tinjauan pustaka cts
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
1/23
Tinjauan Pustaka
SINDROMA TEROWONGAN KARPAL
PENDAHULUAN
Sindroma terowongan karpal (Carpal Tunnel Syndrome/CTS) adalah
kumpulan dari keluhan dan gejala yang timbul karena kompresi nervus medianus
di dalam terowongan karpal. 1 Penekanan pada nervus medianus ini
menimbulkan gejalagejala yang akan semakin progresi! bila tidak ditangani
dengan baik. "ejala yang biasa didapatkan adalah nyeri pada daerah persara!an
nervus medianus# disertai rasa kesemutan dan atau rasa tebal. "ejala yang
timbul dapat disertai perubahan sensasi maupun kekuatan pada strukturstruktur
di tangan yang diinervasi nervus medianus. CTS menimbulkan rasa nyeri dan
rasa tidak nyaman yang akhirnya dapat menyebabkan keterbatasan aktivitas
seharihari# kelelahan akibat kurang tidur# dan gangguan untuk menjalankanpekerjaan dengan akibat $akibat selain %sik juga psikososial.1#&
EPIDEMIOLOGI 1,2
Sindroma terowongan karpal merupakan penyakit atau 'edera okupasi
terbanyak kedua setelah nyeri punggung. Sindrom ini terbanyak diderita antara
usia sampai * tahun. Perbandingan antara perempuan dan lakilaki
men'apai +,1# dan sebagian besar terjadi bilateral. -perasi release
terowongan karpal merupakan salah satu operasi pada tangan terbanyak di S.
Frkunsi
i merika Serikat tahun &11# insidens CTS adalah sekitar 1 kasus per
1 orang per tahun. Prevalensi berkisar antara + kasus per 1 orang di
populasi umum. Pada kelompok resiko tinggi# insidens dapat men'apai 1+ kasus
per 1 orang per tahun# dengan prevalensi men'apai + kasus per 1
orang.
Se'ara internasional# tampaknya insidens dan prevalensi di negara yang
lain tidak jauh berbeda dengan di S# sebagai 'ontoh# insidens di 0elanda
berkisar antara + kasus per 1 orang per tahun# sedangkan prevalensi di
nggris sekitar 21* kasus per 1 penduduk.
M!rta"itas #an $!r%i#itas
Penyakit ini tidak mengan'am jiwa# tetapi dapat menyebabkan kerusakan
sara! yang ireversibel# sehingga dapat menyebabkan ke'a'atan bila tidak
ditangani dengan baik.
Ras
Tampaknya resiko tertinggi adalah pada ras kulit putih. Sindrom ini sangat
jarang terjadi di penduduk merika Selatan. i S# perbandingan antara kulit
putih dan kulit hitam men'apai &,1.
1
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
2/23
&nis k"a$in
Perbandingan penyakit ini pada wanita dan pria men'apai +,1
Usia
3sia terbanyak penderita CTS adalah 4+* tahun# dan hanya 15 dari
penderita yang berusia di bawah 1 tahun.
ANATOMI ',(
Terowongan karpal merupakan suatu terowongan %brooseus yang tidak
elastis# dibatasi oleh tulangtulang karpalia dan 6e7or retinakulum. 8omponen
oseus dari terowongan karpal membentuk suatu busur# yang dibatasi oleh empatpenonjolan tulang $ di sisi proksimal oleh os pisi!orme dan tuber'ulum s'aphoid
dan di distal oleh os hamatum dan tuber'ulum os trape9ius.di bagian super%sial#
tendon palmaris longus melintas ke anterior menuju 6eksor retinakulum untuk
menjadi satu dengan !asia palmaris. i bagian pro!undus# suatu pita ligamen
tebal # ligamentum 'arpi transversum# membentuk tepi super%sial terowongan
karpal. da pendapat yang menyatakan bahwa ligamentum 'arpi transversum
dan 6eksor retinakulum adalah sama.
"ambar 1. natomy terowongan karpal dari anterior. (1) adalah ujung proksimal
terowongan karpal diantara tendon 6e7or 'arpi radialis (:C; dan 6e7or 'arpi ulnaris
(:C3). (&) adalah daerah 6e7or retina'ulum yang paling tebal# kemudian retina'ulum
meluas ke distal dan di level sendi 'arpometa'arpal menjadi paling tipis ().
&
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
3/23
igamentum 'arpi transversum paling tebal pada perlekatannya dengan
os hamatum dan tuberkulum os trape9ius# yang juga merupakan bagian paling
sempit dari terowongan karpal.
Sisi radial dari 6eksor retinakulum terbelah menjadi terowongan yang
terpisah untuk tendon muskulus 'arpi radialis# membentuk lapisan retinakulum
super%sial dan pro!undus. Terowongan ini berhubungan langsung dengan
terowongan %brooseus untuk tendon 6eksor 'arpi radialis yang terbentuk di
anterior ujung distal os s'aphoid dan berlanjut ke distal di bagian dorsal os
trape9ius.
"ambar &. natomi terowongan karpal# potongan melintang setinggi level karpal distal.
?@ os hamatum# C@os 'apitatum# Td@os trape9oid# Tm@os trape9ium# :P A@ tendon
mm.6e7or digitorum pro!undi# :S A@tendon mm. :le7or digitorum super%'ialis# :P>@
tendon m.6e7or polli'is longus. Perhatikan bahwa tendon m.6e7or 'arpi radialis (:C;)
berada di kompertemen yang terpisah.
