strategi pencegahan moral hazard pada calon …

79
STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON NASABAH PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI KOTA JAMBI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Ekonomi Syariah Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Oleh: RD FERI SETIAWAN NIM : SES141469 JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1440 H / 2019 M

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON NASABAH PEMBIAYAAN

MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI

KOTA JAMBI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Ekonomi Syariah

Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Oleh:

RD FERI SETIAWAN

NIM : SES141469

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

1440 H / 2019 M

Page 2: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …
Page 3: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …
Page 4: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …
Page 5: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

MOTTO

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (An-Nisa:29)

Page 6: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi pencegahan moral

hazard dalam nasabah pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri.

Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Jenis data yang digunakan

yaitu data primer dan sekunder. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan

dokumentasi. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa dengan adanya strategi

pencegahan moral hazard memberikan dampak yang positif dengan anggota

nasabah Bank Syariah Mandiri, adalah untuk melakukan bagaimana

melakukan sesuatu itu harus dipikirkan sebelum terjadi sesuatu yang tidak

diinginkan ataupun banyak mudaratnya dari pada manfaatnya. Selain itu,

dengan adanya strategi pencegahan dapat mengontrol apa yang dilakukan

pihak bank dan nasabah tersebut. Adapun strategi pencegahan diukur melalui 6

C: Character (karakter), Capacity (Kemampuan Nasabah), Capital (Modal),

Collateral (Jaminan), Conditions Of Economy (Kondisi Ekonomi), Constraint

(Batasan).

Kata Kunci: Strategi Pencegahan, Moral Hazard, Nasabah

PERSEMBAHAN

Page 7: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Yang Utama Dan Segalanya

Sembah sujud serta syukur kepada ALLAH SWT. Dengan rahmatmu telah

memberikanku kekuatan membekaliku dengan ilmu serta rasa kasih sayang.

Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang

Sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu tertimpahkan

Kehadiran baginda Rasulillah Muhammad SAW.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga

Kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibuku tersayang dan Ayahku tersayang yang

telah memberikan dukungan, dan cinta kasih sayang yang tiada terhingga, yang tiada

mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan

persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan ayah

bahagia karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk ibu dan

ayah yang membuatku selalu termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu

mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik, terima kasih ibu, ayah.......

Untukk para sahabat ku

Untuk para sahabat ku, Sigit Fitriadi,Sugeng Antasa,M yunus, Nurhamida, Ayu

Safitri,Mubayyina,Fani Oktavia dan Indriani Ratih, tiada yang paling mengharukan

saat kumpul bersama kalian, walaupun kita sering bercanda yang berlebihan dan

membuat kita semakin erat tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak bisa tergantikan

selama ini, terimakasih untuk semangat dan motivasi yang telah kalian berikan,

Hanya karya kecil ini yang dapat kupersembahkan.

Skripsi ini kupersembahkan pula untuk orang yang sangat berarti bagiku Elisa terima

kasih telah memberi semangat serta mendukung ,dan selalu ada buatku dan kasih

Page 8: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

sayangnya selama ini. Untuk sahabatku, teman-teman khususnya Ekonomi Syariah

terimakasih selalu memberikanku semangat, motivasi sehingga aku bisa

menyelesaikan skripsi ini....

Page 9: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang, atas taufiq dan

hidayah-Nya maka penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sang suri

teladan umat, yang telah membawa umat-Nya kealam yang terang benderang dengan

cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.

Perjalanan panjang disertai perjuangan yang melelahkan terasa begitu indah

untuk dikenang suka dukanya dalam merampungkan dan menyelesaikan skripsi yang

berjudul “STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD DALAM NASABAH

PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI KOTA JAMBI”

untuk mendapat gelar Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, ini mencapai titik akhir

dengan penuh rasa syukur.

Skripsi ini bukanlah hasil karya dari perjuangan diri sendiri, namun banyak

pihak yang turut serta membantu terutama kepada Bapak Ambok Pagiuk, S.AG.,M.SI

selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Eja Armaz Hardi, LC.,M.A selaku Dosen

Pembimbing II yang saya ucapkan trima kasihatas motivasi bantuan dan dukungan

dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis jugamengucapan terima

kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada mereka, yaitu:

Page 10: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

1. Bapak Dr. Subhan, M.Agselaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN

Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Ibu Rafidah, SE, M. EI, selaku wakil Dekan Fakultas FEBI. Bapak Dr. Novi

Mubyarto,SE., ME dan Ibu Dr. Halimah Dja‟far, S.Ag., M.Fil.l selaku wakil

dekan I, II, dan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sultan Thaha

Saifuddin Jambi.

3. Bapak Dr Sucipto, MA, selaku ketua prodi Ekonomi Syariah dan Ibu G.W.I.

Awal Habibah, M.E.Sy selaku sekretaris prodi Ekonomi Syariah

4. Elyanti Rosmanidar, SE.,M.SI.AK selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sultan Thaha Saifuddin

Jambi. Terimakasih banyak atas ilmu yang telah diberikan semoga dapat menjadi

bekal bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu tersebut menjadi suatuk

bermanfaatan.

6. Seluruh karyawan dan karyawati dilingkungan akademik Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Islam UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Fitra selaku pengurus Bank Mandiri Syariah dan semua staf pengurus

Bank Mandiri Syariah Jambi.

8. Teman-teman jurusan Ekonomi Syariah, teman-teman seperjuangan di kampus

tercinta dan kawan-kawan posko20 Desa bangso KUKERTA gelombang

III,sehingga penulis dapat terus optimis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT melimpahkan

ridha dan keberkahan-Nya dalam kehidupan kita.

Jambi, Mei 2019

Penulis

RD Feri Setiawan

SES. 141469

Page 12: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... ii

NOTA DINAS............................................................................................................ iii

MOTTO ..................................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN .....................................................................................................

ABSTRAK .................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

DAFTAR TABEL .....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................

B. Rumusan Masalah .................................................................................

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................

D. Manfaat Penelitian ................................................................................

E. Batasan Masalah ...................................................................................

F. Kerangka Teori .....................................................................................

G. Tinjauan Pustaka ...................................................................................

H. Kerangka Pemikiran .............................................................................

BAB II METODELOGI PENELITIAN ....................................................

A. Pendekatan penelitian ...........................................................................

B. Setting dan Subjek Penelitian ...............................................................

C. Jenis dan Sumber Data ..........................................................................

Page 13: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................

E. Teknik Analisis Data .............................................................................

F. Sistematika Penulisan ...........................................................................

BAB III. GAMBARAN UMUM ..........................................................................

A. Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri ..........................................................

B. Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri ................................................

C. Nilai-nilai dan perilaku utama PT. Bank Syariah Mandiri ......................

D. Moto dan Tanggung Jawab PT. Bank Mandiri Syariah ...........................

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................

A. Indikasi Moral Hazard Nasabah ..............................................................

B. Strategi Bank Syariah Mandiri dalam Mencegah terjadinya Moral Hazard

dalam Nasabah pada Pembiayaan Murabahah.........................................

C. Bentuk Moral Hazard Nasabah pada Pembiayaan Murabahah di Bank

Syariah Mandiri .......................................................................................

D. Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada Bank

Syariah Mandiri .......................................................................................

E. Penyelamatan Pembiayaan pada Nasabah yang Tidak Memiliki Prospek

BAB V. PENUTUP ...............................................................................................

A. Kesimpulan ..............................................................................................

B. Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURICULUM VITAE

Page 14: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Data Pembiyaan 2015 – 2017

Tabel 1.2 : Tinjauan Pustaka

Tabel 4.1 : Penanganan Pembiayaan Bermasalah

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Data NPF (Non Perfomance Financing)

Page 15: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kredit macet atau non performing loan adalah kredit yang mengalami

kesulitan pelunasan akibat adanya faktor –faktor atau unsur kesengajaan atau karena

kondisi diluar kemampuan debitur. Sejak krisis keuangan yang berlanjut dengan

krisis ekonomi yang melanda indonesia sejak tahun 1997, Kredit macet meledak dan

terjadilah krisis perbankan. Pada saat itu kepercayaan masyarakat terhadap perbankan

terus menurun dan meningkatnya penarikan dana masyarakat dari perbankan.

Meningkatnya jumlah non performing loan semakin memperburuk kondisi

perbankan di Indonesia. Bencana yang terjadi pada perbankan menjadi pelajaran

penting industri perbankan Indonesia. Berbagai kejadian moral hazard tersebut,

harus menjadi perhatian serius bagi para stakeholder bank syariah. Perbankan syariah

adalah bagian dari intitusi bisnis lainnya, maka harus diwaspadai adanya

kemungkinan moral hazard.1

Perbankan merupakan salah satu industri keuangan yang erat kaitannya

dengan moral hazard. Istilah moral hazard kembali populer sejak terjadinya krisis

keuangan di asia pada saat itu, kebijakan kredit bank dinilai kurang berhati-hati dalam

memberikan pinjaman sejalan dengan itu, back up yang di sediakan bank sentral

justru membuat bank semakin berani mengambil risiko dalam memberikan pinjaman.

1Teti Rahmawati, Indikasi Moral Hazard dalam Penyaluran Pembiayaan pada Perbankan

Syariah di Indonesia, Universitas Kuningan, JRKA Vol 1 No 1 Februari 2015, hal 63.

Page 16: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Moral hazard juga terdapat adverse selection, yang dimana adanya ketidak

seimbangan informasi yang di lakukan oleh salah satu pihak, yang menyebabkan

pihak lain tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya terhadap suatu usaha. Sehingga

pilihan yang di tetapkan hanya menguntungkan satu pihak saja, dan merugikan pihak

lain.2

Moral hazard dalam dunia perbankan pada awalnya sering digunakan dalam

bisnis asuransi dengan harapan akan mendapatkan klaim atas barang yang telah di-

asuransikan. Kemudian kata moral hazard dipergunakan dalam perspektif perbankan

yang merujuk pada perilaku pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) misalnya

pihak bank (pemegang saham dan manajemen), deposan dan debitur perbankan yang

menciptakan insentif untuk melakukan agenda dan tindakan yang tersembunyi yang

berlawanan dengan etika bisnis dan hukum yang berlaku.

Moral hazard di Bank Syariah seperti yang terjadi dalam skema bagi hasil

(sebagai contoh dalam akad Mudharabah) merupakan masalah yang timbul ketika

mudharib menggunakan pembiayaan yang diterimanya tidak sesuai dengan yang

diperjanjikan.3

Oleh karena itu, bank harus memiliki strategi yang tepat dalam meminimalisir

resiko moral hazard yaitu sebagai berikut:

2 Nur anisha, skripsi “indikasi moral hazard dan averse selection dalam penyaluran dana

pihak ketiga’’(Jakarta: uin syarif hidayatullah jakarta,tahun 2016) 3Antonio, Muhammad Syafei “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani Pers, Jakarta,

2001.

