transparansi keberadaan khiyar syarat terhadap …
TRANSCRIPT
TRANSPARANSI KEBERADAAN KHIYAR SYARAT
TERHADAP SISTEM GARANSI LIFETIME PADA
PENJUALAN PRODUK HAKASIMA
DI PANTON LABU (Kajian dari Perspektif Konsumen)
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2021M/ 1442 H
ECHA ZAHARA
NIM. 160102156 Mahasiswi Fakultas Syari‟ah dan Hukum
Prodi Hukum Ekonomi Syari‟ah
v
ABSTRAK
Nama : Echa Zahara
NIM : 1601021156
Fakultas/Prodi : Syariah dan Hukum/ Hukum Ekonomi Syariah
Judul : Transparansi Keberadaan Khiyar Syarat Terhadap
Sistem Garansi Lifetime Pada Penjualan Produk
Hakasima Di Panton Labu (Kajian dari Perspektif
Konsumen)
Tanggal Sidang : 30 Januari 2021
Tebal Skripsi : 54 halaman
Pembimbing I : Dr. Husni Mubarak, Lc., M.A.
Pembimbing II : Faisal Fauzan, S.E., M.Si.
Kata Kunci : tranparansi, khiyar sayarat, garansi lifetime,
hakasima
Produk Hakasima merupakan produk rumah tangga yang diproduksi oleh PT.
Hakasima Inti. Produk ini sangat digemari oleh masyarakat karena memiliki
kualitas yang sangat baik. Konsumen juga tertarik membeli produk Hakasima
karena adanya sistem garansi lifetime (seumur hidup) yang ditawarkan saat
terjadinya kerusakan atau cacat pada produk. Sistem garansi lifetime dapat
diklaim oleh konsumen dengan adanya laporan kepada distributor dan jika harga
produk naik, maka konsumen harus menambah harga untuk mendapatkan klaim.
Perjanjian garansi ini dibentuk secara lisan antara konsumen dan distributor.
Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah Bagaimana perjanjian garansi
lifetime yang ditetapkan pada penjualan produk Hakasima antara perusahaan dan
konsumen, bagaimana spesifikasi dalam transaksi pembelian produk Hakasima
dan Kepuasan konsumen di Panton Labu, bagaimana perspektif Khiyar Syarat
terhadap sistem garansi lifetime pada penjualan produk Hakasima. Adapun jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah deskripif analisis.
Teknik yang digunakan dengan memakai metode wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perjanjian garansi
lifitime dibentuk berdasarkan pada surah al-maidah: 29 yang menjelaskan bahwa
dalam transaksi jual beli harus atas dasar suka sama suka atau kerelaan kedua
belah pihak, sehingga khiyar syarat menjadi salah satu alternatif agar
terpenuhinya hak-hak dalam jual beli. apabila dilihat dari dasar sistem garansi
lifetime (seumur hidup), penerapan khiyar syarat yang diterapkan pada
penjualan produk Hakasima dinilai cacat atau batal walaupun kedua belah pihak
(orang yang berakad) telah setuju dengan tempo waktu khiyar syarat. Ketentuan
dari khiyar syarat yaitu harus jelas tempo waktu, tidak mengandung unsur
jahalah (ketidakpastian). Hal ini berasarkan pada pendapat jumhur ulama
Syafi‟iyah dan Hanabilah.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul“Transparansi
Keberadaan Khiyar Syarat Terhadap Sistem Garansi Lifetime Pada
Penjualan Produk Hakasima Di Panton Labu (Kajian dari Perspektif
Konsumen)” Selanjutnya shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah menghapus gelapnya
kebodohan, kejahilan, dan kekufuran, serta mengangkat setinggi-tinginya
menara tauhid dan keimanan.
Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kesulitan dan hambatan
disebabkan keterbatasan ilmu penulis, namun berkat adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. Husni Mubarak, Lc., MA., selaku Dosen yang mengajar
di Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Ar-Raniry serta selaku
pembimbing I yang telah membantu dan meluangkan waktunya
dalam membimbing penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Faisal
Fauzan, S.E., M.Si., sebagai pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya dalam membimbing penulis demi kelancaran proses
pembuatan skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan baik.
2. Bapak Prof. Muhammad Siddiq, M.H, Ph.D., selaku Dekan
Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Ar-Raniry beserta seluruh staf
vii
3. Bapak Arifin Abdullah, S.HI., M.H., selaku Ketua Program Studi
(Prodi) Hukum Ekonomi Syariah (HES) beserta seluruh Staf Prodi
Hukum Ekonomi Syariah.
4. Bapak Drs. Edi Darmawijaya, M.Ag., selaku Penasehat Akademik
(PA) yang telah membantu proses perkuliahan dalam
menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu(S-1) pada Prodi
Hukum Ekonomi Syariah.
5. Teristimewa sekali bagi kedua orangtua tercinta, yang telah
memberikan dukungan penuh, dorongan dalam bentuk serta doa,
kasih sayang, dan juga perhatian secara material dan moral
spiritual, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S-1
pada Prodi Hukum Ekonomi Syariah.
6. Teman-teman seperjuangan, khususnya sahabat saya yaitu Moli,
Dekya, Puput, Yussi, Nanda, Neja, Wina, Hanin, Maya, Nasiha, Rid
a, Danya, Syawal, Jara, Desi, Ula, Cut Ana, dan terima kasih buat
Fandi Hidayat yang selalu mendukung saya.
7. Dan terima kasih buat sepupuku Salsa, Iklil, kak Misna yang selalu
menyemangati saya.
8. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada sahabat unit
5 dan teman-teman mahasiswa HES Leting 2016 telah memberikan
saya semangat dan do‟a dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga karya ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis,
meskipun masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
penulis hanya dapat berdoa semoga jerih payah mereka yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini mendapat balasan dari Allah Swt.
viii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K
Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987
1. Konsonan
No Arab Latin No Arab Latin
ا 1Tidak
dilambangkan Ṭ ط 16
Ẓ ظ B 17 ب 2
„ ع T 18 ت 3
G غ Ṡ 19 ث 4
F ف J 20 ج 5
Q ق 21 ح 6
K ك Kh 22 خ 7
L ل D 23 د 8
M م Ż 24 ذ 9
N ن R 25 ر 10
W و Z 26 ز 11
H ه S 27 س 12
‟ ء Sy 28 ش 13
Y ي Ṣ 29 ص 14
Ḍ ض 15
ix
2. Vokal
Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin
Fatḥah A
Kasrah I
Dammah U
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harkat dan huruf, transliterasinya gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan
Huruf Nama
Gabungan
Huruf
ي Fatḥah dan ya Ai
و Fatḥah dan wau Au
Contoh:
kaifa : كف
haula: هىل
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
x
Harkat dan
Huruf Nama
Huruf dan
Tanda
ا Fatḥah dan alif atau ya Ā ي /
ي Kasrah dan ya Ī
ي Dammah dan wau Ū
Contoh:
qāla : ق ال
م ى ramā : ر
qīla : ق يل
yaqūlu : ي ق ول
4. Ta Marbutah (ة)
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.
a. Ta marbutah (ة) hidup
Ta marbutah (ة) yang hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah dan
dammah, transliterasinya adalah t.
b. Ta marbutah (ة) mati
Ta marbutah (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya
adalah h.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (ة) diikuti oleh
kata yang menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu
terpisah maka ta marbutah (ة) itu ditransliterasikan dengan h.
Contoh:
xi
طف ال ة ال وض rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl : ر
ة ن ور ين ة الم د /al-Madīnah al-Munawwarah : ا لم
al-Madīnatul Munawwarah
ة Ṭalḥah : ط لح
Catatan:
Modifikasi
1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa
transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan nama-nama lainnya
ditulis sesuai kaidah penerjemahan. Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.
2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti
Mesir, bukan Misr; Beirut, bukan Bayrut; dan sebagainya.
3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa Indonesia
tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan Tasawuf.
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : SK Pembimbing Skripsi
LAMPIRAN 2 : Surat Permohonan Kesediaan Memberi Data
LAMPIRAN 3 : Daftar Pertanyaan Wawancara
LAMPIRAN 4 : Foto Wawancara
LAMPIRAN 5 : Riwayat Hidup
xiii
DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL
PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................. i
PENGESAHAN SIDANG .............................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH ........................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
TRANSLITERASI ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB SATU: PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ..................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................. 6
C. Manfaat penelitian ............................................................ 6
D. Penjelasan Istilah ............................................................... 7
E. Kajian Pustaka ................................................................... 10
F. Metode Penelitian .............................................................. 13
G. Sistematika pembahasan .................................................... 17
BAB DUA: KONSEP KHIYAR SYARAT DALAM FIQH MUAMALAH
A. Pengertian Khiyar Dan Dasar Hukumnya ......................... 19
B. Macam-macam Khiyar Syarat ........................................... 22
C. Khiyar Sebagai Syarat Alternatif Untuk Melanjutkan
Atau Membatalkan Transaksi Dan Kaitanyaa dengan
Garansi ............................................................................... 23
D. Pandangan Fuqaha Tentang Batas Waktu Berlakunya
Khiyar Syarat dalam Pelaksanaan Transaksi ..................... 26
E. Hikmah Diberlakukannya Khiyar Syarat .......................... 35
F. Berkahirnya Khiyar Syarat ................................................ 37
BAB TIGA : ANALISA KEBERADAAN KHIYAR SYARAT
TERHADAP SISTEM GARANSI LIFETIME PADA
PENJUALAN PRODUK HAKASIMA DI PANTON
LABU
A. Gambaran Umum PT. Hakasima Inti ................................. 39
B. Perjanjian Garansi Lifetime yang Ditetapkan Pada
Penjualan Produk Hakasima Antara Perusahaan dan
Konsumen ........................................................................... 39
C. Spesifikasi dalam transaksi pembelian produk Hakasima
dan Kepuasan konsumen di Panton Labu? ......................... 42
xiv
D. Perspektif Khiyar Syarat Terhadap Sistem Garansi
Lifetime Pada Penjualan Produk Hakasima ........................ 48
BAB EMPAT: PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 50
B. Saran ..................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 52
1
BAB SATU
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan usaha yang semakin ketat di era yang serba modern ini
yang akhirnya membuat produsen berlomba-lomba untuk memberikan
pelayanan yang inovatif. Hal ini demi meningkatkan penjualan produknya.
Saat ini terdapat bentuk baru pada garansi yaitu garansi lifetime. Produk
yang menggunakan garansi lifetime ialah produk Hakasima yang
menawarkan produk-produk dalam bentuk keperluan rumah tangga.Garansi
lifetime produk Hakasima diberikan apabila produk itu rusak atau cacat
dalam pemakaian normal atau tidak sesuai dengan fungsinya.
klaim untuk mendapatkan penggantian secara bersyarat ke distributor
atau agen terdekat dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.Garansi dalam
perjanjian jual beli adalah tanggungaan atau jaminan dari seorang penjual
bahwa barang yang ia jual tersebut bebas dari kerusakan yang tidak
diketahui sebelumnya. Pada umumnya penjual akan mengganti atau
memperbaiki produk yang mengalami kerusakan sesuai dengan masa yang
berlak.1 Pelaksanaan sistem garansi lifetime pada produk Hakasima termasuk
dalam khiyar.
Dalam hal ini garansi dirancangkan untuk meringankan
resiko/kerugian pelanggan, dalam hal pelanggan tidak puas dengan suatu
produk atau jasa yang telah dibayarnya. Garansi tersebut menjanjikan
kualitas prima dan kepuasan pelanggan, dan jaminan yang dibuat oleh
perusahaan kepada para pelanggan, yaitu mereka yang membeli dan
menggunakan produk perusahaan.
1Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, cet ke
2,( Jakarta: PT. SinarGrafika, 1996), hlm.43.
2
Dalam konsep fiqh muamalah akad jual beli dapat dilakukan dengan
menggunakan Khiyar untuk memilih melanjutkan atau membatalkan jual
beli dengan berbagai bentuk Khiyar. Berdasarkan konsep yang telah
ditetapkan fuqaha Khiyar dapat diimplementasikan dalam berbagai bentuk
jual beli sehingga para pihak dapat memilih berbagai bentuk Khiyar yang
sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Oleh karena itu penggunaan
Khiyar dalam jual beli dapat memproteksi kepentingan para pihak terutama
pihak pembeli.2
Salah satu bentuk Khiyar yang banyak diimplementasikan dalam
suatu jual beli yaitu Khiyar Syarat. Secara konseptual Khiyar Syarat
memiliki berbagai definisi, Yang dimaksud dengan Khiyar Syarat yaitu hak
pilih yang ditetapkan bagi salah satu pihak yang berakad atau keduanya atau
bagi orang lain untuk menuruskan atau membatalkan jual beli, selama masih
dalam tenggang waktu yang ditentukan. Misalnya, pembeli mengatakan
“saya beli barang ini dari engkau dengan syarat saya berhak memilih antara
meneruskan atau membatalkan akad selama satu minggu.
Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa Khiyar Syarat ini
dibolehkan dengan tujuan untuk memelihara hak-hak pembeli dari unsur
penipuan yang mungkin terjadi dari pihak penjual.3Khiyar Syarat, menurut
mereka, hanya berlaku dalam transaksi yang bersifat mengikat kedua belah
pihak, seperti jual beli, sewa menyewa, perserikatan dagang, dan ar-rahn
(jaminan utang). Untuk transaksi yang sifatnya tidak mengikat kedua belah
pihak, seperti hibah, pinjam meminjam, perwakilan (al-wakalah), dan
wasiat, Khiyar seperti ini tidak berlaku. Demikian juga halnya dalam akad
jual beli pesanan (bai‟ as-salam) dan ash-sharf (valuta asing), Khiyar Syarat
juga tidak berlaku, sekalipun kedua akad ikut bersifat mengikat kedua belah
pihak yang berakad, karena dalam jual beli pesanan, disyaratkan pihak
2Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm.129.
3Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahidwa Nihayah al-Muqtashid, Jilid 2, (Beirut: Dar al –
Fikri, 1978), hlm.207
3
pembeli menyerahkan seluruh harga barang ketika akad disetujui, dan dalam
akad ash-sharf diisyaratkan nilai tukar uang yang dijualbelikan harus
diserahkan dan dapat dikuasai (diterima) masing-masing pihak setelah
persetujuan di capai dalam akad. Sedangkan Khiyar Syarat menentukan
bahwa baik barang maupun nilai/harga barang baru dapat dikuasai secara
hukum, setelah tenggang waktu Khiyar yang disepakati itu selesai.4
Tenggang waktu dalam Khiyar Syarat, menurut jumhur ulama fiqh,
harus jelas. Apabila tenggang waktu Khiyar tidak jelas atau bersifat
selamanya, maka Khiyar tidak sah. Menurut ulama Malikiyah, tenggang
waktu dalam Khiyar Syarat boleh bersifat mutlak, tanpa ditentukan
waktunya.5
Dalam kasus seperti ini, menurut mereka, hakim berhak
menetukan tenggang waktu yang pasti atau diserahkan kepada kebiasaan
setempat, atau ditentukan langsung oleh hakim.
Para ulama fiqh juga berbeda pendapat dalam menentukan jumlah
hari yang akan dijadikan tenggang waktu dalam Khiyar Syarat. Menurut
Imam Abu Hanafiah, Zufar ibn Huzail (728-774 M), pakar fiqh Hanafi, dan
Imam asy-Syafi‟i (150-204 H/767-820 M), tenggang waktu dalam Khiyar
Syarat tidak lebih dari tiga hari.6
Hal ini sejalan dengan hadist yang
berbicara tentang Khiyar Syarat, yaitu hadist tentang kasus Habban ibn
Munqiz yang melakukan penipuan dalam jual beli, sehingga para konsumen
mengadu kepada Rasulullah saw. Ketika itu Rasulullah bersabda sebgai
berikut: “Aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam
bersabda: „Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak halal bagi
seorang muslim menjual barang yang cacat kepada saudaranya kecuali telah
ia jelaskan”.
4Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, hlm.123.
5Al-Kasani, Al-Bada‟i ash-Shana‟i, Jilid IV, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t. 19), hlm. 156.
6Karim Helmi, Fiqh Mu‟amalah, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1997), hlm. 55.
4
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa tenggang waktu itu ditentukan
sesuai dengan keperluan dan keperluan itu boleh berbeda untuk setiap objek
akad. Untuk buah-buahan, khiyar tidak boleh lebih dari satu hari. Untuk
pakaian dan hewan, mungkin cukup tiga hari.7 Untuk objek lainnya, seperti
tanah dan rumah diperlukan waktu lebih lama. Dengan demikian, menurut
mereka, tenggang waktu amat tergantung pada objek yang diperjualbelikan.8
Perusahaan Hakashima menawarkan dua cara pembelian produk
mereka, yang pertama dengan cara membayar cash, dan kelebihan dari
pembayaran cash adalah mendapatkan potongan setengah harga dari produk
yang dibeli. Sementara pembayaran yang kedua yaitu dengan cara kredit
dengan tenor sepuluh bulan lunas. Dan karyawan Hakasima turun langsung
kelapangan untuk mengambil cicilan disetiap bulannya.Sehingga para
konsumen dapat memilih salah satu dari cara pembayaran tersebut.9
Produk Hakashima terbilang cukup menarik dipasaran dikarenakan
produk-produk Hakasima hanya dijual secara ekslusif langsung dari kantor
pemasarannya, dengan produk ini memiliki ciri khas tersendiri yang
membedakan dari produk-produk pesaing dipasaran. Adapun ciri khasnya
adalah mendapat garansi seumur hidup, produknya unik, dan terbuat dari
bahan yang berkualitas.10
Penelitian tentang garansi ini dilakukan pada distributor produk
Hakasima, perusahaan ini melakukan berbagai macam penjualan peralatan
rumah tangga dengan spesifikasi yang tinggi dan kualitas yang tinggi dengan
berbagai macam model dan harga. Sistem garansi yang telah dijanjikan oleh
perusahaan yaitu seumur hidup setelah pembelian garansi berlaku karna
kerusakan, kecacatan, atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh
7Asy-Syarbani al-kathib, Mughni al-Muhtaj, Jilid 2, (Beirut:Darar-Fikri,1978), hlm. 49
8Nasrun Harun, Fiqh Muamalah. hlm.134.
9Hasil wawancara dengan Ibu Ima, konsumen Hakasima di Panton Labu tanggal 1
Maret 2020 10
Hasil wawancara dengan Ibu Juli, konsumen Hakasima di Panton Labu tanggal 1
Maret 2020
5
konsumen. Sistem garansi yang digunakan oleh perusahaan Hakasima
dengan perusahaan lainnya berbeda.11
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak konsumen Hakasima,
mereka menjelaskan bahwa barang yang mereka tawarkan atau dijual
memiliki garansi seumur hidup dengan syarat apabila sewaktu-waktu barang
yang telah di beli mengalami kenaikan harga maka konsumen harus
menambah uang, tetapi jika barang tersebut tidak mengalami kenaikan harga
maka tidak ada penambahan uang jika sewaktu-waktu konsumen ingin
mengklaim garansi barang. Contohnya, apabila pada tahun 2018 pelanggan
membeli produk Hakasima dengan harga Rp 2,900,000 dan pada tahun 2019
terjadi kerusakan pada barang tersebut, dan barang tersebut mengalami
kenaikan harga menjadi Rp 3,000,000 maka pelanggan wajib menambah
uang sebesar Rp 100,000 untuk menutupi kekurangan harga agar mendapat
garansi dari perusaahan Hakasima.12
Transparansi garansi seumur hidup yang telah diberikan oleh
perusahaan Hakasima kepada pembeli dinilai tidak sesuai dengan prosedur.
Penambahan harga saat konsumen ingin mengklaim produknya yang rusak
tidak menerapkan sistem garansi yang telah disepakati antara konsumen dan
penjual produk tersebut. Penambahan harga dan sistem garansi liftime yang
dijelaskan secara lisan dinilai tidak jelas dan tidak sesuai dengan sistem
garansi seumur hidup yang diperjanjikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat fenomena ini
dalam penelitian skripsi penulis yang berjudul “Transparansi Keberadaan
Khiyar Syarat Terhadap Sistem Garansi Lifetime Pada Penjualan
Produk Hakasima Di Panton Labu”.
11
Hasil wawancara dengan Ibu Murniati, konsumen Hakasima di Panton Labu pada
tanggal 29 Februari 2020 12
Hasil wawancara dengan Ibu Novita, konsumen Hakasima di Panton Labu pada
tanggal 29 Februari 2020
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis
merumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perjanjian garansi lifetime yang ditetapkan pada
penjualan produk Hakasima antara perusahaan dan konsumen?
2. Bagaimana spesifikasi dalam transaksi pembelian produk Hakasima
dan kepuasan konsumen di Panton Labu?
3. Bagaimana perspektif khiyar syarat terhadap sistem garansi lifetime
pada penjualan produk Hakasima?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui garansi lifetime yang ditetapkan pada penjualan
produk Hakasima antara perusahaan dan konsumen?
2. Untuk mengetahui dalam transaksi pembelian produk Hakasima dan
kepuasan konsumen di Panton Labu?
3. Untuk mengetahui bagaimana perspektif Khiyar Syarat terhadap
sistem garansi lifetime pada penjualan produk Hakasima?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan
kontribusi baik secara teoritis maupun secara praktis:
1. Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah
bagi pengembangan ilmu pengetahuan di masa depan serta
memeberikan wawasan yang khususnya terkait khiyar syarat
terhadap pelaksanaan garansi lifetime.
2. Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa secara
umum, yang dapat menjadi referensi tambahan bagi peneliti
selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada objek yang sama.
7
E. Penjelasan Istilah
Untuk memperjelas istilah judul pembahasan ini serta untuk
menghindari kesalahpahaman dalam memahaminya, maka perlu di
uraikan pengertian istilah uang dirasa perlu untuk di jelaskan. Adapun
istilah yang terdapat dalam pembahahasan tersebut adalah
1. Garansi
Garansi adalah suatu bentuk layanan pasca-transaksi
konsumen yang diberikan untuk pemakaian barang yang
digunakan secara berkelanjutan. Garansi dapat dinyatakan secara
tegas maupun secara tersirat.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, garansi
diartikan sebagai tanggungan atau jaminan dari seseorang penjual
bahwa barang yang dijual terebut terbebas dari kerusakan atau
kecacatan yang tidak diketahui sebelumnya oleh penjual.13
2. Lifetime
Lifetime berasal dari bahasa Inggris yang artinya seumur
hidup.14
Lifetime pada penelitian ini adalah bentuk perjanjian
yang diberikan oleh PT. Hakasima Inti untuk konsumen.
3. Produk
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar
untuk diperhatikan, dipakai, dimiliki, atau dikonsumsikan
sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.
4. Hakasima
Perusahaan Hakasima adalah perusahaan yang bergerak
di bidang penjualan produk rumah tangga. Produk yang dijual
13
Lukman, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), hlm.29. 14
Djalius Syah, dkk, Kamus Inggris Indonesia, Cet. Pertama, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta,
1993), h. 213.
8
seperti, blender, panci, mixer, dan peralatan rumah tangga
lainnya. Produk yang diperjual belikan dilabeli oleh konsumen
dengan produk Hakasima.
5. Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah hak pilih yang ditetpkan bagi salah
satu pihak yang berakad atau keduanya atau bagi orang lain
untuk meneruskan atau membatalkan jual beli, selama masih
tenggang waktu yang ditentukan. Khiyar syarat juga suatu bentuk
hak yang dapat dipilih oleh para pihak yang berakat sebagai suatu
hak untuk menetapkan diri untuk terus melanjutkan atau
membatalkan jual beli dalam tempo waktu yang disepakati
bersama pada saat transaksi jual beli yang dilakukan.15
Di antara dalil yang membolehkan adanya khiyar syarat adalah
firman Allah Ta‟ala,
آيىا أوفىا بانعقىد أها انذ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu” (QS.
Al Maidah: 1).
Begitu pula berdasarkan hadits dari Abu Hurairah yang
marfu‟ -sampai pada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam-,
عهى شزوطهى ى سه ان
“Kaum muslimin harus memenuhi persyaratan yang telah
mereka buat.” (HR. Bukhari).
15
Nasrun Harun, Fiqh hlm. 133
9
Dari Ibnu „Umar radhiyallahu „anhuma, dari Nabi
Shallallahu „alaihi wa sallam, beliau bersabda:
ع خارا.إ انب قا أو كى ا يا نى تفز عه بانخار ف ب تباع ان
“Sesungguhnya penjual dan pembeli memiliki khiyar dalam jual
beli keduanya selama belum berpisah atau (bila) jual beli
tersebut ada khiyar padanya.” (HR. Bukhari no. 2107). Begitu
pula adanya ijma‟ yang masih membolehkan adanya khiyar
syarat.
Khiyar syarat ini harus ditentukan waktunya sampai
kapan, jangan sampai waktunya tidak jelas. Jika ternyata waktu
yang telah ditetapkan tadi terlewati, maka terjadilah jual beli
(akad lazim). Begitu pula ketika kedua belah pihak membatalkan
khiyar, maka akad jual beli pun terjadi (akad lazim) sebagaimana
ketika tidak ditetapkan khiyar syarat.16
6. Konsumen
Menurut UUPK, konsumen merupakan setiap orang
pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.17
F. Kajian Kepustakaaan
Kajian pustaka merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mempelajari penumuan-penumuan terdahulu, dengan mendalami,
16
Al Wajiz fi Fighis Sunnah wal Kitabil „Aziz, Abdul „Azhim bin Badawi, Dar Ibnu
Rajab, hal. 418. 17
Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta: Visi Media Pustaka,
2008), hlm. 22.