Terowongan karpal berisi nervus medianus# biasanya disertai arteri
mediana# dan B tendon 6eksor ekstrinsik. ervus medianus dibentuk oleh
serabut sara! dari radiks C+ sampai Th1. Sara! ini berjalan ke distal di lengan
bawah di antara otototot 6eksor digitorum super%sialis dan pro!undus. i lenganbawah bagian distal# n.medianus menjadi makin super%sial# nerjalan diantara
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
4/23
tendon 6eksor digitorum super%sial di sisi ulnar dan 6eksor 'arpi radialis di sisi
radial# di dorsal atau dorsoradial dari tendon m.palmaris longus.
Sekitar + 'm dari lipatan pergelangan# 'abang kutaneus palmar dari
n.medianus membelah# dan memisah ke bawah !asia antebra'hii diantara
tendon m. palmaris longus dan 6e7or 'arpi radialis. Cabang ini kemudianmenembus !asia antebra'hii pro!unda# lalu lewat di atas 6e7or retina'ulum dan
memisah menjadi 'abang radial dan 'abang ulnar yang menginervasi kulit
telapak tangan. Setelah keluar dari terowongan karpal# n.medianus membelah
menjadi * 'abang terminal. Cabang motorik rekurens memberikan inervasi
a!eren pada otototot thenar (6e7or polli'is brevis# abdu'tor polli'is brevis# dan
opponens poli'is). Terdapat 'abang untuk jari# yaitu 'abang untuk jari jempol
dan telunjuk. ua 'abang lainnya menginervasi jari telunjuk dan jari tengah.
-tototot lumbri'ales diinervasi oleh 'abang motorik dari 'abang untuk jari
telunjuk dan jari tengah.
Dus'ulus 6e7or digitorum super%'ialis berorigo di epikondilus medialis
humerus distal dan prosesus koronoid dan dia%sis proksimal dari radius# terbagi
menjadi 4 otot di lengan bawah# dan melewati terowongan karpal sedalam
6eksor retinakulum menuju !alang media jarijari telunjuk# tengah dan kelingking.
i dalam terowongan karpal# tendon m.6eksor digitorum super%'ialis yang
menuju jari tengah dan jari manis relati! lebih ke anterior dibanding tendon jari
telunjuk dan jari kelingking.
Dus'ulus 6eksor digitorum pro!undus berorigo di duapertiga proksimal
ulna dan membrana interosseus. 0agian radial dari otot ini membentuk tendon
ke jari telunjuk dan bagian ulnar membentuk tendon ke jari tengah# jari manisdan jari kelingking. 8eempat tendon tersebut masuk ke !alang distal dari jarijari#
melewati terowongan karpal di sisi paling dorsal# di dorsal tendon m.6eksor
digitorum super%'ialis. -tototot lumbri'ales berorigo di tendon m.6eksor
digitorum pro!undus setelah melewati terowongan karpal.
ETIOLOGI 2,',(
Penyebab utama CTS adalah kompresi n.medianus di dalam terowongan
karpal. danya kompresi dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan tekanandalam terowongan karpal. Terowongan ini memiliki kapasitas terbatas# dan
karena itu semua kondisi yang menyebabkan penambahan isi kanal akan
menyebabkan peningkatan tekanan intrakanal dan akan menekan n.medianus.
Penambahan isi kanal dapat berupa edema# in6amasi# penumpukan 9at patologis
seperti darah# asam urat# dll. danya kondisi kerusakan sara! sebelumnya#
seperti polineuropati atau kompresi yang lebih proksimal akan meningkatkan
kerusakan akibat kompresi.
8elainan sistemik yang dapat menyebabkan CTS seperti diabetes mellitus#
artritis rematoid# dan hipotiroidism. CTS dapat juga timbul pada kehamilan atau
kelainan hormonal. Pada beberapa kasus# CTS dapat terjadi setelah trauma atau
4
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
5/23
patah tulang pada pergelangan. Pada kasuskasus tersebut didapatkan onset
yang mendadak.
CTS dapat juga terjadi bersama kondisikondisi lain seperti sindroma e
Euervain# penyakit Dotta (trigger %nger)# !enomena ;aynaud# epikondilitis# atau
penyakit pada bahu. Sebagian kasus etiologinya tidak diketahui atau idiopatik.
Ftiologi CTS ,
diopatik Sekunder Carpal 'anal stenosis (kongenital atau dapatan) Penyakit kolagen dan autoimun (tenovaginitis# artritis rematoid#
skleroderma# polimialgia rematik# S>F# gout# 'hondro'al'inosis dll) Penyakit endokrin (D# penyakit tiroid# estrogen# progesteron#
gonadotropin# growth hormon) miloidosis Polineuropati n!eksi 8elainan pada terowongan karpal (kista# tumor# kelainan otot dll) -besitas Fdema tangan primer atau sekunder Trauma akut (!raktur# 'edera remuk pada tangan# perdarahan# luka bakar
dll) Penyakit kongenital (mu'opolysa''haridosis# mu'olipidosis) Sekunder karena penggunaan obatobatan (kontrasepsi oral# antikoagulan#
de%siensi vit 0* dll) Penyebab lainlain
PATOFISIOLOGI
Pn)aru* k!$+rsi +a#a sra%ut sara (,-,.
