laporan hutan alami

32
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN ANALISIS VEGETASI METODE TRANSEK DAN HUTAN ALAMI TINA SEPTIYANI F05112083 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014

Upload: maximus-tigo-busak

Post on 07-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jhbb

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Hutan Alami

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

ANALISIS VEGETASI METODE TRANSEK DAN HUTAN ALAMI

TINA SEPTIYANI

F05112083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014

Page 2: Laporan Hutan Alami

ABSTRAK

Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang

susunan (komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan).

Salah satu metode dalam analisis vegetas yaitu metode transek. Transek

merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukan atau

beberapa bentukan. Analisa vegetasi ini dilakukan di hutan Fakultas Ekonomi

Univeristas Tanjungpura dengan tujuan untuk mengetahui komposisi dan potensi

keaneka-ragaman tumbuhan di hutan tersebut. Dalam metode ini, tumbuhan

dikelompokkan menjadi semai (tingginya <1,5cm), pancang (tinggi >1,5 cm dan

diameter <10cm), tiang (diameter 10-20 cm), dan pohon (diameter >20cm).

Masing-masing kelompok tumbuhan dibuat suatu petak yang berbeda-beda

ukurannya yaitu semai berukuran 2mx2m, pancang berukuran 5mx5m, tiang

berukuran 10mx10m, dan pohon berukuran 20mx20m. Untuk menganalisa spesies

yang terdapat di hutan ini, diperlukan data-data seperti nama spesies, jumlah

spesies, dan diameter batang sehingga dapat diketahui kerapatan, distribusim,

dan dominasi atau kelimpahannya. Selain itu diperlukan juga data fisik

lingkungan untuk melihat pengaruhnya terhadap kelimpahan tanaman. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam spesies di hutan

tersebut, beberapa ada yang memiliki kerapatan dan frekuensi yang tinggi,

namun semua spesies memiliki tingkat kelimpahan yang rendah. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh suhu yang rendah, kurangnya intensitas cahaya matahari,

ataupun pH tanah yang rendah.

Kata kunci : analisa vegetasi, frekuensi, hutan, jalur, kerapatan , transek,

Page 3: Laporan Hutan Alami

PENDAHULUAN

Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang susunan

(komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat tumbuhan). Analisa

vegetasi dibagi atas tiga metode yaitu : (1) mnimal area, (2) metode kuadrat dan

(3) metode jalur atau transek. (Soerianegara, 1988)

Salah satu metode dalam analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan

menggunakan metode transek. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang

luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik dilakukan dengan

transek.Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi

menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi.

Menurut Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis

sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan.

Transek juga dapat dipakai dalam studialtituide dan mengetahui perubahan

komunitas yang ada.

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu,

serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua

komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas

tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat

tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan

komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem

lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami

pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi

berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena

pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).

Keunggulan analisis vegetasi dengan menggunakan metode transek antara

lain : akurasi data diperoleh dengan baik karena kita terjun langsung, serta

pencatatan data jumlah individu lebih teliti. Selain itu metode ini mempunyai

kekurangan, yaitu antara lain : membutuhkan keahlian untuk mengidentifikasi

vegetasi secara langsung dan dibutuhkan analisis yang baik , waktu yang

dibutuhkan cukup lama, membutuhkan tenaga peneliti yang banyak.

Page 4: Laporan Hutan Alami

Untuk jenis vegetasi tertentu seperti padang rumput, penggunaan metode

plot seringkali kurang praktis dan butuh bayak waktu. Untuk mengatasi masalah

tersebut, dapat diakali metode transek. Metode transek ini terdapat 3 macam

metode yaitu (Umar, 2010) :

1. Line Transek

Metode ini sering digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari

komunitas padang rumput.

2. Belt Transek

Metode belt transek biasa digunakan untuk mempelajari suatu

kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara

ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi

menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat memotong

garis-garis topografi, dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungia atu

menaiki gunung dan menuruni lereng pegunungan.

3. Metode Strip Sensus

Metode strip sensus sebenarnya sama dengan metode line transek,

hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata daratan.

Metode ini meliputi, berjalan sepanjang garis transek tersebut. Data yang

dicatat berupa indeks populasi.

