step 1

21
Step 1 - Step 2 1. Ruang lingkup zoonoses ? 2. Tatalaksana penyakit akibat serangga ? 3. Pencegahan penyakit akibat serangga? 4. Jenis-jenis serangga ? Step 3 1. Ruanglingkup zoonosis? a. Rabies b. Antraks c. Leptoserosis 2. Tatalaksana penyakit akibat serangga ? a. Cuci luka gigitan dengan air mengalir b. Cuci luka dengan sabun c. Pemberian obat menurut gejal utama 3. Pencegahan penyakit akibat serangga ? a. Sistem surveilans dan monitoring nasional terhadap penyakit zoonosis pada ternak dan satwa liar; b. Sistem kewaspadaan dini dan darurat penyakit (early warning system and emergency preparedness); c. Sistem informasi kesehatan hewan (Sikhnas); d. Sistem kesehatan masyarakat veteriner (Siskesmavet); 4. Macam serangga Kelas Arthropoda yang melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas I. Kelas Arachnida A. Acarina B. Araneae (Laba-Laba) C. Scorpionidae (Kalajengking) II. Kelas Chilopoda dan Diplopoda

Upload: satria-dharma-setiawan

Post on 18-Feb-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tutorial

TRANSCRIPT

Page 1: Step 1

Step 1

-

Step 2

1. Ruang lingkup zoonoses ?2. Tatalaksana penyakit akibat serangga ?3. Pencegahan penyakit akibat serangga?4. Jenis-jenis serangga ?

Step 3

1. Ruanglingkup zoonosis?a. Rabies

b. Antraks

c. Leptoserosis

2. Tatalaksana penyakit akibat serangga ?

a. Cuci luka gigitan dengan air mengalir

b. Cuci luka dengan sabun

c. Pemberian obat menurut gejal utama

3.Pencegahan penyakit akibat serangga ?

a. Sistem surveilans dan monitoring nasional terhadap penyakit zoonosis

pada ternak dan satwa liar;

b. Sistem kewaspadaan dini dan darurat penyakit (early warning system and

emergency preparedness);

c. Sistem informasi kesehatan hewan (Sikhnas);

d. Sistem kesehatan masyarakat veteriner (Siskesmavet);

4. Macam serangga

Kelas Arthropoda yang melakukan gigitan dan sengatan pada manusia terbagi atas

I. Kelas Arachnida

A. Acarina

B. Araneae (Laba-Laba)

C. Scorpionidae (Kalajengking)

II. Kelas Chilopoda dan Diplopoda

III. Kelas Insecta

A. Anoplura (Phtirus Pubis, Pediculus humanus, capitis et corporis)

B. Coleoptera (Kumbang)

C. Diptera (Nyamuk, lalat)

D. Hemiptera (Kutu busuk, cimex)

E. Hymenoptera (Semut, Lebah, tawon)

Page 2: Step 1

F. Lepidoptera (Kupu-kupu)

G. Siphonaptera (Xenopsylla, Ctenocephalides, Pulex

Step 4

1). Ada tiga jenis zoonosis berdasarkan reservoirnya:

Antropozoonosis

Penyakit yang dapat secara bebas berkembang di alam di antara hewan liar maupun

domestik. Manusia hanya kadang terinfeksi dan akan menjadi titik akhir dari

infeksi. Pada jenis ini, manusia tidak dapat menularkan kepada hewan atau manusia

lain. Berbagai penyakit yang masuk dalam golongan ini yaitu Rabies, Leptospirosis,

tularemia, dan hidatidosis.

Zooantroponosis

Zoonosis yang berlangsusng secara bebas pada manusia atau merupakan penyakit

manusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan sebagai titik terakhir.

Termasuk dalam golongan ini yaitu tuberkulosis tipe humanus disebabkan oleh

Mycobacterium tubercullosis, amebiasis dan difteri.

Amphixenosis

Zoonosis dimana manusia dan hewan sama-sama merupakan reservoir yang cocok

untuk agen penyebab penyakit dan infeksi teteap berjalan secara bebas walaupun

tanpa keterlibatan grup lain (manusia atau hewan). Contoh: Staphylococcosis,

Streptococcosis.

