scenario mata

56
BLOK INDERA LAPORAN PBL FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013 UNIVERSITAS PATTIMURA SKENARIO III “MATA” DISUSUN OLEH: KELOMPOK III Dosen Pembimbing : dr. Theresia Seimahurua FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

Upload: heldy-solissa

Post on 28-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dokumen ini menjelaskan mengenai kasus mata

TRANSCRIPT

Page 1: Scenario Mata

BLOK INDERA LAPORAN PBL

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2013

UNIVERSITAS PATTIMURA

SKENARIO III

“MATA”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III

Dosen Pembimbing : dr. Theresia Seimahurua

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2013

Page 2: Scenario Mata

NAMA- NAMA KELOMPOK III

KETUA : 1. JOHANES SIMANJUNTAK (2009-83- )

SEKRETARIS I : 2. MARIA HANDAYANI LEREBULAN (2011-83-039 )

SEKRETARIS II : 3. WESTY C GASPERSZ (2011-83-031)

ANGGOTA : 4. (2009-83- )

5. (2009-83- )

6. DESYA B SILAYA (2011-83- )

7. WISTANOVA REFIALY (2011-83-017)

8. FADLAH A. RUHUPUTTY (2011-83-020)

9. MUQSITU N. RISALDIN (2011-83-030 )

10.SARIBAH LATUPONO (2011-83-046 )

11.ASMAYUNI JUMAD (2011-83- )

Page 3: Scenario Mata

SCENARIO

Rina 30 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan penglihatan jauh yang kabur pada kedua

matanya. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, kadang disertai nyeri dan

pusing. Riwayat penggunaan kacamata dalam keluarga ada, tidak ada riwayat mata mera, trauma

serta Rina belum pernah menggunakan kacamata sebelumnya.

STEP I

Kata sukar : -

Kata kunci :

1. Rina 30 tahun

2. Penglihatan jauh kabur pada kedua mata

3. Sejak 2 minggu yang lalu

4. Disertai nyeri dan pusing

5. Ada riwayat penggunaan kacamata dalam keluarga

6. Tidak ada riwayat mata merah, trauma, serta penggunaan kacamata

STEP II

1. Anamnesis tambahan pada kasus ?

2. Factor pencetus keluhan mata kabur ?

3. Apakah ada faktor genetic yang dialami pasien ?

4. Pemfis dan pem. Penunjang untuk diagnosis pada scenario?

5. Alur penanganan keluhan pasien?

6. Patomekanisme penglihatan kabur dengan keluhan nyeri dan pusing?

7. Hubungan umur dengan keluhan pasien?

8. Apakah keluhan pasien pada kasus perlu dikoreksi dengan kacamata?

9. Diagnosis differential?

10. Penatalaksanaan

11. Diagnosis sementara dan diagnosis pasti pada kasus?

12. Menjelaskan tentang Komplikasi ?

13. Menjelaskan tentang prognosis pasien?

Page 4: Scenario Mata

14. Menjelaskan tentang pencegahan yang dapat dilakukan?

15. Menjelaskan tentang manifestasi klinis terkait dengan diagnosis?

16. Menjelaskan tentang etiologi dari diagnosis kasus?

17. Menjelaskan tentang kalsifikasi kelainan dari diagnosis?

18. Menjelaskan tentang jenis-jenis kelainan refraksi pada mata?

STEP III

Menjawab pertanyaan !

1. Anamnesis :

a) Kapan keluhan dan gejalanya dirasakan?

b) Nyeri yang dirasakan apakah mendadak atau hilang timbul?

c) Bagaimana intensitas pandangannya?

d) Riiwayat kebiasaan? (membaca sambil tidur, membaca jarak dekat, sering

menggunakan barang-barang elektronik seperti laptop,hp,ipad,tablet,dll)

e) Apakah ada penyakit penyerta lain yang dirasakan seperti DM,Hipertensi, dll?

f) Apakah keluhan ini pernah dirasakan sebelumnya?

g) Apakah pada saat melihat cahaya lampu terlihat seperti pelangi?

h) Apakah terjadi penyempitan lapangan pandang saat melihat?

i) Apakah sudah pernah mengkonsumsi obat-obatan lain?

2. Faktor pencetus :

a) Kelainan refraksi

b) Infeksi

c) Kelainan retina & lensa

d) Produksi air mata berlebihan

3. Belum diketahui pasti, tetapi biasanya faktor pencetus yang paling berat adalah genetic

dan lingkungan.

4. Inspeksi dan palpasi

5. Anamnesis, pemeriksaan visus, dan dilakukan intervensi dengan penggunaan kacamata

atau lensa kontak.

6. Karena adanya pembiasan sehingga mengakibatkan bayangan jatuh tidak tepat pada

retina.

Page 5: Scenario Mata

7. Ada berdasarkan klasifikasinya , perjalanan penyakit dapat mengakibatkan keadaan

menjadi progresif.

8. Perlu dengan pemeriksaan visus terlebih dahulu setelah itu dlakukan koreksi dengan

kacamata sferis lensa (-).

9. DD : Miopia,hipermiopia,astigmatisma,presbyopia.

10. Penatalaksanaa :

Menggunakan kacamata :Koreksi dengan lensa sferis (-) terlemah yang

menghasilkan tajam penglihatan terbaik.

Menggunakan lensa kontak

Bedah refraktif jika perlu

11. Diagnosisnya adalah MIOPIA

12. Komplikasinya antara lain:

Ablasio retina

Strabismus

Amblyopia (lazy eye)

13. Jika diterapi dengan tepat maka akan mengurangi keluhan pasien, tetapi jika terlalu lama

ditangani akan memperburuk keadaan pasien terutama untuk penglihatannya akan

semakin kabur.

14. Pencegahan:

Tidak membaca pada suasana gelap

Tidak menggunakan alat elektronik yang mempunyai radiasi ke mata terlalu lama.

Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak mengandung Vit A.

15. Mata kabur jauh, sakit kepala,sulit membaca pada jarak dekat, silau, cenderung

memicingkan mata, mata sering berair, sering mengedipkan mata.

16. Etiologi : belum diketahui pasti tetapi biasanya yang sangat memperberat adalah faktor

genetic dan lingkungan.

17. Kalsifikasi kelainan

Berdasarkan umur (sistem gross venor)

1. Kongenital : lahir-infancy dan childhold

2. Youth onset/ myopia juventil : 5/6 tahun – 20 tahun.

3. Early adult onset : >20 tahun-40 tahun

Page 6: Scenario Mata

4. Late adult onset : > 40 tahun.

Berdasarkan patofisiologi

1. Aksial : sumbu aksial mata lebih panjang dari normal

2. Kurvatura : karena lensa lebih kuat dari normal

3. Indeks : indeks bias mata lebih tinggi dari normal.

Berdasarkan besar kelainan klinis

1. Ringan : ∫ - 0,25 sampai ∫ -3,00

2. Sedang : ∫ - 3,25 sampai ∫ 6,00

3. Berat : ∫ - 6,25/ lebih

Berdasarkan perjalanan klinis

1. Simpleks : usia 7-9 tahun dan akan bertambah sampai pertumbuhan berhenti.

(> 20 tahun)

2. Progresif : myopia bertambah secara cepat (> 40 tahun) dan sering disertai

dengan perubahan vitrea retinal.

