studi kasus anak dengan gangguan kecemasan

29
STUDI KASUS Anak dengan Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR........................................................................... i DAFTAR ISI................ ..................................................................... .... ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1 A. Latar Belakang................ ................................................... 1 B. Tujuan............. ................................................................... 2 C. Sasaran............................................................................... 2 D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan................ ....................... .. 3 E. Sistematika Penulisan Laporan........................................... 3 BAB II LANDASAN TEORITIS............ ....................... ..................... 4 A. Def inisi dan Tipe-tipe Gangguan Kecemasan................... .. 4 B. Gejala- gejala Gangguan Kecemasan Umum....................... 6 C. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Kecemasan.................. 8 BAB III IDENTIFIKASI KASUS... .............................................. ....... 10 A. Identitas Anak.................................................................... 10 B. Riwayat Anak.............. .............................................. ......... 11 BAB IV PELASANAAN BIMBINGAN KONSELING....................... 13 A. Diagnostik Kasus............................................................... 13 B. Treatment dan Layanan Yang Diberikan............................. 13 C. Hasil Treatment dan Layanan............................................. 14 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............... ................................ 15 A. Kesimpulan......... ............................................................... 15 B. Saran.................... .............................................. ................ 16 DAFTAR PUSTAKA....................................................... ..................... 17 1 BAB I PENDAHULUAN A.  Latar Belakang Kecemasan tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa, tetapi juga dapat dirasakan  pula oleh anak. Pada saat-saat tertentu kecemasan yang merupakan hal yang normal  bahkan dapat menolong seseorang terhadap ancaman atau sesuatu yang membahayakan mereka. Misalnya saja berupa reaksi ketakutan terhadap ketinggian,

Upload: s4f11sn

Post on 29-May-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 1/29

STUDI KASUS Anak dengan Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)

i

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................... ii BAB I

PENDAHULUAN.................................................................. 1 A. Latar 

Belakang................................................................... 1 B.

Tujuan................................................................................ 2 C.

Sasaran............................................................................... 2 D. Tempat dan Waktu

Pelaksanaan......................................... 3 E. Sistematika Penulisan

Laporan........................................... 3 BAB II LANDASAN

TEORITIS........................................................ 4 A. Definisi dan Tipe-tipe Gangguan

Kecemasan..................... 4 B. Gejala-gejala Gangguan Kecemasan

Umum....................... 6 C. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Kecemasan..................

8 BAB III IDENTIFIKASI KASUS........................................................ 10 A.

Identitas Anak.................................................................... 10 B. Riwayat

Anak..................................................................... 11 BAB IV PELASANAAN

BIMBINGAN KONSELING....................... 13 A. Diagnostik 

Kasus............................................................... 13 B. Treatment dan Layanan Yang

Diberikan............................. 13 C. Hasil Treatment dan

Layanan............................................. 14 BAB V KESIMPULAN DAN

SARAN............................................... 15 A.

Kesimpulan........................................................................ 15 B.

Saran.................................................................................. 16 DAFTAR 

PUSTAKA............................................................................ 17

1

BAB I PENDAHULUAN

A.

 

Latar Belakang

Kecemasan tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa, tetapi juga dapat dirasakan

 pula oleh anak. Pada saat-saat tertentu kecemasan yang merupakan hal yang normal

 bahkan dapat menolong seseorang terhadap ancaman atau sesuatu yang

membahayakan mereka. Misalnya saja berupa reaksi ketakutan terhadap ketinggian,

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 2/29

orang asing, atau sesuatu yang mengancam jiwa. Kecemasan ini sebenarnya bisa

dijadikan untuk melindungi diri dari segala sesuatu yang membahayakan. Kecemasan

yang dialami anak biasanya berupa reaksi ketakutan akan gelap, lingkungan yang baru

atau sesuatu yang baru, keterpisahan dengan orang terdekatnya, juga yang berkaitan

dengan tugas sekolah yang diberikan. Fakta yang terjadi bahwa antara 9 sampai 15

 persen anak dan remaja di Amerika mengalami gejala kecemasan yang menganggu

kegiatan atau rutinitas keseharian mereka. Anak dan remaja yang mengalami

kecemasan ini beresiko mengalami

underachievement

di sekolah yakni ditunjukkan dengan tidak adanya motivasi berprestasi, merasa tidak 

 berharga, dan permasalahan dengan kejiwaan terhadap orang dewasa, terutama

 berkaitan dengan depressi dan gangguan kecemasan. Ketika strategi pemecahan

masalah gagal dilakukan oleh anak ataupun remaja, dan kecemasan yang dialami

menjadi cukup berat untuk ditangani maka akan menyebabkan keadaan yang sulit

terhadap mereka. Keadaan yang sulit ini 2

akan berpengaruh terhadap rutinitas mereka baik di sekolah, aktivitas sehari-hari, atau

hubungan dengan teman-temannya. Yang kemudian dapat dikatakan bahwa anak dan

remaja tersebut mengalami masalah kecemasan atau

anxiety disorder 

. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang

mengalami gangguan kecemasan ini supaya mereka dapat memaksimalkan potensi

diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan

konseling berupa layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya.

B.

 

Tujuan

Salah satu tujuan kegiatan bimbingan dan konseling untuk anak ini adalah sebagai

 pembelajaran bagi kami, mahasiswa yang khususnya tengah mempelajari mata kuliah

Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini. Hal ini dilakukan agar para mahasiswa

mendapatkan pembelajaran langsung dari lapangan dengan melakukan praktek secara

langsung melakukan bimbingan dan konseling dengan menentukan langkah

 penanganan yang tepat dengan kondisi anak yang mengalami kesulitan atau

 permasalahan tersebut.

C.

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 3/29

 

Sasaran

Bimbingan konseling yang dilakukan saat ini dikhususkan bagi anak yang mengalami

masalah gangguan kecemasan, atau dalam istilah psikologi disebut

Anxiety Disorder 

. 3

D.

 

Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan bimbingan dan konseling kali ini, dilakukan di TK Kenanga, yang

tepatnya berada di Desa Kertaraharja Kecamatan Panumbangan. Waktu pelaksanaan

 pada bulan Juni 2009.

