tinjauan pustaka bab 2

Upload: fitri-munica

Post on 17-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tinjauan pustaka bab 2 K3

TRANSCRIPT

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Dewan K3 Nasional, program K3 adalah upaya untuk mengatasi ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja dan manajemen. Program ini meliputi administrasi dan manajemen, P2K3, kebersihan dan tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun, pencegahan kebakaran, keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi program (DK3N, 1993).

Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman, meliputi :

1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.

2. Membuat prosedur keamanan.

3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.

4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.

5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.

6. Rapat bulanan P2K3

7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.

8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat spesifik artinya program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat, ditiru, atau dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya. Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010).

Efektifitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja antara lain (Nasution, 2005) :

1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan menyusulkan rekomendasi bagi perbaikan. 2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum. 3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru. 4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.

Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (Nasution, 2005).Tujuan dan Sasaran Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja secara umum adalah mempercepat proses gerakan nasional K3 dalam upaya memberdayakan keselamatan dan kesehatan kerja guna mencapai kecelakaan nihil. Sasaran dari program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain : 1. Meningkatkan pengertian, kesadaran, pemahaman dan penghayatan K3 semua unsur pimpinan dan pekerja pada sutau perusahaan.

2. Meningkatkan fungsi manajemen K3 atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3. Mendorong terbentuknya manajemen K3 pada setiap perusahaan.

4. Mendorong pembinaan K3 pada sektor informal dan masyrakat umum.

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Defenisi Pelatihan K3

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan langkah penting dalam meningkatkan kemampuan dan prestasi kerja karyawan. Untuk meningkatkan sumber daya manusia diperlukan sebuah pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetisi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

keselamatan dan kesehatan kerja (Sastrohadiwiryo, 2002). Program pelatihan merupakan suatu keharusan bagi sebuah industri / perusahaan bila menghendaki hasil

yang lebih maksimal dari kinerja para pekerjanya. Pelatihan K3 adalah pengertian yang seksama tentang prosedur pelaksanaan tugas dan pengetahuan tentang bahaya-bahaya yang menyertai kinerja akan mengeliminasi berbagai kecelakaan (Sukarmin, 1997). Pelatihan merupakan proses membantu tenaga kerja untuk memperoleh efektifitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak (Sastrohadiwiryo, 2002). Dalam melaksanakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan (Ridley, 2008), antara lain :

1. Perkulihan dan percakapan

2. Video dan film

3. Peran yang langsung dimainkan oleh peserta pelatihan

4. Studi kasus

5. Diskusi kelompok

6. Latihan dan praktek di luar kelas

7. Pelatihan langsung di tempat kerjaJenis Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Soehatman Ramli (2010), pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Induksi K3

Induksi K3 yaitu pelatihan yang diberikan sebelum seseorang mulai bekerja atau memasuki tempat kerja. Pelatihan ini ditujukan untuk pekerja baru, pindahan, mutasi, kontraktor dan tamu yang berada di tempat kerja.

2. Pelatihan Khusus K3

Pelatihan ini berkaitan dengan tugas dan pekerjaan masing-masing pekerja. Misalnya pekerja di lingkungan pabrik kimia harus diberi pelatihan mengenai bahan-bahan kimia dan pengendaliannya.

3. Pelatihan K3 Umum

Pelatihan K3 umum merupakan program pelatihan yang bersifat umum dan diberikan kepada semua pekerja mulai level terbawah sampai manejemen puncak. Pelatihan ini umumnya bersifat awareness yaitu untuk menanamkan budaya atau kultur K3 di kalangan pekerja. Misalnya pelatihan mengenai dasar K3 dan petunjuk keselamatan seperti keadaan darurat dan pemadam kebakaran.Manfaat Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Widuri (1992) setiap program pelatihan kerja ada manfaatnya, demikian juga dengan pelatihan K3. Manfaat pelatihan K3 yaitu :

1. Meningkatkan ilmu dan keterampilan pekerja

2. Mengurangi kecelakaan kerja

3. Mengurangi absensi dan penggantian pekerja4. Mengurangi beban pengawasan

5. Mengurangi waktu yang terbuang

6. Mengurangi biaya lembur

7. Mengurangi biaya pemeliharaan mesin

8. Mengurangi keluhan-keluhan

9. Meningkatkan kepuasaan kerja

10. Meningkatkan produksi

11. Komunikasi yang baik

12. Kerjasama yang baikIndikator Keberhasilan Pelatihan K3

Untuk mengetahui efektifitas dari suatu pelatihan K3 dapat diukur dengan memperhatikan indikator keberhasilan pelatihan (Widuri, 1992), yaitu :

