bacaan papua - "keluarga bahagia"

52
Bacaan Populer Untuk Usia 6-9 tahun

Upload: daldukpapua

Post on 14-Apr-2017

403 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Bacaan Populer

Untuk Usia 6-9 tahun

Page 2: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Keluarga bahagia

Page 3: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Kata pengantar

Page 4: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Sambutan

Page 5: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"
Page 6: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

MANFAATKAN HALAMAN RUMAH

Nama saya Kristin saat ini saya duduk di kelas IV

sekolah dasar, umur saya 9 tahun, saya mempunyai seorang

kakak laki-laki bernama Jhon, dia kelas 1 SMA, kata teman-

teman sekolah saya, rumah saya halamannya luas dan

banyak pohon-pohon, nenek saya juga tinggal bersama kami,

setiap hari nenek sibuk dengan tanaman bunga dan sayur-

mayur. Nenek juga sangat senang menanam jahe, lengkuas,

temuluwak, sambiloto dan tanaman yang bisa dipakai untuk

membuat obat tradisional. Ibu guru pernah bilang, semua

jenis tanaman yang ditanam nenek adalah jenis tanaman

apotik hidup.

Page 7: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Pagi itu nenek sibuk dengan tanaman bayamnya, tubuh

nenek terlihat kelelahan merawat tanaman itu. Saya

mencoba memberanikan diri untuk bertanya kepada nenek,

“Nek, kenapa susah-susah mengurus bayam?, kalau

mau masak kan lebih baik beli ke toko sayur, tinggal

minta uang sama bapak deng mama”.

Mendengar pertanyaan itu, nenek terkejut, sehabis itu nenek

tersenyum, sepertinya hari ini nenek senang sekali, sambil

berkata,

“Kamu tahu, nenek punya tanaman sayur ini paling

hebat dari pada sayur yang dijual di toko sayur, dan

tanaman obat nenek, ini juga paling berkhasiat dari

pada obat yang di jual di toko obat”.

Mendengar ucapan nenek yang bangga dengan tanamanya,

saya bertanya lagi,

Page 8: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Hebatnya apa Nek?, Nenek punya tanaman bayam

sama-sama warna hijau deng di toko sayur, malah

nenek pu tanaman sayur banyak daunnya yang

berlubang dan tanaman obat nenek juga kalau mau

pakai, masih kerja lama, harus tumbuklah, ada yang

harus direbus lagi, trus kasih panas di api, hebatnya

dimana Nek? sedangkan bayam yang dong jual di toko,

bagus trada dia pu lubang macam nenek punya”,

Saya melihat wajah nenek marah, sambil mencari jawaban

untuk membela tanamanya, nenek berbicara dengan keras

sepertinya nenek marah tapi sambil dia tersenyum dia

menjawab,

“Kamu tidak tahu bahwa nenek punya tanaman ini

semua nenek pupuk dengan daun matoa dan sisa

potongan rumput yang dibabat dari depan rumah, tidak

Page 9: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

pakai pupuk yang dijual di toko, yang baunya saja bikin

mau muntah dan kalau ada belalang yang makan daun,

nenek tinggal ambil dan kubur di bawah pohonnya jadi

pupuk, bukan macam mereka yang tanam banyak

itu, dikasih pupuk yang beli di toko yang baunya bisa

bikin muntah, apalagi kalau ada belalang yang makan,

daun tanaman tinggal semprot pakai obat yang dibeli

dari toko, dan disemprotkan bila terhirup kepala terasa

pusing dan bila kena mata terasa perih sekali, dan

hebatnya lagi, nenek punya tanaman ini, nenek rawat

penuh kasih sayang”.

Nenek bercerita dengan semangat, saya mau bertanya lagi

tetapi takut, setiap pertanyaan jawaban nenek panjang dan

lama, saya hanya pikir, nenek mungkin sudah tua sehingga

kalau berbicara lama dan kadang sulit untuk dimengerti,

seperti tanaman yang dirawat penuh kasih sayang.

Tiba-tiba mama memanggil,

“Kristin tolong mama petik bayam untuk buat sayur !”,

Saya menjawab,

“Mama kenapa tidak beli di toko sayur saja tidak capek-

capek petik ?“,

Page 10: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Mama menjawab,

”Sayur yang nenek tanam lebih bagus dari pada sayur

yang dijual di toko”,

Mendengar jawaban mama, nenek langsung senyum-

senyum, sambil mendendangkan lagu Yosim Pancar yang

biasa dipakai untuk mengiringi tarian adat dalam rangka

penyambutan tamu kehormatan atau pesta adat.

Saya petik bayam yang ditanam nenek, pada awalnya malas

untuk melakukan, tapi lama-kelamaan asik juga memetik

sayur yang ditanam nenek. Sambil memetik bayam mama

berkata,

“Kris dari pada beli sayur, di rumah kan banyak sayur

yang ditanam nenek, uang yang untuk beli sayur kan

Page 11: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

bisa mama tabung untuk biaya sekolah Kris dan

kakakmu”,

Mendengar cerita mama tersebut saya senang sekali bahwa

biaya sekolah saya sudah disiapkan sama mama dan bapak.

“Kris tolong bapak ambilkan jahe yang nenek tanam,

untuk obati bapak punya kaki yang terkilir” ,

Suara bapak membuyarkan lamunan saya tentang sekolah,

saya berfikir lagi-lagi tanaman nenek yang dicari,

“Bapak kenapa tidak beli obat saja?, di toko obat lebih

praktis lagi, tidak pakai tumbuk jahe dan serai,”

jawabku.

Bapak menjawab,

“Tanaman nenek lebih bagus, dari pada obat di toko lagi

pula, uang yang dipakai beli obat dan belum tentu

bagus, kan? uangnya lebih baik ditabung untuk biaya

sekolah kamu dan kakakmu”.