E.

 

Sistematika Penulisan Laporan

Laporan Studi Kasus ini diawali dengan Bab I Pendahuluan yang berisikan Latar 

Belakang, Tujuan, Sasaran, Tempat dan Waktu Pelaksanaan serta dijelaskan

mengenai Sistematika Penulisan Laporan untuk mempermudah penjelasan dan alur 

 penulisan laporan. Bab II Landasan Teoritis, yang akan memperkuat dan sebagai

landasan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dan penulisan lapporan. Bab ini

membahas mengenai definisi, tipe-tipe, gejala dan faktor-faktor penyebab gangguan

kecemasan. Bab III Identifikasi Kasus, yang akan menjelaskan identitas anak dan

riwayat perkembangan anak. Bab IV Pelaksanaan Bimbingan Konseling, yang akan

memaparkan layanan atau tindakan (treatment) yang dilakukan beserta hasil yang

diperoleh dari treatment tersebut. Bab VI Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan

dan saran berkaitan dengan kegiatan yang telah dilakukan.

4

BAB II LANDASAN TEORITIS

A.

 

Definisi dan Tipe-tipe Gangguan Kecemasan

Menurut Ismira Dewi, a

nxiety disorder 

atau gangguan kecemasan merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 4/29

sehingga menimbulkan perasaan cemas dan khawatir secara berlebihan dalam jangka

waktu yang cukup lama. Kecemasan dapat terjadi dalam berbagai situasi dan kondisi,

termasuk didalamnya adalah ketakutan yang besar terhadap beberapa kondisi, yang

kemudian dikenal dengan sebutan gangguan kecemasan umum atau

generalized anxiety disorder (GAD

). Gangguan kecemasan umum ini ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang

 berlebihan. Keadaan ini membuat seseorang akan sulit mengendalikan ketakutan yang

muncul saat itu. Dr. Evalina Asnawi Hutagalung, Sp.Kj. menjelaskan bahwa

anxietas

adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu

dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau

 beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang

tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung

 berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air 

 besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah.

Anxietas

adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya

atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan,

atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. 5

Di dalam Rangkuman Mata Kuliah

PGTK2404 Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus)

yang diterbitkan Universitas Terbuka, diuraikan bahwa kecemasan merupakan

ketakutan akan hal-hal yang akan dialami di masa depan dan keadaan tersebut

mempengaruhi individu dalam berbagai area fungsional. Kecemasan memiliki tiga

komponen dasar, yaitu keadaan subjektif, respons tingkah laku, dan respons fisiologis.

Derajat kecemasan yang tinggi terjadi pada anak usia antara dua dan enam tahun.

Dalam jumlah tertentu, kecemasan adalah sesuatu yang normal. Kecemasan baru

disebut sebagai gangguan jika terdapat pengalaman yang intens, tidak rasional, dan

 perasaan tidak mampu untuk mengatasi. Terdapat beberapa tipe gangguan kecemasan,

yaitu :

1.

 

Fobia

Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 5/29

ataupun peristiwa tertentu, sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat

 peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu: a. Fobia Spesifik Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau

 peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia),

ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup

(agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb. b. Fobia Sosial Ketakutan berlebih

 pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya

 pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat 6

ada dalam kerumunan atau tempat umum. Misalnya dipermalukan didepan umum,

ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.

2.

 

Obsesif Kompulsif 

Obsesif adalah pemikiran yang berulang dan terus-menerus. Sedangkan kompulsif 

adalah pelaksanaan dari pemikirannya tersebut.

3.

 

Post Traumatik-Stress Disorder 

(Gangguan Stress Pasca Trauma)

PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh

veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam.

4.

 

Generalized Anxiety Disorder 

(Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan)

Tanda-tanda; kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan

terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas,

 jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan

 basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem

saraf otonomik.

5.

 

Gangguan Panik 

Tanda-tanda: sekonyong-sekonyong sesak nafas, detak jantung keras, sakit di dada,

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 6/29

merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan teror,

ketakutan akan ada hukuman.

B.

 

Gejala-gejala Gangguan Kecemasan Umum

Anak dan remaja dengan gangguan kecemasan secara umum atau

generalized anxiety disorder (GAD

) sering terbelenggu dalam kekhawatiran terhadap kesuksesan dan kemampuan

mereka guna mendapatkan pengakuan dari 7

orang lain. Dalam hal ini anak menerapkan target yang cukup tinggi dalam

mengerjakan tugasnya agar diperoleh hasil yang sempurna. Pencapaian target

tersebut muncul karena adanya perasaan ketakutan yang cukup mendalam, ketakutan

akan gagal, ditolak, dihina taupun diejek oleh lingkungannya. Adanya tuntutan yang

 berlebih ini kurang didukung dengan perasaan dan keadaan dirinya karena mereka

memiliki keragu-raguan yang besar dan tidak yakin atas kemampuannya, bahkan

mengkritik dirinya dengan menilai kelemahan yang ada dalam dirinya. Selain itu

anak juga menunjukkan perilaku yang kaku dan kekhawatiran yang berlebih terhadap

suatu aturan. Sebagian anak menunjukkan sikap pemalu, dan tidak merasa nyaman

dengan suatu hobbi atau kegiatan rekreasi bersama. Tidak jarang diantara mereka

menyadari bahwa keadaan dan kekhawatiran yang dialami lebih disebabkan karena

situasi yang sedang terjadi, namun mereka tidak dapat menghentikan kecemasannya

tersebut. Berikut ini bentuk perilaku dari gangguan kecemasan umum atau GAD

(generalized anxiety disorder)

 pada anak-anak :

 

Gelisah, gemetar, berkeringat;

 

Jantung berdegup kencang, sesak nafas;

 

Sering buang air kecil;

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 7/29

 

Sulit berkonsentrasi;

 

Menangis, marah (tantrum), berdiam diri, ketakutan, tergantung;

 

Mudah merasa lelah;

 

Pemalu yang berlebihan;

 

Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut; 8

 

Menghindari interaksi dengan orang baru, dan merasa menderita dengan lingkungan

sosial yang baru. Gangguan kecemasan umum pada anak ini biasanya terjadi dan

menetap selama enam bulan dan berpengaruh pada perilaku sehari-hari baik di rumah,

sekolah, atau dengan teman-temannya.

