laporan mata
DESCRIPTION
laporan mata fakultas kedokteranTRANSCRIPT
SKENARIO
Seorang anak wanita, 9 tahun di antar oleh ibunya ke poliklinik mata dengan keluhan sulit
membaca tulisan di papan tulis. Kakak dan ibunya memakai kaca mata.
Kata kunci :
1. Anak wanita 9 tahun
2. Sulit membaca tulisan di papan tulis
3. Kakak dan ibu memakai kaca mata.
Pertanyaan :
1. Anatomi, histologi, dan fisiologi dari organ penglihatan?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya penglihatan (fisiologi) ?
3. Bagaimana fisiologi perkembangan penglihatan anak?
4. Penyakit apa saja yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan ?
5. Adakah hubungan riwayat keuarga dengan keluhan?
6. Differential diagnosis?
a. Epidemiologi DD?
b. Etiologi dan factor resiko DD?
c. Gambaran klinis dari DD?
d. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis?
e. Bagaimana penatalaksanaannya?
f. Bagaimana pencegahannya?
g. Bagaimana Komplikasinya?
h. Bagaimana prognosisnya?
JAWABAN
1. anatomi mata
mata terletak di dalam cavum orbita. Cavum orbita merupakan Suatu ruang berbentuk
LIMAS/Pyramid dengan APEX pada bagian dalam.
Dibentuk oleh bagian dari tulang-tulang CRANIUM:
1. Os Frontale
2. Os Ethmoidale
3. Os Sphenoidale
4. Os Zygomaticum
5. Os Lacrimale
6. Maxilla
Bagian depannya à LUBANG = ADITUS ORBITAE
Tepi sekeliling Aditus Orbitae à MARGO ORBITALIS
Organ visual Terdiri :
1. Bulbus Oculi ( = Bola Mata )
2. Alat Accessoria Oculi ( Alat Tambahan Mata )
o Palpebrae ( kelopak mata )
o Conjunctiva
o Otot-otot mata
o Apparatus lacrimalis
3. Struktur Penunjang
o Septum Orbitae
o Corpus Adiposum Orbitae
o Fascia Balbi
Terletak à dalam cavum orbita
Bulbus oculi Terdiri dari 3 lapisan, dari luar ke dalam :
1. Tunica Fibrosa ( SCornea dan sclera )
2. Tunica Vasculosa ( = Uvea / Chorioidea, Cilliary body dan iris )
3. Retina
SCLERA
o Suatu jaringan ikat fibrosa à keras, kuat, putih
o Ada lubang pada :
─ Posterior à masuk N. OPTICUS + Pembuluh darah
(av. Centralis Retinae)
─ Anterior à berhubungan dengan Ruang CAMERA POSTERIOR
o Tempat melekatnya otot-otot mata
Bagian luar Sclera dibungkus oleh Fascia Bulbi kecuali Cornea dan N. Opticus
UVEA ( CHORIOIDEA )
o Suatu lapisan pembuluh darah + muscular
o Kedepan membentuk
─ Corpus Ciliare + Processus Ciliaris
─ Iris
o Corpus Ciliare + Processus Ciliare
─ Dari Proe. Ciliare terdapat serabut-serabut yang Menggantung
Lensa Mata à Zonula Ciliare
─ Atur Akomodasi Lensa
o Iris
─ Terdapat otot sirkuler (m. sphincter pupillae) + radier (m. dilator
pupillae)
─ Terdapat lubang à Pupil
─ Atur Akomodasi Cahaya
RETINA
o Suatu lapisan sel-sel nervosa sebagai fotoreseptor
o Pada bagian dalam posterior ( Fundus Oculi ), terdapat :
─ Tonjolan à papilla n. Opticus (blind spot )
─ Macula Lutea à tonjolan dilateral papilla, oval, terdiri sel cone,
sensitif cahaya
─ Fovea Centralis à lekukan pada Central Macula Lutea, paling
sensitif cahaya
Bagian ANTERIOR Bulbus Oculi, terdiri :
1. Cornea
2. Camera anterior ( ruang antara cornea – iris )
3. Iris
4. Camera posterior ( ruang antara iris – lensa )
Lensa Crystalina
o Struktur Bening Bikonkaf, Lebih Cembung Pada Bagian Anterior
o Terletak:
• Antara Camera Post Terhadap Corpus Vitreus
• Digantung / Fiksasi Oleh Zonula Ciliare Terhadap Processus Ciliare
Otot Bulbus Oculi + Gerakan
1. M. Rectus Superior Elevasi (+ Adduksi)
2. M. Rectus Inferior Depresi (+ Adduksi)
3. M. Rectus Lateralis Abduksi
4. M. Rectus Medialis Adduksi
5. M. Obliquus Superior Rotasi medial (abd + depr)
6. M. Obliquus Inferior Rotasi lateral (abd + elev)
o Menggerakkan Bulbus Oculi
o Insertio pada sclera bulbus Oculi dan melalui Anulus tendineus ke sekeliling For.
Opticum
o Dibungkus oleh Fascia Bulbi
o Semua otot bola mata diinnervasi N. III, kecuali m. Rectus Lat (N. VI) dan m.