1. Prestasi kerja karyawan 2. Kedisplinan karyawan

3. Absensi karyawan

4. Tingkat kerusakan produksi, alat-alat dan mesin

5. Tingkat kecelakaan karyawan

6. Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu

7. Tingkat kerja sama karyawan

8. Tingkat upah karyawan

9. Prakarsa karyawan

10. Kepemimpinan dan kepuasaan manajerial.

Behavior Based Safety

Mempromosikan perilaku aman di tempat kerja merupakan bagian penting dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Scott Geller, 2001). Program behavior based safety digunakan untuk menggambarkan program yang berfokus pada perilaku pekerja sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Program behavior based safety akan mengidentifikasi pekerja yang berperilaku tidak aman kemudian mengarahkan pekerja tersebut untuk berperilaku aman pada saat bekerja (Krause, 2000).

Menurut Scott Geller (2001), behavior based safety adalah program dengan metode untuk mengubah perilaku pekerja dengan menggabungkan beberapa prinsip, yaitu :

a. Mendorong pekerja agar memiliki perilaku aman pada saat bekerja. b. Melakukan perbaikan secara terus-menerus jikalau pekerja belum dapat untuk berperilaku aman. c. Fokus pada perubahan perilaku bukan pada kecelakaan. Menurut Krause (2000), behavior based safety dilaksanakan dengan beberapa tahapan, yaitu :

1. Pengamatan di tempat kerja

Pengamatan atau observasi di tempat kerja dimulai dengan memantau perilaku pekerja selama bekerja. Pengamatan tersebut dilakukan oleh seorang pengamat yang telah ditunjuk oleh perusahaan. Seorang pengamat akan memuji perilaku aman yang dilakukan seorang pekerja.Lalu pengamat akan menjelaskan secara rinci perilaku berisiko yang pekerja lakukan. Kemudian pengamat meminta pekerja untuk memberi alasan mengapa ia menempatkan dirinya pada keadaan yang berisiko.

2. Pengumpulan data dan laporan awal

Hasil pengamatan yang diperoleh akan dikumpulkan dan menjadi laporan awal dalam pelaksanaan program behavior based safety. Laporan awal ini menjelaskan alasan mengapa seorang pekerja melakukan perilaku berisiko dan lokasi tempat kerja.

3. Laporan analisis dan rekomendasi

Laporan awal yang telah diterima akan dibahas dan dianalisis oleh perusahaan. Pembahasan tersebut akan menghasilkan sebuah rekomendasi untuk mengatasi perilaku berisiko pekerja, misalnya dengan menyediakan alat pelindung diri (APD). Pelaksanaan rekomendasi diharapkan dapat mengubah perilaku berisiko dan menghilangkan bahaya atau risiko di tempat kerja.

Stop Work Authority

Program stop work authority merupakan suatu program yang memungkinkan setiap karyawan yang menyaksikan suatu tindakan tidak aman atau merasa bahwa kondisi tidak menjamin operasi yang aman untuk segera menghentikan pekerjaan tanpa pertanyaan (Hanford, 2008). Tujuan dari program stop work authority adalah untuk memastikan bahwa semua pekerja diberikan tanggung jawab dan wewenang untuk berhenti bekerja ketika pekerja percaya bahwa ada situasi yang menempatkan mereka, rekan kerja, atau masyarakat pada risiko atau dalam bahaya buruk yang dapat mempengaruhikeamanan pengoperasian, menyebabkan kerusakan fasilitas, atau mengakibatkan pelepasan limbah ke lingkungan dan menyediakan metode untuk mengatasi masalah tersebut (Hanford, 2008). Menurut Scott Geller (2001), proses pelaksanaan stop work authority antara lain:

1. Stop work authority dilakukan jika suatu kondisi diyakini tidak aman, seperti :

a. Kondisi yang menempatkan pekerja, rekan kerja atau masyarakat dalam risiko atau bahaya.

b. Kondisi yang dapat mempengaruhi keamanan pengoperasian atau menyebabkan kerusakan fasilitas.

c. Kondisi yang mengakibatkan terjadinya pelepasan limbah ke lingkungan.

