retorika dakwah bi al-lisan kh. syarif rahmat ra, sq...

138
RETORIKA DAKWAH BI AL-LISAN KH. SYARIF RAHMAT RA, SQ DALAM PROGRAM DAMAI INDONESIAKU Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: SYEHAB BUDIYANTO NIM: 1110051000112 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • RETORIKA DAKWAH BI AL-LISAN KH. SYARIF RAHMAT RA, SQ

    DALAM PROGRAM DAMAI INDONESIAKU

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

    Sarjana Sosial (S. Sos)

    Oleh:

    SYEHAB BUDIYANTO

    NIM: 1110051000112

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1438 H / 2017

  • ABSTRAK

    Syehab Budiyanto 1110051000112

    Retorika Dakwah KH. Syarif Rahmat RA. SQ. Dalam Program Damai

    Indonesiaku

    Tugas dakwah merupakan suatu kewajiban yang diemban oleh setiap

    orang muslim, menyampaikan kebenaran yang ada dalam Al-Quran dan Hadist

    sudah menjadi konsekuensi seorang yang menganggap dirinya beriman, walaupun

    yang disampaikannya itu hanya satu ayat. Banyak da’i yang pandai berbicara

    sehingga pidato panjang lebar akan tetapi tidak memperoleh apa-apa kecuali

    kebosanan, hal ini di sebabkan pembicara banyak mempunyai bahan materi tetapi

    tidak mampu mengorganisasikannya. Dakwah akan di terima dengan baik oleh

    mad’u apabila penyampaianya seorang da’i dapat menggunakan retorika dengan

    baik salah satunya adalah KH. Syarif Rahmat RA, SQ. seorang da’i yang mampu

    menyuguhkan dakwahnya dengan retorika yang baik.

    Penyampaian pidato yang paling banyak dilakukan juru dakwah sekarang

    ini adalah dengan menggunakan ceramah atau disampaikan secara lisan, yakni

    melalui ceramah atau pidato dalam pengajian, kenyataan ini dapat dilihat dari desa

    maupun kota. Akan tetapi dakwah dengan menggunakan metode ceramah,

    haruslah disampaikan dengan cara-cara yang efektif sehingga dapat diterima oleh

    sasaran dakwah dan tidak terjadi kesalah pahaman dalam menerima isi dari pesan

    dakwah yang disampaikan untuk itu untuk mewujudkan hal tersebut maka juru

    dakwah dibutuhkan untuk menguasai retorika. Retorika adalah seni berbicara

    dihadapan masyarakat luas yang mana tujuan dari pengaplikasian terhadap

    dakwah ialah dapat merubah pola pikir masyarakat agar kembali pada jalan Allah.

    Jadi peran retorika dalam sebuah dakwah tidak dapat dipisahkan.

    Berangkat dari sinilah maka peneliti retorika da’i adalah suatu yang

    menarik, selanjutnya yang menambah penulis tertarik untuk mengajukan

    penelitian ini karena KH Syarif Rahmat RA,SQ. merupakan seorang kiai

    sekaligus muballigh yang tidak asing lagi dimasyarakat. Selain itu yang paling

    membedakan dari da’i lainnya adalah beliau selalu menggunakan blangkon dalam

    setiap berdakwah, hal inilah yang menjadi penerik tersendiri sehingga beliau

    disukai oleh banyak jamaah atau karena cara penyampaian beliau yang sesuai

    menurut kaidah retorika sehingga beliau banyak diminati.

    Dalam penelitian ini penulis terjun langsung pada peristiwa dimana data

    diperoleh dan dikumpulkan dari subjek, objek dan orang-orang yang

    bersangkutan. Subjek dalam penelitian ini adalah KH. Syarif Rahmat RA,SQ.

    kemudian yang dijadikan objek penelitian adalah retorika dakwah. Teori yang

    digunakan yaitu teori Jalaluddin Rakhmat, Sedangkan penelitian ini menggunakan

    pendekatan kualitatif deskriptif analisis. rumusan masalah yang ditinjau adalah

    jenis pidato, teknik penyampaian pidato yang terdiri dari pendekatan Informatif,

    persuasif, humor dan konsep pemiliharn materi dalam programn damai

    Indonesiaku.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hidarat Allah SWT,

    yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga berkat izin-

    Nya penulis mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini. Shalawat beserta

    salam selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih jauh dari sempurna

    baik dalam hal bentuk maupun isinya. Namun berkat bantuan serta dukungan dari

    berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,

    sepatutunya diberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi. Suparto M.Ed, Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang

    Akademik. Dr. Hj. Roudhanah MA, selaku Wakil Dekan Bidang

    Administrasi dan Suhaimi M. Si, selaku Dekan Bidang

    Kemahasiswaan.

    2. Drs. Masran MA, selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

    Islam dan Fathurokhmah SS, M.si, selaku Sekertaris Jurusan

    Komunikasi Penyiaran Islam.

    3. Prof. Dr. Murodi MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

    selalu memberikan masukan dan membantu penulis selama proses

    perkuliahan.

  • iii

    4. Rubiyanah, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus

    memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis serta nasehat-

    nasehat yang luar biasa yang semoga bermanfaat bagi penulis.

    5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

    sangat berkontribusi dalam memberikan banyak ilmu serta pengetahuan

    yang tiada terkira kepada penulis selama menjalani Studi di UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    6. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta serta sluruh straf dan kariawan yang telah

    melayani dan menyiapkan fasilitas titelatur, sampai penulis bisa

    menyelesaikan studi ini.

    7. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

    yang telah memfasilitasi penulis untuk mempelajari dan mencari bahan

    untuk menyelesaikan skripsi ini.

    8. Para pegawai/ staf Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang

    telah memberikan pelayanan yang prima kepada penulis.

    9. Kepada kedua orang tua penulis, ayahanda tercinta Ahmad Nurdin dan

    ibunda tercinta Evi Sofiah yang telah membesarkan dan merawat

    penulis dengan rasa cinta kasih dan sayang. Serta lantunan doa dan

    ridho yang tak pernah putus, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    10. Guru besar KH. Syarif Rahmat RA, SQ selaku Pemimpin Pon-Pes

    Ummul Qura, selaku ayah dan dan orang tua saya di pesantren.

  • iv

    11. Teman-teman KPI angkatan 2010, Khusunya teman-teman sekelas KPI

    D: Kurnia Prasetio, Abdullah Icshan Baihaqi, Abdurrahman, Agung

    Sulistiono Nugroho, Boby Gunawan, Enjang Zaki, Fahmi Hayatudin,

    Helmi Afandi, Sumantri, Maulana Fityan, Rahmat Hidayat, Zainun

    Najmi Hasmi dan tentunya teman-teman perempuan KPI D yang tidak

    dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya,

    penulis bangga menjadi bagian dari kalian. Tetap berjuang dan tetap

    semangat Semoga kita sama-sama bisa meraih kesuksesan.

    12. Keluarga besar Forum komunikasi Alumni Pesantren Ummul Qura

    Tangerang Selatan, Teman-teman KKN kompak, RNJ, BORJU, KPPA

    Nusantara dan PSHT Komisariat UIN Jakarta dan semua pihak yang

    telah membantu, memotivasi, dan memberikan masukan-masukan

    selama penulis kuliah dan dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa

    penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    study di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercinta ini.

    Jazakumullah khairal jaza. Penulis berharap semoga karya tulis ini

    bermanfaat bagi kita semua dan menambah setitik khazanah ilmu pengetahuan.

    Jakarta, 21 juni 2017

    Syehab Budiyanto

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ...................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................. 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6

    D. Metodologi Penelitian ........................................................ 7

    E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 10

    F. Sistematika Penulisan......................................................... 12

    BAB II LANDASAN TEORI RETORIKA DAKWAH

    A. Ruang Lingkup Retorik ...................................................... 14

    1. Pengertian Retorika ................................................... 14

    2. Lima Hukum Retorika ................................................ 18

    3. Jenis Dan Teknik ........................................................ 20

    4. Tujuan dan Fungsi Retorika ....................................... 27

    B. Ruang Lingkup Dakwah .................................................... 29

    1. Pengertian Dakwah ...................................................... 29

    2. Unsur-Unsur Dakwah................................................... 34

    3. Bentuk- Bentuk Dakwah .............................................. 50

    C. Hubungan Retorika dan Dakwah ....................................... 51

  • vi

    ABAB III PROFIL KH. SYARIF RAHMAT RA, SQ

    A. Riwayat Hidup KHR Syarif Syarif Rahmat RA, SQ, MA . 55

    B. Gambaran Umum Program Dama Indonesiaku ................. 56

    C. Pendidikan Formal, Non Formal dan Organisasi ............... 61

    1. Pendidikan Formal ....................................................... 61

    2. Pendidikan Non Formal ............................................... 62

    3. Organisasi ..................................................................... 64

    D. Prestasi Dan Karya Tulis .................................................... 64

    E. Aktifitas .............................................................................. 66

    BAB IV ANALISIS RETORIKA DAKWAH BI AL-LISAN KH.

    SYARIF RAHMAT RA, SQ DALAM PROGRAM DAMAI

    INDONESIAKU

    A. Data dakwah Bi Al-Lisan KH. Syarif Rahmat RA,SQ Dalam

    Program Damai Indonesiaku .............................................. 68

    B. Analisis Jenis dan Teknik Dakwah Bi Al-Lisan KH. Syarif

    Rahmat RA,SQ Dalam Program Damai Indonesiaku ........ 83

    C. Analisis Teknik Dakwah Bi Al-Lisan KH. Syarif Rahmat RA,SQ

    Dalam Program Damai Indonesiaku .................................. 87

    D. Konsep Pemilihan Materi Dakwah Bi Al-Lisan KH. Syarif

    Rahmat RA,SQ Dalam Program Damai Indonesiaku ........ 93

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................ 101

    B. Saran ................................................................................... 104

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100

    LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Da‟i atau pelaku dakwah adalah seseorang yang menyampaikan dan

    mengajarkan Islam serta berusaha untuk mewujudkan ajaran tersebut dalam

    kehidupan.1 Dakwah yang paling banyak dilakukan da‟i pada saat ini adalah

    melalui ceramah atau bil-lisan. Dakwah Bi Al-Lisan adalah suatu teknik atau

    metode dakwah yang praktis dan banyak diwarnai oleh karakteristik bicara

    seorang da‟i atau Muballigh pada waktu aktivitas dakwah, dakwah Bi Al-Lisan

    diartikan sebagai tata cara pengutaraan dan penyampaian dakwah di mana

    berdakwah lebih berorientasi pada berceramah, pidato, tatap muka dan

    sebagainya.

