senam otak

27
11 BAB II LATIHAN GERAKAN SENAM OTAK (BRAIN GYM) TREHADAP KEMAMPUAN MENULIS PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN A. Senam Otak (Brain Gym) Manusia belajar dengan bergerak. Proses dan hasil belajar akan baik jika stimulus yang diberikan juga baik dan tepat. Salah satu stimulus yang dapat diberikan adalah pemberian dorongan atau rangsangan aktifitas diri dan gerakan untuk menyelaraskan fungsi belahan otak kiri dan otak kanan, otak bagian depan dan belakang, otak atas dan bawah, serta fungsi tubuh kiri dan kanan. Beberapa hal tentang pentingnya gerak dalam the Pathway to Wellness-nya Glenn Doman (2004:13) disebutkan sebagai berikut: Gerakan adalah dasar kehidupan; anak cedera otak (ATG salah satunya) perlu bergerak sebanyak mungkin; gerakan dapat membantu pernafasan dan menambah jumlah oksigen yang masuk menuju otak dapat meningkatkan fungsi otak; gerakan mengurangi penyakit pernafasan; gerakan meningkatkan kecerdasan, kesehatan; gerakan mengembangkan kemampuan penglihatan; gerakan memperbaiki struktur tubuh, pencernaan, dan pembuangan. Sejak tahun 1970 mulai ditemukan gerakan senam yang dapat mengoptimalkan perkembangan dan potensi otak, yaitu BG. Dasar pemikiran BG adalah bahwa belajar merupakan kegiatan alami dan menyenangkan yang dilakukan sepanjang hidup. Kesulitan belajar biasanya berasal dari ketidakmampuan mengatasi stres dan keraguan dalam menghadapi tugas baru. BG adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan

Upload: rafi-rahman-al-kautsar

Post on 27-Nov-2015

62 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: senam otak

11

BAB II

LATIHAN GERAKAN SENAM OTAK ( BRAIN GYM) TREHADAP

KEMAMPUAN MENULIS PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

A. Senam Otak (Brain Gym)

Manusia belajar dengan bergerak. Proses dan hasil belajar akan baik jika

stimulus yang diberikan juga baik dan tepat. Salah satu stimulus yang dapat

diberikan adalah pemberian dorongan atau rangsangan aktifitas diri dan gerakan

untuk menyelaraskan fungsi belahan otak kiri dan otak kanan, otak bagian depan

dan belakang, otak atas dan bawah, serta fungsi tubuh kiri dan kanan.

Beberapa hal tentang pentingnya gerak dalam the Pathway to Wellness-nya

Glenn Doman (2004:13) disebutkan sebagai berikut:

Gerakan adalah dasar kehidupan; anak cedera otak (ATG salah satunya) perlu bergerak sebanyak mungkin; gerakan dapat membantu pernafasan dan menambah jumlah oksigen yang masuk menuju otak dapat meningkatkan fungsi otak; gerakan mengurangi penyakit pernafasan; gerakan meningkatkan kecerdasan, kesehatan; gerakan mengembangkan kemampuan penglihatan; gerakan memperbaiki struktur tubuh, pencernaan, dan pembuangan.

Sejak tahun 1970 mulai ditemukan gerakan senam yang dapat mengoptimalkan

perkembangan dan potensi otak, yaitu BG. Dasar pemikiran BG adalah bahwa

belajar merupakan kegiatan alami dan menyenangkan yang dilakukan sepanjang

hidup. Kesulitan belajar biasanya berasal dari ketidakmampuan mengatasi stres

dan keraguan dalam menghadapi tugas baru. BG adalah serangkaian latihan gerak

sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan

Page 2: senam otak

12

sehari-hari. BG terangkai atas gerakan-gerakan tubuh yang dinamis dan

menyilang (Arn, 2008), yang fokus penggeraknya pada tangan dan kaki.

Metode ini dikembangkan oleh Paul E. Dennison bersama isterinya Gail E.

Dennison dan Dr. Phill yang merupakan pelopor pendidik di Amerika. Mereka

belajar Touch for Health dan menggunakannya untuk menangani anak-anak yang

berkesulitan belajar. Pelopor BG di Indonesia adalah Elisabeth Demuth (berasal

dari Switzerland, sudah lama bekerja di SLB Tomohon Sulawesi Utara).

1. Tujuan dan manfaat Brain Gym

Kartini Sapardjiman (2007) mengemukakan bahwa BG memiliki beberapa

tujuan, diantaranya adalah:

a. Mengurangi stres emosional (merasa lebih sehat), pikiran lebih jernih,

lebih bersemangat, lebih konsentrasi, lebih rileks, lebih kreatif dan

efisien, sehingga prestasi belajar dan bekerja meningkat.

b. Kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat

Sedangkan keuntungan Brain Gym (Kartini Sapardjiman, 2007) adalah:

1) Memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stres. 2) Dapat dipakai dalam waktu singkat. 3) Tidak memerlukan bahan atau tempat khusus. 4) Dapat dipakai dalam semua situasi termasuk saat belajar atau bekerja. 5) Meningkatkan kepercayaan diri. 6) Menunjukkan hasil dengan segera. 7) Dapat dijelaskan secara neurofisiologi oleh Dr. Carla Hannaford. 8) Sangat efektif untuk penanganan hambatan dan stres belajar. 9) Memandirikan seseorang dalam hal belajar, dan mengaktifkan seluruh

potensi dan keterampilan yang dimiliki seseorang. 10) Diakui sebagai salah satu cara belajar terbaik oleh National

Learning Foundation USA, dan sudah tersebar luas di lebih dari 80 negara.

Page 3: senam otak

13

2. Dimensi Otak sesuai Edu-K

Serangkaian gerak sederhana dan menyenangkan berdasarkan pada Touch

for Health Kinesiology (sentuh agar sehat/ ilmu tentang gerakan tubuh) ini

dilakukan untuk meringankan dan sebagai rileksasi pada otak, menstimulasi/

merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateral), belakang otak dan bagian

depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan

perasaan/ emosi, yakni otak tengah (limbik), serta otak besar (dimensi

pemusatan).