18. LO

Page 7: Scenario Mata

STEP IV

KLARIFIKASI MASALAH

MIND MAPPING

RINA 30 TAHUNAnamnesis

Sejak 4 hati lalu

RPD : ada

Tidak ada trauma dan pake kacamata

Penglihatan jauh & kabur

Pemeriksaan fisik:

Inspeksi

palpasi

DD:

Myopia

Hipermiopia

Astigmatisma

presbipoia

Etiologi, patofisiologi,manifestasi klinis,prognosis,komplikasi,penatalaksanaan

Diagnosis : MIOPIA

Anamnesis

Pemfis patofisiologi prognosis penatalaksanaa komplikasi

Page 8: Scenario Mata

STEP V

Learning objective

1. Buatlah tabel perbandingan untuk DD ?

2. Perbedaan mata eksoftalmus dan hipertiroidisme ?

3. Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis pasti ?

4. Menjelaskan tentang alur penannganan?

5. Menjelaskan tentang lintasan penglihatan secara sistematik?

6. Hubungan DM, Hipertensi dengan myopia?

7. Gambaran anatomi dari refraksi mata?

8. Menjelaskan tentang diagnosis pasti (MIOPIA) mulai dari anamnesis sampai prognosis?

STEP VI

BELAJAR MANDIRI

Page 9: Scenario Mata

STEP VII

HASIL BELAJAR MANDIRI

A. TABEL PERBANDINGAN UNTUK DD(1)

Miopia Hipermetropia Astigmatisma Presbiopia

Definisi Suatu keadaan

mata yang

mempunyai

kekuatan

pembiasan sinar

yang berlebihan

sehigga sinar

yang datang

dibiaskan di

depan retina atau

di depan macula

lutea

Keadaan gangguan

kekuatan

pembiasan mata

dimana sinar sejajar

jauh tidak cukup

dibiaskan sehingga

titik fokusnya

terletak di belakang

macula lutea

Keadaan dimana

sinar yang

sejajar tidak

dibiaskan

dengan kekuatan

yang sama pada

seluruh bidang

pembiasan

sehingga focus

pada retina tidak

pada satu titik

Hilangnya daya

akomodasi yang

terjadi

bersamaan

dengan proses

penuaan pada

semua orang

Etiologidanfak

torresiko

Faktor herediter

keturunan ,kebias

aan kerja dengan

Etiologi terbagi

atas:

1. Hipermetropias

Genetik

Adanya

jaringan parut

Usialanjut

(biasanya

muncul pada

Page 10: Scenario Mata

melihat terlalu

dekat secara

berlebihan,

kekurangan zat

kimia

(kekurangan

kalsium,

kekurangan

vitamin), kadar

gula yang tinggi,

kadar protein

yang meninggi.

umbu/ aksial

2. Hipermetropiak

urvatur

3. Hipermetropiain

deksrefraktif

pada kornea,

setelah

perbedangan

mata

umur 40 thun)

Ptomekanisme Daya refraksi

terlalu kuat/

sumbu mata

terlalu panjang

>sinar jatuh di

depan retina

Etiologi >kekuatan

pembiasan sinar

tidak cukup kuat

>sinar jatuh di

belakang retina.

Bentuk kornea

terlalu lonjong/

adanya jaringan

parut >sinar

tidak terfokus

pada satu titik

Lensa makin

keras

>elastisitasberku

rang

>pengenduranzo

nulazinnii yang

tidaksempura

>pembiasansinar

tidakcukupkuat

>sinarjatuhdibel

akang retina

Gejala klinis Kabur ketika

melihat jauh, sakit

kepala, cenderung

menyipitkan mata

saat melihat,

Biasanya

Sukar melihat

dekat, sakit

kepala (dahi atau

frontal), rasa

silau, dan kadang

rasa juling atau

Penglihatan

ganda, melihat

bentuk benda

berubah dari

yang asli,

penglihatan

Kabur ketika

melihat dekat

terutama

dimalam hari,

mata lelah,

berair dan sering

Page 11: Scenario Mata

penderita myopia

suka membaca.

melihat ganda

Mata lelah, panas,

mengantuk dan

sakit karena terus

berakomodasi

kabur, sakit

kepala, mata

tegang dan

pegal, mata dan

fisik lemah,

ambliopia

terasa pedas

Pemeriksaan Snellen chart, retinoskopi, refraktometri

Terapi Kacamata lensa

negative/konkaf,

lensa kontak,

operasi

Kacamata sferis

positif terkuat

Astigma ringan

tidak perlu

diberi kacamata.

Astigma berat

diberi kacamata

silinder, lensa

kontak atau

pembedahan

Kacamata

dengan lensa

positif:

+1,0 D = 40

thn

+1,5 D = 45

thn

+2,0 D = 50

thn

+2,5 D = 55

thn

+3,0 D =60

thn(1)

B. PERBEDAAN MATA EKSOFTALMUS DAN HIPERTIROIDISME

Justru eksoftalmus merupakan tanda dari orang tersebut menderita penyakit hipertiroid.

Eksoftalmus merupakan protrusi abnormal satu atau kedua bola mata yang terjadi karena (2)

1. Perdarahan

2. Edema

3. Inflamasi di belakang bola mata

Page 12: Scenario Mata

4. Relaksasi otot-otot ekstraokuler

5. Lesi desak di dalam rongga mata

6. Metastasis tumor

7. Dapat juga terjadi akibat thrombosis sinus kavernosus

8. Taau pembesaran bola mata yang disebabkan oleh glaucoma congenital atau myopia

tinggi unilateral

9. Penyebabb eksoftalmus yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah penyakit

mata akibat gangguan fungsi tiroid.(2)

C. GAMBARAN ANATOMI DARI REFRAKSI MATA

(Gambar. Anatomi Bola Mata)(3)