    Menyampaikan dakwah dengan diwarnai oleh karakteristik berbicara yang

    memakai retorika yang sempurna, sehingga mampu mempengaruhi para

    pendengar untuk mengikuti ajaran yang disampaikan. Kesemuanya ini menuntut

    agar para da‟i lebih arif dan bijaksana mengetahui siapa yang dihadapinya

    sehingga apa yang disampaikan dapat meningkatkan wawasan dan

    menyempurnakan akhlakul karimah.

    Karenanya kepandaian retorika seorang juru dakwah sangat dituntut, sebab

    dengan penguasaan retorika seorang da‟i dapat memotivasi pendengarnya menuju

    tingkah laku atau sikap yang sesuai dengan pesan dakwahnya. Rasulullah SAW

    1Dr. M. Tata Taufik, Dakwah Era Digital seri Komunikasi Islam, (Kuningan: Al-Ikhlash,

    2013), Cet. Ke-1, hal. 62

  • 2

    sendiri pernah berkata dalam berdakwahnya “Berbicaralah kepada manusia

    menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing, (HR. Muslim)2.

    Penyampaian dakwah yang dilakukan dengan cara tidak memperhatikan

    siapa pendengar yang dihadapinya, maka dapat mengakibatkan pesan dakwah

    yang disampaikan tidak mengenai sasaran dan akan menyebabkan keresahan umat

    serta kesalah pahaman maksud dan tujuan dari apa yang telah disampaikan.

    Dakwah akan diterima dengan baik apabila para da‟i mengetahui secara

    tepat kepada siapa dakwah itu di tunjukan, dikarenakan setiap manusia itu tidak

    sama, baik dari segi usia, tingkat kecerdasan dan status sosial dalam masyarakat.

    Semua itu menuntut agar penyeru dakwah arif dan bijaksana kepada siapa dan

    bagaimana ia harus menghadapi jamaah.3

    Menguasai materi saja belum cukup untuk meraih sukses dalam dunia

    pidato tanpa dibarengi dengan keindahan bahasa. Rangkaian kata dan susunan

    bahasa yang indah dan berirama dalam berpidato merupakan akar dalam retorika.

    Bung Tomo tokoh 10 November yang dikenal dengan Hari Pahlawan, Soekarno

    yang mampu membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk bangkit berjuang

    melawan penjajah Belanda dalam dalam meraih kemerdekaan dan Zainuddin MZ.

    julukannya adalah "Dai Sejuta Umat" karena dakwahnya yang dapat menyentuh

    seluruh lapisan masyarakat. Semua itu kalau kita kaji dan analisa tidak lain

    bersumber dari sebuah pidato serta keindahan bahasa yang mampu menggerakan

    hati manusia untuk melakukan apa yang orator ingini.

    2Fachrudin HS dan Irfan Fachruddin, Pilihan Sabda Rasulullah, (Jakarta: Bumi

    Aksara,1978), hal. 346 3M. Bahri Saputra, Buku Ajar Dakwah Lisan (Teknik Khithabah), (Fakultas Dakwah UNI

    Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), Cet. Ke-1, hal.2

  • 3

    Dalam buku Jalaluddin Rakhmat yang berjudul Retorika Modern

    Pendekatan Praktis Aristoteles menyebutkan ada tiga cara untuk mempengaruhi

    manusia. Pertama, Anda harus sanggup menunjukan kepada khalayak bahwa

    Anda memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status

    terhormat (ethos). Kedua, Anda harus menyentuh hati khalayak: perasaan, emosi,

    harapan, kebencian dan kasih sayang mereka (pathos). Kelak para ahli retorika

    modern menyebutnya imbauan emosional (emotional appeals). Ketiga, Anda

    meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai

    bukti. Di sini Anda mendekati khalayak lewat otaknya (logos) .4 Sehingga

    terciptalah dakwah yang komunikatif.

    Banyak da‟i pada saat ini yang tidak mampu membaca jamaah yang

    dihadapi sehingga menghadapi orang kota disamakan dengan menghadapi orang

    desa. Dan memberikan ceramah ditengah intelektual atau pelajar tidak

    dibedakannya dengan menghadapi orang awam, dikarenakan setiap manusia itu

    tidak sama, baik dari segi usia, tingkat kecerdasan dan status sosial dalam

    masyarakat. Dan banyak sekali orang yang pandai berbicara sehingga pidato

    panjang lebar, akan tetapi tidak memperoleh apa-apa selain kelelahan dan

    kebosanan, hal ini disebabkan pembicara banyak mempunyai bahan materi tetapi

    tidak mampu mengorganisasikannya. Oleh karena itu, bila seseorang mau menjadi

    4Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern, (Bandung: PT: Remaja Rosdakarya, 2014), cet.

    Ke-18, hal. 7

  • 4

    ahli pidato, maka perlu memperhatikan dan memahami tahap penyusunan pidato.5

    Penggunaan retorika dalam berpidato merupakan persuasi dari da‟i untuk

    meyakinkan mad‟u bahwa ajaran Islam sebagai pedoman hidup yang mampu

    menyelamatkan manusia untuk hidup di dunia dan akhirat. Retorika akan

    berpengaruh pada isi pesan dakwah yang disampaikan da‟i. Ekspresi komunikasi

    efektif da‟i dalam menyampaikan dakwah Islam akan dilihat dan didengar oleh

    mad‟u, sehingga mad‟u akan mengikuti apa yang disampaikan dan diharapkan

    da‟i.

    Pada saat ini para da‟i dalam berdakwah menggunakan metode pribadi yang

    dapat memberikan perhatian kepada masyarakat. Seiring dengan harapan

    kehadiran para da‟i di tengah masyarakat agar memberikan nuansa baru dalam

    berdakwah sehingga masyarakat dapat menerima dan mengamalkan apa

    disampaikan oleh para da‟i.

    Seorang da‟i dituntut untuk mampu menggunakan kata yang baik dan

    teratur sehingga pesan dakwah memiliki relevansi dalam kehidupan di masyarakat

    yang dapat dimengerti dan difahami oleh mad‟u mengenai pesan dakwah yang

    disampaikan. Walaupun ayat dan hadits yang digunakan oleh para da‟i memiliki

    kesamaan, namun mereka berbeda dalam menjelaskan ayat dan hadits tersebut,

    tergantung pada persiapan dan keilmuan da‟i. Maka retorika berfungsi sebagai

    ilmu yang membimbing untuk merancang kata agar tercapai tujuan dakwah.

    KH. Syarif Rahmat adalah seorang muballigh yang sudah dikenal luas oleh

    masarakat dalam dakwah dan sudah banyak diterima dikalangan masyarakat

    5Wahidin Saputra, Buku Ajar Dakwah Lisan (Teknik Khithabah), (Fakultas Dakwah UIN

    SYarif Hidayatullah Jakarta, 2006), Cet Ke-1, hal.1

  • 5

    nasional. Dan terbilang sukses dalam penyampaian dakwahnya, beliau tahu apa

    yang harus lakukan disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia sekarang,

    dari berbagai tantangan dakwah beliau terlihat bisa menghadapinya argumen kuat

    dan dengan gaya bahasanya yang tegas dan lugas sehingga pesan yang

    disampaikan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Beliau juga terkadang

    menggunakan media seni pula jadi semua kalangan bisa menerima, karena itulah,

    beliau seringkali tampil pada program Damai Indonesiaku yang secara rutin

    tayang di TV One setiap hari Sabtu dan Minggu, Program talk show Damai

    Indonesiaku merupakan salah satu program acara kerohanian bagi umat Islam

    yang sarat akan pesan dakwah, karena sifatnya sendiri komprehensif. Dan

    memiliki nuansa yang berbeda dibanding dengan program-program agama lain,

    yang memiliki program acara yang sama kaitannya dengan keagamaan. Acara

    membahas seputar permasalahan (problematika) yang paling banyak/ramai di

    perbicarakan dalam sepekan. Tentunya dengan dilihat dari sudut pandang agama

    Islam.

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik membahas permasalahan

    tersebut pada sebuah skripsi berjudul: “Retorika Dakwah Bi Al-Lisan KH.

    Syarif Rahmat RA, SQ dalam Program Acara Damai Indonesiaku”

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Peneliti sangat menyadari aktifitas dakwah beliau sangat padat, oleh

    karena itu tidak mungkin semua data mengenai dakwah yang disampaikan

    saat berdakwah penulis cantumkan pada skripsi ini. Oleh karena itu,

  • 6

    peneliti hanya memfokuskan kepada retorika dakwah KH. Syarif Rahmat

    RA, SQ dalam Program Acara Damai Indonesiaku tanggal 2 Januari 2016

    di Hotel Mabruk Anyer, Labuan Banten. 10 januari 2016 di Mabes AU

    Cilangkap, Jakarta Timur. 28 Februari 2016 di Pendopo Kasepuhan

    Keraton Girilaya, Cirebon, Jawa Barat. 14 februari 2016 di Masjid Istiqlal

    Jakarta Pusat. 2 November 2016 di Aula Djayoesman Korlantas Polri, Jl

    MT Haryono, Jakarta Selatan, 30 oktober 2016 di masjid Siti Raswani,

    Bekasi, 10 juni 2016 di Perguruan Bustanul Ulum, Pati, Jawa Tengah, 29

    oktober 2016 di Masjid Jami: Al Hidayah, Tebet Dalam III, Jakarta

    Selatan.