C.

 

Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Kecemasan

Gangguan cemas mempunyai penyebab multifaktorial, faktor biologis, psikologis, dan

sosial. Faktor biologis kecemasan akibat reaksi syaraf otonom yang berlebihan dan

terjadi pelepasan katekholamine. Dilihat dari aspek psikoanalisis kecemasan dapat

terjadi akibat impuls-impuls bawah sadar yang masuk ke alam sadar. Mekanisme

 pertahanan jiwa yang tidak sepenuhnya berhasil dapat menimbulkan kecemasan yang

mengambang,

displacement

dapat mengakibatkan reaksi fobia, reaksi formasi, dan

undoing

dapat mengakibatkan gangguan obsesi kompulsif. Sedangkan ketidakberhasilan

represi mengakibatkan gangguan panik. Dari pendekatan sosial, ansietas dapat

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 8/29

disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan atau krisis. Menurut psikolog anak dr.

Devita Kusindiati, M.Psi. ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami

kecemasan antara lain : 1.

 

Merasa tidak aman, 2.

 

Orang tua/guru tidak konsisten dalam mendidik atau mengasuh anak sehingga

membuat anak bingung dan cemas, 3.

 

Orangtua yang perfeksionis, 9

4.

 

Pola asuh permisif (permissiveness), 5.

 

Banyak dikritik oleh orang tua atau teman sebaya, 6.

 

Frustasi yang berlebihan. Secara umum bisa disimpulkan bahwa kecemasan timbul

akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik,

 baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri akan menimbulkan respons dari

sistem saraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon

tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung,

 pembuluh daerah maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respons yang demikian,

 penderita biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat. Apakah

seseorang akan mengalami anxietas atau tidak dan berapa beratnya, sangat tergantung

 pada berbagai faktor. Faktor itu ada yang bersumber pada keadaan biologis,

kemampuan beradaptasi/mempertahankan diri terhadap lingkungan yang diperoleh

dari perkembangan dan pengalamannya, serta adaptasi terhadap rangsangan, situasi

atau stressor yang dihadapi. 10

BAB III IDENTIFIKASI KASUS

A.

 

Identitas Anak 

a.

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 9/29

 

Data Anak 

 Nama : Heni Herawati Jenis Kelamin : Perempuan TTL : Ciamis, 13 Mei 2004 Anak 

ke : 2 Agama : Islam Nama Sekolah : TK Kenanga Kertaraharja Kelas : A Alamat :

Kertaraharja b.

 

Data Orangtua

 Nama Ayah (kandung) : Didin Samsudin TTL : 30 Mei 1971 Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pekerjaan : Guru Alamat : Kertaraharja Nama Ibu (kandung) : Sari

Mulyani TTL : 25 Februari 1975 Agama : Islam 11

Pendidikan : S1 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Kertaraharja

B.

 

Riwayat Anak 

a.

 

Riwayat Kelahiran

Kehamilan

Mengalami keguguran sebelumnya ? Tidak Merasa bingung/ sedih/ kesal karena :

Tidak Anak tergolong yang diinginkan ? ya/ tidak/ tidak tahu : Ya

Kelahiran

Umur kandungan : Cukup Saat kelahiran : Biasa dengan cara : Normal Tempat

kelahiran : Di bidan Ditolong oleh : Bidan Berat badan bayi : 2,9 Kg Panjang badan

 bayi : ……...... b.

 

Riwayat Makanan

Menetek ibu hingga umur : 2 Tahun Minum susu kaleng dari umur : 2 Tahun Hingga

umur : sekarang Kualitas makanan : Baik Kuantitas makanan : Cukup Kesukaran

 pemberian makanan berupa : ............ c.

 

Riwayat Perkembangan Fisik 

Telungkup : ........... bulan; duduk : ........... bulan; berdiri : ........... bulan;

 berjalan : ........... bulan 12

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 10/29

Berbicara kata-kata pertama : ........... bulan Berbicara dengan kalimat

lengkap : ........... bulan Kesulitan dalam berbahasa : ........... Bulan Kesulitan dalam

gerak : ........... bulan Riwayat kesehatan : ........... Anak mudah sakit : ........... Pernah

dirawat selama: ........... karena sakit : ........... Memiliki penyakit yang sering

kambuh: ........... d.

 

Faktor Sosial dan Personal

Hubungan dengan saudara (kandung/ tiri/ angkat) : Baik Hubungan dengan teman :

Cukup Hobi : ........... Minat : ........... Aktivitas rekreasi : Bermain Sikap orangtua

terhadap anak : Baik Penerimaan dan tanggungjawab : Baik Sikap terhadap masalah

 belajar : Baik e.

 

Riwayat Pendidikan

Masuk TK umur : 4 tahun Kesulitan / Masalah : Gangguan Kecemasan Bantuan yang

 pernah diterima anak : Belum Sikap anak terhadap guru : Baik Sikap anak terhadap

sekolah : Cukup 13

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING

A.

 

Diagnostik Kasus

Dari hasil observasi diperoleh hasil bahwa kasus memiliki masalah gangguan

kecemasan. Menurut pengakuan orangtuanya selama beberapa bulan terakhir anak 

memang menunjukkan beberapa tanda-tanda gejala kecemasan seperti menjadi mudah

menangis dan marah, mudah merasa lelah, dan menghindari berinteraksi dengan

orang-orang yang baru, padahal sebelumnya anak tidak seperti itu.

B.

 

Treatment dan Layanan Yang Diberikan

Beberapa treatment dan layanan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah :

 

Menenangkan anak dengan memberi keyakinan pada anak.

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 11/29

 

Melatih anak untuk melakukan relaksasi.

 

Memandu anak untuk berfikir positif atau sesuatu yang menyenangkan anak.

