhan yang mulia, apa urusanmu ikut campururusan keduanya?!” 3.         Beberapa contoh celaan mereka terhadapAmru Bin Al Ash.  Pertama.Celaan mereka terhadap nasab beliau bahwa beliau anak zina.[344] Merekamengatakan Ibu beliau adalah seorang pelacur yang mengibarkan bendera sebagaitanda bahwa dirinya seorang pekerja seks.[345] Ia telah dizinahi oleh limaorang yang kemudian melahirkan Amru, menurut pendapat beberapa orang darimereka dalam hal

Page 53: sikap syi'ah terhadap sahabat

ini Muhammad Jawad Bin Mughirah – seorang Syi’ah mode- iaberkata,” Yang melahirkan Amru adalah seorang pelacur yang telah dizinahi olehAbu Lahab, Umayah Bin Kholaf, Hisyam Bin Al Mughirah, Abu Sufyan dan Al Ash BinAl Wa’il, kemudian lahirlah Amru. Empat dari mereka mengakuinya tapi ibunyaberkata,” Dia anak Al Ash.” Tatkala ditanya ,” Kenapa engkau memilih Al Ash?”Ia menjawab, ‘ Ia memberi nafkah kepadaku dan anak-anakku lebih banyak dariyang lain, meskipun Amru lebih mirip Abu Sufyan.”[346] KalanganSyi’ah yang lain tidak menafikan hal tersebut bahkan menguatkan pendapat ini.Mereka mengatakan yang menzinahi ada 6 orang lalu lahirlah Amru. [347] Orangyang menamakan diri sebagai Abdul Wahid Al Anshori –seorang Syi’ah mode- berkatatentang Amru,” Tak seorangpun dari kalangan Ahli tarikh yang menyangkal bahwaIa anak hasil Zina. Dan Yang berpartisipasi dalam menzinahi Ibunya ada 6 orang,Abu Sufyan, Umayah, Al Ash, Hisyam, Abu lahab dan Kholaf Al Jamhi. Mereka semuamengakuinya sebagai anak, lalu ibunya memutuskan bahwa ia anak dari Al Ashkarena nafkah yang ia berikan lebih banyak. Maka bagaimana mungkin seorang anakzina bisa menjadi baik. Pendosa ini telah mewarisi sifat-sifat buruk dariayah-ayahnya. Ia mewarisi sifat ingkar dan tak tahu malu dari Abu Sufyan, sifatkufur dan atheisme dari Abu Lahab, Zalim dari “Al Ashy” -Ahli Maksiat kepadaAllah dan RasulNYA- dan berbagai hal yang serupa dengan sifat bapak-bapaknyaberupa kezaliman”.[348] TuduhanSyi’ah yang mengada-ada  ini tak satupunyang berlandaskan dalil yang shahih selain hanya dalil dusta belaka. Kebohonganyang sangat nyata yang mereka usung atas dasar rasa dengki kepada para Shahabat secara umum danterkhusus kepada orang-orang yang mulia lagi baik diantara mereka. Sebagaimanapara Shahabat lain, Amru Bin Ash menjadi salah satu korban kedengkian mereka.Sedangkan Amru sendiri telah wafat dan terputus amalnya akan tetapi Allah belumberkenan memutus pahalanya.Kaum Syi’ah ingin menhujamkan tuduhan-tuduhan inikepada para sahabat, bahkan jarang mereka menyebutkan sahabat melainkan pastimenyematkan kedustaan ini.[349] Jika tidak malu berbuatlah sesukamu.','',''),(471,444,10,'','Kedua:beberapa contoh perkataan kaum Syi’ah atas diri Amru Bin Ash OrangSyi’ah Itsna Asy riyah apalagi yang mode memiliki sejumlah gelar untuk AmruBin Ash sebagai implementasi rasa dengki dalam dada mereka. Gelar ini  mereka sematkan pada Sahabat mulia ini.Diantara gelar itu: Al Ashy Bin Al Ashy ( Ahli maksiat anak Ahli maksiat),  Al ‘Ahirah[350] ( pezina), AlMakir[351] (pembuat makar), Al khobits[352] ( Orang yang kotor), AlMunafiq[353], “ Orang yang masyhur kenifakannya dan nampak keraguannya terhadapdien”[354], Al Mujrim[355] (pendosa), “ Orang yang paling buruk dari kalanganAwwalin dan Akhiri[356]n”,” Menolak akherat dan mencintai dunia”[357], dan “Termasuk orang yang memusuhi Nabi S , menyakitinya, menipu danmendustakannya”[358] dan lain sebagainya.  Seorang pembaca yang adil akan melihat bahwakata-kata ini jauh dari dalil. Orang-orang Syi’ah tersebut tidak menyandarkanperkataan ini pada seorang Imampun – dari Ahli Bait-. Sudah menjadi kebiasaanmereka menisbahkan berbagai macam kedustaan atas para Shahabat. Sebab munculnyakata-kata dusta ini dikarenakan pada zaman ini mereka tidak menemukan satu katapun yang berisi kebohongan atas para Shahabat yang dinisbahkan pada kepada paraImam – dari Ahli Bait- sedangkan  merekadituntut mengadakan hal semacam ini, sehingga mereka meniru apa yang dilakukanpendahulu mereka dari kalangan Ulama Syi’ah yang suka memalsukan cerita. Makadibuatlah cerita-cerita dan tuduhan palsu yang mereka pandang cocok untukdijadikan julukan bagi para sahabat secara umum ataupun per orangan, sepertituduhan anak hasil zina dan lainnya. Hal ini,bagi seorang pembaca yang labib ( berakal) akan menjadi satu titik terang bahwacotoh-contoh hinaan tersebut tidak lain berasal dari hawa nafsu dan tendensipribadi.

Page 54: sikap syi'ah terhadap sahabat

Berangkat dari sini Ulama Jarh wat Ta’dil sangat berhati-hati dalammeriwayatkan satu riwayat dari ahli bid’ah, terlebih lagi jika mereka melihatsesuatu yang meyakinkan kebid’ahannya. DanSyi’ah – terkhusus Syi’ah muashir-  sertaorang yang mencela Amru Bin Al Ash D mengalamatkan tuduhan dusta ini kepada orang yang Rasulullah s senangakan keislamannya dan mengkabarkan kejujurannya serta memujinya dengankebaikan. Diriwayatkandari Tirmidzi, Ahmad dan lainnya dari Uqbah Bin Amir berkata,”  Manusia telah masuk Islam sedangkan Amrutelah beriman”.Hadits diatas menunjukkan bahwa manakala Amru Bin Al Ash D masukIslam, beliau berislam dengan hati dan lisannya, karena cinta amal sholih dantamak akan ampunan Robnya”. Suatuhari Rasulullah s memintanya  untukdatang, tatkala ia sampai beliau bersabda,” Wahai Amru, aku akan mengutusmu kemedan perang, kemudian Allah akan menyelamatkanmu dan memberimu ghonimah sertaharta yang baik”. Ia berkata,” Wahai Rasulullah s , aku masuk Islam bukankarena suka terhadap harta tapi karena mencintai jihad dan menyertaimu”.Rasulullah s bersabda ,” Wahai Amru, Sebaik-baik harta adalah  harta milik orang sholih”[359]. Dalamhadits diatas terlihat sifat itsar Amru Bin Al Ash D  dihadapan Allah dan RasulNYA , tujuannyamemeluk Islam bukanlah karena cinta dunia yang fana tapi karena cinta akanbalasan dan pahala dari Allah Ta’ala serta tamak akan ridhoNya. Dan ini menjadisatu bantahan atas orang Syi’ah yang menuduhnya sebagai pencari dunia danmenolak akherat. Rasulullahs sendiri memuji dirinya serta keluarganya,” Sesungguhnya Amru trmasuk orangshalihnya kaum Quraisy”[360]. Tentang keluarganya beliau bersabda,” Sebaik-baikahli bait adalah Abdullah bapak Abdullah dan ibu Abdullah – Abdullah Bin AmruBni Al Ash, pent-“. SemogaAllah merahmati sahabat mulia Amru Bin Al Ash D dan dengan keadilanNya, membalas orang-orang  yang mencela dan membencinya. 4.         Tentang Kholid Bin Walid D orang-orangSyi’ah berkata,” Dia pedang syetan yang terhunus”. Mereka mengingkari apa yangRasulullah s sifatkan pada Kholid bahwa beliau adalah Saifullah (pedang Allah). Mereka menuduh penamaan itu adalah fitnah dari Ahlus Sunnah. Merekakatakan,” Jika Ahlus Sunnah mau berlaku adil niscaya mereka akan menyebutnyasebagai “pedang syetan yang terhunus”. Muqotil bin Atiyah seorang ulama Syi’ahberkata,” Dia adalah Si Pedang Syetan yang terhunus”. Menurutnya dikarenakankurangnya rasa adil para Ahlus sunnah maka mereka menyebutnya sebagai “PedangAllah”.  Kemudian ia menuturkan sebabpenamaan Syi’ah ,” Hal itu karena dia adalah musuh bagi Ali.[361]  Al halyseorang ulama syi’ah juga menyebutkan hal serupa.[362]  Sanggahan terhadap tuduhan mereka PenyebutanKholid Bin Walid D sebagai “ Saifullah” bukan berasal dari Ahlus Sunnah, tapiyang pertama kali menyebutnya demikian adalah Rasulullah s sendiri yaitutatkala terjadi perang Mu’tah[363] pada tahun 8 hijriyah. Bukhori dan lainnyameriwayatkan dengan sanad dari Anas Bin Malik, Ia berkata,” Nabi memberitahukankematian Zaid, Ja’far dan Ibnu Rawahah sebelum datang kabar tentang mereka,beliu bersabda,” Zaid membawa bendera, kemudian ia gugur  lalu Ja’far mengambilnya dan ia pun gugur,kemudian Ibnu Rawahah mengambilnya dan ia pun gugur pula. Lalu kedua matabeliau s  berkaca-kaca,” Hingga benderaitu diambil oleh “Saifullah” Kholid.....”[364] 