ANTRAKS

Diagnosis

Beberapa kasus penyakit akut yang selalu diikuti dengan demam dan proses

perkembangan cepat yang berujung kematian patut dicurigai penyakit antraks,

terutama dari anamnesa ada riwayat pekerjaan atau kontak dengan binatang yang

terinfeksi atau bahan yang telah mengandung spora antraks misalnya tukang pos.

Antraks kutaneus dapat dibedakan dengan penyakit kulit lain dengan melihat

karakteristik lesi pada kulit yang warna kehitaman (eschar) dan rasa nyeri yang

kurang. Antraks inhalasi sering tidak terdiagnosis awal.

Beberapa pemeriksaan penunjang dapat membantu mendiagnosis penyakit antraks ini

antara lain:

Tes Bakteriologi

Radiologi

Tes Serologi

Rabies

Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit menular akut yang menyerang

susunan syaraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh

Page 3: Step 1

virus rabies, ditularkan melalui saliva (anjing, kucing, kera) yang kena rabies dengan

jalan gigitan atau melalui luka terbuka.

Penyakit rabies masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1884, ditemukan oleh

Schrool (orang Belanda) pada kuda, kemudian tahun 1889 Esser W, J,. dan

Penning menemukan penyakit rabies pada anjing. Pada tahun 1894 , pertama kali virus

rabies menyerang manusia, ditemukan oleh EV De Haan (orang Belanda).

Di Provinsi Bali penyakit rabies muncul kembali pada tanggal 14 Nopember 2008,

menimpa seorang warga Banjar Giri Darma, Desa Unggasan, Kecamatan Kuta Selatan

Kabupaten Badung. Selanjutnya sampai akhir Oktober 2010 penyakit rabies, menyebar

ke Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Karangasem dan beberapa

kabupaten di Provinsi Bali.

Penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies. Virus rabies mempunyai 6 (enam) tipe,

yaitu :

a. Tipe 1 : Strain Challenge virus standard sebagai prototipe;

b. Tipe 2 : Strain lagos sebagai prototipe;

c. Tipe 3 : Strain Mokola sebagai prototype;

d. Tipe 4 : Strain Duvenhage;

e. Tipe 5 : European bat lyssavirus;

f. Tipe 6 : Australian bat lyssavirus.

Morfologi virus rabies berbentuk peluru, mempunyai panjang 180 nm (nanometer) dan

lebar 75 nm. Komposisi dari virus ini antara lain Ribo Nucleic Acid ( RNA ) rantai

tunggal, lipid, karbohidrat dan protein.

Sifat virus rabies meliputi sifat fisik dan sifat kimia.

a. Sifat fisik

Pemanasan pada suhu 60°C selama 5 menit akan mematikan virus;

Virus akan mati bila kena sinar ultraviolet;

Cepat mati bila berada diluar jaringan hidup;

Pada suhu -4°C virus dapat bertahan hidup sampai berbulan-bulan.

b. Sifat Kimia :

Dapat diinaktifkan dengan β-propiolakton, phenol, halidol azirin, zat pelarut

lemak, dll;

Tahan hidup beberapa minggu di dalam glycerin pada suhu kamar;

Virus rabies bila disimpan di dalam larutan glycerin pekat pada suhu kamar,

dapat bertahan berminggu-minggu;

Pada glycerin 10% virus akan cepat mati;

Cepat mati dengan zat-zat pelarut lemak seperti air sabun, detergent, chloroform,

ether dll.

Page 4: Step 1

Masa inkubasi (masa masuknya virus ke dalam tubuh manusia/hewan sampai

menimbulkan gejala penyakit) adalah : Masa inkubasi pada hewan antara 3-8 minggu,

masa inkubasi pada manusia bervariasi, biasanya 2-8 minggu, kadang-kadang 10 hari

sampai 2 tahun, tetapi rata-rata masa inkubasinya 2-18 minggu.

Sumber penular penyakit rabies adalah anjing sebagai penular utama, disamping itu

dapat juga ditularkan oleh kucing dank era. Di luar negeri, disamping ketiga hewan di

atas, dapat juga ditularkan melalui gigitan binatang seperti : srigala, kelelawar, skunk

dan racoon.