10
mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi hal-hal yang telah ada, untuk
mengetahui hal-hal yang ada dan yang belum ada. Dalam melakukan
penelitian ini, penulis menemukan beberapa penelitian yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan diangkat dalam pembahasan atau topik
penelitian ini.
Berikut penulis mengambil kajian pustaka yang disusun oleh
Rahmawati Yusuf yang meneliti tentang “Aplikasi Khiyar Syarat Dalam
Trasaksi Jual Beli Emas Di Kalangan Pedangang Emas Pasar Aceh”.
Tulisan tersebut bertujuan membahas secaara umum Khiyar Syarat yang
diimplementasikan oleh pedagang emas pasar aceh adalah Khiyar masyru‟
yaitu Khiyar yang dibenarkan syara‟ karena dijelaskan secara pasti batasan
waktunya, baik tiga hari, satu hari, dan sebagainya sesuai kesepakan kedua
belah pihak.18
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberlakuan khiyar
dalam jual beli emas dibolehkan secara hukum syara‟. Dalam perspektif
khiyar, penulis menjelaskan dalam skripsi bahwa penjual emas memberikan
batasan waktu yang pasti dalam rentang waktu satu hingga tiga hari apabila
konsumen ingin melakukan penukaran jika barang terbukti cacat atau rusak.
Khiyar yang dibahas adalah khiyar masyru‟.
Samsuardi, meneliti tentang “Sistem Garansi Pada Transaksi Jual
Beli Laptop Second Menurut Konsep Khiyar Syarat”. Peneliti ini
mendeskripsikan tentang sistem garansi jual beli laptop, dan juga pembeli
mendapatkan garansi yang baik setelah pembelian laptop dilakukan. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh pihak peneliti bahwa pelaksanaan
garansi yang digunakan telah memenuhi ketentuan Khiyar Syarat yang
18
Rahmawati dengan judul “Aplikasi Khiyar Syarat Dalam Trasaksi Jual Beli Emas Di
Kalangan Pedangang Emas Pasar Aceh”
11
diformulasikan oleh fuqaha dalam hukum Islam.19
Penelitian di atas memliki
perbedaan dengan skripsi yang penulis tulis, dari segi produk dan sistem
garansi yang ditetapkan. Sistem garansi yang akan penulis bahas adalah
lifetime (seumur hidup).
Penilitian yang dilakukan oleh penulis diatas menjabarkan tentang
pemberlakuan garansi pada barang laptop second atau laptop bekas pakai.
Pemberlakuan garansi diberlakukan hingga tiba bulan, garansi ini diberikan
dalam bentuk instalansi ulang dan service pada OS (operating system).
Penelitian diatas menunjukkan bahwa pemberlakuan garansi dilakukan
sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak yang sesuai dengan mazhab
Maliki dan Hambali. Sedangkan dalam skripsi ini, penulis meneliti garansi
pada produk Hakasima dengan sistem garansi lifetime saat barang rusak atau
cacat.
Penelitian yang dilakukan Maria Zulfa dengan judul penelitian
”Perjanjian Garansi Sepeda Motor Menurut Konsep Khiyar Syarat Dalam
Fiqh Muamalah (Analisis Perjanjian Dan Pelaksanaan After Sale Service
Pada Suzuki Yunar Ulee Gle Di Kec Bandar Dua Kab Pidie Jaya).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem servis pada garansi sepeda
motor yang diberikan oleh pihak suzuki yunar Ulee Gle, dan menganalisis
upaya yang harus dilakukan pihak Suzuki Yunar Ulee Gle dalam
menyelasaikan garansi yang bermasalah.20
Penelitian tersebut memiliki
perbedaan dengan skripsi yang penulis tulis. Skripsi ini merujuk pada
pemberlakuan garansi lifetime pada produk Hakasima yang dikaitkan dengan
khiyar syarat.
19
Samsuardi, meneliti tentang “Sistem Garansi Pada Transaksi Jual Beli Laptop
Second Menurut Konsep Khiyar Syarat”. 20
Maria Zulfa dengan judul penelitian”Perjanjian Garansi Sepeda Motor Menurut
Konsep Khiyar Syarat Dalam Fiqh Muamalah (AnalisisPerjanjian Dan Pelaksanaan After Sale
Service Pada Suzuki YunarUlee Gle Di Kec Bandar Dua Kab Pidie Jaya).
12
Selanjutnya penelitian dari Ayu Anastasia Wulan yang berjudul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Garansi Lifetime Produk
Tupperware (Studi Pada Distributor Tupperware PT. Tapis Eka Moderen
Bandar Lampung)”. Garansi yang dibahas dalam skripsi ini memiliki titik
fokus pada produk Tupperware yang pada umumnya memiliki sistem
penjualan dan organisasi yang berbeda dari Hakasima. Sedangkan, penulis
membahas dalam penelitian ini adalah pada objek penelitian yang
digunakan. Pada penelitian ini objek penelitiannya adalah garansi lifetime
pada produk tupperwere sedangkan pada penelitian penulis objek yang
digunakan adalah garansi lifetime pada produk Hakasima menurut akad
Khiyar Syarat.21
Lalu penelitian yang diteliti oleh Nensi Nuryami yang berjudul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Garansi Dalam Jual Beli
Pompa Air Dan Solar Water Heater (Studi Kasus Pada Beberapa Toko
Bangunan Di Kelurahan Tanaman, Kecamatan Banguntpan, Kabupaten
Bantul)”. Pada penulisan ini penulis meneliti dan mengkaji mengenai
tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan pemberian garansi dalam jual
beli pompa air dan solar water heater (studi kasus pada beberapa toko
bangunan di Kelurahan Tanaman, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten
Bantul.22
Penelitian diatas menyimpulkan bahwa garansi diberikan kepada
pompa air dan solar water heater setelah jual beli berlangsung.
Pemberlakuan garansi ditetapkan saat barang yang dibeli oleh konsumen
rusak atau cacat. Garansi yang diberikan berupa jangka waktu yang
ditetapkan oleh kedua belah pihak. Sedangkan, dalam skripsi ini penulis
21
Ayu Anastasia Wulan yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan
Garansi Lifetime Produk Tupperware (StudiPada Distributor Tupperware PT. Tapis Eka
Moderen Bandar Lampung)”. 22
Nensi Nuryami yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Garansi
Dalam Jual Beli Pompa Air Dan Solar Water Heater (Studi Kasus Pada Beberapa Toko
Bangunan Di Kelurahan Tanaman, Kecamatan Banguntpan, Kabupaten Bantul)”
13
lebih merujuk pada garansi lifetime (seumur hidup) pada produk Hakasima
saat barang rusak atau cacat dan dikaitkan dengan khiyar syarat.
G. Metode Penelitian
Penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan
kenyataan yang didukung oleh data dan fakta dengan keilmuan yang
melandasinya. Metode penelitian ini memerlukan data-data lengkap dan
objektif yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode
penelitian yang mengumpulkan dan menganaalisis data yang menentukan
tujuan daan arah penulisan karya ilmiah ini.23
Data yang dihasilkan dari
metode penelitian akan membantu peneliti dalam menghasilkan sebuah
karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif analisis
yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan
bukan angka. Hal ini merujuk pendapat Bogdan dan Taylor
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan.24
Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode
deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak
mencari atau menjelaskan hubungan tidak menguji hipotesis atau
prediksi.25
Metode deskriptif digunakan sebagai cara yang praktis untuk
menjelaskan sistem garansi pada penjualan produk Hakasima.
23
Muhammad Teguh, Metode Penelitian Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm 7. 24
Lexy J Moleong, Metode penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2012), h. 3 25
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 11, h. 24
14
2. Metode pengumpulan data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu, data primer dan data
sekunder, serta penulisan juga menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library reseacrh) dan penelitian lapangan terstruktur.
Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil studi
perpustakaan (field reseacrh). Data primer merupakan data mentah yang
harus di olah dalam penggunaanya yang di dapatkan dari hasil observasi
lapangan dan wawancara serta tidak, baik berupa bahan-bahan bacaan
maupun data angka yang memungkinkan, yang telah diolah yang
digunakan untuk mendukung data primer.
a. Penelitian kepustakaan (Library research)
Library research yaitu penulisan yang ditempuh oleh
peneliti sebagai dasar teori dalam pengumpulan data dari pustaka.
Penelitian pustaka tentu tidak sekedar urusan membaca dan
mencatatat literatur atau buku-buku. Penelitian pustaka juga
merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
penelitian data pustaka. Data yang diperlukan dalam penulisan
karya ilmiah ini diperoleh dengan menggunkan teknik penelitian
kepustakaan, yaitu penelitian yang ditempuh oleh peneliti sebagai
dasar teori dalam pengumpulan data dari pustaka. Dalam hal
kaitannya dengan penulisan karya ilmiah dengan buku-buku yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penulis juga
mendapatkan data artikel lain yang berkenaan dengan penulisan
ini, yaitu dengan menggambarkan dan memaparkan pembahasan
yang ada mejelaskan secara rinci.
b. Penelitian Lapangan (Field research)
Penelitian lapangan (Field research) merupakan
bagian dari pengumpulan data primer, yaitu dengan cara
mengadakan penelitian terhadap lapangan terhadap suatu
objek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendukung
15
penulis agar mendapatkan data atau fakta-fakta yang terjadi
di lokasi penelitian.
c. Teknik Pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan
penelitian, maka penulis menggunakan dua teknik
pengumpulan data, yaitu:
1) Wawancara / interview
Wawancara atau interview adalah percakapan
yang di lakukan oleh dua pihak antara pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interview) yang memberi jawaban atas
pertanyaan yang diajukan.
Responden dalam wawancara yaitu subjek yang
telah ditentukan berdasarkan penentuan sampel dan
responden memberikan jawababn dengan rumusan
masalah yang diteliti. Responden tersebut adalah
konsumen yang memakai produk Hakasima di Panton
Labu, dengan jumlah responden sebanyak 10 orang.
Tabel 1. Daftar Nama-nama Responden
No. Nama Status Usia Keterangan
1. Ibu Ima Ibu Rumah Tangga 40 Tahun konsumen Hakasima
2. Ibu Juli Guru 37 Tahun konsumen Hakasima
3. Ibu Murniati Ibu Rumah Tangga 40 Tahun konsumen Hakasima
4. Ibu Novita Ibu Rumah Tangga 41 Tahun konsumen Hakasima
5. Ibu Suryani Pemilik Usaha Tailor 49 Tahun konsumen Hakasima
6. Eva Pegawai swasta 28 Tahun Distributor Hakasima
16
2) Dokumentasi
yaitu teknik yang untuk mengumpulkan data
berupa data tertulis yang mengandung keterangan dan
penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih
aktual dan sesuai dengan masalah penelitian. dalam
pengumpulan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku, jurnal tentang garansi
3) Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dan analisi data adalah kegiatan
mengolah data hasil pengumpulan data lapangan sehingga
siap untuk analisis26
. Setelah data berhasil di kumpulkan,
maka data akan di analisis dengan menggunakan metode
deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang bertujuan
membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual
dan aktual mengenai fakta-fakta, dan juga data akan
dianalisis secara kualitatif yaitu berupa kata-kata bukan
angka
Setelah semua data yang diolah tertentu, selanjutnya data akan di
analisis secara deskriptif kualitatif yang artinya metode yang digunaka
26
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2002),
hlm.72.
7. Ibu Rusniar Ibu Rumah Tangga 49 Tahun konsumen Hakasima
8. Ibu Mismar Perawat 39 Tahun konsumen Hakasima
9. Ibu Meri Perawat 35 Tahun konsumen Hakasima
10. Ibu Suryati Peunsiun Depag 60 Tahun konsumen Hakasima
11. Ibu Rosa Bidan 23 Tahun konsumen Hakasima
17
untuk membedah suatu fenomena di lapangan baik berupa data primer
maupun data sekunder akan di susun secara sistematis. Metode ini di
tujukan untuk mengumpulkan informasi yang aktual, terperinci,
mengindentifikasi masalah, serta membuat perbandingan atau evaluasi
sehingga di temukan suatu kesimpulan yang tepat dan dapat menjadi
pedoman dalam menetapkan rencana yang akan datang27
H. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan ini terdapat empat bab yang di urutkan sesuai dengan
standar karya ilmiah, yang bertujuan memberikan gambaran yang jelas,benar,
serta mudah di pahami terkait dengan tema. Adapun sistematika pembahasannya
adalah sebagai berikut:
Bab Satu adalah pendahuluan sebagai bab satu, yang terdiri dari: Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kajian Pustaka,
Metedologi Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. secara umum, setiap sub
bab berisi uraian yang bersifat global, sebagai pegantar memahani bab-bab
berikutnya.
