uji efektivitas sinbiotik secara in vitro terhadap ...repository.ub.ac.id/5154/1/zaenal...
TRANSCRIPT
UJI EFEKTIVITAS SINBIOTIK SECARA
IN-VITRO TERHADAP PERKEMBANGAN
BAKTERI NON PATOGEN DAN DAYA
HAMBAT BAKTERI PATOGEN
SKRIPSI
Oleh :
Zaenal Abidin
NIM. 135050100111188
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
MINAT NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
UJI EFEKTIVITAS SINBIOTIK SECARA
IN-VITRO TERHADAP PERKEMBANGAN
BAKTERI NON PATOGEN DAN DAYA
HAMBAT BAKTERI PATOGEN
SKRIPSI
Oleh :
Zaenal Abidin
NIM. 135050100111188
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
MINAT NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Ponorogo pada tanggal 20 Januari
1995 sebagai putra kedua Bapak Muhadi Anwar dan Ibu
Siti Fadilah. Tahun 2004 penulis lulus pendidikan tingkat
dasar di SD negeri Ngunut Babadan Ponorogo, 2010 lulus
SMP Negeri 6 Ponorogo dan tahun 2013 lulus pendidikan
menengah atas di SMK Al-Inabah Ponorogo. Penulis
lolos ujian masuk perguruan tinggi melalui jalur SBM
PTN tahun 2013 dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
Pada bulan Mei tahun 2016 Penulis mengikuti
sebuah event kompetis di Kuala Lumpur Malaysia dalam
event Internasional AYIE (Asian Young Inventor
Exhibition) dan mendapatkan predikat gold medal dan 2
penghargaan dari dua negara Jepang dan Iran. Selanjutnya
pada bulan September 2016 penulis terpilih menjadi
Kontingen PIMNAS 29 di Institut Pertanian Bogor tahun
2016 melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
bidang Kewirausahaan dengan perolehan medali
perunggu pada kategori poster dan gelar produk. Penulis
bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Kelompok Ilmiah Mahasiswa (KIM) pada tahun 2013 dan
menjabat sebagai Sekertaris Manager PRD (Public
Relation Departement) periode 2015 dan periode 2016
akhir. Selain itu, penulis melaksanakan kegiatan Praktek
Kerja Lapang (PKL) di PT. Japfa Comfeed Unit Indonesia
Tbk, Hacthery Tengaran pada tahun 2016. Pada bulan
Maret 2017 penulis mendapatkan apresiasi oleh instansi
perusahaan bidang peternakan Charoen Pokphand sebagai
Best Student dan berkesempatan mengunjungi perusahaan
iv
cabang Pokphan di Thailand. Karya tulis yang telah
dibuat antara lain adalah NEO-FIT Usaha Suplemen
Bioaktif Pengganti Antibiotik dan Antioksidan untuk
Peternakan Ayam Pedaging Berbasis Tanaman Herbal
(tahun 2014), NEO-HERBALIZE Usaha Suplemen
Bioaktif Pengganti Antibiotik dan Antioksidan untuk
Peternakan Ayam Pedaging Berbasis Tanaman Herbal
(tahun 2015), NEO-PROB Probiotik untuk Unggas (tahun
2016).
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang
Maha Kuasa atas rahmat, nikmat dan hidayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Strata satu (S-1) Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
juga mengcapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Muhadi Anwar dan Ibu Siti Fadilah,
atas doa dan dukungannya baik secara moril
maupun materiil.
2. Dr.Ir. Osfar Sjofjan, M.Sc., Pembimbing
Utama dan Dr. M. Halim Natsir, S.Pt, MP.,
Pembimbing pendamping.
3. Prof.Dr.Sc.Agr.Ir. Suyadi, MS. Dekan
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
4. Dr.Ir. Sri Minarti, MP., Ketua Jurusan, dan
Dr.Ir. Imam Thohari, MP., Sekertaris Jurusan
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
5. Dr. Agus Susilo, S.Pt, MP., Ketua Program
Studi Fakultas Peternakan yang telah banyak
membina kelancaran proses studi.
6. Dr.Ir. Mashudi, M.Agr.Sc, ketua bagian
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
7. Dosen Penguji yang telah memberikan
banyak masukan dan saran saat ujian.
vi
8. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi, yang memberikan pendanaan untuk
penelitian.
9. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya Malang,
sebagai penyedia sarana tempat penelitian.
10. Laboratorium Biokimia Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya Malang, sebagai
penyedia sarana tempat penelitian.
11. Saudara dan kawan-kawanku yang merelakan
waktu dalam membantu menyelesaikan
laporan penelitian ini, serta
12. Semua pihak yang turut membantu sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap agar tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membacanya dalam konteks
pengembangan ilmu pengetahuan.
Malang, 22 Mei 2017
Penulis
vii
IN-VITRO SINBIOTIC EFFECTIVENESS TEST
ON NON PATHOGENIC POTENTIAL AND
RESISTANCE OF PATHOGENIC BACTERIA
Zaenal Abidin1)
, Osfar Sjofjan2)
, M. Halim Natsir2)
1)Student of Animal Nutrition and Feed Department, Faculty of Animal
Husbandry, BrawijayaUniversity 2)Lecturer of Animal Nutrition and Feed Department, Faculty of
Animal Husbandry, Brawijaya University
Email: [email protected]
ABSTRACT
A research to find the antibacterial potential use
of fitobiotic herbs combined probiotic lactic acid
Gradually against bacterial growth and bacterial count.
The material was Bacterial growth medium suspended by
bacteria Salmonella, Escherichia coli, and BAL.
Experiments were performed using in vitro experimental
methods. Anti-bacterial effectiveness test was performed
on one sample and treatment of Salmonella bacteria
suspension, Escherisia coli, and BAL which were
incubated for 24 hours. The observed variable was the
area of inhibit zone and total bacterial count. The results
showed sinbiotic able to suppress the growth of
pathogenic bacteria with Salmonella inhibition zone 0,415
cm, and Escherichia coli 1,067 cm, and has no effect on
the growth of non-pathogenic bacteria BAL with a
resistance area of 0.150 cm. Furthermore the total count
of effective bacterial amount is at 10-3
dilution with a total
bacteria of 7.9 x 105.
Keywords ; Turmeric extract, BAL, antibacterial, TPC
viii
ix
UJI EFEKTIVITAS SINBIOTIK SECARA
IN-VITRO TERHADAP PERKEMBANGAN
BAKTERI NON PATOGEN DAN DAYA HAMBAT
BAKTERI PATOGEN
Zaenal Abidin1)
, Osfar Sjofjan2)
, dan M. Halim Natsir2)
1) Mahasiswa Minat Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya 2) Dosen Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
RINGKASAN
Pengendalian dan pemberatasan penyakit menjadi
masalah utama dalam usaha peternakan unggas. Masih
tingginya angka mortalitas serta banyaknya jenis penyakit
yang menyerang peternakan unggas menyebabkan
peternak selalu menggantungkan pada antibiotik sintetik
yang dapat meninggalkan residu kimia berbahaya.
Tanaman obat asli Indonesia berpotensi digunakan
sebagai bahan pakan tambahan (feed additive). Selain
menggunakan tanaman herbal, ditambahkan juga Bakteri
Asam Laktat (BAL) yang merupakan mikroorganisme
non patogen yang bermanfaat bagi saluran pencernaan
dan tubuh ternak unggas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas Sinbiotik secara in-vitro terhadap potensi non
patogen (BAL) dan daya hambat terhadap bakteri patogen
(Salmonella dan Escherichia coli) pada feed additive
ayam pedaging. Hasil penelitian diharapkan mampu
menjadi sumber informasi mengenai penggunaan tanaman
x
herbal dan BAL dalam meningkatkan produktivitas dan
juga kualitas daging ayam pedaging secara efektif dan
efisien dibandingkan dengan aditif pakan sintetis.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah true
experimental laboratories dan rancangan yang digunakan
adalah post test only group design. Pengujian efektivitas
anti bakteri dilakukan pada satu sampel dan perlakuan
suspensi bakteri Salmonella, Escherisia coli, dan BAL
yang diinkubasi selama 24 jam. Selanjutnya adalah
penghitungan total bakteri (BAL) dalam produk sinbiotik
pada beberapa pengenceran. Metode yang digunakkan
adalah penelitian diskriptif kualitatif. Variabel yang
diamati adalah luas zona hambat dan total penghitungan
bakteri.
Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa penambahan
sinbiotik mampu memberikan pengaruh dalam menekqan
terhadap aktifitas pertumbuhan bakteri patogen
(Salmonella dan Escherichia coli) dan tidak berpengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri non patogen (BAL) dalam
produk. Selanjutnya penghitungan total bakteri pada
berbagai pengenceran.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa produk Sinbiotik mampu menekan pertumbuhan
bakteri patogen dengan luas zona hambat Salmonella
0,415 cm, dan Escherichia coli 1,067 cm, serta tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri non patogen
BAL dengan luas hambatan 0,150 cm. Selanjutnya total
jumlah yang efektif adalah pada pengenceran 10-3
dengan
total bakteri 7,9 x105.