Daya serang virus rabies sebagai berikut ; setelah virus rabies masuk ke dalam tubuh

manusia melalui gigitan hewan (anjing), selama sekitar 2 minggu virus akan tetap

tinggal di tempat masuk dan atau di dekat tempat gigitan. Selanjutnya virus akan

bergerak mencapai ujung-ujung serabut syaraf posterior tanpa menunjukkan perubahan

fungsinya. Sepanjang perjalanan ke otak, virus rabies akan berkembangbiak/membelah

diri (replikasi). Selanjutnya sampai diotak dengan jumlah virus maksimal, kemudian

menyebar luas ke semua bagian neuron. Virus ini akan masuk ke sel-sel limbic,

hipotalamus, dan batang otak. Setelah memperbanyak diri pada neuron-neuron sentral,

maka virus rabies akan bergerak ke seluruh organ dan jaringan tubuh untuk

berkembangbiak seperti adrenal, ginjal, paru-paru, hati dan selanjutnya akan

menyerang jaringan tubuh lainnya.

Hal-hal yang menjadi factor resiko penularan penyakit rabies adalah sarana

transportasi, khususnya pelabuhan yang tidak resmi, hewan peliharaan yangn tidak

divaksinasi di daerah tertular, hewan liar di daerah tertular, pekerja yang berisiko

seeprti dokter hewan, penangkap anjing, petugas laboratorium, pemburu dll.

Wisatawan ke daerah tertular tapi tidak diberi pre exposure, transplantasi terutama

cornea.

Penyakit rabies telah tertular ke seluruh dunia, sedangkan daerah tertular rabies di

Indonesia selain Bali meliputi 23 provinsi, artinya hanya 10 provinsi di Indonesia yang

menyandang status bebas rabies.

Cara penularan virus rabies pada hewan berbeda dengan cara penularan pada manusia.

Cara penularan pada hewan terjadi melalui gigitan hewan yang menderita rabies ke

hawan sehat. Cara penularan pada manusia, dibagi dua yaitu ; 1. Dari hawan ke

mansua melalui gigitan hewan yang air liurnya mengandung virus rabies, 2. Non

gigitan melalui jilatan hewan yang mengandung virus rabies pada luka, selaput

mukosa yang utuh, selaput lendir mulut , selaput lender anus, selaput lender alat

genitalia eksterna dan melalui inhalasi / udara (jarang terjadi).

Cara penularan dari manusia ke manusia melalui transplantasi kornea, kontak air liur

penderita ke mukosa mata dan pernah ada laporan, orang sehat digigit oleh penderita

rabies, mengalami sakit rabies.

Page 5: Step 1

Gejala dan tanda rabies pada hewan ada 2 (dua) tipe yaitu:

a. Tipe ganas terdiri dari stadium prodromal, eksitasi dan paralise

Stadium prodromal (2-3 hari), gejala : malaise, tidak mau makan, demam sub

fibris, reflek kornea menurun.

Stadium eksitasi (3-7 hari), gejala : reaktif dengan menyerang dan menggigit

bendabergerak, pica (memakan berbagai benda termasuk tinjanya sendiri), lupa

pulang,  strabismus, ejakulasi spontan.

Stadium paralis, gejala : ekor jatuh, mandibula jatuh, lidah keluar, saliva (ludah)

berhamburan, kaki belakang terseret. Pada stadium ini sangat singkat dan

biasanya diikuti dengan kematian hewan tersebut.

b. Tipe Jinak (dumb), umumnya stadium ini muncul setelah stadium paralisis, anjing

ini terlihat diam, berpenampilan tenang namun akan ganas kalau didekati. Gejala

dan tanda penderita rabies pada manusia yaitu demam, mual, rasa nyeri di

tenggorokan, keresahan, takut air (hydrophobia), takut cahaya, liur yang berlebihan

(hipersaliva).

Pertolongan pertama pada penderita rabies adalah :

a. Cucilah gigitan hewan (anjing) dengan sabun / detergent di bawah air mengalir

selama 10 – 15 menit.

b. Beri obat antiseptic pada luka gigitan (obat merah, alcohol 70% dll)

c. Hubungi rabies center untuk pertolongan selanjutnya.

Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memberikan vaksin rabies pada hewan

peliharaan anda setiap 1 tahun sekali, segera melapor ke puskesmas / rumah sakit

terdekat bila digigit oleh hewan tersangka rabies untuk mendapatkan Vaksin Anti

Rabies (VAR), segera laporkan ke rabies center bila menemukan hewan dengan gejala

rabies, dan jangan melepas hewan peliharaan anda berkeliaraan di alam bebas

Pengertian Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang dapat menyerang manusia dan binatang.

Penyakit menular ini adalah penyakit hewan yang dapat menjangkiti manusia.

Termasuk penyakit zoonosis yang paling sering terjadi di dunia. Leptospirosis juga

dikenal dengan nama flood fever atau demam banjir karena memang muncul

dikarenakan banjir.

Etiologi

Penyakit yang terdapat di semua negara dan terbanyak ditemukan di negara

beriklim tropis ini, disebabkan oleh Leptospira interrogansdengan berbagai subgrup

Page 6: Step 1

yang masing-masing terbagi lagi atas serotipe bisa terdapat pada ginjal atau air

kemih binatang piaraan seperti anjing, lembu, babi, kerbau dan lain-lain, maupun

binatang liar seperti tikus, musang, tupai dan sebagainya. Manusia bisa terinfeksi jika

terjadi kontak pada kulit atau selaput lendir yang luka atau erosi dengan air, tanah,

lumpur dan sebagainya yang telah terjemar oleh air kemih binatang yang terinfeksi

leptospira

Manifestasi klinik

Gambaran klinis leptospirosis dibagi atas 3 fase yaitu : fase leptospiremia,

fase imun dan fase penyembuhan.

a. Fase Leptospiremia

Demam mendadak tinggi sampai menggigil disertai sakit kepala, nyeri otot,

hiperaestesia pada kulit, mual muntah, diare, bradikardi relatif, ikterus, injeksi silier

mata. Fase ini berlangsung 4-9 hari dan berakhir dengan menghilangnya gejala klinis

untuk sementara.

b. Fase Imun

Dengan terbentuknya IgM dalam sirkulasi darah, sehingga gambaran klinis bervariasi

dari demam tidak terlalu tinggi, gangguan fungsi

ginjal dan hati, serta gangguan hemostatis dengan manifestasi perdarahan spontan.

c. Fase Penyembuhan

Fase ini terjadi pada minggu ke 2 - 4 dengan patogenesis yang belum jelas. Gejala klinis

pada penelitian ditemukan berupa demam dengan atau tanpa muntah, nyeri otot, ikterik,

sakit kepala, batuk, hepatomegali, perdarahan dan menggigil serta splenomegali.

Menurut berat ringannya, leptospirosis dibagi menjadi ringan dan berat, tetapi untuk

pendekatan diagnosis klinis dan penanganannya, para ahli lebih senang membagi

penyakit ini menjadi leptospirosis anikterik (non ikterik) dan leptospirosis ikterik.

1) Leptospirosis anikterik

Onset leptospirosis ini mendadak dan ditandai dengan demam ringan atau tinggi yang

umumnya bersifat remiten, nyeri kepala dan menggigil serta mialgia. Nyeri kepala bisa

berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengue, disertai nyeri retro-orbital dan

photopobia. Nyeri otot terutama di daerah betis, punggung dan paha. Nyeri ini diduga

akibat kerusakan otot sehingga creatinin phosphokinase pada sebagian besar kasus akan

meningkat, dan pemeriksaan cretinin phosphokinase ini dapat untuk membantu

diagnosis klinis leptospirosis. Akibat nyeri betis yang menyolok ini, pasien kadang-

kadang mengeluh sukar berjalan. Mual, muntah dan anoreksia dilaporkan oleh sebagian

besar pasien. Pemeriksaan fisik yang khas adalah conjunctival suffusion dan nyeri tekan

di daerah betis. Limpadenopati, splenomegali, hepatomegali dan rash macupapular

Page 7: Step 1

bisa ditemukan, meskipun jarang. Kelainan mata berupa uveitis dan iridosiklis dapat

dijumpai pada pasien leptospirosis anikterik maupun ikterik.

