studi pemanfaatan pencahayaan alami pada...

152
STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS PERGURUAN TINGGI DI MEDAN TESIS Oleh FERRY ANDERSON SIHOMBING 077020016/AR S E K O L A H P A S C A S A R J A N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Ferry Anderson Sihombing : Studi Pemanfaatan Pencahayaan Alami Pada Beberapa Rancangan Ruang Kelas Perguruan Tinggi Di Medan, 2008 USU Repository © 2008

Upload: truongthuy

Post on 07-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS

PERGURUAN TINGGI DI MEDAN

TESIS

Oleh

FERRY ANDERSON SIHOMBING 077020016/AR

S

EK O L A

H

PA

SC A S A R JANA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008

Ferry Anderson Sihombing : Studi Pemanfaatan Pencahayaan Alami Pada Beberapa Rancangan Ruang Kelas Perguruan Tinggi Di Medan, 2008 USU Repository © 2008

Page 2: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS

PERGURUAN TINGGI DI MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FERRY ANDERSON SIHOMBING 077020016/AR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008

Page 3: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Judul Tesis : STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS PERGURUAN TINGGI DI MEDAN

Nama Mahasiswa : Ferry Anderson Sihombing Nomor Pokok : 077020016 Program Studi : Teknik Arsitektur

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD) (Ir. N. Vinky Rahman, MT) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus : 5 Desember 2008

Page 4: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Telah diuji pada

Tanggal: 5 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD

Anggota : 1. Ir. N. Vinky Rahman, MT

2. Ir. Novrial, M.Eng

3. Imam Faizal Pane, ST, MT

4. R. Lisa Suryani, ST, MT

Page 5: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

ABSTRAK

Pencahayaan alami pada ruang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya. Kualitas ruang yang tidak sesuai dengan fungsi ruang menyebabkan kegiatan didalam ruang tersebut tidak berfungsi dengan baik. Isu yang berkembang menyatakan bahwa Kualitas Pencahayaan Alami dipengaruhi oleh distribusi cahaya yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi bukaan. Semakin luas bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam ruang. Berdasarkan hal tersebut diperlukan kontrol terhadap jumlah cahaya yang masuk kedalam ruangan.

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui Permasalahan dalam Pemanfaatan Pencahayaan alami dalam Ruang Kelas Perguruan Tinggi yaitu Pengaruh letak Bukaan Pencahayaan Alami terhadap kualitas pencahayaan dalam Ruang Kelas, Kondisi Intensitas pencahayaan alami didalam Ruang Kelas, Kebutuhan pencahayaan alami didalam Ruang Kelas.

Ruang Kelas yang menjadi objek penelitian dipilih berdasarkan kondisi pencahayaan alaminya yaitu: Universitas HKBP Nomensen, Universitas Medan Area, Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa Ruang Kelas yang memenuhi persyaratan Pencahayaan Alami adalah Ruang Kelas Universitas Medan Area. Ruang Kelas Universitas HKBP Nomensen dan Ruang Kelas Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia kurang memenuhi persyaratan.

Kata Kunci : Kualitas Ruang, Bukaan, Distribusi Cahaya, Nilai Intensitas Kekuatan

Penerangan.

Page 6: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

ABSTRACT

Natural illumination at room meant to fulfill room requirement of light. Quality of room which disagree with room function cause activity in the room do not function better. Issue expanding to express that Quality of Natural Illumination influenced by light distribution which enter through the window and aperture orientation. Progressively wide of aperture hence will more and more light which come into room. Pursuant to the mentioned needed by control to amount of light which enter into room.

Intention of this Research is to know the Problem of Exploiting of natural Illumination in Class Room College that is Influence of Aperture situation of Natural Illumination to quality of illumination in Class Room, Condition of Natural Illumination Intensity in Class Room, Requirement of Natural Illumination in Class Room.

Class Room becoming research object selected pursuant to condition of Natural Illumination that is: University of HKBP Nomensen, University Medan Area, University Pembinaan Masyarakat Indonesia. Result of Research conclude that Class Room fulfilling conditions of Natural Illumination is Class Room University Medan Area. Class Room University of HKBP Nomensen and Class Room University Pembinaan Masyarakat Indonesia less is fulfilling of conditions. Keyword : Quality Of Room, Aperture , Distribution Light , Value Intensity Strength of

Lighting

Page 7: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

KATA PENGANTAR

Sujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya

sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: Studi Pemanfaatan

Pencahayaan Alami pada beberapa Rancangan Ruang Kelas perguruan tinggi di

Medan. Tesis ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magíster Teknik

Arsitektur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari

bahwa isi tesis ini masih jauh dari sempurna dan pada kesempatan ini penulis dengan

segala kerendahan hati Sangat mengharapkan kritik dan saran.

Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam menyusun tesis ini. Ungkapan terima kasih penulis

kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Chairuddin

P.Lubis,DTM&H. Sp.A(K) atas fasilitas yang diberikan dalam proses perkuliahan.

Terima kasih juga saya aturkan kepada Direktur Sekolah Pascasarjana Ibu Prof.Dr.Ir.

T Chairun Nisa B,MSc.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orang Tua saya B. Sihombing dan Zuriah Sitorus.

2. Keluarga saya, abang dan adik-adik saya.

3. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, MSc, Ketua Program Studi.

4. Ibu Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc.

5. Bapak A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD, Pembimbing 1.

Page 8: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

6. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, Pembimbing 2.

7. Teman-teman Pascasarjana Studi-studi Arsitektur dan Perkotaan.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi semua

pihak, pembaca dan pihak lain yang membutuhkannya. Amin ya robbal alamin.

Medan, Februari 2009

Ferry Anderson Sihombing

Page 9: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Ferry Anderson Sihombing, ST, MT

Tempat/tanggal lahir : Medan/01 Mei 1981

Alamat : Jl. Pales Raya Gg. SD. Inpres No.26 Medan 20135

Telepon/HP : (061) 77956269

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Kegemaran : Membaca dan music, olah raga

PENDIDIKAN FORMAL

SD : SD Negeri 060884 Medan 1992

SLTP : SMP Negeri 8 Medan 1995

SMU

SARJANA S-1

: SMU Negeri 17 Medan Medan 1998

: Institut Teknologi Medan Jurusan Teknik Arsitektur

2003

PASCASARJANA S-2 : Universitas Sumatera Utara 2009

Page 10: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .......................................................................................................... i

ABSTRACT ........................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3. Landasan Teori .................................................................................. 3

1.4. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

1.6. Kerangka Berfikir ............................................................................. 5

1.7. Struktur Penulisan Tesis .................................................................... 6

Page 11: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8

2.1. Pengertian Cahaya ............................................................................. 8

2.2. Difraksi dan Diagram Matahari ........................................................ 12

2.3. Hubungan Cahaya dan Manusia ....................................................... 17

2.4. Hubungan Cahaya dan Ruang ........................................................... 20

2.5. Pemanfaatan Pencahayaan Alami dalam Arsitektur ......................... 22

2.6. Bentuk dan Massa Bangunan ............................................................ 24

2.7. Pengertian Ruang Kelas (Ruang Perkuliahan) .................................. 29

2.8. Jendela dan Ruang Kelas .................................................................. 32

2.9. Persepsi .............................................................................................. 38

2.10. Studi Banding .................................................................................. 40

2.11. Studi Literatur/Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung/Standar Nasional Indonesia .......... 53 BAB III. METODE PENELITIAN/PERALATAN .................................... 84

3.1. Peralatan Penelitian ........................................................................... 84

3.2. Rancangan Penelitian ........................................................................ 87

3.3. Variabel yang Diamati ...................................................................... 88

BAB IV. KAWASAN PENELITIAN ........................................................... 90

4.1. Lokasi Penelitian ............................................................................... 90

4.2. Kondisi Ruangan Kelas ..................................................................... 96

Page 12: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 113

5.1. Kondisi Ruang Kelas dan Titik Pengukuran ..................................... 113

5.2. Data Penelitian .................................................................................. 124

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 129

6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 129

6.2. Saran .................................................................................................. 129

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 131

Page 13: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Pengukuran Illuminasi (L) pada lantai (ruang) ....................................... 43

2. Nilai Faktor Langit untuk Bangunan Umum ................................................... 65

3. Nilai Faktor Langit untuk Bangunan Sekolah .................................................. 65

4. Nilai Faktor Langit Bangunan Tempat Tinggal ................................................ 66

5. Nilai Faktor Langit dinyatakan dalam % ......................................................... 73

6. Hubungan antara tinggi tempat lubang cahaya dengan Nilai Faktor Langit relatif .......................................................................................... 78 7. Hubungan antara jarak ke samping dengan Nilai Faktor Langit Relatif .......... 79

8. Nilai Indeks Kesilauan Maksimum Untuk Berbagai Tugas Visual dan Interior ........................................................................................... 83 9. Medan Sky Diagram/General Position, 2008-05-04 ....................................... 125

Page 14: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................. 5

2. Kekuatan Penerangan dititik P pada jarak c dari proyeksi L’ dari sumber cahaya L dalam permukaan kerja............................................... 11 3. The Seasons are a consequence of the tilt of the earth’s axis of rotation ........................................................................................................... 12 4. The Earth’s Axis of Rotation in tiltled to the plane of the elliptical orbit .................................................................................................. 13

5. Difraksi cahaya yang diterangkan oleh Prinsip Huygens ................................ 14

6. Stereographic Sun-Path Diagram .................................................................... 15

7. Definition of Altitude and Azimuth; Diffuse Radiation ..................................... 16

8. Lintasan Matahari per hari ............................................................................... 17

9. Pantheon ........................................................................................................... 22

10. Plan of the Carmel Mountain Ranch Library (M.W.Steele) ......................... 25

11. Section of the Carmel Mountain Ranch Library (M.W.Steele) ................................................................................................... 25

12. Exterior View of the Newton Library ............................................................. 26

13. View of an Atrium in the Center for British Art and Studies ......................... 27

14. Plans of the Type/Variant House ................................................................... 28

15. Facade Detail of Rainbow Shores (Richard Stinger) ..................................... 29

Page 15: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

16. A university classroom with permanently-installed desk- chairs and green chalkboards ....................................................................... 31

17. Classroom in St. Eunan’s College, Letterkenny, Ireland ............................... 31

18. Clerestory Windows ........................................................................................ 33

19. Shading and Windows Orientation ................................................................ 33

20. Hubungan sudut pandang dengan jarak objek pengamatan ........................... 40

21. Cara pengukuran Illuminasi dalam ruang ...................................................... 42

22. The Model of Test Site .................................................................................... 44

23. Model Tes ...................................................................................................... 44

24. Typical North Classroom pada Zack Elementary .......................................... 45

25. Finelite Series 4 Pendant Fixture Demonstrating Bi-Level Control ...................... 46

26. Section View of Classroom Showing Lamp Placement and Sloped Ceilings .............................................................................................. 47

27. Typical Switching Diagram ........................................................................... 48

28. South Classroom at Zack Elementary ........................................................... 48

29. Twenhofel Middle School ............................................................................... 49

30. Campus Plan .................................................................................................. 49

31. Floor Plan ...................................................................................................... 50

32. Roof Plan ........................................................................................................ 50

33. Typical Classroom ......................................................................................... 51

34. Common and Gymnasium .............................................................................. 51

35. Academic Wing Section .................................................................................. 53

Page 16: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

36. Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja ................................................................................................ 57

37. Tinggi dan Lebar Cahaya Efektif ................................................................... 61

38. Penjelasan mengenai jarak d .......................................................................... 62

39. Potongan Ruang Tangga ................................................................................ 70

40. Cara mengukur persentase cahaya yang masuk kedalam ruangan ........................................................................................................... 72

41. Prosedur Perancangan Sistem Pencahayaan Alami siang hari........................ 76

42. Pengaruh kedudukan lubang cahaya atas besarnya faktor langit ............................................................................................................... 79

43. Samsung Digimax A40 2 Digital Camera ..................................................... 84

44. Alat Ukur Kyoritsu ......................................................................................... 85

45. Tampilan Software Design Grafis Archicad versi 9 ...................................... 86

46. Skema penggunaan peralatan penelitian ........................................................ 87

47. Skema pengumpulan data penelitian .............................................................. 88

48. Letak Geografis Kotamadya Medan .............................................................. 90

49. Lokasi Penelitian di Kota Medan ................................................................... 91

50. Universitas HKBP Nomensen ........................................................................ 92

51. Foto Udara Universitas HKBP Nomensen ..................................................... 93

52. Foto Udara Universitas HKBP Nomensen ..................................................... 93

53. Universitas Medan Area ................................................................................. 94

54. Denah Lokasi Penelitian Ruang Kelas 4.3. Fakultas Teknik Universitas Medan Area..................................................................................................... 94

Page 17: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

55. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia ............................................... 95

56. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia ............................................... 95

57. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia ............................................... 96

58. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7 ................................................ 97

59. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L.4.7 ................................................... 97

60. Kondisi Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7 .................................. 98

61. Kondisi Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7 ................................. 98

62. Bagian Utara Ruang Kelas L.4.7..................................................................... 99

63. Bagian Selatan Ruang Kelas L.4.7.................................................................. 100

64. Tepi Timur Laut Ruang Kelas L.4.7 ............................................................... 100

65. Bagian Dalam ( koridor ) Ruang Kelas L.4.7 ............................................... 101

66. Bagian Dalam Ruang Kelas L.4.7................................................................... 101

67. Bagian Utara Ruang Kelas L.4.7..................................................................... 102

68. Bagian Timur Laut Ruang Kelas L.4.7 ........................................................... 102

69. Interface/Merupakan Bagian dari Bangunan ................................................. 103

70. Sky is The Limit .............................................................................................. 103

71. Interface ......................................................................................................... 104

72. Bentang antara sisi bangunan ......................................................................... 104

73. Glare didalam Ruang Kelas L.4.3 ................................................................. 105

74. Silau/Dazzled dalam Ruang Kelas L.4.3 ........................................................ 106

75. Silau/Dazzled dalam Ruang Kelas L.4.3 ........................................................ 106

Page 18: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

76. Deflect Light didalam Ruang Kelas L.4.3....................................................... 107

77. Light Reflection diluar Ruang Kelas L.4.3 .................................................... 107

78. Bentuk Permukaan bagian luar Ruang Kelas L.4.3 ........................................ 108

79. Pencahayaan Alami Bagian dalam Ruang Kelas L.4.3 ................................. 108

80. Pencahayaan Alami Bagian dalam Ruang Kelas L.4.3 ................................. 109

81. Properti Ruang Kelas 4.3. .............................................................................. 109

82. Properti Ruang Kelas 4.3. .............................................................................. 110

83. Posisi Ruang Kelas 1.2. .................................................................................. 111

84. Bagian Barat Ruang Kelas 1.2. ....................................................................... 111

85. Koridor didepan Ruang Kelas 1.2. ................................................................. 112

86. Pemantulan cahaya pada permukaan lantai Koridor didepan Ruang Kelas 1.2. ............................................................................................ 112

87. Kondisi Eksisting dan Meubiler Ruang Kelas L 4.7. ..................................... 114

88. Titik Pengukuran Ruang Kelas L 4.7. ............................................................ 115

89. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L 4.7. ............................................... 116

90. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L 4.7. ...................... 116

91. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L 4.7. .................................................. 117

92. Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L 4.7. ..................................... 117

93. Titik Pengukuran Ruang Kelas I.2. ................................................................ 118

94. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas I.2. ...................................................... 119

95. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas I.2. ............................. 119

96. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas I.2. ................................................... 120

Page 19: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

97. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas I.2. .......................... 120

98. Kondisi Eksisting dan Meubiler Ruang Kelas 4.3. ........................................ 121

99. Titik Pengukuran Ruang Kelas 4.3. ............................................................... 122

100. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas 4.3. .................................................... 122

101. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas 4.3. .......................... 122

102. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas 4.3. ................................................. 123

103. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas 4.3. ....................... 123

104. Proses Pengumpulan Data Penelitian ........................................................... 124

105. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayaan Alami pada Ruang Kelas L.4.7. Universitas HKBP Nomensen ............................. 126 106. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayaan Alami pada Ruang Kelas 4.3. Universitas Medan Area .......................................... 127 107. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayaan Alami pada Ruang Kelas 1.2. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia ....... 127

Page 20: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian Universitas HKBP Nomensen ............................................. 133

2. Data Penelitian Universitas Medan Area ...................................................... 136

3. Data Penelitian Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia .................... 138

Page 21: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fenomena pada objek dan ruang juga merupakan fenomena dari cahaya.

Secara umum, keseluruhan bagian tersebut merupakan fenomena bumi dan langit.

Langit sebagai asal cahaya dan bumi sebagai manifestasinya. Oleh karena itu cahaya

adalah kesatuan dari alam semesta. Selalu sama dan berbeda, cahaya menyatakan

sesuatu.

Di dalam arsitektur pemanfaatan Pencahayaan Alami selalu menjadi bagian

penting yang selalu diperhitungkan dalam perancangan. Pencahayaan Alami mampu

menciptakan ruang secara visual. Menurut Lechner perancang yang peka selalu

menyadari bahwa apa yang kita lihat merupakan suatu konsekuensi baik dari kualitas

rancangan maupun kualitas cahaya yang jatuh keatasnya.