xi
DAFTAR ISI
Isi Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................ i
RIWAYAT HIDUP ....................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................... iv
ABSTRACT ..................................................................... v
RINGKASAN ................................................................ vi
DAFTAR ISI ................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................... xix
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL ................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................... 3
1.3. Tujuan Penelitian .................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ................................. 3
1.5. Kerangka Pikir Penelitian ...................... 3
1.6. Hipotesis ................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kunyit ..................................... 7
2.2. Bakteri Escherichia coli ........................ 10
2.3. Bakteri Asam Laktat ............................. 12
2.3.1 Laktobacillus plantarum .............. 13
2.3.2 Laktobacillus brevis ..................... 13
2.3.3 Biffidobacterum longum .............. 13
xii
2.3.4 Leuconostoc mesenteroides .......... 14
2.4. Bakteri Salmonella ................................. 15
2.5. Uji Daya Hambat ................................... 17
2.4.1 Persiapan Suspensi Bakteri .......... 17
2.4.2 Papper Disk .................................. 18
2.4.3 Zona Hampat ................................ 19
2.6. Penghitungan Jumlah Baketi (TPC) ....... 19
2.6.1 Pertumbuhan Baketri .................... 19
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Baketri .................. 20
2.6.3 Fase Lag (Adaptasi) ..................... 21
2.6.4 Fase Log (Eksponensial) .............. 22
2.6.5 Fase Stasioner ............................... 22
2.6.6 Fase Death (Kematian) .............. 22
BAB III MATERI DAN METODE
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................. 25
3.2. Materi Penelitian .................................... 25
3.2.1. Bahan Uji..................................... 25
3.2.2. Bakteri Uji ................................... 25
3.2.3. Media Uji..................................... 26
3.2.4. Peralatan Uji ................................ 26
3.3. Prosedur Pengambilan Sampel............... 26
3.4. Metode Penelitian .................................. 27
3.4.1. Uji Daya Hambat ......................... 27
3.4.2. Pemeriksaan Jumlah Bakteri ....... 27
3.5. Prosedur Analisis ................................... 29
3.5.1 Luas Zona Hambat ....................... 29
3.5.2 Penghitungan Jumlah Bakteri ....... 29
3.6. Batasan Istilah ..................................... 30
xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Efek Perlakuan terhadap Daya Hambat Bakteri
Salmonella ......................................................... 33
4.2. Efek Perlakuan terhadap Daya Hambat Bakteri
Eschrichia coli ................................................... 36
4.4. Efek Perlakuan terhadap Daya Hambat Bakteri
Bakteri Asam Laktat (BAL) .............................. 38
4.4. Jumlah Total Bakteri Asam Laktat dalam Produk
Sinbiotik Ayam Pedaging .................................. 40
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ......................................................... 43
5.2. Saran ................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 45
LAMPIRAN .................................................................. 51
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi Kimia dalam Rimpang Kunyit per 100
gram bahan ........................................................... 9
2. Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan
Baketeri .............................................................. 19
3. Pengaruh Pemberian Sinbiotik terhadap Daya
Hambat Bakteri Patogen dan Non Patogen secara
In-Vitro ............................................................... 33
4. Jumlah Bakteri Asam Laktat dalam Produk
Sinbiotik (Cfu/ml) .............................................. 40
xvi
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................ 5
2. Tanaman Kunyit .......................................................... 7
3. Rimpang Kunyit .......................................................... 8
4. Escherichia coli dalam Perbesaran 1000x ................. 10
5. Salmonella ................................................................. 15
6. Hasil Uji Daya Hamabat ........................................... 18
7. Kurva pertumbuhan mikroorganisme ........................ 23
8. Diagram Alir Pembuatan Produk Sinbiotik ............... 25
9. Sekema Metode Hitung Cawan (TPC) ..................... 28
xviii
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Dokumentasi Proses penelitian .......................... 51
2. Dokumentasi Hasil Uji Daya Hambat ................ 51
3. Dokumentasi Hasil Uji TPC ............................... 52
4. Penghitungan jumlah Bakteri Asam Laktat ....... 52
5. Penghitungan Luas Zona Hambat Bakteri ......... 53
6. Dokumentasi Pencarian Bahan dan Proses
Produksi .............................................................. 53
7. Bukti Pendaftaran Hak Patan ............................. 55
8. Surat Perjanjian Kerjasama Mitra ...................... 56
9. Sertifikat Penghargaan Pekan Ilmiah Mahasiswa
Nasional (PIMNAS) ........................................... 57
xx
xxi
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL
oC = Derajat celcius
± = Kurang lebih
< = Kurang dari
> = Lebih dari
% = Persen
AGP = Antibiotic Growth Promotor
BAL = Bakteri Asam Laktat
BB = Bobot Badan
cm = Sentimeter
cfu = Colony Forming Unit
dkk = Dan kawan-kawan
DOC = Day Old Chicken
et al = et alia/ et alii
FAO = Food and Agriculture Organization
g = Gram
KHM = Koofisien Hambat Minimal
kg = Kilogram
Kkal = Kilo kalori
LK = Lemak Kasar
mg = Miligram
ml = Mililiter
PBB = Pertambahan Bobot Badan
P = Probability
PK = Protein Kasar
pH = Power of Hidrogen
v/v = volume per volume
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ayam pedaging atau broiler merupakan salahsatu sumber
protein hewani utama yang bisa dikembangkan di Indonesia.
Perkembangan peternakan ayam pedaging dikategorikan
sangat cepat. Menurut data statistik Dinas Peternakan tahun
2016 populasi ayam pedaging di Jawa Timur mencapai
196.393.653, dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring
permintaan akan daging ayam untuk memenuhi kebutuan
masyarakat. Ayam pedanging atau broiler termasuk jenis ras
ayam yang paling unggul dalam memproduksi daging dari
pada jenis ras ayam yang lainya. Masalah yang sedang
dihadapi peternak saat ini adalah penyakit pada ayam yang
mampu menurunkan daya tahan tubuh, konsumsi pakan dan
bobot badan. Salah satu penyebab ayam mudah terserang
penyakit adalah populasi bakteri menguntungkan di saluran
pencernaan lebih sedikit dari pada bakteri merugikan, dan
sangat berpengaruh terhadap pendapatan peternak.
Pakan tambahan (feed additive) adalah suatu bahan yang
dicampurkan dalam pakan utama ayam yang diharapkan
mampu meningkatkan produktifitas, kesehatan dan keadaan
gizi ternak. Penggunaan pakan tambahan yang terjadi di
masyarakat saat ini adalah berupa antibiotik kimia yang
berbahaya bila digunakan jangka waktu lama. FAO (Food and
Agriculture Organization) telah melarang penggunaan
antibiotik pada ternak, dikarenakan residu kimia pada produk
yang dihasilkan oleh ternak ayam akan membahayakan para
konsumen, yang akhirnya meningkatkan prevalensi kasus
penyakit infeksi yang resistan terhadap antibiotik pada
2
manusia. Bahan additive yang digunakan lebih aman jika
menggunakan pada bahan-bahan herbal alami yang tidak
membahayakan kesehatan ternak dan manusia yang
mengkonsumsi hasil peternakan.
Tanaman herbal telah sejak dahulu dikenal oleh
masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Ribuan jenis
tanaman herbal dapat ditemukan di Indonesia yang berpotensi
digunakan sebagai feed additive, salah satunya adalah tanaman
kunyit (Curcuma domestica. Val). Joe (2004) menyebutkan
kunyit mengandung senyawa aktif yaitu kurkumin yang
berperan seba gai antibakteri dan antioksidan yang sangat
efektif mengurangi efek samping penggunaan bahan kimia
dalam produk peternakan. Penelitian Ananggia dan Murnah
(2007), menunjukkan kurkumin yang terdapat dalam tanaman
kunyit digunakan sebagai penghambat bakteri Escherichia coli
dan Salmonella sp dalam saluran pencernakan ayam.
Penambahan Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan
mikroorganisme non patogen yang bermanfaat bagi saluran
pencernaan untuk meningkatkan efisiensi nutrisi pakan.
Potensi besar yang dimiliki tanaman herbal ini membuka
peluang untuk dapat dikombinasikan menjadi produk
sinbiotik sebgai aditif pakan alami yang bebas residu dan
memiliki aktivitas daya hambat terhadap bakteri patogen
Escherichia coli dan Salmonella sp serta memperbanyak
populasi mikroorganisme yang menguntungkan seperti
Bakteri Asam Laktat (BAL). Penulis tertarik untuk meneliti
potensi sinbiotik yang dapat diaplikasikan untuk ayam
pedaging sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi
permasalahan feed additive kimia yang membahayakan.
3
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat permasalahan
pokok yang dapat diidentifikasikan yaitu bagaimana efektifitas
pemberian campuran sari kunyit (Curcuma domestica Val.)
dengan Bakteri Asam Laktat (BAL) terhadap daya hambat
bakteri patogen (Escherichia coli dan Salmonella sp) serta
bakteri non patogen (BAL) dalam saluran pencernaan ayam.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan
penelitian ini, antara lain :
1. Mengetahui efektifitas daya hambat Sinbiotik terhadap
bakteri patogen non patogen
2. Mengetahui jumlah bakteri non patogen Bakteri Asam
Laktat (BAL) dalam produk Sinbiotik ayam pedaging.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah dapat menghasilkan produk pakan tambahan (feed
additive) yang organik atau ramah lingkungan dan menjaga
kestabilan bakteri menguntungkan dan menekan pertumbuhan
bakeri merugikan di dalam saluran pencernaan ayam
pedaging. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan dapat
memberikan sumbangan inovatif bagi perkembangan ilmu
nutrisi ternak unggas, terutama untuk ayam pedaging dan
dapat menciptakan peluang usaha di bidang peternakan.
1.5 Kerangka Pikir Penelitian
Pengendalian dan pemberatasan penyakit menjadi
masalah utama dalam usaha peternakan unggas, selain
mempengaruhi keuntungan juga mencegah terjadinya
4
zoonosis. Salah satunya dampaknya dimana kerugian
ekonomis yang disebabkan penyakit, setiap tahunnya rata–
rata mencapai 9 milyar rupiah. Tingginya angka mortalitas
serta banyaknya jenis penyakit yang menyerang peternakan
unggas menyebabkan peternak selalu menggantungkan pada
antibiotik sintetik. Antibiotik tersebut digunakan sebagai
growth promotor sehingga dapat meningkatkan efisiensi pakan
(feed efficiency) dan reproduksi ternak. Selain harga obat
cukup mahal, pemberian yang berlebihan pada ternak unggas,
dikhawatirkan terjadi residu antibiotik dalam produk yang
dihasilkan dan menjadi racun bagi konsumen. Selain itu
mikroorganisme yang ada dalam tubuh manusia maupun
ternak terutama bakteri-bakteri patogen seperti Salmonella sp
dan Eschericia coli dapat menjadi resisten terhadap antibiotik
tertentu.