 

Mendorong anak untuk mengekspresikan perasaannya,

 

Meningkatkan kemampuan anak untuk memahami dan memecahkan masalah yang

dihadapinya.

 

Mendorong anak mengekspresikan perasaannya.

 

Menyarankan orangtua untuk melakukan konsultasi lebih lanjut kepada psikiater atau

dokter anak untuk penanganan yang lebih memadai. 14

C.

 

Hasil Treatment dan Layanan

Mengatasi anak dengan gangguan kecemasan memerlukan proses yang lama dan

membutuhkan kesabaran. Namun demikian dari serangkaian treatment / bimbingan

yang diberikan, anak sudah menunjukkan suatu perubahan positif, tingkat kecemasan

 pada diri anak sudah mulai berkurang. Namun demikian tetap disarankan agar 

orangtua melakukan konsultasi dengan pihak yang lebih berkompeten seperti dokter 

anak atau psikiater anak. 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

 

Kesimpulan

Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau takut yang menyeluruh. Dan

hal ini merupakan suatu kewajaran atau normal saja, akan tetapi bila hal ini terlalu

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 12/29

 berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Ciri penderita gangguan

kecemasan antara lain : Ciri Fisik : 1. Gelisah 2. Berkeringat 3. Jantung berdegup

kencang 4. Ada sensasi tali yang mengikat erat pada kepala 5. Gemetar 6. Sering

 buang air kecil Ciri Perilaku : 1. Perilaku menghindar 2. Perilaku dependen Ciri

Kognitif 1. Merasa tidak bisa mengendalikan semua 2. Merasa ingin melarikan diri

dari tempat tersebut 3. Serasa ingin mati

16

B.

 

Saran

 

Hendaknya orangtua dapat lebih peka terhadap keadaan atau perubahan yang sedang

dialami oleh anak. Berbicara secara langsung merupakan salah satu cara yang paling

efektif dan memiliki pengaruh luas terhadap jiwa anak. Membicarakan mengenai

kekhawatiran dan ketakutan yang dirasakan mereka, diharapkan akan sangat

membantu meringankan beban yang dialami. Orangtua dapat pula menyampaikan

 pada mereka bahwa orang lain juga pernah mengalami hal yang serupa. Disamping

itu juga orangtua dapat memberikan dorongan dan semangat dengan menggali potensi

atau keahlian dalam diri anak. Sehingga mereka dapat mengembangkan

kemampuannya dan tidak lagi merasa malu atau minder dengan keadaannya. Melalui

 berbicara ataupun berinterkasi dengan anak diharapkan nantinya kecemasan yang

muncul dapat berkurang bahkan hilang. Gangguan kecemasan umum hendaknya

ditangani dengan melibatkan bantuan terapis, dokter, pihak sekolah, maupun keluarga.

Adanya keterbukaan dan komunikasi baik antara keluarga, sekolah, dan profesional

yang lain dapat meningkatkan kualitas hidup pada anak dan remaja yang sedang

mengalami kecemasan. 17

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008.

Rangkuman Mata Kuliah: PGTK2404 Penanganan Anak Berkelainan (Anak dengan

Kebutuhan Khusus)

. http://pustaka.ut.ac.id/ Evalina Asnawi Hutagalung, Dr., Sp.KJ. 27 Oktober 2007.

Makalah: Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan Anxietas

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 13/29

. http://www.idijakbar.com/ prosiding/gangguan_anxietas.htm Husnul Mubarak,

S.Ked. 28 Desember 2008.

Artikel: Gangguan Cemas

. http:// cetrione.blogspot.com/2008/12/gangguan-cemas.html Ismira Dewi. 17 Juli

2008.

Artikel: Anxiety Disorder: Dapat Dialami Pula oleh Anak dan Remaja

. http://www.kabarindonesia.com Josetta Maria Remila Tupattinaja, Dra. 2003.

Cemas: Normal Atau Tidak Normal

. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Suryadi, Drs. 2007.

Cara Efektif Memahami Perilaku Anak Usia Dini

. Singgih D. Gunarsa, Dra. 1978.

Psikologi Anak Bermasalah

. Jakarta : BPK Gunung Mulia. Y. Titik Kristiyani, S.Psi. 25 Juni 2008.

Artikel: Bermain, Atasi Kecemasan Anak 

. http://www.kompas.com

Mmmmmmmmmmm

 

GANGGUAN-GANGGUAN KECEMASAN

TIPE-TIPE DAN PENANGANANNYA

Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas. rasa cemas ini biasanya terjadi pada saat

adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal.

Misalkan, orang merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika

sebelum ujian berlangsung, dan masih banyak lagi.Kecemasan yang dimiliki seseorang seperti diatas adalah normal. dan bahkan

kecemasan ini perlu dimiliki oleh manusia. akan tetapi kecemasan berubah menjadi

abnormal ketika kecemasan yang ada dalam diri individu menjadi berlebihan atau

melebihi dari kapasitas umumnya.

Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety

disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak 

rasional. Seseorang dikatakan menderita anxiety disorder apabila kecemasan atau

anxietas ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut. salah

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 14/29

satunya terganggunya fungsi sosial dalam diri individu. Misalnya, kecemasan yang

 berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar 

individu maupun kelompoknya.

TIPE-TIPE GANGGUAN KECEMASAN

Anxiety disorder memiliki bebrapa pembagian yang lebih spesifik. diantaranya:

1. Fobia

Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang

ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat

 peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan

 berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak 

 berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.

Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang menderita

 banyak wanita, dimulai semenjak kecil.

Agorafobia: kata yunani, agpra = tempat berkumpul, pasar. Sekelompok ketakutan

yang berpusat pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut kerumunan, takut

 bepergian.

Banyak yang minta pertolongan.

Banyak wanita yang menderita ini dimulai pada masa remaja dan permulaan dewasa.Simtom: ketegangan, pusing, kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi gila.

90% dari suatu sampel: takut tempat tinggi, tempat tertutup, elevator.

Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:

a. Fobia Spesifik 

Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu,

misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian

(acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing

 baju, dsb.

b. Fobia Sosial

Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan

akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam

kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu

kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.

Penyebab:

Teori Psikoanalitik: pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan id yang direpres.

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 15/29

Kecemasan: pindahan impuls id yang ditakuti ke objek/situasi, yang mempunyai

hubungan simbolik dengan hal tersebut, Menghindari konflik yang direpres. Cara ego

untuk mcnghadapi masalah yang sesungguhnya konflik pada masa kaaak-kanak yang

direpres. Teori Behavioral: hasil belajar kondisioning kfasik, kondisioning operan,

modeling.

2. Obsesif Kompulsif 

Seperti contoh Kasus dibawah ini:

X adalah seorang remaja madya yang saat ini sedang kuliah disuatu universitas. sudah

 beberapa hari ini ia mempunyai kebiasaan aneh yang tidak bisa ia hentikan.

kebiasannya adalah mencuci tangannya lebih dari 10x dalam satu hari. teman-

temannya juga heran mengapa ia berperilaku seperti itu. ketika ia berkonsultasi

kepada psikolog sekolahnya ia baru tahu apa yang terjadi padanya. psikolog

menanyainya apa yang menyebabkannya seperti itu, lalu X mulai menceritakan

kejadian apa yang sebenarnya ia lakukan.X adalah kakak dari A. saat kecil keduanya

 pernah bertengkar, X tanpa sengaja mengambil gunting dan menorehkannya ke lengan

adiknya,A. akibatnya lengan A terluka dan menyebabkannya cacat. peristiwa ini

membuatnya bersalah dan ia terus menerus memikirkan kesalahannya ini (obsesif),

dan tiap kali ia mengingatnya ia akan mencuci tangannya berulang-ulang.(kompulsif).

Berdasarkan cerita diatas, kita bisa melihat bahwa obsesif adalah pemikiran yang

 berulang dan terus-menerus. Sedangkan kompulsif adalah pelaksanaan dari

 pemikirannya tersebut. Perilaku ini merupakan ritual pembebasan dari dosa pada

orang tersebut. dengan mencuci tangan ia berharap bisa membersihkan dari dosa yang

telah ia perbuat. obsesif kompulsif ini biasanya cenderung pada perilaku bersih-

 bersih. Perilaku seperti ini sebenarnya banyak terjadi pada lingkungan kita tetapi, kita

kadang malah menganggap perilaku ini wajar.

1-3% dari populasi.

Dewasa muda, mengikuti kejadian yang penuh stres: kehamilan, kelahiran, konflik 

keluarga, kesulitan dalam pekerjaan, keadaan depresi. Penderita obsesif-kompulsif 

sering menderita depresi..

Obsesi: pikiran yang berkali-kali datang yang mengganggu - tampak tidak rasional -

tidak dapat dikontrol → mengganggu hidup.

dapat berbentuk keragu-raguan yang ekstrim, penangguhan tidak dapat membuat

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 16/29

keputusan.

 pasien tidak dapat mengambil kesimpulan.

Kompulsi: impuls yang tidak dapat ditolak mengulangi tingkah laku ritualistik 

 berkali-kali. Kompulsi sering berhubungan dengan kebersihan dan keteraturan.

Penderita merasa apa yang dilakukannya asing.

Ada 5 bentuk obsesi:

1.Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak 

secara baik (75% dari pasien).

2.Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada

kejadian yang akan datang (34% dari pasien).

3.Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%).

4.Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu

yang memalukan (26%)

5.Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%).

Kompulsi (2 macam).

1.Dorongan kompulsif yang memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali-kali

(61%).

2.Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan

tersebut): mengontrol dorongan inses dengan berkali-kali menghitung sampai 10.

Rochman dan Hodgson; dua macam kompulsi: membersihkan dan mengecek.

Penyebab:

Psikoanalitik: fiksasi masa anal.

Adler: anak terhalang mengembangkan kompetensinya → rendah diri → secara tidak 

sadar mengembangkan ritual yang kompulsif untuk membuat daerah yang dapat

dikontrol dan merasa mampu → membuat orang tersebut merasa menguasai cara

menguasai sesuatu.

Teori Belajar:

Kondisioning operan. Tingkah laku yang dipelajari yang dikuatkan akibat-akibatnya.

Terapi sama dengan fobia dan GAD.

3. Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca Trauma)

PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh

veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam . PTSD biasnya

muncul beberapa tahun setelah kejadian dan biasanya diawali dengan ASD, jika lebih

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 17/29

dari 6 bulan maka orang tersebut dapat mengembangkan PTSD. Simtom dan

diagnosis:

Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk: perkosaan,

 peperangan, bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang yang sangat dicintai,

melihat orang lain disakiti atau dibunuh. Akan berakibat tidak dapat konsentrasi,

mengingat, tidak dapat santai, impulsif, mudah terkejut, gangguan tidur, cemas,

depresi, mati rasa; hal-hal yang menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing

terhadap orang-lain dan yang lampau. Kalau trauma dialami bersama orang lain, dan

yang lain mati: ada rasa bersalah, sering terjadi mimpi buruk atau gangguan tidur.

Gangguan pasca trauma dapat akut, kronis atau lambat, trauma akibat orang, perang,

serangan fisik atau penganiayaan berlangsung lebih lama daripada trauma setelah

 bencana alam. Simtom memburuk jika dihadapkan kepada situasi yang mirip. Dapat

terjadi pada anak dan orang dewasa. Simtom pada anak: mimpi tentang monster atau

 perubahan tingkah laku: ramai → pendiam

Riwayat psikopatologi pada keluarga memegang peranan

Perlakuan

Dapat melalui terapi kelompok. Dengan cara ini penderita mendapatkan support dari

teman-temannya.

4. GAD (Generalized Anxiety Desease: Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan)

Tanda-tanda; kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan

terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas,

 jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan

 basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem

saraf otonomik. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot

terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah,

tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas akan

terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan.serangan

 jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat

tidur, tidak dapat konsentrasi.

