tinjauanhukumperjanjiankerjasama antara ...digilib.unila.ac.id/54948/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
TINJAUANHUKUMPERJANJIANKERJASAMA
ANTARA KONTENKREATORYOUTUBEDANMULTI-
CHANNEL NETWORK
(Skripsi)
Oleh
M.IlhamGuntara
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
i
ABSTRAK
TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA KONTEN
KREATOR YOUTUBE DAN MULTI-CHANNEL NETWORK
OLEH:
M. ILHAM GUNTARA
Program Google Adsense dapat memberikan penghasilan kepada Konten Kreator
yang mempublikasikan video miliknya ke Youtube. Konten kreator dituntut untuk
memproduksi seluruh elemen video tanpa menggunakan karya atau hasil milik
orang lain. Konten Kreator diperbolehkan untuk menjalin kerjasama dengan
Multi-Channel Network. Multi-Channel Network memberikan jasa kepada para
Konten kreator untuk memenuhi peraturan tersebut dengan timbal balik yaitu bagi
hasil. Hal tersebut yang menjadi alasan penulis untuk menulis dengan tema
Analisis Hukum Perjanjian Kerjasama Antara Konten Kreator Dan Multi-Channel
Network. Permasalahan dalam penulisan ini adalah Apa saja hak-hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi selama berlangsungnya perjanjian dan Bagaimana
penyelesaian masalah jika terjadi wanprestasi.
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris dengan tipe penelitian
deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis
normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan
hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan studi
pustaka dan wawancara. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data
dan pengumpulan data yang selanjutnya dianalisis.
Hasil dari penelitian ini adalah pihak Multi-Channel Network harus memenuhi
fasilitas yang akan diberikan kepada Konten Kreator sesuai dengan apa yang
tertulis di dalam Pasal 7 Pada Perjanjian Kerjasama No : /KKI/CMS//17. Ada 2
cara yang dapat dilakukan jika nantinya terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh
salah satu pihak yaitu cara Litigasi dan non Litigasi. Penyelesaian secara litigasi
akan dilakukan di pengadilan negeri Jakarta selatan. Sedangkan penyelesaian
secara non litigasi akan dibantu oleh Youtube sebagai mediator dan pelaporan
masalah ini dapat dilakukan di laman Youtube Help. Dampak hukum jika
terjadinya wanprestasi dalam kasus ini dapat mengacu pada pasal 1243 KUH
Perdata.
Kata Kunci:Perjanjian ; Google Adsense ; Wanprestasi
TINJAUANHUKUMPERJANJIANKERJASAMA
ANTARA KONTENKREATORYOUTUBEDAN
MULTI-CHANNEL NETWORK
Oleh
M. IlhamGuntara
Skripsi
Sebagaisalahsatusyaratuntukmencapaigelar
SARJANA HUKUM
pada
BagianHukumKeperdataan
FakultasHukumUniversitas Lampung
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 30
Agustus 1996, dan merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Alm. Jalius Caiesar dan
Ibu Fitriyana.
Pendidikan TK Al-Kautsar yang diselesaikan pada tahun 2002, SD Al-Kautsar
yang diselesaikan pada tahun 2008, SMP Al-Kautsar yang diselesaikan pada
tahun 2011, SMA Global Madani yang diselesaikan pada tahun 2014, dan
terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun
2014.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan, Himpunan Mahasiwa (Hima) Perdata Periode 2017-2018,
mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Tanjung Ratu Ilir, Kecamatan
Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah.
vi
MOTO
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya "
(QS. Al-Baqarah (2): 286)
vii
PERSEMBAHAN
Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati
kupersembahkan skripsiku ini kepada:
Kedua orang tuaku tercinta Ayah Alm. Jalius Caiesar dan Bunda Fitriyana
yang selama ini selalu mendo’akanku agar senantiasa diberikan kemudahan dan
kelancaran dalam setiap langkahku, dan juga telah memberikan cinta, kasih
sayang, kebahagiaan, doa, serta pengorbanannya selama ini untuk
keberhasilanku.
viii
SANWACANA
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala keberkahan, nikmat, rahmat dan taufik serta
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang berjudul
“Tinjauan Hukum Perjanjian Kerjasama Antara Konten Kreator dan Multi-
Channel Network” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Penulis banyak mendapatkan ilmu pengetahuan, bimbingan, dan masukan
yang bersifat membangun dari berbagai pihak, maka izinkanlah pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Maroni S.H., M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung;
2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum Universitas Lampung;
3. Ibu Nilla Nargis, S.H., M.Hum., Dosen Pembimbing I yang banyak membantu
penulis dengan penuh kesabaran, meluangkan waktu untuk membimbing,
memberikan masukan, motivasi dan mengarahkan penulis
ix
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;
4. Ibu Elly Nurlaili, S.H., M.H, Pembimbing II yang banyak membantu penulis
dengan penuh kesabaran, membimbing, memberikan motivasi dan masukan
yang membangun serta mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan; Ibu Dr. Nunung Rodliyah, M.A.
5. Ibu Dr. Nunung Rodliyah, M.A., Pembahas I yang telah memberikan kritik,
saran, dan masukan yang sangat membangun terhadap skripsi ini;
6. Ibu Dewi Septiana, S.H., M.H., Pembahas II yang telah memberikan kritik,
saran, dan masukan yang sangat membangun terhadap skripsi ini;
7. Bapak Naek Siregar, S.H., M.H., Pembimbing Akademik atas bimbingan dan
pengarahan kepada penulis selama menjalankan studi di Fakultas Hukum
Universitas Lampung;
8. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang
penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta
segala bantuan secara teknis maupun administratif yang diberikan kepada
penulis selama menyelesaikan studi;
9. Untuk kakak-kakak ku tercinta Fika Mayantiara & M. Reza Guntara,
terimakasih untuk dukungan moril dan motivasi, kasih sayang yang diberikan
selama ini, serta selalu mendoakan dan menyemangatiku dan selalu ada untuk
ku disaat susah maupun senang.
10. Sahabat-sahabat terbaikku, Nawa Yoga, Ernada, Luthfijar, Taufiq Aziz,
Rayest, Naya, Redho, dan seluruh Talent Pudak Niku Project terimakasih
selalu ada untukku baik saat suka maupun duka, serta motivasi yang diberikan
x
selama ini, kalian sudah seperti keluarga bagiku, semoga persahabatan ini
tetap terjalin untuk selamanya;
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan
dukungannya.