    2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah

    penelitian ini adalah :

    a. Apakah jenis Dakwah Bi Al-Lisan yang biasa digunakan oleh KH.

    Syarif Rahmat RA, SQ dalam Program dakwah Damai

    Indonesiaku?

    b. Bagaimana teknik penyampaian dakwah Bi Al-Lisan KH. Syarif

    Rahmat RA, SQ dalam Program Damai Indonesiaku?

    c. Bagaimana Konsep Pemilihan Materi Dakwah Bi Al-Lisan KH.

    Syarif Rahmat RA, SQ dalam Program Damai Indonesiaku?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    Mengacu pada pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka

  • 7

    penelitian dalam skripsi ini yaitu :

    a. Untuk mengetahui jenis pidato yang biasa digunakan oleh KH. Syarif

    Rahmat RA, SQ dalam Program dakwah Damai Indonesiaku.

    b. Untuk mengetahui teknik penyampaian KH. Syarif Rahmat RA, SQ

    dalam program dakwah damai Indonesiaku.

    c. Untuk mengetahui konsep pemilihan materi KH. Syarif Rahmat RA,

    SQ dalam Program dakwah Damai Indonesiaku.

    2. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian diantaranya :

    a. Manfaat Akademis

    Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi

    pengembangan penelitian melalui pendekatan Ilmu Komunikasi.

    Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan umumnya bagi yang

    lain yang terjun pada dunia dakwah. Yang berkaitan tentang retorika

    sebagai alat utama dalam menyiarkan agama Islam.

    b. Manfaat praktis

    Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah akan

    menjadi sebuah bahan tambahan bagi para da‟i untuk dapat

    menyampaikan dakwah Islam dengan cara yang efektif dan efisien

    dalam menyikapi perkebangan dakwah di Indonesia, Khususnya

    berkenaan dengan retorika dakwah KH. Syarif Rahmat RA, SQ

    dalam Program Acara Damai Indonesiaku.

  • 8

    D. Metodologi Penelitian

    1. Metode dan Pendekatan Penelitian

    Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam

    penelitian ini maka, penulis menggunakan metode Kualitatif Deskriptif

    Analisis, yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan.6

    Langkah pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi

    bahan utama. Langkah kedua, adalah membahas gagasan primer yang pada

    hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis terhadap gagasan yang

    dideskripsikan.7

    Bagdan dan Taylor dalam buku penelitian kualitatif mendefinisika

    “Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

    deskriftif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan

    perilaku yang dapat diamati”.8

    Dean J. Champion dalam bukunya mengatakan bahwa penelitian

    kualitatif adalah “Penelitian yang berfungsi untuk mendata atau

    mengelompokkan sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu

    bidang persoalan yang ada”.9

    Penulis mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis,

    faktual dan akurat mengenai factor-faktor, sifat, serta hubunga fenomena

    7Mastuhi, Antar Disiplin Ilmu, (Bandung: Dan Pusjarlit Nuansa, 1998). Cet. Ke-1, hal. 45.

    8Lexi J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosyada Karya, 1993) Cet. Ke-10, hal. 3

    9Lexi J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosyada Karya, 1993) Cet. Ke-10, hal. 186

  • 9

    yang diteliti.

    2. Subyek dan Obyek Penelitian

    Subyek penelitian ini adalah KH. Syarif Rahmat RA, SQ dan objek

    penelitian ini adalah Retorika Dakwah di Program Acara Damai

    Indonesiaku.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    a. Observasi

    Observasi adalah prngamatan atau pencatatan secara sistematis

    terhadap fenomena yang diselidiki.10

    Dengan demikian penulis

    mengamati, mengikuti kegiatan-kegiatan ceramah dan mencatat dengan

    sistemetis fenomena-fenomena yang diselidiki. Dengan metode ini

    penulis akan mengetahui langsung kegiatan dakwah KH. Syarif Rahmat

    RA, SQ guna mendapat data yang valid, sehingga data yang diperoleh

    dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.

    b. Wawancara

    Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang

    akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah

    tertentu, yang sesuai dengan data. Dalam mengumpulkan data-data

    dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengadakan

    wawancara langsung dengan KH. Syarif Rahmat RA, SQ. Teknik

    wawancara berbentuk, wawancara secara lisan. maksud wawancara ini

    adalah untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaan dan lain-lain.

    10

    Sutrisno Hadi, “Metodologi Research, “(Yogyakarta: Ardi Offset, 1992), cet ke-21 h.

    136.

  • 10

    Wawancara semacam ini dilakukan sedemikin rupa, sehingga yang

    diwawancarai berbicara, sedangkan pewawancara duduk mendengarkan

    dengan baik diselingi dengan sekali-kali mengajukan pertanyaan. Salain

    itu, wawancara, wawancara juga dilakukan kepada para jamaahnya

    (sebanyak lima orang) dengan tujuan memperoleh data dan fakta yang

    akurat tentang retorika dakwah KH. Syarif Rahmat RA, SQ.

    c. Dokumentasi

    Pengambilan dokumentasi berupa foto-foto, rekaman suara dan

    video yang dilakukan penulis pada saat penelitian.

    4. Analisis Data

    Analisis data merupakan proses penyederhanaan ke dalam tulisan

    yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.11

    Dalam penelitian ini

    penulis menggunakan analisa non statistic yaitu mengambil keputusan atau

    kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan data dari hasil

    penelitian dengan berwujud kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas.12

    E. Tinjauan Pustaka

    Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, maka langkah

    pertama adalah meninjau pustakaan serta menelaah skripsi-skripsi terdahulu

    yang mempunyai objek dan subjek yang hamper sama. Antara lain.

    1. Leiza Sixmansyah “Retorika Dakwah KH Muchammad Syarif Hidayat”,

    Skrpsi Fakutas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi Penyiaran

    Islam, tahun 2014. Skripsi ini membahas tentang penerapan Retorika

    11

    Masi Singarimbun, Sofian Effendi, “Metode Penelitian Survey,” (Jakarta: LP3 ES, 1989),

    Cet Ke-1, h. 263. 12

    Wardi Bachtiar, “Metode Penelitian Ilmu Dakwah, “(Jakarta: Logos, 1997), h. 27.

  • 11

    Dakwah KH. Muchammad Syarif Hidayat yang mana penerapannya

    menggunakan penerapan monologika. Sedangkan dalam skripsi ini penulis

    meneliti tentang jenis pidato yang di gunakan, konsep pemilihan materi

    dan teknik penyampaian dakwah KH. Syarif Rahmat RA, SQ. Dalam

    Program damai Indonesiaku.

    2. Ari Pratama Putra “Retorika Dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok”,

    Skripsi Fakutas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi Penyiaran

    Islam, tahun 2011. Skripsi ini membahas Retorika Dakwah KH. Ahmad

    Damanhuri di Depok yang mana retorika KH. Ahmad Damanhuri

    menggunakan pesan nonverbal berupa bahasa tubuh, gaya, penampilan

    sedangkan dalam skripsi ini penulis meneliti tentang jenis pidato yang di

    gunakan, konsep pemilihan materi dan teknik penyampaian dakwah KH.

    Syarif Rahmat RA, SQ. Dalam Program damai Indonesiaku.

    3. Syarifah Sa‟diah “Retorika dakwah KH. Habib ALI Alwi Bin Thahir”

    Skripsi Fakutas Dakwah dan Komunikasi, jurusan Komunikasi Penyiaran

    Islam, tahun 2007. Yang mana skripsi ini menjelaskan rumusan masalah

    tentang bagaimana pandangan KH. Habib ALI Alwi Bin Thahir dan

    retorika apa yang di pakai sedangkan dalam skripsi ini penulis meneliti

    tentang jenis pidato yang di gunakan, konsep pemilihan materi dan teknik

    penyampaian dakwah KH. Syarif Rahmat RA, SQ. Dalam Program damai

    Indonesiaku.

    Dalam penelitian sebelumnya memang membahas masalah retorika

    dakwah yang disampaikan, walaupun mengandung kategori retorika dakwah

  • 12

    namun penyampain para Mubaligh tersebut berbeda dalam retorika

    berdakwahnya.

    F. Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan

    Skripsi, Tesis, dan Disertasi, “UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan

    oleh CEQDA tahun 2017.

    Untuk Memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah

    penulisan skripsi ini, maka penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan

    yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut.

    BAB I. PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang

    masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

    penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

    BAB II. TINJAUAN TEORITIS. Bab ini memuat tentang tinjauan

    teoritis retorika, terdiri dari pengertian retorika, lima Hukum retorika, tujuan

    dan fungsi retorika dan manfaat. Tinjauan teoritis dakwah, yang terdiri dari

    pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah, bentuk-bentuk dakwah dan hubungan

    retorika dengan dakwah.

    BAB III. PROFIL KH SYARIF RAHMAT RA, SQ, MA. Bab ini

    memuat gambaran umum tentang biografi KH. Syarif Rahmat RA, SQ yang

    terdiri dari riwayat hidup, pendifdikan , organisasi, Prestasi, karya-karya dan

    aktifitas dakwah KH. Syarif Rahmat RA, SQ.

    BAB IV. RETORIKA DAKWAH BI AL-LISAN KHR SYARIF

  • 13

    RAHMAT RA, SQ, MA. Bab ini merupakan hasil dan analisis tentang

    rumusan masalah yang diantaranya memuat tentang, Jenis Dakwah Bi Al-

    Lisan, Konsep Pemilihan Materi dan Teknik Dakwah Bi Al-Lisan KH. Syarif

    Rahmat RA, SQ dalam program Damai Indonesiaku.

    BAB V. PENUTUP. Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

    DAFTAR PUSTAKAAN

    LAMPIRAN

  • 14

    BAB II

    LANDASAN TEORITIS RETORIKA DAN DAKWAH

    A. Ruang Lingkup Retorika

    1. Pengertian Retorika

    Kata „retorika‟ berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhetorikos. Artinya,

    kecakapan berpidato. Kata tersebut terkait dengan kata rhetor yang berarti

    pembaca publik, dan terkait dengan kata rhema, yang berarti perkataan.

