traumatologi tinjauan pustaka
DESCRIPTION
definisi traumatologi adalah...TRANSCRIPT
Tinjauan Pustaka
TRAUMATOLOGI
1. Definisi
Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan
(rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas
jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas. Sedangkan trauma berarti
kekuatan fisik yang berasal dari luar tubuh yang menyebabkan luka dipermukaan
dan atau bagian dalam tubuh. Pada keadaan trauma ada tiga hal yang ciri khas atau
hasil dari trauma yaitu : adanya luka, perdarahan dan atau skar, dan hambatan
dalam fungsi organ.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik , atau gigitan hewan atau juga gangguan pada ketahanan
jaringan tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal, berupa potongan
atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh cedera atau operasi. Dengan kata
lain yang mudah dipahami luka adalah terjadinya diskontiunitas jaringan
Luka di klasifikasikan dapat dibagi berdasarkan.Pertama jenis penetrasi yang
terbagi atas luka tusuk, luka insisi, luka bacok, luka memar, luka robek, luka tembak
dan luka gigitan. Kedua tingkat kebersihan dari kontaminasi bakteri terbagi atas luka
bersih,luka bersih yang terkontaminasi, luka terkontaminasi dan luka kotor. Ketiga
waktu terjadinya terbagi atas luka akut (sebelum waktu 8 jam) dan luka kronis. Selain
klasifikasi diatas luka dapat diklasifikasikan berdasarkan berat – ringannya akibat
yang dihasilkan oleh trauma antara lain :
Ringan yaitu tidak mengganggu pekerjaan atau mata pencaharian.
Sedang yaitu mengganggu pekerjaan atau mata pencaharian untuk
sementara waktu.
Berat yaitu sesuai KUHP pasal 90 yang meliputi beberapa poin antara
lain : Tidak ada harapan sembuh lagi atau menimbulkan bahaya maut,
tidak cakap untuk seterusnya menjalankan pekerjaan atau jabatannya,
hilangnya salah satu pancaindera, rompong atau buruk luka, lumpuh,
hilang akal atau kesadaran lebih dari empat minggu, dan gugurnya buah
kehamilan.
Fatal yaitu berakibat kematian.
2. Klasifikasi trauma
Klasifikasi trauma berdasarkan sifat dan penyebab terbagi sebagai berikut :
Trauma Mekanik
o Kekerasan oleh benda tumpul atau trauma tumpul
o Kekerasan oleh benda tajam atau trauma tajam
o tembakan senjata atau trauma tembak
Trauma Fisik
o Suhu atau thermis.
o Listrik dan petir.
o Akustik.
o Radiasi.
o Tekanan udara.
Trauma Kimia
o Asam kuat
o Basa kuat
Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis kekerasan yang menjadi penyebab luka,
Luka akibat kekerasan mekanis, Luka akibat kekerasan oleh benda tumpul, Luka
akibat kekerasan oleh benda tajam, Luka akibat kekerasan oleh tembakansenjata
apiLuka akibat kekerasan fisis, Luka akibat kekerasanoleh suhu tinggi atau rendah,
Luka akibat kekerasanauditorik, Luka akibat kekerasanoleh arus listrik dan petir,
Luka akibat kekerasanradiasi, Luka akibat kekerasan kimiawi, Luka akibat
kekerasanoleh asam kuat, Luka akibat kekerasanoleh basa kuat, Intoksika.
3. Patofisologi trauma
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang,
pembuluh darah dan organ termasuk fraktur, laserasi,kontusi, dan gangguan pada
semua sistem organ, sehingga tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila
kompensasi tubuh tersebut berlanjut tanpa dilakukan penanganan akan
mengakibatkan kematian seseorang. Mekanisme kompensasi tersebut adalah :
Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan
vena, bronkhodilatasi,takikardia, takipneu, capillary shunting, dan diaforesis.
Peningkatan heart rate. Cardiac output sebanding dengan stroke volume
dikalikan heart rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat
Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif.
Aksi pompa thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel
kanan untuk menjaga cardiacoutput.
Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan
untuk menjaga cairan vascular. Penurunan angka filtrasi glomerulus
menyebabkan respon ini.
Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik)
dan peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-
40 mmHg.
Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin,
kulit pucat dan mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.
Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak
yang menurun atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala
4. Cara Diskripsi luka
Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau aksis padatubuh. Garis
yang melalui tulang dada dan tulang belakangdipakai sebagai ordinat.)
Ukuran menentukan panjang luka
Arah luka
Sifat luka
Jumlah luka
Ada atau tidaknya benda asing pada luka,
Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati,
Menyebabkan kematian atau tidak,
Cara terjadinya luka (bunuh diri, kecelakaan danpembunuhan)
5. Trauma mekanik
a. Trauma tumpul
Trauma tumpul diakibatkan oleh benda tumpul, benda tumpul adalah
benda yang permukaannya tidak mampu untuk mengiris. Pada trauma tumpul
terdapat dua variasi utama yaitu, benda tumpul yang bergerak pada korban
yang diam atau korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam. Sekilas
nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat
perbedaan hasil pada kedua mekanisme tersebut. Organ atau jaringan pada
tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek
atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Antara lain :
Abrasi
Menurut definisi abrasi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi
superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan
bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak bawah
kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah
dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat
ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan.
Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang
kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan
ketidakteraturan benda yang mengenainya.
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang
mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata
telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik.
Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini
(beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai
beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari
abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
Gambar 1 : Luka abrasi pada telapak tangan (kiri) dan lengan bawah (kanan)
Laserasi
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat
menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu,
ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan
sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh
benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga
merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan
kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya
terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda
tersebut yang mengalami indentasi.
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan
jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan.
Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan
laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat
menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi
laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang
terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan. Dibawah ini terlihat
jelas salah satu contoh gambar laserasi
Gambar 2. Vulnus Laseratum pada regio pedis sinistra
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda
penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan
jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga
pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau
laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung
laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut
dengan “swallow tails”. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi
yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi
tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan
awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan
penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang
bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar
atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang
secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke
bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak
mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan
tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera,
beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah
mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak
adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi
kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila
perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai
jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit
atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam
jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya
penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian maka
akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah
laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut.
Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak
dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi
juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu
pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.
Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang
komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang
dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Kontusio
Terdapat dua jenis kontusio yang pertama adalah kontusio superficial dan
yang kedua kontsio pada organ dalam dan jaringan dalam.
Kontusio superficial
Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan
yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan
kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan
pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang dengan kulit
berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan
yang ditimbulkannya.
Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya
luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang
terkena. Tidak ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna
yang terlihat secara pemeriksaan fisik.
Gambar 3 : kontusio superficial atau luka memar
Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan
pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang timbul. Semakin
lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin membuat
luka memar menjadi gelap.
Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana yang dapat digunakan untuk
menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit
menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian
pemeriksa.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya
penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan
masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan
kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang
akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat
menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat
menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan
kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi
oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman
tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren.
Efek lanjut lain dapat timbul pada tekanan mendadak dan luas pada jaringan
subkutan. Tekanan yang mendadak menyebabkan pecahnya sel – sel lemak,
cairan lemak kemudian memasuki peredaran darah pada luka dan bergerak
beserta aliran darah dapat menyebabkan emboli lemak pulmoner atau emboli
pada organ lain termasuk otak. Pada mayat dengan kulit yang gelap
sehingga memar sulit dinilai sayatan pada kulit untuk mengetahui resapan
darah pada jaringan subkutan dapat dilakukan dan dilegalkan.
Kontusio pada organ dalam dan jaringan dalam
Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ
memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak
jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan
kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat
menyebabkan terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam
yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan
ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio
dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi
organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang
mengontrol pernapasan dan peredaran darah.
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan
sempit pada daeran yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran
impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung.
Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat
pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung.
Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang
menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.
Fraktur
Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah
hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur dibagi
menjadi fraktur sederhana dan komplit atau terbuka.
Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi
beberapa faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya
masih lunak, sehingga apabila terjadi trauma khususnya pada tulang
tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa
menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah
mengalami osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada trauma yang
ringan.
Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk
mengetahui ada tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan
sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto polos. Xero radiografi merupakan teknik
lain dalam mendiagnosa adanya fraktur.
Gambar 4 : pemeriksaan tambahan (x-ray) sebagai alat diagnostik untuk
mengetahui adanya fraktur
Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari
fraktur dapat menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang
tengkorak), arah kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang
mengalami penyembuhan berbeda dengan fraktur biasanya. Jangka waktu
penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang makros
dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan,
sebagian telah sembuh, dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis
dapat dibedakan berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis
dapat dibedakan daerah yang fraktur dan daerah penyembuhan.
Penggabungan dari metode diatas menjadikan akurasi yang cukup tinggi.
Daerah fraktur yang sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang
aslinya.
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila
perdarahan sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan
disfungsi organ tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat
menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan lunak yang menyebabkan
pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi
robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan
dapat menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Shok yang terjadi pada
pasien fraktur tidaklah selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya.
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain.
Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah
terjadinya fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli
lemak di paru berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah
terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli sumsum
tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur.
Gambar 5 : Fraktur pada regio pedis sinistra
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur
depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang
dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang
secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak
tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga
kematian.
Kompresi
Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
efek lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi
kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara.
Pola Luka
Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat
dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :
1. Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat
terjadi kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan
menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi,
kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.
2. Pejalan kaki yang ditabrak kendaraan bermotor biasanya mendapatkan
fraktur tulang panjang kaki. Hal ini disebut ‘bumper fractures’. Adanya
fraktur tersebut yang disertai luka lainnya pada tubuh yang ditemukan di
pinggir jalan, memperlihatkan bahwa korban adalah pejalan kaki yang
ditabrak oleh kendaraan bermotor dan dapat diketahui tinggi bempernya.