Hari itu saya benar-benar senang kedua orang tua saya

telah mempersiapkan biaya sekolah saya dan mempunyai

nenek yang rajin dan gemar menanam sayur-sayuran dan

jenis tanaman obat-obatan.

Page 12: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

CITA- CITAKU

Sore itu mama, bapak, nenek dan kakak santai di

bawah pohon matoa, sambil makan buah matoa yang diambil

dari pohonnya sendiri, keluarga saya bahagia sekali makan

buah matoa, sambil bercerita. Saya melihat mereka makan

buah matoa dan langsung ikut bergabung,

“Kris kamu baru bangun ka?”, kata bapak,

Memang saya hari ini merasa lelah sekali karena tadi di

sekolah ada upacara bendera, kebetulan hari ini hari Senin, di

sekolah saya setiap hari Senin upacara bendera yang

dipimpin oleh kepala sekolah dan yang menjadi petugas

upacara bergantian kelas 5 dan kelas 6,

Page 13: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Iya Pak, kris tadi kelelehan, habis pulang sekolah

makan dan istirahat sambil membaca buku pelajaran

tertidur, sampai sekarang”,

Memang di keluarga saya sehabis makan siang bersama

keluarga, istirahat atau tidur siang sebentar dan sebelum tidur

biasanya saya membaca buku pelajaran sekolah.

“Jhon, tolong nenek ambilkan buah pinang!, nanti kita

bagikan ke nenek di sebelah dan yang sebagian nanti

buat persediaan kalau ada tamu datang”, kata nenek.

Mendengar nenek minta tolong, kakak langsung memanjat

pohon pinang dan menurunkannya satu oki yang sudah tua.

Setelah menaruh pinang di para-para, kakak lanjut memetik

sirih di samping rumah. Keluarga saya sebenarnya jarang

makan pinang, tetapi kalau ada tamu, baik tamu nenek atau

bapak dan mama mereka menghidangkan pinang, kapur dan

sirih.

Saya menikmati buah matoa bersama keluarga yang

rasanya manis dan enak.

“Jhon, Kris, sudah sore cepat mandi!, jangan mandi

malam-malam nanti Malaria !”, kata mama.

Kakak mengajak saya untuk pergi ke rumah dan mandi,

kebetulan di rumah saya mempunyai dua kamar mandi.

Setelah selesai mandi, saya dan kakak menonton TV lokal

Papua, kebetulan acaranya adalah film Papua yang berjudul

Page 14: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Cinta Dari Wamena yang salah satu pemain utamanya

adalah teman akrab bapak, dan sering datang ke rumah

sekedar mengobrol dengan bapak dan keluarga.

“Kris dan Jhon mari tong makan!”, terdengar suara

mama.

Saya dan kakak langsung berangkat ke tempat makan,

karena keluarga saya kalau makan malam, selalu bersama-

sama, jika kurang satu orang saja, makan belum bisa dimulai

walupun kita sudah siap di meja makan, keluarga kami selalu

menunggu anggotanya yang belum siap kecuali ada yang

mempunyai keperluan di luar rumah dan biasanya

memberitau lewat telepon rumah, bahwa ia tidak bisa makan

bersama karena ada kepentingan di luar, yang sering seperti

itu adalah bapak dan mama apalagi kalau bapak atau mama

ditugaskan kantornya keluar daerah, kita hanya makan

bersama nenek, tapi yang sering terlambat ke meja makan

adalah nenek, dengan alasan yang macam-macam, tapi

keluarga saya tetap menghormati nenek. Sebelum makan

bersama, keluarga kami selalu berdoa dan yang memimpin

doa bergantian.

Page 15: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Saya resah kalau yang pimpin doa adalah nenek, dan

kali ini yang mendapat giliran adalah nenek, doanya panjang

sekali, sampai perut saya sudah terasa lapar, doanya belum

juga selesai. Tapi saya bangga punya nenek yang hebat dan

sayang sama keluarga. Setelah doa selesai kami makan

bersama,

“Jhon, jangan lupa belajar yaa kamu kan sudah kelas

dua sebentar lagi kelas III !, kamu belajar yang rajin

sehingga nantinya lulus dengan nilai yang bagus dan

dapat meneruskan kuliah yang kamu minati”, kata

bapak,

“Memangnya kamu ingin kuliah dimana Jhon dan ambil

jurusan apa ?”, ucap mama.

Page 16: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Kakak dengan tegas menjawab, “Bapak, Mama dan Nenek Jhon kalau sudah lulus SMA

akan kuliah di Jurusan Kedokteran di Uncen, Jhon ingin

menjadi dokter, biar bisa mengabdi pada masyarakat,

dan membuka praktek di malam hari seperti yang

dilakukan oleh dokter seribu. Jhon kalau praktek satu

pasien biayanya 2000 saja. Yang penting bisa bayar

asisten Jhon”,

Mendengar itu nenek langsung memeluk kakak,

“Cucuku hebat, cucuku baik semoga cita-citamu

tercapai”, sambil nenek mencium kakak berkali-kali,

Bapak terharu mendengar ucapan kakak,

“Jhon, bapak dan mama setuju kamu sekolah di

kedokteran, bapak dan mama akan berusaha

menyiapkan biayanya, yang penting kamu serius

dengan niatmu untuk melayani masyarakat dengan

tulus hati”,

“Kris baru cita-cita mu apa?”, nenek bertanya dengan

suara keras.

Saya bingung mau menjawab apa ke nenek, saya masih

kelas 3 SD dan ditanya cita-cita, saya tidak mau kalah dengan

kakak,

Page 17: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Kris ingin jadi pilot, Nek, biar bapak dan mama kalau

dinas ke pulau Jawa naik pesawat yang Kris bawa”,

“Hebat itu Kris jarang ada pilot wanita apalagi putri

papua seperti kamu”, nenek mendekat langsung

memeluk dan mencium saya juga.