Obliquus Inferior (N. IV)
Apparatus Lacrimalis
1. Glandula Lacrimalis
o Terletak Di Sudut Craniolateral Cavum Orbita
o Terdiri Dari 2 Bagian
• Terletak Di Atas Palpebra — Pars Orbitalis
• Terletak Di Bawah Palpebra — Pars Palpebralis
o Produksi Air Mata à Disalurkan Ke Fornix Conjunctivalis Sup
2. Ductus & Saccus Lacrimalis
o Suatu Saluran + Kantong Di Sudut Medial Mata
o Terdapat 2 Canaliculus (Sup + Inf)
o Pada Ujung Bebas (Lateral) Canaliculus Terdapat Lubang à Punctum Lacrimalis
o Menampung + Mengalirkan Air Mata
3. Ductus Nasolacrimalis
o Saluran Dari Saccus Lacrimalis Ke Cavum Nasi (Pada Meatus Nasi Inferior)
o Terletak Dalam Maxilla
Arteri Dalam Orbita, Berasal Dari:
1. A. Ophthalmica (Arteri Utama)
o Masuk Cavum Orbita Melalui For. Opticum
o Bercabang:
1. A. Centralis Retinae
2. A. Supraorbitalis
3. A. Supratrochlearis
4. A. Lacrimalis
5. A. Dorsalis Nasi
6. A. Ethmoidalis Anterior
7. A. Ethmoidalis Posterior
8. A. Ciliaris Anterior
9. A. Ciliaris Posterior Longi
1. A. Infraorbitalis
o Cabang A. Maxillaris
o Masuk Ke Cavum Orbita Pada Fissura Orbitale Inferior
Vena Dalam Orbita
Terdapat 2 Vena Utama:
1. V. Ophthalmica Superior — Via Fissura Orbitale Sup.
2. V. Ophthalmica Inferior — Via Fissura Orbitale Inf.
V. Ophthalmica Inferior
1. Ke V. Ophth. Sup + Plexus Pterygoideus
2. Anastomose Dengan V. Angularis / V. Facialis
V. Ophthalmica Superior à Sinus Cavernosus
Saraf Dalam Orbita
Ke dalam orbita, masuk:
1. N. Opticus — via for. Opticum
2. N. Ophthalmicus (cabang n. V) — via fissura orbitale superior
N. Opticus à masuk dalam bulbus oculi
N. Ophthalmicus bercabang intraorbital:
1. N. Frontalis
2. N. Lacrimalis
3. N. Nasociliaris, cabang
• N. Ethmoidalis ant
• N. Ethmoidalis post
• N. Ciliaris breves
• N. Ciliaris longus
N. Oculomotoris (iii), n. Trochlearis (iv), n. Abducens (vi) — via fissura orbitale inferior
Innervasi bulbus oculi oleh n. Nasociliaris via n. Ciliaris longus + breves
1. Sensoris dari cornea
2. Motoris sympathis + parasympathis
Sympathis à m. Dilator pupillae, vasoconstrictor, m. Tarsalis
Parasympathis à m. Sphincter pupillae & corpus ciliare
3. Serabut parasympathis berasal dari n. Iii yang bergabung ke n. Nasociliaris via
ganglion ciliare.
Innervasi motoris otot mata — n. iii, iv, vi
Fisiologi Mata
Dari luar, mata itu tampak berbentuk bulat dan dilindungi oleh kelopak mata.
Conjunctiva, yang mengandung banyak pembuluh darah, adalah selaput lendir
yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian depan bola mata hingga ke cornea.
Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa
kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata.
Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini
turut menjaga agar cornea tidak kering. Air mata mempunyai fungsi yang penting sebagai
minyak pelumas dan turut mencegah kekeringan pada mata. Kelebihan air mata dibuang
melalui lubang-lubang kecil pada kelopak mata dan mengalir ke dalam hidung.
Bulu mata (pada bagian luar kelopak mata) serupa fungsinya dengan kumis pada
kucing, yang bereaksi cepat terhadap rangsangan eksternal, yang menyebabkan mata
berkedip dengan cepat untuk menghindari cedera.
Dinding keras atau "putih" mata disebut sclera. sclera ini buram dan melindungi
bagian-bagian mata yang lebih peka. Pada bagian depan mata, yang sinambung dengan
sclera, terdapat cornea, yang merupakan jendela bagi mata, yang berbentuk bulat. Cornea
tidak mengandung pembuluh darah dan bening, berfungsi mengarahkan cahaya ke dalam
mata. Meskipun lebih tipis daripada lensa yang terdapat di bagian dalam mata, cornea
merupakan lensa cembung yang sangat kuat.
Bersama-sama dengan lensa, cornea memfokuskan citra optik pada retina yang
terletak di bagian belakang mata. Cornea, yang mengandung banyak serabut syaraf,
merupakan bagian dari tubuh manusia yang paling peka, sehingga iritasi yang kecil sekali
pun dapat menimbulkan rasa nyeri yang parah padanya. Cornea dapat menjadi buram jika
mengalami kerusakan atau terinfeksi.
Lensa, seperti halnya cornea, bening bila sehat. Lensa berbentuk cembung pada
kedua permukaannya, dan mengandung air dan protein. Lensa tidak mengandung syaraf
ataupun pembuluh darah dan strukturnya elastis. Akan tetapi, elastisitasnya berkurang
seiring dengan bertambahnya usia, yang mengakibatkan orang berkesulitan membaca
tulisan kecil pada usiapertengahan (presbyopia). Lensa membagi mata menjadi dua
segmen: bagian mata yang berada di depan lensa disebut anterior chamber (rongga
depan) dan berisi cairan bening, aqueous, yang senantiasa diproduksi oleh ciliary body.
Aqueous memberikan gizi yang penting bagi lensa, membantu membersihkan kotoran
dan mengatur tekanan di dalam bola mata serta memelihara bentuk mata. Kelebihan
aqueous dikeluarkan oleh trabeculum yaitu jaringan saluran penyaring yang terdapat di
sudut anterior chamber Di samping berfungsi memproduksi aqueous, ciliary body
mempunyai tiga macam otot yang membantu memfokuskan lensa, agar citra yang
terbentuk pada retina tetap jelas.
Bagian mata yang terletak di belakang lensa, yang dibatasi oleh retina, kadang-
kadang disebut posterior chamber (rongga belakang). Rongga ini berisi vitreous, zat
bening yang menyerupai jeli, yang memenuhi empat perlima bagian dari mata. Seperti
aqueous, vitreous tidak berisi pembuluh darah ataupun serabut syaraf, dan sebagian besar
(99%) berupa air. Satu persen lainnya terdiri dari collagen dan asam hyaluronic yang
berfungsi memelihara konsistensi vitreous agar bentuknya tetap selaras dengan mata.
