laporan sediaan suspensi

37
1 Laporan Praktikum Farmasetika Dasar “SUSPENSI” OLEH Kelompok V Arifin Oputu : 821412081 Astin Basalama : 821412121 Dessi N .F Tahir : 821412059 Nurfa tmawati A. H : 821412052 Fatmawati Maspeke : 821412066 Asisten : Chusnul Hikmah Djibran, S.Farm LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR JURUSAN FARMASETIKA FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2013

Upload: riu-etsu-kazuo

Post on 30-Dec-2014

2.202 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Sediaan Suspensi

1

Laporan Praktikum

Farmasetika Dasar

“SUSPENSI”

OLEH

Kelompok V

Arifin Oputu : 821412081

Astin Basalama : 821412121

Dessi N .F Tahir : 821412059

Nurfa tmawati A. H : 821412052

Fatmawati Maspeke : 821412066

Asisten : Chusnul Hikmah Djibran, S.Farm

LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR

JURUSAN FARMASETIKA

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2013

Page 2: Laporan Sediaan Suspensi

2

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam bidang industri farmasi, perkembangan tekhnologi farmasi

sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal

ini banyak ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang

disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan

peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa

harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.

Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang

secara umum dapat diartikan sebagai suatu sistem dispersi kasar yang

terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi terdispersi merata ke dalam

pembawanya. Bentuk suspensi yang di pasarkan ada 2 macam, yaitu

suspensi siap pakai atau suspensi cair yang langsung bisa diminum, dan

suspensi yang dilarutkan terlebih dahulu ke dalam cairan pembawanya,

suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang kestabilannya dalam

akhir kurang baik dan sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan

minyak.

Ada beberapa alasan pembuatan suspensi . salah satu adalah karena obat-

obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil dalam

disuspensi. Dalam hal seperti ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan

memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih

disukai ketimabang bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), karena

mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian

Page 3: Laporan Sediaan Suspensi

3

lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar,

aman, mudah diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian

dosisnya untuk anak.

Sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para konsumen

dikarenakan penampilan baik itu dari segi warna ataupun bentuk wadahnya.

I.2. Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1. Maksud Percobaan

1. Untuk mempelajari dan memahami teori suspensi secara umum.

2. Untuk memahami dan membuat sediaan obat berbentuk suspensi

dengan pemilihan suspending agent yang sesuai.

3. Untuk mempelajari bahan-bahan pembuatan sediaan suspensi yang

baik.

I.2.2. Tujuan Percobaan

1. Praktikkan mampu mempelajari dan memahami teori suspensi secara

umum.

2. Praktikkan mampu memahami metode-metode dalam pembuatan obat

sediaan suspensi

3. Praktikkan mampu menganalisis zat aktif yang terdapat dalam resep

sediaan suspensi.

Page 4: Laporan Sediaan Suspensi

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAN

II.1. Teori Umum

II.1.1. Pengertian Suspensi

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak

melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan

padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau

tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan

pembawa yang di tetapkan (Fornas, 333).

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut

dalam bentuk halus yang terdispersi kedalam fase cair (Ires, 135).

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat

dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dengan cairan pembawa

(FI III, 32).

Suspensi adalah sediaan obat yang terbagi dengan halus yang

ditahan dalam suspensi dengan menggunakan pembawa yang sesuai

(Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 97).

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat

tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV, 17).

II.1.2. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suspensi

II.I.2.1. Keuntungan Bentuk Sediaan Suspensi

- Suspensi merupakan sediaan yang menjamin stabilitas kimia

dan memungkinkan terapi dengan cairan.

Page 5: Laporan Sediaan Suspensi

5

- Suspensi untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai

ketimbang bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang

sama), karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan

dalam pemberian dosis.

- Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah

untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar.

- Suspensi merupakan sediaan yang lebih aman, mudah

diberikan untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian

dosisnya untuk anak (Ansel, 335).

II.I.2.2. Kerugian Bentuk Sediaan Suspensi

- Suspensi memiliki kestabilan yang rendah (pertumbuhan

kristal jika jenuh , degradasi, dll)

- Jika membentuk caking akan sulit terdispersi kembali

sehingga homogenitasnya akan turun

- Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar

dituang

- Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan

larutan

- Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan

sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika

terjadi fluktuasi/ perubahan suhu

- Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk

memperoleh dosis yang diinginkan (Ansel, 356 ; Syamsuni,

136).