Penyebab:

Psikoanalitik: konflik antara impuls id dan ego yang tidak disadari. Impuls itu seksual

atau agresif → ingin keluar, dihalangi → tidak disadari → cemas.

Teori belajar: kondisioning klasik dari rangsang luar.

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 18/29

Kognitif behavioral: memfokus kontrol dan ketidakberdayaan.

Terapi: psikomatis sama dengan fobia.

5. Gangguan Panik 

Tanda-tanda: sekonyong-sekonyong\sesak nafas, detak jantung keras, sakit di dada,

merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan teror,

ketakutan akan ada hukuman.

Depersonalisasi dan derealisasi: perasaan ada di luar badan, merasa dunia tidak nyata,

ketakutan kehilangan kontrol, ketakutan menjadi gila, takut akan mati.

Terjadinya: sering, sekali seminggu atau lebih sering. Beberapa menit. Dihubungkan

dengan situasi khusus, misalnya mengendarai mobil.

Laki-laki 0,7 %, wanita 1%

4 kali serangan panik dalam 4 minggu,

Satu serangan diikuti ketakutan terjadinya serangan lagi paling sedikit 1 bulan.

Serangan panik dapat diikuti agorafobia,

80% penderita panik juga menderita gangguan kccemasan yang lain.

Sering juga ada depresi

Terdapat dalam keluarga.

Sering penyebabnya fisiologis, misalnya gangguan jantung.Penderita panik sering merasa bahwa penyakitnya parah → menyebabkan panik.

PERSPEKTIF-PERSPEKTIF TEORITIS

Pada kategori diagnostic utama psikopatologi secara garis besar di bagi menjadi dua

 bagian yaitu neurosis dan psikosis. Neurosis merupakan penyakit mental yang belum

 begitu menghawatirkan karena baru masuk dalam kategori gangguan-gangguan, baik 

dalam susunan syaraf maupun kelainan prilaku, sikap dan aspek mental lainnya. Dan

gangguan kecemasan merupakan psikopatologi yang neurosis.

Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya prasaan takut dan kehati-hatian

atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan Davison & Neale,2001.

Kaplan, Sadock, & Grebb (1994) mengemukakan takut dan cemas merupakan dua

emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika

terdapat ancaman yang jelas, berasal dari lingkungan dan tidak menimbulkan konflik 

 bagi individu sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak 

 jelas, atau menyebabkan konflik bagi individu. Menurut Davison & Neale,2001

gangguan cemas berbeda dengan kecemasan normal dalam hal intensitas durasi serta

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 19/29

dampaknya bagi individu

Berdasarkan sumbernya, freud membedakan kecemasan menjadi dua yaitu kecemasan

realitas dan kecemasan neurotic. Kecemasan realitas adalah yang berasal dari

kecemasan yang nyata, sedangkan kecemasan neurotic yang berasal dari motif dan

konflik yang tidak disadari. Freud berpendapat kecemasan neurotic muncul dari

konflik intrapsikis, misalnya yang dijelaskan pada fobia ketika dorongan id (seks &

agresi) bertentangan dengan tuntutan super ego atau dapat dikatakan dorongan id

 berlawanan dengan tuntutan lingkungan eksternal, sehingga untuk menghindari

sumber kecemasan internal tersebut ego mengalihkannya ( melakukan displacement)

kepada ancaman yang obyeknya bisa diperoleh dari lingkungan. Sebagaimana yang

dikutip oleh Kaplan, Sadock, & Grebb (1994) mengemukakan bahwa fungsi utama

dari kecemasan adalah memberi tanda kepada ego bahwa dorongan terlarang yang

 berasal dari ketidak sadaran akan muncul ke kesadaran. Dan fobia adalah hasil dari

upaya untuk menghindar dari konflik yang direpres, dan kecemasan yang timbul

dialihkan pada obyek atau situasi yang memiliki hubungan simbolik dengannya (yaitu

stimulus yang ditakuti).

Sedangkan pada gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder), dalam

sudut pandang psikoanalisa bersumber dari konflik tidak sadar antara ego dan impuls

dari id, yaitu ego yang menahan untuk memenuhi dorongan karena karena khawair 

dengan hukuman yang diterima. Konflik antara id dan ego ini berlangsung secara

terus menerus, dan penderita tidak mampu meindahkannya pada obyek tertentu seperti

 pada fobia, hal ini menjadikan kecemasan muncul hamper setiap saat.

Dalam pandangan Psikodinamika modern sepakat pada pandangan freud tentang

gejala kecemasan merupakan pertahanan terhadap konflik, tapi sumber kecemasan

tidak terbatas pada dorongan biologis saja melainkan mencakup tuntutan dan frustasi

yang berasal dari lingkungan social dan hubungan interpersonal. Misalnya seseorang

yang tak berani berbicara didepan umum, sumber masalahnya menurut teori ini adalah

 berasal dari perasaan rendah dirinya. Orang dengan kepercayaan diri yang rendah

akan merasa cemas pada situasi dimana dia bisa dilihat, dinilai atau dikritik orang

lain, dan dia akan cenderung menghindari situasi tersebut. Psiko dinamika berasumsi

 bahwa bahwa gejala kecemasan hanyalah indicator adanya masalah yang lebih

mendalam dan tidak disadari.

Kemudian pada behaviorisme lebih menekankan pada perilaku maladaptive tersebut,

 perilaku maladaptive seperti gangguan fobia dapat dijelaskan dengan prinsip belajar,

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 20/29

antara lain:

1.UCS → CS → UCR 

2.Modelling

Ketakutan yang dipelajari atau didapat dari instruksi verbal/deskripsi dari orang lain.

3.Devisit dalam ketrampilan social

Dalam teori ini dikatakan bahwa salah satu yang merupakan penyebab kecemasan

adalah kurangnya ketrampilan social.

Pada sudut pandang kognitif kecemasan berhubungan dengan kecenderungan untuk 

lebih memperhatikan stimulus negatif, menginterpretasikan informasi yang ambigu

sebagai ancaman dan percaya bahwa peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan

akan terjadi lagi dimasa mendatang. matthew dan Mc Leod dalam Davison & Neale,

2001.