Pencahayaan Alami pada ruang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan

ruang akan cahaya, dan untuk segi estetika. Kualitas ruang yang tidak sesuai dengan

fungsi ruang berakibat pada tidak berjalannya dengan baik kegiatan yang ada. Ruang

dengan cahaya yang sedikit menyebabkan ruangan tersebut menjadi gelap dan dingin.

Pencahayaan yang terlalu terang akan menyebabkan silau dan kurang baik bagi mata.

Kenyamanan berada pada suatu ruang dapat diciptakan dari kualitas pencahayaan di

dalam ruangan tersebut. Untuk memperoleh kenyamanan visual dalam ruang,

Page 22: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

pencahayaan dapat dirancang untuk menonjolkan obyek, atau menambah daya tarik

khusus dari sudut-sudut ruang.

Isu yang berkembang tentang pembahasan Pencahayaan Alami menyatakan

bahwa Kualitas Pencahayaan Alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya

yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas

bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk kedalam ruang. Untuk itu

diperlukan kontrol terhadap jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kualitas

Pencahayaan Alami yang baik juga dipengaruhi oleh letak bukaan terhadap arah

datangnya sinar matahari.

Ruang Kelas (untuk kegiatan perkuliahan) merupakan memiliki arti penting

bagi mahasiswa dalam membantu kegiatan belajar sehingga mampu meningkatkan

perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah tingkat kecerdasan dalam berpikir

dan merespon perkembangan jaman.

Selain itu kondisi ruang kelas juga berperan penting dalam memberikan

kenyamanan bagi pemakainya. Dalam hal ini dari kebutuhan pencahayaan untuk

membantu penglihatan. Pengguna ruang dihadapkan kepada seberapa besar

kebutuhan pencahayaan ruang kelas. Beberapa referensi dapat digunakan untuk

mengetahui hal-hal yang mendasar tentang ruang kelas.

Dalam sebuah penelitian kita membutuhkan objek penelitian yang akan kita

gunakan sebagai studi kasus. Dalam penelitian ini penulis memakai ruang kelas

perguruan tinggi yang setiap harinya digunakan untuk belajar dan mengajar sebagai

objek penelitian yang representatif. Pemilihan objek penelitian dengan lokasi dan

Page 23: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

permasalahan yang berbeda agar dalam pembahasan nantinya kita mendapatkan

masukan yang lebih beragam dari kasus yang kita ambil.

Untuk memperlancar proses penelitian (ketersediaan objek penelitian dan

waktu penelitian) dengan tidak mengurangi esensi dari penelitian ini maka digunakan

Studi Kasus Ruang Kelas pada beberapa perguruan tinggi di kota Medan yaitu:

Universitas HKBP Nomensen, Universitas Medan Area, Universitas Pembinaan

Masyarakat Indonesia.

Berdasarkan hal diatas ide pembahasan pencahayaan alami disarikan ke dalam

judul penelitian yaitu: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI

PADA BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS PERGURUAN TINGGI

DI MEDAN Studi Kasus: Universitas HKBP Nomensen, Universitas Medan Area,

Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan permasalahan yang menjadi pembahasan adalah:

1. Pengaruh Luas Bukaan Pencahayaan Alami terhadap kualitas pencahayaan

dalam Ruang Kelas.

2. Kondisi Intensitas pencahayaan alami didalam Ruang Kelas.

1.3. Landasan Teori

Dampak dari pencahayaan alami pada penampilan sekolah menjadi subyek

yang menjadi daya tarik selama bertahun-tahun. Sebelum penggunaan neon

Page 24: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

(pencahayaan buatan) menjadi lazim, secara umum diperkirakan bahwa semua ruang

sekolah akan menggunakan pencahayaan alami. Departemen Pendidikan California

mempunyai suatu proses tinjauan ulang yang ketat untuk rancangan arsitektural dari

kelas-kelas untuk memastikan bahwa standar penerangan alami telah dipenuhi.

Sebagai hasilnya, kelas-kelas di California yang dibangun pada tahun 1950 dan awal

1960 menjadi contoh-contoh sempurna tentang praktek pencahayaan alami. Cakupan

pencahayaan alami di dalam kelas-kelas sudah menjadi suatu fitur yang terkemuka

dari gerakan untuk “sekolah-sekolah berpenampilan tinggi,” yaitu. gedung sekolah

yang dapat berpotensi memperbaiki penampilan siswa, mengurangi biaya operasional

dan memperkecil dampak negatif pada lingkungan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Pengaruh Letak Bukaan Pencahayaan Alami terhadap kualitas

pencahayaan Ruang Kelas.

2. Mengetahui Kondisi Intensitas Pencahayaan di dalam Ruang Kelas.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik dalam disiplin ilmu

arsitektur maupun disipiln ilmu pasti lainnya, yang bertujuan untuk mengetahui

tentang pemanfaatan Pencahayaan Alami dalam membentuk kualitas visual ruang

Page 25: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

dalam bangunan, dapat menjadikan penelitian ini sebagai masukan/studi banding

penelitian.

1.6. Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA

BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS PERGURUAN TINGGI DI

MEDAN Studi Kasus : Universitas HKBP Nomensen,

Universitas Medan Area, Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia

PERMASALAHAN Pengaruh kualitas Pencahayaan

Alami terhadap pencahayaan dalam ruang kelas (kualitas visual)

STUDI KASUS Rancangan Ruang Kelas : Universitas

HKBP Nomensen, Universitas Medan Area, Universitas Pembinaan

Masyarakat Indonesia

METODE PENELITIAN Metode Pengukuran (Standar Nasional Indonesia) dan Alat

Penelitian (Software dan Kamera Di it l)

FINAL REPORT Hasil dari Penelitian yang telah dilakukan : • Kesimpulan Teoritis

Hasil yang didapat dari pembahasan • Kesimpulan Praktis

Saran dan Rekomendasi yang dihasilkan

PEMBAHASAN • Analisa Menggunakan Alat Ukur • Analisa menggunakan Metode

Perhitungan

Page 26: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

1.7. Struktur Penulisan Tesis

BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan pada bagian ini berisi kerangka awal penelitian yang

terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Landasan Teori, Tujuan,

Kerangka Berfikir, Struktur Penulisan Tesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan pada bagian ini berisi tinjauan teori yang digunakan pada

penelitian yang terdiri dari pengertian cahaya, pengertian ruang kelas,

pemanfaatan cahaya dalam arsitektur, penerapan bukaan pada kelas, standar

yang digunakan sebagai acuan, preseden yang berkembang pada pembahasan

pencahayaan alami serta hubungannya dengan luas bukaan, studi banding

yang dilakukan dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN/BAHAN DAN METODE

Pembahasan pada bagian ini berisi Bahan/Materi Penelitian/Peralatan

yang digunakan pada penelitian, Rancangan Penelitian, Variabel yang

Diamati, Jadwal Pelaksanaan,

Page 27: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

BAB IV KAWASAN PENELITIAN

Pembahasan pada bagian ini berisi kawasan yang menjadi obyek

pembahasan (Studi kasus yang diangkat dalam penelitian) serta kondisi

eksisting bukaan yang ada pada kawasan penelitian.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada bagian ini berisi Data Penelitian dan Hasil yang

didapat dari analisa yang dilakukan terhadap permasalahan luas bukaan dan

kualitas pencahayaan pada ruang kelas. Pembahasan pada bagian ini berupa

analisa (pengukuran) dan membandingkan kualitas pencahayaan pada setiap

obyek (kasus).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi point-point kesimpulan dan saran yang didapat dari

pembahasan objek penelitian. Kesimpulan dan saran dapat digunakan dan

bermanfaat untuk penelitian sejenis atau penelitian lanjutan dari “STUDI

PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BEBERAPA

RANCANGAN RUANG KELAS PERGURUAN TINGGI di MEDAN”.

Page 28: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagai cahaya yang masuk ke dalam

ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk kedalam

ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu dengan

menggunakan ”shading”. Shading dimaksudkan sebagai penyaring cahaya yang

masuk kedalam ruangan sehingga menghasilkan kualitas pencahayaan pada ruang

yang diinginkan.

2.1. Pengertian Cahaya

Menurut The Concise Oxford English Dictionary

Cahaya didefinisikan sebagai unsur alam yang mampu merangsang indera

penglihat (mata) atau media atau kondisi dari ruang dimana memungkinkan

mata untuk melihat atau bagian dari spektrum elektromagnetik yang dapat

ditangkap oleh mata.

Cahaya didefinisikan sebagai bagian dari spektrum elektromagnetik yang

dapat ditangkap oleh mata. Cahaya yang nampak adalah cahaya yang dapat dirasakan

oleh mata. Penglihatan adalah kemampuan mata untuk merasakan cahaya. Cara

kerjanya dapat dianalogikan seperti cara kerja video kamera.

8

Page 29: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Semua cahaya yang terlihat seolah-olah terdiri dari kumpulan satu atau lebih

photon yang menyebar melalui ruang seperti gelombang elektromagnetik. Pada saat

gelap total, mata mampu untuk merasakan photon tunggal, tetapi secara umum apa

yang terlihat pada kehidupan sehari-hari adalah cahaya yang terbentuk dari milyaran

photon yang dihasilkan oleh sumber cahaya dan dari pantulan objek. Bila melihat ke

sekeliling ruangan, kemungkinan sumber cahaya di dalam ruang memproduksi

photon dan objek dalam ruang yang memantulkan photon tersebut. Mata dapat

menyerap beberapa dari photon ini mengalir melalui ruang dan inilah cahaya yang

terlihat.

Satuan kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya adalah lumen,

namun lumen tidak mendeskripsikan bagaimana keluaran cahaya didistribusikan.

Kandela (Candlepower) mendeskripsikan intensitas sinar pada semua arah. Lumen

dari suatu sumber cahaya akan menerangi permukaan, maka Iluminasi adalah satuan

dari jumlah kekuatan cahaya yang jatuh pada setiap meter persegi permukaan semu

suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang diterangi.

Pada saat gelombang cahaya menyentuh sebuah objek, apa yang terjadi padanya

tergantung energi yang terdapat pada gelombang cahaya tersebut.

Berdasarkan tiga faktor, empat hal yang berbeda dapat terjadi saat cahaya

menyentuh sebuah objek adalah sebagai berikut:

1. Gelombang dapat dipantulkan atau menyebar pada objek.

2. Gelombang dapat diserap oleh objek.

3. Gelombang dapat dibelokkan melalui objek.

Page 30: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

4. Gelombang dapat melewati objek tanpa ada efek dan lebih dari satu dari beberapa

kemungkinan dapat terjadi dengan segera.

5. Tranmisi adalah bila frekwensi atau energi dari gelombang cahaya berikutnya

lebih tinggi atau lebih rendah dari frekwensi yang dibutuhkan untuk membuat

elektron dalam material bergetar, kemudian elektron tidak akan menangkap

energi dalam cahaya dan gelombang akan melewati material tanpa berubah.

Sebagai hasil, material akan transparan pada frekwensi cahaya.

Untuk memperlihatkan hubungan antara kekuatan penerangan (E), arus

cahaya (φ), kekuatan cahaya dengan luas permukaan yang diterangi disini dapat

dipergunakan suatu persamaan-persamaan yang sederhana yaitu:

Untuk arus cahaya adalah jumlah cahaya yang dipancarkan setiap detik oleh

sebuah sumber cahaya.

φ = )(

)(twaktupersatuan

ncahayajumlah⋅⋅⋅⋅

φ = )()(

tn …………………………………………………….. (2.1)

Untuk kekuatan penerangan adalah arus cahaya yang jatuh pada sebuah satuan

permukaan.

E = )()(

................................................................................. (2.2)

Page 31: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Akan tetapi jika hendak menghitung kekuatan penerangan diukur pada satu titik yang

ditentukan dengan jalan menurunkan sebuah garis tegak lurus dari sumber cahaya

kepada permukaan kerja, maka persamaan yang digunakan adalah :

E = )()(

2hI cos 3 α .................................................................... (2.3)

dimana:

E = kekuatan penerangan mendatar pada P dalam lux

I = kekuatan cahaya dari sumber cahaya ke arah P dalam cd

h = tinggi sumber cahaya L diatas permukaan kerja

α = sudut antara garis tegak lurus dari sumber cahaya pada permukaan kerja dan garis

L ke P

a

Gambar 2. Kekuatan penerangan dititik P pada jarak c dari proyeksi L’ dari sumber cahaya L dalam permukaan kerja

Luminasi adalah kekuatan cahaya per m 2

L = )()(

AI .................................................................................... (2.4)

Page 32: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Untuk mengetahui berapa banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan

sebagai acuan memenuhi syarat atau tidak, dan bagaimana mengukurnya maka dapat

dilihat pada tabel 2.1. dan cara pengukurannya lihat Gambar 2.1.

2.2. Difraksi dan Diagram Matahari

Gambar 3. The seasons are a consequence of the tilt of the earth’s axis of rotation

Matahari sebagai sumber cahaya alami terbesar sangat berperan dalam

mengendalikan seluruh kehidupan manusia di bumi ini. Tidak terkecuali dalam

proses pencarian dan penciptaan ruang-ruang binaan yang dapat menampung segala

aktivitas kehidupan manusia. Matahari adalah sumber cahaya yang kaya untuk

menerangi bentuk-bentuk dan ruang-ruang di dalam arsitektur. Kualitas cahaya

berubah bersamaan dari waktu ke waktu, dan dari musim ke musim. Cahaya

memberikan warna-warna dari suasana langit dan cuaca sampai kepada permukaan-

permukaan dan bentuk-bentuk yang disinarinya. Dengan kata lain cahaya matahari

sangat mempengaruhi arsitektur.

Page 33: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 4. The Earth’s Axis of Rotation in tilted to the plane of the elliptical orbit

Sifat-sifat cahaya adalah bergerak lurus ke semua arah. Buktinya adalah

manusia dapat melihat sebuah lampu yang menyala dari segala penjuru dalam sebuah

ruang gelap. Apabila cahaya terhalang, bayangan yang dihasilkan disebabkan cahaya

yang bergerak lurus tidak dapat berbelok, namun dapat dipantulkan. Keadaan ini

disebut sebagai pantulan cahaya.

Difraksi adalah penyebaran gelombang, contohnya cahaya, karena adanya

halangan. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini

bisa diterangkan oleh prinsip Huygens.

Page 34: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 5. Difraksi cahaya yang diterangkan oleh prinsip Huygens

Pada gambar diatas terlihat adanya pola gelap dan terang, hal itu disebabkan

wavelet-wavelet baru yang terbentuk di dalam celah sempit tersebut saling

berinterferensi satu sama lain.

Intensitas radiasi matahari ditentukan oleh energi radiasi absolut, hilangnya

energi pada atmosfir, sudut jatuh pada bidang yang disinari dan penyebaran radiasi.

Diagram matahari adalah cara paling mudah yang digunakan untuk mengetahui

pergerakan tahunan matahari pada kondisi langit cerah dengan diagram 2 dimensi.

Sudut azimuth dan altitude dapat terlihat secara langsung pada setiap hari. Dengan

menggunakan diagram matahari dapat dilihat posisi harian matahari pada setiap jam

Page 35: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

sehingga pada proses perancangan sebuah bangunan dapat digunakan untuk

menentukan posisi shade untuk menghindari sinar matahari langsung

.

Gambar 6. Stereographic Sun-Path Diagram

Page 36: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 7. Definition of Altitude dan Azimuth; Diffuse Radiation

Sudut jatuh ditentukan oleh posisi relatif matahari dan tempat pengamatan di

bumi serta tergantung pada sudut lintang geografis tempat pengamatan, musim dan

lama penyinaran harian yang ditentukan oleh garis bujur geografis tempat

pengamatan.

Menurut Lippsmeier untuk orientasi bangunan dan perlindungan terhadap

cahaya matahari, berlaku aturan-aturan dasar berikut:

1. Sebaiknya fasade terbuka menghadap ke selatan atau utara, agar meniadakan

radiasi langsung dari cahaya matahari rendah dan konsentrasi tertentu yang

menimbulkan panas

2. Pada daerah iklim tropika basah diperlukan pelindung untuk semua lubang

bangunan terhadap cahaya langsung dan tidak langsung, bahkan bila perlu

untuk seluruh bidang bangunan, karena bila langit tertutup awan, seluruh

bidang langit merupakan sumber cahaya.

Page 37: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

3. Di daerah iklim tropika kering dalam musim panas diperlukan pelindung

untuk lubang-lubang pada dinding bangunan tertutup. Dalam musim dingin

kadang-kadang dibutuhkan juga

Sudut jatuhnya cahaya matahari dapat ditentukan melalui pengamatan

langsung, perhitungan matematis dan penggambaran grafis.

