sa lingkungan transisi

20
Proses Sedimentasi dan Pengaruh Perubahan Muka Air Laut pada Lingkungan Pengendapan Transisi M Ibrahim, M.R. Lukluk, K.P. Phiniel, R. Siti, P. Aji, C.P. Laras, H. Lukman, A.W. Ponco, B. Nicholas, P.P. Fianza, R.P. Bima, W. David, B. Frans, A.W. Dwi, J. Trisna, G.A. Ranti, M. Fajar, M. Sidik, R. Ahmad, Y.A.P Praditya, A.H. Dimas, M.M. Jabaris 2 Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia ABSTRAK Sedimentasi merupakan suatu proses berkesinambungan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : sediment supply, accommodation space, relative sea level, dan water depth. Dalam proses ini, perubahan muka air laut dapat menyebabkan perubahan ruang akomodasi, dan sediment supply yang akan menyebabkan perubahan pola susunan stratigrafi dan batuan sedimen yang terbentuk. Perubahan ini dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan pengendapan yang merupakan tempat terendapkannya material sedimen serta butiran sedimen yang mengisi ruang akomodasi. Pembuatan paper ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pola sedimentasi yang dipengaruhi oleh naik turunnya muka air laut yang terjadi di zona transisi. Metodologi penulisan paper ini berdasarkan studi pustaka yang bersifat referat dari berbagai sumber. Lingkungan Pengendapan yang mendapatkan pengaruh paling besar pada proses naik turunnya muka air laut relatif adalah zona transisi dimana didalamnya terdapat beberapa bagian, seperti intratidal, lagoon, estuarine dan barrier island, delta,tidal flat,lacustrinesertawaveandstorm systems. Pada lingkungan transisi, pengaruh naik turunnya muka air laut akan berdampak terhadap stacking pattern yang terbentuk, pola endapannya cenderung membentuk agradasi. Kata kunci : Lingkungan Transisi, Muka Air Laut, Stacking Pattern. PENDAHULUAN

Upload: elvinsetan

Post on 12-Sep-2015

260 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

wkwkw

TRANSCRIPT

Proses Sedimentasi dan Pengaruh Perubahan Muka Air Laut pada Lingkungan Pengendapan Transisi

M Ibrahim, M.R. Lukluk, K.P. Phiniel, R. Siti, P. Aji, C.P. Laras, H. Lukman, A.W. Ponco, B. Nicholas, P.P. Fianza, R.P. Bima, W. David, B. Frans, A.W. Dwi, J. Trisna, G.A. Ranti, M. Fajar, M. Sidik, R. Ahmad, Y.A.P Praditya, A.H. Dimas, M.M. Jabaris2Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

ABSTRAKSedimentasi merupakan suatu proses berkesinambungan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : sediment supply, accommodation space, relative sea level, dan water depth. Dalam proses ini, perubahan muka air laut dapat menyebabkan perubahan ruang akomodasi, dan sediment supply yang akan menyebabkan perubahan pola susunan stratigrafi dan batuan sedimen yang terbentuk. Perubahan ini dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan pengendapan yang merupakan tempat terendapkannya material sedimen serta butiran sedimen yang mengisi ruang akomodasi. Pembuatan paper ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pola sedimentasi yang dipengaruhi oleh naik turunnya muka air laut yang terjadi di zona transisi. Metodologi penulisan paper ini berdasarkan studi pustaka yang bersifat referat dari berbagai sumber. Lingkungan Pengendapan yang mendapatkan pengaruh paling besar pada proses naik turunnya muka air laut relatif adalah zona transisi dimana didalamnya terdapat beberapa bagian, seperti intratidal, lagoon, estuarine dan barrier island, delta,tidal flat,lacustrinesertawaveandstorm systems. Pada lingkungan transisi, pengaruh naik turunnya muka air laut akan berdampak terhadap stacking pattern yang terbentuk, pola endapannya cenderung membentuk agradasi.

Kata kunci : Lingkungan Transisi, Muka Air Laut, Stacking Pattern.