Jika karena sebab tertentu kebeningan vitreous itu berkurang, misalnya karena
infeksi, maka ketajaman penglihatan menjadi terganggu. Cahaya masuk melalui lensa dan
vitreous menuju ke lapisan mata paling dalam, yaitu retina. Retina terdiri dari beberapa
lapisan yang berisi dua jenis sel, yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda
dalam responnya terhadap rangsangan visual, yang bekerja berdasarkan reaksi fotokimia.
Informasi yang dihasilkannya masuk ke otak melalui syaraf optik.
Bagian yang paling peka dari retina ini disebut macula, yang bagian tengahnya
disebut fovea. Fovea terdiri dari sel-sel berbentuk roket yang disebut "cones", yang peka
terhadap citra visual yang rinci dan warna, dan karenanya bertanggung jawab untuk
ketajaman penglihatan. Sel-sel berbentuk seperti rokok yang disebut "rods" sebagian
besar terdapat di bagian tepi retina, dan hanya sedikit saja yang terdapat pada bagian
tengah. Sel-sel ini terutama peka terhadap pergerakan dan sangat peka terhadap cahaya,
sehingga bekerjanya lebih baik dalam keadaan cahaya yang lebih redup. Di antara retina
dan sclera terdapat choroid, yang merupakan lapisan lingkaran utama mata, yang
berfungsi mengalirkan darah untuk memberi makanan kepada berbagai bagian mata
(terutama kepala syaraf optik). Di depan lensa adalah iris, yang berupa bagian mata yang
berwarna, berisi jaringan otot yang dapat mengerut atau mengembang, sehingga
berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk melalui pupil, yaitu bagian tengah iris,
terus ke retina. The Ciliary body terletak di antara iris dan choroid, dan ketiga struktur ini
membentuk uvea.
Histology mata
bola mata terdiri dari 3 Lapisan utama
Tunika Fibrosa : kornea dan sklera
Tunika Vaskulosa : iris, korpos siliaris dan koroid
Tunika Nervosa : retina
S klera
Membran kuat, kenyal, melindungi 5/6 bgn posterior bola mata
1. Episklera : Jaringan ikat jarang a serat kolagen & elastin
2. Stroma Sklera (Subst Propria Sklera): Jaringan ikat padat kolagen a serat kolagen
tebal, sedikit sel fibroblast dg inti kecil & cab sitoplasma yg panjang
3. Lamina Fuska : Serat kolagen; khas : melanosit & makrofag yg berisi melanin
Kornea
Membran transparan, avaskuler, terdiri dari 5 lapisan
1. Epitel
• Ep berlapis gepeng tdk bertanduk, 5 – 7 lapis sel
• Sel-sel dihubungkan o/ desmosom & fasia ocluden, pd permukaan terdpt mikrovili
• Lapisan basal a sel kolumnair, mitosis
• Lap peralihan a 2-3 lapis sel polihedral
• Lap superf a sel-sel gepeng
2. Membrana Bowman
Tebal 4-8 µm
Fibril kolagen halus tersusun acak
Berlubang-lubang a dilalui oleh serabut saraf
3. Stroma / Substansi propria
• Bgn yg paling tebal dr kornea
• Lamel-lamel kolagen tersusun sejajar dg permukaan kornea
• Tebal lamel ± 35 nm
• Keratosit di antara lamel diduga menghasilkan mikrofibril kolagen
4. Membrana Descemet
• Lap homogen
• Elastis, tipis
• Transparan
• Terdiri dr mikrofibril kolagen
• Tebal 5 – 10 nm
5. Endotel
• 1 lapis sel btk heksagonal
• Tebal 5 nm
• Nukleus di sentral
• Zonula occluden
Iris
Bgn terdepan dr tunika vaskulosa, fungsi sbg diafragma, permukaan ant dibagi 2 oleh kolaret a zona dalam & zona luar.
1. Lapisan batas anterior
Terdiri dr fibroblast & melanosit
Fibroblast a sel gepeng yg bercab2, beranastomose membtk jala-jala
Melanosit a bercabang-cabang, saling berhub dgn cab2 fibroblast
2. Stroma iris
• Jar. ikat longgar & serat kolagen halus, fibroblast, melanosit, mast sel, p. drh
• Warna iris a sel-sel pigmen
• M. sphincter pupillae a neuroektoderm, otot polos yg sirkuler
3. Epitel anterior
• Lap. nonpigmen di ant
• M. dilatator pupillae a neuroektoderm, otot polos berjln radier, miofilamen & melanosom
4. Epitel posterior
• Sel-sel kolumnar, berpigmen
Korpus Siliaris
• Btk segitiga (pot. melintang)
• Menghubungkan segmen anteerior & posterior bola mata
• Fungsi utama :
• Produksi humor akuos
• Proses akomodasi
• Terdiri dari 2 bagian :
• Pars plana
• Pars plikata
1. Lamina suprasiliaris
• Dibtk oleh lamina suprakoroid
• Peralihan korpus siliaris dgn sklera
2. Otot siliaris
• 3 lapis otot polos a longitudinal, radier & sirkuler
• Ketiga otot berfungsi sbg 1 kesatuan dlm proses akomodasi
3. Stroma siliaris
• Banyak kapiler
• Memisahkan m. siliaris dgn epitel siliaris
4. Lamina basalis
5. Epitel berpigmen
Sel-sel kubis
Nukleus besar
Sitoplasma mengandung granula melanin, desmosom & makula okluden
6. Epitel nonpigmen
Sel-sel kubis & kolumnar, nukleus besar.