8eparahan suatu 'edera sara! yang diakibatkan oleh kompresi akut
maupun kronis tergantung dari durasi atau lamanya kompresi. Serabut sara!
menunjukkan kerentanannya terhadap kompresi berhubungan dengan
ukurannya# lokasinya# dan lokasi !asikuler di dalam sara!. Serabut sara! yang
lebih besar lebih rentan terhadap iskemia dan kompresi dibanding serabut sara! yang lebih ke'il# dan seratserat yang terletak di tepi sara! menderita kerusakan
lebih berat dibanding serat yang terletak di tengah sara!. 8onstitusi atau susuan
sara! juga menentukan derajat kerusakan akibat kompresiG !asikula yang besar
dan hanya mengandung sedikit jaringan epineural lebih rentan 'edera dibanding
!asikula ke'il yang mengandung banyak jaringan epineural.
asar %sopatologis kompresi akut dan kronis masih dipertentangkanG
!aktor mekanis dan iskemik telah diajukan sebagai penyebab utama gangguan
!ungsional. Dasalah ini sulit diatasi karena semua kompresi pasti melibatkan
!aktor iskemia karena rusaknya mikrovaskularisasi sara!. Se'ara umum# kompresi
ringan sampai sedang yang menyebabkan gangguan !ungsional yang reversibel
+
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
6/23
dan berhubungan dengan kompresi menunjukkan temuan insu%siensi
mikrovaskuler# sedangkan !aktor mekanis yang memi'u kerusakan mielin !okal
dapat merupakan !aktor etiologik yang penting pada 'edera yang memerlukan
waktu pemulihan yang lama.
E#$a intranura" karna k!$+rsi(,-,.
8ompresi dengan iskemia total dan subtotal yang dihasilkan dapat
menimbulkan kerusakan pada semua jaringan intraneural termasuk sel S'hwann#
serabut sara!# dan mikrovaskular intraneural. Suatu 'edera mikrovaskuler dapat
dihubungkan dengan peningkatan permeabilitas terhadap protein# sedangkan
periode iskemik berkepanjangan dapat diikuti oleh edema intraneural begitu
aliran darah pulih. Pembengkakan lokal ini disebut juga H!enomena nonre6uksI
atau Hsindrom kompartemen tertutupI# merupakan !enomena yang terjadi di
jaringan otot setelah 'edera iskemik pada sara! dan otot yang berat. Pengaruh
!enomena ini pada sara! sangat penting dan dapat menyebabkan !un'tional
barrier pada stratum perineurium.
Ksi$+u"an Pat!/si!"!)i
0erbagai ma'am tahapan CTS yang telah diajukan men'oba menunjukkan
keterlibatan kedua !aktor etiologis dan !aktor!aktor %siopatologis. Tahap awal
CTS ditandai dengan paresthesia pada malam hari dan disebabkan oleh
insu%siensi mikrovaskuler intraneural pada malam hari karena peningkatan
tekanan jaringan dalam terowongan karpal pada malam hari. Peningkatan
bertahap tekanan 'airan dalam jaringan menunjukkan tidak ber!ungsinya pompa
otot# redistribusi 'airan tubuh pada posisi horisontal# dan palmar 6eksipergelangan tangan. ?arus diingat juga bahwa di samping penurunan tekanan
vaskuler malam hari# yang berkaitan dengan irama sirkadian# terdapat juga
penurunan tekanan per!usi di dalam terowongan karpal. "ejala yang timbul
sesuai dengan gangguan metabolisme sara!# yang menyebabkan kekurangan
oksigen karena gangguan mikrosirkulasi intraneural. "ejalagejala tersebut
reversibel ketika posisi pergelangan# pompa otot# dan posisi tubuh kembali
normal atau pas'a pembedahan ligamentum 'arpi transversum.
Pada kasuskasus CTS yang lebih berat# edema pertama timbul di
epineurium dan kemudian di endoneurium. 8eluhan dan gejala masih mungkin
reversibel bila dilakukan dekompresi diikuti pemulihan aliran interneural
sehingga edema teratasi. Fdema yang berkepanjangan dapat dimasuki %broblast
sehingga berkembang menjadi %brosis. Pada keadaan ini sebagian serabut sara!
akan mengalami demyelinisasi dengan kerusakan berat (neuroapra7ia) dan
sebagian yang lain akan mengalami degenerasi aksonal (a7onotmesis).=aktu
pemulihan pas'a dekompresi sara! dapat bervariasi tergantung keparahan
penyakitnya.
GE&ALA KLINIS 2,',(
*
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
7/23
Penegakan diagnosis CTS sebagian besar 'ukup dari gejala klinis pasien.
8eluhan yang paling sering adalah Hno'turnal a'roparesthesiaI# yaitu rasa
kesemutan dan nyeri yang dapat sampai mengganggu tidur malam. "ejala ini
biasanya berkurang dengan perubahan posisi lengan# dikibaskan atau dipijat#
atau menggantung lengan ke bawah. da yang merasa lebih enak bila tangan
direndam di air dingin. "ejala dapat timbul di siang hari juga dan dipi'u oleh
posisi tertentu atau kegiatan seperti menjahit# mengemudi# memegang telpon
atau buku.
Pada awalnya# sebagian besar pasien tidak dapat menunjukkan pada jari
mana tumbul paresthesia# jadi mereka menunjuk pada seluruh tangan dan
terkadang pada punggung tangan juga. 0ila diminta lebih spesi%k atau dilakukan
manuver yang menimbulkan gejala# mereka menggambarkan keluhan menjalar
ke tiga jari pertama dan sisi radial jari A. 8eluhan sering menjalar ke lengan
bawah# terkadang sampai ke bahu. 8eluhan kesemutan harus dibedakan dengan
kondisikondisi patoligis yang lain# seperti gangguan vaskuler.
Pasien juga mengeluhkan kelemahan pada tangan yang terkena#
sehinggasering menjatuhkan benda yang dipegang. ni akibat dari berkurangnya
sensasi atau kelemahan pada jari jempol dan jari lainnya untuk gerakan oposisi.
P$riksaan Fisik 2,',(
iagnosis klinis untuk CTS didasarkan pada pemeriksaan otototot thenarG
pada kondisi normal otototot ini diinervasi oleh 'abang motorik n.medianus.
