tanaman aren

Upload: gabriella-calista-azaria

Post on 17-Jul-2015

974 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Tanaman ArenTanaman aren termasuk jenis tanaman palma yang mudah tumbuh. Aren menyebar luas di banyak daerah dengan wilayah penyebaran antara garis lintang 200 LU 110 LS. Tanaman aren berasal dari wilayah Asia tropis, aren menyebar secara alami mulai dari India timur di sebelah barat, hingga mencapai Malaysia, Indonesia, dan Filipina di sebelah timur. Di Indonesia, aren tumbuh liar atau ditanam, pada ketinggian 9 2000 m dpl dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun. Aren umumnya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai. Penyebaran tanaman aren secara alami dibantu oleh oleh hewan karena buah aren yang masak banyak disukai hewan. Musang luwak diketahui sebagai salah satu hewan yang menyukai buah aren dan secara tidak langsung berfungsi sebagai hewan pemencar biji aren Taksonomi tanaman aren adalah sebagai berikut; Klasifikasi: Kerajaan: Plantae Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Spesies: Magnoliophyta Liliopsida Arecales Arecaceae Arenga A. pinnata

Nama umum/dagang: Aren Tanaman aren yang besar dan tinggi dapat mencapai tinggi 25 m dan mempunyai diameter batang hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk, injuk, juk atau duk. Serabut berwarna hitam (ijuk) adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang.

Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m dengan tangkai daun hingga 1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, hingga 7 x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan lilin di sisi bawahnya. Tanaman aren merupakan tanaman berumah satu, bunga-bunga jantan terpisah dari bunga-bunga betina dalam tongkol yang berbeda yang muncul di ketiak daun; panjang tongkol hingga 2,5 m. Buah buni bentuk bulat peluru, dengan diameter sekitar 4 cm, beruang tiga dan berbiji tiga, tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan mempunyai 10 tangkai atau lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah berwarna hijau sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena getahnya sangat gatal. Aren memiliki kelebihan dibandingkan dengan tebu, di mana pohon aren lebih produktif menghasilkan nira dibandingkan dengan tebu dimana produktivitasnya bisa 4-8 kali dibandingkan tebu dan rendemen gulanya 12%, sedangkan tebu rata-rata hanya 7%. Usia panen yang paling produktif tanaman aren enam hingga delapan tahun. Rata-rata produksi nira aren ialah sebesar 10 liter nira/hari/pohon bahkan pada masa suburnya untuk beberapa jenis pohon aren (aren genjah) satu pohon perhari dapat menghasilkan nira aren sebesar 40 liter, dengan kalkulasi sederhana jika dalam satu hektar dapat tumbuh 200 pohon aren dan tiap harinya disadap 100 pohon maka dalam satu hari dapat menghasilkan nira aren sebesar 1000 liter/ha/hari dengan konversi glukosa menjadi etanol sebesar 0,51 g etanol/g glukosa maka dalam satu hari bioetanol perhektar dapat diperoleh 500 liter/hari.

KegunaanPohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula.

Nira dan gula

Tongkol bunga jantan (kanan) dan yang disadap niranya (sebelah kiri)

Gula aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkanserbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukulmukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes. Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore. Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gulagandu). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai gula semut. Di banyak daerah di Indonesia, nira juga biasa difermentasi menjadi semacam minuman beralkoholyang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit. Dengan membubuhkan bahan yang lain, atau dengan membiarkan begitu saja selama beberapa hari, nira dapat berfermentasi menjadi cuka. Cuka dari aren ini kini tidak lagi populer, terdesak oleh cuka buatan pabrik.

Nira mentah (segar) bersifat pencahar (laksativa), sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus. Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan roti.

Kolang-kaling

Buah aren dan kolang-kaling

Buah aren (dinamai beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam [1] dalam air kapur beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun. . Cara lainnya, buah muda dikukus selama tiga jam dan setelah dikupas, inti bijinya dipukul gepeng dan kemudian direndam dalam air selama 10-20 hari. Inti biji yang telah diolah itu, diperdagangkan di pasar sebagai buah atep (buah atap) atau kolang-kaling. Kolang-kaling disukai sebagai campuran es, manisan atau dimasak sebagai kolak. Teristimewa sebagai hidangan berbuka puasa di bulan Ramadhan.

