tesis diajukan kepada magister psikologi untuk memenuhi...
TRANSCRIPT
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Temperamen Anak
terhadap Kecerdasan Emosi Anak Usia Sekolah
TESIS
Diajukan kepada Magister Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Magister Sains (M. Si)
Oleh:
Arni Mabruria, S. Pd. I
NIM: 2110070000010
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
ii
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Temperamen Anak
terhadap Kecerdasan Emosi Anak Usia Sekolah
TESIS
Diajukan kepada Magister Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Magister Sains (M. Si)
Oleh:
Arni Mabruria, S. Pd. I
NIM: 2110070000010
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
Dr. Risatianti Kolopaking, M. Psi.
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Temperamen Anak
terhadap Kecerdasan Emosi Anak Usia Sekolah” telah diajukan dalam sidang
munaqosyah Magister Sains Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal Juni 2013. Tesis ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M. Si).
Jakarta, Juni 2013
Sidang Munaqosyah
Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph. D Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si
NIP. 130 885 522 NIP. 19561223 198303 2 001
Anggota:
Dr. Risatianti Kolopaking, M. Psi.
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Arni Mabruria, S. Pd. I
NIM : 2110070000010
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh
Orangtua dan Temperamen Anak terhadap Kecerdasan Emosi Anak Usia
Sekolah” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan
tindakan plagiat dalam penyusunan tesis tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang
ada dalam penyusunan tesis ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya
dalam tesis. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai
dengan undang-undang jika ternyata tesis ini secara prinsip merupakan plagiat
atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Juni 2013
Yang menyatakan,
Arni Mabruria, S. Pd. I
v
Motto & Persembahan
Motto : ” Kesuksesan yang diraih bukan seberapa besar kelebihan yang ada pada
dirimu, tetapi seberapa cerdas atau kreatifnya kamu mengolah,
menggunakan dan menempatkan kelebihan tersebut. Sehingga dapat
bermanfaat bagi dirimu sendiri & orang lain”.
Persembahan : Ku persembahkan skripsi ini untuk orang-orang tersayang yang
tempatnya dihatiku takkan pernah tergantikan karena mereka aku bisa
seperti sekarang.
Ayahanda tersayang yang telah mendidikku untuk menjadi seseorang
yang tegar serta kelak berbakti kepada orang tua, nusa, bangsa, dan
agama.
Ibunda sebagai orang yang sangat aku sayangi yang telah memberikan
kasih sayangnya kepadaku dari kecil hingga dewasa dan yang terus
berdo’a untuk keselamatan dan keberhasilan anak-anaknya.
Saudariku tersayang Amrina Rosyada dan Rini Aulia serta keluarga
besarku yang selalu memberi motivasi dan senantiasa berdo’a untukku.
Suamiku yang ku sayangi dan menjadi teman sejatiku dalam
menemani dan jalani hidup suka dan duka bersamaku sampai
kapanpun tiada henti, serta senantiasa memberi inspirasi dan support
hingga aku dapat tetap tegar dan sabar dalam menjalani semuanya.
Anandaku buah hati dan kebanggaanku yang tersayang.
vi
ABSTRAK
A) Magister Sains Psikologi
B) Juni 2013
C) Arni Mabruria, S. Pd. I
D) Pengaruh pola asuh orang tua dan temperamen anak terhadap kecerdasan
emosi anak usia sekolah
E) xv + 71 Halaman + 23 Lampiran
F) Pola asuh orang tua dan temperamen anak memiliki peran penting dalam
meningkatkan kecerdasan emosi anak usia sekolah. Peran tersebut pada
penelitian sebelumnya masih dibuktikan secara terpisah dan belum ada yang
mencoba melihat pengaruh tersebut secara bersama. Untuk itu, penelitian ini
secara umum bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh bersama
pola asuh orang tua dan temperamen anak terhadap kecerdasan emosi anak
usia sekolah. Responden penelitian ini berjumlah 126 pasangan anak dan
ibunya, dimana anak-anak yang diteliti tersebut berusia antara 10-12 tahun.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan teknik non probability sampling. Instrumen penelitian ini ialah
skala kecerdasan emosi dari Emotional Intelligence Questionnaire Child
Short Form (TEIQue-CSF), skala pola asuh dari Parental Authority
Questionnaire (PAQ), dan skala temperamen dari School-Age Temperament
Inventory (SATI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua dan temperamen anak
terhadap kecerdasan emosi anak, namun ada kecenderungan yang
menunjukkan arah positif yang paling dominan pada pola asuh authoritative
dan temperamen energy. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan
agar meninjau faktor-faktor lain yang lebih dominan dapat mempengaruhi
kecerdasan emosi seperti usia, kondisi fisik dan kesehatan, jenis kelamin, IQ,
interaksi dengan guru dan teman sebaya, perbedaan etnis, tingkat ekonomi
serta pendidikan orang tua.
G) Kata kunci : Kecerdasan Emosi, Pola Asuh Orang Tua, Temperamen Anak.
H) 53 buku + 47 artikel ilmiah
vii
ABSTRACT
A) Master of Science in Psychology
B) June 2013 C) Arni Mabruria, S. Pd. I
D) The influence of parenting and child temperament on emotional
intelligence of school-age children. E) xv + 71 Pages + 23 Appendixes F) Parenting and child temperament have an important role in improving the
emotional intelligence of school-age children. The role, in previous study,
was demonstrated separately and no one had tried to see the effect of such
parenting and child temperament in one occasion. For this reason, this
research generally aims to measure how much the influence of parenting
and child temperament on the emotional intelligence of school-age
children. The respondents of this research are totally 126 consisting of
children and their mothers, of whom the children are aged between 10-12
years. The sampling technique used in this research is non-probability
sampling technique. The instrument of this research is the emotional
intelligence scale of Emotional Intelligence Questionnaire Child Short
Form (TEIQue-CSF), parenting scale of Parental Authority
Questionnaire (PAQ), and the temperament scales of School-Age
Temperament Inventory (SATI). The result of this research shows that
there is no significant relationship between parenting and child
temperament on children's emotional intelligence, but there is a trend that
shows positive direction which is the most dominant on the authoritative
parenting and temperament of energy. For future studies, I suggested that
other more dominant factors affecting emotional intelligence such as age,
physical condition and health, gender, IQ, interaction with teachers and
peers, ethnic differences, economic and educational level of the parents
are examined carefully. G) Keywords: Emotional Intelligence, Parenting, Child Temperament.
H) 53 books + 47 scientific articles
viii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang mendalam penulis ucapkan kehadirat Allah SWT sang
pemberi inspirasi dan kesabaran, senandung shalawat dan salam atas junjungan
umat Islam Nabi besar Muhammad SAW, akhirnya penulisan tesis ini dapat
diselesaikan. Hal ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak, baik bantuan moral
maupun spiritual.
Untuk itu, melalui tulisan ini perlu disampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah turut membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan ini disampaikan kepada :
1. Seluruh pihak Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan Magister
Sains Psikologi Jakarta. Mulai dari Dekan kami, bapak Jahja Umar, yang
mmeberikan kami kepercayaan besar untuk menyusun tesis dengan standar
yang amat baik ini hingga seluruh jajaran dekanat tercinta, dosen-dosen yang
telah mewariskan ilmu yang amat bermanfaat bagi kami, serta tidak lupa pula
staf-staf akademik yang senantiasa kami buat repot.
2. Ibu Risatianti Kolopaking selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu dan mencurahkan tenaga serta pemikirannya dalam penyusunan dan
penyelesaian tesis ini.
3. Kepala Sekolah beserta dewan guru dan karyawan SDIT Darul Muttaqin
Parung Bogor yang telah memberikan izin penelitian dan informasi yang
dibutuhkan selama penelitian.
ix
4. Keluarga tercinta: Ayahanda (Ariffurrahman, S.Ag), ibunda (Rohisun),
suamiku (Abdullah Fikri), anandaku (Faqih Alwaizh), serta adinda (Amrina
Rosyada dan Rini Aulia) yang telah memberikan doa dan motivasi dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Sahabat-sahabat Magister Sains Psikologi angkatan 2010, serta rekan-rekan
mahasiswa/i seperjuangan lainnya.
Semoga bantuan tersebut akan menjadi amal shaleh dan dapat diterima
Allah SWT, sebagai bekal dan mendapatkan pahala di sisi-Nya. Amin Ya Rabbal
Alamin.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang
bersifat membangun dan konstruktif demi penyempurnaan tesis ini.
Jakarta, Juni 2013
Penyusun,
Arni Mabruria, S. Pd. I
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
ABSTRACT .......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... i x
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1-7
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 7
xi
BAB 2 LANDASAN TEORI ..................................................................... 8-28
2.1 Kecerdasan Emosi .......................................................................... 8
2.1.1 Defenisi Kecerdasan Emosi ................................................... 8
2.1.2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosi ............................................ 11
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ......... 12
2.1.4 Pengukuran Kecerdasan Emosi ............................................. 15
2.2 Pola Asuh ......................................................................................... 15
2.2.1 Defenisi Pola Asuh ................................................................ 15
2.2.2 Aspek-aspek Pola Asuh .......................................................... 17
2.2.3 Dimensi Pola Asuh ................................................................ 18
2.2.4 Faktor faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh ....................... 19
2.2.5 Pengukuran Pola Asuh ........................................................... 22
2.3 Temperamen .................................................................................... 22
2.3.1 Defenisi Temperamen ............................................................. 22
2.3.1 Klasifikasi Temperamen ......................................................... 24
2.3.3 Dimensi Temperamen ............................................................. 24
2.3.4 Pengukuran Temperamen ....................................................... 25
2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................... 25
2.5 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 28
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................... 29-59
3.1 Populasi dan Sampel ....................................................................... 29
3.2 Variabel Penelitian .......................................................................... 29
3.3 Uji Validitas Instrumen ................................................................... 35
xii
3.3.1 Uji Validitas Konstruk Skala Kecerdasan Emosi ................... 37
3.3.2 Uji Validitas Konstruk Skala Pola Asuh ................................. 40
3.3.3 Uji Validitas Konstruk Skala Temperamen ............................ 47
3.4 Prosedur Penelitian ....................................................................... 55
3.5 Metode Analisis Data .................................................................... 56
BAB 4 HASIL PENELITIAN .....................................................................60-66
4.1 Karakteristik Sampel Penelitian .................................................... 60
4.2 Uji Hipotesis Penelitian ................................................................. 61
4.2.1 Analisis Regresi Berganda ...................................................... 61
4.2.2 Pengujian Proporsi Varians IV ................................................ 63
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN .................................. 67-71
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 67
5.2 Diskusi .......................................................................................... 68
5.3 Saran ............................................................................................. 71
5.3.1 Saran Teoritis ........................................................................... 71
5.3.2 Saran Praktis ............................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rincian Defenisi Operasional Variabel ....................................... 30
Tabel 3.2 Penjelasan Aspek dan Item Skala Kecerdasan Emosi ................. 32
Tabel 3.3 Penjelasan Aspek dan Item Skala Pola Asuh ............................... 33
Tabel 3.4 Penjelasan Aspek dan Item Skala Temperamen .......................... 34
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Kecerdasan Emosi ....................................... 39
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Authoritarian ............................................... 41
Tabel 3.7 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Authoritarian ..... 42
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Permissive ................................................... 44
Tabel 3.9 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Permissive ......... 44
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Authoritative ............................................. 46
Tabel 3. 11 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Authoritative .... 46
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Negative Reactivity ................................... 48
Tabel 3.13 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran NR .................... 48
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Task Persistence ........................................ 50
Tabel 3.15 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran TP .................... 50
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Approach ................................................... 52
Tabel 3.17 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Approach ......... 52
Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Energy ....................................................... 54
Tabel 3.19 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Energy ............. 54
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian ................................................... 60
Tabel 4.2 R Square ....................................................................................... 61
Tabel 4.3 ANOVA Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ....................... 62
Tabel 4.4 Koefisien Regresi ......................................................................... 63
Tabel 4.5 Kontribusi Proporsi Varians IV terhadap DV .............................. 64
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian .................................................... 27
Gambar 3.1 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik KE .................................. 38
Gambar 3.2 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Authoritarian ................. 41
Gambar 3.3 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Permissive ...................... 43
Gambar 3.4 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Authoritative ................... 45
Gambar 3.5 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik NR ................................... 47
Gambar 3.6 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik TP ................................... 49
Gambar 3.7 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Approach ........................ 51
Gambar 3.8 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Energy ............................ 53
Gambar 3.9 Skema Hipotesis Penelitian ....................................................... 56
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A Kuesioner Try Out .................................................................................... 1
B Kuesioner Field Test ................................................................................. 8
B1 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Kecerdasan Emosi ........................ 15
B2 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Pola Asuh ..................................... 16
B3 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Temperamen ................................. 19
C Hasil Statistik Uji Kontribusi Varians IV terhadap DV ............................ 23
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN TEMPERAMEN ANAK
TERHADAP KECERDASAN EMOSI ANAK USIA SEKOLAH
TESIS
Diajukan kepada Magister Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Magister Sains (M. Si)
Oleh:
Arni Mabruria, S. Pd. I
NIM: 2110070000010
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kajian dan perhatian terhadap pembangunan sumberdaya manusia yang
berkualitas menghantarkan kepada kajian yang lebih spesifik yaitu faktor yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pertumbuhan
anak yang optimal dapat menciptakan manusia yang berkualitas. Keberhasilan
perkembangan anak ditentukan oleh beberapa aspek yaitu fisik, kognitif, afektif,
emosi, serta aspek sosial. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), kemampuan dan
bakat seorang anak muncul bukan hanya ditentukan oleh faktor bawaan saja tetapi
juga ditentukan oleh stimulasi sejak dini, makanan yang cukup bergizi, kesehatan
yang baik, hubungan orang tua yang harmonis, dan pendidikan yang cukup serta
lingkungan yang menunjang.
Anak pada masa school-age tidak hanya mampu memahami dan
merespon perasaan mereka sendiri tetapi mereka juga sudah mampu
memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Menurut Papalia dkk, (2007)
pada usia 8-10 tahun, anak sudah mampu mengintegrasikan rangkaian emosi
positif dan negatif. Anak dapat memahami bahwa dirinya memiliki dua
perasaan yang saling bertolak belakang pada saat yang bersamaan. Pada usia
11 tahun, anak sudah mampu mendeskripsikan perasaan yang dirasakannya,
dan kemampuan tersebut menurut Salovey dan Mayer (1990) merupakan
kecerdasan emosi. Dengan demikian perkembangan emosional anak sekolah
mencapai taraf penyesuaian tingkah laku dengan apa yang diharapkan oleh
lingkungannya.
2
Namun fenomena yang terjadi saat ini, secara emosional anak usia sekolah
(10-12 tahun) cenderung mengalami gangguan psikologis seperti bersifat agresif,
manja, memiliki perasaan cemas, mudah iri dan merasa tersaingi oleh teman
sebaya serta sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial disekitarnya. Hal
tersebut dikhawatirkan berlanjut sampai tahapan perkembangan anak selanjutnya,
karena tidak berhenti pada satu tahap tertentu, namun mengikuti terus sampai
anak menjadi dewasa. Jika ini terjadi, maka anak akan mengalami stagnasi dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
Kecerdasan emosi bukan merupakan hasil sesaat melainkan hasil stimulasi
sejak dini yang berkaitan dengan sosialisasi atau pengasuhan dalam keluarga. Pola
p e n g asuhan orang tua dalam keluarga sangat penting, karena orang tua sebagai
pembentuk kepribadian anak. Pola asuh yang keliru dapat menjadikan anak
bermasalah (Gottman & DeClaire, 1997).
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sikap, pengasuhan dan
kondisi orang tua baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi kemampuan pengendalian emosi anak. Eisenberg (1986)
menemukan bahwa perilaku emosional orang tua berpengaruh pada perilaku
pengendalian diri anak. Hasil penelitian Collins dan Kuczaj (1991) yang
menunjukkan bahwa pola asuh orang tua (parenting style) memiliki pengaruh
yang besar terhadap perkembangan anak.
Penelitian lain yang dilakukan Shields (1991) menunjukkan bahwa anak-
anak yang diperlakukan tidak baik (maltreated) menunjukkan perilaku sulit
menyesuaikan diri (maladaptive) daripada anak-anak yang diperlakukan dengan
baik. Perilaku maladaptive tersebut adalah ketidakmampuan mengendalikan
3
amarah dan tidak mau berteman sedangkan perilaku yang adaptive adalah
perilaku prososial dan suka berteman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perlakuan orang tua pada anak mempengaruhi perilaku adaptasi anak.
Hasil penelitian Chang (2006) di Cina menunjukkan bahwa perlakuan
kasar dari orang tua berpengaruh secara langsung atau tidak langsung pada
pengendalian emosi anak dan mempengaruhi agresivitas anak di sekolah (dalam
Sarwono, 2007).