Page 17: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

1. Dalam setiap pengajuan setiap anggota dituntut adalah nasabah yang dapat

dipercaya karena pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan yang hanya

bersifat kepercayaan, sehingga karakter, watak dan kejujuran adalah modal

utama bagi seorang nasabah. Bank harus mengetahui karakter si nasabah

melalui interview yang dilakukan karena dari interview ini bank mempunyai

caranya sendiri untuk menilai seseorang karena mereka dibekali dengan

pembelajaran karakter, setidaknya mereka mempunyai sedikit informasi

mengenai si nasabah.

2. Yang selalu menjadi bahan pertimbangan adalah 6C (character, capacity,

capital, commitmen, dan collateral, constraint), koperasi akan selalu

menggunakan analisis tersebut karena keenam analisis tersebut adalah rumus

meminimalisir resiko dalam setiap peryataan.

3. Pengawasan atau monitoring sangat diperlukan untuk meminimalisir resiko

moral hazard yang timbul dari pembiayaan Murabahah, nasabah dituntut

untuk jujur karena bank akan selalu mengawasi dan survey langsung ke lokasi

(on site monitoring).4

Pembiayaan yang dilakukan oleh pihak perbankan sangat rawan.Potensi

moral hazard sangat besar karena kepentingan masing-masing pihak. Dengan

demikian dalam masalah moral hazard akan menyangkut siapa yang akan

menyimpang, mengapa menyimpang dan siapa yang dirugikan akibat tindakan

4Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, hlm., 158-161

Page 18: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

tertentu. Oleh karena itu, perbankan syari'ah harus mampu meminimalisir adanya

risiko kerugian dalam pembiayaan yang berisiko tinggi ini dalam rangka untuk

memperoleh keuntungan yang sesuai dengan harapan dan mendapatkan berkah.

Dibalik perkembangan bank syariah yang secara kuantitas semakin

berkembang tetapi dalam pelaksanaanya, prinsip dasar dalam kegiatan perbankan

syariah yaitu sistem bagi hasil kurang diminati dalam kegiatan pembiayaan

perbankan syariah. Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah secara nasional pada

tahun 2008 hanya sebesar 16,25% dan 19,40 % bila dibandingkan dengan

pembiayaan Murabahah(jual beli) yang sebesar 58,87%, dari total pembiayaan

sebesar 2,16 triliun. Meskipun pertumbuhan pembiayaan sangat cepat, tak berarti

perbankan syariah tidak lagi menerapkan prinsip kehati-hatian.

Tabel 1

Data Pembiayaan 2015-17

Keterangan 2015 2016 2017

Total

pembiayaan 1.736.387 1.310.354 1.508.210

Total NPL 91.497 60.819 69.849

% 5,269 4,641 0,628

Page 19: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Grafik 1. Data NPF(Non Perfomance Financing)

Pada grafik 1 diatas dapat disimpulkan bahwa data NPF ditahun 2015 sebesar

5,269 %, kemudian di tahun 2016 menurun sebesar 4,641 %, dan di tahun 2017

menjadi sebesar 0,628 %.

Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang menarik karena diharapkan

pembiayaan dengan akad jual beli diharapkan lebih menggerakkan sector riil berupah

modal kerja investasi dan konsumsi. Dan bila ditinjau dari prinsip ketaatan terhadap

syariah, pembiayaan dengan prinsip jual beli menimbulkan celah lebih besar untuk

melakukan penyimpangan terhadap prinsip syariah.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Strategi pencegahan moral Hazard dalam nasabah

pembiayaan Murabahah di Bank Syariah Mandiri”.

5,269 %

4,641 % 0,628 %

2015 2016 2017

Data NPF

%

Page 20: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

B. Rumusan Masalah

Strategi Pencengahan Moral Hazard dalam nasabah pembiayaan Murabahah

di Bank Syariah Mandiri?.

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui Strategi pencengahan Moral Hazard dalam nasabah

pembiayaan Murabahah di bank Syariah Mandiri

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi kampus, Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan konstribusi

berupa buku bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri

Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Khususnya di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Islam .

2. Bagi Praktisi, Penelitian skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan

sumbangan yang berarti Lembaga Perbankan. Khususnya Perbankan Syariah

dan sekaligus dapat memberikan penjelasan tentang penerpan pembiayaan

murabahah.

E. Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika penulisan

karya ilmiah sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka penulis merasa perlu

membatasi permasalahan yang akan dibahas, sehingga tidak keluar dari topik

pembahasan yaitu strategi pencengahan Moral Hazard dalamNasabah Pembiayaan

Murabahah Di Bank Syariah Mandiri.

Page 21: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

F. Landasan Teori

1. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata latin “mos” (bentuk jamaknya yaitu “mores”) yang

berarti adat dan cara hidup.5 atau dengan kata lain adat kebiasaan. Dalam bahasa

indonesia moral di terjemahkan sebagai (ajaran) baik buruk yang di terima umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila.6 Selanjutnya

moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang di gunakan untuk menentukan batas-

batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat

di katakan benar, salah, baik, atau buruk. Disamping itu, moral juga didefinisikan

sebagai berikut:

a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk;

b. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah;

c. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.7

Berdasarkan kutipan diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang

di gunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai

(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari di

katakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang di maksudkan adalah bahwa

orang tersebut tingkah lakunya baik. Singkatnya moral adalah sesuatu hal yang

5Faisal Badrun, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), hal. 5

6Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,ed. III, (Jakarta: Balai Pustaka,

2005), h.754 7Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, cet. II, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1997), h. 90.

Page 22: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

mengatur kehidupan manusia dinilai dari baik dan buruknya perbuatan selaku

manusia.

Berdasarkan dari definisi-definisi diatas, menurut penulis moral adalah istilah

yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai

(ketentuan) baik/buruk, benar/salah.

2. Definisi Moral Hazard

Arti hazard adalah bahaya: asr. Suatu situasi yang dapat menambah terjadinya

kerugian (loss) si tertanggung (insured) mis. Kondisi lingkungan tak sehat, rumah tak

dijaga.8

Sedangkan isilah hazard itu sendiri merupakan “a think can be dangerous or

cause damage: a danger or risk”9, yang dapat diartikan bahwa berfikir atas sesuatu

yang dapat menimbulkan suatu bahaya atau yang dapat menyebabkan kerusakan

maupun risiko. Hazard merupakan istilah yang di gunakan untuk menyatakan tentang

sesuatu perbuatan yang dapat membahayakan.

Dengan kata lain, Hazard itu juga menunjuk pada situasi tertentu yang

memperlihatkan/meningkatkan kemugkinan terjadinya hal-hal yang akan

menimbulkan kerugian.10

Dalam lapangan kajian tentang akhlak, moral hazard lazim

di sebut dengan akhlak buruk (akhlak al-madzmumah), sebagai kebalikan dari akhlak

yang baik (akhlak al-mahmudah). Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa Hazard itu

8T. Guritno, Kamus Ekonomi Bisnis Perbankan: Ingris-Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada

9Jonathan Crowter, Oxford: Advanced & learner’s Dictionary, cet.V,(Amerika: Oxford

University Press, 1995), h. 549. 10

A. Hasyim Ali, dkk, Kamus Asuransi, cet.II, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002 ), h. 141.

Page 23: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

termasuk sifat-sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat

membawanya kapada kebinasaan. Pada dasarnya moral hazard itu merupakan

maksiat karena maksiat itu adalah meninggalkan/melupakan suatu ketaatan.

1. Moral Hazard.

Penggunaan istilah moral hazard pada awalnnya digunakan dalam bidang

asuransi. Dalam kamus Inggris makna moral hazard diterangkan sebagai the hazard

arising from the uncertainty or honesty of the insured. Sebagai contoh : bila seorang

pengusaha yang mengambil asuransi resiko kebakaran untuk gudangnya. Ketika ia

terjepit hutang dan menjelang jatuh tempo maka kecenderungannya akan mengambil

jalan pintas dan melakukan ketidak jujuran, ia akan membakar sendiri gudangnya

untuk mendapatkan dana asuransi sebagai ganti ruginya. Moral hazard muncul

karena seorang individu atau lembaga yang tidak konsekuen secara penuh dan tidak

bertanggung jawab atas perbuatannya, dan karenanya cenderung untuk bertindak

kurang hati-hati untuk melepas tanggung jawab atas konsekuensi dari tindakannya

kepada pihak lain.

Moral hazard di dunia perbankan sudah sering terjadi bahkan menjadi

kebiasaan dari para bankir, seperti korupsi dan penyimpangan baik di bank BUMN

maupun bank swasta. Dhani Gunawan, peneliti senior Bank Indonesia, menyatakan

Page 24: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

bahwa korupsi di lembaga perbankan pada umumnya dapat menjelma dalam tiga

bentuk. Pertama, bentuk langsung, Kedua, tidak langsung dan Ketiga, samar-samar.11

Moral hazard dalam dunia perbankan setidaknya dapat dibedakan atas 2

tingkatan. Pertama, moral hazard pada tingkat bank dan yang kedua adalah moral

hazard di tingkat nasabah. Moral hazard di tingkat bank dapat dibedakan atas

beberapa diantaranya :

1) Moral Hazard dalam penyaluran dana pihak ketiga, yaitu risky lending behavior

yang menyebabkan timbulnya moral hazard dan adverse selection ditingkat

nasabah, yang disebut juga moral hazard tidak langsung (mengacu kepada

pengertian moral hazard.

2) Moral hazard ketidak hati-hatian bank dalam menyalurkan kredit karena

adanya penjaminan dari pemerintah atau keberadaan lembaga penjamin

simpanan dalam hal ini termasuk dalam moral hazard langsung (mengacu

kepada pengertian moral hazard.12

3) Moral hazard pada saat penyaluran bank tidak mencerminkan bank sebagai

lembaga intermediasi atau tidak meyalurkan dana kepada sektor riil.

4) Moral hazard ketika bank memberikan cost of fund yang rendah dan

menerapkan tingkat yang tinggi, juga termasuk dalam kategori moral hazard

dan lainnya.

11

Haliding,, Safri“Moral Bankir dan Corporate Governance Syariah”, 2010 from

http://www.inpasonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=482:moral-bankir-

dan-corporate-governance-syariah&catid=70:opini&Itemid=104 12

Dreher, Axel, “Does the IMF cause Moral Hazard? A Critical review of the Evidence”, 2004

Page 25: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang berlandaskan prinsip ilahiyah

yang dalam operasionalnya memiliki perbedaan dengan bank konvensional.

Meskipun prinsip syariah dalam perbankan berasal dari nilai-nilai ilahiah namun

sebagaimana kegiatan perekonomian lainnya, perbankan syariah pun tidak lepas dari

masalah korupsi.13

Termasuk juga masalah moral hazard dan adverse selection.

Seperti perbankan konvensional, moral hazard di bank syariah setidaknya dapat

dibedakan menjadi moral hazard pada bank dan juga moral hazard pada nasabah.

Moral hazard pada bank terjadi ketika bank syariah sebagai mudharib tidak berhati-

hati dalam menyalurkan dana sehingga berpotensi menimbulkan moral hazard di sisi

nasabah dan menyebabkan kerugian.

