strategi pencegahan moral hazard pada calon …
TRANSCRIPT
STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON NASABAH PEMBIAYAAN
MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI
KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Ekonomi Syariah
Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh:
RD FERI SETIAWAN
NIM : SES141469
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1440 H / 2019 M
MOTTO
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (An-Nisa:29)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi pencegahan moral
hazard dalam nasabah pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri.
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Jenis data yang digunakan
yaitu data primer dan sekunder. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa dengan adanya strategi
pencegahan moral hazard memberikan dampak yang positif dengan anggota
nasabah Bank Syariah Mandiri, adalah untuk melakukan bagaimana
melakukan sesuatu itu harus dipikirkan sebelum terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan ataupun banyak mudaratnya dari pada manfaatnya. Selain itu,
dengan adanya strategi pencegahan dapat mengontrol apa yang dilakukan
pihak bank dan nasabah tersebut. Adapun strategi pencegahan diukur melalui 6
C: Character (karakter), Capacity (Kemampuan Nasabah), Capital (Modal),
Collateral (Jaminan), Conditions Of Economy (Kondisi Ekonomi), Constraint
(Batasan).
Kata Kunci: Strategi Pencegahan, Moral Hazard, Nasabah
PERSEMBAHAN
Yang Utama Dan Segalanya
Sembah sujud serta syukur kepada ALLAH SWT. Dengan rahmatmu telah
memberikanku kekuatan membekaliku dengan ilmu serta rasa kasih sayang.
Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang
Sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu tertimpahkan
Kehadiran baginda Rasulillah Muhammad SAW.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
Kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibuku tersayang dan Ayahku tersayang yang
telah memberikan dukungan, dan cinta kasih sayang yang tiada terhingga, yang tiada
mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan ayah
bahagia karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk ibu dan
ayah yang membuatku selalu termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu
mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik, terima kasih ibu, ayah.......
Untukk para sahabat ku
Untuk para sahabat ku, Sigit Fitriadi,Sugeng Antasa,M yunus, Nurhamida, Ayu
Safitri,Mubayyina,Fani Oktavia dan Indriani Ratih, tiada yang paling mengharukan
saat kumpul bersama kalian, walaupun kita sering bercanda yang berlebihan dan
membuat kita semakin erat tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak bisa tergantikan
selama ini, terimakasih untuk semangat dan motivasi yang telah kalian berikan,
Hanya karya kecil ini yang dapat kupersembahkan.
Skripsi ini kupersembahkan pula untuk orang yang sangat berarti bagiku Elisa terima
kasih telah memberi semangat serta mendukung ,dan selalu ada buatku dan kasih
sayangnya selama ini. Untuk sahabatku, teman-teman khususnya Ekonomi Syariah
terimakasih selalu memberikanku semangat, motivasi sehingga aku bisa
menyelesaikan skripsi ini....
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, atas taufiq dan
hidayah-Nya maka penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sang suri
teladan umat, yang telah membawa umat-Nya kealam yang terang benderang dengan
cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan panjang disertai perjuangan yang melelahkan terasa begitu indah
untuk dikenang suka dukanya dalam merampungkan dan menyelesaikan skripsi yang
berjudul “STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD DALAM NASABAH
PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI KOTA JAMBI”
untuk mendapat gelar Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, ini mencapai titik akhir
dengan penuh rasa syukur.
Skripsi ini bukanlah hasil karya dari perjuangan diri sendiri, namun banyak
pihak yang turut serta membantu terutama kepada Bapak Ambok Pagiuk, S.AG.,M.SI
selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Eja Armaz Hardi, LC.,M.A selaku Dosen
Pembimbing II yang saya ucapkan trima kasihatas motivasi bantuan dan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis jugamengucapan terima
kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada mereka, yaitu:
1. Bapak Dr. Subhan, M.Agselaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Rafidah, SE, M. EI, selaku wakil Dekan Fakultas FEBI. Bapak Dr. Novi
Mubyarto,SE., ME dan Ibu Dr. Halimah Dja‟far, S.Ag., M.Fil.l selaku wakil
dekan I, II, dan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr Sucipto, MA, selaku ketua prodi Ekonomi Syariah dan Ibu G.W.I.
Awal Habibah, M.E.Sy selaku sekretaris prodi Ekonomi Syariah
4. Elyanti Rosmanidar, SE.,M.SI.AK selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi. Terimakasih banyak atas ilmu yang telah diberikan semoga dapat menjadi
bekal bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu tersebut menjadi suatuk
bermanfaatan.
6. Seluruh karyawan dan karyawati dilingkungan akademik Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Fitra selaku pengurus Bank Mandiri Syariah dan semua staf pengurus
Bank Mandiri Syariah Jambi.
8. Teman-teman jurusan Ekonomi Syariah, teman-teman seperjuangan di kampus
tercinta dan kawan-kawan posko20 Desa bangso KUKERTA gelombang
III,sehingga penulis dapat terus optimis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT melimpahkan
ridha dan keberkahan-Nya dalam kehidupan kita.
Jambi, Mei 2019
Penulis
RD Feri Setiawan
SES. 141469
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... ii
NOTA DINAS............................................................................................................ iii
MOTTO ..................................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .....................................................................................................
ABSTRAK .................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
DAFTAR TABEL .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................
D. Manfaat Penelitian ................................................................................
E. Batasan Masalah ...................................................................................
F. Kerangka Teori .....................................................................................
G. Tinjauan Pustaka ...................................................................................
H. Kerangka Pemikiran .............................................................................
BAB II METODELOGI PENELITIAN ....................................................
A. Pendekatan penelitian ...........................................................................
B. Setting dan Subjek Penelitian ...............................................................
C. Jenis dan Sumber Data ..........................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................
E. Teknik Analisis Data .............................................................................
F. Sistematika Penulisan ...........................................................................
BAB III. GAMBARAN UMUM ..........................................................................
A. Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri ..........................................................
B. Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri ................................................
C. Nilai-nilai dan perilaku utama PT. Bank Syariah Mandiri ......................
D. Moto dan Tanggung Jawab PT. Bank Mandiri Syariah ...........................
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................
A. Indikasi Moral Hazard Nasabah ..............................................................
B. Strategi Bank Syariah Mandiri dalam Mencegah terjadinya Moral Hazard
dalam Nasabah pada Pembiayaan Murabahah.........................................
C. Bentuk Moral Hazard Nasabah pada Pembiayaan Murabahah di Bank
Syariah Mandiri .......................................................................................
D. Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada Bank
Syariah Mandiri .......................................................................................
E. Penyelamatan Pembiayaan pada Nasabah yang Tidak Memiliki Prospek
BAB V. PENUTUP ...............................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Data Pembiyaan 2015 – 2017
Tabel 1.2 : Tinjauan Pustaka
Tabel 4.1 : Penanganan Pembiayaan Bermasalah
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Data NPF (Non Perfomance Financing)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kredit macet atau non performing loan adalah kredit yang mengalami
kesulitan pelunasan akibat adanya faktor –faktor atau unsur kesengajaan atau karena
kondisi diluar kemampuan debitur. Sejak krisis keuangan yang berlanjut dengan
krisis ekonomi yang melanda indonesia sejak tahun 1997, Kredit macet meledak dan
terjadilah krisis perbankan. Pada saat itu kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
terus menurun dan meningkatnya penarikan dana masyarakat dari perbankan.
Meningkatnya jumlah non performing loan semakin memperburuk kondisi
perbankan di Indonesia. Bencana yang terjadi pada perbankan menjadi pelajaran
penting industri perbankan Indonesia. Berbagai kejadian moral hazard tersebut,
harus menjadi perhatian serius bagi para stakeholder bank syariah. Perbankan syariah
adalah bagian dari intitusi bisnis lainnya, maka harus diwaspadai adanya
kemungkinan moral hazard.1
Perbankan merupakan salah satu industri keuangan yang erat kaitannya
dengan moral hazard. Istilah moral hazard kembali populer sejak terjadinya krisis
keuangan di asia pada saat itu, kebijakan kredit bank dinilai kurang berhati-hati dalam
memberikan pinjaman sejalan dengan itu, back up yang di sediakan bank sentral
justru membuat bank semakin berani mengambil risiko dalam memberikan pinjaman.
1Teti Rahmawati, Indikasi Moral Hazard dalam Penyaluran Pembiayaan pada Perbankan
Syariah di Indonesia, Universitas Kuningan, JRKA Vol 1 No 1 Februari 2015, hal 63.
Moral hazard juga terdapat adverse selection, yang dimana adanya ketidak
seimbangan informasi yang di lakukan oleh salah satu pihak, yang menyebabkan
pihak lain tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terhadap suatu usaha. Sehingga
pilihan yang di tetapkan hanya menguntungkan satu pihak saja, dan merugikan pihak
lain.2
Moral hazard dalam dunia perbankan pada awalnya sering digunakan dalam
bisnis asuransi dengan harapan akan mendapatkan klaim atas barang yang telah di-
asuransikan. Kemudian kata moral hazard dipergunakan dalam perspektif perbankan
yang merujuk pada perilaku pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) misalnya
pihak bank (pemegang saham dan manajemen), deposan dan debitur perbankan yang
menciptakan insentif untuk melakukan agenda dan tindakan yang tersembunyi yang
berlawanan dengan etika bisnis dan hukum yang berlaku.
Moral hazard di Bank Syariah seperti yang terjadi dalam skema bagi hasil
(sebagai contoh dalam akad Mudharabah) merupakan masalah yang timbul ketika
mudharib menggunakan pembiayaan yang diterimanya tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan.3
Oleh karena itu, bank harus memiliki strategi yang tepat dalam meminimalisir
resiko moral hazard yaitu sebagai berikut:
2 Nur anisha, skripsi “indikasi moral hazard dan averse selection dalam penyaluran dana
pihak ketiga’’(Jakarta: uin syarif hidayatullah jakarta,tahun 2016) 3Antonio, Muhammad Syafei “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani Pers, Jakarta,
2001.
1. Dalam setiap pengajuan setiap anggota dituntut adalah nasabah yang dapat
dipercaya karena pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang hanya
bersifat kepercayaan, sehingga karakter, watak dan kejujuran adalah modal
utama bagi seorang nasabah. Bank harus mengetahui karakter si nasabah
melalui interview yang dilakukan karena dari interview ini bank mempunyai
caranya sendiri untuk menilai seseorang karena mereka dibekali dengan
pembelajaran karakter, setidaknya mereka mempunyai sedikit informasi
mengenai si nasabah.
2. Yang selalu menjadi bahan pertimbangan adalah 6C (character, capacity,
capital, commitmen, dan collateral, constraint), koperasi akan selalu
menggunakan analisis tersebut karena keenam analisis tersebut adalah rumus
meminimalisir resiko dalam setiap peryataan.