Gambar 8. Lintasan Matahari per hari

2.3. Hubungan Cahaya dan Manusia

Cahaya matahari dengan kecepatan rambat kira-kira 360.106 km/jam dan

energi kalor sebesar 6 juta kkal akan menciptakan energi dalam wujud dan bentuk

yang berbeda. Area pencahayaan melingkupi banyak cara. Tiap lapisan cahaya dapat

dijelajahi dan kembangkan. Infleksi (perubahan) cahaya dapat menjadi inspirasi dan

motivasi dalam ruang, mengantarkan imaginasi dan mensublimasi (menaikkan)

impian menjadi alam kenyataan.

Page 38: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Perancangan pencahayaan yang baik harus diperuntukkan tidak hanya bagi

kebutuhan akan tampilan visual, tetapi juga untuk kebutuhan biologis manusia akan

cahaya yang juga berhubungan dengan gaya hidup dan kebudayaan.

Menurut William Lam beberapa kebutuhan biologis manusia terhadap cahaya

adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan akan orientasi spasial

Sistem pencahayaan harus dapat membantu menunjukkan tempat dan arah

2. Kebutuhan akan orientasi waktu

Sistem pencahayaan harus dapat memberikan feedback akan jalannya waktu

yang dibutuhkan oleh jam internal dalam tubuh manusia

3. Kebutuhan untuk mengerti bentuk struktur

Kebutuhan untuk mengerti bentuk fisik dapat dikacaukan oleh pencahayaan

yang bertentangan dengan realita fisik, dengan kegelapan yang pekat, maupun

dengan penerangan tersebar yang meratakan penampilan objek

4. Kebutuhan untuk fokus pada kegiatan

Pencahayaan dapat membantu membentuk susunan kegiatan dan dengan

memberikan penerangan lebih pada area kegiatan yang paling relevan

5. Kebutuhan untuk ruang personal

Cahaya dan daerah gelap pada ruang besar dapat membantu mendefinisikan

ruang personal bagi setiap individu

6. Kebutuhan untuk ruang yang menyenangkan

Page 39: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Suatu ruang terasa muram bila diharapkan terang, namun ternyata tidak. Maka

kombinasi dari cahaya langsung, tidak langsung dan aksentuasi cahaya dapat

menciptakan rancangan yang menarik dan menyenangkan

7. Kebutuhan untuk masukan visual yang menarik

Ruang yang membosankan tidak langsung terlihat menarik hanya dengan

meningkatkan level cahaya

8. Kebutuhan akan susunan pada lingkungan visual

Saat order diharapkan namun tidak didapatkan maka akan terlihat kekacauan

9. Kebutuhan untuk keamanan

Kegelapan merupakan keadaan dimana informasi visual yang diterima oleh

otak sangat kurang. Pada situasi yang dirasa membahayakan, kekurangan

informasi menyebabkan ketakutan

Vitalitas optikal adalah upaya pemasukan cahaya ke dalam ruangan dengan

kapasitas dan intensitas yang tepat berdasarkan kebutuhan dan kenyamanan

beraktivitas terutama kegiatan mengamati untuk mengapresiasi. Benda-benda

cemerlang yang disertai dengan pola cahaya yang dinamis terhadap gelap akan

menyebabkan terlihat lebih cerah dan dapat menampilkan aktivitas yang nyata.

Efek foto elektrik menyebabkan efek cahaya dramatis dan perubahan elektrik

dengan kemungkinan hubungan antara energisitas yang disaksikan dan permainan

cahaya juga material. Tidak dapat dibayangkan kenyamanan optikal itu sesuatu yang

dapat dipastikan secara mutlak, karena kekuatannya dapat dirasakan sebagaimana

fitur material atau dimensi lainya dan nyata secara persepsi dan artistikal.

Page 40: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

2.4. Hubungan Cahaya dan Ruang

Ruang selalu melingkupi keberadaan manusia. Melalui pewadahan ruanglah

manusia bergerak, melihat bentuk-bentuk dan benda-benda, mendengar suara-suara,

merasakan angin bertiup, mencium bau semerbak bunga-bunga kebun yang mekar.

Itulah ruang seperti kayu atau batu, meskipun sifatnya tak berbentuk. Pada ruang,

bentuk visual, kualitas cahaya, dimensi dan skala ditentukan oleh batas-batas yang

telah ditentukan oleh unsur-unsur bentuk.

Ruang ada disebelah dalam dan luar bangunan, disekitar dan diantara

bangunan-bangunan. Itulah elemen dimana manusia bereaksi apabila mengalami

lingkungan mereka.

Maka dari itu, untuk menciptakan sistem pencahayaan yang berhasil,

perancang harus mengerti beberapa aspek dari persepsi manusia, sebagai berikut :

Relativity of Brightness

Nilai absolut untuk penerangan (brightness) adalah luminasi, namun manusia menilai

terang dari suatu objek relatif dengan penerangan dari sekelilingnya.

Brightness Constancy

Untuk membuat nalar dari lingkungan visual, otak harus melakukan penyesuaian

terhadap apa yang dilihat mata. Kemampuan otak untuk mengabaikan perbedaan

pencahayaan pada kondisi tertentu disebut brightness constancy

Color Constancy

Kemampuan otak untuk menghapus perbedaan warna yang disebabkan oleh

perbedaan pencahayaan disebut color constancy. Kemampuan ini memiliki implikasi

Page 41: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

survival yang penting karena jika tidak maka tidak dapat mengenali rumah sendiri

bila pulang pada waktu yang berbeda. Namun color constancy tidak dapat digunakan

bila lebih dari satu tipe sumber cahaya digunakan secara simultan

Fenomena persepsi warna lainnya

Warna-warna hangat (merah, oranye dan kuning) terlihat lebih dekat pada mata,

sementara warna-warna dingin (biru, hijau dan abu-abu gelap) terlihat lebih jauh.

Maka pemilihan warna dinding dapat membuat ruang menjadi lebih luas atau lebih

sempit.

Efek Foreground

Otak selalu berusaha untuk memilah sinyal visual dari gangguan visual. Bila hal ini

menjadi sulit atau tidak mungkin, maka pemandangan tersebut dirasakan

mengganggu.

Teori Gestalt

Tujuan melihat adalah untuk mengumpulkan informasi. Otak senantiasa mencari

pola-pola yang dimengerti. Pencarian otak terhadap pengertian keseluruhan dari

bagian-bagian terpisah disebut teori gestalt. Sebuah rancangan pencahayaan yang

berhasil bukanlah bila setiap bagiannya dirancang dengan baik, namun bila

keseluruhan komposisi rancangan merupakan satu kesatuan utuh yang memiliki arti

dan tidak mengganggu.

Page 42: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

2.5. Pemanfaatan Pencahayaan Alami Dalam Arsitektur

Pada masa Mesir Kuno, cahaya matahari dianggap hanya sebagai pemenuhan

kebutuhan biologis dan tidak dianggap sebagai elemen pembentuk ruang. Pada masa

Yunani Kuno, cahaya matahari mulai diperhitungkan sebagai pembentuk ruang dan

tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan biologis semata. Kuil-kuil pada masa

Yunani Kuno selalu berorientasi ke Timur sehingga saat matahari terbit sinarnya

dapat menerangi patung didalam kuil sehingga mendapatkan efek dramatis. Pada

masa Romawi Kuno, perkembangan Arsitektur menyebabkan peningkatan

pemanfaatan pencahayaan alami. Bangsa Romawi membangun banyak bangunan

umum dan monumental serta mengembangkan beberapa strategi pemanfaatan cahaya

alami.

Gambar 9. Pantheeon

Pantheon merupakan bangunan pertama yang sungguh-sungguh

memanfaatkan pencahayaan alami sebagai pembentuk ruang. Cahaya tercurah

Page 43: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

melalui lubang berbentuk lingkaran diujung dome, membentuk efek dramatis dalam

ruang.

Apabila matahari tengah bersinar, cahaya mampu menjadi suatu penggerak

(animator) yang sangat ampuh terhadap sifat-sifat bentuk dan skala sebuah bangunan,

sebuah hal bagi perancang yang sangat peka, kenali dan sering digunakan.

Bagaimanapun efek dari hari-hari mendung dan bahkan hujan pada bentuk dan skala

harus diketahui dan dipadukan ke dalam rancangan bangunan.

Cahaya pada interior bangunan lebih dapat dikendalikan oleh perancang,

melalui pengendalian cahaya alamiah. Efek dramatis dan juga keteraturan ruang dan

ketegasan skala, dapat dihasilkan dan ditingkatkan oleh pembedaan penggunaan dan

pengendalian cahaya. Pada bagian ini peranan arsitek sangat penting untuk bersama

ahli penerangan mengendalikan rancangan penerangan.

Disamping terlepas dari betapa efektif dan pekanya penerangan buatan

dipakai, hal itu tetap tidak dapat pernah menggantikan cahaya alamiah dari matahari.

Jika hal ini diabaikan maka untuk kehidupan sehari-hari akan kehilangan suatu rasa

waktu dan suatu rasa bidang apabila pertalian ini diputuskan. Sinar matahari adalah

suatu gaya dinamik yang bekerja pada bangunan dan bentuk lain dengan beberapa

tingkat kekuatan dan beberapa karakter yang dapat dikenal setiap hari.

Dipertimbangkan sebagai suatu prinsip perancangan, sinar matahari tidak semata-

mata menghias sendiri dengan pasif pada bentuk melainkan diperlukan untuk

mengambil bagian secara aktif dalam proses perancangan.

Page 44: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

2.6. Bentuk Dan Massa Bangunan

Menurut Mary Guzowski Rancangan Massa Bangunan yang bijaksana selalu

memperhatikan pemanfaatan pencahayaan alami untuk menghemat biaya, cara

perawatan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk iluminasi. Banyak preseden yang

berkembang pada bangunan sekolah dari abad 19 dan awal abad 20 yang

mengungkapkan strategi pencahayaan alami yang sukses melalui Massa Bangunan

yang tipis, atrium, lightwells dan courtyard. Strategi ini digunakan untuk

memanfaatkan pencahayaan alami, mengurangi kelebihan kontras dari cahaya secara

sepihak (satu-sisi), menambah distrbusi pencahayaan alami, dan memberikan view

yang baik. Beragam konfigurasi untuk pencahayaan diantaranya bentuk L, bentuk U,

Donut, dan bentuk tipis linear.

Bentuk Linear

Massa Bangunan dengan konfigurasi linear memiliki rasio panjang-lebar yang

menempatkan sidelighting dengan batasan yang cukup. Orientasi menjadi sangat

penting karena satu aspek dari bangunan lebih panjang dari aspek lainnya. Bila

panjang memiliki orientasi ke arah Timur-Barat, pencahayaan alami dapat

dipasangkan dengan pemanasan pasif atau pendinginan menurut musim. Berlawanan

apabila panjang memiliki orientasi ke arah sumbu Utara-Selatan, dapat membentuk

simetri, antara bentuk bangunan dan pergerakan matahari Timur-Barat, dimana

mengacu kepada pergerakan matahari harian. Pada orientasi yang lain, lokasi jendela

membutuhkan pertimbangan secara hati-hati di dalam konteks luminasi dan objek

Page 45: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

termal. Apabila Bentuk Linear memiliki aspek panjang dan pendek, kesempatan yang

berbeda pada setiap sisi bangunan. Tergantung kepada orientasi, iklim, arah mata

angin, dan program, setiap façade mungkin ditampilkan secara berbeda untuk

memasukkan atau mengendalikan pencahayaan, pemanfaatan matahari, dan ventilasi.

Gambar 10. Plan of the Carmel Mountain Ranch Library (M.W.Steele)

Gambar 11. Section of the Carmel Mountain Ranch Library (M.W.Steele)

Page 46: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 12. Exterior view of the Newton Library

Bentuk Terpusat

Bentuk Terpusat memiliki internal core yang secara tipikal sebuah focal point

disekitarnya dimana ruang yang lain terorganisasi. Kecenderungan kepada fokus

internal, dimana melihat bagian sebaik melihat bagian dalam. Massa Bangunan yang

tebal dihasilkan dari pemusatan dimana secara umum sama dengan rasio panjang-

lebar. Biasanya untuk mengurangi kedalamna yang nyata dari bentuk terpusat dengan

memasukkan atrium, lightwells atau courtyard, secara keseluruhan cenderung

menjadi focal point dari bangunan. Bentuk Terpusat mungkin hanya menggunakan

satudari strategi ini, meskipun tidak biasa untuk menemukan atrium, lightwells atau

courtyard pada bangunan yang sama, profil bangunan yang tipis dan zoning aktivitas

luminasi secara hati-hati (penempatan wilayah servis, gudang dan sirkulasi pada

interior melawan pencahayaan didekat selubung batas) dapat membantu untuk

Page 47: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

menyediakan pencahayaan. Dimana massa yang tebal dengan banyak lantai tidak

dapat dihindarkan pada lokasi, programmatic, estetika dan perhatian ekonomis,

Massa harus skulptur untuk memaksimalkan pencahayaan.

Gambar 13. View of an atrium in the Center for British Art and Studies

Bentuk Cluster

Bentuk Bangunan Cluster tidak terpisahkan lebih sedikit sulit untuk

pencahayaan alami dibandingkan Bentuk Bangunan Tebal. Karena Bentuk Cluster

adalah susunan dari rangkaian massa-massa kecil dalam beragam konfigurasi,

Page 48: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

wilayah permukaan yang luas sangat baik untuk toplighting atau sidelighting. Ruang

negative antara massa (bagian dalam dan bagian luar) dan sayap bangunan dapat juga

digunakan untuk menghasilkan dan membawa cahaya menuju ruang yang

bersebelahan.

Gambar 14. Plans of the Type/Variant House

Page 49: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 15. Façade detail of Rainbow Shores (Richard Stinger)

2.7. Pengertian Ruang Kelas (Ruang Perkuliahan)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Ruang didefinisikan sebagai sela-sela antara dua (deret) atau empat tiang;

rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang

Kelas didefinisikan sebagai Ruang tempat belajar disekolah.

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia

Ruang Belajar adalah suatu ruangan tempat kegiatan belajar mengajar

dilangsungkan. Ruang belajar terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsinya

yaitu:

Page 50: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

1. Ruang kelas atau Ruang Tatap Muka, ruang ini berfungsi sebagai ruangan

tempat siswa menerima pelajaran melalui proses interaktif antara peserta

didik dengan pendidik, ruang belajar terdiri dari berbagai ukuran, dan

fungsi.

2. Ruang Praktik/Laboratorium ruang yang berfungsi sebagai ruang tempat

peserta didik menggali ilmu pengetahuan dan meningkatkan keahlian

melalui praktik, latihan, penelitian, percobaan. Ruang ini mempunyai

kekhususan dan diberi nama sesuai kekhususannya tersebut, diantaranya:

a. Laboratorium Fisika/Kimia/Biologi,

b. Laboratorium bahasa,

c. Laboratorium komputer,

d. Ruang keterampilan, dll

Menurut Wikipedia English

A classroom is a room in which teaching or learning activities can take place.

Classrooms are found in educational institutions of all kinds, including public

and private schools, corporations, and religious and humanitarian

organizations. The classroom attempts to provide a safe space where learning

can take place uninterrupted by other distractions.

Page 51: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 16. A university classroom with permanently-installed desk-chairs and green chalkboards

Gambar 17. Classroom in St. Eunan's College, Letterkenny, Ireland

Ruang Kelas pada bahasan ini yaitu ruang yang berfungsi sebagai tempat

mengadakan aktivitas belajar mengajar. Ruang Kelas ini lokasinya berada pada

bangunan perguruan tinggi. Untuk mendukung fungsinya tersebut maka pada

Ruangan Kelas dibutuhkan kualitas pencahayaan yang baik sebagai media yang dapat

membangun suasana dan menghasilkan kualitas visual yang baik bagi penggunanya.

Page 52: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Menurut Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta

didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan

tinggi disebut dosen.

Di Indonesia, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah

tinggi, institut, dan universitas. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan

akademik, profesi, dan vokasi dengan program pendidikan diploma (D1, D2, D3,

D4), sarjana (S1), magister (S2), doktor (S3), dan spesialis.

2.8. Jendela Dan Ruang Kelas

Kata jendela “Window” berasal dari Old Norse vindauga, asal kata vindr

"wind" dan auga "eye". Kata "Vindauga" masih digunakan di Icelandic, dialek

bangsa Norwegia yang digunakan untuk menyebut window. Kata window dikenal

pada awal abad 13, dimaksudkan kepada lubang tanpa kaca pada bagian dalam atap.

Secara historis “windows” dirancang dengan permukaan paralel pada dinding vertikal

bangunan. Rancangannya membolehkan cahaya matahari dan panas menekan masuk

kedalam bangunan. Rancangan umum kemiringannya kira-kira 45 0 - 35 0 dari sudut

datangnya cahaya matahari.

Page 53: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 18. Clerestory Windows

Gambar 19. Shading and Windows Orientation

Jendela/bukaan barangkali salah satu aspek paling kompleks dari lingkungan

kelas. Jendela dapat menyediakan suatu kelas dengan pencahayaan alami, pandangan-

pandangan, ventilasi dan komunikasi dengan dunia luar. Mereka dapat juga

membiarkan ketidak nyamanan termal, silau, kebisingan dan kebingungan-

kebingungan menuju kelas. Di dalam studi-studi yang pernah dilakukan sebelumnya

Page 54: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

untuk mengendalikan sifat yang kompleks dari jendela dengan termasuk pencahayaan

bagian atas di dalam studi yang akan memperkenalkan “kemurnian” pencahayaan

alami ke dalam suatu kelas tanpa semua isu dari pandangan, kebingungan, dan

komunikasi yang diperkenalkan oleh jendela.