Dari beberapa hasil penelitian menun jukkan bahwa perlakuan atau pola
asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya berpengaruh besar terhadap
kecerdasan emosi anak.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kecerdasan emosi anak ialah
kepribadian. Perkembangan kepribadian seseorang meliputi beberapa aspek, baik
aspek alami genetis (nature) maupun aspek bimbingan lingkungan (nurture).
Aspek kepribadian yang bersifat alamiah (genetic) lebih pada sistem kerja
susunan saraf otak yang akan menghasilkan kecenderungan-kecenderungan
temperamen dan hasrat (dorongan) hormonal (Goleman, 2003).
Menurut Santrock (2009) temperamen adalah gaya prilaku dan cara khas
pemberian respons seseorang. Beberapa variasi temperamen anak antara lain ada
siswa yang aktif, sedangkan yang lainnya tenang, dan ada siswa yang memberikan
respons hangat untuk orang-orang, sedangkan yang lainnya cerewet dan resah.
Para ilmuwan yang mempelajari temperamen berusaha mencari cara-cara
terbaik untuk mengklasifikasikan temperamen (Saucier & Simonds, 2006; Shiner,
2006). Klasifikasi yang paling terkenal dikemukakan oleh Alexander Chess dan
Stella Thomas (Chess & Thomas, 1977; Thomas & Chess, 1991) yang
4
menyebutkan bahwa ada tiga gaya dasar atau kelompok temperamen yaitu: anak
bertemperamen mudah, anak bertemperamen sulit, anak bertemperamen lambat.
Temperamen yang sulit atau temperamen yang mencerminkan kurangnya
pengendalian, bisa memberikan banyak masalah untuk seorang siswa. Dalam
sebuah studi, para remaja yang memiliki temperamen yang sulit mengalami
insiden penyalagunaan narkoba dan peristiwa yang penuh dengan tekanan yang
luar biasa tinggi (Tubman & Windle, 1995). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa temperamen merupakan faktor internal yang dapat
mempengaruhi kecerdasan emosi anak.
Berangkat dari fenomena di lapangan dan beberapa hasil penelitian di atas,
untuk itu peneliti ingin mengkaji dalam kaitannya satu dengan yang lain antara
pola asuh orang tua dan temperamen anak dengan kecerdasan emosi anak secara
bersama.
1.2 Batasan Masalah
1.2.1. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengenali dorongan pribadi
dan lingkungan sosial dimana individu berada. Sehingga mampu
mengakomodasinya dengan tindakan yang efektif (Goleman, 2002; Salovey &
Mayer, 1990; Cooper & Sawaf, 2002).
Kecerdasan emosi anak usia sekolah (10-12 tahun) dalam penelitian ini
diukur menggunakan alat ukur Trait Emotional Intelligence Questionnaire-Child
Short Form yang dibuat oleh Mavroveli (2002) terdiri dari 36 item pernyataan
(Petrides, Sangareau, Furnham, & Fredericson, 2006).
5
1.2.2. Pola Asuh
Menurut Baumrind (1971) pola asuh orang tua dinyatakan sebagai
sebuah cara bagaimana orang tua menanggapi kebutuhan dan tuntutan anak, serta
cara mereka mendisiplinkan anak. Pola pengasuhan orang tua dibagi menjadi tiga
yaitu authoritarian, permissive, dan authoritative (Baumrind, 1971).
Secara operasional pola asuh orang tua diukur dengan melihat skor
Parental Authority Questionnaire yang dibuat oleh Buri (1991) yang terdiri dari
30 item pernyataan (Altobello, Hupp, Reitman, & Rhode, 2002).
1.2.3. Temperamen
Secara konseptual temperamen anak dinyatakan sebagai karakteristik
individu anak dalam merespon, mendekati dan bereaksi terhadap orang dan situasi
(Allport, 1937; Santrock, 2009; Chaplin, 1995; Corsini, 2002).
Secara operasional temperamen anak usia sekolah diukur dengan melihat
skor School-Age Temprament Inventory yang dibuat oleh McClowry (1995) yang
terdiri dari 38 item pernyataan meliputi aspek negative reactivity, task persistence,
approach, dan energy (McClowry, Halverson, & Sanson, 2003).
1. 3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian dapat dirinci ke dalam beberapa
pertanyaan berikut:
1. Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosi anak?
2. Bagaimana pengaruh temperamen anak terhadap kecerdasan emosi anak?
6
3. Bagaimana pengaruh pola asuh orang tua dan temperamen anak terhadap
kecerdasan emosi anak?
4. Seberapa besar pengaruh pola asuh orang tua dan temperamen anak terhadap
kecerdasan emosi anak?
1. 4 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur pengaruh pola
asuh orang tua dan temperamen anak terhadap kecerdasan emosi anak usia
sekolah.
Adapun tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengukur pengaruh pola asuh orang tua authoritarian terhadap
kecerdasan emosi anak.
2. Untuk mengukur pengaruh pola asuh orang tua permissive terhadap
kecerdasan emosi anak.
3. Untuk mengukur pengaruh pola asuh orang tua authoritative terhadap
kecerdasan emosi anak.
4. Untuk mengukur pengaruh temperamen negative reactivity terhadap
kecerdasan emosi anak.
5. Untuk mengukur pengaruh temperamen task persistence terhadap kecerdasan
emosi anak.
6. Untuk mengukur pengaruh temperamen approach terhadap kecerdasan emosi
anak.
7. Untuk mengukur pengaruh temperamen energy terhadap kecerdasan emosi
anak.
7
1. 5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah:
1. Dari segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi mahasiswa psikologi dan dapat memperkaya wawasan serta
hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai
pentingnya pola asuh yang dilakukan oleh orang tua dalam mengembangkan
kecerdasan emosi anak.
2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
memberikan informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah
dan guru dalam upaya membimbing dan melatih serta memotivasi anak untuk
mengembangkan tingkat kecerdasan emosional yang dimilikinya.
1. 6 Sistematika Penulisan
Bab 1 : Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penelitian.
Bab 2 : Landasan teori meliputi sub bab kecerdasan emosi, sub bab yang
menjadi model analisis, dan kerangka berpikir serta hipotesis.
Bab 3 : Metode Penelitian meliputi partisipan penelitian, metode pengumpulan
data, uji instrument, metode analisa data, dan uji validitas.
Bab 4 : Hasil penelitian meliputi karakteristik partisipan, deskripsi data
penelitian, uji hipotesis penelitian, dan pengujian proporsi varians IV.
Bab 5 : Penutup meliputi kesimpulan, diskusi, dan saran.
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kecerdasan Emosi
2.1.1 Definisi Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman (2002) kecerdasan emosional merupakan kemampuan
seseorang mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi dan membina hubungan dengan orang lain. Teori senada oleh
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa terdapat lima pokok utama
dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola
emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu
merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat
menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
Salovey dan Mayer (1990) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau
perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah
semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan
tindakan.
Menurut Bar-On (dalam Stein & Book, 2002) kecerdasan emosi
merupakan kemampuan, kompetensi dan kecakapan non-kognitif yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan
tekanan lingkungan. Jadi kecerdasan emosi ialah kemampuan seseorang
untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang
lain di sekitarnya
9
Penelitian terdahulu, konstruk teori kecerdasan emosi terbagi dalam tiga
model (Banchard & Hakstian, 2004; Goldenberg, Matheson, & Matler, 2006;
Livingstone, Foster, & Smither, 2002; Pike, Hills & MacLennan, 2002),
diantaranya:
a. Model Kemampuan (Ability EI Model)
Model kemampuan berfokus pada kemampuan kognitif yang berkaitan
dengan emosi, maka dari itu kecerdasan emosi dipandang sebagai
kemampuan yang termanifestasikan dalam tingkah laku adaptif. Ahli yang
mengembangkan model ini ialah Salovey dan Mayer (1990), menurut mereka
kecerdasan emosi terbagi dalam empat kemampuan, diantaranya:
1. Mendeteksi emosi (perceiving emotions)
2. Menggunakan emosi (using emotions)
3. Memahami emosi (understanding emotions)
4. Mengendalikan emosi (managing emotions)
b. Model Karakter (Trait EI Model)
Model ini berfokus pada kaitan karakter kepribadian dan emosi, maka dari itu
kecerdasan emosi dipandang sebagai persepsi individu mengenai kemampuan
emosinya (emotional ability). Ahli yang mengembangkan model ini ialah
Petrides, Furnham, dan Mavroveli (2000; 2001; 2003), menurut mereka
kecerdasan emosi terbagi dalam empat faktor, yaitu:
1. Kesehatan (well being)
2. Kontrol diri (self control)
3. Emosionalitas (emotionality)
4. Sosiabilitas (sociability).
10
c. Model Kombinasi (Mixed Model of EI)
Model ini dikatakan sebagai model kombinasi, karena merupakan gabungan
dari dua model diatas. Kecerdasan emosi dalam model ini dipandang sebagai
serangkaian kecakapan dan keterampilan yang dapat mempengaruhi performa
dalam memimpin (leadership performance). Ahli yang mengembangkan
model ini adalah Goleman (1995; 1997), menurutnya kecerdasan emosi
terbagi dalam empat konstruk, diantaranya:
1. Kesadaran diri (self awareness)
2. Pengaturan diri (self management)
3. Kesadaran sosial (social awareness)
4. Pengaturan hubungan (relation management).
Berdasarkan uraian diatas dan fokus penelitian ialah karakter kepribadian
dan emosi, maka model yang digunakan dalam penelitian ini ialah model karakter
(trait EI model).
2.1.2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Menurut Mavroveli, Petrides, Shove dan Whitehead (2008) aspek
kecerdasan emosi untuk anak, diantaranya:
1. Adaptability: kemampuan anak dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial disekitarnya.
2. Affective disposition: frekuensi dan intensitas emosi yang mereka alami.
3. Emotion expression: bagaimana mereka dapat mengekspresikan emosi
mereka
11
4. Emotion perception: seberapa akurat mereka mengidentifikasi mereka
sendiri dan emosi orang lain.
5. Emotion regulation: seberapa baik mereka dapat mengontrol emosi
mereka.
6. Low impulsivity: bagaimana efektif mereka dapat mengendalikan diri.
7. Peer relations: kualitas hubungan mereka dengan teman sekelas
8. Self - esteem: persepsi diri mereka - layak.
9. Self motivation: bagaimana mereka motivasi diri mereka.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keceradasan emosional meliputi: (1) Faktor yang bersifat bawaan Genetik. Faktor
yang bersifat bawaan genetik misalnya temperamen. Temperamen atau pola emosi
bawaan lahir dapat dirubah sampai tingkat tertentu melalui pengalaman, terutama
pengalaman pada masa kanak-kanak, dimana anak diberi kesempatan untuk
menghadapi sendiri masalah yang ada, kemudian dibimbing menangani
kekecewaannya sendiri dan mengendalikan dorongan hatinya dan berlatih empati.
(2) Faktor yang berasal dari lingkungan Kehidupan keluarga merupakan sekolah
pertama kita untuk mempelajari emosi, dalam lingkungan yang akrab ini kita
belajar begaimana merasakan perasaan kita sendiri dan bagaimana orang lain
menanggapi perasaan kita, bagaimana berfikir tentang perasaan ini dan pilihan-
pilihan apa yang kita miliki untuk bereaksi, serta bagaimana membaca dan
mengungkap harapan dan rasa takut. Sedangkan menurut Dinkmeyer (1965)
faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi anak adalah faktor kondisi
12
fisik dan kesehatan, tingkat intelegensi, lingkungan sosial, dan keluarga.
Menurut Le Dove (dalam Goleman, 1997) mengemukakan bahwa
terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang
antara lain:
1. Fisik. Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh
terhadap kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya.
a. Korteks. Konteks berperan penting dalam memahami sesuatu secara
mendalam, menganalisis mengapa mengalami perasaan tertentu dan
selanjutnya berbuat sesuatu untuk mengatasinya. Konteks khusus
lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai saklar peredam yang
memberi arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu.
b. Sistem limbic. Bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang
letaknya jauh didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung
jawab atas pengaturan emosi dan implus. Sistem limbic meliputi
hippocampus, tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi dan
tempat disimpannya emosi. Selain itu ada amygdala yang dipandang
sebagai pusat pengendalian emosi pada otak.
2. Psikis. Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga
dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
berbagai faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi, diantaranya: (1) faktor
internal yaitu fisik (korteks dan sistem limbik), dan psikis (intelligence dan
genetik), (2) faktor eksternal meliputi lingkungan formal, informal, dan
nonformal (Goleman, 2001; Dinkmeyer, 1965).
13
2.1.4 Pengukuran Kecerdasan Emosi
Trait Emotional Intelligence Questionnaire merupakan bagian integral
dari program penelitian akademik, dan instrumen pengukuran ilmiah secara
khusus terhadap kecerdasan emosional model trait (Mavroveli & Petrides, 2002).
Adapun jenis instrument dari TEIQue sebagai berikut: usia 8-12 tahun (TEIQue-
CF dan TEIQue-CSF), usia 12-17 tahun (TEIQue-SF, TEIQue-AF, TEIQue-ASF),
dan usia 17 tahun ke atas (TEIQue v. 1.50, TEIQue-360, TEIQue-360S).
(www.psychometriclab.com)
Untuk mengukur variabel kecerdasan emosi anak usia SD (10-12 tahun)
dalam penelitian ini menggunakan instrument pengukuran Trait Emotional
Intelligence Questionnaire-Child Short Form yang dicetus oleh Mavroveli (2002),
yang terdiri dari 36 item pernyataan.
2. 2 Pola Asuh
2.2.1 Definisi Pola Asuh
Secara umum, pola pendekatan dan interaksi orang-tua dengan anak dalam
pengelolaan pendidikan keluarga, lazim disebut pola asuh keluarga (Dantes,
1992). Pola asuh menurut Darling (1999) adalah aktivitas kompleks yang
melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja secara individual dan bersama-
sama untuk mempengaruhi anak. Menurut Harrington dan Whifing (dalam
Zahrah, 2004) pola asuh adalah interaksi antara pengasuh dan anak, yang meliputi
pemeliharaan, menanamkan kepercayaan, cara bergaul.
Tarmudji (2001) mengatakan pola asuh orang tua adalah interaksi antara
orang tua dengan anaknya selama mengadakan pengasuhan. Menurut Brooks
14
(dalam Lazzarini, 2000) pola asuh adalah proses yang didalamnya terdapat unsur
melindungi, dan mengarahkan anak selama masa berkembangannya. Sedangkan
menurut Huxley (2002) pola asuh merupakan cara di mana orangtua
menyampaikan / menetapkan kepercayaan mereka tentang bagaimana menjadi
orangtua yang baik atau buruk. Jadi, pola interaksi antara orangtua dengan anak
dalam sebuah keluarga untuk mengajar, membimbing dan mendidik dengan suatu
tujuan tertentu dinamakan pola asuh atau gaya pengasuhan (parenting style).
2.2.2 Aspek-aspek Pola Asuh
Menurut Baumrind (dalam Berk, 1994) membedakan pola asuh menjadi :
a. Authoritarian
Pengasuhan yang otoriter ialah suatu gaya membatasi dan menghukum yang
menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Orang tua yang
otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang
besar kepada anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah). Pengasuhan yang
otoriter diasosiasikan dengan inkompetensi sosial (Santrock, 1995).
Orangtua yang bergaya authoritarian meyakini bahwa seorang anak akan
menerima dengan baik setiap perkataan atau setiap perintah orangtuanya,
setiap anak harus melaksanakan tingkah laku yang dipandang baik oleh
orangtuanya (Baumrind, 1967).
Gaya pengasuhan orangtua yang demikian sangat berpotensi menimbulkan
konflik dan perlawanan seorang anak, terutama saat anak sudah menginjak
masa remaja, atau sebaliknya akan menimbulkan sikap ketergantungan
seorang remaja terhadap orangtuanya (Rice, 1996), anak akan kehilangan
15
aktivitas kreatifnya, dan akan tumbuh menjadi anak yang tidak efektif dalam
kehidupan dan interaksinya dengan lingkungan sosial (Santrock, 1995), anak
cenderung akan mengucilkan dirinya, kurang berani dalam menghadapi
tantangan tugas dan tidak merasa bahagia.
b. Authoritative
Orang tua memiliki batasan dan harapan yang jelas terhadap tingkah laku
anak, mereka berusaha untuk menyediakan paduan dengan menggunakan
alasan dan aturan dengan reward dan punishment yang berhubungan dengan
tingkah laku anak secara jelas. Orang tua sangat menyadari tanggung jawab
mereka sebagai figur yang otoritas, tetapi mereka juga tanggap terhadap
kebutuhan dan kemampuan anak. Pola asuh ini dapat menjadikan sebuah
keluarga hangat, penuh penerimaan, mau saling mendengar, peka terhadap
kebutuhan anak, mendorong anak untuk berperan serta dalam mengambil
keputusan di dalam keluarga.