PENDAHULUAN

Latar belakang penulisan paper ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh naik turunnya muka air laut terhadap pengendapan sedimentasi pada zona transisi. Sedimen diendapkan pada beberapa lingkungan pengendapan termasuk didalamnya lingkungan pengendapan transisi. Lingkungan pengendapan adalah daerah di permukan bumi tempat diendapkannya sedimen. Pada daerah inilah proses sedimentasi terjadi terutama proses depositional. Karakteristik batuan sedimen yang terbentuk dari proses sedimentasi mencakup tekstur, struktur, serta komposisinya, yang dapat menentukan fasies lingkungan pengendapannya.Stratigrafi Analisis merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari proses sedimentasi dan stratigrafi, oleh sebab itupenting mengenali dan memahami proses sedimentasi dari produk batuan sedimen beserta susunan stratigrafinya. Karena proses sedimentasi sangat dipengaruhi oleh naik turunnya muka air laut, dan sediment supply, sehingga proses perubahan muka air laut ini dapat menjadi suatu kajian yang dapat dibahas mengenai proses, sebab, waktu, dan akibatnya terhadap unsur - unsur proses sedimentasi, baik lingkungan pengendapan, stacking pattern, susunan stratigrafi, dan produk batuan sedimen yang akan dihasillkan.Lingkungan pengendapan pada zona transisi berupa lagoon, delta, estuarine, barrier island, lacustrine. Stacking pattern merupakan pola sedimentasi yang terbentuk dari suatu pengendapan.Lingkungan pengendapan erat kaitannya dengan facies, yang merupakan pembagian lebih lanjut dari lingkungan pengendapan. Lingkungan pengendapan sangat penting untuk membedakan antara lingkungan sedimentasi (sedimentary environtment) dengan lingkungan facies (facies environtment). Lingkungan sedimentasi dicirikan oleh sifat fisik, kimia dan biologi, seperti struktur, tekstur dan komposisi yang spesifik. Sedangkan facies menunjuk kepada unit stratigrafi yang dibedakan oleh litologi, struktur dan karakteristik organik yang terdeteksi. Setelah dilakukan studi pustaka terhadap lingkungan pengendapan di zona transisi terhadap naik turunnya muka air laut, ditemukan perbedaan pola sedimentasi dan stacking pattern yang terbentuk, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut terhadap besar pengaruh naik turunnya muka air laut.METODOLOGI PENULISANPembuatan paper ini berdasarkan hasil studi pustaka dari beberapa referensi. Bentuk paper ini merupakan hasil saduran dan tidak bersifat penelitian langsung, sehingga paper ini bersifat referat.HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses-proses yang terjadi pada zona transisi membentuk karakteristik lingkungan pengendapan diantaranya lagoon, delta, estuarine, barrier island, tidal flat.Zona transisi ini merupakan zona antara darat dengan laut, sehingga pengaruh naik turunnya muka air laut akan sangat besar dampaknya terhadap proses sedimentasi daerah tersebut dan susunan stratigrafinya.Lagoon

Lagoon adalah kawasan berair dangkal yang berhubungan dengan laut lepas namun dibatasi oleh suatu punggungan memanjang (barrier) dan relatif sejajar dengan pantai. Lagoon umumnya tidak luas dan dangkal dengan energi rendah. Daerah peralihan darat-laut ini memiliki salinitas air yang beragam dari tawar (fresh water) sampai sangat asin (hypersalin). Keragaman salinitas tersebut akibat adanya pengaruh kondisi hidrologi iklim dan jenis material batuan yang diendapkan di lagoon. Lagoon di daerah kering memiliki salinitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan lagoon di daerah basah (humid), hal tersebut dikarenakan kurangnya air tawar yang masuk ke daerah tersebut. Hal tersebut dapat menggambarkan bagaimana pengaruh naik turunnya muka air laut, dimana ketika muka air laut naik maka akan membuat garis pantai maju arah darat sehingga membuat suplai sedimen serta fresh water dari darat akan semakin sedikit sehingga salinitas tinggi pada saat muka air laut naik dan sebaliknya salinitas akan rendah ketika muka air laut turun. Karena suplai freshwater dan suplai sedimen dari darat yang dominan membuat perbedaan pada salinitas daerah lagoon.Genesa lagoon yang umumnya berupa bentuk memanjang relatif sejajar dengan garis pantai sedangkan yang dibatasi oleh Atol reef bentuk lagoon nya relatif melingkar. Bentuk lagoon yang memanjang sejajar garis pantai terjadi apabila tanggul relatif sejajar dengan garis pantai yang disusun oleh reef ataupun berupa sedimen klasik yang lain misalnya satuan batu pasir. Lagoon yang dibatasi atol reef terbentuk relatif bersamaan dengan pembentukan atol, akibat proses penurunan dasar cekungan (tempat reef tumbuh) kecepatnya seimbang dengan pembentukan reef.