Retikulum endoplasma & app. golgi berperanan dlm produksi humor akuos
Koroid
o Membran tipis dgn tebal rata-rata 0.25 mm
o Terletak antara sklera & retina
o Fungsi utama sbg sumber nutrisi utk lap. luar retina
1. Lamina suprakoroid
• Tebal ± 30 µm
• Jar. ikat longgar
• Serat kolagen & elastik
• Fibroblast & melanosit
2. Stroma koroid
o Banyak vena & arteriole
o Bgn terluar (lap. Haller) terdiri dr vena besar
o Bgn dalam (lap. Sattler) terdiri dr vena sedang & arteriole
o Ruang antar p. darah a jar. ikat jarang berisi serat kolagen & elastis
3. Koriokapiler
• Lap. dgn kapiler2 berdiameter 40 – 60 µm
• Dinding tipis
4. Membrana Bruch
• Lap. homogen, tebal 2.5 µm
• Memisahkan epitel pigmen retina dgn koriokapiler, dikelilingi oleh
membran elastis
Retina
Terdiri dr 10 lapisan
1. Lap. epitel pigmen
2. Lap. Sel batang & kerucut
3. Membrana limitan eksterna
4. Lap. nuklear luar
5. Lap. pleksiform luar
6. Lap. nuklear dalam
7. Lap. pleksiform dalam
8. Lap. sel-sel ganglion
9. Lap. serabut-serabut saraf
10. Membrana limitan interna
F isiologi penglihatan
Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-
struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor vitreous) yang
mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut
kesalahan refraksi.
Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya
bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Pemglihatan dekat memerlukan
kontraksi dari badan ciliary, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi badan
ciliary yang diikuti dengan relaksasi ligamen pada lensa. Lensa menjadi lebih
cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina. Penglihatan yang terus menerus
dapat menimbulkan ketegangan mata karena kontraksi yang menetap (konstan) dari
otot-otot ciliary. Hal ini dapat dikurangi dengan seringnya mengganti jarak antara
objek dengan mata. Akomodasi juga dinbantu dengan perubahan ukuran pupil.
Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya lebih kuat melelui lensa
yang tebal.
Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas listrik
diteruskan ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik chiasma
(persilangan saraf mata kanan dan kiri), bagian medial dari masing-masing saraf
bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual.
Mekanisme Penglihatan Normal
Bagaimana fisiologi perkembangan penglihatan anak?
Saat lahir, bola mata anak relatif lebih besar dibandingkan dengan sisa tubuh
lainnya daripada dewasa. Mata juga relatif lebih pendek dan akan mencapai ukuran yang
sebenarnya sekitar umur 7-8 tahun. Ini akan membuat mata itu sangat hipermetropik.
Pada anak yang normal biasanya ketajaman penglihatannya tidak akan mencapai 20/20
sampai usia 3-6 tahun.8,9
Sebagian besar bayi saat lahir mengalami hipermetropia ringan. Hipermetropia
tersebut secara perlahan-lahan berkurang sampai saat remaja, untuk mencapai emetropia
(mata normal). Kelengkungan kornea jauh lebih curam dan mendatar saat lahir dan
mendekati kelengkungan dewasa pada usia sekitar 1 tahun. Lensa jauh lebih sferis pada
saat lahir dan mencapai bentuk dewasa pada usia sekitar 6 tahun. Panjang sumbu saat
lahir adalah pendek (17,3 mm), kemudian terus memanjang dan stabil pada usia sekitar
10-15 tahun.8
Perkembangan normal mekanisme fisiologi retina dan korteks penglihatan
ditentukan oleh pengalaman visual pasca lahir. Penglihatan sentral berkembang sejak
lahir sampai usia 6-7 tahun, apabila penglihatan belum juga berkembang sampai saat itu
maka kecil kemungkinan bahwa perkembangan akan terjadi.
Gangguan penglihatan seperti kelainan refraksi selama periode kritis
perkembangan (berlangsung kira-kira sampai usia 8 tahun) akan menghambat
pembentukan penglihatan normal sehingga terjadi ambliopia. Pada ambliopia terjadi
penurunan ketajaman penglihatan tanpa penyakit mata organik sehingga tidak dapat
dikoreksi dengan kacamata.
Baru lahir - Menggerakkan kepala ke sumber cahaya besar
6 Minggu - Mulai melakukan fiksasi gerakan mata tidak teratur ke arah sinar
3 bulan - Dapat menggerakan mata kearah benda bergerak
4-6 bulan - Koordinasi penglihatan dengan gerakan mata,
dapat melihat dan mengambil objek
9 bulan - Tajam penglihatan 20/200
1 tahun - Tajam penglihatan 20/100
2 tahun - Tajam penglihatan 20/40
3 tahun - Tajam penglihatan 20/30
5 tahun - Tajam penglihatan 2/20
Perkembangan kemampuan melihat sangat bergantung pada perkembangan tumbuh
anak pada keseluruhan, mulai dari daya membedakan sampai pada kemampuan menilai
pengertian melihat. Walaupun perkembangan bola mata sudah lengkap waktu lahir,
mielinisasi berjalan terus sesudah lahir. Demikian pula ERG mulai dengan gelombang
rendah berkembang terus sampai dewasa. Tajam penglihatan anak baru dapat diukur
secara kuantitatif pada usia 2 tahun.
Myopia
Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat
melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa
(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar
yang dibiaskan akan terletak di depan retina.
Klasifikasi
Dikenal beberapa bentuk myopia:
a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih
kuat.
Peningkatan indeks refraksi daripada lensa berhubungan dengan permulaan
dini atau moderate dari katarak nuklear sklerotik. Merupakan penyebab umum
terjadinya Miopia pada usia tua. Perubahan kekerasan lensa meningkatkan indeks
refraksi, dengan demikian membuat mata menjadi myopik.
b. Myopia aksial, myopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan kelengkungan
kornea dan lensa normal.
Diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal,
walaupun kornea dan kurvatura lensa normal dan lensa dalam posisi anatominya
normal. Miopia dalam bentuk ini dijumpai pada proptosis sebagai hasil dari tidak
normalnya besar segmen anterior, peripapillary myopic crescent dan exaggerated
cincin skleral, dan stafiloma posterior.
c. Myopia kurvatura, besar bola mata normal tetapi kurvatura kornea dan lensa lebih
besar dari normal.
Mata memiliki diameter antero-posterior normal, tetapi kelengkungan dari
kornea lebih curam dari rata-rata, misal : pembawaan sejak lahir atau
keratokonus, atau kelengkungan lensa bertambah seperti pada hiperglikemia
sedang ataupun berat, yang menyebabkan lensa membesar.