Karena hampir seluruh kendaraan bermotor ‘nose dive’ ketika mengerem
mendadak, pengukuran ketinggian bemper dan tinggi fraktur dari telapak
kaki, dapat mengindikasikan usaha pengendara kendaraan bermotor
untuk mengerem pada saat kecelakaan terjadi.
3. Penderita serangan jantung yang terjatuh dapat diketahui dengan adanya
pola luka pada dan di bawah area ‘hat band’ dan biasanya terbatas pada
satu sisi wajah. Dengan adanya pola tersebut mengindikasikan jatuh
sebagai penyebab, bukan karena dipukul.
4. Pukulan pada daerah mulut dapat lebih terlihat dari dalam. Pukulan yang
kepalan tangan, luka tumpul yang terjadi dapat tidak begitu terlihat dari
luar, namun menimbulkan edem jaringan pada bagian dalam, tepat di
depan gigi geligi. Frenum pada bibir atas kadang rusak, terutama bila
korban adalah bayi yang sering mendapat pukulan pada kepala
b. Trauma tajam
Trauma tajam adalah trauma yang dikarenakan kekerasan dengan benda
tajam. Benda tajam sendiri mempunyai pengertian benda yang bermata tajam
dan atau benda yang berujung tajam. Contohnya seperti pisau, pemecah es,
kapak, pemotong, bayonet dan lain lain. Ciri – ciri umum tepi luka rata, ujung
luka tajam, dalam luka tidak ada jembatan jaringan, akar rambut terpotong,
sekitar luka bersih tidak ada luka babras atau memar, dan pada umumnya
timbul perdarahan lebih banyak dibandingkan dengan luka robek akibat
kekerasan benda tumpul. Berikut akan dibahas tipe luka dari trauma tajam.
Luka insisi ( Luka Iris )
Luka insisi atau luka iris disebabkan gerakan menyayat dengan benda
tajam seperti pisau atau silet. Karena gerakan dari benda tajam tersebut, luka
biasanya panjang, bukan dalam. Panjang dan kedalaman luka dipengaruhi
oleh gerakan benda tajam, kekuatannya, ketajaman, dan keadaan jaringan
yang terkena. Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi
adalah tepinya yang rata.
Luka tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau
korban yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata
satu, maka salah satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau
hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua sudutnya tajam.
Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk
senjata. Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai
efek yang sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan
elastis terbentuk dari garis lengkung pada seluruh area tubuh. Jika tusukan
terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek.
Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang
terjadi sempit dan panjang.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah
satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal
tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau
manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi.
Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :
a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian
ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan
tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari
satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun
pada organ.
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah
satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan
luka pada permukaan kulit seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain,
sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga
lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.
d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik
terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik
terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih
besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka
berbentuk ireguler dan besar.
Jika senjata digunakan dengan kekuatan tambahan, dapat ditemukan
kontusio minimal pada luka tusuk tersebut. Hal ini dapat diindikasikan adanya
pukulan
Panjang saluran luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari
senjata yang digunakan. Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk
berbeda dengan pada saat autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan
mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang lebih pendek
dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk
memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat
berat dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah
adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat penusukan.
Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk menentukan
jenis senjata yang digunakan.
Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan
mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik
senjata paling baik dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang
tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap
pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada
tulang dengan pasangannya.
Luka Bacok
Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau membacok
dengan menggunakan instrument yang sedikit tajam dan relatif berat seperti
kapak, kapak kecil, atau parang. Terkadang bayonet dan pisau besar juga
digunakan untuk tujuan ini. Luka alami yang disebabkan oleh senjata jenis
tersebut bervariasi tergantung pada ketajaman dan berat senjata. Makin
tajam instrument makin tajam pula tepi luka. Sebagaimana luka lecet yang
dibuat oleh instrument tajam yang lebih kecil, penipisan terjadi pada tempat
dimana bacokan dibuat. Abrasi lanjutan dapat ditemukan pada jenis luka
tersebut pada sisi diseberang tempat penipisan, yang disebabkan oleh
hapusan bilah yang pipih. Pada instrumen pembacok yang diarahkan pada
kepala, sudut besatan bilah terkadang dapat dinilai dari bentuk patahan
tulang tengkorak. Sisi pipih bilah bisa meninggalkan cekungan pada salah
satu sisi patahan, sementara sisi yang lain dapat tajam atau menipis.
Berat senjata penting untuk menilai kemampuannya memotong hingga
tulang di bawah luka yang dibuatnya. Ketebalan tulang tengkorak dapat
dikalahkan dengan menggunakan instrumen yang lebih berat. Pernah
dilaporkan bahwa parang dapat membuat seluruh gigi lepas. Kerusakan
tulang yang hebat tidak pernah disebabkan oleh pisau biasa. Juga perlu
dicatat kemungkinan diakukannya pemelintiran setelah terjadi bacokan dan
dalam upaya melepaskan senjata. Gerakan tersebut, jika dilakukan dengan
tekanan, dapat mengakibatkan pergeseran tulang, umumnya didekat kaki-
kaki luka bacok.
