laporan praktikum fistum

35
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN “Tekanan Osmosis ” KELOMPOK 2 / SHIF III 1. Aini Maskuro (0910211107) 2. Arizal irawan (0910211082) 3. Efriyanti Nilasari (0910211100) 4. Corina oktavia ( 5. Nur imamah (0910211088) PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: dedi-tabun

Post on 20-Jun-2015

2.601 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa: 1.Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi nol. 2.Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan glukosa akan mengalami plasmolisis, dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis . 3.Inciepient plasmolysis adalah suatu keadaan dimana setengah sel dari seluruh jumlah sel menunjukkan tanda-tanda plasmolisis. 4. Inciepient plasmolysis (IP) pada percobaan ini terjadi pada konsentrasi 0,20 M 5. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang berplasmolisis karena konsentrasi larutan semakin pekat dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin sedikit jumlah sel yang tidak berplasmolisis .

TRANSCRIPT

Page 1: laporan praktikum fistum

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

“Tekanan Osmosis ”

KELOMPOK 2 / SHIF III

1. Aini Maskuro (0910211107)

2. Arizal irawan (0910211082)

3. Efriyanti Nilasari (0910211100)

4. Corina oktavia (

5. Nur imamah (0910211088)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2011

Page 2: laporan praktikum fistum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan :

Setelah menyelesaikan acara praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menghitung

tekanan osmosis cairan sel .

1.2 Dasar Teori

Komponen potensial tumbuhan terutama terdiri dari atas potensial osmosis (solute) dan

potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel,air murni cenderung

memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel.

Untuk mengatur potensial osmosis , potensial turgor nol . potensial turgor sama dengan nol jika

sel mengalami plasmolisis. Plasmolisis adalah peristiwa keluarnya cairan sel karena adanya

tekanan osmosa,bilamana sel tersebut berada dalam larutan yang hipertonis dalam keadaan

“inspien plasmolysa”, tekanan osmosa cairan sel sama dengan tekanan osmosa larutan dimana

sel tersebut direndam. Jika sel dalam larutan yang encer (hipotonis) maka cairan yang untuk

merendam sel tersebut akan mengalir masuk kedalam sel , sel menggembung.

Inspien plasmolysa dapat dikenali apabila dalam suatu larutan dijumpai sekumpulan

sel yang 50% tidak berplasmolisis.dalam hal ini digunakan nilai rata-rata karena potensial

osmosis sel-sel tersebut tidak sama .

Pada waktu terjadi plasmolisis inspien , sel berada dalam keadaan tanpa tekanan.

Potensial osmosis larutan eksternal memiliki nilai sama dengan potensial osmosis ciran sel.dalam

keadaan seperti ini larutan eksternal dikatakan isotonic terhadap cairan sel.

Gambar perbedaan konsentrasi yang menyebabkan perubahan pada dinding sel

Page 3: laporan praktikum fistum

Dengan menghitung nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang isotonic terhadap

cairan sel,maka nilai potensial osmosis sel dapat diketahui. Nilai potensial osmosis cairan sel

tumbuhan berkisar -10 dan -20 atm .

Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air

dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai

potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel.

Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu

potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan (Wilkins, 1992). Sel tumbuhan yang

digunakan dalam praktikum ini adalah sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor, sedangkan

konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan adalah 0 M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; 0,24

M dan 0,26 M.

Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat dikatakan

bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara differensial dari suatu

tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi

molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula

tekanan osmosisnya. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika

kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan

konsentrasi.

Sistem osmotik,alat ukur osmosis disebut osmometer.umunya osmometer adalah

perkakas laboratorium,tapi sel hidup dapat pula di anggap sebagai sistem osmotik. Pada

keduanya ,biasanya terdapat 2 hal yang penting pertama ,2 larutan atau lebih atau air

murni ,dipisahkan satu sama lain oleh membran yang lebih membatasi pergerakan unsur terlarut

daripada molekul pelarut.kedua,biasanya terdapat sarana untuk membangun membrannya

bersifat semi permiable yang melakukan pelarut air dengan mudah tapi tidak melarutkan larutan.

Larutan demikian kuat terbatasi sehingga pergerakan air kedalam osmometer tidak banyak

menaikkan volume larutan.osmometer yang ha,pir sempurna dapat dibuat di laboratorium namun

sel tidak pernah berfungsi sebagai sistem osmotik yang sempurna.(Frank B salisbury,1995;47)

Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak

air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika

Page 4: laporan praktikum fistum

potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih

rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu

cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya

sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan

sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo

discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi

konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.

Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses

plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang

terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka

dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air

murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-

benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang

tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul

tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).

Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan

potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung

memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel.

Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang

terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di

dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai potensial

osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu berpengaruh

terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial osmotiknya

semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin tinggi maka

nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952).

Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk memasuki sel,

sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel mengakibatkan air untuk cenderung

meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial osmosis maka potensial turgor harus sama dengan

0. Agar potensial turgor sama dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis. Plasmolisis adalah

Page 5: laporan praktikum fistum

suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari

vakuola (Salisbury and Ross, 1992). Menurut Winduwati (2000), karakteristik permeasi air pada

membran osmosis balik telah dipelajari dengan menggunakan membran komposit modul modul

sopitral wound dan larutan klorida dalam air dalam larutan umpan.

BAB II

METODOLOGI

1. Timbang glukosa 342 g . setelah itu larutan stok glukosa 1 M ,dengan cara melarutkan

342 gr glukosa tersebut ke dalam 500 ml aquades.selanjutnya selanjutnya dibuat larutan

sukrosa dengan konsentrasa 0M ; 0,16 M ; 0,18 M ; 0,20 M ; 0,22 M ; 0,24 M ; dan 0,26

M dengan cara mengencerkan larutan stok glukosa 1 M . misalnya akan dibuat larutan

glukosa 0,16 M dari stok 1 M dengan volume sebanyak 100 cc.

VIMI = V2M2

Keterangan :

V1 = Volume larutan sukrosa stok (1M)

M1 = Molaritas larutan sukrosa (1M)

Page 6: laporan praktikum fistum

V2 = Volume larutan sukrosa yang akan dibuat (100ml)

M2 = Molaritas larutan sukrosa yang akan dibuat (0,16M)

Contoh :

V1.M1 = V2.M2

V1.1 = 100.0,16

V1 = 16

Jadi diambil larutan stok glukosas 1 M sebanyak 16 ml,kemudian ditambah aquades 84 ml

sehingga volume akhir menjadi 100ml. dengan cara yang sama dibuat larutan glukosa lain .

2. Dalm botol vial diisi 5ml larutan glukosa.tiap botol digunakan untuk 1 konsentrasi

larutan.

3. Dengan menggunakan pisau silet ,dibuat sayatan membujur tipis epidermis bawah daun

Rhoeo discolor yang berwarna ungu. Paling sedikit sayatan tersebut mengandung 25 buah

sel epidermis yang berwarna ungu (mengandung antosianin).

4. 2 atau 3 sayatan epidermis dimasukkan kedalam botol yang sudah berisi larutan.

Page 7: laporan praktikum fistum

5. Biarkan sayatan berada dalam larutan sukrosa selama 15 menit.

6. Setelah 15 menit syatan epidermis tadi diletakkan di atas gelas obyek . gelas obyek ini

sebelumnya telah ditetesi larutan glukosa dengan konsentrasi larutan glukosa pada

masing-masing botol. Dengan pertolongan ujung jarum ,gelas obyek ditutup dengan gelas

penutup.periksa sayatan epidermis tadi dibawah mikroskop.

7. Tentukan 25 sel epidermis yang tampak dibawah mikroskop. Hitunglah jumlah sel yang

berplasmolisis dan yang tidak berplasmolisis.catat hasil perhitungan ini dalam suatu

table.kemudian dihitung jumlah sel yang mengalami plasmolisis.

8. mencari konsentrasi larutan sukrosa 50 % jumlah epidermisnya mengalami plasmolisis.

Untuk menentukan konsentrasi larutan yang menyebabkan plasmolisis inspient.

9. Sel epidermis pada keadaan plasmolisis inspient memiliki potensial osmosis larutan yang

digunakan.

Page 8: laporan praktikum fistum

Menghitung nilai potensial osmosis cairan sel dengan menggunakan rumus :

ψ =

−22 , 4 MT273

atm

Page 9: laporan praktikum fistum

BAB III

HASIL PENGAMATAN

VIMI = V2M2

Keterangan :

V1 = Volume larutan sukrosa stok (1M)

M1 = Molaritas larutan sukrosa (1M)

V2 = Volume larutan sukrosa yang akan dibuat (100ml)

M2 = Molaritas larutan sukrosa yang akan dibuat (0,16M)

Pada saat praktikum tidak menggunakan sukrosa tapi menggunakan glukosa .