“Ayo mulai belajar, biar cita-cita kamu tercapai”, kata

bapak sambil meninggalkan meja makan.

GAMBAR KELUARGA MAKAN BERSAMA

Page 18: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

TERBIASA MEMBACA

“Tok-tok”, bunyi pintu yang diketuk, saya terbangun dari

tidur, terdengar samar-samar nenek memanggil.

“Kris, Kris bangun, sudah pagi nanti terlambat ke

sekolah”,

Saya buru-buru bangun dan berdoa kepada Tuhan Yang

Maha Esa karena di hari ini saya masih diberi nafas

kehidupan, itu pesan nenek, sehabis bangun tidur kita

diwajibkan berdoa dan tidak lupa merapikan tempat tidur

sebelum mandi. Saya ambil handuk dan pergi ke kamar

mandi, sebenarnya pagi itu udara sangat dingin untuk mandi,

masih ada perasaan malas, tapi apa daya, hari ini adalah hari

pertama ulangan kenaikan kelas. Selesai mandi dan

menggunakan pakaian sekolah, tak lupa mengecek kembali

persiapkan peralatan untuk mengikuti ulangan hari ini, yang

telah saya siapkan tadi malam, saya melihat kakak saya juga

mulai sibuk mempersiapkan diri untuk bersekolah, aroma

harum dari dapur membuat perut saya berbunyi minta untuk

diisi. Sambil menunggu bapak dan mama selesai berpakaian,

karena bapak dan mama setiap hari bekerja sebagai PNS,

nenek pun ikut sibuk sekali hari ini saya lihat nenek hari ini

juga kelihatan rapi sekali.

Page 19: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Kris panggil kakakmu kita sarapan jangan lupa nenek

sekalian dipangil!”, nenek berkata. Hampir setiap pagi mama berkata seperti itu jika ingin

sarapan pagi. Di ruang makan bapak sudah menunggu,

pakaiannya rapi dan kelihatan gagah sekali di pagi hari ini,

setelah semua lengkap, bapak mulai memimpin doa makan,

dalam doanya ada kalimat yang meminta pertolongan untuk

kedua anaknya kepada Tuhan agar dalam mengerjakan

ulangan tidak mengalami hambatan dan makanan yang kita

makan menjadikan kekuatan untuk aktifitas hari ini. Selesai

berdoa kita makan bersama, selama di meja makan di pagi ini

tidak ada yang bersuara semua menikmati makanan yang

dihidangkan oleh mama dibantu sama nenek.

“Kris mari sudah kita berangkat nanti terlambat!”, pinta

kakak saya,

Saya dan kakak tak lupa salim tangan bapak, mama dan

nenek sambil cium tangan masing masing.

Setiap hari kerja atau hari sekolah seperti ini, saya dan

kakak saya menggunakan motor untuk pergi sekolah

bersama-sama. Kakak saya mengantarkan saya dulu ke

sekolah baru kakak melanjutkan ke sekolahnya karena

tempat sekolahnya berbeda. Teman-teman saya di sekolah

sudah ramai sekali, mereka duduk di teras sekolah sambil

Page 20: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

membaca buku pelajaran yang akan dijadikan ulangan hari

ini.

“Kris kenapa kamu tidak membaca buku, kamu tidak

tahu ya hari ini kita ulangan ?”, kata Maryaningsih,

“Saya tadi malam sudah belajar, mudah-mudahan yang

saya pelajari tadi malam keluar dalam ulangan hari ini”,

saya menjawab.

“Hebat kamu Kris, kita semua takut menghadapi

ulangan hari ini, baru kamu tinggal santai-santai”, kata

Markus.

Dalam hati saya berfikir tadi malam teman-teman

mungkin tidak belajar, apakah nenek atau orang tuanya tidak

menyuruh mereka belajar, saya bersyukur mempunyai

keluarga yang saling perhatian, dan saling mengingatkan

terutama nenek yang super hebat. “Kring kring kring” bunyi

bel sekolah, sebagai tanda harus masuk kelas, sebelum

masuk kelas kita berbaris berbanjar dua kebelakang.

“Siap grak, maju jalan!”, teriak ketua kelas sambil

menunjuk barisan mana yang terlebih dahulu masuk

kelas,

Setiap hari masuk kelas, diawali berbaris dan masuk satu-

persatu, sambil berjabat tangan dengan ibu guru.

Page 21: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Setelah semua murid masuk kelas, ketua kelas berteriak lagi,

ucapkan salam pada ibu guru,

“Selamat pagi bu guru”, teriak ketua kelas,

Kita semua berteriak, ibu guru juga dengan semangat

menjawab,

“Selamat pagi anak-anak”,

Petugas doa maju ke depan kelas,

“Kawan-kawan semua sebelum kita memulai kegiatan

hari ini, mari kita berdoa menurut agama dan

kepercayaan masing-masing berdoa mulai”,

Semua hening tidak ada yang bersuara,

“Selesai”, kata petugas doa hari itu.

“Anak-anak hari ini kita ulangan hari pertama, anak-

anak sudah siap?”, Ibu guru bertanya.

Anak-anak serentak menjawab,

“Sudah Ibu guru”.

Suasana di kelas hari ini berbeda dengan biasanya, semua

tegang untuk menghadapi ulangan, tiba-tiba ibu guru berkata,

Page 22: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Ayo anak-anak semua berdiri!, kita akan melakukan

gerakan badan terlebih dahulu sebelum kita

mengerjakan ulangan hari ini, supaya ketegangan dan

ketakutan kita berkurang untuk mengerjakan ulangan”,

Anak-anak semua berdiri, dan ibu guru membelakangi

anak-anak sambil berdiri tegak dan mengangkat kedua

tangan dan menurunkan tangan kedepan secara perlahan-

lahan, sambil mengatur pernafasan sampai tangan

menyentuh lantai dan mengangkat kembali tangan sambil

menahan nafas, begitu tangan sampai diatas posisi lurus

dengan badan, tiba-tiba ibu guru menjatuhkan tangan dengan

cepat sambil berteriah “haaaaaa”.

