tuters fistum

Upload: siti-nur-azizah

Post on 30-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTUR FISIOLOGI TUMBUHANKORELASI FUNGSI HORMON AUKSIN, SITOKININ DAN GIBERELIN

Oleh :

Siti Nur Azizah B1J011086Kelas B

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2013I. PENDAHULUAN

Hormon tumbuhan atau sering disebut fitohormon merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis untuk mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. "Kadar kecil" yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter. Penuaan (senescence) adalah proses penurunan kondisi dan aktivitas metabolisme yang menyertai pertambahan umur dan mengarah pada kematian organ atau organisme secara keseluruhan. Proses penuaan berlangsung sangat cepat. Penuaan pada tumbuhan dapat dihambat oleh hormone tanaman seperti sitokinin. Namun, beberapa giberelin dan auksin juga telah dilaporkan dapat menghambat penuaan di sejumlah spesies tanaman, tetapi efisiensi keduanya sebagian besar tidak sama dengan hormone sitokinin. Banyak jenis tanaman yang tidak memberikan respon positif untuk menghambat penuaan oleh hormone auksin. Percobaan dilakukan untuk memastikan apakah IAA yang termasuk ke dalam auksin dapat menghambat penuaan dengan menggunakan 3 spesies sebagai objek penelitian, antara lain Jussiaea, Eichhornia dan Salvinia. Ketiga jenis tersebut merupakan tanaman air. Efektifitas hormone IAA dalam penghamabatan penuaan dilihat dari kecepatan penuaan dibandingkan dengan proses penuaan yang berlangsung secara alamiah. Dengan demikian, tujuan dari penelitian tersenut adalah untuk mengevaluasi efisiensi IAA terhadap respon menghambat penuaan dalam kasus 3 jenis tanaman air.

I. PEMBAHASANAuksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar, dan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan. Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu proses pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin. Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.Fungsi hormon sitokinin, giberelin dan auksin bersama-sama mendukung pertumbuhan tanaman. Namun, dalam menentukan ada pengaruh atau tidaknya hormone auksin dalam penghambatan penuaan telah dibuktikan oleh ( ), dengan melakukan prosedur kerja sebagai berikut, cakram daun seragam iris, diambil dari daun dewasa dari tanaman kemudian sampel menggunakan larutan IAA larutan IAA (100 mgml-1) sedangkan kontrol dengan menggunakan air suling diletakkan dalam cawan petri yang berisi kertas saring, disimpan dalam kondisi gelap selama 144 jam. Pada selang waktu 48 jam kertas saring yang dibasahi dengan bahan kimia pengujian atau air suling. Pada interval 48 jam data biokimia dicatat meliputi: klorofil, protein, karbohidrat larut dan tidak larut, RNA dan DNA serta aktivitas enzim katalase. Untuk mengetahui tingkat klorofil, absorbansi ekstrak klorofil diukur pada 650 nm dan kandungan klorofil total yang diperkirakan mengikuti prinsip Arnon (1949). Ekstraksi dan estimasi protein dan karbohidrat (baik larut dan tidak larut) dilakukan sesuai dengan metode Lowry et al. (1951) dan McCready et al. (1950) masing-masing. Ekstraksi asam nukleat (RNA dan DNA) dibuat mengikuti metode yang dijelaskan oleh Cherry (1962). Tingkat RNA dan DNA diperkirakan dari saham biasa menggunakan metode Markham (1955) dimodifikasi oleh Choudhuri dan Chatterjee (1970). Ekstraksi dan estimasi dari enzim katalase dibuat mengikuti metode Snell dan Snell (1971). Dan pengujian enzim dilakukan sesuai metode Fick dan Qualset (1975). Semua data dianalisis secara statistik pada tingkat pengobatan dan replikasi dan perbedaan paling signifikan (LSD) nilai dihitung pada limit kepercayaan 95%.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada tanaman control, baik kandungan klorofil dan protein menurun dengan cepat, karbohidrat yang mudah larut ditemukan meningkat sedangkan karbohidrat yang tidak larut terus menerus menurun seiring meningkatnya peristiwa penuaan. RNA dan DNA secara bertahap menurun akibat stress sampelSitokinin adalah kelas hormon tanaman yang ditemukan selama tahun 1950 karena kemampuan yang kuat dari turunan purin untuk memicu pembelahan sel tanaman in vitro (Miller et al., 1955, 1956). Cepat setelah itu, berbagai kegiatan tambahan hormon digambarkan, termasuk kemampuan untuk merangsang pembentukan tunas dari jaringan kalus terorganisir (Skoog dan Miller, 1957), untuk menghambat penuaan daun (Richmond dan Lang, 1957), untuk merangsang pigmen akumulasi (Bamberger dan Mayer, 1960), dan mendukung pembangunan plastid (Stetler dan Laetsch, 1965). Akhirnya, pertama endogen sitokinin, turunan purin N6-tersubstitusi bernama trans-zeatin, diisolasi di 1963 (Letham, 1963). Namun, banyak alat yang berhasil mampu mempelajari sebagian hormon tanaman lain yang kurang dalam kasus sitokinin, termasuk inhibitor sintesis, sinyal atau transportasi. Selain itu, konsentrasi endogen mereka extremelydifficult untuk mengukur karena mereka mewakili hanya sebagian kecil fraksi metabolit ofpurine. The sitokinin-sintesis gen IPT dari Agrobacterium tumefaciens T-DNA digunakan untuk meningkatkan sintesis sitokinin endogen dalam tanaman transgenik, tetapi hanya diperbolehkan untuk analisis gain-of-fungsi (Smigocki, 1991; Faiss et al, 1997;. Gan dan Amasino, 1995 ; Rupp et al, 1999).. Oleh karena itu, bukti yang meyakinkan bahwa sitokinin memang diperlukan untuk mengatur perkembangan

II. KESIMPULANBerdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di Barmer, India dan di Peshwar, Pakistan merupakan tempat yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Berbagai spesies kelelawar dari ordo Mikrochiropteran dan Makrochiroptheran pindah ke daerah tersebut. Barmer merupakan salah satu habitat yang lebih aman untuk Microchiropterans Gurun Thar, sampai dengan tahun 1982 tiga spesies Microchiropteran (Rhinopoma microphyllum kinneri, Taphozous perforatus, Pipistrillus tenuis) ditemukan di Barmer. Setelah itu muncul lima spesies baru yang terdiri dari tiga microchiroptera (Rhinopoma hardwickii, Taphozous melanopogon, Taphozous nudiventris) dan dua megachiroptera (Cynopterix sphinx, Pteropus giganteus giganteus). Peshwar, (Kota di Pakistan) yaitu Pipistrellus giganteus yang merupakan kelelawar buah. Keberadaannya karena ketersediaan kebun buah seperti kesemek, loquat dan lengkeng. Rhinopoma microphyllum yang berasal dari Takht Bahi dan Frontier Region (FR) juga pertama kalinya ditemukan di sekitar Peshwar. Hal ini karena faktor lingkungan seperti keadaan geografis, suhu dan ketersediaan pangan yang menyebabkan mereka berpindah ke sekitar Peshwar. Scotophilus heathii juga dilaporkan dari Islamabad, Multan, Lahore, Kashmore, Sakkar, Jaccobabad, Mirpur, Sakro, Dadu, Landi, Malir dan Karachi (Sindh).

DAFTAR PUSTAKAPurohit., Ashok, Preeti SONI, Amanpreet KAUR, Heera RAM. 2013. Eco-status of Chiropteran Fauna in and around Barmer, India. International Journal of Conservation Science Volume 4, Issue 1, January-March 2013: 119-123.

Perveen, Farzana and Faiz-ur-Rahman. 2012. Checklist of First Recorded Bat Species in Peshwar and Adjacent Areas, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. International Journal of Farming and Allied Sciences. International Journal of Farming and Allied Sciences 1 (4): 97-100.