Efek utama dari luka tusuk, luka lecet, dan luka bacok adalah
perdarahan. Disfungsi karena kerusakan saraf di ekstremitas juga dapat
dicatat. Luka tusuk yang dalam dapat mengenai organ-organ dalam. intrumen
teramat kecil yang menyebabkan luka tipe tusuk dapat menyebabkan luka
kecil yang dengan keelastisan dari jaringan normal dapat kembali tertutup
setelah intrumen dicabut, dan tidak ada darah yang keluar setelahnya.
Pemecah es, awls, dan hatpins diakui dapat menyebabkan luka jenis
tersebut. Sebagimana telah didiskusikan pada pembahasan luka tembak,
bentuk alami terpotongnya arteri besar dan jantung oleh karena luka tusuk
menyebabkan perdarahan lebih lambat dibandingkan kerusakan yang sama
yang disebabkan luka tembak.
Pada keadaan tertentu, senjata yang tidak umum digunakan,
menyebabkan luka tusuk, lecet, atau bacok. Anak panah berburu yang
setajam silet yang umumnya dipakai jarak jauh, pernah juga dipakai untuk
menusuk korban dengan tangan. Potongan tajam gelas, botol pecah, dan
objek gelas lain yang tajam terkdang dipakai sebagai senjata untuk merobek
atau menusuk. Pisau bedah, jarum jahit, dan tonggak tajam dapat digunakan
sebagai senjata yang mematikan.
Beberapa catatan sebaiknya dibuat mengenai kerusakan yang tertutupi
oleh instrumen tajam yang dipakai sebagai sejata untuk menusuk. Jika pisau
bermata dua atau sejata sejenis digunakan, tepi pemotongan yang tajam
menyebabkan sudut tajam atau robekan dengan kaki-kaki bersudut akut.
Senjata bermata satu seringkali menyebabkan salah satu kaki luka bersudut
tajam dan yang satunya tumpul. Pemeriksaan pakaian korban penusukan
dapat memeberi perkiraan ciri-ciri senjata yang digunakan. Pemeriksaan
tersebut menjadi sangat penting nilainya apabila luka tusuk diperlebar oleh
dokter bedah untuk tujuan menilai luka secara lebih akurat untuk kepentingan
medikolegal. Pemeriksaan ini juga penting untuk menilai apakah senjata
benar-benar menembus pakaian hingga kelapisan dibawahnya. Beberapa
individu yang menggunakan senjata tajam untuk bunuh diri dapat membuka
sedikit bagian pakaiannya sehingga tidak akan ditemukan robekan tembus
pada pakaian. Tidak adanya kerusakan pada pakaian yang dipakai oleh
korban, padahal luka terdapat pada area yang tertutupi pakaian, dapat
menunjukkan bahwa kematian disebabkan masalah internal.
Terdapat 2 tipe luka oleh karena instrumen yang tajam dikenal dengan
baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban. ”tanda percobaan”
adalah insisi dangkal, luka tusuk atau luka bacok yang dibuat sebelum luka
yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut
seringkali terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di daerah
pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal
didekat luka tusuk dalam dan mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan,
luka bacok superfisial di kepala dapat terjadi sebelum ayunan yang keras dan
menyebabkan kehilangan kesadaran dan/atau kematian.
Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah ”luka
perlawanan”. Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan
bawah (jarang ditempat lain) dari korban sebagaimana ia berusaha
melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan menggenggam
bilah dari instrumen tajam.
Jelas bahwa ”tanda percobaan” merupakan ciri khas bunuh diri dan
”tanda perlawanan” menunjukkan pembunuhan. Bagaimanapun juga, boleh
saja berpikir bahwa luka lecet dapat ditemukan, umumnya pada leher atau
sekitar leher, disebabkan oleh penyerang pada kasus pembunuhan. Luka
lecet multipel di lengan bawah dapat pula, meskipun jarang, menjadi tanda
perlawanan, namun tampil seperti luka percobaan. Interpretasi dari tanda
perlawanan dan percobaan yang tampak sebaiknya disimpulkan setelah
pemeriksaan yang lengkap dan seksama.
c. Trauma tembak
Pada saat tembakan terjadi, dilepaskan tiga substansi berbeda dari
laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak terbakar, dan gas.
Gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bubuk mesiu yang memberikan
tekanan pada anak peluru untuk terlontar keluar dari senjata. Proses tersebut
akan menghasilkan jelaga. Ada bagian yang berbentuk keras seperti isi pensil
untuk menyelimuti bubuk mesiu. Sebenarnya tidak semua bubuk mesiu akan
terbakar; sejumlah kecil tetap tidak terbakar, dan sebagian besar lainnya
diledakkan keluar dari lubang senjta sebagai bubuk, yang masing-masing
memiliki kecepatan inisial sama dengan anak peluru atau misil lain. Massa
materi yang terlontar dari laras pada saat penembakan dapat menjadi patokan
jarak yang ditempuhnya. Gas, yang bersamanya juga terkandung jelaga,
sangat jelas dan dapat melalui jarak yang sangat pendek yang diukur dengan
satuan inch. Bubuk mesiu yang tidak terbakar, dengan massa yang lebih
besar, dapat terlontar lebih jauh. Tergantung kepada tipe bubuknya,
kemampuan bubuk mesiu untuk terlontar bervariasi antara 2-6 kaki (0,6-2 m).
Makin berat anak peluru tentu saja membuatnya terlontar lebih jauh menuju
target yang ditentukan atau tidak ditentukan.
Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat
digunakan dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari
tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai
berikut: untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan
atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami
luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai
dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka
tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. Seperti yang tertera pada tabel 1.
Perlu dicatat bahwa ciri-ciri yang terdapat pada tabel tersebut disebabkan
oleh senapan dan pistol, termasuk juga revolver dan pistol otomatis.
Luka tembak tempel
Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu
saat tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang
mendorong anak peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya
menimbulkan suara yang keras. Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan
tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada malam hari atau ruangan yang
gelap.
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi
antara gas dan anak peluru:
(1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu
(2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru
(3) ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan.
Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang
terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas
dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga
meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang
diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap
anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung
antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin banyak
gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak
gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah
keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat
dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan ekspansi gas
menuju jaringan yang lebih dalam.
Luka tembak jarak dekat
Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa
inch adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru.
Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan,
luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk
menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak dekat, bubuk mesiu
bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan disepanjang
saluran luka. ”kelim tato” yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak
tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh
jelaga.
Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan
membakar kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat
terlihat. Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun
jarang diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah
dan mudah diterbangkan sehingga tidak ditemukan kembali saat dilakukan
pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang disebabkan
senjata apapun.
Gambar 6 : Luka tembak dekat
Luka tembak jarak sedang
Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk
mesiu yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona
tato terdapat zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan
tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan
menghasilkan perdarahan kecil.
Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang
digunakan. Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka
ragam, tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan
bentuk pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur,
menyebabkan tato bentuk bintik-bintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan
lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato pada
gumpalan lebih halus.
Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak
tersebut, makin besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas
yang umum dipakai adalah dengan mengukur 2 koordinat, potongan
longitudinal dan transversal. Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan
menggunakan senjata yang sama, amunisis yang sama, kondisi lingkungan
yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis dengan korban, dapat
di ukur jarak tembak.
Jarak tempuh bubuk mesiu beraneka ragam. Bubuk mesiu yang
terbungkus dapat dibawa hingga 8-12 kaki. Namun kelim tato tidak akan
ditemukan lagi bila jarak tembak melebihi 4-5 kaki
Luka tembak jarak jauh
Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak
jauh. Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki.
Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat
beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk
sirkular atau mendekati sirkular.Tepi luka compang-camping. Jika anak
peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka tepi compang-
camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini
berguna untuk menentukan arah anak peluru.
Gambar 7 : Luka tembak jarak jauh
Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar
terhadap pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan
kemungkinan penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak.
Terdapat 4 pengecualian, yaitu :
1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan
sendiri oleh korban dari jarak jauh
2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel
yang mirip luka tembak jarak jauh
3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi
jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit
4) Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila
tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius
terhadap penyelidikan.
Luka tembak keluar
Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan
luka tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka
tembak masuk. Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti
celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka
tembak keluar tidak dapat di prediksi. Latar belakang variasi bentuknya
adalah sebagai berikut:
1) Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari
tempatnya masuk
2) Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh
sehingga memberi bentuk iregular saat keluar.
3) Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1
kesatuan melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki
jaket, maka jaket dapat terpisah komplit atau sebagian.
4) Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat
membuat fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama
anak peluru.
5) Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur
anatomi apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit
berhubungan dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya.
Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru
mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit
memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati
mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi. Teka-teki ilmiah
forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar.
Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila pada
luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat
pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil
(kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit.
Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada
pemakaian pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang
sangat ketat, bagian ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau
celana dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena
bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien
tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang keras.
Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak
tulang dan jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru
jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti
skapula dan ileum atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru
masuk ke dalam tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit
adalah penghalang kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru.
Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat
menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit
untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina,
dan rektum.