Dalam fase leptospiremia, bakteri leptospira bisa ditemukan di dalam cairan

serebrospinal, tetapi dalam minggu kedua bakteri ini menghilang setelah munculnya

antibodi ( fase imun ).

Pasien dengan Leptospirosis anikterik pada umumnya tidak berobat karena keluhannya

bisa sangat ringan. Pada sebagian pasien, penyakit ini dapat sembuh sendiri ( self -

limited ) dan biasanya gejala kliniknya akan menghilang dalam waktu 2-3 minggu.

Karena gambaran kliniknya mirip penyakit-penyakit demam akut lain, maka pada

setiap kasus dengan keluhan demam, leptospirosis anikterik harus dipikirkan

sebagai salah satu diagnosis bandingnya, apalagi yang di daerah endemik.

Leptospirosis anikterik merupakan penyebab utama Fever of unknown origin di

beberapa negara Asia seperti Thailand dan Malaysia. Diagnosis banding leptospirosis

anikterik harus mencakup penyakit-penyakit infeksi virus seperti influenza, HIV

serocon version, infeksi dengue, infeksi hanta virus, hepatitis virus, infeksi

mononukleosis dan juga infeksi bakterial atau parasitik seperti demam tifoid,

bruselosis, riketsiosis dan malaria.

2) Leptospirosis ikterik

Ikterus umumnya dianggap sebagai indikator utama leptospirosis berat. Gagal ginjal

akut, ikterus dan manifestasi perdarahan merupakan gambaran klinik khas penyakit

Weil. Pada leptospirosis ikterik, demam dapat persisten sehingga fase imun menjadi

tidak jelas atau nampak overlapping dengan fase leptospiremia. Ada tidaknya fase imun

juga dipengaruhi oleh jenis serovar dan jumlah bakteri leptospira yang menginfeksi,

status imunologik dan nutrisi penderita serta kecepatanmemperoleh terapi yang tepat.

Leptospirosis adalah penyebab tersering gagal ginjal akut.

Page 8: Step 1

Perbedaan gambaran klinik leptospirosis anikterik dan ikterik

Tabel 2.1 gambaran klinik leptospirosis

Sindrom, fase Manifestasi klinik Spesimen

laboratorium

Leptospirosis

anikterik

fase leptospiremia (3-

7 hari).

Fase imun (3-30 hari).

Demam tinggi, nyeri

kepala, mialgia, nyeri

perut, mual, muntah,

conjungtiva

suffusion.

Demam ringan , nyeri

kepala, muntah.

Darah, LCS

Urin

Leptospirosis ikterik

fase leptospiremia dan

fase imun (sering

menjadi satu atau

overlapping) terdapat

periode asimptomatik

(1-3 hari)

Demam tinggi, nyeri

kepala, mialgia,

ikterik gagal ginjal,

hipotensi, manifestasi

perdarahan,

pneumonitis,

leukositosis.

Darah, LCS

minggu pertama.

Urin minggu

kedua.

Pencegahan penularan kuman leptospirosis dapat dilakukan melalui tiga jalur yang

meliputi :

a. Jalur sumber infeksi

1) Melakukan tindakan isolasi atau membunuh hewan yang terinfeksi.

2) Memberikan antibiotik pada hewan yang terinfeksi, seperti penisilin,

ampisilin, atau dihydrostreptomycin, agar tidak menjadi karier kuman leptospira.

Dosis dan cara pemberian berbeda-beda, tergantung jenis hewan yang terinfeksi.

3) Mengurangi populasi tikus dengan beberapa cara seperti penggunaan racun

tikus, pemasangan jebakan, penggunaan rondentisida dan predator ronden.

4) Meniadakan akses tikus ke lingkungan pemukiman, makanan dan air minum

dengan membangun gudang penyimpanan makanan atau hasil pertanian, sumber

penampungan air, dan perkarangan yang kedap tikus, dan dengan membuang sisa

makanan serta sampah jauh dari jangkauan tikus.

5) Mencengah tikus dan hewan liar lain tinggal di habitat manusia dengan memelihara

lingkungan bersih, membuang sampah, memangkas rumput dan semak

Page 9: Step 1

berlukar, menjaga sanitasi,

2). Tatalaksana

Terapi biasanya digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol terjadinya

infeksi sekunder pada kulit.