Tanaman kunyit dapat dengan mudah ditemui di
Indonesia. Kunyit atau Curcuma domestica Val. ini sudah
dikenal sejak dulu sebagai obat. Pemanfaatan kunyit sebagai
tanaman obat karena mempunyai senyawa aktif kurkumin dan
minyak atsiri yang bersifat anti radang dan anti mikroba dalam
penggunaanya. Selain menggunakan tanaman kunyit
penambahan Bakteri Asam Laktat dirasa mampu dalam
meningkatkan produktivitas ayam pedaging.
Kandungan kurkumin yang berperan sebagai antibakteri
dan antioksidan yang sangat efektif menekan perkembangan
bakteri patogen Escherichia coli dan Salmonella sp, serta
mengoptimal populasi bakteri menguntungkan dalam saluran
pencernaan. Sehingga kecernaan pakan menjadi optimal untuk
meningkatkan produksi dari ayam pedaging.
5
Tanaman herbal ini mempunyai potensi besar untuk
dijadikan sebagai produk fitobiotik berbahan dasar kunyit
pengganti feed additive kimia untuk kesehatn ternak ayam
pedaging sekaligus mengurangi efek samping penggunaan
bahan kimia dalam produk peternakan. Pola kerangka pikir
pembuatan artikel ilmiah ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Peternak ayam pedaging masih banyak
yang menggunakan feed additive sintetis
untuk meningkatkan produksi ternaknya
Kunyit (Curcuma domestica
VAL.) mengandung
senyawa aktif kurkumin dan
minyak atsiri.
Bakteri Asam Laktat (BAL)
mampu meningkatkan efisiensi
nutrisi pakan dalam organ
pencernaan ayam pedaging.
Dicampur
Minyak atsiri menekan jumlah bakteri patogen dan meningkatkan populasi
bakteri non patogen, termasuk BAL. (Hyden 2000)
Populasi bakteri patogen
menurun
Populasi Bakteri Asam Laktat
(BAL) meningkat dan
meningkatkan kesehatan.
6
1.6. Hipotesis
Penambahan Sinbiotik dapat menghambat pertumbuhan
bakteri patogen Escherichia coli dan Salmonella sp dalam
saluran pencernaan ayam, dan perkembangan non patogen
BAL sebagai efisiensi nutrisi pakan dalam pencernaan ayam
pedaging.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kunyit
Kunyit sudah dikenal sejak berabad abad oleh
masyarakat di Indonesia. Pemanfaatan tanaman kunyit
masyarakat biasanya sebagai bumbu berbagai masakan
tradisional. Selain sebagai bumbu tanaman kunyit
dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Rukmana, 1995).
Tanaman yang memiliki nama latin Curcuma domestica
VAL, merupakan tanaman jenis herbal yang yang mempunyai
tinggi hampir mencapai 1 meter dan berbatang pendek dan
tumbuh baik di indonesia. Tanaman herbal ini dapat tumbuh
didataran rendah maupun dataran tinggi. Pertumbuhannya
didukung oleh tanah yang tata pengairannya baik, curah hujan
2.000-4.000 mm per tahun, dan di tempat yang sedikit
terlindung (Sumiati dan Adnyana, 2004 dalam Sihombing
2007). Persebaran tanaman kunyit tumbuh hampir di seluruh
wilayah, di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku, lrian, dan lain-lain. Selain di Indonesia, kunyit juga
banyak ditanam di Malaysia, Thailand, Cina, India, dan
Vietnam. Gambar 01 menunjukkan penampakan tanaman
kunyit.
Gambar 2. Tanaman kunyit (Curcuma domestica Val.)
(Renyambar, 2015)
8
Kunyit biasanya dipanen pada umur berkisar 7-9 bulan
setelah penanaman, yang ditandai dengan batang tumbuhan
mulai layu atau mengering. Kunyit yang baru dipanen
biasanya memiliki kadar air sekitar 90% (Sumangat 1994).
Kunyit memiliki akar atau utama yang terletak di dasar batang,
berbentuk lonjong, dan berukuran sekitar 5 x 2.5 cm. Akar
utama membentuk rimpang yang sangat banyak jumlahnya
pada sisi-sisinya. Bagian luar rimpang berwarna jingga
kecoklat-coklatan, sedangkan di bagian dalamnya berwarna
jingga terang atau kuning. Setiap Rimpang memiliki rasa yang
agak getir dan berbau khas. Gambar 3 menunjukkan
penampakan rimpang kunyit.
Gambar 3. Rimpang kunyit
(National Geographic Indonesia, 2015)
Komposisi kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda
setiap daerah asal pertumbuhan dan perlakuan pasca panen
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati, protein,
selulosa, beberapa mineral, kurkuminoid, dan minyak atsiri.
Komponen yang paling banyak pada kunyit adalah pati yang
berkisar 40-50% (Farel, 1990). Tabel 1 menunjukkan
kandungan kimia dalam rimpang kunyit per 100 gram bahan.
9
Tabel 1. Komposisi kimia dalam rimpang kunyit per 100
gram bahan.
Komponen Satuan Kunyit
Kuning Kunyit Putih
Energi Kkal 1480 699
Air gr 11.4 6.0
Protein gr 7.8 8.5
Lemak gr 9.9 8.9
Karbohidrat gr 64.9 39.0
Serat gr 6.7 -
Abu gr 6.0 -
Kalsium gr 182 2.0
Fosfor mg 268 260
Natrium mg - 30
Kaliun mr - 200
Besi mg 41 -
Thiamin mg 5
5
5
0,09
Riboflavin mg 0,19
Niacin mg -
Asam
nikotinat
mg - -
Asam
askorbat
mg 26 50
Vitamin A IU - -
Sumber: Farel (1990), dan Winarto (2003)
Kunyit dimanfaatkan dimanfaatkan sebagai obat oleh
masyakat karena didalam kunyit mengandung senyawa anti
mikroba. Senyawa antimikrobia yang terdapat pada kunyit
adalah senyawa fenolik. Senyawa fenolik seperti fenol,
gingerol, zingeberen, halogen, etiloksidadan glutaraldehida.
Senyawa fenolik mempunyai cara kerja dengan mendenaturasi
protein dan merusak membran sel (Demark dan Batzing, 1987
10
dalam Pandiangan, 2011). Aktivitas antimikroba oleh kunyit
dikarenakan adanya senyawa-senyawa bioaktif seperti fenol,
flavonoid dan tannin yang terkandung di dalam kunyit
putih (Pujimulyani 2010 dalam John 2016).
Potensi dari tanaman herbal ini bisa dijadikan sebagai
obat atau suplemen bagi kesehatan untuk manusia atau hewan.
Menurut Rahmawati (2011), tanaman kunyit bisa dijadikan
sebagai feed additive pada pakan ternak ayam pedaging.
Kandungan senyawa anti mikroba mampu melindungi
pencernaan ayam dari bakteri merugikan seperti Escherichia
coli dan Salmonella sp serta mengoptimal populasi bakteri
menguntungkan dalam saluran pencernaan. Sehingga
kecernaan pakan menjadi optimal untuk meningkatkan
produksi dari ayam pedaging.
2.2. Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli adalah bakteri yang termasuk menjadi
anggota mikro flora normal pada usus manusia atau hewan.
Bakteri ini mempunyai bentuk fisik seperti batang dan pendek
(coccobacillus) dengan ukuran 0,4-0,7 µm. Bakteri
Escherichia coli termasuk kedalam keluarga
Enterobacteriaceae yang memiliki sifat mikro aerofilik
(Huang, 2011).
Gambar 4. Escherichia coli dalam perbesaran 1000x
(Brooks et al., 2013)
11
Escherichia coli biasa dikembang pada media agar
MacConkey. Koloni bakteri ini berbentuk sirkular, konveks,
dan halus dengan tepi yang tegas. Bakteri ini melakukan
kegiatan fermentasi glukosa, dan disertai produksi gas,
katalase positif, oksidase negatif, dan mereduksi nitrat menjadi
nitrit. Bakteri Escherichia coli menunjukkan respon positif
pada tes dekarboksilase, dan menghasilkan gas dari glukosa
(Brooks et al., 2013).
Klasifikasi ilmiah Escherichia coli adalah sebagai berikut:
Domain : Bakteri
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Order : Enterobacteriales
Keluarga : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli tergolong ke dalam bakteri gram negatif.
Bakteri gram negatif memiliki selubung sel yang terdiri atas
membran dalam, lapisan tunggal peptidoglikan, dan
membran luar. Selubung sel yang hanya terdiri dari lapisan
tunggal peptidoglikan tidak tahan terhadap alkohol, sehingga
pada saat dilakukan pembilasan dengan alkohol (pada
pewarnaan gram), warna yang lapisan peptidoglikan yang
dicat dengan kristal violet akan luntur, dan hanya
mempertahankan tinta safranin yang diberika setelah
pembilasan dengan alkohol. Hal ini memberikan warna merah
muda pada bakteri gram negatif (Jawetz et al., 2012)
12
Escherichia coli termasuk bakteri terbanyak di dalam
saluran pencernaan ternak termasuk ternak unggas dengan
jumlah 2,8 x 106 cfu/g (Hakim 2014). Menurut Wirawan
(2007), keberadaan bakteri Escherichia coli dalam saluran
pencernaan ayam pedaging menyebabkan penurunan konsumsi
ransum broiler selama pemeliharan. Escherichia coli dalam
usus dapat yang diakibatkan infeksi yang membuat kerusakan
permukaan dan menyebabkan pencernaan zat makanan kurang
sempurna. Hal ini juga aka sangat berpengaruh pada tingkat
produksi daging dan percepatan pertumbuhan ayam pedaging.