12. Almamater Tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung.
13. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Lampung angkatan
2014, terimakasih kebersamannya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah
diberikan kepada penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi
yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi
penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, 10 Desember 2018
Penulis
M. Ilham Guntara
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................ ....... i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. iii
HALAMAN PENGESEHAN............................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN............................................................... v
RIWAYAT HIDUP................................................................................ vi
MOTO..................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN.................................................................................. viii
SANWACANA...................................................................................... ix
DAFTAR ISI.......................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 6
C. Ruang Lingkup............................................................................... 6
D. Tujuan Penilitian ............................................................................ 7
E. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Konsep
1. Perjanjian................................................................................. 8
a. Pengertian Perjanjian.......................................................... 8
b. Subjek & Objek Perjanjian………......................................... 9
c. Tujuan & Bentuk Perjanjian………………………………... 10
d. Syarat Perjanjian…................................................................ 11
e. Unsur dan Syarat Perjanjian Sah…......................................... 12
f. Konsep Perjanjian ….............................................................. 20
2. Wanprestasi.................................................................................. 20
a. Konsep Wanprestasi.............................................................. 21
b. Akibat Hukum Dari Wanprestasi.......................................... 22
3. Google Adsense Youtube............................................................ 24
a. Konsep Google Adsense Youtube......................................... 24
b. Istilah dalam Google Adsense Youtube................................ 25
B. Kerangka Pikir ................................................................................ 27
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian............................................................................. 30
B. Tipe Penelitian............................................................................. 31
C. Pendekatan Masalah................................................................... 31
D. Data dan Sumber Data................................................................ 32
E. Metode Pengumpulan Data......................................................... 33
F. Metode Pengolahan Data............................................................ 34
G. Analisis Data............................................................................... 34
IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Hak dan Kewajiban Dalam Perjanjian Kerjasama Antara Konten
Kreator dan Multi-Channel Network ..........................………. 36
1. Konsep Perjanjian Kerjasama antara Konten Kreator dan
Multi-Channel Network..................................................... 36
2. Hak Konten Kreator dan Kewajiban Multi-Channel Network 41
3. Kewajiban Konten Kreator dan Hak Multi-Channel Network 44
B. Cara Penyelesaian Ketika Terjadi Wanprestasi Dalam Perjanjian
Antara Konten Kreator dan Multi-Channel Network ..................... 49
1. Penyelesaian secara Non Litigasi………….………….... 49
2. Penyelesaian secara Litigasi.............................……….... 53
C. Akibat Hukum Ketika Terjadi Wanprestasi........................... 56
V. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era digital seperti saat ini memudahkan beberapa pihak untuk mengiklankan dan
memasarkan barang-barang mereka, jika dahulu Pengiklanan hanya dapat
dilakukan di media cetak dan media elektronik seperti televisi, saat ini kita sudah
bisa memanfaatkan yang namanya media sosial. Tingginya pengguna media sosial
di Indonesia membuat peran televisi yang sebelumnya menjadi media utama
dalam mencari hiburan dan beriklan kini sudah digantikan oleh media sosial.
Kemudahan ketika mengakses menjadi salah satu faktor utama mengapa saat ini
media sosial lebih diminati daripada televisi.
Beberapa media yang paling banyak digunakan oleh masyarakat adalah Facebook,
Twitter, Instagram & Youtube. Berdasarkan data WeAreSocial.net dan Hootsuite
2017, perkembangan penggunaan internet di Indonesia sangat pesat, yakni
tumbuh 51% dalam kurun waktu satu tahun, dengan angka pertumbuhan yang
jauh melampaui angka pertumbuhan penggunaan internet di dunia, yaitu 10%,
Indonesia menempati urutan ke dua pengguna internet terbesar sejagat. Media
Sosial yang paling sering diakses selama 2017 adalah Youtube.1
1 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/02/01/media-sosial-apa-yang-paling-
sering-digunakan-masyarakat-indonesia (Diakses pada tanggal 24-05-2018), Pukul 10.10 WIB)
2
Youtube telah menjadi fenomena yang mendunia, dan sekarang Youtube
merupakan situs video sharing yang berfungsi sebagai sarana untuk berbagi video
secara online. Situs ini memfasilitasi penggunanya untuk meng-upload video yang
kemudian dapat diakses oleh pengguna lain diseluruh dunia secara gratis. Youtube
merupakan database video yang paling popular di dunia maya , dan merupakan
situs video yang menyediakan berbagai informasi berupa ”gambar bergerak”.
Situs ini memang disediakan bagi mereka yang ingin melakukan pencarian
informasi video dan menontonnya langsung. Kita juga bisa berpartisipasi dengan
mengupload (mengunggah) video ke server Youtube dan membaginya ke seluruh
dunia. Pengguna Youtube dapat mengakses, dan dapat diakses oleh siapa saja.
Saat ini Youtube sudah menjadi bagian dari Perusahaan Search Engine paling
popular di dunia yaitu Google. Pada tanggal 16 Oktober 2006, Google membeli
Youtube. Pembelian yang dilakukan Google pada waktu itu terbukti sebagai
keputusan brilian. Youtube menjelma sebagai situs video sharing nomor satu di
dunia. Satu hal yang lebih penting lagi situs ini sudah mulai menghasilkan laba
untuk Google. Harga sebesar 1,65 milyar dollar Amerika Serikat yang diberikan
Google seolah hendak menunjukan betapa Youtube merupakan Situs Video
Sharing Masa depan yang patut diperhitungkan.2
Selain sebagai tempat untuk mengakses video, Youtube juga sudah menjadi
tempat untuk perusahan dan instansi pemerintahan untuk beriklan. Google
memiliki Program afiliasi pada Google AdSense. Program ini merupakan Program
Advertising yang dilakukan oleh Google yang bekerjasama dengan pemilik video ,
web atau blog di mana iklan dari Google dapat ditampilkan dalam bentuk video
2Mahfudz Mahdudz, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta: Andi, 2005, hlm 46
3
atau Banner. Di dalam program ini, seseorang yang ter-afiliasi dengan Google di
dalam program Google Adsense dapat berpenghasilan dollar sesuai dengan sesuai
dengan standard yang ditetapkan oleh perusahaan Google. Dengan metode komisi
Pay Per Click (PPC). Google AdSense Telah membawa revolusi baru dalam bisnis
internet, Program ini telah menghasilkan jutawan online tanpa harus mencari
investor-investor besar seperti yang biasa dilakukan oleh Perusahaan-Perusahaan
dot com.3
Perusahaan Swasta dan Instansi Pemerintahan yang Ingin mengiklankan Produk
serta program mereka pun melihat Youtube sebagai satu peluang untuk beriklan.
Kemudahan akses dari Youtube yang sekarang tidak hanya bisa diakses lewat
Personal Computer (PC) tetapi Ponsel juga sudah mampu menampilkan Video-
video yang ada di Youtube dimana saja berada. Seorang yang mengunggah video
ke Youtube disebut dengan Konten Kreator. Tidak semua Konten Kreator dapat
mengikuti program Google Adsense. Channel / Saluran yang dapat mengikuti
program tersebut harus menjadi Mitra Youtube (Monetisasi) terlebih dahulu.
Konten Kreator YouTube dapat mengajukan permohonan untuk bergabung,
selama program ini tersedia di negaranya. Begitu sebuah channel / Saluran
mencapai 4.000 Watch Time (jam waktu tonton) dalam 12 bulan terakhir dan
memiliki 1.000 subscriber (Pengikut Saluran), channel tersebut akan ditinjau
untuk mengikuti program ini. Standar ini diterapkan untuk mencegah adanya
3Muhammad Husen Asyari, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Bisnis Google
Adsense” Skripsi Tidak diterbitkan, Jurusan Muamalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan
Kalijaga, 2009, hlm 11
4
video yang berpotensi tidak pantas agar tidak dapat mengikuti monetisasi, karena
dapat merugikan pendapatan pihak lain.4
Salah satu video yang dianggap tidak pantas untuk di Monetisasi adalah video
yang didalamnya terdapat hak cipta milik orang lain. Video bernyanyi di Youtube
atau yang dikenal dengan sebutan Music Cover berpotensi untuk tidak di
Monetisasi karena lagu yang dinyanyikan adalah hak milih orang lain sehingga
Konten Kreator tidak dapat memperoleh penghasilan dari video tersebut.
Peraturan yang diterapkan oleh Youtube membuat para Konten Kreator kesulitan
untuk membuat konten video yang hendak mereka unggah di Youtube. Ditengah
masalah ini, ada sebuah perusahaan yang memiliki peran untuk membantu para
Konten Kreator agar video mereka tidak terbentur dengan peraturan yang
diterapkan oleh Youtube yaitu Multi-Channel Network.
Multi-Channel Network (MCN) adalah penyedia layanan pihak ketiga yang
berafiliasi dengan beberapa channel YouTube untuk menawarkan layanan seperti
pengembangan penonton, pemrograman konten, kolaborasi kreator, pengelolaan
hak digital, monetisasi, dan/atau penjualan. Konten Kreator harus berbagi
penghasilan dengan MCN sesuai dengan apa yang tertulis dalam kontrak
kesepakatan.