Trend yang serupa terjadi seluruh negara, dan secara internasional, meskipun

demikian barangkali tanpa pergeseran yang dramatis dalam praktek desain di

California. Memperhatikan kecenderungan pada sekolah-sekolah, dan semua tipe dari

bangunan, tanpa jendela, Belinda Collins dari National Bureau of Standards

menyelenggarakan suatu literatur review yang utama pada studi dari jendela pada

tahun 1974. Collins menemukan bahwa banyak peneliti dari waktu adalah dismissive

’salah arti’ dari pentingnya jendela, mengutip ketiadaan bukti dari manfaat-manfaat

mereka dan bukti yang mudah dari penghematan biaya. Dia menyimpulkan penelitian

yang diselesaikan mulai dari 1974 menyuarakan pentingnya jendela, hanya yang

belum selesai:

“Banyak, meskipun demikian belum keseluruhan, bukti dari studi-studi kelas

tanpa jendela adalah belum selesai, atau tidak cukup, selagi bahwa dari

pabrik-pabrik tanpa jendela adalah circumstantial, yang didasarkan pada

perkataan, dibanding penelitian. Sebagai hasilnya, hanya kesimpulan-

kesimpulan yang bersifat sementara dapat ditarik sekitar kualitas dari ruang

yang tanpa jendela yang membuat mereka sedikit banyaknya tertarik kurang

dari desirable”

Page 55: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Ketertarikan terbaru bangkit kembali di dalam pentingnya jendela untuk

kedua-duanya kebutuhan pencahayaan alami dan nilai dari pandangan melalui suatu

jendela, terutama dari keindahan alam. Studi-studi yang diselenggarakan oleh

Heschong Mahone Group, yang digambarkan di dalam bagian berikut, adalah

langkah yang pertama untuk menunjukkan dan mengukur satu asosiasi antara

kehadiran dari pencahayaan alami dan peningkatan penampilan siswa. Pada waktu

yang sama, penelitian terbaru di dalam ilmu psikologi dan photobiologi

digarisbawahi asas pentingnya ritme-ritme circadian di dalam kesehatan dan fungsi

mental. Ritme-ritme circadian ini, yang tidak bisa dipisahkan di dalam semua bentuk

kehidupan di atas bumi, yang ditingkatkan untuk menanggapi pola alami dari cahaya

terang sepanjang hari dan melengkapi kegelapan pada malam hari. Riak gelombang

dari cahaya di dalam daerah spektrum yang biru, sangat serupa dengan spektrum dari

langit yang biru, telah ditunjukkan saling berhubungan dengan produksi melatonin

hormon yang mengendalikan banyak siklus-siklus tidur dan kewaspadaan mental.

Peneliti-peneliti hanyalah memulai untuk memilih kepentingan yang berhubungan

dari pengaturan waktu, jangka waktu, intensitas dan spektrum di dalam kebutuhan-

kebutuhan kita akan pencahayaan setiap hari untuk menjaga pola kesehatan.

Menurut Mary Guzowski rancangan dan bentuk jendela adalah pertimbangan

yang paling akhir. Ukuran, posisi, karakteristik seksional, dan berhubungan dengan

permukaan lainnya akhirnya mendefinisikan pengalaman luminasi di dalam ruang.

Jendela memainkan banyak peran dan mengambil banyak tugas. Jendela dapat

ditempatkan didalam, penyaring dari bagian luar, bingkai dari pemandangan dan

Page 56: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

banyak lainnya. Banyak program, estetika dan faktor pengalaman dipertimbangkan

dalam menentukan bentuk jendela yang sesuai. Perhatian tertentu adalah ukuran

jendela, lokasi dan detail.

Ukuran Jendela

Perhatian selalu kepada ukuran jendela (atau Glazing Area/daerah kaca)

karena dampak dari daerah kaca pada konsumsi energi. Ukuran jendela dan

pengaruhnya pada pencahayaan alami harus selalu dipertimbangkan dari perspektif

yang lebih luas dimana mungkin termasuk hubungan pada lokasi, potensi lokasi atau

mood dari cahaya, kenyamanan manusia, wayfinding, artikulasi dari bentuk, dan relief

visual. Dalam tugas untuk menentukan ukuran jendela harus kembali kepada program

objektif dan kriteria seperti seberapa banyak cahaya yang dibutuhkan? Apakah tinggi

atau rendahnya level iluminasi telah sesuai? Selanjutnya bagaimana kebutuhan

cahaya didistribusikan? Haruskah distribusi cahaya dilakukan secara seragam?

Terakhir apakah potensi dari cahaya tersebut?

Jendela yang kecil secara tipikal menciptakan kutub yang berbeda dari

pencahayaan yang menghadirkan ruang dengan irama dari cahaya dan bayangan.

Jendela yang kecil mendefinisikan batasan antara bagian dalam dan bagian luar yang

mana ditekankan oleh kontras antara Massa dan Dinding dan daerah kecil dari kaca.

Apabila ukuran jendela ditambah akan bersesuaian dengan pengurangan keduanya

kontras cahaya dan bayangan dan batasan antara bagian dalam dan bagian luar.

Jendela yang kecil dapat digunakan untuk membingkai pemandangan tertentu atau

Page 57: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

hubungan pada bagian luar, fokus perhatian pada tampilan lingkungan yang spesial

atau unik. Sebaliknya ukuran jendela yang besar menciptakan kekurangan batasan

diskriminasi antara bagian luar dan bagian dalam-hal itu memasukkan lokasi dan

landscape kepada interior.

Posisi Jendela

Posisi jendela pada dinding atau plafon berpengaruh bagaimana cahaya akan

didistribusikan dan hubungan apa yang akan terjadi dengan pekerjaan, aktivitas dan

pengalaman dalam ruang. Jendela rendah, sebagai contoh, menyediakan kesempatan

untuk mengambil keuntungan dari pemantulan cahaya dari tanah, yang mana dapat

dilangsungkan kembali dari permukaan eksterior dan lantai untuk membawa cahaya

kedalam ruang (mengasumsikan bahwa warna-cahaya permukaan digunakan dan

lantai tidak dihalangi oleh objek). Posisi jendela yang rendah, kesempatan yang

terbaik untuk memberikan hubungan visual langsung kepada lokasi dan landscape.

Posisi jendela yang sedang sangat populer untuk mengkombinasikan pemandangan,

pemantulan cahaya, dan optimalisasi lokasi untuk ventilasi dalam yang dekat dengan

penghuni. Apabila tinggi jendela ditambah, menjadi sangat privasi. Jendela yang

tinggi menggantikan hubungan visual dari bumi menuju langit, yang juga

membolehkan cahaya untuk menekan kedalam pada ruang. Harus lebih hati-hati

dengan jendela yang tinggi karena permukaan dibawah jendela mungkin keluar dari

pembayangan, dapat menciptakan kontras yang berlebihan antara jendela dan

Page 58: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

dinding. Iluminasi bilateral atau pemantulan permukaan dapat digunakan untuk

mengalahkan pengaruh ini (dilakukan pada Aalto’s Seinajoki Library).

Detail Jendela

Detail Jendela memperhatikan kedalaman jendela, karakteristik seksional dan

material. Kedalaman jendela memiliki dampak signifikan kepada hubungan antara

bagian luar dan bagian dalam-jendela yang lebih kedalam pembeda yang lebih baik.

Apabila kedalaman jendela ditambah, adalah juga kesempatan yang terbaik untuk

menggunakan seksi jendela untuk merubah, memantulkan, atau mendistribusikan

ulang pencahayaan alami. Sebaliknya, apabila Massa Bangunan dikurangi, cahaya

menjadi lebih mudah dipantulkan dari permukaan ruang yang bersebelahan lebih dari

sekitar jendela. Penyaring cahaya tambahan menjadi menambah pentingnya untuk

banyak programdan iklim dengan mengurangi Massa Dinding.

2.9. Persepsi

Menurut Kamus Inggris-Indonesia

Perception (noun/kata benda) adalah penglihatan, tanggapan daya memahami

atau menanggapi

Page 59: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Dalam ilmu psikologi dan cognitif, persepsi diartikan sebagai sebuah proses

untuk memperoleh, menginterpretasi, memilih dan mengorganisasi informasi yang

berhubungan dengan panca indera (stimulus).

Kata persepsi “perception” berasal dari bahasa Latin “capere” yang berarti "to

take" atau mengambil makna awal secara lengkap "completely."

Persepsi (perception) merupakan salah satu elemen dalam proses komunikasi

yang berarti makna lisan atau tulisan yang diberi oleh penghantar kepada penerima,

dipengaruhi perkara yang dilihat, pengalaman, sistem nilai dan tahap kematangan

seseorang.

Jenis-jenis persepsi

1. Amodal perception

Amodal perception adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan persepsi

struktur fisik secara penuh disaat hanya sebagian yang dipersepsikan.

Sebagai contoh meja akan dipersepsikan sebagai struktur volumetrik yang

lengkap meskipun hanya sebagian dari meja yang terlihat.

2. Colour perception

Colour perception adalah kemampuan mempersepsi warna yang ada pada tubuh

mamalia melalui color receptors yang berisi pigmen-pigmen dengan spectral

sensitivities yang berbeda.

Page 60: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

3. Depth perception

Depth perception adalah kemampuan visual untuk mempersepsi dunia dalam

wujud tiga dimensi. Depth perception memberikan kemampuan untuk melihat

gambaran objek pada jarak tertentu secara akurat.

Hubungan sudut pandang dengan jarak objek pengamatan amat berpengaruh

sekali bagi pengguna ruang kelas. Hal ini berhubungan langsung dengan tingkat

kenyamanan visual dan apresiasi pengguna ruang kelas.

Gambar 20. Hubungan sudut pandang dengan jarak objek pengamatan

2.10. Studi Banding

Bangunan Akademis pada University of Petroleum and Minerals

University of Petroleum and Minerals terletak di Dhahan Saudi Arabia oleh

arsitek Caudill Rowlett Scott dan memanfaatkan jasa Benjamin H. Evans, AIA

sebagai daylighting consultant. Model tes digunakan untuk menentukan ukuran

skylight dan jenis skylight. Bagian tipikal dari bangunan dipilih sebagai eksperimen.

Model dibuat dengan skala 1 : 20. karakteristik light – reflecting pada dinding, lantai,

kolom dan permukaan langit-langit diduplikasi pada model dengan cat yang tepat.

Page 61: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Bagian kaca pada interior kantor disimulasikan dengan cat abu-abu yang memiliki

pemantulan 25 %.

Model yang ditampilkan hanya sebagian dari keseluruhan bangunan. Untuk

percobaan, area ini telah dilengkapi dengan penutup berupa enclose untuk mencegah

masuknya cahaya yang tidak dibutuhkan. Dinding penutup, disepanjang sisi samping

dari model dicat untuk mencapai pemantulan 25 % untuk mensimulasikan cahaya

pada ruang terbuka. Skylight pada model dibuat dengan skala, dengan diameter

membuka 1,2 meter dan pada bagian atas ditutup dengan flat plastik transparan yang

memiliki nilai transmisi 49 %. Material flat ini mendekati bentuk kubah skylight dari

plastik padat.

Tes diadakan dinegara bagian Blackburg, Virginia yang dapat disamakan

dengan Saudi Arabia. Untuk memperkirakan matahari dan langit Saudi yang

diperkirakan akan menghasilkan iluminasi 12.000 footcandles pada bidang horizontal

dibagian atap, faktor perkalian diterapkan pada level cahaya yang diukur pada model.

Hasil pada tes daylighting ditunjukkan pada tabel

1. Kolom 1 memberikan ukuran level cahaya dengan model dasar (skylight Ø 1,2

meter; lapisan transmisi skylight 49 %) dengan iluminasi dari matahari dan langit

pada atap horizontal (Eh) 6000 foot candles

2. Kolom 2 mengindikasikan jumlah level cahaya pada model untuk bidang atap,

level iluminasi 12.000 footcandles

3. Kolom 3 mengindikasikan jumlah level cahaya pada Ø skylight lebih kecil

Page 62: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

4. Kolom 4 mengindikasikan level cahaya yang dihasilkan bukaan skylight lebih

kecil dan faktor transmisi skylight lebih rendah 69 %

Gambar 21. Cara pengukuran Illuminasi dalam ruang

Page 63: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Tabel 1. Hasil Pengukuran Illuminasi (L) pada lantai (ruang)

DAYLIGHT TEST RESULTS – University of Petroleum and Minerals

11:20 A.M. Solar Time – October 29

41o True Sun Altitude

13o Sun Azimuth

POSI

TIO

N 1

MEASURED Eh = 6.600 d = 1,2 m t = 49 %

2 CALCULATED

Eh = 12.000 d = 1,2 m t = 49 %

3 CALCULATED

Eh = 12.000 d = 1,0 m t = 49 %

4 CALCULATED

Eh = 12.000 d = 1,0 m t = 49 %

Leve

l 3

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12

14,3 12,7 5,8

20,5 17,2 6,9 9,6 8,8 2,9

16,7 14,1 3,6

26,1 23,2 10,5 37,3 31,2 12,5 17,4 15,9 5,2

30,2 25,5 6,5

18 16 7

26 22 9

12 11 4

21 18 5

25 23 9

37 31 13 17 15 6

30 25 7

Leve

l 4

A B C D E F G H

30,1 39,5 33,6 30,1 15,6 27,7 36,9 8,7

54,3 71,2 60,5 54,2 28,1 49,8 66,5 15,7

38 49 42 38 20 35 46 11

54 69 59 54 28 49 65 15

Eh = Illumination on horizontal roof t = Transmission factor of skylight

d = Diameter of skylight

Sumber : Benyamin H. Evans; Daylight in Architecture, Mc Graw-Hill, 1981

Page 64: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 22. The Model of Test Site

Gambar 23. Model Tes

Page 65: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Zach Elementary School

(Fort Collins, Colorado)

Report of Daylighting Measure Impacts

Gambar 24. Typical North Classroom pada Zach Elementary

Zach Elementary School berlokasi di Fort Collins, Colorado, Amerika Serikat,

dibuka tahun 2002 dan menampilkan rancangan ruang kelas dengan prinsip

pencahayaan alami. Pencahayaan Buatan/Electric lighting dikendalikan satu dari dua

set photosensors diatap bangunan, tergantung pada kelas tersebut menghadap Utara

Page 66: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

atau Selatan. Ruang kelas memiliki tinted view dan clerestory windows, dengan

overhangs membentuk shade pada bagian Selatan clerestory windows.

Pemandangan Jendela pada sisi Utara dan clerestory windows pada sisi

Selatan memiliki Venetian blinds; Pemandangan Jendela pada sisi Selatan memiliki

peneduh melengkung yang berlubang/perforated roller shades. Slop langit-langit

berada pada jendela untuk menambah reflektivitas ke dalam ruang kelas.

Rancangan Bangunan yang membagi penggunaan listrik pada empat ruang

kelas. Ruang 121 dan 133 terletak pada lantai ke dua pada sisi bagian Utara bangunan

dan dikendalikan oleh photo sensor. Ruang 140 dan 141 adalah yang terbesar, ruang

kelas Tk di ground-floor terletak pada sisi Selatan bangunan dan dikendalikan oleh

kendali photosensor sisi Selatan. Pencahayaan untuk setiap ruang kelas berisi bank of

windows pada satu dinding, parallel dengan dinding ini, empat baris lampu OSI

T8/841.

Gambar 25. Finelite Series 4 Pendant Fixture Demonstrating Bi-Level Control

Page 67: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Lampu ini terdapat didalamnya 4' 2-lamp 277V Finelite Series 4

direct/indirect fluorescent pendant fixtures dengan with static ballasts dan lubang

reflector dari besi/perforated metal reflector "sayap" yang secara langsung uplight

menuju langit-langit. Lampu dioperasikan dengan kendali photosensor two-stage dan

dua switches, disiapkan kendali dua lapis/bi-level control pada setiap fixture.

Switch pertama mengoperasikan baris lampu manual. Switch kedua

mengoperasikan baris lampu photocontrol, yang mana akan aktif tergantung pada

jumlah cahaya matahari yang tersedia. Secara khusus, photosensors akan mematikan

baris exterior atas perasa jumlah pencahayaan alami yang cukup (kendali level 1),

dan akan mematikan baris interior sebagai peningkatan pencahayaan alami (kendali

level 2).

Gambar 26. Section View Of Classroom Showing Lamp Placement And Sloped Ceilings

Page 68: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 27. Typical Switching Diagram

Gambar 28. South Classroom at Zach Elementary

Page 69: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Pada ruang 140 dan 141, yang terbesar, ada dua baris tambahan lampu

manual, dan switches terpisah untuk setiap baris lampu photo-control.