Ibu guru dan murid-murid melakukan gerakan itu

sebanyak tiga kali, sehingga kelas ramai sekali. Anak-anak

Page 23: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

merasa senang dan merasa beban untuk mengerjakan

ulangan sedikit ringan.

“Anak-anak, sebelum duduk anak-anak harus

mengumpulkan buku catatan ke depan kelas semua

dan yang tertinggal hanya alat tulis, penghapus dan

mistar”, kata ibu guru.

Anak-anak semua maju ke depan untuk mengumpulkan

semua catatan sehingga tidak ada yang menyontek saat

mengerjakan ulangan.

Ibu guru membagikan kertas soal ulangan dan lembar

jawaban kepada semua anak-anak, ruangan kembali sunyi,

“Anak-anak sudah mendapatkan kertas ulangan semua

dan lembar jawaban?”, kata ibu guru,

“Sudah ibu guru”, jawab anak-anak.

Ulangan pun dimulai, waktu untuk mengerjakan soal

ulangan ini adalah satu setengah jam, apabila sebelum satu

setengah jam selesai, anak-anak bisa mengumpulkan ke

depan dan mengambil tasnya masing-masing, dipersilahkan

langsung keluar pulang dan mempersiapkan ulangan hari

berikutnya. Saya mulai menulis nama saya dan kelas diatas

lembar jawaban, dilanjutkan membaca soal dari nomor satu

dan menjawabnya di lembar jawaban, sehabis nomor satu

lanjut ke nomor dua, dan seterusnya sampai selesai.

Page 24: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Saya bersukur sekali soal yang keluar itu sudah sering

saya baca, sehingga saya mudah sekali menjawabnya. Inilah

keuntungan kalau mendengar nasehat nenek dan orang tua,

setiap hari tugas saya adalah belajar dan membantu

pekerjaan rumah yang ringan-ringan seperti menyapu,

membersihkan meja dan merapikan tempat tidur sendiri,

kalau tidak belajar, nenek akan menasehati saya panjang

lebar.

Dalam hati berterima kasih kepada nenek saya yang

hebat, saya sayang nenek yang selalu mengingatkan saya

untuk belajar. Saya maju ke depan membawa soal dan

jawaban,

“Ibu guru, Kristin sudah selesai”, kata saya pada Ibu

guru,

“Kris kamu cepat sekali mengerjakannya”, kata Ibu guru,

Page 25: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Saya menjawab,

“Iya Ibu guru, soal yang keluar dalam ulangan hari ini

sering aku baca di rumah, berkat bimbingan nenek saya

dan kedua orang tua saya”,

Ibu guru mengangguk-angguk dan tersenyum, ibu percaya

kepada saya, karena dari kelas satu saya selalu peringkat

satu di kelas.

“Iya Kris, kamu boleh ambil tasmu dan langsung pulang

saja, sampai di rumah kamu jangan lupa

mempersiapkan diri untuk ulangan berikutnya”.

Saya dalam menyelesaikan soal ulangan, memerlukan waktu

setengah Jam, masih tersisa waktu satu jam.

Page 26: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

PERSAHABATANKU

“Kristin, Kristin. . . . “, terdengar ada yang memanggil,

saya buru-buru keluar untuk melihat siapa yang memanggil

saya

“Eee Maryaningsih masuk ayo mari masuk”,

Maryaningsih adalah teman satu kelasku, dan tinggalnya

dekat dengan rumahku.

“Kris siapa yang datang ?”, suara nenek dari dapur,

“Maryaningsih Nek”, jawabku,

“Maryaningsih sebelah rumah itu?”, kata nenek,

“Iya Nek”, jawabku,

“Mari ke dapur sini ajak Maryaningsing bantu nenek

putar papeda”, kata nenek,

Page 27: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Ning kamu bisa makan Pepeda tidak?”, kataku, “Aku bisa makan, tetapi aku kesini tidak lama karena

aku di suruh ibuku untuk pinjam taplak meja, untuk

acara pengajian sebentar malam”, kata ningsih.

Nenek mendengar ucapan ningsih baru berkata,

“Iya mari makan dulu sama sama nenek baru nanti

nenek ambilkan taplak yang sudah nenek setrika, mau

pinjam berapa lembar Ning?”,

Ningsih menjawab,

“Dua Nek kalau ada kalau tidak ada yaa satu saja tidak

apa-apa, yang penting Ningsih temanin Nenek makan

Papeda dulu, baru nenek kasih pinjam taplak meja”.

Mendengar ribut-ribut di dapur mama keluar kamar sambil

berkata,

“Ohh Ningsih too kamu kok jarang main kesini ?”, sapa

ibu,

“Iya Tante Ningsih bantu ibu jaga kios sepulang

sekolah, saya kemari di suruh ibu, untuk pinjam taplak

meja untuk pengajian sebentar malam”,

“oooh”, kata mamak sambil mengangguk-anguk,

lansung bilang sama nenek,

Page 28: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Nek tolong pinjamkan taplak meja yang nenek

simpan”, kata mama,

“ehh ehh sabar dulu, Nenek tadi sudah bilang temanin

nenek makan papeda dulu baru nenek ambilkan, mau

lima juga nenek pinjamin”,

Sebenarnya hati Maryaningsih senang sekali makan Papeda

sudah lama tidak makan Papeda, apa lagi pakai ikan kuah

kuning, tapi ningsih malu.

Setelah nenek mengancam begitu Ning bilang sama

Kristin,

“Ayo cepat kita bantu nenek putar papeda biar cepat

selesai”, ucap Ningsih.

Nenek, Kristin dan Ningsih segera masak air supaya mendidih

untuk menyiram Sagu, dan diaduk sampai papeda mengental

baru makan bersama-sama.