3. Pengawasan atau monitoring sangat diperlukan untuk meminimalisir resiko
moral hazard yang timbul dari pembiayaan Murabahah, nasabah dituntut
untuk jujur karena bank akan selalu mengawasi dan survey langsung ke lokasi
(on site monitoring).4
Pembiayaan yang dilakukan oleh pihak perbankan sangat rawan.Potensi
moral hazard sangat besar karena kepentingan masing-masing pihak. Dengan
demikian dalam masalah moral hazard akan menyangkut siapa yang akan
menyimpang, mengapa menyimpang dan siapa yang dirugikan akibat tindakan
4Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, hlm., 158-161
tertentu. Oleh karena itu, perbankan syari'ah harus mampu meminimalisir adanya
risiko kerugian dalam pembiayaan yang berisiko tinggi ini dalam rangka untuk
memperoleh keuntungan yang sesuai dengan harapan dan mendapatkan berkah.
Dibalik perkembangan bank syariah yang secara kuantitas semakin
berkembang tetapi dalam pelaksanaanya, prinsip dasar dalam kegiatan perbankan
syariah yaitu sistem bagi hasil kurang diminati dalam kegiatan pembiayaan
perbankan syariah. Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah secara nasional pada
tahun 2008 hanya sebesar 16,25% dan 19,40 % bila dibandingkan dengan
pembiayaan Murabahah(jual beli) yang sebesar 58,87%, dari total pembiayaan
sebesar 2,16 triliun. Meskipun pertumbuhan pembiayaan sangat cepat, tak berarti
perbankan syariah tidak lagi menerapkan prinsip kehati-hatian.
Tabel 1
Data Pembiayaan 2015-17
Keterangan 2015 2016 2017
Total
pembiayaan 1.736.387 1.310.354 1.508.210
Total NPL 91.497 60.819 69.849
% 5,269 4,641 0,628
Grafik 1. Data NPF(Non Perfomance Financing)
Pada grafik 1 diatas dapat disimpulkan bahwa data NPF ditahun 2015 sebesar
5,269 %, kemudian di tahun 2016 menurun sebesar 4,641 %, dan di tahun 2017
menjadi sebesar 0,628 %.
Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang menarik karena diharapkan
pembiayaan dengan akad jual beli diharapkan lebih menggerakkan sector riil berupah
modal kerja investasi dan konsumsi. Dan bila ditinjau dari prinsip ketaatan terhadap
syariah, pembiayaan dengan prinsip jual beli menimbulkan celah lebih besar untuk
melakukan penyimpangan terhadap prinsip syariah.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Strategi pencegahan moral Hazard dalam nasabah
pembiayaan Murabahah di Bank Syariah Mandiri”.
5,269 %
4,641 % 0,628 %
2015 2016 2017
Data NPF
%
B. Rumusan Masalah
Strategi Pencengahan Moral Hazard dalam nasabah pembiayaan Murabahah
di Bank Syariah Mandiri?.
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui Strategi pencengahan Moral Hazard dalam nasabah
pembiayaan Murabahah di bank Syariah Mandiri
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi kampus, Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
berupa buku bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Khususnya di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam .
2. Bagi Praktisi, Penelitian skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang berarti Lembaga Perbankan. Khususnya Perbankan Syariah
dan sekaligus dapat memberikan penjelasan tentang penerpan pembiayaan
murabahah.
E. Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika penulisan
karya ilmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka penulis merasa perlu
membatasi permasalahan yang akan dibahas, sehingga tidak keluar dari topik
pembahasan yaitu strategi pencengahan Moral Hazard dalamNasabah Pembiayaan
Murabahah Di Bank Syariah Mandiri.
F. Landasan Teori
1. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata latin “mos” (bentuk jamaknya yaitu “mores”) yang
berarti adat dan cara hidup.5 atau dengan kata lain adat kebiasaan. Dalam bahasa
indonesia moral di terjemahkan sebagai (ajaran) baik buruk yang di terima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila.6 Selanjutnya
moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang di gunakan untuk menentukan batas-
batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat
di katakan benar, salah, baik, atau buruk. Disamping itu, moral juga didefinisikan
sebagai berikut:
a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk;
b. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah;
c. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.7
Berdasarkan kutipan diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
di gunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari di
katakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang di maksudkan adalah bahwa
orang tersebut tingkah lakunya baik. Singkatnya moral adalah sesuatu hal yang
5Faisal Badrun, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), hal. 5
6Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,ed. III, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), h.754 7Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, cet. II, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1997), h. 90.
mengatur kehidupan manusia dinilai dari baik dan buruknya perbuatan selaku
manusia.
Berdasarkan dari definisi-definisi diatas, menurut penulis moral adalah istilah
yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik/buruk, benar/salah.
2. Definisi Moral Hazard
Arti hazard adalah bahaya: asr. Suatu situasi yang dapat menambah terjadinya
kerugian (loss) si tertanggung (insured) mis. Kondisi lingkungan tak sehat, rumah tak
dijaga.8
Sedangkan isilah hazard itu sendiri merupakan “a think can be dangerous or
cause damage: a danger or risk”9, yang dapat diartikan bahwa berfikir atas sesuatu
yang dapat menimbulkan suatu bahaya atau yang dapat menyebabkan kerusakan
maupun risiko. Hazard merupakan istilah yang di gunakan untuk menyatakan tentang
sesuatu perbuatan yang dapat membahayakan.
Dengan kata lain, Hazard itu juga menunjuk pada situasi tertentu yang
memperlihatkan/meningkatkan kemugkinan terjadinya hal-hal yang akan
menimbulkan kerugian.10
Dalam lapangan kajian tentang akhlak, moral hazard lazim
di sebut dengan akhlak buruk (akhlak al-madzmumah), sebagai kebalikan dari akhlak
yang baik (akhlak al-mahmudah). Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa Hazard itu
8T. Guritno, Kamus Ekonomi Bisnis Perbankan: Ingris-Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada
9Jonathan Crowter, Oxford: Advanced & learner’s Dictionary, cet.V,(Amerika: Oxford
University Press, 1995), h. 549. 10
A. Hasyim Ali, dkk, Kamus Asuransi, cet.II, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002 ), h. 141.
termasuk sifat-sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat
membawanya kapada kebinasaan. Pada dasarnya moral hazard itu merupakan
maksiat karena maksiat itu adalah meninggalkan/melupakan suatu ketaatan.
1. Moral Hazard.
Penggunaan istilah moral hazard pada awalnnya digunakan dalam bidang
asuransi. Dalam kamus Inggris makna moral hazard diterangkan sebagai the hazard
arising from the uncertainty or honesty of the insured. Sebagai contoh : bila seorang
pengusaha yang mengambil asuransi resiko kebakaran untuk gudangnya. Ketika ia
terjepit hutang dan menjelang jatuh tempo maka kecenderungannya akan mengambil
jalan pintas dan melakukan ketidak jujuran, ia akan membakar sendiri gudangnya
untuk mendapatkan dana asuransi sebagai ganti ruginya. Moral hazard muncul
karena seorang individu atau lembaga yang tidak konsekuen secara penuh dan tidak
bertanggung jawab atas perbuatannya, dan karenanya cenderung untuk bertindak
kurang hati-hati untuk melepas tanggung jawab atas konsekuensi dari tindakannya
kepada pihak lain.
Moral hazard di dunia perbankan sudah sering terjadi bahkan menjadi
kebiasaan dari para bankir, seperti korupsi dan penyimpangan baik di bank BUMN
maupun bank swasta. Dhani Gunawan, peneliti senior Bank Indonesia, menyatakan
bahwa korupsi di lembaga perbankan pada umumnya dapat menjelma dalam tiga
bentuk. Pertama, bentuk langsung, Kedua, tidak langsung dan Ketiga, samar-samar.11
Moral hazard dalam dunia perbankan setidaknya dapat dibedakan atas 2
tingkatan. Pertama, moral hazard pada tingkat bank dan yang kedua adalah moral
hazard di tingkat nasabah. Moral hazard di tingkat bank dapat dibedakan atas
beberapa diantaranya :
1) Moral Hazard dalam penyaluran dana pihak ketiga, yaitu risky lending behavior
yang menyebabkan timbulnya moral hazard dan adverse selection ditingkat
nasabah, yang disebut juga moral hazard tidak langsung (mengacu kepada
pengertian moral hazard.
2) Moral hazard ketidak hati-hatian bank dalam menyalurkan kredit karena
adanya penjaminan dari pemerintah atau keberadaan lembaga penjamin
simpanan dalam hal ini termasuk dalam moral hazard langsung (mengacu
kepada pengertian moral hazard.12
3) Moral hazard pada saat penyaluran bank tidak mencerminkan bank sebagai
lembaga intermediasi atau tidak meyalurkan dana kepada sektor riil.
4) Moral hazard ketika bank memberikan cost of fund yang rendah dan
menerapkan tingkat yang tinggi, juga termasuk dalam kategori moral hazard
dan lainnya.
11
Haliding,, Safri“Moral Bankir dan Corporate Governance Syariah”, 2010 from
http://www.inpasonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=482:moral-bankir-
dan-corporate-governance-syariah&catid=70:opini&Itemid=104 12
Dreher, Axel, “Does the IMF cause Moral Hazard? A Critical review of the Evidence”, 2004
Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan prinsip ilahiyah
yang dalam operasionalnya memiliki perbedaan dengan bank konvensional.
Meskipun prinsip syariah dalam perbankan berasal dari nilai-nilai ilahiah namun
sebagaimana kegiatan perekonomian lainnya, perbankan syariah pun tidak lepas dari
masalah korupsi.13
Termasuk juga masalah moral hazard dan adverse selection.
Seperti perbankan konvensional, moral hazard di bank syariah setidaknya dapat
dibedakan menjadi moral hazard pada bank dan juga moral hazard pada nasabah.
Moral hazard pada bank terjadi ketika bank syariah sebagai mudharib tidak berhati-
hati dalam menyalurkan dana sehingga berpotensi menimbulkan moral hazard di sisi
nasabah dan menyebabkan kerugian.
Moral hazard lainnya yaitu pada saat bank tidak membayarkan bagian
shahibul maal sebagaimana rasio yang telah ditetapkan di awal perjanjian, atau
ketidakpatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah, juga dapat
dikategorikan dalam tindakan moral hazard. Sedangkan moral hazard pada nasabah
umumnya terjadi pada produk pembiayaan yang berbasis pada equity financing
(mudharabah dan musyarakah) atau biasa dikenal dengan profit loss sharing. Akad
mudharabah yang tidak mensyaratkan jaminan dan juga memberikan hak penuh pada
mudharib untuk menjalankan usaha tanpa campur tangan shahibul maal dan
ditanggungnya kerugian oleh shahibul maal (kecuali kesalahan manajemen)
mengakibatkan akad pembiayaan ini sangat rentan terhadap masalah moral hazard.