    Sehingga secara etimologis, retorika bisa dikatakan sebagai kecakapan

    berpidato pembicara public yang terbiasa berkata-kata.13

    Retorika berarti seni untuk berbicara baik (Kunst, gut, zu reden atau

    Ars bene dicendi), yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan

    keterampilan teknis (ars, techne). Dewasa ini retorika diartikan sebagai

    kesenian untuk berbicara baik, yang dipergunakan dalam proses

    komunikasi antar manusia. Kesenian berbicara ini bukan hanya berarti

    berbicara lancar tanpa jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan

    suatu kemampuan untuk berbicara dan berpidato secara singkat, jelas,

    padat dan mengesankan. Retorika modern mencakup ingatan yang kuat

    daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengingkapan yang tepat dan

    daya pembuktian serta penilaian yang tepat.14

    13

    Maarif Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) Cet

    ke-1, hal. 1 14

    Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Trampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,

    Bernegosiasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2009) Cet ke-13, hlm. 14

  • 15

    Dengan demikian dapat dipahami bahwa maksud dari retorika adalah

    ilmu tentang seni berbicara untuk memikat perhatian pendengar dan

    meresapkan pesan-pesan ke dalam pikiran dan hati pendengar dengan

    menggunakan beberapa cara yaitu dengan pemakaian bahasa yang baik

    indah dan teratur, nada bicara yang menarikdengan selingan-selingan seni

    dan humor yang dapat memikat perhatian pendengar serta penyusunan dan

    bentuk pidato yang teratur dan sitematis.

    Retorika adalah bagian dari ilmu bahasa, khususnya ilmu bina bicara.

    Retorika sebagi bagian dari ilmu bicara ini mencakup:

    a. Monologika

    Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog,

    dimana hanya seorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang

    tergolong dalam monologika adalah pidato, kata sambutan, kuliah,

    ceramah, dan deklamasi.

    b. Diologika

    Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog,

    dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian

    dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dilogika yang penting

    adalah diskusi, Tanya jawab, perundingan, percakapan dan debat.

    c. Pembinaan Teknik Bicara

    Efektif monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik

    bicara. Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena

    itu pembinaan teknik bicara merupakan bagian yang penting

  • 16

    dalam retorika. Dalam bagian ini perhatian lebih diarahkan pada

    pembinaan teknik bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik

    membaca dan bercerita.15

    Adapun istilah retorika menurut beberapa para ahli berpendapat yaitu

    antara lain:

    1) Retorika menurut Aristoteles adalah retorika tidak lain daripada

    kemampuan untuk menentukan, dalam kejadian tertentu dan

    situasi tertentu, metode persuasi yang ada16

    2) Retorika menurut E. Young adalah adalah ilmu yang mengajarkan

    bagaimana kita menggarap masalah bicara, tutur kata secara

    heiristik, epistomologi untuk membina saling pengertian dan

    kerjasama.17

    3) Retorika menurut Donald C. Bryant adalah proses untuk

    menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan

    (adjusting ideas to people to ideas in messages of all kinds).18

    4) Retorika menurut Socrates adalah ilmu yang mempersoalkan

    tentang bagaimana mencari kebenaran dengan dialog sebagai

    15

    P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,

    Bernegoisasi (Yogyakarta: Kanisius, 1991) hal. 16-17 16 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern, hal. 7 17

    “Pengertian retorika menurut para ahli”. Diakses pada tanggal 26 desember 2016 dari

    http//www.pengertianahli.com/2013//11/pengertian-menrut-para-ahli.html 18

    Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,

    Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Cet Ke-1 hal. 43

  • 17

    tekniknya. Karena dialog kebenaran dapat timbul dengan

    sendirinya.19

    5) Retorika menurut Plato adalah kemampuan dalam

    mengaplikasikan bahasa lisan yang sempurna dan merupakan

    jalan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang luas

    dan sempurna.20

    6) Retorika menurut Gorys Kraf adalah suatu pemakaian bahasa

    sebagai seni baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada

    suatu pengetahuan yang tersusun rapi dan baik.21

    7) Retorika menurut I Gsti Ngurah Oka adalah ilmu yang

    mengajarkan tindakan dan penampilan kultur untuk membina

    saling pengertian, dan kerjasama serta kedamaian dalam

    kehidupan masyarakat.22

    Dengan demikian, penulis dapat memahami dan merangkum

    pengertian retorika dari berbagai pendapat adalah suatu pemakaian bahasa

    sebagai seni baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada suatu

    pengetahuan yang tersusun rapi dan baik juga untuk memperoleh

    pengetahuan yang luas dan sempurna untuk membangun kemampuan

    argumentasi berkomunikasi dalam medan pikiran dan menyesuaikan ide

    19

    “Pengertian retorika menurut para ahli”.

    http//www.pengertianahli.com/2013//11/pengertian-menrut-para-ahli.html 20

    “Pengertian retorika menurut para ahli”.

    http//www.pengertianahli.com/2013//11/pengertian-menrut-para-ahli.html 21

    MH. Israr, Retorika dan Dakwah Islam Era Modern, (Jakarta: CV Firdaus, 1993), cet

    ke 6, hal.10 22

    I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, (Bandung: Terate, 1976), Cet,

    ke-1, hal. 13

  • 18

    dengan orang dengan sistematis, logis dan efektif agar orang lain

    terpengaruh dan mau membina saling pengertian, kerjasama serta

    kedamaian dalam kehidupan masyarakat.

    2. Lima Hukum Retorika

    Di buku De Inventione, Marcus Tillius Cicero (106-43 SM)

    memperkenalkan lima buah hukum retorika: inventio, disposition,

    elocution, memoria, dan pronuntianto. Lima kaidah tersebut, selanjutnya,

    menjadi objek pelatihan retorika selama berabad-abad di Imperium

    Romawi hingga abad pertengahan. Hukum-hukum retorika itu merupakan

    sistem dan panduan untuk berpidato dan menulis, bahkan dianggap sebagai

    parameter penilai efektivitas retorika. Karena itu mengkajinya menjadi

    conditio sine qua non (syarat mutlak) pada kajian retorika.

    Berikut ini lima hukum retorika, diantaranya:

    a. Invention (penyusunan data retorika)

    Invention merupakan istilah retorika dari bahasa Latin yang di

    terjemahkan ke bahasa Inggris dengan istilah invention atau discovery.

    Artinya, pencarian.Yang dicari, dalam hal ini, adalah sarana untuk

    mendapatkan alasan dan bukti yang shahih untuk membujuk dalam

    beretorika.23

    b. Dispositio (penyusunan data retorika)

    Disposition merupakan hukum kedua dari retorika Cicero yang berisi

    tentang tata cara mengatur argument bahan pidato/tulisan, supaya

    23

    Maarif Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, hal-57

  • 19

    tertera rapih dan mudah diutarakan secara efektif. Hukum kedua ini

    kelanjutan dari hukum pertama: invention. Sementara inventio

    merupakan momen pencarian materi pembicaraan/penulisan,

    disposition adalah saat menata materi tersebut.24

    c. Elocution (komunikasi publik)

    Elocution merupakan hukum ketiga retorika setelah inventio dan

    dispositio. Dalam invention, data untuk pidato/tulisan dicari hingga

    didapat. Setelah didapat, data tersebut disusun di momen disposition

    hingga tersisa pertanyaan bagaimana menyampaikannya? Elocutio

    menjawab pertanyaan tersebut dengan memaparkan gaya komunikasi

    publik.25

    Atau pengungkapan atau penyajian gagasan dalam bahasa

    yang sesuai, yang meliputi komposisi bahasa, kerapian, kemahiran,

    ketajaman, kesopanan,, kemegahan, dan hiasan pikiran.

    d. Memoria (teknik menghafal dalam retorika)

    Memoria merupakan senjata orator yang mengingat apa yang di

    hendak disampaikan. Ingatan itu penting terutama dalam orasi tanpa

    teks. Orator minimal perlu mengingat poin-poin yang hendak

    disampaikan berikut argumentasinya. Tanpa ingatan yang baik, orator

    tanpa teks tidak dapat berbicara dengan lancer, tentu saja menjadi

    tidak menari, dan tidak dapat membujuk pendengarnya. Karena itu,

    24

    Maarif Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, hal-69 25

    Maarif Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, hal-89

  • 20

    hal ihwal tentang ingatan berikut cara mengingat yang baik menjadi

    sesuatu yang fital dalam retorika.26

    e. Pronuntiato (teknik penyampaian pidato)

    Pronuntiatio (chironamia/delivery) adalah bagian kelima dari seni

    retorika yang berisi cara menyampaikan pidato yang baik. Dalam

    catatan Gilbert Austin di buku Chironomia: A Treatise on Rhetorical

    Delivery disebutkan bahwa mengemukakan pidato yang

    baiksedikitnya memerlukan tiga hal: pengaturan suara (voice),

    ekspresi raut muka (countenance) dan gerak tubuh (gesture)

    setepatnya.27

    3. Jenis dan Teknik Pidato

    a. Jenis Pidato

    Seorang da‟i memiliki varian tersendiri dalam menyampaikan pidato,

    ada yang memilih jenis pidato dengan menyampaikan langsung ada yang

    terlebih dahulu menuliskan poin-poinnya atau membacakan pidatonya.

    Untuk itu dalam berpidato seorang da‟i biasanya mempunyai ciri tersendiri

    dalam berpidato yang terlihat dari jenis pidato yang biasa disampaikan.

    Sebagaimana yang dipaparkan dalam buku Retorika Modern

    Pendekatan Praktis karangan Jalaluddin Rakhmat menerangkan bahwa

    jenis pidato terbagi menjadi empat bagian yaitu:

    26

    Maarif Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, hal-105 27

    Maarif Zainul, Retorika Metode Komunikasi Publik, hal-115

  • 21

    1. Impromtu

    Bila Anda menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk

    menyampaikan pidato, pidato yang anda lakukan disebut

    impromtu. Bagi juru pidato yang berpengalaman, impromtu

    memiliki beberapa keuntungan: (1) Impromtu lebih dapat

    mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena

    pembicara tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang

    disampaikannya, (2) gagasan dan pendapatnya datang secara

    spontan, sehingga tampak segar dan hidup, (3) Impromtu

    memungkinkan Anda terus berfikir.