Perubahan luka pada trauma tembak
Ada beberapa kondisi yang bisa merubah gambaran luka tembak
dengan cepat. Perubahan itu dapat disebabkan antara lain oleh:
1. luka terbuka yang sudah mengering
2. proses pembusukan tubuh
3. penyembuhan dari luka itu sendiri
4. intervensi tenaga medis
5. intervensi bedah
6. intervensi oleh personel atau orang yang tidak profesional
7. pencucian atau pembersihan luka setelah korban mati
Residu senjata api
Istilah residu sebenarnya adalah sesuatu yang tersisa. Pada bagian
ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang memiliki arti yang sama
dengan residu. Tiap inevestigator akan cenderung tertarik melihat residu
senjata api dengan sudut pandang yang berbeda. Para petugas hukum akan
mengartikan residu dengan menghubungkan yang tersisa di tangan
penyerang dengan senjata api penyerang. Sedangkan ahli senjata lebih
tertarik dengan residu yang dihubungkan dengan senjata api yang digunakan.
Ahli patologi forensik menguraikan antara residu yang terdapat pada tubuh
korban dan luka tembak yang ditemukan.
Pokok persoalan mengenai residu senjata api ini cukup kompleks,
meliputi identifikasi, pengumpulan,pemeliharaan, dokumentasi, analisis, dan
interpretasi yang baik. Namun hal ini agak kurang dilakukan.
Secara tradisional, residu berarti bubuk sisa tembakan (bubuk mesiu)
yang terjadi akibat proses pembakaran. Ada beberapa macam bentuk residu
yang terdapat setelah proses penembakan menurut investigasi medikolegal.
Residu juga terdapat pada peluru tetapi jarang sekali berguna untuk
kepentingan forensik. Tetapi bubuk mesiu yang terdapat pada peluru
seringkali digunakan oleh pemeriksa medikolegal untuk menemukan jenis
senjata api yang digunakan.
Residu tersebut kadang terlihat dengan mata telanjang dan
digambarkan sebagai sebuah kelim tatto pada bagian tubuh korban. Sebagai
tambahan, bubuk mesiu peluru dan fragmennya bisa terlihat pada bagian atas
kulit atau bagian bawah kulit dan bisa juga tidak teridentifikasi. Studi mengenai
residu ini adalah baru awal, tidak pernah ada pertanyaan yang menganalisa
detail mengenai keberadaan residu pada luka tembak dalam atau luka tembak
luar pada bagian tubuh korban yang telah mengalami pembusukan.
Residu Senjata Api pada Tangan Tersangka
Petugas hukum biasanya menginginkan untuk mengecek tangan
tersangka pada kasus pembunuhan dengan luka tembak senjata api.
Sedangkan ahli patologi forensik mengecek tangan korban bunuh diri untuk
mendapatkan bukti tambahan bahwa memang kematian disebabkan oleh
korban sendiri. Ahli patologi forensik juga mendemonstrasikan hubungan
residu yang tertinggal dengan korban melalui bahasa tubuh (gesture) korban
yang bertahan atau terdapat perlawanan korban terhadap kontrol senjata
api.
Residu Senjata Api
Residu Asal Terlihat dengan mata
telanjang
Partikel bubuk Bubuk Ya
Jelaga Bubuk Ya
Grafit Bubuk Ya, sebagai jelaga
Karbonmonoksida Bubuk Ya sebagai
karboksihemoglobin
Karboksimioglobin Bubuk Ya sebagai karboksi
Fragmen / Kepingan Peluru Ya
Minyak pelumas Peluru Ya
Timah, antimoni, perak Peluru Tidak
Timah, barium, antimoni
primer
Peluru Tidak
Tembaga, besi Selongsong peluru Tidak
Residu pada tangan mungkin bisa terlihat, pada kasus ini keberadaan
residu harus dideskripsikan dan diobservasi, dan mungkin harus difoto dan
didokumentasikan. Pada kebanyakan kasus, residu tidak dapat terlihat dengan
mata telanjang. Ada teknik-teknik tertentu untuk melihat adanya residu. Teknik
pertama yang diperkenalkan sekitar tahun 1930an adalah teknik parafin.
Teknik ini mendemonstrasikan nitrat dengan menggunakan parafin untuk
mengumpulkan partikel. Nitrat mampu mengoksidasi substansi dari bubuk
mesiu dengan jumlah yang besar. Adanya partikel tersebut akan menyebabkan
efek warna setelah diberikan parafin. Tetapi teknik nitrat dengan menggunakan
parafin ini hanya bagus pada teori. Teknik ini tidak sensitif dan susah untuk
dilakukan (tidak praktis).
Dengan alasan yang tidak jelas, beberapa petugas hukum masih
melakukan tes parafin ini, dan laboratorium kriminal di AS juga masih
menggunakan prosedur ini.
Pada tahun 1960an, dikembangkan teknik aktivasi neutron yang lebih
digunakan dan akurat. Bahan yang diambil dari tangan dengan menggunakan
parafin atau larutan asam. Kemudian dilihat dengan sinar radiasi emisi neutron.
Radioaktif sekunder akan memisahkan partikel-partikel residu dengan teliti dan
akurat. Teknik ini sangat sensitif dengan membutuhkan sedikit residu.
Meskipun demikian hanya beberapa laboratorium di AS dapat mengerjakannya
karena biaya yang mahal.