Dalam luasan tertentu, individu-individu suatu populasi dapat

didistribusikan secara seragam, acak, ataupun secara merumpun. Disrtibusi

seragam jarang terdapat, hanya terajdi apabila kondisi lingkungan cukup seragam

di seluruh luasan dan apabila terdapat persaingan kuat atau antagnisme antara

individu-individu misalnya pada hutan-hutan yang lebat pohon-pohon yang

tinggal hampir mempunyai distribusi relatif atau distribusi seragam karena

kompetsi untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari yang kuat (Heddy,

1986).

Analisis Transek merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat

dalampengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumber-sumberdaya dengan

cara berjalan menelusuri wilayah tempat mereka tinggal mengikuti suatu lintasan

tertentu yang disepakati. Dengan teknik analisis transek diperoleh gambaran

Page 5: Laporan Hutan Alami

keadaan potensi sumberdaya alam masyarakat beserta masalah-masalah,

perubahan-perubahan keadaan dan potensi-potensi yang ada. Hasilnya di gambar

dalam bentuk gambar atau diagram (Heddy, 1986).

Manfaat transek yaitu menimbulkan perasaan senang karena merekadapat

memperkenalkan langsung pekerjaan, keadaan, pengetahuan danketerampilan

mereka kepada sesama petani dan orang luar bagi orang dalam(Masyarakat)

penelurusan lokasi ini. Manfaat lainya adalah untuk melihat dengan jelas

mengenai kondisi alam dan rumitnya sistem pertanian dan pemeliharaansumber

daya alam yang dijalankan oleh masyarakat bagi orang luar. Kita dapat belajar

tentang cara masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam (Heddy, 1986).

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan

nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif,

kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka

akan diperoleh:

Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu

variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk

seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan

disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang

terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat

digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Odum, 1971).

Pengenalan terhadap vegetasi tertentu biasanya digunakan istilah-istilah

umum misalnya padang rumput, savanna, hutan jati, dan sebagainya. Pada saat

sekarang cara ini dipandang tidak sesuai lagi, sehingga perlu di tambah cara

diskripsi yang lebih memadai. Kebutuhan untuk melukiskan suatu vegetasi

tergantung pada vegetasi yang bersangkutan, baik untuk maksud ilmiah maupun

keperluan praktis. Oleh karena vegetasi dapat bertindak sebagai indicator habitat,

maka dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan “Land Use Planning” (Martono,

2012).

Page 6: Laporan Hutan Alami

Ekologi telah menggunakan analisis spasial untuk mendeteksi pola dalam

komunitas tumbuhan untuk lebih memahami distribusi jenis tumbuhan dan

hubungannya dengan faktor lingkungan. Metode analisis yang berbeda spasial

umum digunakan dalam ekologi tanaman. Ada banyak metode analisis spasial

yang dirancang untuk digunakan dengan dipetakkan pola titik. Sebagai contoh,

sangat dianjurkan sebagai cara yang efisien untuk mendeteksi pola spasial, namun

membutuhkan sensus lengkap semua individu di daerah penelitian, yang bisa

membuat sulit untuk diterapkan di lapangan (Qinghua dan Maggi, 2004).

Penggunaan asosiasi interspesifik untuk memilah kuadrat menjadi

kelompok-kelompok ini di dasarkan pada definisi tentang unit homogeny vegetasi

sebagai salah satu di mana semua spesies asosiasi yang tak tentu atau nondata dari

Mallee Australia, adalah untuk mengurutkan pada spesies yang paling banyak

terlibat dalam asosiasi positif, penyatuan yang residuum pada setiap tahap. Sejak

statistic metode semacam ini, bagaimanapun, pasti memerlukan komputasi skala

besar banyak, perlu baik untuk memeriksa statistic dasar metode apapun yang

diusulkan dan untuk menilai apakah informasi ekologi yang diperoleh pada

kenyataannya membenarkan waktu dan tenaga kerja yang terlibat (William dan

Lambert, 2007).

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui komposisi dan

potensi keaneka-ragaman tumbuhan di hutan Fakultas Ekonomi Univeristas

Tanjungpura.

Page 7: Laporan Hutan Alami

METODOLOGI

Praktikum analisa vegetasi metoda jalur (transek) dan hutan alami ini

dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 8 november 2014 pukul 07.00 hingga pukul

14.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Hutan Fakultas Ekonomi, Universitas

Tanjungpura.