Page 10: laporan praktikum fistum

1. V1.M1 = V2.M2

V1.1 = 100.0 M 0 ml larutan stok gula + 100 ml aquades

V = 0 ml

2. V1.M1 = V2.M2

V1.1 = 100.0,16 M 16 ml larutan stok gula + 84 ml aquades

V = 16 ml

3. V1.M1 = V2.M2

V1.1 = 100.0,18 M 18 ml larutan stok gula + 82 ml aquades

V = 18 ml

4. V1.M1 = V2.M2

V1.1 = 100.0,20 M 20 ml larutan stok gula + 80 ml aquades

V = 20 ml

5. V1.M1 = V2.M2

V1.1 = 100.0,22 M 22 ml larutan stok gula + 78 ml aquades

V = 22 ml

6. V1.M1 = V2.M2

V1.1 = 100.0,24 M 24 ml larutan stok gula + 76 ml aquades

V = 24 ml

7. V1.M1 = V2.M2

V1.1 = 100.0,26 M 26 ml larutan stok gula + 74 ml aquades

V = 26 ml

Page 11: laporan praktikum fistum

PERBESARAN 10 X HASIL PENGAMATAN KELOMPOK KONSENTRASI 0.22 M

a. Sel yang tidak berplasmolisis

b. Sel yang berplasmolisis

Sel berplasmolisis Sel tidak berplasmolisis

Page 12: laporan praktikum fistum

Perbandingan dari literature

Sel berplasmolisis Sel tidak berplasmolisis

Page 13: laporan praktikum fistum

Tabel Pengamatan sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang berplasmolisis dan

yang tidak berplasmolisis :

Konsentrasi

(M)

Jumlah Sel

Rata –

Rata

Tidak

berplasmolisisBerplasmolisis

0 M

0,16 M

0,18 M

0,20 M

0,22 M

0,24 M

0,26 M

0

12

14

20

25

30

50

40

30

26

24

20

16

10

20

21

20

22

22,5

23

30

1. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0 M

Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK

Perhitungan Potensial Osmosis :

ψ =

−22 , 4 MT273

atm

=

−22 ,4×0×298273

atm

Page 14: laporan praktikum fistum

=

0273

atm = 0 atm

2. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,16 M

Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK

Perhitungan Potensial Osmosis :

ψ =

−22 ,4 MT273

atm

=

−22 , 4×0 ,16×298273

atm

= - 3,91 atm

3. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,18M

Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK

Perhitungan Potensial Osmosis :

ψ =

−22 ,4 MT273

atm

=

−22 , 4×0 ,18×298273

atm

= -4,401atm

4. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,20M

Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK

Perhitungan Potensial Osmosis :

Page 15: laporan praktikum fistum

ψ =

−22 , 4 MT273

atm

=

−22 ,4×0 , 20×298273

atm

= -4,89 atm

5. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,22 M

Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK

Perhitungan Potensial Osmosis :

ψ =

−22 , 4 MT273

atm

=

−22 ,4×0 , 22×298273

atm

= - 5,38 atm

6. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,24 M

Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK

Perhitungan Potensial Osmosis :

ψ =

−22 , 4 MT273

atm

=

−22 ,4×0 , 24×298273

atm

= - 5,87 atm

7. Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipen : 0,26 M

Page 16: laporan praktikum fistum

Temperatur ruangan : 25oC + 273 = 298 oK

Perhitungan Potensial Osmosis :

ψ =

−22 , 4 MT273

atm

=

−22 ,4×0 , 26×298273

atm

= - 6,36 atm

Page 17: laporan praktikum fistum

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Konsep Dasar Tujuan Praktikum

Percobaan yang memiliki judul Tekanan Osmosis dengan sub judul Plasmolisis ini

bertujuan untuk menemukan fakta tentang gejala plasmolisis, menunjukkan factor penyebab

plasmolisis, mendeskripsikan peristiwa plasmolisis, serta menunjukkan hubungan antara

plasmolisis dengan status potensial osmotic antara cairan selnya dengan larutan di

lingkungannya. Berdasarkan literatur disebutkan bahwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya

membran sel dari dinding sel sebagai dampak hipertonisnya larutan di luar sel, sehingga cairan

yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi 0. Efek

selanjutnya yang ditimbulkan adalah karena potensial air dalam sel lebih tinggi dari luar sel,

maka air di luara sel bergerak ke dinding sel mendesak membran sel yang mengakibatkan

membran sel terlepas dari dinding sel. Objek percobaan kali ini adalah daun Rhoe discolor.