Moral hazard lainnya yaitu pada saat bank tidak membayarkan bagian

shahibul maal sebagaimana rasio yang telah ditetapkan di awal perjanjian, atau

ketidakpatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip syariah, juga dapat

dikategorikan dalam tindakan moral hazard. Sedangkan moral hazard pada nasabah

umumnya terjadi pada produk pembiayaan yang berbasis pada equity financing

(mudharabah dan musyarakah) atau biasa dikenal dengan profit loss sharing. Akad

mudharabah yang tidak mensyaratkan jaminan dan juga memberikan hak penuh pada

mudharib untuk menjalankan usaha tanpa campur tangan shahibul maal dan

ditanggungnya kerugian oleh shahibul maal (kecuali kesalahan manajemen)

mengakibatkan akad pembiayaan ini sangat rentan terhadap masalah moral hazard.

13

Nasution, Mustafa Edwin,“Moral Hazard dalam Perbankan Syariah”. Paper. Jakarta, 2005

Page 26: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Moral hazard pada sisi nasabah ini merupakan isu global yang menyebabkan bank

syariah lebih memilih dengan pembiayaan dengan basis debt financing (murabahah,

ishtisna, dan salam). Pada penelitian ini, moral hazard hanya dibatasi pada peran

bank sebagai mudharib yang bertanggung jawab terhadap dana yang diamanahkan

oleh pihak shahibul maal.14

Indikasi moral hazard lainnya terjadi jika pada saat NPL/NPF meningkat pada

saat harga rumah meningkat. Idealnya ketika harga rumah meningkat maka

permintaan untuk kredit rumah akan menurun, jumlah penyaluran kredit rumah juga

akan turun sehingga jika pada kondisi tersebut NPL/NPF meningkat mengindikasikan

bank kurang berhati-hati atau kurang monitoring. Indikasi moral hazard yang terakhir

dapat dilihat dari kebijakan kredit atau pembiayaan bank yang berhati-hati atau

kurang berhati-hati yang menyebabkan terjadinya peningkatan NPL/NPF. Jika bank

kurang berhati-hati atau kurang monitoring berarti bank kurang melakukan antisipasi

terhadap terjadinya moral hazard di sisi debitur.

3. Strategi pencegahan

a. Character

Mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak dan kejujuran dari

pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban – kewajiban finansialnya.

Adapun beberapa petunjuk untuk mengetahui karakter adalah:

14

Vaubel, Roland, “The Moral Hazard of IMF Lending”, World Economy 6 : 291-304, 1983

Page 27: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

1) Mengenal dari dekat

2) Mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur

3) mengumpulkan keterangan dan meminta pendapat dari rekan- rekannya,

pegawai

4) dan saingannya mengenai reputasi, kebiasaan pribadi, pergaulan sosial dan

lain-lain.

b. Capacity

Menerangkan tentang kemampuan dalam manajemen maupun keahlian

dalam bidang usahanya, dilakukan dengan jalan mengetahui:

1) Angka-angka hasil produksi.

2) Angka-angka penjualan dan pembelian.

3) Perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya.

4) Data-data finansiil diwaktu-waktu yang lalu, yang tercermin didalam

laporan keuangan perusahaan

c. Capital

Ini menunjukkan posisi finansiil perusahaan secara keseluruhan yang

ditunjukkan oleh ratiofinansiilnya dan penekanan pada komposisi “Tangible net

worth” nya, dapat dilakukan dengan menganalisa neraca selama sedikitnya dua

tahun terakhir, dan mengadakan analisis ratio untuk mengetahui likuiditas,

solvabilitas, rentabilitas dari perusahaan calon peminjam kredit.

Page 28: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

d. Collateral

Collateral berarti jaminan. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan

diikatkan sebagai jaminan, dan hal ini dapat dilakukan dengan cara: meneliti

mengenai pemilikan jaminan, mengukur stabilitas dari pada nilainya,

memperhatikan kemapuan untuk dijadikan uang dalam waktu relatif singkat

tanpa terlalu mengurangi nilainya, memperhatikan pengikatan barang yang

benar- benar menjamin kepentingan bank, sesuai dengan ketentuan hukum yang

berlaku.

e. Conditions of Economy

Melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sektor usaha

sipeminta kredit, dengan cara melihat keadaan ekonomi yang akan

mempengaruhi perkembangan usaha calon peminjam, kondisi usaha calon

peminjam, perbandingannya dengan usaha sejenis lainnya di daerah dan lokasi

lingkungannya; keadaan pemasaran dari hasil usaha calon peminjam, prospek

usaha dimasa yang akan datang untuk kemungkinan bantuan kredit,

kebijaksanaan pemerintah yang mempengaruhi terhadap prospek industri

dimana perusahaan pemohon kredit termasuk didalamnya.

f. Constraint

Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu

bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.

Page 29: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

4. Pembiayaan Bank Syariah

a. Pengertian Murabahah

Pengertian Murabahah secara lafdzi berasal dari masdar ribhun

(keuntungan). Sedangkan secara istilah menurut ulama‟ Hanafiyah

memindahkan hak milik seseorang kepada orang lain sesuai dengan transaksi

dan harga awal yang dilakukan pemilik awal di tambah dengan keuntungan

yang yang diinginkan. Sedangkan menurut ulama‟ Syafi‟iyah dan Hanabilah

berpendapat murabahah adalah jual beli yang dilakukan seseorang dengan

berdasarkan pada harga beli penjual ditambah keuntungan dengan syarat harus

sepengetahuan kedua belah pihak.15

Sedangkan pengertian Murabahah dalam perbankan syari‟ah adalah

transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank

bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Kedua pihak

harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual

dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati, tidak dapat berubah

selama berlakunya akad, sementara pembayaran dilakukan secara tangguh.16

b. Definisi Murabahah

Secara bahasa murabahah berasal dari kata Ar-Ribhu yang berarti ُالنَّ مَ اء

(an-namaa’) yang berarti tumbuh dan berkembang, atau murabahah juga

15

M.yazid Afandi, Fiqih Mu’amalah, (Yogyakarta:Logung Pustaka,2009),h.85 16

Daeng Naja, Akad Bank Syari’ah, (Yogyakarta:Pustaka Yustisia, 2011),h.43

Page 30: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

berarti Al-Irbaah karena salah satu dari dua orang yang bertransaksi

memberikan keuntungan kepada yang lainnya.

Ungkapan yang sering digunakan dalam transaksi murabahah adalah:

a) Bila seorang penjual mengatakan: “Saya jual dengan harga beli saya atau

dengan harga perolehan saya disertai dengan keuntungan sekian”.

b) Bila seorang penjual mengatakan: “Saya jual dengan biaya-biaya yang telah

saya keluarkan disertai dengan keuntungan sekian”

c) Bila seorang penjual mengatakan: “Saya jual dengan ra’sul maal (harga

pokok) disertai dengan keuntungan sekian”

c. Resiko dalam Transaksi Murabahah

Dalam transaksi murabahah, resiko yang mungkin terjadi dan harus

diantisipasi adalah:

1) Resiko pembiayaan (credit risk), yang disebabkan oleh nasabah

wanprestasi atau gagal dalam mengembalikan pembiayaan yang ditrima

dari bank (default).

2) Risiko pasar, yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar, jika pembiayaan

atas dasar akad murabahah di berikan dalam valuta asing.

d. Fatwa Syari‟ah tentang Murabahah

Menurut fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000,

untuk dapat menjalankan pembiayaan murabahah, ketentuan yang harus diikuti

adalah sebagai berikut:

Page 31: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

1) Bagi bank syari‟ah:

a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

b) Barang yang diperjual belikantidak diharamkan oleh syari‟at islam.

c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang

telah disepakati kualifikasinya.

d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,

dan pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

e) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,

misalnya jika pembelian dilakukan secara utang/pembayaran tangguh.

f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)

dengan harga jual senilai harga beli ditambah dengan keuntungannya.

Dalam kaitan ini bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok

barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada

jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

h) Untuk mencegah terjadinya penyalah gunaan atau kerusakan akad

tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan

nasabah.

i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari

pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang,

secara prinsip, menjadi milik bank.

Page 32: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

2) Bagi Nasabah

a) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang

atau aset kepada bank.

b) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih

dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

c) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah

harus menerima (membeli) sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakatinya karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat,

kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

d) Dalam jual beli ini bank diperbolehkan meminta nasabah untukk

membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal

pemesanan.

e) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank

harus dibayar dari uang muka tersebut.

f) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh

bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

g) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang

muka maka jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia

tinggal membayar sisa harga namun apabila nasabah batal membeli, uang

muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung

Page 33: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

oleh bank akibat pembatalan tersebut,dan jika uang muka tidak

mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.17

e. Jaminan dalam konsep Murabahah

Pada dasarnya, jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah

serius dengan pesanannya. Karena itu, bank dapat meminta nasabah untuk

menyediakan jaminan yang dapat dipegang. Dalam setiap akad murabahah yang

diterapkan dalam praktek, biasanya memang ditetapkan suatu jaminan.

Pada skema murabahah sederhana (dalam arti murabahah yang terjadi

sehubungan dengan pembelian suatu barang dimana barang dijual oleh bank

dengan suatu margin tertentu), yang dijadikan sebagai jaminan pembayaran

cicilan nasabah kepada bank biasanya adalah barang yang dijual tersebut.

Contoh “Siska membeli rumah berlantai dua milik yeni disurabaya dengan

pembiayaan melalui bank syari‟ah. Bank Syari‟ah tersebut menggunakan konsep

murabahah dalam pelaksanaannya. Siska dapat bertransaksi langsung dengan

yeni (Siska bertindak selaku kuasa dari bank) dengan harta Rp 100 juta.

Selanjutnya bank akan “menjual” kembali rumah yang sudah “dibelinya”

tersebut kepada Siska dengan menetapkan margin sebesar Rp 10 juta untuk

jangka waktu cicilan selama 3 tahun, Siska akan menyerahkan rumah itu kepada

bank, untuk dibebani dengan Hak Tanggungan (bahasa awamnya hipotek). Jadi

rumah yang akan dijadikan sebagai objek jual beli murabahah dijadikan sebagai

jaminan pembayaran siska selaku nasabah.

17

Irma Devita Purnamasari, Akad Syari’ah, (Bandung:Mizan Media Utama, 2001),h,54

Page 34: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Namun tidak tertutup kemungkinan pihak bank meminta jaminan

tambahan diluar barang yang dimurabahah kan. Pada skema murabahah yang

komples (dalam arti skema murabahah tersebut dijadikan sebagai sarana

pembiayaan suatu mega proyek, misalnya kredit konstruksi mal), maka biasanya

yang dijadikan sebagai jaminan tidak hanya objek yang diperjanjikan, melainkan

juga bisa melibatkan berbagai jaminan lain yang dapat ditrima oleh hukum

positif, seperti hak anggungan berupa fixed asse milik nasabah yang berada

diempat lain, fidusia atas tagihan, gadai saham, gadai deposito, jaminan

perusahaan (corporate guarantee), jaminan perorangan (personal guarantee)

atau jaminan apapun yang dapat ditrima oleh bank syari‟ah.18

G. Penelitian Terdahuluan

18

Irma Devita Purnamasari, Akad Syari’ah, (Bandung:Mizan Media Utama, 2001),h,54-55

No

Penulis Judul

Penelitian

Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

1 Dwi

Agustin

Maulida

2015

Meminimalisir

resiko moral

hazard pada

pembiayaan

mudharabah

di koperasi

syariah nuri

jawa timur

(KSN Jatim)

kualitatif Penerapan mudharabah

di KSN JATIM sudah

sesuai dengan syariat

karena telah memenuhi dari

rukun mudharabah

seperti adanya aqid,

maq‟ud alaih,dan sighat.