:ungsi otot yang paling mudah diperiksa adalah m.abdu'tor polli'is brevis.
"ambar . Pemeriksaan m.abdu'tor polli'is brevis
2
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
8/23
Pasien diminta untuk meletakkan jempol tegak lurus di atas telapak
tangannya dan menahan tekanan jari pemeriksa dengan arah aduksi. ?asilnya
dibandingkan pada kedua tangan. ?arus diingat bahwa walaupun ada kelemahan
otot# gerakan yang diminta tetap bisa dilakukan# tetapi dengan 'ara yang terlihat
berbeda. Selain itu juga ada bantuan abduksi dari m.abdu'tor polli'is longus#
yang diinervasi oleh n.radialis# dan dapat diposisikan ke atas telapak tangan
dengan m.6e7or polli'is longus yang diinervasi oleh n.medianus sebelum masuk
ke terowongan karpal. Pada kondisi ini# kelainan dapat dilihat dari adanya 6eksi
sendi interphalangeal yang tidak bisa dihindari# dan pasien tidak dapat
menempatkan jempol BJ dari permukaan telapak tangan.
D.opponens polli'is diperiksa dengan meminta pasien menempelkan
ujung jempol ke ujung jari kelingking. Pemeriksa kemudian berusaha membuka
jari tersebut sedangkan pasien melawan. Sebenarnya pada posisi ini seluruh otot
thenar berkontraksi# dan tidak bisa mengevaluasi m.opponens polli'is saja.
0egitu juga# evaluasi m.6e7or polli'is brevis juga tidak signi%kan. -tot inidibentuk oleh dua kepala# dan hanya satu yang diinervasi oleh n.medianus# dan
bahkan ada literatur yang menyebutkan bahwa kedua kepala otot tersebut
diinervasi oleh n.ulnaris.
?arus juga dievaluasi adakah hipotro% atau atro% otototot thenarG derajat
atro% sebanding dengan beratnya kerusakan sara!. tro% merupakan tanda lesi
aksonal pada sara! sedangkan lesi demyelinisasi menghasilkan hiposthenia
tanpa atro%.
"ambar 4 . tro% otototot thenar.
K
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
9/23
Pemeriksaan obyekti! untuk CTS didasarkan pada tes provokasi dan
evaluasi de%sit sensoris dan motoris yang didapatkan pada area distribusi
n.medianus. #4
Tes provokasi yang biasa digunakan antara lain ,
1. Tes Tinel
"ambar +. Tes Tinel
Tes Tinel dilakukan dengan 'ara perkusi di atas n.medianus
sepanjang perjalanannya di lengan bawah sampai pergelangan. Tes ini
positi! bila timbul paresthesia di daerah distribusi n.medianus. Aaliditas
diagnostiknya berkisar antara +K*25 pada kasuskasus dengan hasil FD"positi!G tetapi# pada &5 kasus# tes Tinel positi! walaupun tidak ada
kompresi n.medianus (!alse positi!). Ladi# tes Tinel saja tidak 'ukup untuk
menegakkan diagnosis CTS.&. Tes Phalen
"ambar *. Tes Phalen
Tes Phalen dikerjakan dengan 'ara memegang pergelangan tangandalam posisi 6eksi maksimal selama beberapa detikG bila timbul rasa baal
B
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
10/23
dan paresthesia di tiga jari pertama dalam * detik maka dianggap positi!.
Denurut Phalen# hal ini disebabkan karena kompresi n.medianus diantara
tepi proksimal ligamentum transversum dan tendon 6eksor di sebelahnya.
Tes Phalen positi! pada **KK5 pasien dengan CTS# dengan !alse positi!
men'apai &5. 0ila hasil tes Tinel dan Phalen dikombinasikan# hasil yang
positi! penting se'ara diagnostik karena dapat mengidenti%kasi sampai
dengan B5 pasien dengan CTS.. Tes urkan
"ambar 2. Tes urkan
Tes ini digambarkan oleh urkan# merupakan tes kompresi padan.medianus. tes ini dianggap spesi%k untuk CTSG tes ini mengevaluasi
onset paresthesia di area distribusi n.medianus saat diberikan tekanan
dengan jempol pemeriksa pada terowongan karpal selama kurang lebih
detik. urkan melaporkan bahwa tes ini positi! pada K25 pasien dengan
CTS. =illiams melaporkan tes ini positi! pada 15 penderita CTS. ngka
!alse positi! untuk tes ini men'apai 15. Tes ini dapat digunakan untuk
menggantikan tes Phalen bila ada penyakit atau kondisi yang membuat
pasien tidak bisa 6eksi pergelangan tangan.4. Tes tourniMuet
Tes tourniMuet digambarkan oleh "illiat dan =ilson pada tahun
1B+. Tes ini dianggap tidak berman!aat untuk diagnostik CTS.
Tes untuk sensitivitas yang bisa digunakan antara lain ,
1. Tes =eber / &point dis'rimination
1
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
11/23
"ambar K. Tes =eber
Tes ini paling baik digunakan untuk mengevaluasi densitas inervasi.0iasanya tes ini memberikan hasil normal pada CTS ringan sampai
sedang.&. Tes Aan :rey
"ambar B. Tes Aan :rey
Tes tekanan dari Aan :rey dilakukan menggunakan alat
mono%lamen dari Semmes=einstein. Tes ini dikerjakan dengan 'ara
menekan ujung jari se'ara tegak lurus menggunakan alat mono%lamen
dari berbagai ketebalanG kekuatan tekanan yang diberikan asal 'ukup
untuk membengkokkan %lamen. Tes ini positi! bila pasien dapat
mengidenti%kasi dengan tepat jari mana yang distimulasi. Pada satu
penelitian# tes ini terbukti signi%kan pada +&5 kasus# sedangkan tes
=eber hanya signi%kan pada 5 kasus.. Tes S9abo / vibration.