Page 6: Laporan Sediaan Suspensi

6

II.1.3. Macam-macam Suspensi

a. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat

dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan

pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk penggunaan oral.

Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma

termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung

digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat dalam bentuk

halus yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa

yang sesuai, segera sebelum digunakan. Sediaan ini di sebut “Untuk

suspensi oral”.

b. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat

dalam bentuk halus yang terdispersi dalam pembawa cair yang

ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Losion eksternal harus mudah

menyebar didaerah pemakaian, tidak mudah mengalir dari daerah

pemakaian, dan cepat kering membentuk lapisan film pelindung.

Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam

kategori ini.

c. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-

partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian

luar.

d. Suspensi oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung

partikel-partikel sangat halus yang terdispersi dalam cairan pembawa

untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk

termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada

Page 7: Laporan Sediaan Suspensi

7

kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan jika terdapat massa

yang mengeras atau terjadi penggumpalan.

e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan cair steril berupa suspensi

serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak boleh menyumbat

jarum suntiknya (syringe ability) serta tidak disuntikkan secara

intravena atau kedalam larutan spinal.

f. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering

dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang

memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah

penambahan bahan pembawa yang sesuai.

II.1.4. Stabilitas Suspensi

Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan

suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga

homogenitas partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk

menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas

suspensi ialah:

a. Ukuran partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel

tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan

antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas

penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan

keatas terdapat hubungan linier. Artinya semakin kecil ukuran partikel

semakin besar luas penampangnya (dalam volume yang sama).

Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya tekan keatas

Page 8: Laporan Sediaan Suspensi

8

cairan akan semakin besar , akibatnya memperlambat gerakan partikel

untuk mengendap sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut

dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.

b. Kekentalan (Viskositas)

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari

cairan tersebut, semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya

semakin turun atau semakin kecil. Kecepatan aliran dari cairan tersebut

akan memengaruhi pula gerakan turun partikel yang terdapat

didalamnya. Dengan demikian, dengan menambah kekentalan atau

viskositas cairan, gerakan turun partikel yang dikandungnya akan

diperlambat. Perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh

terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan tuang.

c. Jumlah Partikel (konsentrasi)

Jika didalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar, maka

partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi

benturan antara partikel tersebut. Oleh benturan ini akan menyebabkan

terbentuknya endapan zat tersebut, oleh karena itu semakin makin

besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinannya terjadi

endapan partikel dalam waktu yang singkat.

II.1.5. Bahan Pensuspensi dari Alam

Bahan alam dari jenis gom sering disebut “gom atau hidrokoloid”.

Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran

tersebut membentuk muchilago atau lendir. Dengan terbentuknya

muchilago, viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah

Page 9: Laporan Sediaan Suspensi

9

stabilitas suspensi. Kekentalan muchilago sangat dipengaruhi oleh panas,

PH, dan proses fermentasi bakteri.

II.1.5.1 Golongan gom meliputi

a. Akasia (pulvis Gummi Arabic)

Bahan ini diperoleh dari eksudat tanaman Acasia sp.,

dapat larut dalaam air, tidak larut dalam alcohol, dan bersifat

asam. Viskositas optimum muchilagonya adalah antara PH 5-

9. Jika ada suatu zat yang menyebabkan PH tersebut

menjadi diluar PH 5-9 akan menyebabkan penurunan

viskositas yang nyata. Muchilago Gom Arab dengan kadar

35% memiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin.

Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi

harus ditambahkan zat pengawet (preservalive).

a) Chondrus

Diperoleh dari tanaman Chondrus crispus atau

Gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut

dalam alcohol, dan bersifat basa. Ekstrak dari Chondrus

disebut “karagen”, yang banyak dipakai oleh industry

makanan. Karagen merupakan derivat dari sakarida

sehingga mudah dirusak oleh bakteri dan memerlukan

penambahan pengawet untuk suspensi tersebut.

b) Tragakan

Merupakan eksudat dari tanaman Astragalus

gummifera. Tragakan sangat lambat mengalami hidrasi

Page 10: Laporan Sediaan Suspensi

10

sehingga untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan

pemanasan. Muchilago tragakan lebih kental dari pada

muchilago dari Gom Arab. Muchilago tragakan hanya

baik sebagai stabilisator suspensi, tetapi bukan sebagai

emulgator.

c) Algin

Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Di

perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya, yaitu

natrium alginat. Algin merupakan senyawa organik yang

mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi

dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang

dipakai sebagai bahan pensuspensi umumnya 1-2%.