Kondisi muka air laut juga berpengaruh terhadap lagoon. Pada laut yang konstan maka dibagian bawah lagoon akan terendapkan sedimen klastik halus yang kemudian ditutupi oleh rawa - rawa dengan ketebalan mencapai setengah tinggi air pasang. Kontak antara batuan sedimen dan batuan di bawahnya adalah horizontal. Satuan batuan fraksi halus dengan sisipan batubara muda (peat) di daerah rawa akan berhubungan saling menjari dengan batupasir di daerah tanggul. Selain itu batuan sedimen lagoon yang menebal ke atas dan menumpang di bagian atas shoreface biasanya terjadi menyertai proses transgresi. Lagoon juga dapat terbentuk pada daerah tektonik estuarine (Fairbridge RW, 1980 dalam Boggs, 1995) yang disebabkan oleh aktivitas tektonik sehingga terjadi pengangkatan di bagian tepi pantai dan membelakangi bagian rendahan yang membentuk lagoon.

Lingkungan lagoon karena ada tanggul maka berenergi rendah sehingga material yang diendapkan berupa fraksi halus, kadang juga dijumpai batupasir dan batulumpur. Beberapa lagoon yang tidak bertindak sebagai muara sungai, maka material yang diendapkan didominasi oleh material marin. Material pengisi lagun dapat berasal dari erosi barrier (wash over) yang berukuran pasir dan lebih kasar. Apabila ada penghalang berupa reef, dapat juga dijumpai pecahan-pecahan cangkang di bagian backbarier atau di tidal delta. Akibat angin partikel halus dari tanggul dapat terangkut dan diendapkan di lagun. Angin tersebut dapat juga menyebabkan terjadinya gelombang pasang yang menerpa garis pantai dan menimbulkan energi tinggi sehingga terjadi pengikisan dan pengendapan fraksi kasar. Struktur sedimen yang berkembang umumnya pejal (pada batulempung abu-abu gelap) dengan sisipan tipis batupasir halus, gelembur - gelombang dengan beberapa internal small scale cross lamination yang melibatkan batulempung pasiran. Struktur bioturbasi sering dijumpai pada batulempung pasiran (siltstone) yang bersisipan batupasir dibagian dasar lagun (Boggs, 1995). Batupasir tersebut ditafsirkan sebagai hasil endapan angin, umumnya berstruktur perarian sejajar dan kadang juga berstruktur ripple cross-lamination.Transportasi material sedimen di lagoon dilakukan oleh air pasang energi ombak, angin yang dikendalikan oleh iklim sehingga akan mempengaruhi kondisi biologidan kimia daerah tersebut. Endapan delta (tidal delta) dapat terbentuk dibagian ujung alur pemisah tanggul, yaitu di alam tanggul atau di bagian laut terbuka (Boggs, 1995). Material delta tersebut agak kasar sebagai sisipan pada fraksi halus, yaitu bila terjadi aktifitas gelombang besar yang mengerosi tanggul dan terendapkan di lagoon melalui celah tersebut. Aspek lingkungan pengendapan pada lagoon dapat bertindak sebagai penyekat perangkap stratigrafi minyak.

Delta

Delta merupakan bentuk lain dari zona transisi setelah lagoon, pembentukannya akibat akumulasi dari sedimen fluvial (sungai) pada lacustrine atau marine coastline. Delta merupakan sebuah lingkungan yang sangat komplek dimana beberapa faktor utama mengontrol proses distribusi sedimen dan morfologi delta, faktor-faktor tersebut adalah regime sungai, pasang surut (tide), gelombang, iklim, kedalaman air dan subsiden (Tucker, 1981). Untuk membentuk sebuah delta, sungai harus mensuplai sedimen secara cukup untuk membentuk akumulasi aktif, dalam hal ini prograding system. Secara sederhana ini berarti bahwa jumlah sedimen yang diendapkan harus lebih banyak dibandingkan dengan sedimen yang terkena dampak gelombang dan pasang surut. Dalam beberapa kasus, pengendapan sedimen fluvial ini banyak berubah karena faktor diatas, sehingga banyak ditemukan variasi karakteristik pengendapan sedimennya, meliputi distributary channels, river-mouth bars, interdistributary bays, tidal flat, tidal ridges, beaches, eolian dunes, swamps, marshes dan evavorites flats (Coleman, 1982). Ketika sebuah sungai memasuki laut dan terjadi penurunan kecepatan secara drastis, yang diakibatkan bertemunya arus sungai dengan gelombang, maka endapan-endapan yang dibawanya akan terendapkan secara cepat dan terbentuklah sebuah delta.