Page 55: sikap syi'ah terhadap sahabat

RasulullahShallallahu alaihi wasallam berulangkali menyebut gelar ini di beberapahaditsnya diantaranya : Hadits yang berbunyi ,” Ia sebaik-baik hamba Allah dansaudara Yang Sepuluh – 10 orang yang dijanjikan Jannah- Kholid Bin Walid Pedangdari Pedang-pedang Allah yang Allah hunus untuk orang-orang kafir danmunafik”[365]. Maka tatkala Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mendengarada orang yang mengatakan hal yang buruk tentang Kholid Bin Walid Radhiallahu‘anhu beliaupun bersabda,” Janganlah kalian menyakiti Kholid Bin Walid karenaia adalah Pedang dari pedang Allah yang terhunus untuk orang kafir”. Haditsini menjadi hujjah atas kaum Syi’ah yang mencela dan menjelek-jelekkan KholidBin Walid -Radhiallahu ‘anhu- dengan berbagai celaan. Ahlus Sunnah sendiribukan yang pertama kali memberi gelar Saifullah pada Kholid Bin WalidRadhiallahu ‘anhu tapi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallamlah yangmenyebutnya demikian kemudian Ahlus Sunnah mengikuti. Masihbanyak celaan lain yang mereka alamatkan kepada orang-orang pilihan dariSahabat  Nabi SAW. Tapi dalam pembahasanini saya akan konsekwen untuk tidak menyebutkannya panjang lebar. Sebagairingkasan : Bahwasanyakeyakinan Syi’ah Itsna Asyriyah baik yang salaf maupun kholaf tentang paraSahabat  -Radhiallahu ‘anhum- adalah samasama. Yaitu menganggap mereka kufur dan murtad dari dienul Islam setelahwafatnya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, hal ini bisa dilihat darisikap mereka yang selalu menebarkan berbagai macam tuduhan palsu terhadaporang-orang pilihan lagi mulia dari kalangan Sahabat  -Radhiallahu ‘anhum-.  Sebagai bukti, mereka mengkafirkan Syaikhoni –Abu Bakar dan Umar- Utsman dan tujuh lainnya dari sepuluh orang yang dijanjikanmasuk Jannah. Tak hanyaitu, bahkan mereka menuduh Shidiqah Binti Ash Shidiq, Aisyah Radhiallahu ‘anhatelah berbuat fahisah (Zina). Dan mengingkari bahwa ayat yang membebaskandirinya dari tuduhan itu telah turun. Merekajuga menebar fitnah atas Sahabat Radhiallahu ‘anhum lainnya, mencela iman mereka dan terus menerusmerendahkan martabat mereka. Menuduh sebagian mereka anak zina dan lain-lain.Maka barang siapa mentelaah kitab-kitab Syi’ah tentang apa yang mereka tulis,akan ia dapatkan keanehan yang mengherankan.  Imam-imam Ahli Bait benar-benar telah berlepasdiri dari klaim bahwa apa yang dituduhkan Syi’ah Itsna Asyriyah berupakebohongan yang mereka tujukan pada Sahabat Radhiallahu ‘anhum berasal dari mereka. Sedangkan para Imam Ahlu baititu mencintai para Sahabat  Radhiallahu‘anhum menghormati mereka serta menempatkan mereka pada derajat yang telahAllah dan RasulNya berikan.  Maka dari itu hendaklah kaum Syi’ah - Ulamadan Awamnya- jika memang mereka mencintai Ahli Bait- hendaklah mereka jugamencintai para Sahabat  – Radhiallahu‘anhum- yang Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan Ahli baitnya AthThoyyibin wa Thohirinpun mencintai mereka. Karena mahabbah akan diketahui lewatittiba’.Ahli Syair berkata : Jikacintamu jujur, kau akan mematuhinyaOrangyang mencinta akan patuh pada yang dicinta            Penutup. 

Page 56: sikap syi'ah terhadap sahabat

KepadaKaum Syi’ah yang hatinya masih cinta kepada para Ahli Bait Nabi Shallallahu‘alai wasallam, saya nukilkan satu nasehat dari Imam Asy Syaukani RA . Setelahbeliau menyebutkan ijma’ melalui duabelas jalur periwayatan tentang keharaman mencela Sahabat  Radhiallahu ‘anhum, mengkafirkan dan memfasikkansalah seorang dari mereka, beliau berkata,” Wahai orang-orang yang merusakdiennya dengan mencela Khoirul qurun dan melakukan suatu hal yang orang gilapuntak mengerjakanya…!  Jika kalianmengatakan,” Dalam mencela mereka kami berdasarkan Kitab”, maka engkau  telah berdusta dengan dakwaan ini. Orang yangpemahaman Qur’annya minim sekalipun akan jelas baginya bahwa Allah Azza waJalla telah ridho pada mereka akan kebaikan dan budi pekerti mereka. Al Qur’an jugamenganjurkan untuk mendo’akan mereka. Jika kalian mengatakan,” Aku mengikutiSunnah Nabi Shallallahu’alaihi wasllam.” Niscaya apa yang ada dalam kitab-kitabSunnah yang shahih dari karangan Ahli Bait dan selainnya menentang dakwaanmudengan nash-nash shorih tentang haramnya menghina Sahabat  Radhiallahu ‘anhum dan menyakiti RasulullahShallallahu alaihi wasallam dengan hinaan itu. Sedang mereka adalah Khoirulqurun dan  ahli jannah. Dan RasulullahShallallahu alaihi wasallam wafat dalam keadaan ridho terhadap mereka. Apa yangterdapat dalam daftar-daftar berupa manaqib ( kisah perjalanan) mereka yangbegitu banyak, seperti jihad mereka dengan Rasulullah Shallallahu alaihiwasallam kerelaan mereka menjual jiwa dan harta kepada Allah , relameninggalkan keluarga, negri,orang-orang yang dicintai serta sahabat  karib demi dien dan memilih lari daripadaharus tinggal bersama orang-orang Jahid (penentang). Berapa banyak orang yangmenghimpun kisah ini dan tidak cukup baginya melainkan mesti dengan beberapajilid buku. Barangsiapayang membuka kitab-kitab sirah dan hadits akan mengetahui sesuatu yang luas takterbatas tentang hal ini. Dan jika kalian , wahai para pencela, mengatakanbahwa kalian mengikuti ahlu bait dalam hal ini maka dalam risalah ini telahkami paparkan kepada kalian ijma’ mereka berupa kebalikan dari apa yang kaliankatakan…….” Sampai akhir kata beliau dalam karangannya yang sangat berharga.  Saya memohon kepada Allah, Robbil Arsyil Adhimagar menjadikan kita orang-orang yang mendengar satu perkataan lalu mengambildarinya hal yang baik. Ia Maha memberi lagi Mulia. Sholawat dan salam atas Nabikeluarga serta Sahabat  Radhiallahu‘anhumnya. Wal hamdulillahi robbil “alamin.    ________________________________________[1]        Shohih Bukhariy 5/63 kitab FadloilushShahabah bab 1 dan Shohih Muslim 4/1964kitabFadloilush Shohabah bab Fadllush Shohabah tsummalladzina yalunahaum.[2]        Sasaran disini maksudnya target lemparansesuatu artinya beliau melarang manusia dari membicarakan hal buruk atassahabat atau kasus-kasus yang terjadi pada mereka. Kemuliaan seorang sahabatmengharuskan manusia untuk menghormati dan memuliakan serta diam darimembicarakan kasus mereka.[3]        Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy di dalamAl-Jami’ 5/ 358 kitab Manaqib bab “Barangsiapa mencela Para Sahabat NabiShollallohu 'alaihi wa sallam”. At-Tirmidziy berkata, “Hadits ini hasangharib.” Diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad di dalam Musnad 4/ 87-88, 5/54-55.Juga oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Juga dalam Mawariduzh Zham`an,Al-Haitsamiy 568-569 kitab Al-Manaqib bab Keutamaan Para Sahabat RosulullahShollallohu 'alaihi wa sallam dan orang-orang setelah mereka. Juga olehal-Maqdisiy dalam Larangan mencela para sahabat 2-b-3-1.[4]        Shahih Bukhoriy 5/72 kitab FadloilushShohabah dan Shahih Muslim 4/1967-1968 kitab Fadloilush Shahabah bab haramnyamencela sahabat.[5]        Lihat referensi berikut: Asy Syifa’lihuquqi Al Mustafa, Al Qadhi Iyadh 2/286. As Sharimu Al Maslul, Ibnu Taimiyahhal 565-566,586-587. Baghiyatu Al Murtad miliknya hal