“Tambah Ning, ini Papeda masih banyak dan ikannya

juga masih”, kata nenek.

“Iya nek terimakasih mingsih sudah kenyang sekali”,

jawab Ningsih “Iya sudah kalau begitu kamu tunggu

nenek didepan yaa nenek bereskan piring dulu baru

nanti nenek ambilkan taplak meja”.

Ningsih dan Kristin berjalan keluar menuju teras rumah

sambil bercerita,

Page 29: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Kristin kira-kira hasil ulangan kita bagus tidak ya?”,

tanya Ningsih, “Bagus kalau sebelum ulangan kita

belajar dan tidak bagus jika sebelum ulangan kita tidak

sering belajar”, kata krestin.

“Ini Ningsih taplak meja yang ibumu pinjam dua potong,

nanti kalau kasih pulang gak usah cuci juga tidak apa-

apa, tapi kalau masih mau main, main dulu kalau mau

pulang ya tidak apa-apa”, kata nenek sambil

menyerahkan dua potong taplak meja ke Maryaningsih,

“Iya Nek terima kasih telah meminjamkan taplak

mejanya dan hidangan Papedanya yang rasanya enak

sekali, Ningsih pamit dulu ya Nek soalnya ningsih harus

bantu ibu untuk persiapan pengajian sebentar malam”,

Page 30: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Ningsih lalu melangkah pulang sambil berkata,

“Kris aku pulang dulu yaa kasihan ibuku kerja sendiri,

tidak ada yang membantu dadaaa…”,

Kristin mengantarkan Ningsih sampai pintu pagar rumah

sambil berkata

“Kapan-kapan main kesini ya Ning !”, sambil menutup

pagar rumah Kristin masuk ke dalam rumah.

”Nek kapan kita giliran ibadah dirumah ?”, kata Kristin,

nenek tidak menjawab malah angkat tangan dan menghitung

jarinya,

Krestin mengulangi pertanyaan kepada neneknya Kristin pikir

nenek tidak dengar, “

Nek kapan ibadah lagi giliran dirumah kita?”, nenek

berteriak “Kristin ini nenek baru hitung, kamu diam dulu

jangan sampai salah nenek menghitungnya”,

Kristin heran dengan gaya nenek menghitung memakai jari,

“Kurang lima hari lagi Kris”, kata nenek,

“Hore hore berarti bersamaan hari penerimaan rapot

kenaikan kelas saya nek dan kenaikan kelas kakak”,

kata Kristin.

Nenek tinggal senyum senyum sambil berkata

Page 31: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Kris kamu jangan senang dulu siapa tau nanti kamu

terima rapot hasil kamu tidak naik kelas”, kata nenek,

secepat kilat Kristin lari memeluk neneknya,

“Nek jangan bilang begitu, Kristin sedih kalau nenek

bilang begitu”, sambil Kristin memeluk nenek manja.

Nenek membelai rambut Kristin dan mencium keningnya lalu

berkata

“Nenek hanya main main Kris, cucu nenek yang paling

nenek sayang pasti naik kelas”, kata nenek.

Page 32: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

PENUH SUKA CITA

Tumpukan buku di kamar sengaja saya turunkan

semua, dan mencoba untuk menyusun kembali menurut jenis

mata pelajaran, buku Bahasa Indonesia dari kelas I,II,III,IV,V

dan VI saya tumpuk sendiri, dan semua jenis pelajaran yang

sama dari kelas I sampai dengan kelas VI ditumpuk menurut

jenis pelajaranya. Ada beberapa buku yang telah rusak tapi

masih bisa di baca, buku yang telah tersusun rapi

memudahkan saya untuk membaca kembali pelajaran dari

kelas I sampai dengan Kelas VI, setelah selesai

mengkelompokan buku mata pelajaran terasa capek, tapi hati

merasa senang, karena bila suatu saat membutukan buku

yang diperlukan tidak kesulitan untuk mendapatkannya,

semua ini saya lakukan karena teringat saran bapak sebelum

bapak berangkat ditugaskan kantornya ke jakarta,

Page 33: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Kris kamu sekarang sudah kelas VI, apa kamu sudah

mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian akhir

nasional?”,

saya bingung harus menjawab apa ke bapak,

“Belum Pak, Cristin bingung”,

Karena kata ibu guru UAN soalnya dari kelas I sampai kelas

VI, sedangkan menurut kepala sekolah yang banyak

keluarnya di soal UAN adalah pelajaran kelas IV,V dan VI.

“Begini Kris kalau begitu minta tolong sama kakakmu

untuk mengkelompokkan jenis mata pelajaran yang

sama dari kelas satu sampai dengan kelas VI, untuk

memudahkan belajar”,

Setelah saya selesai merapian buku enaknya duduk di

teras depan sambil melihat pemandangan .

“Kris, Kris kemari!”,

Suara bapak menbuyarkan lamunan, membayangkan betapa

cantiknya saya bila suatu saat nanti tercapai cita-cita saya

menjadi seorang pilot pesawat, koperku bagus, ditemani co

pilot, pramugari dan pramugara berjalan di ruang tunggu yang

dipadati calon penumpang pesawat yang akan saya

terbangkan, semua penumpang memandag dengan kagum,

lalu kubalas senyuman yang manis menambah pesona

kecantikan diriku.

Page 34: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Iya pak ada apa?”,

Suara bapak tadi begitu kurang terdengar karena lamunanku.

“Ini Bapak belikan oleh-oleh dari Jakarta buat kamu

Kris”,

memang bapak kalau selalu ditugaskan dari kantornya ke

Jakarta selalu kami di belikan oleh-oleh walaupun harganya

tidak mahal, bapak selalu membawa oleh-oleh.

Tadi pagi bapak baru pulang dari Jakarta langsung

mandi dan makan, mungkin capek bapak tidur sampai siang.

Mendengar oleh-oleh aku langsung menghapiri. Bungkusan

rapi sekali seperti kado.