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu, untuk praktikum

dilapangan : meteran, tali rafia, tali tambang, parang, alat tulis, kantong plastik,

label, kompas, termometer dan untuk mengukur pH tanah : pH meter, gelas kimia,

akuades, dan pancang.

Langkah yang dilakukan pada praktikum analisa vegetasi metoda jalur

(transek) adalah pertama-tama dibuat jalur (transek) sepanjang 100 m dengan

menggunakan tali tambang, kemudian, pada setiap 20 m, dibuat plot kuadrat

dengan ukuran 20 x 20 m, 10 x 10 m, 5 x 5 m, dan 2 x 2 m. Untuk pohon, bagian

yang diukur ialah jenis (nama) spesies dari pohon tersebut, dan DBH (Diameter

Breast High). Setelah dibuat plot, dengan ukuran yang berbeda-beda, kemudian

dihitung jumlah spesies yang terdapat di dalam plot tersebut. Plot dengan ukuran

2 x 2 m, jenis tanaman yang dihitung adalah tanaman yang berupa semai dengan

diameter sebesar < 1,5 cm. Selanjutnya, pada plot 5 x 5 m, jenis tanaman yang

dihitung berupa tanaman pancang dengan diameter sebesar ≥1,5 cm dan keliling

sebesar 1 - 2,5 cm, jika pancang juga terdapat pada plot 2 x 2 m, maka pancang

juga temasuk dalam hitungan. Pada plot yang berukuran 10 x 10 m, tanaman yang

dihitung adalah tanaman yang berupa tiang dengan diameter sebesar 5 – 10 cm

dan keliling sebesar 25 – 60 cm, jika tanaman tiang juga terdapat pada plot 2 x 2

m, dan 5 x 5 m, maka tiang tersebut juga termasuk di dalam hitungan. Pada plot

20 x 20, jenis tanaman yang dihitung adalah tanaman yang berupa pohon dengan

diameter sebesar > 20 cm dan keliling sebesar > 60 cm, dan jika di dalam plot 2 x

2 m, 5 x 5 m, dan 10 x 10 m, juga terdapat pohon, maka, pohon tersebut juga

termasuk dalam hitungan. Setelah seluruh data terkumpul yaitu, dari plot pertama,

sampai dengan plot kedelapan (data kelas), maka dilakukan perhitungan dari data

yang telah diperoleh. Selanjutnya, untuk langkah kerja yang dilakukan pada

praktikum hutan alami adalah seluruh alat yang telah dibawa, yaitu : termometer,

Page 8: Laporan Hutan Alami

7

2143658

digunakan untuk mengukur suhu udara dan suhu tanah dari masing-masing plot

yang telah dibuat. Suhu tanah dan udara diukur pada tiga titik yang berbeda.

Setelah diukur suhu udara dan tanah, maka diambil sampel tanah dari ketiga titik

tersebut. Kemudian, sampel tanah yang telah diambil diukur pHnya dengan

menggunakan pH meter. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan cara melarutkan

tanah di dalam gelas kimia, dengan menggunakan akuades. Selain, diukur suhu

udara, tanah dan pH tanah, pada praktikum hutan alami ini juga di identifikasi

tanaman apa saja yang terdapat di dalam hutan tersebut, serta, diamati kondisi

yang berada di sekitar hutan, misalnya faktor cahaya.

Adapun gambar model plot yang telah di buat untuk praktikum adalah

sebagai berikut :

Gambar 1. Sebelum Ada Plot

Gambar 2. Sesudah Ada Plot

Gambar 3. Ukuran Tiap Plot

1

2

3

4

Keterangan Plot:1. ukuran 2 x 2 (Semai)2. ukuran 5 x 5 m (pancang)3. ukuran 10 x 10 m (tiang)4. ukuran 20 x 20 m (pohon)

Page 9: Laporan Hutan Alami

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan vegetasi yang dilakukan di hutan Fakultas Ekonomi

Universitas Tanjungpura ini merupakan suatu kegiatan analisa vegetasi dengan

metode jalur atau transek. Selain itu, pengamatan ini juga bertujuan untuk melihat

komposisi vegetasi yang ada di hutan tersebut. Menurut Oosting (1956), transek

merupakan garis sampling yang ditarik menyilang pada sebuah bentukan atau

beberapa bentukan. Dalam analisis dengan metode ini, vegetasi dikelompokkan

dalam empat kategori yaitu semai, pancang, tiang, dan pohon yang kemudian

setiap kelompok vegetasi ini masing-masing di analisis dengan menggunakan

beberapa perhitungan sehingga dapat diketahui kerapatan, penyebaran, dominasi,

dan kelimpahan keanekaragaman spesies-spesies vegetasi tersebut.

Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu

luasan tertentu. Kerapatan ditentukan berdasarkan skala kelasnya, yaitu kelas 1:

jarang sekali, kelas 2: jarang, kelas 3: cukup rapat, kelas 4: rapat dan kelas 5: rapat

sekali. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis

tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh

total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Sahpianti, 2010).

Kerapatan suatu jenis tanaman pada area tertentu dapat dilihat dari kerapatan

relativnya, sedangkan penyebarannya pada suatu area dapat dilihat dari frekuensi

relative spesies tersebut. Dominasi merupakan kelimpahan suatu jenis tumbuhan

di suatu areal, dan dapat dilihat dari nilai dominasi relative dan indeks nilai

penting. Tingkat kelimpahan spesies ini kemudian dapat dikategorikan menjadi

tinggi, sedang, dan rendah. Kelimpahan tinggi apabilah nilai H’sp lebih dari 3,

sedang apabila H’sp antara 1 sampai 3, dan rendah apabila H’sp kurang dari 1

nilainya. Indeks nilai penting (INP) digunakan untuk menetapkan dominansi suatu

jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain penting menggambarkan

kedudukan ekologi suatu jenis dalam komunitas.

Semai merupakan anakan pohon mulai kecambah sampai setinggi <1.5 m.

Dalam menganalisa vegetasi semai, dibuat petak (kuadran) yaitu berukuran

Page 10: Laporan Hutan Alami

2mx2m seperti yang terlihat gambar 3, sehingga luas total untuk area semai yaitu 32m2. Tabel berikut ini menyajikan data hasil

pengamatan vegetasi kategori semai yang terdapat di hutan Fakultas Ekonomi UNTAN.

Tabel 1. Nilai Analisa Kuantitatif Semai Setiap Plot

No. SpesiesJumlah

Individu

Jumlah

plotKM KR (%) FM

FR

(%)INP (%)

INP

sp /

INP

total

Log (INP

sp / INP

total)

H sp

1 Spesies A 24 1 6 92.3 % ¼ 50 % 142.3 % 0.71 -0.15Kelimpahan

Rendah

2 Spesies B 2 1 0.5 7.69 % ¼ 50 % 57.69 % 0.29 -0.54Kelimpahan

Rendah

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 2 macam spesies yang tergolong dalam semai yaitu spesies A dan

Spesies B. Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa spesies yang kerapatannya paling tinggi yaitu spesies A sedangkan

spesies yang persebarannya paling tinggi yaitu spesies A. Indeks nilai penting (INP) tertinggi pada areal semai ini yaitu pada

spesies A artinya spesies ini merupakan spesies yang paling mendominani dibandingkan dengan spesies lainnya di areal ini.

Namun, tingkat dominasi yang tinggi dari spesies ini tidak menunjukkan bahwa kelimpahan spesies ini tinggi, melainkan rendah.

Hal ini dikarenakan nilai H’sp yang di dapatkan kurang dari 1. Jadi, pada area semai ini terdapat banyak spesies yang

beranekaragam, namun tidak ada satu pun yang memiliki kelimpahan yang tinggi.

Page 11: Laporan Hutan Alami

Pancang merupakan regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari 1,5 meter serta diameter batang kurang dari 10 cm. Dalam

menganalisa vegetasi kategori pancang ini, dibuat petak (kuadran) berukuran 5mx5m seperti yang terlihat pada gambar 3,

sehingga total luas area yaitu 20 m2. Sama seperti semai, yang perlu diketahui dari tumbuhan kategori pancang ini adalah

kerapatan dan frekuensi atau penyebarannya.

Tabel 2. Nilai Analisa Kuantitatif Pancang Setiap Plot

No. SpesiesJumlah

Individu

Jumlah

plotKM KR (%) FM FR (%)

INP

(%)

INP sp /

INP total

Log (INP

sp / INP

total)

H sp

1 Spesies A 1 1 0.25 100% ¼ 100 % 200% 1 0Kelimpahan

Rendah

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok tumbuhan pancang pada luas area total 20 m2 yaitu sebanyak 1 spesies.

Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa kerapatan relative spesies A ini yaitu 100 % sedangkan frekuesi relativenya juga

100%. Hal ini menunjukkan bahwa Spesies A kerapatannya dalam suatu plot sangat tinggi, namun keberadaannya di setiap plot

rendah. Spesies A memiliki INP sebesar 200%. Artinya, spesies A ini yang paling mendominasi pada plot pancang. Akan tetapi,

kelimpahan spesies ini juga sama dengan spesies lainnya yaitu rendah. Hal ini dikarenakan nilai H’sp yang didapatkan kurang

dari 1 atau 0.

Page 12: Laporan Hutan Alami

Tiang adalah tumbuhan dengan diameter antara 10-20 cm. Dalam menganalisis tumbuhan kategori ini, dibuat plot

berukuran 10mx10m. sehingga luas total area untuk tumbuhan tiang yaitu 40m2. Dalam menganalisis tiang, yang dibutuhkan

yaitu kerapatan, frekuensi, dan dominasi.

Tabel 3. Nilai Analisa Kuantitatif Tiang Setiap Plot

No. SpesiesJumlah

Individu

Jumlah

plotKM

KR

(%)FM FR (%)

INP

(%)

INP sp

/ INP

total

Log (INP

sp / INP

total)

H sp

1 Kipas 2 1 0.5 100 % ¼ 100 % 200 % 1 0Kelimpahan

Rendah

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok tumbuhan tiang pada luas area total 40 m2 yaitu hanya 1 ragam

tumbuhan saja, yaitu tumbuhan kipas. Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa kerapatan relative tanaman kipas ini yaitu

100%, sedangkan frekuesi relativenya juga 100%. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kipas . kerapatannya dalam suatu plot

sangat tinggi, namun keberadaannya di setiap plot rendah dan tumbuhan ini hanya sedikit tersebar di beberapa plot saja. .

Tumbuhan kipas juga memiliki tingkat dominasi yang tinggi, hal ini dikarenakan nilai dominasi relative yang ditunjukkan lebih

tinggi. sehingga spesies ini memiliki INP tertinggi. Artinya, tumbuhan yang paling mendominasi pada plot pancang yaitu

tumbuhan kipas. Akan tetapi, kelimpahan spesies ini juga sama dengan spesies lainnya yaitu rendah. Hal ini dikarenakan nilai

H’sp yang didapatkan kurang dari 1.

Page 13: Laporan Hutan Alami

Pohon merupakan tumbuhan dengan diameter lebih dari 20 cm. pengukuran yang akan dilakukan untuk tumbuhan pohon

adalah diameter batang, jumlah individu dan jenis pohon. Pengukuran diameter batang dilakukan pada ketinggian sekitar 1,5

meter dari tanah. Sama seperti tiang, hal yang perlu diketahui yaitu kerapatan, frekuensi, dan dominasi.

Page 14: Laporan Hutan Alami

Tabel 4. Nilai Analisa Kuantitatif Pohon Setiap Plot

No. SpesiesJumlah

Individu

Jumlah

plotKM KR (%) FM

FR

(%)

INP

(%)

INP sp /

INP total

Log (INP

sp / INP

total)

H sp

1Karet 5

2 1.2571.42

%½ 50 % 121.42 0.6 -0.22

Kelimpah

an Rendah

2Spesies A 1

1 0.2514.28

%¼ 25 % 39.28 0.19 -0.72

Kelimpah

an Rendah

3Liana 2

1 0.2514.28

%¼ 25 % 39.28 0.19 -0.72

Kelimpah

an Rendah

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok tumbuhan pohon pada luas area total 80 m2 yaitu sebanyak 3 ragam

spesies yaitu, karet, spesies A dan Liana. Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa kerapatan relative tertinggi dimiliki oleh

tanaman karet, sedangkan frekuesi relative tertinggi dimiliki oleh tanaman karet. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman karet

memiliki kerapatan dan penyebaram yang tinggi, sedangakan liana dan spesies A. memiliki kerapatan yang rendah pada daerah

yang ditumbuhinya, namun tumbuhan ini tersebar banyak di setiap plot. Tumbuhan liana dan spesies A . juga memiliki tingkat

dominasi yang tinggi, hal ini dikarenakan nilai dominasi relative yang ditunjukkan lebih tinggi dari spesies lainnya. sehingga

spesies ini memiliki INP tertinggi. Artinya, tumbuhan yang paling mendominasi pada plot pancang yaitu karet .Akan tetapi,

kelimpahan spesies ini juga sama dengan spesies lainnya yaitu rendah. Hal ini dikarenakan nilai H’sp yang didapatkan kurang

dari 1.