Anak dengan pola asuh ini berkompeten secara sosial, enerjik, bersahabat,
ceria, memiliki keingintahuan yang besar, dapat mengontrol diri, memiliki
harga diri yang tinggi, serta memiliki prestasi yang tinggi.
c. Permissive
Pola-pola perlakuan orangtua saat berinteraksi dengan anaknya dengan
memberikan kelonggaran atau kebebasan kepada anaknya tanpa kontrol atau
pengawasan yang ketat merupakan bentuk atau gaya pengasuhan yang
permissive. Tipe pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial,
khususnya kurangnya kendali diri (Santrock 1995)
16
Ketika anak-anaknya melanggar suatu peraturan di dalam keluarga, orangtua
yang permissive jarang menghukum anak-anaknya, bahkan cenderung
berusaha untuk mencari pembenaran terhadap tingkah laku anaknya yang
melanggar suatu peraturan tersebut. Orangtua yang seperti demikian
umumnya membiarkan anaknya (terutama anak remajanya) untuk
menentukan tingkah lakunya sendiri, mereka tidak menggunakan kekuasaan
atau wewenangnya sebagai orangtua dengan tegas saat mengasuh dan
membesarkan anak remajanya (Baumrind, 1967). Gaya pengasuhan demikian
dipilih oleh orangtua yang permissive karena mereka menganggap bahwa
anak harus memiliki kebebasannya sendiri secara luas, bukan harus dikontrol
oleh orang dewasa (Baumrind, 1967). Kontrol atau pengendalian yang ketat
terhadap anak menurut pandangan orangtua yang permissive adalah sebuah
pelanggaran terhadap kebebasan yang dapat menganggu perkembangan
seorang remaja (Steinberg, 1993)
Menurut Baumrind (1967) anak yang berada dalam pengasuhan orangtua
yang permissive sangat tidak matang dalam berbagai aspek psikososial.
Mereka sulit mengendalikan desakan hati (impulsive), tidak patuh, dan
menentang apabila diminta untuk mengerjakan sesuatu yang bertentangan
dengan keinginan-keinginan sesaatnya. Mereka juga terlalu menuntut, sangat
tergantung pada orang lain, kurang gigih dalam mengerjakan tugas-tugas,
tidak tekun dalam belajar di sekolah. Tingkah laku sosial remaja ini kurang
matang, kadang-kadang menunjukkan tingkah laku agresif, pengendalian
dirinya amat jelek, dan tidak mampu mengarahkan diri dan tidak bertanggung
jawab (Santrock, 1995).
17
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Menurut Gunarso (1986) dalam mengasuh dan mendidik anak sikap orang
tua dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: pengalaman masa lalu yang
berhubungan erat dengan pola asuh ataupun sikap orang tua mereka, tipe
kepribadian orang tua, nilai-nilai yang dianut orang tua, kehidupan perkawinan
orang tua dan alasan orang tua mempunyai anak. Mindel (dalam R. Walker,
1992) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua
diantaranya: budaya setempat, ideologi yang berkembang dalam diri orang tua,
norma etis, orientasi religius, status ekonomi, gaya hidup, bakat dan kemampuan
orang tua. Sedangkam menurut Musen (1994) beberapa hal yang mempengaruhi
gaya pengasuhan orang tua antara lain: lingkungan tempat tinggal, kultur budaya,
dan status sosial ekonomi.
Menurut Hurlock (1995) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
pola asuh orang tua, yaitu karakteristik orang tua yang berupa :
1. Kepribadian orang tua
Setiap orang berbeda dalam tingkat energi, kesabaran, intelegensi, sikap
dan kematangannya. Karakteristik tersebut akan mempengaruhi
kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran sebagai orang tua
dan bagaimana tingkat sensifitas orang tua terhadap kebutuhan anak-
anaknya.
2. Keyakinan
Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan
mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi tingkah
lakunya dalam mengasuh anak-anaknya.
18
3. Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua
Bila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu berhasil
menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka mereka akan
menggunakan teknik serupa dalam mengasuh anak bila mereka merasa
pola asuh yang digunakan orang tua mereka tidak tepat, maka orang tua
akan beralih ke teknik pola asuh yang lain.
4. Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok
Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan kurang
berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap anggota
kelompok (bisa berupa keluarga besar, masyarakat) merupakan cara
terbaik dalam mendidik anak.
5. Usia orang tua
Orang tua yang berusia muda cenderung lebih authoritative dan
permissive bila dibandingkan dengan orang tua yang berusia tua.
6. Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan mengikuti
kursus dalam mengasuh anak lebih menggunakan teknik pengasuhan
authoritative dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapatkan
pendidikan dan pelatihan dalam mengasuh anak.
7. Jenis kelamin
Ibu pada umumnya lebih mengerti anak dan mereka cenderung kurang
authoritarian bila dibandingkan dengan bapak.
19
8. Status sosial ekonomi
Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras,
mamaksa dan kurang toleran dibandingkan dengan orang tua dari kelas
atas.
9. Konsep mengenai peran orang tua dewasa
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional cenderung lebih
authoritarian dibanding orang tua yang menganut konsep modern.
10. Jenis kelamin anak
Orang tua umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada anak
laki-laki.
11. Usia anak
Usia anak dapat mempengaruhi tugas-tugas pengasuhan dan harapan orang
tua.
12. Temperamen
Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat mempengaruhi
temperamen seorang anak. Anak yang menarik dan dapat beradaptasi akan
berbeda pengasuhannya dibandingkan dengan anak yang cerewet dan
kaku.
13. Kemampuan anak
Orang tua akan membedakan perlakuan yang akan diberikan untuk anak
yang berbakat dengan anak yang memiliki masalah dalam
perkembangannya.
20
14. Situasi
Anak yang mengalami rasa takut dan kecemasan biasanya tidak diberi
hukuman oleh orang tua. Tetapi sebaliknya, jika anak menentang dan
berperilaku agresif kemungkinan orang tua akan mengasuh dengan pola
outhoritative.
Dari beberapa pemaparan para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua ada yang bersifat internal
seperti : pengalaman masa lalu, kepribadian orang tua, pendidikan orang tua,
bakat dan kemampuan orang tua dll, dan bersifat eksternal seperti : lingkungan
setempat, budaya setempat, status ekonomi dll.f
2.2.4 Pengukuran Pola Asuh
Penelitian ini menggunakan pengukuran Parental Authority Questionnaire
yang dikembangkan oleh Buri (1991). PAQ ini dirancang sebagai instrumen
pengukuran terhadap pola asuh oleh Baumrind terdiri dari 30 item pernyataan
meliputi 10 pernyataan aspek authoritarian, 10 pernyataan aspek permissive, dan
10 pernyataan authoritative.
2.3 Temperamen
2.3.1 Definisi Temperamen
Temperamen didefinisikan sebagai gaya perilaku dan cara khas pemberian
respon seseorang. Temperamen bukan saja cara anak mendekati dan bereaksi
terhadap dunia luar tetapi juga cara mereka meregulasi fungsi mental dan
emosional (Santrock, 2009).
21
Menurut Allport (1937) temperamen adalah gejala karakteristik daripada
sifat emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi,
kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala
cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada
faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.
Menurut Chaplin (1995) temperamen adalah totalitas terorganisir dari
kecenderungan-kecenderungan psikofisik individu untuk mereaksi dengan satu
cara tertentu. LaHaye (1999) mengemukakan temperamen adalah kombinasi
pembawaan yang diwarisi dari orang tua dan tanpa sadar mempengaruhi tingkah
laku manusia. Sedangkan menurut Corsini (2002) temperamen didefinisikan
sebagai pola dasar dari reaksi-reaksi individu yang meliputi karakteristik-
karakteristik seperti tingkat energy umum, perubahan emosi, dan intensitas serta
tempo dari respon-respon.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
temperamen merupakan gaya perilaku dan cara khas pemberian respon seseorang
yang merupakan bawaan sejak lahir.
2.3.2 Dimensi Temperamen Anak
McClowry (1995), mengemukakan secara umum empat dimensi temperamen,
diantaranya:
1. Negative reactivity. Dimensi ini menggambarkan pengaruh intensitas dan frekuensi
ekspresi negatif anak, dimana pada dimensi ini anak cenderung beraksi secara
negatif dan sering mengeluh dan rewel, terlibat dalam rutinitas harian yang
tidak teratur, serta sulit beradaptasi dengan pengalaman baru.
22
2. Task persistence. Ketekunan tugas disini ialah tingkat self-direction anak terhadap
penyelesaian tugas dan tanggungjawabnya.
3. Approach. Pada dimensi ini melihat sejauhmana anak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya disekitarnya.
4. Energy (aktivitas motorik anak). Anak pada dimensi ini umumnya berada
dalam suasana hati yang positif, dengan cepat membentuk rutinitas tetap
dimasa kecil, dan dengan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru,
berkegiatan aktif serta kreatif dalam mengembangkan imajinasinya.
2.3.3 Pengukuran Temperamen Anak
Penelitian ini menggunakan skala baku School-Age Temperament Inventory
(SATI) yang dikembangkan oleh McClowry (1995) untuk mengukur variabel
temperamen anak, terdiri dari 38 item pernyataan meliputi aspek negative
reactivity, task persistence, approach, dan energy.
2.4 Kerangka Berpikir
Emotional self-regulation berkembang pesat pada masa school-age
seiring dengan berkembangnya berbagai cara yang digunakan oleh anak untuk
mengatasi situasi-situasi yang memunculkan perasaan emosional. Anak pada
masa school-age tidak hanya mampu memahami dan merespon perasaan
mereka sendiri tetapi mereka juga sudah mampu memahami apa yang
dirasakan oleh orang lain.
Menurut Papalia dkk, (2007) pada usia 8-10 tahun, anak sudah mampu
mengintegrasikan rangkaian emosi positif dan negatif. Anak dapat memahami
23
bahwa dirinya memiliki dua perasaan yang saling bertolak belakang pada saat
yang bersamaan. Pada usia 11 tahun, anak sudah mampu mendeskripsikan
perasaan yang dirasakannya, dan kemampuan tersebut menurut Salovey dan
Mayer (1990) merupakan kecerdasan emosi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi, diantaranya: (1)
faktor internal yaitu fisik (korteks dan sistem limbik), dan psikis (intelligence dan
genetik), (2) faktor eksternal meliputi lingkungan formal, informal, dan
nonformal (Goleman, 2001; Dinkmeyer, 1965).
Salah satu faktor eksternal yang dapat berpengaruh besar terhadap
perkembangan emosi anak ialah pola asuh orang tua. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa pola asuh orang tua memiliki pengaruh
yang besar terhadap perkembangan anak (Collins & Kuczaj, 1991). Selain itu
ada berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa pola asuh yang diterapkan
oleh orang tua yakni dengan disiplin yang keras atau pemahaman yang
empatik, dengan ketidakpedulian atau kehangatan, dan sebagainya dapat
berakibat mendalam dan permanen bagi kehidupan emosional anak (Goleman,
1995).
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi anak ialah
kepribadian (internal). Perkembangan kepribadian seseorang meliputi beberapa
aspek, baik aspek alami genetis (nature) maupun aspek bimbingan lingkungan
(nurture). Aspek kepribadian yang bersifat alamiah (genetic) lebih pada system
kerja susunan saraf otak yang akan menghasilkan kecenderungan-kecenderungan
temperamen dan hasrat (dorongan) hormonal.
24
Temperamen didefinisikan sebagai karakteristik seseorang, cara mendasar
biologis untuk mendekati atau bereaksi terhadap orang dan situasi (Santrock,
2009). Seorang anak tidak melakukan tindakan yang sama untuk semua situasi.
Temperamen bukan saja cara anak mendekati dan bereaksi terhadap dunia luar
tetapi juga cara mereka meregulasi fungsi mental dan emosional.
2. 5 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari pola asuh orang tua authoritarian
terhadap kecerdasan emosi anak.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari pola asuh orang tua permissive
terhadap kecerdasan emosi anak.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan dari pola asuh orang tua authoritative
terhadap kecerdasan emosi anak.
4. Terdapat pengaruh yang signifikan dari temperamen negative reactivity
terhadap kecerdasan emosi anak.
5. Terdapat pengaruh yang signifikan dari temperamen task persistence terhadap
kecerdasan emosi anak.
6. Terdapat pengaruh yang signifikan dari temperamen approach terhadap
kecerdasan emosi anak.
7. Terdapat pengaruh yang signifikan dari temperamen energy terhadap
kecerdasan emosi anak.
25
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang populasi dan sampel, variabel penelitian,
defenisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji validitas
instrumen, prosedur penelitian, dan metode analisis data.
3. 1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini ialah pasangan siswa Sekolah Dasar dan
ibunya di wilayah Bogor. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah menggunakan teknik non probability sampling. Kriteria
sampel anak yang harus dipenuhi ialah siswa Sekolah Dasar berusia 10-12 tahun,
sehat jasmani dan rohani, dan memiliki orang tua lengkap dan tinggal di rumah.
Kemudian kriteria sampel ibu yang dapat menjadi responden penelitian ini ialah
ibu kandung dari sampel anak, sehat jasmani dan rohani, dan tinggal di rumah.
3. 2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
kecerdasan emosi, pola asuh orang tua, dan temperamen anak. Dan yang menjadi
Dependent Variable (DV) dalam penelitian ini ialah kecerdasan emosi, sedangkan
variabel lainnya merupakan Independent Variable (IV).
26
Adapun rincian definisi operasional variabel dapat dijelaskan pada tabel
3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Rincian Definisi Operasional Variabel
Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional Aspek-aspek Alat Ukur
Kecerdasan
Emosi (Y)
Kemampuan
anak
mengenali
dorongan
pribadinya dan
lingkungan
sosialnya serta
mengakomoda
sinya dengan
tindakan yang
efektif
1. Adaptability: seberapa baik
mereka beradaptasi dengan
situasi dan orang baru.
2. Affective disposition: frekuensi
dan intensitas emosi yang mereka
alami.
3. Emotion expression: bagaimana
mereka dapat mengekspresikan
emosi mereka
4. Emotion perception: seberapa
akurat mereka mengidentifikasi
mereka sendiri dan emosi orang
lain.
5. Emotion regulation: seberapa
baik mereka dapat mengontrol
emosi mereka.
6. Low impulsivity: bagaimana
efektif mereka dapat
mengendalikan diri.
7. Peer relations: kualitas hubungan
mereka dengan teman sekelas
8. Self esteem: persepsi diri mereka-
layak.
9. Self motivation: motivasi diri
TEIQue-CSF
(Trait
Emotional
Intelligence
Questionnaire
Child Short
Form)
Mavroveli dan
Petrides
(2002)
Pola Asuh
Orangtua
(X1)
cara orang tua
menanggapi
kebutuhan dan
tuntutan anak,
serta cara
mereka
mendisiplinka
n anak.
a. Authoritarian: orang tua berlaku
sangat ketat dan mengontrol anak
dengan mengajarkan standar dan
tingkah laku.
b. Permissive: orang tua cenderung
mendorong anak untuk bersikap
otonomi, mendidik anak
berdasarkan logika dan memberi
kebebasan pada anak untuk
menentukan tingkah laku dan
kegiatannya.
c. Authoritative: orang tua memiliki
PAQ
(Parental
Authority
Questionnaire)
Buri (1991)
27
batasan dan harapan yang jelas
terhadap tingkah laku anak,
menyediakan paduan dengan
menggunakan alasan dan aturan
dengan reward dan punishment
yang berhubungan dengan
tingkah laku anak secara jelas,
menyadari tanggung jawab
sebagai figur yang otoritas, tetapi
juga tanggap terhadap kebutuhan
dan kemampuan anak.
Temperamen
Anak (X2)
Gaya perilaku
anak dan cara
khas
pemberian
respon anak
yang
merupakan
bawaan sejak
lahir
1. Negative reactivity menggambarkan
pengaruh intensitas dan frekuensi
ekspresi negatif anak.
2. Task persistence meliputi tingkat self-
direction anak terhadap penyelesaian
tugas dan tanggungjawabnya.
3. Approach/withdrawal merupakan
respon awal anak terhadap situasi dan
orang-orang baru.
4. Energy merupakan aktivitas motorik
anak.
SATI
(School-age
Temperament
Inventory)
McClowry
(1995)
Berdasarkan rincian defenisi operasional variabel pada tabel 3.1 diatas,
maka defenisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi ialah kemampuan anak mengenali dorongan pribadinya
dan lingkungan sosialnya serta bagaimana anak mengakomodasinya dengan
tindakan yang efektif.