Tes lain yang bisa digunakan adalah tes getaran yang digambarkan
oleh S9abo et.al. amun# pada pasienpasien tua tes ini tidak valid karena
kemampuan persepsi getaran# dan juga diskriminasi & titik# menurun
seiring pertambahan usia. 0atas usia di mana tes ini bisa digunakan
belum ditentukan.
11
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
12/23
PEMERIKSAAN PENUN&ANG
EMG (,-,.
Tujuan elektrodiagnostik adalah untuk melokalisasi lesi# menunjukkan
gangguan pada sara! motorik# sensorik atau keduanya# untuk menentukan dasar
proses %siologisnya (a7on loss# demyelinasi)# keparahan penyakit (derajat a7on
loss# kontinuitas a7on)# dan perjalanan penyakitnya. Tujuan utama pemeriksaan
ini adalah mengon%rmasi ke'urigaan klinis adanya kompresi n.medianus di
pergelangan tangan.
Pemeriksaan ke'epatan hantaran sara! sensoris dan motoris n.medianus
dan segmen sara! yang lain dengan FD" jarum pada beberapa otot yang terlibat
memungkinkan diagnosis penyakit lain yang sering ada bersamaan dengan CTS#
seperti radikulopati# pleksopati# dan lainlain yang tidak bisa dibuktikan dengan
hanya pemeriksaan %sik. Pada evaluasi preoperati! pemeriksaan neuro%siologi
dapat mengkuanti%kasi keparahan penyakit dan tipe lesi sara!nyaG dan dapat juga menjadi bukti se'ara hukum bila ada tuntutan dari pasien.
Tes neuro%siologis untuk diagnosis CTS
Pemeriksaan konduksi sensorik n.medianuso 8onduksi jaripergelangan
o 8onduksi telapak tanganpergelangan
o Stimulasi palmar serial
o Perbandingan ipsilateral
Dedianulnar (jari manis)
Dedianradial (jari jempol)
Perbandingan amplitudo
istalproksimal (tanganlengan bawah)
Pemeriksaan konduksi motorik n.medianuso >atensi motorik distal
o >atensi motorik residual
o Perekaman di lumbrikal
o Stimulasi palmar
o 8e'epatan konduksi motorik lengan bawah
FD"o danya bukti kerusakan aksonal
o euronal dis'harges
8riteria diagnostik untuk sindrom terowongan karpal
danya bukti kompresi serabut sara! sensoriko ?ilang atau menurunnya SP sara! motorik (N#4ms)
o Peningkatan selisih latensi median ke ulnar pada SP jari ke A
(N#+ms) danya bukti kompresi serabut sara! motorik
o Peningkatan latensi distal (N4#&ms)
o Tanda denervasi pada m.abdu'tor polli'is brevis
Denegakkan diagnosis CTS hanya berdasarkan hasil FD" harus dihindari.
0anyak dilaporkan insidens !alse negati! yang signi%kan dan berkisar antara K
1&
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
13/23
1&5 dari seluruh kasus. Selain itu# sensitivitas alat FD" dapat mendeteksi
perubahan konduksi subklinis yang tidak memerlukan terapi (!alse positi!).
IMA&ING 1,',(
majing hanya mendapat peran ke'il pada diagnostik CTS# yang terutama
didasarkan pada temuan klinis dan pemeriksaan konduksi sara!. ;adiogra%
konvensional maupun CT jarang digunakan untuk CTS karena in!ormasi yang
didapat tidak banyak berman!aat. khirakhir ini D; resolusi tinggi dan
ultrasound !rekuensi tinggi dapat menunjukkan kompresi n.medianus dan
mendeteksi S-> dalam terowongan karpal dan kelainan pada tendon 6eksor. D;
dan 3S" dapat juga digunakan untuk evaluasi postoperati! dan komplikasi
pembedahan.
MRI
"ambaran D; mempunyai resolusi intrinsik yang tinggi dan dapatmenunjukkan perbedaan intensitas sinyal antara tendon# selubung tendon# sara!#
lemak# tulang dan pembuluh darah# sehingga dapat digunakan untuk visualisasi
isi terowongan karpal dengan baik.
"ambar 1. D; T1= potongan a7ial. natomi normal. Terowongan karpal dibatasi di sisi
ventral oleh 6e7or retina'ulum# suatu struktur %brous dengan intensitas sinyal rendah(tanda panah) dan di dorsal oleh tulangtulang karpalia. .medianus tampak sebagai
struktur dengan intensitas sinyal intermediate (sama dengan otot) di dekat retina'ulum
(panah melengkung). Tendon otototot 6eksor mempunyai intensitas sinyal yang sangat
rendah.
Pada CTS# dapat dilihat perubahanperubahan berikut pada n.medianus ,
Pembengkakan lokal maupun di!us pada sara! yang dapat terlihat paling
baik di level os pisi!orme Pemipihan (6attening) pada n.medianus yang terlihat paling baik di level
os hamatum. Peningkatan intensitas pada gambaran T&=.
1
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
14/23
"ambar 11. (kiri) D; T1= potongan a7ial. Sindrom terowongan karpal.
.medianus(panah) tertekan di antara 6e7or retina'ulum dan tendontendon 6eksor#
tampak membesar dan bengkak pada kasus CTS berat ini. (kanan) D; T&= potongan
sagital. Pembengkakan n.medianus pada tempat masuknya di terowongan karpal tampak
noduler (pseudoneuroma) dan menampakkan peningkatan intensitas sinyal (panah
putih).