Bab dua membahas tentang kajian teoritis khiyar syarat dalam konteks
fiqh muamalah yang terdiri dari: Pengertian Khiyar Syarat Dan Dasar
Hukumnya, Jenis Khiyar Dan Pentingnya Dalam Pelaksanaan Transaksi, Khiyar
Sebagai Syarat Alternatif Untuk Melanjutkan Atau Membatalkan Transaksi Dan
Kaitanyaa Dengan Garansi, Pandangan Fuqaha Tentang Batas Waktu
Berlakunya Khiyar Syarat Dalam Pelaksanaan Transaksi, Dan Hikmah
Diberlakukannya Khiyar Syarat.
Bab tiga membahas tentang analisa keberadaan khiyar syarat terhadap
sistem garansi lifetime pada penjualan produk Hakasima di PANTON LABU,
yang terdiri dari: Gambaran Umum Hakasima, Bentuk Transparansi Garansi
27
Zainuddin Ali, Metode Peneltian Hukum , (Jakarta: Sinar Grafika, 2010) Hlm. 75.
18
Lifetime Pada Penjualan Produk Hakasima Antara Perusahaan Terhadap
Konsumen, Perspektif Khiyar Syarat Terhadap Sistem Garansi Lifetime Pada
Penjualan Produk Hakasima.
Bab empat penutup, merupakan bab terakhir dari kajian penulisan skripsi
ini. Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan serta saran-saran yang akan
penulis sampaikan terkait dengan permasalahan yang diteliti.
19
BAB DUA
KONSEP KHIYAR SYARAT DALAM FIQH MUAMALAH
A. Pengertian Khiyar Syarat dan Dasar Hukumnya
1. Pengertian Khiyar Syarat
Kata al-khiyar dalam bahasa Arab berarti pilihan. Pembahasan al-
khiyar dikemukakan para ulama fiqh dalam permasalahan yang menyangkut
transaksi dalam bidang perdata, khususnya transaksi ekonomi, sebagai salah
satu hak bagi kedua belah pihak yang melakukan transaksi (akad) ketika
terjadi beberapa persoalan dalam transaksi yang dimaksud.
Secara terminologi, para ulama fiqh telah mendefinisikan al-khiyar,
antara lain menurut Sayyid Sabiq:28
اليضاء اوالنغاء ز اليز ي انخز هى طهب خ
“Khiyar ialah mencari kebaikan dari dua perkara, melangsungkan atau
membatalkan (jual beli).”
Muhammad Abdul Mujieb29
mendefinisikan “Khiyar ialah hak
memilih atau menentukan pilihan antara dua hal bagi pembeli dan penjual,
apakah akad jual beli diteruskan atau dibatalkan.”
Wahbah Zuhaili30
mendefinisikan al-khiyar dengan:
تعاقذ انخار ب نه كى ايضاء انعقذ وعذو ايضانه بفسخه رفقا ا
تعاقذ نه
“Hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang
melaksanakan transaksi untuk melangsungkan atau membatalkan transaksi
28
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1983), cet ke-4, hlm. 164. 29
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), hlm.
162. 30
Wahbah Zuhaili, alFiqh al-Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikral-Mu‟ashir,
2005), Jilid V, cet. Ke-8, hlm. 3516.
20
yang disepakati sesuai dengan kondisi masing-masing pihak yang
melakukan transaksi.
Hak khiyar ditetapkan dalam syariat Islam bagi orang-orang yang
melakukan transaksi perdata agar tidak dirugikan dalam transaksi yang
mereka lakukan, misalnya dalam transaksi jual beli. Hak khiyar diberikan
untuk tercapainya kesepakatan yang baik antara kedua belah pihak dalam
bertransaksi ketika terdapat kecacatan atau kerusakan barang, sehingga
kemaslahatan yang dituju dalam suatu transaksi tercapai dengan sebaik-
baiknya tanpa adanya tindakan kecurangan dan dhalim.31
Dengan kata lain, diadakannya khiyar dalam syara‟ agar kedua belah
pihak yang terlibat dalam suatu transaksi jual beli dapat memikirkan lebih
jauh terhadap kemaslahatan masing-masing, agar tidak menyesal dan merasa
tertitpu dikemudian hari.
Jadi, hak khiyar dalam Islam diterapkan untuk menjamin bahwa
kerelaan dan kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual beli.
Dari segi mencapai kepuasan suatu transaksi, khiyar yaitu jalan terbaik.32
Dalam pembahasan skripsi ini, penulis merujuk pada pembagian
khiyar yang menjelaskan mengenai khiyar syarat. Khiyar Syarat adalah
khiyar yang dijadikan syarat pada waktu akad jual beli. Artinya, pembeli
atau penjual memilih antara meneruskan atau mengurungkan jual beli
setelah mempertimbangkan dalam satu atau dua hari. Setelah hari yang
ditentukan itu tiba, maka jual beli itu harus segera ditegaskan, antara
diteruskan transaksi atau dibatalkan. Khiyar syarat bertempo paling lama
tiga hari dan dapat dilakukan dalam semua transaksi jual beli yang
dibenarkan oleh syariat.
31
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm.
97-98. 32
Amir Syarifuddin, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Paranada Media, 2003), hlm.213.
21
2. Dasar Hukum Khiyar Syarat
Khiyar Syarat merupakan suatu akad yang diperbolehkan oleh
syar‟i serta didukung oleh mayoritas ulama dari kalangan sahabat,
tabi‟in, serta ulama-ulama dari berbagai mazhab dan aliran. Adapun
dasar hukum tentang khiyar syarat tercantum dalam Al-Qur‟an, hadist,
dan ijma‟
a. Al-Qur‟an surat An-Nisa‟: 29
آيىا ل تأكهىا ا أها انذ تجارة ع تكى أيىانكى بكى بانباطم إل أ
كى ول تزاض ي
ا زح بك كا الل فسكى إ تقتهىا أ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S
An-Nisa‟: 29)
Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam transaksi jual beli harus
atas dasar suka sama suka atau kerelaan kedua belah pihak, sehingga
khiyar syarat menjadi salah satu alternatif agar terpenuhinya hak-hak
dalam jual beli
b. Hadist
Kebolehan khiyar syarat dalam transaksi jual beli berdasarkan
pada sunnah Rasulullah Saw. Di antara sunnah tersebut adalah hadist
dari Ibnu Umar:
ت بانخار فى كم سهعت إبتعتها ثلاث نال ا
22
“Kamu boleh khiyar (memilih) pada setiap benda yang telah dibeli
selama tiga hari tiga malam.”
Hadist di atas menjelaskan tentang kebolehan khiyar (memilih)
dalm transaksi jual beli untuk jangka waktu maksimal 3 hari setelah
akad.
Adapun hadist lain yang diriwayatkan oleh Umar, Rasulullah
Saw. bersabda:
ع انخار قا ال ب ا حتى تفز ل بع به ع كم ب
“Setiap dua orang yang melakukan jual beli, belum sah dinyatakan jual
beli itu sebelum mereka berpisah, kecuali jual beli khiyar.”
Hadist tersebut menjelaskan bahwa dalam transaksi jual beli
dapat dilangsungkan dan dinyatakan sah bila mereka berdua telah
berpisah, kecuali bila disyaratkan oleh salah satu kedua belah pihak, atau
kedua-duanya adanya syarat dalam masa tertentu.33
Dalam hadis lain juga disebutkan tentang khiyar, yaitu:34
ز عىف ان زو ب ع ه وسهى , ع عه صهى الل : قال رسىل الل ى سه ان
,عم شزوطهى
و حلال او احم حزايا ال شزطا حز
"Dari „Amr bin „Auf Al Muzanni, Nabi bersabada : Orang Islam terkait
dengan persyaratan (yang mereka buat) selagi syarat itu tidak
mengharamkan yang halal atau menghalalakan yang haram”. (HR.
Tirmidzi)
33
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat..., hlm. 102. 34
Ainul Yaqin, Fiqh Muamalah Kajian Komprehensif Ekonomi Islam, (Pamekasan:
Duta Media Publishing, 2018), hlm. 90
23
Berdasarkan hadist di atas, maka khiyar syarat boleh dilakukan,
selama tidak mendhalimi kedua belah pihak dalam bertransaksi dan tidak
bertentangan dengan syara‟
B. Macam-Macam Khiyar Syarat
Khiyar syarat sebagaimana khiyar lainnya muncul disebabkan
sebagai upaya proteksi terutama dalam bentuk proventif agar tidak
merugikan pihak pembeli terutama yang telah membayar sejumlah harga
untuk mendapatkan barang, namun tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Adapun khiyar syarat ini dapat diklarifikasikan ke dalam dua macam
khiyar, yaitu khiyar masyru‟ dan khiyar rusak.
1. Khiyar masyru’ (disyariatkan)
Khiyar masyru‟ adalah khiyar yang disyariatkan dan terdapat
batasan waktunya. Adapun dasar khiyar ini yaitu pada hadist Nabi saw
yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, berkata :
Artinya : “Seorang laki-laki telah bercerita kepada Rasulullah saw bahwa
dia telah ditipu dalam jual beli, maka beliau saw bersabda
“Apabila kamu berjual beli, maka katakanlah, “Tidak ada
penipuan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Batasan atau jangka waktu pada khiyar masyru‟ berbeda-beda di
antara ulama mazhab, menurut ulama Hanfiyah, Jafar, dan Syafi‟iyah
bahwa jangka waktu khiyar masyru‟ boleh kurang dari tiga hari namun
tidak boleh lebih dari tiga hari. Ulama Hanafiyah, Jafar juga
menambahkan pendapat mereka lebih dari tiga hari jual beli tersebut
batal karena telah expiret namun akad tersebut diulangi lagi dan jangka
24
waktu khiyar tidak boleh melewati tiga hari sebagai jangka waktu
maksimal.35
Imam Syafi‟I berpendapat bahwa khiyar yang lebih dari tiga hari
akan memberi dampak terhadap keabsahan transaksi jual beli, sehingga
jangka waktu khiyar harus pasti yaitu hanya kurang dari tiga hari dan
bila lebih sedikit lagi, maka hal tersebut adalah rukhshah (keringanan),
menurut ulama Hanabilah, khiyar dibolehkan menurut kesepakatan
orang yang berakad, baik sebentar maupun lama jangka waktunya.
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa khiyar syarat dibolehkan sesuai
kebutuhan para pihak dan temponya dapat disepakati dengan bijak.
Ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh para pihak yang
melakukan transaksi jual beli untuk mebatalkan sebuah akad yang telah
disepakati dalam khiyar syarat yang tersebut sebagai khiyar masyru‟,
yaitu:
a. Pembatalan itu terjadi pada masa khiyar, karena akad
mengikat lazim dengan berlalunya khiyar tanpa ada
pembatalan dari pihak yang memiliki khiyar
b. Pihak yang lain, atau orang yang mensyaratkan khiyar yang
mengetahui tentang pembatalan itu jika diucapkan dengan
perkataan (fasakh qauli)
Kedua syarat yang disebut diatas dijabarkan oleh mazhab Hanafi
karena syarat ini dieplopori oleh Abu Hanifah dan Muhammad Hasan
Al-Syaibani. Penetapan kedua syarat terrsebut dengan tujuan untuk
menghindarkan terjadinya kerugian bagi pihak tersebut, karena apabila
seorang penjual, terkadang ia tidak mencari pembeli yang lain karena
merasa yakin bahwa pembeli pertama tidak akan membatalkan akad.
Dan hal ini dapat merugikan pembeli pertama.
35
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, (Gema Insan Press & Darul Fikr : 2007),
hlm. 188
25
Jika pembeli boleh jadi ia melakukan tasharruf pada barang
karena menyangka bahwa penjual tidak akan membatalkan akad,
sehingga harus mengganti dan ini adalah kerugian terhadapnya, dengan
demikian, dengan adanya pembatalan, akan dapat dihindari
kemudharatan dan kerugian seperti ini.
Selai itu, pembatalan dapat dilakukan dengan perbuatan (fasak
qauli), ia tidak perlu diberitahukan pihak yang satu lagi sebab ia
merupakan perkara yang dihukumkan. Dalam pembatalan secara hukum
tidak disyaratkan adanya pengetathuan akad, hal itu seperti memecat
wakil, syarik mudharib (pihak yang iktu dalam mudharabah). Seseorang
murtad pindah ke daerah musuh, seorang yang gila dan sulit
disembuhkan, dan sebagainya. Pihak kedua juga tidak disyaratkan
mengetahui adanya pembolehan terhadap akad.