2.3. Bakteri Asam Laktat (BAL)
Bakteri asam laktat adalah kumpulan dari beberapa
kelompok bakteri gram positif yang memiliki kesamaan
karakteristik secara morfologi, metabolik, dan fisiologis.
Golongan bakteri ini termasuk jenis bakteri tidak berspora, sel
berbentuk bulat atau batang dan memproduksi asam laktat
sebagai hasil akhir proses kegiatan fermentasi dengan
karbohidrat (Axelsson, 2004).
Berdasarkan senyawa yang dihasilkan dari proses
fermentasi gula, BAL dibagi menjadi dua kelompok yaitu
BAL homofermentatif dan BAL heterofermentatif. Proses
homofermentatif menghasilkan produk akhir hanya asam
laktat melalui jalur glikolisis. Proses heterofermentatif
menghasilkan produk akhir sampingan seperti etanol, asetat,
dan CO2 selain asam laktat melalui jalur 6-fosfoglukonat atau
fosfoketolase (Axelsson, 2004).
13
2.3.1. Lactobacillus plantarum
Lactobacillus plantarum termasuk dalam salah satu
spesies Lactobacillus yang sering ditemui pada makannan dan
sayuran. Bakteri ini merupakan bakteri asam laktat yang
utama dan akhir pada proses fermentasi sayuran. Hal
tersebut dikarenakan bakteri ini memiliki perbedaaan
metabolisme dan toleran terhadap kondisi pH rendah.
Lactobacillus plantarum berbentuk batang lurus dengan
kisaran lebar 0,9-1,2 µm dan panjang 3-8 µm, berukuran
tunggal atau membentuk rantai pendek serta merupakan
Gram positif (Li, 2004).
2.3.2. Lactobacillus brevis
Bakteri ini berbentuk batang dengan ujung membulat
atau basil, berukuran diameter sekitar 0,7-1,0 dan panjang 2,0-
4,0 µm, menyendiri dan atau dalam bentuk rantai pendek.
Bakteri jenis ini didapat melaluio isolasi dari susu, keju,
sauerkraut, pakan ternak, kotoran sapi, feses, dan saluran usus
manusia dan tikus (Hammes dan Vogel, 1995). Optimal
tumbuh pada suhu sekitar 30°C dalam keadaan aerob dan
pada kondisi pH rendah yaitu 4,0-5,0 (Sakamoto, et al., 2001)
2.3.3. Bifidobacterium longum
Bakteri dari genus Bifidobacterium pertama kali
ditemukan pada tahun 1899 dari bayi sehat yang minum
ASI oleh Tissier dari Institut Pasteur di negara Prancis.
Bakteri mempunyai sifat anaerobik, gram-positif, tidak
membentuk spora, batang pleomorfik, dan dulunya
dinamakan Bacillus bifidus communis. Namanya
menunjukkan cabang morfologi dari bakteri, bifidus
merupakan bahasa Latin yang berarti membelah menjadi dua
14
bagian. Terakhir, bakteri ini dijadikan satu tempat bersama
genus Lactobacillus sebagai L. bifidus. Di tahun 1960-an,
bakteri ini diterima sebagai genus tersendiri dan
diklasifikasikan sebagai Bifidobacterium. Selain dari sifat-
sifat yang telah disebutkan sebelumnya, karakteristik fenotip
utama dari Bifidobacterium adalah memproduksi asam laktat
dan asetat sebagai produk utama dari fermentasi glukosa.
Bifidobacterium longum merupakan salah satu dari sekitar tiga
puluh spesies bifidobakteria yang berasal dari manusia dan
merupakan mikroflora usus manusia (Ishibashi et al., 1997).
2.3.4. Leuconostoc mesenteroides
Bakteri ini bersifat heterofermentatif. Pada kondisi
mikroaerofilik, glukosa diubah menjadi asam D-laktat, etanol,
dan CO2 dalam jumlah molar yang sama. Semua genus
Leuconostoc adalah fakultatif anaerob. Suhu optimum
pertumbuhan adalah antara 20-30°C dan suhu minimum
pertumbuhan adalah 5°C, dan mempunyai waktu generasi
yang pendek dan pertumbuhan yang baik diperoleh dalam 24
jam inkubasi pada suhu 30°C. Pertumbuhan L. mesenteroides
berhenti ketika pH mencapai 5,4-5,7 (Foucaud, et al., 1997).
Spesies ini mampu memfermentasi glukosa, fruktosa,
dan laktosa serta membentuk dekstran dari sukrosa.
Leuconostoc mesenteroides merupakan bakteri yang tumbuh
dominan pada tahap awal proses fermentasi pikel dan produk
fermentasi sayuran lainnya. Pada habitat alaminya,
Leuconostochanya ada dalam persentase yang kecil dari
mikroflora mesofilik yang umumnya terdiri atas
homofermentatif laktobasili, laktokoki, pediokoki. Dalam
proses fermentasi pertumbuhan Leuconostoc spp. didominasi
15
oleh BAL lainnya. (Foucaud, et al., 1997). Dalam saluran
pencernakan bakteri asam laktat (BAL) juga ditemukan,
terutama pada hewan ternak ayam. BAL ini harus tetap terjaga
jumlah dan populasinya, agar jumlah bakteri patogen dapt
ditekan populasinya, (Foucaud, et al., 1997).BAL bisa
dijadikan sebagai prebiotik pada pakan ternak, yang nantinya
dikonsumsi bisa memberikan pengaruh positif terhadap
fisiologi dan kesehatan.
2.4. Bakteri Salmonella sp.
Bakteri Salmonella sp pertama kali ditemukan tahun
1885 pada tubuh babi oleh Theobald Smith (yang terkenal
akan hasilnya pada anafilaksis), namun Salmonella dinamai
dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika.
Taksonomi dari Salmonella sp adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Bacteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : S. enterica dan S. bongori
(Sumber: D’aoust, 2001)
Gambar 5. Salmonella sp
(Masita, 2015)
16
Salmonella sp. merupakan bakteri batang lurus, Gram
negatif, tidak berspora, dan bergerak dengan flagel peritrik
kecuali Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarum
(Jawet’z, dkk, 2005). Bakteri ini bersifat fakultatif
anaerob yang dapat tumbuh pada suhu dengan kisaran 5–
45°C dengan suhu optimum 35–37°C dan akan mati pada pH
di bawah 4,1. Salmonella tidak tahan terhadap kadar garam
tinggi danakan mati jika berada pada media dengan kadar
garam di atas 9%. Salmonella berbentuk bacillus dan berupa
rantai filamen panjang ketika berada pada suhu ekstrim yaitu
4-8°C atau pada suhu 45°C dengan kondisi pH 4.4 atau 9.4.
Panjang rata-rata Salmonella 2-5 μm dengan lebar 0.8 –
1.5 μm (Jay et all., 2005). Ciri-ciri lainnya yaitu
berkembang biak dengan cara membelah diri, mudah
tumbuh pada medium sederhana, resisten terhadap bahan
kimia tertentu (misal, brilian hijau, natrium tetrationat,
natrium deoksikolat) yang menghambat bakteri enterik lain,
oleh karena itu senyawa–senyawa tersebut berguna untuk
inokulasi isolat Salmonella dari feses pada medium, serta
struktur sel bakteri Salmonella terdiri dari inti (nukleus),
sitoplasma, dan dinding sel. Karena dinding sel bakteri ini
bersifat Gram negatif, maka memiliki struktur kimia yang
berbeda dengan bakteri Gram positif (Pratiwi, 2011).
Salmonella sp merupakan bakteri yang tidak mampu
memfermentasikan laktosa, sukrosa atau salicin, katalase
positif, oksidase negatif dan manitol untuk memproduksi
asam atau gas. Salmonella tidak dapat dibedakan dengan
Escherichia coli jika dilihat dengan mikroskop ataupun
dengan menumbuhkannya pada media yang mengandung
nutrien umum. Salmonella dapat tumbuh optimum pada
17
media pertumbuhan yang sesuai dan memproduksi koloni
yang tampak oleh mata dalam jangka waktu 24 jam pada
suhu 37°C. Salmonella sensitif terhadap panas dan tidak
tahan pada suhu lebih dari 70OC dan pasteurisasi pada suhu
71,1oC selama 15 menit (Cox et al, 2000). Salmonella sp
mampu memfermentasi glukosa dan monosakarida lainnya
dengan menghasilkan gas, lalu menggunakan sitrat sebagai
satu-satunya sumber karbon disaat genus lainnya
membutuhkan sumber karbon kompleks sebagai sumber
nutrisinya. Beberapa Salmonella kecuali S. typhi
memproduksi gas selama proses fermentasi. Salmonella
mampu mengubah nitrat menjadi nitrit dan tidak
membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya. (Henes, 2003
dalam Saptarini, 2009).
2.5. Uji Daya Hambat Bakteri (Disc Diffusion)
Prinsip disc diffusion test telah digunakan di
laboratorium mikrobiologi selama lebih dari 70 tahun.
Alexander Fleming menggunakan varian dari teknik ini
ketika bekerja dengan penisilin pada 1950-an. Pada saat
itu, ada banyak prosedur berbeda yang digunakan. Bauer,
Kirby, Sherris, dan Turck menguji semua variabel digunakan
dalam prosedur, seperti media, suhu, dan nkedalaman agar.
Pada tahun 1966, mereka menerbitkan hasil dari penelitian
nmereka yang akhirnya menjadi panduan yang digunakan
saat ini (Coyle, 2005).
2.5.1 Persiapan Bakteri
Ada dua metode untuk persiapan inokulum yaitu
suspensi koloni langsung dan pertumbuhan fase log.
Hanya metode suspensi koloni langsung yang akan
18
memberikan hasil akurat untuk beberapa organisme. Untuk
kedua metode, kekeruhan suspensi uji harusdistandarisasi
dengan standar 0,5 McFarland (sekitar 1,5 x 108 CFU/ml).