4.2 Klasifikasi dan Deskripsi Rhoe discolor

Berdasarkan litelatur yang didapatkan, deskripsi dari daun Rhoe discolor adalah sebagai

berikut:

Klasifikasi ilmiah

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionta

Super divisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Ordo : Commelinales

Page 18: laporan praktikum fistum

Famili : Commelinaceae

Genus : Rhoeo

Spesies : Rhoeo discolor

Nama daerah : Tanaman Adam dan Hawa

Deskripsi

Habitus : Semak, tinggi 40-60 cm.

Batang : Kasar, pendek, lurus, coklat.

Daun : Tunggal, lonjong,ujung runcing, pangkal memeluk batang, tepi rata, panjang 25-

30 cm, lebar 3-6 cm, permukaan atas hijau, permukaan lainnya merah kecoklatan.

Bunga : Majemuk, bentuk mangkok, di ketiak daun, terbungkus, kelopak seperti kerang,

benang sari silindris, banyak, putih, kepala putik kuning, mahkota bentuk segitiga, tiga lembar,

putih

Akar : Serabut, kecoklatan.

4.3 Analisa hasil Pengamatan

Pada percobaan ini, yang dipakai sebagai preparat adalah sayatan tipis epidermis daun

Rhoe discolor bagian bawah. Dalam membuat preparat segar dari daun tersebut harus

memperhatikan ketentuan dalam membuat preparat yang telah diajarkan sebelumnya. Sedangkan

syarat objek dapat diamati di bawah mikroskop adalah tembus cahaya.

Setelah preparat segar selesai dibuat, kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran

Page 19: laporan praktikum fistum

kecil kemudian perbesaran yang semakin besar. Pada pengamatan tersebut akan telihat sel-sel

yang berwarna ungu yang terbentuk karena adanya pigmen warna anthocian pada daun Rhoe

discolor tersebut. Setelah itu pada tepi gelas penutupnya ditetesi dengan larutan gula (glukosa),

diamati, dan dicatat kapan saja terjadi perubahan sel-sel beranthosian tadi terus-menerus selama

15 menit. Sukrosa yangg digunakan pada percobaan ini memiliki berbagai konsentrasi yaitu 0

M; 0,16 M ; 0,18 M ; 0,22 M ; 0,24M dan 0,26 M.

1. Glukosa 0 M

Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki

pigmen warna ungu yang disebut pigmen antosian.larutan yang digunakan adalah

aquades murni sebanyak 100 ml dengan konsentrasi glukosa 0 M yang kemudian di

ambil menggunakan gelas ukur sebanyak 5ml untuk diletakkan di cawan

petridish,sayatan Rhoe discolor diletakkan pada cawan petridish tersebut slema 15 menit

setelah itu diamati dibawah mikroskop,hasil yang didapatkan adalah tidak ada sel yang

berplasmolisis karena tidak faktor konsentrasi zat terlarut yaitu glukosa akibatnya inti

dinding sel tidak mengalami perubahan jadi pada konsentrasi glukosa 0 M tidak ada sel

yang berplasmolisis . Kondisi larutan di luar sel dalam keadaan hypotonic .

2. Glukosa 0,16 M

Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki

pigmen warna ungu yang disebut pigmen antosian. Hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah proses pengamatan. Selain itu digunakan larutan glukosa dengan

konsentrsai 0,16 M larutan glukosa tersebut yang berperan sebagai larutan hipertonis

terhadap sel pada percobaan ini. Dalam membuat preparat segar, perlu memperhatikan

ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan sebelumnya, baik dalam menyayat preparat

maupun saat meletakkannya pada gelas benda. Hasil sayatan dari preparat tersebut harus

tembus cahaya, karena hal tersebut merupakan syarat objek dapat diamati di bawah

mikroskop.

Sebelum larutan sukrosa diteteskan pada daun Rhoe discolor yang diamati dibawah

mikroskop, jumlah total sel yang berwarna ungu adalah 42 buah. Selain sel-sel yang

berwarna ungu maupun yang berwarna putih, juga ditemukan stomata sel. Sel-sel yang

Page 20: laporan praktikum fistum

berwarna ungu pada sel terlihat lebih jelas dibandingkan kloroplas yang berwarna hijau.