Menurut derajat beratnya myopia dibagi dalam:
a. Myopia ringan, miopianya 1-3 dioptri
b. Miopia sedang, miopinya 3-6 dioptri
c. Miopia berat atau tinggi, miopinya lebih besar dari 6 dioptri
Menurut perjalanan myopia dikenal bentuk :
a. Myopia stasioner, myopia menetap setelah dewasa
b. Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
c. Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa/myopia
maligna/miopiadegeneratif. Biasanya terjadi bila myopia lebih dari 6 dioptri
disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai
terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai
dengan atrofi korioretina.
Epidemiologi
Miopia memiliki insiden 2,1% di Amerika Serikat dan peringkat ke tujuh yang
menyebabkan kebutaan, serta tampak memiliki predileksi tinggi pada keturunan Cina, Yahudi,
dan Jepang. Angka kejadiannya lebih sering 2 kali lipat pada perempuan dibanding laki-laki.
Keturunan kulit hitam biasanya bebas dari kelainan ini.
Menurut “National Eye Institute Study”, miopia merupakan penyebab kelima tersering
yang mengganggu penglihatan dan merupakan penyebab kutujuh yang tersering kebutaan di
Amerika Serikat, sedangkan di Inggris merupakan penyebab kebutaan tersering.
Etiologi
Miopia tinggi dapat diturunkan, baik secara autosomal dominan maupun autosomal
resesif. Penurunan secara sex linked sangat jarang terjadi, biasanya terjadi pada miopia yang
berhubungan dengan penyakit mata lain atau penyakit sistemik. Pada ras oriental, kebanyakan
miopia tinggi diturunkan secara autosomal resesif.
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan timbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan,
herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium,
kekurangan vitamin) (Desvianita cit Slone, 1997).
Pada mata miopia fokus sistem optik mata terletak di depan retina, sinar sejajar yang
masuk ke dalam mata difokuskan di dalam badan kaca. Jika penderita miopia tanpa koreksi
melihat ke objek yang jauh, sinar divergenlah yang akan mencapai retina sehingga bayangan
menjadi kabur. Ada dua penyebab yaitu : daya refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu
panjang (Hoolwich, 1993).
Miopia yang sering dijumpai adalah miopia aksial. Miopia aksial adalah bayangan jatuh
di depan retina dapat terjadi jika bola mata terlalu panjang. Penyebab dari miopia aksial adalah
perkembangan yang menyimpang dari normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awal
kelahiran, yang dinamakan tipe herediter. Bila karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa,
kelainan ini disebut miopia kurvatura (desvianita cit Slone, 1997).
Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan :
1. Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.
2. Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan tekanan yang
dihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari posisi tubuh yang
membungkuk.
3. Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang berlebihan
(Desvianita cit Perera, 1997).
Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu kelainan pada
bentuk kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia karena lensa bertambah
cembung atau akibat bertambah padatnya inti lensa ( Desvianita cit Slone, 1997).
Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya akibat
kadar gula yang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar protein yang meninggi
pada peradangan mata. Miopia bias juga terjadi akibat spasme berkepanjangan dari otot siliaris
(spasme akomodatif), misalnya akibat terlalu lama melihat objek yang dekat. Keadaan ini
menimbulkan kelainan yang disebut pseudo miopia (Sastradiwiria, 1989).
Gejala klinis
Gejala umum miopia antara lain:
- Mata kabur bila melihat jauh
- Sering sakit kepala
- Menyipitkan mata bila melihat jauh (squinting / narrowing lids)
- Lebih menyukai pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dekat dibanding
pekerjaan yang memerlukan penglihatan jauh.
- Pada mata didapatkan:
- Kamera Okuli Anterior lebih dalam
- Pupil biasanya lebih besar
- Sklera tipis
- Vitreus lebih cair
- Fundus tigroid
- Miopi crescent pada pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis
A. Cara Subyektif
Cara subyektif ini penderita aktif menyatakan kabur terangnya saat di periksa.
Pemeriksaan dilakukan guns mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk
memperbaiki tajam penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan
terbaik. Alat yang digunakan adalah kartu Snellen, bingkai percobaan dan sebuah set lensa coba.
Tehnik pemeriksaan :
1. Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.
2. Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup.
3. Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan sampai
huruf terkecil yang masih dapat dibaca.
4. Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan menjadi lebih
baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat di baca huruf pada baris
terbawah.
5. Sampai terbaca basis 6/6.
1. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama (Ilyas, 2003).
B. Cara Obyektif
Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah atau
kurangnya kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu yaitu retinoskop.
Cara objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara mengamati gerakan bayangan cahaya
dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh retina. Pada saat pemeriksaan retinoskop tanpa
sikloplegik (untuk melumpuhkan akomodasi), pasien harus menatap jauh. Mata kiri diperiksa
dengan mata kiri, mata kanan dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan poros
visuil mata. Jarak pemeriksaan biasanya ½ meter dan dipakai sinar yang sejajar atau sedikit
divergen berkas cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak di pupil bergerak
searah dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus tambah sampai tampak hampir
diam atau hampir terbalik arahnya. Keadaan ini dikatakan point of reversal (POR), sebaliknya
bila terbalik tambahkan lensa minus sampai diam. Nilai refraksi sama dengan nilai POR
dikurangi dengan ekivalen dioptri untuk jarak tersebut, misalnya untuk jarak ½ meter dikurangi 2
dioptri (Sastrawiria, 1989).
Cara pemeriksaan subyektif dan obyektif biasanya dilakukan pada setiap pasien. Cara ini
sering dilakukan pada anak kecil dan pada orang yang tidak kooperatif, cukup dengan
pemeriksaan objektif. Untuk yang tidak terbiasa, pemeriksaan subjektif saja pada umumnya bisa
dilakukan (Sastrawiria, 1989).
Penatalakasanaan
Koreksi terhadap miopia dapat dilakukan diantaranya dengan :
• Kacamata
Kacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki refraksi. Koreksi
miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf
(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar.
Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata
terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan
lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas
cahaya sebelum masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke
arah retina
• Lensa kontak
Lensa kontak yang biasanya digunakan ada 2 jenis yaitu, lensa kontak keras yang
terbuat dari bahan plastik polimetilmetacrilat (PMMA) dan lensa kontak lunak terbuat
dari bermacam-macam plastik hidrogen. Lensa kontak keras secara spesifik diindikasikan
untuk koreksi astigmatisma ireguler, sedangkan lensa kontak lunak digunakan untuk
mengobati gangguan permukaan kornea.
Salah satu indikasi penggunaan lensa kontak adalah untuk koreksi miopia tinggi,
dimana lensa ini menghasilkan kualitas bayangan lebih baik dari kacamata. Namun
komplikasi dari penggunaan lensa kontak dapat mengakibatkan iritasi kornea,
pembentukan pembuluh darah kornea atau melengkungkan permukaan kornea. Oleh
karena itu, harus dilakukan pemeriksaan berkala pada pemakai lensa kontak.
• Bedah keratoretraktif
Bedah keratoretraktifmencakup serangkaian metode untuk mengubah
kelengkungan permukaan anterior bola mata diantaranya adalah keratotomy radial,
keratomileusis, keratofakia, epikeratofakia.
• Lensa intraocular
Penanaman lensa intraokuler merupakan metode pilihan untk koreksi kesalahan
refraksi.
• Ekstraksi lensa jernih
Ekstraksi lensa bening telah banyak dicobakan oleh ahli bedah di dunia pada
pasien dengan miopia berat karena resiko tindakan yang minimal
Pencegahan
Kebanyakan anak-anak miopia hanya dengan miopia tingkat rendah hingga menengah,
tapi beberapa akan tumbuh secara progresif menjadi miopia tinggi. Faktor resiko terjadinya hal
tersebut antara lain faktor etnik, refraksi orangtua, dan tingkat progresi miopia. Pada anak-anak
tersebut, intervensi harus diperhitungkan.
Pengontrolan miopia antara lain dengan:
- Zat Sikloplegik
Berdasarkan laporan penelitian, pemberian harian atropin dan cyclopentolate mengurangi
tingkat progresi miopia pada anak-anak. Meskipun demikian, hal ini tidak sebanding dengan
ketidaknyamanan, toksisitas dan resiko yang berkaitan dengan sikloplegia kronis. Selain itu,
penambahan lensa plus ukuran tinggi (contoh: 2,50 D) diperlukan untuk melihat dekat karena
inaktivasi otot silier. Meskipun progresi melambat selama terapi, efek jangka panjang tidak lebih
dari 1-2 D.
- Lensa plus untuk melihat dekat
Efektivitas pemakaian lensa bifokus untuk mengontrol miopia pada anak-anak masih
kontroversial, beberapa penelitian tidak menunjukkan reduksi progresi miopia yang bermakna
namun ada juga penelitian yang menemukan bahwa pemakaian lensa bifokus dapat mengontrol
miopia. Ukuran adisi dekat yang efektif masih diperdebatkan.
- Bila membaca atau melakukan kerja jarak dekat secara intensif, istirahatlah tiap 30
menit. Selama istirahat, berdirilah dan memandang ke luar jendela.
- Bila membaca, pertahankan jarak baca yang cukup dari buku.
- Pencahayaan yang cukup untuk membaca.
- Batasi waktu bila menonton televisi dan video game. Duduk 5-6 kaki dari televisi.
- Jenis-jenis intervensi lain seperti pemakaian vitamin, bedah sklera, obat penurun
tekanan bola mata, teknik relaksasi mata, akupunktur. Namun, efektivitasnya belum teruji
dalam penelitian.
Komplikasi
- Abalasio retina
Resiko untuk terjadinya ablasio retina pada 0D – (- 4,75) D sekitar 1/6662. Sedangkan
pada (- 5)D – (-9,75) D resiko meningkat menjadi 1/1335. Lebih dari (-10) D resiko ini menjadi
1/148. Dengan kata lain penambahan factor resiko pada miopia rendah tiga kali sedangkan
miopia tinggi meningkat menjadi 300 kali.
- Vitreal Liquefaction dan Detachment
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan 2% serat
kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan, namun proses ini
akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Hal ini berhubungan denga hilangnya struktur
normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters).
Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga kehilangan kontak dengan
retina. Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan
retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus diisi
akibat memanjangnya bola mata.
- Miopic makulopaty
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah kapiler pada
mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapanagn pandang berkurang. Dapat juga
terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa menyebabkan kurangnya lapangan pandang. Miop
vaskular koroid/degenerasi makular miopic juga merupakan konsekuensi dari degenerasi
makular normal, dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah
sentral retina.
- Glaukoma
Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia sedang 4,2%,
dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi dikarenakan stress akomodasi dan
konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat penyambung pada trabekula.
- Katarak
Lensa pada miopia kehilangan transparansi. Dilaporkan bahwa pada orang dengan miopia
onset katarak muncul lebih cepat.
Prognosis
Diagnosis awal pada penderita miopia adalah sangat penting karena seorang anak yang sudah
positif miopia tidak mungkin dapat melihat dengan baik dalam jarak jauh.
Hipermetropia
Hipermetropia adalah Suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar aksis visual tanpa
akomodasi difokuskan pd satu titik di belakang retina.
Epidemiologi
Kelainan ini menyebar merata di berbagai geografis, etnis, usia dan jenis kelamin.
Klasifikasi
o Berdasarkan klinik :
1. Hipermetrop total
- tanpa akomodasi
- diperoleh dengan cara melumpuhkan m. ciliar dengan siklopegik
2. Hipermetrop manifest
- dengan akomodasi
- diperoleh tanpa melumpuhkan m. ciliar
Hipermetrop manifest tdd :
- Hipermetrop manifest fakultatif :
• akomodasi mata mampu memfokuskan sinar sejajar aksis visual tepat di
retina.