    Kerugiannya dapat melenyapkan keuntungan-keuntungan di atas,

    lebih-lebih bagi pembicara yang masih “hijau”: (1) Impromtu dapat

    menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan

    yang tidak memadai, (2) Impromtu mengakibatkan penyampaian

    yang tersendat-sendat dan tidak lancer, (3) gagasan yang

    disampaikan bisa “acak-acakan” dan ngawur, (4) karena tiadanya

    persiapan, kemungkinan “demam panggung” besar sekali.

    Impromtu sebaiknya dihindari, tetapi bila terpaksa hal-hal berikut

    dapat dijadikan pegangan:

    a. Pikirkan lebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.

    Misalnya: cerita, hubungan dengan pidato sebelumnya,

    bandingan, Ilustrasi dan sebagainya.

  • 22

    b. Tentukan sistem organisasi pesan. Misanya: susunan

    kronologis, teknik “pemecahan soal”, kerangka sosial-

    ekonomi-politik, hubungan teori dan praktek.

    c. Pikirkan teknik menutup pidato yang mengesankan.

    Kesukaran menutup pidato biasanya merepotkan pembicara

    impromtu.28

    2. Manuskrip

    Pidato manuskrip ini disebut juga pidato dengan naskah. Juru

    pidato membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Di sini

    tidak berlaku istilah “menyampaikan pidato”, tetapi” membacakan

    pidato”. Manuskrip diperlukan oleh nasional, sebab kesalahan kata

    saja dapat menimbulkan kekacauan dan berakibat jelek bagi

    pembicara. Manuskrip juga dilakukan oleh ilmuan yang

    melaporkan hasil penelitiannya dalam pertemuan ilmiah. Pidato

    radio dapat menggunakan manuskrip tanpa kelihatan oleh

    pendengarnya.

    tentu saja bukan jenis pidato yang baik walaupun memiliki

    keuntungan-keuntungan sebagai berikut: (1) kata-kata dipilih

    sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan

    pernyataan yang gamblang, (2) pernyataan dapat dihemat, karena

    manuskrip dapat disusun kembali, (3) kefasihan bicara dapat

    dicapai, karena kata-kata sudah disiapkan, (4) hal-hal yang ngawur

    28 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, hal. 17

  • 23

    atau menyimpang dapat dihindari, (5) manuskrip dapat diterbitkan

    atau diperbanyak.

    Ditinjau dari proses komunikasi kerugiannya cukup berat: (1)

    komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak

    berbicara langsung kepada kepada mereka, (2) pembicara tidak

    dapat melihat pendengar dengan baik, sehingga akan kehilangan

    gerak dan bersifat kaku, (3) umpan balik dari pendengar tidak

    dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan, (4)

    perbuatannya lebih lama dan sekedar menyiapkan garis-garis

    besarnya (outline) saja.

    Untuk mengurangi kekurangan-kekurangan di atas, beberapa

    petunjuk dapat diterapkan dalam penyususnan dan penyampaian

    manuskrip:

    a. Susunlah labih dahulu garis-garis besarnya dan siapkan

    bahan-bahannya.

    b. Tulislah manuskrip seakan-akan Anda bicara. Gunakan

    gaya percakapan yang lebih informal dan langsung.

    c. Baca naskah itu berkali-kali sambil sambil membayangkan

    pendengar.

    d. Hafalkan sekadarnya sehingga Anda dapat lebih sering

    melihat pendengar.

  • 24

    e. Siapkan manuskrip dengan ketikan besar, tiga spasi dan

    batas pinggir yang luas.29

    3. Pidato Memoriter

    Pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Seperti

    manuskrip, memoriter memungkinkan ungkapan yang tepat,

    organisasi yang berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan

    isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan

    sudah tetap, maka tidaj terjalin saling hubungan antara pesan

    dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu

    dalampersiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata

    kepada usaha mengingat-ingat. Bahaya terbesar timbul bila satu

    kata atau lebih hilang dari ingatan. Seperti penulisan manuskrip,

    maka naskah memoriter pun harus ditulis dengan gaya ucapan.30

    4. Ekstempore

    Ekstempore adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering

    dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah dipersiapkan

    sebelumnya berupa out-line (garis besar) dan pokok-pokok

    penunjang pembahasan (supporting points). Tetapi pembicara tidak

    berusaha mengingatnya kata demi kata. Out-line itu hanya

    merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam

    pikiran kita. Keuntungan ekstempore ialah komunikasi pendengar

    dengan pembicara lebih baik karena pembicara berbicara langsung

    29 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, hal. 18 30 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, hal. 19

  • 25

    kepada khalayak, pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan

    kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan. Bagi pembicara yang

    belum ahli, kerugian-kerugian berikut ini dapat timbul: persiapan

    kurang baik bila dibuat terburu-buru, pemilihan bahasa yang jelek,

    kefasihan yang terhambat karena kesukaran memilih kata dengan

    segera, kemungkinan menyimpang dari out-line, dan tentu saja

    tidak dapat dijadikan bahan penerbitan. Beberapa kekurangan

    ekstempore yang disebut belakangan sebenarnya dengan mudah

    dapat diatasi melalui latihan-latihan yang intensif.31

    b. Teknik Pidato

    Teknik pidato terbagi menjadi:

    1. Informatif

    Seperti ditunjukan namanya, bertuajuan untuk menyampaikan

    informasi. Khalayak diharapkan mengetahui, mengerti, dan

    menerima informasi itu. Ehninger, Monroe, dan Gronbeck

    menyebut tiga macam pidato informatif (dalam buku mereka,

    yang sering kita kutip, Principles and Type of Speech): (1) Oral

    report (laporan lisan): laporan ilmiah, laporan panitia, laporan

    tahunan, laporan proyek, dan sebagainya; (2) Oral instruction

    (pengajaran): guru yang menjelaskan pelajaran, atasan yang

    menerangkan pekerjaan, atau pemimpin yang membagi tugas

    kepada bawahannya; (3) Informative Lectures (kuliah):

    31 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, hal. 19

  • 26

    ceramah umum, presentasi di depan peserta konfrensi,

    penyajian makalah, pengajian.

    Apa pun jenisnya, pidato informatif merupakan upaya untuk

    menanamkan pengertian. Karena itu, secara keseluruhan,

    pidato informatif harus jelas, logis, dan sistematis. Khalayak

    sulit memahami pesan yang abstrak, meloncat-loncat, dan

    kacau.32

    2. Persuasif

    Tujuan akhir pidato persuasif ialah mempengaruhi manusia.

    Retorika sering juga disebut seni persuasi, dan persuasi adalah

    proses mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang

    dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang

    tersebut bertindak seperti atas kehendak seperti atas

    kehendaksnya sendiri, pendapat, sikap dan tindakan adalah

    fenomena kepribadian, karena itu seorang orator (ahli pidato)

    perlu mengetahui factor-faktor yang menentukan kepribadian

    manusia.33

    3. Rekreatif

    Alan H. Monroe menyebutnya “the speech to entertain”, pidato

    untuk menghibur. Anda berbicara tidak untuk menyampaikan

    informasi, tidak pula untuk mempengaruhi. Tujuna anda

    hanyalah menggembirakan, melepaskan ketegangan,

    32 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, hal. 89 33 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, hal. 102

  • 27

    menggairahkan suasana, atau sekedar memberikan selingan

    yang enak setelah rangkaian acara yang melelahkan. Pidato

    rekreatif tidak selalu harus melucu. Anda dapat menceritakan

    pengalaman yang luar biasa, eksotik, aneh tetapi nyata. Selama

    anda menyampaikan hal-hal yang menarik perhatian

    pendengar, mengendurkan saraf mereka, atau membuat mereka

    santai. Anda sedang menyampaikan pidato rekreatif.34

    4. Tujuan dan Fungsi Retorika

    a. Tujuan Retorika

    Secara retorika tujuan berbicara kepada massa itu dapat dijelaskan

    sebagai berikut :

    1. To inform, yaitu membiarkan penerangan dan pengertian kepada

    massa, guna memberikan penerangan yang mampu menamkan

    pengertian dengan sebaik-baiknya.

    2. To convine, yaitu meyakinkan atau menginsyafkan.

    3. To inspire, menimbulkan inspirasi dengan teknik dan system

    penyampain yang baik dan bijkasana.

    4. To entertain, yaitu menggembirakan, menghibur atau

    menyenangkan dan memuaskan.

    5. To ectuate (to put into action), yaitu menggerakkan dan

    mengarahkan mereka untuk bertindak merealisasi dan

    34

    Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, hal. 125

  • 28

    melaksanakan ide yang telah di komunikasikan oleh orator di

    hadapan massa.35

    b. Fungsi Retorika

    I Gusti Ngurah Oka menjelaskan bahwa retorika adalah untuk:

    1) Menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama

    dalam hubungan kegiatan bertuturnya, termasuk kedalam

    gambaran ini antara lain gambaran proses kejiwaannya ketika ia

    terdorong untuk bertutur ketika ia mengidentifikasi pokok

    persoalan dan retorika bertutur ditampilkan.

    2) Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda

    yang biasa diangkat menjadi topik tutur. Misalnya saja gambaran

    tentang hakikatnya, strukturnya, fungsi dan sebagainya.

    3) Mengemukakan gambaran terperinci tentang masalah tutur

    misalnya dikemukakan gambaran tentang hakikatnya, strukturnya,

    bagian-bagianya dan sebagainya.

    4) Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut

    diatas disiapkan pula bimbingan tentang:

    a) Cara-cara memilih topic

    b) Cara-cara memandang dan menganalisa topic untuk

    menentukan saran ulasan yang persuasive objective.

    c) Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dengan tujuan yang

    hendak dicapai

    35

    T,A Lathief Rosydy, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, (Medan: PT.