Hal ini terjadi karena pada saat normal pigmen antosianin berada vakuola tumbuhan yang

cukup besar, sedangkan kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma.

Kemudian, setelah sel berwarna ungu selesai dihitung lalu menetesinya dengan larutan

glukosa 0,16 M pada tepi gelas penutup. Setelah itu, mengamati perubahan yang terjadi

selama 15 menit. Akan tetapi, setelah 15 menit sel yang berwarna ungu seolah

menghilang karena pecah. Sehingga tinggal 30 sel yang berwarna ungu . Jadi sebanyak

28,6% sel telah terplasmolisis dan sebanyak 71,4% sel tak terplasmolisis.

Sel-sel yang berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas lebih jelas terlihat. Hal ini

terjadi karena pada saat sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya,

maka air keluar dari vakuola sehingga membran sitoplasma akan mengerut begitu pula

sitoplasma, dan secara otomatis juga ukuran vakuola. Sehingga pigmen antosianin dari

dalam vakuola tidak terlalu jelas terlihat. Saat sitoplasma mengkerut , kloroplas yang

tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga dapat terlihat jelas. Pernyataan ini

sesuai dengan buku karangan Wildan Yatim yang berjudul Biologi Modern Biologi Sel

dalam Novi Utami 2011 (on line)

3. glukosa 0,18 M

Pada percobaan plasmolisis, Di dalam pengamatan dan percobaan ini yang menjadi objek

pengamatan adalah epidermis bawah daun Rhoe discolor. Pada epidermis bawah daun

Rhoe discolor ini di buat preparat dahulu sebelum melakukan pengamatan pada

mikroskop dengan perbesaran 10X10. Dalam pengamatan ini diperoleh data bahwa sel-

sel yang penuh dengan warna ungu (anthocian) berjumlah 11 sel dari 40 sel yang terlihat

di mikroskop dengan perbesaran 10X10. Hal ini berarti ada 29 sel berwarna putih.

Kemudian setelah sel terhitung jumlahnya, disekitar cover glass memberinya beberapa

tetes larutan sukrosa (gula) dengan konsentrasi 0,18 M dan mengamati perubahanya.

Dalam hal ini perubahan yang terjadi pada sel tersebut langsung terjadi pada menit ke 15.

Selama pengamatan tersebut pada 14 sel yang berplasmolisis sedangkan yang tidak

berplasmolisis sebanyak 26 sel jadi total rata-rata antara keduanya yaitu 20 sel . jadi 35 %

sel berplasmolisis sedangkan yang tidak berplasmolisis sebanyak 65 % . penyebab sel

berplasmolisis pada konsentrasi 0,18M bertambah 2 sel dari konsentrasi sebelumnya 12

Page 21: laporan praktikum fistum

sel dikarenakan terjadi penambahan konsentrasi gula sebesar 0,02 M . sedangkan sel

yang tidak berplasmolisis berkurang 4 sel dari konsentrasi sebelumnya . keadaan

konsentrasi sel bertujuan untuk mencapai keadaan yang isotonic.

4. glukosa 0,20 M

Percobaan ini dilakukan dengan membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoe discolor,

dan meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, menetesi dengan sedikit air, kemudian

menutupnya dengan kaca penutup,konsentrasi gula yang digunakan 0,20 M di dapatkan

hasil pengamatan sel yang berplasmolisis sebanyak 20 sel dan yang 24 sel yang tidak

berplasmolisis . terjadi penambahan jumlah sel yang berplasmolisis sebanyak 6 sel dari

konsentrasi sebelumnya sedangkan jumlah sel yang tidak berplasmolisis mengalami

penurunan sebesar 2 sel , hal ini dikarenakan karena penambahan konsentrasi gula

sebesar 0,02 M . penambahan konsentrasi zat terlarut(glukosa) sangat mempengaruhi

jumlah sel yang berplasmolisis untuk mencapai konsentrasi isotonic . persentase

perbandingan sel yang berplasmolisis 45,5% dan yang tidak berplasmolisis 54,5%.