13
Nasution, Mustafa Edwin,“Moral Hazard dalam Perbankan Syariah”. Paper. Jakarta, 2005
Moral hazard pada sisi nasabah ini merupakan isu global yang menyebabkan bank
syariah lebih memilih dengan pembiayaan dengan basis debt financing (murabahah,
ishtisna, dan salam). Pada penelitian ini, moral hazard hanya dibatasi pada peran
bank sebagai mudharib yang bertanggung jawab terhadap dana yang diamanahkan
oleh pihak shahibul maal.14
Indikasi moral hazard lainnya terjadi jika pada saat NPL/NPF meningkat pada
saat harga rumah meningkat. Idealnya ketika harga rumah meningkat maka
permintaan untuk kredit rumah akan menurun, jumlah penyaluran kredit rumah juga
akan turun sehingga jika pada kondisi tersebut NPL/NPF meningkat mengindikasikan
bank kurang berhati-hati atau kurang monitoring. Indikasi moral hazard yang terakhir
dapat dilihat dari kebijakan kredit atau pembiayaan bank yang berhati-hati atau
kurang berhati-hati yang menyebabkan terjadinya peningkatan NPL/NPF. Jika bank
kurang berhati-hati atau kurang monitoring berarti bank kurang melakukan antisipasi
terhadap terjadinya moral hazard di sisi debitur.
3. Strategi pencegahan
a. Character
Mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak dan kejujuran dari
pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban – kewajiban finansialnya.
Adapun beberapa petunjuk untuk mengetahui karakter adalah:
14
Vaubel, Roland, “The Moral Hazard of IMF Lending”, World Economy 6 : 291-304, 1983
1) Mengenal dari dekat
2) Mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur
3) mengumpulkan keterangan dan meminta pendapat dari rekan- rekannya,
pegawai
4) dan saingannya mengenai reputasi, kebiasaan pribadi, pergaulan sosial dan
lain-lain.
b. Capacity
Menerangkan tentang kemampuan dalam manajemen maupun keahlian
dalam bidang usahanya, dilakukan dengan jalan mengetahui:
1) Angka-angka hasil produksi.
2) Angka-angka penjualan dan pembelian.
3) Perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya.
4) Data-data finansiil diwaktu-waktu yang lalu, yang tercermin didalam
laporan keuangan perusahaan
c. Capital
Ini menunjukkan posisi finansiil perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukkan oleh ratiofinansiilnya dan penekanan pada komposisi “Tangible net
worth” nya, dapat dilakukan dengan menganalisa neraca selama sedikitnya dua
tahun terakhir, dan mengadakan analisis ratio untuk mengetahui likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas dari perusahaan calon peminjam kredit.
d. Collateral
Collateral berarti jaminan. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan
diikatkan sebagai jaminan, dan hal ini dapat dilakukan dengan cara: meneliti
mengenai pemilikan jaminan, mengukur stabilitas dari pada nilainya,
memperhatikan kemapuan untuk dijadikan uang dalam waktu relatif singkat
tanpa terlalu mengurangi nilainya, memperhatikan pengikatan barang yang
benar- benar menjamin kepentingan bank, sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
e. Conditions of Economy
Melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sektor usaha
sipeminta kredit, dengan cara melihat keadaan ekonomi yang akan
mempengaruhi perkembangan usaha calon peminjam, kondisi usaha calon
peminjam, perbandingannya dengan usaha sejenis lainnya di daerah dan lokasi
lingkungannya; keadaan pemasaran dari hasil usaha calon peminjam, prospek
usaha dimasa yang akan datang untuk kemungkinan bantuan kredit,
kebijaksanaan pemerintah yang mempengaruhi terhadap prospek industri
dimana perusahaan pemohon kredit termasuk didalamnya.
f. Constraint
Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu
bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.
4. Pembiayaan Bank Syariah
a. Pengertian Murabahah
Pengertian Murabahah secara lafdzi berasal dari masdar ribhun
(keuntungan). Sedangkan secara istilah menurut ulama‟ Hanafiyah
memindahkan hak milik seseorang kepada orang lain sesuai dengan transaksi
dan harga awal yang dilakukan pemilik awal di tambah dengan keuntungan
yang yang diinginkan. Sedangkan menurut ulama‟ Syafi‟iyah dan Hanabilah
berpendapat murabahah adalah jual beli yang dilakukan seseorang dengan
berdasarkan pada harga beli penjual ditambah keuntungan dengan syarat harus
sepengetahuan kedua belah pihak.15
Sedangkan pengertian Murabahah dalam perbankan syari‟ah adalah
transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank
bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Kedua pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual
dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati, tidak dapat berubah
selama berlakunya akad, sementara pembayaran dilakukan secara tangguh.16
b. Definisi Murabahah
Secara bahasa murabahah berasal dari kata Ar-Ribhu yang berarti ُالنَّ مَ اء
(an-namaa’) yang berarti tumbuh dan berkembang, atau murabahah juga
15
M.yazid Afandi, Fiqih Mu’amalah, (Yogyakarta:Logung Pustaka,2009),h.85 16
Daeng Naja, Akad Bank Syari’ah, (Yogyakarta:Pustaka Yustisia, 2011),h.43
berarti Al-Irbaah karena salah satu dari dua orang yang bertransaksi
memberikan keuntungan kepada yang lainnya.
Ungkapan yang sering digunakan dalam transaksi murabahah adalah:
a) Bila seorang penjual mengatakan: “Saya jual dengan harga beli saya atau
dengan harga perolehan saya disertai dengan keuntungan sekian”.
b) Bila seorang penjual mengatakan: “Saya jual dengan biaya-biaya yang telah
saya keluarkan disertai dengan keuntungan sekian”
c) Bila seorang penjual mengatakan: “Saya jual dengan ra’sul maal (harga
pokok) disertai dengan keuntungan sekian”
c. Resiko dalam Transaksi Murabahah
Dalam transaksi murabahah, resiko yang mungkin terjadi dan harus
diantisipasi adalah:
1) Resiko pembiayaan (credit risk), yang disebabkan oleh nasabah
wanprestasi atau gagal dalam mengembalikan pembiayaan yang ditrima
dari bank (default).
2) Risiko pasar, yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar, jika pembiayaan
atas dasar akad murabahah di berikan dalam valuta asing.
d. Fatwa Syari‟ah tentang Murabahah
Menurut fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000,
untuk dapat menjalankan pembiayaan murabahah, ketentuan yang harus diikuti
adalah sebagai berikut:
1) Bagi bank syari‟ah:
a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
b) Barang yang diperjual belikantidak diharamkan oleh syari‟at islam.
c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,
dan pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
e) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang/pembayaran tangguh.
f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli ditambah dengan keuntungannya.
Dalam kaitan ini bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok
barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada
jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h) Untuk mencegah terjadinya penyalah gunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang,
secara prinsip, menjadi milik bank.
2) Bagi Nasabah
a) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang
atau aset kepada bank.
b) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih
dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
c) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah
harus menerima (membeli) sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakatinya karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat,
kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
d) Dalam jual beli ini bank diperbolehkan meminta nasabah untukk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan.
e) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank
harus dibayar dari uang muka tersebut.
f) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh
bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
g) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang
muka maka jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia
tinggal membayar sisa harga namun apabila nasabah batal membeli, uang
muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung
oleh bank akibat pembatalan tersebut,dan jika uang muka tidak
mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.17
e. Jaminan dalam konsep Murabahah
Pada dasarnya, jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah
serius dengan pesanannya. Karena itu, bank dapat meminta nasabah untuk
menyediakan jaminan yang dapat dipegang. Dalam setiap akad murabahah yang
diterapkan dalam praktek, biasanya memang ditetapkan suatu jaminan.
Pada skema murabahah sederhana (dalam arti murabahah yang terjadi
sehubungan dengan pembelian suatu barang dimana barang dijual oleh bank
dengan suatu margin tertentu), yang dijadikan sebagai jaminan pembayaran
cicilan nasabah kepada bank biasanya adalah barang yang dijual tersebut.
Contoh “Siska membeli rumah berlantai dua milik yeni disurabaya dengan
pembiayaan melalui bank syari‟ah. Bank Syari‟ah tersebut menggunakan konsep
murabahah dalam pelaksanaannya. Siska dapat bertransaksi langsung dengan
yeni (Siska bertindak selaku kuasa dari bank) dengan harta Rp 100 juta.
Selanjutnya bank akan “menjual” kembali rumah yang sudah “dibelinya”
tersebut kepada Siska dengan menetapkan margin sebesar Rp 10 juta untuk
jangka waktu cicilan selama 3 tahun, Siska akan menyerahkan rumah itu kepada
bank, untuk dibebani dengan Hak Tanggungan (bahasa awamnya hipotek). Jadi
rumah yang akan dijadikan sebagai objek jual beli murabahah dijadikan sebagai
jaminan pembayaran siska selaku nasabah.
17
Irma Devita Purnamasari, Akad Syari’ah, (Bandung:Mizan Media Utama, 2001),h,54
Namun tidak tertutup kemungkinan pihak bank meminta jaminan
tambahan diluar barang yang dimurabahah kan. Pada skema murabahah yang
komples (dalam arti skema murabahah tersebut dijadikan sebagai sarana
pembiayaan suatu mega proyek, misalnya kredit konstruksi mal), maka biasanya
yang dijadikan sebagai jaminan tidak hanya objek yang diperjanjikan, melainkan
juga bisa melibatkan berbagai jaminan lain yang dapat ditrima oleh hukum
positif, seperti hak anggungan berupa fixed asse milik nasabah yang berada
diempat lain, fidusia atas tagihan, gadai saham, gadai deposito, jaminan
perusahaan (corporate guarantee), jaminan perorangan (personal guarantee)
atau jaminan apapun yang dapat ditrima oleh bank syari‟ah.18
G. Penelitian Terdahuluan
18
Irma Devita Purnamasari, Akad Syari’ah, (Bandung:Mizan Media Utama, 2001),h,54-55
No
Penulis Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Dwi
Agustin
Maulida
2015
Meminimalisir
resiko moral
hazard pada
pembiayaan
mudharabah
di koperasi
syariah nuri
jawa timur
(KSN Jatim)
kualitatif Penerapan mudharabah
di KSN JATIM sudah
sesuai dengan syariat
karena telah memenuhi dari
rukun mudharabah
seperti adanya aqid,
maq‟ud alaih,dan sighat.