Meskipun MCN membantu Konten Kreator memahami atau mengatasi masalah
klaim hak cipta, teguran, atau penghapusan channel, tetapi MCN tidak dapat
mencegah hal tersebut. Channel yang melanggar pedoman komunitas YouTube
4 https://support.google.com/youtube/answer/72851?hl=id, (Diakses pada tanggal 22-04-
2018), Pukul 18.28 WIB
5
atau kebijakan hak cipta, seperti mengupload konten milik orang lain, akan
menerima teguran atau hukuman lain, walau mereka adalah anggota MCN atau
bukan.5
Pada tanggal 23 Desember 2015 terjadi sebuah kasus penipuan yang melibatkan
Konten Kreator dan Multi-Channel Network. Pihak MCN tidak memenuhi prestasi
para kreator videonya. MCN tersebut melakukan Unlink kepada para Konten
Kreator pada hari pembayaran sehingga pendapatan para Konten Kreator tidak
dapat di cairkan melalui rekening. Konten Kreator yang ber-inisial YN mengalami
kerugian mencapai $ 1,300 dari kejadian ini. Ketika para Konten Kreator mencoba
menghubungi pihak Multi-Channel Network, Tidak ada tanggapan dari Pihak
Multi-Channel Network.
Tindakan yang dilakukan oleh pihak Multi-Channel Network merupakan
wanprestasi sesuai dengan apa yang dikatakan dalam Pasal 1238 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dikarenakan mereka tidak memenuhi hak yang harusnya
didapatkan oleh Konten Kreator. Dalam menyikapi permasalahan wanprestasi di
atas, penulis menganalisis Perjanjian Kerjasama No : /KKI/CMS//17 yang
mengatur kerjasama antara Multi-Channel Network dan Konten Kreator.
5 https://support.google.com/youtube/answer/2737059?hl=id, (Diakses pada tanggal 22-
04-2018), Pukul 19.16 WIB
6
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang menjadi dasar ketertarikan penulis untuk
meneliti, maka munculah isu hukum yang akan dijelaskan secara sistematis dalam
bentuk rumusan masalah yaitu :
1. Apa sajakah hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dalam perjanjian
kerjasama antara Konten Kreator dan Multi-Channel Netwok ?
2. Bagaimanakah penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian
kerjasama bisnis Google Adsense Youtube ?
3. Bagaimanakah akibat hukum setelah terjadinya wanprestasi ?
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup permasalahannya adalah :
1. Ruang lingkup keilmuan
Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah, ketentuan hukum mengenai
hak dan kewajiban bagi para pihak yang melakukan perjanjian kerjasama di
dalam Youtube. Bidang ilmu ini adalah hukum keperdataan. Khususnya hukum
Perjanjian dan wanprestasi.
2. Ruang lingkup objek kajian
Ruang lingkup objek kajian adalah mengkaji hak dan kewajiban bagi para
pihak yang melakukan perjanjian kerjasama di dalam Youtube.
7
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui, memahami dan menganalisis perlindungan hak dan kewajiban
yang harus dipenuhi kedua belah pihak dalam perjanjian ini
2. Mengetahui, memahami dan menganalisis upaya hukum yang dapat dilakukan
jika terjadi wanprestasi
3. Mengetahui, memahami dan menganalisis akibat hukum setelah terjadinya
wanprestasi
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian in mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini, jika di teliti dalam aspek teoritisnya yaitu memberikan
arahan terkait sumber pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan
hukum perjanjian pada umumnya dan perjanjian kerjasama pada
khususnya. Fokus kajiannya yaitu terhadap hukum perjanjian.
2. Secara Praktis
Kegunaan penelitian dalam skripsi ini secara praktisnya, diharapkan
mampu memberikan informasi serta wawasan tambahan terhadap diri saya
pribadi, masyarakat sekitar, dan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan penelitian ini bahwa seiring berkembangnya zaman, sarana untuk
beriklan tidak lagi hanya dapat dilakukan di media cetak, televisi dan radio
tetapi kini kita sudah dapat dilakukan di sosial media.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Konsep
1. Perjanjian
a. Pengertian Perjanjian
Subekti mengatakan bahwa, “Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang
berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksjanakan sesuatu hal”.6 Menurut Wirjono Prodjodikoro “Perjanjian adalah
suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana
suatu pihak berjanji atau di anggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk
tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji
itu”.7
Sedangkan setiawan, mendefinisikan perjanjian sebagai suatu perbuatan hukum,
dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan diri
terhadap satu orang atau lebih.8
6 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT Intermasa, 1987,hlm 1
7 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung : PT. Bale, 1986, hlm.9
8 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata Di Indonesia, Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2006, hlm. 243
9
b. Subjek Perjanjian
Subjek perjanjian, yaitu pihak-pihak dalam perjanjian sekurang-kurangnya ada
dua pihak. Subjek perjanjian dapat berupa manusia pribadi dan badan hukum.
Subjek perjanjian harus wewenang melakukan perbuatan hukum seperti yang
diatur dalam undang-undang. Subjek perjanjian berupa manusia pribadi wenang
melakukan perbuatan hukum apabila sudah berumur 21 tahun penuh (dewasa)
atau walaupun belum 21 tahun penuh, sudah kawin, sehat ingatan, dan tidak
dibawah pengampuan. Subjek perjanjian berupa badan hukum status badan
hukumnya itu sah menurut akta pendirian yang sudah diakui oleh Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia.9
c. Objek Perjanjian
Objek perjanjian, yaitu berupa prestasi yang wajib dipenuhi pihak-pihak. Prestasi
tersebut dapat berupa benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak
berwujud, misalnya, berupa hak-hak kebendaan. Pemenuhan prestasi tersebut
dapat berupa memberikan sesuatu, misalnya menyerahkan benda; melakukan
sesuatu, misalnya, mengerjakan borongan bangunan; atau tidak melakukan
sesuatu, misalnya, tidak melakukan persaingan curang. Objek perjanjian harus
benda dalam perdagangan dan tidak dilarang undang-undang, misalnya, bukan
benda seludupan; bukan benda berbahaya bagi kesehatan, dan benda tidak
bertentangan dengan ketertiban umum, misalnya, perdagangan manusia atau bayi
(trafficking); tidak bertentangan dengan kesusilaan, mislanya, mengirim tenaga
9 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti,
2014, hlm. 291
10
kerja wanita ke luar negeri untuk dijadikan wanita hiburan atau pelacur. Benda
objek perjanjian harus halal, jelas pemiliknya, dan dapat diserahkan berdasar pada
perjanjian yang diadakan pihak-pihak.10
d. Tujuan perjanjian
Tujuan perjanjian, yaitu hasil akhir yang diperoleh pihak-pihak berupa
pemanfaatan, penikmatan, dan pemilikan benda atau hak kebendaan sebagai
pemenuhan kebutuhan pihak-pihak. Pemenuhan kebutuhan tidak akan tercapai
jika tidak dilakukan dengan mengadakan perjanjian antara pihak-pihak. Tujuan
perjanjian yang akan dicapai oleh pihak-pihak itu sifatnya harus halal. Artinya,
tidak dilarang undang-undang serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum
dan kesusilaan masyarakat.11
e. Bentuk perjanjian
Bentuk perjanjian perlu ditentukan karena ada ketentuan undang-undang bahwa
hanya dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan
kekuatan bukti. Bentuk tertentu itu biasanya berupa akta autentik yang dibuat di
muka notaris atau akta di bawah tangan yang dibuat oleh pihak-pihak sendiri,
bentuk tertulis diperlukan biasanya jika perjanjian itu berisi hak dan kewajiban
yang rumit serta sulit diingat. Jika dibuat tertulis, kepastian hukumnya tinggi.