Fungsi Komponen Utama Bola Mata

Struktur Letak Fungsi

Page 13: Scenario Mata

Aquous humor Rongga anterior antara kornea

dan lensa dan mengandung zat

gizi untuk kornea dan lensa

Cairan encer jernih yang terus-

menerus dibentuk

Corpus siliaris Turunan khusus lapisan koroid

di sebelah anterior; membentuk

suatu cincin mengelilingi tepi

luar lensa

Membentuk aquous humor dan

mengandung otot siliaris

Fovea Tepat di tengah retina Daerah dengan ketajaman

paling tinggi

Iris Cincin otot yang berpigmen di

dalam humor aquous

Mengubah-ubah ukuran pupil

dengan berkontraksi

Kornea Lapisan paling luar mata yang

jernih di anterior

Berperan sangat penting dalam

kemampuan refraktif mata

Lensa Antara aquous humor dan

vitreus humor, melekat ke otot-

otot siliaris melalui ligamentuk

suspensorium

Menghasilkan kemampuan

refraktif yang bervariasi selama

akomodasi

koroid Lapisan tengah mata Berpigmen; untuk mencegah

berhamburnya berkas cahaya di

mata; mengandung pembuluh

darah yang memberi makan

retina

Pupil Lubang bundar anterior di

bagian tengah iris

Memungkinkan jumlah cahaya

yang masuk mata bervariasi

Retina Lapisan mata yang dalam Mengandung fotoreseptor

Sklera Lapisan luar mata yang kuat Lapisan jaringan ikat protektif

Page 14: Scenario Mata

Vitreus

humour

Antara lensa dan retina Zat semicair mirip gel yang

membantu mempertahankan

bentuk mata yang bulat

Miopi merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yan memasuki mata tanpa

akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh

tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca,

ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkarang

yang difus dengan akibat yang kabur.(3)

(Gambar. Kesalahan Refraksi Pada Miopia)(3)

Tipe mata miopia yang ekstrim dapat meluas dalam semua bagian posterior, tetapi

memiliki panjang aksial yang sangat panjang. Pada bagian anterior, kornea kemungkinan agak

menipis dan terlihat datar dari normal, dengan ruangan anterior yang dalam dan terlihat sudut

sempit yang menunjukkan proses mendekatnya iris ke arah trabekulum. Penipisan sklera pada

umumnya berhubungan dengan elastisitas sklera atau penurunan kekuatan okular. Terutama

ketika bergabung dengan zonular dehiscene, ini dapat mengakibatkan cairan vitreus cepat regrees

dan rapuh ketika mata membuka terhadap tekanan atmosfer.(3,4)

Page 15: Scenario Mata

Pada mata dengan miopia tinggi akan terdapat kelainan pada fundus okuli seperti miopi

kresen yaitu bercak atrofi keroid yang berbentuk bulan sabit pada bagian temporal yang

berwarna putih keabu-abuan kadang-kadang bercak atrofi ini mengelilingi papil yang disebut

annular patch. Dijumpai degenerasi dari retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata

menyerupai kulit harimau yang disebut fundus trigroid, degenerasi makula, degenerasi retina

bagian perifer (degenerasi latis). (4)

Degenerasi latis adalah degenerasi vitroretina herediter yang paling sering dijumpai, berupa

penipisan retina berbentuk bundar, oval atau linear, disertai pigmentasi, garis putih bercabang-

cabang dan bintik-bintik kuning keputihan.

(Gambar. Degenerasi Latis)(3)

Badan Kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenerasi yang

terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang

ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia

Page 16: Scenario Mata

Papil Saraf Optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat

yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkarang papil

sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak

teratur

(Gambar. Miopic Cresent)(3)

Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahn subretina

pada daerah makula

Retina bagian perifer : berupa degenerasi kista retina bagian perifer

Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan

ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut fundus tigroid

Page 17: Scenario Mata

(Gambar. Fundus Tigroid)(3)

D. JARAS PENGLIHATAN YANG SISTEMATIS

Informasi dari kedua mata akan dijalarkan ke korteks visual melalui jaras penglihatan jika

bayangan benda jatuh tepat pada retina sehingga bayangan akan dihantarkan oleh nervus

optikus. Tiap sisi traktus penglihatan dari bagian nasal retina akan menyilang di kiasma optikum.

Sedangkan saraf dari sisi temporal akan melewatinya tanpa menyilang. Setelah bersinaps di

korpus genikulatum lateral thalamus, informasi akan mencapai korteks visual primer di lobus

occipitalis. Akhirnya, bayangan benda dapat diinterpretasikan dengan jelas. Sedangkan pada

kasus miopi, merupakan suatu kelainan refraksi dimana bayangan benda tidak jatuh tepat pada

retina melainkan di depan retina. (4)

Pada miopia, biasanya bola mata terlalu panjang untuk refraksi ( myopia aksial). Refraksi

yang terlalu kuat lebih jarang terjadi akibatnya sinar yang berasal dari objek yang jauh tidak

jatuh tepat pada retina sehingga objek yang jauh tersebut tidak menghasilkan bayangan yang

tajam di retina dan mata terlihat kabur.(4)

E. MYOPIA

Myopia adalah keadaan anomali refraktif pada mata yang mana berhubungan dengan daya

fokus yang terbatas di depan retina, ketika mata tidak dalam keadaan akomodasi. Myopia juga

dapat dideskripsikan sebagai suatu kondisi refraktif dimana sinar sejajar paralel dari sebuah

objek difokuskan di depan retina, dengan relaksasi akomodasi.

Page 18: Scenario Mata

KLASIFIKASI MYOPIA

Tipe Klasifikasi Kelas Myopia

Perjalanan klinis

Simple myopia

Nocturnal myopia

Pseudomyopia

Myopia degenerative

Myopia terinduksi

Derajat

Myopia ringan (< -3.00 D)

Myopia sedang ( - 3.00 D sd. -6.00 D)

Myopia berat (>-6.00 D)

Onset menurut umur

Myopia congenital (terjadi sejak lahir dan menetap pada berhenti pada masa bayi)

Youth-onset myopia (< 20 yahun)

Early adulth onset myopia (20-40 tahun)

Late adulth onset myopia (> 40 tahun)

Tabel 1. Klasifikasi myopia(5)

Menurut American Optometric Association, klasifikasi myopia dibagi atas (5)

1) Berdasarkan perjalanan klinis, terbagi atas :

a. Simple myopia

Status refraktif pada mata dengan simple myopia bergantung pada kekuatan kornea,

lensa kristalina dan panjang sumbu axial. Pada mata emmetropia, panjang sumbu

axial dan kekuatan optik memiliki hubungan timbal balik. Mata dengan kekuatan

Page 19: Scenario Mata

optikal lebih dari rata-rata bisa emmetropia jika panjang sumbu axial kurang dari

rata-rata, atau kekuatan optikal kurang dari rata-rata tetapi panjang sumbu axial lebih

dari rata-rata. Simple myopia lebih sering terjadi daripada jenis myopia yang lain.

Secara umum orang dengan simple myopia biasanya kurang dari 6 D, tetapi

kebanyakan pasien kurang dari 4-5 D.

b. Nocturnal Myopia

Hanya terjadi pada keadaan cahaya yang kurang (suram, remang), nocturnal atau

myopia malam secara utama disebabkan karena peningakatan respon akomodasi

yang berhubungan dengan level cahaya yang kurang. Karena ketidakcukupan kontras

untuk stimulus akomodasi yang adekuat, mata berasumsi untuk memfokuskan posisi

akomodasi kepada yang gelap daripada memfokuskan pada titik tak terbatas.

c. Pseudomyopia

Terjadi sebagai hasil dari peningkatan kekuatan refraktif okular sehingga terjadi

overstimulus dari mekanisme akomodasi mata atau spasme m.ciliaris.

d. Myopia Degeneratif

Peningkatan derajat myopia berhubungan dengan perubahan degeratif pada segmen

posterior mata yang dikenal dengan myopia degenerative atau patologis. Perubahan

degenerative merupakan hasil dari fungsi visual abnormal, misalnya penurunan

koreksi ketajaman visual yang terbaik atau perubahan dari lapang pandangan. Akibat

dari ablasio retina dan glaucoma yang biasanya bersifat relative.