Aqid adalah adanya

pengelola dan pemberi

dana, maq‟ud alaiah adalah

bagi hasil atau keuntungan

Page 35: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

yang disepakati, sedangkan

sighat adalah ijab qabul

antara shahibul maal dan

mudharib.

2 Fany

Yunita Sri

Rejeki 2013

Akad

pembiayaan

murabahah

dan

praktiknya

pada PT

BANK

Syariah

Mandiri

Cabang

Manado

Hokum

normatif

Prosedur dan persyaratan

dalam penyaluran dana

berupa akad pembiayaan

murabahah di PT Bank

Mandiri Cabang Manado

,tidak hanya dilakukan

berdasarkan ketentuan

hokum islam melainkan

juga berdasarkan hukum

perbankan syariah serta

ketentuan khusus yang

diterapkan di PT BSM.

3 Khaikal

Mulki

Analisis

Pengaruh

Moral Hazard

terhadap

Pembiayaan

Bank Syariah

di Indonesia

Error

Correction

Model

(ECM)

Hasil pene,itian dengan

menggunakan ECM

menunjukkan jangka

pendek dan jangka panjang

hanya variabel NPF saja

yang berpengaruh terhadap

pembiayaan. Sedangkan

variabel PDB tidak

berpengaruh secara

signifikan terhadap

pembiyaan. Hasil koefisien

determinasi menunjukkan

angka sebesar 85% hal itu

menandakan kemampuan

variabel independen

menjelaskan variabel

dependen, sementara 14%

dijelaskan oleh variabel

lain.

4 Rina

Mandara

Resiko Moral

Hazard pada

Pelaksanaan Good

Corporate Governance

Page 36: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Penulis memilih penelitian dengan judul strategi pencegahan moral hazard

dalam nasabah pembiayaan murabahah di Bank syariah Mandiri.Adapun perbedaan

dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini penulis membahas

mengenai stategi pencegahan moral hazard dalam nasabah di dalam pembiayaan

murabahah.

Harahap Perbankan di

Indonesia

bagi perbankan syariah.

Good Corporate

Governance adalah

tatakelola bank yang

menerapkan prinsip-prinsip

keterbukaan

(transparancy),

akuntabilitas

(accountability),

pertanggung jawaban

(responsibility),

independensi

(independency), dan

kewajaran (fairness).

Page 37: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu

data yang diperoleh berupa (kata- kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam

bentuk bilangan atau angka statistic melainkan dalam bentuk kualitatif yang memiliki

arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekunsi.19

Penelitian ini dilakukan untuk

mendiskripsikan Strategi Pencegahan Moral Hazad Pada Nasabah Pembiayaan

Murabahah di Bank Syariah Mandiri.(BSM) Kota Jambi.

B. Setting dan Subjek Penelitian

Setting, dapat dipahami sebagai suatu keadaan atau tempat dimana subjek

penelitian itu berada. Sehubungan dengan itu penelitian ini mengambil lokasi di Bank

Syariah Mandiri Kota Jambi.

Alasan menjadikan Bank Syariah Mandiri Kota Jambi sebagai setting

penelitian karena Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu Bank Umum dengan

sistem operasional yang berbasis syariah, yang telah banyak menangani masalah

pembiayaan terhadap nasabah terlebih terhadap Pembiayaan Murabahah.

19

Miller Mathew B, Hibermen Michael, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992),

hlm. 15

Page 38: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini di bedakan menjadi dua yakni:20

a. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan berbentuk wawancara yang dilakukan

terhadap narasumber yang berasal dari para pelaku dan yang terkait dengan

persoalan untuk mengetahui Bank Syariah Mandirin dan informasi yang

diperoleh dari tangan pertama yang dikumpulkan secara langsung dari

sebelumnya..21

Data primer pada penelitian ini ialah data yang dikumpulkan langsung

dari pihak Bank syariah Jambi melalui teknik Wawancara yang dilakukan

oleh peneliti.

b. Data Skunder

Data sekunder adalah informasi tangan kedua yang sudah

dikumpulkan oleh beberapa orang (organisasi) untuk tujuan dan tersedia

untuk berbagai penelitian. Data sekunder tersebut tidak murni dalam karakter

dan telah menjalani treatment setidaknya satu kali.22

Data sekunder pada penelitian ini berupa arsip-arsip atau dokumen-

dokumen, pengumunan serta surat-surat yang berkaitan dengan penelitian

dengan sumber yang dapat dipercaya.

20

Edi Riadi, Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS, (Yogyakarta: CV. Andi,

2016), hlm. 48. 21

Ibid., hlm. 49 22

Nasution, Metode Researce (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 106

Page 39: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Data sekunder ini ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada data ini

berasal dari pihak Bank Syariah itu sendiri, perpustakaan atau laporan-laporan

penelitian.

1. Sumber Data

Menurut asal sumbernya,data digolongkan dapat dibagi menjadi dua yaitu :23

a) Sumber Data Primer

Adapun yang menjadi subjek pengumpulan data atau informan pada

pembiayaan murabahah pada bank syariah mandiri kota Jambi. Peneliti memilih

narasumber ini dengan alasan bahwa narasumber merupakan pihak yang berkaitan

langsung dengan pembiayaan murabahah yang menjadi fokus penelitian selanjutnya

narasumber inilah yang memiliki karakteristik tertentu yang dirasa memenuhi syarat

sebagai informan dalam penelitian ini. Narasumber ini merupakan pihak yang

memiliki wewenang dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai masalah

pembiayaan termasuk pembiayaan murabahah yang menjadi fokus penelitian.

b) Sumber Data Skunder

Sumber data yaitu yang data yang diperoleh dari lemabaga atau institusi

tertentu, seperti Biro Pusat Statistik, Departemen pertanian, dan lain-lainnya.24

Data

ini diperoleh dari sumber-sumber lain sebagai pendukung data primer yang di

pandang berkaitan dengan pokok kajian yang diteliti.

23

Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,

(Jakarta: Kencena Prenamedia Group, 2005), hlm. 55. 24

Ibid Hlm56

Page 40: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam suatu

penelitian. Karena menyangkut data, maka wawancara merupakan salah satu elemen

penting dalam proses penelitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara

yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara

bertanya lansung secara bertahap muka (face to face). Namun demikian, teknik

wawancara ini dalam perkembangan tidak harus dilakukan secara berhadapan

langsung (face to face), melainkan dapat saja dengan memanfaatkan sarana

komonikasi lain, misalnya telepon dan internet.

Wawancara sering disebut sebagai suatu proses komunikasi dan interaksi.

Sebagai suatu proses komonikasi karena antara pewawancara dan responden

mensyaratkan adanya pengunaan simbol-simbol teretentu (semisal bahasa) yang

saling dapat dimengerti kedua belah pihak sehingga memunkinkan terjadinya

aktivitas wawancara masing-masing pihak (pewawancara dan responden), disadari

atau tidak, terjadi proses saling memengaruhi. Masalah ini penting diperhatikan

karena berkaitan dengan kualitas perolehan data. Sebab, kualitas hasil wawancara

banyak di pengaruhi kalau bukan ditentukan oleh kemampuan pewawancara dalam

membangun dan mengembangkan interaksinya dengan responden.

Page 41: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Peranan pewawancara sangat strategis terutama dalam menciptakan situasi

wawancara sedemikian rupa sehingga aktivitas wawacara dapat berlangsung dengan

baik dan lancar.25

2. Dokumentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari

arsip atau dokumen baik yang berada di tempat penelitian maupun yang berada diluar

tempat penelitian, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.

Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang

berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Data ini dapat bermanfaat bagi

peneliti untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan jawaban dari fokus

permasalahan penelitian.

3. Unit Analisis

Penelitian dilakukan terhadap akad pembiayaan murabahah, dengan

penelitian startegi pencegahan moral hazard pada nasabah pembiayaan murabahah

pada Bank Syariah Mandiri kota Jambi.

E. Teknik Analisis Data

Dalam peneltian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan

dilakukan secara terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali.

25

Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,

(Jakarta: Kencena Prenamedia Group, 2005) hlm. 69-70.

Page 42: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan. Selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan.

1. Analisis Data Sebelum di Lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki

lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data

sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian

fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti

masuk dan selama dilapangan

2. Analisis Data Selama di Lapangan

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dialakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam priode teretentu. Pada

saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertayaan lagi, sampai tahap tertentu

diperoleh data yang dianggap kredibel.26

3. Menarik Kesimpulan

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan

penyajian data sehingga dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluan untuk

menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara masih dapat diuji kembali

dengan data lapangan, dengan merefleksi kembali, peneliti dapat bertukar pikiran

dengan teman sejawat, triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.

26

Sugiyono.metode penelitian kombinasi(mixed methods), (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 334.

Page 43: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

H. Sistematika Penulisan

Tujuan dari sistematika penulisan ini adalah memberikan gambaran secara

umum mengenai isi dari penelitian ini. Sehingga dapat terlihat kesinambungan antara

bab satu dengan bab lainnya. Penulis membagi pembahasan dalam penelitian ini

dalam V (lima bab)

Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, batasan masalah, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai tempat dan waktu penelitian, pendekatan

penenelitian, jenis dan sumber data, dan instrumen pengumpulan data

sistematika penulisan dan jadwal penelitian.

BAB III : GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai sejarah berdiri BankSyariah, visi dan misi Bank

Syariah Jambi, Struktur Oraganisasi dan pembiyaan murabahah serta produk-

produk yang ada pada Bank Syariah Jambi

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai strategi pencegahan moral hazard dalam nasabah

pembiayaan murabahah di Bank Syariah Mandiri

BAB V : PENUTUP

Bab ini bagian akhir dari skripsi berisi tentang kesimpulan dan saran.

Page 44: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri

1. Sejarah PT. Bank Syariah Mandiri27

Bank Syariah Mandiri adalah lembaga perbankan di Indonesia.Bank ini

berdiri pada 1955 dengan nama Bank Industri Nasional. Bank ini beberapa kali

berganti nama dan terakhir kali berganti nama menjadi Bank Syariah Mandiri pada

tahun 1999 setelah sebelumnya bernama Bank Susila Bakti yang dimiliki

oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai Bank Dagang Negaradan PT Mahkota

Prestasi.Kehadiran Bank Syariah sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan

hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi moneter 1997-1998.

Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang

diusulkan dengan krisis multi dimensi termasuk dipanggung politik nasional, telah

menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi

kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.Dalam kondisi tersebut,

industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional

mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan

merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki

oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Negara dan PT.