Aqid adalah adanya
pengelola dan pemberi
dana, maq‟ud alaiah adalah
bagi hasil atau keuntungan
yang disepakati, sedangkan
sighat adalah ijab qabul
antara shahibul maal dan
mudharib.
2 Fany
Yunita Sri
Rejeki 2013
Akad
pembiayaan
murabahah
dan
praktiknya
pada PT
BANK
Syariah
Mandiri
Cabang
Manado
Hokum
normatif
Prosedur dan persyaratan
dalam penyaluran dana
berupa akad pembiayaan
murabahah di PT Bank
Mandiri Cabang Manado
,tidak hanya dilakukan
berdasarkan ketentuan
hokum islam melainkan
juga berdasarkan hukum
perbankan syariah serta
ketentuan khusus yang
diterapkan di PT BSM.
3 Khaikal
Mulki
Analisis
Pengaruh
Moral Hazard
terhadap
Pembiayaan
Bank Syariah
di Indonesia
Error
Correction
Model
(ECM)
Hasil pene,itian dengan
menggunakan ECM
menunjukkan jangka
pendek dan jangka panjang
hanya variabel NPF saja
yang berpengaruh terhadap
pembiayaan. Sedangkan
variabel PDB tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
pembiyaan. Hasil koefisien
determinasi menunjukkan
angka sebesar 85% hal itu
menandakan kemampuan
variabel independen
menjelaskan variabel
dependen, sementara 14%
dijelaskan oleh variabel
lain.
4 Rina
Mandara
Resiko Moral
Hazard pada
Pelaksanaan Good
Corporate Governance
Penulis memilih penelitian dengan judul strategi pencegahan moral hazard
dalam nasabah pembiayaan murabahah di Bank syariah Mandiri.Adapun perbedaan
dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini penulis membahas
mengenai stategi pencegahan moral hazard dalam nasabah di dalam pembiayaan
murabahah.
Harahap Perbankan di
Indonesia
bagi perbankan syariah.
Good Corporate
Governance adalah
tatakelola bank yang
menerapkan prinsip-prinsip
keterbukaan
(transparancy),
akuntabilitas
(accountability),
pertanggung jawaban
(responsibility),
independensi
(independency), dan
kewajaran (fairness).
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu
data yang diperoleh berupa (kata- kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam
bentuk bilangan atau angka statistic melainkan dalam bentuk kualitatif yang memiliki
arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekunsi.19
Penelitian ini dilakukan untuk
mendiskripsikan Strategi Pencegahan Moral Hazad Pada Nasabah Pembiayaan
Murabahah di Bank Syariah Mandiri.(BSM) Kota Jambi.
B. Setting dan Subjek Penelitian
Setting, dapat dipahami sebagai suatu keadaan atau tempat dimana subjek
penelitian itu berada. Sehubungan dengan itu penelitian ini mengambil lokasi di Bank
Syariah Mandiri Kota Jambi.
Alasan menjadikan Bank Syariah Mandiri Kota Jambi sebagai setting
penelitian karena Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Bank Umum dengan
sistem operasional yang berbasis syariah, yang telah banyak menangani masalah
pembiayaan terhadap nasabah terlebih terhadap Pembiayaan Murabahah.
19
Miller Mathew B, Hibermen Michael, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992),
hlm. 15
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini di bedakan menjadi dua yakni:20
a. Data Primer
Data primer yang dikumpulkan berbentuk wawancara yang dilakukan
terhadap narasumber yang berasal dari para pelaku dan yang terkait dengan
persoalan untuk mengetahui Bank Syariah Mandirin dan informasi yang
diperoleh dari tangan pertama yang dikumpulkan secara langsung dari
sebelumnya..21
Data primer pada penelitian ini ialah data yang dikumpulkan langsung
dari pihak Bank syariah Jambi melalui teknik Wawancara yang dilakukan
oleh peneliti.
b. Data Skunder
Data sekunder adalah informasi tangan kedua yang sudah
dikumpulkan oleh beberapa orang (organisasi) untuk tujuan dan tersedia
untuk berbagai penelitian. Data sekunder tersebut tidak murni dalam karakter
dan telah menjalani treatment setidaknya satu kali.22
Data sekunder pada penelitian ini berupa arsip-arsip atau dokumen-
dokumen, pengumunan serta surat-surat yang berkaitan dengan penelitian
dengan sumber yang dapat dipercaya.
20
Edi Riadi, Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi,
2016), hlm. 48. 21
Ibid., hlm. 49 22
Nasution, Metode Researce (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 106
Data sekunder ini ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada data ini
berasal dari pihak Bank Syariah itu sendiri, perpustakaan atau laporan-laporan
penelitian.
1. Sumber Data
Menurut asal sumbernya,data digolongkan dapat dibagi menjadi dua yaitu :23
a) Sumber Data Primer
Adapun yang menjadi subjek pengumpulan data atau informan pada
pembiayaan murabahah pada bank syariah mandiri kota Jambi. Peneliti memilih
narasumber ini dengan alasan bahwa narasumber merupakan pihak yang berkaitan
langsung dengan pembiayaan murabahah yang menjadi fokus penelitian selanjutnya
narasumber inilah yang memiliki karakteristik tertentu yang dirasa memenuhi syarat
sebagai informan dalam penelitian ini. Narasumber ini merupakan pihak yang
memiliki wewenang dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah
pembiayaan termasuk pembiayaan murabahah yang menjadi fokus penelitian.
b) Sumber Data Skunder
Sumber data yaitu yang data yang diperoleh dari lemabaga atau institusi
tertentu, seperti Biro Pusat Statistik, Departemen pertanian, dan lain-lainnya.24
Data
ini diperoleh dari sumber-sumber lain sebagai pendukung data primer yang di
pandang berkaitan dengan pokok kajian yang diteliti.
23
Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,
(Jakarta: Kencena Prenamedia Group, 2005), hlm. 55. 24
Ibid Hlm56
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu
penelitian. Karena menyangkut data, maka wawancara merupakan salah satu elemen
penting dalam proses penelitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara
yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara
bertanya lansung secara bertahap muka (face to face). Namun demikian, teknik
wawancara ini dalam perkembangan tidak harus dilakukan secara berhadapan
langsung (face to face), melainkan dapat saja dengan memanfaatkan sarana
komonikasi lain, misalnya telepon dan internet.
Wawancara sering disebut sebagai suatu proses komunikasi dan interaksi.
Sebagai suatu proses komonikasi karena antara pewawancara dan responden
mensyaratkan adanya pengunaan simbol-simbol teretentu (semisal bahasa) yang
saling dapat dimengerti kedua belah pihak sehingga memunkinkan terjadinya
aktivitas wawancara masing-masing pihak (pewawancara dan responden), disadari
atau tidak, terjadi proses saling memengaruhi. Masalah ini penting diperhatikan
karena berkaitan dengan kualitas perolehan data. Sebab, kualitas hasil wawancara
banyak di pengaruhi kalau bukan ditentukan oleh kemampuan pewawancara dalam
membangun dan mengembangkan interaksinya dengan responden.
Peranan pewawancara sangat strategis terutama dalam menciptakan situasi
wawancara sedemikian rupa sehingga aktivitas wawacara dapat berlangsung dengan
baik dan lancar.25
2. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip atau dokumen baik yang berada di tempat penelitian maupun yang berada diluar
tempat penelitian, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.
Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang
berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Data ini dapat bermanfaat bagi
peneliti untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan jawaban dari fokus
permasalahan penelitian.
3. Unit Analisis
Penelitian dilakukan terhadap akad pembiayaan murabahah, dengan
penelitian startegi pencegahan moral hazard pada nasabah pembiayaan murabahah
pada Bank Syariah Mandiri kota Jambi.
E. Teknik Analisis Data
Dalam peneltian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali.
25
Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,
(Jakarta: Kencena Prenamedia Group, 2005) hlm. 69-70.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan. Selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan.
1. Analisis Data Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki
lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian
fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti
masuk dan selama dilapangan
2. Analisis Data Selama di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dialakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam priode teretentu. Pada
saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertayaan lagi, sampai tahap tertentu
diperoleh data yang dianggap kredibel.26
3. Menarik Kesimpulan
Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan
penyajian data sehingga dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluan untuk
menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara masih dapat diuji kembali
dengan data lapangan, dengan merefleksi kembali, peneliti dapat bertukar pikiran
dengan teman sejawat, triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.
26
Sugiyono.metode penelitian kombinasi(mixed methods), (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 334.
H. Sistematika Penulisan
Tujuan dari sistematika penulisan ini adalah memberikan gambaran secara
umum mengenai isi dari penelitian ini. Sehingga dapat terlihat kesinambungan antara
bab satu dengan bab lainnya. Penulis membagi pembahasan dalam penelitian ini
dalam V (lima bab)
Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, batasan masalah, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai tempat dan waktu penelitian, pendekatan
penenelitian, jenis dan sumber data, dan instrumen pengumpulan data
sistematika penulisan dan jadwal penelitian.
BAB III : GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai sejarah berdiri BankSyariah, visi dan misi Bank
Syariah Jambi, Struktur Oraganisasi dan pembiyaan murabahah serta produk-
produk yang ada pada Bank Syariah Jambi
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai strategi pencegahan moral hazard dalam nasabah
pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri
BAB V : PENUTUP
Bab ini bagian akhir dari skripsi berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri
1. Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri27
Bank Syariah Mandiri adalah lembaga perbankan di Indonesia.Bank ini
berdiri pada 1955 dengan nama Bank Industri Nasional. Bank ini beberapa kali
berganti nama dan terakhir kali berganti nama menjadi Bank Syariah Mandiri pada
tahun 1999 setelah sebelumnya bernama Bank Susila Bakti yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai Bank Dagang Negaradan PT Mahkota
Prestasi.Kehadiran Bank Syariah sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
diusulkan dengan krisis multi dimensi termasuk dipanggung politik nasional, telah
menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.Dalam kondisi tersebut,
industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional
mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Negara dan PT.
27
www.syariahmandiri.co.id, akses 23 Desember 2017.
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya,
Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.Kebijakan penggabungan tersebut juga
menempatkan dan menetapkan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik
mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk menggembangkan layanan Perbankan
Syariah dikelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas berlakunya
UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang Bank Umum untuk melayani
transaksi syariah (dual banking system).Tim Pengembangan Perbankan Syariah
memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat
untuk melakukan konversi PT. Bank Susila Bakti dari Bank Konvensional menjadi
Bank Syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera
mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB
berubah dari Bank Konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan
Prinsip Syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum
dalam Akta Notaris : Sutjipto, SH, No.23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.1/24/KEP.BI/1999, 25
Oktober 1999. Selanjutnya, melalui surat keputusan Deputi Gubernur Senior Bank
Indonesia No.1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT.