    Firma Rinbow, 1939) Cet ke-1 hal. 234-235

  • 29

    d) Pemilihan materi bahasan serta penyusunan menjadi kalimat-

    kalimat yang padu, utuh, mantap dan bervariasi.

    e) Pemilihan gaya bahasa dan gaya tutur dalam penampilan.36

    B. Ruang Lingkup Dakwah

    1. Pengertian Dakwah

    Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu da‟a, yad‟u,

    da‟wan, du‟a, yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memenggil,

    seruan, permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang

    sama dengan istilah-istilah tablig, amr ma‟ruf dan nahi munkar,

    mau‟idzhoh hasanah, tabsyir, indzhar, washiyah, tarbiyah, ta‟lim, dan

    khotbah.37

    Istilah dakwah dalam Al-Qur‟an diungkapkan dalam bentuk fi‟il

    maupun mashdar sebanyak lebih dari seratus kata. Al-Qur‟an

    mengkhususkan kata dakwah untuk mengajak kepada kebaikan yang

    disertai dengan risiko masing-masing pilihan. Dalam Al-Qur‟an, dakwah

    dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 klai dalam arti

    mengajak kepada islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak ke neraka atau

    kejahatan. Di samping itu, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan

    istilah dakwah dalam konteks yang berbeda.38

    Terlepas dari beragamnya makna istilah ini, pemakaian kata dakwah

    dalam masyarakat islam, terutama di Indonesia, adalah sesuatu yang tidak

    36

    I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, Cet ke-1, hal. 65 37 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media

    Group, 2006), cet. Ke-4, hal 17 38

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 17

  • 30

    asing. Arti dari kata dakwah yang dimaksudkan adalah “seruan” dan

    “ajakan”. Kalau kata dakwah diberi arti “seruan”, maka yang dimaksudkan

    adalah seruan kepada islam atau seruan islam. Demikian juga halnya kalau

    diberi arti “ajakan”, maka yang dimaksud adalah ajakan kepada islam atau

    ajakan islam. Kecuali itu, “islam” sebagai agama disebut “agama dakwah”,

    maksudnya agama yang disebar luaskan dengan cara damai, tidak lewat

    kekerasan.

    Setelah mendata seluruh kata dakwah dapat didefinisikan bahwa

    dakwah islam adalah kegiatan mengajak, mendorong, dalam memotivasi

    orang lain berdasarkan bashirah untuk meniti jalan Allah dan

    istiqomahdijalan Nya serta berjuang bersama meninggikan agama Allah.

    Kata “mengajak, mendorong, dan memotivasi” adalah kegiatan

    dakwah yang berada dalam ruang lingkup tabligh. Kata “bashirah” untuk

    menunjukkan bahwa dakwah harus dengan ilmu dan perencanaan yang

    baik. Kalimat “meniti jalan Allah” untuk menunjukan tujuan dakwah,

    yaitu mardhotillah. Kalimat “istiqomah dijalan-Nya” untuk menunjukan

    bahwa dakwah dilakukan secara berkesinambungan. Sedangkan kalimat

    “berjuang bersama meninggikan agama Allah” untuk menunjukkan bahwa

    dakwah bukan hanya untuk menciptakan kesalehan social. Untuk

    mewujudkan masyarakat yang saleh tidak bisa dilakukan secara sendiri-

    sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama.39

    39 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 19

  • 31

    Pada tataran praktik dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga

    unsur, yaitu: penyampaian pesan, informasi yang disampaikan, dan

    penerimaan pesan. Namun dakwah yang mengandung pengertian yang

    luas dari istilah-istilah tersebut, karena istilah dakwah mengandung makna

    sebagai aktifitas menyampaikan ajaran islam, menyuruh berbuat baik dan

    mencegah perbuatan mungkar, serta memberi kabar gembira dan

    peringatan bagi manusia.

    Oleh karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari

    aspek positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan

    keselamatan dunia akhirat. Sementara itu, para ulama memberikan definisi

    yang bervariasi, antara lain:

    a. Ali Makhfudh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin”

    mengatakan, dakwah adalah mendorong manusia berbuat

    kebajikan dan mengikuti petunjuk [agama], menyeru

    mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari

    perbuatan mungkar agar memperoleh kebahagiaan dunia

    dan akhirat.

    b. Muhammad Khidr Husain dalam bukunya “al-dakwah ila

    al Ishlah” mengatakan, dakwah adalah upaya untuk

    memotivasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan

    petunjuk, dan melakukan amr ma‟ruf nahi munkar dengan

  • 32

    tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia

    dan di akhirat.40

    c. Ahmad Ghalwasy dalam bukunya “ad Dakwah al

    Islamiyyah” mengatakan bahwa, ilmu dakwah adalah

    ilmu yang dipakai untuk mengetahui sebagai seni

    menyampaikan kandungan ajaran islam, baik iyi akidah,

    syariat, maupun akhlak.

    d. Nasrudin Latif meyatakan, bahwa dakwah adalah setiap

    usaha aktivitas dengan lisan yang bersifat menyeru,

    mengajak, memenggil manusia lainnya untuk beriman dan

    mentaati Allah SWT. Sesuai dengan garis-garis akidah

    dan syariat serta akhlak islamiyah.

    e. Toha Yahya Omar mengatakan bahwa, dakwah adalah

    mengajak manusia dengan cara bijak sana kepada jalan

    yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk

    kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di

    akhirat.

    f. Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah

    mengajak dan menggerakan manusia agar menaati ajaran-

    ajaran Allah [islam] termasuk amr ma‟ruf nahi munkar

    untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

    40 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 20

  • 33

    g. Quraish Shihab mendefinisikannya sebagai serauan atau

    ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi

    yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik dan

    sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat.41

    Betapa pun definisi-definisi di atas terlihat dengan redaksi yang

    berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan

    aktifitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun

    masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.

    Lebih dari itu, istilah dakwah mencakup pengertian natara lain:

    a) Dakwah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat

    menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk

    mengamalkan ajaran islam.

    b) Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran islam yang

    dilakukan secara sadar dan sengaja.

    c) Dakwah adalaha suatu aktivitas yang pelaksanaannya bisa

    dilakukan dengan berbagai cara atau metode.

    d) Dakwah adalah kegiatan yang direncanakan dengan tujuan

    mencari kebahagiaan hidup dengan dasar keridhaan Allah.

    e) Dakwah adalah usaha peningkatan pemahaman keagamaan

    untuk mengubah pandangan hidup, sikap bathin dan perilaku

    umat yang tidak sesuai ajaran islam menjadi sesuai dengan

    41

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 20

  • 34

    tuntutan syariat untuk memperoleh kebahagiaan hidup di

    dunia dan di akhirat.42

    2. Unsur-unsur Dakwah

    Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat

    dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah:

    a) Subjek Dakwah (da‟i)

    Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan,tulisan,

    maupun perbuatan yang dilakukan baik secaraindividu, kelompok,

    atau lewat organisasi/ lembaga.43

    Secara umum kata da‟i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh

    (orang yang menyampaikan ajaran islam), namun sebenarnya

    sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat

    cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan

    ajaran islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib

    (orang yang berkhotbah), dan sebagainya. Siapa saja yang

    menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi

    seorang da‟i, dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata

    dan kokoh. Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui

    kandungan dakwah baik dari sisi akidah, syariah, maupun dari

    akhlak. Berkaitan dengan hal-hal yang memerlukan ilmu dan

    42

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 21 43

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 22

  • 35

    keterampilan khusus, maka kewajiban berdakwah dibebankan

    kepada orang-orang tertentu.

    Nasaruddin Lathief mendefinisikan bahwa da‟i adalah muslim dan

    muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok

    bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah wa‟ad, mubaligh

    mustama‟in (juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberi

    pengajaran, dan pelajaran agama islam.44

    Da‟i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang

    Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan

    dakwah untuk memberkan solusi, terhadap problem yang dihadapi

    manusia, juga metode-metode yang dihadirkannya untuk

    menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan

    tidak melenceng.

    b) Objek (Mad‟u)

    Mad‟u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia

    penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai

    kelompok, baik manusia yang beragama Islam atau tidak; atau

    dengan kata lain, manusia secara keseluruhan. Kepada manusia

    yang belum beragama Islam, dakwah bertujuan untuk mengajak

    mereka untuk mengikuti agama Islam; sedangkan kepada orang-

    orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan meningkatkan

    kualitas iman, Islam, dan ihsan.

    44

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 22

  • 36

    Muhammad Abduh membagi mad‟u menjadi tiga golongan, yaitu:

    1) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat

    berpikir kritis dan cepat dapat menangkap persoalan.

    2) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat

    berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum menangkap

    pengertian-pengertian yang tinggi.

    3) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut,

    mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas

    tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara

    mendalam.45

    c. Maddah (Materi) Dakwah

    Maddah dakwah adalah isi pesan atau meteri yang disampaikan

    da‟i kepada mad‟u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi

    maddah dakwah adalah ajaran islam itu sendiri.

    Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat

    masalah pokok, yaitu:

    1) Masalah Aqidah (keimanan)

    Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah aqidah

    islamiyah. Aspek aqidah ini yang akan membentuk moral

    (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan

    materi dalam dakwah Islam adalah masalah aqidah atau

    keimanan. Aqidah yang menjadi materi utama dakwah ini

    45

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 24

  • 37

    mempuyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kepercayaan

    agama lain, yaitu:

    a) Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan

    demikian, seorang muslim harus selalu jelas identitasnya dan

    bersedia mengakui identitas keagamaan orang lain.

    b) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan

    bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam, bukan tuhan

    kelompok atau bangsa tertentu. Dan soal kemanusiaan juga

    diperkenalkan kesatuan asal usul manusia. Seluruh ajaran

    aqidah baik soal ketuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib

    sangat mudah untuk dipahami.

    c) Ketahanan antara iman dan islam atau antara iman dan amal

    perbuatan. Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan

    manifestasi dari iman dipadukan dengan segi-segi

    pengembangan diri dan kepribadian seseorang dengan

    kemaslahatan masyarakat yang menuju pada

    kesejahteraannya. Karena aqidah memiliki keterlibatan

    dengan soal-soal kemasyarakatan.46

    Keyakinan demikian yang oleh Al-Qur‟an disebut dengan

    iman. Iman merupakan esensi dalam ajaran islam. Iman juga

    erat kaitannya antara akal dan wahyu. Dalam Al-Qur‟an

    istilah iman tampil dalam berbagai variasinya sebanyak

    46

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 25

  • 38

    kurang lebih 244 kali. Yang palin sering adalah melalui

    ungkapan. “wahai orang-orang yang beriman,” yaitu 55 kali.