2. Khiyar Rusak
Menurut pendapat yang paling masyhur di kalangan ulama
Hanafiyah, Syafi‟iyah dan Hanabillah, bahwa khiyar yang tidak jelas
batasan waktunya adalah tidak sah, seperti pernyataan “saya beli barang
ini dengan syarat saya khiyar selamanya”. Perbuatan ini mengandung
unsur jahalah (ketidakpastian), karena memiliki potensi besar merugikan
para pihak, terutama pihak penjual.
Menurut ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah, jual beli seperti itu
batal. Khiyar sangat menetukan akad, sedangkan batasan tidak diketahui,
sehingga akan menghalangi „aqid (orang yang melakukan akad) untuk
menggunakan (thasarruf) barang tersebut. Ulama Hanafiyah berpendapat
jual beli tersebut fasid, tetapi tidak batal. Sedangkan ulama Malikiyah
berpendapat bahwa penguasa diharuskan membatasi khiyar secara adat.
Sebab khiyar tergantung pada barang yang dijadikan akad, namun tidak
boleh terlalu lama melewati batasan khiyar yang telah ditentukan dengan
26
sesuatu yang tidak jelas seperti mensyaratkan khiyar menunggu turunnya
hujan atau sampainya seorang.
Apabila khiyar hanya untuk penjual, maka kepemilikan barang
berpindah darinya. Tetapi harga keluar dari pemilikan pembeli. Karena,
akad sudah bersifat lazim terhadapnya, namun harga tersebut belum
masuk daam kepemilikan penjual agar dua badal (barang dan harga)
tidak terhimpun dalam satu tangan, karena hal tersebut bertentang
dengan prinsip keseimbangan antara dua pengakad. Abu Hanifah
mengatakan, harga sudah masuk dalam kepemilikan penjual karena
sesuatu tidak bisa tanpa ada pemilik.36
Apabila harga untuk pembeli saja, maka harga tidak akan keluar
dari kepemilikannya, akan tetapi harga sudah keluar dari kepemilikan
penjual namun tidak masuk dalam kepemilikan pembeli menurut Abu
Hanifah, tapi menurut dua sahabatnya, barang sudah masuk dalam
kepemilikan pembeli. Kalangan Malikiyah menjabarkan, kepemilikan
barang adalah untuk penjual dalam masa khiyar sampai masa tersebut
berakhir. Alasan kalangan ini adalah orang yang menyesatkan ada khiyar
untuk dirinya berarti ada persetujuannya belum sempurna terhadap akad,
sementara efek akad tidak akan ada kecuali ada persetujuan yang
sempurna.37
C. Khiyar Sebagai Syarat Alternatif Untuk Melanjutkan Atau
Membatalkan Transaksi Dan Kaitannya Dengan Garansi
Salah satu dari syarat sahnya melakukan akad jual beli yaitu
adanya saling ridha keduanya (penjual dan pembeli), tidak sah bagi suatu
jual beli apabila salah satu dari keduanya ada unsur terpaksa yang di
36
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhuh.., hlm. 559. 37
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhuh.., hlm. 559.
27
karenakan adanya ketidak sesuaian spesifikasi dari objek transaksi,
sehingga jual beli dalam Islam mengatur adanya khiyar, yaitu hak untuk
membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang
berakad.
Khiyar syarat yaitu hak pilih yang ditetapkan bagi salah satu
pihak yang berakad atau keduanya atau bagi orang lain untuk
meneruskan atau membatalkan jual beli, selama masih dalam tenggang
waktu yang ditentukan. Misalnya, pembeli mengatakan “saya beli barang
ini dari engkau dengan syarat saya berhak memilih antara meneruskan
atau membatalkan akad selama satu minggu. Relevansi antara khiyar
dengan garansi adalah ketetapan adanya khiyar ini dapat diketahui secara
terang-terangan atau secara implisit.
Kata garansi berasal dari bahasa inggris guarantee yang berarti
jaminan atau tanggungan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, garansi
mempunyai arti tanggungan38
, sedangkan dalam ensiklopedia indonesia,
garansi adalah bagian dari suatu perjanjian dalam jual beli, dimana
penjual menanggung kebaikan atau keberesan barang yang dijual untuk
jangka waktu yang ditentukan karena garansi merupakan perjanjian yang
berupa penjaminan terhadap cacat yang tersembunyi oleh penjual kepada
pembeli dalam jangka waktu tertentu, maka garansi merupakan
implementasi dari salah satu hukum Islam yaitu tentang pembeli berhak
menggunakan hak khiyarnya, apabila dalam tempo waktu yang
ditentukan terjadinya ketidaksesuaian pada objek transaksi selama tempo
waktu yang ditentukan. Hak khiyar yang dimaksud dalam hal ini adalah
khiyar aib (cacat). Hal ini menunjukkan relevansi antara khiyar dengan
garansi, karena kedua jenis penjaminan ini menitik beratkan pada adanya
ketidaksesuain pada barang yang memberikan hak khiyar pada pembeli
38
Kamus besar bahasa Indonesia
28
untuk mendapatkan ganti rugi agar tidak terjadi ketidakrelaan dalam
transaksi jual beli.
D. Pandangan Fuqaha Tentang Batas Waktu Berlakunya Khiyar
Syarat dan Status Kepemilikan Barang Dalam Pelaksanaan
Transaksi
1. Batas Waktu Berlakunya Khiyar Syarat
Dalam khiyar syarat substansi utama yang dijelaskan adalah
tempo atau jangka waktu yang disepakati oleh pihak yang berakad
dalam suatu transaksi. Dengan disepakatinya perjanjian tempo waktu
dapat disimpulkan oleh kedua belah pihak untuk meneruskan atau
membatalkannya. Dengan adanya kesepekatan tentang waktu dapat
menghindari terjadinya perbedaan perspektif tentang khiyar syarat
dan juga konsekuensi.
Dalam hadis Rasulullah Saw, bersabda:
ز عىف ان زو ب ع , ع ه وسهى قال رسىل الل عه عم شزوطهى : صهى الل ى سه ,ان
و حلال او احم حزايا ال شزطا حز
“Dari „Amr bin “Auf Al Muzanni, Nabi bersabada: Orang Islam
terkait dengan persyaratan (yang mereka buat) selagi syarat itu
tidak mengharamkan yang halal atau menghalalakan yang
haram”. (HR. Tirmidzi).
Berdasarkan pada hadist tersebut, khiyar syarat menjadi
sah apabila memenuhi dua syarat berikut:
1) Kedua belah pihak saling rela, baik kerelaannya terjadi
sebelum atau saat akad berlangsung
2) Jangka waktu khiyar syarat harus diketahui dengan jelas
sekalipun lama jangka waktunya.
29
Terkait dengan lamanya jangka waktu syarat ini, terjadi beberapa
perbedaan pendapat diantara para fuqaha. Menurut Mazhab Hanafi,
khiyar syarat dari sisi masa berlakunya terbagi menjadi tiga:
Pertama, yang disepakati cacat hukum/fasid. Bagian ini ada dua:
1) Khiyar dengan menyebutkan masa tidak diketahui batasnya.
Misalnya, orang berkata “Saya beli barang ini dengan khiyar
berhari atau selamanya”
2) Khiyar tanpa menyebutkan masa berlakunya. Misalnya, orang
berkata: “Saya beli ini dengan khiyar”. Penyebutan khiyar
pada akad tanpa menentukan lamanya masa seperti ini adalah
cacat hukum.
Kalau tidak saat akad, misalnya seseorang menjual barang
tanpa khiyar, lalu beberapa lama kemudian bertemu lagi.
Ketika bertemu ia mungkin mengatakan, “Engkau berhak
khiyar”, tetapi tanpa menentukan waktunya, maka boleh
baginya khiyar sejak itu juga asalkan masih berada pada
tempat itu.
Kedua, yang disepakati boleh menetukan masa maksimal tiga
hari.
Ketiga, yang diperselisihkan. Yakni, ucapan orang “dengan saya
khiyar satu atau dua bulan.” Ini adalah syarat yang termasuk cacat
hukum menurut Abu Hanifah, sedangkan menurut Abu Yusuf dan
Muhammad bin al-Hassan boleh.
Menurut ulama mazhab ini, ketentuan tentang waktu dalam tiga
hari untuk tebentuknya kemasalahatan di antara kedua belah pihak. Oleh
sebab itu,waktu yang diberikan tidak boleh ada pengecualian, dilebihkan
30
atau dikurangkan atau diubah. Dengan demikian, jika waktu ditambah
melebihi tiga hari, maka transaksi jual beli yang dilakukan batal.39
Menurut dua teman Abu Hanifah ( Abu Yusuf dan Muhammad)
dan Hanabilah, khiyar syarat dilakukan tergantung pada kesepakatan
para pihak yang berakad („aqidain) walaupun tempo yang ditetapkan
lebih dari tiga hari.40
Hal ini dikarenakan khiyar itu disyaratkan untuk
kelegaan hati di antara para pihak yang bertransaksi dan boleh untuk
dimusyawarahkan diantara keduanya jika ingin menyapakati tempo
waktu berlangsung. Adapun merujuk pada hadist Rasulullah mengenai
Habban,dan Rasulullah Saw. menganggap bahwa itu untuk Habban,
tenggang waktu yang diberikan cukup tiga hari, sedangkan untuk orang
lain belum tentu cukup waktu tiga hari.41
Sedangkan menurut Malikiyah, khiyar syarat dilakukan sesuai
dengan kebutuhan. Sebab setiap objek akad (barang) juga berbeda-beda
kondisinya. Misalnya, buah. Dalam jual beli buah tidak diperbolehkan
khiyar lebih dari satu hari. Dalam membeli rumah, tidak cukup khiyar
tiga hari bahkan bisa saja satu bulan. 42
Pemberlakuan tempo pada
mazhab Malikiyah berdasarkan pada sisi barang yang diperjualbelikan,
yaitu:
Pertama, khiyar pada jual beli tanah, berikut dengan
bangunannya dan tanamannya. Masa khiyar berlangsung sampai 36 hari
atau 38 hari menurut mayoritas. Lebih lama dari itu, akad batal, baik
khiyarnya untuk mempertimbangkan harganya maupun barangnya.
Inilah pendapat mayoritas pada mazhab Maliki, berbeda dengan
pendapat khiyar selama tiga hari.
39
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 133. 40
Ainul Yaqin, Fiqh Muamalah Kajian Komprehensif..., hlm. 90 41
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah..., hlm. 133. 42
Ainul Yaqin, Fiqh Muamalah Kajian Komprehensif..., hlm. 90
31
Kedua, khiyar pada jual beli komoditi niaga, seperti pakaian dan
sebagainya. Masa khiyarnya berlangsung antara 3 sampai 5 hari, lebih
dari itu, akad batal.
Ketiga, khiyar pada jual beli binatang, ada rinciannya. Untuk
binatang yang tidak biasa dikendarai, seperti sapi, burung, dan kambing,
masa khiyar berlangsung antara 3 sampai 5 hari. Sama seperti khiyar
pada komoditi niaga, sedangkan binatang yang biasa dikendarai, jika
khiyarnya untuk mengetahui mahal dan murahnya, atau untuk
mengetahui kegemukan badannya, atau untuk mempertimbangkan
harganya, maka masa khiyar berlangsung antara 3 sampai 5 hari. Jika
khiyarnya untuk mengetahui hak yang terkait dengan pengunannya, atau
untuk membandingkan dengan binatang sejenis yang ada di daerahnya,
maka masa khiyar cukup 2 hari. Kalau yang ada di luar daerah maka
masa khiyar maksimal berlangsung selama perjalanan 2 hari (1 barid=
12 mil).
2. Status Kepemilikan Barang di Masa Khiyar
Barang yang diperjual belikan masih berstatus milik si penjual di
masa khiyar menurut sebagian ulama. Sedangkan menurut ulama yang
lain. Sedangkan menurut ulama yang lain sudah menjadi milik pembeli.
Persoalan ini dirinci dalam berbagai masalah fiqih.
Menurut mahzab Hambali, kepemilikan barang yang
diperjualbelikan berpindah kepada pembeli di masa khiyar, baik khiyar
sayarat atau majlis. Baik khiyar itu sebelah pihak maupun keduanya. Jika
dalam masa khiyar barang tersebut rusak atau cacat, maka ada dua
kemungkinan:43
43
Abdurrahman al-Juzairi, fikih Empat Mazhab, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012),
hlm. 315.