II.1.5.2. Bahan Pensuspensi Alam Bukan Gom

Suspending agent alam yang bukan gom adalah tanah liat.

Tanah liat yang sering digunakan untuk tujuan menambah

stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonit, hectorite, dan

vegum. Jika tanah liat dimasukkan kedalam air, mereka akan

mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan pengocokkan.

Peristiwa ini disebut “tiksotrofi”. Karena peristiwa tersebut,

kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas suspensi

menjadi lebih baik.

Ketiga tanah liat tersebut bersifat tidak larut dalam air

sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah

dengan menaburkan pada campuran suspensi. Keuntungan

Page 11: Laporan Sediaan Suspensi

11

penggunaan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak

dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi dari bakteri,

karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik,

bukan golongan karbohidrat.

II.1.6. Bahan Pensuspensi Sintesis

a. Derivat selulosa

Termasuk kedalam golongan ini adalah metil selulosa

(methosol, tylose), karboksimetil selulosa (CMC), hidroksimetil

selulosa. Di belakang nama tersebut biasanya terdapat angka atau

nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan

cairan pelarut untuk meningkatkan viskositasnya. Semakin besar

angkanya, kemampuan semakin tinggi.

Golongan ini tidak di absorpsi oleh usus halus dan tidak

beracun sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam

farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai

laksansia dan bahan penghancur atau disintegrator dalam pembuatan

tablet.

b. Golongan organik primer

Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah carbophol 934

(nama dagang suatu pabrik). Organik polimer berupa serbuk putih,

bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak

mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya sehingga bahan tersebut

bannyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh

viskositas yang baik diperlukan kadar ±1%. Carbophol sangat peka

Page 12: Laporan Sediaan Suspensi

12

terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan

penurunan viskositas larutannya.

II.1.7. Cara Mengerjakan Obat dalam Suspensi

Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut.

a. Metode dispersi

Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk

bahan obat kedalam muchilago yang telah terbentuk, kemudian baru

diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran

pada saat mendispersikan serbuk kedalam pembawa. Hal tersebut

karena adanya udara, lemak, atau kontaminan ada serbuk. Serbuk

yang sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi.

Mudah dan sukarnya serbuk dibasahi tergantung pada besarnya sudut

kontak antara zat terdispersi dengan medium. Jika sudut kontak ±90 ,

serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian

disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan

permukaan antar apartikel zat padat dengan cairan tersebut perlu

ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.

b. Metode Presipitasi

Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu kedalam

pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam

pelarut organik, larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan

pensuspensi dalam air sehingga akan terjadi endapan halus

tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah

etanol, propilen glikol, dan polietilen glikol.

Page 13: Laporan Sediaan Suspensi

13

II.1.8. Sistem Pembentukan Suspensi

a. Sistem flokulasi

Dalam sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat

mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah

tersuspensi kembali.

b. Sistem deflokulasi

Partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya

membentuk sedimen, akan terjadi agregasi, dan akhirnya terbentuk

cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.

Secara umum sifat partikel flokulasi dan deflokulasi adalah

a) Deflokulasi

1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah atau dengan yang

lainnya

2. Sedimentasi yang terjadi lambat, masing-masing partikel

mengendap terpisah dan partikel berada dalam ukuran paling

kecil.

3. Sedimen terbentuk lambat

4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan

sukar terdispersi kembali

5. Wujud suspensi bagus karena zat tersuspensi dalam waktu

relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas

terkabut.

b) Flokulasi

1. Partikel merupakan agregat yang bebas.

Page 14: Laporan Sediaan Suspensi

14

2. Sedimentasi terjadi cepat

3. Sedimen terbentuk cepat

4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan

mudah terdispersi kembali seperti semula

5. Wujud suspensi kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat

dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

II.1.9. Formulasi Suspensi

Untuk membuat suspensi stabil secara fisik ada dua cara, yaitu:

1. Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi

dalam suspensi. Structured vehicle adalah larutan hidrokoloid seperti

tilose, gom, bentonit, dan lain-lain

2. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok,

meskipun cepat terjadi pengendapan, tetapi dengan pengocokkan

ringan mudah disuspensikan kembali.