Page 15: Laporan Hutan Alami

5. Tabel Diameter dan Tinggi Tanaman dalam Setiap Plot

Plot 20 X 16 m Plot 10 X 10 m Plot 5 X 5 m Plot 2 X 2 m

Nama

SpesiesDiameter

Nama

Spesies

DiameterNama Spesies

TinggiNama Spesies

Tinggi

Karet 1 38 cm Kipas 1 31.5 cm Spesies A 1.5 m Spesies A 15 cm

Karet 2 34 cm Kipas 2 33 cm Spesies B 50 cm

Karet 3 26 cm

Karet 4 28 cm

Karet 5 29 cm

Spesies A 45 cm

Liana 1 25 cm

Liana 2 27 cm

Page 16: Laporan Hutan Alami

Secara keseluruhan, dapat diketahui bahwa tumbuhan yang paling

mendominasi wilayah hutan Fakultas Ekonomi yaitu karet (Hevea brasiliensis). Hal

ini dikarenakan tumbuhan jenis ini memiliki indeks nilai penting yang paling tinggi

dibandingkan dengan spesies-spesies yang lainnya. Artinya, tumbuhan ini memiliki

pola penyebaran atau distibusi yang tinggi disetiap area.

Namun, hasil analisa vegetasi di hutan Fakultas Ekonomi menunjukkan

bahwa semua spesies yang tumbuh di hutan tersebut masih rendah kelimpahannya hal

ini terlihatdari data-data yang menunjukkan semua nilai H’sp nya kurang dari 1.

Tinggi rendahnya kelimpahan tanaman di suatu area mungkin di sebabkan oleh faktor

eksternal misalnya faktor fisik lingkungan tersebut. Berikut ini adalah data fisik

lingkungan di hutan Fakultas Ekonomi UNTAN.