USG (
engan 3S"# dapat diperoleh in!ormasi yang hampir sama dengan D;#
dengan biaya yang jauh lebih rendah. 3S" juga memungkinkan dilakukan studi
dinamik# pemeriksaan saat bergerak# yang sulit dilakukan pada D;. Tetapi detil
anatomis dan resolusi gambar lebih rendah dari D;G struktur tulang tidak
terlihat# dan sulit digunakan sebagai panduan operasi. kurasinya juga sangat
operatordependent.
14
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
15/23
"ambar 1&. 3S" potongan longitudinal. .medianus normal (panah) dapat dikenali
karena posisinya yang super%sial dan struktur !asikuler hipoekoik# dibandingkan dengan
struktur tendon 6eksor yang hiperekoik.
Pemeriksaan 3S" untuk CTS harus dilakukan dengan transduser !rekuensi
tinggi# sampai 12 D?9. apat digunakan juga 3S" oppler warna untukmengidenti%kasi pembuluh darah. Pemeriksaan harus dilakukan pada bidang
transversal dan longitudinal. 3S" dapat menggambarkan semua komponen
jaringan lunak dalam terowongan karpal (tendon# n.medianus# dan ligamentum
'arpi transversum)# sedangkan tulang tidak terlihat.
"ambar 1. (kiri) 3S" potongan longitudinal. Sindrom terowongan karpal. .medianus
tampak memipih pada level ligamentum 'arpi transversum (panah besar)# dan tampak
menebal dan bengkak di proksimal (panah ke'il). (kanan) 3S" potongan a7ial. Tampak
pemipihan n.medianus pada level masuknya di kanal.
iagnostik dengan 3S" harus menggambarkan semua kelainan struktur
anatomis dalam terowongan karpal# terutama yang menyangkut n.medianus.
.medianus dapat terlihat bengkak pada proksimal terowongan karpal tepat
sebelum memasukinya. apat terlihat pemipihan nervus pada distal kanal.
Pembesaran nervus dapat uni!orm atau membentuk gambaran pseudotumoral
atau disebut pseudoneuroma.
DIAGNOSA 0ANDING ',(
CTS terutama didiagnosis dari kumpulan gejala yang khas# meliputi
no'turnal paresthesia pada distribusi n.medianus# dan paresthesia yang
diperberat aktivitas tertentu# seperti menggenggam lama# misalnya memegang
buku atau koran saat memba'a atau memegang kemudi mobil/motor saat
berkendara. Pasien sering mengatakan mengibaskan tangan mengurangi gejala.
Sebagian pasien juga mengeluhkan nyeri yang menjalar ke lengan bawah#
terkadang sampai ke bahu.
1+
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
16/23
Terkadang pasien tidak dapat menggambarkan dengan jelas keluhannya
dan lokasinya# dan kesulitan membedakan antara nyeri# kesemutan# rasa baal
bahkan setelah dijelaskan oleh dokter. apat juga timbul keluhan kelemahan#
sulit memegang# dan sulit melakukan gerakan halus# tetapi keadaan ini juga
dapat ditimbulkan oleh penyakitpenyakit lain.
yeri merupakan keluhan yang paling membingungkan. 0anyak kondisi
spesi%k maupun nonspesi%k menimbulkan gejala nyeri. 0ila nyeri merupakan
satusatunya gejala dan tidak ada temuan klinis yang lain# maka diagnosis CTS
belum bisa ditegakkan. amun masih bisa di'urigai ke arah CTS bila ada !aktor
resiko# seperti pekerjaan. Pada kondisi seperti ini harus ditegakkan diagnosis
dengan pemeriksaan penunjang# seperti elektrodiagnostik.
8esemutan dan rasa baal juga merupakan gejala yang sering didapatkan
pada CTS# tetapi dapat juga disebabkan penyakit lain# terutama bila keluhan
menetap# dan tidak memberat saat malam hari atau dengan aktivitas yang
memperberat CTS. Pada keadaan ini pemeriksaan elektrodiagnostik dapat
membantu menegakkan diagnosis.
8elemahan otot# atro%# dan gangguan gerakan halus juga merupakan
gejala CTS yang dapat disebabkan penyakit lain# seperti trauma atau kelainan
kongenital# dan diagnosis CTS belum bisa ditegakkan berdasarkan gejalagejala
tersebut saja.
Penyakitpenyakit neurologis lain yang dapat memberikan gejala mirip CTS ,
S-> intrakranial Dultiple sklerosis ;adikulopati servikal Siringomielia servikal Thora'i' outlet syndrome Tumor sara! peri!er (s'hwanoma# hamartoma dll) 0ra'hiople7itis idiopatik (ParsonageTurner syndrome/neuralgi'
amyotrophy) Pleksopati brakialis Sindrom pronator europati ulnar europati radial
europati generalisata (D# mononeuritis multiple7) Sindrom ChurgStrauss 8ontusio n.medianus
Penyakitpenyakit non neurologis yang memberikan gejala mirip CTS ,
>esi vaskuler :enomena ;aynaud
?ypothenar hammer syndrome ('edera pada arteri ulnaris di tangandengan 'edera n. ulnaris sekunder)
1*
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
17/23
?andarm vibration syndrome 8ongenital Tumor pan'oast ?ipoplasia jari Trauma Cedera ligamen atau wrist sprain :raktur karpal Sindroma de Euervain nterse'tion syndrome :le7or 'arpi radialis tenosynovitis >inburgOs syndrome :le7or 'arpi ulnaris tenosynovitis Trigger %nger Penyakit degenerati! -steoartritis n!eksi n6amasi lain
rtritis rematoid "out yeri tangan nonspesi%k# dll
TERAPI
Tra+i K!nsrati (,,3,4,15
1. Dodi%kasi li!estyleDenghindari gerakan berulang# menggunakan peralatan yang
ergonomis saat bekerja# beristirahat se'ara berkala# dan beralih pekerjaan
sering dianjurkan untuk penderita penyakit ini# namun bukti yang
mendukung maupun menentang e!ekti%tas metode ini masih belum
memadai.&. Terapi oral
Pemberian kortikosteroid oral dapat memberikan perbaikan gejala
pada jangka pendek# dengan e!ek yang mulai berkurang setelah sekitar K
minggu setelah obat dihentikan. Pemberian obatobatan seperti S#
diuretik# dan pyrido7in (0*) telah terbukti tidak lebih e!ekti! dari plasebo.. Splinting
da banyak bukti yang mendukung penggunaan splint netral dan
'o'kup# dengan hasil perbaikan klinis yang hampir sama.