TERAPI GANGGUAN KECEMASAN

Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan

 penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama

mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber 

kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa

 pendekatan :1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika

Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan

kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.

Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi

dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan

dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat

memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi

 peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih

menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada

hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan

tingkah laku yang lebih adaptif.

2.Pendekatan-Pendekatan Humanistik 

Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri

kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self 

seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 21/29

sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan

mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya.

Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka

yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan

mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke

 permukaan.

3.Pendekatan-Pendekatan Biologis

Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan

kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam).

Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat

mengakibatkan depensi fisik.

Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga

mempunyai efek antidepresi.

4.Pendekatan-Pendekatan Belajar 

Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak 

dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk 

membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi

 penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam

 pendekatan belajar, diantaranya :

a)Pemaparan Gradual

Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan

setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi

 pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk 

menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan

agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada

situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan

individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa

ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan

dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara

Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan:

 b)Rekonstruksi Pikiran

Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.

 biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.

c)Flooding

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 22/29

Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut

dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety

untuk menghadapinya sendiri.

d)Terapi Kognitif 

Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif,

terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-

kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme

melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik 

adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif 

 berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang

dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta

yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan

terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk 

mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk 

melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah

restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-

 pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi

situasi pembangkit kecemasan.

e)Terapi Kognitif Behavioral (CBT)

Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik 

kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin

dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca

trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan

 panik.

Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada

 pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu

menghadapi sendiri situasi tersebut

KESIMPULAN

Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau takut yang menyeluruh. Dan

hal ini merupakan suatu kewajaran atau normal saja, akan tetapi bila hal ini terlalu

 berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Sedangkan gangguan

kecemasan yang menyeluruh adalah suatu tipe gangguan kecemasan yang melibatkan

kecemasan persisten yang sepertinya “mengapung bebas” (Free floating) atau tidak 

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 23/29

terikat pada suatu yang spesifik.

Ciri penderita gangguan kecemasan antara lain:

Ciri Fisik :

1. Gelisah

2. Berkeringat

3. Jantung berdegup kencang

4. Ada sensasi tali yang

mengikat erat pada kepala

5. Gemetar 

6. Sering buang air kecil

Ciri Perilaku :

1. Perilaku menghindar 

2. Perilaku dependen

Ciri Kognitif 

1. Merasa tidak bisa

mengendalikan semua

2. Merasa ingin melarikan

diri dari tempat tersebut3. Serasa ingin mati

Dalam perspektif psikodinamika, memandang kecemasan sebagai suatu usaha ego

untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls yang mengancam kesadaran. Dan

 perasaan-perasaan kecemasan adalah tanda-tanda peringatan bahwa impuls-impuls

yang mengancam mendekat ke kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan

diri untuk mengalihkan impuls-impuls tersebut yang kemudian mengarah menjadi

gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun para teoritikus belajar menjelaskan

gangguan-ganguan kecemasan melalui pembelajaran observasional dan conditioning.

Model dua faktor dari Mowrer memasukkan clasical dan operant conditioning dalam

 penjelasan tentang fobia. Meskipun demikian, fobia tampaknya dipengaruhi juga oleh

faktor kognitif, seperti harapan-harapan self-efficacy. Prinsip-prinsip penguatan

mungkin dapat membantu menjelasakan pola-pola tingkah laku obsesif-kompulsif.

Kemungkinan ada predisposisi genetis untuk fobia tertentu yamng mempunyai nilai-

nilai untuk kelangsungan hidup (survival) bagi nenek moyang kita terdahulu.

Ada beberapa faktor kognitif yang menyebabkan gangguan-gangguan kecemasan,

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 24/29

seperti prediksi berlebih terhadap ketakutan, keyakinan yang self-defeating dan

irasional, sensivitas berlebih mengenai sinyal-sinyal dan tanda-tanda ancaman,

harapan-harapan self-efficacy yang terlalu rendah dan salah mengartikan sinyal-sinyal

tubuh.

Untuk meminimalisir terjadinya kecemasan pada diri seseorang terdapat beberapa

terapi. Psikoanalisis radisional membantu orang untuk mengatasi konflik-konflik tak 

sadar yang diyakini mendasari gangguan-gangguan kecemasan. Pendekatan-

 pendekatan psiko- dinamika yang modern lebih berfokus pada gangguan relasi yang

ada dalam kehidupan klien saat ini dan mendorong klien untuk mengembangkan pola

tingkah laku yang lebih adaptif. Terapi humanistik lebih berfokus pada membantu

klien mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati dan bukan bereaksi pada

kecemasan setiap kali perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati

mulai muncul ke permukaan. Sedangkan untuk terapi obat, berfokus pada penggunaan

obat benzodiazepin dan obat-obat antidepresen (yang mempunyai efek lebih daripada

hanya sebagai antidepresan).

Pendekatan-pendekatan dengan dasar belajar dalam menangani kecemasan melibatkan

 berbagai macam teknik behavioral dan kognitif-behavioral, termasuk terapi

 pemaparan, restrukturisasi kognitif, pemaparan dan pencegahan respon, serta

 pelatihan keterampilan relaksasi. Pendekatan-pendekatan kognitif seperti terapi

tingkah laku rasional-emotif dan terapi kognitif, membantu orang untuk 

mengidentifikasi dan membetulkan pola-pola pikir yang salah yang melandasi reaksi-

reaksi kecemasan. Untuk terapi kognitif-behavioral, menangani gangguan panik,

melibatkan self-monitoring, pemaparan, dan pengembangan respons-respons adaptif 

terhadap sinyal-sinyal pembangkit kecemasan..

DAFTAR PUSTAKA

Supratinya,A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius.

LAB/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa. 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya:

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan RSUD Dr. Soetomo.

Panggabean, L. (2003). Pengembangan Kesehatan Perkotaan ditinjau dari Aspek 

Psikososial. (makalah). Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat DepKes. Rs. Tidak 

dipublikasikan

Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung:

PT. Refika Aditama.