High Performance Schools Workshop Twenhofel Middle School

Gambar 29. Twenhofel Middle School

Gambar 30. Campus Plan

Page 70: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 31. Floor Plan

Gambar 32. Roof Plan

Page 71: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 33. Typical Classroom

Gambar 34. Commons & Gymnasium

Page 72: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Keuntungan Berpenampilan Tinggi/Lebih Baik:

1. Penampilan siswa yang lebih baik

2. Meningkatkan kehadiran rata-rata per hari

3. Meningkatkan kepuasan dan daya ingat guru

4. Mengurangi biaya energi dan operasional

5. Memberi pengaruh positif kepada lingkungan

6. Kemampuan untuk menggunakan fasilitas sebagai alat mengajar

HIGH PERFORMANCE DESIGN FEATURES:

1. DaylightingDesign

2. Mechanical Platform / Geothermal / Commissioning

3. Curriculum Integration

4. Rainwater CatchmentSystem

5. Vital Signs SystemSolar Panel Design

7. LEED Certification

8. Cost Data

Rancangan Pencahayaan Alami

Bangunan didirikan pada sumbu Utara-Selatan untuk menyediakan rancangan

pencahayaan alami yang optimal. Gymnasium, perpustakaan, Ruang yang bersifat

umum dan semua ruangan kelas adalah menggunakan pencahayaan alami dengan

glass clearstories. Memberikan pencahayaan alami 70% setiap waktu, jadi

mengurangi biaya energi. Penyaring silau elektrik dioperasikan diantara clearstory

Page 73: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

glass didalam gymnasium untuk mengelapkan untuk penampilannyya. Pencahayaan

alami dari ruang kelas kualitas kesehatan udara ruang dalam diperhatikan secara kritis

untuk menyediakan lingkungan belajar yang efektif. Penelitian sudah menunjukkan

pencahayaan alami didalam ruang kelas meningkatkan prestasi siswa dan

meningkatkan kepuasan staf. Penelitian ini menunjukkan prestasi meningkat 20 %

untuk matematika dan 26 % dalam membaca lebih dari periode satu tahun.

Gambar 35. Academic Wing Section

2.11. Studi Literatur/Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami Pada Bangunan Gedung/Standar Nasional Indonesia

1. Ruang Lingkup

Standar tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan

gedung ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para perancang dan pelaksana

pembangunan gedung di dalam merancang sistem pencahayaan alami, dan bertujuan

agar diperoleh sistem pencahayaan alami siang hari yang sesuai dengan syarat

Page 74: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

kesehatan, kenyamanan dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku.

Standar ini mencakup persyaratan minimal sistem pencahayaan alami siang hari

dalam bangunan gedung.

2. Acuan

a) SNI. No. 03-2396-1991: Tata cara perancangan Penerangan alami siang hari

untuk rumah dan gedung.

b) Natuurkundige Grondslagen Voor Bouurvorrschriften, 1951, Deel 11,

”Dagvertichting Van Woningen (NBG II 1951).

c) Hopkinson (et.al), 1966, Daylighting, London.

d) Adhiwiyogo. M.U. 1969 ; Selection of the Design Sky for Indonesia based on the

Illumination Climate of Bandung. Symposium of Environmental Physics as

Applied to Building in the Tropics.

3. Istilah dan Definisi

1. bidang lubang cahaya efektif

bidang vertikal sebelah dalam dari lubang cahaya.

2. faktor langit

angka karakteristik yang digunakan sebagai ukuran keadaan pencahayaan

alami siang hari diberbagai tempat dalam suatu ruangan.

3. langit perancangan

langit dalam keadaan yang ditetapkan dan dijadikan dasar untuk

perhitungan.

Page 75: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

4. lubang cahaya efektif untuk suatu titik ukur

bagian dari bidang lubang cahaya efektif lewat mana titik ukur itu melihat

langit.

5. terang langit

sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syarat-syarat

pencahayaan alami siang hari.

6. titik ukur

titik di dalam ruangan yang keadaan pencahayaannya dipilih sebagai

indikator untuk keadaan pencahayaan seluruh ruangan.

4. Kriteria Perancangan

1. Ketentuan Dasar

Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik

Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila:

a) pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat,

terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.

b) distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan

kontras yang mengganggu.

Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang

Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat

pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama.

Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami

pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh:

Page 76: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

a) hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.

b) ukuran dan posisi lubang cahaya.

c) distribusi terang langit.

d) bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.

Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari

Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat

pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan

terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan

ukuran kinerja lubang cahaya tersebut.

a) Faktor pencahayaan alami siang hari dari 3 komponen meliputi:

1. Komponen langit (faktor langit-fl) yaitu komponen pencahayaan langsung

dari cahaya langit

Page 77: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 36. Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja

2. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar) yaitu komponen pencahayaan

yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada disekitar bangunan yang

bersangkutan

3. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam) yaitu komponen

pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam

Page 78: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-

benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit

b) Persamaan-persamaan untuk menentukan faktor pencahayaan alami

Faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh persamaan-persamaan

berikut ini:

1. fl = π1 {arctan L/D -

2)/(11

DH+ arctan

2)/(1/

DHDL

−} ........... (2.5)

keterangan :

L = lebar lubang cahaya efektif.

H = tinggi lubang cahaya efektif.

D = jarak titik ukur ke lubang cahaya.

2. fr = (fl) x Lrata-rata ..................................................................... (2.6)

3. frd = )1( RA

kaca−

τ x (C R fw + 5 R cw) ............................................. (2.7)

keterangan :

(fl) = faktor langit jika tidak ada penghalang.

Lrata-rata = perbandingan antara luminasi penghalang dengan luminasi rata-rata

langit.

τkaca = faktor transmisi cahaya dari kaca penutup lubang cahaya, besarnya

tergantung pada jenis kaca yang nilainya dapat diperoleh dari katalog

yang dikeluarkan oleh produsen kaca.

A = luas seluruh permukaan dalam ruangan

Page 79: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

R = faktor refleksi rata-rata seluruh permukaan

W = luas lubang cahaya

Rcw = faktor refleksi rata-rata dari langit-langit dan dinding bagian atas

dimulai dari bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak

termasuk dinding dimana lubang cahaya terletak

C = konstanta yang besarnya tergantung dari sudut penghalang

Rfw = faktor refleksi rata-rata lantai dan dinding bagian bawah dimulai dari

bidang yang melalui tengah-tengah lubang cahaya, tidak termasuk

dinding dimana lubang cahaya terletak

Langit Perancangan

a) Dalam ketentuan ini sebagai terang langit diambil kekuatan terangnya langit yang

dinyatakan dalam lux

b) Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syarat-syarat

yang harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan ditetapkan sebagai

Langit Perancangan adalah:

1) bahwa langit yang demikian sering dijumpai

2) memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan terbuka,

dengan nilai dekat minimum, sedemikian rendahnya hingga frekuensi

kegagalan untuk mencapai nilai pencahayaan ini cukup rendah

3) nilai tingkat pencahayaan tersebut dalam butir 2) pasal ini tidak boleh

terlampau rendah sehingga persyaratan tekno konstruksi menjadi terlampau

tinggi

Page 80: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

c) Sebagai Langit Perancangan ditetapkan:

1) langit biru tanpa awan atau

2) langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih

d) Langit Perancangan ini memberikan tingkat pencahayaan pada titik-titik di

bidang datar di lapangan terbuka sebesar 10.000 lux. Untuk perhitungan diambil

ketentuan bahwa tingkat pencahayaan ini asalnya dari langit yang keadaannya

dimana-mana merata terangnya (uniform luminance distribution)

Faktor Langit

Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu ruangan adalah

angka perbandingan tingkat pencahayaan langsung dari langit di titik tersebut dengan

tingkat pencahayaan oleh Terang Langit pada bidang datar di lapangan terbuka.

Pengukuran kedua tingkat pencahayaan tersebut dilakukan dalam keadaan

sebagai berikut:

a) Dilakukan pada saat yang sama

b) Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi terang yang

merata di mana-mana

c) Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak ditutup

dengan kaca

Suatu titik pada suatu bidang tidak hanya menerima cahaya langsung dari

langit tetapi juga cahaya langit yang direfleksikan oleh permukaan di luar dan di

dalam ruangan. Perbandingan antara tingkat pencahayaan yang berasal dari cahaya

langit baik yang langsung maupun karena refleksi, terhadap tingkat pencahayaan pada

Page 81: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

bidang datar di lapangan terbuka di sebut faktor pencahayaan alami siang hari.

Dengan demikian faktor langit adalah selalu lebih kecil dari faktor pencahayaan alami

siang hari. Pemilihan Faktor Langit sebagai angka karakteristik untuk digunakan

sebagai ukuran keadaan pencahayaan alami siang hari adalah untuk memudahkan

perhitungan oleh karena fl merupakan komponen yang terbesar pada titik ukur.

Titik Ukur

a) Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 meter

di atas lantai. Bidang datar tersebut disebut bidang kerja

Gambar 37. Tinggi dan Lebar Cahaya Efektif

b) Untuk menjamin tercapainya suatu keadaan pencahayaan yang cukup

memuaskan, maka Faktor Langit (fl) titik ukur tersebut harus memenuhi suatu

nilai minimum tertentu yang ditetapkan menurut fungsi dan ukuran ruangannya.

c) Dalam perhitungan digunakan dua jenis titik ukur :

Page 82: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

1) titik ukur utama (TUU), diambil pada tengah-tengah antar kedua dinding

samping, yang berada pada jarak ⅓ d dari bidang lubang cahaya efektif

2) titik ukur samping (TUS), diambil pada jarak 0,50 meter dari dinding

samping, yang juga berada pada jarak ⅓ d dari bidang lubang cahaya efektif,

dengan d adalah ukuran kedalaman ruangan, diukur dari mulai bidang lubang

cahaya efektif hingga pada dinding seberangnya, atau hingga pada ”bidang”

batas dalam ruangan yang hendak dihitung pencahayaannya itu (lihat gambar

dibawah ini)

Gambar 38. Penjelasan mengenai jarak d

d) Jarak ”d” pada dinding tidak sejajar

Apabila kedua dinding yang berhadapan tidak sejajar, maka untuk d diambil jarak

ditengah antara kedua dinding samping tadi, atau diambil jarak rata-ratanya

e) Ketentuan jarak ”1/3.d” minimum

Page 83: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Untuk ruang dengan ukuran d sama dengan atau kurang daripada 6 meter, maka

ketentuan jarak 1/3.d diganti dengan jarak minimum 2 meter.

Lubang Cahaya Efektif

Bila suatu ruangan mendapatkan pencahayaan dari langit melalui lubang-

lubang cahaya di beberapa dinding, maka masing-masing dinding ini mempunyai

bidang lubang cahaya efektifnya sendiri-sendiri.

Umumnya lubang cahaya efektif dapat berbentuk dan berukuran lain daripada lubang

cahaya itu sendiri.

Hal ini, antara lain disebabkan oleh:

a) penghalangan cahaya oleh bangunan lain dan atau oleh pohon.

b) bagian-bagian dari bangunan itu sendiri yang karena menonjol menyempitkan

pandangan ke luar, seperti balkon, konstruksi ”sunbreakers” dan sebagainya.

c) pembatasan-pembatasan oleh letak bidang kerja terhadap bidang lubang cahaya.

d) bagian dari jendela yang dibuat dari bahan yang tidak tembus cahaya.

2. Persyaratan Teknis

Klasifikasi Berdasarkan Kualitas Pencahayaan

a) Kualitas Pencahayaan yang harus dan layak disediakan, ditentukan oleh:

1) penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya penglihatan oleh

mata terhadap aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan itu.

2) lamanya waktu aktivitas yang memerlukan daya penglihatan yang tinggi dan

sifat aktivitasnya, sifat aktivitas dapat secara terus menerus memerlukan

Page 84: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

perhatian dan penglihatan yang tepat, atau dapat pula secara periodik dimana

mata dapat beristirahat

b) Klasifikasi Kualitas Pencahayaan

1) Kualitas A: kerja halus sekali, pekerjaan secara cermat terus menerus, seperti

menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan sebagainya.

2) Kualitas B : kerja halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terus menerus,

seperti menulis, membaca, membuat alat atau merakit komponen-komponen

kecil, dan sebagainya.

3) Kualitas C: kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari si

pelaku, seperti pekerjaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dan

sebagainya.

4) Kualitas D: kerja kasar, pekerjaan dimana hanya detil-detil yang besar harus

dikenal, seperti pada gudang, lorong lalu lintas orang, dan sebagainya.

Persyaratan Faktor Langit Dalam Ruangan

a) Nilai faktor langit (fl) dari suatu titik ukur dalam ruangan harus memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut :

1) sekurang-kurangnya memenuhi nilai-nilai faktor langit minimum (flmin) yang

tertera pada Tabel 1, 2, dan 3, dan dipilih menurut klasifikasi kualitas

pencahayaan yang dikehendaki dan dirancang untuk bangunan tersebut.

2) nilai flmin dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam BANGUNAN UMUM

untuk TUUnya, adalah seperti tertera pada tabel 1 dimana d adalah jarak

antara bidang lubang efektif ke dinding di seberangnya, dinyatakan dalam

Page 85: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

meter. Faktor langit minimum untuk TUS nilainya 40 % dari flmin untuk TUU

dan tidak boleh kurang dari 0,10 d.

Tabel 2. Nilai Faktor Langit untuk Bangunan Umum

Klasifikasi Pencahayaan flmin TUU A 0,45 d B 0,35 d C 0,25 d D 0,15 d

Sumber : Standar Nasional Indonesia

Tabel 3. Nilai Faktor Langit untuk Bangunan Sekolah

JENIS RUANGAN Flmin TUU Flmin TUS Ruang Kelas Biasa 0,35 d 0,20 d Ruang Kelas Khusus 0,45 d 0,20 d Laboratorium 0,35 d 0,20 d Bengkel kayu/besi 0,25 d 0,20 d Ruang Olahraga 0,25 d 0,20 d Kantor 0,35 d 0,15 d Dapur 0,20 d 0,20 d Sumber : Standar Nasional Indonesia

3) nilai dari fl min dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam bangunan sekolah,

adalah seperti pada tabel 2; Untuk ruangan-ruangan kelas biasa, kelas khusus

dan laboratorium dimana dipergunakan papan tulis sebagai alat penjelasan,

maka flmin pada tempat 1/3 d di papan tulis pada tinggi 1.20 m, ditetapkan

sama dengan flmin = 50 % TUU.

4) nilai dari flmin dalam prosentase untuk ruangan-ruangan dalam bangunan

tempat tinggal seperti pada tabel 3;

Page 86: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Tabel 4. Nilai Faktor Langit Bangunan Tempat Tinggal

Jenis Ruangan fl min TUU flmin TUS Ruang Tinggal 0,35 d 0,16 d Ruang Kerja 0,35 d 0,16 d Kamar Tidur 0,18 d 0,05 d

Dapur 0,20 d 0,20 d Sumber : Standar Nasional Indonesia

5) untuk ruangan-ruangan lain yang lain yang tidak khusus disebut dalam tabel

ini dapat diperlakukan ketentuan-ketentuan dalam tabel 1

b) Ruangan dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di satu dinding nilai fl

ditentukan sebagai berikut:

1) dari setiap ruangan yang menerima pencahayaan langsung dari langit melalui

lubang-lubang atau jendela-jendela di satu dinding saja, harus diteliti fl dari

satu TUU dan TUS

2) Jarak antara dua titik ukur tidak boleh lebih besar dari 3 m. Misalnya untuk

suatu ruangan yang panjangnya lebih dari 7 m, harus diperiksa (fl) lebih dari

tiga titik ukur (jumlah TUU ditambah)

c) Ruangan dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di dua dinding yang

berhadapan.

Nilai faktor langit (fl) untuk ruangan semacam ini harus diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

1. bila suatu ruangan menerima pencahayaan langsung dari langit melalui

lubang-lubang atau jendela-jendela di dua dinding yang berhadapan (sejajar),

Page 87: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

maka setiap bidang lubang cahaya efektif mempunyai kelompok titik ukurnya

sendiri.

2. untuk kelompok titik ukur yang pertama, yaitu dari bidang lubang cahaya

efektif yang paling penting, berlaku ketentuan dari tabel diatas.

3. untuk kelompok titik ukur yang kedua ditetapkan syarat minimum sebesar 30

% dari yang tercantum pada ketentuan-ketentuan dari tabel diatas.

4. dalam hal ini (fl) untuk setiap titik ukur adalah jumlah faktor langit yang

diperolehnya dari lubang-lubang cahaya di kedua dinding.

5. ketentuan untuk kelompok titik ukur yang kedua ini seperti yang termaksud

dalam ayat 3, tidak berlaku apabila jarak antara kedua bidang lubang cahaya

efektif kurang dari 6 meter.

6. bila jarak tersebut dalam butir 5) adalah lebih dari 4 meter dan kurang dari 9

meter dianggap telah dipenuhi apabila luas lubang cahaya efektif kedua ini

sekurang-kurangnya 40 % dari luas lubang cahaya efektif pertama. Dalam hal

yang belakangan ini, luas lubang cahaya efektif kedua adalah bagian dari

bidang lubang cahaya yang letaknya di antara tinggi 1 meter dan tinggi 3

meter.

d) Ruangan dengan pencahayaan langsung dari lubang cahaya di dua dinding yang

saling memotong.