Dengan BG, maka tiga dimensi otak akan diaktifkan secara keseluruhan.

Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan tentang tiga dimensi fungsi otak

menurut brain gym (Paul E. Dennison, 2003a:5-62):

a. Lateralisasi-Komunikasi (otak kanan-kiri)/ Gerakan dari sisi ke sisi

atau Menyebrang Garis Tengah (the Mid-line Movemets).

Sepeti kita ketahui, bahwa gerakan tubuh bagian kanan berhubungan

dengan aktifitas otak kiri, dan gerakan tubuh bagian kiri berhubungan

dengan aktifitas otak kanan. Kedua bagian otak yang bekerja sama akan

menghasilkan kemampuan belajar yang lebih optimal.

Dimensi ini dinamakan dimensi komunikasi karena gerakannya

mengaktifkan kerjasama otak yang berhubungan dengan pengolahan

informasi, termasuk ekspresi verbal dan non verbal (mendengar, melihat,

menulis, bergerak, dan lain-lain). Dimensi ini meliputi 11 gerakan

sederhana, yaitu:

Page 4: senam otak

1) Gerakan Silang (

Gerakan ini merupakan gerakan

yang dapat mengaktifkan hubungan kedua sisi otak. Gerakan ini melatih

daya penglihatan (kebersamaan penglihatan kedua mata/ binokular),

pendengaran, dan

Hal tersebut seper

bahwa gerakan ini memiliki hubungan perilaku dan sikap tubuh untuk

meningkatkan koordinasi kiri/ kanan, memperbaiki pernapasan dan

stamina, koordinasi dan kesadaran tentang ruang g

memperbaiki pendengaran dan penglihatan

Itu berarti, dengan gerakan ini, kemampuan akademik pada aspek

mengeja dan membaca dengan lancar, menulis dengan benar,

mendengarkan dan memahami/ mengerti/ berpikir pada saat yang sama

akan lebih meningkat.

Gerakan Silang (Cross Crawl)

Gambar 2.1 Gerakan silang

Gerakan ini merupakan gerakan active dalam pemanasan/ PACE

dapat mengaktifkan hubungan kedua sisi otak. Gerakan ini melatih

daya penglihatan (kebersamaan penglihatan kedua mata/ binokular),

pendengaran, dan perabaan.

Hal tersebut seperti tercantum pada buku Dennison

bahwa gerakan ini memiliki hubungan perilaku dan sikap tubuh untuk

meningkatkan koordinasi kiri/ kanan, memperbaiki pernapasan dan

stamina, koordinasi dan kesadaran tentang ruang g

memperbaiki pendengaran dan penglihatan.

Itu berarti, dengan gerakan ini, kemampuan akademik pada aspek

mengeja dan membaca dengan lancar, menulis dengan benar,

mendengarkan dan memahami/ mengerti/ berpikir pada saat yang sama

akan lebih meningkat.

14

pemanasan/ PACE

dapat mengaktifkan hubungan kedua sisi otak. Gerakan ini melatih

daya penglihatan (kebersamaan penglihatan kedua mata/ binokular),

ti tercantum pada buku Dennison (2003:8), yaitu

bahwa gerakan ini memiliki hubungan perilaku dan sikap tubuh untuk

meningkatkan koordinasi kiri/ kanan, memperbaiki pernapasan dan

stamina, koordinasi dan kesadaran tentang ruang gerak, serta

Itu berarti, dengan gerakan ini, kemampuan akademik pada aspek

mengeja dan membaca dengan lancar, menulis dengan benar,

mendengarkan dan memahami/ mengerti/ berpikir pada saat yang sama

Page 5: senam otak

2) 8 tidur/ Lazy 8s (

Dengan aktifitas menggambar 8 t

maka anak akan mampu membaca dari kiri ke kanan atau sebaliknya,

menyebrangi garis tengah visual/ ki

demikian gerakan ini mengaktifkan dan mengintegrasikan

mata kanan-

sesuai dengan hubungan perilaku dan sikap tubuh yang ter

Dennison (2003:10) adalah “

bahu pada waktu memusatkan perhatian

persepsi; Meningkatkan pemusatan, keseimbangan, dan koordinasi

3) Abjad 8/

Lazy 8s (Lazy eight's)

Gambar 2.2 Delapan Tidur

Dengan aktifitas menggambar 8 tidur atau simbol “tak terhingga

maka anak akan mampu membaca dari kiri ke kanan atau sebaliknya,

menyebrangi garis tengah visual/ kinestetik tanpa terputus. Dengan

demikian gerakan ini mengaktifkan dan mengintegrasikan

-kiri, serta meningkatkan koordinasi mata-

sesuai dengan hubungan perilaku dan sikap tubuh yang ter

Dennison (2003:10) adalah “Melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan

bahu pada waktu memusatkan perhatian meningkatkan kedalaman

Meningkatkan pemusatan, keseimbangan, dan koordinasi

Abjad 8/ Alphabet 8’s

Gambar 2.3 Abjad Delapan

15

idur atau simbol “tak terhingga” ini,

maka anak akan mampu membaca dari kiri ke kanan atau sebaliknya,

nestetik tanpa terputus. Dengan

demikian gerakan ini mengaktifkan dan mengintegrasikan penglihatan

-tangan. Hal ini

sesuai dengan hubungan perilaku dan sikap tubuh yang tercantum dalam

Melepaskan ketegangan mata, tengkuk, dan

ningkatkan kedalaman

Meningkatkan pemusatan, keseimbangan, dan koordinasi.

Page 6: senam otak

Abjad 8 mengadaptasi bentuk 8 tidur sebagai tempat meletakkan huruf

kecil. Aktifitas ini mengintegrasikan gerakan yang menyangkut

pembentukan huruf

tengah visual tanpa mengalami kebingungan. Setiap huruf secar

ditempatkan pada salah satu sisi, kiri atau kanan dari garis tengah.