• ketajaman visus yg diperoleh: 5/5 tanpa koreksi
- Hipermetrop manifest absolut :
• akomodasi mata tidak mampu memfokuskan sinar tepat di retina
• ketajaman visus yg diperoleh:<5/5, dengan koreksi lensa sferis konveks
diperoleh visus 5/5
3. Hipermetrop latent ( Hl )
Diperoleh dari selisih antara hipermetrop total (Ht) dan hipermetrop manifest
(Hm),
rumus :
Ht = Hm + Hl
- besarnya Hm dan Hl tidak konstan tergantung umur dan kegiatan akomodasi
seseorang.
Etiologi
Sumbu bola mata yang pendek, kelengkungan kornea kurang, indeks bias yang kurang ,
kebiasaan membaca yg buruk.
o Berdasarkan kausanya :
1. Hipermetrop kurvatur
Disebabkan lengkung kurvatur media refrakta berkurang , ditemukan pada : kornea yang
datar
2. Hipermetrop indeks
Disebabkan berkurangnya indeks refraksi, ditemukan pada : subluksasi lensa post,
dislokasi lensa, afakia, lensa tipis
3. Hipermetrop aksial
Disebabkan berkurangnya jarak kornea dan fokus bayangan retina, ditemukan pada :
mikroftalmi, ablasi retina
Gejala klinis
- Sebagian besar tanpa keluhan
- Biasanya penglihatan jauh baik, penglihatan dkt memberi gejala astenopia akomodatif
- Rasa nyeri di mata/atas mata
- Rasa sakit kepala bag. Frontal/Occipita
- Lakrimasi
- Fotofobia
- Rasa terbakar dan berat di mata
- BMD dangkal
- Funduskopi :
pseudopapil edem
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis
Secara subyektif
Dalam hal ini penderita aktif menyatakan lebih tegas atau lebih kabur huruf-huruf
pada kartu uji snellen, baik cara coba-coba atau pengabutan (fogging)
Pemeriksaan obyektif
Dengan menggunakan alat-alat tertentu, ditentukan keadaan refraksi tanpa
menanya pasien. Cara ini baik digunakan pada pasien yang kurang kooperatif dan anak-
anak. Alat ini dapat juga dipakai untuk menilai ada atau tidaknya kekeruhan media dan
ada tidaknya astigmatisme.
Salah satu alat yang dapat digunakan adalah oftalmoskop direk, gambar fundus
yang dihasilkan akan tampak kabur bila pasien mengalami kelainan refraksi. Dengan cara
memutar cakram yang berisi lensa dengan pelbagai ukuran pada oftalmoskop maka
gambaran akan terlihat jelas dan kekuatan lensa yang memberikan gambaran fundus yang
paling jelas adalah kelainan refraksi.
Penatalaksanaan
1. Menambah kekuatan dioptri dengan lensa sferis konveks (positif) terkuat → visus terbaik,
dalam bentuk : kaca mata, lensa kontak, IOL
2. Menambah derajat lengkung / curvatur lensa berupa tindakan : Epikeratopakia,
keratomileusis, keratopakia,komb. keratopaki & keratomileusis
Pencegahan
Bermain di luar rumah. Menurut penelitian di Boston, Amerika Serikat, jika anak-anak
seusia kita banyak bermain di luar rumah, akan lebih sedikit terkena gangguan mata seperti
miopi. Misalnya bermain sepeda, bola kai, basket dan lain-lain. Permainan di luar rumah akan
mencegah terlalu banyak menonton televise dan computer. Karena, jika bermain dalam rumah
akan banyak menonton televise atau bermain computer.
Keuntungan lainnya bermain di luar rumah adalah mata mendapat sinar matahari yang
cukup untuk tubuh dan mata. Untuk tubuh, sinar matahari yang mengandung vitamin D sangat
penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Sedangkan untuk mata, cahaya matahari dapat
mengecilkan pupil, yaitu bagian mata yang mengatur besar kecilnya cahaya yang masuk ke lensa
mata, sehingga mata kita dapat melihat lebih jelas atau lebih focus.
- Duduk dengan posisi tegak ketika menulis.
- Istirahatkan mata setiap 30-60 menit setelah menoton TV, computer atau setelah
membaca.
- Aturlah jarak baca yang tepat (> 30 cm)
- Gunakan penerangan yang cukup
- Jangan membaca dengan posisi tidur.
Komplikasi
- Strabismus konvergen
- Glaukoma sekunder
Prognosis
Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan, pengobatan yang diberikan
dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi diberikan sebelum saraf optiknya matang
(biasanya pada umur 8-10 tahun), maka prognosisnya lebih baik.
Astigmatisma
Suatu kelainan refraksi dimana tiap meridian kurvatur mempunyai kekuatan refraksi yang
berbeda → sinar-sinar sejajar tidak difokuskan pada satu titik.
Secara teori, pada setiap titik pada permukaan yang lengkung, arah dari kelengkungan yang
terbesar dan yang terkecil selalu terpisah 90 derajat tetapi arah ini bias beribah saat melewati satu
titik ke titik yang lain. Bila meridian utama dari astigmatisma mempunyai orientasi yang konstan
pada setiap titik yang melewati pupil dan apabila ukuran astigmatisma ini sama pada setiap titik.
Kondisi refraktif ini dikenal sebagai astigmatisma regular. Dan ini bisa dikoreksi dengan
kacamata lensa silindris.
Klasifikasi
Astigmat regular
Sinar yang sejajar dengan aksis visual difokuskan pada titik dalam bentuk satu garis di
belakang kornea. Terutama disbbkan oleh kelainan kurvatur kornea
Pembagian :
a) berdasarkan letak/posisi prinsipel meridian :
- astigmat with the rule
Suatu astigmatisma dimana meridian vertical lebih curam dari horizontal,
dikoreksi dengan lensa silindris positif dengan axis 90O±20O atau lensa
silindris negatif dengan axis 180 O ±20 O.
- Astigmat against the rule
Suatu astigmatisma dimana meridian horizontalnya lebih curam dari meridian
vertical. Koreksinya dengan lensa silindris positif dengan axis 180O±20o atau
lensa silindris negatif dengan axis 90 O ±20 O.