1. bila suatu ruangan menerima pencahayaan langsung dari langit melalui

lubang-lubang atau jendela-jendela di dua dinding yang saling memotong

Page 88: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

kurang lebih tegak lurus, maka untuk dinding kedua, yang tidak begitu

penting, hanya diperhitungkan satu Titik Ukur Utama saja.

2. syarat untuk titik ukur yang dimaksud dalam butir 1) pasal ini adalah 50 %

dari yang berlaku untuk titik ukur utama bidang lubang cahaya efektif yang

pertama.

3. jarak titik ukur utama tambahan ini sampai pada bidang lubang cahaya efektif

kedua diambil ⅓ d, dimana d adalah ukuran dalam menurut bidang lubang

cahaya efektif pertama (lihat gambar 3).

e) Ruangan dengan lebih dari satu jenis penggunaan.

Apabila suatu ruangan digunakan sekaligus untuk dua jenis keperluan, maka

untuk ruangan ini diberlakukan syarat-syarat yang terberat dari kedua jenis

keperluan tersebut.

f) Penerimaan cahaya pada koridor atau gang dalam bangunan rumah tinggal.

Setiap koridor atau gang dalam bangunan rumah tinggal harus dapat menerima

cahaya melalui luas kaca sekurang-kurangnya 0,10 m2 dengan ketentuan, bahwa

untuk:

1. luas kaca dinding luar atau atap diperhitungkan 100%

2. luas kaca dinding dalam, yang dapat merupakan batas dengan kamar tidur,

kamar tinggal, kamar meja dan sebagainya, diperhitungkan 30%

3. luas kaca ruangan lainnya, seperti gudang, kamar mandi, dan sebagainya,

diperhitungkan 0%

Page 89: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

g) Penerimaan cahaya siang hari pada koridor atau gang/lorong dalam bangunan.

Setiap gang atau lorong dalam bangunan umum harus sekurang-kurangnya dapat

menerima cahaya siang hari melalui luas kaca minimal 0,30 m2.

Untuk setiap 5 meter panjang gang atau lorong, dengan ketentuan, bahwa untuk :

1. luas kaca dinding luar atau atap, diperhitungkan 100%

2. luas kaca dinding dalam yang merupakan batas dengan ruangan dengan

kualitas pencahayaan A dan B, diperhitungkan 20%

3. luas kaca untuk perbatasan dengan ruangan dengan pencahayaan kualitas C,

diperhitungkan 10%

4. luas kaca ruangan lainnya diperhitungkan 0%

h) Penerimaan cahaya siang hari pada ruang tangga umum.

Ruang tangga umum harus dapat menerima cahaya siang hari melalui luas kaca

sekurang-kurangnya 0,75 m2 . (Lihat gambar dibawah).

Untuk setiap setengah tinggi lantai dengan ketentuan:

1. lubang cahaya dinding luar, diperhitungkan 100%

2. apabila terdapat kaca diatap maka cahaya di

Page 90: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 39. Potongan Ruang Tangga

a. tingkat paling atas 100 %

b. tingkat pertama dibawahnya 50 %

c. tingkat kedua dibawahnya 25 %

Page 91: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

d. tingkat ketiga dibawahnya 12,5 %

e. tingkat dibawah selanjutnya 0 %

i) Sudut penghalang cahaya.

Sudut penghalang cahaya hendaknya tidak melebihi 60o ditinjau dari sudut tata

letak bangunan-bangunan sesuai dengan perencanaan tata ruang kota, bila hal

tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pencahayaan tambahan yang diperlukan

diperoleh dari pencahayaan buatan.

j) Faktor langit dalam ruangan yang menerima pencahayaan tidak langsung.

Untuk lubang cahaya efektif dari suatu ruangan yang menerima cahaya siang hari

tidak langsung dari langit akan tetapi melalui kaca atau lubang cahaya dari

ruangan lain, misalnya lewat teras yang beratap, maka f dari titik ukur dalam

ruangan ini dihitung melalui ketentuan-ketentuan dalam persyaratan teknis ini,

hanya boleh diambil maksimal 10% dari faktor langit dalam keadaan dimana titik

ukur langsung menghadap langit.

Penetapan Faktor Langit

a) Dasar penetapan nilai faktor langit.

Penetapan Nilai Faktor Langit, didasarkan atas keadaan langit yang terangnya

merata atau kriteria Langit Perancangan untuk indonesia yang memberikan

kekuatan pencahayaan pada titik dibidang datar dilapangan terbuka sebesar

10.000 lux.

Page 92: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

b) Perhitungan faktor langit.

Perhitungan besarnya faktor langit untuk titik ukur pada bidang kerja didalam

ruangan dilakukan dengan menggunakan metoda analitis dimana nilai f

dinyatakan sebagai fungsi dari H/D dan L/D seperti tercantum dalam tabel 4

dengan penjelasan:

Faktor langit sebagai fungsi H/D dan L/D

Posisi titik ukur U, yang jauhnya D dari lubang cahaya efektif berbentuk persegi

panjang OPQR (tinggi H dan lebar L) sebagaimana dilukiskan dibawah ini:

Gambar 40. Cara mengukur persentase cahaya yang masuk ke dalam ruangan

Ukuran H dihitung dari 0 ke atas.

Ukuran L dihitung dari 0 ke kanan, atau dari P ke kiri sama saja.

H adalah tinggi lubang cahaya efektif

L adalah lebar lubang cahaya efektif

D adalah jarak titik ukur ke bidang lubang cahaya efektif

Page 93: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Tabel 5. Nilai faktor langit dinyatakan dalam %

L/D 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

H/D 0.10 0.02 0.03 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.09 0.10 0.10 0.20 0.06 0.12 0.17 0.22 0.27 0.30 0.33 0.36 0.38 0.40 0.30 0.13 0.26 0.37 0.48 0.57 0.65 0.72 0.77 0.82 0.86 0.40 0.22 0.43 0.52 0.80 0.96 1.09 1.20 1.30 1.38 1.44 0.50 0.32 0.62 0.91 1.17 1.39 1.59 1.76 1.90 2.02 2.11 0.60 0.42 0.62 1.20 1.55 1.85 2.12 2.34 2.53 2.69 2.83 0.70 0.52 1.02 1.50 1.93 2.31 2.64 2.93 3.18 3.38 3.55 0.80 0.62 1.22 1.78 2.29 2.75 3.26 3.50 3.80 4.05 4.26 0.90 0.71 1.40 2.04 2.64 3.17 3.63 4.04 4.39 4.69 4.94 1.00 0.79 1.56 2.29 2.95 3.56 4.09 4.55 4.95 5.29 5.57 1.50 1.10 2.17 4.13 4.13 4.99 5.77 5.45 7.05 7.58 8.03 2.00 1.27 2.51 4.80 4.80 5.81 5.74 7.56 8.29 8.94 9.51 2.50 1.37 2.70 3.98 3.95 6.29 7.31 8.22 9.03 9.75 10.40 3.00 1.43 2.82 4.16 4.16 6.59 7.66 8.62 9.49 10.27 10.96 3.50 1.47 2.90 4.28 4.28 6.78 7.89 8.89 9.79 10.60 11.33 4.00 1.49 2.96 4.36 4.36 6.91 8.04 9.07 10.00 10.83 11.58 4.50 1.51 2.99 4.41 4.41 7.01 8.15 9.20 10.15 11.00 11.76 5.00 1.53 3.02 4.46 4.46 7.07 8.24 9.29 10.25 12.12 11.90

L/D 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 6

H/D 0.10 0.11 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.12 0.20 0.45 0.47 0.48 0.48 0.48 0.48 0.48 0.48 0.49 0.30 0.97 1.01 1.03 1.04 1.04 1.05 1.05 1.05 1.05 0.40 1.63 1.71 1.74 1.76 1.77 1.78 1.78 1.78 1.78 0.50 2.40 2.52 2.57 2.60 2.61 2.63 2.63 2.63 2.63 0.60 3.22 3.39 3.46 3.50 3.52 3.54 3.54 3.54 3.55 0.70 4.07 4.29 4.39 4.40 4.47 4.48 4.50 4.50 4.51 0.80 4.90 5.18 5.31 5.37 5.41 5.43 5.45 5.45 5.46 0.90 5.71 6.04 6.04 6.20 6.28 6.33 6.36 6.39 6.40 1.00 5.47 6.87 7.06 7.16 7.22 7.25 7.28 7.26 7.30 1.50 9.52 10.23 10.59 10.79 10.90 10.97 11.05 11.05 11.08 2.00 11.44 12.43 12.96 13.26 13.44 13.55 13.62 13.67 13.73 2.50 12.64 13.85 14.52 14.92 15.16 15.32 15.42 15.49 15.58 3.00 13.41 14.78 15.58 16.06 16.36 16.56 16.70 16.79 16.91 3.50 13.93 15.42 16.31 16.87 17.22 17.46 17.64 17.74 17.89 4.00 14.30 15.88 16.84 17.45 17.85 18.13 18.32 18.46 18.63 4.50 14.56 16.21 17.23 17.89 18.33 18.63 18.85 19.01 19.21 5.00 14.75 16.45 17.52 18.22 18.69 19.03 19.26 19.44 19.67

6.00 15.01 16.79 17.92 18.68 19.20 19.58 19.85 20.06 20.33 Sumber : Standar Nasional Indonesia

Page 94: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

c) Tingkat pencahayaan optimal.

Untuk memperoleh tingkat pencahayaan yang optimal harus diperhatikan:

1) bagian dari jendela yang tidak tembus cahaya perlu diadakan koreksi;

2) perhitungan secara global dilakukan menurut ratio luas bagian yang tidak

dapat ditembus cahaya terhadap luas bagian seluruh lubang cahaya efektif.

d) Perhitungan faktor langit dengan cara lain.

Cara perhitungan faktor langit dalam perancangan dapat dilakukan dengan

metoda lain secara keilmuan/keahlian selama hasilnya tidak berbeda dengan hasil

dari metoda analitis yang dimuat dalam pedoman ini.

Ketentuan Khusus

a) Sudut penghalang cahaya lebih besar dari 35o.

Apabila sudut penghalang lebih besar dari 35o (tangen 35o = 0,7 = H/D), maka

pada perhitungan faktor langit dapat diambil sudut penghalang sebesar 35o,

dengan ketentuan bahwa garis bawah dari kaca seluruhnya terletak tidak lebih

tinggi dari tinggi bidang kerja.

b) Pembebasan dari persyaratan yang ditentukan pada butir 4.2.2 hanya diberikan

apabila untuk hal-hal khusus dapat dibuktikan bahwa persyaratan tersebut tidak

dapat dipenuhi.

c) Jika ketentuan pada butir b) diatas digunakan, maka syarat minimal untuk

pembebasan adalah sebagai berikut:

1) untuk ketentuan nilai faktor langit pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3, lubang

cahaya efektif diatas 0,75 meter dari lantai dibuat seluas mungkin.

Page 95: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

2) untuk ruangan dengan pencahayaan alami langsung dari 2 lubang cahaya di

dua dinding berhadapan atau saling memotong, nilai prosen yang diambil dari

tabel 1, tabel 2, dan tabel 3 atau 50% dari yang berlaku untuk titik ukur utama

dari bidang cahaya efektif yang pertama.

3) untuk penerimaan cahaya pada koridor atau gang/lorong dan ruang tangga

umum, harus diberi pencahayaan buatan sehingga pada siang hari dengan

instalasi ini keadaan pencahayaan dapat memenuhi syarat.

4) khusus dalam hal ruangan untuk keperluan umum, setiap penyimpangan dari

syarat-syarat didalam petunjuk teknis ini, hanya dapat disetujui apabila dapat

diajukan rancangan sistem pencahayaan buatan sebagai tambahan atau

sebagai penggantian yang memenuhi syarat sesuai dengan sifat dan

penggunaan ruangan itu.

Page 96: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

5. Cara Perancangan Pencahayaan Alami Siang Hari.

1. Prosedur Perancangan Pencahayaan Alami Siang Hari

Prosedur Perancangan Alami Siang Hari dilaksanakan dengan mengikuti bagan

dibawah ini:

HITUNG FAKTOR

PENCAHAYAAN SIANG

FUNGSI RUANGAN FAKTOR PENCAHAYAAN SIANG HARI MINIMUM

YANG DIPERLUKAN

ORIENTASI, LEBAR, TERITIS

(OVERSTEK), ALAT PENEDUH

HITUNG : TINGGI LUBANG CAHAYA EFEKTIF, HD LEBAR LUBANG CAHAYA EFEKTIF, L

UKURAN LUBANG CAHAYA

POSISI LUBANG

HITUNG : KOMPONEN REFLEKSI LUAR KOMPONEN REFLEKSI DALAM

HITUNG : KOMPONEN REFLEKSI LUAR KOMPONEN REFLEKSI DALAM

HITUNG FAKTOR LANGIT

Gambar 41. Prosedur Perancangan Sistem Pencahayaan Alami siang hari

2. Pencahayaan Alami dan Luas Lubang Cahaya

a) Untuk memperoleh kualitas pencahayaan yang diinginkan maka di dalam

perancangan perlu diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi kualitas pencahayaan

tersebut.

Kualitas pencahayaan alami siang hari dalam ruangan ditentukan oleh:

1) perbandingan luas lubang cahaya dan luas lantai.

Page 97: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

2) bentuk dan letak lubang cahaya.

3) faktor refleksi cahaya dari permukaan di dalam ruangan.

b) Kedudukan Lubang Cahaya

Disamping ketiga faktor tersebut pada a) perlu diperhatikan kedudukan lubang

cahaya terhadap bagian lain dari bangunan dan keadaan lingkungan sekitarnya

yang dapat merupakan penghalang bagi masuknya cahaya kedalam ruangan.

3. Letak dan Bentuk Lubang Cahaya

a) Letak atau posisi lubang cahaya berpengaruh kepada nilai faktor langit serta

distribusi cahaya ke dalam ruang sebagai berikut:

1) lubang cahaya yang sama besarnya mempunyai nilai fl yang lebih besar untuk

kedudukan yang lebih tinggi. Hingga suatu ketinggian tertentu nilai fl akan

menurun lagi. (lihat tabel dibawah).

2) dalam tabel dibawah telah dihitung nilai faktor langit untuk titik ukur yang

terletak 2 m dari bidang lubang cahaya efektif. Titik ukur tersebut

memperoleh pencahayaan dari lubang cahaya efektif yang berbentuk bujur

sangkar dengan sisi 20 cm dengan letak tinggi yang berbeda-beda.

Page 98: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Tabel 6. Hubungan antara tinggi tempat lubang cahaya dengan nilai faktor langit relatif

Tinggi tempat lubang cahaya (cm) Nilai faktor langit relatif

0 – 20 1 20 – 40 2 40 – 60 3,5 60 – 80 4

80 – 100 5 100 – 120 5 120 – 140 5 140 – 160 5 160 – 180 4,5 180 – 200 4

Sumber : Standar Nasional Indonesia

Salah satu sisi dari lubang cahaya efektif berimpit dengan garis potong bidang

vertikal yang melalui titik ukur. Proyeksi titik ukur pada bidang lubang

cahaya efektif disebut titik O (lihat gambar 7). Nilai faktor langit diambil

terhadap tempat yang terendah.

Page 99: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 42. Pengaruh kedudukan lubang cahaya atas besarnya faktor langit

3) lubang cahaya efektif yang sama besarnya apabila kedudukannya lebih ke

samping dari bidang vertikal yang lewat titik ukur dan tegak lurus pada

bidang lubang cahaya efektif , akan memberikan nilai faktor langit pada titik

ukur yang lebih kecil. Faktor langit dengan sisi 20 cm dan garis bawahnya

berimpitan dengan ketinggian bidang kerja (titik ukur), diambil sebagai dasar

satuan.

Tabel 7. Hubungan antara jarak ke samping dengan Nilai Faktor Langit Relatif

Jarak kesamping (cm) Nilai Faktor Langit Relatif 0 – 20 1 20 – 40 0,5 40 – 60 1 60 – 80 0,5 80 – 100 0,5

180 – 200 0 280 – 300 0

Sumber : Standar Nasional Indonesia

Page 100: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

4) nilai faktor langit untuk lubang cahaya efektif yang letaknya sentral dan tinggi

terhadap titik ukur, lebih efektif dibandingkan lubang cahaya yang letaknya

ke samping dan rendah.

5) bagian-bagian dari lubang cahaya efektif yang letaknya tinggi akan lebih

efektif dalam distribusi cahaya ke bagian-bagian dari ruangan yang letaknya

lebih dalam dari pada ke samping

b) Bentuk lubang cahaya memberikan pengaruh terhadap distribusi cahaya sebagai

berikut :

c) Penghalang cahaya

d) Penghalang cahaya lainnya yang berupa bagian dari bangunan itu sendiri seperti :

e) Bangunan lain yang berada di hadapan lubang cahaya umumnya akan membatasi

bagian bawah dari lubang cahaya efektif. Apabila pada saat perancangan

bangunan belum ada bangunan lain di sekitarnya, sedangkan dalam rencana kota

akan dibangun bangunan lain maka hal ini harus dipertimbangkan pada saat

perancangan bangunan.

f) Tanaman dapat merupakan penghalang cahaya karena hal ini sukar sekali untuk

diperkirakan maka pengaruhnya sering tidak diperhitungkan. Untuk

memperhitungkan hal ini dianjurkan dalam perancangan diambil nilai faktor

langit 10 % sampai 20 % lebih tinggi dari persyaratan yang diberikan. Juga

dianjurkan pohon-pohon yang tinggi dan rindang jangan ditanam terlampau dekat

pada bangunan.