32
Pertama, apabila barang itu dijual secara ditimbang atau ditakar
maka si pembeli yang bertanggung jawab, asalkan sudah ia terima. Jika
belum ia terima maka si penjual yang bertanggung jawab.44
Kedua, apabila barang itu tidak ditimbang atau ditakar maka si
pembeli yang bertanggung jawab, baik ia sudah menerimanya maupun
belum. Asalkan transaksi ia diperislahkan menerimanya. Jika pada saat
transaksi si penjual tidak memperislahkan pembeli menerimanya,
padahal si pembeli inging menerimanya, maka si penjual yang
bertanggung jawab.
jika barang rusak atau hilang di tangan pembeli maka batallah
haknya barang yang masih berada di tangan pembeli lantas rusak, maka
bagaimanapun si pembeli harus mengganti sebesar nilainya. Sedangkan,
jika masa khiyar telah berakhir sebelum transaksi sementara transaksi
belum dibatalkan, lantas barang itu rusak, maka si pembeli wajib
mengganti sebesar harganya, bukan nilainya, karena karena khiyar sudah
tidak berlaku dan jual beli ditetapkan.
Jika pada barang itu timbul cacat dan dengan sendirinya,
sehingga nilainya turun maka khiyar tetap berlaku karena cacat tersebut
bukan akibat perbuatan si penjual, sehingga ia tidak mesti bertanggung
jawab. Si pembelipun berhak khiyar dalam kondisi di antara menerima
barang tersebut dengan membayarkan harganya atau mebatalkan
transaksi. 45
Sedangkan kalau pengurangan nilai itu akibat perbuatan si
penjual, maka ia mesit bertanggung jawab, sehingga harga jualnya
berkurang sesuai dengan kadar cacatnya. Dan kalau barang itu rusak
total di tangan penjual, sementara khiyar bagi di penjual, maka jual beli
44
Abdurrahman al-Juzairi, fikih Empat Mazhab..., hlm. 315. 45
Abdurrahman al-Juzairi, fikih Empat Mazhab..., hlm. 315.
33
batal, baik penjual atau pembeli sama-sama tidak berkewajiban apa-apa
dalam hal ini.
Kedua, jika khiyar bagi pembeli atau bagi orang lain (pihak
ketiga), ulama sepakat bahwa harga yang dibayarkan masih tetap milik si
pembeli. Sedangkan barang yang diperjualbelikan bukan lagi milik si
penjual. Menurut Abu Hanifah, barang itu tidak menjadi milik si
pembeli, karena barang tersebut menjadi miliknya, sementara harga yang
dibayarkanpun masih tetap menjadi miliknya berarti ia memliki kedua
objek transaksi barang yang diperjualbelikan dan harga yang dibayarkan
juga, padahal semestinya kedua hal itu saling dipertukarkan.
Sedangkan menurut Abu Yusuf Muhammad bin al-Hassan,
bahwa barang itu menjadi milik si pembeli karena seandainya tidak,
maka barang tersebut menjadi tak bertuan.
Ketiga, jika khiyar kedua belah pihak (penjual dan pembeli)
maka barang yang diperjualbelikan masih berstatus milik si penjual dan
harga masih berstatus milik si pembeli, menurut kesepakatan ulama.
Ketika salah satu oihak membatalkan jual beli di masa khiyar, maka
transaksi batal.
Menurut Mazhab Maliki, barang yang diperjualbelikan masih
berstatus milik penjual di masa khiyar, baik khiyar itu bagi penjual,
pembeli, kedua-duanya maupun pihak ketiga (orang lain), menurut
pendapat kuat. Transaksi membuat kepemilikan berpindah dari penjual
ke pembeli.46
Menurut ulama Fikih, penggunaan khiyar syarat dapat
dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu:47
a. Pengguguran khiyar secara jelas (isqath al-sharih)
b. Pengguran khiyar dengan dilalah (isqath dilalah)
46
Abdurrahman al-Juzairi, fikih Empat Mazhab..., hlm. 315. 47
Rachmat Syafii, Fiqh Muamalah, hlm. 106.
34
c. Penguguran khiyar secara mudharat (isqath bi thuruq al-
dhararah)
Pada kategori pertama ini, yaitu mengurangi khiyar syarat
dengan cara yang jelas adalah penguarangan yang dilakukan oleh pihak
yang berkhiyar, seperti menyatakan “ saya ridha.” Dengan akad yang
diucapkan secara verbal oleh para pihak yang merupakan pelaku akad
secara jelas (Shahih) dalam melafazkan akad khiyar syarat tersebut.
Sebaliknya, akad akan gugur dengan pernyataan, “ Saya batalkan atau
gugurkan akad ini.” Dengan persyaratan seperti tersebut maka akad yang
dilakukan batal demi hukum.
Kedua, pengurangan dengan dilalah adalah adanya tasharruf
(beraktifitas dengan barang tersebut) dari pelaku khiyar yang
menunjukkan bahwa jual beli tersebut jadi dilakukan, seperti pembeli
menghibahkan barang tersebut kepada orang lain, atau sebaliknya, dia
mengembalikan kepemilikan kepada penjual. Pembeli menyerahkan
kembali kepada penjual menunjukkan bahwa dia membatalkan akad jual
beli yang telah dilakukan.
Ketiga, pengguguran khiyar denga kemudharatan terdapat dalam
beberapa keadaan sebagai berikut, yaitu:48
a. Habis waktu, sehingga akibat hukum yang muncul dari tempo
waktu khiyar yang telah habis tersebut mengakibatkan akad
terjadi sesuai dengan kesepakatan yang muncul
b. Seseorang yang melakukan khiyar tersebut meninggal dunia,
sehingga hak dan kewajibannya gugur sendirinya
c. Adanya hal yang semakna dengan mati, seperti seseorang
yang hilang sehingga keberadaannya diketahui
d. Barang rusak ketika masa khiyar.
48
Rachmat Syafii, Fiqh Muamalah, hlm. 106.
35
Adapun tentang rusaknya barang dalam jangka waktu khiyar
syarat, maka status jual beli sebagai berikut:
1) Khiyar akan gugur jika masih dalam penguasaan
penjual
2) Jika barang sudah ada dalam tangan pembeli, namun
khiyar berasal dari penjual, maka akad jual beli batal.
Akan tetapi pembeli harus menggantikannya.
3) Jika barang sudah ada di tangan pembeli dan khiyar
syarat berasal dari keinginan para pihak pembeli,
maka jual beli tersebut menjadi lazim, sehingga
mengikat para pihak dan khiyar pun gugur
4) Ulama Syafi‟iyah seperti halnya ulama Hanafiah
berpendapat bahwa jika barang rusak, dengan
sendirinya maka khiyar syarat gugur dan akad jual
beli yang tleah dilakukan akan batal dengan
sendirinya.
5) Terdapat kecacatan pada barang.49
E. Hikmah Dilaksanakannya Khiyar Syarat Dalam Transaksi
Ada beberapa hikmah yang disampaikan ulama fikih dalam
pensyariatan al-khiyar, di antaranya :50
1. Membuktikan dan mempertegas kerelaan dari kedua belah pihak.
Oleh sebab itu, syariat hanya menetapkan al-khiyar dalam kondisi
tertentu saja, atau ketika salah satu pihak yang bertransaksi
menegaskannya sebagai persyaratan.
49
Rachmat Syafii, Fiqh Muamalah, hlm. 111. 50
Muhibutthabary, Fiqh Amal Islami, (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2012),
hlm. 20
36
2. Memperkecil kelemahan transaksi sejak awal, karena informasi yang
tidak lengkap atau ada keraguan atau sejenisnya yang dikhawatirkan
bisa menyebabkan kerugian bagi para transaktor (pelaku transaksi).
3. Memberikan kesempatan kepada pelaku transaksi untuk meninjau
ulang transaksinya agar bisa mendapatkan kebaikan dan bisa
mencapai tujuannya dalam jual beli.
4. Memberikan kesempatan untuk bermusyawarah dan berfikir ulang
dengan memberikan kesempatan untuk berkonsultasi dengan para
ahli yang ia percayai tentang kesesuaian harga dan barang. Sehingga
ia tidak merasa dibohongi atau dirugikan.
5. Memberikan kemudahan kepada pemilik harta dan menutup
kesempatan orang yang rakus, sehingga tidak bisa berbuat sesuka
hatinya. Yaitu dengan memberi kesempatan untuk melihat dan
memeriksa barang, serta menimbang-nimbang kesesuaian harga
dengan barangnya, agar para pelaku transaksi benar-benar tahu
dengan jelas, sehingga tidak menyesal setelah melakukan transaksi
tersebut.
6. Memberikan kesempatan kepada pelaku transaksi untuk
membatalkan transaksi apabila terjadi kesalahan atau karena pihak
penjual tidak bersedia memperbaiki cacat pada barangnya.
7. Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-
prinsip islam, yaitu suka sama suka antara penjual dan pembeli.51
8. Medidik masyarakat agar hati-hati dalam melakukan akad jual beli,
sehingga pembeli mendapatkan barang dagangannya yang baik atau
benar-benar disukainya.
51
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Jakarta : Attahiriyah, 1976), hlm. 275
37
9. Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli dan
mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan keadaan
barang.52
Demikian beberapa hikmah dari al-khiyar yang disampaikan para
ulama, dengan tetap meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla pasti memiliki
hikmah yang agung dalam setiap syari‟atNya. Di antara hikmah-hikmah ini
ada yang diketahui manusia dan sebagiannya lagi tidak diketahui dan
menjadi rahasia Allah Azza wa Jalla . Seyogyanya, ini semakin menjadikan
para hamba-Nya tunduk kepada-Nya.
F. Berakhirnya Khiyar Syarat
Khiyar syarat menurut pakar Fiqh, berakhir apabila:
1. Akad dibatalkan atau dianggap sah oleh pemilik hak khiyar, baik
melalui pernyataan atau tindakan.
2. Tempo waktu yang khiyar telah jatuh tanpa pernyataan batal atau
diterukannya jual beli dari pemilik khiyar, dan jual beli menjadi
sempurna dan sah.
3. Objek yang diperjual belikan hilang atau rusak di tangan pembeli
yang berhak menggunakan hak khiyar. Apabila khiyar milik penjual,
maka jual beli menjadi batal, dan apabila khiyar milik pembeli, maka
jual beli itu menjadi mengikat, hukumnya berlaku, dan tidak boleh
dibatalkan oleh pembeli.53
4. Terdapatnya pertambahan nilai objek yang diperjuabelikan di tangan
pembeli dan hak khiyar ada padanya. Apabila penambahan tersebut
bekaitan erat dengan objek jual beli dan tanpa campur tangan
52
Muhammad Yusuf Musa, Al-Amwal wa Nazhariyah al-Aqd ( Mesir : Dar al-Fikr al-
Arabi,
53
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah..., hlm. 135.
38
pembeli, seperti susu kambing, atau penambahan akibat dari
perbuatan pembeli, seperti rumah diatas tanah yang menjadi objek
jual beli, maka hak khiyar menjadi batal. Namun, apabila tambahan
itu bersifat terpisah dari objek yang diperjualbelikan, seperti anak
kambing yang lahir atau buah-buahan di kebun, maka hak khiyar
tidak batal. Karena objek dalam jual beli berupa kambing atau tanah
dan pohon, bukan hasil yang lahir dari kambing atau pohon
tersebut.54
5. Menurut ulama Hanafiyah dan Hanabilah, khiyar juga berakhir
dengan wafatnya pemilik hak khiyar, karena hak khiyar bukanlah
hak yang dapat diwariskan kepada ahli waris. Sedangkan menurut
Malikiyah dan Syafi‟iyah, hak khiyar tidak batal, di karenakan
menurut mereka, hak khiyar dapat diwarisi oleh ahli waris. Hal ini
berdasarkan pada hadist Rasulullah Saw:
“Siapa yang meninggalkan harta dan hak, maka semuanya itu untuk
hali warisnya. (HR. Ahmad ibn Hambal, Abu Daud, dan Ibn Majah).
54
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah..., hlm. 135.
39
BAB TIGA
ANALISA KEBERADAAN KHIYAR SYARAT TERHADAP SISTEM
GARANSI LIFETIME PADA PENJUALAN PRODUK HAKASIMA
DI PANTON LABU
A. Gambaran Umum PT. Hakasima Inti
Perusahaan Hakasima Inti merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang penjualan alat rumah tangga. Produk yang dijual seperti blender,
panci, mixer, dan peralatan rumah rumah tangga lainnya. Perusahaan ini
telah tersebar di seluruh Indonesia. Produk yang dijual oleh PT. Hakasima
Inti adalah produk berkualitas yang diproduksi di Korea. Harga produk yang
ditawarkan beragam, mulai dari Rp. 500.000., hingga jutaan rupiah.
Perusahaan yang bergerak di bidang peralatan dapur ini telah
membuka beberapa cabang di Indonesa, terutama di Aceh. Perusahaan
Hakasima Inti memasarkan produknya melalui distributor untuk kemudian
di jual ke masyarakat. Salah satu keunggulan dari produk yang dikeluarkan
oleh perusahaan ini adalah garansi lifetime (seumur hidup). Garansi yang
diberikan ini dapat di klaim oleh masyarakat, saat produk yang dibeli dan
dipakai dalam jangka waktu tertentu rusak atau cacat.