Page 20: Scenario Mata

e. Myopia Terinduksi

Myopia terinduksi atau myopia didapat merupakan hasil dari terpapar berbagai

macam agen farmakologis, variasi dari kadar gula darah, nuclear sklerosis pada lensa

kristalina atau kondisi anomali lain. Jenis myopia ini kadang-kadang bersifat

temporer (sementara) dan reversible.

ETILOGI YANG MUNGKIN MENYEBABKAN MYOPIA

Tipe myopia Etiologi

Simple myopia

Faktor genetic

Pekerjaan dengan objek dekat yang meningkat

Tidak diketahui

Nocturnal myopia Peningkatan fokus gelap pada akomodasi

Pseudomyopia

Gangguan akomodasi

Exophoria tinggi

Agen agonis kolinergik

Myopia degenerative

Faktor genetik

Retinopaty prematuritas

Terputusnya cahaya yang lewat media okular

Tidak diketahui

Myopia terinduksi

Umur berkaitan dengan katarak nuclear

Terpapar sulfonamide dan agen farmakologis lain

Kadar gula darah yang berubah-ubah secara signifikan

Page 21: Scenario Mata

Tabel 2. Etiologi yang mungkin menyebabkan myopia(5)

Tabel 3. Agen farmakologis yang dapat menyebabkan myopia

TANDA DAN GEJALA SERTA KOMPLIKASI MYOPIA

1) Tanda dan Gejala

a. Kabur saat melihat jauh

b. Pada simple myopia dan myopia degenerative, kabur bersifat konstan.

c. Pada myopia nocturnal, kabur hanya terjadi saat pencahayaan kurang (remang)

d. Pada pseudomyopia, kabur setelah melakukan pekerjaan dengan menggunakan objek

yang dekat dalam jangka waktu lama

e. Amblyopia

Page 22: Scenario Mata

f. Myopia terinduksi, kabur setelah

menggunakan obat-obatan biasanya

dalam beberapa jam dan konstan.

g. Sering memicingkan mata

(blefarospasm)

A. DIAGNOSIS MYOPIA

1) Anamnesis1

Yang ditanyakan pada pasien dengan

gangguan pada penglihatan yaitu

berhubungan dengan :

Apakah ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama ?

Apakah ada riwayat DM ?

Apakah hal yang dialami disertai mata merah atau benda asing ?

Apakah anda mengkonsumsi obat-obatan ? misalnya obat malaria atau antibiotik ?

Apakag ada anggota keluarga yang mengalami glaucoma ?

Apakah sering disertai nyeri kepala dan pusing ?

Apakah terjadi nyeri disekitar mata saat mencoba melihat lebih jelas ?

Apakah kabur hanya pada malam hari atau di tempat gelap ?

Apakah setelah dalam pekerjaan dengan objek yang dekat kemudian kabur ?

2) Pemeriksaan ocular

a. Ketajaman penglihatan

Page 23: Scenario Mata

Keduanya ketajaman penglihatan jauh dan dekat tanpa bantuan dapat diukur. Karena

hubungan antara penglihatan jauh tanpa bantuan dengan derajat myopia, sangat

berhubungan, sehingga pada pasien dengan myopia harus diukur berapa ketajaman

mata tanpa bantuan dan setelah diketahui dapat dilakukan koreksi sehingga didapat

penglihatan yang baik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah dengan

menggunakan cara visus dengan snellen chart dan jaeger chart.

Gambar 2. Snellen chart(7)

b. Lapang pandangan

Pemeriksaan lapang pandangan untuk mengetahui apakah ada penyempitan lapang

pandangan yang terjadi ataukah tidak.

Page 24: Scenario Mata

c. Suplement testing

Dengan pemberian suplement testing misalnya pengkonsumsian glukosa atau

karbohidrta berpengaruh ataukah tidak pada myopia yang dialami. Hal ini

berhubungan dengan myopia terinduksi.

d. Retinoskopi

Pemeriksaan retinoskolpi bersifat objektif pada pemeriksaan lapang pandangan

maupun kelainan refraksi. Dimana lebih baik dilakukan pada tempat yang gelap

menggunakan autorefraktor untuk mendiagnosa nocturnal myopia.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kelainan fundus okuli

Pemerikasaann fundus okuli adalah sangat mudah bila dipergunakan midriatika atau

sikloplegia . Oftalmoskop merupakan alat yang mempunyai sumber cahaya untuk melihat fundus

okuli. Terdapat dua kegunaan oftalmoskop(9,10)

1. Memeriksa adanya kekeruhan pada media peneglihatan yang keruh, seperti pada kornea,

lensa dan benda kaca.

2. Untuk memeriksa fundus okuli terutama retina dan papil saraf optic.

Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop, dan dilihat:

Papil

- Batasnya apakah tegas, bulat atau lonjong, kabur

- Warnanya apakah pucat atau merah jambu

- Serta ekskavasinya

Page 25: Scenario Mata

Gambar 1 : fundus okuli pada myopia

Pembuluh darah retina

- Ikuti dan lihat bentuk pembuluh darah retina supero temporal, infero temporal,

superonasal, dan inferonasal

- Vena, apakah normal, melebar atau kelokannya bertambah

- Arteri, apakah normal, spasme, atau terdapat sclerosis copper-silver wire

- Rasio arteri dan vena

Retina

- Adanya eksudat, perdarahan, atau sikatrik koroid dapat terlihat retina terangkat atau

ablasi. Pemeriksaan fundus perifer sebaiknya dilakukan sejauh mungkin ke bagian

perifer. Minta pasien melihat jauh ke langit-langit, melihat jauh ke sisi samping dan

ke bawah.

- Makula lutea

Diperiksa karena pasien akan merasa silau sekali.

Macula lutea terletak dengan jarak 2.5 diameter papil dibagiantemporal papil atau

dapat dilihat dengan meminta pasien melihat lampu oftalmoskop pemeriksaan.

Macula bebas pembuluh darah dengan sedikit tergaung akibat lapisanya yang kurang

memberikan refleks macula bila disinari

Page 26: Scenario Mata

Gambar 2 : sobekan retina pada ablasio regtomagenosa

Untuk melihat fungsi gambar retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retinaseperti;

tajam peneglihatan, pengelihatan warna, dan lapang padangan. Pemeriksaan obyektif adalah

elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG), dan visual evoked respons (VER)

Elektoretinografi

Retina akan memperlihatkan gelombang listrik bila terpajan sinar. Gelombang listrik

retina yang terjadi pada perubahan sinar dinamakan elektroretinografi ERG berguna untuk

menilai kerusakan luas pada retina.