Page 57: sikap syi'ah terhadap sahabat

343-344. Al Muntaqa minalManhaji Al I’tidal, Adz Dzahabi hal 536-537. Tadzkiratu Al Hufadznya2/294.Risalah fie Ar Raddu Ala Rafidhah, At Tamimi hal 8.[6]        Sebagian perkataan ini ditetapkan dariImam mulia Amir bin Syurahbil Asy Sya’bi Rahimahullah.[7]        Minhaju As Sunnah An Nabawiyah, Ibnu Taimiyah1/27.[8]        Maqalat Al Firaq, Muhammad bin Sa’ad AlQummi hal 21. Firaqu As Syi’ah , An Naukhbati hal 44. Wakhtiyaru Ma’rifatu ArRijal, At Tusi hl 108-109. Tanqihu Al Maqal, Al Maqamani 2/184 dan lainya.[9]        idem[10]      Ihqaqu Al Haq, At Tusturi hal 316.[11]      As Saqifah, Sulaim bin Qais hal 92. AlAnwar An Nu’maniyah, Al Jaza’iri 1/81.[12]      Raudhatu AL Kafi, Al Kulaini hal.115.Tafsir Al Ayasyi 1/199. Ikhtiyar Ma’rifati Ar Rijal hal 6-11. Ilmu AL Yaqin, ALKasyani 1/743-744. Tafsir As Shafi miliknya juga 1/148-305. Qurratu Al Uyun hal426. Al Burhan, Al Bahrani 1/319. Biharu Al Anwar, Al Majlisi 6/749. Hayatu AlQulub 2/837. Ad Darajah Ar Rafi’ah, Asy Syairazi hal 223. Haqqu Al Yaqin,Abdullah Syibr 1/218.[13]      idem[14]      Tafsir As Shafi miliknya juga 1/148.Qurratu Al Uyun hal 426. Haqqu Al Yaqin, Abdullah Syibr 1/218.[15]      Lihat buku karangan saya “ Mauqifu Syi’ahAl Itsna Asyriyah min As Sahabah RA”.[16].     Ikhtiyaru Ma’rifatu Ar Rijal , At Thusi hal108. Tanqihu Al Maqal, Al     Maqamani2/184. Mu’jamu Rijali Al hadits, Al Khau’i 1/202.[17]      Manaqib Alu Abi Thalib, Ibnu Syahr Asyub AlMazandarani 2/22. Al burhan, Al Bahrani 4/196-197[18].     Disanadkan padanya oleh Al Kasyi Asy Syi’idalam Ikhtiyaru Ma’rifatu Ar Rijal hal 151.[19]      Disanadkan Al Kulaini dalam AL Ushul min AlKafi 1/148[20]      Ihqaqu Al Haq, At Tusturiy hal 3.[21]      Asy Sya’air Al Husainiyah, Hasan AsySyairazi hal 8-9.[22]      idem[23]      Tanqihu Al Maqal,Al Maqamani 1/213.[24]      Lihat: Tafsir Al Qummi 2/186. Al Burhan, AlBahrani, 3/299. Tafsir Ash Shafi, Al Kasyani 2/342. Dan Qurratu AL Uyunmiliknya hal 416-420.[25]      Disebutkan oleh Asy Syarief Ar Radhi  dalam nahju Al Balaghah hal 143.[26]      Disandarkan pada As Shadiq dalam kitabnyaAl Khisal 2/639-640.[27]      Syarhu Al Kaukab Al Munir, Ibnu Najar2/475.[28]      Al Kifayah li Ilmi Ar Riwayah, Al Khatib AlBaghdadi hal 48-49.[29]      Biharu Al Anwar, Almajlisi 8/8. SeorangMu’aliq menukil darinya dalam kitab Al Idhah, Ibnu Syadzan hal. 49 dan KitabAmali, AL Mufid hal.38.[30]     Ad Darajah Ar Rafi’ah, Asy Syairazi hal. 11.[31]      As Sowarimu Al Muhriqah, At Tusturi hal.6.[32]      idem hal 9.[33]      Tafsir As Sofi, Al Kasyani 1/4.[34]      Aqoidu Al Imamiyah Al Itsna Asyriyah, AzZanjani 3/85.[35]      Tanqihul Maqal, Al Maqamani 1/213.[36]      Asy Syi’ah fie Al Mizan, Al Mughniyah hal82.[37]      Sahih Bukhari –dengan lafalnya- 5/63 kitabFadho’ilu Sahabah, bab awal. Sahih Muslim 4/1964 kitab Fadho’ilu Sahabah babFadhlu Sahabah “tsumma alladzina yalunahum”.[38]      Disandarkan padanya oleh Al Khatib Al Baghdadidalam Al kifayah fie Ilmi Ar riwayah hal 97. Al Ishabah, Ibnu Hajar 1/11.[39]      Disandarkan padanya oleh Al Khatib AlBaghdadi dalamTarikh Baghdadi 7/138. Lihat At Tarikh, Ibnu Mu’in –riwayat AdDuri- 2/66. Tahdzibu At Tahdzib, Ibnu Hajar 1/509.[40]      Ibnu Mu’in[41]      Ibnu Mahdi[42]      Tahdzibu At Tahdzib, Ibnu Hajar 11/438.[43]      Padahal Imam ini tidak akan ada karenaHasan Al Askari mandul.

Page 58: sikap syi'ah terhadap sahabat

[44]      Yang dimaksud adalah “ghaibah shughra”,karena menurut mereka Ia memiliki dua “ghaibah”( masa menghilang)  , “ghaibah shughra” yang masih mungkindilihat dan “ghaibah kubra” yang tak seorang pun bisa melihatnya.[45]      Perhatikanlah kalimat “ ia berada dalammartabat yang lebih tinggi dari martabat ‘adalah”sedang mereka melarangmartabat ‘adalah ada pada sahabat Rasulullah Shollalahu ‘alahi wasallam .[46]      Tanqihul Maqal, Al Maqamani 1/211.[47]      Sahih Al bukhary.5/67-68, kitab Al Manaqib,bab Fadhli Abi Bakr[48]      Seperti disebutkan Al Jaza’iri  Asy Syi’i dalam Al Anwar An Nu’maniyah 4/60.[49]      Disebutkan Al Bayadhi Asy Syi’i dalam AsShirat Al Mustaqim 3/155. Al Kasyani Asy Syi’i dalam Ilmu Al Yaqin 2/707.[50]      Al Kurki dalam Nufhatu Al LahutFie La’nijibti wa At Taghut qaf3 alif.[51]      Al Kurki dalam  Al Nufhatu Al Lahut, Fie la’nil Jibt wa AtTaghut qof 3/alif.[52]      Seperti disebutkan Al Haidar Al Amaly  Asy Syi’i dalam kitab Al Kasykul hal104.[53]      Al Kurki dalam An Nafhatu Al Nufhatu AlLahut, Al Kurky. Fie la’nil Jibt wa At Taghut qof 3/alif. Al Anwar AnNu’maniyah 1/53.[54]      Al Burhan, Al Bahrani 1/500.[55]      Talkhis Asy Syafi, At Tusi hal.407.[56]      At Tara’if Ibnu Tawus hal.32.[57]      Mir’atu Al Uqul –syarh Ar Raudhah- AlMajlisi3/429-430.[58]     Al Kufi dalam Kitabnya Al Istighatsah fiebida’i ats Tsalatsah hal.20.[59]      Al Byadhi dalam As Sirat Al Mustaqim3/149.[60]      Fadha’ilu AS Sahabah, Imam Ahmad1/223-227. Tarikh Damsyiq, Ibnu Asakir 9/529. 534-538. Ar Raudh Al Anaq, IbnuZanjawaih qof 3/-8/ba’,86/ba’. As Sirah An Nabawiyah, Ibnu Katsier 1/435.[61]      Ditakhrij Al Hakim ia berkata “Sahih ‘ala syartsyaikhani”, tetapi keduanya tidak mentakhrij. Adz Dzahabi juga sepakat. AlMustadrak, Al Hakim 3/66.[62]      Orang Syi’ah, Al Ma Maqoni Asy Syi’i  menghasankan haditsnya ( Tanqihul Maqal, AlMaqani 1/393).[63]      Basha’iru Ad Darajat Al Kubra, As Safar hal444. Tafsir Al Qummy, Tarf Hajariyah hal.157,tarf Haditsah 1/290. Al Ikhtishas,Al Mufid hal. 19. Mukhtasar Basha’iru Ad Darajat, Al Haly hal 29.[64]      Basha’iru Ad Darajat Al Kubra, As Safar hal444.Raudatu Al Kafi, AL Kulaini tarf Hajariyah hal.338, tarf Haditsah. TafsirAs Shafi, Al Kasyani 1/702. Al Burhan, Al Harani 2/125-126. Mir’atu Al Uqul ,AL Majlisi 4/338.[65]      As Saqifah, Sulaim bin Qais hal.224-225.[66]      Sahihul Bukhari 8/46 kitab Al Adab, babfirman Allah ( ya ayyuhalladzina amanu itaqullah wakunu ma'’ as sadikin) DanSahih Muslim 4/2013 kitab Al Bir, bab Qabhu Al Kidzb wa husnu As Sidq.[67]      Lihat As Sihah , Al Jauhari 4/1506. Almuhkam Al Muhith Al A’dzam, Ibnu Sayyidihi6/118. Manalu ath Thalib, Ibnu Al Atsier hal274.[68]      Al Asy Atsiyat, Al Asy’ats Al Kufi hal.80.[69]      As Sirah An Nabawiyah, Ibnu Hisyam 1/321.As Sirah An Nabawiyah, Ibnu Katsier 2/3-9.[70]      Dari qasidah panjang Sang Penyair HafidzIbrahim tentang Al Faruq Umar bin Al Khttab RA.[71]      Tabaqat Ibnu Sa’ad 3/270.[72]      Al Anwar An Nu’maniyah 1/63. Ungkapanseperti ini terdapat dalam kitab syi’ah muashir lainnya yang terkenl dengansebutan “ Az Zahra’ fie As Sunnah wa At Tarikh wa Al Adab” karangan MuhammadKadzim Al Kifa’i cet.1.Th. 1369 H. Pengarang berkeinginan meneruskan sebelasjuz lagi , juz kedua telah dicetak tahun 1371 H dalam 408 halaman namun Iatidak bisa melanjutkan sisanya. Agha Bazrak Al Ath Thahrani menganggap kitabini adalah kitab Syi’ah dan menggabungkan dengan karangannya Adz Dzari’ah ilaTashanifi Asy Syi’ah 12/67.Ustadz Basyir Al Ibrahimi , Syaikh Ulama Al Jaza’ir,telah melihat adanay