12
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
18/23
"ambar 14. Da'amma'am splint. (atas) splint dengan metal di daerah palmar
untuk menjaga posisi pergelangan tetap netral. (tengah) splint dengan
Deta'arpophalangeal (DCP) bebas. (bawah) splint dengan imobilisasi DCP untuk
men'egah otototot lumbrikal masuk ke dalam terowongan karpal.
Penggunaan splint yang mem%ksasi sendi meta'arpophalangeal
dengan pergelangan belum banyak dianjurkan. 0anyak bukti mendukung
penggunaan splint sepanjang hari (&4 jam) lebih baik daripada
penggunaan hanya pada malam hari. =alaupun lamanya penggunaan
masih bervariasi# kebanyakan penelitian melakukan splinting selama *K
minggu# dan !ollowup klinis dilakukan sampai 1 tahun setelahnya untukmelihat e!ektivitasnya. Pada satu penelitian# splinting dapat menyebabkan
1K
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
19/23
perbaikan klinis dan menunda operasi paling tidak selamasatu tahun di
sekitar *5 populasi yang sudah ada indikasi untuk dilakukan operasi dari
gejala klinis dan pemeriksaan FD". Tetapi bukti untuk man!aat
penggunaan jangka panjang masih belum banyak# dan masih dilaporkan
adanya progresi penyakit bahkan selama masa penggunaan splint.
4. njeksi kortikosteroid.njeksi kortikosteroid merupakan pengobatan yang umum dilakukan
untuk CTS. Penggunaannya telah ter'atat sejak tahun 1B+4# di Dayo Clini'
telah didokumentasikan penggunaan injeksi steroid pada pengobatan CTS.njeksi kortikosteroid lokal dapat digunakan sebagai terapi awal atau
sebagai terapi adjuvan. Terdapat bukti kuat bahwa pemberian
kortikosteroid lokal dan sistemik memberikan perbaikan yang signi%kan
pada pasienpasien CTS sampai dengan 1 bulan pas'a injeksi# dan
beberapa pasien melaporkan perbaikan keluhan sampai 1 tahun pas'a
injeksi. Satu penelitian menunjukkan pemberian kortikosteroid lokal lebih
e!ekti! daripada pemberian oral sampai bulan# tetapi hasilnya hampirsama dengan kombinasi S dan splinting setelah K minggu.=alaupun
hanya e!ekti! pada jangka pendek# injeksi kortikosteroid dapat berguna
terutama pada pasienpasien yang tidak mau atau ingin menunda operasi.
"ambar 1+. Tehnik injeksi pada terowongan karpal. Larum dimasukkan pada sisi
ulnar tendo palmaris longus dan masuk se'ara miring ke arah DCP joint dari jari
telunjuk.
Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kortikosteroid boluske'il di bawah 6e7or retina'ulum di dalam terowongan karpal. 8orelasi
1B
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
20/23
antara dosis yang diberikan dan perbaikan klinis belum banyak diteliti# dan
belum banyak data yang mendukung jenis atau !ormulasi kortikosteroid
mana yang lebih baik. 0iasanya digunakan triam'inolon &mg#
diinjeksikan menggunakan spuit 1'' dengan jarum &+".8omplikasi utama dari tehnik ini adalah 'edera pada n.medianus. nervus
ini terletak tepat di bawah tendon m.palmaris longus# tepat di tengahpergelangan dan medial dari tendon m.6e7or 'arpi radialis. 0ila kesulitan
mengidenti%kasi tendon m.palmaris longus# pasien disuruh menyentuh
ujung jari A dengan jempol. >ipatan medial yang terbentuk berdekatan
dan segaris dengan n.medianus.Detode yang biasa dilakukan adalah menginjeksi tepat medial dari tendon
palmaris longus atau tepat diantara tendon palmaris longus dan 6e7or
'arpi ulnaris. Detode yang lain adalah dengan menginjeksi di lateral
tendon palmaris longus atau diantara tendon palmaris longus dan 6e7or
'arpi radialis. Satu penelitian menyimpulkan bahwa metode alternati! ini
memberikan jarak yang lebih aman dari jarum terhadap n.medianus#tetapi meningkatkan resiko mengenai 'abang kutaneus palmaris dari
n.medianus.
P$%#a*an (,,15
Pembedahan pada ligamentum 'arpi transversum# dengan operasi terbuka
maupun endoskopik# menghasilkan perbaikan gejala klinis yang bertahan lama#
dengan resiko operasi relati! ke'il bila dilakukan oleh ahli bedah yang
berpengalaman. Terdapat bukti level yang menunjukkan bahwa pembedahan
pada 6e7or retina'ulum sangat e!ekti! untuk pasienpasien dengan CTS.