27

www.syariahmandiri.co.id, akses 23 Desember 2017.

Page 45: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi

tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta

mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan

penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya,

Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri

(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.Kebijakan penggabungan tersebut juga

menempatkan dan menetapkan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik

mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan

konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.

Pembentukan tim ini bertujuan untuk menggembangkan layanan Perbankan

Syariah dikelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas berlakunya

UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang Bank Umum untuk melayani

transaksi syariah (dual banking system).Tim Pengembangan Perbankan Syariah

memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat

untuk melakukan konversi PT. Bank Susila Bakti dari Bank Konvensional menjadi

Bank Syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera

mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB

berubah dari Bank Konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan

Prinsip Syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum

dalam Akta Notaris : Sutjipto, SH, No.23 tanggal 8 September 1999.

Page 46: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan

oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.1/24/KEP.BI/1999, 25

Oktober 1999. Selanjutnya, melalui surat keputusan Deputi Gubernur Senior Bank

Indonesia No.1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT.

Bank Syariah Mandiri secara resmi beroperasi sejak Senin Tanggal 25 Rajab 1420

H atau 1 November 1999. PT. Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh

sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani,

yang melandasi kegiatan operasionalnya.Harmoni antara idealisme usaha dan

nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri

dalam kiprahnya di perbankan Indonesia.Bank Syariah Mandiri hadir untuk

bersama membangun Indonesia menjadi Indonesia yang lebih baik.

Dengan manajemen yang sudah terpisah dari Bank Mandiri. Bank Syariah

Mandiri senantiasa berinovasi dengan meluncurkan berbagai produk berbasis

teknologi mutakhir seperti BSM mobile Banking GPRS, BSM Net Bangking,

BSM Poling Fund, BSM Griya Prima, Tabungan Berencana BSM, BSM Network

Financing, serta kerja sama dengan jaringan ATM Bank Mandiri dan ATM Bank

lain.

2. Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri28

a. Visi PT. Bank Syariah Mandiri

Bank Syariah Terdepan dan Modern

b. Misi PT. Bank Syariah Mandiri

28

www.syariahmandiri.co.id, akses 23 Desember 2017.

Page 47: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

1) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan diatas rata-rata industri yang

berkesinambungan.

2) Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang

melampaui harapan nasabah.

3) Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran

pembiayaan pada segmen ritel.

4) Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.

5) Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat.

6) Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

3. Nilai-nilai dan 10 Prilaku Utama PT. Bank Syariah Mandiri 29

Untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Perusahaan, PT. Bank Syariah

Mandiri (BSM) merumuskan nilai-nilai Utama (Shared Values) perusahaan yang

disebut BSM Shared Valuesmelalui Surat Edaran Direksi No.10/001/UMM

Tanggal 30 Januari 2008 tentang Visi, Misi dan BSM shared values

“ETHIC”Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi tersebut, insan-insan BSM

perlu menyumbangkan (share) untuk BSM melalui nilai-nilai yang relatif seragam.

Nilai-nilai ini disebut BSM Shared Values.Shared values Bank Syariah Mandiri

disingkat “ETHIC” (Excellence, Teamwork, Humanity, Integrity dan Customer

Focus), dengan 10 prilaku utama, sebagai berikut :

29

www.syariahmandiri.co.id, akses 23 Desember 2017.

Page 48: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

a. Nilai-nilai PT. Bank Syariah Mandiri

1) Excellence: Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang

terpadu dan berkesinambungan.

2) Teamwork:Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.

3) Humanity:Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religious.

4) Integrity:Menaati kode etik profesi dan berfikir serta berperilaku terpuji.

5) Customer Focus: Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk

menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan

menguntungkan

b. 10 Prilaku Utama PT. Bank Syariah Mandiri

1) Prodence : Menjaga amanah dan melakukan perbaikan proses terus menerus.

2) Competence : Meningkatkan keahlian sesuai tugas yang diberikan dan

tuntutan profesi bankir.

3) Trust and Trust : Mengembangkan perilaku dapat dipercaya dan percaya.

4) Contribution : Memberikan kontribusi yang positif dan optimal.

5) Social and Environment Care : Memiliki kepedulian yang tulus terhadap

lingkungan dan sosial.

6) Inclusivity : Menggembangkan perilaku mengayomi.

7) Honesty : Jujur.

8) Good Governance : Melaksanakan tata kelola yang baik.

9) Innovation : Mengembangkan proses, layanan dan produk untuk melampaui

harapan nasabah.

Page 49: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

10) Service Excellence : Memberikan layanan terbaik untuk melampaui

harapan nasabah.

4. Motto PT. Bank Syariah Mandiri.

Adapun motto dari PT. Bank Syariah Mandiri adalah “Lebih adil dan

Menentramkan”.

5. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab.

Deskripsi tugas dan tanggung jawab dari masing-masing instruktur

organisasi PT. Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut :

a. Kepala Cabang.

Memimpin, mengelola, mengawasi atau mengendalikan, mengembangkan

kegiatan dan mendayagunakan sarana organisasi cabang untuk mencapai

tingkat serta volume aktivitas pemasaran, operasional dan layanan cabang yang

efektif dan efisien sesuai dengan target yang telah ditetapkan secara prudent.

b. Marketing Manager.

Memastikan tercapainya target-target pembiayaan, dana dan fee based

income cabang yang telah ditetapkan kantor pusat.

c. Account Officer.

Merealisasikan target pembiayaan dan fee based income yang

didistribusikan oleh marketing manager.

Page 50: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

d. Funding Officer (FO).

Merealisasikan target pendanaan dan fee based income yang

didistribusikan oleh marketing manager.

e. Pelaksana Marketing Support (PMS).

Tercapainya pelaksanaan kegiatan administrasi pendanaan dan pembiayaan.

f. Officer Gadai.

Mengelola, mengawasi atau mengendalikan kegiatan dan

mendayagunakan sarana organisasi outlet gadai emas BSM untuk mencapai

tingkat serta volume aktivitas pemasaran, operasional dan layanan GEB yang

efektif dan efisien sesuai dengan target yang telah ditetapkan secara prudent.

g. Operation Manager.

Memastikan aktivitas operasional cabang terkelola sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dan target bidang operasional cabang tercapai sesuai

ketetapan kantor pusat.

h. Customer Service Officer (CSO).

Mengelola kegiatan operasional dan pelayanan nasabah sesuai dengan

ketentuan dan standar pelayanan.

i. Customer Service Representatif (CSR).

Mengelola kegiatan operasional dan pelayanan nasabah sesuai dengan

ketentuan dan standar pelayanan.

Page 51: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

j. Head Teller.

Mengkoordinasikan, mengarahkan, mengawasi kegiatan operasional atau

pelayanan transaksi teller dan memastikan keamanan serta efektivitas kegiatan

cash management cabang.

k. Teller.

Melayani kegiatan penyetoran dan penarikan uang tunai (rupiah dan

valuta asing), pengambilan atau penyetoran non tunai dan surat-surat berharga

dan kegiatan kas lainnya serta terselenggaranya layanan di bagian kas secara

benar, cepat dan sesuai dengan standar pelayanan bank.

l. Back Office Officer (BOO)

Memastikan proses sumber daya insan, admin pembiayaan dan trade

service, domestic dan clearing. GA atau logistic, pelaporan keuangan dan

perpajakan serta penggunaan IT telah dilaksanakan dengan tepat waktu dan

sesuai ketentuan.

m. Pelaksana Admin Pembiayaan dan Trade Service.

Memenuhi komitmen dan memelihara dokumen pencairan maupun legal

yang berkaitan dengan pencairan pembiayaan, transaksi ekspor atau impor dan

SKBDN.

n. Pelaksana Domestic dan Clearing(D&C).

Memastikan kecepatan dan kebenaran pelayanan transfer, inkaso, kliring

dan aktivitas D&C lainnya untuk memenuhi kepuasan nasabah.

Page 52: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

o. Pelaksana Accounting.

Melakukan pengendalian mutu terhadap laporan keuangan, pelaporan

kepada BI dan pelaporan keuangan kepada pihak lainnya, serta ketentuan

perpajakan.

p. IT Coordinator.

Memonitoring dan melakukan sosialisasi penggunaan teknologi informasi

dalam mendukung operasional outlet di seluruh wilayah cabang terkait.

q. Pelaksana SDI & GA.

Terpenuhinya kebutuhan pegawai sesuai konndisi cabang dan

terlaksananya pengembangan karir pegawai sesuai dengan pengetahuan dan

kemampuan pegawai yang bersangkutan dan penyediaan kebutuhan sarana dan

prasarana kantor untuk mendukung kegiatan operasional dan marketing cabang.

r. PKP (Pengawasan Kepatuhan)

Memastikan peraturan Bank Indonesia, kebijakan intern, prosedur

operasional atau peraturan lainnya telah tersedia di cabang dan telah

disosialisasikan.

Page 53: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD DALAM NASABAH

PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH MANDIRI

1. Indikasi Moral Hazard nasabah

Nasabah sebagai usaha yang penuh risiko, sebelum memberikan

pembiayaan, seharusnya bank melakukan analisis pembiayaan yang seksama,

teliti, dan cermat dengan didasarkan pada data yang actual dan akurat,

sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusannya. Oleh karena

itu, setiap pemberian pembiayaan tentunya telah memenuhi ketentuan

perbankan dan sesuai dengan asas pembiayaan yang sehat. Demikian pula

pemberian pembiayaan juga harus didasarkan pada penilaian yang jujur,

objektif, dan terlepas dari pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan dengan

pemohon pembiayaan. Bank harus meyakini bahwa pembiayaan yang

diberikannya tersebut dapat dilunasi kembali pada waktunya oleh nasabah

debitor dan tidak akan berkembang menjadi pembiayaan bermasalah atau

macet.

Untuk itu, sebelum memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah, bank harus melakukan penilaian seksama terhadap berbagai aspek.

Akad murabahah yang merupakan pembiayaan juga tidak luput pada risiko

yang akan dihadapi oleh bank, diantaranya:

Page 54: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

1. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah

bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli

tersebut.

2. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena

berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau

menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain

karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan.

Bila bank telah mendatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut

akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank memiliki risiko untuk menjualnya

kepada pihak lain.

3. Default atau kelalaian yaitu nasabah sengaja tidak membayar angsuran, atau

dengan kata lain character risk dipengaruhi oleh kelalaian dalam menjalankan bisnis

yang dibiayai bank, pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati sehingga

nasabah dalam menjalani bisnis yang dibiayai bank tidak sesuai lagi dengan

kesepakatan, dan pengelolaan internal perusahaan seperti manajemen, pemasaran,

teknis produksi dan keuangan yang di lakukan tidak dengan cara-cara profesional

sesuai standar pengelolaan yang di sepakati bank dengan nasabah. Character risk ini

merupakan keadaan moral hazard atau moral yang buruk sehingga akan

menyebabkan risiko-risiko yang seharusnya tidak terjadi dapat terjadi yang di

sebabkan ketidak patuhan atau keluarnya nasabah dari aturan-aturan yang sudah di

buat.