Menurut hasil uji, kebanyakan anak, ketika penulisan huruf kecil

membaik maka tulisan tangan pun umumnya membaik. Gerakan ini

melatih persepsi anak tentang bentuk dan posisi huruf

Adapun hubungan perilaku dan sikap tubuh pada gerakan

(Dennison, 2003:14): “

pergelangan tangan lebih rileks

dan lebih terampil dalam kegiatan yang melib

tangan.”

4) Coretan ganda/

Kegiatan menggambar

tengah untuk menunjang kemampuan mudah mengetahui arah dan

Abjad 8 mengadaptasi bentuk 8 tidur sebagai tempat meletakkan huruf

kecil. Aktifitas ini mengintegrasikan gerakan yang menyangkut

pembentukan huruf-huruf, memampukan anak untuk menyebrangi garis

tengah visual tanpa mengalami kebingungan. Setiap huruf secar

ditempatkan pada salah satu sisi, kiri atau kanan dari garis tengah.

Menurut hasil uji, kebanyakan anak, ketika penulisan huruf kecil

membaik maka tulisan tangan pun umumnya membaik. Gerakan ini

melatih persepsi anak tentang bentuk dan posisi huruf yang tepat.

Adapun hubungan perilaku dan sikap tubuh pada gerakan

(Dennison, 2003:14): “Saat menulis, mata, tengkuk, bahu, dan

pergelangan tangan lebih rileks; meningkatkan konsentrasi saat menulis

terampil dalam kegiatan yang melibatkan koordinasi mata

Coretan ganda/ Double Doodle

Gambar 2.4 Coretan Ganda

Kegiatan menggambar di kedua sisi tubuh ini dilakukan pada bidang

tengah untuk menunjang kemampuan mudah mengetahui arah dan

16

Abjad 8 mengadaptasi bentuk 8 tidur sebagai tempat meletakkan huruf

kecil. Aktifitas ini mengintegrasikan gerakan yang menyangkut

huruf, memampukan anak untuk menyebrangi garis

tengah visual tanpa mengalami kebingungan. Setiap huruf secara jelas

ditempatkan pada salah satu sisi, kiri atau kanan dari garis tengah.

Menurut hasil uji, kebanyakan anak, ketika penulisan huruf kecil

membaik maka tulisan tangan pun umumnya membaik. Gerakan ini

yang tepat.

Adapun hubungan perilaku dan sikap tubuh pada gerakan ini adalah

Saat menulis, mata, tengkuk, bahu, dan

konsentrasi saat menulis;

atkan koordinasi mata-

di kedua sisi tubuh ini dilakukan pada bidang

tengah untuk menunjang kemampuan mudah mengetahui arah dan

Page 7: senam otak

17

orientasi yang berhubungan dengan tubuh. Ketika anak telah merasakan

perbedaan antara kiri dan kanan, maka saat menggambar dan menulis,

anak menempatkan dirinya di pusat, sehingga gerakan ke luar atau ke

dalam, ke atas atau ke bawah, selalu dihubungkan dengan pusat tersebut.

Hubungan penting perilaku dan sikap tubuh untuk menulis pada

gerakan ini adalah adanya kesadaran akan kiri dan kanan.

5) Telinga Gajah/ The Ear Elephant

Gambar 2.5 Telinga Gajah

Gerakan ini mengaktifkan bagian dalam telinga untuk keseimbangan

yang lebih baik, mengintegrasikan otak untuk mendengar dengan kedua

telinga, dan merilekskan otot tengkuk yang tegang karena terlalu banyak

membaca (Dennison, 2003:16).

Page 8: senam otak

Geraka

6) Pernapasan Perut/

8) Gerakan silang berbaring/

10) Membayangkan huruf X/

Sumber: Dennison (2003) dan

Gambar 2.6 Gerakan BG dimensi otak kanan-kiri lainnya

Pernapasan Perut/ Belly Breathing 7) Olengan pinggul/

Gerakan silang berbaring/ Cross crawl sit ups 9) Putaran leher/

Membayangkan huruf X/ Think of an X 11) Mengisi energi/

Sumber: Dennison (2003) dan Gunadi T. (2009)

18

Olengan pinggul/ The Rocker

Putaran leher/ Neck Rolls

Mengisi energi/ The Energizer

Page 9: senam otak

19

b. Pemfokusan-Pemahaman (dimensi otak depan–belakang)/ Gerakan

Meregangkan Otot/ Lengthening Activities

Gerakannya pada dimensi ini adalah gerakan meregangkan otot yang

menyangkut atensi/ perhatian dan pemahaman/ pengertian. Gerakan ini

menunjang kesiapan untuk menerima hal baru dan mengekspresikan apa

yang sudah diketahui. Saat sulit memahami inti pelajaran atau sulit

beratensi, gerakan ini baik dilakukan agar otot lega dan semangat belajar

meningkat.

1) Mengaktifkan tangan (arm activation)

Gambar 2.7 Mengaktifkan Tangan

Mengaktifkan tangan merupakan gerakan isometrik untuk menolong

diri dengan memperpanjang otot-otot dada atas dan bahu. Kontrol otot

untuk gerakan-gerakan motorik kasar dan motorik halus berasal dari area

ini. Saat otot-otot ini memendek karena ketegangan, maka gerakan yang

berhubungan dengan menulis dan penguasaan alat akan terhambat.

Ketika melakukan gerakan ini, berarti anak sedang mengaktifkan otak

untuk (Dennison, 2003:33): mampu berbicara ekspresif dan berbahasa;

merilekskan sekat rongga dada dan meningkatkan pernapasan; koordinasi

mata-tangan dan kemahiran menggunakan peralatan.

Page 10: senam otak

Hubungan perilak

(2003:34) adalah: “

tulis menulis

Pernapasan lebih lancar dan sikap lebih santai

mengungkapkan gagasan

pada tangan dan jari).