"ambar 1*. Tehnik operasi pada CTS. (kiri) insisi pada telapak tangan diarahkan
ke pergelangan tangan. (kanan) diseksi ligamentum 'arpi transversum.
&
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
21/23
Carpal Tunnel ;elease (CT;) diindikasikan pada ,
Terapi konservati! gagal "ejala yang berat 8ondisikondisi atau penyakit yang dapat memperberat CTS# dan CT;
harus dipertimbangkan lebih dini# seperti ,o iabetes
o rtritis rematoid
o 3sia tua
o CTS dan 'ervi'al spondylosis terjadi bersamaan dan saling
memperberat
ua tinjauan sistematis dan * ;CT membandingkan operasi terbuka#
endoskopik# dan insisi minimal. ?alhal yang dievaluasi meliputi keparahan
gejala# status !ungsional setelah +& minggu# nyeri setelah 1& minggu#
reversibilitas kerusakan sara!# lamanya sampai dapat bekerja kembali# dan
komplikasi pas'a operasi. Tehnik endoskopik lebih baik dari segi nyeri sisa
setelah 1& minggu# lamanya sampai dapat beraktivitas lagi# dan komplikasi
pas'a operasi. -perasi terbuka lebih baik ditinjau dari reversibilitas kerusakan
sara!. 3ntuk keparahan gejala dan status !ungsional setelah +& minggu tidak ada
perbedaan antar tehnik. Pas'a pembedahan sebaiknya tidak dilakukan
imobilisasi pergelangan tangan# karena dari penelitian splinting postoperati!
tidak memberi man!aat banyak dari segi pemulihan# !ungsi tangan# dan keluhan
pasien.
PROGNOSIS 1,2,',(
Pr!)n!sis +as6a tin#akan %#a*
Pada suatu penelitian di nggris tahun &1# pada *&* kasus CTS yang
dilakukan operasi# hasilnya 4B5 sembuh sempurna# &K5 menyatakan keluhan
jauh berkurang# 15 menyatakan hanya sedikit perbaikan# *5 menyatakan tidak
ada perubahan# dan 25 menyatakan bahwa keluhan dan gejalanya makin berat.
Studi ini menyatakan bahwa hasil tersebut bisa karena banyak !aktor# seperti
kesalahan diagnosis# kesalahan pada prosedur pembedahan# atau terlambat
dioperasi sehingga pemulihan sara! yang sudah terlanjur rusak tidak bisa sepertiyang diharapkan.
Pr!)n!sis +a#a kasus7kasus 8an) ti#ak #i"akukan +$%#a*an
Pada penelitian tahun &1 di talia# dari 1B* kasus yang tidak dilakukan
intervensi samasekali# sekitar &5 dari semua kasus membaik dengan
sendirinya. ni bisa disebabkan usia muda# gejala yang belum terlalu berat# atau
perubahan pekerjaan atau kebiasaan menggunakan tangan.
Pada kasuskasus yang dilakukan splinting# dari penelitian tahun &
disebutkan bahwa splinting bisa berhasil dengan hasil sampai 1 tahun bebas
&1
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
22/23
gejala bila durasi gejala sebelum mulai terapi kurang dari 1 tahun# dan gejala
belum terlalu berat.
Pada pemberian injeksi kortikosteroid lokal# dari penelitianpenelitian yang telah
dilakukan menunjukkan sampai dengan &45 menyatakan gejala hilang dalam
bulan dan bebas gejala sampai & tahun# dan yang menyatakan adanya perbaikanklinis men'apai *25.
&&
-
8/17/2019 Tinjauan Pustaka CTS
23/23
8FP3ST8
1. >e0lan' 8F# Cestia =# Carpal Tunnel Syndrome# meri'an 'ademy o!
:amily Physi'ians# &11&. Sesto DF# ;adwin ;"# Salvi :L# :un'tional e%'its in Carpal Tunnel
Syndrome# meri'an Lournal o! ndustrial Dedi'ine 44, 114# &. l!onso C# Lann S# Dassa ;# Torreggiani # iagnosis# Treatment nd :ollow
3p -! The Carpal Tunnel Syndrome# eurol S'i 1# SpringerAerlag# &14. >u'hetti ;# madio P (eds)# Carpal Tunnel Syndrome # SpringerAerlag
0erlin# &2+. Lable'ki C8# ndary DT# :loeter D8# Fle'trodiagnosti' Studies n Carpal
Tunnel Syndrome# eurology &+K,1+KB1+B&*. =ang ># Fle'trodiagnosis o! Carpal Tunnel Syndrome# Phys Ded ;ehabil
Clin m &4 , pp *222# &12. meri'an 'ademy o! -rthopaedi' Surgeons# Clini'al Pra'ti'e "uidelines
on the Treatment o! Carpal Tunnel Syndrome# -S# ;osemont# &KK. =yso'ki ;=# 0iswas # 0ayne C-# nje'tion Therapy in the Danagement o!
Dus'uloskeletal injuries , ?and and =rist# -per Te'h Sports Ded &,1&
141# Flsevier n'. &1&B. D'8eon LD# an'osek 8F# eural "liding Te'hniMues !or the Treatment o!
Carpal Tunnel Syndrome# Lournal o! Sport ;ehabilitation 12,&441#
?uman 8ineti's n'. &K1.Shi E# Da'ermid LC# s Surgi'al ntervention Dore FQe'tive Than on
surgi'al Treatment !or Carpal Tunnel SyndromeR# Lournal o! -rthopedi'
Surgery and ;esear'h *,12&*# 0ioDed Central#&11
&