Perjanjian itu dapat dibuat secara lisan, artinya dengan kata-kata yang jelas
maksud dan tujuannya akan mudah diingat dan dipahami oleh pihak-pihak, itu
10
Ibid, hlm. 292 11
Ibid
11
sudah cukup. Walaupun perjanjian lisan, biasanya diukung oleh dokumen,
misalnya, tiket penumpang, faktur penjualan, dan kuitansi.12
f. Syarat-syarat Perjanjian
Perjanjian berisi syarat-syarat tertentu. Berdasar pada syarat-syarat itu perjanjian
dapat dipenuhi atau dilaksanakan oleh pihak-pihak karena dari syarat-syarat itulah
dapat diketahui hak dan kewajiban pihak-pihak dan cara melaksanakannya.
Syarat-syarat itu biasanya terdiri atas syarat pokok yang berupa hak dan
kewajiban pokok, misalnya, mengenai barang serta harganya, dan juga syarat
pelengkap atau tambahan, misalnya mengenai cara pembayarannya, cara
penyerahannya, dan lain-lain.
Jika semua unsur ini dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1320 KUHPdt tentang
syarat-syarat perjanjian sah, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Persetujuan kehendak antara pihak-pihak meliputi unsur-unsur
persetujuan, syarat-syarat tertentu, dan bentuk tertentu.
2) Kewenangan pihak-pihak meliputi unsur pihak-pihak dalam perjanjian,
syarat-syarat perjanjian a) dan b) ini disebut syarat subjektif. Apabila
syarat subjektif ini tidak dipenuhi, perjanjian itu dapat dimintakan
pembatalan (voidable).
3) Hal tertentu sebagai prestasi perjanjian dan sebagai objek perjanjian, baik
berupa benda maupun berupa suatu prestasi tertentu. Objek ini dapat
berwujud dan tidak berwujud.
12
Ibid, hlm. 293
12
4) Kausa yang halal, yang mendasari perjanjian. Ini meliputi unsur tujuan
yang akan dicapai. Syarat-syarat perjanjian c) dan d) ini disebut syarat
objektif. Apabila syarat objektif ini tidak dipenuhi, perjanjian itu batal
(void).
Suatu perjanjian dapat dinyatakan sebagai perjanjian sah dan mengikat jika telah
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPdt. Perjanjian
yang sah itu diakui oleh hukum dan mengikat pihak-pihak.13
g. Unsur dan Syarat Perjanjian Sah
Perjanjian sah dan mengikat adalah perjanjian yang memenuhi unsur-unsur dan
syarat-syarat yang ditetapkan oleh undang-undang. Perjanjian yang sah dan
mengikat diakui dan memiliki akibat hukum (legally concluded contract).
Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPdt, setiap perjanjian selalu memiliki empat
unsur dan pada setiap unsur melekat syarat-syarat yang ditentukan undang-
undang.
Perjanjian yang tidak memenuhi unsur-unsur dan syarat-syarat seperti yang
ditentukan di atas tidak akan diakui oleh hukum walaupun diakui oleh pihak-
pihak yang membuatnya, tetapi tidak mengikat, artinya tidak wajib dilaksanakan.
Apabila dilaksanakan juga, sampai suatu ketika ada pihak yang tidak
mengakuinya dan menimbulkan sengketa. Apabila diajukan ke pengadilan,
pengadilan akan membatalkan atau menyatakan perjanjian itu batal.
13
Ahmadi Miru, Hukum Perikatan, Depok : PT. Rajagrafindo, 2012, Hal 69
13
1) Persetujuan Kehendak
Unsur subjek, minimal ada dua pihak dalam perjanjian yang mengadakan
persetujuan kehendak (ijab kabul) anatara pihak yang satu dan pihak yang
lain. Kedua pihak dalam perjanjian harus memenuhi syarat-syarat
kebebasan menyatakan kehendak, tidak ada paksaan, penipuan, dan
kekhilafan satu sama lain.
Persetujuan kehendak adalah persepakatan sela sekata antara pihak-pihak
mengenai pokok (esensi) perjanjian. Apa yang dikehendaki oleh pihak
yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lainnya. Persetujuan itu
sifatnya sudah final, tidak lagi dalam tawar menawar.
Sebelum ada persetujuan, biasanya pihak-pihak mengadakan negosiasi,
pihak yang satu mengajukan penawaran kepada pihak yang lain mengenai
objek perjanjian dan syarat-syaratnya. Pihak yang lain menyatakan pula
kehendaknya sehingga mencapai persetujuan final. Kadang-kadang
kehendak itu dinyatakan secara tegas dan kadang-kadang secara diam-
diam, tetapi maksudnya menyetujui apa yang dikehendaki oleh kedua
pihak.
Menurut yurisprudensi (Arrest Hoge Raad 6 Mei 1926), persetujuan
kehendak itu ternyata dapat dari tingkah laku yang berhubungan dengan
kebutuhan lalu lintas masyarakat dan kepercayaan, yang diakui oleh pihak
lainnya, baik secara lisan maupun secara tertulis, misalnya, telegram surat.
14
Persetujuan kehendak itu bebas, tidak ada paksaan, tekanan/paksaan dari
pihak mana pun, murni atas kemauan sukarela pihak-pihak. Dalam
pengertian persetujuan kehendak termasuk juga tidak ada kekhilafan atau
penipuan. Dikatakan tidak ada paksaan apabila orang yang melakukan
perbuatan itu tidak berada di bawah ancaman, baik dengan kekerasan
jasmani maupun dengan upaya menakut-nakuti, misalnya, akan membuka
rahasia sehingga dengan demikian orang itu terpaksa menyetujui
perjanjian (Pasal 1324 KUHPdt).
Dikatakan tidak ada kekhilafan atau kekeliruan atau kesesatan jika salah
satu pihak tidak khilaf atau keliru mengenai pokok perjanjian atau sifat-
sifat penting objek perjanjian, atau mengenai orang dengan siapa diadakan
perjanjian itu. Menurut ketentuan Pasal 1322 KUHPdt, kekeliruan atau
kekhilafan tidak mengakibatkan suatu perjanjian batal, kecuali apabila
kekeliruan atau kekhilafan itu terjadi mengenai hakikat benda yang
menjadi pokok perjanjian atau mengenai sifat khusus/keahlian khusus diri
orang dengan siapa diadakan perjanjian.
Dikatakan tidak ada penipuan apabila tidak ada tindakan menipu menurut
arti undang-undang (Pasal 376 KUHP). Penipuan menurut arti undang-
undang adalah dengan sengaja melakukan tipu muslihat dengan
memberikan keterangan palsu atau tidak benar untuk membujuk pihak
lawannya supaya menyetujui objek yangg ditawarkan. Menurut ketentuan
pasal 1328 KUHPdt, jika tipu muslihat itu digunakan oleh salah satu pihak
sedemikian rupa sehingga terang dan nyata membuat pihak lainnya tertarik
15
untuk membuat perjanjian. Jika tidak dilakukan tipu muslijat itu, pihak lain
tidak akan membuat perjanjian. Penipuan ini merupakan alasan untuk
membatalkan perjanjian.
Menurut yurisprudensi, tidak cukup dikatakan ada penipuan jika hanya
berupa kebohongan belaka mengenai suatu hal. Baru ada penipuan jika di
situ ada tipu muslihat yang memperdayakan. Misalnya, pedagang lazim
memuji barang-barangnya sebagai yang paling baik dan hebat, padahal
tidak demikian. Ini hanya kebohongan belaka, tidak termasuk penipuan
seperti dalam iklan-iklan.