Gerakan BG Dimensi otak depan

2) Burung hantu/

4) Pompa betis/ The calf pump

Hubungan perilaku dan sikap tubuh yang terjadi dalam Dennison

3:34) adalah: “Durasi perhatian akan meningkat dalam pekerjaan

tulis menulis; Peningkatan fokus dan konsentrasi tanpa fokus berlebihan

Pernapasan lebih lancar dan sikap lebih santai;

mengungkapkan gagasan; dan Melepaskan kekakuan saat menulis

pada tangan dan jari). “

Gambar 2.8 Gerakan BG Dimensi otak depan-belakang lainnya

Burung hantu/ the owl 3) Lambaian kaki/ footlex

The calf pump 5) Luncuran gravitasi/ The Gravitational

6) Pasang kuda-kuda/ The Grounder

Sumber: Dennison (2003)

20

u dan sikap tubuh yang terjadi dalam Dennison

Durasi perhatian akan meningkat dalam pekerjaan

Peningkatan fokus dan konsentrasi tanpa fokus berlebihan;

; Lebih mampu

Melepaskan kekakuan saat menulis (energi

belakang lainnya

footlex

Gravitational Glide

Page 11: senam otak

21

c. Pemusatan-Pengaturan (dimensi atas-bawah)/

Gerakan Meningkatkan Energi dan Sikap Penguatan

(Energy Exercise and Deepening Attitudes)

Gerakan pada dimensi ini adalah untuk meningkatkan energi,

menyangkut gerakan mengorganisasi, mengatur, berjalan, dan sikap dalam

tes/ ujian. Hal ini bermanfaat untuk membantu seluruh potensi dan

keterampilan yang dimiliki serta mengontrol emosi, seperti menggerakkan

kepala ke atas ke bawah, mengangkat beban ringan atau benda lainnya,

kemudian digerakkan ke atas ke bawah. Dimensi ini terdiri atas sembilan

aktifitas, yaitu:

1) Air/ Water Gambar 2.9 Minum Air

Air berperan sebagai bagian dari PACE (persiapan), yaitu E-energetic.

Untuk bersikap enerjik diperlukan pendukung berupa air. Perihal yang

berkaitan dengan air:

a) ⅔ (± 70%) tubuh manusia terdiri atas air.

b) Minum adalah salah satu cara terbaik mengatasi stres (Gunadi T.,

2009:26).

c) Air sangat mudah diserap pada suhu ruang (Dennison, 2003a: 45).

Page 12: senam otak

22

d) Sebagai komponen utama dalam darah, fungsinya vital untuk

menyalurkan oksigen ke otak.

e) Kita ketahui bahwa air melarutkan garam dan mengoptimalkan

fungsi energi listrik dalam tubuh yang pada akhirnya akan

melancarkan proses transportasi informasi ke otak (pembawa

energi listrik). Semua aksi listrik dan kimia dari otak dan sistem

saraf pusat tergantung pada aliran arus listrik antara otak dan organ

sensorik.

f) Menyeimbangkan cairan-cairan penting dalam metabolisme tubuh.

g) Lebih banyak menerima zat asam yang diperlukan, dan air juga

membantu melepas protein yang diperlukan untuk belajar hal baru.

h) Mengaktifkan limpa yang berfungsi untuk mengangkut zat-zat gizi,

hormon, dan pembuangan.

Porsi latihan BG yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, dan alangkah

lebih baik bila dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Latihan ini

diimbangi dengan minum air putih dalam jumlah cukup banyak, yaitu

0,3-0,4 liter/10 kg Berat Badan (BB) sehari (sedang belajar.) Misalnya,

BB 50 kg, berarti harus minum sekitar 1,5-2 liter/ hari. Saat sedang sakit

atau banyak berkeringat, jumlah air putih yang diminumnya harus

bertambah lagi, yakni menjadi 0,6 liter/ 10 kg BB. Jadi, ia harus minum

air sekitar 3 liter.

Dengan kecukupan air, kemampuan akademik akan meningkat dan

resiko stres akan lebih rendah. Hubungan perilaku dan sikap tubuh yang

Page 13: senam otak

23

terjadi saat melakukan gerakan ini adalah (Dennison, 2003:46)

“meningkatkan fokus perhatian (mengurangi kelelahan mental);

meningkatkan kemampuan bergerak dan berpartisipasi; koordinasi

mental dan fisik meningkat; melepaskan stres, meningkatkan komunikasi

dan keterampilan sosial”.

2) Sakelar Otak/ Brain Buttons

Gambar 2.10 Sakelar Otak

Termasuk dalam aktifitas PACE, C-Clear (gerakan untuk bersikap

jelas). Rangsangan pada sakelar otak akan meningkatkan peredaran

darah dan oksigen ke otak, dan gosokan pada daerah pusar menyebabkan

impuls yang berhubungan dengan telinga bagian dalam dan berpengaruh

pada kemampuan belajar.

Manfaat gerakan ini diantaranya adalah meningkatkan penerimaan

oksigen, menstimulasi arteri karotis untuk meningkatkan aliran darah ke

otak, dan meningkatkan aliran energi elektromagnetik.

Page 14: senam otak

24

3) Kait rileks/ Hook-Ups/ Penyatuan

Gambar 2.11 Kait Rileks

Merupakan bagian dari aktifitas PACE, P-Positive. Kait rileks

menghubungkan lingkungan elektris di tubuh, dalam kaitannya dengan

pemusatan perhatian dan kekacauan energi. Pikiran dan tubuh akan

rileks bila energi mengalir dengan baik di daerah yang semua mengalami

ketegangan. Sentuhan ujung jari berpasangan menyeimbangkan dan

menghubungkan kedua bagian otak. Tekanan lidah ke langit mulut

mengaktifkan sistem limbik untuk memproses emosi selaras dengan

pemikiran, sehingga meningkatkan koordinasi motorik halus dan

pemikiran logis.

Gerakan ini mengaktifkan otak untuk “pemusatan emosi, pasang

kuda-kuda, dan meningkatkan perhatian (mengaktifkan formation

reticularis) sehingga kemampuan berbicara dan mendengar lebih jelas,

serta lebih siap dalam menghadapi tes atau tantangan” (Dennison,

2003:59).