Page 55: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Perilaku adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian.

Sedangkan hazard keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan

terjadinya suatu perilaku. Akibat terjadinya suatu perilaku ini akan

menimbulkan satu kerugian atau kerusakan pada diri seorang atau harta

miliknya arti hazard adalah bahaya: suatu situasi yang dapat menambah

tejadinya kerugian (Loss).

Penggunaan istilah moral hazard pada awalnya digunakan dalam bidang

asuransi. Moral hazard muncul Karena seorang individu atau lembaga yang

tidak konsekuen secara penuh dan tidak bertanggungjawab atas perbuatannya,

dan karenanya cenderung untuk bertindak kurang hati-hati untuk melepas

tanggung jawab atas konsekuensi dari tindakannya kepada pihak lain. Moral

hazard dalam dunia perbankan setidaknya dapat dibedakan atas 2 tingkatan,

yaitu moral hazard pada tingkat bank dan moral hazard pada tingkat nasabah.

Moral hazard pada bank terjadi ketika bank syariah sebagai mudharib tidak

berhati-hati dalam menyalurkan dana sehingga berpotensi menimbulkan moral

hazard disisi nasabah dan menyebabkan kerugian.

Moral hazard pada nasabah umumnya terjadi pada produk pembiayaan

berbasis pada equity financing (mudharabah dan musyarakah) atau biasa

dikenal dengan profit loss sharing. Akad mudharabah yang tidak

mensyaratkan jaminan dan juga memberikan hak penuh pada mudharib untuk

menjalankan usaha tanpa campur tangan shahibul maal dan ditanggungnya

kerugian oleh shahibul maal mengakibatkan akad pembiayaan ini sangat

Page 56: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

rentan terhadap masalah moral hazard. Moral hazard atau perilaku jahat dalam

ekonomi adalah tindakan pelaku ekonomi yang menimbulkan kemudharatan

baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Untuk menjustifikasikan apakah

suatu tindakan ekonomi merupakan moral hazard atau bukan, perlu

mempelajari prinsip prinsip dari transaksi yang Islami, yang dihalakan ataupun

yang diharamkan

Dari pengertian diatas maka hampir sama apa yang didapatkan

dilapangan dari observasi dan wawancara peneliti dengan beberapa staff kantor

Bank Syariah Mandiri: Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Bapak Pitra

selaku staf kantor Bank Syariah Mandiri, berikut penjelasannya:

“moral hazard yaitu bagaimana kita sebagai pengurus kantor yang

berbasis islami yang bertanggung jawab adalah nasabah kita sendiri

bagaimana dalam pembayaran ataupun pengeluaran yang tidak

menimbulkan banyak mudharatnya dari pada manfaatnya”.30

Selain, pengertian moral hazard yang sudah sesuai dengan teori

sebagaimana yang telah disampaikan oleh narasumber. Pernyataan mengenai

bagaimana BSM melaksanakan screening nasabah pada aspek collateral serta

apakah mengacu kepada 5C juga dijabarkan oleh narasumber.

“BSM sebelum memberikan pembiayaan ke nasabah tentunya sesuai

prinsip 5C. Salah satunya menggunakan prinsip colateral. BSM

memiliki RAC (Risk Accepted Criteria). Poin RAC salah satunya

mengenai agunan sesuai dengan peraturan OJK. Pertama, agunan

nasabah akan disurvey dari sisi legal maupun secara nilai ekonomisnya.

Kedua, agunan dari sisi legal di cek kebenaran seperti kepemilikan,

30

Wawancara dengan Bapak Pitra selaku Staf Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 13

April 2018

Page 57: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

pajak dan izin bangunan. Ketiga, aspek ekonomis artinya agunan di

nilai apakah sesuai dengan nilai pembiayaan yang diajukan. Kemudian

screening legal dengan cek surat menyuratnya. Kalau ekonomisnya

biasanya ada appraisal atau rim survey yang menilai jaminan

tersebut.”31

Berdasarkan hasil wawancara mengenai aspek colateral hal ini sesuai

dengan teori yang digunakan yaitu Collateral merupakan jaminan yang

diberikan calon debitur baik bersifat fisik maupun nonfisik. Ini menunjukkan

besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan, dan hal ini dapat

dilakukan dengan cara: meneliti mengenai pemilikan jaminan, mengukur

stabilitas dari pada nilainya, memperhatikan kemapuan untuk dijadikan uang

dalam waktu relatif singkat tanpa terlalu mengurangi nilainya, memperhatikan

pengikatan barang yang benar- benar menjamin kepentingan bank, sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku.32

Wawancara selanjutnya mengenai strategi khusus seperti apa yang

digunakan BSM dalam menghadapai moral hazard pada masyarakat Jambi.

Adapun penuturan dari bapak Pitra selaku staf dan Marketing Bank Syariah

Mandiri, yaitu:

“Biasanya dari survey tersebut kita juga menilai character calon

nasabah yang sebelumnya dilakukan ideb atau cek kelancaran pembiayaan

eksisting. Kalau sudah di Bi Checking aja sudah ada pembiayaan yang tidak

lancar dipastikan akan sulit di akseptasi. Kalau misal di Bi Checking bagus

baru lanjut ke survei. Dan biasanya nilai character dengan wawancara

nasabah dan biasanya juga sama tetangga ataupun pimpinan kalau calon

nasabah adalah karyawan.”33

31

Wawancara dengan Bapak Pitra selaku Staf Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 13 April 2018 32

Kasmir,Dasar-Dasar Perbankan (Edisi Revisi),(Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hlm.136. 33

Wawancara dengan Bapak Pitra selaku Staf Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 13 April 2018

Page 58: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Selanjutnya, Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan

diketahui bahwa dengan adanya strategi pencegahan moral hazard memberikan

dampak yang positif dengan anggota nasabah Bank Syariah Mandiri yaitu

untuk melakukan sesuatu itu harus dipikirkan sebelum terjadi sesuatu yang

tidak diinginkan ataupun banyak mudaratnya dari pada manfaatnya.

Sebagaimana disampaikan oleh bapak Pitra dan Bapak Edo selaku staf

dan Marketing Bank Syariah Mandiri.

“emang benar dengan ada nya strategi yang kami gunakan untuk

mengatur atau pun untuk pencegahan jangan ada nasabah atau pun

pegawai staff kantor yang melakukan sesuatu yang menyimpang dari

islamian, karena mengapa kami disini menggunakan system syariah

yang berbasis islami, maka itu kami harus biasa mencegah apa yang

akan terjadi”.34

Pernyataan ini juga dibenarkan mengenai pentingnya pencegahan moral

hazard dengan strategi 5C oleh Bapak Edo Selaku Marketing sebagai berikut:

“Apa yang disampaikan Bapak Pitra emang benar yang kami lakukan

adalah untuk pencegahan agar tidak adanya penyimpangan yang

terjadi antara nasabah dan pegawai kantor sesuai dengan prosedur

yang berlaku”.35

Kemudian dari sisi nasabah mengenai pencegahan moral hazard,

Pernyataan ini juga dibenarkan oleh ibu Nuraini selaku nasabah Bank Syariah

Mandiri sebagai berikut:

34

Wawancara dengan Bapak Pitra selaku Staf Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 13

April 2018 35

Wawancara dengan Bapak Edo selaku Marketing Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal

13 April 2018

Page 59: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

“saya merasa berdampak positif dengan adanya strategi pencegahan

moral hazard karena mengapa dengan ada stategi pencegahan maka

kita dapat mengontrol apa yang kita lakukan yang tidak merugikan diri

kita maupun orang lain. Karena Bank Syariah Mandiri ini

menggunakan system islami yang mudaratnya banyak tidak akan

dilakukan karena ada namanya pencegahan”36

Dari hasil wawancara dan observasi penulis bersama staff dan nasabah

Bank Syariah Mandiri mengenai moral hazard dan srategi pencegahan moral

hazard dalam nasabah pembiayaan murabahah Bank Syariah Mandiri, antara

lain bahwa teori yang digunakan berupa pencegahan moral hazard dengan

menggunakan 5C sesuai dengan prakteknya. Selain itu, pihak bank memiliki

RAC (Risk Accepted Criteria). Poin RAC salah satunya mengenai agunan

sesuai dengan peraturan OJK. Pertama, agunan nasabah akan disurvey dari sisi

legal maupun secara nilai ekonomisnya. Kedua, agunan dari sisi legal di cek

kebenaran seperti kepemilikan, pajak dan izin bangunan. Ketiga, aspek

ekonomis artinya agunan di nilai apakah sesuai dengan nilai pembiayaan yang

diajukan. Kemudian screening legal dengan cek surat menyuratnya. Kalau

ekonomisnya biasanya ada appraisal atau rim survey yang menilai jaminan

tersebut banyak yang berpandangan positif dari pada staf maupun nasabah,

dengan adanya strategi pencegahan dapat mengontrol apa yang dilakukan

pihak bank dan nasabah tersebut.

36

Wawancara dengan Ibu Nuraini selaku Nasabah Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal

20 April 2018

Page 60: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

2. Strategi Bank Syariah Mandiri Dalam Mencegah Terjadinya Moral

Hazard dalam Nasabah Pada Pembiayaan Murabahah

Sebelum suatu fasilitas pembiayaan di berikan maka bank harus merasa

yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali.

Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian pembiayaan sebelum

pembiayaan disalurkan. Penilaian pembiayaan oleh bank dapat dilakukan

dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya,

seperti melalui prosedur penilaian yang benar-benar dan sungguh-sungguh.

Sebelum melakukan pembiayaaan pada calon nasabah debitur maka

terlebih dahulu dilakukan pembagian dari jenis pengguna pembiayaan

murabahah, yaitu:

a. Pribadi/Individu

Dalam konsep pribadi, nasabah dapat mengajukan pembiayaan

murabahah yang bersifat konsumtif maupun produktif. Contoh pembiayaan

murabahah konsumtif yaitu; murabahah pembelian rumah, pembelian mobil

dan murabahah konsumsi lainnya. Sedangkan contoh pada pembiayaan

murabahah yang bersifat produktif yaitu; pembelian beberapa mesin jahit

(murabahah investasi) guna untuk kelangsunagan usaha bisnis nasabah.

b. Bentuk perusahaan.

Bentuk Prusahaan di bagi Menjadi Empat Bagian yaitu:

1) Perusahaan perorangan adalah bentuk yang paling sederhana. Ini adalah bisnis

yang di kelola oleh orang tertentu, misalnya pengusaha toko, pedagang mobil

Page 61: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

bekas biasa, konveksi kecil-kecilan dan businessman lainnya yang

menjalankan bisnisnya sendiri. Bentuk modal umumnya terbatas. Mereka

menjalankan bisnisnya sendirian, sehingga seluruh tanggung jawab ada

padanya. Seluruh hartanya dipertaruhkan untuk menjamin hutang-hutangnya,

termasuk kepada bank. Dalam istilah hukum, pada perusahaan perorangan ini

tanggung jawab adalah tidak terbatas.37

2) Firma merupakan persekutuan dagang yang dimiliki dan dipakai untuk

berdagang oleh beberapa orang secara bersama. Ia merupakan perserikatan

yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan dibawah satu nama.