Untuk mengukur kecerdasan emosi anak usia 10-12 tahun dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan skala baku Trait Emotional Intelligence
Questionnaire-Child Short Form oleh Mavroveli (2002), yang terdiri dari 36 item
pernyataan meliputi 9 aspek kecerdasan emosi anak model trait (adaptability,
28
affective disposition, emotion expression, emotion perception, emotion regulation,
low implusivity, peer relations, self esteem, dan self motivation) yang skor
penilaiannya menggunakan skala Likert (5) Sangat Setuju, (4) Setuju, (3) Netral,
(2) Tidak Setuju, (1) Sangat Tidak Setuju. Adapun blueprint dari alat ukur yang
digunakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Penjelasan Aspek dan Item Skala Kecerdasan Emosi (TEIQue-CSF)
NO Aspek No. Item
Jumlah
1 Adaptability 2, 3*, 8, 11, 28, 30
* 6
2 Affective Disposition 6, 9, 12, 18, 33
5
3 Emotion Expression 7, 20, 29*, 32
4
4 Emotion Perception 14, 16, 34 3
5 Emotion Regulation 13*, 26, 27
*, 36 4
6 Low Implusivity 15, 21*, 24
*, 35 4
7 Peer Relations 10, 31 2
8 Self Esteem 4, 17, 22, 23*, 25 5
9 Self Motivation 1, 5, 19 3
Keterangan: tanda * ini menunjukkan item unfavourable
2. Pola Asuh
Pola asuh merupakan cara bagaimana orang tua menanggapi kebutuhan
dan tuntutan anak, cara mereka mendisiplinkan anak, dan dampak yang diberikan
bagi perkembangan anak. Terdapat tiga aspek yang dikur yaitu:
a. Authoritarian (skor tinggi pada aspek ini menunjukkan individu yang
memiliki tipe pola asuh orang tua yang berlaku sangat ketat dan mengontrol
anak dengan mengajarkan standar dan tingkah laku).
b. Permissive (skor tinggi pada aspek ini menunjukkan individu yang memiliki
tipe pola asuh orang tua yang cenderung mendorong anak untuk bersikap
29
otonomi, mendidik anak berdasarkan logika dan memberi kebebasan pada
anak untuk menentukan tingkah laku dan kegiatannya).
c. Authoritative (skor tinggi pada aspek ini menunjukkan individu yang
memiliki tipe pola asuh orang tua yang memiliki batasan dan harapan yang
jelas terhadap tingkah laku anak, berusaha untuk menyediakan paduan
dengan menggunakan alasan dan aturan dengan reward dan punishment yang
berhubungan dengan tingkah laku anak secara jelas, dan menyadari tanggung
jawab sebagai figur yang otoritas, tetapi mereka juga tanggap terhadap
kebutuhan dan kemampuan anak).
Untuk mengukur pola asuh orang tua dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan skala baku Parental Authority Questionnaire yang dikembangkan
oleh Buri (1991). PAQ ini dirancang sebagai instrumen pengukuran terhadap pola
asuh oleh Baumrind terdiri dari 30 item pernyataan meliputi 10 pernyataan aspek
authoritarian, 10 pernyataan aspek permissive, dan 10 pernyataan authoritative.
Skor penilaiannya menggunakan skala Likert. Adapun blueprint dari alat ukur
yang digunakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Penjelasan Aspek dan Item Skala Pola Asuh Orang Tua (PAQ)
NO Aspek No. Item
Jumlah
1 Authoritarian 1, 2, 3, 7, 8, 9, 12, 16, 17*, 28
* 10
2 Permissive 6, 10, 11, 13*, 14
*, 19
*, 20, 23, 24, 30 10
3 Authoritative 4, 5, 15, 18, 21*, 22, 25, 26, 27, 29 10
Keterangan: tanda * = item unfavourable
30
3. Temperamen
Temperamen adalah karakteristik individu anak dalam merespon,
mendekati dan bereaksi terhadap orang dan situasi. Terdapat empat aspek
temperamen yang dikur yaitu:
1. Negative reactivity (skor tinggi pada aspek ini menunjukkan individu yang
memiliki pengaruh intensitas dan frekuensi ekspresi negatif).
2. Task persistence (skor tinggi pada aspek ini menunjukkan individu yang
memiliki tingkat self-direction yang tinggi terhadap penyelesaian tugas dan
tanggungjawabnya).
3. Approach/withdrawal (skor tinggi pada aspek ini menunjukkan individu yang
memiliki respon awal yang baik terhadap situasi dan orang-orang baru).
4. Energy (skor tinggi menunjukkan bahwa individu memiliki aktivitas motorik).
Untuk mengukur temperamen anak dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan skala baku School-Age Temperament Inventory yang dicetus oleh
McClowry (1995) yang terdiri dari 38 item pernyataan. Ibu sebagai responden
dalam melaporkan dari temperamen anaknya. Skor penilaiannya menggunakan
skala Likert. Adapun blueprint dari alat ukur yang digunakan dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 3.4
Penjelasan Aspek dan Item Skala Temperamen Anak (SATI)
NO Aspek No. Item
Jumlah
1 NR 2, 14, 17, 20, 23, 29*, 32, 33, 37 9
2 TP 6*, 8
*, 10
*, 11
*, 15
*, 16, 18
*, 22, 25
*, 26
*, 30
*, 36
* 12
3 Approach 1, 3, 5, 7, 9*, 12
*, 21
*, 27, 31
*, 34
*, 38
* 11
4 Energy 4, 13, 19, 24, 28, 35 6
Keterangan: tanda * = item unfavourable
31
3. 3 Uji Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini validitas konstruk dari setiap instrumen diuji dengan
Confirmatory Factor Analysis (CFA). Adapun yang dimaksud dengan CFA
adalah bagian dari analisis faktor yang digunakan untuk menguji sejauhmana
masing-masing item valid di dalam mengukur apa yang ingin diukur.
Jadi, berbeda dengan Exploratory Factor Analysis (EFA) yang digunakan
ketika seseorang ingin menentukan ada berapa faktor yang ingin diukur
(ekstraksi) dan menentukan item mana mengukur faktor yang mana (rotasi).
Sedangkan pada CFA peneliti yang menetapkanada berapa faktor dan menetapkan
item mana yang dirancang untuk mengukur faktor yang mana. Oleh karena itu
pada CFA kegiatannya ialah menguji hipotesis sesuai dengan penetapan
banyaknya faktor maupun struktur faktor tersebut.
Dalam penelitian ini yang diuji adalah sebuah model unidimensional (satu
faktor) dan jika ternyata model ini fit dengan data maka dapat dilakukan uji
hipotesis apakah masing-masing item signifikan di dalam mengukur apa yang
ingin diukur. Untuk menguji hal ini peneliti menggunakan software Lisrel
(Joreskog & Sorbom, 1999). Caranya terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling
berkorelasi (hipotesis unidimensionalitas item).
Hipotesis ini diuji dengan chi-square. Untuk memutuskan apakah memang
tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan
matriks korelasi yang dihitung menurut teori/model. Jika hasil chi-square
tidak signifikan (p>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa
“tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan
32
model” tidak ditolak yang artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja
(unidimensional). Sedangkan jika nilai chi-square signifikan (p<0.05) maka
hipotesis nihil tersebut ditolak yang artinya item-item yang diuji ternyata
mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan demikian
maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara
memperbolehkan item-item saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga
bahwa item hanya mengukur satu faktor (unidimensional). Jika sudah
diperoleh model yang fit (tetapi tetap unidimensional) maka dilakukan
langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item
mana yang menjadi sumber tidak fit, yaitu:
a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-
masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh pada
sebuah item tidak signifikan (t<1.96), maka item tersebut akan didrop
karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran
yang sedang dilakukan.
b. Melihat arah dari koefisien muatan faktor (factor loading). Jika suatu item
memiliki muatan negatif, maka item tersebut didrop karena tidak sesuai
pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebut semakin
rendah nilai pada faktor yang diukur).
c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya korelasi
partial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran pada
suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lain.
33
Jika pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini (lebih dari
tiga), maka item tersebut juga kan didrop. Alasannya adalah karena item
yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur hal
lain (multidimensional item).
3. Menghitung faktor skor
Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item
yang valid untuk mengukur apa yang ingin diukur. Item-item inilah yang
kemudian diolah untuk mendapatkan faktor skor pada setiap skala. Dengan
demikian perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang
ingin diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true score). True
score inilah yang akan dianalisis dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan row score/skor mentah
(hasil menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan
informasi tentang reliabilitas masing-masing alat ukur (misalnya, cronbach alpha)
karena true score itu realiabilitasnya sama dengan satu (100%).
Untuk kemudahan dalam penafsiran hasil analisis maka peneliti
mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi
T score yang memiliki mean=50 dan standar deviasi (SD)=10 sehingga tidak ada
responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score sebagai berikut:
Tscore = (10 x skor faktor) + 50
3. 3. 1 Uji Validitas Konstruk Skala Kecerdasan Emosi
Pada skala kecerdasan emosi terdapat 36 item telah diuji validitas. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 1139.27, df = 594, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.86.
34
Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya,
maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 636.17, df = 585, P-Value =
0.07028, RMSEA = 0.026. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value>0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu kecerdasan emosi, maka diperoleh
model fit seperti gambar 3.1 dibawah ini:
Gambar 3.1 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Kecerdasan Emosi
35
Selanjutnya, peneliti menguji hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item dengan melihat nilai t untuk melihat apakah signifikansi item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur dan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak.
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Kecerdasan Emosi
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
1 0.10 0.14 0.75 X
2 0.84 0.12 6.88 V
3 0.57 0.13 4.40 V
4 -0.95 0.12 -8.07 X
5 -0.84 0.12 -6.91 X
6 0.78 0.12 6.32 V
7 0.40 0.13 3.02 V
8 0.75 0.12 6.01 V
9 0.38 0.13 2.82 V
10 0.66 0.13 5.18 V
11 0.12 0.14 0.85 X
12 0.29 0.13 2.19 V
13 0.37 0.13 2.76 V
14 -0.31 0.13 -2.34 X
15 0.14 0.14 1.05 X
16 0.29 0.13 2.14 V
17 0.40 0.13 3.01 V
18 -0.39 0.13 -2.92 X
19 0.12 0.14 0.91 X
20 0.95 0.12 8.03 V
21 0.16 0.14 1.20 X
22 0.88 0.12 7.25 V
23 0.38 0.13 2.88 V
24 0.09 0.14 0.69 X
25 0.20 0.13 1.45 X
26 0.28 0.13 2.08 V
27 0.22 0.13 1.64 X
28 0.24 0.13 1.76 X
29 0.82 0.12 6.69 V
30 0.37 0.13 2.78 V
31 0.25 0.13 1.86 X
32 0.38 0.13 2.89 V
33 0.87 0.12 7.16 V
34 0.47 0.13 3.60 V
35 0.50 0.13 3.82 V
36 0.22 0.13 1.62 X
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
36
Berdasarkan tabel 3.5 diatas, dapat kita lihat bahwa item nomor 1, 11, 15,
19, 21, 24, 25, 27, 28, 31 dan 36 tidak signifikan (t<1.96) dan item nomor 4, 5, 14,
dan 18 memiliki koefisien bermuatan negatif. Dengan demikian item-item
tersebut akan didrop (tidak akan dianalisis dalam perhitungan skor faktor).
Pada model ini hanya terdapat 9 item yang memiliki kesalahan
pengukuran kerena berkorelasi dengan item lainnya, yaitu hanya item nomor 9,
12, 13, 15, 18, 21, 27, 30, dan 34 hanya berkorelasi pada satu item, sementara
item yang lain tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran. Artinya item
tersebut hanya mengukur apa yang hendak diukur. Dengan demikian secara
keseluruhan tidak ada item yang akan didrop, yang artinya semua item akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3. 3. 2 Uji Validitas Konstruk Skala Pola Asuh
1. Authoritarian
Pada skala pola asuh authoritarian terdapat 10 item. Peneliti telah menguji
validitas terhadap skala ini. Peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur pola asuh authoritarian. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 215.90, df = 35, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.203. Oleh sebab
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 33.77, df = 24, P-Value = 0.08882,
RMSEA = 0.057. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value>0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa
37
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu pola asuh authoritarian, maka
diperoleh model fit seperti gambar 3.2 dibawah ini:
Gambar 3.2 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Authoritarian
Selanjutnya, peneliti menguji hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item dengan melihat nilai t untuk melihat apakah signifikansi item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur dan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak.
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Authoritarian
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
1 0.74 0.08 9.51 V
2 0.60 0.08 7.60 V
3 -0.21 0.07 -3.03 X
4 0.39 0.07 5.17 V
5 0.39 0.10 4.03 V
6 0.36 0.08 4.80 V
7 0.45 0.08 5.85 V
8 1.12 0.06 17.91 V
9 0.10 0.07 1.48 X
10 0.40 0.10 3.93 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
38
Berdasarkan tabel 3.6 diatas, dapat kita lihat bahwa hanya item nomor 9
tidak signifikan (t<1.96) dan item nomor 3 memiliki koefisien bermuatan negatif.
Dengan demikian item nomor 3 dan 9 akan didrop (tidak akan dianalisis dalam
perhitungan skor faktor).
Tabel 3.7
Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Item Authoritarian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 V V 1
7 V V V 1
8 V 1
9 V 1
10 V V V 1
Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada model ini terdapat lima item yang memiliki kesalahan pengukuran
kerena berkorelasi dengan item lainnya, yaitu item nomor 6, 7, 8, 9 dan 10 itupun
berkorelasi dengan item lain tidak lebih dari tiga, sementara item yang lain tidak
memiliki korelasi kesalahan pengukuran. Dengan demikian secara keseluruhan
tidak ada item yang akan didrop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam
perhitungan skor faktor.
1. Permissive
Pada skala pola asuh permissive terdapat 10 item. Peneliti telah menguji
validitas terhadap skala ini. Peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat
unidimensional, artinya benar hanya mengukur pola asuh permissive. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
39
Chi-Square = 233.69, df = 35, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.213. Oleh sebab
itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 36.10, df = 26, P-Value = 0.08990,
RMSEA = 0.056. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value>0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu pola asuh permissive, maka
diperoleh model fit seperti gambar 3.3 dibawah ini:
Gambar 3.3 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Permissive
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut:
40
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Permissive
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
1 0.64 0.11 6.02 V
2 0.51 0.10 4.95 V
3 -0.12 0.11 -1.07 X
4 0.55 0.11 4.95 V
5 0.39 0.11 3.45 V
6 0.49 0.11 4.56 V
7 0.60 0.11 5.34 V
8 0.44 0.11 4.14 V
9 0.53 0.10 5.22 V
10 0.01 0.11 0.07 X
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8 diatas, dapat kita lihat bahwa hanya item nomor 10
tidak signifikan (t<1.96) dan item nomor 3 memiliki koefisien bermuatan negatif.
Dengan demikian item nomor 3 dan 10 akan didrop (tidak akan dianalisis dalam
perhitungan skor faktor).
Tabel 3.9
Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Item Permissive
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2 1
3 1
4 V 1
5 V 1
6 V 1
7 V V V 1
8 V V 1
9 V 1
10 1
Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada model ini hanya terdapat enam item yang memiliki kesalahan
pengukuran kerena berkorelasi dengan item lainnya, yaitu item nomor 4, 5, 6, 7, 8
41
dan 9 itupun hanya berkorelasi tidak lebih dari tiga. Dengan demikian secara
keseluruhan tidak ada item yang akan didrop, yang artinya semua item akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3. Authoritative
Pada skala pola asuh authoritative terdapat 10 item. Peneliti menguji
apakah 10 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
pola asuh authoritative. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 332.67, df = 35, P-Value =
0.00000, RMSEA = 0.261. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square = 34.06, df = 23, P-Value = 0.06425, RMSEA = 0.062. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-Value>0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu pola
asuh authoritative, maka diperoleh model fit seperti gambar 3.4 dibawah ini:
Gambar 3.4 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Authoritative
42
Selanjutnya, peneliti menguji hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item dengan melihat nilai t untuk melihat apakah signifikansi item
tersebut mengukur faktor yang hendak diukur dan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak.
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Authoritative
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
1 0.41 0.08 4.93 V
2 0.35 0.10 3.65 V
3 0.30 0.10 2.95 V
4 0.57 0.10 5.83 V
5 0.80 0.11 7.51 V
6 0.35 0.09 3.89 V
7 0.70 0.11 6.60 V
8 0.56 0.10 5.62 V
9 0.53 0.09 5.99 V
10 0.22 0.08 2.95 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10 diatas, dapat kita lihat bahwa tidak terdapat item
yang tidak signifikan (t<1.96). Selanjutnya melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif.
Tabel 3.11
Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Item Authoritative
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2 1
3 V 1
4 1
5 1
6 V 1
7 V V V 1
8 V V V 1
9 V 1
10 V 1
Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
43
Pada model ini hanya terdapat enam item yang memiliki kesalahan
pengukuran kerena berkorelasi dengan item lainnya, yaitu item nomor 3, 6, 7, 8,
9, dan 10 itupun berkorelasi tidak lebih tiga item. Dengan demikian secara
keseluruhan tidak ada item yang akan didrop, yang artinya semua item akan
dianalisis dalam perhitungan skor faktor.