    Meski istilah ini ditunjukan kepada para pengikut Nabi

    Muhammad SAW, 11 diantaranya merujuk kepada para

    pengikut Nabi Musa dan pengikutnya, dan 22 kali kepada

    para Nabi lain dan para pengikut mereka, orang yang

    memiliki iman yang benar (haqiqiy) itu akan cenderung

    untuk berbuat baik, karena ia mengetahui bahwa

    perbuatannya itu adalah baik dan akan menjauhi perbuatan

    jahat, karena ia tahu perbuatan jahat itu akan berkonsekuensi

    pada hal-hal yang buruk. Dan iman haqiqiy itu sendiri dari

    atas amal saleh, karena mendorong untuk

    melakukanperbuatan yang nyata. Posisi iman inilah yang

    berkaitan dengan dakwah Islam dimana amr ma‟ruf nahi

    munkar dikembangkan yang kemudian menjadi tujuan utama

    dari suatu proses dakwah.

    2) Masalah Syariah

    Hukum atau syaria sering disebut sebagai cermin peradaban

    dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan

    sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam

    hokum-hukumnya. Pelaksanaan syariah merupakan sumber

    yang melahirkan peradaban Islam, yang melestarikan dan

  • 39

    melindunginya dalam sejarah. Syariah inilah yang akan selalu

    menjadi kekuatan peradaban dikalangan kaum muslim.47

    Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat kuat dan

    mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak

    terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru

    dunia, dan sekaligur merupakan hal yang patut dibanggakan.

    Kelebihan dari materi syariah Islam antara lain, adalah bahwa ia

    tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat

    universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan non

    muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya

    materi syariah ini, maka tatanan system dunia akan teratur dan

    sempurna.

    Di samping mengandung dan mencakup kemaslahatan social

    dan moral, maka materi dakwah dalam bidang syariah ini

    dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar,

    pandangan yang jernih, dan kejadian secara cermat terhadap

    hujjah atau dalil-dalil dalam melihat setiap persoalan pembruan,

    sehingga umat tidak terperosok kedalam kejelekan, karena yang

    diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan. Kesalahan dalam

    meletakan posisi yang benar dan seimbang di antara beban

    syarian sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Islam, maka

    47

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 26

  • 40

    akan menimbulkan sesuatu yang membahayakan terhadap

    agama dan kehidupan.48

    Syariah islam mengembangkan hukum bersifat komprehensif

    yang meliputi segenap kehidupan manusiakelengkapan ini

    mengalir dari konsepsi Islam tentang kehidupan manusia yang

    diciptakan untuk memenuhi ketentuan yang membentuk

    kehendak Ilahi. Materi dakwah yang menyajikan unsur syariat

    harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang

    jelas di bidang hokum yang bersifat wajib, mubbah

    (dibolehkan), dianjurkan (mandub), makruh (dianjurkan supaya

    tidak dilakukan), haram (dilarang).

    3) Masalah Mu‟amalah

    Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu‟amalah

    lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak

    memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek

    kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh

    bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam

    mu‟amalah di sini, di artikan sebagai ibadah yang mencakup

    hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah

    SWT.

    Cakupan aspek mu‟amalah jauh lebih luas daripada. Statement

    ini dapat dipahami dengan alasan:

    48

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 27

  • 41

    a) Dalam Al-Qur‟an dan al-Hadits mencakup proporsi terbesar

    sumber hukum yang barkaitan dengan urusan mu‟amalah.

    b) Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi

    ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat

    perorangan. Jika urusan ibadah dilakukan tidak sempurna

    atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka

    kafarat-nya (tebusannya) adalah melakukan sesuatu yang

    berhubungan dengan mu‟amalah. Sebaiknya, jika orang tidak

    baik dalam urusan mu‟amalah, maka urusan ibadah tidak

    dapat menutupinya.

    c) Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan

    mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah.

    4) Masalah Akhlak

    Secara etimologis, kata ahklaq berasal dari bahasa Arab, jamak

    dari “Khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, dan

    tingkah laku atau tabiat. Kalimat-kalimat tersebut memiliki segi-

    segi persamaan dengan perkataan “Khalqun” yang berarti

    kejadian, serta erat hubungannya dengan Khaliq yang berarti

    pencipta, dan “makhluq” yang berarti yang diciptakan.49

    Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan

    dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang

    memengaruhi perilaku manusia. Ilmu akhlak bagi Al-Farabi,

    49

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 28

  • 42

    tidak lain dari bahasan tentang keutamaan-keutamaan yang

    dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang

    tertinggi, yaitu kebahagiaan, dan tentang berbagai kejahatan atau

    kekurangan yang dapat merintangi usaha pencapaian tujuan

    tersebut.

    Kebahagiaan dapat dicapai melalaui upaya terus menerus dalam

    mengamalkan perbuatan terpuji berdasarkan kesadaran dan

    kemauan. Siapa yang mendambakan kebhagiaan, maka ia harus

    berusaha secara terus menerus menumbuhkan sifat-sifat baik

    yang terdapat dalam jiwa potensial, dan dengan demikian, sifat-

    sifat baik itu akan tumbuh dan berurat berakar secara actual

    dalam jiwa. Selanjutnya Al-Faribi berpendapat bahwa latihan

    adalah unsur yang terpenting untuk memperoleh akhlak yang

    terpuji atau tercela, dan dengan latihan secara terus-menerus

    terwujudlah kebiasaan.

    Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam Islam

    pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang

    merupakan ekspresi dari kondisi kejiwaannya. Akhlak dalam

    Islam bukanlah norma ideal yang tidak dapat

    diimplementasikan, dan bukan pula sekumpulan etika yang

    terlepas dari kebaikan norma sejati. Dengan demikian, yang

    menjadi materi akhlak dalam Islam adalah mengenai sifat dan

    kriteria perbuatan manusia serta bebagai kewajiban yang harus

  • 43

    dipenuhinya. Karena semua manusia harus

    bertanggungjawabkan setiap perbuatannya, maka Islam

    mengajarkan kriteria perbuatan dan kewajiban yang

    mendatangkan kebahagiaan, bukan siksaan. Bertolak dari

    prinsip perbuatan manusia ini, maka materi akhlak membahas

    tentang norma luhur yang harus menjadi jiwa dari perbuatan

    manusia, serta tentang etika atau tata cara yang harus

    dipraktekan dalam perbuatan manusia sesuai dengan jenis

    sasaranya.50

    Dalam rangka mewujudkan kesempurnaan martabat manusia

    dan membangun sebuah tatanan hidup bermasyarakat yang

    harmonis, maka harus ada aturan legal formal yang terkandung

    dalam syariat dan ajaran etis moral yang terkandung dalam

    akhlak. Oleh karna itu, bidang (domain) akhlak Islam memiliki

    cakupan yang sangat luas dan memiliki objek yag laus juga.

    Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik dengan ukuran

    yang bersumber pada Allah SWT. Sebagaimana telah

    diaktulisasikan oleh Rasulullah SAW. Apa yang menjadi sifat

    dan digariskan “baik” olehnya dapat dipastikan “baik” secar

    esensial oleh akal pikiran manusia. Dalam konteks ini, ketentuan

    Allah SWT. Menjadi standar penentuan kriteria “baik” yang

    rumusannya dapat dibuktikan dan dikembangkan oleh akal

    50 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 30

  • 44

    manusia. Dalam Al-Qur‟an dikemukakan bahwa kriteria baik

    itu, antara lain bertumpu pada sifat Allah SWT. Sendiri yang

    terpuji (al-asma‟ al-husna), karna itu Rasulullah SAW.

    Memrintahkan umatnya untuk berprilaku baik, sebagaimana

    “perilaku” Allah SWT.

    Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa apa yang

    menjadi sifat Allah SWT. Pasti dinilai baik oleh manusia ,

    sehingga harus dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari. Dalam

    mewujudkan sifat itu, manusia harus konsisten dengan esensi

    dengan kebaikannya sehingga dapat diterapkan secara

    proposional.

    Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik

    dan buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standard

    umum melalui kebiasaan masyarakat. Karena ibadah Islam

    sangat erat kaitannya dengan akhlak pemakaian akal dan

    pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran Islam. Ibadah

    dalamAl-Qur‟an selalu di kaitkan dengan takwa, berarti

    pelaksanaan perintah Allah SWT. Dan menjauhi larangannya.

    Perintah Allah SWT. Selalu berkaitan dengan perbuatan-

    perbuatan baik sedangkan larangannya senantiasa berkaitan

    dengan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Kebaikan dan

    kebahagiaan, bagi Ibnu Maskawaih, adalah terletak pada

    kemampuan untuk mengaktualisasikan secara sempurna potensi

  • 45

    akal pada jiwanya. Manusia yang paling sempurna

    kemanusiaanya adalah manusia yang paling benar aktifitas

    berfikirnya dan yang paling mulia ikhtiyarnya (akhlaknya).