A. Tabel Suhu Udara

1. Tabel Suhu Udara Plot 2 X 2 m

Plot 2 m X 2 m

Suhu

Udara

Ulangan Jarak Suhu

110 cm 290C

30 cm 280C

50 cm 290C

210 cm 280C

30 cm 270C

50 cm 270C

310 cm 290C

30 cm 280C

50 cm 270C

2. Tabel Suhu Udara Plot 5 X 5 m

Plot 5 m X 5 m

Page 17: Laporan Hutan Alami

Suhu

Udara

Ulangan Jarak Suhu

110 cm 270C

30 cm 270C

50 cm 270C

210 cm 270C

30 cm 270C

50 cm 270C

310 cm 270C

30 cm 270C

50 cm 26.50C

3. Tabel Suhu Udara Plot 10 X 10 m

Plot 10 m X 10 m

Suhu

Udara

Ulangan Jarak Suhu

110 cm 280C

30 cm 280C

50 cm 270C

210 cm 28.50C

30 cm 280C

50 cm 27.50C

310 cm 280C

30 cm 280C

50 cm 280C

4. Tabel Suhu Udara Plot 20 X 16 m

Plot 20 m X 16 m

Suhu

Udara

Ulangan Jarak Suhu

1 10 cm 290C

30 cm 290C

Page 18: Laporan Hutan Alami

50 cm 290C

210 cm 290C

30 cm 280C

50 cm 280C

310 cm 290C

30 cm 280C

50 cm 280C

B. Tabel Suhu Tanah

1. Suhu Tanah 2 X 2 m

Plot 2 m X 2 m

Suhu

Tanah

Ulangan Jarak Suhu

10 cm 280C

5 cm 270C

10 cm 280C

20 cm 270C

5 cm 280C

10 cm 280C

30 cm 280C

5 cm 280C

10 cm 280C

2. Suhu Tanah 5 X 5 m

Plot 5 m X 5 m

Suhu

Tanah

Ulangan Jarak Suhu

1 0 cm 27.50C

5 cm 270C

10 cm 270C

Page 19: Laporan Hutan Alami

20 cm 270C

5 cm 270C

10 cm 270C

30 cm 270C

5 cm 270C

10 cm 27.50C

3. Suhu Tanah 10 X 10 m

Plot 10 m X 10 m

Suhu

Tanah

Ulangan Jarak Suhu

10 cm 280C

5 cm 280C

10 cm 280C

20 cm 280C

5 cm 280C

10 cm 280C

30 cm 280C

5 cm 280C

10 cm 280C

4. Suhu Tanah 20 X 16 m

Plot 20 m X 16 m

Suhu

Tanah

Ulangan Jarak Suhu

10 cm 290C

5 cm 290C

10 cm 28.50C

2 0 cm 290C

5 cm 28.50C

10 cm 280C

Page 20: Laporan Hutan Alami

30 cm 280C

5 cm 280C

10 cm 270C

C. pH Tanah

PlotTitik

1 2 3

1 (2 X 2 m) 5 6 6

2 (5 X 5 m) 5 5 5

3 (10X10 m) 6 5 6

4 (20 X 16 m) 5 6 6

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa suhu tanah dan suhu udara memiliki

perbedaan yang tipis, yaitu berkisar antara 28-29oC . perbedaan ketinggian dalam

mengukur suhu udara dan kedalaman dalam mengukur tanah juga tidak berpengaruh

serius terhadap suhu tersebut. Dari suhu yang terlihat tersebut, dapat diketahui bahwa

di area ini masih cukup sejuk, yang disebabkan oleh musim penghujan, dan

sedikitnya sinar matahari yang menembus sampai ke dasar, di tambah lagi

kelembaban yang cukup tinggi. Di samping itu, pH tanah yang di ukur yaitu sekitar 5-

6, artinya tanah di hutan ini masih tergolong asam. Faktor-faktor fisik lingkungan

tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Jadi,

kelimpahan yang rendah dari berbagai spesies yang ditemukan di hutan ini bisa jadi

dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik lingkungan yang kurang mendukung, yaitu suhu

yang rendah, sedikitnya pasokan sinar matahari, ataupun pH tanah yang tergolong

asam.

Page 21: Laporan Hutan Alami

KESIMPULAN

Tumbuhan yang paling mendominasi wilayah hutan Fakultas Ekonomi yaitu

karet (Hevea brasiliensis). Hal ini dikarenakan tumbuhan jenis ini memiliki indeks

nilai penting yang paling tinggi dibandingkan dengan spesies-spesies yang lainnya

Artinya, tumbuhan ini memiliki pola penyebaran atau distibusi yang tinggi disetiap

area. Namun, semua spesies yang tumbuh di hutan tersebut masih rendah

kelimpahannya. Hal ini terlihat dari data-data yang menunjukkan semua nilai H’sp

nya kurang dari 1. Tinggi rendahnya kelimpahan tanaman dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor fisik lingkungan seperti suhu yang rendah, kurangnya intensitas cahaya

matahari, ataupun pH tanah yang rendah.

Page 22: Laporan Hutan Alami

DAFTAR PUSTAKA

Heddy, Suwasono. 2011. Analisis Vegetasi Tumbuhan. http://www.wikipedia.com.

Diakses pada tanggal 25 November 2014.

Martono, Djoko Setyo. 2012. Analisis Vegetasi Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis

Pohon Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional

Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat. Jurnal Agri-tek, vol. 13 (2) : 18-28.

Odum, E. P. 1971. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.

Qinghua, Guo dan Maggi Kelly. 2004. Interpretation of Scale in Paired Quadrat

Variance Methods. Journal of Vegetation Science, Vol. 15 : 763-770.

Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya

dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati

Cikampek. KPH Purwakarta, Jawa Barat, Bogor. Bagian Ekologi, Departemen

Botani, Fakultas Pertanian IPB.

Umar, M. Ruslan. 2010. Ekologi Umum Dalam Praltikum. Makassar: Universitas

Hasanuddin.

William, W. T dan Lambert, J.M. 2007. Multivariate Methods in Plant Ecology: I.

Association-Analysis in Plant Communities. The Journal of Ecology, Vol. 47

(1) : 83-101.