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 25/29

Mmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan

 penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama

mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber 

kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa

 pendekatan :

1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika

Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan

kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.

Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi

dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan

dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat

memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi

 peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih

menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada

hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan

tingkah laku yang lebih adaptif.

2.Pendekatan-Pendekatan Humanistik 

Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri

kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self 

seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh

sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan

mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya.

Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka

yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan

mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke

 permukaan.

3.Pendekatan-Pendekatan Biologis

Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan

kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam).

Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat

mengakibatkan depensi fisik.

Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 26/29

mempunyai efek antidepresi.

4.Pendekatan-Pendekatan Belajar 

Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak 

dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk 

membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi

 penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam

 pendekatan belajar, diantaranya :

a)Pemaparan Gradual

Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan

setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi

 pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk 

menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan

agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada

situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan

individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa

ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan

dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara

Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan:

 b)Rekonstruksi Pikiran

Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.

 biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.

c)Flooding

Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut

dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety

untuk menghadapinya sendiri.

d)Terapi Kognitif 

Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif,

terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-

kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme

melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik 

adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif 

 berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang

dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta

yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 27/29

terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk 

mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk 

melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah

restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-

 pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi

situasi pembangkit kecemasan.

e)Terapi Kognitif Behavioral (CBT)

Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik 

kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin

dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca

trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan

 panik.

Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada

 pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu

menghadapi sendiri situasi tersebut

KESIMPULAN

Kecemasan merupakan suatu sensasi aphrehensif atau takut yang menyeluruh. Dan

hal ini merupakan suatu kewajaran atau normal saja, akan tetapi bila hal ini terlalu

 berlebihan maka dapat menjadi suatu yang abnormal. Sedangkan gangguan

kecemasan yang menyeluruh adalah suatu tipe gangguan kecemasan yang melibatkan

kecemasan persisten yang sepertinya “mengapung bebas” (Free floating) atau tidak 

terikat pada suatu yang spesifik.

Ciri penderita gangguan kecemasan antara lain:

Ciri Fisik :

1. Gelisah

2. Berkeringat

3. Jantung berdegup kencang

4. Ada sensasi tali yang

mengikat erat pada kepala

5. Gemetar 

6. Sering buang air kecil

Ciri Perilaku :

1. Perilaku menghindar 

2. Perilaku dependen

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 28/29

Ciri Kognitif 

1. Merasa tidak bisa

mengendalikan semua

2. Merasa ingin melarikan

diri dari tempat tersebut

3. Serasa ingin mati

Dalam perspektif psikodinamika, memandang kecemasan sebagai suatu usaha ego

untuk mengendalikan munculnya impuls-impuls yang mengancam kesadaran. Dan

 perasaan-perasaan kecemasan adalah tanda-tanda peringatan bahwa impuls-impuls

yang mengancam mendekat ke kesadaran. Ego menggerakkan mekanisme pertahanan

diri untuk mengalihkan impuls-impuls tersebut yang kemudian mengarah menjadi

gangguan-gangguan kecemasan lainnya. Namun para teoritikus belajar menjelaskan

gangguan-ganguan kecemasan melalui pembelajaran observasional dan conditioning.

Model dua faktor dari Mowrer memasukkan clasical dan operant conditioning dalam

 penjelasan tentang fobia. Meskipun demikian, fobia tampaknya dipengaruhi juga oleh

faktor kognitif, seperti harapan-harapan self-efficacy. Prinsip-prinsip penguatan

mungkin dapat membantu menjelasakan pola-pola tingkah laku obsesif-kompulsif.

Kemungkinan ada predisposisi genetis untuk fobia tertentu yamng mempunyai nilai-

nilai untuk kelangsungan hidup (survival) bagi nenek moyang kita terdahulu.

Ada beberapa faktor kognitif yang menyebabkan gangguan-gangguan kecemasan,

seperti prediksi berlebih terhadap ketakutan, keyakinan yang self-defeating dan

irasional, sensivitas berlebih mengenai sinyal-sinyal dan tanda-tanda ancaman,

harapan-harapan self-efficacy yang terlalu rendah dan salah mengartikan sinyal-sinyal

tubuh.

Untuk meminimalisir terjadinya kecemasan pada diri seseorang terdapat beberapa

terapi. Psikoanalisis radisional membantu orang untuk mengatasi konflik-konflik tak 

sadar yang diyakini mendasari gangguan-gangguan kecemasan. Pendekatan-

 pendekatan psiko- dinamika yang modern lebih berfokus pada gangguan relasi yang

ada dalam kehidupan klien saat ini dan mendorong klien untuk mengembangkan pola

tingkah laku yang lebih adaptif. Terapi humanistik lebih berfokus pada membantu

klien mengidentifikasi dan menerima dirinya yang sejati dan bukan bereaksi pada

kecemasan setiap kali perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya yang sejati

mulai muncul ke permukaan. Sedangkan untuk terapi obat, berfokus pada penggunaan

obat benzodiazepin dan obat-obat antidepresen (yang mempunyai efek lebih daripada

8/9/2019 STUDI KASUS Anak Dengan Gangguan Kecemasan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-anak-dengan-gangguan-kecemasan 29/29

hanya sebagai antidepresan).

Pendekatan-pendekatan dengan dasar belajar dalam menangani kecemasan melibatkan

 berbagai macam teknik behavioral dan kognitif-behavioral, termasuk terapi

 pemaparan, restrukturisasi kognitif, pemaparan dan pencegahan respon, serta

 pelatihan keterampilan relaksasi. Pendekatan-pendekatan kognitif seperti terapi

tingkah laku rasional-emotif dan terapi kognitif, membantu orang untuk 

mengidentifikasi dan membetulkan pola-pola pikir yang salah yang melandasi reaksi-

reaksi kecemasan. Untuk terapi kognitif-behavioral, menangani gangguan panik,

melibatkan self-monitoring, pemaparan, dan pengembangan respons-respons adaptif 

terhadap sinyal-sinyal pembangkit kecemasan.