Berdasarkan fisiografinya, delta dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama, yaitu: Delta Plain, Front Delta, dan Prodelta. Delta plain merupakan bagian kearah darat dari suatu delta. Umumnya terdiri dari endapan marsh dan rawa yang berbutir halus seperti serpih dan bahan-bahan organik (batubara). Delta plain merupakan bagian dari delta yang karakteristik lingkungannya didominasi oleh proses fluvial dan tidal. Pada delta plain sangat jarang ditemukan adanya aktivitas dari gelombang yang sangat besar. Daerah delta plain ini ditoreh (incised) oleh fluvial distributaries dengan kedalaman berkisar dari 5 30 m.Delta front merupakan daerah dimana endapan sedimen dari sungai bergerak memasuki cekungan dan berasosiasi/berinteraksi dengan proses cekungan (basinal). Akibat adanya perubahan pada kondisi hidrolik, maka sedimen dari sungai akan memasuki cekungan dan terjadi penurunan kecepatan secara tiba-tiba yang menyebabkan diendapkannya material-material dari sungai tersebut. Kemudian material-material tersebut akan didistribusikan dan dipengaruhi oleh proses basinal. Umumnya pasir yang diendapkan pada daerah ini terendapkan pada distributary inlet sebagai bar. Konfigurasi dan karakteristik dari bar ini umumnya sangat cocok sebagai reservoir, didukung dengan aktivitas laut yang mempengaruhinya (Allen & Coadou, 1982).

Prodelta adalah bagian delta yang paling menjauh kearah laut atau sering disebut pula sebagai delta front slope. Endapan prodelta biasanya dicirikan dengan endapan berbutir halus seperti lempung dan lanau. Pada daerah ini sering ditemukan zona lumpur (mud zone) tanpa kehadiran pasir. Batupasir umumnya terendapkan pada delta front khususnya pada daerah distributary inlet, sehingga pada daerah prodelta hanya diendapkan suspensi halus. Endapan-endapan prodelta merupakan transisi kepada shelf-mud deposite. Endapan prodelta umumnya sulit dibedakan dengan shelf-mud deposite. Keduanya hanya dapat dibedakan ketika adanya suatu data runtutan vertikal dan horisontal yang baik (Reineck & Singh, 1980).

Pengaruh dari naik-turunnya muka air laut terhadap facies pengendapan delta yaitu, ketika muka air laut naik maka garis pantai akan maju ke arah darat dan suplai sedimen dari darat akan terhambat atau sedikit sehingga pembentukan delta pada kondisi seperti ini sangat sulit, karena syarat dari pembentukan delta sendiri yaitu arus tenang dan suplai sedimen yang banyak dari darat. Jadi ketika muka air laut naik maka akan sulit untuk terbentuk delta sehingga pada zona transisi darat-laut ketika tidak adanya delta maka morfologi di zona transisi ini akan sangat curam, karena perubahan drastis dari darat ke arah laut lepas. Sedangkan ketika terjadi penurunan muka air laut maka akan sangat mendukung terbentuknya delta, dimana suplai sedimen dari darat dapat menuju laut dan morfologi yang terbentuk pada daerah transisi ini tidak terlalu curam karena keberadaan delta.EstuarineEstuarine Ada dua faktor penting yang mengontrol aktivitas di estuarin, yaitu volume air pada saat pasang surut dan volume air tawar (fresh water) serta bentuk estuarin. Endapan sedimen pada lingkungan estuarin dibawa dua aktivitas, yaitu oleh arus sungai dan dari laut terbuka. Transpor sedimen dari laut lepas akan sangat tergantung dari rasio besaran tidal dan disharge sungai. Estuarin diklasifikasikan menjadi tiga daerah yaitu :