Page 101: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

g) Distribusi cahaya dalam ruangan.

Kualitas pencahayaan alami siang hari dalam suatu ruangan dapat dikatakan baik

apabila:

1) tingkat pencahayaan yang minimal dibutuhkan selalu dapat dicapai atau

dilampaui tidak hanya pada daerah-daerah di dekat jendela atau lubang

cahaya tetapi untuk ruangan secara keseluruhan.

2) tidak terjadi kontras antara bagian yang terang dan gelap yang terlalu tinggi

(40:1) sehingga dapat mengganggu penglihatan.

h) Untuk meningkatkan kualitas pencahayaan alami siang hari di dalam ruangan

perlu diperhatikan petunjuk-petunjuk di bawah ini:

1) apabila kondisi bangunan memungkinkan, hendaknya ruangan dapat

menerima cahaya lebih dari satu arah. Hal ini akan membantu meratakan

distribusi cahaya dan mengurangi kontras yang mungkin terjadi.

2) untuk memanfaatkan sebaik-baiknya pemasukan cahaya alami ke dalam

ruangan, hendaknya permukaan ruangan bagian dalam menggunakan warna

yang cerah.

3) vitrase (gorden transparan) dapat membantu membaurkan cahaya, tetapi juga

mengurangi cahaya yang masuk. Pengurangan cahaya dapat mencapai 50 %

atau lebih, tergantung pada bahan yang digunakan.

4) kasa nyamuk dapat mengurangi banyaknya arus cahaya yang masuk sekurang-

kurangnya 15 %.

5) penggunaan kaca khusus untuk mengurangi radiasi termal sebaiknya tidak

mengurangi cahaya yang masuk.

Page 102: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

6. Pengujian dan Pemeliharaan

1. Pengujian

Pengujian pencahayaan alami siang hari dimaksudkan menguji dan atau

menilai/memeriksa kondisi pencahayaan alami siang hari pada point 4. Pengujian

dilakukan dengan mengukur atau memeriksa:

a) Tingkat Pencahayaan

a. Ukur tingkat pencahayaan di Titik Ukur Utama (TUU). Titik Ukur Samping

(TUS). Titik di luar ruangan di tempat terbuka dan pengukuran dilakukan

pada waktu yang bersamaan.

b. Hitung faktor langit di TUU dan TUS

c. Bandingkan hasil perhitungan pada butir b dengan ketentuan pada point 4.

b) Indeks Kesilauan

Silau terjadi diakibatkan oleh masuknya cahaya matahari langsung atau

adanya pantulan dari benda-benda reflektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi

silau adalah luminasi sumber cahaya, posisi sumber cahaya terhadap penglihatan

pengamat dan adanya kontras pada permukaan kerja.

Nilai Indeks Kesilauan maksimum yang direkomendasikan untuk berbagai

tugas visual diberikan pada tabel dibawah. Nilai Indeks Kesilauan dapat dihitung

dengan rumus-rumus yang ada pada CIBSE Publication TM 10.

(CIBSE=Chartered Institution of Building Services Engineering)

Tabel 8. Nilai Indeks Kesilauan Maksimum Untuk Berbagai Tugas Visual dan Interior

Page 103: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Jenis Tugas Visual atau Interior dan Pengendalian Silau yang Dibutuhkan

Indeks Kesilauan Maksimum

Contoh Tugas Visual dan Interior

28 Perbekalan bahan mentah, pabrik produksi beton, fabrikasi rangka baja, pekerjaan pengelasan

Tugas Visual kasar atau tugas yang tidak dilakukan secara terus menerus Pengendalian silau diperlukan secara terbatas

25 Gudang, cold stores, Bangunan turbin dan boilers, toko mesin dan peralatan, Plants rooms

22 Koridor, ruang tangga, penyiapan dan pemasakan makanan, kantin, kafetaria, ruang makan, pemeriksaan dan pengujian (pekerjaan kasar), ruang perakitan, pekerjaan logam lembaran

Tugas visual dan Interior Normal Pengendalian silau sangat penting

19 Ruang kelas, perpustakaan (umum), ruang keberangkatan dan ruang tunggu di bandara, pemeriksaan dan pengujian (pekerjaan sedang), lobby, ruangan kantor

Tugas visual sangat teliti – Pengendalian silau tingkat tinggi sangat diperlukan

16 Industri percetakan, ruang gambar, perkantoran, pemeriksaan dan pengujian (pekerjaan teliti)

Sumber : Standar Nasional Indonesia

2. Pemeliharaan

Pada pencahayaan alami siang hari sebagai sumber masuknya cahaya ke

dalam ruangan adalah lubang cahaya. Pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah

menghindarkan adanya penghalang yang dapat mengurangi terang langit yang masuk

ke dalam ruangan dan membersihkan kaca-kaca.

Page 104: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

BAB III

METODE PENELITIAN/PERALATAN

3.1 Peralatan Penelitian

Peralatan penelitian dibutuhkan untuk menunjang lancarnya penelitian

STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BEBERAPA

RANCANGAN RUANG KELAS PERGURUAN TINGGI DI MEDAN. Pada

penelitian ini penulis menggunakan beberapa peralatan penelitian yaitu:

1. Kamera Digital

Untuk mendokumentasikan kondisi eksisting pada lokasi penelitian maka

dibutuhkan Alat perekam/penyimpan gambar.

Gambar 43. Samsung Digimax A40 2 Digital Camera

84

Page 105: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Digital Camera/Kamera Digital

sebagai alat mendokumentasi data visual pada lokasi penelitian. Kamera Digital yang

digunakan untuk mendokumentasikan kondisi penerangan alami pada lokasi

penelitian (kondisi visual eksisting pada lokasi penelitian) adalah DIGIMAX A40 2

FC dengan Merk SAMSUNG DIGITAL CAMERA MADE by SAMSUNG S/N :

S5230385 dengan kemampuan hingga 4.0 Mega Pixels. Dokumentasi kondisi

eksisting pada lokasi penelitian selanjutnya dapat dijadikan bukti/fakta yang berlaku

pada lokasi penelitian.

2. Alat Ukur Kekuatan Penerangan

Gambar 44. Alat ukur KYORITSU

Nilai Kekuatan Penerangan dibutuhkan untuk mengetahui Nilai Variabel yang

akan diamati. Untuk mengetahui nilai kekuatan penerangan di dalam ruangan maka

penulis menggunakan Alat Ukur Kekuatan Penerangan. Alat ukur yang digunakan

Page 106: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

untuk mengukur kekuatan penerangan adalah ILLUMINOMETER MODEL 5200

dengan Merk KYORITSU buatan KYORITSU ELECTRICAL INSTRUMENTS

WORKS, LTD SERIAL NO :2110176 MADE IN JAPAN.

Nilai kekuatan penerangan yang didapatkan melalui pengukuran manual pada

setiap titik pengukuran selanjutnya dijadikan acuan untuk menganalisa variabel yang

akan diamati.

3. Software Design Grafis

Profil Archicad versi 9

Gambar 45. Tampilan Software Design Grafis Archicad versi 9

Page 107: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Software Design Grafis digunakan untuk membuat simulasi kondisi eksisting

pada lokasi penelitian. Dengan demikian kita mengetahui dimensi dari lokasi

penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Software Design Grafis yaitu

sebagai berikut :

SOFTWARE DESIGN GRAFIS

Simulasi Lokasi

ALAT UKUR KEKUATAN PENERANGAN

Ukur kekuatan penerangan lokasi penerangan

KAMERA DIGITAL Rekam Gambar Lokasi

Penelitian

PERALATAN PENELITIAN

Gambar 46. Skema penggunaan peralatan penelitian

3.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan proses/metoda

penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Metoda

yang digunakan pada penelitian adalah sebagai berikut :

1. Metoda Kuantitatif.

Pada penelitian ini menggunakan Pendekatan dengan Metoda Kuantitatif.

Metoda terbagi atas eksperimen langsung dan quasi experimen/eksperimen tidak

langsung serta eksperimen subjek tunggal secara khusus. Pendekatan dengan Metoda

Kuantitatif merupakan eksperimen kompleks dengan banyak variabel. Pendekatan

dengan Metoda Kuantitatif pada penelitian ini dibagi atas Metoda Pengukuran

berdasarkan Standar Nasional Indonesia dan Metoda Analisa Data.

Page 108: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

2. Metoda Pengukuran berdasarkan Standar Nasional Indonesia

Metoda Pengukuran Standar Nasional Indonesia dilakukan untuk

mengumpulkan data menggunakan Alat Ukur yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3. Metode Analisa Data.

Metode Analisa Data dilakukan untuk mendapatkan nilai dari variabel yang

akan diamati. Pada metoda ini menggunakan perhitungan Matematis atau Kalkulasi

Data.

KAMERA DIGITAL ALAT UKUR KEKUATAN PENERANGAN

SOFTWARE DESIGN GRAFIS Rekam Gambar Lokasi

Penelitian Ukur kekuatan penerangan lokasi penerangan

Simulasi Lokasi

Gambar 47. Skema pengumpulan data penelitian

3.3 Variabel Yang Diamati

Variabel penelitian dimaksudkan untuk memberikan batasan pembahasan

didalam penelitian. Variabel Penelitian yang akan diamati adalah sebagai berikut :

1. Dimensi dan orientasi bukaan pada Lokasi Penelitian

Mengamati dan mengukur dimensi bukaan dan orientasinya terhadap arah lintasan

matahari

2. Orientasi Bangunan dan Arah datangnya sinar matahari

Sedangkan Variabel Penelitian yang akan dianalisa adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan penerangan = E (lux),

Kekuatan penerangan sangat mempengaruhi kualitas visual pengguna Ruang

Kelas. Dengan kekuatan penerangan yang cukup siswa dan pengajar dapat merasa

Page 109: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

nyaman berada didalam ruang dan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih

efektif.

2. Kekuatan cahaya dari sumber cahaya = I (cd),

Kekuatan cahaya dari sumber cahaya adalah kekuatan penerangan di kali tinggi

sumber cahaya. Hal ini menentukan kekuatan penerangan pada bidang ruang

kelas. Dengan mengetahui nilai I kita dapat mengetahui daerah yang berkualitas

rendah dan tinggi pada Ruang Kelas.

3. Kekuatan cahaya per m 2 = L (cd/m2),

Luminasi adalah kekuatan cahaya per m2. Dengan mengetahui nilai luminasi kita

dapat menentukan posisi meja dan kursi.

4. Arus cahaya = φ (lumen)

Arus cahaya adalah jumlah cahaya yang dipancarkan setiap detik oleh sebuah

sumber cahaya. Dengan mengetahui arus cahaya kita dapat menentukan waktu

penggunaan penerangan tambahan pada Ruang Kelas

5. Banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan (%)

Banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan adalah persentase cahaya yang

masuk kedalam Ruang Kelas pada waktu penyinaran tertentu.

Page 110: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

BAB IV

KAWASAN PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI

PADA BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS PERGURUAN TINGGI

terletak di Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pemetaan (Mapping) lokasi

perencanaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

KOTA MEDAN

Gambar 48. Letak Geografis Kotamadya Medan

90

Page 111: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

U P M I Kec. Medan Kota

U H N Kec. Medan Kota

U M A Kec. Medan Tembung

Gambar 49. Lokasi Penelitian di Kota Medan

Page 112: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BEBERAPA

RANCANGAN RUANG KELAS PERGURUAN TINGGI ini mengambil Studi

Kasus Tiga Perguruan Tinggi di Kotamadya Medan sebagai Lokasi yang akan

diamati berdasarkan kondisi pencahayaan alaminya yaitu : Universitas HKBP

Nomensen, Universitas Medan Area, Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia.

Kondisi Eksisting Lokasi masing-masing perguruan tinggi adalah sebagai berikut :

1. Universitas HKBP Nomensen

Universitas HKBP Nomensen terletak di jalan Sutomo dengan jalan Perintis

Kemerdekaan kecamatan Medan Timur kotamadya Medan. Ruang Kelas yang

menjadi objek penelitian terletak pada lantai 4 Gedung L (lihat gambar dibawah ini).

GEDUNG L

Gambar 50. Universitas HKBP Nomensen

Page 113: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 51. Foto Udara Universitas HKBP Nomensen

Gambar 52. Foto Udara Universitas HKBP Nomensen

GEDUNG L

Page 114: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

3. Universitas Medan Area

Universitas Medan Area terletak di Jalan Kolam Medan Estate Kecamatan

Medan Tembung Kotamadya Medan. Ruang Kelas yang menjadi objek Penelitian

terletak pada Gedung Fakultas Teknik. Posisi Gedung dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

FAKULTAS TEKNIK

Gambar 53. Universitas Medan Area

FAKULTAS TEKNIK

Gambar 54. Denah Lokasi Penelitian Ruang Kelas 4.3. Fakultas Teknik Universitas Medan Area

Page 115: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

3. UNIVERSITAS PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA

Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia terletak kecamatan Medan Kota

kotamadya Medan. Ruang Kelas yang diamati terletak pada Bangunan yang

merupakan Gedung Fakultas Teknik. Posisi Gedung dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

FAKULTAS TEKNIK

Gambar 55. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia

FAKULTAS TEKNIK

Gambar 56. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia

Page 116: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

FAKULTAS TEKNIK

Gambar 57. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia

4.2. Kondisi Ruang Kelas

Berdasarkan survei yang dilakukan pada lokasi penelitian maka didapatkan

kondisi kualitas pencahayaan alami dan bentuk bukaan (kondisi lapangan) yang

didokumentasikan di dalam gambar Photo. Gambar dokumentasi tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Universitas HKBP Nomensen

Ruang Kelas L4.7 Universitas HKBP Nomensen (dapat kita lihat dari gambar

dokumentasi) memperlihatkan ruangan dengan kondisi pencahayaan alami yang

kurang memenuhi kebutuhan untuk fungsi belajar mengajar di dalam ruang. Cahaya

alami (difusse light) yang masuk dari sisi Utara dan sisi Selatan memberikan

Page 117: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

pencahayaan alami untuk kebutuhan melihat objek di dalam ruang. Pada saat tertentu

(pada saat matahari terbit dan saat matahari terbenam) kondisi pencahayaan didalam

ruang kelas menjadi gelap (lihat gambar 18 dan gambar 19). Kondisi ini memberikan

makna negatif untuk fungsi belajar mengajar di dalam ruang.

Gambar 58. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7

Gambar 59. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L.4.7

Page 118: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 60. Kondisi Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7

Gambar 61. Kondisi Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7

Page 119: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 62. Bagian Utara Ruang Kelas L.4.7

Cahaya matahari terhalang oleh over-hang yang berada pada sisi Selatan

bangunan sehingga intensitas cahaya yang masuk ke dalam ruang berkurang. Selain

itu jarak antara tepi (selubung bangunan) yang demikian dekat dengan bangunan

disebelahnya sehingga pada saat tertentu bayangan bangunan tersebut memberi

pengaruh terhadap ruang kelas L4.7.

Koridor pada sisi Selatan yang digunakan sebagai area sirkulasi dengan jarak

± 3 meter sehingga pantulan cahaya matahari dari lingkungan sekitar (pada kondisi

langit terang) tidak mencapai bagian dalam ruang kelas (cahaya pantul matahari

(diffuse) jatuh pada wilayah ini).

Page 120: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 63. Bagian Selatan Ruang Kelas L.4.7

Gambar 64. Tepi Timur Laut Ruang Kelas L.4.7

Page 121: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 65. Bagian Dalam (koridor) Ruang Kelas L.4.7

Gambar 66. Bagian Dalam Ruang Kelas L.4.7

Page 122: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 67. Bagian Utara Ruang Kelas L.4.7

Gambar 68. Bagian Timur Laut Ruang Kelas L.4.7

Page 123: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 69. Interface/Merupakan Bagian dari Bangunan

Gambar 70. Sky is the Limit

Page 124: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 71. Interface

Gambar 72. Bentang Antara Sisi Bangunan

Page 125: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

2. Universitas Medan Area

Ruang Kelas 4.3 Universitas Medan Area (dapat kita lihat dari gambar

dokumentasi) memperlihatkan ruangan dengan kondisi pencahayaan alami yang

memenuhi kebutuhan untuk fungsi belajar mengajar di dalam ruang. Cahaya alami

(difusse light) yang masuk dari sisi Utara dan sisi Selatan memberikan pencahayaan

alami untuk kebutuhan melihat objek di dalam ruang. Pada saat tertentu (pukul 12.00

wib) kondisi pencahayaan alami mengakibatkan silau didalam ruang kelas (lihat

gambar dibawah) diakibatkan dari pantulan cahaya dari sekitar ruang kelas.