Pembuatan suspensi sistem flokulasi :

1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.

2. Setelah itu ditambahkan zat pemflokulasi, biasanya larutan elektrolit,

surfaktan, atau polimer

3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir

4. Jika dikehendaki, agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka

ditambah structured vehicle.

5. Produk akhir yang diperoleh adalah suspensi flokulasi dalam

structured vehicle.

Page 15: Laporan Sediaan Suspensi

15

Bahan pemflokulasi yang dipergunakan dapat berupa larutan

elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif

digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya.

Contohnya, untuk suspensi bismuth subnitrat yang bermuatan positif

digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat

monobasi. Untuk suspensi sulfonamida yang bermuatan negatif

digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu

(aluminium triklorida).

II.1.10. Bahan Pengawet

Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah

stabilitas suspensi, antara lain dengan penambahan bahan pengawet.

Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan

hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.

Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil parabenzoat

(1:1250), etil parabenzoat (1:500), propel parabenzoat (1:4000), nipasol,

nipagin ±1%.

Disamping itu, banyak pula digunakan garam kompleks merkuri

sebagai pengawet, karena hanya diperlukan jumlah yang kecil, tidak

toksis, dan tidak iritasi. Misalnya fenil merkuri nitrat, fenil merkuri

klorida, fenil merkuri asetat.

Page 16: Laporan Sediaan Suspensi

16

II.2. Resep

II.2.1. Uraian Bahan

1. Chloramphenicol (FI ed. III, 143)

Nama resmi : Chloramphenicolum

Sinonim : Kloramfenikol

Berat molekul : 323,13

Dr. Indrianti Madina, SP.PD

SIK: 821/FM/GTO/111

Jl. Gorontalo No. 1

Telp. 0435-786457

Gorontalo, 04-02-2012

R/ Chloramphenicol 125 mg

Na CMC 50 mg

Polysorbatum – 80 10 mg

Propilenglikol 0,5

Sirup Simplex 18

Aqua Destilata ad 5 mL

m.f. susp. da in fl 30 mL No. 1

ʃ t d.d I Cth p.c

Pro : Bunga

Umur : 18 tahun

Page 17: Laporan Sediaan Suspensi

17

Rumus kimia : C11H12CI2N2O3

Struktur kimia :

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng

memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih

kekuningan, larutan praktis netral terhadap

lakmus P, stabil dalam larutan netral atau larutan

agak asam.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

dalam propilenglikol, dalam aseton dan etil

asetat.

Khasiat : Antibiotikum (zat yang mematikan atau

menghambat pembuluh bakteri).

Kegunaan : Zat aktif.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2. Na CMC (FI ed. III, 401)

Nama resmi : Natrii Carboxymethilcellulosum

Sinonim : Natrium Karbosimetil Selulosa

Berat molekul : 200

Rumus kimia : C2H2ONa

Struktur kimia :

Page 18: Laporan Sediaan Suspensi

18

Pemerian : Serbuk atau butiran; putih atau putih gading;

tidak berbau atau hampir tidak berbau;

higroskopis

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspensi koloid; tidak larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan

3. Polysorbat-80 (FI ed. III, 509)

Nama resmi : Polysorbatum-80

Sinonim : Twen 80

Berat molekul : 1310

Rumus molekul : C64H124O26

Struktur kimia :

Pemerian : Cairan agak kental seperti minyak, jernih, kuning, bau khas.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol (95%) P,dalam

asetat P dan dalam methanol P; Sukar larut

dalam methanol P dan dalam minyak biji kapas

P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan

4. Gliserin (FI ed. III, 271)

Nama resmi : Glycerolum

Sinonim : Gliserol, Gliserin

Page 19: Laporan Sediaan Suspensi

19

Berat molekul : 92,10

Rumus molekul : C2H8O3

Struktur kimia :

Pemerian : Cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak

berbau; manis diikuti rasa hangat higroskopis.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)

praktis, tidak larut dalam kloroform P, dalam eter

P dan dalam minyak lemak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaana : Zat Tambahan

5. Sirup Simplex, mengandung:

Glukosa (FI ed. III, 268)

Nama resmi : Glucosum

Sinonim : Glukosa, Gula

Berat molekul : 198,17

Rumus molekul : C6H12O6 . H2O

Struktur kimia :

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atatu cairan

putih; tidak berbau; rasa manis.