Absorbsi percikan nyala api dari senjata api yang berupa partikel atom
merupakan salah satu cara untuk mendeteksi residu primer. Teknik ini
dilakukan menggunakan temperatur yang sangat tinggi untuk menguapkan
partikel metalik dari primer residu kemudian dinilai dengan spektrofotometri.
Teknik ini sangat cepat, sensitif, dan ekonomis. Teknik yang lain adalah
skanning dengan mikroskop elektron sebagai alat sentral analisis residu primer
yang dikembangkan oleh aerospace corporation.
Semua prosedur yang telah diterangkan diatas akan berguna apabila
pada tangan korban atau suspek dijaga dan dilindungi dengan cepat supaya
residu tidak hilang atau terkontaminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kertas, bukan plastik untuk menutupi bagian tangan sebelum
mendapat manipulasi atau perubahan posisi. Pada suspek hidup, tidak
dibenarkan bagi mereka untuk mencuci tangan, memasukkan tangan ke dalam
saku, atau menyentuh apapun.
Residu senjata api pada korban yang dihubungkan dengan pintu masuk
luka. Residu yang terlihat, seperti yang telah diterangkan diatas, dapat berupa
jelaga, minyak pelumas peluru, kelim tatto, bubuk mesiu, atau terkadang
berupa jelaga yang berasal dari celah silinder dari pistol. Residu yang tidak
terlihat bisa berupa material primer dan partikel metal yang telah menguap
yang berasal dari peluru, jaket, atau selongsong peluru.
Pada umumnya, residu yang dapat dilihat akan berdekatan dengan
masuknya luka (pintu masuk luka). Tepi luka yang rusak bisa tertutup oleh
residu dari senjata api apabila tembakan yang dilakukan pada jarak dekat.
Pada luka akibat tembakan, residu tidak terlihat secara eksternal, kecuali tepi
luka yang rusak itu berwarna kehitaman, hal itu terjadi karena deposit residu
peluru pada jaringan. Deteksi yang terbaik adalah dengan mengambil bagian
sekeliling kulit yang rusak akibat tembakan, dan termasuk lapisan subkutan
dan mungkin jaringan yang lebih dalam lagi untuk menemukan bubuk mesiu.
Hal ini sangat baik dilakukan dengan mikroskop dan dilakukan pada ruang
otopsi. Prosedur ini juga dilakukan untuk membedakan luka tembak dalam dan
luka tembak luar pada tubuh yang sudah membusuk atau berubah karena
dibakar, temabakan yang dilakukan dalam jarak dekat atau jarak jauh, dan luka
oleh kaliber 22.
Residu yang terlihat kadang bisa terlihat dengan pemeriksaan
histologis. Teknik ini digunakan untuk mencari adanya bubuk mesiu. Kemudian
setelah itu bisa dilakukan pemeriksaan nitrat atau nitrit. Menurut pengalaman
penulis, sejauh ini teknik ini lebih bermanfaat dibandingkan pemeriksaan
dengan mikroskop saja pada jaringan yang masih baru (fresh).
Pada saat pencarian residu yang tidak terlihat disekeliling tepi luka
tembak, pengambilan jaringan dan pemeriksaan dengan energi dispersi dari
alat-alat X-ray akan sangat menguntungkan. Dengan teknik ini komponen
primer dan jumlah yang sangat kecil dari deposit metal yang tersisa dari peluru,
jaket maupun selongsongnya bisa dideteksi semikuantitatif.
Residu dari senjata api bisa berupa gas karbonmonoksida. Gas ini
diproduksi akibat proses pembakaran bubuk mesiu. Ketika senjata kontak
dengan kulit, karbonmonoksida akan dideposit dibawah lapisan kulit dan
terdifusi pada jaringan. Gas karbonmonoksida akan bergabung dengan
hemoglobin darah dan mioglobin otot dan membentuk karboksihemoglobin dan
karboksimioglobin.
Deskripsi Luka Senjata Api
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api
bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban
masih hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai
tenggung jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat
darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement
dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat
pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti.,
setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena
singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali
dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka
secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari:
lokasi luka
ukuran dan bentuk defek
lingkaran abrasi
lipatan kulit yang utuh dan robek
bubuk hitam sisa tembakan, jika ada
tattoo, jika ada
bagian yang ditembus/dilewati
titik hitam atau tanda penyembuhan akibat bedah pengeluaran benda
asing dan susunannya
penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan,
pengguntingan rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan
luka
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat
darurat. Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami
perubahan akibat penanganan gawat darurat atau pihak lain. Sebagai
tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang
mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang
bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak tubuh mungkin
sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka
sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui
siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk
mengetahui gambaran luka sebenarnya.