Page 59: sikap syi'ah terhadap sahabat

ungkapan keji  dalamkitab ini ketika pertama kali berkunjung ke Iraq. Lihat Al Khutut Al ridhah,Muhibbuddin Al Khatib hal 7. Sarabun fie Iran, Ahmad Al Afghani hal 25.[73]      Al Jaza’iri menukil darinya dalam Al AnwarAn Nu’maniyah 1/63.[74]      Al Isti’ab, Ibnu Abdil Barr 2/466-467.[75]      Sahih Bukhari 5/77. Kitab Fadhlu Sahabah,Manaqib Umar RA[76]      Peikahan ini juga disebutkan Syi’ahdalam buku mereka  seperti Al Furu’ minalKafi, Al Kulaini 6/115. Al Asy’atsiat, Al Asy’ats Al Kufi hal 109. Asy Syafi,Al Murtadho hal 216. Awa’ilu Al Maqalat, Al Mufid hal 200-202. Biharu Al Anwar,Al majlisi 9/621-625. Mashaibu An Nawashib, At Tusturi hal 169.[77]      As Sirat Al mustaqim, Al Bayadhi 2/223-22.Nufhatu Al Nufhatu Al Lahut, Al Kurky., Al Kurki qaf 49/ba’-52/alif. Ihqaqu AlHaq , At Tusturi hal 284. Aqaidu Al Imamiyah , Az Zanjani 3/27.[78]      Tafsir Al Ayashi 2/223-224. Al Burhan, AlBahrani 2/310. Biharu Al Anwar, Al Majlisi 8/220.[79]      Jala’u Al Uyun, Al Majlisi hal 45.[80]      Tertulis “ Yaumu As Sab’i, yang bermakna:Hari Kiamat. ( Fathul Bari Juz.3 hal.334)[81]      Sahih Bukhari 5/78. Kitab Fadhlu Sahabah,Manaqib Umar RA. Muslim 4/1857-1858. Kitab fadhoilu sahabah, min fadhoili AbiBakr Ash Shiddiq.[82]      Sahih Bukhari 5/79. Kitab Fadhlu Sahabah,Manaqib Umar RA[83]      Sahih Al Bukhari 4/256 kitab Bad’i AlKhalqi bab sifati Iblis.[84]      Al Kasyi As Syi’i menganggapnya sahabat Al Hasan Al Asy ‘ari yang tsiqah.Ikhtiyar ma’rifati Ar Rijal , At Tusi hal 557-558.[85]      Hari Ghadir Khum tanggal 18 Dzulhijjah–pent.[86]      Mereka menyebutnya “Ats Tsani” karena iaorang kedua yang merampas khilafah dari Ali RA . Liha t referensi berikut:Dalailu Al Imamah, Ibnu Rustum hal 257-258. Al Bayadhi dalam As Sirat AlMustaqim 3/26. Tafsir As Shafi, Al Kasyani 2/570. Al Burhan , Al Bahrani 4/187.Muqaddimahnya, Abu Hasan Al Amili hal 171,249,260,270,341.[87]      Dinukil Ibnu Rustum semuanya dari :  Al Bayadhi dalam As Sirat Al Mustaqim 3/29. AlMajlisi, Biharul Anwar 20/330. Nimatullah Al Jaza’iri, Al Anwar An Nu’maniyah1/111-118. Uqadu ad D urur fie Baqri Batni Umar, qaf 1-3. An Nuri At Tabrisidalam Fashlu AL Khitab hal 219. Muhammad Hadiq At Thaba’ba’i dalam Majalisu AlMuwahidin hal691. Muhammad Al Hakmi dalam Syarh Al Khutbah Asy Syaqsyaqiyah hal220-222 mereka semua memaparkan kisah panjangnya.[88]      Uqadu ad D urur fie Baqri Batni Umar, 2-4.[89]      Al Kuna wa Al Alqab, Abbas Al Qummi 1/147.[90]      Uqadu Ad D urur fie Baqri Batni Umar, qaf 6[91]      idem[92]      Minhaju As Sunnah An nabawiyah, IbnuTaimiyah 6/370-371.[93]      Sahih Bukhari 5/329 kitab Al Maghazi babperang Dzatu Salasil.[94]      Diriwayatkan oleh ash-Shafar dalamBashairud Darajah Al kubra hal. 412. Al Mufid fie Al Ikhtshas hal. 312[95]      As Saqifah, Sulaim bin Qs[96]      Nufatu Al Lahut, Al Kurky, q 6/alif774/ba’.[97]      Al Baladu Al Amin, Al Kaf/amy hal.511.AlMisbah.hal 511. Nafhatu Al Nufhatu Al Lahut, Al Kurky., AL Kurky. Q 74/ba’.Ilmu Al Yaqin, Al Kasyani2/701. Fashlul Khitab, An nury At Tabrisi hal.221-222.[98]      idem[99]      idem[100]    Dhiya’u Ash Shalihin hal.513.[101]    idem[102]    Adz Dzari’ah , Agha Bazrak At Tahrani8/192.[103]    Lihat : [103] Al Baladu Al Amin, Al Kaf’amyhal.511.Al Misbah.hal 551. Nafhatu Al Nufhatu Al Lahut, Al Kurky., AL Kurky. Q74/ba’. Ilmu Al Yaqin, Al Kasyani2/701. Fashlul Khitab, An nury At Tabrisihal.221-222. [103] Adz Dzari’ah , Agha Bazrak At Tahrani 8/192.Amalul Amal, AlHur Al Amili 2/32.