Page 20: Laporan Sediaan Suspensi

20

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam

air mendidih; agak sukar larut dalam etanol

(95%) P mendidih, sukar larut dalam etanol

(95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Kalorigenikum (penambah energi).

Metil Paraben (FI ed. III, 378)

Nama resmi : Methylis Parabenum

Sinonim : Metil Paraben, Nipagin M

Berat molekul : 152,15

Rumus molekul : C8H8O3

Struktur kimia :

Pemerian : Serbuk hablur halus, hampir tidak berbau, tidak

mempunyai rasa, kemudian agak membakar

diikuti rasa tebal.

Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air

mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95 %) P dan

dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dala eter P

dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam

60 bagian gliserol P panas, dan dalam 40 bagian

Page 21: Laporan Sediaan Suspensi

21

minyak lemak nabati panas, jika didinginkan

larutan tetap jernih.

Kegunaan : Zat tambahan; zat pengawet.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Aqua Destillata (FI edisi III, 96)

Nama resmi : Aqua destillata

Sinonim : Air Suling

Berat molekul : 18,02

Rumus molekul : H2O

Struktur kimia : H H

O

Pemerian : Cairan jenuh tidak berwarna, tidak mempunyai

rasa.

Kegunaan : Zat pelarut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

II.2.2. Farmakologi

Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi

tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-

kuman tertentu.

Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein

kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50 s dan menghambat enzim

peptidil tranferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses

sintesis protein kuman. Efek taksik kloramfenikol pada sistem hemopoetik

Page 22: Laporan Sediaan Suspensi

22

sel mamalia diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini

(Farmakologi dan Terapi, 700).

II.2.3. Nama Latin

1 : unum : satu

10 : decem : sepuluh

125 : centum viginti quingue : seratus dua puluh lima

20 : viginti : dua puluh

30 : triginta : tiga puluh

5 : quingue : lima

50 : quinguaqinta : lima puluh

ad : ad : sampai, pada

da in : da in : masukkan kedalam

eth : cochlear theae : sendok teh

fl : flacon : botol

m.f : misce fac : campur,buat

mg : milligramma : miligram

mL : milliliter : mililiter

no : numero : sebanyak

p.c : post coenam : sesudah makan

pro : pro : untuk

R/ : recipe : ambillah

ʃ : signa : tandai

td.d : terde die : tiga kali sehari

Page 23: Laporan Sediaan Suspensi

23

Dalam Latin

Recipe Chloramphenicol 125 mg, Na CMC 50 mg, Twen 80 10

mg, Propilenglikol 0,5 g, Sirup Simplex 18 g, Aqua destilata ad 5 mL

Misce fac Suspensiones da in flacon 30 mL numero unum

Signa ter de die unum cochlear tea post coenam

Pro Bunga

Dalam Indonesia

Ambillah Chloramphenicol 125 mg, Na CMC 50 mg, Twen-80 10

mg, Propilenglikol 0,5 g, Sirup Simplex 18 mL, Aqua destilata ad 5 mL

Campur dan buatlah suspensi berikan dalam botol dengan takaran

30 mL sebanyak satu

Tandai tiga kali sehari satu sendok teh sesudah makan

Untuk Bunga

Page 24: Laporan Sediaan Suspensi

24

BAB III

METODE KERJA

III.1. Alat dan Bahan

III.1.1. Alat-alat yang digunakan

Alu

Batang Pengaduk

Cawan Porselin

Gelas Ukur

Kaca Arloji

Lap Halus

Lap Kasar

Lumpang

Neraca Analitik

Pipet tetes

Sendok Tanduk

Sudip

Water Bath

III.1.2. Bahan-Bahan yang digunakan

Alkohol 70 %

Aqua destilata

Botol kalibrasi 30 mL

Chloramphenicol 750 mg

Gliserin 3 g

Na CMC 300 mg

Page 25: Laporan Sediaan Suspensi

25

Polysorbatum-80 60 mg

Sirup Simplex 18 mL

III.2. Cara Kerja

a. Pembuatan Sirup Simplex

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dibersihkan alat menggunakan kapas yang telah dibasahi alcohol 70 %.