Gatal biasanya merupakan keluhan utama, obat topikal dapat mengurangi gatal,

reaksi hipersensitifitas, inflamasi (steroid, antihitamin, menthol lotion) juga dapat

diberikan antihistamin oral seperti CTM, Loratadin, Cetirizine untuk mengurangi

rasa gatal.

Jika terjadi reaksi berat dengan gejala sistemik, diberikan pengenceran Epinefrin

1 : 1000 dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB diberikan secara subkutan.

3) Ada 4 (empat) subsistem yang sangat penting dalam perannya sebagai pendukung

dari sistem kesehatan hewan nasional (siskeswannas) terutama dalam kaitannya

dengan pengendalian dan pemberantasan penyakit zoonosis yaitu:

Sistem surveilans dan monitoring nasional terhadap penyakit zoonosis pada ternak

dan satwa liar;

Sistem kewaspadaan dini dan darurat penyakit (early warning system and

emergency preparedness);

Sistem informasi kesehatan hewan (Sikhnas);

Sistem kesehatan masyarakat veteriner (Siskesmavet);

Beberapa kegiatan surveilans yang dilaksanakan sebagai salah satu strategi pendukung

dalam penanggulangan penyakit zoonosis di Indonesia adalah:

Surveilans anthrax (monitoring pre dan pasca vaksinasi);

Surveilans rabies (monitoring pre dan pasca vaksinasi);

Surveilans avian influenza (deteksi dini, penentuan subtipe, monitoring pasca

vaksinasi, epidemiologi molekuler, sentinel dan kompartemen/zona bebas);

Surveilans brucellosis (penentuan prevalensi/zoning, pemotongan reaktor,

monitoring vaksinasi);

Surveilans salmonellosis (monitoring pullorum dan enteritidis di peternakan

pembibitan unggas/petelur);

Surveilans BSE (pengambilan sampel otak dari Rumah Pemotongan Hewan atau

hewan yang menunjukkan gejala syaraf).

4). Kalajengking

Page 10: Step 1

Definisi

Kalajengking (scorpion) jenis binatang tanah tertua. Diperkirakan sudah ada dimuka

bumi 400 juta tahun yang lalu. Ada 1000 spesies, 30 jenis yang memiliki bisa mematikan.

Di dunia dilaporkan terdapat 5000 kasus kematian akibat kalajengking. Kalajengking

merupakan hewan yang tidak agresif terhadap manusia dan hanya menyengat jika terusik

atau marah, aktif di malam hari. Sebagian kalajengking hidup di bawah pohon,di dalam

pohon, tempat teduh di bangunan, bahkan kadang bisa didalam rumah (dalam sepatu,

pakaian atau tempat tidur).

Beberapa spesies kalajengking yang berbahaya antara lain:

Centruroides suffuses (meksiko)

Tytius serrulatus (brazil)

Leirus quinquestriatus (afrika utara)

Centruroides sculpturatus dan C. Axilacauda/bark scorpion (amerika serikat,

meksiko utara )

Racun kalajengking cukup kompleks, kandungannya antara lain:

Fosfolipase A2

Asetilkolinesterase

Hialuronidase

Protein dengan berat molekul rendah

Asam amino

Serotonin

Gambaran Klinis

Gambaran klini sengatan kalajengking antara lain:

Gambaran Lokal : nyeri seperti terbakar, gejala peradangan seperti parestesi lokal,

dapat membaik dalam beberapa jam

Gejala sistemik :

o Gelisah, keluar keringat berlebih, diplopia, nigtagmus, fasikulasi, opistotonus,

salivasi, hipertensi, takikardi kadang-kadang kejang dan paralisis otot pernafasan (

umumnya pada anak <10 thn).

o Edema paru, syok, koagulopati, koagulasi intravaskuler disseminata (KID),

pankreatitis, gangguan fungsi ginjal, hemoglobinnuria, ikterus, rabdomiolisis,

hipertermia dan asidosis.