Produk lainSebagaimana nipah dan rumbia, daun pohon enau juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah rakyat. Pucuk daunnya yang masih kuncup (janur) juga dipergunakan sebagai daun rokok, yang dikenal pasar sebagai daun kawung. Lembar-lembar daunnya di Jawa Baratbiasa digunakan sebagai pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren atau buah durian. Lembar-lembar daun ini pun kerap dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya dihasilkan barang anyaman sederhana dan sapu lidi. Seperti halnya daun, ijuk dari pohon enau pun dipintal menjadi tali. Meski agak kaku, tali ijuk ini cukup kuat, awet dan tahan digunakan di airlaut. Ijuk dapat pula digunakan sebagai bahan atap rumah, pembuat sikat dan sapu ijuk. Dari pelepah dan tangkai daunnya, setelah diolah, dihasilkan serat yang kuat dan tahan lama untuk dijadikan benang, tali pancing dan senar gitar Batak. Batangnya mengayu di sebelah luar dan agak lunak berserabut di bagian dalam atau empulurnya. Kayunya yang keras ini dipergunakan sebagai papan, kasau atau dibuat menjadi tongkat. Empulur atau gumbarnya dapat ditumbuk dan diolah untuk menghasilkan sagu, meski kualitasnya masih kalah oleh sagu rumbia. Batang yang dibelah memanjang dan dibuang empulurnya digunakan sebagai talang atau saluran air. Dari akar dihasilkan serat untuk bahan anyaman, tali pancing atau cambuk.

Budidaya Tanaman Aren Jurnal : http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/33076777.pdf

Teknik Budidaya Tempat Tumbuh Aren: Tanaman Aren menyebar luas di banyak daerah dengan wilayah penyebaran antara garis lintang 200 LU 110 LS antara lain Indonesia. Di Indonesia aren banyak tumbuh di wilayah perbukitan, pegunungan, dan lembah .Tanaman ini tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus dan tidak memerlukan pemeliharaan yang intensif, dapat tumbuhpada tanah liat, berlumpur dan berpasir, padaketinggian antara 9 2000 m dpl dengancurah hujan lebihdari 1.200 mm setahun . Penyebaran tanaman Aren secara alami dibantu oleh musang. Perbanyakan tanaman dilakukan secara generatif, yaitu melalui biji. Biji yang dipilih untuk pembibitan harus berkualitas baik dan sudah matang sempurna. Biji untuk pembibitan bisa berasal aren yang keluar dari perut musang, biji tua hasil pemetikan langsung dari pohon, dan biji aren tua dari pohon yang ditebang. Pembuatan bibit berdasarkan asal benih dilakukandengan cara: a. Pembibitan dari biji yang keluar dari perut musang Biji direndam dalam air dingin selama 5 menit, kemudian dibersihkan dan dijemur sekitar 2 hari. Setelah kering, biji disemaikan dalan polibag yang telah diisi dengan tanah subur dan gembur (jika perlu bisa dicampur dengan sedikit pupuk organik) dengan kedalaman sekitar 1 cm. Biasanya dalam waktu 12-13 hari biji aren mulai berkecambah, yang ditandai dengan munculnya hipokotil. Selanjutnya setelah 30 hari disemaikan, biji tersebut muncul ke permukaan tanah polybag/wadah lain. Prosentase hidup kecambah dengan cara ini mencapai 80-85%. b. Pembibitan dari biji aren tua yang dipetik langsung dari pohon

Mula-mula biji dipendam di dalan tumpukan sampah yang masih basah dan sudah agak membusuk , selama lebih kurang 15 hari. Tujuannya, selain untuk memudahkan pengupasan kulit buah juga untuk merangsang proses fisiologi perkecambahan biji. Setelah itu biji dicuci dengan air dingin dan dikeringkan di bawah panas matahari sekitar 2 hari. Selanjutnya biji disemaikan dalam polibag seperti untuk penyemaian dari biji yang keluar dari perut musang. Tempat persemaian sebaiknya dinaungi, bahkan beberapa petani biasa menutupi bedengan, setelah berkecambah tutup bedengan baru dibuka. Kecambah di dalam bedengan tetap dinaungi dan disiram secukupnya untuk menjaga kelembaban. Biasanya setelah 34 hari biji akan mulai berkecambah dan sekitar 2-3 minggu kemudian biji akan muncul kepermukaan tanah polibag. Prosentase hidup kecambah dengan cara ini sekitar 45%.