Page 35: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Buka bungkusnya jangan disini Kris, lebih baik kamu

buka dikamar sana, Bapak takut nanti meledak

mengenai Bapak”,

Mendengar ucapan itu, langsung saya lari ke kamar

penasaran apa isi dari bungkusan yang rapi ini. Didalam

kamar tanganku gemetar untuk membukanya, sampul

bukusnya saya buka perlahan-lahan, setelah sampul

bungkusnya terlepas, terlihat kardus kotak persegi empat,

karena penasaran tulisan yang berada di kotak tersebut tidak

sempat kubaca, secara perlahan dan hati-hati saya buka

kotak itu,

“Horee horee aku punya”, aku berteriak sekuat-

kuatnya, sambil aku lari memeluk bapak yang sedang

membaca koran.

Page 36: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Saya peluk bapak kuat-kuat kucium pipi, dan tangannya

sambil berkata “Terima kasih Pa”, telah membelikan saya

barang yang sangat saya impikan yang sudah lama untuk

memilikinya dan telah mendidik dan menyangi, saya bersukur

kepada Tuhan yang telah memberikan bapak yang begitu

sayang padaku, saya sangat beruntung di banding teman-

temanku yang sebaya, mereka belum tentu mendapat kasih

sayang yang seperti saya rasakan. Mendengar kalimat yang

saya ucapkan bapak sedikit terharu,

“Kris Bapak juga bangga mempunyai putri seperti kamu,

pintar, baik, cantik bisa sayang sama kedua orang tua,

kakak dan nenek, dan yang terpenting rajin ibadah,

hadiah HP yang bapak belikan dipergunakan sebai-

baiknya, bapak harap kamu bisa telpon temanmu kalau

ada urusan yang penting, misalnya tanya pelajaran atau

bagaimana mempersipkan UAN yang senbentar lagi

berlangsung, kamu sudah besar harus bisa

membedakan mana yang baik dan mana yang tidak

baik, agama pun mengajurkan kita untuk berbuat baik

dan penuh kasih sayang.

Air mata bapak mulai jatuh. Melihat air mata bapak jatuh,

“Bapak menangis ya?, macam anak kecil saja”,

Mendengar ucapakku, bapak langsung memegang erat

tanganku, sambil memukul-mukul tanganku, tapi bapak

Page 37: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

memukulnya dengan lembut, tidak menimbulkan rasa sakit.

Bapak dan mama memang tidak pernah memukul saya dan

kakak, walau sesekali kiata berbuat salah. Kalau kakak atau

saya melakukan kesalahan, bapak atau mamak, memanggil

untuk duduk berdua dan di beri nasehat bahwa perbuatan

yang kita lakukan tidak benar, dan jangan sampai terulang

kembali, perbuatan yang tidak benar tidak diperkenankan

sama Tuhan walaupun orang tidak tau apa yang kita perbuat

tapi Tuhan tetap maha tahu dan ingat kebaikan dan

keburukankan itu sama menular, kalau sering bergaul dengan

oarang yang baik, perbuatan kita juga baik dan kalau sering

bergaul dengan orang yang tidak baik, pasti lama-kelamaan

kita juga ikut berbuat tidak baik. Sepertinya bapak malu

karena air matanya jatuh.

“ Sana pergi, pergi minta ajari kakakmu untuk

mengunakan HP, jangan mengganggu Bapak lagi baca

koran”,

Bapak sengaja mendorongku supaya cepat pergi, saya

cepat-cepat mencari kakak di kamarnya, tetapi saya melihat

kakak lagi beres-beres buku pelajaran, sambil detemani

mama yang sedang duduk di kursi belajarnya kakak. Saya

berfikir kasian kakak kalau saat ini saya menganggunya,

karena kakak juga menghadapi ujian SMA kelas III bulan

depan, saya tidak berani mengagunya, lebih baik hadiah HP

pemberian Bapak saya simpan dulu, dan bila ada

Page 38: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

kesempatan kakak istirahat baru saya minta diajari

mengunakan HP ini.

Page 39: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

UJIAN AKHIR NASIONAL

Hari yang sangat menegangkan, karena hari ini saya

dan kakak sama-sama menghadapi ujian akhir nasional,

kakak mengikuti ujian akhir nasional tingkat SMA, sedangkan

saya mengikuti ujian akhir tingkat SD. Sebelum saya sarapan

pagi sudah kuperiksa dulu peralatanku untuk mengikuti ujian,

saya sengaja duduk paling awal di ruang makan, membaca

pelajaran yang nanti menjadi jadwal ujian, sambil menunggu

semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan, saya

berharap bapak yang nantinya membawa doa disaat sarapan

pagi, agar memohonkan kelancaran dalam mengikuti ujian,

baik saya dan kakak, dan diberi kelulusan dengan nilai yang

baik, tapi bila nenek yang berdoa bisanya hanya seputar

makanan yang kita makan, untuk dijadikan kekuatan,

kesehatan untuk hari ini,dan masa yang akan datang, tidak

mendoakan cucunya yang lagi tegang menghadapai ujian.

Page 40: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Satu persatu memasuki ruang makan, tapi nenek belum

juga muncul, biasanya kalau nenek terlambat ke meja makan,

nenek sibuk membaca panduan buku doa yang nenek

simpan, dan bila keluar nanti dia tidak langsung duduk, nenek

berdiri langsung membawakan doa kita makan. Bapak sudah

siap dengan pakain kerjanya, sedangkan mama kali ini

berpakaian biasa tidak memapakai baju kerja, karena mama

mengambil cuti untuk menemani anak-anaknya mengahadapi

ujian.

“Sudah lengkap semua?”, kata nenek dengan gaya

yang meyakinkan.

Bapak hanya mengangguk saja memberi isarat ke nenek kita

sudah lengkap.

Perkiraan saya tidak salah, neneklah yang membawa

doa di hari yang menegangkan ini.