Akibat hukum tidak ada persetujuan kehendak (karena paksaan),
kekhilafan dan penipuan) adalah bahwa perjanjian itu dapat dimintakan
pembatalan kepada pengadilan (vernietigbaar, voldable). Menurut
ketentuan Pasal 1454 KUHPdt, pembatalan dapat dimintakan dalam
tenggang waktu lima tahun, dalam hal ada paksaan dihitung sejak hari
paksaan itu berhenti, dalam hal ada kekhilafan, dan penipuan dihitung
sejak hari diketahuinya kekhilafan dan penipuan tersebut.14
2) Kewenangan (Kecakapan)
Unsur perbuatan (kewenangan berbuat), setiap pihak dalam perjanjian
wenang melakukan perbuatan hukum menurut undang-undang. Pihak-
pihak yang bersangkutan harus memenuhi syarat-syarat, yaitu sudah
dewasa, artinya sudah berumur 21 tahun penuh, walaupun belum 21 tahun
14
Op.cit, hlm. 299
16
penuh, tetapi sudah pernah kawin; sehat akal (tidak gila); tidak di bawah
pengampuan, dan memiliki surat kuasa apabila mewakili pihak lain.
Pada umumnya orang dikatakan wenang atau cakap melakukan perbuatan
hukum apabila dia sudah dewasa. Artinya adalah sudah mencapai umur 21
tahun penuh atau sudah kawin walaupun belum berumur 21 tahun penuh,
menurut ketentuan Pasal 1330 KUHPdt, dikatakan tidak cakap membuat
perjanjian adalah orang yang belum dewasa, orang yang ditaruh di bawah
pengampuan, dan orang yang sakit ingatan (gila). Apabila melakukan
perbuatan hukum mereka harus diwakili oleh wali mereka.
Menurut hukum perdata nasional kini, wanita bersuami sudah dinyatakan
cakap melakukan perbuatan hukum, jadi tidak perlu lagi izin suami.
Perbuatan hukum yang dilakukan istri adalah sah dan mengikat menurut
hukum dan tidak dapat dimintakan pembatalan kepada pengadilan.
Akibat hukum tidak wenang membuat perjanjian, maka perjanjian yang
telah dibuat itu dapat dimintakan pembatalannya kepada pengadilan. Jika
pembatalan tidak dimintakan oleh pihak yang berkepentingan, sepanjang
tidak dimungkiri oleh pihak yang berkepentingan, perjanjian itu tetap
berlaku bagi pihak-pihak.15
3) Objek (Prestasi) Tertentu
Unsur objek (prestasi) tertetnu atau dapat ditentukan berupa memberikan
suatu benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud;
15
Ibid, hlm. 301
17
melakukan suatu perbuatan tertentu; atau tidak melakukan perbuatan
tertentu. Suatu objek tertentu atau prestasi tertentu merupakan objek
perjanjian, prestasi yang wajib dipenuhi. Prestasi itu harus tertentu atau
sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Kejelasan mengenai objek
perjanjian adalah untuk memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban
pihak-pihak. Jika objek perjanjian atau prestasi itu kabur, tidak jelas, sulit,
bahkan tidak mungkin dilaksanakan, perjanjian itu batal (nietig, void).
Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPdt, objek perjanjian atau prestasi
yang wajib dipenuhi pihak-pihak itu dapat berupa memberikan benda
tertentu, bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud.
Misalnya, dalam jual beli sepeda motor (berwujud), pihak penjual
menyerahkan (memberikan) sepeda motor, pihak pembeli menyerahkan
(memberikan) sejumlah uang harga sepeda motor. Misal lain lagi, jual beli
piutang (tidak berwujud), pihak penjual menyerahkan (memberikan)
piutang, seperti surat saham, surat wesel, atau surat cek dan pembeli
menyerahkan (memberikan) sejumlah uang tagihan dalam surat piutang.
Selain itu, dapat pula berupa melakukan perbuatan tertentu atau dapat
ditentukan, misalnya, pekerjaan konstruksi bangunan, dan pembuatan
pagar rumah. Pihak penerima pekerjaan melakukan pekerjaan yang
diberikan, sedangkan pihak pemberi pekerjhaan membayar upahnya
kepada pekerja.
Di samping melakukan perbuatan tertentu, boleh juga tidak melakukan
perbuatan tertentu, misalnya, tidak membuat tembok tinggi yang
18
mengganggu pemandangan tetangganya. Jika perbuatan itu dilakukan,
berarti melakukan pelanggaran hukum. Pihak tetangga tadi dapat meminta
agar tembok yang mengganggu pemandangan itu dibongkar. Contoh lain,
tidak melakukan perbuatan tertentu itu dapat berupa tidak melakukan
persaingan tidak sehat. Jika dilakukan juga, berarti melanggar undang-
undang.16
4) Tujuan Perjanjian
Unsur tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai pihak-pihak itu harus memenuhi
syarat halal. Tujuan perjanjian yang akan dicapau pihak-pihak itu sifatnya
harus halal.
Artinya, tidak dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan masyarakat
(Pasal 1337 KUHPdt). Kausa yang halal dalam Pasal 1320 KUHPdt itu
bukan sebab yang mendorong orang membuat perjanjian, melainkan isi
perjanjian itu sendiri menjadi tujuan yang akan dicapai pihak-pihak.
Undang-undang tidak memedulikan apa yang menjadi sebab pihak-pihak
mengadakan perjanjian, tetapi yang diawasi oleh undang-undang adalah “isi
perjanjian” sebagai tujuan yang hendak dicapai pihak-pihak itu.
Akibat hukum perjanjian yang isi atau tujuannya tidak halal adalah “batal”
(nietig,void). Dengan demikian, tidak ada dasar untuk pembunuhan prestasi
dimuka pengadilan. Demikian juga jika perjanjian yang dibuat itu tanpa
kausa, dianggap tidak pernah ada (Pasal 1335 KUHPdt).
16
Ibid, hlm. 302
19
Unsur pertama dan unsur kedua dengan syarat-syaratnya dalam Pasal 1320
KUHPdt disebut unsur/syarat subjektif karena melekat pada diri orang yang
menjadi subjek perjanjian, jika salah satu syaratnya tidak dipenuhi,
perjanjian itu sah, tetapi tidak mengikat, pemenuhannya tertunda sampai
syarat itu dipenuhi. Akan tetapi, jika dilaksanakan juga, perjanjiannya
diancam dengan pembatalan. Jika tidak ada pembatalan, syarat-syarat
dianggap sudah dipenuhi secara diam-diam sehingga perjanjian itu mengikat
pihak-pihak.
Unsur ketiga dan keempat dengan syarat-syaratnya dalam Pasal 1320
KUHPdt disebut unsur/syarat objektif karena mengenal objek dan tujuan
perjanjian. Jika salah satu unsur syarat tidak dipenuhi, perjanjian batal.
Kebatalan tersebut dapat diketahui apabila perjanjian tidak mencapai tujuan
karena salah satu pihak tidak memenuhi prestasi sebagai kewajibannya.
Kemudian, diperkarakan ke muka pengadilan dan pengadilan memutuskan
menyatakan perjanjian batal (nietig, void) karena tidak memenuhi salah satu
unsur dan juga syarat objektif.17
17
Ibid, hlm. 303
20
h. Konsep Perjanjian
Bentuk Perjanjian yang digunakan oleh Famous.ID Network dengan Konten
Kreator adalah pernjanjian Kerjasama. Famous.ID Network terlebih dahulu harus
ada perjanjian Kerjasama dengan Konten Kreator. Famous.ID Network
memberikan fasilitas yang dibutuhkan untuk membantu creator video dalam
membuat konten dan Konten Kreator mengikatkan diri untuk membayar biaya
kepada Famous.ID dengan cara bagi hasil. Perjanjian kerjasama dilakukan secara
tertulis agar mendapatkan dokumen yang membuktikan bahwa perjanjian sudah
terjadi dan mengikat.
2. Wanprestasi
a. Konsep Wanprestasi
Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan.
Prestasi adalah objek perikatan, dalam hukum perdata kewajiban memenuhi
prestasi selalu disertai jaminan harta kekayaan debitor. Dalam Pasal 1131 dan
1132 KUHPdt menyatakan bahwa harta kekayaan debitur, baik yang bergerak
maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi
jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditur, namun jaminan umum ini dapat
dibatasi dengan jaminan khusus berupa benda tertentu yang ditetapkan dalam
perjanjian antara pihak-pihak.
Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPdt, selalu ada tiga kemungkinan wujud
prestasi, yaitu :
21
1) Memberikan sesuatu, misalnya, menyerahkan benda, membayar harga
benda, dan memberikan hibah penelitian.
2) melakukan sesuatu, misalnya, membuatkan pagar pekarangan rumah,
mengangkut barang tertentu, dan menyimpan rahasia perusahaan.
3) Tidak melakukan sesuatu, misalnya, tidak melakukan persaingaj curang,
tidak melakukan dumping, dan tidak menggunakan merek orang lain18
Apabila debitur tidak melakukan apa yang dijanjikannya,maka dikatakan ia
melakukan “Wanprestasi”. Ia alpa atau lalai atau ingkar janji. Atau juga ia
melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak bolek
dilakukannya. Perkataan Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang berarti
prestasi buruk (Bandingkan :Wanbeheer yang berarti pengurusan buruk, Wandaad
yang berarti perbuatan buruk).
Wanprestasi seorang debitur dapat berupa empat macam :
1) tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya ;
2) melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana di janjikan;
3) melakukan apa yang dijanjika tetapi terlambat;
4) melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
Terhadap kelalaian atau kealpaan si berutang (si berutang atau debitur sebagai
pihak yang wajib melakukan sesuatu), diancamkan beberapa sanksi atau
hukuman. Hukuman atau akibat-akibat yang tidak enak bagi debitur yang lalai ada
18
Ibid, hlm. 239
22
empat macam, Pertama, membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau
dengan singkat dinamakan ganti-rugi, Kedua, pembatalan perjanjian atau juga
dinamakan pemecahan perjanjian, Ketiga, peralihan risiko, Keempat, membayar
biaya perkara,kalau sampai diperkarakan di depan hakim.19
b. Akibat Hukum dari Wanprestasi
1). Akibat Wanprestasi Pada Umumnya
Bilamana salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya atau tidak
memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya dan tidak dipenuhinya
kewajiban itu karena ada unsur salah padanya,maka ada akibat hukum yang
bisa menimpa dirinya. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 1236 dan 1243,
Kreditur berhak untuk menuntut penggantian kerugian, yang berupa ongkos-
ongkos,kerugian dan bunga. Akibat hukum seperti ini menimpa debitur baik
dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, untuk melakukan sesuatu
ataupun tidak melakukan sesuatu. selanjutnya pasal 1237 mengatakan,
bahwa sejak debitur lalai,maka resiko atas objek perikatan menjadi
tanggungan debitur.yang ketiga adalah,bahwa kalau perjanjian itu berupa
perjanjian timbal balik,maka berdasarkan pasal 1266 sekarang kreditur
berhak untuk menuntut pembatalan perjanjian,dengan atau tanpa disertai
dengan tuntutan ganti rugi. tetapi kesemuannya itu tidak mengurahi hak dari
kreditur untuk tetap menuntut pemenuhan.20
2). Tuntutan Ganti Rugi
19
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT.Intermasa,1990 ,hlm.45 20
J.Satrio, Hukum Perikatan, Bandung: Alumni,1999, Hlm.144
23
Prinsip dasarnya adalah bahwa wanprestasi mewajibkan penggantian
kerugian yang diganti meliputi ongkos, kerugian dan bunga, dalam
peristiwa-peristiwa tertentu ada kemungkinan tuntutan pembatalan
perjanjian, pelaksanaan hak retensi dan hak reklame. Karena namanya saja
ganti rugi, maka logisnya besarnya ganti rugi adalah sebesar kerugian yang
diderita. namun pasal 1249 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
memberikan pengecualian, yaitu jika antara para pihak telah ada suatu
kesepakatan mengenai besarnya ganti rugi yang harus dibayar dalam hal
debitur wanprestasi. Akibat-akibat yang disebutkan di atas adalah akibat-
akibat dan sejalan dengan itu hak-hak kreditur yang muncul dari kelalaian
debitur. hak kreditur untuk menuntut ganti rugi baru ada,kalau debitur
sudah dalam keadaan lalai. Debitur berada dalam keadaan lalai,bias
karena lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian saja,bias atas
dasar sifat dari perikatannya,atau bias dibuat dalam keadaan lalai dengan
mengirimkan suatu somasi sebagai yang ditentukan dalam undang-
undang.21
Pada umumnya ganti rugi diperhitungkan dalam sejumlah uang tertentu.
Kreditur bias saja menerima penggantian in natura dan membebaskan
debitur. Yang tidak dapat adalah bahwa debitur menuntut kreditur agar
menerima ganti rugi dalam wujud lain daripada sejumlah uang.
Kalau Debitur tidak memenuhi sebagaimana kewajiban perikatannyam dan
kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepada debitur, maka kreditur berhak
untuk menuntut ganti rugi dari debitur. Bilamana debitur tidak dapat
21
Ibid,Hlm.146
24
membuktikan adanya keadaan over-macht, maka tidak berprestasinya
debitur, dapat dipersalahkan kepadanya atau dikatakan debitur wanprestasi
dan Hakim akan mengabulkan tuntutan ganti rugi kreditur, jadi kreditur
mendasarkan tuntutatannya pada dan karenannya harus membuktikan
adanya perikatan yang mengandung suatu kewajiban bagi debiturm adanya
unsur salah pada debitur (karena tidak atau tidak sebagaimana mestinya
dipenuhinya kewajiban debitur dan adanya kerugian pada kreditur) .22
3. Google Adsense
a. Konsep Google Adsense
Google Adsense adalah program kerjasama melalui internet yang diselenggarakan
oleh Google. Melalui program periklanan AdSense, pemilik situs web , blog atau
Saluran Youtube yang telah mendaftar dan disetujui keanggotaannya
diperbolehkan memasang unit iklan yang bentuk dan materinya telah ditentukan
oleh Google di halaman web mereka. Pemilik situs web, blog atau Saluran
Youtube akan mendapatkan pemasukan berupa pembagian keuntungan dari
Google untuk setiap iklan yang diklik oleh pengunjung situs, yang dikenal sebagai
sistem pay per click (ppc) atau bayar per klik.
Google Adsense telah mengembangkan berbagai macam pilihan tipe program
Adsense yang bisa dipilih oleh tiap penayang iklan sesuai dengan keperluan atau
spesifikasi situs mereka. Program-Program tersebut antara lain :
22
Ibid,Hlm.157
25
1) Adsense for Search, yaitu pemilik situs menyediakan layanan pencarian
Google di situsnya. Keuntungan akan masuk ke pemilik situs ketika ada
yang menggunakan fasilitas tersebut.
2) Adsense for Video, yaitu pemilik saluran Youtube mengijinkan adanya
penayangan suatu iklan di salah satu videonya. Keuntungan akan didapat
ketika seseorang melihat video iklan atau mengklik Iklan Banner yang
muncul disaat penayangan video.
3) Adsense for Mobile Content, yaitu penayangan iklan yang muncul ketika
seseorang mengakses sebuah situs melalui Mobile.23
Program Google Adsense yang dilakukan di situs Youtube adalah Adsense for
Video karena penayangan iklan yang dilakukan di situs Youtube terjadi ketika
Sebelum video diputar, yaitu dalam bentuk video, dan ketika video sedang
diputar, yaitu dalam bentuk Banner dan video.
b. Istilah dalam Google Adsense
1) Konten Kreator, adalah orang atau pemilik Saluran Youtube yang sudah
terdaftar atau sudah disetujui oleh pihak Youtube untuk memasang iklan
AdSense di video mereka. Sebelumnya Konten Kreator harus mendaftar
dulu ke Google Adsense dan baru bisa menayangkan iklan pada saluran
Youtube setelah Memenuhi Persyaratan yang sudah ditentukan.