Bank Syariah Mandiri secara resmi beroperasi sejak Senin Tanggal 25 Rajab 1420
H atau 1 November 1999. PT. Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh
sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani,
yang melandasi kegiatan operasionalnya.Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri
dalam kiprahnya di perbankan Indonesia.Bank Syariah Mandiri hadir untuk
bersama membangun Indonesia menjadi Indonesia yang lebih baik.
Dengan manajemen yang sudah terpisah dari Bank Mandiri. Bank Syariah
Mandiri senantiasa berinovasi dengan meluncurkan berbagai produk berbasis
teknologi mutakhir seperti BSM mobile Banking GPRS, BSM Net Bangking,
BSM Poling Fund, BSM Griya Prima, Tabungan Berencana BSM, BSM Network
Financing, serta kerja sama dengan jaringan ATM Bank Mandiri dan ATM Bank
lain.
2. Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri28
a. Visi PT. Bank Syariah Mandiri
Bank Syariah Terdepan dan Modern
b. Misi PT. Bank Syariah Mandiri
28
www.syariahmandiri.co.id, akses 23 Desember 2017.
1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan diatas rata-rata industri yang
berkesinambungan.
2) Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang
melampaui harapan nasabah.
3) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran
pembiayaan pada segmen ritel.
4) Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.
5) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat.
6) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
3. Nilai-nilai dan 10 Prilaku Utama PT. Bank Syariah Mandiri 29
Untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Perusahaan, PT. Bank Syariah
Mandiri (BSM) merumuskan nilai-nilai Utama (Shared Values) perusahaan yang
disebut BSM Shared Valuesmelalui Surat Edaran Direksi No.10/001/UMM
Tanggal 30 Januari 2008 tentang Visi, Misi dan BSM shared values
“ETHIC”Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi tersebut, insan-insan BSM
perlu menyumbangkan (share) untuk BSM melalui nilai-nilai yang relatif seragam.
Nilai-nilai ini disebut BSM Shared Values.Shared values Bank Syariah Mandiri
disingkat “ETHIC” (Excellence, Teamwork, Humanity, Integrity dan Customer
Focus), dengan 10 prilaku utama, sebagai berikut :
29
www.syariahmandiri.co.id, akses 23 Desember 2017.
a. Nilai-nilai PT. Bank Syariah Mandiri
1) Excellence: Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang
terpadu dan berkesinambungan.
2) Teamwork:Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.
3) Humanity:Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religious.
4) Integrity:Menaati kode etik profesi dan berfikir serta berperilaku terpuji.
5) Customer Focus: Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk
menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan
menguntungkan
b. 10 Prilaku Utama PT. Bank Syariah Mandiri
1) Prodence : Menjaga amanah dan melakukan perbaikan proses terus menerus.
2) Competence : Meningkatkan keahlian sesuai tugas yang diberikan dan
tuntutan profesi bankir.
3) Trust and Trust : Mengembangkan perilaku dapat dipercaya dan percaya.
4) Contribution : Memberikan kontribusi yang positif dan optimal.
5) Social and Environment Care : Memiliki kepedulian yang tulus terhadap
lingkungan dan sosial.
6) Inclusivity : Menggembangkan perilaku mengayomi.
7) Honesty : Jujur.
8) Good Governance : Melaksanakan tata kelola yang baik.
9) Innovation : Mengembangkan proses, layanan dan produk untuk melampaui
harapan nasabah.
10) Service Excellence : Memberikan layanan terbaik untuk melampaui
harapan nasabah.
4. Motto PT. Bank Syariah Mandiri.
Adapun motto dari PT. Bank Syariah Mandiri adalah “Lebih adil dan
Menentramkan”.
5. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab.
Deskripsi tugas dan tanggung jawab dari masing-masing instruktur
organisasi PT. Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut :
a. Kepala Cabang.
Memimpin, mengelola, mengawasi atau mengendalikan, mengembangkan
kegiatan dan mendayagunakan sarana organisasi cabang untuk mencapai
tingkat serta volume aktivitas pemasaran, operasional dan layanan cabang yang
efektif dan efisien sesuai dengan target yang telah ditetapkan secara prudent.
b. Marketing Manager.
Memastikan tercapainya target-target pembiayaan, dana dan fee based
income cabang yang telah ditetapkan kantor pusat.
c. Account Officer.
Merealisasikan target pembiayaan dan fee based income yang
didistribusikan oleh marketing manager.
d. Funding Officer (FO).
Merealisasikan target pendanaan dan fee based income yang
didistribusikan oleh marketing manager.
e. Pelaksana Marketing Support (PMS).
Tercapainya pelaksanaan kegiatan administrasi pendanaan dan pembiayaan.
f. Officer Gadai.
Mengelola, mengawasi atau mengendalikan kegiatan dan
mendayagunakan sarana organisasi outlet gadai emas BSM untuk mencapai
tingkat serta volume aktivitas pemasaran, operasional dan layanan GEB yang
efektif dan efisien sesuai dengan target yang telah ditetapkan secara prudent.
g. Operation Manager.
Memastikan aktivitas operasional cabang terkelola sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan target bidang operasional cabang tercapai sesuai
ketetapan kantor pusat.
h. Customer Service Officer (CSO).
Mengelola kegiatan operasional dan pelayanan nasabah sesuai dengan
ketentuan dan standar pelayanan.
i. Customer Service Representatif (CSR).
Mengelola kegiatan operasional dan pelayanan nasabah sesuai dengan
ketentuan dan standar pelayanan.
j. Head Teller.
Mengkoordinasikan, mengarahkan, mengawasi kegiatan operasional atau
pelayanan transaksi teller dan memastikan keamanan serta efektivitas kegiatan
cash management cabang.
k. Teller.
Melayani kegiatan penyetoran dan penarikan uang tunai (rupiah dan
valuta asing), pengambilan atau penyetoran non tunai dan surat-surat berharga
dan kegiatan kas lainnya serta terselenggaranya layanan di bagian kas secara
benar, cepat dan sesuai dengan standar pelayanan bank.
l. Back Office Officer (BOO)
Memastikan proses sumber daya insan, admin pembiayaan dan trade
service, domestic dan clearing. GA atau logistic, pelaporan keuangan dan
perpajakan serta penggunaan IT telah dilaksanakan dengan tepat waktu dan
sesuai ketentuan.
m. Pelaksana Admin Pembiayaan dan Trade Service.
Memenuhi komitmen dan memelihara dokumen pencairan maupun legal
yang berkaitan dengan pencairan pembiayaan, transaksi ekspor atau impor dan
SKBDN.
n. Pelaksana Domestic dan Clearing(D&C).
Memastikan kecepatan dan kebenaran pelayanan transfer, inkaso, kliring
dan aktivitas D&C lainnya untuk memenuhi kepuasan nasabah.
o. Pelaksana Accounting.
Melakukan pengendalian mutu terhadap laporan keuangan, pelaporan
kepada BI dan pelaporan keuangan kepada pihak lainnya, serta ketentuan
perpajakan.
p. IT Coordinator.
Memonitoring dan melakukan sosialisasi penggunaan teknologi informasi
dalam mendukung operasional outlet di seluruh wilayah cabang terkait.
q. Pelaksana SDI & GA.
Terpenuhinya kebutuhan pegawai sesuai konndisi cabang dan
terlaksananya pengembangan karir pegawai sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuan pegawai yang bersangkutan dan penyediaan kebutuhan sarana dan
prasarana kantor untuk mendukung kegiatan operasional dan marketing cabang.
r. PKP (Pengawasan Kepatuhan)
Memastikan peraturan Bank Indonesia, kebijakan intern, prosedur
operasional atau peraturan lainnya telah tersedia di cabang dan telah
disosialisasikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD DALAM NASABAH
PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI
1. Indikasi Moral Hazard nasabah
Nasabah sebagai usaha yang penuh risiko, sebelum memberikan
pembiayaan, seharusnya bank melakukan analisis pembiayaan yang seksama,
teliti, dan cermat dengan didasarkan pada data yang actual dan akurat,
sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusannya. Oleh karena
itu, setiap pemberian pembiayaan tentunya telah memenuhi ketentuan
perbankan dan sesuai dengan asas pembiayaan yang sehat. Demikian pula
pemberian pembiayaan juga harus didasarkan pada penilaian yang jujur,
objektif, dan terlepas dari pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
pemohon pembiayaan. Bank harus meyakini bahwa pembiayaan yang
diberikannya tersebut dapat dilunasi kembali pada waktunya oleh nasabah
debitor dan tidak akan berkembang menjadi pembiayaan bermasalah atau
macet.
Untuk itu, sebelum memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, bank harus melakukan penilaian seksama terhadap berbagai aspek.
Akad murabahah yang merupakan pembiayaan juga tidak luput pada risiko
yang akan dihadapi oleh bank, diantaranya:
1. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah
bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli
tersebut.
2. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena
berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau
menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain
karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan.
Bila bank telah mendatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut
akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank memiliki risiko untuk menjualnya
kepada pihak lain.
3. Default atau kelalaian yaitu nasabah sengaja tidak membayar angsuran, atau
dengan kata lain character risk dipengaruhi oleh kelalaian dalam menjalankan bisnis
yang dibiayai bank, pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati sehingga
nasabah dalam menjalani bisnis yang dibiayai bank tidak sesuai lagi dengan
kesepakatan, dan pengelolaan internal perusahaan seperti manajemen, pemasaran,
teknis produksi dan keuangan yang di lakukan tidak dengan cara-cara profesional
sesuai standar pengelolaan yang di sepakati bank dengan nasabah. Character risk ini
merupakan keadaan moral hazard atau moral yang buruk sehingga akan
menyebabkan risiko-risiko yang seharusnya tidak terjadi dapat terjadi yang di
sebabkan ketidak patuhan atau keluarnya nasabah dari aturan-aturan yang sudah di
buat.
Perilaku adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian.
Sedangkan hazard keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya suatu perilaku. Akibat terjadinya suatu perilaku ini akan
menimbulkan satu kerugian atau kerusakan pada diri seorang atau harta
miliknya arti hazard adalah bahaya: suatu situasi yang dapat menambah
tejadinya kerugian (Loss).