5.glukosa 0,22 M

Percobaan ini dilakukan dengan membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoe discolor,

dan meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, menetesi dengan sedikit air, kemudian

menutupnya dengan kaca penutup. Preparat epidermis bawah daun Rhoe discolor tersebut

kemudian diletakkan di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 hingga preparat tampak

jelas dari lensa pengamat. Kegiatan selanjutnya yaitu menghitung jumlah sel yang penuh

dengan warna ungu (anthocian) yang terdapat dalam bidang pengamatan. Setelah

terhitung, selanjutnya memberikan tetesan larutan gula 0,22 M ke tepi gelas penutupnya,

lalu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi selama 15 menit, dan menghitung

kembali jumlah sel beranthocian yang mengalami pemudaran warna ungu, atau bahkan

menjadi transparan(terplasmolisis).

Percobaan ini menghasilkan data jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada larutan

gula 0,22 M yaitu sebanyak 25 sel dan tidak terplasmolisis sebanyak 20 sel. Sehingga jika

dilakukan perhitungan, dapat diketahui persentase sel yang terplasmolisis maupun

tidak,yaitu sebagai berikut:

Sel terplasmolisis : 25/45 x 100% = 55,56%

Page 22: laporan praktikum fistum

Sel tidak terplasmolisis: 20/45 x 100% = 44,44%

Waktu mulai terjadi plasmolisis tercatat lebih dari 15 menit. Ada suatu bentuk hubungan

yang terjadi antara besar potensial osmotic (PO) sel terhadap molaritas atau konsentrasi

larutan sukrosa disekitar sel, yaitu semakin tinggi molaritas larutan sukrosa, maka

semakin rendah besar potensial osmotik sel tersebut. Hal ini menyebabkan semakin cepat

proses terjadinya plasmolisis. Bila tekanan osmotik larutan diluar sel sama dengan

tekanan osmotik cairan sel (isotonik) maka tidak akan terjadi peristiwa plasmolisis.

Plasmolisis terjadi karena larutan diluar sel memiliki konsentrasi yang lebih tinggi

daripada konsentrasi cairan sel.

6. Glukosa 0,24 M

Percobaan ini dilakukan dengan membuat sayatan epidermis bawah daun Rhoe discolor,

dan meletakkan sayatan tersebut pada gelas benda, menetesi dengan sedikit air, kemudian

menutupnya dengan kaca penutup,konsentrasi gula yang digunakan 0,24 M di dapatkan

hasil pengamatan sel yang berplasmolisis sebanyak 30 sel dan yang 16 sel yang tidak

berplasmolisis . terjadi penambahan jumlah sel yang berplasmolisis sebanyak 5 sel dari

konsentrasi sebelumnya sedangkan jumlah sel yang tidak berplasmolisis mengalami

penurunan sebesar 4 sel , hal ini dikarenakan karena penambahan konsentrasi gula

sebesar 0,02 M . penambahan konsentrasi zat terlarut(glukosa) sangat mempengaruhi

jumlah sel yang berplasmolisis untuk mencapai konsentrasi isotonic . persentase

perbandingan sel yang berplasmolisis 65,2% dan yang tidak berplasmolisis 34,8%.

7.glukosa 0,26 M

Pada pengamatan ini, digunakan epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki

pigmen warna ungu. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pengamatan.

Selain itu digunakan larutan sukrosa 0,26 M yang berperan sebagai larutan hipertonic

terhadap sel.

Sebelum larutan sukrosa diteteskan pada daun Rhoe discolor yang diamati dibawah

mikroskop, jumlah sel yang berwarna ungu adalah 60 buah. Sel-sel yang berwarna ungu

ini terlihat lebih jelas dibandingkan kloroplas yang berwarna hijau. Hal ini terjadi karena

pada saat normal pigmen antosianin berada vakuola tumbuhan yang cukup besar,

Page 23: laporan praktikum fistum

sedangkan kloroplas cenderung tersebar mengambang pada sitoplasma. Kemudian,

setelah sel berwarna ungu selesai dihitung lalu menetesinya dengan larutan sukrosa 0,26

M pada tepi gelas penutup. Setelah itu, mengamati perubahan yang terjadi selama 15

menit. Akan tetapai, setelah 5 menit sel yang berwarna ungu seolah menghilang karena

pecah. Sehingga tinggal 50 sel yang berwarna ungu . jadi sebanyak 83,3 % sel telah

terplasmolisis dan sebanyak 16,67 % sel tak terplasmolisis.