Pada ERG dikenal gelombang-gelombang:

- a : respons negative permulaan setalah periode laten rangsangan (lapis sel

fotoreseptor)

- b : defleksi positif (sel bipolar)

- c : defleksi positif ringan

- d : potensi positif yang terjadi bila sinar dihilangkan

Visual Evoked Respons

rangsangan pada mata akan menimbulakan rangsangan pada jalur peneglihatan hingga

korteks oksipital. Bila dibandingkan kedua mata maka akan dapat diketahui adanya perbedaan

Page 27: Scenario Mata

rangsangan yang sampai pada korteks sehingga dapat diketahui adanya gangguan rangsangan

atau pengelihatan pada seseorang.

PEMERIKSAAN LAPANG PANDANGAN

Uji konfrontasi

Mata kiri pasien dan mata kanan pemeriksa dibebat. Penderita diperiksa dengan duduk

berhadapan terhadap pemeriksa pada jarak kira-kira 1 meter. Mata kanan pasien dengan mata kiri

pemeriksa saling berhadap. Sebuah benda dengan jarak yang sama digeser perlahan-lahan dari

perifer lapang pandangan ke tengah. Bila pasien sudah melihatnya ia diminta memberi tahu.

Pada keadaan ini bila pasien melihat pada saat yang bersamaan dengan pemeriksa berarti lapang

pandangan pasien adalah normal. Syarat pada pemeriksaan ini adalah lapang pandangan

pemeriksa adalah normal

Kampimeter dan perimeter

Keduanya merupakan alat pengukur atau pemetaan lapang pandangan terutama daerah

sentral atau parasentral. Lapang pandangan, bagian ruangan yang terlihat oleh satu mata dalam

sikap diam memandang lurus kedepan. Pemeriksaan lapang pandanagan diperlukan untuk

mengetahui adanya penyakit-penyakit tertentu ataupun untuk menilai progresivitas penyakit

tertentu.

Pemeriksaan lapang pandanagan dapat dilakukan dengan :

1. pemeriksa konfrontasi, yaitu pemeriksa dengan melakukan perbandingan lapangan

pandangan pasien dengan si pemeriksa sendiri

2. pemeriksaan perimeter atau kampimetri.

Lapangan pandangan normal 90 derajat temporal, 60 derajat superior, 50 derajat nasal

dan 70 derajat inferior.

Kampimeter

Alat pengukur atau pemetaan lapang pandangan terutama daerah sentral atau parasentral.

Disebut juga sebagai uji tangent screen. Pasien duduk 2 meter dari layar tangent screen bjerrum.

Page 28: Scenario Mata

Pasien duduk 2 meter dari sebuah tabir kain berwarna hitam layar (bjerrum sceen) dengan

berfikasi dengan satu mata pada titik tengahnya obyek digeser perlahan-lahan dari tepi kearah

titik tengah. Dicari batas-batas pada seluruh lapangan pada saat mana benda mulai terlihat. Pada

akhirnya didapatkan pemetaan daripada lapang pandangan pasien. Dengan cara ini dapat

ditemukan defek lapang pandanagan dan adanya skotoma.

Perimeter

Pemeriksaan kampimetri dapat dilakukan dengan perimeter. Perimeter alat ini berbentuk

setengah bola dengan jari-jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini mata penderita diletakan

diperiksa. Mata berfiksasi pada bagan sentral parabola parimeter. Objek digeser perlahan-lahan

dari tepi kea rah titik tengah. Dicari bata-batas pada seluruh lapangan pada saat mana benda

mulai terlihat. Batas lapang pandangan perifer 90˚ termporal, 70˚ inferior, 50˚ nasal dan 60˚

superior. Dikenal perimetri:

Perimeter Kinetik yang disebut juga perimeter isoptik dan topografik dimana

pemeriksaan dilakukan dengan objek digerakan dari daerah tidak terlihat menjadi terlihat oleh

pasien.

Parimeter Statik atau perimeter profil dan perimeter curve diferential threshold, dimana

pemeriksaan dengan tidak menggerakan objek akan tetapi dengan menaikan intensitas objek

sehingga terlihat oleh pasien

Pemetriksaan lapang pandanagn diperlukan unutk mengetahui adanya penyakit-prnyakit

tertentu ataupun unutk menilai progresivitas penyakit tertentu.

Pemeriksaan lapang pandangan merupakan pemeriksaan yang penting bagi seoramg ahli

neurooftalmologi. Bentuk yang sederhana daripada kelainan lapang pandanagan adalah bila

terdapat kelainan pada prekiasma, kiasma, dan retrokiasma. Pada defek monocular prekiasama

maka akan terlihat kelainan pada kedua mata. Kelainan kiasma akan memberikan kelainan non-

homonim sedang pada retrokhisma bersifat hominim. Bentuk kampus lesi prekiasam sering

karekteristik. Iskemik optic neuropati, kampus dengan defek inferior dan altitudinal. Neuritis

optik, dengan skotoma sentral atau sekuosentaral. Kompresi saraf, gangguan lapang pandangan

perifer.

Page 29: Scenario Mata

Ultrasonografi

Ultrasonografi dipakai untuk melihat struktur abnormal pada mata dengan kepadatan

kekeruhan media dimana tidak memungkinkan melihat jaringan dalam mata secara langsung.

Sinar ultarasonografi direkam yang akan memberikan kesan keadaan jaringan yang memantulkan

getaran yang berbeda-beda(10)

F. PENATALAKSANAAN MYOPIA

1) Penatalaksanaan Dasar

Sasaran dari penatalaksanaan pasien myopia adalah menjernihkan, menyamankan dan

mengefisienkan kedua penglihan dan kesehatan mata yang baik. Gejala awal dari pasien

dengan penurunan atau myopia sedang adalah penglihatan jauh yang kabur, yang mana

dapat diperbaiki dengan koreksi optikal. Pengobatan langsung untuk menurunkan

progresifitas myopia adalah mengalihkannya sebagai myopia terkontrol. Efektivitas dari

pengontrolan myopia dalah menurunkan keparahan myopia dan menghilangkan atau

menurunkan ruang vitreus yang memanjang dari apa yang seharusnya terjadi.

2) Pilihan penatalaksanaan yang mampu dilakukan1

a. Koreksi optikal

Koreksi optikal yang dapat dilakukan adalah dengan kacamata atau lensa kontak

untuk menghasilkan penglihatan yang jelas. Apakah kacamata atau lensa kontak yang

lebih baik dipakai oleh pasien myopia, bergantung pada faktor pencetus, usia,

motivasi pemakaian lensa kontak, kesanggupan dalam perawatan lensa kontak, dan

mempertimbangkan faktor financial. Kacamata dan lensa kontak memiliki kelebihan

masing-masing.