Penggunaan istilah moral hazard pada awalnya digunakan dalam bidang
asuransi. Moral hazard muncul Karena seorang individu atau lembaga yang
tidak konsekuen secara penuh dan tidak bertanggungjawab atas perbuatannya,
dan karenanya cenderung untuk bertindak kurang hati-hati untuk melepas
tanggung jawab atas konsekuensi dari tindakannya kepada pihak lain. Moral
hazard dalam dunia perbankan setidaknya dapat dibedakan atas 2 tingkatan,
yaitu moral hazard pada tingkat bank dan moral hazard pada tingkat nasabah.
Moral hazard pada bank terjadi ketika bank syariah sebagai mudharib tidak
berhati-hati dalam menyalurkan dana sehingga berpotensi menimbulkan moral
hazard disisi nasabah dan menyebabkan kerugian.
Moral hazard pada nasabah umumnya terjadi pada produk pembiayaan
berbasis pada equity financing (mudharabah dan musyarakah) atau biasa
dikenal dengan profit loss sharing. Akad mudharabah yang tidak
mensyaratkan jaminan dan juga memberikan hak penuh pada mudharib untuk
menjalankan usaha tanpa campur tangan shahibul maal dan ditanggungnya
kerugian oleh shahibul maal mengakibatkan akad pembiayaan ini sangat
rentan terhadap masalah moral hazard. Moral hazard atau perilaku jahat dalam
ekonomi adalah tindakan pelaku ekonomi yang menimbulkan kemudharatan
baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Untuk menjustifikasikan apakah
suatu tindakan ekonomi merupakan moral hazard atau bukan, perlu
mempelajari prinsip prinsip dari transaksi yang Islami, yang dihalakan ataupun
yang diharamkan
Dari pengertian diatas maka hampir sama apa yang didapatkan
dilapangan dari observasi dan wawancara peneliti dengan beberapa staff kantor
Bank Syariah Mandiri: Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Bapak Pitra
selaku staf kantor Bank Syariah Mandiri, berikut penjelasannya:
“moral hazard yaitu bagaimana kita sebagai pengurus kantor yang
berbasis islami yang bertanggung jawab adalah nasabah kita sendiri
bagaimana dalam pembayaran ataupun pengeluaran yang tidak
menimbulkan banyak mudharatnya dari pada manfaatnya”.30
Selain, pengertian moral hazard yang sudah sesuai dengan teori
sebagaimana yang telah disampaikan oleh narasumber. Pernyataan mengenai
bagaimana BSM melaksanakan screening nasabah pada aspek collateral serta
apakah mengacu kepada 5C juga dijabarkan oleh narasumber.
“BSM sebelum memberikan pembiayaan ke nasabah tentunya sesuai
prinsip 5C. Salah satunya menggunakan prinsip colateral. BSM
memiliki RAC (Risk Accepted Criteria). Poin RAC salah satunya
mengenai agunan sesuai dengan peraturan OJK. Pertama, agunan
nasabah akan disurvey dari sisi legal maupun secara nilai ekonomisnya.
Kedua, agunan dari sisi legal di cek kebenaran seperti kepemilikan,
30
Wawancara dengan Bapak Pitra selaku Staf Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 13
April 2018
pajak dan izin bangunan. Ketiga, aspek ekonomis artinya agunan di
nilai apakah sesuai dengan nilai pembiayaan yang diajukan. Kemudian
screening legal dengan cek surat menyuratnya. Kalau ekonomisnya
biasanya ada appraisal atau rim survey yang menilai jaminan
tersebut.”31
Berdasarkan hasil wawancara mengenai aspek colateral hal ini sesuai
dengan teori yang digunakan yaitu Collateral merupakan jaminan yang
diberikan calon debitur baik bersifat fisik maupun nonfisik. Ini menunjukkan
besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan, dan hal ini dapat
dilakukan dengan cara: meneliti mengenai pemilikan jaminan, mengukur
stabilitas dari pada nilainya, memperhatikan kemapuan untuk dijadikan uang
dalam waktu relatif singkat tanpa terlalu mengurangi nilainya, memperhatikan
pengikatan barang yang benar- benar menjamin kepentingan bank, sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.32
Wawancara selanjutnya mengenai strategi khusus seperti apa yang
digunakan BSM dalam menghadapai moral hazard pada masyarakat Jambi.
Adapun penuturan dari bapak Pitra selaku staf dan Marketing Bank Syariah
Mandiri, yaitu:
“Biasanya dari survey tersebut kita juga menilai character calon
nasabah yang sebelumnya dilakukan ideb atau cek kelancaran pembiayaan
eksisting. Kalau sudah di Bi Checking aja sudah ada pembiayaan yang tidak
lancar dipastikan akan sulit di akseptasi. Kalau misal di Bi Checking bagus
baru lanjut ke survei. Dan biasanya nilai character dengan wawancara
nasabah dan biasanya juga sama tetangga ataupun pimpinan kalau calon
nasabah adalah karyawan.”33
31
Wawancara dengan Bapak Pitra selaku Staf Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 13 April 2018 32
Kasmir,Dasar-Dasar Perbankan (Edisi Revisi),(Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hlm.136. 33
Wawancara dengan Bapak Pitra selaku Staf Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 13 April 2018
Selanjutnya, Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan
diketahui bahwa dengan adanya strategi pencegahan moral hazard memberikan
dampak yang positif dengan anggota nasabah Bank Syariah Mandiri yaitu
untuk melakukan sesuatu itu harus dipikirkan sebelum terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan ataupun banyak mudaratnya dari pada manfaatnya.
Sebagaimana disampaikan oleh bapak Pitra dan Bapak Edo selaku staf
dan Marketing Bank Syariah Mandiri.
“emang benar dengan ada nya strategi yang kami gunakan untuk
mengatur atau pun untuk pencegahan jangan ada nasabah atau pun
pegawai staff kantor yang melakukan sesuatu yang menyimpang dari
islamian, karena mengapa kami disini menggunakan system syariah
yang berbasis islami, maka itu kami harus biasa mencegah apa yang
akan terjadi”.34
Pernyataan ini juga dibenarkan mengenai pentingnya pencegahan moral
hazard dengan strategi 5C oleh Bapak Edo Selaku Marketing sebagai berikut:
“Apa yang disampaikan Bapak Pitra emang benar yang kami lakukan
adalah untuk pencegahan agar tidak adanya penyimpangan yang
terjadi antara nasabah dan pegawai kantor sesuai dengan prosedur
yang berlaku”.35
Kemudian dari sisi nasabah mengenai pencegahan moral hazard,
Pernyataan ini juga dibenarkan oleh ibu Nuraini selaku nasabah Bank Syariah
Mandiri sebagai berikut:
34
Wawancara dengan Bapak Pitra selaku Staf Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 13
April 2018 35
Wawancara dengan Bapak Edo selaku Marketing Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal
13 April 2018
“saya merasa berdampak positif dengan adanya strategi pencegahan
moral hazard karena mengapa dengan ada stategi pencegahan maka
kita dapat mengontrol apa yang kita lakukan yang tidak merugikan diri
kita maupun orang lain. Karena Bank Syariah Mandiri ini
menggunakan system islami yang mudaratnya banyak tidak akan
dilakukan karena ada namanya pencegahan”36
Dari hasil wawancara dan observasi penulis bersama staff dan nasabah
Bank Syariah Mandiri mengenai moral hazard dan srategi pencegahan moral
hazard dalam nasabah pembiayaan murabahah Bank Syariah Mandiri, antara
lain bahwa teori yang digunakan berupa pencegahan moral hazard dengan
menggunakan 5C sesuai dengan prakteknya. Selain itu, pihak bank memiliki
RAC (Risk Accepted Criteria). Poin RAC salah satunya mengenai agunan
sesuai dengan peraturan OJK. Pertama, agunan nasabah akan disurvey dari sisi
legal maupun secara nilai ekonomisnya. Kedua, agunan dari sisi legal di cek
kebenaran seperti kepemilikan, pajak dan izin bangunan. Ketiga, aspek
ekonomis artinya agunan di nilai apakah sesuai dengan nilai pembiayaan yang
diajukan. Kemudian screening legal dengan cek surat menyuratnya. Kalau
ekonomisnya biasanya ada appraisal atau rim survey yang menilai jaminan
tersebut banyak yang berpandangan positif dari pada staf maupun nasabah,
dengan adanya strategi pencegahan dapat mengontrol apa yang dilakukan
pihak bank dan nasabah tersebut.
36
Wawancara dengan Ibu Nuraini selaku Nasabah Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal
20 April 2018
2. Strategi Bank Syariah Mandiri Dalam Mencegah Terjadinya Moral
Hazard dalam Nasabah Pada Pembiayaan Murabahah
Sebelum suatu fasilitas pembiayaan di berikan maka bank harus merasa
yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali.
Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian pembiayaan sebelum
pembiayaan disalurkan. Penilaian pembiayaan oleh bank dapat dilakukan
dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya,
seperti melalui prosedur penilaian yang benar-benar dan sungguh-sungguh.
Sebelum melakukan pembiayaaan pada calon nasabah debitur maka
terlebih dahulu dilakukan pembagian dari jenis pengguna pembiayaan
murabahah, yaitu:
a. Pribadi/Individu
Dalam konsep pribadi, nasabah dapat mengajukan pembiayaan
murabahah yang bersifat konsumtif maupun produktif. Contoh pembiayaan
murabahah konsumtif yaitu; murabahah pembelian rumah, pembelian mobil
dan murabahah konsumsi lainnya. Sedangkan contoh pada pembiayaan
murabahah yang bersifat produktif yaitu; pembelian beberapa mesin jahit
(murabahah investasi) guna untuk kelangsunagan usaha bisnis nasabah.
b. Bentuk perusahaan.
Bentuk Prusahaan di bagi Menjadi Empat Bagian yaitu:
1) Perusahaan perorangan adalah bentuk yang paling sederhana. Ini adalah bisnis
yang di kelola oleh orang tertentu, misalnya pengusaha toko, pedagang mobil
bekas biasa, konveksi kecil-kecilan dan businessman lainnya yang
menjalankan bisnisnya sendiri. Bentuk modal umumnya terbatas. Mereka
menjalankan bisnisnya sendirian, sehingga seluruh tanggung jawab ada
padanya. Seluruh hartanya dipertaruhkan untuk menjamin hutang-hutangnya,
termasuk kepada bank. Dalam istilah hukum, pada perusahaan perorangan ini
tanggung jawab adalah tidak terbatas.37
2) Firma merupakan persekutuan dagang yang dimiliki dan dipakai untuk
berdagang oleh beberapa orang secara bersama. Ia merupakan perserikatan
yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah satu nama.
Dalam firma setiap orang berhak bertindak mewakili perusahaan dan setiap
perikatan yang di lakukan oleh salah satu persero akan mengikat persero
lainnya.