c. Pembibitan dari biji yang ditebang Cara ini merupakan modifikasi dari model pembibitan biji aren yang dipetik langsung dari pohon. Urutannya dimulai dengan memetik buah, pemendaman dalam sampah, pengulitan, pembersihan, dan penjemuran. Sebelum disemaikan, bagian punggung biji diiris (dekat bakal tunas) selebar kira-kira 5 mm. Selanjutnya biji direndam dalam air dingin sekitar 24 jam untuk mempercepat proses imbibisi. Setelah itu biji disemaikan dalam polibag dan biasanya sesudah 16-17 hari mulai berkecambah, dan 2-3 minggu kemudian akan muncul ke permukaan. Prosentase hidup kecambahdengancaraini sekitar 75%. d. Pembibitan aren juga dapat dilakukan dengan menggunakan biji aren tua yang berasal dari buah yang berjatuhan. Caranya dapat dilakukan dengan sistem pembibitan dari biji yang buahnya dipetik langsung dari pohon yang ditebang. Tahapan perbanyakan tanaman secara generatif adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan Buah Buah yang digunakan sebagai sumber benihharus matang, sehat yang ditandai dengankulit buah yang berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah 4 cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak di bagian luar rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik atau dus untuk memudahkanpemisahan biji (benih) dari kulit. 2. Pengambilan Biji dari Buah Pengambilan biji dari dalam buah aren harus menggunakansarung tangan karena buah aren mengandung asam oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit buah menjadi busuk sehingga biji telah terpisah dari daging buah. Dengan cara ini, biji dapat diambil dengan mudah dan pada kondisi ini kulit buah aren tidak gatal lagi 3. Perkecambahan Benih disemaikan dalam tempat pesemaian misalnya bedeng tabur atau kotak plastik, dengan media campuran pasir + serbuk gergaji (2:1). Cara untuk perkecambahan yaitu biji digosok dengan kertas pasir bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm sampai jenuh, lalu disemaikan. Benih disiram setiap hari untuk mempertahankan kelembaban yang tinggi sekitar 80%.

4. Memindahkan Kecambah pada Polybag (Overspin) Kecambah aren yaitu setelah terbentuk apokol yang telah mencapai panjang 3 5 cm dipindahkan ke tempat pembibitan atau dalam polybag yang berdiameter 25 cm. Media yang digunakan untuk pembibitan dalam kantong plastik (polybag) adalah tanah-tanah lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan1:2, dan diisi bagian kantong polybag. 5. Pengamatan Perkembangan Benih dan Bibit

Benih sehat yang ditanam akan mulai berkecambah pada kisaran 12 s.d. 32 hari tergantung asal perolehan biji seperti yang telahdijelaskan sebelumnya. Secara umum, mulai benih berkecambah s.d. overspin di persemaian adalah selama 3 bulan. Setelah itu bibit dipindahkan ke dalam polybag menunggu perkembangan sampai siap tanam pada usia11-12bulan. 6. Perawatan Bibit Berupa penyiraman dan pemupukan serta mencegah dari serangan persemaian hama dan penyakit. Serangan hama bibit aren di persemaian yang paling umum adalah tikus dan musang yang memakan biji/lembaga yang masih menempel di bibit.

7. Ciri-Ciri Bibit Siap Tanam Berumur 11-12 bulan Ketinggianrata-rata40-50 cm Perkembangan pertumbuhan batang dan daunnya proporsional Akar sudah menembus keluar dari polybag, batangnya cukup kokoh dan daunnya membuka lebar dengan susunan daun yang merekah(tidak menguncup). Jumlah daun cukup banyak (sekitar 6-10 lembar), warna daun hijau segar dengan permukaan yang mengkilat.8. Penanaman

Penanaman aren dapat dilakukan secara monokultur maupun tumpangsari. Untuk penanaman monokultur, bibit yang baik ditanam pada lahan yang sesuai dengan Tanaman Aren berumur 6 bulandi lapanganpada urutan sebagai berikut : Pemasangan ajir terlebih dahulu pada lahan yang telah disiapkan dengan jarak 5 x5 m atau 9 x9 m. Pembuatan lubang tanam ukuran 30 x 30 x 30 cm, untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP. Lubang tanam yang telahdiberi pupuk didiamkan selama3-5 hari. Mulai penanaman, dengan cara membuka polybag terlebih dahul Bibit dimasukkan pada lubang tanam dan sisa lubang tanam ditimbun dengan tanah sambil ditekan dengan tangan Selanjutnya dilakukan pemeliharaan tanaman berupa penyiangan gulma sekitar tanaman, penanggulangan hama dan penyakit, dsb. Hama yang menyerang tanaman muda aren di lapangan adalah tikus, musang, dan tupai. Bibit yang baru ditanam sebaiknya diberi naungan atau peneduh.

SUTRISNO, KOLANG-KALING, DAN MUSANGApabila penyebaran tanaman aren (Arenga pinnata) hanya mengandalkan alam saja, penggemar kolang-kaling atau buah muda aren untuk dijadikan kolak, manisan, campuran es, sampai bahan