Pemberlakuan garansi seumur hidup pada produk yang terjual
membuat minat masyarakat semakin tinggi, terutama untuk kalangan ibu-
ibu. Produk yang dipasarkan laris di pasaran dengan berbagai macam harga
yang ditawarkan.
B. Perjanjian Garansi Lifetime Yang Ditetapkan Pada Penjualan
Produk Hakasima Antara Perusahaan Dan Konsumen
Perusahaan Hakasima merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang usaha pembuatan dan penjualan peralatan masak dengan kualitas
yang sangat baik. Perusahaan ini telah memiliki berbagai cabang di seluruh
40
Indonesia, termasuk Aceh. Produk tersebut dipasarkan melalui distributor
yang tersebar di seluruh daerah. Salah satu daya tarik yang ditawarkan oleh
produk ini adalah adanya pemberian garansi Lifetime yang dapat di klaim
saat produk yang dibeli oleh konsumen cacat ataupun rusak.
Penerapan garansi dilakukan dalam bentuk perjanjian antara
distributor dengan konsumen yang dilakukan secara lisan. Adapun isi dari
perjanjian tersebut disepakati dalam beberapa point, yaitu :
1. Perjanjian garansi diberikan kepada konsumen yang telah membeli
produk Hakasima secara langsung dengan ditributor.
2. Garansi diberikan dalam bentuk Lifetime (seumur hidup).
3. Konsumen dapat mengklaim garansi tersebut apabila sewaktu-waktu
terdapat kerusakan pada produk.
4. Apabila sewaktu-waktu barang yang telah dibeli mengalami
kenaikan harga, maka konsumen harus membayar lebih untuk
mengklaim garansi tersebut, sebaliknya apabila barang yang dibeli
tidak mengalami kenaikan harga maka konsumen tidak perlu
membayar lebih untuk mengklaim garansi.
5. Garansi dapat diklaim satu bulan kemudian setelah konsumen
mengalami kerusakan pada produk.
6. Perjanjian ini harus dijalankan oleh kedua belah pihak (distributor
dan konsumen).
Dalam beberapa point yang dijelaskan bahwa perjanjian garansi
tidak dapat dilakukan dengan campur tangan banyak pihak dan
merupakan kontrak baku, dalam hal ini distributor hanya menjelaskan
garansi seumur hidup kepada konsumen yang membeli produk
Hakasima. Pemberian garansi ini sebagai salah satu upaya yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk menarik minat masyarakat.
41
Proses klaim yang ditawarkan oleh perusahaan Hakasima hanya
dapat dilakukan pada distributor resmi daerah, hal tersebut dilakukan
agar memudahkan konsumen dalam mengklaim produk. Saat produk
yang digunakan oleh konsumen rusak, proses klaim dapat dilakukan 30
hari setelah kerusakan. Apabila pada saat klaim harga produk naik, maka
konsumen harus menambahkan harga sesuai harga produk pada saat itu.
Dalam prakteknya, Ibu Novita sebagai salah satu konsumen
menerangkan bahwa pada tahun 2018 pelanggan membeli produk
Hakasima dengan harga Rp. 2.900.000 dan pada tahun 2019 terjadi
kerusakan pada barang tersebut, dan harga barang tersebut naik menjadi
Rp. 3.000.000, konsumen wajib menambah uang Rp. 100.000 untuk
menutupi kekurangan harga, agar mendapatkan garansi dari perusahaan
Hakasima.55
Dalam penelitian yang penulis lakukan, pada saat konsumen
melakukan klaim terhadap kerusakan barang, belum pernah terjadi
penurunan harga produk.
Pada proses klaim terhadap produk Hakasima tidak terdapat
negosiasi harga, dikarenakan harga yang telah ditetapkan oleh
perusahaan merupakan harga resmi yang berlaku di seluruh Indonesia.
Oleh sebab itu, konsumen tidak dapat mengubah isi perjanjian.
Point yang disepakati oleh kedua belah pihak antara PT.
Hakasima Inti dengan konsumen yang dijelaskan melalui distributor
tidak dapat diingkari. Hal yang menjadi inti utama dalam perjanjian
garansi lifetime ini adalah jangka waktu dari garansi produk yang
diberikan, serta diketahui oleh konsumen sehingga sewaktu-waktu
produk tersebut rusak, konsumen dapat mengklaim. Dalam perjanjian
ini, pihak PT. Hakasima Inti hanya terikat dengan distributor dan
55
Hasil wawancara dengan Ibu Novita, konsumen Hakasima di Panton Labu tanggal 2
Januari 2021
42
konsumen, konsekuensi dan resiko yang terdapat dari perjanjian akan
menjadi tanggungjawab konsumen tanpa ada campur tangan pihak
perusahaan.
C. Spesifikasi dalam Transaksi Pembelian Produk Hakasima dan
Kepuasan Konsumen di Panton Labu
1. Spesifikasi dalam Transaksi Pembelian Produk Hakasima
Pemilihan barang oleh konsumen untuk membeli sebuah produk
didasarkan pada beberapa penilaian. Penilaian atau persepsi konsumen
terhadap suatau harga dapat mempengaruhi keputusannya dalam
membeli suatu produk. Oleh karena itu, setiap produsen akan berusaha
memberikan persepsi yang baik terhadap produk yang akan dibeli.
Penilaian tersebut berdasarkan pada dimensi utama yaitu :
a) Persepsi kualitas
Penilaian ini berdasarkan pada konsumen yang cenderung
menyukai produk yang harganya mahal, ketika kualitas yang di dapat
melebihi harga produknya. Penilaian tersebut berdasarkan pada :
1) Persepsi nama merek
Dapat mengindikasikan kualitas suatu produk, merek yang sudah
lama dan memiliki citra yang kuat terhadap sebuah produk
biasanya akan lebih cepat diingat oleh konsumen
a. Persepsi nama toko/dealer
Hal ini berdasarkan pada kenyamanan toko, layout dan kualitas
pelayanan yang diterima konsumen dapat memberikan persepsi
tersendiri terhadap reputasi toko
b. Persepsi garansi
Produk yang menwarkan garansi bagi para konsumen sering
identik dengan produk yang memiliki kualitas tinggi. Konsumen
43
akan merasa lebih tenang dan aman dalam menggunakan produk
tersebut, karena pihak perusahaan menajamin kualitasnya.
c. Persepsi negara yang menghasilkan produk
Kualitas sebuah produk sering dikaitkan dengan negara
pembuatnya. Oleh karena itu, konsumen langsung memiliki
persepsi terahadap suatu produk hanya dengan mengetahui dari
negara mana produk tersebut dihasilkan.
Pada pembelian produk Hakasima spesifikasi transaksi dilakukan
oleh ditributor berdasarkan panduan pada katalog produk. Distributor
menjelaskan secara langsung daftar harga, kualitas serta keguanan dari
setiap produk, berikut juga dengan garansi yang diberikan. Kualitas
produk Hakasima sangat dinilai oleh konsumen untuk melakukan suatu
transaksi.56
Pembelian produk akan didasarkan pada produk yang diminati
dan kegunaannya. Pembali akan menanyakan secara rinci penggunaan
produk secara keseluruhan saat produk tersebut digunakan untuk waktu
jangka panjang. Biasanya, konsumen akan membeli produk yang
memiliki banyak kegunaannya. Misalnya, produk Hakasima Thermopot
dan Thermo Deli yang memiliki fungsi yang banyak, bisa digunakan
untuk memasak, merebus, dll.57
Gambar 1. Daftar Produk Hakasima
56
Hasil wawancara dengan Ibu Suryani di Panton Labu pada tanggal 2 Januari 2021 57
Hasil wawancara dengan Eva, distributor Hakasima, di Panton Labu pada tanggal 2
Januari 2021
44
Transaksi pembayaran pada produk Hakasima dilakukan secara
cash and credit. Namun, kebayakan dari konsumen lebih memilih
pembayaran secara kredit, di karenakan harga produk Hakasima yang
cenderung mahal, yaitu kisaran >500.000-3.000.000. Limit waktu
pembayaran terhadap pembelian secara kredit yaitu kurun waktu 10
bulan. Sedangakan pembayaran secara cash dapat dilakukan saat
konsumen telah menerima barang.58
Setiap produk akan diberikan garansi secara lifetime (seumur
hidup). Konsumen yang telah membeli produk mendapatkan garansi
tersebut saat barang tersebut rusak. Garansi yang ditawarkan untuk
setiap produk baik cash maupun kredit memiliki sistem garansi yang
sama. Garansi akan diberikan saat konsumen mengklaim bahwa produk
yang telah digunakan telah rusak atau cacat. Proses klaim terjadi 30 hari
setelah kerusakan dilaporkan oleh konsumen.59
2. Kepuasan Konsumen Terhadap Garansi Pada Produk Hakasima
Berdasarkan wawancara yang peneliti dapatkan mengenai sistem
garansi produk Hakasima, dari 11 responden yang diwawancarai.
keseluruhan responden mengatakan bahwa kualitas produk Hakasima
yang ditawarkan sangat baik dan dapat digunakan dalam jangka waktu
yang lama. Sehingga konsumen sangat tertarik dengan sistem garansi
yang ditawarkan pada awal akad.
Apabila dinilai dari segi pelayanan, distributor menjelaskan
secara rinci harga hingga kualitas yang ditawarkan pada suatu produk.
Distributor juga akan melayani dengan baik setiap konsumen yang
58
Hasil wawancara dengan Eva, distributor Hakasima, di Panton Labu pada tanggal 2
Januari 2021 59
Ibid.,
45
melakukan klaim.60
Pelayanan yang diberikan oleh distributor dilakukan
dengan baik sesuai dengan prosedur perusahaan Hakasima. Distributor
menjelaskan setiap pertanyaan yang muncul saat proses transaksi
berlangsung.
Dari segi kualitas produk, konsumen mengakui bahwa kualitas
produk yang diproduksi oleh perusahaan Hakasima Inti sangat
berkualitas dan memiliki material bahan yang baik. Tidak hanya itu, dari
segi penggunaan juga dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.
Setiap produk yang dijual memiliki fungsi yang baik dan beragam.61
Tingkat kepuasan konsumen terhadap penjualan produk
sangatlah tinggi. Termasuk pada proses garansi yang ditawarkan pada
produk Hakasima. Garansi yang diberikan dinilai sudah sesuai dengan
makna garansi barang pada umumnya. Pemberian garansi produk dapat
dilakukan tidak memberatkan konsumen. Karena bagi konsumen, klaim
garansi tersebut memudahkannya untuk mendapatkan barang baru tanpa
harus membayar seperti harga awal pembelian. 62
Namun, ada konsumen yang tidak puas dengan garansi yang
diberikan. Karena harus membayar biaya lebih saat harga naik, dan itu
dapat memberatkan konsumen di karenakan seharusnya garansi tidak ada
pembayaran lagi saat diklaim.63
Dalam pemberian garansi produk, konsumen tidak perlu
membayar harga asli dari barang saat klaim terjadi. Ketika harga produk
60
Hasil wawancara dengan Ibu Rusniar, konsumen Hakasima, di Panton Labu pada
tanggal 2 Januari 2021 61
Hasil wawancara dengan Ibu Mismar, konsumen Hakasima, di Panton Labu pada
tanggal 2 Januari 2021 62
Hasil wawancara dengan Ibu Meri, konsumen Hakasima, di Panton Labu pada
tanggal 2 Januari 2021 63
Hasil wawancara dengan Ibu Rosa, konsumen Hakasima, di Panton Labu pada
tanggal 2 Januari 2021
46
naik, maka konsumen harus membayar lebih dari harga yang dibeli.64
Hal ini tidak memberatkan konsumen, karena harga klaim garansi yang
murah dengan pemberian barang baru. Berdasarkan penjabaran dari
beberapa konsumen yang telah penulis wawancarai, produk yang dijual
oleh Hakasima sangat diminati di masyarakat karena kualitas dan fungsi
yang baik. Dan sistem garansi lifetime yang ditawarkan oleh distributor
sama sekali juga ada memberatkan konsumen saat produk rusak atau
cacat dikemudian hari.
D. Perspektif Khiyar Syarat terhadap Sistem Garansi lifetime Pada
Penjualan Produk Hakasima
Pada dasarnya hukum jual beli itu mubah (boleh). Termaksud di
dalamnya jual beli yang mengandung unsur khiyar. Transaksi yang
dilakukan harus mengutamakan perlindungan konsumen sebagai pembeli
produk yang disebutkan dalam syara‟ yaitu adanya hak khiyar antara penjual
dan pembeli selaku pihak yang melangsungkan transaksi jual beli terhadap
objek akad.