Sel-sel yang berwarna ungu terlihat lebih sedikit dan kloroplas lebih jelas terlihat. Hal ini

terjadi karena pada saat sel ditempatkan pada larutan yang hipertonis terhadapnya, maka

air keluar dari vakuola sehingga membrane sitoplasma akan mengerut begitu pula

sitoplasma, dan secara otomatis juga ukuran vakuola. Sehingga pigmen antosianin dari

dalam vakuolatidak terlalu jelas terlihat. Saat sitoplasma mengkerut , kloroplas yang

tersebar di dalam sitoplasma akan merapat sehingga dapat terlihat jelas. Pernyataan ini

sesuai dengan buku karangan Wildan Yatim yang berjudul Biologi Modern Biologi Sel.

Dari seluruh variable bebas yaitu berbagai konsentrasi larutan sukrosa (0,16M ;0,18M ;

0,22M dan 0,26M), variable kontrol waktu, dan variable terikat adalah banyaknya sel

yang terplasmolisis, maka diperoleh persen sel yang terplasmolisis ataupun yang tidak

terplasmolisis. Selanjutnya dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi larutan

sukrosa dengan sel yang terplasmolisis sebagai berikut:

Dari grafik diatas terlihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan glukosa, sel yang

terplasmolisis lebih banyak. Hal ini terjadi karena perbedaan konsentrasi zat semakin

besar, mengakibatkan air semakin cepat berpindah dari konsentrasi rendah ke konsentrasi

tinggi. Waktu mulai terplasmolisis juga akan lebih cepat terlihat pada konsentrasi larutan

sukrosa yanga lebih tinggi. Dari hasil persentase sel yamg terplasmolisis yang mendekati

50 % adalah ketika glukosa yang digunakan 0,20 M yaitu sebesar 45.5 % Hal ini berarti

bahwa Inscipient Plasmolisis terjadi saat konsentrasi sukrosa yang diberikan sebesar 0,20

M.

Menurut Tjitrosomo (1987) dalam Novi Utami 2011 (on line) , jika sel dimasukan ke

dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan

Page 24: laporan praktikum fistum

dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke

dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan

kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel

akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk

oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Sel epidermis daun

Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin

tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.

Apabila dibandingkan menurut literatur ternyata hasil percobaan yang dilakukan justru

berbeda dengan literature, hanya perlakuan dengan larutan sukrosa0,26 M yang sesuai dengan

literature. Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah tetesan larutan sukrosa yang diteteskan

pada sel epidermis Rhoe discolor dan ada sebagian larutan sukrosa yang diteteskan tidak

mengenai sel epidermis tersebut. Sel epidermis yang diamati sangat kecil dan dan celah antara

gelas penutup dan sel episermis sangatlah sempit, sehingga latutan sukrosa sulit mengenai sel

epidermis. Selain itu, pada percobaan ini waktu pengamatan terhadap sel-sel anthosianin yang

mulai terplasmolisis tidak dilakukan tepat selama 2 menit serta terjadi kesalahan penghitungan

jumlah sel yang terplasmolisis karena sel-sel epidermis dari Rhoe discolor sangat banyak dan

letaknya saling berdekatan satu sama lain.

Page 25: laporan praktikum fistum

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

1.Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membrane sel dari dinding sel sebagai dampak

dari hipertonisnya larutan dari luar sel, sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel

dan akibatnya tekanan turgor sel menjadi nol.

2.Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan glukosa akan mengalami plasmolisis, dan

semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis .

3.Inciepient plasmolysis adalah suatu keadaan dimana setengah sel dari seluruh jumlah sel

menunjukkan tanda-tanda plasmolisis.

4. Inciepient plasmolysis (IP) pada percobaan ini terjadi pada konsentrasi 0,20 M

5. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang berplasmolisis karena

konsentrasi larutan semakin pekat dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin sedikit

jumlah sel yang tidak berplasmolisis .

Page 26: laporan praktikum fistum

DAFTAR PUSTAKA

Tim Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. 2011. Petunjuk praktikum fisiologi

tumbuhan.Jember:Universitas Muhammadiyah Jember

(http : //id.wikipedia.org/wiki/plasmolisis) diacces tanggal 19 Desember 2011

Novie utami.2011.laporan praktikum plasmolisis. (online)

http://novieutami.blogspot.com/2011/03/plasmolisis.html diacces tanggal 19 Desember

2011

http://googlebooks/nanas-kerang diacces tanggal 19 Desember 2011

Frank B Salisbury,dkk.1995.Fisiologi Tumbuhan jilid I.Bandung.ITB