Page 15: senam otak

Adapun hubungan perilaku dan sikap tubuh yang terjadi

diantaranya adalah lebih mampu dalam pengendalian diri dan menyadari

batas-batas, keseimbangan dan koordinasi meningkat, serta perasaan

nyaman terhadap lingkungan sekit

4) Pasang Telinga/

Gerakan ini akan memusatkan perhatian pada pendengaran serta

melepaskan ketegangan pada tulang

gerakan ini, beberapa hubungan yang terjadi antara perilaku dan sikap

(Dennison, 2003:58) adalah ada

wajah, lidah, dan rahang atas rileks, fokus perhatian meningkat dan

jangkauan pendengaran lebih luas (lebih waspada terhadap stimulus

rangsang suara/ perintah).

Adapun hubungan perilaku dan sikap tubuh yang terjadi

diantaranya adalah lebih mampu dalam pengendalian diri dan menyadari

batas, keseimbangan dan koordinasi meningkat, serta perasaan

nyaman terhadap lingkungan sekitar (Dennison, 2003:60).

Pasang Telinga/ The Thinking Cap

Gambar 2.12 Pasang Telinga

Gerakan ini akan memusatkan perhatian pada pendengaran serta

melepaskan ketegangan pada tulang-tulang tengkorak kepala. Pada

gerakan ini, beberapa hubungan yang terjadi antara perilaku dan sikap

(Dennison, 2003:58) adalah adanya energi dan nafas yang memba

wajah, lidah, dan rahang atas rileks, fokus perhatian meningkat dan

jangkauan pendengaran lebih luas (lebih waspada terhadap stimulus

rangsang suara/ perintah).

25

Adapun hubungan perilaku dan sikap tubuh yang terjadi

diantaranya adalah lebih mampu dalam pengendalian diri dan menyadari

batas, keseimbangan dan koordinasi meningkat, serta perasaan

ar (Dennison, 2003:60).

Gerakan ini akan memusatkan perhatian pada pendengaran serta

tulang tengkorak kepala. Pada

gerakan ini, beberapa hubungan yang terjadi antara perilaku dan sikap

ya energi dan nafas yang membaik, otot

wajah, lidah, dan rahang atas rileks, fokus perhatian meningkat dan

jangkauan pendengaran lebih luas (lebih waspada terhadap stimulus

Page 16: senam otak

Gerakan BG dimensi atas

5) Tombol bumi/ Earth Buttons

7) Tombol Angkasa (Space buttons

Sumber: Dennison (2003) dan

Gambar 2.13 Gerakan BG dimensi atas-bawah lainnya

Earth Buttons 6) Tombol imbang/ Balance Buttons

Space buttons) 8) Menguap berenergi (the Energy Yawn)

9) Titik Positif ( Positive Points )

Sumber: Dennison (2003) dan Gunadi T. (2009)

26

Balance Buttons

the Energy Yawn)

Page 17: senam otak

27

B. Keterampilan Menulis

Seseorang akan melaksanakan tugasnya seperti kemampuan mendengar,

memahami, membaca, dan menulis dengan baik jika atensinya juga baik. Atensi

itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah kesadaran individu,

penginderaan yang berfungsi dengan baik, objek yang menarik, suasana yang

kondusif, dan minat seseorang. Atensi merupakan kemampuan fokus (pemusatan

perhatian) pada suatu objek atau tugas, dalam rentang waktu tertentu, dan pada

saat yang sama mengabaikan objek atau tugas yang lain.

Menulis merupakan bagian keterampilan akademik di pendidikan dasar yang

telah diperkenalkan pula sejak di tingkat pendidikan kanak-kanak (motorik halus).

Keterampilan ini sangat membutuhkan atensi yang baik agar hasil yang diperoleh

baik. Menurut Piaget dalam Thomas Murray (1979) yang dikutip dari blog Zaenal

Alimin (2008), “belajar adalah melakukan tindakan terhadap apa yang dipelajari.

Dalam proses pembelajaran bagi anak-anak, harus memfungsikan semua

sensoris”. Contoh sensoris dalam menulis disini adalah perabaan (tangan)/

motorik halus, penglihatan (mata), dan pendengaran (telinga).

“Belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku” (Sunanto et al., 2005:2).

Perilaku atau behavior itu sendiri adalah “semua tingkah laku atau tindakan

kelakuan seseorang yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan oleh orang lain

atau diri sendiri” (Handojo, 2006: 53). Dalam sumber lain dikatakan bahwa

belajar merupakan “perubahan perilaku karena adanya interaksi dengan

lingkungan”. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa stimulus/ rangsangan dari

orang lain, objek/ media, dapat pula stimulus yang diciptakan sendiri, seperti BG.

Page 18: senam otak

28

Belajar (studing dan learning) tidak selamanya mudah dilaksanakan dan

memperlihatkan hasil dengan cepat. Salah satu penghambat adalah rendahnya

konsentrasi/ fokus pada pelajaran, lemahnya motivasi akan hal yang terjadi, dan

kondisi lingkungan yang kurang kondusif. Hambatan dalam belajar pun demikian.

Pada saat belajar menulis, kondisi lingkungan dan kondisi anak harus siap dan

mampu untuk menyelesaikannya. Menulis itu sendiri menurut Yuyus Suherman

(2005:114) adalah “merupakan sarana komunikasi dan ekspresi diri. Dalam proses

penulisan yang baik itu, sudah pasti mengintegrasikan kemampuan visual motor

dan konseptual. Menulis cukup berkaitan dengan prestasi akademik”.

Para siswa memerlukan kemampuan menulis untuk menyalin, mencatat, atau

untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah. “Dalam kehidupan di masyarakat,

kemampuan menulis diperlukan untuk berkirim surat, mengisi formulir, atau

membuat catatan” (Abdurrahman, 2003:223). Sedangkan menulis menurut

Soemarmo Markam (1989:7) dalam Mulyono Abdurrahman (2003:224) adalah

“suatu aktifitas yang kompleks, yang mencakup gerakan tangan, jari, dan mata

secara terintegrasi. Menulis juga terkait dengan pemahaman membaca dan

berbicara”. Menulis dapat dipelajari dan dilakukan oleh siapa saja, termasuk ATG.