3) Perseroan komandier (CV) adalah suatu persekutuan modal yang membentuk
perseroan yang di lakukan oleh beberapa orang di mana sebagian bertindak
aktif sebagai pengurus perseroan dan sebagiannya lagi tidak. Persero yang
mengurus perusahaan disebut dengan persero aktif, sedangkan persero yang
tidak mengurus perseroan disebut persero diam atau persero komanditer.
Tanggung jawab persero aktif adalah tidak terbatas dan renteng.38
37 Tanggung jawab tidak terbatas adalah harta pribadi juga ikut menanggung utang yang diterima oleh
perusahaan 38 Renteng adalah tanggung jawab atas utang perusahaan dibebankan kepada seluruh persero aktif,
sedangkan persero diam hanya terbatas pada modal yang disetor kepada perusahaan
4) Perseroan terbatas (PT) adalah persekutuan modal yang membentuk perseroan
di mana ada keterbatasan pada tanggung jawab terhadap kekayaan (saham)
yang telah di masukan kedalam peseroan tersebut.
Adapun strategi pencegahan yang dilakukan oleh bank dalam memberikan
pembiayaan kepada nasabahnya yaitu menggunakan strategi 5C. Hal ini
dituturkan oleh bapak Pitra ketika penulis mewawancarai bagaimana BSM
melaksanakan strategi pencegahan dalam pembiayaan murabahah?
“strategi pencegahan yang dilakukan untuk menilai nasabah apakah layak
atau tidak diberikan pembiayaan yaitu menggunakan strategi 5C. Pertama,
caracter yang merupakan aspek pertama dan utama yang harus dianalisis
oleh Account Officer karena menyangkut kemauan bayar calon debitur.
Dimana, penilaian ini dilihat dari tingkat kepercayaan dan perilaku calon
debitur, riwayat usaha dan reputasi bisnis, riwayat hubungan dengan bank,
serta manajemen perusahaan. Kedua, capacity merupakan ukuran
kemampuan atau ketidakmampuan calon debitur yang dapat dilihat dari sisi
manajerial dan financial dari kegiatan usaha yang akan dibiayai yaitu dilihat
dari riwayat usaha yang merupakan perkembangan usaha dari waktu ke
waktu serta pengalaman dalam mengelola usaha tersebut. Ketiga, capital
merupakan ukuran kemampuan usaha pemohon untuk mendukung
pembiayaan dengan modalnya sendiri (own share) yaitu dilihat dari
kesediaan dalam menyediakan modal sendiri, kesesuaian penggunaan
pinjaman serta kemampuan memupuk modal. Keempat, collateral BSM
memiliki RAC (Risk Accepted Criteria). Poin RAC salah satunya mengenai
agunan sesuai dengan peraturan OJK. Pertama, agunan nasabah akan
disurvey dari sisi legal maupun secara nilai ekonomisnya. Kedua, agunan
dari sisi legal di cek kebenaran seperti kepemilikan, pajak dan izin bangunan.
Ketiga, aspek ekonomis artinya agunan di nilai apakah sesuai dengan nilai
pembiayaan yang diajukan. Kemudian screening legal dengan cek surat
menyuratnya. Kalau ekonomisnya biasanya ada appraisal atau rim survey
yang menilai jaminan tersebut. Kelima,condition of economy merupakan
faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan usaha yang seringkali
merupakan faktor diluar kendali pemohon. Dimana penilaian nya yaitu
dilihat dari faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi usaha misalnya
kenaikan nilai tukar rupiah yang berakibat terhadap perkembangan situasi
ekonomi, kemudian dilihat dari perkembangan teknologi serta dampak
peraturan pemerintah itu sendiri.”39
3. Bentuk Moral Hazard Nasabah Pada Pembiayaan Murabahah Di Bank
Syariah Mandiri
Proses realisasi pembiayaan dibank syariah adalah tidak semulus yang
dibayangkan. Karena tidak semua nasabah memiliki karakter bisnis yang sama satu
dengan yang lain. Karakter nasabah ada dua yaitu koorporatif dan tidak koorporatif.
Nasabah yang koorporatif merupakan nasabah yang jujur terhadap segala keadaan
usaha nasabah maupun dalam pendapatan nasabah.
Pernyataan diatas ditegaskan oleh Bapak Bayu Selaku Staff Kantor dengan
wawancara sebagai berikut:
“Sebenarnya teori dan praktek yang dijalankan tidak berjalan dengan
mulus karena tidak semua karakter atau kepribadian nasabah yang
berjiwa bisnis antara yang satu dengan yang lainnya itu sama,
terkadang ada juga yang tidak paham ada juga yang koorporatif maka
nya sangat sulit dengan apa yang kita jalani”40
Dari wawancara dan observasi penulis dengan staff kantor, mengenai bentuk
pembiayaan mora hazard pada nasabah bahwa apa yang dibayangkan tidak lah
semulus apa yang terjadi pada kenyataannya karena masih banyak nasabah yang
tidak berjiwa bisnis atau pun tidak koorporatif. Nasabah yang tidak korporatif yaitu
nasabah yang mengumpat atau tidak bertanggung jawab atas kewajibannya kepada
39
Wawancara dengan Bapak Pitra selaku Staf Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 13 April 2018 40
Wawancara dengan Bapak Bayu selaku Staff Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 22 April 2018
bank, nasabah seperti ini juga dapat dikatakan sebagai nasabah yang melakukan
moral hazard.
Moral hazard yang di lakukan oleh nasabah atas pembiayaan yang di berikan
adalah berupa ketidaktaatan nasabah dalam menjalankan usaha yang dibiayai bank
dengan ketentuan yang telah di perjanjikan dan di sepakati. Dalam hal ini nasabah
terkadang memberikan informasi atau laporan-laporan yang tidak sesuai pada
keadaan yang sesungguhnya.
Akibat dari pelanggaran perjanjian jual beli (murabahah) yang di lakukan
nasabah, maka akibatnya timbul Non Performing Loan, yaitu pembiayaan bermasalah
di mana bank tidak mendapatkan laba dari usaha yang di biayai.
Contoh kasus/bentuk moral Hazard yang di lakukan nasabah Bank Syariah
Mandiri
Pada tanggal 13 Februari 2013, Seorang nasabah telah menandatangani
kontrak pembiayaan murabahah investasi dengan PT. Bank Mandiri Syariah yaitu
berupa pembelian sebuah alat mesin bubut senilai Rp 170.000.000. Pembiayaan
terhitung sejak tanggal 13 Februari 2003 sampai 13 Februari 2015 dengan jaminan
berupa sebuah rumah. Sampai pada bulan Juni 2004 nasabah tersebut mulai tidak
melaksanakan atau tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan waktu yang di
tentukan, hal ini terus berlanjut hingga pada bulan Oktober 2014 nasabah tidak
memenuhi kewajibannya kepada PT. Bank Mandiri Syariah. Bank dalam hal ini telah
berulang kali mengingatkan nasabah baik secara lisan maupun tulisan untuk
memenuhi kewajibannya, namun nasabah tetap tidak mengindahkannya atau tidak
menanggapinya. Di karenakan nasabah tidak memenuhi kewajibannya, maka bank
telah menyita seluruh aset yang telah di jadikan jaminan oleh nasabah tersebut.
Setelah dilakukan penyelidikan atas ketidaktaatan nasabah, ternyata pihak
bank telah membuktikan bahwa nasabah telah menjual sebagian aset perusahaan
miliknya tanpa adanya persetujuan dari bank yaitu menjual beberapa alat mesin bubut
lainnya. Dengan demikian, nasa
bah telah terbukti melanggar ketentuan-ketentuan dari pasal 11 akad ini. Akibat dari
penjualan sebagian asetnya tersebut, perusahaan nasabah mengalami penurunan
tingkat jumlah konsumen dan di ikuti dengan turunnya tingkat marjin usaha, sehingga
dampaknya perusahaan pun menjadi bangkrut dan tidak bisa membayar hutang–
hutangnya kepada pihak bank.
Dari contoh kasus di atas, nasabah di anggap telah melakukan ingkar/cidera
janji, dalam hal ini nasabah dapat di katakan melakukan moral hazard yaitu dari segi
penjualan sebagian aset perusahaan yang berpengaruh pada kemampuan/tata cara
membayar atau melunasi hutang kepada bank. Hal ini nasabah telah melakukan
ingkar/cidera janji pada pasal 11 Akad Jual Beli dan Pengakuan Hutang al-
Murabahah tentang Pembatasan Terhadap Tindakan Nasabah.
4. Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada Bank
Syariah Mandiri
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pemberian suatu pembiayaan
murabahah mengandung risiko, khususnya default / kelalaian. Akibatnya muncul
pembiayaan bermasalah yang harus ditanggung oleh bank dan nasabah. Sepandai
apapun analisis pembiayaan dalam menganalisis setiap permohonan pembiayaan,
kemungkinan pembiayaan macet pasti ada, hanya saja dalam hal ini, bagaimana
meminimalkan risiko tersebut seminimal mungkin. Dalam praktiknya kemacetan
suatu pembiayaan disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut:
1. Dari pihak perbankan Artinya dalam melakukan Survei, pihak Survei kurang
teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak terprediksi sebelumnya atau
mungkin salah dalam melakukan perhitungan.
2. Dari pihak nasabah ada kemacetan pembiyaan dapat dilakukan akibat 2 hal yaitu:
a) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak
bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayan yang
diberikan macet. Dengan kata lain tidak ada unsur kemauan untuk membayar,
walaupun sebenarnya nasabah mampu. Atau nasabah sengaja melanggar
ketentuan yang telah disepakati pada awal perjanjian.
b) Adanya unsur yang tidak sengaja. Artinya nasabah memiliki unsur kemauan
membayar akan tetapi tidak mampu. Contoh nasabah mengalami musibah
seperti kebakaran, banjir dan sebagianya.
Dalam hal pembiayaan macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan,
sehingga tidak menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan oleh Bank
Syariah Mandiri terhadap pembiayaan bermasalah antara lain:
1. Penyelamatan pembiayaan pada nasabah yang masih memiliki prospek Yaitu
bank menilai nasabah bahwa nasabah masih memiliki prospek dalam
pengembalian pembiayaan atau loan (hutang).