Tujuan diberlakukannya khiyar dalam jual beli adalah untuk
memberikan kemasalahatan apabila transaksi yang dilakukan terdapat unsur
cacat pada objek akad. Pemberlakuan khiyar ini memberikan dampak
prositif untuk keberlangsungan akad antara penjual dan pembeli. Jadi hak
khiyar dalam Islam telah ditetapkan untuk menjamin kerelaan dan kepuasan
timbal balik antara penjual dan pembeli yang akan melangsungkan transaksi
jual beli.
Pertemuan antara penjual dan pembeli dapat menghasilkan suatu
kesepakatan untuk melakukan akad yang memenuhi prinsip perjanjian dalam
64
Hasil wawancara dengan Ibu Suryati, konsumen Hakasima, di Panton Labu pada
tanggal 2 Januari 2021
47
syara‟, yakni adanya prinsip kerelaan, keadilan, dan kejujuran. Hal tersebut
dilakukan oleh kedua belah pihak secara langsung atau tidak langsung.
Dalam Islam, objek dalam suatu transaksi harus ketahui dengan jelas
baik kualitas, kuantitas, dan spesifikasi yang lainnya oleh pihak penjual dan
pembeli. Penjual sebagai pemberi penjelasan barang kepada konsumen
untuk tercapainya akad yang terhindar dari unsur dhalim dan gharar.
Perjanjian dibentuk berdasarkan pada kaidah ”ridha merupakan dasar dan
pondasi dari seluruh akad.”
Ketentuan umum yang digunakan oleh para ulama fiqh didasarkan
pada firman Allah SWT yang berbunyi :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S
An-Nisa‟: 29)
Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam transaksi jual beli harus
atas dasar suka sama suka atau kerelaan kedua belah pihak, sehingga
khiyar syarat menjadi salah satu alternatif agar terpenuhinya hak-hak
dalam jual beli. Penerapan khiyar syarat dalam transaksi jual beli dapat
dilihat dari segi tempo waktu khiyar yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak, akan tetapi dalam penerapannya juga harus mmemperhatikan
ketentuan-ketentuan khiyar dan hal-hal yang dilarang oleh syara‟
Ketentuan mengenai tempo waktu khiyar syarat dalam transaksi
jual beli juga didasarkan pada sunnah Rasulullah Saw. Di antara sunnah
tersebut adalah hadist dari Ibnu Umar:
ت بانخار فى كم سهعت إبتعتها ثلاث نال ا
“Kamu boleh khiyar (memilih) pada setiap benda yang telah dibeli
selama tiga hari tiga malam.”
48
Ketentuan lain mengenai batasan atau jangka waktu pada khiyar
berbeda-beda di antara ulama mazhab, menurut ulama Hanfiyah, Jafar,
dan Syafi‟iyah bahwa jangka waktu khiyar boleh kurang dari tiga hari
namun tidak boleh lebih dari tiga hari. Ulama Hanafiyah, Jafar juga
menambahkan pendapat mereka lebih dari tiga hari jual beli tersebut
batal karena telah expiret namun akad tersebut diulangi lagi dan jangka
waktu khiyar tidak boleh melewati tiga hari sebagai jangka waktu
maksimal.65
Imam Syafi‟I berpendapat bahwa khiyar yang lebih dari tiga hari
akan memberi dampak terhadap keabsahan transaksi jual beli, sehingga
jangka waktu khiyar harus pasti yaitu hanya kurang dari tiga hari dan
bila lebih sedikit lagi, maka hal tersebut adalah rukhshah (keringanan),
menurut ulama Hanabilah, khiyar di bolehkan menurut kesepakatan
orang yang berakad, baik sebentar maupun lama jangka waktunya.
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa khiyar syarat di bolehkan sesuai
kebutuhan para pihak dan temponya dapat disepakati dengan bijak.
Menurut pendapat yang paling masyhur dikalangan ulama
Hanafiyah, Syafi‟iyah dan Hanabillah, bahwa khiyar yang tidak jelas
batasan waktunya adalah tidak sah. Perbuatan ini mengandung unsur
jahalah (ketidakpastian), karena memiliki potensi besar merugikan para
pihak, terutama pihak penjual.
Menurut ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah, jual beli seperti itu
batal. Khiyar sangat menentukan akad, sedangkan batasan tidak
diketahui, sehingga akan menghalangi „aqid (orang yang melakukan
akad) untuk menggunakan (thasarruf) barang tersebut.
Penerapan khiyar syarat di dunia marketing juga disamakan
dengan istilah garansi. Salah satunya perusahaan yang mempraktekkan
65
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, (Gema Insan Press & Darul Fikr : 2007),
hlm. 188
49
penggunaan khiyar syarat adalah PT. Hakasima Inti. PT. Hakasima Inti
sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penjualan produk rumah
tangga saat ini sedang memasarkan produknya di masayarakat.
Perusahaan menjual produknya melalui distributor yang akan
memasarkan produk ke setiap daerah. Dalam transaksi yang dilakukan
oleh „aqidain yaitu pihak yang berakad, distributor (penjual) dan
masyarakat (konsumen) dijelaskan kualitas, harga, hingga garansi yang
didapatkan oleh konsumen. Unsur garansi lifetime yang telah dijabarkan
oleh pihak distributor sudah tentu menggunakan akad khiyar syarat.
Berdasarkan pada perjanjian garansi lifetime yang ditentukan
oleh PT. Hakasima Inti terhadap produk yang dijual. Konsumen yang
membeli produk maka sudah setuju dengan perjanjian garansi yang
ditetapkan oleh perusahaan. Namun apabila dilihat dari dasar hukum
yang telah penulis jabarkan, penerapan khiyar syarat yang diterapkan
pada penjualan produk Hakasima dinilai cacat atau batal walaupun kedua
belah pihak (orang yang berakad) telah setuju dengan tempo waktu
khiyar syarat.
Ketentuan dari khiyar syarat yaitu harus jelas tempo waktu, tidak
mengandung unsur jahalah (ketidakpastian), sedangkan pada garansi
lifetime tidak jelas tempo waktunya, tempo waktu seumur hidup dinilai
tidak sesuai dengan penerapan tempo waktu pada khiyar syarat dan
dapat merugikan salah satu pihak.
50
BAB EMPAT
PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan membuat kesimpulan dari semua paparan
dan analisis rumusan masalah yang telah penulis format, kesimpulan dan
saran disusun sesuai dengan urutan dari sub bab dalam bab ini :
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis yang telah penulis lakukan pada
penelitian produk Hakasima dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Perjanjian garansi lifetime yang ditetapkan pada penjualan produk
Hakasima antara perusahaan dan konsumen berdasarkan pada
perjanjian garansi secara lisan. Perjanjian tersebut disepakati oleh
kedua belah pihak yang memuat tempo waktu klaim yang didapatkan
oleh konsumen saat produk rusak atau cacat, serta adanya
penambahan harga sewaktu waktu apabila harga produk naik.
2. Spesifikasi dalam transaksi pembelian produk Hakasima, distributor
menjelaskan baik kualitas, kegunaan produk, harga, serta garansi
yang sesuai dengan katalog produk yang diberikan oleh perusahaan.
Kepuasan konsumen terhadap garansi yang diberikan oleh
perusahaan Haksima sangat baik, di karenakan penambahan harga
tidak memberatkan konsumen karena harga klaim garansi yang
murah dengan pemberian barang baru.
3. Dalam hukum Islam perjanjian garansi lifetime yang ditetapkan oleh
perusahaan dan konsumen dinilai cacat atau batal, dikarenakan
ketentuan dari khiyar syarat yaitu harus jelas tempo waktu, tidak
mengandung unsur jahalah (ketidakpastian). Namun, sistem garansi
lifetime yang ditetapkan oleh perusahaan Hakasima dan konsumen
tidak jelas jangka waktunya.
51
B. Saran
Berdasarkan analisis dan kesimpulan di atas, pada bagian ini
penulis mengemukakan bebarapa saran sebagai berikut :
1. Seharusnya pihak PT. Hakasima Inti menjelaskan secara detail
jangka waktu garansi, serta tidak adanya penambahan harga saat
klaim terjadi agar tidak ada anggapan konsumen bahwa perjanjian
garansi pada produk Hakasima tidak jelas.
2. Seharusnya konsumen menilai kembali perjanjian garansi yang
disepakati, dan harus memperhatikan klausula perjanjian sesuai
dengan ketentuan dalam bermuamalah.
52
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah, Yogyakarta : Multi Karya Grafika,
2003
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, Jakarta: Prenada Media Group, 2010
Abdurrahman al-Juzairi, fikih Empat Mazhab, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012
Ainul Yaqin, Fiqh Muamalah Kajian Komprehensif Ekonomi Islam, Pamekasan:
Duta Media Publishing, 2018
Al Musyaiqih, terbitan Maktabah Ar Rusyd, cetakan tahun 1431 H.
Al Wajiz fi Fighis Sunnah wal Kitabil „Aziz, Abdul „Azhim bin Badawi, Dar
Ibnu Rajab
Al-Kasani, Al-Bada‟i ash-Shana‟i, Jilid IV, Beirut: Dar al-Fikr
Amir Syarifuddin, Fiqih Muamalah, Jakarta: Paranada Media
Asy-Syarbani al-kathib, Mughni al-Muhtaj, Jilid 2, Beirut:Darar-Fikri
Ayu Anastasia Wulan yang berjudul“Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pelaksanaan Garansi Lifetime Produk Tupperware (Studi Pada
Distributor Tupperware PT. Tapis Eka Moderen Bandar Lampung)”.
BambangWaluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K.Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam,
cet ke 2, Jakarta: PT. Sinar Grafika
Djalius Syah, dkk, Kamus Inggris Indonesia, Cet. Pertama, Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, Jilid 2, Beirut: Dar
al –Fikri
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Dilengkapi Contoh Analisis Statistik,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Kamus besar bahasa Indonesia
Karim Helmi, Fiqh Mu‟amalah, Bandung: Al-Ma‟arif, 2012
53
Lexy J Moleong, Metode penelitian Kualitatif, Bandung :Remaja Rosda Karya
Lukman, Kamus Lengkap Bahasa indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994
Maria Zulfa dengan judu lpenelitian”Perjanjian Garansi Sepeda Motor
Menurut Konsep Khiyar Syarat Dalam Fiqh Muamalah (Analisis
Perjanjian Dan Pelaksanaan After Sale Service Pada Suzuki Yunar Ulee
Gle Di Kec Bandar Dua Kab Pidie Jaya).
Muhammad Teguh, Metode Penelitian Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005
Muhammad Yusuf Musa, Al-Amwal wa Nazhariyah al-Aqd, Mesir : Dar al-Fikr
al-Arabi, 2010
Muhibutthabary, Fiqh Amal Islami, Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2012
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007
Nensi Nuryami yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian
Garansi Dalam Jual Beli Pompa Air Dan Solar Water Heater (Studi
Kasus Pada Beberapa Toko Bangunan Di Kelurahan Tanaman,
Kecamatan Banguntpan, Kabupaten Bantul)”
Rachmat Syafii, Fiqh Muamalah, Jakarta : Citapustaka Media Perintis, 2013
Rahmawati dengan judul “Aplikasi Khiyar Syarat Dalam Trasaksi Jual Beli
Emas Di Kalangan Pedangang Emas Pasar Aceh”
Samsuardi, meneliti tentang “Sistem Garansi Pada Transaksi Jual Beli Laptop
Second Menurut Konsep Khiyar Syarat”.
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Beirut: Dar al-Fikr, 1983
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Jakarta : Attahiriyah, 1976
Wahbah Zuhaili, alFiqh al-Islam wa Adillatuh, Beirut: Dar al-Fikral-Mu‟ashir,
2005
Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Gema Insan Press & Darul Fikr :
2007
Zainuddin Ali, Metode Peneltian Hukum , Jakarta: Sinar Grafika, 2010
Lampiran 3: Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana bentuk garansi yang diberikan oleh PT. Hakasima Inti kepada
anda?
2. Berapa lama klaim garansi produk dapat anda lakukan?
3. Bagaimana kualitas produk yang ditawarkan apakah sesuai atau tidak?
4. Apakah anda puas dengan pemberian garansi yang diberikan?
5. Apa saja isi perjanjian garansi yang diberikan oleh PT. Hakasima inti?
6. Bagaimana tanggapan distributor saat anda akan mengklaim garansi produk
anda?
7. Apakah distributor menjelaskan sistem garansi kepada anda dengan jelas?
8. Bagaimana bentuk garansi yang diberikan, tertulis atau lisan?
Lampiran 4:
FOTO WAWANCARA
Lampiran 5:
BUKTI TRANSAKSI