2) Multi-Channel Network, adalah penyedia layanan pihak ketiga yang
berafiliasi dengan beberapa channel YouTube untuk menawarkan layanan
seperti pengembangan penonton, pemrograman konten, kolaborasi kreator,
pengelolaan hak digital, monetisasi, dan/atau penjualan. Konten Kreator
23
https://www.dautic.com/pengertian-tentang-google-adsense/ (Diakses pada tanggal 29-
05-18) pada pukul 22.54 WIB
26
harus berbagi penghasilan dengan MCN sesuai dengan apa yang tertulis
dalam kontrak kesepakatan.
3) Ad Units, adalah iklan AdSense itu sendiri. Ad Units terdiri dari beberapa
jenis bukan satu jenis. Yang paling umum adalah jenis iklan teks. Pada
saat pengunjung mengklik unit iklan ini, maka Kreator Video akan
mendapatkan pemasukan sesuai dengan nilai CPC-nya.
4) Clicks, adalah jumlah klik pada Ad Units milik Kreator Video. Dalam
halaman laporan AdSense, Kreator Video dapat melihat total klik yang
mereka dapatkan.
5) Cost Per Click (CPC), adalah jumlah uang yang akan didapatkan oleh
Kreator Video apabila Ad Units tertentu diklik. Nilai CPC masing-masing
Ad Units berbeda dan ditentukan oleh banyak faktor, termasuk performa
dan kualitas Saluran Youtube itu sendiri.
6) Cost Per Million (CPM), adalah hasil pembagian antara jumlah
pendapatan Kreator Video dengan jumlah impresi halaman (per 1.000)
yang ia dapatkan dari iklan-iklannya. Sebagai contoh, publisher yang
menghasilkan USD 200 dari 50.000 impressi akan memiliki nilai CPM
sebesar USD 4 (USD 200 dibagi 50).
27
B. Kerangka Pikir
Google Adsense
Konten Kreator
Multi-Channel
Network
Hak dan Kewajiban Penyelesaian
Wanprestasi
Akibat Hukum
Litigasi
Non Litigasi
28
Keterangan :
Berdasarkan kerangka pikir di atas, Keberadaan program Google Adsense dalam
Youtube menjadi daya tarik untuk para Konten Kreator agar mengunggah video
mereka ke laman Youtube. Channel Youtube milik Konten Kreator yang ingin
memperoleh penghasilan harus memenuhi beberapa syarat agar bisa ter-
Monetisasi. Channel Youtube yang sudah ter-monetisasi harus mengunggah video
yang bersifat orisinil atau tidak menggunakan karya hak cipta milik orang lain.
Multi-Channel Network memberikan jasa kepada Konten Kreator agar dapat
membantu kesulitan mereka dalam memproduksi sebuah video. Konten Kreator
dan Multi-Channel Network harus mengikatkan dalam sebuah perjanjian agar
dapat bekerja sama. Perjanjian ini membuat Konten Kreator dan Multi-Channel
Network harus memenuhi hak dan kewajiban yang tertulis di dalam perjanjian.
Cara penyelesaian masalah dan akibat hukum menjadi pembahasan karena pada
tahun 2015, Sebuah kasus wanprestasi melibatkan Konten Kreator dan Multi-
Channel Network. Multi-Channel Network tersebut tidak memenuhi kewajibannya
sehingga mereka harus memberikan biaya ganti kerugian yang dialami Konten
Kreator.
29
III. Metode Penelitian
Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan
menganalisisnya, untuk itu, diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta
hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.24
Penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau
menguji kebenaran suatu pengetahuan. Menemukan berarti berusaha memperoleh
sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan. Mengembangkan berarti
memperluas dan menggali lebih dalam sesuatu yang sudah ada. Menguji
kebenaran dilakukan jika apa yang sudah ada masih atau menjadi diragu-ragukan
kebenarannya.25
Menurut Soerjono Soekanto penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan analisa, dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Analisa
dapat dilakukan secara metodologis berarti berdasarkan suatu sistem, sedangkan
konsisten berarti berdasarkan tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu
24
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997,
hlm. 39 25
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Salatiga: Ghalia Indonesia, 1982,
hlm. 15
30
kerangka tertentu.26
Tujuan dari penelitian diantaranya mendapatkan pengetahuan
tentang suatu gejala, sehingga dapat merumuskan masalah dan dapat merumuskan
hipotesa, untuk menggambarkan secara lengkap karakteristik suatu keadaan dan
prilaku, memperoleh data mengenai hubungan gejala dengan gejala lainnya dan
dapat menguji hipotesa yang berhubungan dengan sebab akibat.27
Berdasarkan segi fokus kajiannya, penelitian hukum dapat dibedakan menjadi tiga
tipe yaitu penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif- empiris atau
normatif-terapan, dan penelitian hukum empiris.28
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
penelitian hukum normatif-empiris dimana penulis mengkaji mengenai perjanjian
diantara Konten Kreator dan Multi-Channel Network apakah telah sesuai dengan
Kontrak, bagaimana implementasi dari perjanjian tersebut diantara kedua belah
pihak dan bagaimana penyelesaiannya dalam apabila terjadi wanprestasi karena
metode penelitian hukum normatif-empiris ini pada dasarnya ialah penggabungan
antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan dari berbagai
unsur-unsur empiris.29
26
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 2010,
hlm. 42 27
Ibid, hlm. 9. 28
Muhammad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2004, hlm. 52.
.
31
B. Tipe Peneliian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif, penelitian
hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran
(deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan
pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat.Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi secara jelas dan rinci dalam memaparkan dan
menggambarkan mengenai Perjanjian yang dilakukan dalam Program Google
Adsense dan Penyelesaian Masalah jika nantinya terjadi Wanprestasi.
C. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan yuridis
normatif, yang merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah dan
menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis berkenaan dengan asas,
konsepsi, doktrin, dan norma hukum yang berkaitan dengan ketentuan aturan
bagaimana pelanggaran hak dan kewajiban dapat terjadi. Berdasarkan dengan
pendekatan tersebut, pelaksanaannya akan dilakukan dengan mengkaji Tentang
Wanprestasi menurut Buku III Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
32
D. Data dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatid berupa bahan hukum
primer, sekunder dan tersier.
1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan
hukum tetap mengikat yaitu meliputi :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
b. Perjanjian Kerjasama No :/KKI/CMS//17 mengenai kerjasama antara
Multi-Channel Network dan Konten Kreator
2. Penelitian bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku literatur, penelusuran
internet, serta berbagai artikel yang terkait dengan Analisis Hukum
Perjanjian Kerjasama Antara Konten Kreator dan Multi-Channel Network.
3. Bahan Hukum Tersier yaitu segala bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder atau
disebut juga sebagai bahan hukum penunjang dalam penelitian seperti
kamus, dan juga ensiklopedia. Selain itu, penelitian secara langsung
melalui wawancara akan dirasa perlu untuk dilakukan dalam penelitian ini
karena mengingat salah satu tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah untuk menjawab rumusan permasalahan mengenai perlindungan
Hukum terhadap Konten Kreator dalam melaksanakan perjanjian
kerjasama dengan Multi-Channel Network, dan upaya hukum apa yang
dapat dilakukan jika nantinya terjadi Wanprestasi.
E. Metode Pengumpulan data
33
Berdasarkan pendekatan masalah dan sumber data yang diperlukan, maka
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan studi yang dilakukan untuk mengumpulkan data
sekunder, dan tersier yang membantu mengembangkan pembahasan
konsep perlindungan hukum hak cipta terhadap penggunaan suara latar di
dalam youtube dengan cara membaca, mengutip, mencatat, dan
mengidentifikasi data yang sesuai dengan permasalahan dan
mengkolaborasikannya dengan data peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Wawancara
Wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan Budi Febria Rizki selaku
Community Executive Famous.ID Network. Famous.ID Network adalah
Multi-Channel Network yang berdomisili di Jakarta. Metode wawancara
digunakan untuk memperkuat dan memperjelas data yang diperoleh yaitu
data tentang Hak dan kewajiban serta penyelesaian masalah jika suatu saat
terjadi wanprestasi antara Konten Kreator dan Multi-Channel Network.