Page 60: sikap syi'ah terhadap sahabat

[104]    Al Baladul Amien hal.511-514. Al MishbahuAl Jannah Al Waqiyah hal. 548-557.[105]    Ilmu l Ayqin 2/701-703.[106]    Fashlul Khitab hal.9-10.[107]    Miftahul Jinan hal.113-114.[108]    Shahifah Alawiyah hal.200.202[109]    Tuhfatul Awam Maqbul 213-214.[110]    Qaf 6/alif 74/ba’.[111]    Hal. 426.[112]    Qaf 26/alif.[113]    4/356.[114]    Hal. 58. 133-134.[115]    Hal.113, 174, 226, 250, 290, 294, 313, 339.[116]    2/95[117]    221-222[118]    1/219[119]    1/219Al Mishbah, Al Kafamy ha’. Hal.552-554.','',''),(472,444,11,'',' [120]   Bukunyayang berjudul  Nufhatu Al Lahut Fie la’niJibt w At taghut khusus ia karang untuk melaknat Abu Bakar dan Umar, dausahabat mulia inilah yang dimaksud dengan Jibt dan At Taghut ia sebutkan dalambuku ini bahwa Ali bin Abi Thalib berkunut dalm shalat witir melaknat dua‘berhala Quraisy’. Lalu ia berkata : Yang dimaksud Ali adalah Abu Bakar danUmar, telah kami sebutkan perihal disunahkannya berdo’a atas musuh-musuh Allah dalam sholat witir.Nufhatu Al Lahut, AlKurky. Qof.74/ba’.[121]    Mir’atu Al Uqul 4/356.[122]    Orang yang mengisyaratkan do’a untuk dua berhalaQuraisy berkata,” Maksud dari dua berhala quraisy adalah dau orang yangdimakamkan bersama Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam .” Syir’atu At Tasmyahfie Zamani Al Ghaibah qaf 26/alif.[123]    Hal. 133-134.[124]    2/95. Diantara yang ia katakan ,” Duaberhala Quraisy adalah Abu Bakar dan Umar……keduanya merampas  kekhilafahan setelah Rasulullah…”[125]    hal.9-10. Ia mengatakan seperti yangdikatakan Al Ha’iry.[126]    Qurratu Al Uyun , Al Kasyani hal.432-433.[127]    Muqadimah Al Burhan, Al Amily hal.133.[128]    Mereka mengakhiri do’a ini dengan ,” kemudiankatakanlah empat kali,”Ya Allah azablah mereka denganazab yang Ahli nerekasekalipun memohon selamat darinya….”[129]    Al I’tiqodat, Al Majlisi, Qaf 17.[130]    Ilzamu An Nashib, Al Ha’iry.2/9.[131]    Istilah yang dipakai Syi’ah yang bermaksudsalah satu dari dua Imam, Ja’far Ash Shadiq atau bapaknya Al Baqir.[132]    Disebut Imam Zamannya.[133]    Artinya: sampai pada Imam Zaman itu.[134]    Al Ushul min Al Kafi, Al Kulaini 2/389.[135]    Yang meriwyatkan As Shafar dan Al Kulainidengan sanad keduanya. Basha’iru Ad Darjat Al Kubra, As Shafar hal.510-513.ArRaudhah min Al Kafi, Al Kulaini hal. 347. Al Kharayij wa Al Jarayih, Ar Rawandihal.127.Mukhtasar Basha’iru Ad Darajat. Hasan Al halyhal. 12.Kurratu Al uyun,Al Kasyani hal.433.Al Burhan Al Bahrani 1/48,4/216. Mir’atu Al uqul – Syarh ArRaudhah-, Al Majlisi 4/347.Rajab Al Barsi ikut meriwayatkan dan menambahkan Utsman bin Affan. Masyariqu Al Anwar.RajabAl barsi hal.42.[136]    Mir’atu Al uqul – Syarh Ar Raudhah-, AlMajlisi4/347[137]    Lihat : Waq’atu As Sifin, Nasr bin Muzahimhal.102.Al Akhbar At tiwal Ad Dainury hal.1965.Syarh Nahju Al balaghah Ibnu AbiAl Hadid 11/92.Ad Darajah Ar Rafi’ah, Asy Syairazi hal.424.[138]    Al Haitsami berkata,” Diriwyatkan At Tabranidan sanadnya hasan. Majma’u Az Zawa’id, Al Haitsami 11/22.[139]    An Nibz : Gelar, dalam Ash Shihah karangan AlJauhary. Yang mereka maksud adalah menjuluki mereka dengan Ar Rafidhah ( Parapembangkang).

Page 61: sikap syi'ah terhadap sahabat

[140]    Fadha’ilu Ash Shahabah, Imam Ahmad 1/441.[141]    Kitab An Nahyu ‘An Sabbi Al Ahshab WaMawarada Fihim  minal Itsmi Wal Iqob.Qof.4/ba’-6/alif.[142]    Minhaju As sunnah An Nabawiyah 1/11-12.[143]    Shahih Al bukhari, kitab Fadha’ilu Ashabi AnNabi bab. Hadatsana Al humaidi dan Muhamad Bin Abdullah…[144]    Firaqu Asy Syi’ah, Naubakhty hal.44.[145]    Ibnu Taimiyah berkata dalam Minhaju AsSunnah 1/13-14 :”Abul Qasim Al Bakly menyebutkan riwayat ini dalam menyanggahibnu Rawandi…………….[146]    Dia adalah Al Ya’quby dalam tarikhnya 2/321.[147]    Tabaqat Ibnu Sa’ad 5/236.[148]    Ar Raudhah min Al Kafi. Al Kulaini hal.101.[149]    Al Intiqodhot Asy Syi’iyah,Hasyim AlHusaini hal. 497.[150]    Mir’atu Al Jinan, Al Ya’ifi hal.257.[151]    Al Ansab, Al Baladziri 3/241.[152]    Mir’atu Al jinan, Al Ya’ifi hal.257. MurujuAdz Dzahb, Al Mas’udi 3/220.. Raudhatu Al Jannat, Khawanisary 1/324.[153]    Al Jaza’iri, Al Ha’iri, dan Syibr –dariSyi’ah- meletakan nama Abu Bakar dan Umar sebagai ganti dari “ dau orang darijabarati Quraisy.dan menyandarkan perkataan ini pada As Shadiq saja. Al AnwarAn nu’aniyah, Al Jaza’iri 2/89. Ilzamu An Nasib, Al ha’iri 2/366-273.Haq Alyaqin, Syibr 2/10,25,28.[154]    Yang menukil darinya adalah Al Bahrani dalamAl Burhan 3/220.Lihat Al Iqadz minal Al huj’ah, Al Hurry Al Amily. Hl 256-342.Al Anwar An Nu’maniyah , AlJaza’iry 2/89.Ilzamu An Nasib, Al Ha’iry 1/81-82, 2/66-274-338. Haqqul yaqin,Syibr 2/10-25-28.[155]    As Shirat Al Mustaqim.[156]    Mukhtasar Basha’iru Ad Darajah hal.191.[157]    As Syi’ah wa Ar Raj’ah  hal.139.[158]    Al Burhan 3/220.[159]    An Anwar An Nu’maniyah 2/89.[160]    Ar Raj’ah hal 191.[161]    lzamu An Nasib, Al Ha’iry 1/81-82,2/66-274-338[162]    Haqqul yaqin, Syibr 2/10-25-28.[163]    Perlu diketahui , mereka ini termasuk Syi’ahMutaakhirin, setelah abad kesembilan Hijriyah sampai hari ini. Generasinyamenukil dari para pendahulunya dan sepakat atas suatu kebohongan. Hal ini wajarkarena  orang-orang tersebut menukilpendapat untuk menguatkan pendapat mereka. Sedangkan telah jelas bagimu wahaisaudaraku, pecinta Rasulullah shollalahu ‘alahi wasallam bahwa membenci sahabatapalagi mencela mereka termasuk kaidah Syi’ah dan aqidah dasar  mereka maka janganlah engkau tertipu dengankesepakatan mereka dalam menukil riwayat busuk ini yang kemudian merekanisbahkan pada Imam-Imam mereka. Padahal mereka sama sekali suci dari apa yangmereka nisbahkan, karena Syi’ah adalah kaum pembohong dan dien mereka adalahkedustaan.[164]    Ar Raudhah minal Kafi, Al Kulaini hal 277[165]    Mir’atu Al uqul –Syarh Ar Raudah, Al Majlisi4/277.[166]    Muqaddimah Al Burhan, A Amily hal.263-341[167].   Qurratu Al uyun, Al Kasyani hal.432-433[168].   Terdapat dalam Surat Al An’am 21-93, Surat Hudayat 18, Surat Al Ankabut ayat 68[169].   Az zubaidi menyebutkan dalam Luqatu Al Lali’Al mutanatsirah fie al hahadits Al mutawatirah hal261-282 bahwa sebanyak 99sahabat meriwayatkan hadits ini, diantaranya Amirul mukminin Ali bin AbiThalib. Ditakhrij oleh Bukhari da Muslim dan lainnya[170].   Ikmalu AD Dien, Ash Shaduq hal.246.Lihatmuqaddimah Al Burhan, Abi Hasan Al Amili hal 249[171].   Syir’atu At Tasmiyah fie Zamani AlGhaibah,Ad Damadi Al Husaini q 26/alif[172]    Seorang Sahabat yang wafat pada tahun + 100Hijriyah. Lihat Al Isti’ab Ibnu Abdil Bar 4/115-118. Al Ishabah, Ibnu Hajar4/113.