Suspensi yang disesuaikan harus digunakan sebagai
inokulum dalamwaktu 15 menit.
Gambar 6. Hasil Uji Daya Hambat
2.5.2 Papper disk
Papper disk ditempatkan dalam 15 menit setelah
menginokulasi MHA plate. Disc dapat ditaruh satu persatu
atau secara bersama-sama dengan alat multichannel disc
dispenser. Disc ditaruh pada setiap bagian MHA yang telah
dibagi. Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
19
2.5.3 Zona Hambat
Zona hambat diperiksa dengan teliti tidak ada koloni.
Wadah dipegangbeberapa inchi dari alas gelap. Diameter zona
hambat diukur dengan jangka sorong atau penggaris.
Tabel 2. Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan
bakteri
Diameter zona
bening
Kategori hambatan
pertumbuhan
> 20 mm
10 – 20 mm
5 – 10 mm
< 5 mm
Sangat kuat
Kuat
Sedang
Lemah
Sumber (Lathifah, 2005)
2.6. Penghitungan Jumlah Bakteri (TPC)
2.6.1 Pertumbuhan Bakteri
Menurut Tortora et al. (1998) yang dimaksud
pertumbuhan adalah pertambahan jumlah bakteri, bukan
pertambahan ukuran sel. Proses perbanyakan diri ini disebut
dengan pembelahan biner. Bahan inti memperbanyak diri
dan membagi menjadi dua bagian yang terpisah dan
kemudian sel membagi diri, menghasilkan dua buah sel anak
dengan ukuran yang sama. Pada saat perbanyakan bahan inti
ukuran dan massa sel yang asli (sel induk) bertambah, dan
secepatnya membagi dalam dua sel (sel anak) (Garbutt
1997). Waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membelah
ini disebut waktu generasi, dan sangat bervariasi tergantung
dari spesies dan kondisi pertumbuhan (Fardiaz 1989). Pada
kondisi optimal, hampir semua bakteri memperbanyak diri
dengan pembelahan biner sekali setiap 20 menit.
20
Menurut Garbutt (1997), mengamati pertumbuhan
populasi mikrorganisme lebih mudah dilakukan
daripada pertumbuhan individu sel mikroorganisme, hal
ini karena ukuran sel mikroorganisme yang sangat kecil.
Laju pertumbuhan sel mikroorganisme yang berbiak
dengan pembelahan biner bersifat logaritmik atau
eksponensial.
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Bakteri yang sedang tumbuh, jumlah selnya akan
meningkat dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat
dan akibat pertumbuhan tersebut akan terbentuk koloni, serta
pertumbuhan bakteri tersebut dapat diukur atau dihitung.
Be1rbagai faktor sangat menentukan apakah suatu kelompok
mikroba yang terdapat di dalam suatu lingkungan dapat
tumbuh subur, tetap dorman atau mati Menurut Hasyimi
(2010), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
sebagai berikut:
a. Suhu mempengaruhi laju pertumbuhan, mempengaruhi
jumlah total pertumbuhan, merubah proses-proses
metabolik tertentu serta morfologi (bentuk luar) sel.
Kisaran suhu bagi mikroba terbagi 3 tahap yaitu suhu
minimum, suhu maksimum dan suhu optimum. Suhu
pertumbuhan optimum adalah suhu inkubasi yang
memungkinkan pertumbuhan tercepat selama periode
waktu yang singkat, yaitu antara 12 s/d 24 jam (Hasyimi
2010).
b. pH optimum bagi pertumbuhan bakteri berkisar antara
6,5-7,5. Beberapa spesies bakteri ada yang mempunyai
pH minimum 0,5 dan pH maksimumnya 9,5. Pergeseran
pH dalam suatu medium dapat terjadi sedemikian besar,
21
karena akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa
selama pertumbuhan. Pergeseran ini dapat dicegah
dengan menggunakan larutan penyangga yang disebut
Buffer (Hasyimi 2010). c. Waktu Jika bakteri menemukan kondisi yang cocok,
pertumbuhan dan reproduksi terlaksana. Bakteri
berkembang biak dengan membelah diri. Dari satu sel
tunggal menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi
delapan dan seterusnya. Dalam lingkungan dan suhu yang
cocok, bakteri membelah diri setiap 20-30 menit. Dalam
kondisi yang mereka sukai itu, maka dalam 8 jam satu sel
bakteri telah berkembang menjadi 17 juta sel dan menjadi
satu milyar dalam 10 jam (Hasyimi 2010).
2.6.3 Fase Lag (Adaptasi)
Kurun waktu ini merupakan penyesuaian bakteri
dalam lingkungan yang baru. Pada fase ini tidak ada
pertambahan jumlah sel, melainkan peningkatan ukuran sel.
Waktu yang dibutuhkan fase adaptasi ini tergantung kondisi
lingkungan mikroorganisme tersebut sebelum diinokulasikan,
terjadi pemisahan secara fisik. Kromosom menempel pada
dinding sel Suatu sekat terbentuk untuk memisahkan
sitoplasma untuk dua sel Selaput dan dinding sel baru
terbentuk menghasilkan dua sel yang lengkap DNA membelah
diri menjadi dua kromosom pengait kromosom membelah
kromosom terpisah pengait kromosom kromosom dinding sel
keseluruhan proses menghabiskan waktu sekitar 30 menit
22
2.6.4 Fase Log (Eksponensial)
Pada fase ini sel memperbanyak diri secara cepat untuk
beberapa jam atau bahkan beberapa hari. Dalam kondisi
pertumbuhan yang optimum, sel membelah dalam jumlah
yang luar biasa dalam waktu yang singkat. Laju pertumbuhan
selama fase logaritmik ini ditentukan oleh beberapa faktor
seperti suhu inkubasi, aktivitas air dan pH media
penanaman (Garbutt 1997).
2.6.5 Fase Stasioner (Pertumbuhan Statis)
Dalam fase ini kecepatan tumbuh dan kecepatan
mati sama, sehingga jumlah sel akan konstan. Menurut
Garbutt (1997), jumlah populasi akan berhenti tumbuh
karena suatu hal, atau kombinasi dari beberapa penyebab
berikut:
a. Zat penting dalam media yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan telah habis.
b. Perubahan pH akibat metabolisme sel akan
menghambatpertumbuhan.
c. Bahan beracun yang dihasilkan oleh metabolisme sel.
d. Kekurangan oksigen bagi organisme aerobik.
2.6.6 Fase Death (Kematian)
Fase ini merupakan kebalikan dari fase logaritmik
pertumbuhan. Jumlah sel menurun terus sampai didapatkan
jumlah sel yang konstan untuk eberapa waktu. Menurut
Garbutt (1997), kematian ini dapat diakibatkan oleh
beberapa penyebab berikut:
a. Sel kehabisan energi (organisme menghabiskan energi
cadangannya dan kelaparan)
23
b. Perubahan pH dalam media penanaman merusak sel
organisme dan menyebabkan kematian sel
c. Akumulasi bahan beracun hasil proses metabolisme.
Gambar 7. Kurva pertumbuhan mikroorganisme
(Garbutt, 1997)
Pedoman penghitungan jumlah bakteri:
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang
mengandung jumlah koloni antara 25 sampai 250.
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu
merupakan suatu kumpulan koloni yang besar yang
jumlah koloni yang diragukandapat dihitung sebagai satu
koloni.
3. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai
suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.
4. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua, yaitu
angka pertama di depan koma dan angka ke dua
dibelakang koma. Jika angka ketiga ≥5 maka ia harus
dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka yang ke
dua.
5. Jika semua pengenceran yang dipupuk menghasilkan
angka kurang dari 25 koloni per cawan petri, maka
24
hitunglah jumlah koloni pada pengenceran terendah.
Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 25 dikalikan
dengan besarnya pengenceran dan cantumkan jumlah
sesungguhnya di dalam tanda kurung.
6. Jika semua pengenceran yang dipupuk menghasilkan
angka lebih dari 250 koloni per cawan petri, hanya
koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung hasilnya
dilaporkan sebagai lebih besar dari 250 dikalikan
besarnya pengenceran dan jumlah sesungguhnya
dilaporkan di dalam tanda kurung.
7. Jika terdapat dua cawan dari dua tingkat pengenceran
menghasilkan jumlah koloni antara 25-250 dan
perbandingan antara hasil pengenceran tertinggi dan 19
terendah < 2,0 maka dilaporkan rata-rata jumlah
kedua cawan petri tersebut dengan memperhitungkan
pengencerannya. Jika perbandingan keduanya >2,0 maka
dilaporkan hasil dari pengenceran terkecil (dengan
memperhitungkan pengencerannya).
8. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) setiap
pengenceran, data yang diambilharus dari kedua cawan
tersebut, tidak boleh diambil salah satu, meskipun
salah satu cawan tidak menghasilkan 25-250 koloni.
9. Jika pada pengenceran yang terendah menghasilkan
angka 0, misal 0 x 101maka hasilnya dilaporkan
sebagai est < 101 di dalam tanda kurung.
25
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian uji daya hambat bakteri dan TPC dilaksanakan
di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini
dilaksanakan selama 1 bulan.
3.2. Materi Penelitian
3.2.1 Bahan Uji
Pembuatan mix Tanaman Herbal dengan Bakteri Asam
Laktat (BAL) dilakukan melalui alur yang dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 8. Diagram Alir Pembuatan Sinbiotik
3.2.2 Bakteri Uji
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tanaman herbal kunyit
Dicuci hingga bersih lalu ditiriskan
Digiling hingga halus
kemudian disaring
Ditambahkan molasses
Ditambahkan mikroba
asam laktat
Diaduk dan difermentasikan selama
4-7 hari
Siap diujikan di
laboratorium
26
bakteri gram negatif (-) yaitu Escherichia coli dan Salmonella
sp dan bakteri gram positif (+) Bakteri Asam Laktat (BAL)
yang didapatkan dari Laboratorium Bakteri Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya.