3. Ditimbang metil paraben 0,25 gr dan sukrosa 65 gr menggunakan neraca

analitik.

4. Dipanaskan air pada waterbath.

5. Setelah air panas, dimasukkan metil paraben dan diaduk terus menerus-

sampai metil paraben larut dalam air.

6. Ditambahkan sukrosa dan diaduk sampai mengental.

b. Pembuatan Suspensi Chloramphenicol

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dibersihkan alat menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol

70%.

3. Botol dikalibrasi 30 mL.

4. Ditimbang masing-masing bahan yang akan digunakan, chloramphenicol

750 mg, Na CMC 300 mg, polysorbatum-80 60 mg, Gliserin 3 g,

5. Diukur Sirup Simplex 18 mL.

6. Dipanaskan air hingga mendidih menggunakan waterbath.

7. Dibuat muchilago dengan cara memasukan Na CMC ke dalam lumpang 1

dan digerus hingga halus.

Page 26: Laporan Sediaan Suspensi

26

8. Ditambahkan air panas sedikit demi sedikit air panas kedalam lumpang

dan digerus searah secara terus-menerus.

9. Dimasukkan Chloramphenicol kedalam lumpang 2, digerus hingga halus.

10. Dimasukkan muchilago yang telah dibuat di lumpang 1, ke dalam

lumpang 2.

11. Ditambahkan polysorbatum-80 dan gliserin ke dalam lumpang 2, dan

digerus searah secara terus menerus hingga homogen.

12. Ditambahkan sirup simplex dan digerus kembali secara terus-menerus

hingga campuran menjadi homogen.

13. Dimasukkan ke dalam botol.

14. Ditambahkan air sampai batas kalibrasi 30 mL.

15. Dikocok sampai homogen.

16. Diberi etiket putih.

Page 27: Laporan Sediaan Suspensi

27

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Percobaan

IV.1.1. Perhitungan Bahan

Chloramphenicolum305 × 125 = 750 = 0,75 Na CMC305 × 50 = 300 = 0,3 Polysorbatum-80305 × 10 = 60 = 0,06 Sirup Simplex = 18 mL

IV.1.2. Perhitungan Dosis

Chloramphenicolum memiliki DL = 250 mg-500 mg/1 gr-2 gr

Sekali

20 × = 1820 × 500 = 450% sekali125450 × 100% = 27,72 %

Jadi, pemakaian sekali tidak over dosis

Sehari

20 × = 1820 × 2 = 1,8 = 1800% sehari

Page 28: Laporan Sediaan Suspensi

28

3 × 1251800 × 100% = 20,8 %Jadi, pemakaian sehari tidak over dosis.

IV.2. Pembahasan

IV.2.1. Informasi Obat

a. Cara Pemakaian

Adapun cara pemakaian obat ini adalah secara oral, dikocok

terlebih dahulu, dan diminum secara rutin sebanyak tiga kali sehari

satu sendok teh sesudah makan sampai habis.

b. Cara Penyimpanan

Obat ini disimpan pada tempat yang sejuk pada suhu 80-150 C, dan

pada wadah tertutup rapat atau dalam botol.

c. Jangka Waktu Pemakaian

Dalam 1 botol terdapat 30 mL, sekali pemakaian 5 mL, dalam

sehari 3 kali pemakaian. Maka obat akan habis dalam jangka waktu:305 = 6 63 = 2 ℎJadi, obat ini akan habis dalam 2 hari. Jika dalam waktu 2 hari

belum mengalami penyembuhan, maka pasien perlu berkonsultasi kembali

dengan dokter untuk mendapatkan resep yang sejenis, sampai pasien itu

sembuh.

IV.2.2. Interaksi Obat

Kloramfenikol (Cloromycetin, Mychel) adalah antibiotika yang

hanya digunakan untuk infeksi serius yang tak dapat ditanggulangi oleh

antibiotika lain yang kurang toksik. Kloramfenikol diberikan untuk

Page 29: Laporan Sediaan Suspensi

29

mengobati infeksi berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan

antibiotik yang kurang efektif. (Interaksi Obat, 42)

Page 30: Laporan Sediaan Suspensi

30

BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut

dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa.