Page 41: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Mari kita berdoa, agar kita di beri kekuatan dan

kesehatan di hari ini dan masa yang akan datang”,

Inilah kalimat pembukaan doa nenek yang tidak pernah

berubah. Tapi lama sekali nenek tidak melanjutkan doanya,

tangan memegang perut, dan wajahnya agak pucat,

“Maaf, kali ini nenek tidak bisa mempin doa karena

perut nenek sakit, silahkan salah satu memimpin doa,

dan di lanjutkan dengan makan, nenek mau kebelakang

dulu, nanti nenek sarapan setelah dari belakang” ,

Aku menyesal kenapa tadi saya berfikir yang macam-macam,

kasian nenek, perutnya sakit dan mukanya sedikit pucat, saya

merasa berdosa telah berburuk sangka terhadap nenek.

Pagi itu bapak menganti nenek untuk memimpin doa,

tidak lupa bapak berdoa untuk saya dan kakak memohonkan

kepada Tuhan Yang Maha Esa agar di beri kemudahan dan

kelancaran dalam mengikuti ujian dan diberi kelulusan

dengan nilai yang baik agar dan tercapai apa yang di cita-

citakan kelak di kemudian hari. Setelah selesai berdoa, kita

semua makan bersama.

“Kris nanti mama antar, kasihan kakakmu kalau antar

kamu, nanti kakakmu capek dan tidak konsentrasi untuk

mengerjakan soal ujian”,

Mendengar ucapan mama saya senang sekali, karena kalau

mama antar kesekolah pasti pulangnya dijemput lagi, tidak

Page 42: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

perlu menunggu ojek yang terkadang berebut denga teman-

teman. apa lagi mama saat ini sedang libur sengaja

mengambil cuti untuk menemani ptra-putrinya yang sedang

ujian. Selesai makan kuperiksa kembali barangku yang akan

kubawa kesekolah bolpaint, pensil, mistar dan penghapus

serta kartu ujian, semua di dalam tas.

Sebelum saya berangkat, saya melihat nenek di

kamarnya dulu. “Nek bagaimana perutnya masih

sakit?”,

Nenek kelihatan kaget dengan suara saya,

“Sudah mulai sembuh kres, tadi malam nenek makan

sambal terlalu banyak, makanya perut nenek sakit”,

Jawab nenek masih sedikit merasa nyeri perutnya.

Page 43: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Nek, Kris berangkat sekolah dulu ya, doakan Kris bisa

menjawab soal ujian ya Nek”,

Sambil berjabat tangan sambil mencium tangan nenek. Saya

dipeluk nenek dengan erat sambil berkata,

“Kris kamu cucu Nenek yang paling cantik, baik dan

pintar Nenek doakan supaya bisa menyelesaikan

semua soal ujian dengan baik, sana berangkat jangan

samapai terlambat”,

Saya berangkat ke sekolah diantar mama.

Aku menunggu mama di depan sekolah hari ini

merupakan hari terakhir saya dan kakak mengikuti ujian akhir

nasional. Mama mengantar jemput aku ke sekolah setiap hari.

“Kris, Kris…”,

Terdengar suara mama memangil, mama di seberang jalan

melambaikan tangannya, memberi isyarat supaya saya

menghampirinya,

“Kris besok kan sudah selesai ujiannya sekarang

temanin mama ke pasar, beli Sagu dan ikan, kasian

nenek sudah satu minggu tidak makan Papeda, karena

kita semua sibuk mengurus kamu dan kakakmu selama

ujian berlangsung, kapan pengumuman kelulusannya

Kris?”,

Page 44: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Pengumumannya dua minggu dari sekarang Ma”, saya

menjawab.

Sambil aku duduk di belakang dan memeluk pinggang mama,

langsung mama tancap gas pergi ke pasar.

Dua minggu telah berlalu, pagi ini orang tua wali murid

pergi kesekolah untuk mengambil pengumuman kelulusan.

Bapak yang mengambil hasil ujian kakak, sedangkan mama

mengambil pengumuman kelulusan saya. Semua orang tua

murid berkumpul di ruang kelas, sedangkan anak-anaknya

terlihat banyak yang yang menyembunyikan kegelisahan

dengan cara bermain-main, ada yang asik cerita, ada pula

yang murung.

Terdengar suara Ningsih menyapaku,

Page 45: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Sudah di dalam, ibumu juga sudah datang belum?”,

Balas aku bertanya pada Ningsih, “Ibuku tidak bisa ke sekolah karena jaga adik dan jaga

kios, yang mewakili ke sekolah pamanku, karena

bapakku pulang kampung, nenekku sakit keras di

kampung”.

Kasihan Ningsih, hari ini merupakan hari yang sangat

menegangkan, sedangkan kedua orang tuannya tidak bisa

menemani.

“Tidak apa-apa Ning, bapak dan ibumu tidak bisa ke

sekolah jangan sedih yang penting ada pamanmu yang

mewakili, bapakmu pulang kampung karena nenekmu

sedang sakit, kita doakan saja nenekmu cepat sembuh

dan bapakmu cepat kembali”,

Kugandeng tangan Ning, kuajak masuk kelas duduk ditempat

yang telah disiapkan khusus untuk murid murid kelas VI.

Suasana dikelas hari ini sangat ramai sekali, wali murid

duduk di bagian depan, sedangkan murid-murid duduk di

bagian belakang. Biasanya ruangan ini kecil tapi hari ini sekat

yang memisahkan dua kelas itu di buka semua murid dan wali

murid bisa tertampung dalam satu ruangan. Suasana jadi

hening, ketia kepala sekolah dan wakil kepala sekolah

memasuki ruangan kelas diikuti semua guru SD yang

mengajar di sekolah itu.

Page 46: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Selamat pagi semua”, kepala sekolah menyapa semua

orang di dalam ruangan.