3. 3. 3 Uji Validitas Konstruk Skala Temperamen
1. Negative Reactivity
Pada skala negative reactivity terdapat 9 item. Peneliti menguji apakah 9
item yang ada bersifat unidimensional. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 108.32, df = 27,
P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.155. Oleh sebab itu, peneliti melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 28.39, df = 19, P-Value = 0.07622, RMSEA = 0.063. Nilai
Chi-Square menghasilkan P-Value>0.05 (tidak signifikan), yang artinya
unidimensional bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu negative
reactivity, maka diperoleh model fit seperti gambar 3.5 dibawah ini:
Gambar 3.5 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Negative Reactivity
44
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Negative Reactivity
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
1 0.77 0.10 7.81 V
2 0.08 0.10 0.86 X
3 0.12 0.10 1.17 X
4 0.47 0.10 4.50 V
5 0.36 0.10 3.66 V
6 0.33 0.12 2.74 V
7 0.52 0.09 5.63 V
8 0.02 0.10 0.24 X
9 0.43 0.10 4.25 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.12 diatas, dapat kita lihat bahwa item nomor 2, 3 dan
8 tidak signifikan (t<1.96). Artinya item tersebut akan didrop dan tidak diikut
sertakan dalam analisis uji hipotesis.
Tabel 3.13
Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Item Negative Reactivity
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
2 1
3 1
4 1
5 V 1
6 V V 1
7 1
8 V V 1
9 V V V 1
Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
45
Pada model ini terdapat empat item yang memiliki kesalahan pengukuran
kerena berkorelasi dengan item lainnya, yaitu item nomor 5, 6, 8, dan 9 itupun
berkorelasi tidak lebih dari tiga item. Sementara item yang lain tidak memiliki
korelasi kesalahan pengukuran. Maka seluruh item dianalisis dalam perhitungan
skor faktor.
2. Task Persistence
Pada skala task persistence terdapat 12 item. Peneliti menguji apakah 12
item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur task
persistence. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 244.26, df = 54, P-Value = 0.00000,
RMSEA = 0.168. Oleh sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
dengan yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 51.99, df =
37, P-Value = 0.05194, RMSEA = 0.057. Nilai Chi-Square menghasilkan P-
Value>0.05 (tidak signifikan), maka diperoleh model fit dibawah ini:
Gambar 3.6 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Task Persistence
46
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item.
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Task Persistence
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
1 0.88 0.10 4.99 V
2 0.14 0.07 2.14 V
3 0.22 0.07 2.99 V
4 0.10 0.07 1.53 X
5 0.22 0.08 2.67 V
6 -0.31 0.08 -4.12 X
7 0.87 0.11 8.14 V
8 0.15 0.07 2.20 V
9 0.25 0.08 3.28 V
10 -0.25 0.08 -3.27 X
11 0.65 0.09 6.95 V
12 0.22 0.09 2.43 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.14 diatas, dapat kita lihat bahwa item nomor 4 tidak
signifikan (t<1.96) dan item nomor 6 dan 10 memiliki koefisien bermuatan
negatif. Artinya item tersebut akan didrop dan tidak diikut sertakan dalam analisis
uji hipotesis.
Tabel 3.15 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Item TP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1
2 1
3 1
4 1
5 V V 1
6 1
7 V 1
8 V V V 1
9 V V V 1
10 V V 1
11 V 1
12 V V V 1
Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
47
Pada model ini terdapat 7 item yang memiliki kesalahan pengukuran yang
berkorelasi dengan item lainnya yaitu item 5, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 itupun
berkorelasi tidak lebih dari tiga item. Dengan demikian seluruh item dianalisis
dalam perhitungan skor faktor.
3. Approach
Pada skala approach terdapat 11 item. Peneliti menguji apakah 11 item
yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur approach. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 190.08, df = 44, P-Value = 0.00000, RMSEA = 0.163. Oleh
sebab itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya,
maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 45.81, df = 32, P-Value =
0.05406, RMSEA = 0.059. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value>0.05 (tidak
signifikan), yang artinya unidimensional bahwa seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu approach, maka diperoleh model fit seperti gambar dibawah ini:
Gambar 3.7 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Approach
48
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.16 berikut:
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Approach
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
1 0.49 0.09 5.58 V
2 0.68 0.08 8.81 V
3 0.93 0.07 12.46 V
4 0.67 0.08 8.68 V
5 0.58 0.09 6.27 V
6 0.00 0.08 0.30 X
7 0.25 0.08 3.15 V
8 0.33 0.08 4.22 V
9 0.48 0.08 6.06 V
10 -0.10 0.08 -1.21 X
11 0.61 0.09 6.82 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.16 diatas, bahwa item nomor 6 tidak signifikan
(t<1.96) dan item nomor 10 memiliki koefisien bermuatan negatif. Artinya item
tersebut akan didrop dan tidak diikut sertakan dalam analisis uji hipotesis.
Tabel 3.17 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Item Approach
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 1
2 1
3 1
4 1
5 V V 1
6 V 1
7 V 1
8 V 1
9 V V V 1
10 V 1
11 V V 1
Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
49
Pada model ini terdapat kesalahan pengukuran kerena berkorelasi dengan
item lainnya, yaitu item nomor 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 itupun berkorelasi dengan
item lain tidak lebih dari tiga. Dengan demikian secara keseluruhan tidak ada item
yang akan didrop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam perhitungan
skor faktor.
3. Energy
Pada skala energy terdapat 6 item. Peneliti menguji apakah 6 item yang
ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur energy. Dari hasil
analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 22.75, df = 9, P-Value = 0.00679, RMSEA = 0.111. Oleh sebab itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 12.96, df = 8, P-Value = 0.11334,
RMSEA = 0.070. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value>0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu energy, maka diperoleh model fit
seperti gambar 3.8 dibawah ini:
Gambar 3.8 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Energy
50
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu
didrop atau tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.18 berikut:
Tabel 3.18 Muatan Faktor Item Energy
No Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikan
1 0.69 0.10 6.90 V
2 0.57 0.10 5.43 V
3 0.35 0.10 3.42 V
4 0.48 0.10 4.81 V
5 0.52 0.10 5.24 V
6 0.67 0.10 6.81 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.18 diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor semua
item signifikan kerena t>1.96. Selanjutnya melihat muatan faktor dari item,
apakah ada yang bermuatan negatif, maka diketahui tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif.
Tabel 3.19 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Item Energy
1 2 3 4 5 6
1 1
2 V 1
3 1
4 1
5 1
6 1
Keterangan: tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item
Pada model ini hanya item nomor 2 yang memiliki korelasi kesalahan
pengukuran dengan item lainnya. Dengan demikian secara keseluruhan tidak ada
item yang akan didrop, yang artinya semua item akan dianalisis dalam
perhitungan skor faktor.
51
3. 4 Prosedur Penelitian
Secara garis besar prosedur penelitian yang akan dilakukan antara lain:
1. Tahap Persiapan
a. Perumusan masalah yang akan diteliti
b. Menentukan variabel yang akan diteliti
c. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat
mengenai variabel penelitian
d. Menentukan subjek penelitian
e. Mempersiapkan alat pengumpulan data dengan menggunakan dan
menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian
f. Mempersiapkan segala hal yang menyangkut perizinan
2. Tahap Uji Coba Alat Ukur
a. Melakukan uji coba terhadap alat ukur
b. Memilih item-item dari skala yang valid dan reliabel
c. Memilih dan menyusun kembali item-item yang valid dan reliabel
untuk dijadikan alat ukur yang siap pakai dalam penelitian ini
3. Tahap Pelaksanaan
a. Menentukan jumlah sampel penelitian
b. Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan
responden untuk mengisi angket/kuesioner dalam penelitian dan
melakukan pengambilan data
52
4. Tahap Pengolahan Data
a. Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden
b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat
tabel data
c. Menganalisis data menggunakan teknik analisis data untuk menguji
hipotesis
d. Membuat laporan hasil, kesimpulan dan saran
3.5 Metode Analisis Data
Skema hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
POLA ASUH
TEMPERAMEN
Gambar 3.9 Skema Hipotesis Penelitian
Authoritarian
Permissive
Authoritative
Task Persistence
Negative Reactivity
Kecerdasan
Emosi
Approach
Energy
53
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode
analisis regresi berganda (multiple regression analysis) yaitu suatu metode untuk
menguji signifikan tidaknya pengaruh dari sekumpulan variabel bebas (IV)
terhadap satu variabel terikat (DV). Berikut ini persamaan regresi yang digunakan
dalam penelitian ini.
Y = a+b1+X1+b2+X2+b3+X3+b4+X4+b5+X5+b6+X6+b7+X7+e
Dengan keterangan:
Y : kecerdasan emosi
a : intercept
b : koefisien regresi
X1 : authoritarian
X2 : permissive
X3 : authoritative
X4 : negative reactivity
X5 : task persistence
X6 : approach
X7 : energy
e : residu, yang dalam hal ini ialah seluruh IV selain 7 IV dalam penelitian ini
yang mempengaruhi kecerdasan emosi anak namun tidak diteliti.
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan di atas ialah hasil
pengukuran yang sudah ditransformasi ke dalam true score. Dalam hal ini true
score ialah skor faktor yang diukur dengan menggunakan software SPSS 19.0
dengan menggunakan item-item yang valid. Dengan demikian maka tidak perlu
lagi dilaporkan reliabilitasnya. Tujuan true score ialah agar koefisien regresi tidak
54
mengalami attenuasi atau under estimated (yaitu koefisien regresi yang terhitung
lebih rendah dari seharusnya sehingga tidak signifikan). True score inilah yang
kemudian akan diteliti dengan analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis
penelitian yang dibahas pada BAB 2.
Dalam analisis regresi berganda,besarnya persentase/proporsi varians
kecerdasan emosi yang dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV yang diteliti
bisa diukur dengan menggunakan R2, dimana:
R2 =
=
Adapun jumlah kuadrat regresi bisa diperoleh jika semua koefisien regresi
telah dihitung. Rumus untuk menghitung jumlah kuadrat regresi ialah:
SSreg = ∑ ̅ ∑ + ∑ + . . . . + ∑ , dimana:
= a + bx
∑ = ∑ - ̅) (y - ̅
Dan rumus untuk menghitung jumlah kuadrat y total ialah:
SSy = ∑ ̅ 2
R2 diuji
signifikan atau tidaknya dengan F tes. Rumus F tes ialah:
F =
, dimana:
SSres = ∑ ̅ 2 = ∑ = ∑ ̅ 2
n = banyaknya sampel
k = banyaknya IV dengan df = k dan n – k – 1
Jika R2 signifikan (P<0.05) berarti besarnya proporsi varians Y yang
dipengaruhi oleh kedua faktor (pola asuh orangtua dan temperamen anak) secara
keseluruhan ialah signifikan.
55
Jika terbukti R2 signifikan maka peneliti akan menguji variabel mana dari
7 IV yang signifikan. Dalam hal ini peneliti menguji signifikan atau tidaknya
koefisien regresi (b) dengan t-test. Dimana rumusnya:
=
, dengan:
= koefisien regresi variabel yang ke-i
= standar deviasi sampling dari koefisien regresi yang ke-i
Jika memiliki skor t > 1.96 maka koefisien regresi variabel tersebut
dinyatakan signifikan, sebaliknya jika t < 1.96 maka variabel tersebut dinyatakan
tidak signifikan (dalam taraf signifikan 0.05 atau 5%).
Selain itu sebagai tambahan peneliti juga akan menghitung dan menguji
proporsi/persentase varians yang merupakan sumbangan/pengaruh dari masing-
masing IV. Untuk itu peneliti melakukan analisis terhadap perubahan R2 mulai
dari satu IV, kemudian dua IV dan seterusnya hingga 7 IV. Semua perhitungan ini
dilakukan dengan software SPSS.
56
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan meliputi karakteristik sampel dan uji hipotesis penelitian.
4. 1 Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 126 pasangan anak usia 10-12
tahun dan ibunya., sehat jasmani dan rohani, serta memiliki orang tua lengkap dan
tinggal di rumah. Selanjutnya karakteristik sampel dalam penelitian ini akan
dijelaskan pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel
Penelitian Karakteristik
Sampel N = 126
n(%)
Anak Usia
10 51(40)
11 60(48)
12 15(12)
Jenis Kelamin
Laki-laki 66(52)
Perempuan 60(48)
Kelas
V 62(49)
VI 64(51)
Ibu Usia
Dewasa Awal 1(0.8)
Dewasa Madya 117(92.9)
Dewasa Akhir 8(6.3)
Pendidikan
SLTP 2(1.6)
SLTA 77(61.1)
≥ Diploma 47(37.3)
Status Pekerjaan
Bekerja 37(29.4)
Tidak Bekerja 89(70.6) Usia dewasa awal 19-30 tahun, madya 31-45 tahun, dan akhir 46-60 tahun
57
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa pada penelitian ini
48% sampel anak berusia 11 tahun, dan 52% berjenis kelamin laki-laki. Dan
sampel ibu 92.9% berada pada tahapan usia dewasa madya 31-45 tahun, 61.1%
berlatar belakang pendidikan SLTA, dan 70.6% tidak bekerja.
4. 2 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi mengenai data penelitian yang akan dijelaskan pada tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian
Variabel Penelitian Sampel N = 126
n(%)
Kecerdasan Emosi
Tinggi 23(18.3)
Sedang 87(69)
Rendah 16(12.7)
Pola Asuh
Authoritarian 46(36.4)
Permissive 29(23.1)
Authoritative 51(40.5)
Temperamen
Tinggi 22(17.5)
Sedang 80(63.5)
Rendah 24(19)
Seperti terlihat pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa pada
penelitian ini 69% sampel anak memiliki tingkat kecerdasan emosi pada kategori
sedang, dan 63.5% sampel anak memiliki temperamen pada kategori sedang, serta
sampel ibu 40.5% menerapkan pola asuh authoritative terhadap anaknya.
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
Pada tahapan ini peneliti akan menguji hipotesis menggunakan teknik
analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS 17.0.
58
4.3.1 Analisis Regresi Berganda
Seperti yang telah dijelaskan pada BAB 3, dalam regresi terdapat hal yang
dilihat yaitu melihat apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV, kedua
melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians DV yang
dijelaskan oleh IV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien
regresi dari masing-masing IV.
Dari hasil analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS 17.0 diperoleh
R square dengan nilai seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3 R Square
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .256a .066 0.10 9.72439
a. Predictors: (Constant), Energy, Task Persistence, Permissive, Approach,
Negative Reactivity, Authoritarian, Authoritative.
Dari tabel 4.3 diatas dapat kita lihat bahwa perolehan R Square sebesar
0.066. Artinya, sebesar 6.6% bervariasi kecerdasan emosi anak dipengaruhi oleh
semua IV dalam penelitian ini, sedangkan sisanya 93.4% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini. Kemudian peneliti melakukan uji F untuk
menganalisis pengaruh dari keseluruhan IV terhadap kecerdasan emosi anak.
Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 ANOVA Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 784.793 7 112.113 1.186 .316a
Residual 11158.517 118 94.564
Total 11943.310 125
a. Predictors: (Constant): Energy, Task Persistence, Permissive, Approach,
Negative Reactivity, Authoritarian, Authoritative.
b. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi
59
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom
paling kanan ialah 0.316 atau p=0.316 dengan nilai p>0.05, maka hipotesis nihil
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh IV terhadap
kecerdasan emosi diterima. Artinya, tidak ada pengaruh yang signifikan dari pola
asuh orang tua dan temperamen anak terhadap kecerdasan emosi anak.
Kemudian peneliti melihat koefisien regresi dari masing-masing IV. Jika
nilai t>1.96, maka koefisien regresi tersebut signifikan terhadap kecerdasan emosi
anak. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing IV terhadap
kecerdasan emosi dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 47.942 8.297 5.778 .000
Authoritarian .100 .171 .093 .584 .561
Permissive -.077 .183 -.070 -.421 .675
Authoritative .235 .150 .237 1.565 .120
Negative Reactivity -.005 .160 -.004 -.032 .974
Task Persistence -.115 .097 -.117 -1.178 .241
Approach -.148 .113 -.135 -1.312 .192
Energy .051 .168 .046 .303 .762
a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosi, sig*<0.05
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui persamaan regresi berikut:
Kecerdasan Emosi = 47.942 + 0.100 X1 Authoritarian - 0.077 X2 Permissive +
0.235 X3 Authoritative - 0.005 X4 Negative Reactivity - 0.115 X5 Task
Persistence - 0.148 X6 Approach + 0.051 X7 Energy.
60
Pada tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa:
1. Seluruh independent variable tidak signifikan dengan nilai sig.>0.05
2. IV yang memiliki arah pengaruh positif terhadap kecerdasan emosi anak
ialah pola asuh authoritarian, authoritative dan energy. Sementara IV yang
lain memiliki arah pengaruh negatif terhadap kecerdasan emosi anak ialah
pola asuh permissive, negative reactivity, task persistence dan approach.
4.3.2 Pengujian Proporsi Varians IV
Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan
tidaknya penambahan (incremented) proporsi varians dari masing-masing IV,
yang mana IV tersebut dianalisis secara satu persatu.