Page 62: sikap syi'ah terhadap sahabat

[173].   .Menurut Al Ahsa’i, Umar diganti dengan Ats Tsani hal. 130-133. Yang merekamaksud adalah Amirul mukminin Umar RA karena beliau adalah khalifah keduasetelah Ash shidiq.[174]    Dala’ilu Al imamah, Ibnu Rusum At Tabaryhal.257-258. Lihat huliyatu Al Abrar, Hasyim Al Bahrani 5/594-606.Ar raj’ah, AlAhsa’i hal 130-133.. Lihat juga Kitab-kitab An Nasiriyah  Al hidayah Al Kubra, Al husein bin Hamdan AlKhadiby hal 162-164 [175]    Su’du As Sa’ud, Ibnu Tawus 116. Lihatbuku-buku Nushairiyah : Al Laftu Asy Syarif riwayatu Al Mufdhil bin Umar AlJa’fi hal164. [176]    Al Iqadh min Al Huj’ah, Al Hurr Al Amilihal.286-288. Muqadimah Al Burhan, Abi Al Hasan Al Amili hal.361. Ilzamu AnNashib, Al Ha’iri 1/81-82.[177]    Ikmalu Ad Dien, As Shaduq 626.[178]    Tafsir Al Ayashi 2/57-58. Al Burhan, ALBahrani 2/81-83.. Biharu Al Anwar, AL Majlisi 13/188-189.[179]    Dala’ilu AL Imamah, Ibnu Rustum Ath Thabarihal.242. Ar Raj’ah, Ahmad Al ihsa’I hal. 128-129.[180]    Ikmalu Ad Dien, As Shaduq 392, Uyun AkhbarRidha miliknya 1/58.Hulyatu Al Abrar, Hasyim Al Bahrani 2/652-676. Biharu AlAnwar, AL Majlisi 25/379,53/1-38, Haqqu Al Yaqin miliknya – farisi- 526. AlAnwar An Nu’maniyah, Al Jaza’iri 2/85. Muqaddimah Al Burhan, AL Amili hal.360-362. Ar Raj’ah, Al Ihsa’I hal 182-200. Haqqu Al Yaqin 2/23. Ilzamu AnNashib, Al Ha’iri 2/262-337. Bayanu Ghaibah Hadhrata Imam Mau’ud, MuhammadKarala’I qaf 48/qaf55. Asy Syi’ah wa Ar Raj’ah, Thibsi hal. 139. Dawa’iru AlMa’arif As Syi’iyah, Muhammad Hasan Al A’lami 1/350-351.[181]    Di sandarkan kepada beliau oleh AL Mufdhilbin Syadzan fie Kitab Ar Raj’ah seperti disebutkan Al Majlisi dalam Biharu AlAnwar 52/386.[182]    Ikmalu Ad Dien, Ash shaduq, 361.I’lamu Alwara [183]    Mukhtasar Basha’iru Ad Darajah, Al Halyhal.172-177. Al Iqadz min Al Huj’ah, Al huri Al Amily hal.286.[184]    Sahih Al Bukhari 5/77. Sahih Muslim 4/1859.masing-masing dalam kitab Fadhoilu As sahabah bab Fadhlu Umar[185]    As Shirat Al Mustaqim, Al Bayadhi3/30.Ihqaqu Al Haq, At Tustury hal.306.[186]    idem[187]    Ar Raudhah min Al kafi, Al Kulaini hal277-279. Al Jumal, Al Mufid hal 62. At Taraf, Ibnu Tawus hal 417.[188]    Mir’atu Al Uqul Syarh Raudhah, Al Majlisi4/278-279.[189]    Ar Raudhah min Al Kafi, Al Kulaini hal 333.[190]    Sahih Muslim 4/1866-1867 kitab FadhoiluSahabah bab Min Fadholi Utsman bin ffan.[191]    Musnad Ahmad 1/61-62 kitab fadhoilu sahabahmiliknya 1/464-466,495,496,508. Tabaqat Ibnu Sa’ad 3/67. Tarikhul madinah,IbnuSyibh 2/358.[192]    Fadhoilu Sahabah, Imam Ahmad 1/468.[193]    Idem hal.1/474. Disahihkan oleh pentahqiq.[194]    Disebutkan oleh Al Muhib At Tabari danberkata,” ditakhrij oleh pemilik Aswah wal Mala’i wal Fadhoili, Ar Riyadh Annadhrah 2/44.[195]    Al Anwar An Nu’mainyah 1/81[196]    Nufhatu Al Lahut, Al Kurky. q 57/alif.[197]    Al Mishbah, Al Kaf’amy hal.37. Ilmu Al Yakin,Al Kasyani 2/768. Al Fushul Al Muhimah, Al Hurr Al Amily hal.170. Mafatihu AlJinan, Abbas Al Qummy hal.212.[198]    Sahih Al Bukhary 4/64 kitab Al Washaya bab“Idza waqafa ardhan”.[199]    Sahih Al Bukhary 5/85. Kitab fadhailu Sahabahbab Manaqibu Utsman Bin Affan RA[200]    Adz Dzari’ah At Thahirah , Al Jaulaby  hal 59.[201]    Tabaqat Ibnu Sa’ad 3/56.[202]    Sahih Al Bukhari 3/213 kitab Al Jana’iz. Babma ja’a fie qabri utsman.[203]    Al Furu’ minal Kafi – tha’ Hajariyah- 2/222.Haqqul yaqin, Abdullah Sybr.2/83.[204]    Ash Shirat Al Mustaqim.3/34.[205]    Dinukil Al Bahrani dalam Al Burhan 3/354. Adabeberapa riwayat lain yang menyebutkan secara sharih bahwa yang dimaksud AtTsalits adalah Utsman. Mereka

Page 63: sikap syi'ah terhadap sahabat

menyematkan gelar ini karena Utsman adalah orangketiga yang merampas kekhalifahan. Tafsir Al Qummi –tha’ Hajariyah- hal.266.tha’ haditsah, 2/107. Tafsir Ash Shafi, Al Kasyani 2/173.,820. Al Burhan, AlBahrani 3/133, 140-141,4/463-464.[206]    Sirah Al A’imah Al Itsna Asyriyah, HasyimAl Husaini 1/67.[207]    Ditakhrij Ahmad dengan sanad shaih dan IbnuMajah juga selainya, Sunan Ibnu Majah 1/55, Al Muqaddimah, bab fadhoilu Shabah,Musnad Ahmad 1/74. 3/184,281. Fadhoilu Shabah 1/49.4.[208]    Sahih Muslim 4/1867-1866 kitab fadhoilusahabah bab fadhoilu Utsman bin ffan RA.[209]    Sahh Muslim 1/64 Kitabul Ima bab bayanu‘adadi syu’abil iman.[210]    Sahih Al Bukhari 8/53 kitab Al Adab bab AlHaya’[211]    idem[212]    Jami’u At Tirmidzi Belaiu menghasankan84/364. Kitab Al birr.[213]    Sahih Al Bukhari 8/53 kitab Al Adab bab AlHaya’[214]    Muhaqqiq Kitab Fadhoilu sahabah sanad duariwayat dari Imam Ahmad. Fadhoiluu sahabah 1/510,514. Al Mustadrak, Al Hakim4/48. Adz Dzuriyah Ath Thohirah An Nabawiyah, Ad Daulabi hal 55-56.[215]    Adz Dzuriyah Ath Thohirah An Nabawiyah, AdDaulabi hal 51.[216]    I’lamul Wara, Al Fadhl Bin Al Hasan AtTabrisi hal 148.[217]    A Mishbah al Kaf’ami 37. Miftahul Jinan, AbasAl Qummi 212.[218]    Al Haitsami berkata,” Diriwayatkan AthTabrani dalam hadits yang panjang dalam sanadnya terdapat Abdurrahman diaseorang yang (layyin) lemah dan sisanya tsiqat ( terpercaya) beliau menyebutkanhadits lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,” Aku tidakmenikahkan Ummu Kultsum dengan Utsman kecuali karena wahyu dari langit”. AlHaitsami berkata, “ sanadnya hasan didahului beberapa syawahid ( haditspenguat). Mujma’u Az Zawa’id. Al Haitsami 1/367.[219] ADDhu’afa, Al Uqaili 4/458. Al Kamil Ibnu ‘Adi 7/2629.  Lihat Mizanul I’tidal, Adz Dzahabi 4/479.[220]    Al Anwar An Nu’maniyah, Al Jaza’iri, 1/367..[221]    Sahih Al bukhari – Ta’ As Slafiyah- 3/28.Kitab Fadhoilu sahabah bab dzikru Usamah bin Zaid.[222]    Bashairu Darajah Al Kubra, As Shafarhal41-42..Ma’ani Al Akhbar, ash Shaduq hal188-189. Al Amali hal.4. TafsirFurrat Al Kufi hal 161-162.[223]    Al Mizan fie Tafsieril Qur’an. AthThobathoba’i 3/73.[224]    Jami’ul Bayan, Ath Thabari 30/198-199.Tafsir Ibnu Katsier 4/512-513. Fathu AL Qadir, Asy Syaukani 5/443-444.[225]    Hadits ini diriwayatkan sekian sahabatdiantaya Said bin Zaid,haditsnya ditakhrij Abu Daud dan At Tirmidzi beliauberkata : hasan sahih. Ditakhrij pula oleh Ahmad dan disahihkan Ahmad Syakir,Sunan Abu Daud 5/37/40. Kitab as sunnah dan Jami’u At Tirmidzi 5/651. Kitab AlManaqib.[226]    Kifayatul Atsar, Al Khazaz hal115. AlIqtishad , At Tusi hal.364.[227]    Ditakhrij Al Hakim dalam Mustadraknya3/364.Beliau berkata,” Sanadnya Sahaih”.[228]    Fadhoilu Sahabah, Imam Ahmad2/735,  Al Isti’ab, Ibnu Adil Barr 1/581. AlMustadrak , Al Hakim 3/360-361. Daru As Shabah, Asy Syaukanihal.241. [229]    Sunan At Tirmidzi 5/646.kitab Al Manaqibbabmanaqibu Az Zubair beliau berkata hadits hasan sahih. Fadhoilu sahaba, ImamAhmad2/737-738. Tabaqat Ibnu Sa’ad 105-106. Al Mu’jamu Al Kabir, At Tabrani1/78. Al Mustadrak, Al Hakim 3/367. Beliau berkata “ sahaih disepakati AdzDzahabi.[230]    Sahih Al Bukhari 5/94. Kitab fadhoilu sahabahbab dzikru Talhah.[231]    Jami’u Tirmidzi 5/643-644 kitab manaqib babManaqibu Talhah. Tirmidzi berkata hadits hasan Sahih gharib. AL Mustadrak, AlHakim3/374. Musnad Ahmad 1/165. Fadhoilu sahabah 2/744. Tabaqat Ibnu Sa’ad3/218.[232]    AR Riyadh An Nadharah, Al Muhib At Tabari2/252.[233]    Asy Syafi lil Imamah, Al Mutadho hal.287.Talkhis Asy Syafi, At Tusi hal 462.[234]    Al Jumal, Al Mufid hal 225.[235] Fiedzilali At Tasyayu,’, Muhammad Ali Al Hasani hal.112-113.

