· web viewpada zamna ini keadaan bumi belum setabil dan masih panas. kulit bumi dalam proses...
TRANSCRIPT
ZAMAN PRA AKSARA
Zaman pra aksara adalah zaman sebelum mengenal tulisan. Zaman pra aksara dibagi menjadi
dua yaitu Zaman batu dan zaman Logam. Sebelum masuk ke dalam dua zaman tersebut kita akan
membahas proses terbentuknya bumi terlebih dahulu berdasarkan zaman Geologi
A. Pembagian zaman berdasarkan Geologi
1. Zaman Arkaikum
Zaman ini merupakan zaman tertua yang diperkirakan beruasia 2500 juta tahun. Pada zamna ini
keadaan bumi belum setabil dan masih panas. Kulit bumi dalam proses pembentukan dan pada
zaman ini belum ada tanda-tanda kehidupan.
2. Zaman PaleozoikumZaman ini diperkirakan berusia 340 juta tahun. Keadaan bumi belum setabil masih berubah-ubah.
Zaman ini juga disebut zaman primer karena mulai ada tanda-tanda kehidupan.
Beberapa kejadian penting yang terjadi dalam kurun waktu tersebut adalah tiga kepunahan masa
utama. Kepunahan adalah total hilangnya seluruh anggota spesies atau kelompok takson yang
lebih tinggi. Kepunahan massa adalah kepunahan dalam jumlah besar yang di alami spesies
atau kolompok takson lebih tinggi yang tejadi dalam kurun waktu hanya beberapa juta tahun.
3. Zaman Mesozaikum Disebut juga disebut zaman sekunder yang diperkirakan berusia 140 juta tahun. Saat itu, mulai
muncul pohon-pohon besar dan hewan-hewan besar, seperti: Dinosaurus, Atlantasaurus,
Tyrannosaurus serta jenis burung-burung besar. Zaman ini berlangsung kurang lebih 140 juta
tahun. Iklim semakin membaik, curah hujan mulai berkurang. Sungai-sungai besar dan danau
banyak yang mengering dan berlumpur. Zaman ini disebut zaman reptil karena didominasi
perkembangan jenis reptil.
Zaman ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
Trias : Pada masa ini terdapat kehidupan ikan, amphibi, dan reptil.
Jura : Pada masa ini terdapat kehidupan reptil dan sebangsa katak
Calcium : Pada masa ini terdapat burung-burung pertama dan tumbuhan.
1
4. Zaman Neozoikum Zaman ini diperkirakan berusia sekitar 65 juta-55 juta tahun. Keadaan bumi semakin membaik,
perubahan cuaca tidak begitu besar sehingga kondisinya lebih setabil dan kehidupan
berkembang dengan pesat.
Zaman ini dibedakan atas dua zaman, yaitu:
4.1 ZAMAN TERSIER
Zaman ini ditandai berkurangnya jenis-jenis binatang besar dan telah hidup jenis-jenis binatang
menyusui, yaitu kera dan monyet. Selanjutnya mulai berkembang jenis kera manusia.
4.2 ZAMAN KWARTER
Zaman ini merupakan mesa terpenting dalam kehidupan sebab mulai muncul kehidupan
manusia purba.
Zaman terdiri atas dua bagian, yaitu:
1. Kala Pleistocen (Zaman Dilluvium)
Masa ini berlangsung kira-kira 3.000.000 tahun-10.000 tahun yang lalu. Keadaan alam pada
masa ini masih liar dan labil karena silih bergantinya dua zaman, yaitu Zaman Glasial dan Zaman
Interglasial.
a. Zaman Glasial
adalah zaman meluasnya lapisan es di Kutub Utara sehingga Eropa dan Amerika bagian utara
tertutup es. Sedangkan daerah yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat selama bertahun-tahun.