Beberapa keuntungan dari kacamata pada pasien myopia adalah :

Page 30: Scenario Mata

- Kacamata lebih ekonomis pada kebanyakan kasus

- Kacamata menyediakan keamanan pada mata, secara particular lensa terbuat dari

polikarbonat

- Kacamata lebih mudah mengizinkan penambahan penanganan optikal lain (pris,a,

bifocal, penambahan lensa progresif)

- Kacamata memerlukan hanya sedikit akomodasi daripada lensa kontak pada

myopia

- Kacamata menyediakan koreksi yang lebih baik pada kasus dengan astigmatism

Gambar 4. Penderita myopia dengan koreksi kacamata(8)

Beberapa keuntungan lensa kontak pada pasien myopia adalah :

- Lensa kontak menyediakan sisi kosmetik yang lebih baik

- Lensa kontak menyediakan ukuran gambar retina yang lebih besar dan ketajaman

visual yang sedikit lebih baik pada myopia berat

- Lensa kontak dapat menurunkan anisometropia

- Lensa kontak dapat menurunkan masalah berat, penyempitan lapang pandangan,

- Lensa kontak (Rigid Gas Permeable) dapat menurunkan myopia progresif karena

dapat mendatarkan kornea

Page 31: Scenario Mata

Gambar 5. Lensa Kontak (RGP)(9)

b. Obat-obatan (farmakologis)

Cycloplegik kadang-kadang dipakai untuk menurunkan respon akomodasi pada

sebagian terapi pseudomyopia. Pada beberapa studi kasus dilaporkan penggunaan

topical harian atropine dan cyclopentolate dapat menurunkan myopia progresif pada

anak dengan youth-onset myopia.

c. Orthokeratology

Orthokeratology adalah suatu serial program dari lensa kontak , pada suatu periode

waktu minggu atau bulan , untuk mendatarkan kornea dan menurunkan myopia. Pada

studi kasus dari orthokeratology dengan standar RGP (rigid gas permeable),

menunjukkan bahwa pada beberapa pasien dengan myopia dapat turun hingga 3.00 D.

rata-rata penurunan yang dilaporkan 0.75-1.00 D. Penurunan ini banyak terjadi

dengan penggunaan program orthokeratology dalam 4-6 bulan.

Page 32: Scenario Mata

d. Pembedahan refraktif

Pembedahan refraktif dapat dilakukan radial keratotomy (RK), yang mana merupakan

bentuk pembedahan dengan insisi cornea paracentral untuk mempertipis bagian

kornea. Bagian yang dinsisi akan lebih tipis ke dalam sedangkan kornea sentral akan

lebih datar. Perubahan refraktif berhubungan dengan seberapa dalam bagian yang

diinsisi.

Sedangkan Eximer Laser Photorefractive Keratotomy (PRK) adalah prosedur dimana

kekuatan kornea diturunkan dengan cara ablasi laser pada sentral kornea.

G. EPIDEMIOLOGI

Miopia umum ditemukan di seluruh dunia. Di negara maju, persentase pendudukyang

menderita miopia biasanya lebih tinggi. Di Amerika Serikat, sekitar 25% dari penduduk dewasa

menderita miopia. Sementara itu, di Jepang, Singapura, dan Taiwan, persentasenya jauh lebih

besar, yakni mencapai sekitar 44%. Di Indonesia, walaupun tidak ada data statistiknya, dapat

diduga hampir di setiap rumah terdapat penghuni yang menderita miopia.

Mata miopik lebih panjang dari pada normal, sehingga cahaya terfokus di depan retita

Objek pada jarak pendek tampak jelas, tetapi objek pada jarak jauh terlihat kabur.

Pada miopia, objek pada jarak jauh terlihat kabur karena mata terlalu panjang dan gambaran

terfokus di depan retina bukan tepat pada retina. Miopia merupakan kelainan yang diturunkan

dan seringkali ditemukan pada anak-anak ketika mereka berusia 8-12 tahun.

Antara usia 13-19 tahun, ketika tubuh mengalami pertumbuhan yang pesat, miopia semakin

memburuk. Antara usia 20-40 tahun, biasanya ter jadi sedikit perubahan. Jika sifatnya ringan

maka disebut miopia rendah, jika berat disebut miopia tinggi. Miopia tinggi memiliki resiko

yang lebih tinggi terhadap terjadinya pelepasan retina.

Gejala Miopy:

Page 33: Scenario Mata

1. Gejala Subyektif : Penglihatan jauh kabur,sedangkan dekat tetap terang(near sighnet)

serta disertai penyempitan mata bila terus menerus berakomodasi dan timbul rasa

kemeng. Kadang-kadang dilapangan pandangan penderita melihat titik-titik,benang

benang, nyamuk-nyamuk yang disebabkan pandangan berkunang-kunang. mata lekas

capek, pusing-pusing, dan cepat mengantuk.

2. Gejala Obyektif : Kamera ocule dalam posterior dalam, disebabkan tidak dipakainya otot-

otot akomodasi. Pupil melebar disebut myriasis, akibat tidak atau kurangnya

berakomodasi Retina tipis,tampaknya menjadi belang seperti macan disebut trigoid.

Matanya sedikit agak menonjol(Exoplthalmus).

Penderita miopia harus memeriksakan matanya secara teratur guna mengetahui setiap

perubahan yang terjadi pada retina. Jika retina lepas, maka satu-satunya cara untuk

memperbaikinya adalah pembedahan. Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologik

yang timbul pada mata maka miopy dapat dibagi menjadi dua yaitu Miopy Patologik dan miopya

simpleks.

1. Miopy Simpleks

Definisi: Miopy Simpleks adalah miopy yang biasanya tidak disertai kelainan

patologik fundus akan tetapi dapat disertai kelainan fundus ringan. Kelainan

fundus ringan ini dapat berupa kresen miopy (myopic crescent) yang ringan yang

berkembang sangat lambat. Biasanya tidak terdapat perubahan organik. Tajam

Penglihatan denan koreksi yang sesuai dapat mencapai normal. Berat kelainan

refraktif biasanya kurang dari -5 D atau -6 D. Keadaan ini juga disebut miopy

fisiologik.

Penanganan : Biasanya Miopy simpleks harus ditolong dengan kacamata berlensa

cekung atau negatif.

Pencegahan : Pada miopy simpleks harus menghindari perdarahan badan kaca,

ablasi retina dan srabismus atau konvergensi yang terus menerus.

Page 34: Scenario Mata

Pengobatan :Miopy simpleks ditujukan teradap kelainan refraksinya dengan lensa

negatif(cekung) yan sesuai.

2. Miopy Patologik

Definisi: Miopy Patologik disebut juga miopy degeneratif, miopy maligna atau

miopy progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur dan tejadi sejak

lahir. Tanda-tanda miopy patologik ini adalah adanya progresifitas kelainan fundus

yang khas pada periksaan oftalmoskopik. Pada anak-anak diagnosis ini sudah dapat

dibuat jika terdapat peningkatan dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refraktif

yang terdapat pada miopy patologik ini melebihi -6 D.