Terdapat dua jenis keterampilan menulis, yaitu menulis permulaan (hand

writing) dan menulis lanjut (mengarang). Urutan menulis permulaan adalah

menjiplak, menebalkan kemudian meniru. Mengarang merupakan bagian dari

menulis lanjut, kegiatan mengarang dilakukan setelah anak membaca dan menulis

dengan baik. Pelajaran menulis lanjut/ mengarang merupakan pelajaran yang

cukup sulit karena anak dituntut untuk dapat menyatakan pikiran, gagasan,

Page 19: senam otak

29

kehendak dan perasaannya secara tertulis yang dapat dipahami orang

pembacanya. Prerequisit dari keterampilan mengarang biasanya harus sudah

banyak dilakukan latihan dikte sebelumnya. Dalam menulis, biasanya dituntut

untuk menerapkan peraturan menulis, seperti aturan menuliskan huruf besar pada

setiap awal kalimat, menggunakan titik dan koma, cara memotong suku kata, cara

menulis kata ulang, dan lain-lain. Latihan awal dalam menulis adalah dengan

selalu mengingatkan untuk memberi judul dan aturan lainya, serta agar anak

membuat tulisan yang menarik untuk mereka.

Menulis dikte memerlukan kemampuan untuk mengenal ukuran, bentuk, dan

orientasi huruf; kontrol motorik, memegang, dan menulis huruf, dan kata;

koordinasi mata-tangan-telinga yang baik; dan memori untuk dapat mempelajari

dan me-recall bentuk huruf yang akan ditulis.

Beberapa hambatan dalam menulis diantaranya adalah masalah motorik,

masalah emosional, kesalahan dalam persepsi huruf dan kata, lemah dalam

memori visual, lemah dalam belajar, dan kurang motivasi. Hal itu tercantum

dalam Mercer (1989:446). Penyebab permasalahan yang ditemukan dalam

penelitian ini adalah kurangnya atensi dan motivasi belajar pada anak.

Pusat kesulitan belajar dan para ahli pendidikan usia dini di Amerika dalam

Latief Susanto (2009) memberikan beberapa petunjuk mengenali anak yang

mengalami masalah dalam belajar menulis atau tidak, yaitu:

Tampak tidak nyaman dalam menggenggam pensil atau pulpen; bermasalah untuk merencanakan atau memulai menulis, misalnya hanya duduk dan menatap kertas saja dalam waktu yang lama; mudah frustasi begitu disuruh duduk untuk menulis; tidak ada minat untuk mengekspresikan diri di atas kertas; gelisah secara ekstrim dan tidak dapat duduk diam untuk mencoba membuat sesuatu.

Page 20: senam otak

30

Permasalahan dalam menulis dapat terlihat dari hasil tulisannya, hal ini

menyangkut seperti yang diungkapkan oleh Mercer (1989:446-450), yaitu:

1. Kelambatan (tempo menulis). Kecepatan menulis anak kelas 1 SD adalah 1-25 huruf per menit (hpm), kelas 2 SD adalah 2-30 hpm, kelas 3 SD adalah 3-38 hpm, kelas 4 SD adalah 4-45 hpm, kelas 5 SD adalah 5-60 hpm, kelas 6 SD adalah 6-67 hpm, dan kelas 7 adalah 7-74 hpm.

2. Ketidaktepatan huruf dan angka-angka 3. Terlalu miring atau kurang kemiringan (slant) 4. Kesulitan mengatur jarak (spacing) antar huruf/ kata, bertumpuk/ tidak. 5. Berantakan (messiness). 6. Ketidakmampuan mempertahankan tulisan dalam garis horisontal 7. Huruf tidak terbaca. Hal ini berkaitan dengan bentuk dan ukuran huruf

yang tidak seragam ukurannya, proporsi, dan arah penulisan huruf 8. Terlalu menekan atau kurang tekanan 9. Menulis terbalik (miror writing)

Pada penelitian ini, sejalan juga dengan kriteria permasalahan tulisan anak

tersebut, keterampilan menulis baik apabila tulisan: Rapi (tulisan tidak

bertumpuk, margin kiri rata, spasi sama, dan ukuran besar atau kecilnya huruf

sama); terbaca (orang lain mudah membaca hasil tulisannya); dan sesuai dengan

kaidah penulisan (penempatan huruf besar-kecil dan tanda baca benar, cara

penulisan tidak campur aduk seperti menggunakan huruf balok semua atau huruf

sambung semua).

Page 21: senam otak

31

C. Anak Tunagrahita Ringan

1. Pengertian

Salah satu anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak tunagrahita.

Tunagrahita dalam B3PTKSM, p. 19 (Direktorat PLB, 2004) merupakan kata

lain dari Retardasi Mental/ mental retardation (tuna berarti merugi, grahita

berarti pikiran), dan sering disebut dengan terbelakang mental (mentally

retarded). Istilah lain dari tunagrahita diantaranya adalah defisit kognitif/

gangguan intelektual, cacat mental, dan lain-lain.

Dari berbagai istilah tentang anak tunagrahita (ATG), telah banyak pula

pengertian yang muncul tentangnya, dan telah mengalami beberapa redefinisi

oleh para pakarnya. Pengertian ATG di Indonesia pada hakikatnya merujuk

pada definisi dari AAMD (Ashman, 1994: 438 dalam Mumun Muhafilah,

2004) yang mendefinisikannya sebagai berikut:

Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga karakteristik, yaitu (1) fungsi kecerdasan yang jelas-jelas di bawah rata-rata (dua simpangan baku di bawah normal bagi kelompok usianya pada suatu tes intelegensi yang terstandar); (2) menunjukkan keterbatasan pada dua keterampilan perilaku adaptif atau lebih, yaitu komunikasi, merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan-keterampilan sosial, bermasyarakat, mengarahkan diri, kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, pemanfaatan waktu senggang dan bekerja; (3) kedua hal di atas dimanifestasikan sebelum usia 18 tahun.