3.2.3 Media Uji
Media yang digunakan pada penelitian ini adalah TPA
(Total Plate Agar). sebagai media dilakukannya uji daya
hambat bakteri. Selain itu juga akan dilakukan penghitungan
jumlah bakteri gram positif Bakteri Asam Laktat (BAL) juga
dengan menggunakan media dari TPA (Total Plate Agar).
3.2.4 Peralatan Uji
Peralatan yang digunakan ialah peralatan uji
antibakteri seperti cawan petri, ose, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, erlenmeyer, inkubator, timbangan analitik,
mikropipet 1 ml, autoklaf, waterbath dan magnetic stirrer,
dan jangka sorong yang telah disediakan di Laboratorium
Bakteri Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
3.3. Prosedur Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
produk hasil fermentasi selama 5 bulan. Sampel produk
diambil dari jerigen fermentasi sebayak 25 ml kedalam botol
berukuran 25 ml disimpan dalam suhu ruangan (±27.50C),
selanjutnya dibawa ke Laboratorium untuk diuji kekuatan
dayahambat dan jumlah total bakteri. Kegiatan pengambilan
sampel ini dilakukan secara aseptis untuk meminimalkan
kontaminasi.
27
3.4. Metode Penelitian
3.4.1 Uji Daya Hambat ( Metode dish diffusion
Kirby Bauer)
Media PCA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan
petri kemudian dimasukkan 100 L suspensi bakteri yang
sudah disamakan dengan standart Mc. Farland 0,5 (108
CFU/mL) dan diratakan dengan spread glass didiamkan
selama 5-10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap.
Setelah suspensi kering media diletakkan disk papper yang
telah diberi konsentrasi produk 100% v/v. Kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 37oC tanpa dibalik.
3.4.2 Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri (TPC
ISO 4833)
Pemeriksaan jumlah total bakteri dalam penelitian ini
menggunakan metode hitungan cawan (Total Plate Count).
Prinsip metode hitungan cawan adalah jika satu sel bakteri
ditumbuhkan ada media agar, maka akan tumbuh menjadi satu
koloni yang tampak oleh mata. Pemeriksaan jumlah total
bakteri dilakukan dengan pengenceran desimal 10-2
, 10-3
,
10-4
, 10-5
.
Pengenceran desimal 10-1
dilakukan dengan cara
memindahkan 1 ml sampel susu ke dalam tabung reaksi yang
berisi 9 ml larutan Aquades. Kemudian tabung reaksi
dihomogenkan dengan menggunakan tube shaker. Kemudian
dengan menggunakan pipet 1 ml yang berbeda, pengenceran
10-2
dilakukan dengan memindahkan 1 ml larutan pengenceran
10-1
ke dalam 9 ml larutan Aquades. Sehingga didapatkan
pengenceran desimal 10-2
kemudian dihomogenkan.
Selanjutnya, pengenceran dilakukan dengan cara yang sama
untuk memperoleh pengenceran 10-3
dan 10-4
.
28
Setelah pengenceran selesai dilakukan, kemudian
dilakukan penanaman. Dalam pemeriksaan jumlah bakteri ini,
pemupukan dilakukan dari pengenceran desimal 10-1
sampai
pengenceran desimal 10-4
. Penanaman dilakukan dengan cara
memasukkan 1 ml masing-masing pengenceran ke dalam
cawan petri steril yang telah diberi label sebelumnya, yang
disesuaikan dengan angka pengenceran. Masing-masing
cawan petri tersebut dituangkan 10-15 ml PCA (suhu 40-
45oC). Setelah itu dihomogenkan isinya secara perlahan
(perhatikan jangan sampai cairan tersebut keluar dari cawan
petri) dan didiamkan pada suhu ruangan agar memadat.
Setelah memadat, diinkubasi pada suhu 35-37oC, selama 24
jam.
15-20 ml agar PCA dituangkan sebelum larutan sample
dimasukkan kedalam cawan petri
Gambar 9. Skema metode hitungan cawan
(TPC)
29
3.5. Prosedur Analisis
3.5.1. Luas Zona Hambat (Disk Diffusion)
Data luas zona hambat bakteri dapat diketahui setelah
melakukan uji daya hambat selama di laboratorium. Data
diambil dan dihitung setelah 1 (satu) hari dengan cara
menggunakan alat Jangka sorong, dengan mengukur diameter
zona bening pada cawan petri. Penentuan luas zona bening
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
3.5.2. Penghitungan Jumlah Bakteri (TPC)
Pengamatan dan penghitungan jumlah bakteri dilakukan
setelah 24 jam masa inkubasi. Penghitungan bakteri dilakukan
dengan melakukan enghitungan jumlah koloni yang tumbuh.
Penghitungan jumlah koloni ini menggunakan manual.
Penghitungan jumlah bakteri dilakukan pada semua
koloni yang tumbuh dalam setiap cawan petri. Jumlah mikroba
per ml dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
30
3.6. Batasan Istilah
1. Feed Additive : Suatu bahan yang tidak termasuk
dalam zat pakan yang dicampurkan
dalam pakan dengan jumlah sedikit.
2. Fitobiotik : Aditif pakan yang berasal dari bahan
tanaman murni
3. Simbiotik : Kombinasi Fitobiotik dan Probiotik
4. Daya hambat : Kemampuan suatu zat untuk
menghambat petumbuhan bakteri
5. Total Plate
Cout
: Menumbuhkan sel mikroorganisme
yang masih hidup pada media agar
6. Kurkumin : Senyawa aktif yang ditemukan pada
kunyit berupa polifenol.
7. Kurkuminoid : Senyawa turunan dari kurkumin.
8. Antibiotik : zat yang dihasilkan oleh mikroba
terutama fungi dan bakteri tanah,
yang dapat menghambat atau
membasmi mikroba jenis lain
9. Minyak Atsiri : Minyak esensial yang ditemukan
dalam tanaman kunyit dan dersifat
aromatik dan antibakteri
10. Fenol : Komponen utama pada anstiseptik
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian efektifitas pemberian sari kunyit
terhadap daya hambat bakteri patogen dan non patogen pada
feed additive ayam pedaging disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Pemberian sari kunyit terhadap daya
hambat bakteri patogen dan non patogen pada feed
additive ayam pedaging
Konsentrasi Salmonella sp Escherichia coli BAL
100% 4,15 mm 10,67 mm 1,50 mm
4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap daya hambat Bakteri
Salmonella pada Sinbiotik.
Berdasarkan pengujian daya hambat tanaman herbal
terhadap bakteri salmonella dalam feed additive ayam
pedaging hasil pengamatan disajikan dalam tabel 3.
Penggunaan tanaman herbal pada konsentrasi 100%
menunjukkan daya hambat lemah atau bakteri resisten, dengan
luas zona hambat 4,15 mm. Sesuai dengan pendapat Lathifah
(2008) bahwa respon hambatan bakteri dikategorikan menjadi
4 yaitu diameter zona bening >20 mm menunjukkan respon
hambatan pertumbuhan sangat kuat; zona bening 10-20 mm
menunjukkan respon hambatan kuat; zona bening 5-10 mm
menunjukkan respon hambatan sedang; dan diameter zona
bening < 5 mm menunjukkan respon hambatan pertumbuhan
lemah (Tabel. 2). Hal ini karena kandungan zat aktif kurkumin
32
dalam produk feed additive mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella. Kurkumin merupakan suatu
senyawa fenolik yang akan berinteraksi dengan dinding
bakteri, yang selanjutnya akan terserap dan penetrasi ke dalam
sel dari bakteri, sehingga menyebabkan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran bakteri. Sedangkan
menurut Permata dan Imam (2008) golongan flavonoid yang
terkandung di dalam tanaman herbal termasuk tanaman
kunyit dapat merusak dinding sel bakteri sehingga
komponen utama dari sel keluar dan menyebabkan kematian
sel bakteri serta menghambat pembentukan protein sel.
Perbedaan struktur dinding sel menentukan aktivitas anti
bakteri, Salmonella termasuk dalam bakteri gram negatif.
Menurut Jewetz dkk (2005), bahwa Bakteri gram negatif
lebih banyak mengandung lipid, sedikit peptigoglikan,
membran luar berupa bilayer (berfungsi sebagai pertahanan
selektif senyawa-senyawa yang keluar atau masuk sel dan
menyebabkan efek toksik). Membran luar terdiri dari
fosfolipid (lapisan dalam), dan lipopolisakarida (lapisan luar)
tersusun atas lipid A, yang bersifat nonpolar. Sedangkan
menurut Jamili (2014), Struktur dinding sel bakteri Gram
negatif lebih kompleks dibanding struktur diding sel
bakteri Gram positif. Bakteri Gram negatif memiliki
dinding sel yang terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan luar,
lapisan tengah dan lapisan dalam. Sedangkan bakteri gram
positif hanya memiliki sebuah lapisan tunggal pada dinding
selnya. Struktur dinding sel bakteri Gram negatif yang
relatif kompleks tersebut menyebabkan antibiotik lebih sulit
masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk bekerja.
Untuk menunjukkan kerja antibiotik pada bakteri Gram
33
negatif, antibiotik pertama-tama harus menembus membran
terluar selubung bakteri secara difusi pasif melalui saluran
yang terbentuk oleh pori protein. Setelah menembus
membran terluar, kinerja antibiotik tersebut masuk melalui
dinding sel melewati ruang periplasma dan mencapai sasaran,
yaitu enzim serin protease yang terdapat pada membran
terdalam (sitoplasma). Enzim inilah yang bertanggug jawab
terhadap biosintesis dinding sel. Sehingga didapatkan hasil
bahwa bakteri gram negatif (Salmonella) resisten terhadap
antimikroba pada produk feed additive.