campuran bajigur lambat laun bakal kesulitan mendapatkan buah berdaging kenyal itu. Demikian pula pembuat gula aren dan pembuat sagu aren akan kesulitan mendapat bahan baku. Jumlah pohon aren di alam memang semakin berkurang karena banyak pohon sudah tua dan tidak produktif lagi, sedangkan upaya peremajaan belum maksimal. Sementara itu, eksploitasi pohon aren untuk diambil tepung sagunya justru semakin meluas. Selama ini penyebaran aren dilakukan musang. Baru tahun 1990-an, staf peneliti Kebun Raya Bogor mulai menggagas perbanyakan aren. Kini kami mampu mulai mengambil alih peran musang dan saat ini menunggu produksi perdana pohon aren hasil semaian yang kami lakukan, kata Kepala Subbidang Reintroduksi Tumbuhan Langka pada Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB) Ir Sutrisno. Menurut Koordinator Pengembangan Budidaya Tanaman Aren di Kabupaten Sumedang tahun 19992003 ini, pohon aren mulai berproduksi sekitar 10 tahun, sedangkan semaian tim di daerah Sumedang baru berusia sekitar lima tahun. Musang, yang dikenal sebagai binatang malam, besar perannya dalam mengembangkan tanaman aren. Binatang yang paling diburu warga kampung ini paling suka memakan buah aren masak berwarna kuning kecoklatan yang jatuh dari pohon. Buah mudanya, yakni kolang-kaling, dimakan oleh pemburu musang. Biji buah aren yang tidak hancur kemudian terbawa keluar bersama kotoran musang. Biji itu lalu mudah berkecambah dan tumbuh liar menjadi tanaman aren yang potensial secara ekonomi karena hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, batang, daun, nira, buah, dan ijuk. Sejak tahun 1990-an, sejumlah peneliti di KRB ada yang mencoba mengambil alih peran musang. Adalah Ir Holif Imamudin (kini Kepala Kebun Raya Cibodas, Pacet, Kabupaten Cianjur) yang menjadi penggagas kegiatan, disusul Darwandi yang merintis pengembangan budidaya aren di daerah Sumedang yang merupakan salah satu sentra tumbuhan aren di Jawa Barat. Kemudian Sutrisno ditunjuk sebagai Koordinator Pengembangan Budidaya Tanaman Aren di Kabupaten Sumedang. Sutrisno bersama Holif Imamudin dan Darwandi pada tahun 1999 mulai mengembangkan aren dengan biji, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang. Hasil lebih baik Sutrisno, kelahiran Gunung Kidul, Yogyakarta, tahun 1962, menyelesaikan studinya di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (Faperta IPB) tahun 1986 dan menyelesaikan studi S2-nya tahun 2002 di IPB. Sejak tahun 1999 sampai 2003, Sutrisno bersama teman-temannya telah menyemaikan 60.000 bibit aren di daerah Sumedang.

Sutrisno mengutarakan, perbanyakan aren melalui biji sebelumnya pernah dilakukan oleh pihak kehutanan dan lembaga swadaya masyarakat. Sayang, hasilnya belum memuaskan. Kadang hasilnya bagus dan kadang jelek, konsistensi hasilnya kurang, ungkapnya. Dari hasil penelitiannya, biji yang disemai dari biji jatuhan hasilnya kurang baik. Tim kemudian mengambil biji berkualitas yang masih di atas pohon dengan cara memangkas tandan buah, lalu dipilih buah yang masak. Dari satu tandan yang berisi 300-500 buah, hanya dipilih sekitar 75 persen yang bagus. Musang, demikian Sutrisno, paling banyak memakan buah aren sekitar 10-15 buah setiap kali makan. Namun, sejauh ini belum diketahui kecepatan tumbuh penyemaian antara yang dilakukan oleh musang dan oleh para peneliti KRB di Sumedang. Ini karena belum diperoleh data akurat hasil penyemaian yang dilakukan musang sejak dikeluarkan sebagai kotoran sampai menjadi biji berkecambah. Meskipun demikian, kualitas penyemaian aren yang dilakukan musang dapat diimbangi Sutrisno dan kawan-kawan, bahkan dapat diungguli. Dari segi jumlah penyemaian, aren musang dapat dipastikan tak bisa menandingi Sutrisno dan kawan-kawan sebab penyemaian yang dilakukan Sutrisno dan kawan-kawan jumlahnya bisa sampai 15.000 setahun. Bahkan, para peneliti KRB telah menemukan teknik perkecambahan biji aren yang mudah dan murah. Dari Sumedang, proyek penyemaian dilanjutkan ke Tasikmalaya. Di daerah ini telah disemai 12.000an bibit aren. Sementara itu, untuk menghapus anggapan tentang sulitnya budidaya aren, sejak tahun 2003 KRB telah menerbitkan buku yang disusun oleh Sutrisno, Mujahidin, Dian Latifah, Tri Handayani, dan Izu Andri Fijridianto. Buku ini berisi petunjuk praktis budidaya aren, manfaat produk aren, teknik pemanenan hasil, penanganan pascapanen, dan analisis usahanya.

Abdulloh, W. M. 2009. Teknik Budidaya Aren (diakses dari www.dokumen.deptan.go.id tanggal 17 Maret 2012). Anonim. 2009. Enau. (diakses dari www.wikipedia.com tanggal 17 Maret 2012). Anonim. 2007. Komoditas Aren (Arenga Pinnata Wurmb, Merr). Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Banten.