Dalam firma setiap orang berhak bertindak mewakili perusahaan dan setiap

perikatan yang di lakukan oleh salah satu persero akan mengikat persero

lainnya.

3) Perseroan komandier (CV) adalah suatu persekutuan modal yang membentuk

perseroan yang di lakukan oleh beberapa orang di mana sebagian bertindak

aktif sebagai pengurus perseroan dan sebagiannya lagi tidak. Persero yang

mengurus perusahaan disebut dengan persero aktif, sedangkan persero yang

tidak mengurus perseroan disebut persero diam atau persero komanditer.

Tanggung jawab persero aktif adalah tidak terbatas dan renteng.38

37 Tanggung jawab tidak terbatas adalah harta pribadi juga ikut menanggung utang yang diterima oleh

perusahaan 38 Renteng adalah tanggung jawab atas utang perusahaan dibebankan kepada seluruh persero aktif,

sedangkan persero diam hanya terbatas pada modal yang disetor kepada perusahaan

Page 62: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

4) Perseroan terbatas (PT) adalah persekutuan modal yang membentuk perseroan

di mana ada keterbatasan pada tanggung jawab terhadap kekayaan (saham)

yang telah di masukan kedalam peseroan tersebut.

Adapun strategi pencegahan yang dilakukan oleh bank dalam memberikan

pembiayaan kepada nasabahnya yaitu menggunakan strategi 5C. Hal ini

dituturkan oleh bapak Pitra ketika penulis mewawancarai bagaimana BSM

melaksanakan strategi pencegahan dalam pembiayaan murabahah?

“strategi pencegahan yang dilakukan untuk menilai nasabah apakah layak

atau tidak diberikan pembiayaan yaitu menggunakan strategi 5C. Pertama,

caracter yang merupakan aspek pertama dan utama yang harus dianalisis

oleh Account Officer karena menyangkut kemauan bayar calon debitur.

Dimana, penilaian ini dilihat dari tingkat kepercayaan dan perilaku calon

debitur, riwayat usaha dan reputasi bisnis, riwayat hubungan dengan bank,

serta manajemen perusahaan. Kedua, capacity merupakan ukuran

kemampuan atau ketidakmampuan calon debitur yang dapat dilihat dari sisi

manajerial dan financial dari kegiatan usaha yang akan dibiayai yaitu dilihat

dari riwayat usaha yang merupakan perkembangan usaha dari waktu ke

waktu serta pengalaman dalam mengelola usaha tersebut. Ketiga, capital

merupakan ukuran kemampuan usaha pemohon untuk mendukung

pembiayaan dengan modalnya sendiri (own share) yaitu dilihat dari

kesediaan dalam menyediakan modal sendiri, kesesuaian penggunaan

pinjaman serta kemampuan memupuk modal. Keempat, collateral BSM

memiliki RAC (Risk Accepted Criteria). Poin RAC salah satunya mengenai

agunan sesuai dengan peraturan OJK. Pertama, agunan nasabah akan

disurvey dari sisi legal maupun secara nilai ekonomisnya. Kedua, agunan

dari sisi legal di cek kebenaran seperti kepemilikan, pajak dan izin bangunan.

Ketiga, aspek ekonomis artinya agunan di nilai apakah sesuai dengan nilai

pembiayaan yang diajukan. Kemudian screening legal dengan cek surat

menyuratnya. Kalau ekonomisnya biasanya ada appraisal atau rim survey

yang menilai jaminan tersebut. Kelima,condition of economy merupakan

faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan usaha yang seringkali

merupakan faktor diluar kendali pemohon. Dimana penilaian nya yaitu

dilihat dari faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi usaha misalnya

kenaikan nilai tukar rupiah yang berakibat terhadap perkembangan situasi

Page 63: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

ekonomi, kemudian dilihat dari perkembangan teknologi serta dampak

peraturan pemerintah itu sendiri.”39

3. Bentuk Moral Hazard Nasabah Pada Pembiayaan Murabahah Di Bank

Syariah Mandiri

Proses realisasi pembiayaan dibank syariah adalah tidak semulus yang

dibayangkan. Karena tidak semua nasabah memiliki karakter bisnis yang sama satu

dengan yang lain. Karakter nasabah ada dua yaitu koorporatif dan tidak koorporatif.

Nasabah yang koorporatif merupakan nasabah yang jujur terhadap segala keadaan

usaha nasabah maupun dalam pendapatan nasabah.

Pernyataan diatas ditegaskan oleh Bapak Bayu Selaku Staff Kantor dengan

wawancara sebagai berikut:

“Sebenarnya teori dan praktek yang dijalankan tidak berjalan dengan

mulus karena tidak semua karakter atau kepribadian nasabah yang

berjiwa bisnis antara yang satu dengan yang lainnya itu sama,

terkadang ada juga yang tidak paham ada juga yang koorporatif maka

nya sangat sulit dengan apa yang kita jalani”40

Dari wawancara dan observasi penulis dengan staff kantor, mengenai bentuk

pembiayaan mora hazard pada nasabah bahwa apa yang dibayangkan tidak lah

semulus apa yang terjadi pada kenyataannya karena masih banyak nasabah yang

tidak berjiwa bisnis atau pun tidak koorporatif. Nasabah yang tidak korporatif yaitu

nasabah yang mengumpat atau tidak bertanggung jawab atas kewajibannya kepada

39

Wawancara dengan Bapak Pitra selaku Staf Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 13 April 2018 40

Wawancara dengan Bapak Bayu selaku Staff Kantor Bank Syariah Mandiri, Tanggal 22 April 2018

Page 64: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

bank, nasabah seperti ini juga dapat dikatakan sebagai nasabah yang melakukan

moral hazard.

Moral hazard yang di lakukan oleh nasabah atas pembiayaan yang di berikan

adalah berupa ketidaktaatan nasabah dalam menjalankan usaha yang dibiayai bank

dengan ketentuan yang telah di perjanjikan dan di sepakati. Dalam hal ini nasabah

terkadang memberikan informasi atau laporan-laporan yang tidak sesuai pada

keadaan yang sesungguhnya.

Akibat dari pelanggaran perjanjian jual beli (murabahah) yang di lakukan

nasabah, maka akibatnya timbul Non Performing Loan, yaitu pembiayaan bermasalah

di mana bank tidak mendapatkan laba dari usaha yang di biayai.

Contoh kasus/bentuk moral Hazard yang di lakukan nasabah Bank Syariah

Mandiri

Pada tanggal 13 Februari 2013, Seorang nasabah telah menandatangani

kontrak pembiayaan murabahah investasi dengan PT. Bank Mandiri Syariah yaitu

berupa pembelian sebuah alat mesin bubut senilai Rp 170.000.000. Pembiayaan

terhitung sejak tanggal 13 Februari 2003 sampai 13 Februari 2015 dengan jaminan

berupa sebuah rumah. Sampai pada bulan Juni 2004 nasabah tersebut mulai tidak

melaksanakan atau tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan waktu yang di

tentukan, hal ini terus berlanjut hingga pada bulan Oktober 2014 nasabah tidak

memenuhi kewajibannya kepada PT. Bank Mandiri Syariah. Bank dalam hal ini telah

berulang kali mengingatkan nasabah baik secara lisan maupun tulisan untuk

Page 65: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

memenuhi kewajibannya, namun nasabah tetap tidak mengindahkannya atau tidak

menanggapinya. Di karenakan nasabah tidak memenuhi kewajibannya, maka bank

telah menyita seluruh aset yang telah di jadikan jaminan oleh nasabah tersebut.

Setelah dilakukan penyelidikan atas ketidaktaatan nasabah, ternyata pihak

bank telah membuktikan bahwa nasabah telah menjual sebagian aset perusahaan

miliknya tanpa adanya persetujuan dari bank yaitu menjual beberapa alat mesin bubut

lainnya. Dengan demikian, nasa

bah telah terbukti melanggar ketentuan-ketentuan dari pasal 11 akad ini. Akibat dari

penjualan sebagian asetnya tersebut, perusahaan nasabah mengalami penurunan

tingkat jumlah konsumen dan di ikuti dengan turunnya tingkat marjin usaha, sehingga

dampaknya perusahaan pun menjadi bangkrut dan tidak bisa membayar hutang–

hutangnya kepada pihak bank.

Dari contoh kasus di atas, nasabah di anggap telah melakukan ingkar/cidera

janji, dalam hal ini nasabah dapat di katakan melakukan moral hazard yaitu dari segi

penjualan sebagian aset perusahaan yang berpengaruh pada kemampuan/tata cara

membayar atau melunasi hutang kepada bank. Hal ini nasabah telah melakukan

ingkar/cidera janji pada pasal 11 Akad Jual Beli dan Pengakuan Hutang al-

Murabahah tentang Pembatasan Terhadap Tindakan Nasabah.

Page 66: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

4. Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada Bank

Syariah Mandiri

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pemberian suatu pembiayaan

murabahah mengandung risiko, khususnya default / kelalaian. Akibatnya muncul

pembiayaan bermasalah yang harus ditanggung oleh bank dan nasabah. Sepandai

apapun analisis pembiayaan dalam menganalisis setiap permohonan pembiayaan,

kemungkinan pembiayaan macet pasti ada, hanya saja dalam hal ini, bagaimana

meminimalkan risiko tersebut seminimal mungkin. Dalam praktiknya kemacetan

suatu pembiayaan disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut:

1. Dari pihak perbankan Artinya dalam melakukan Survei, pihak Survei kurang

teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak terprediksi sebelumnya atau

mungkin salah dalam melakukan perhitungan.

2. Dari pihak nasabah ada kemacetan pembiyaan dapat dilakukan akibat 2 hal yaitu:

a) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak

bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayan yang

diberikan macet. Dengan kata lain tidak ada unsur kemauan untuk membayar,

walaupun sebenarnya nasabah mampu. Atau nasabah sengaja melanggar

ketentuan yang telah disepakati pada awal perjanjian.

b) Adanya unsur yang tidak sengaja. Artinya nasabah memiliki unsur kemauan

membayar akan tetapi tidak mampu. Contoh nasabah mengalami musibah

seperti kebakaran, banjir dan sebagianya.

Page 67: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Dalam hal pembiayaan macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan,

sehingga tidak menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan oleh Bank

Syariah Mandiri terhadap pembiayaan bermasalah antara lain:

1. Penyelamatan pembiayaan pada nasabah yang masih memiliki prospek Yaitu

bank menilai nasabah bahwa nasabah masih memiliki prospek dalam

pengembalian pembiayaan atau loan (hutang).