    Dengan demikian, orang bertakwa adalah orang yang mampu

    menggunakan akalnya dan mengaktualisasikan pembinaan

    akhlak mulia yang menjadi ajaran yang paling dasar dalam

    Islam. Karna tujuan ibadah dalam Islam, bukan semata-mata

    dioriantasikan untuk menjauhkan diri dari neraka dan masuk

    surga, tetapi tujuan yang didalamnya terdapat dorongan babgi

    kepentingan dan pembinaan akhlak yang menyangkut

    kepentingan masyarakat.masyarakat yang baik dan bahagia

    adalah masyarakat yang anggotanya memiliki akhlak mulia dan

    budi pekerti luhur.

    d. Wasilah (Media ) Dakwah

    Wasilah (media) dakwah adalah alat yang digunakan untuk

    menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad‟u. untuk

    menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya, dakwah dapat

    menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya‟kub membagi

    wasialah dakwah menjadi lima macam, yaitu: lisan, tulisan,

    lukisan, audiovisual, dan akhlak. Lisan adalah media dakwah yang

    paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara, dakwah

    dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,

    bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

  • 46

    1. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku,

    majalah, surat kabar, surat menyurat (korespondensi),

    spanduk, dan sebagainya.

    2. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur,

    dan sebagainya.

    3. Audovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang

    indra pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti

    televise, film slide, OHP, internet, dan sebagainya.

    4. Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan

    nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara

    langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad‟u.51

    e. Thariqah (metode) Dakwah

    Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki

    pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang

    ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu

    tujuan, rencana sistem, tata pikir manusia”. Sedangkan dalam

    metodelogi pengajaran ajaran Islam disebutkan bahwa metode

    adalah “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam

    mencari kebenaran ilmiah” dalam kaitannya dengan pengajaran

    ajaran Islam, maka pembahasan selalu berkaitan dengan hakikat

    51

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 32

  • 47

    penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat diterima dan

    dicerna dengan baik.52

    Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah

    untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam. Dalam

    menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting

    peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan

    lewat metode yang tidak benar maka pesan itu bisa saja ditolak

    oleh si penerima pesan. Ketika membahas tentang metode dakwah,

    maka pada umumnya merujuk kepada surat An-Nahl: 125.

    Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

    hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan

    cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

    mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

    Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

    petunjuk.

    Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: bil-hikmah;

    mau‟izatul hasanah; dan mujadalah billati hiya ahsan.

    Secara garis besar ada tiga pokok metode (thariqah) dakwah, yaitu:

    52

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 33

  • 48

    1. Bi al-HIkmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan

    situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitik beratkan

    pada kemampuan mereka sehingga dalam menjalankan

    ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa

    terpaksa atau keberatan.

    2. Mau „izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan

    nasehat-nasehat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam

    denagn rasa kasih sayang, sehingga nasehat dan ajaran Islam

    yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

    3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara

    bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-

    baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan yang

    memberatkan kepada komunitas yang menjadi sasaran

    dakwah.53

    f. Atsar (Efek) Dakwah

    Dalam setiap aktifitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi.

    Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da‟i dengan

    materi dakwah, wasilah, dan thariqah tertentu, maka akan timbul

    respon dan efek (atsar) pada mad‟u (penerimaan dakwah).54

    Atsar (efek) sering disebut dengan feed back (umpan balik) dari

    proses dakwah ini sering dilupakan atau tidak banyak menjadi

    perhatian para da‟i. kebanyakan mereka menganggap bahwa

    53

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 34 54

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 34

  • 49

    setelah dakwah disampaikan, maka selesailah dakwah. Padahal,

    atsar sangat berat artinya dalam penentuan langkah-langkah

    dakwah berikutnya.tanpa menganalisis atsar dakwah, maka

    kemungkinan kesalahan strategi yang sangat merugikan

    pencapaian tujuan dakwah akan terulang kembali. Sebaliknya,

    dengan menganalisis atsar dakwah secara cermat dan tepat, maka

    kesalahan strategi dakwah akan segera diketahui untuk diadakan

    penyempurnaan pada langkah-langkah berikutnya (corrective

    action). Demikian juga strategi dakwah termasuk didalam

    penentuan unsur-unsur dakwah yang dianggap baik dapat

    ditingkatkan.

    Efaluasi dan koreksi terhadap atsar dakwah harus dilaksanakan

    secara radikal dan komprehensif, artinya tidak secara parsial atau

    setengah-setengah. seluruh komponen sistem (unsur-unsur)

    dakwah harus dievaluasi secara komprehensif. Para da‟i harus

    memiliki jiwa terbuka untuk melakukan pembaruan dan perubahan

    disamping bekerja dengan menggunkan ilmu. Jika proes efaluasi

    ini telah menghasilkan bebrapa konklusi dan keputusan, maka

    segera diikuti dengan tindakan korektif (corrective action). Jia

    proses ini dapat terlaksana dengan baik, maka terciptalah suatu

    mekanisme perjuangan dalam bidang dakwah. Dalam bahasa

    agama, inilah sesungguhnya yang disebut dengan ikhtiar insani.

  • 50

    Jalaluddin Rahmat menyatakan bahwa efek kognitif terjadi bila ada

    perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi

    khalayak. Efek ini berkaitan dengan tramisi pengetahuan,

    keterampilan, kepercayaan, dan informasi. Efek efektif timbul bila

    ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci

    khalayak, yang meliputi segala yang berhubungan dengan emosi,

    sikap serta nilai sedangkan efek behavioural merujuk pada prilaku

    nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan,

    kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.55

    3. Bentuk-bentuk Dakwah

    Secara umum dakwah Islam itu dapat dikatagorikan kedalam tiga

    macam bentuk, yaitu:

    a) Dakwah bi al-Lisan

    Dakwah Bi Al-Lisan adalah dakwah yang dilaksanakan melalui

    lisannya. Metode ini sangat umum digunakan oleh para da'i di

    dalam ceramah, pidato, nasihat, dan lain-lain. Menurut Ki Moesa A.

    Machfoed, disebutkan “dakwah ini bentuknya dapat berupa ceramah

    keagamaan, pengajian dengan berbagai bentuknya. Dalam ceramahnya

    tersebut, dapat juga diselingi dengan humor, baik melalui kata-kata

    atau gerakan badan dan mimik wajah”56

    55

    M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal. 35 56

    Ki Moesa A. Machfoed, Filsafat Dakwah dan penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan

    Bintang, 2004), Cet ke-1, hal. 190

  • 51

    b) Dakwah Bi al-Hal

    Yaitu dakwah yang dilakuakan melalui berbagai kegiatan yang

    langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah atau

    berdakwah melalui perbuatan, melalui dari tutur kata, tingkah laku,

    samapai pada kerja bentuk nyata seperti mendirikan panti asuhan, fakir

    miskin, sekolah-sekolah, rumah ibadah dll.

    c) Dakwah bi al-Qalam

    Berbicara dakah tentang dakwah bi al-Qolam tidak terlpas dengan

    memahami makna tulisan. Dalam konteks ini, tulisan memiliki dua

    fungsi. Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide yang

    produknya berupa ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat komunikasi

    ekspresi yang produknya berupa karya seni (jurnalistik).57

    C. Hubungan Retorika, Dakwah dan Jenis, Teknik Pidato (Ceramah)

    Menurut Efendi M Siregar retorika adalah “sebuah seni (system)

    berpidato menggunakan bahasa lisan, agar dapat menghasilkan kesan terutama

    para pendengar. Retorika termasuk seni yang paling tua dalam komunikasi

    massa. Karena itu berpidato termasuk salah satu cara dari sekian banyak cara

    berkomunikasi yaitu antara yaitu antara sipembicara (komunikator) dengan

    sejumlah orang (komunikan/audience). Jadi berpidato termasuk untuk

    menyampaikan isi hati, pesan (message), ide (butiran pikiran, program,

    perasaan dan sebagainya oleh seseorang kepada ssejumlah orang. Dengan kata

    lain pidato merupakan salah satu sarana informasi dan komunikasi yang

    57

    Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi, hal. 175

  • 52

    sangat penting. Karena melalui pidato orang akan menyebarluaskan idenya,

    data menanamkan pengaruhnya bahan dapat memberikan arah berfikiran yang

    baik dan sistematis, bukan “omong kosong” dan berteriak-triak tidak karuan,

    melainkan dengan moral, dan harus didukung oleh rithme, volume, penyajian

    dan penampilan yang sempurna”.58

    Dakwah dengan menggunakan retorika adalah memaparkan sesuatu

    masalah agama dan kemudian orang merasa begitu concern (terlibat) dengan

    masalah yang dipaparkan tersebut, sama halnya apabila seorang orator

    menyampaikan suatu persoalan kemudian merasa terdorong untuk mencari

    sebab deviasi (penyimpangan) dan kemudian membuat keputusan tertentu

    untuk mencari pemecahannya.

    Dengan kata lain, di dalam proses retorika merupakan usaha untuk

    melibatkan emosi dan rasio dari pihak khalayak agar merasa terlibat dengan

    masalah atau persoalan yang disajikan merupakan inti dari pemaparan retorika

    sebagai sarana menuju tujuan akhir yaitu suatu tindakan yang sesuai dengan

    harapan komunikator. Sementara tujuan yang ingin dicapai dakwah antara

    lain, agar manusia mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kejahatan, serta

    memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

    Hubungan retorika dengan dakwah menurut T.A Latief Rosyadi dalam

    bukunya Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi adalah

    “Kemampuan dalam kemahiran menggunakan bahasa untuk melahirkan

    58

    Efendi M Siregar, Teknik Berpidato dan Menguasai Massa (Jakarta: Yayasan Mari Belajar, 1992), Cet. Ke-2, hal. 29

  • 53

    pikiran dan perasaan itulah sebenarya hakikat retorika. Dan kemahiran serta

    kesenian menggunakan bahasa adalah masalah pokok dalam menyampaikan

    dakwah. Karena itu antara dakwah dengan retorika tidak dapat dipisahkan.

    Dimana ada dakwah disitu ada retorika”.59

    Kesuksesan para da‟i atau mubaligh dalam khutbah lebih banyak

    ditunjang dan ditentukan oleh kemampuan retorika yang dimiliki oleh da‟i

    tersebut. Dan kalaulah dakwah belum berhasil menurut yang dicita-citakan

    dan menurut garis yang telah ditetapkan semula, mungkin karena cara persuasi