2. Memastikan pekerjaan dalam kondisi yang aman dan segera memberitahu pengawas/manajemen dan pekerja yang terkena ketika melakukan stop work authority.

3. Menyelesaikan setiap masalah yang telah mengakibatkan seorang pekerja berhenti kerja. Stop work authority dapat dilakukan untuk kondisi dengan kriteria :

1. Kondisi yang terjadi akan menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan pekerja.

2. Kondisi yang apabila dibiarkan terus-menerus dapat mempengaruhi keselamatan operasi atau menyebabkan kerusakan fasilitas.

3. Kondisi yang apabila dibiarkan terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya pembuangan limbah melebihi peraturan yang berlaku.

Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya (Cahyono, 2004). Menurut Sumamur (2009), alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja.

1. Jenis-jenis APD Alat-alat pelindung diri beraneka ragam macamnya. Jika digolongkan berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis-jenis alat pelindung

diri adalah sebagai berikut :

a. Alat Pelindung Kepala (Head Cover)

Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan. Tujuan pemakaian alat pelindung kepala adalah untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau benda keras, baik yang sifatnya jatuh, melayang atau meluncur termasuk melindungi diri dari panas radiasi bahan-bahan kimia korosif. Jenis pekerjaan yang memerlukan alat pelindung kepala misalnya pekerjaan di bawah mesin-mesin maupun pekerjaan di sekitar konduktor energy yang terbuka. Contoh alat pelindung kepala adalah topi plastik, topi plastik berlapis asbes, topi aluminium, dan topi logam.

b. Alat Pelindung Mata (Eye Protection)

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahaya karena percikan atau kemasukan debu-debu, gas-gas, uap, cairan korosif, partikel-partikel melayang atau terkena radiasi gelombang elektromagnetik.Alat pelindung mata terdiri dari 3 macam, yaitu :

1. Kaca mata biasa 2. Kaca mata goggles yaitu kaca mata yang tertutup semua, tetapi terdapat lubang-lubang kecil sebagi ventilasi. 3. Tameng muka

c. Alat Pelindung Telinga (Hearing Protection)

Alat pelindung telinga bekerja sebagai penghalang antara bising dan telinga dalam. Alat ini diperlukan apabila tingkat kebisingan di tempat kerja sudah mencapai 85 dB diatas 8 jam sehari.

Alat pelindung telinga terdiri dari 3 macam, yaitu :

1. Kapas. 2. Sumbat telinga (Ear Plugs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 25-30 dB. 3. Tutup telinga (Ear Muffs) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 10-15 dB lebih besar dari sumbat telinga. 4. Canal Caps

d. Alat Pelindung Pernapasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernapasan diperlukan di tempat kerja dimana udara didalamnya tercemar. Secara umum ada 2 macam alat pelindung pernapasan, yaitu :

1. Respirator atau Purifying Respirator.

Alat ini berfungsi untuk membersihkan udara yang akan dihirup oleh pekerja. Alat ini digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya penapasan debu, kabut, asap, gas dan uap.2. Breathing Apparatus atau Air Supply Respirator

Alat ini berfungsi untuk memberikan udara bersih atau oksigen kepada pekerja yang menggunakannya.

5. Alat Pelindung Tangan dan Jari-jari (Hand Gloves)

Alat pelindung tangan ini paling banyak digunakan, karena kecelakaan yang paling banyak terjadi pada tangan dari keseluruhan kecelakaan yang ada.

Menurut bentuknya, sarung tangan dapat dibedakan menjadi :

a. Sarung tangan biasa (Gloves) b. Sarung tangan yang dilapisi dengan plat logam (Grantlet) yang digunakan di lengan. c. Mitth, sarung tangan untuk 4 jari yang terbungkus.

6. Alat Pelindung Kaki (Foot Cover)

Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda berat, percikan asam dan basa yang korosif, cairan panas dan terinjak benda-benda tajam. Contoh alat pelindung kaki seperti sepatu kulit, sepatu karet, sepatu bot karet, sepatu anti slip, sepatu dilapisi baja, sepatu plastik, sepatu dengan sol kayu/gabus, pelindung betis, tungkai dan mata kaki.

7. Alat Pelindung Tubuh

Alat pelindung tubuh berupa pakaian dapat berbentuk apron yaitu pakaian pelindung tubuh yang menutupi sebagian tubuh mulai dari dada sampai lutut dan berbentuk overalls yaitu pakaian pelindung tubuh yang menutupi seluruh bagian tubuh.