Page 64: sikap syi'ah terhadap sahabat

[236]Ihqaqu Al Haq, At Tustury hal 297.[237]    Sahih Muslim 4/1880 kitab Al Fadhoil bab MinFadhoilu Talhah.[238]    Istilah yang dipakai untuk wanita yangmelacurkan dirinya di zaman Jahiliyah.[239]    Mizanul I’tidal, Adz Dzahabi 4/304. Diwanu AdDhu’afa’ hal 419.[240]    Sahih Muslim 4/1876 Kitab Al Fadhoil babSa’ad.[241]    Sahih Muslim 4/1876 Kitab Al Fadhoil babSa’ad.[242]    Sunan At Tirmidzi 5/6496.kitab Al Manaqibbabmanaqibu Az Zubair beliau berkata hadits hasan sahih. Fadhoilu sahaba, ImamAhmad2/751. Tabaqat Ibnu Sa’ad 105-106. Al Mu’jamu Al Kabir, At Tabrani 1/78.Al Mustadrak, Al Hakim 3/498. Disahihkan beliau dan  disepakati Adz Dzahabi.[243]    Sunan At Tirmidzi 5/649.[244]    Sahih Muslim 4/1875 Kitab Al Fadhoil babSa’ad.[245]    Sahih Muslim 4/1878 Kitab Al Fadhoil babSa’ad.[246]    Muqaddimah Al Burhan , Abi Al Hasan AlAmili hal 280.[247]    As Saqifah, Sulaim bin Qais hal 211. Al jumalAl Mufid hal 45-46. Al Amali, At Tusi 2/327.[248]    idem[249]    Al Kasyani berkata tentang dia ,” dia orangdiistimewakan Amirul Mukminin Ali RA”. Ikhtiyaru Ma’rifati Ar Rijal, At Tusihal.5,98,103.[250]    Al Amali, As Saduq hal. 133.[251]    Ihqaqu Al Haq, At Tusturi 205.[252]    Al Khishal, Ash Shaduq 2/361-362. HaqqulYaqin, Abdullah Sybr 2/169.[253]    Ilmul Yaqin, Al Kasyani  2/732.[254]    Hadits sepuluhorang yang dijanjikan Jannahseperti yang telah kami sebutkan.[255]    Ikmalu AD Dien, Ash Shaduq hal 243.[256]    idem[257]    Sahih Al Bukhari 5/100Kitab Al Manaqib BabManaqibu Abu Ubaidah. Sahih Muslim 4/1881 kitab Al Fadhoil    Bab Fadhoilu Abu Ubaidah [258]    Perhtikanlah lafal hadits ini sama sekalibertentangan dengan lafal aslinya” dan orang kepercayaan umat ini wahai umatkuadalah Abu Ubaidah Bi Al Jarrah”.[259]Lihat As Shirat Al Mustaqim, Al bayadhi 1/296,3/154. Ilmu Al Yaqin, Al Kasyani2/658. Tafsir Ash Shafinya 2/570. Al Burhan, Al Bahrani 4/187. As Sawarim AlMuhriqah, At Tustury hal 77-78. Al Anwar An Nu’maniyah, Al Jaza’iri 4/340-343Ad Darajat Ar Rafi’ah Asy Syairazi 302-303.[260] AlKasykul, Haidar Al Amali hal 160.[261] AsSaqifah, Sulaim Bi Qais hal76.[262]Sirah Al Aimah Al Itsna Asyriyah, Hasyim Al Huseini hal 281.Lihat orientaliLamens yang dinukil oleh Hasyim l huseini –seorang Syi’ah muashir-  yang berjudul “ Al hukkam Ats Tsalatsah: AbuBakar, Umar bin Al Khattab dan Abu Ubaidah Bin Al Jarrah”, Munawi’at KuliyahAsy Syarqiyah 4/1910.[263]Sahih muslim 4/188 kitab Al Fadhoil bab Fadhoilu Abu Ubaidah.[264]Sahih Bukhari 5/100 kitab Al manaqib bab manaqibu abu Ubaidah. Sahih muslim4/188 kitab Al Fadhoil bab Fadhoilu Abu Ubaidah.[265]Idem. Lihat Ar Riyadh An Nadhrah fie manaqibi Al Asyrah, Al Muhib At Tabari2/374.[266]Fadhoilu Sahabah Imam Ahmad2/742-743. Musnad Ahmad 1/18. Al Mustadrak, Al Hakim3/268.[267]idem[268]Shahihul Bukhary 5/107 kitab Fadlailush Shahabah bab Fadlailu ‘Aisyah[269]Shahihul Bukhary 5/107 kitab Fadlailush Shahabah bab Fadlailu ‘Aisyah[270]Suatu ungkapan bahwa kepala beliau ‘alaihis salam bersandar pada dadanya[271]Shahihul Bukhary 6/31-36 kitabul Maghazy bab Ma Ja’a fi Wafatin Nabi Shallalahu'alaihi wasallam, sebagian orang Syi’ah menyatakan bahwa keringat beliauShallalahu 'alaihi wasallam bercampur dengan keringatnya sebelum beliau wafat,al-‘Asy’ats menyandarkan tulisannya di dalam kitabnya dengan al-Husain bin’ AliRadliyallahu 'anhuma bahwa Abu Dzar Radliyallahu 'anhu mengabarkan bahwaRasulullah Shallalahu 'alaihi wasallam sebelum