Permukaan air laut turun disertai dengan naiknya permukaan bumi diberbagai tempat.
b. Zaman Interglasial
adalah zaman diantara dua zaman es. Temperatur naik hingga lapisan es di kutub utara mencair,
akibatnya permukaan air laut naik dan terjadi berbagai banjir besar di berbagai tempat. Hal inI
menyebabkan banyak daratan terpisah oleh laut dan selat.
2. Kala Holocen (Zaman Alluvium)
Dimulai sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada awal kala Holosen, sebagian besar es di kutub utara
sudah lenyap, sehingga permukaan air laut naik lagi. Tanah-tanah rendah di daerah Paparan
Sunda dan Paparan Sahul tergenang air dan menjadi laut transgresi. Dengan demikian
muncullah pulau-pulau di nusantara. Pada masa ini hidup manusia yang disebut Homo Sapiens
(Manusia Cerdas). Pada masa ini juga mulai muncul nenek moyang kitasekarang ini dan mulailah
terjadi perkembangan kebudayaan manusia yang pesat.
2
B.PEMBAGIAN ZAMAN BATU
Zaman batu adalah suatu periode ketika peralatan manusia secara dominan terbut dari
batu walaupun ada pula alat-alat penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu ataupun
bambu. Namun alat-alat yang terbuat dari kayu atau tulang tersebut tidak meninggalkan bekas
sama sekali. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut tidak tahan lama. Dalam zaman ini
alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar (sederhana) karena hanya sekadar memenuhi
kebutuhan hidup saja. Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang
lalu, yaitu selama masa pleistosen (diluvium). Pada zaman paleolithikum ini, alat-alat yang
mereka hasilkan masih sangat kasar.
A.ZAMAN PALEOLITIKUM
Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia
masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata
pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia
pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus
Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai
Bengawan Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada
tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan.
Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan dengan cara masih sangat kasar.
Para ahli menyebut alat pada zaman Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di
Lapisan Trinil. Selain di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo
dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Selatan)
CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM
3
1. Jenis Manusia
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba, jenis manusia purba hidup pada zaman
Paleolitikum adalah Pithecanthropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus
paleojavanicus, dan Homo Soliensis. Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.
2. Kebudayaan
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat
dikelompokan menjadi kebudayaan pacitan dan kebudayaan ngandong.
a. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan.
Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan
sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak
penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah),
Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)
b. Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan
ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan
alat sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak
ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon.
Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan
tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)
Zaman Paleolithikum ditandai dengan kebudayan manusia yang masih sangat sederhana.
Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman Paleolithikum, yakni:
1. Hidup berpindah-pindah (Nomaden)
2. Berburu (Food Gathering)
3. Peralata masih kasar
4. Hidup berkelompok
3.Peralatan Zaman Paleolitikum
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-
alat tersebut adalah:
1. Kapak Genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat
penetak/pemotong). Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan
kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai
menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam. Kapak genggam
berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.
2. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia
kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa
Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat
4
ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von
Koenigswald disebut kebudayan pacitan
3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari
tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat
penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan
keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap
ikan
4. Flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk
mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari
tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
B. ZAMAN MESOLITHIKUM
Zaman Mesolitikum disebut juga zaman batu tengah atau zaman peralihan. Pada zaman ini
perkembangan kebudayaan manusia purba semakin pesat. Adapun cirinya sebagai berikut :
Peralatan mulai dihaluskan
Tempa tinggal mulai menetap di Gua
Sudah mengenal api
Sudah mengenal kesenian melukis di dinding Goa
Berburu dan meramu
Sudah mengenal pembagian kerja
Membuat baju dari bulu Binatang buruan
Mengenal Matrilinealisme
Membuat perhiasan dari kulit kerang dan batu
Peninggalan zaman Mesolitikum
a. Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur
dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur.
Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput
yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau menjadi fosil. Kjokkenmoddinger
ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas
penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah
menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang
tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper
(kapak genggam Palaeolithikum).
b. Pebble (kapak genggam Sumatera = Sumateralith)
5
Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan
hasilnya menemukan kapak genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang
tersebut dinamakan dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi
penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu
kali yang dipecah-pecah.
c. Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi
bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
d. Pipisan
Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu
penggiling beserta landasannya). Batu pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan
juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah.
Cat merah diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.
C. ZAMAN NEOLITHIKUM
Zaman neolitikum disebut juga zaman batu muda. Pada zaman ini gelombang protomelayu
masuk ke Nusantara melalui yunan dn membawa kebudayaan bercocok tanam.
Adapun ciri dari zaman ini adalah :
Peralatan sudah di haluskan
Tinggal menetap dirumah panggung
Sudah bercocok tanam
Mengenal sistem barter
Food production
Hidup berkelompok
Pada zaman neolithikum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
1. Pahat Segi Panjang
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan,
daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya sebagian
besar dari Indonesia, kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
2. Kapak Persegi
Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia.
Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya
yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam
berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan
beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut
dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu
sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu
api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan
6
sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan
di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
3. Kapak Lonjong
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman.
Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip
menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu
bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan
yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak
persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti,
Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan
Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan
sebutan Neolithikum Papua.
4.Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan
pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah
kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai
sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat.
Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi
neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan
yaitu di Minahasa.
5. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)
Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari batu
indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya.
Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi
(pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya
seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga
batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.
6. Pakaian dari kulit kayu
Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang sederhana
yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini merupakan pekerjaan kaum
perempuan. Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai larangan atau pantangan yang harus
di taati. Sebagai contoh di Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya
ditemukan alat pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman
neolithikum sudah berpakaian.
7
7. Tembikar (Periuk belanga)
Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau periuk
belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di Sumatra, tetapi yang
ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan yang sangat kecil. Walaupun bentuknya hanya
berupa pecahan-pecahan kecil tetapi sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba
banyak ditemukan periuk belanga yang ternyata berisi tulang belulang manusia
Pada zaman neolitikum dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang
sangat besar dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya
peradaban penghidupan food-gathering menjadi foodproducing. Pada saat orang sudah mengenal
bercocok tanam dan berternak. Pertanian yang mereka selenggarakan mula-mula bersifat primitif
dan hanya dilakukan di tanah-tanah kering saja. Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di
kelupak kulitnya dan kemudian dibakar. Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam
itu untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan
pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-
dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat
daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua
belah mukanya.
D. ZAMAN MEGALITIKUM
1.PENGERTIAN MEGALITIKUM
Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman
Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat
membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini
berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah
mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu
kepercayaan terhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia
sudah mulai meningkat. Pada zaman ini hidup manusia purba juga sudah dipimpin oleh kepala
suku ( Primus Interparest)
2.KEBUDAYAAN MEGALITIKUM
Peninggalan kebudayaan megalithikum ternyata masih dapat Anda lihat sampai sekarang, karena
pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan kebudayaan megalithikum
tersebut. Contohnya seperti suku Nias.
Adapun beberapa hasil-hasil kebudayaan pada zaman megalitikum adalah sebagai berikut:
Punden berundak : terbuat dari batu untuk meletakan sesaji
dolmen : meja batu yang digunakan untuk meletakan sesaji
waruga : kubur batu yang berbentuk kubus
8
kubur batu : tempat menyimpan mayat
Sarkofagus : kubur batu yang berbentuk lesung
1. Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara
menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang
berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-
undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan),
Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir,
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu
bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang.
Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi
Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-
gambar berikut ini.
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu
bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang.
Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu sebagai
punden berundak-undak
2. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan
fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya
adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.
3.Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk
pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut
tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup
rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut
dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat,
Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT.
4. Waruga
Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum.
Didalam peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa
tulang- tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak,
manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan
didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu
juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal.
9
Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai
bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.
5.Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari
lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan
alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu. Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari
Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam
kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan
besi serta manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui
persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat
menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya zaman batu
10