Marine atau lower estuarin adalah estuarine yang secara bebas berhubungan dengan laut bebas, sehingga karakteristik air laut sangat terasa pada daerah ini. Daerah dimana terjadi percampuran antara fresh water dan air asin secara seimbang disebut middle estuarin. Sedangkan fluvial atau upper estuarin, yaitu daerah estuarin dimana fresh water lebih mendominasi, tetapi tidal masih berpengaruh. Endapan pada daerah estuarin umumnya aggradational dengan alas biasanya berupa lapisan erosional hasil scour pada mulut sungai. Hal ini berbeda dengan endapan delta yang umumnya progadational yang sering menunjukan urutan mengkasar keatas. Pada daerah estuarin yang sangat dipengaruhi oleh tidal, endapannya akan sangat sulit dibedakan dengan daerah lingkungan pengendapan tidal, untuk membedakannya harus didapat informasi dan runtunan endapan secara lengkap (Nichols, 1999). Dengan proses harian yang sudah terpengaruh oleh proses pasang surut, maka pada lingkungan Estuarin ini, bila terjadi perubahan muka air laut secara massive, baru dapat terlihat perubahan pengendapannya baik progradasi ataupun retrogradasi pada awal perubahan, lalu pada tahap selanjutnya terjadi pengendapan dengan pola agradasi kembali. (tergantung kepada naik atau turunnya sea level).

Tidal Flat

Tidal flat merupakan lingkungan yang terbentuk pada energi gelombang laut yang rendah dan umumnya terjadi pada daerah dengan daerah pantai mesotidal dan makrotidal. Pasang surut dengan amplitudo yang besar umumnya terjadi pada pantai dengan permukaan air yang sangat besar/luas. Berdasarkan pada elevasinya terhadap tinggi rendahnya pasang surut, lingkungan tidal flat dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu subtidal, intertidal dan supratidal ( Boggs,1995).

Zona subtidal meliputi daerah dibawah rata-rata level pasang surut yang rendah dan biasanya selalu digenangi air secara terus menerus. Zona ini sangat dipengaruhi oleh tidal channel dan pengaruh gelombang laut, sehingga pada daerah ini sering diendapkan bedload dengan ukuran pasir (sand flat). Pada zona ini sering terbentuk subtidal bar dan shoal. Pengendapan pada daerah subtidal utamanya terjadi oleh akresi lateral dari sedimen pasiran pada tidal channel dan bar. Migrasi pada tidal channel ini sama dengan yang terjadi pada lingkungan sungai meandering. Zona intertidal meliputi daerah dengan level pasang surut rendah sampai tinggi. Endapannya dapat tersingkap antara satu atau dua kali dalam sehari, tergantung dari kondisi pasang surut dan angin lokal. Pada daerah ini biasanya tidak tumbuh vegetasi yang baik, karena adanya aktifitas air laut yang cukup sering (Boggs, 1995). Karena intertidal merupakan daerah perbatasan antara pasang surut yang tinggi dan rendah, sehinnga merupakan daerah pencampuran antara akresi lateral dan pengendapan suspensi, maka daerah ini umumnya tersusun oleh endapan yang berkisar dari lumpur pada daerah batas pasang surut tinggi sampai pasir pada batas pasang surut rendah (mix flat). Pada daerah dengan pasang surut lemah disertai adanya aktivitas ombak pada endapan pasir intertidal dapat menyebabkan terbentuknya asimetri dan simetri ripples. Facies intertidal didominasi oleh perselingan lempung, lanau dan pasir yang memperlihatkan struktur flaser, wavy dan lapisan lentikular.Zona supratidal berada diatas rata-rata level pasang surut yang tinggi. Karena letaknya yang lebih dominan ke arah darat, zona ini sangat dipengaruhi oleh iklim. Pada daerah sedang, daerah ini kadang-kadang ditutupi oleh endapan marsh garam , dengan perselingan antara lempung dan lanau (mud flat) serta sering terkena bioturbasi (skolithtos).Jika terjadi perubahan sea level yang relative masif, maka zona ini dapat berubah menjadi zona neritik, atau menjadi suatu daratan, tergantung kepada naik atau turunnya muka air laut dan seberapa tinggi atau turunnya muka air laut. Pola endapannya sendiri cenderung agradasi, dan sangat dipengaruhi proses pasang surut air laut.