Penanganan : Miopy Patologik ini penanganannya dengan menggunakan lensa

cekung atau lensa negatif.

Pencegahan : Pada Miopy Patologik ini harus menghindari perdarahan badan kaca,

abalsi retina, strabismus atau konvergensi yang terus menerus.

Pengobatan : Pada Miopy Patologik ini pengobatan ditujukan terhadap kelainan

refraksinya

H. HUBUNGAN DM & HIPERTENSI DENGAN MYOPIA

Diabetes melitus pada tingkat mikroangiopati dapat memberi berbagai komplikasi pada

mata seperti katarak, glaukoma dan yang paling sering adalah kelainan retina. Tetapi adanya

kondisi hiperglikemia juga memberikan hambatan dalam pemberiaan koreksi terbaik pada

kelainan refraksi yang ada. Perubahan refraksi yang bersifat sementara terjadi bervariasi pada

berbagai level gula darah yang dapat terjadi pada penderita diabetes yang telah diketahui sebagai

komplikasi dari DM Selama ini pemikiran adanya perubahan dalam pengukuran refraksi saat

hiperglikemia telah diketahui, dan perubahan refraksi tersebut diketahui hanya berupa miopia

saja. Padahal dalam kondisi hiperglikemia status refraksi dapat berupa myopic shift ataupun

hyperopic shift dalam beberapa hari atau minggu hiperglikemia. Diduga hal ini terjadi sebagian

besar karena perubahan ketebalan lensa atau permukaan lensa dan perubahan indeks bias

refraktif.(9)

Page 35: Scenario Mata

Hasil kedua studi Furushima dan Gwinup (1999) menyatakan bahwa hiperglikemia dapat

menyebabkan perubahan status refraksi yang lebih besar terutama pada individu yang sehat dan

perubahan refraksi yang terjadi cenderung kearah miopia sebesar 1 D dan 0.75 D. Akan tetapi

penelitian yang dilakukan oleh Planten (1975) menemukan perubahan sebesar 1 – 3 D kearah

hiperopia. Kluxen (1987) menemukan hiperopia yang cukup besar yaitu 6 D. Saito (1993)

mengatakan terjadi penurunan indeks bias refraktif dan mengakibatkan adanya hiperopia sebesar

4.9 D. Okamoto (2000) mendapatkan hiperopia sebesar 3.8 D. Tai (2006) hiperopia sebesar 2D. (9,5)

Distribusi ini sesuai dengan Hasil Survei Departemen Kesehatan RI yang mengatakan

bahwa prevalensi penduduk terbanyak adalah usia produktif > 40 tahun dan terdapat pergeseran

ke usia lebih muda . Hal ini dimungkinkan karena faktor keturunan (genetik), faktor

kegemukan/obesitas (perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat, makan

berlebihan, hidup santai, kurang gerak badan), faktor demografi (jumlah penduduk meningkat,

penduduk berumur di atas 40 tahun meningkat).

Bila dilihat distribusi berdasarkan jenis kelamin, subyek penelitian laki – laki (70%) lebih

banyak daripada wanita (30%). Bisa dikatakan subyek penelitian laki – laki yang berobat lebih

banyak daripada perempuan. Hal ini sesuai dengan data yang diungkapkan oleh penelitian DCCT

(1988) dimana penderita laki - laki lebih banyak daripada perempuan. Akan tetapi dalam

penelitian Suhendro, 1999 didapatkan penderita perempuan lebih banyak daripada laki – laki

sesuai dengan data statistik Jawa Timur saat ini dimana angka jumlah penduduk perempuan lebih

banyak daripada laki – laki.

Analisis Regresi Perubahan Pengukuran Refraksi dan Perubahan Kadar Pengukuran Gula

Darah Sewaktu didapatkan perubahan hasil pengukuran refraksi = 0,693 - 0,017 perubahan kadar

GDS. Tiap 100 mg/dL perubahan GDS maka terdapat perubahan refraksi sebesar – 1.007 D yang

berarti refraksi bergeser ke arah miopia saat GDS mengalami penurunan dan bergeser ke arah

lebih hiperopia pada saat GDS mengalami peningkatan. mendapatkan perubahan kearah

hiperopia sebesar 0.23 – 0.40 D/ 100 mg/dL. Sedangkan penelitian lainnya tidak mencantumkan

besarnya perubahan yang terjadi setiap mg/dL perubahan kadar GDS dikarenakan untuk

mendapatkan nilai yang signifikan diperlukan penelitian lanjutan yang bersifat eksperimental

dengan jumlah sampel yang lebih besar.(9)

Page 36: Scenario Mata

PRESBIOPY

Definisi:

Presbiopy atau mata tua adalah mata yang tidak dapat melihat jauh dan dekat. Pada usia muda,

lensa mata masih lunak dan lentur, sehingga bentuknya bisa berubah- ubah guna memfokuskan

objek dekat dan objek jauh. Setelah berusia 40 tahun, lensa menjadi lebih kaku. Lensa tidak

dapat dengan mudah merubah bentuknya sehingga lebih sulit untuk membaca pada jarak dekat.

Hal ini merupakan suatu keadaan yang normal, yang disebut dengan presbiopia. Presbiopia bisa

terjadi bersamaan dengan miopia, hiperopia maupun astigmata.

Penanganan: Presbiopy atau mata tua biasanya ditolong dengan kacamata rangkap dan

harus harus melakukan terapi.

Pencegahan: Harus menghindari rasa capek, sakit kepala, rasa kemeng pada sekitar mata,

pusing dan Harus menjaga mata agar tetap baik dengan merawatnya setiap hari dan

apabila terjadi hal-hal yang membahayakan harap segera diperiksakan kerumah sakit.

Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik yaitu :

Jangan membaca di tempat yang terlalu redup(remang-remang) atau terlalu silau.

Pada waktu membaca, jagalah jarak antara buku dan mata lebih kurang 30 cm.

Jangan membiasakan buku sambil berbaring.

Hindarilah mata dari kotoran seperti debu, atau benda yang menggangu.

Pengobatan :

Pengobatannya biasanya digunakan kacamata rangkap dan harus melakukkan terapi

dengan cara mengggunakan lensa addisi untuk membaca dekat. Untuk jarak baca 33 cm, bila

jarak berubah maka pemberian lensa juga berubah. Pada umur 40 tahun lensa masih dapat

mengembang, tetapi sangat menurun. Pada umur 60 tahun, lensa menjadi sclerotic semua.. Jadi

pemberian lensa addisi tergantung pada jarak baca dan umur penderita.