Pada tabel 4.6 kolom pertama ialah IV yang dianalsis satu persatu, kolom
kedua merupakan total penambahan varians DV dari masing-masing IV yang
dianalisis satu persatu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV
dari masing-masing IV yang dimasukkan satu persatu, kolom ke empat ialah
harga F hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom df ialah derajat bebas bagi IV
yang bersangkutan juga, yang terdiri dari numerator dan denumorator, kolom F
tabel ialah kolom mengenai nilai/harga IV pada tabel F dengan df dan taraf level
of significance 5% yang telah ditentukan sebelumnya, harga pada kolom inilah
yang akan dibandingkan dengan harga pada kolom F hitung. Jika harga F hitung
lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya yaitu kolom signifikan akan
dituliskan signifikan atau sebaliknya. Jika signifikan artinya bahwa penambahan
proporsi varians dari IV yang bersangkutan, dampaknya signifikan.
61
Besarnya proporsi varians pada kecerdasan emosi anak dapat dilihat pada
tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 Kontribusi Proporsi Varians IV terhadap DV
Independent
Variable R Square
R Square
Change F Hitung df1 df2 Signifikan
Authoritarian .007 .007 .936 1 124 .335
Permissive .035 .002 .282 1 122 .596
Authoritative .032 .025 3.158 1 123 .078
Negative
Reactivity
.036 .001 .128 1 121 .721
Task Persistence .051 .015 1.950 1 120 .165
Approach .065 .014 1.778 1 119 .185
Energy .066 .001 .092 1 118 .762
Keterangan : R Square Change = proporsi varians, sig*<0.05
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel authoritarian memberikan sumbagan/pengaruh yaitu sebesar
0.7% bagi varians simptom kecerdasan emosi anak. Pengaruhnya tidak
signifikan secara statistik dengan F hitung = 0.936, p>0.05 dan df1 = 1 dan
df2 = 124.
2. Variabel permissive memberikan sumbagan/pengaruh yaitu sebesar 0.2%
bagi varians simptom kecerdasan emosi anak. Pengaruhnya tidak
signifikan secara statistik dengan F hitung = 0.282, p>0.05 dan df1 = 1 dan
df2 =122.
3. Variabel authoritative memberikan sumbagan/pengaruh yaitu sebesar
2.5% bagi varians simptom kecerdasan emosi anak. Pengaruhnya tidak
signifikan secara statistik dengan F hitung = 3.158, p>0.05 dan df1 = 1 dan
df2 = 123.
62
4. Variabel negative reactivity memberikan sumbagan/pengaruh yaitu
sebesar 0.1% bagi varians simptom kecerdasan emosi anak. Pengaruhnya
tidak signifikan secara statistik dengan F hitung = 0.128, p>0.05 dan df1 =
1 dan df2 = 121.
5. Variabel task persistence memberikan sumbagan/pengaruh sebesar 1.5%
bagi varians simptom kecerdasan emosi anak. Pengaruhnya tidak
signifikan secara statistik dengan F hitung = 1.950, p>0.05 dan df1 = 1 dan
df2 = 120.
6. Variabel approach memberikan sumbagan/pengaruh yaitu sebesar 1.4%
bagi varians simptom kecerdasan emosi anak. Pengaruhnya tidak
signifikan secara statistik dengan F hitung = 1.778, p>0.05 dan df1 = 1 dan
df2 = 119.
7. Variabel energy memberikan sumbagan/pengaruh yaitu sebesar 0.1% bagi
varians simptom kecerdasan emosi anak. Pengaruhnya tidak signifikan
secara statistik dengan F hitung = 0.092, p>0.05 dan df1 = 1 dan df2 =118.
Sebagai kesimpulan dari bagian ini ialah bahwa dari tujuh IV, yaitu pola
asuh orang tua (authoritarian, permissive, dan authoritative), dan temperamen
anak (negative reactivity, task persistence, approach, dan energy) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kecedasan emosi anak, jika dilihat dari
besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap
dilakukan penambahan IV
(sumbangan proporsi varians yang diberikan).
63
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini peneliti akan memuat mengenai kesimpulan, diskusi dan
saran dari hasil penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini peneliti dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua dan
temperamen anak terhadap kecerdasan emosi anak.
2. Tidak ada pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua terhadap kecerdasan
emosi anak, namun ada yang menunjukkan arah pengaruh sebagai berikut:
Pola asuh authoritarian memiliki arah pengaruh positif terhadap
kecerdasan emosi anak.
Pola asuh permissive memiliki arah pengaruh negatif terhadap
kecerdasan emosi anak.
Pola asuh authoritative memiliki arah pengaruh positif terhadap
kecerdasan emosi anak.
3. Tidak ada pengaruh yang signifikan temperamen anak terhadap kecerdasan
emosi anak, namun ada yang menunjukkan arah pengaruh sebagai berikut:
Temperamen Negative reactivity memiliki arah pengaruh negatif
terhadap kecerdasan emosi anak.
Temperamen Task persistence memiliki arah pengaruh negatif terhadap
kecerdasan emosi anak.
64
Temperamen Approach memiliki arah pengaruh negatif terhadap
kecerdasan emosi anak.
Temperamen Energy memiliki arah pengaruh positif terhadap kecerdasan
emosi anak.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara pola asuh orang tua dan temperamen anak terhadap kecerdasan
emosi anak. Artinya data yang dikumpulkan tidak berhasil membuktikan hipotesis
penelitian.
Beberapa kemungkinan yang menyebabkan tidak signifikannya hasil
penelitian ini, antara lain: (1) adanya variabel lain diluar penelitian yang lebih
dominan berpengaruh terhadap kecerdasan emosi seperti usia, kondisi fisik dan
kesehatan, jenis kelamin, intelligence, interaksi dengan guru dan teman sebaya,
perbedaan etnis, tingkat ekonomi serta pendidikan orang tua, dan lain sebagainya.
(2) adanya pengaruh situasi dan kondisi saat pengambilan data. Situasi dan
kondisi lingkungan di luar kelas dimana tempat partisipan mengisi kuesioner
bersuasana ramai, karena pada saat pengambilan data ada kegiatan ekstrakulikuler
yang dilaksanakan oleh anak kelas lain. Walaupun pada saat pengambilan data
peneliti didampingi langsung oleh kepala sekolah dan guru saat partisipan mengisi
kuesioner, namun mungkin saja konsentrasi partisipan dapat terganggu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara pola asuh orang tua terhadap kecerdasan emosi anak. Namun ada
yang menunjukkan memiliki arah positif pada pola asuh authoritative dan
65
authoritarian. Arah pengaruh positif yang paling dominan mempengaruhi
kecerdasan emosi anak dalam penelitian ini ialah pola asuh authoritative. Artinya
semakin tinggi pola asuh authoritative yang diterapkan ibu terhadap anaknya,
maka semakin tinggi juga tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki oleh anak. Hasil
penelitian ini sejalan dengan teori (Baumrind, 2008) bahwa orang tua yang
menerapkan pola asuh authoritative yakni lebih memprioritaskan kebutuhan dan
tuntutan anak dengan pengawasan dan pengendalian orang tua akan membentuk
karakteristik anak yang dapat mengontrol dan memahami emosi diri, anak yang
mandiri, serta memiliki hubungan sosial yang baik dengan lingkungan sekitar. Hal
ini juga sejalan dengan hasil penelitian Natalia (2010) yang menunjukkan bahwa
88,5% anak pada tipe pola asuh authoritative memiliki kemampuan memahami
emosi diri sendiri yang tinggi. Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian
Thoyibah (2004) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi sikap authoritative
orang tua, maka semakin tinggi pula kecerdasan emosional siswa.
Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan pola asuh permissive
memiliki arah pengaruh negatif terhadap kecerdasan emosi anak. Artinya semakin
tinggi pola asuh permissive yang diterapkan ibu terhadap anaknya, maka semakin
rendah kecerdasan emosi yang dimiliki oleh anak. Hasil penelitian sejalan dengan
penelitian Gunawan (2010) yang menunjukkan bahwa dari 10 anak yang
mendapat tipe pola asuh permissive, hanya 2 anak yang memiliki kecerdasan
emosi yang tinggi. Dengan demikian secara emosional, pola asuh permissive akan
menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja,
kurang mandiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
66
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara temperamen anak terhadap kecerdasan emosi anak. Namun
temperamen energy memiliki arah positif terhadap kecerdasan emosi anak.
Artinya semakin aktif anak mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya,
maka semakin tinggi tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki oleh anak. Hasil ini
sejalan dengan hasil penelitian Turiel (2008) yang menunjukkan bahwa semakin
anak aktif bereksplorasi dan mengembangkan imajinasinya, maka semakin tinggi
tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki anak. Hal ini selaras juga dengan teori
psikososial Erikson (1968) bahwa tahap usia sekolah (7-12 tahun) anak sangat
aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Mereka mengekspresikan
perilakunya secara relatif spontan, bersifat aktif dan energik, memiliki rasa ingin
tahu yang kuat, antusias terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan jiwa
petualang, kaya dengan fantasi.
Selanjutnya hasil penelitian ini juga menunjukkan arah pengaruh negatif
pada temperamen negative reactivity, task persistence, dan approach terhadap
kecerdasan emosi anak. Arah pengaruh negatif yang paling dominan
mempengaruhi kecerdasan emosi anak ialah temperamen negative reactivity.
Artinya semakin tinggi negative reactivity anak, maka semakin rendah kecerdasan
emosi yang dimiliki anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Yusuf (2001) yang menunjukkan bahwa sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat
kuat terhadap berbagai peristiwa ataupun situasi sosial, emosinya bersifat negatif
dan temperamental.
67
5.3 Saran
Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan sebagai berikut:
5.3.1 Saran Teoritis
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan meninjau faktor-faktor lain yang
lebih dominan dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seperti usia, kondisi
fisik dan kesehatan, jenis kelamin, intelligence, interaksi dengan guru dan
teman sebaya, perbedaan etnis, tingkat ekonomi serta pendidikan orang
tua.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan alat ukur sesuai
usia dan tahapan perkembangan anak, serta lingkungan sosial budaya
dimana mereka tinggal.
5.3.2 Saran Praktis
1. Perlunya pengembangan program pelatihan pola asuh bagi orang tua agar
mereka mampu meningkatkan kemampuan dalam memahami kebutuhan
dan tuntutan anak.
2. Peningkatan kecerdasan emosi bagi anak dengan pendekatan program
bermain yang edukatif untuk anak sesuai tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Sehingga anak mampu bereksplorasi dalam
lingkungan, berkegiatan aktif, serta dapat mengembangkan kreativitas dan
imajinasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahadi, S. A., & Rothbart, M. K. (1994). Children’s temperament in the US and
China: Similarities and differences. European journal of personality, 7,
360-37.
Allport, G. W. (1937). Personality: A psychological interpretation. New York:
Holt.
Altobello, C., Hupp. S. D. A., Reitman, D., & Rhode, P.C. (2002). Development
and validation of the parental authority questionnaire revised. Journal of
psychopathology and behavioral assessmen, vol. 24, No. 2
Arikunto, S. (2007). Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Banchard, K. A., & Hakstian A. R. (2004). The nature and measurement of
emotional intelligence abilities: Basic dimensions and their relationships
with other cognitive ability and personality variables. Journal of
educational and psychological measurement, 64, 437-462.
Baumrind, D. (1971). Effects of authoritative parental control on child behaviour.
Child development, 37, 887-907.
Baumrind, D. (2008). Parental authority and its effect on children. Parenting and
moral growth, spring, 2008, 1(2), The council for spiritual and ethical
education.
Bates, J. E. & Bayles, K. (1984). Objective and subjective components in mothers’
perceptions of their children from age 6 months to 3 years. Merrill-Palmer
Quarterly, 30, 111-130.
Bates, J. E. (1989). Applications of temperament concepts. In G. A. Kohnstamm,
M. K. Roth-bart, & J. E. Bates (Eds.), Temperament in childhood (pp. 321-
355). New York: Wiley.
Bates, J. E., Pettit, G. S., Dodge, K. A., & Ridge, B. (1998). Interaction of
temperamental re-sistance to control and restrictive parenting in the
development of externalizing behavior. Developmental psychology, 34,
982-995.
Bates, J. E. & Pettit, G. S. (2007). Temperament, parenting, and socialization. In
J. Grusec & P. Hastings (Eds.), Handbook of socialization (pp. 153-177).
New York: Guilford.
Berk, L. E. (1994). Child development (3rd ed). Boston: Iallyn and Bacon.
Buri, J. R. (1991). Parental authority questionnaire. Journal of personality and
social assessment, 57, 110-119.
Buss, A. & Plomin, R. (1975). A temperament theory of personality development.
New York: Wiley.
Buss, A. & Plomin, R. (1984). Temperament: Early developing personality traits.
Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Calhoun, J. F., & Acocella, J. S. (1990). Psikologi tentang penyesuaian dan
hubungan kemanusiaan. New York: Mc Graw Hill.
Chaplin, W. F. (1995). The influence of different standards on the evaluation of
pain: Implication for assessment and treatment. Behavior therapy, 26. 217-
239.
Coie, J. D., & Dodge, K.A. (1988). Multiple sources of data on social behavior
and social status in the school: A cross-age comparison. Child
development, 59, 815–829.
Collins, WA. & Kuczaj, SA. (1991). Developmental psychology: Childhood and
adolescence. New York: Macmillan.
Consuelo G. Sevilla, dkk. (2006). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Press.
Cooper, R.K., & Sawaf, A. (2002). Executive EQ: Emotional intelligence in
leadership and oeganisations. New York: Grosset/Putnam.
Corsini, R. J. (2002). The dictionary of psychology. New York: Brunner/Mazel.
Diamond, S. (1957). Personality and temperament. New York: Harper.
Dinkmeyer, D. C. (1965). Child development: The emerging self. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Eisenberg, N. (1986). Altruistic emotion, cognition, and behavior. Hillsdale, N. J:
Erlbaum.
Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and crisis. New York: W.W. Norton.
Frederickson, N. L., & Graham, B. (1999). Social skills and emotional
intelligence. In N. L. Frederickson, & R. J. Cameron (Eds.). Psychology in
education portfolio. Windsor: NFER-Nelson.
Frijda, N. H. (1986). The emotions. Cambridge: Cambridge University Press.
Gardner, H. (1993). Multiple intelligence. New York: Basic Books.
Goldenberg, I., Matheson, K., & Mantler, J. (2006). The Assessment of emotional
intelligence: A comparison of performance-based and self-report
methodologies. Jurnal of personality assessment, vol. 86, 33-45.
Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ.
New York: Bantam.
Goleman, D. (1997). Working with emotional intelligence. London: Bloomsbury.
Goleman, D. (1999).Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakata:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, D. (2000). Emotional intelligence (terjemahan). Jakata: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Goleman, D. (2002). Working with emotional intelligence (terjemahan). Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gottman, J. (2001). Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan
emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gottman, J. & DeClaire J. (1997). The heart of parenting. Great Britain: Clays
Ltd, St Ives plc.
Gunarsa, S. D. (2006). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia.
Hurlock, E. (1995). Perkembangan anak. Jakarta: PT Aksara Pratama.
Kail, R. (2000). Speed of information processing: Developmental change and
links to intelligence. Journal of school psychology, 38, 51-61.
LaHaye (1999). Through the flames: The kids risk their lives-live behind: The
kids. New York: Harper.
Lazzarini, S. (2000). Hubungan antara emotional intelligence dan intelektual
quetion dengan prestasi belajar siswa SMU. Tesis Magister Psikologi,
Universitas Indonesia, Depok.
Livingstone, H., Foster, M. N., & Smithers, S. (2002). Emotional intelligence and
military leadership-prepared for : Canadian forces leadership institute.
Retrieved Feb 18, 2013, from www.scribd.com
Lorr, M. (1989). Models and methods for measurement of mood. In R.
Plutchik & H. Kellerman (Eds.), Emotion theory, research, and
experience (Vol. 4, pp. 37-53). San Diego, CA: Academic Press.
Mangkunegara, A. (2005). Evaluasi kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama.
Mavrovelli, S., & Petrides, K. V. (2002). trait emotional intelligence questionnaire child
short form. Social development, 15, 537-547.
Mavrovelli, S., Petrides, K. V., Shove, C., & Whitehead ( 2008). Trait emotional
intelligence, psylogical well-being and peer-rated social competence in
adolescence. British journal of developmental psychology, 25. 263-275.
Mayer, J. D., Salovey, P., & Caruso, D. R. (2000). Models of emotional
intelligence. In R. J. Sternberg (Ed.). Handbook of human intelligence (pp.
396–492). New York: Cambridge University Press.
McClowry, S. G. (1995). The development of the school-age temperament
inventory. Mer-rill-Palmer-Quarterly.
McClowry, S. G., Halverson C. F., & Sanson, A. (2003). A re-examination of the
validity and realibility of the school-age temperament inventory. Nursing
research, vol. 52, No. 3.