- Astigmat obliq ( jarang ditemukan )
Suatu bentuk regular astigmatisma dimana garis meridian utamanya tidak
tegak lurus tapi miring dengan axis 45O dan 135O.
b) berdsrkan letak fokus bayangan sinar kedua prinsipel meridian :
- Simpel astigmat:
Berkas cahaya pada satu meridian terfokus tepat did retina, dan cahaya pada
meridian yang lain terfokus pada titik didepan retina disebut simple myopic
astigmatisma. Jika cahaya itu terfokus dibelakang retina disebut simple
hypermetropic astigmatisma.
1. simpel miop astigmat → koreksi: lensa C (-)
2. simpel hipermetrop astigmat → koreksi : C (+)
- compound astigmat :
Pada jenis ini, berkas cahaya pada kedua meridian terfokus didepan retina disebut
astigmatisma Miopia compound dan jika terfokus dibelakang retina disebut astigmatisma
Hipermetropia compound.
1. compound miop astig. → koreksi : S(-) C(-)
2. compound hipermetrop astig. → koreksi : S(+) C(+)
- Mixed astigmat
Koreksi : - Lensa S (-) C (+) atau Lensa S (+) C (-)
Astigmat Ireguler
Sinar-sinar yang sejajar denan aksis visual difokuskan pada titik berbeda-beda, tidak teratur di
belakang kornea. Terutama oleh kelainan curvatur kornea dan lensa. Meridian bentuknya
bukan sferis, bukan cilinder.
Suatu astigmatisma dimana sinar-sinar sejajar dengan garis pandang dibias tidak teratur.
Astigmatisma irregular ini bersifat / mempunyai perubahan-perubahan irregular dari tenaga
refraksinya pada meridian-meridian yang berbeda. Terdapat multi meridian yang tidak dapat
dianalisa secara geometris. Lensa silindris hanya sedikit memperbaiki penglihatan dalam kasus-
kasus ini, tapi dapat diterapi dengan lensa kontak rigid.
Koreksi: tidak mungkin dengan lensa Sferis lensa cilinder atau kombinasi hanya dapat
dilakukan dengan cara merubah bentuk permukaan media refraksi dengan Hard contact lens.
Epidemiologi
Kelainan ini menyebar merata di berbagai geografis, etnis, usia dan jenis kelamin.
Etiologi
Tekanan yang berlebihan pada kornea, kebiasaan membaca yang buruk dan kebiasaan
menggunakan mata untuk melihat objek yang terlalu dekat.
Pemeriksaan untuk menegakkakn diagnosis
1. Pemeriksaan pin hole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun
Tanda Dan Gejala
Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus
gejala-gejala sebagai berikut :
- Memiringkan kepala atau disebut dengan ³titling his head´, pada umunya
keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang
- Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
tinggi menyebabkan
- Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca.
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan
mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk
memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
Sedang pada penderita astigmatismusrendah, biasa ditandai dengan gejalagejala
sebagai ber ikut :
tinggi.
- Sakit kepala pada bagian frontal.
- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya
penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau
retina yang menggangu penglihatan
2. Uji refraksi
a. Subjektif
Optotipe dari Snellen & Trial lens
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error
b. Objektif
- Autorefraktometer
- Keratometri
- Uji pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa
spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan
ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90°
yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau
lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180°.
Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai
garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan
juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa
silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu
Snellen dan perlahan-lahan ditar uh lensa negatif sampai pasien melihat jelas
Keratoskop
Penatalaksanaan
o simpel astigmat:
a. simpel miop astigmat → koreksi: lensa C (-)
b. simpel hipermetrop astigmat → koreksi : C (+)
o compound astigmat :
b. compound miop astig. → koreksi : S(-) C(-)
c. compound hipermetrop astig. → koreksi : S(+) C(+)
o mixed astigmat , koreksi : - Lensa S (-) C (+) atau Lensa S (+) C (-)
Pencegahan
o hindari ketegangan mata dan stress
o membaca di lingkungan dengan pencahayaan yang sesuai
o hindari menggosok mata
o mengkonsumsi makanan sehat yang mengandung vitamin A, D, lutein dan zeaxhantin.
Prognosis
Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan, pengobatan yang
diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi diberikan sebelum saraf optiknya
matang (biasanya pada umur 8-10 tahun), maka prognosisnya lebih baik.
LAPORAN LENGKAP
TUTORIAL 1 SISTEM INDERA KHUSUS
MODUL 3 : GANGGUAN PENGLIHATAN JAUH
OLEH :
KELOMPOK 3 dan 6
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
2011
KELOMPOK 3
1. DILLAH HARFADILLAH (F1E1 09 005)2. AL HASYR SARMIN (F1E1 09 011)3. RIZKA PURNAMA MULYA (F1E1 09 017)
4. MUH. ASRAN ADAM (F1E1 09 023)5. MUH. ELYAS (F1E1 09 029)6. ASPITA RISKIANA (F1E1 09 035)7. MUH. FAJRIN SHADDIQ (F1E1 09 041)8. MUH. HASBUL (F1E1 09 047)9. LM. DIRMAN RADEN (F1E1 09 053)10. SAFRINA DWIYUNIARTI (F1E1 09 059)11. IKA ELYANA (F1E1 09 065)
KELOMPOK 6
1. ARNILLA TRINANDA B. (F1E1 09 008)2. MUH. ZULKIFLI (F1E1 09 014)3. AISYAH MUHRINI SOFYAN (F1E1 09 020)4. ELISABETH GRETY (F1E1 09 026)5. MUH. RIZAL ARDIANSYAH (F1E1 09 032)6. ANDI RAFSAN IBRAHIM (F1E1 09 038)7. DESI ESTI HANDAYANI (F1E1 09 044)8. ESTIANI NINGSIH (F1E1 09 050)9. YULIANA DIADI (F1E1 09 056)10. INEZ TIENEKE (F1E1 09 062)