2. Dalam pembuatan suspensi, digunakan 2 metode yakni: Metode dispersi

dan Metode Presipitasi.

3. Dalam resep ini, bahan aktif yang digunakan adalah Kloramfenikol,

dimana Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik.

V.2. Saran

1. Untuk laboratorium diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa

alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar

praktikum yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.

2. Untuk praktikan, diharapkan agar lebih mengasah lagi kemampuannya

dalam membuat sediaan suspensi, dimana sediaan suspensi merupakan

sediaan yang membutuhkan ketelitian dalam peracikannya.

Page 31: Laporan Sediaan Suspensi

31

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto:

Jakarta

Dirjen POM. 1978. Formularium Nasional edisi II. Departemen Kesehatan RI:

Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI:

Jakarta

Harkness, R. 2010. Interaksi Obat. ITB Press: Bandung

Ikatan Apoteker Indonesia. 2009. Informasi Spesialite Obat. ISFI: Jakarta

Mardjono, Mahar. 1972. Farmakologi dan Terapi. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia: Jakarta

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Page 32: Laporan Sediaan Suspensi

32

LAMPIRAN

Lampiran 1

Skema Kerja

- Dimasukkan ke

dalam lumpang 1 - dimasukkan chloramphenicolum

- Digerus hingga halus ke dalam lumpang 2, digerus

Hingga halus.

- Ditambahkan polysorbatum-80

dan gliserin.

- Digerus searah secara terus-

menerus hingga homogen.

- Dimasukkan muchilago ke dalam lumpang 2.

- Di masukkan sirup simplex 20 mL.

- Digerus kembali secara terus-menerus hingga campuran homogen.

- Dimasukkan ke dalam botol yang telah dikalibrasi 30 mL

- Dikocok hingga homogen.

-

Na CMC 300mg

Muchilago

Chloramphenicol 750mg + polysorbatum-

80 6 mg + gliserin 3 g

Campuran homogen

Campura homogen

Sediaan Suspensi

Page 33: Laporan Sediaan Suspensi

33

Lampiran 2

Etiket

APOTEK “CITRA FARMA”Jl. Andalas No.45 telp. 821412052PA : Nur Fatmawati S.farm.AptSIPA : 21/SIP-FM/GTO/I/2013

No: 01 tgl: 04-02-2012Nama Pasien : Bunga

3 × sehari 1 sendok tehSesudah Makan

Kocok terlebih dahulu

Page 34: Laporan Sediaan Suspensi

34

Copy Resep

\

Apotek ”CITRA FARMA”Alamat : Jl. Andalas No.45Telp. : (0435) 821412052

Apoteker : Nurfatmawati A.H, S.Farm, AptSIPA : 21/SIP-FM/GTO/I/2013

No. 01 Tgl : 04-02-2012

SALINAN RESEP

Resep untuk : BungaResep dari dokter : Dr. Indriati Madina, Sp. PDTanggal Resep : 04-02-2012Nomor Resep : 01Tanggal copy resep : 04-12-2012

R/ Chloramphenicol 125 mg

Na CMC 50 mg

Polysorbatum – 80 10 mg

Propilenglikol 0,5

Sirup Simplex 18

Aqua Destilata ad 5 mL

m.f. susp. da in fl 30 mL No. 1

ʃ t d.d I Cth p.c

did

P.C.C

Paraf Apoteker

Cap

apotek

Page 35: Laporan Sediaan Suspensi

35

Lampiran 3

Foto Sediaan Alat dan Bahan

Alat

Lumpang dan Alu Gelas Ukur

Sendok Tanduk Sudip

35

Lampiran 3

Foto Sediaan Alat dan Bahan

Alat

Lumpang dan Alu Gelas Ukur

Sendok Tanduk Sudip

35

Lampiran 3

Foto Sediaan Alat dan Bahan

Alat

Lumpang dan Alu Gelas Ukur

Sendok Tanduk Sudip

Page 36: Laporan Sediaan Suspensi

36

Pipet tetes

Bahan

Propilenglikol Kloramfenikol

Na-CMC Twen 80

36

Pipet tetes

Bahan

Propilenglikol Kloramfenikol

Na-CMC Twen 80

36

Pipet tetes

Bahan

Propilenglikol Kloramfenikol

Na-CMC Twen 80

Page 37: Laporan Sediaan Suspensi

37