Melalui proses pasang surut dan kenaikan atau penurunan muka air laut, maka energi gelombang dan arus yang akan mempengaruhi proses transportasi material sedimen, dapat mempengaruhi butiran fragmen saat deposisi, baik mekanisme transportasi, struktur sedimen, keterdapatan fosil, ukuran butir, hingga parasequence-nya. Tabel 1. Hubungan sedimentasi dari formasi Blackhawk terhadap seting pengendapan, arus dan gelombang, dan struktur sedimen.

SettingRelationship to Waves & TideSedimentary Structures

Coastal plainTidal zone, subject to storm wash-overTrough-cross bedded fill of tidal inlet, estuarine & fluvial channelsRooted seat earths &coals

Foreshore & upper shorefaceZone of breaking waves & the wave swash zoneTrough-cross stratified sandstone sometimes overlain by planar-cross bedded sandstone

Lower shoreface & delta-front sandstonesJust above fair-weatherwave baseCurrent ripplebedsWave ripple beds,Hummocky cross-bedsContorted beds

Transition between offshore shelf & lower shore-faceBetween storm wave-base & fair-weather wave-baseAlternations of hummocky cross-stratified sandstoneHighly burrowed siltymudstones

Offshore shelfBelow storm wave-baseHighly burrowedmudstones

KESIMPULAN

Pada laut yang konstan maka dibagian bawah lagoon akan terendapkan sedimen klastik halus yang kemudian ditutupi oleh rawa - rawa dengan ketebalan mencapai setengah tinggi air pasang. Kontak antara batuan sedimen dan batuan di bawahnya adalah horizontal. Satuan batuan fraksi halus dengan sisipan batubara muda (peat) di daerah rawa akan berhubungan saling menjari dengan batupasir di daerah tanggul. Selain itu batuan sedimen lagoon yang menebal ke atas dan menumpang di bagian atas shoreface biasanya terjadi menyertai proses transgresi.Pengaruh dari naik-turunnya muka air laut terhadap facies pengendapan delta yaitu, ketika muka air laut naik maka garis pantai akan maju ke arah darat dan suplai sedimen dari darat akan terhambat atau sedikit sehingga pembentukan delta pada kondisi seperti ini sangat sulit, karena syarat dari pembentukan delta sendiri yaitu arus tenang dan suplai sedimen yang banyak dari darat. Jadi ketika muka air laut naik maka akan sulit untuk terbentuk delta sehingga pada zona transisi darat-laut ketika tidak adanya delta maka morfologi di zona transisi ini akan sangat curam, karena perubahan drastis dari darat ke arah laut lepas. Sedangkan ketika terjadi penurunan muka air laut maka akan sangat mendukung terbentuknya delta, dimana suplai sedimen dari darat dapat menuju laut dan morfologi yang terbentuk pada daerah transisi ini tidak terlalu curam karena keberadaan delta.Pada lingkungan Estuarin, bila terjadi perubahan muka air laut secara massive, baru dapat terlihat perubahan pengendapannya baik progradasi ataupun retrogradasi pada awal perubahan, lalu pada tahap selanjutnya terjadi pengendapan dengan pola agradasi kembali. (tergantung kepada naik atau turunnya sea level). Pada lingkungan tidal, Jika terjadi perubahan sea level yang relative masif, maka zona ini dapat berubah menjadi zona neritik, atau menjadi suatu daratan, tergantung kepada naik atau turunnya muka air laut dan seberapa tinggi atau turunnya muka air laut. Pola endapannya sendiri cenderung agradasi, dan sangat dipengaruhi proses pasang surut air laut. Melalui proses pasang surut dan kenaikan atau penurunan muka air laut, maka energi gelombang dan arus yang akan mempengaruhi proses transportasi material sedimen, dapat mempengaruhi butiran fragmen saat deposisi, baik mekanisme transportasi, struktur sedimen, keterdapatan fosil, ukuran butir, hingga parasequence-nya.DAFTAR PUSTAKABoggs, S. 2009. Petrology of Sedimentary Rocks Second Esition. New York : Cambridge University Press.

Boggs, S. 2006. Principles of Sedimentology and Stratigraphy Fourth Edition. New York : Cambridge University Press.Nichols, G. 2009. Sedimentology and Stratigraphy Second Edition. West Sussex : Wiley Blackwell.

Walker, Roger G, James Noel P.. 1992. Facies Models : Response to Sea Level Change. Canada : Geological Association of Canada.