Pemeriksaan penunjang

Page 11: Step 1

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien yang terkena sengatan

kalajengking antara lain:

Hemoglobin

Hematokrit

Trombosit

Elektrolit

Gula darah

Urea

Kreatinin

CPK

Profil Koagulasi

Analisis gas darah

Uji faal hati

Tatalaksana

Penatalaksanaan bagi pasien yang terkena sengatan kalajengking antara lain:

Terapi suportif

Stabilisasi :

o Penatalaksanaan jalan nafas

o Penatalaksanaan fungsi pernafasan (ventilasi dan oksigenasi)

o Penatalaksanaan sirkulasi : pemberian cairan kristaloid

Dekontaminasi

o Cuci luka dan berikan TT/ATS jika diperlukan

o Jangan diberi es dan jangan insisi pada luka bekas gigitan atau jangan lakukan

penghisapan

Terapi spesifik dengan pemberian antivenin berupa serum skerpion

Laba-laba

Spesies laba-laba beracun antara lain:

Laxosceles ( amerika tengah dan utara) dapat menyebabkan nekrosis kulit dan

nekrosis jaringan subkutis.

Tageneria agrestis (laba-laba hobo) sering menyebabkan ulcus nekrotik

Pada racun laba-laba terdapat beberapa senyawa kimia, diantaranya:

Cairan jernih laba-laba berisi esterase, fosfatase alkalin protease dan enzim lain yang

menyebabkan nekrosis jaringan dan hemolisis.

Page 12: Step 1

Sfingomielinase B, faktor dermonekrotik yang penting, terletak diantara membran sel

yang merupakan kemotaksis netrofil, akan menyebabkan trobosis vaskuler dan reaksi

seperti arthus.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien gigitan laba-laba antara lain:

Bersihkan gigitan, balut, kompres dengan es, angkat dan mobilisasi bagian yang baru

tergigit.

Bila ada indikasi berikan analgetik, antibiotik, antihistamin, dan profilaksis tetanus

Pada 48-72 jam pertama berikan Dapson, inhibitor leukosit yang dapat menghentikan

lesi yang akan menjadi nekrosis. Dapson diberikan per oral dosis 50-100mg

2kali/hari, setelah dipastikan tidak ada G6PD defisiensi.

Bila efek lokal atau sistemik dari glikokortikoid tidak terlihat maka lebih potensial

digunakan antivenin

Debridemen lanjutkan dengan skingrafing

Monitor tanda-tanda hemolisis, gagal ginjal, dan komplikasi sitemik yang lain

Lebah

Lebah akan menyerang jika koloninya terganggu, racunnya diproduksi pada kelenjar

dibagian belakang perut yang akan keluar dengan cepat bila ada kontraksi kantung racun

dengan kapasitas 0,1ml pada serangga dengan ukuran tubuh yang besar.

Pada racun lebah terdapat:

Toksin polipeptida pada lebah madu termasuk melitin yang dapat merusak sel

membran : degranulasi protein sel mast dapat meyebabkan pelepasan histamin

berupa apamin (neurotoksin) dan adolapin (antiinflamasi).

Enzim dalam racun berupa hialuronidase yang merup[akan sebagian besar komponen

dan fosfolipase yang merupakan major venom allergen

Gejala Klinis

Gejala klinis yang sering timbul pada pasien yang terkena sengatan lebah antara lain:

Menimbulkan nyeri

Bengkak

Kemerahan

Edema lokal

Jika gigitannya multiple menyebabkan:

o Mual, diare, edema anasarka, dispnea, hipotensi dan kolap.

Page 13: Step 1

o Rabdomiolisis dan heholisis intravaskuler dapat menyebabkan gagal ginjal pada

300- 500 sengatan lebah.

Penatalaksanaan

Tatalaksana yang diberikan kepada pasien yang terkena sengatan lebah antara lain:

Sengatan dibersihkan, diberikan desinfektan dan dikompres dengan es

Bila perlu berikan analgetik, antihistamin dan glukokortikoid jika reaksi lokalnya

cukup luas. Bisa juga diberikan secara topikal...

Monitoring dalam 24 jam untuk mencegak koagulopati dan gagal ginjal pada gigitan

multiple

Page 14: Step 1
Page 15: Step 1