Sejalan dengan itu, Greenspan (2006: 11), pakar pendidik ABK dengan teori

sensori integrasinya, mendiagnosa ATG sebagai anak yang memiliki

kelambatan/ keterbatasan kognitif yang lebih dari dua simpangan baku

(standart deviation) di bawah rata-rata, dengan kata lain nilai tes IQ baku 75 ke

Page 22: senam otak

32

bawah. Dari pernyataan tersebut, kategori ATG ringan berarti dimulai dengan

IQ 75 ke bawah.

Kecerdasan (IQ) ATG diklasifikasikan secara sosial-psikologis, yaitu

terbagi atas dua kriteria, yaitu: psikometrik dan perilaku adaptif. Ada empat

taraf tunagrahita berdasarkan psikometrik (skor IQ-nya), yaitu:

Tabel 2.1 Tingkat Kecerdasan (IQ) ATG

No. Klasifikasi

IQ MA

(tahun) Stanford

Binet (SB)

Skala Weschler (WISC)

1 Ringan (mild mental retardation) 68-52 69-55 8,3-10,9 2 Sedang (moderate mental retardation) 51-36 54-40 5,7-8,2 3 Berat (severe mental retardation) 35-20 39-25 3,2-5,6 4 Sangat berat (profound mental retardation) ≥ 19 ≥ 24 ≥ 3,1

Berkaitan dengan IQ pada ATG, AAMD (Heber: 1959, 1961) dalam Mental

Retardation (James S. Payne dan James R. Patton, 1981:38) anak low achiever

dibaginya menjadi: lambat belajar (slow learner), IQ = 85-90; Borderline

retardation, IQ 68-84 (Grossman tidak memasukkan borderline dalam kategori

tunagrahita). Menurut Binet dan WISC, borderline terdapat dalam IQ 70-80;

Mild retardation, IQ 52-67; Moderate retardation, IQ 36-51; Severe

retardation, IQ 20-35; Profound retardation, IQ < 20.

2. Dampak Ketunagrahitaan

Definisi ATG di atas dapat terlihat dalam keseharian mereka yang

menampilkan performance sedemikian rupa, diantaranya adalah (Brown et al,

1991; Wolery & Haring, 1994 dalam Direktorat PLB, 2004):

Page 23: senam otak

33

a. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru serta dalam mempelajari

pengetahuan abstrak, dan cepat lupa apa yang dipelajari tanpa latihan

terus menerus (daya ingat/ memori lemah).

b. Bagi ATG berat kemampuan bicaranya sangat kurang, baik verbal

maupun non verbal, hal ini meliputi rendahnya kosakata, diksi,

penggunaan kalimat, serta keterkaitan konteks pembicaraan dengan

lawan bicara.

c. Mengalami kelainan fisik/ jasmani yang khas dan hambatan

perkembangan gerak. Pada ATG berat, keterbatasan dalam gerak fisiknya

ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa

bantuan. Mereka juga lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang

sangat sederhana seperti mengambil dan memegang pensil, sulit

menjangkau sesuatu, dan sering mendongakkan kepala.

d. Kurang dalam kemampuan menolong dan merawat diri sendiri, seperti

berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri.

e. Acuh tak acuh terhadap lingkungan. Hal ini mungkin dikarenakan rendah

dan terbatasnya kemampuan sosial emosi mereka, yang biasanya hanya

mengenal perasaan takut, marah, senang, benci, dan terkejut.

f. Minat hanya mengarah pada hal-hal sederhana dan perhatiannya labil.

g. Memperlihatkan tingkah laku yang kurang wajar dan terus menerus.

ATG ringan cukup dapat bermain dengan anak pada umumnya, tetapi

ATG berat tidak. Hal itu dapat disebabkan karena mereka kesulitan

dalam memberikan perhatian terhadap lawan main. Banyak ATG berat

Page 24: senam otak

34

berperilaku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual,

misalnya memutar-mutar jari di depan wajah, melakukan hal-hal yang

membahayakan diri sendiri seperti menggigit diri sendiri, membentur-

benturkan kepala, dan lain-lain.

Hambatan-hambatan yang muncul tersebut mengakibatkan anak mengalami

kesulitan, termasuk dalam kemampuan akademik seperti membaca, menulis,

dan berhitung (calistung). Tetapi mereka masih memiliki kemungkinan untuk

memperoleh pendidikan dalam bidang calistung pada tingkat tertentu dan dapat

mempelajari keterampilan-keterampilan sederhana, serta bersifat lebih konkret

(nyata) dengan memaksimalkan penggunaan semua sensoris yang dimilikinya.

D. Kerangka Berpikir

Anak tunagrahita (ATG) ringan adalah anak yang fungsi kecerdasannya berada

di bawah rerata normal (dua simpangan baku), mengalami gangguan perilaku

adaptif, dan keduanya terjadi pada masa perkembangan. Dari ketiga hal tentang

ATG, yang akan dikaji/ diteliti dalam penelitian ini adalah salah satu perilaku non

adaptif yang berkaitan dengan fungsi akademiknya, yaitu keterampilan menulis.

Telah diketahui bahwa motivasi dan rentang perhatian ATG ringan adalah

cukup rendah. Menurut Cruickshank (1980) dalam Sunardi dan M Sugiarmin

(2002:19), “gangguan perhatian salah satunya dapat disebabkan karena

ketidakmampuan otak untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan masukan

dari satu atau lebih modalitas sensori”. Guru, selaku pendidik, harus tetap

mengupayakan berbagai metode, media, dan cara lainnya agar anak terkondisikan

dalam kegiatan belajar secara mandiri dan dapat tercapai hasil yang diinginkan.