Ediyanto. 2010. Pengaruh perubahan muka air laut terhadap keterdapatan moluska dan bentos pada Formasi Cimandiri di daerah Sukabumi Jawa Barat. Yogyakarta : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.Shennan, I, Innes James B., Long Anthony J.. 1995. Late Devensian And Holocene Relative Sea-Level Changes In Northwestern Scotland: New Data To Test Existing Models. Dunham : Environtmental Research Center and Department of Geography , University of Dunham.

LAMPIRAN

Gambar 1.1 Pembagian Zona pada Lingkungan Delta

Gambar 1.2 Fisiografi Delta dan Litologi (LeBlanc, 1972)

Gambar 1.3 Fisiografi Delta dan Litologi

Gambar 1.4 Model Tidal Flat Tucker,1991

Gambar 1.5 Model lain dari Tidal Flat

Gambar 1.6 Susunan Stratigrafi lingkungan tidal

Gambar 1.7 Stacking Pattern dan hasil sedimentasinya pada setiap fase.

Gambar 1.8 Susunan Stratigrafi yang menunjukkan coarsening upward ( progradasi) dapat dipengaruhi sedimen supply ataupun sea level fall yang dipengaruhi perubahan depositional Environment.

Gambar 1.9 Sequence pada Estuary

Gambar 1.10 Sea Level Change, Estuarine Sedimentation And Productivuty, And Human Occupation

Gambar 1.11 Transgesive Channelled oleh Christopher G., Kendall 2013

Gambar 1.12 Progradasi barrier Shore Christopher G and Kendall 2007 menjelaskan parasequence daerah barrier shore dengan pola pengendapan progradasi.

Gambar 1.13 Progadasi Shoreline parasequnences Christopher G and Kendall, 2008 menjelaskan sequence zona transisi dengan pola progradasi

Gambar 1.14 Environmental SettingLAMPIRAN ANGGOTA KELOMPOKMuhammad Ibrahim

21100110141018

LuklukMahya Rahma

21100112130036PhinielKurung P

21100111120040Siti Rofikoh

21100112130018Aji Pulung

21100111130038Laras Cahyani Putri

21100112120050Lukman Hakim

21100111120017Ponco Agung Wibowo21100111130004Nicholas Bastian

21100113120068FianzaPanji Pradita

21100112170003Bima Rudistira Putra

21100112120017Trisna Jayanti

21100113120005

David Widianto

21100113120034Frans Bonar

21100110141037Dwi Arif Wicaksono

21100110141047

Ranti Givi Antika

21100113120002Fajar Mardianto

21100112130021Muhammad Sidik

21100112120004Ahmad Rozaqi

21100112130063Praditya Yuda Adji P.

21100111140095DimasAnas Hakim

21100113130081Muhammad Jabaris M

21100113140083untuk apa logo undip ditaruh disini???memangnya ini kop surat???

Susunan abstrak yang baik terdiri dari:

latar belakang penulisan

metode penelitian atau penulisan (karena kalian bukan meneliti,namun hanya menyadur, maka disebutkan bahwa tulisan ini berisi referat dari berbagai sumber)

hasil dan kesimpulan

dalam abstrak sebaiknya tidak lagi menampilkan sumber!!!!!

Bab Pendahuluan umumnya berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah, ruang lingkup, maksud dan tujuan....tidak harus dicantumkan menjadi sub sub bab tersendiri, akan tetapi tertuang dalam paragraf2 di pendahuluan!!

Hasil dari apa???

sebelumnya ceritakan dengan runut ini hasil dari apa???penelitian???atau Cuma saduran???kemukakan dalam subbab tersendiri yakni metode penulisan

terjemahkan dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar!!!!

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???gambar yang tidak berguna, kecil dan tidak bisa dibaca (apalagi dipahami), untuk apa ditampilkan???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???gambar yang tidak berguna, kecil dan tidak bisa dibaca (apalagi dipahami), untuk apa ditampilkan???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???gambar yang tidak berguna, kecil dan tidak bisa dibaca (apalagi dipahami), untuk apa ditampilkan???

Gambar ini ada hubungan apa dengan paragraf sebelumnya???beri penjelasan yang bisa mengaitkan gambar ini dengan hal hal yg ditulis pada paragraf sebelumnya!!!sumbernya???gambar yang tidak berguna, kecil dan tidak bisa dibaca (apalagi dipahami), untuk apa ditampilkan???