34
F. Metode Pengolahan Data
Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya pengolahan data yang
diperoleh digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti. Pengolahan
data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara :
1. Pemeriksaan data, yaitu memeriksa data yang dikumpulkan serta memastikan
bahwa data yang diperoleh sudah cukup lengkap, sudah cukup benar dan
sesuai dengan permasalahan.
2. Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data yang diperoleh sesuai dengan
bidang pokok bahasan agar memudahkan dalam proses analisa menjawab
permasalahan.
3. Penyusunan data, yaitu kegiatan penyusunan dan menempatkan data yang
diperoleh pada tiap-tiap pokok bahasan dengan susunan yang sistematis
sehingga memudahkan ketika proses tahapan pembahasan.
G. Analisis Data
Bahan hukum (data) hasil pengolahan tersebut dianalisis dengan menggunakan
metode analisis secara kualitatif, yaitu menguraikan data secara bermutu dalam
bentuk kalimat yang tersusun secara teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih
dan efektif.Sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil
analisis.30
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, komprehensif, dan lengkap,
yaitu menguraikan dan menjelaskan data dalam bentuk kalimat yang baik dan
30Ibid. hlm. 127
35
benar sehingga menghasilkan produk penelitian hukum normatif-empiris yang
sempurna. Deskriptif tersebut meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu
kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan
hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang
menjadi objek kajian untuk ditarik kesimpulan sehingga memperoleh jawaban
terhadap permasalahan peneliti.
61
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Perjanjian
Kerjasama Antara Konten Kreator Video Youtube dan Multi-Channel Network”
penulis dapat menyimpulkan :
1. Perjanjian ini sudah sesuai dengan yang diatur dalam pasal 1320 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa ada syarat yang
diperlukan untuk melakukan perjanjian yaitu adanya kesepakatan,
kecakapan, mengenai suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Konten
Kreator sangat diuntungkan ketika melakukan perjanjian kerjasama dengan
Multi-Channel Network. Dengan diterapkannya banyak peraturan yang
harus dipenuhi oleh Konten Kreator terutama tentang Orisinalitas karya
yang hendak mereka unggah ke laman Youtube.
2. Dua cara penyelesaian yang dapat dilakukan ketika terjadi wanprestasi
dalam perjanjian ini. Jalur yang dapat ditempuh adalah Penyelesaian secara
litigasi dan penyelesaian secara non litigasi.
a. Penyelesaian secara litigasi dalam perjanjian ini sudah di atur dalam
Perjanjian No : /KKI/CMS//17 pasal 11 Ayat 3 yang menjelaskan
62
bahwa Setiap perselisihan yang tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat dalam jangka waktu 30 hari kerja akan
diselesaikan secara final dan menyeluruh melalui pengadilan negeri
Jakarta Selatan.
b. Penyelesaian secara non litigasi dapat dibantu dengan cara mediasi
melalui Youtube. Youtube sudah melakukan langkah antisapasi jika
nantinya terjadi hal seperti ini. Youtube memiliki laman pengaduan
yang bisa digunakan oleh para Konten Kreator jika nantinya terjadi
permasalahan yang melibatkan Konten Kreator dengan pihak lain
maupun dengan Youtube itu sendiri. Laman pengaduan tersebut
bernama Youtube Help. Youtube Help bisa diakses oleh Konten Kreator
dengan cara membuat laporan pengaduan serta melampirkan bukti-
bukti. Namun keberadaan Youtube Help ini tidak menjadi solusi utama
untuk menyelesaiakan masalah. Karena ketika seorang Konten Kreator
mengajukan pengaduan di Youtube Help, Youtube hanya
menyampaikan keluhan kepada Multi-Channel Network yang
bermasalah dan memberikan teguran.
3. Pasal 13 ayat 2 dalam Perjanjian Kerjasama No : /KKI/CMS//17, Konten
Kreator tidak akan atau memberikan kewenangan atau memerintahkan
kepada pihak manapun baik secara langsung atau tidak langsung, melakukan
kecurangan atau tindakan komersial lainnya yang dilarang. Berdasarkan
pertimbangan dari KKI, setiap aktivitas yang terkait dengan konten dari
saluran Konten Kreator yang diduga sebagai “Tindakan penipuan”, “Klik
Penipuan”, “Penipuan impresi” atau penipuan dalam bentuk lainnya baik
63
secara otomatis maupun manual contoh (Online Robots atau “Bots”) untuk
meng-klik dalam setiap bentuk mekanisme respon, anotasi atau iklan dan
dalam bentuk kecurangan lainnya untuk meningkatkan impresi sebagai hasil
kecurangan, meniru pengguna dari browser, sebagai contoh dengan cara
meng-klik unit iklan untuk menghasilkan nilai klik yang tidak tepat dan
meningkatkan pendapatan (“Aksi Penipuan”).
KKI dapat menarik, menyesuaikan, atau memotong pembayaran yang telah
diterima oleh Konten Kreator dan KKI mempunyai hak untuk mengakhiri
perjanjian ini sampai masalah ini diselesaikan. Dalam hal KKI mengakhiri
perjanjian ini akibat aksi penipuan, Konten Kreator setuju untuk segera
mengembalikan pendapatannya kepada KKI atas setiap jumlah yang telah
dibayarkan kepada Konten Kreator yang didasarkan pada aksi penipuan.
64
B. Saran
1. Dibuatnya peraturan yang mengatur tentang kemungkinan wanprestasi
yang dilakukan oleh Multi-Channel Network. Sehingga Konten Kreator
mengetahui sanksi yang akan diterima pihak Multi-Channel Network jika
nantinya terjadi wanprestasi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku:
Muhammad, Abdulkadir. 2014, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Muhammad, Abdulkadir. 1982, Hukum Perikatan, Bandung: Alumni.
Toar, Agnes M. 1995, Arbitrase di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Miru, Ahmadi, 2012, Hukum Perikatan, Depok : PT. Rajagrafindo.
Miru, Ahmadi. 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta:
PT.Rajagrafindo.
Badrulzaman, Mariam Darus. 2011, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung:
PT.Citra Aditya Bakti.
Sunggono, Bambang. 1997, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
J.Satrio, 1999, Hukum Perikatan, Bandung: Alumni.
Muljadi, Kartini. 2010, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta:
PT.Rajagrafindo
Mahdudz, Mahfudz. 2005, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta: Andi.
Soemitro, Ronny Hanitijo. 1982, Metode Penelitian Hukum, Salatiga : Ghalia
Indonesia.
Subekti. 1987, Hukum Perjanjian, Jakarta : PT Intermasa.
Soekanto, Soerjono. 2010, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas
Indonesia.
Tutik, Titik Triwulan. 2006, Pengantar Hukum Perdata Di Indonesia, Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher.
Prodjodikoro, Wirjono, 1986, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung: PT. Bale.
Harahap, Yahya. 1997, Beberapa Tinjauan mengenai Sistem Peradilan dan
Penyelesaian Sengketa. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti,
B. Undang-Undang dan Perjanjian:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
Perjanjian Kerjasama No: /KKI/CMS//17
C. Skripsi, Jurnal dan Internet :
Muhammad Husen Asyari, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Bisnis
Google Adsense (Skripsi Tidak diterbitkan), UIN Sunan Kalijaga, 2009
https://databoks.katadata.co.id
https://support.google.com/youtube/answer/72851?hl=id,
https://www.dautic.com.