Hal-hal yang penting dalam deskripsi luka tembak :
Lokasi
o jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri
garis pertengahan tubuh
o lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
Deskripsi luka luar
o ukuran dan bentuk
o lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
o luka bakar
o lipatan kulit, utuh atau tidak
o tekanan ujung senjata
Residu tembakan yang terlihat
o grains powder
o deposit bubuk hitam, termasuk korona
o tattoo
o metal stippling
Perubahan
o oleh tenaga medis
o oleh bagian pemakaman
Track
o penetrasi organ
o arah
depan ke belakang (belakang ke depan)
kanan ke kiri(kiri ke kanan)
atas ke bawah
o kerusakan sekunder
perdarahan
daerah sekitar luka
o kerusakan organ individu
Penyembuhan luka tembakan
o titik penyembuhan
o tipe misil
o tanda identifikasi
o susunan
Luka keluar
o Lokasi
o karakteristik
Penyembuhan fragmen luka tembak
Pengambilan jaringan untuk menguji residu
Deskripsi medikolegal harus lebih detail dan harus mencakup juga
perubahan yang terjadi oleh orang lain maupun karena reaksi penyembuhan.
6. Trauma fisik
Trauma thermis
Pada trauma thermis dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu luka bakar
yang dikarenakan thermis, kimia dan listrik. Trauma thermis biasa disebut luka
bakar, luka atau trauma ini dikarenakan berkenaan dengan sumber panas.
Secara garis besar trauma thermis terbagi menjadi dua bagian besar yaitu luka
bakar kering (dry heat) dan luka bakar cairan (moist heat). Dry heat biasa juga
desebut burn heat atau luka bakar. Dry heat mempunyai pengertian luka bakar
yang diakibatkan oleh persentuhan tubuh dengan api atau benda panas (bukan
cairan). Sedangkan moist heat kebalikan dari dry heat
Terdapat dua reaksi dari tubuh korban yang mengalami trauma thermis,
yaitu reaksi lokal dan reaksi sistemik. Pada reaksi lokal terdapat empat ciri – ciri
sebagai berikut :
o Eritem dengan cir i -c ir i : epidermis intak, kemerahan, sembuh
tanpa meninggalkan sikatriks.o Vesikel, bulla & bleps dengan albumin atau NaCl tinggi.
o Necrosis coagulativa dengan ciri-ciri : warna coklat gelap hitam dan sembuh
denganmeninggalkan sikatriks (litteken).
o Karbonisasi (sudah menjadi arang).Derajat luka bakar :Luka akibat suhu
tinggi (luka bakar)
Gambar 8 : luka bakar dengan karakteristik terdapat bulae
Derajat Luka Bakar.
Pada trauma thermis terdapat pembagian atau klasifikasi untuk
membedakan derajat trauma thermis tersebut. Dari klasifikasi ini ada beberapa
tujuan yaitu untuk penatalaksanaan dan memnentukan prognosis. Klasifikasi
tersebut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini :
Tingkat Luka Bakar Klinis Tusukan Jarum
I Hyperemia Hyperaesthesia
II A Basah, Bulla (+) Hyperaesthesia
II B Basah, Bulla, keputihan Hypoaesthesia
III Kering, putih, hitam Aesthesia
Gambar 9 : luka bakar derajat II
Pemeriksaan jenazah
Pada pemeriksaan diperlukan beberapa hal yaitu yang pertama
pemeriksaan TKP. Yang kedua memnentukan korban apakah masih hidup
ataukah mati jika korban masih hidup maka harus segera melakukan pertolongan
jika korban meninggal maka kita melanjutkan pemeriksaan yang lain. Yang ketiga
adalah menentukan perkiraan saat kematian dengan pemeriksaan lebam mayat,
kaku mayat, tnada – tanda pembusukan dan jika ada larva maka dilakukan
pemeriksaan larva
Cara Kematian dan Sebab Kematian
Pada trauma thermis ini cara kematian yang paling sering adalah
kecelakaan dan jarang pada kasus pembunuhan atau bunuh diri, untuk itu
penentuan cara kematian meliputi penyakit yang mungkin memyebabkan
kecelakaan, keadaan barang – barang disekitar korban dan apakah adanya
tanda kekerasan yang lain
Sebab kematian pada trauma thermis antara lain : syok hipovolemik,
syok neurogenik, kegagalan nafas dikarenakan adanya oedema laring,
keracunan gas karbon dioksida, keracunan gas karbonmonoksida, ulcus curling
dikarenakan kondisi stress sehingga release kortison berlebih, infeksi, dan gagal
ginjal akut yang dikarenakan perfusi ginjal yang sangat menurun sebab cairan
tubuh tereksavasasi ke interstisial.
7. Trauma Kimia
Trauma kimia adalah trauma yang disebabkan karena bahan kima. Bahan
kima yang paling sering menyebabkan trauma kimia ini adalah bahan kimia asam
kuat dan basah kuat. Ciri utama trauma akibat asam adalah kering, coklat
kemerahan dan pada perabaan teraba padat dan keras. Sedangkan trauma akibat
basa mempunyai ciri benkak, edema, warna coklat kemerahan, pada perabaan lunak
dan licin
Gambar 10 : trauma kimia karena asam kuat