2. Resceduling (penjadwalan ulang)

Yaitu masalah perubahan jadwal waktu angsuran dan perubahan perpanjanan

jangka pembiayaan. Misal, perpanjangan jangka waktu pembiayaan dari 6 bulan

menjadi satu tahun sehingga nasabah mempunyai waktu yang lebih lama untuk

mengembalikannya. Memperpanjang

angsuran hampir sama dengan jangka waktu pembiayaan. Dalam hal ini jangka waktu

angsuran pembiayaannya diperpanjang, pembayarannyapun misalnya dari 36 kali

menjadi 48 kali dan hal itu tentu saja jumlah angsuran mengecil seiring dengan

penambahan jumlah angsuran

3. Restructuring (penataan ulang)

Tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambahkan modal kepada

nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutukan tambahan dana dan

usaha yang dibiayai memang masih layak. Tindakan ini meliputi:

a) Dengan menambah jumlah pembiayaan

b) Dengan menambah equity:

1) Dengan menyetor uang tunai

Page 68: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

2) Tambahan dari pemilik

c) Reconditioning (persyaraan ulang)

Bank merubah berbagai persyaratan pembiayaan seperti:

1) Kapitalisasi bagi hasil atau marjn,yaitu Marjin dijadikan hutang pokok

2) Penundaan pembayaran marjin sampai waktu tertentu.

3) Pembebasan marjin Dalam pembebasan marjin yang diberikan kepada

nasabah dengan pertimbangan nasabah tidak akan mampu lagi membayar

pembiayaan tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban

untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

5. Penyelamatan pembiayaan pada nasabah yang tidak memiliki prospek

Yaitu bank menilai bahwa nasabah sudah tidak memiliki prospek lagi dalam

pengembalian pembiayaan. Dalam hal ini, Bank Bukopin Syariah melakukan

penyelesaian dengan dua cara:

1. Penyelesaian dengan cara Non Litigasi

Non Litigasi adalah penyelesaian pembiayaan melalui penyerahan jaminan secara

sukarela oleh nasabah kepada bank. Pada penyelesaian dengan cara ini, terdapat 3

alternatif yaitu:

a. Agunan dijual oleh nasabah Jika penjualan jaminan dilakukan oleh nasabah,

maka harga penjualan ditetapkan oleh bank dengan harga pasaran ketika

barang jaminan dijual.

Page 69: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

b. Agunan dijual oleh Bank Yaitu penjualan barang jaminan dilakukan oleh bank

melalui

pelelangan dimuka umum dengan menerima harga yang telah dikurangi oleh

biaya-biaya sebagai harga jual barang jaminan.

c. Agunan dibeli sementara oleh bank (Off Set Jaminan)

Bank melakukan pembelian sementara pada barang jaminan nasabah dengan

jangka waktu 3-6 bulan, guna memberikan kesempatan pada nasabah untuk memiliki

kembali barang jaminan nasabah.

2. Penyelesaian denan cara Litigasi

Litigasi merupakan penyelesaian pembiayaan melalui jalur hukum yang dapat

dilakukan melalui pengadilan. Terdapat 3 tahap dalam Litigasi, yaitu:

a. Melakukan cek dan evaluasi terhadap dokumen surat menyurat bank kepada

nasabah dan dokumen-dokumen nasabah kepada Bank

b. Mencari lawyer yang cakap, pengalaman dalam bidang penagihan yang

bekerjasama dengan Bank Bukopin Syariah.

c. Proses Litigasi melalui pegnadilan. Terbagi menjadi dua:

1) Gugatan perdata Pada gugatan ini dikekenakan pada nasabah yang sudah

tidak ada harapan lagi untuk menyelesaikan kewajibannya secara Non

Litigasi. hal ini bertujuan untuk mendapatkan keputusan berkekuatan

hukum dan mengikat, yang wajib dilaksanakan oleh pihak terkait dalam

perkara gugatan.

Page 70: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

2) Gugatan pidana Pada proses gugatan pidana ini dikenakan bagi nasabah

atau pemilik jaminan yang terlibat dalam tindak pidana yang

menimbulkan kerugian atas bank.

Tabel 4.1

Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Tingginya pembiayaan bermasalah pada Bank Syariah Mandiri sangat

ditentukan oleh penilaian pembiayaan yang dilakukan oleh pejabat bank. Penilaian

pembiayaan yang baik akan dapat meminimalkan timbulnya kegagalan pembiayaan.

Pemeriksaan pembiayaan merupakan suatu cara yang sangat penting dalam usaha

mengurangi kerugian yang mungkin timbul dari pembiayaan yang disalurkan.

Analisis Rescheduling Reconditioning Restructuring Pengadilan Agunan dijual oleh

Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Tidak Ada Prospek

Litigasi

Pengadilan

Non Litigasi

Agunan dijual oleh Nasabah

Agunan dijual oleh Bank

Agunan di beli oleh Bank

Masih Ada Prospek

Rescheduling

Reconditioning

Restructuring

Page 71: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Bank Penanganan Pembiayaan Bermasalah Masih Ada Prospek Tidak Ada Prospek

Non Litigasi Agunan dijual oleh Nasabah Litigasi Agunan di beli oleh Bank

pembiayaan merupakan suatu kegiatan untuk menilai atau memeriksa kembali

keadaan nasabah debitur yang berupa data-data dan informasi yang disampaikan

kepada bank, karena hal ini bertujuan untuk dapat meminimalkan terjadinya

pembiayaan bermasalah atau terjadinya praktik moral hazard nasabah pada

pembiayaan murabahah.

Page 72: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan startegi pencegahan moral

hazad dalam nasabah pembiyaan murabaha di bank syariah mandiri kota jambi,

untuk itu secara khusus dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagi berikut:

1. sebelum memberikan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus

melakukan penilaian seksama terhadap berbagai aspek. Akad murabahah

yang merupakan pembiayaan juga tidak luput pada risiko yang akan dihadapi

oleh bank, diantaranya: Fluktuasi harga komparatif, Penolakan nasabah,

Default atau kelalaian yang dimana semua aspek tersebut dijelaskan di bab

sebelumnya

2. pihak Bank Syariah Mandiri mengunakan strategi 5c untuk mencegah terjadi

nya moral hazard pada nasabah. Character, Capacity , Capital , Colateral ,

Condisi of ekonomi

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, selanjutnya dapat di usulkan saran yang

diharapkan akan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan startegi

pencegahan moral hazad dalam nasabah pembiyaan murabaha di bank syariah

mandiri kota jambi, untuk itu secara khusus dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagi berikut

Page 73: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

1. Karakter dari calon debitor harus menjadi pertimbangan pertama. Bila ada

keraguan akan integritas dan itikad baik dari debitor, tidak perlu melakukan

analisis lagi. Tolak dengan tegas proposal yang di ajukan, karena untuk

menghindari dari upaya nakal dari calon debitor-debitor.

2. Karyawan-karyawan dan seluruh staf di dalam Bank Syariah Mandiri juga

harus mensyariahkan kehidupannya terutama dalam bertransaksi. Agar

menjadi Bank Syariah yang benar-benar syariah baik sistem maupun para staf

yang ada dalam Bank Syariah Mandiri.

3. Penilaian-penilaian terhadap nasabah harus lebih selektif, tidak hanya

memonitori pendapatan nasabah dan juga jaminan, namun juga harus

membantu nasabah agar dapat memajukan usaha yang di biayai sehingga

dampak baik pula bagi bank. Dan Moral Hazard yang akan di lakukan oleh

nasabah kecil kemungkinan akan terjadi atau bahkan bisa sama sekali tidak

terjadi.

Page 74: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, cet. II, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1997).

Antonio, Muhammad Syafei “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani Pers,

Jakarta, 2001.

Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan, (Jakarta: Kencena Prenamedia Group, 2005).

Dreher, Axel, “Does the IMF cause Moral Hazard? A Critical review of the

Evidence”, 2004.

Daeng Naja, Akad Bank Syari’ah, (Yogyakarta:Pustaka Yustisia, 2011).

Edi Riadi, Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS, (Yogyakarta: CV.

Andi, 2016).

Faisal Badrun, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).

Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit,

Irma Devita Purnamasari, Akad Syari’ah, (Bandung:Mizan Media Utama, 2001).

Jonathan Crowter, Oxford: Advanced & learner’s Dictionary, cet.V,(Amerika:

Oxford University Press, 1995).

M.yazid Afandi, Fiqih Mu’amalah, (Yogyakarta:Logung Pustaka,2009).

Miller Mathew B, Hibermen Michael, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press,

1992).

Nasution, Metode Researce (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 1996).

Nasution, Mustafa Edwin,“Moral Hazard dalam Perbankan Syariah”. Paper. Jakarta,

2005

Nur anisha, skripsi “indikasi moral hazard dan averse selection dalam penyaluran

dana pihak ketiga’’(Jakarta: uin syarif hidayatullah jakarta,tahun 2016)

Sugiyono.metode penelitian kombinasi (mixed methods), (Bandung: Alfabeta, 2011).

Page 75: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Teti Rahmawati, Indikasi Moral Hazard dalam Penyaluran Pembiayaan pada

Perbankan Syariah di Indonesia, Universitas Kuningan, JRKA Vol 1 No 1

Februari 2015.

Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,ed. III, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005).

T. Guritno, Kamus Ekonomi Bisnis Perbankan: Ingris-Indonesia, (Yogyakarta: Gajah

Mada

Vaubel, Roland, “The Moral Hazard of IMF Lending”, World Economy 6, 1983

A. Hasyim Ali, dkk, Kamus Asuransi, cet.II, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002 ), h. 141.

Haliding,, Safri“Moral Bankir dan Corporate Governance Syariah”, 2010 from

http://www.inpasonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id

=482:moral-bankir-dan-corporate-governance-

syariah&catid=70:opini&Itemid=104

www.syariahmandiri.co.id, akses 23 Desember 2017.

Page 76: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

LAMPIRAN

Page 77: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Pertanyaan mengenai strategi pencegahan moral hazard

1. Bagaimana pihak bank menilai strategi pencegahan BSM dalam

pembiayaan murabahah terkait 5c ?

2. Bagaimana BSM melaksanakan screening nasabah pada aspek collateral

mengacu pada 5c ?

3. Seperti ada tidak strategi khusus yang BSM lakukan untuk menghadapi

moral hazard pada masyarakat jambi ?

4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya pembiayaan

bermasalah di Bank Syariah Mandiri ?

5. Upaya apa yang dilakukan Bank untuk pencegahan pembiayaan

bermasalah ?

Page 78: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

Wawancara dengan bapak fitra sebagai staf bank mandiri syariah

Page 79: STRATEGI PENCEGAHAN MORAL HAZARD PADA CALON …

CURRICULUM VITAE

A. IdentitasDiri

Nama : RD Feri Setiawan

NIM : SES141469

Tempat,TanggalLahir : Jambi 27 Oktober 1993

JenisKelamin : laki-laki

Alamat : jln Tuah Sakato Rt 36 Kel.Bagan Pete Kec. Alam

Barajo

E-mail : [email protected]

No. HP : 08117410127

Nama Ayah : RD Izhar

Nama Ibu : Yunita

B. RiwayatPendidikan

No Pendidikan Tahun

1 SDN 22 Bularan Kenali 2000-2006

2 MTS AN-Nizhom 2008-2011

3 SMAK DB3 2011-2014

4 UIN SulthanThahaSaifuddin Jambi 2014-2019

Jambi,18 Juni 2019

Penulis

Rd Feri Setiawan