Page 37: Scenario Mata

Bifokus adalah kacamata yang digunakan untuk mengatasi presbiopia. Kacamata ini

memiliki 2 lens a, yaitu untuk membaca dipasang di bawah dan untuk melihat jarak jauh di

pasang di atas. Jika penglihatan jarak jauh masih baik, bisa digunakan kacamata untuk baca yang

dijual bebas. Tidak ada latihan atau obat-obatan yang bisa memperbaiki persbiopia.(7,8)

HIPERMETROPY

Definisi:

Hipermetropy atau rabun dekat adalah mata hanya dapat melihat jarak jauh. Mata

hiperopik lebih pendek daripada normal. Cahaya dari objek jarak dekat (misalnya ketika

membaca buku), tidak dapat terfokus secara jelas pada retina. Mata terlalu pendek sehingga

objek jarak dekat terlihat kabur. Hiperopia juga diturunkan. Bayi dan anak-anak cenderung

mengalami hiperopia ringan. Sejalan dengan pertumbuhan dan bertambah panjangnya mata,

hiperopia semakin berkurang.

Pada Derajat hipermetropy Dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1. Hipermetropy manifesta

2. Hipermetropy Latenta

3. Hipermetropy Totalis

Penanganan:

Hipermetropy atau rabun dekat dapat ditolong dengan kacamata berlensa cembung

(positif) Pencegahan: Pencegahannya dengan cara menghindari kekurangan kadar gula,

membiasakan pola baca yang baik dan Harus menjaga mata agar tetap baik dengan merawatnya

setiap hari dan apabila terjadi hal-hal yang membahayakan harap segera diperiksakan kerumah

sakit. Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik yaitu :

Jangan membaca di tempat yang terlalu redup(remang-remang) atau terlalu silau.

Pada waktu membaca, jagalah jarak antara buku dan mata lebih kurang 30 cm.

Page 38: Scenario Mata

Jangan membiasakan buku sambil berbaring.

Hindarilah mata dari kotoran seperti debu, atau benda yang menggangu.

Pengobatan: Hipermetropy dapat ditolong dengan kacamata berlensa cembung positif

dan melakukan beberapa terapi misalnya addisi.(7)

ASTIGMATISME

Definisi:

Astigmatisme adalah Kelainana mata, dimana sinar-sinar sejajar yang masuk bola mata

tidak dibiaskan pada satu titik, tetapi lebih dari satu titik(merupakan garis). Astigmatisme

ada 2 macam yaitu :

1. Atigmatisme Irregularis

Titik-titik bias tidak teratur, hal ini disebabkan karena Permukaan bagian luar kornea

tidak teratur disebabkan karena penyakit mata kerakiris atau adanya radang pemakaian

lensa kontak, karena irregularisnya dinetralisir oleh air mata. Bila astigmatisme disertai

dengan nebula(bintik buta pada cornea/bekas luka) maka pemakaian lensa kontak tidak

ada artinya.

Untuk mengetahui Astigmatisme irregularis superfisialis/frofunda dapat digunakan alat

yang sederhana seperti placido(suatu linkaran hitam yang mempunyai gambar lingkaran-

lingkaran putih) Apabila terdapat kekeruhan pada cornea, penderita hanya dapat dibantu

dengan transplantasi cornea. Lensa : Lensa mulai keruh. misalnya pada penyakit katarak.

2. Astigmatisme Regularis

Penyebabnya adalah cornea(90%) dan Lensa(10%). Disini diketemukan dua titik bias

yang terletak pada sumbu mata. Yang disebabkan adanya dua bidang utama yang saling

tegak lurus, dimana yang satu mempunyai daya bias yang terkuat dan yang lain mempunyai

daya bias yang terlemah. Astigmatisme Regularis dibedakan menjadi dua :

Page 39: Scenario Mata

1. Astigmatisme Regularis with the rule(beraturan): Bidang utama vertikal (90 derajat)

mempunyai daya bias terkuat. Bidang horisontal(190 derajat) mempunyai daya bias

terlemah.

2. Astigmatisme Regularis agint the rule(tidak beraturan): Bidang vertikal(90 derajat)

mempunyai daya bias terlemah. Bidang horisontal(180 derajat) mempunyai daya

terkuat). Kornea merupakan jendela mata. Kornea yang normal berbentuk bundar dan

licin, seperti halnya bola basket.

Pada astigmatisma, kornea lebih melengkung ke satu arah, berbentuk oval. Astigmata

menyebabkan distorsi atau pandangan kabur pada objek jarak dekat maupun jarak jauh.

Penglihatan penderita hampir menyerupai penglihatan di rumah kaca, dimana seseorang

terlihat terlalu tinggi, terlalu lebar atau terlalu kurus. Astigmata bisa ditemukan bersama-

sama dengan miopia maupun hiperopia.

Penanganan: Astigmatisme ditolong dengan kacamata Silindris dan harus melakukan

pemerikasaan refraksi

Pencegahan:

Harus berhati-hati dalam melakukan pameriksaan refraksi. Kesulitannya yaitu pada orang

bisu, pendengaran yang berkurang, anak kecil dan kesukaran komunikasi atau bahasa.

Menghindari kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik yaitu :

Jangan membaca di tempat yang terlalu redup(remang-remang) atau terlalu silau.

Pada waktu membaca, jagalah jarak antara buku dan mata lebih kurang 30 cm.

Jangan membiasakan buku sambil berbaring.

Hindarilah mata dari kotoran seperti debu, atau benda yang menggangu.

Pengobatan: Dengan ditolong dengan kacamata berlensa rangkap dan dengan cara

pemeriksaan refraksi.(7,8)

Page 40: Scenario Mata

DAFTAR PUSTAKA

1. Farmaadmin. Presbiopia, hipermetropiadanastigmat.Farma optical [serial online] 2009

juli [cited 2013 december 26] [4 screens]. Available from. URL:

http://www.farmaoptical.com.html

2. Kowalak JP. Editor : Alifa Dimanti dr, dkk. Buku saku tanda dan gejala (terjemahan).

Edisi 2. EGC. 2010. hal 210,212.

3. Guyton, Arthur C. Editor : Irawati et al. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan).

Edisi 11. Jakarta. EGC: 2007. hal 645-649

4. Lang Florian S. Editor : Liena dr, Setiawan I dr, dkk. Teks dan atlas berwarna

patofisiologi (Terjemahan). Edisi 2. EGC. 2003. hal. 322-325

5. American Optometric Association. Optometric Clinical Practice Guideline Care Of The

Patient Of Myopia. USA. Lidenbergh Blvtd.,Sant Louis.2010

6. Khaw PT, Shah P, Elkington AK. ABC OF EYES, 4th Ed. BMJ Books. 2004

7. http://www.emedicine.medcape.com/

8. http://www.adam.com/

9. Journal of Association Between Refractive Changes And Blood Glucose Changes In

Diabetic Mellitus Type 2 Patient. Wahyuni I, Soebagijo A, Husein RG. Fakultas

Kedokteran Universitas Airlangga. 2010, hal. 1-5

10. Rahayu YS, Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. FKUI : Jakarta; 2012, hal. 19, 35-37,

41,42

Page 41: Scenario Mata