Page 25: senam otak

35

Penelitian ini berangkat dari adanya peserta didik (9 tahun, kelas 2 SD),

tergolong ATG ringan, tetapi memiliki potensi fungsi akademik yang mendekati

perbatasan normal (borderline). Potensi awal anak adalah telah mampu menulis

huruf, kata, kalimat, bahkan cerita sederhana. Kemampuannya cukup baik dan

dapat mengikuti kaidah penulisan yang diajarkan dengan baik dan benar.

Masalahnya adalah anak seringkali mampu jika selalu didampingi. Dalam hal ini

pekerjaan anak harus selalu dilihat oleh pendamping. Kemampuan yang menarik

adalah, terkadang muncul atensi anak dalam belajar dan mengerjakan tugas

lainnya, yang hanya akan memerlukan pendampingan minimal (verbal saja)

dengan hasil yang cukup baik. Dalam hal menulis contohnya.

Menulis adalah suatu aktifitas kompleks, yang mengintegrasikan gerakan

tangan, jari, dan mata. Begitupun menulis dikte, bahkan memerlukan kemampuan

pendengaran, dan memori untuk me-recall huruf/ kata/ kalimat yang akan ditulis.

Pada saat menulis, atensi dan sensoris anak haruslah cukup baik, agar hasil

tulisan pun baik dan benar. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan

menulis yang akan dicobakan pada ATG ringan adalah latihan senam otak atau

brain gym (BG). BG adalah serangkaian latihan gerak tubuh yang sederhana, yang

dinamis dan menyilang, menggunakan tangan dan kaki.

Gerakan-gerakan ini dilakukan untuk mensinergiskan kerja otak kiri dan otak

kanan. Dengan kerjasama yang baik antara belahan otak kanan dan belahan otak

kiri, maka hasil kerja anak akan lebih optimal.

Penelitian dengan subjek tunggal ini merupakan salah satu modifikasi perilaku

yang didalamnya terdapat komponen antecendent, behavior, dan concequences.

Page 26: senam otak

36

Pada latihan gerakan BG ini pun ketiga komponen tersebut diterapkan. Gerakan,

sentuhan, dan kata-kata motivasi dalam belajar, berperan sebagai stimulus

(antecendent) mengenai indera yang bersangkutan (VAKT), melalui reseptor,

diproses di otak, kemudian merespon ke efektor. Respon baik yang diperlihatkan

melalui efektor dinamakan perilaku (kemampuan menulis). Setelah anak berhasil

menulis dengan baik, aka anak berhak mendapatkan konsekuensi berupa

reinforsmen ataupun punishment. Dalam hal ini anak akan mendapatkan stiker

dan snack jika menulis dengan sebaik-baiknya, dan mendapat lebih sedikit

penghargaan jika menulis tidak sungguh-sungguh.

BG berfungsi untuk memfokuskan anak dalam keterampilan menulis. Dalam

hal ini, keterampilan menulis berperan sebagai target behavior. Keterampilan ini

akan terlihat hasilnya dari tulisan anak.

Jadi, hubungan yang terjalin dalam penelitian ini adalah bahwa ATG ringan

memiliki atensi dan kemampuan sensoris/ motorik halus yang rendah. Hambatan

itu perlu ditangani untuk pengoptimalan potensinya. Brain gym dari Dennison ini

merupakan salah satu cara memaksimalkan kemampuan anak. Dengan gerakan-

gerakan tertentu, diharapkan ATG ringan akan lebih mampu beratensi pada tugas

menulisnya, sehingga hasilnya menjadi lebih maksimal.

Latihan BG dianggap sesuai untuk ATG ringan, hal ini berkaitan dengan

komponen yang terkandung pada proses pelaksanaan latihan, yaitu:

1. Adanya sugesti atau penjelasan tujuan yang harus anak ucapkan sendiri.

Pada saat melakukan pace goal, anak mejadi benar-benar mengetahui apa

yang akan dan harus dilakukan, yaitu menulis dengann sebaik-baiknya.

Page 27: senam otak

37

2. Gerakan, sentuhan dan aktifitas yang dilakukan memberikan kesadaran pada

anak bahwa anak memiliki organ-organ tertentu, seperti tangan, mata,

telinga, kaki, dan lainnya. Kesemua organ yang telah dirasakan tersebut

dilakukan untuk mematangkan kemampuan anak, baik dalam motorik halus,

visual, auditori, dan persepsi akan bentuk-bentuk huruf yang benar.

3. Aktifitas yang dilakukan pada umumnyadilakukan dalam ketenangan

maupun untuk menenangkan pikiran aak pada kondisi yang rileks. Setelah

melakukan PACE dan learning menu, sudah trekondisikan pada keadaan

siap menerima ataupun melakukan suatu tugas tertentu, menulis contohnya.

Saat kondisi anak dalam keadaan rileks dan siap bertugas, maka proses dan

hasil belajar pun akan lebih maksimal.

4. Selama pelatihan BG ini, anak selalu diberi penghargaan, baik berupa ujian,

ucapan selamat, sentuhan, dan imbalan seperti stiker dan snack. Perilaku ini

menampakkan perilaku senang pada anak, dan terlihat bahwa anak menjadi

belajar untuk selalu lebih baik lagi.

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Brain Gym dari Dennison ini

menunjukkan berbagai pengaruh/ manfaat, diantaranya membantu anak belajar

tanpa stres, meningkatkan kepercayaan diri, dan memandirikan anak. Manfaat

tersebut telah dicobakan oleh penciptanya sendiri (Dennison dkk, ahli pendidik di

Amerika) selama sekitar 20 tahun, dan telah berhasil meningkatkan kemampuan

belajar anak-anak berkesulitan belajar (Learning Disabilities/ LD), anak-anak

yang mengalami gangguan minat dan persepsi (Paul E. Dennison dan Gail E.

Dennison, 2003a:6), gangguan pemusatan perhatian atau Attention Dificulty

Disorder (ADD), anak hipersensitivitas, anak dengan gangguan emosional atau

Emotional Handicaps (EH), dan anak dengan sindrom bayi atau Fetal Alcohol

Syndrome (FAS). Hal itu tercantum dalam buku Dennison dan Tri Gunadi

(2009:24).