Zat yang terkandung dalam bahan selain yang dijelaskan
sebelumnya yang diduga juga memiliki peranan terbesar
dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji yaitu minyak
atsiri. Minyak atsiri ini diduga berperan sebagai antibakteri
dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau
dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak
sempurna. ditambahkan juga bahwa,minyak atsiriyang aktif
sebagai antibakteri pada umumnya mengandung gugus
fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol
berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang
melibatkan ikatan hidrogen. Umumnya kadar rendah
terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah
dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasifenol ke
dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi
protein. Hasil penelitian juga menjelaskan pada kadar tinggi
fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran
mengalami lisis. Membran sel yang mengalami lisis tentunya
tidak normal lagi, sehingga mengganggu metabolisme dari
sel tersebut. Akibat terganggunya metabolisme sel itu,
pertumbuhan jadi terhambat sehingga kemungkinan besar sel
34
atau bakteri uji akan mati (Parwata dan dewi, 2008 dalam
Jamili 2014).
4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap daya hambat Bakteri
Escherichia coli pada Sinbiotik
Berdasarkan tabel 3 yang menunjukkan luas zona hambat
pada bakteri Escherichia coli mempunyai dayahambat paling
tinggi pada produk feed additive tanaman herbal. Pada
konsentrasi 100% simbiotik tanaman herbal mampu
menghambat bakteri Escherichia coli 10,76 mm. Hal ini
menandakan bahwa kandungan zat aktif kurkumin dan minyak
astiri dalam tanaman herbal bekerja optimal dalam
menghambat bakteri jenis gram negatif jenis Escherichia coli,
dan termasuk dalam kategori hambatan bakteri paling besar
dari bakteri yang lain. Penelitian Adilla (2013) menyatakan
bahwa respon daya hamabat terhadap Escherichia coli
dikategorikan sangat kuat dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli (31,56 mm) karena melebihi standar
kategori daya hambat ≥20 mm.
Escherichia coli adalah termasuk bakteri terbanyak
populasinya di dalam saluran pencernaan ternak unggas, dan
sering menyebabkan berbagaimacam penyakit saluran
pencernaan pencernaan. Menurut Hakim (2014) populasi
bakteri Escherichia coli dalam saluran pencernaan unggas
mencapai jumlah 2,8 x 106 cfu/g. Pada beberapa kasus,
Escherichia coli adalah bakteri yang paling banyak
menimbulkan infeksi saluran cerna. Menurut Octaviani
dalam Rahmawati, (2007) Tingginya angka kejadian ini
disebabkan karena keadaan higienis makanan, minuman dan
35
air yang dikonsumsi kurang baik, serta dipengaruhi oleh
higienis lingkungan sekitar.
Uji diameter daya hambat diketahui bahwa pada
konsentrasi 0% atau hanya menggunakan aquadest sebagai
kontrol tidak mengalami penghambatan sama sekali.
Sedangkan pada konsentrasi 100% mampu menghambat
walaupun dengan kategori megmambat sedang. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi minimal suatu bahan
yang dapat digunakan untuk menghambat (KHM)
pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hal ini dikarenakan
kunyit memiliki senyawa aktif kurkumin yang mempunyai
aktivitas antibakteri berspektrum luas yaitu antibakteri yang
aktif terhadap berbagai jenis bakteri gram positif dan gram
negatif, antivirus, dan penginduksi apoptosis sel
(antitumor) (Bermawie, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa
kunyit memiliki potensi yang tinggi sebagai pengganti
antibiotik.
Berdasrkan hasil pengamatan uji dayahambat tanaman
herbal dapat menghambat keberadaan bakteri patogen
Escherichia coli. Hal ini diharapkan dapat mengurangi
populasi dari mikroorganisme non patogen seperti Escherichia
coli di saluran pencernaan ayam pedaging, ditambahkan oleh
Nataamijaya (2001) zat antibakteri pada minyak atsiri dan
kurkumin kunyit terdapat gugus hidroksil fenolat, yaitu
senyawa yang menangkal bakteri merugikan (patogen) dalam
tubuh sehingga menjaga keseimbangan populasi bekteri yang
menguntungkan (non patogen).
36
4.3. Pengaruh Perlakuan Terhadap daya hambat Bakteri
Asam Laktat pada Sinbiotik
Dari Table 3 diketahui bahwa zona hambat tanaman
herbal terhadap bakteri asam laktat (BAL) adalah terendah
dari bakteri yang lain yaitu 0,15 cm. Menurut Desniar (2012),
mengatakan bahwa produksi asam laktat akan meningkat
seiring dengan peningkatan masa inkubasi sehingga
menghsilkan pH yang lebih rendah yaitu pH 4, akan tetapi
BAL masih bisa tumbuh. Muller, et al,. (2002), menambahkan
bahwa peran penting BAL adalah memecah karbohidrat
sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja zat anti
mikroba, diantaranya yaitu: kandungan zat antibakteri, suhu,
konsentrasi zat anti mikroba, umur bakteri, dan sebagainya.
Pada umumnya kemampuan suatu bahan dalam
menghambatpertumbuhan bakteri sangat erat hubungannya
dengan konsentrasi zat antibakteri yang diberikan. Hal
tersebut menandakan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan
yang digunakan, maka daya tahan mikroba semakin rendah
(Ristiati, 2000). Konsentarasi ramuan herbal yang
digunakan untuk menguji daya hambat masing – masing
bakteri setiap perlakuan dalam penelitian ini yaitu sebanyak
0.5 mL.
Minyak atsiri dapat merusak membran sel bakteri
sehingga menyebabkan lisis yang menghambat pertumbuhan
selnya (Sarjono dan Mulyani, 2007). Rendahnya dayahambat
terhadap bakteri asam laktat (BAL) juga dipengaruh oleh
kondisi pH karena fungsi dari pemberian fitobiotik dapat
bekerja optimal untuk menurunkan pH usus halus secara
fungsional. Kondisi pH yang rendah pada usus halus nantinya
37
akan menekan jumlah bakteri patogen dan meningkatkan
populasi bakteri non patogen, termasuk BAL. Menurut Hyden
(2000) fitobiotik dapat digunakan sebagai pakan tambahan
untuk meningkatkan bakteri yang menguntungkan di dalam
saluran pencernaan dengan cara menurunkan pH saluran
pencernaan. Fitobiotik mampu membantu mengontrol
mikroorganisme di dalam saluran pencernaan unggas dan
menjaga status kesehatan inang (Riyadi, 2009). Hal ini juga
didukung oleh pendapat Krismiyanto (2011) yang
menyatakan bahwa penurunan pH pada saluran pencernaan
dapat meningkatkan jumlah populasi dari BAL. Jumlah
populasi BAL yang tinggi dapat menekan jumlah bakteri
patogen yang sangat merugikan karena BAL dapat
menghasilkan senyawa antimikroba seperti asam laktat,
hydrogen peroksida, CO2, dan bakteriosin yang dapat
menekan pertumbuhan bakteri patogen dan pembusuk.
Keseimbangan populasi mikroba didalam saluran pencernaan
itik pedaging mampu mendukung pertumbuhannya. Fitobiotik
mampu meningkatkan kegiatan metabolisme dalam tubuh,
sehingga fitobiotik ini sangat potensial dimanfaatkan sebagai
aditif dalam pakan unggas (Riyadi, 2009). Dalam saluran
pencernaan ayam, mikroba terdapat hampir di sepanjang usus.
Mikroorganisme utama yang terdapat dalam tembolok, usus
halus dan ceca adalah golongan bakteri Lactobacilli yang
khusus menghasilkan asam laktat dan asam asetat. Sehingga
pH dalam tembolok ayam yang baik antara pH 4–5 akibatnya
organisme yang tidak tahan asam tidak dapat berkembang
secara normal (Astuti, F.K., W. Busono dan O. Sjofjan 2015).
Secara garis besar semua kandungan dari bahan yang
digunakan dalam uji ini memiliki sifat antibakteri bekerja
38
sesuai dengan mekanisme masing-masing misalnya,
flavonoids, dan minyak atsiri yaitu bekerja membentuk
senyawa yang lebih kompleks kemudian mengganggu bahkan
merusak membran sel bakteri uji. Akibat dari terganggunya
membran sel tersebut, bakteri tidak dapat melakukan aktifitas
hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau mati.
4.4. Jumalah Total Bakteri (BAL) dalam Produk Sinbiotik
Hasil penelitian efektifitas pemberian sari kunyit terhadap
jumlah bakteri non patogen BAL pada sinbiotik disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Bakteri Asam Laktat dalam produk Simbiotik
(Cfu/ml)
Bakteri Pengenceran
10-1
10-2
10-3
10-4
Asam
Laktat TBUD 16,8x10
4 7,9 x10
5 3,8x10
6
Berdarasarkan hasil uji penghitungan total koloni bakteri
dalam produk simbiotik menunjukkan bahwa pada perlakuan
pengenceran 10-1
terdapat koloni takterhitung jumlahnya, pada
pengenceran 10-3
terdapat 16,8x104cfu/ml, 10
-4 terdapat 7,9
x105, 10
-5 terdapat 3,8x10
6 cfu/ml. Terdapat perbedaan hasil
penghiungan koloni pada setiap pengenceran. Hal ini sesuai
SNI 2981 : 2009 bahwa jumlah bakteri asam laktat dapat
membantu proses pencernaan dengan konsentrasi minimal
1,0 x107 sel/ml sehingga terjadi keseimbangan populasi
mikroorganisme pada saluran pencernaan yang didominasi
oleh mikroorganisme non patogen.