Page 65: sikap syi'ah terhadap sahabat

wafat meminta siwak danmemberikanya kepada Aisyah seraya berkata,” Lunakkanlah dengan air liurmu,”Lalu Aisyahpun menggigit kayu siwak dan memerikannya pada Rasul Saw danbeliaupun bersiwak dengannya, beliau berkata,” Air liurku dengan liurmu wahaiHumaira’”. Kemudian beliau menggerak-gerakkan bibiya seperti mengatakansesuatu dan meninggaldunia”. Al Isti’ats212. Ini menunjukkan kecintaan beliau kepada Aisyah, mulai dari keinginanbeliau tinggal dirumah Aisyah yang kemudian dirawat dan dimuliakan olehnya RAsampai ketika beliau meninggal ludah beliau bercampur dengan ludah Aisyah danbeliau ridha terhadapnya.[272]Shahihul Bukhary 5/68 kitab al-Fadlail bab Fadlailu Abu Bakr[273]Tafsirul ‘Iyasyi 2/269, al-Burhan karya al-Bahrany 2/383 dan Biharul Anwarkarya al-Majlisy 7/454[274]Tafsir Ibnu Katsir 2/583-584, Fathul Qadir karya asy-Syaukany 3/190 dan RuhulMa’any karya al-Alusy 14/221-222[275]Tafsirul ‘Iyasyi 2/243, al-Burhan karya al-Bahrany 2/345 dan Biharul Anwarkarya al-Majlisy 7/378, 8/220[276]Biharul Anwar karya al-Majlisy 4/378, 8/220[277]ash-Shiratul Mustaqim karya al-Baidlawy 3/131[278]idem[279]al-Khishalu karya ash-Shuduq 1/190[280]al-Ushulu minal Kafii karya al-Kaliby 1/247[281]As-Samthu as-Tsamin fi Manaqibi Ummahatil Mukminin karya al-Muhibbu ath-Thabaryhal. 30[282] Jami’utTurmudzy 5/707 kitabul Manaqib bab Fadllu ‘Aisyah Radliyallahu 'anha, beliauberkata, “Hadits ini Hasan”.[283]Shahihul Bukhary 5/68 kitab al-Fadlail bab Fadlailu Abu Bakr[284]HR.al-Bukhary 6/340 kitabul Anbiya’ bab firman Allah QS. Ali ‘Imraan (3): 42[285]Musnad Ahmad 6/138, Fadlailush Shahabah karya beliau juga 2/871, Thabaqat IbnuSa’ad 8/65, dan as-Samthu ats-Tsamin karya al-Muhibbu ath-Thabary hal. 29[286]Tarikhut Thabary 5/255[287] AlQummy bukanlah yang pertama kali mengatakan ini, ia telah didahului Al Kulaini–Syaikhul Islam orang Syi’ah- dan dinisbahkan pada Abu Ja’far , lihat al-Burhankarya al-Bahry 4/35         7-358[288]Menurut al-Qummy fulanah adalah ‘Aisyah, ini adalah taqiyah, akan tetapi yanglain menyebut namanya dengan jelas sehingga terungkaplah apa maksud taqiyahini.[289]Pada tulisan yang lain bahwa fulan adalah Thalhah, inipun termasuk taqiyah [290]Pada tulisan yang lain maksud fulan adalah Thalhah[291]Tafsir al-Qummy cet. Hijriyah (lama) hal. 341 cet. Haditsah (baru) 2/358,al-Burhan karya al-bahrany 4/358, Tafsir ‘Abdullah Syibr hal. 338. dan telahbeliau menjelaskan sebagaimana dalam matannya.[292]Tafsir al-Qummy cet Hijriyah (lama) hal 290 cet. Haditsah (baru) 5/195-196,Mu’tamar Ulama’ Baghdad karya Muqatil bin ‘Athiyah hal. 38, asy-Syafi karyaal-Murtadla hal. 258, ath-Tharaif karya Ibnu Thawus hal. 492-493, as-Shirath AlMustaqim karya Al-Bayadly 3/23-35, Manarul Huda karya ‘Aliyil Bahrany hal. 452,Nuhfatul Lahut karya al-Kurky Q 36/B, Tafsir ash-Shafy karya al-Kasyany 2/363,al-Burhan karya al-Bahrany 3/333-334, Ihqaqul Haq karya at-Tastury hal.260-261, Fashlul Khithab karya an-Nury at-Thabrasy hal. 58, ‘Aqaidul; Imamiyahkarya az-Zanjany 3/56, Siratu Al Aimmatuh al Itsna ‘Asyara karya Hasyimal-Husainy 1/381, dan asy-Syi’ah wal Hakimun karya Muhammad Jawad Mughniyahhal. 36[293]Ath-Thara’if karya Ibnu Thawus hal. 492-493, Nuhfatul Lahut karya al-Karky Q36/B dan Fashlul Khithab karya an-Nury at-Thabrasy hal. 58[294]Masyariq Anwaril Yaqin karya Rajab al-Barsy hal. 86[295]Ihtijajuth Thabrasy hal. 82[296]Jami’ul Bayan karya ath-Thabary 28/169-, Tafsir Ibnu Katsir 4/393, dan FathulQadir karya asy-Syaukany 5/255-256[297]Ash-Shirathil Mustaqim karya al-Bayadli 3/165-166 dan Tafsir ash-Shafy karyaal-Kasyany  2/702

Page 66: sikap syi'ah terhadap sahabat

[298]Jami’ul Bayan karya ath-Thabary 28/169-, Tafsir Ibnu Katsir 4/393, dan FathulQadir karya asy-Syaukany 5/255-256, dan lain sebagainya dari kitab Tafsir karyaUlama’ Sunny, seluruhnya menyepakati hal itu[299] Al-Ikhtishah karya al-Mufid hal. 119, Syarh Nahjul Balaghah karya Ibnu Abil Hadid2/167-170, 4/480, 482-483 dan Ahaditsu Ummil Mukminin ‘Aisyah karya Murtadlaal-Askary 1/227, 268 dan 269[300]Ibnu Taimiyah menukil darinya dalam kitab ash-Sharimul Maslul karya Imam IbnuTaimiyah hal. 571[301]Yaitu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wasallam[302]Disebutkan oleh Imam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya ash-Sharimul Maslul hal.566-567[303]Disebutkan oleh Imam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya ash-Sharimul Maslul hal. 566[304]Ash-Sharimul Maslul hal. 568.[305]Ash-Shawa’iq al-Muhriqah karya Ibnu Hajar al-Haitsamy hal. 101[306]Risalah fi Ar Raddi ‘ala Ar Rafidlah karya Muhammad at-Tamimy hal. 24-25[307]Idem[308]idem[309]Nufhatul Lahut fi Lahnil Jabat wath Thaghut karya al-Karky Q 74/B dan ‘AinulHayah karya al-Majlisy hal. 599[310] AsShuduq menempatkan “al-Autsan” pada kalimat “al-Ashnam”[311]            Zadul Mulaqqab bish Shuduq: dankami sangat yakin bahwa mereka adalah musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya[312]al-Hidayah karya ash-Shuduq Q 110/A dan Haqqul Yaqin karya al-Majlisy hal. 59[313] AlKasyany menambahkan, “Yaitu dua orang wanita yang Allah laknat beserta keduaorang tua mereka“, Tafsir ash-Shafy 1/305[314]Tafsir  Al Ayashi 1/200. Tafsir As Shafi,Al Kasyani 1/305. Al burhan , Al Bahrani 1/320. Biharu Al Anwar, Al Majlisi6/504.8/6[315].Hayatul Qulub karya al-Majlisy 2/700 Tafsir Al Ayashi 1/200. Tafsir As Shafi, Al Kasyani 1/305. Al burhan , AlBahrani 1/320. Biharu Al Anwar, Al Majlisi 6/504.8/6[316]Tafsir al-Qammy cet. Hijriyah (lama) hal. 340 cet. Haditsah (baru) 2/375-376,ash-Shirathal Mustaqim karya al-Bayadli 3/168-169, Syarh Nahjul Balaghah karyaIbnu Abi Hadid 2/457, Ihqaqul Haq karya at-Tastury hal. 308, Tafsir ash-Shafykarya al-Kasyany 2/716-717, al-Burhan karya al-Bahrany 1/320, 4/352-353, danal-Anwar an-Ni’maniyah karya al-Jazairy 4/336-337[317] HR.al-Hakim dalam al-Mustadrak 4/6, beliau berkata, “Hadits ini Shahih dengansyarat al-Bukhary dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya dan hal inidisepakati oleh adza-Dzahaby. Lihat juga Tarikh Thabary 5/225[318] HR.Ibnu Sa’ad, al-Bazzar dan ath-Thabary dalam kitab al-Ausath dan al-Kabir,al-Hakim juga menshahihkannya –namun Ibnu ‘Asakir menghasankannya dalamal-Arba’in- hal ini juga disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr, al-Muhibbu,ath-Thabary, Ibnu Hajar dan lain sebagainya. Lihat pula Thabaqat Ibnu Sa’ad8/84, al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Barr 4/269, Hilyatul Auliya’ karya Abu Na’im2/50, al-Mustadrak karya al-Hakim 4/15, al-Arba’in fi Manaqibi Ummahatil Mukmininkarya Ibnu ‘Asakir hal. 91, as-Samthu ats-Tsamin fi Manaqibi Ummahatil Mukmininkarya al-Muhibbu ath-Thabary hal. 68, Majma’ az-Zawaid karya al-Haitsamy 9/244,Durrus Sahabah karya asy-Syaukany hal. 323 dan lain sebagainya.  [319] Minhajul Karamah, AL Hali hal 116.[320]Minhajul Karamah, AL Hali hal 114 Ihqaqu Al Haq, At Tastari, hal226. Aqaid  Syi’ah Iamamiyah Al Itsna Asyriyah, AzZanjani 3/61.[321]Nufhatu Al Nufhatu Al Lahut, Al Kurky., Al Kurki, qaf 14/ba’-1526/alif.[322] FieDzilali At Tasyayu’, Muhammad Ali Al Hasani hal 286.[323]Muqaddimah Mir’atu Al Uqul, Murtadha Al Askari 1/38.[324] AsSirat Al Mustaqim, Al Bayadhi 3/50[325]Minhajul Karamah, AL Hali hal 116.[326]Tanqihul Maqal, Mamaqani 3/222.[327]Syarh Nahju Al Balaghah, ibnu Abi Al Hadid 20/15.[328] AsySyafie, Al Murtadha hl287. Talkhis Asy Syafie, At Tusi hal 462.

Page 67: sikap syi'ah terhadap sahabat

[329] AlIdhah lil fasl baina syadzani hal 43. Al Khisal, Ash Shaduq 2/457-460. AlMalahim, Ibnu Tawus hal 90. Sa’du Sa’ud, Ibnu Tawus, hal 133. As Sirat Al Mustaqim,Al Bayadhi 3/50. Al Kasykul, Haidar Al amali hal 200.Tafsir Ash Shafi, AlKasyani 2/740. Muqaddimah Al Burhan, Abu Hasan Al Amamli hal 263-341. UshuluSyi’ah wa ushuluha, Kasyif Al Ghitha’ hal 45-47.[330] AlMishbah, Al Kaf’ami hal552. Sy Syi’ah wal Hakimun, Muhammad Jawwad Mughniyahhal 39. Abu Thalib Mu;minu Quraisy, Al Khinziri hal 51.[331] AlJumal, A Mufid hal 49. Minhajul Karamah, AL Hali hal 116. Minhajul Karamah, ALHali hal 116. Asy Syi’ah wal Mizan, Mughniyah hal 255.