Gambar 73. Glare didalam Ruang Kelas L.4.3

Page 126: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 74. Silau/Dazzled didalam Ruang Kelas L.4.3

Gambar 75. Silau/Dazzled didalam Ruang Kelas L.4.3

Page 127: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 76. Deflect Light didalam Ruang Kelas L.4.3

Gambar 77. Light Reflection diluar Ruang Kelas L.4.3

Page 128: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 78. Bentuk Permukaan bagian luar Ruang Kelas L.4.3

Gambar 79. Pencahayaan Alami Bagian dalam Ruang Kelas L.4.3

Page 129: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 80. Pencahayaan Alami Bagian dalam Ruang Kelas L.4.3

Gambar 81. Properti Ruang Kelas L.4.3

Page 130: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 82. Properti Ruang Kelas L.4.3

3. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia

Ruang Kelas I.2 Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia (dapat kita

lihat dari gambar dokumentasi) memperlihatkan ruangan dengan kondisi

pencahayaan alami yang kurang memenuhi kebutuhan untuk fungsi belajar mengajar

di dalam ruang. Cahaya alami (difusse light) yang masuk dari sisi Utara dan sisi

Selatan memberikan pencahayaan alami untuk kebutuhan melihat objek di dalam

ruang. Secara keseluruhan kondisi pencahayaan alami didalam ruang kelas I.2 tidak

cocok untuk fungsi belajar mengajar (kondisi ruang kelas cukup gelap).

Page 131: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 83. Posisi Ruang Kelas 1.2

Gambar 84. Bagian Barat Ruang Kelas 1.2

Page 132: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 85. Koridor didepan Ruang Kelas 1.2

Gambar 86. Pemantulan cahaya pada permukaan lantai Koridor didepan Ruang Kelas 1.2

Page 133: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Ruang Kelas Dan Titik Pengukuran

Cahaya yang masuk ke dalam ruang kelas merupakan cahaya diffuse yaitu

cahaya yang menyebar merata di dalam ruang setelah melalui shading (penyaring

cahaya). Disamping itu Rancangan Bangunan, cerahnya cahaya matahari serta

rancangan bukaan terhadap sudut datangnya cahaya sangat berpengaruh terhadap

kualitas pencahayaan pada ruang kelas.

Penggunaan Jendela pada Rancangan Ruang Kelas (Perkuliahan)

dimaksudkan untuk memberikan pemandangan kepada ruang luar serta menghasilkan

kualitas pencahayaan ruang yang baik (menghemat biaya operasional bangunan.

Pencahayaan pada ruang dan jarak pandang yang baik akan berpengaruh terhadap

penampilan pelajar. Persepsi (kualitas visual) yang baik di dalam kelas dihasilkan

oleh kualitas pencahayaan yang baik. Luas dan perletakan bukaan terhadap lintasan

matahari serta letak penghalang cahaya sangat mempengaruhi kualitas pencahayaan

di dalam bangunan.

Titik Pengukuran dimaksudkan untuk mengetahui Nilai Kekuatan Penerangan

yang terdapat masing-masing bidang lantai pada bidang lantai Ruang Kelas. Nilai

Kekuatan Penerangan pada Ruangan Kelas masing-masing Perguruan tinggi di

113

Page 134: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Medan merupakan kondisi penerangan alami eksisting menurut pengukuran yang

dilakukan.

Untuk mendapatkan data yang akan dijadikan acuan untuk kemudian dianalisa

di dalam pembahasan selanjutnya maka perlu di jelaskan dimensi bukaan pada setiap

ruang kelas serta letak titik pengukuran pada masing-masing ruang kelas untuk

mengetahui Nilai Kekuatan Penerangan pada masing-masing titik pengukuran.

Analisa Data yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan Nilai dari masing-

masing variabel yang akan diamati dalam penelitian.

1. Universitas HKBP NOMENSEN

Pintu Kaca sebagai

sumber cahaya

Gambar 87. Kondisi Eksisting dan Meubiler

Ruang Kelas L4.7

Page 135: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Titik Pengukuran

Gambar 88. Titik Pengukuran Ruang Kelas L4.7

Page 136: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 89. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L4.7

Gambar 90. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L4.7

Page 137: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 91. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L4.7

Gambar 92. Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L4.7

Page 138: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

KETERANGAN untuk BUKAAN (EKSISTING) :

Panjang Ruang = 6 m

Lebar Ruang = 12 m

Tinggi Ruang = 4,5 m

Jalusi = 1,2 m

Tinggi Pintu Kaca + Jalusi = 1,2 + 2 = 3,2 m

Luas Bukaan Keseluruhan = (1,2m x 12m) + (2m x 8m) + (1,7m x 2m)

= 14,4m + 16m +3,4m = 33,8m2

Luas Posisi 4 = 2 x 6 = 12 m 2

Luas Posisi 5 = 2 x 6 = 12 m 2

Luas Posisi 6 = 2 x 6 = 12 m 2

2. Universitas PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA

Titik Pengukuran

Gambar 93. Titik Pengukuran Ruang Kelas I.2

Page 139: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 94. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas I.2

Gambar 95. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas I.2

Page 140: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 96. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas I.2

Gambar 97. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas I.2

KETERANGAN untuk BUKAAN (EKSISTING) :

Jendela 4 Daun = 3 buah

Jendela 3 Daun = 1 buah

Page 141: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Tinggi Jalusi = 83 cm

Tinggi Jendela = 95 cm

Jarak Jendela bawah dengan muka lantai = 117 cm

Jarak Jendela atas dengan muka lantai = 117 cm + 95 cm = 212 cm = 212 m

Panjang Ruang Lt 12 = 7,72 m

Lebar Ruang Lt 12 = 8,81 m

Tinggi Ruang Lt 12 = 3,78 m

Luas Bukaan Keseluruhan = (1,78 m x 2,8 m) x 4 = 20 m2

Luas Posisi 4 = 11,334 m 2

Luas Posisi 5 = 11,334 m 2

Luas Posisi 6 = 11,334 m 2

3. Universitas MEDAN AREA

Gambar 98. Kondisi Eksisting dan Meubiler Ruang Kelas 4.3

Page 142: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Titik Pengukuran

Gambar 99. Titik Pengukuran Ruang Kelas 4.3

Gambar 100. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas 4.3

Gambar 101. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas 4.3

Page 143: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Gambar 102. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas 4.3

Gambar 103. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas 4.3

KETERANGAN untuk BUKAAN (EKSISTING) :

Panjang Ruang Lt 43 = 11,68 m

Lebar Ruang Lt 43 = 8,55 m

Tinggi Ruang Lt 43 = 3,65 m

Luas Bukaan Keseluruhan = 2m x 2,5m x 6 = 30m2

Luas Posisi 4 = 9 m 2

Luas Posisi 5 = 9 m 2

Luas Posisi 6 = 9 m 2

Page 144: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

5.2. Data Penelitian

Untuk menerangkan situasi dan kondisi Penerangan Ruang Kelas Perguruan

Tinggi Swasta di Medan (data pada lokasi penelitian) maka diambil data selama 10

hari kerja pada masing-masing lokasi penelitian. Kemudian data tersebut dihitung lalu

diambil nilai rata-rata dari masing-masing lokasi. Cara pengambilan data dapat

mengacu pada Standar Nasional Indonesia pada halaman 57 laporan penelitian ini.

Untuk lebih jelasnya langkah-langkah dalam proses ini dapat kita lihat pada

skema dibawah ini :

DATA HASIL Analisa data dengan metoda perhitungan

DATA Hasil pengukuran

(10 hari kerja)

LOKASI PENELITIAN Kondisi Bukaan dan

Posisi Titik pengukuran

Gambar 104. Proses Pengumpulan Data Penelitian

Waktu pengambilan data (pengukuran pada lokasi penelitian) dimulai pada

hari Minggu tanggal 04 Mei 2008 pada Ruang Kelas 4.3. Universitas Medan Area.

Data diambil pada pukul 07.00 wib hingga 18.00 wib. Lama pengukuran 10 hari pada

masing-masing lokasi (teknis pengukuran dapat dilihat pada tabel di lampiran 4).

Selanjutnya Pengukuran menggunakan pencahayaan alami dimulai pada hari Minggu

18 Mei 2008 pada Ruang Kelas 1.2. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia.

Kemudian pada hari Jum’at tanggal 30 Mei 2008 pada Ruang Kelas L.4.7.

Universitas HKBP Nomensen. Standar Kekuatan Penerangan Ruang Kelas adalah

750 lux.

Page 145: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Sunpath Diagram Kotamadya Medan diambil pada bulan Mei saat lintasan

matahari condong kearah Utara. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 9. Medan Sky Diagram/General Position, 2008-05-04

Waktu Pengukuran Nilai Sudut Azimut (°) Nilai Sudut Altitude (°) 07.00 170 5

08.00 160 30

09.00 150 45

10.00 130 55

11.00 120 60

12.00 100 70

13.00 90 80

14.00 70 60

15.00 60 50

16.00 40 45

17.00 25 30

18.00 10 15

Sumber : Pengukuran pada Lokasi

Data Penelitian beserta Analisa yang dilakukan terhadap variabel yang

diamati dapat dilihat pada lampiran dibagian belakang Laporan Penelitian ini. Data

Penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, 6 dan Analisa Data dapat dilihat pada

Lampiran 1, 2, 3. Selanjutnya hasil dari analisa yang dilakukan Grafik nilai rata-rata

(untuk melihat peningkatan intensitas cahaya) pada setiap lokasi penelitian. Grafik

nilai rata-rata tersebut dapat dilihat dibawah ini :

Page 146: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

UNIVE RS ITAS  HKBP  NOMENS ENPengukuran  menggunakan  pencahayaan  Alami

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13: 0 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00

Waktu

Intensitas Cah

aya (lux)

220

765

13801450

15901720

1420 1450 1400

1110

505

140

0

S eries 1

Gambar 105. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayan Alami pada Ruang Kelas L.4.7. Universitas HKBP Nomensen

Pada Gambar 5.19 diatas kita bisa melihat peningkatan intensitas cahaya pada

ruang kelas dimulai pada pukul 07.00 wib sebesar 220 lux hingga 12.00 wib sebesar

1720 lux. Penurunan intensitas cahaya dimulai pada pukul 13.00 sebesar 1175 lux.

Kemudian akibat pergerakan awan terjadi peningkatan intensitas pada pukul 14.00

wib menjadi sebesar 1450 lux. Selanjutnya penurunan intensitas terjadi dari pukul

15.00 wib menjadi sebesar 1400 lux hingga pukul 18.00 wib nilai intensitas cahaya

sebesar 140 lux. Dari grafik diatas terlihat pergerakan awan mempengaruhi intensitas

cahaya didalam ruang kelas L.4.7. Jadi selain rancangan bangunan dan bukaan

terhadap lintasan matahari intensitas cahaya didalam ruang kelas dipengaruhi oleh

pergerakan awan.

Page 147: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

UNIVERSITAS MEDAN AREA Pengukuran menggunakan pencahayaan alami

48360

111380

393720

504250530970

612770 592850 582650541190

377330

204200

227250

100000

200000

300000

400000

500000

600000

700000

7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00

Waktu

Inte

nsita

s C

ahay

a (lu

x)

Series1

Gambar 106. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayan Alami pada Ruang Kelas 4.3. Universitas Medan Area

UNIVE R S ITAS  P EMB INAAN  MAS YAR AK AT  INDONE S IAP engukuran  meng gunakan  penc ahayaan  Alami

Waktu

Intensitas Cah

aya (lux)

24802065

3380 3570

51404880 4680

5470

4490

3140

2160

3000

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00

S eries 1

Gambar 107. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayan Alami pada Ruang Kelas 1.2. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia

Pada Gambar 5.20 diatas kita melihat Grafik peningkatan intensitas cahaya

pada ruang kelas 4.3. Universitas Medan Area dimulai pada pukul 07.00 wib sebesar

Page 148: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

48360 lux hingga titik puncak (kulminasi) pada pukul 12.00 wib sebesar 612770 lux.

Selanjutnya terjadi penurunan pada setiap jam hingga pukul 18.00 wib sebesar 22725

lux. Tidak terjadi pergerakan awan yang mengakibatkan perubahan intensitas cahaya

didalam ruang kelas. Perubahan intensitas cahaya dipengaruhi oleh lintasan matahari

dan rancangan bangunan dan bukaan pada ruang kelas.

Pada Gambar 5.21 diatas kita melihat Grafik peningkatan intensitas cahaya

pada ruang kelas 1.2. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia dimulai pada

pukul 07.00 wib sebesar 2480 lux. Pada pukul 08.00 wib terjadi penurunan menjadi

sebesar 2065 lux. Peningkatan intensitas cahaya terjadi pada pukul 09.00 wib hingga

pada pukul 11.00 wib sebesar 5140 lux. Selanjutnya terjadi penurunan pada jam

12.00-13.00 wib menjadi sebesar 4680 lux. Kemudian terjadi peningkatan intensitas

cahaya didalam ruang kelas menjadi sebesar 5470 lux (nilai intensitas tertinggi).

Penurunan terjadi pada pukul 15.00 wib hingga pukul 18.00 wib menjadi sebesar 300

lux. Naik turunnya intensitas cahaya di dalam ruang kelas dipengaruhi oleh lintasan

matahari, pergerakan awan dan pembayangan yang terjadi karena dekatnya jarak

antar bangunan.

Page 149: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Dari penelitian yang dilakukan maka Ruang Kelas yang memenuhi Persyaratan

Pencahayaan Alami adalah Ruang Kelas 4.3. Universitas MEDAN AREA.

Kondisi ini menjelaskan bahwa pada pencahayaan alami pada ruang kelas ini

seimbang. Cahaya matahari menerangi keseluruhan ruangan. Ruang Kelas ini

dapat beroperasi tanpa penerangan elektrik.

2. Untuk Ruang Kelas L.4.7. pada Universitas HKBP NOMENSEN dan Ruang

Kelas 1.2. Universitas PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA kurang

memenuhi persyaratan pencahayaan alami.

6.2. Saran

Saran yang diberikan untuk mempermudah penelitian adalah :

1. Dibutuhkan penambahan bukaan pada Ruang Kelas L.4.7. Universitas HKBP

NOMENSEN dan pada Ruang Kelas 1.2 Universitas PEMBINAAN

MASYARAKAT INDONESIA untuk memenuhi persyaratan pencahayaan alami.

2. Usulan yang diberikan pada perguruan tinggi swasta yang kualitas

pencahayaannya kurang baik adalah sebagai berikut:

129

Page 150: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Universitas HKBP Nomensen

a) Menambah luas bidang bukaan pada ruang kelas.

b) Memposisikan arah bukaan pada bidang normal cahaya alami dengan

perhitungan lintasan matahari.

Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia

a) Sebaiknya menyesuaikan pemasukan pencahayaan alami dengan kebutuhan

ruang kelas yang diperlukan.

Page 151: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Architecture and Urbanism ; Louis. I. Kahn, A+U Publishing Co. Ltd., 1975.

Architecture and Urbanism ; Poetics of Light, Henry Plummer, A+U Publishing Co. Ltd. Tokyo, 1987.

Brown, G.Z ; Matahari Angin dan Cahaya – Strategi Perancangan Arsitektur, Penerbit Intermatra, Bandung, 1994.

Buku Panduan dan Penulisan Tesis Magister Teknik Arsitektur Sekolah Pascasarjana USU, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006.

CALIFORNIA Energy Commission; Windows and Classroom: A Study of Student Performance and the Indoor Environment. California, 2003

Departemen Pendidikan Nasional; Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 2003.

Echols, John. M ; An English-Indonesian Dictionary, Penerbit Gramedia, Jakarta, 2000.

Evans, Benyamin. H ; Daylight in Architecture, Mc Graw-Hill, 1981.

Gibson, James.J ; The Perception of the Visual World, 1950.

Guzowski, Mary ; Daylighting for Sustainable Design, McGraw-Hill, 2000.

Hopkinson, R. G. and KAY J.D ; The Lighting of Building ; Faber and Faber Limited, 1969.

Lam, William M.C ; Perception and Lighting as Formgivers for Architecture, McGraw-Hill Education, 1977.

Lechner, N ; Heating, Cooling, Lighting, Design Methods for Architect, John Willey and Sons Inc, 1991.

Lippsmeier, Georg ; Building in the Tropics, Callwey Verlag Munchen, 1980.

Neufert ; Architects Data, Third Edition, Blackwell, 2000

Orr, Frank, Skala dalam Arsitektur, Penerbit Abdi Widya, Bandung, 1995.

Page 152: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4348/1/09E01329.pdf · studi pemanfaatan pencahayaan alami pada beberapa rancangan ruang kelas

Jurnal :

Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung, Badan Standardisasi Nasional, 2001.

”Internet Connection/Web Site” : http://www.arcspace.com

http://en.wikipedia.org.

http://en.wikipedia.orgα/wiki/Pantheon,_Rome

http://www.findarticles.com

http://schorsch.com

http://squ1.org/wiki/αSun-Path_Diagram