respon psikofisiologi terhadap stres.docx

7
Respon Psikofisiologi Terhadap Stres Tinjauan Teori Respon Psikofisiologi Terhadap Stres Empat tingkatan rasa cemas/gangguan perasaan (anxiety) pada manusia 1. Rasa cemas ringan 2. Rasa cemas sedang 3. Rasa cemas berat 4. Panik Rasa cemas (anxiety) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif. Penyebab rasa cemas dapat dikelompokkan pula menjadi tiga faktor, yaitu : a. Faktor biologis/fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan. b. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan orang/benda yang dicintai, perubahan status sosial/ekonomi. c. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada perkembangan masa bayi, anak, remaja. Gejala-gejala kecemasan ditandai pada tiga aspek : a. Aspek biologis/fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tarikan nafas menjadi pendek dan cepat, berkeringat dingin, termasuk di telapak tangan, nafsu makan hilang, mual/muntah, sering buang air kecil, nyeri kepala, tak bisa tidur, mengeluh, pembesaran pupil dan gangguan pencernaan. b. Aspek intelektual/kognitif; seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan perhatian dan keinginan, tidak bereaksi terhadap rangsangan lingkungan, penurunan produktivitas, pelupa, orientasi lebih ke masa lampau daripada masa kini/masa depan. c. Aspek emosional dan perilaku; seperti penarikan diri, depresi, mudah tersinggung, mudah menangis, mudah marah dan apatisme. Pembagian rasa cemas.

Upload: ida-ayu-sinthia-pradnyaswari

Post on 29-Nov-2015

90 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

respon stres

TRANSCRIPT

Page 1: Respon Psikofisiologi Terhadap Stres.docx

Respon Psikofisiologi Terhadap Stres

Tinjauan TeoriRespon Psikofisiologi Terhadap Stres

Empat tingkatan rasa cemas/gangguan perasaan (anxiety) pada manusia1. Rasa cemas ringan2. Rasa cemas sedang3. Rasa cemas berat4. Panik

Rasa cemas (anxiety) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif.

Penyebab rasa cemas dapat dikelompokkan pula menjadi tiga faktor, yaitu :a. Faktor biologis/fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan makanan, minuman, perlindungan

dan keamanan.b. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan orang/benda yang dicintai,

perubahan status sosial/ekonomi.c. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada perkembangan masa bayi, anak, remaja.

Gejala-gejala kecemasan ditandai pada tiga aspek :a. Aspek biologis/fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tarikan nafas

menjadi pendek dan cepat, berkeringat dingin, termasuk di telapak tangan, nafsu makan hilang, mual/muntah, sering buang air kecil, nyeri kepala, tak bisa tidur, mengeluh, pembesaran pupil dan gangguan pencernaan.

b. Aspek intelektual/kognitif; seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan perhatian dan keinginan, tidak bereaksi terhadap rangsangan lingkungan, penurunan produktivitas, pelupa, orientasi lebih ke masa lampau daripada masa kini/masa depan.

c. Aspek emosional dan perilaku; seperti penarikan diri, depresi, mudah tersinggung, mudah menangis, mudah marah dan apatisme.

Pembagian rasa cemas.a. Rasa cemas ringan: berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi sehari-hari.

Keadaan ini akan meningkatkan persepsi individu, yang mengakibatkan orang akan berhati-hati/waspada dan mendorong manusia untuk belajar serta kreatif.

b. Rasa cemas sedang: lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun.Individu lebih memfokuskan hal yang penting saat itu saja dan mengesampingkan hal lainnya

c. Rasa cemas berat: lapangan persepsi sangat menurun. Orang hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lainnya. Individu tak mampu berpikir lagi, dia sudah harus diberi pertolongan/tuntunan.

Page 2: Respon Psikofisiologi Terhadap Stres.docx

d. Panik: lapangan persepsi sudah sangat sempit. Individu tidak dapat mengendalikan diri lagi.Bila manusia salah orientasi ketika menghadapi masalah pelik rasa dan periksa tidak berfungsi:

Disebut orang sedang panik. stress adaptasi. Stress.

Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari à perubahan yang memerlukan penyesuaian Sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta Perubahan positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta

JENIS STRESS· Stress fisik· Stress kimiawi· Stress mikrobiologis· Stress fisiologis· Stress proses tumbuh kembang· Stress psikologis atau emosional

Pengalaman stress dapat bersumber dari: Lingkungan, Diri dan tubuh Pikiran Reaksi Psikologis terhadap stress.

a. KecemasanRespon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu

penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan, istilah: kuatir, tegang, prihatin, takut, fisik à jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur

b. Kemarahan dan agresip perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai

ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang.

c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih.

RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS Individu secara keseluruhan terlibat dalam merespon dan mengadaptasi stres. Namun demikian, sebagian besar dari riset tentang stres berfokus pada respons psikologis atau emosional dan fisiologis, meski dimensi ini saling tumpang tindih dan berinteraksi dengan dimensi lain. Ketika terjadi stres seseorang menggunakan energi fiologis dan psikologis untuk berespon dan mengadaptasi. Besarny energi yang dibutuhkan dan keefektifkan dari upaya untuk mengadaptasi tergantung pada intensitas, cakupan, dan durasi stresor dan besarnya stresor lainnya. Respon stres

Page 3: Respon Psikofisiologi Terhadap Stres.docx

adalah adaptif dan protektif, dan karakteristik dan respon ini adalah hasil dari respons neuroindokrim yang terintegrasi. Respons Fisiologis.

Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).Karakteristik Respons stres :

Respons stres adalah alamiah, protektif, dan adaktif. Terdapat respons normal terhadap stresor: stresor yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari meningkatkan ekskresi katekolamin, yang menyebabkan peningkatan dalam frekuensi jantung dan tekanan darah.

Stresor fisik dan emosional mencatuskan respons serupa (spesifisitas versus nonspesifisitas). Kebesaran dan polanya mungkin berbeda.

Terdapat keterbatasan dalam kemampuan untuk mengompensasi. Besar dan durasi stresor mungkin sedemikian besarnya sehingga mekanisme homeostasis

untuk penyesuaian gagal, yang menyebabkan kematian. Pemajanan berulang terhadap stimuli mengakibatkan perubahan adaptif: yaitu, kadar

enzim tirosin hidrolase jaringan meningkat, yang mengakibatkan peningkatan kapasitas bagi tubuh untuk menghasilkan nonepinefrin dan epinefrin.

Terdapat perbedaan individual dalam merespon terhadap stresor yang sama.

1. Local Adaptation Syndrom (LAS)Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini

termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.Karakteristik dari LAS :

a. respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.b. respon bersifat adaptif diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.c. respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.d. respon bersifat restorative.Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang

diuraikan dibawah ini :a. Respon inflamasi.

respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase :

· Fase pertama :adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.

· Fase kedua :pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.

Page 4: Respon Psikofisiologi Terhadap Stres.docx

· Fase ketiga :Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.

b. Respon refleks nyeri.respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih

lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.

Bagaimana dengan GAS. Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.

2. General Adaptation Syndrom (GAS)Gas adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon ini melibatkan beberapa

sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrim. Beberapa buku ajaran menyebut GAS sebagai sistem neuroendokrim. GAS terdiri atas reaksi peringatan, terhadap resistens, dan terhadap kehabisan tenaga.

a. Reaksi Alarm ( Waspada).Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi

stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis.Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal

mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun. Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.

Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.

b. Reaksi Resistance (Melawan)Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan

masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala stress menurun atau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.

c. Reaksi Exhaustion (Kelelahan)Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.

Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh

Page 5: Respon Psikofisiologi Terhadap Stres.docx

untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.

Respons Psikologis.Perilaku respon dari Psikologis yaitu :

1. Perilaku adaftif psikologis dapat konstruktif atau destruktif . perilaku konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Bahkan ansietas dapat konstuktif; misalnya, ansietas dapat menjadi tanda bahwa terdapat ancaman sehingga seseoran dapat melakukan tindakan langsung untuk mengurangi keparahan nya.

2. Perilaku destruktif mempengaruhi orientasi realitas kemampuan pemecahan masalah, kepribadian, dan situasi yang sangat berat, kemampuan untuk berfungsi. Ansietas dapat juga bersifat destruktif (misal, jika seseorang tidak mampu bertindak melepaskan diri dari stressor). sama halnya penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan dapat dipandang sebagai prilaku adaptif dalam pernyataannya, hal ini dapat meningkatkan stres dan bukan menurunkan stres.Diposkan