McClowry, S. G., Rodriguez, E., & Koslowitz, R. (2008). Temperament-based
intervention: Re-examining goodness-of-fit. European journal of
developmental science.
McDevitt, S. C. & Carey, W. B. (1978). The measurement of temperament in 3-
to 7-year-old children. Journal of child psychology and psychiatry.
Paterson, G. & Sanson, A. (1999). The association of behavioural adjustment to
temperament, parenting and familycharacteristics among five-year-old
children. Social development, vol. 8, pp. 293-309.
Papalia, D. E., Wendkos-Olds, S. W., & Duskin-Feldman, R. D. (2007). Human
development. Boston: McGraw Hill.
Pellegrini, A. D., & Blatchford, P. (2000). The child at school: Interactions with
peers and teachers. London: Arnold.
Petrides, K. V., & Furnham, A. (2000). On the dimensional structure of emotional
intelligence. Personality and individual differences, 29, 313–320.
Petrides, K. V., & Furnham, A. (2001). Trait emotional intelligence: Psychometric
investigation with reference to established trait taxonomies. European
journal of personality, 15, 425–448.
Petrides, K. V., & Furnham, A. (2003). Trait emotional intelligence: Behavioural
validation in two studies of emotion recognition and reactivity to mood
induction. European journal of personality, 17, 39–57.
Petrides, K.V., Frederickson, N., & Furnham, A. (2004). The role of trait
emotional intelligence in academic performance and deviant behavior at
school. Personality and individual differences, 36, 277–293.
Petrides, K.V., Sangareau, Y., Furnham, A., & Fredericson, N. (2006). Trait
emotional intelligence and children’s peer relation at school. Social
development, 15, 537-547.
Pike, H., Hills, A., & MacLennan, R. (2002). Emotional intelligence and military
leadership-prepared for : Canadian forces leadership institute. Retrieved
Feb 18, 2013, from www.scribd.com
Reiff, H. B., Hatzes, N. M., Bramel, M. H., & Gibbon, T. (2001). The relation of
LD and gender with emotional intelligence in college students. Journal of
learning disabilities, 34, 66–78.
Rothbart, M. K. & Bates, J. E. (1998). Temperament in W.Damon (series ed.) &
E. Eisenberg (volume ed.). Handbook of child psychology: Vol. 3. Social,
emotional and personality development (5th edn). New York: Wiley.
Saifuddin, A. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Balajar
Offset.
Saklofske, D. H., Austin, E. J., & Minski, P. S. (2003). Factor structure and
validity of a trait emotional intelligence measure. Personality and
individual differences, 34, 707–721.
Salovey, P. & Mayer, J. D. (1990). Emotional intelligence; imagination,
cognition, and personality, 9. 185-211.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak. Jilid. I. (Edisi Kesebelas). Jakarta:
Erlangga.
Santrock, J. W. (2009). Psikologi pendidikan. Jilid I. (Edisi Ketiga). Jakarta:
Salemba Humanika.
Saphiro, L. E. (1998). Mengajarkan emotional intelligence pada anak. Jakarta:
Gramedia.
Sarwono, S. W. (2007). Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh psikologi.
Jakarta: Bulan Bintang.
Saucier, G., & Simonds, J. (2006). The structure of personality and temperament.
In D.K.Mroczet & T.D Little (Eds.), Handbook of personality development
(pp. 109-128). Mahwah, N. J: Erlbaum.
Shields, S. A. (1991). Gender in psychology of emotion: A selective research
review. In K. T. Strongman (Ed.). International review of studies on
emotion (vol.1) New York: Wiley.
Schlosberg, H. (1954). Three dimensions of emotion. Psychologzcal review,
61, 81-88.
Shiner, R. L. (2006). Linking childhood personality with adaptation: Evidence for
continuity and change across time into late adolescence. Journal of
personality and social psychology, 78, 310-325.
Shochib, M. (1998). Pola asuh orang tua. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sia, T. (2001). Hubungan antara IQ, EQ, dan QA dengan prestasi studi pada siswa
SMU. Jurnal anima vol.17 no.1
Stein, M. B., & Book. (2002). Clinical research and mental heart: A practical
guide. Washington: American Psychiatric Press Inc.
Strelau, J. (1983). Temperament personality activity. New York: Academic
Press.
Sujanto, A. (1993). Psikologi perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.
Sumadi, S. (1998). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soemanto, W. (2006). Psikologi pendidikan. Cet. V. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarmudji, H. R. (2001). Hubungan antara gaya pengasuhan orang tua dengan
tingkah laku prososial anak. Jurnal psikologi Vol.11 No.1
Thomas, A., Chess, S. & Birch, H.G. (1968). Temperament and behaviour
disorders in children. New York: University Press.
Thomas, A., & Chess, S. (1977). Temperament and development. New York:
Brunner/Mazel.
Thomas, A., & Chess, S. (1991). Behavioral individuality in early childhood.
New York: New York University Press.
Tubman, J. G., & Windle, M. (1995).Continuity of difficult temperament in
adolescence: Relations with depression, life events, family support, and
substance use across a one-year period. Journal of youth and adolescence,
24(2), 133–153.
Turner, J. S., & Helms, D. B. (1983) Exploring child behavior. New York: Holt
Rinehartand Winston.
1
A1 TRY OUT
LEMBAR KESEDIAAN
Kepada yang Terhormat Bapak/Ibu,
Saya mahasiswa Magister UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini saya sedang menyusun
Tesis tentang “Pengaruh Pola Asuh Orang tua dan Temperamen Anak terhadap Kecerdasan Emosi
Anak Usia Sekolah” sebagai syarat kelulusan S2.
Dalam penelitian ini, kami memerlukan data mengenai beberapa aspek yang terkait dengan
kecerdasan emosi anak usia 10-12 tahun. Data dikumpulkan melalui kuesioner tertulis. Untuk itu
kami mohon kesediaan Anda menjadi peserta penelitian ini, dengan cara menjawab pernyataan
yang ada dalam lembar kuesioner terlampir. Dalam menjawab kuesioner mungkin Anda akan
menemukan beberapa pernyataan yang menyebabkan ketidaknyamanan psikologis yang berkaitan
dengan diri Anda yang mungkin bersifat pribadi. Namun demikian, sebagai peneliti saya
berkewajiban menjaga kerahasiaan data Anda dan hanya menggunakannya untuk kepentingan
penelitian saja.
Jika Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, kami mengharapkan Anda untuk:
1. Menanda-tangani lembar kesediaan ini pada kolom tanda tangan
2. Menjawab pernyataan-pernyataan pada lembar terlampir
3. Membaca terlebih dahulu instruksi pengisian yang tercantum pada awal setiap bagian
pernyataan yang harus dinilai sehingga jawaban yang Anda berikan sesuai dengan apa yang
diminta
4. Menjawab dengan jujur dan apa adanya, karena jawaban terbaik ialah jawaban yang
menggambarkan diri Anda, bukan pendapat umum.
5. Memastikan behwa setiap pernyataan telah dijawab sehingga tidak ada pernyataan yang
terlewati
6. Hasil penelitian ini akan sangat tergantung pada jawaban yang Anda berikan
Jika Anda memiliki pertanyaan tentang studi ini, Bapak/Ibu dapat menghubungi peneliti Arni
Mabruria melalui HP. 085764618803, yang berada dibawah bimbingan Dr. Risatianti Kolopaking,
M.Si.,Psi melalui 08128010108 di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu demi membantu terwujudnya proses
penelitian ini. Semoga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya, serta bagi
kesejahteraan masyarakat umumnya.
Menyetujui Hormat saya,
( ) Arni Mabruria
Hari/Tanggal: ..........................
2
NO
IDENTITAS DIRI
NAMA IBU
USIA
AGAMA
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
IINNSSTTRRUUKKSSII::
Isilah data diri anda dengan benar.
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama.
Berikanlah Skala Penilaian dengan menggunakan Skala berikut:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Untuk setiap pernyataan di bawah ini, berilah tanda silang (X) yang paling menggambarkan
hubungan Anda dan anak Anda. Selamat menilai!
Contoh:
NO PERNYATAAN Skala Penilaian
STS TS N S SS
2 Anak saya akan marah jika tidak bisa menemukan sesuatu
yang dicarinya.
X
Artinya: Saya setuju bahwa anak saya akan marah jika tidak bisa menemukan sesuatu yang
dicarinya.
Aspek Temperamen Anak
NO PERNYATAAN Skala Penilaian
STS TS N S SS
1 Anak saya merasa nyaman tinggal di rumah.
2 Anak saya akan marah jika tidak bisa menemukan sesuatu
yang dicarinya.
3 Anak saya bermain bersama teman seusianya atau
sebayanya.
4 Anak saya termasuk anak yang aktif (tidak hanya fokus pada
satu aktivitas).
5 Anak saya tetap berbicara pelan dan tenang ketika keputusan
yang saya buat mungkin tidak disetujuinya.
6 Anak saya tidak melaksanakan tanggung jawabnya dengan
baik.
7 Anak saya mudah beradaptasi dengan orang yang baru dia
kenal.
8 Anak saya tidak menyelesaikan PR nya dengan baik.
3
9 Anak saya merasa malu jika berinteraksi dengan orang yang
tidak dia kenal.
10 Anak saya akan marah jika dikoreksi atau diberi masukan
saat ia melakukan kesalahan.
11 Anak saya biasanya akan meninggalkan tugas yang tidak
dapat diselesaikannya.
12 Anak saya kelihatan grogi atau tidak nyaman di tempat baru.
13 Anak saya sering berlari ketika masuk atau keluar rumah.
14 Anak saya mudah marah/nangis terhadap kekecewaan yang
dia alami.
15 Jika anak saya gagal melakukan sesuatu, anak saya tidak
akan mencobanya lagi lain waktu.
16 Anak saya selalu ingat untuk mengerjakan PR nya.
17 Anak saya akan marah jika ada orang lain yan mengejek atau
menggodanya.
18 Anak saya tidak mau mengerjakan rutinitas rumah tangga.
19 Anak saya terburu-buru saat memasuki ruangan.
20 Anak saya akan frustasi jika mengalami kegagalan.
21 Anak saya merasa segan atau canggung saat bertemu teman
yang baru dia kenal.
22 Anak saya terbiasa menyelesaikan tugas dengan baik.
23 Anak saya akan berteriak atau membentak pada orang lain
jika sedang marah.
24 Anak saya biasanya berlari /melompat ketika naik atau turun
tangga.
25 Anak saya tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
26 Anak saya menerima dengan lapang dada ketika dikoreksi
atau diberi masukan saat ia melakukan kesalahan.
27 Anak saya menyukai tempat atau suasana baru.
28 Anak saya sering pergi kemanapun tanpa seizin saya.
29 Anak saya akan mengkritik setiap keputusan yang saya buat
tidak disetujuinya.
30 Anak saya kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya.
31 Anak saya lebih memilih bermain dengan orang yang benar-
benar sudah dia kenal.
32 Jika sedang marah anak saya bersuara keras atau
membentak.
33 Anak saya akan marah jika rencana yang telah dibuat
sebelumnya terjadi perubahan.
34 Anak saya sering menghindar saat orang yang belum ia
kenal datang ke rumah.
35 Anak saya kelihatan terburu-buru setiap melakukan sesuatu.
36 Anak saya mudah putus asa saat menemukan kegiatan yang
menurutnya sulit untuk dilakukannya.
37 Anak saya kelihatan murung pada hari-hari tertentu.
38 Anak saya merasa tidak nyaman saat berada di rumah orang
lain.
SELESAI, PASTIKAN TIDAK ADA JAWABAN YANG TERLEWATKAN
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
4
NO
IDENTITAS DIRI
NAMA
KELAS
USIA
JENIS KELAMIN
IINNSSTTRRUUKKSSII::
Isilah data diri anda dengan benar.
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama.
Berikanlah Skala Penilaian dengan menggunakan Skala berikut:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Untuk setiap pernyataan di bawah ini, berilah tanda silang (X) yang paling menggambarkan
hubungan Anda dan orang tua Anda. Selamat menilai!
Contoh:
NO PERNYATAAN Skala Penilaian
STS TS N S SS
2 Saya senang berkenalan dengan orang baru. X
Artinya: Saya setuju bahwa saya senang berkenalan dengan orang baru.
1. Aspek Kecerdasan Emosi
NO PERNYATAAN Skala Penilaian
STS TS N S SS
1 Saya selalu berusaha membuat hati saya senang dan
gembira.
2 Saya senang berkenalan dengan orang baru.
3 Saya susah mulai bergaul dengan teman dan suasana baru
saat kenaikan kelas.
4 Saya percaya diri dengan diri saya.
5 Ketika saya sedih, saya berusaha membuat hati saya
menjadi senang dan gembira.
6 Saya sering merasa sedih.
5
7 Jika saya menyenangi seseorang, saya akan mengatakan
langsung pada orangnya.
8 Saya tidak pili-pilih teman dalam bergaul, misalnya
miskin-kaya, pintar-bodoh, cantik-jelek, dll.
9 Saya sering merasa marah.
10 Teman-teman di sekolah senang bermain bersama saya.
11 Saya mudah menyesuaikan diri di tempat baru.
12 Saya sering tidak nyaman dengan diri saya
13 Saya seringkali tidak berpikir terlebih dahulu sebelum
saya melakukan sesuatu.
14 Saya dapat memahami perasaan orang lain.
15 Saya tidak suka memaksa diri/ngotot untuk mendapatkan
sesuatu yang saya inginkan.
16 Saya mudah memahami apa yang saya rasakan.
17 Saya dapat melakukan kawajiban saya dengan baik.
18 Saya sangat mudah marah.
19 Saya yakin bahwa saya dapat mengerjakan tugas saya
dengan baik.
20 Saya mudah menceritakan perasaan saya pada orang lain.
21 Saya tidak sabar menunggu untuk mendapatkan apa yang
saya inginkan.
22 Saya tipe anak periang.
23 Saya pamalas atau tidak giat belajar.
24 Saya khawatir dengan masa depan saya.
25 Banyak orang yang senang terhadap saya.
26 Saya berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu.
27 Saya tidak dapat mengendalikan emosi saya.
28 Saya mudah mulai bergaul dengan orang-orang baru.
29 Saya tidak dapat menceritakan perasaan saya pada orang
lain.
30 Saya tidak suka mencoba hal-hal baru.
31 Saya senang berteman dengan orang lain.
32 Saya dapat menunjukkan perhatian saya pada orang lain.
33 Saya sering bingung dengan perasaan saya.
34 Saya susah memahami perasaan orang lain.
35 Jika saya gagal melakukan sesuatu, saya tidak akan
mencobanya lagi lain waktu.
36 Saya terbiasa berpikir dahulu sebelum saya berbicara.
6
II. Aspek Pola Asuh Orangtua
NO PERNYATAAN Skala Penilaian
STS TS N S SS
1 Menurut ibu, anak-anak harus menyetujui setiap
kesepakatan yang telah dibuat dalam keluarga.
2 Ibu saya berpendapat bahwa saya harus mengikuti
pendapatnya demi kebaikan saya, walaupun saya tidak
menyetujui pendapatnya.
3 Setiap ibu menyuruh saya melakukan sesuatu, ibu berharap
saya langsung melakukannya tanpa bertanya apapun.
4 Jika ada peraturan yang diterapkan dalam keluarga, ibu
menjelaskan alasan dibuatnya peraturan tersebut pada saya.
5 Ibu selalu mendangarkan pendapat saya dan menjelaskan
alasannya setiap kali saya merasa ada peraturan atau
larangan dalam keluarga yang tidak masuk akal.
6 Menurut ibu, saya bebas berpendapat dan melakukan
apapun yang saya inginkan, walaupun pendapat dan
keinginan saya tidak sesuai dengan yang ibu inginkan.
7 Ibu tidak memperkenankan saya untuk bertanya apapun
mengenai keputusan/peraturan yang telah dibuatnya.
8 Ibu saya mengatur segala kegiatan dan keputusan saya
dengan pertimbangan dan disiplin.
9 Menurut ibu, saya harus dipaksa untuk berprilaku sesuai
dengan yang seharusnya anak-anak lakukan.
10 Menurut ibu, saya tidak harus menaati peraturan hanya
karena seorang yang lebih tua telah menetapkannya.
11 Saya bebas berdiskusi dengan ibu saya mengenai
pendapat/keinginan saya apabila saya merasa ada
keputusan ibu yang menurut saya tidak masuk akal.
12 Menurut ibu, orangtua yang bijaksana adalah orangtua
yang menunjukkan siapa “bos” (yang berhak memberi
keputusan) di dalam keluarga.
13 Ibu jarang memberikan saya harapan dan panduan dalam
bertingkah laku.
14 Ibu selalu membuat keputusan sesuai kesepakatan
keluarga.
15 Ibu selalu memberikan arahan dan panduan yang masuk
akal kepada saya.
16 Ibu saya akan sangat marah apabila saya tidak setuju
dengan pendapatnya.