2. Resceduling (penjadwalan ulang)
Yaitu masalah perubahan jadwal waktu angsuran dan perubahan perpanjanan
jangka pembiayaan. Misal, perpanjangan jangka waktu pembiayaan dari 6 bulan
menjadi satu tahun sehingga nasabah mempunyai waktu yang lebih lama untuk
mengembalikannya. Memperpanjang
angsuran hampir sama dengan jangka waktu pembiayaan. Dalam hal ini jangka waktu
angsuran pembiayaannya diperpanjang, pembayarannyapun misalnya dari 36 kali
menjadi 48 kali dan hal itu tentu saja jumlah angsuran mengecil seiring dengan
penambahan jumlah angsuran
3. Restructuring (penataan ulang)
Tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambahkan modal kepada
nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutukan tambahan dana dan
usaha yang dibiayai memang masih layak. Tindakan ini meliputi:
a) Dengan menambah jumlah pembiayaan
b) Dengan menambah equity:
1) Dengan menyetor uang tunai
2) Tambahan dari pemilik
c) Reconditioning (persyaraan ulang)
Bank merubah berbagai persyaratan pembiayaan seperti:
1) Kapitalisasi bagi hasil atau marjn,yaitu Marjin dijadikan hutang pokok
2) Penundaan pembayaran marjin sampai waktu tertentu.
3) Pembebasan marjin Dalam pembebasan marjin yang diberikan kepada
nasabah dengan pertimbangan nasabah tidak akan mampu lagi membayar
pembiayaan tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban
untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.
5. Penyelamatan pembiayaan pada nasabah yang tidak memiliki prospek
Yaitu bank menilai bahwa nasabah sudah tidak memiliki prospek lagi dalam
pengembalian pembiayaan. Dalam hal ini, Bank Bukopin Syariah melakukan
penyelesaian dengan dua cara:
1. Penyelesaian dengan cara Non Litigasi
Non Litigasi adalah penyelesaian pembiayaan melalui penyerahan jaminan secara
sukarela oleh nasabah kepada bank. Pada penyelesaian dengan cara ini, terdapat 3
alternatif yaitu:
a. Agunan dijual oleh nasabah Jika penjualan jaminan dilakukan oleh nasabah,
maka harga penjualan ditetapkan oleh bank dengan harga pasaran ketika
barang jaminan dijual.
b. Agunan dijual oleh Bank Yaitu penjualan barang jaminan dilakukan oleh bank
melalui
pelelangan dimuka umum dengan menerima harga yang telah dikurangi oleh
biaya-biaya sebagai harga jual barang jaminan.
c. Agunan dibeli sementara oleh bank (Off Set Jaminan)
Bank melakukan pembelian sementara pada barang jaminan nasabah dengan
jangka waktu 3-6 bulan, guna memberikan kesempatan pada nasabah untuk memiliki
kembali barang jaminan nasabah.
2. Penyelesaian denan cara Litigasi
Litigasi merupakan penyelesaian pembiayaan melalui jalur hukum yang dapat
dilakukan melalui pengadilan. Terdapat 3 tahap dalam Litigasi, yaitu:
a. Melakukan cek dan evaluasi terhadap dokumen surat menyurat bank kepada
nasabah dan dokumen-dokumen nasabah kepada Bank
b. Mencari lawyer yang cakap, pengalaman dalam bidang penagihan yang
bekerjasama dengan Bank Bukopin Syariah.
c. Proses Litigasi melalui pegnadilan. Terbagi menjadi dua:
1) Gugatan perdata Pada gugatan ini dikekenakan pada nasabah yang sudah
tidak ada harapan lagi untuk menyelesaikan kewajibannya secara Non
Litigasi. hal ini bertujuan untuk mendapatkan keputusan berkekuatan
hukum dan mengikat, yang wajib dilaksanakan oleh pihak terkait dalam
perkara gugatan.
2) Gugatan pidana Pada proses gugatan pidana ini dikenakan bagi nasabah
atau pemilik jaminan yang terlibat dalam tindak pidana yang
menimbulkan kerugian atas bank.
Tabel 4.1
Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Tingginya pembiayaan bermasalah pada Bank Syariah Mandiri sangat
ditentukan oleh penilaian pembiayaan yang dilakukan oleh pejabat bank. Penilaian
pembiayaan yang baik akan dapat meminimalkan timbulnya kegagalan pembiayaan.
Pemeriksaan pembiayaan merupakan suatu cara yang sangat penting dalam usaha
mengurangi kerugian yang mungkin timbul dari pembiayaan yang disalurkan.
Analisis Rescheduling Reconditioning Restructuring Pengadilan Agunan dijual oleh
Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Tidak Ada Prospek
Litigasi
Pengadilan
Non Litigasi
Agunan dijual oleh Nasabah
Agunan dijual oleh Bank
Agunan di beli oleh Bank
Masih Ada Prospek
Rescheduling
Reconditioning
Restructuring
Bank Penanganan Pembiayaan Bermasalah Masih Ada Prospek Tidak Ada Prospek
Non Litigasi Agunan dijual oleh Nasabah Litigasi Agunan di beli oleh Bank
pembiayaan merupakan suatu kegiatan untuk menilai atau memeriksa kembali
keadaan nasabah debitur yang berupa data-data dan informasi yang disampaikan
kepada bank, karena hal ini bertujuan untuk dapat meminimalkan terjadinya
pembiayaan bermasalah atau terjadinya praktik moral hazard nasabah pada
pembiayaan murabahah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan startegi pencegahan moral
hazad dalam nasabah pembiyaan murabaha di bank syariah mandiri kota jambi,
untuk itu secara khusus dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagi berikut:
1. sebelum memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus
melakukan penilaian seksama terhadap berbagai aspek. Akad murabahah
yang merupakan pembiayaan juga tidak luput pada risiko yang akan dihadapi
oleh bank, diantaranya: Fluktuasi harga komparatif, Penolakan nasabah,
Default atau kelalaian yang dimana semua aspek tersebut dijelaskan di bab
sebelumnya
2. pihak Bank Syariah Mandiri mengunakan strategi 5c untuk mencegah terjadi
nya moral hazard pada nasabah. Character, Capacity , Capital , Colateral ,
Condisi of ekonomi
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, selanjutnya dapat di usulkan saran yang
diharapkan akan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan startegi
pencegahan moral hazad dalam nasabah pembiyaan murabaha di bank syariah
mandiri kota jambi, untuk itu secara khusus dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagi berikut
1. Karakter dari calon debitor harus menjadi pertimbangan pertama. Bila ada
keraguan akan integritas dan itikad baik dari debitor, tidak perlu melakukan
analisis lagi. Tolak dengan tegas proposal yang di ajukan, karena untuk
menghindari dari upaya nakal dari calon debitor-debitor.
2. Karyawan-karyawan dan seluruh staf di dalam Bank Syariah Mandiri juga
harus mensyariahkan kehidupannya terutama dalam bertransaksi. Agar
menjadi Bank Syariah yang benar-benar syariah baik sistem maupun para staf
yang ada dalam Bank Syariah Mandiri.
3. Penilaian-penilaian terhadap nasabah harus lebih selektif, tidak hanya
memonitori pendapatan nasabah dan juga jaminan, namun juga harus
membantu nasabah agar dapat memajukan usaha yang di biayai sehingga
dampak baik pula bagi bank. Dan Moral Hazard yang akan di lakukan oleh
nasabah kecil kemungkinan akan terjadi atau bahkan bisa sama sekali tidak
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, cet. II, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1997).
Antonio, Muhammad Syafei “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani Pers,
Jakarta, 2001.
Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, (Jakarta: Kencena Prenamedia Group, 2005).
Dreher, Axel, “Does the IMF cause Moral Hazard? A Critical review of the
Evidence”, 2004.
Daeng Naja, Akad Bank Syari’ah, (Yogyakarta:Pustaka Yustisia, 2011).
Edi Riadi, Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS, (Yogyakarta: CV.
Andi, 2016).
Faisal Badrun, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit,
Irma Devita Purnamasari, Akad Syari’ah, (Bandung:Mizan Media Utama, 2001).
Jonathan Crowter, Oxford: Advanced & learner’s Dictionary, cet.V,(Amerika:
Oxford University Press, 1995).
M.yazid Afandi, Fiqih Mu’amalah, (Yogyakarta:Logung Pustaka,2009).
Miller Mathew B, Hibermen Michael, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press,
1992).
Nasution, Metode Researce (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
Nasution, Mustafa Edwin,“Moral Hazard dalam Perbankan Syariah”. Paper. Jakarta,
2005
Nur anisha, skripsi “indikasi moral hazard dan averse selection dalam penyaluran
dana pihak ketiga’’(Jakarta: uin syarif hidayatullah jakarta,tahun 2016)
Sugiyono.metode penelitian kombinasi (mixed methods), (Bandung: Alfabeta, 2011).
Teti Rahmawati, Indikasi Moral Hazard dalam Penyaluran Pembiayaan pada
Perbankan Syariah di Indonesia, Universitas Kuningan, JRKA Vol 1 No 1
Februari 2015.
Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,ed. III, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005).
T. Guritno, Kamus Ekonomi Bisnis Perbankan: Ingris-Indonesia, (Yogyakarta: Gajah
Mada
Vaubel, Roland, “The Moral Hazard of IMF Lending”, World Economy 6, 1983
A. Hasyim Ali, dkk, Kamus Asuransi, cet.II, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002 ), h. 141.
Haliding,, Safri“Moral Bankir dan Corporate Governance Syariah”, 2010 from
http://www.inpasonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id
=482:moral-bankir-dan-corporate-governance-
syariah&catid=70:opini&Itemid=104
www.syariahmandiri.co.id, akses 23 Desember 2017.
LAMPIRAN
Pertanyaan mengenai strategi pencegahan moral hazard
1. Bagaimana pihak bank menilai strategi pencegahan BSM dalam
pembiayaan murabahah terkait 5c ?
2. Bagaimana BSM melaksanakan screening nasabah pada aspek collateral
mengacu pada 5c ?
3. Seperti ada tidak strategi khusus yang BSM lakukan untuk menghadapi
moral hazard pada masyarakat jambi ?
4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya pembiayaan
bermasalah di Bank Syariah Mandiri ?
5. Upaya apa yang dilakukan Bank untuk pencegahan pembiayaan
bermasalah ?
Wawancara dengan bapak fitra sebagai staf bank mandiri syariah
CURRICULUM VITAE
A. IdentitasDiri
Nama : RD Feri Setiawan
NIM : SES141469
Tempat,TanggalLahir : Jambi 27 Oktober 1993
JenisKelamin : laki-laki
Alamat : jln Tuah Sakato Rt 36 Kel.Bagan Pete Kec. Alam
Barajo
E-mail : [email protected]
No. HP : 08117410127
Nama Ayah : RD Izhar
Nama Ibu : Yunita
B. RiwayatPendidikan
No Pendidikan Tahun
1 SDN 22 Bularan Kenali 2000-2006
2 MTS AN-Nizhom 2008-2011
3 SMAK DB3 2011-2014
4 UIN SulthanThahaSaifuddin Jambi 2014-2019
Jambi,18 Juni 2019
Penulis
Rd Feri Setiawan