Kepala sekolah memulai dengan sambutannya,

menerangkan bawa angkatan tahun ini ada tiga orang yang

tidak lulus. Mendengar ada tiga orang tidak lulus saya dan

ning berpelukan, jangan sampai salah satu dari kita ada yang

tidak lulus.

“Baik bapak-bapak dan ibu-ibu tibalah saatnya kita

membacakan tiga siswa dengan kelulusan nilai terbaik”,

Ruangan hening seketika, tidak ada yang bersuara, kecuali

suara kepala sekolah yang sangat keras,

“Untuk kelulusan dengan nilai terbaik urutan ketiga

adalah. . . . . atas nama hendrik”,

Page 47: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Semua yang ada di ruangan bertepuk tangan,

“Hendrik dan walinya dipersilakan maju kedepan”,

“Untuk kelulusan dengan nilai terbaik urutan kedua

adalah. . . . . atas nama Maryaningsih”,

Semua yang ada diruangan bertepuk tangan,

“Maryaningsih dan walinya dipersilakan maju kedepan”,

Setelah ningsih dipanggil ke depan dia memeluku,

“Kris aku lulus”,

Lalu berdiri ke depan ditemani pamannya. Hatiku gelisah

sekali ningsih teman akrabku menduduki urutan ke dua

sedangkan aku ketiga pun tidak dapat, aku melihat mama dan

mamapun melihat aku, air mataku mulai menetes, aku sedih

sekali kenapa aku tidak berdiri didepan sana walupun tidak

urutan kedua seperti Ningsih, urutan ketigapun aku sudah

Page 48: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

senang, bisa bahagiakan orang tua dengan cara menjadi

yang terbaik di sekolah. Saya benar-benar tidak bisa

menahan tangisku, melihat saya sedih mama menghapiriku,

“Kris mama tidak marah kalau kamu tidak dapat

peringkat, jangan nangis, mama ikut sedih ini

seandainya Kris tidak lulus pun mama tidak akan

marah”,

Terasa hangat badanku dipeluk mama, perasaanku sedikit

membaik setelah mama disampingku sambil memeluk.

“Untuk kelulusan dengan nilai terbaik urutan pertama

adalah...... urutan peratama adalah...... urutan pertama

adalah...... “,

Mendengar suara kepala sekolah yang tinggal bilang

“adalah”, “adalah” terus dan jaraknya lama sekali membuat

Page 49: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

jengkel, sudah banyak “adalah” “adalah” lagi, masih berhenti

tidak cepat-cepat menyebut nama masih lepas kaca matalah,

bersihkan kaca dengan sapu tangan, memasang kembali

pelan-pelan.

“Saya ulangi untuk kelulusan dengan nilai terbaik urutan

pertama adalah. . . . . . . atas nama Kristina !” ,

Kedengarannya nama saya disebut kepala sekolah, langsung

kulepaskan pelukkan dari mama,

“Mama Kristin lulus. . . . . Kristin lulus. . . . . .lulus”,

Saya senang sekali berteriak lulus sambil melompot-lompat.

Saya lihat mama tidak merasa senang malah air matanya

turun semakin deras,

Page 50: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Ma Kristin lulus, kenapa mama tidak senang malah

menangis?”,

“Kris mama senang, kamu lulus, tapi kan tidak seperti

itu caranya, lebih baik panjatkan doa dulu, terima kasih

kepada Tuhan dengan kelusan terbaikmu dan kamu

juga harus ingat banyak temanmu, yang belum

mengetahui hasilnya tentang lulus dan tidaknya, itu

tidak baik kamu lakukan secara berlebihan, lebih baik

nanti kita rayakan di rumah saja, sama-sama keluarga,

lagi pula kakakmu juga belum tentu lulus kita belum

dengar hasilnya”.

Mendengar ucapan mama saya jadi sadar kita tidak

boleh terlalu senang dengan keberhasilan kita didepan orang

banyak,

“Krestina dan walinya diharap maju ke depan”,

terdengar kepala sekolah memanggil kembali, untuk

maju kedepan.

Page 51: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

Di depan kelas aku berjabat tangan dengan Ningsih

dilanjutkan berpelukan saling mengucapkan selamat, setelah

itu jabat dengan dengan Hendrik dan tidak lupa pula ku

ucapkan selamat kepada Hendrik.

Setelah menerima amplop hasil ujian kelulusan, mama

dan saya langsung keluar,

“Kristin tunggu dulu jangan pulang dulu, teman-teman

pesan begitu tadi”, kata Ningsih.

“Ma’af Ning aku harus cepat pulang soalnya mau

menunggu hasil kelulusan kakakku di rumah, nanti

kalau ada yang penting, telpon saya atau ning kerumah

ya”,

Mendengar jawabanku begitu, Ning tidak bisa

memaksa, Ning teman akrabku dan tahu taatnya aku

terhadap orang tua.

Page 52: Bacaan Papua - "Keluarga Bahagia"

“Kris kalau sudah tidak ada kepentingan mari kita

pulang”, terdengar suara mama,

“Mari Ma siapa tahu kakak sudah di rumah”,

Sesampainya dirumah, Nenek, Bapak, dan Kakak

sudah menunggu kedatangan saya dan mama, mereka

kelihatan murung sekali.

“Bapak saya lulus dengan nilai terbaik”, saya setengah

berbisik karena mereka dari tadi terlihat sedih, saya

takut kalau kakak tidak lulus.

”Syukur kepada Tuhan kamu dan kakakmu sama –

sama lulus dengan nilai terbaik”,

Setelah mendengar aku lulus wajah mereka ceria semua,

“Mari kita mengucap syukur kepada tuhan yang mana

Jhon dan Kristin diberi kesempatan dengan lulus

terbaik”,

Setelah itu bapak berdiri memimpin doa syukur kami.

Setelah doa selesai kita saling berpelukan satu sama lain.

. . . . . . . . . .