17 Menurut ibu, kebanyakan masalah dalam masyarakat dapat
diselesaikan apabila orang tua tidak melarang aktivitas,
keputusan, dan keinginan anak-anaknya.
18 Ibu selalu memberitahukan harapannya mengenai
bagaimana saya harus bersikap dan berperilaku, dan
apabila saya tidak memenuhinya saya akan dihukum.
19 Menurut ibu, saya bebas berpendapat dan melakukan
apapun yang saya inginkan tanpa ada arahan darinya
20 Ibu mendengarkan pendapat saya sebagai pertimbangan
untuk mengambil kesepakatan dalam keluarga. Namun, ibu
7
tidak semudah itu memutuskan sesuatu hanya karena
keinginan saya.
21 Ibu saya tidak memandang dirinya sebagai orang yang
bertanggung jawab untuk membimbing dan mengarahkan
tingkah laku saya.
22 Ibu memiliki aturan yang jelas mengenai bagaimana saya
harus berprilaku dalam keluarga, namun ibu tetap
menyesuaikan aturan tersebut dengan kebutuhan saya.
23 Ibu memberikan arahan terhadap tingkah laku dan aktivitas
saya dan ibu mengharapkan saya mengikuti arahannya.
Tetapi, ibu juga selalu bersedia mendengarkan pendapat
saya dan mendiskusikan arahan tersebut dengan saya.
24 Ibu memperbolehkan saya berpendapat tentang peraturan
dalam keluarga, dan ibu juga memperbolehkan saya untuk
memutuskan sendiri hal yang saya ingin lakukan.
25 Menurut ibu, masalah di masyarakat akan terselesaikan
apabila orang tua dapat membatasi aktivitas, keputusan,
dan keinginan anak-anaknya.
26 Jika ibu ingin meminta saya melakukan sesuatu, biasanya
ibu mengatakan langsung pada saya tujuan permintaannya.
27 Ibu memberikan arahan yang jelas terhadap tingkah laku
dan aktivitas saya, namun ibu juga mengerti ketika saya
tidak sependapat dengannya.
28 Ibu saya tidak mengatur prilaku, aktivitas, dan keinginan
saya.
29 Ibu menuntut saya untuk mematuhi perintahnya demi
menghormati tanggungjawabnya.
30 Jika ibu membuat keputusan dalam keluarga yang
menyakiti saya, ibu bersedia untuk membicarakan hal
tersebut dengan saya dan mengakui bahwa ibu telah
melakukan kesalahan.
SELESAI, PASTIKAN TIDAK ADA JAWABAN YANG TERLEWATKAN
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
8
B FIELD TEST
LEMBAR KESEDIAAN
Kepada yang Terhormat Bapak/Ibu,
Saya mahasiswa Magister UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini saya sedang menyusun
Tesis tentang “Pengaruh Pola Asuh Orang tua dan Temperamen Anak terhadap Kecerdasan Emosi
Anak Usia Sekolah” sebagai syarat kelulusan S2.
Dalam penelitian ini, kami memerlukan data mengenai beberapa aspek yang terkait dengan
kecerdasan emosi anak usia 10-12 tahun. Data dikumpulkan melalui kuesioner tertulis. Untuk itu
kami mohon kesediaan Anda menjadi peserta penelitian ini, dengan cara menjawab pernyataan
yang ada dalam lembar kuesioner terlampir. Dalam menjawab kuesioner mungkin Anda akan
menemukan beberapa pernyataan yang menyebabkan ketidaknyamanan psikologis yang berkaitan
dengan diri Anda yang mungkin bersifat pribadi. Namun demikian, sebagai peneliti saya
berkewajiban menjaga kerahasiaan data Anda dan hanya menggunakannya untuk kepentingan
penelitian saja.
Jika Anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, kami mengharapkan Anda untuk:
1. Menanda-tangani lembar kesediaan ini pada kolom tanda tangan
2. Menjawab pernyataan-pernyataan pada lembar terlampir
3. Membaca terlebih dahulu instruksi pengisian yang tercantum pada awal setiap bagian
pernyataan yang harus dinilai sehingga jawaban yang Anda berikan sesuai dengan apa yang
diminta
4. Menjawab dengan jujur dan apa adanya, karena jawaban terbaik ialah jawaban yang
menggambarkan diri Anda, bukan pendapat umum.
5. Memastikan behwa setiap pernyataan telah dijawab sehingga tidak ada pernyataan yang
terlewati
6. Hasil penelitian ini akan sangat tergantung pada jawaban yang Anda berikan
Jika Anda memiliki pertanyaan tentang studi ini, Bapak/Ibu dapat menghubungi peneliti Arni
Mabruria melalui HP. 085764618803, yang berada dibawah bimbingan Dr. Risatianti Kolopaking,
M.Si.,Psi melalui 08128010108 di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terima kasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu demi membantu terwujudnya proses
penelitian ini. Semoga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya, serta bagi
kesejahteraan masyarakat umumnya.
Menyetujui Hormat saya, Mengetahui,
Kepsek SDIT Darul Muttaqin
( ) Arni Mabruria Drs. Muh. Asy’ari
Hari/Tanggal: ..........................
9
IDENTITAS DIRI
NAMA IBU
USIA
AGAMA
PENDIDIKAN
PEKERJAAN
INSTRUKSI:
Isilah data diri anda dengan benar
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama
Berikanlah Skala Penilaian dengan menggunakan Skala berikut:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Untuk setiap pernyataan di bawah ini, berilah tanda silang (X) yang paling menggambarkan
hubungan Anda dan anak Anda. Selamat menilai!
Contoh:
NO PERNYATAAN Skala Penilaian
STS TS N S SS
2 Anak saya akan marah jika tidak bisa menemukan sesuatu
yang dicarinya.
X
Artinya: Saya setuju bahwa anak saya akan marah jika tidak bisa menemukan sesuatu yang
dicarinya.
Aspek Temperamen Anak
NO PERNYATAAN Skala Penilaian
STS TS N S SS
1 Anak saya merasa nyaman tinggal di rumah
2 Anak saya akan marah jika tidak bisa menemukan sesuatu
yang dicarinya.
3 Anak saya bermain bersama teman seusianya atau sebayanya
4 Anak saya termasuk anak yang aktif (tidak hanya fokus pada
satu aktivitas).
5 Anak saya tetap berbicara pelan dan tenang ketika keputusan
yang saya buat mungkin tidak disetujuinya.
6 Anak saya tidak melaksanakan tanggung jawabnya dengan
baik
7 Anak saya mudah beradaptasi dengan orang yang baru dia
kenal
8 Anak saya tidak menyelesaikan PR nya dengan baik
10
9 Anak saya merasa malu jika berinteraksi dengan orang yang
tidak dia kenal
10 Anak saya akan marah jika dikoreksi atau diberi masukan
saat ia melakukan kesalahan.
13 Anak saya sering berlari ketika masuk atau keluar rumah
15 Jika anak saya gagal melakukan sesuatu, anak saya tidak
akan mencobanya lagi lain waktu
18 Anak saya tidak mau mengerjakan rutinitas rumah tangga
19 Anak saya terburu-buru saat memasuki ruangan
20 Anak saya akan frustasi jika mengalami kegagalan
21 Anak saya merasa segan atau canggung saat bertemu teman
yang baru dia kenal
22 Anak saya terbiasa menyelesaikan tugas dengan baik
23 Anak saya akan berteriak atau membentak pada orang lain
jika sedang marah
24 Anak saya biasanya berlari /melompat ketika naik atau turun
tangga
25 Anak saya tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik
27 Anak saya menyukai tempat atau suasana baru
28 Anak saya sering pergi kemanapun tanpa seizin saya
29 Anak saya akan mengkritik setiap keputusan yang saya buat
tidak disetujuinya.
30 Anak saya kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya
31 Anak saya lebih memilih bermain dengan orang yang dia
kenal baik
32 Jika sedang marah anak saya bersuara keras atau membentak
35 Anak saya kelihatan terburu-buru setiap melakukan sesuatu
36 Anak saya mudah putus asa saat menemukan kegiatan yang
menurutnya sulit untuk dilakukannya.
37 Anak saya kelihatan murung pada hari-hari tertentu
38 Anak saya merasa tidak nyaman saat berada di rumah orang
lain
SELESAI, PASTIKAN TIDAK ADA JAWABAN YANG TERLEWATKAN
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
11
IDENTITAS DIRI
NAMA
KELAS
USIA
JENIS KELAMIN
INSTRUKSI:
Isilah data diri anda dengan benar
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama
Berikanlah Skala Penilaian dengan menggunakan Skala berikut:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Untuk setiap pernyataan di bawah ini, berilah tanda silang (X) yang paling menggambarkan
hubungan anda dan orang tua anda. Selamat menilai!
Contoh:
NO PERNYATAAN Skala Penilaian
STS TS N S SS
2 Saya senang berkenalan dengan orang baru X
Artinya: Saya setuju bahwa saya senang berkenalan dengan orang baru
I. Aspek Kecerdasan Emosi
NO PERNYATAAN Skala Penilaian
STS TS N S SS
2 Saya senang berkenalan dengan orang baru.
3 Saya susah mulai bergaul dengan teman dan suasana baru
saat kenaikan kelas
6 Saya sering merasa sedih.
7 Jika saya menyenangi seseorang, saya akan mengatakan
padanya.
8 Saya bergaul dengan semua orang.
9 Saya sering merasa marah.
10 Teman-teman di sekolah senang bermain bersama saya.
12 Saya sering tidak nyaman dengan diri saya
13 Saya seringkali tidak berpikir terlebih dahulu sebelum
saya melakukan sesuatu.
12
16 Saya mudah memahami apa yang saya rasakan
17 Saya dapat melakukan kawajiban saya dengan baik
20 Saya mudah menceritakan perasaan saya pada orang lain
22 Saya tipe anak periang
23 Saya pamalas atau tidak giat belajar
26 Saya berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu
29 Saya tidak dapat menceritakan perasaan saya pada orang
lain
30 Saya tidak suka mencoba hal-hal baru
32 Saya dapat menunjukkan perhatian saya pada orang lain
33 Saya sering bingung dengan perasaan saya
34 Saya susah memahami perasaan orang lain
35 Jika saya gagal melakukan sesuatu, saya tidak akan
mencobanya lagi lain waktu
II. Aspek Pola Asuh Orangtua
NO PERNYATAAN Skala Penilaian
STS TS N S SS
1 Ibu saya berpendapat bahwa anak-anak harus menyetujui
setiap keputusan dalam keluarga sama seperti orang tua
lakukan
2 Ibu saya berpendapat bahwa saya harus mengikuti
pendapatnya demi kebaikan saya, walaupun saya tidak
menyetujui pendapatnya.
4 Jika ada peraturan yang diterapkan dalam keluarga , ibu
saya menjelaskan alasan dan kepentingan peraturan kepada
saya
5 Ibu saya selalu mendangarkan pendapat saya dan
menjelaskan alasannya setiap kali saya merasa ada
peraturan atau larangan dalam keluarga yang tidak masuk
akal
6 Ibu saya merasa bahwa saya bebas berpendapat dan
melakukan apapun yang saya inginkan, walaupun pendapat
dan keinginan saya tidak sesuai dengan apa yang ibu saya
inginkan
7 Ibu saya tidak memperkenankan saya untuk bertanya
apapun mengenai keputusan/peraturan yang telah
dibuatnya.
8 Ibu saya mengatur segala kegiatan dan keputusan saya
dengan pertimbangan dan disiplin
9 Ibu saya selalu beranggapan bahwa saya harus dpaksa
untuk berprilaku sesuai dengan apa yang seharusnya anak-
anak lakukan
10 Ibu saya tidak beranggapan bahwa saya perlu menaati
peraturan hanya karena seorang yang lebih tua telah
menetapkannya
12 Ibu saya berpendapat bahwa orangtua yang bijaksana
13
adalah orangtua yang menunjukkan siapa “bos” (yang
berkuasa) di dalam keluarga
13 Ibu saya jarang memberikan saya harapan dan panduan
dalam bertingkah laku
14 Ibu saya membuat keputusan sesuai kesepakatan keluarga
15 Ibu saya memberikan arahan dan panduan yang masuk akal
kepada saya
16 Ibu saya akan sangat marah apabila saya tidak setuju
dengan pendapatnya
18 Ibu saya memberitahukan harapannya mengenai
bagaimana saya harus bersikap dan berperilaku, dan
apabila saya tidak memenuhinya saya akan dihukum
19 Ibu saya memperbolehkan saya untuk memutuskan hal-hal
untuk diri saya sendiri tanpa ada arahan darinya
20 Ibu saya mendengarkan pendapat saya sebagai
pertimbangan untuk mengambil kesepakatan dalam
keluarga. Namun, ibu tidak semudah itu memutuskan
sesuatu hanya karena keinginan saya
21 Ibu saya tidak memandang dirinya sebagai orang yang
bertanggung jawab untuk membimbing dan mengarahkan
tingkah laku saya
22 Ibu saya memiliki aturan yang jelas mengenai bagaimana
saya harus berprilaku dalam keluarga, namun ibu tetap
menyesuaikan aturan tersebut dengan kebutuhan saya
23 Ibu saya memberikan arahan terhadap tingkah laku dan
aktivitas saya dan ibu mengharapkan saya mengikuti
arahannya. Tetapi, ibu juga selalu bersedia untuk
mendengarkan pendapat saya dan mendiskusikan arahan
tersebut dengan saya
24 Ibu saya memperbolehkan saya berpendapat tentang
peraturan dalam keluarga, dan ibu juga memperbolehkan
saya untuk memutuskan sendiri hal yang saya ingin
lakukan
25 Ibu saya berpendapat bahwa masalah di masyarakat akan
terselesaikan apabila orang tua dapat membatasi aktivitas,
keputusan, dan keinginan anak-anaknya
26 Jika ibu ingin memerintah/menyuruh saya melakukan
sesuatu, biasanya ibu mengatakan langsung pada saya
tujuan perintah/suruhannya.
27 Ibu saya memberikan arahan yang jelas terhadap tingkah
laku dan aktivitas saya, namun mereka juga mengerti
ketika saya tidak sependapat dengannya.
28 Ibu saya tidak mengatur prilaku, aktivitas, dan keinginan
saya
29 Ibu saya menuntut saya untuk mematuhi perintahnya demi
menghormati kekuasaan mereka
SELESAI, PASTIKAN TIDAK ADA JAWABAN YANG TERLEWATKAN
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
14
B1 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Kecerdasan Emosi
15
B2 Hasil Analisis Konfirmatorik Pola Asuh
AUTHORITARIAN
Tabel Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Authoritarian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 V V 1
7 V V V 1
8 V 1
9 V 1
10 V V V 1
16
PERMISSIVE
Tabel Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Permissive
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2 1
3 1
4 V 1
5 V 1
6 V 1
7 V V V 1
8 V V 1
9 V 1
10 1
17
AUTHORITATIVE
Tabel Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Authoritative
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1
2 1
3 V 1
4 1
5 1
6 V 1
7 V V V 1
8 V V V 1
9 V 1
10 V 1
18
B3 Hasil Analisis Konfirmatorik Temperamen
NEGATIF REACTIVITY
Tabel Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran NR
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1
2 1
3 1
4 1
5 V 1
6 V V 1
7 1
8 V V 1
9 V V V 1
19
TASK PERSISTENCE
Tabel Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Item TP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1
2 1
3 1
4 1
5 V V 1
6 1
7 V 1
8 V V V 1
9 V V V 1
10 V V 1
11 V 1
12 V V V 1
20
APPROACH
Tabel Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Approach
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 1
2 1
3 1
4 1
5 V V 1
6 V 1
7 V 1
8 V 1
9 V V V 1
10 V 1
11 V V 1
21
ENERGY
Tabel Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran Energy
1 2 3 4 5 6
1 1
2 V 1
3 1
4 1
5 1
6 1
22
C Hasil Statistik Uji Kontribusi Varians IV terhadap DV
Model Summary
Independent
Variable R Square
R Square
Change F Hitung df1 df2 Signifikan
Authoritarian .007 .007 .936 1 124 .335
Permissive .035 .002 .282 1 122 .596
Authoritative .032 .025 3.158 1 123 .078
Negative Reactivity .036 .001 .128 1 121 .721
Task Persistence .051 .015 1.950 1 120 .165
Approach .065 .014 1.778 1 119 .185
Energy .066 .001 .092 1 118 .762
a. Predictors: (Constant), Authoritarian
b. Predictors: (Constant), Authoritarian, Permissive
c. Predictors: (Constant), Authoritarian, Permissive, Authoritative
d. Predictors: (Constant), Authoritarian, Permissive, Authoritative, Negative Reactivity
e. Predictors: (Constant), Authoritarian, Permissive, Authoritative, Negative Reactivity, Task
Persistence
f. Predictors: (Constant), Authoritarian, Permissive, Authoritative, Negative Reactivity, Task
Persistence, Approach
g. Predictors: (Constant), Authoritarian, Permissive, Authoritative, Negative Reactivity,
Task Persistence, Approach, Energy