39
Koloni dari bakteri asam laktat paling optimal pada
pengenceran 10-2
dan 10-3
dimana keberadaan koloni bisa
terhitung dan diidentifikasi. Peningkatan koloni tersebut
diduga disebabkan beberapa hal salah satunya adalah
pengaruh keasaman dari kandungan asam organik pada
tanaman herbal yang diantaranya asam asetat, sitrat, format,
laktat, dan okasalat (Astuti 2015). Kemampuan bertahan
bakteri asam laktat terhadap asam terkait dengan kemampuan
bakteri asam laktat dalam mengatur keseimbangan pH
intraseluler, Lactobacillus merupakan bakteri asam laktat yang
paling toleran terhadap kondisi asam diantara jenisjenis bakteri
asam laktat lainnya (Axelsson, 2004).
40
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
produk kombinasi fitobiotik dan probiotik Bakteri Asam
Laktat (BAL) mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Salmonella sp serta tidak menghambat
terhadap Bakteri Asam Laktat. Populasi Bakteri Asam Laktat
(BAL) dalam produk cenderung pertumbuhan sedang yaitu
dengan konsentrasi 7,9x105. Selain itu hasil penelitian ini
membuktikan senyawa antibakteri dalam kunyit dan tanaman
herbal lain mampu mempertahankan bakteri non pathogen
seperti (BAL) yang sangat bermanfaat bagi kesehatan ternak
khususnya ternak unggas.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
penggunaan kombinasi fitobiotik dan probiotik (BAL) dalam
bentuk lain seperti tepung dalam level tertentu, terkait dengan
jumlah mikroflora dalam usus ayam pedaging.
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Adila, Rahmi., Nurmiati dan A. Agustien. 2013. Uji
Antimikroba Curcuma spp. Terhadap Pertumbuhan
Candida albicans, Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Jurnal Biologi Universitas Andalas.
2(1) : 1-7
Ananggia S. A. dan Murnah. 2007. Profil kromatogram dan
aktivitas antibakterial ekstrak etanol rimpang
temulawak terhadap pertumbuhan Escherichia coli
in vitro. http://eprints.undip. ac.id/22669/1/Sarlin.pdf.
Diakses tanggal 14 Februari 2017.
Astuti, F.K., W. Busono dan O. Sjofjan. 2015. Pengaruh
Pemberian Probiotik Cair dalam Pakan Terhadap
Penampilan Produksi pada Ayam Pedaging. J-PAI.
Vol 6 (2) : 99-104.
Axelsson L. 2004. Lactic acid bacteria: classification and
physiology. Di dalam Salminen S, Wright SV,
Ouwehand A, editor. Lactic Acid Bacteria.
Microbiological and Functional Aspects Third edition,
Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker,
Inc. hlm 19-68.
Bermawie, N. 2006. Mengatasi Demam Berdarah dengan
Tanaman Obat. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 28: 6-8.
Brooks, G.F., Morse, S.A., Butel, J.S., Carroll, K.C.,
Mietzner, T.A., 2013. Mikrobiologi Kedokteran Edisi
25. Jakarta: EGC
Cox NA, Berrang ME, Cason JA. 2000. Salmonella
penetration of egg shell and proliferation in broiler
44
hatching eggs-a review. Poultry Science 79: 1571-
1574.
Coyle, M.B.,.2005. Manual of Antimicrobial Susceptibility
Testing, America: American Society for
Microbiology.
D’aoust, J. V. 2001. Salmonella. Di dalam: Labbe’ RG,
Garcia S, editor. Guide to Foodborne Pathogens.
New York: A John Wiley & Sons, Inc.,
Publication. hlm 163-191.
Desniar, Imam R,. Antonius S,. dan Nisa R,. M. 2012.
Senyawa Antimikroba yang Dihasilkan oleh Bakteri
Asam Laktat Asal Bekasam. Jurnal Akuatika Vol.3
(2): 135-145.
Farrell, K.T. 1990. Spices, Condiments, and Seasonings. The
AVI Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.
Foucaud, Catherine, A. Francois, and A. Richard. 1997.
Development of a Chemically Defined Medium for the
Growth Of Leuconostoc mesenteroides. Applied and
Environmental microbiology. Vol. 63, No. 1: 301–304
Garbutt J. 1997. Essentials of Food Microbiology. London:
Arnold.
Hakim L. 2014. Studi Pengaruh Lama Pengukusan dan Kadar
Bumbu terhadap Kualitas Keripik Jamur Tiram
(Pleurotus ostreatus) dengan Metode Penggorengan
Vacum. Skripsi. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Hammes WP, dan R.,F, Vogel. 1995. Genus Lactobacillus
The. Dalam: Kayu BJB dan Holzapfel WH (eds) The
45
genera Bakteri Asam Laktat,Chapman dan Hall,
London, Inggris, pp 19-54.
Huang R, Li M, Gregory R. 2011. Bacterial interactions in
dental biofilm. Virulence, 25:435-444
Hasyimi. 2010. Mikrobiologi & Parasitologi. Jakarta: Trans
Info Media.
Hyden, M. 2000. Protected Acid Additivies. Feed
International. 7: 14-16
Jamili, Arsan., M. N. Hidayat, A. Hafizah. 2014. Uji Daya
Hambat Ramuan Herbal Terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Salmonella thypi. JIIP.
Volume 1 Nomor 3: 236-237.
Jawetz, Melnick, Adelberg., 2012. Jawetz, Melnick, And
Adelberg ’s medical Microbiology Edisi 25. A.
Adityaputri et al., eds., Jakarta.
Jay, J.M.M.J. Loessner, Dan D.A. Golden. 2005. Modern
Food Microbiology 7th Edition. Springer Science And
Bussiness Media Inc., USA.
Joe, B.; M. Vijaykumar and B.R. Lokesh, 2004. Biological
properties of curcumin- cellular and molecular
mechanisms of action. Critical Review in Food
Science and Nutrition 44 (2) : 97 - 112.
Krismiyanto, L. 2011. Pengaruh Sari Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia) terhadap Laju Digesta dan Kecernaan
Serat Kasar pada Ayam Pelung Jantan yang Diberi
Ransum Berbasis Dedak Padi. Universitas
Diponegoro, Semarang.
46
Lathifah, Q. 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Kasar Senyawa
Antibakteri Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang.
Li H., Meininger C.J., Wu G. 2000. Rapid determination
of nitrite by reversed-phase high-performance liquid
chromatography. J Chromatogr B. 746: 199-207.
Muller, D. M, M. S. Carrasco, G. G. Tonarelli, A. C.
Simonetta. 2009. Characterization and Purefication of
a New Bacteriocin With a Broad Inhibitory Spectrum
Produced by Lactobacillus plantarum lp 31 Strain
Isolated from Dry-fermentagesausage. J Appl
Microbiol 106: 2031-2040
Nataamijaya A.G., dan Jarmani, S.N. 2001. Penampilan Ayam
Ras Pedaging Dengan Menambahkan Tepung
Lempuyang (Zingiber aromaticum Val.) di Dalam
Ransum dan Kemungkinan Pengembangannya.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor.
Pandiangan, M. 2011. Kajian Aktivitas Atimikrobia Ekstrak
Kunyit (Curcuma domestica val) terhadap Bakteri
Patogen. Media Unika. 20(1): 24
Permata, S., S., dan Imam A., W. 2008. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak, Fraksi dan Isolat Rimpang
Curcuma sp. terhadap Beberapa Bakteri Patogen.
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Volume 4
Nomor 3.
Pratiwi, Erni. 2011. Pemeriksaan Salmonella. Diakses di
:http://id.scribd.com/doc/54252133/tugas-bakteri2.
Diakses pada: Minggu, 18 Februari 2017
47
Pujimulyani, D., S. Raharjo, Y. Marsonceo, U. Santoso.
2010. Aktivitas antioksidan dan kadar Senyawa
Fenolik pada Kunir Putih (Curcuma manga Val.)
Segar dan SetelahBlanching. Agritech, Vol. 30 (2)
Rahmawati, N., Edhy Sudjarwo dan Eko Widodo. 2013. Uji
aktivitas antibakteri ekstrak herbal terhadap bakteri
Escherichia coli. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (3):
24 - 31
Ristiati. N. P. 2000. Pengantar Mikrobiologi Umum.
Proyek Pengembangan sekolah menengah IBRD
Loan Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Sakamoto, K., Abelardo M., Hendrik W., Van V., and Will N.
2001. Hop Resistance in the Beer Spoilage Bacterium
Lactobacillus brevisIs Mediated by the ATP-Binding
Cassette Multidrug Transporter HorA. Journal of
Bacteriology. Vol. 183, (18): 5371
Saptarini, Khrisia. 2009. Isolasi Salmonella Spp. Pada Sampel
Saging Sapi di Silayah Sogor Serta Uji Ketahanannya
Terhadap Proses Pendinginan dan Pembekuan.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor: 20
Sarjono, P. R. dan Mulyani, N. S., 2007. Aktifitas Antibakteri
Rimpang Temu Putih (Curcuma mangga Val.). Jurnal
Sains dan Matematika (JSM). Vol. 15 (2).
Sihombing, P.A., 2007. Jurnal Aplikasi Ekstrak Kunyit
(Curcuma domestica) Sebagai Bahan Pengawetr Mie
Basah. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Sumangat, D., Anggraeni, dan M.P. Laksmanahardja. 1994.
Tanaman rempahrempah. Balai Penelitian Tanaman
48
Rempah dan Obat. Edisi Khusus LITTRO. Vol. X No.
2 : 94.
Sumiati, E. Dan Adnyana, 2004. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran Lembang. Jurnal Hortikultura. v 6 (1): 17-22
Tortora GJ, Funke BR, Case CL.1998. Microbiology an
Introduction. Ed ke-6. California: The Benjamin/
Cumming Publishing.
Winarto, W. P., 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta:
Agropedia Pustaka.
Yudistira, Y., E. Widodo dan O. Sjofjan. 2015. Pengaruh
Penambahan Sari Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi l.) dalam Pakan terhadap Mikroflora Usus
Ayam Petelur. J-PAI. Vol 6 (1) : 2-4