representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

16
PENDAHULUAN Kajian belum tentang sastra anak berkembang luas di Indonesia secara karena masih banyak yang memandang sebelah mata keberadaannya. astra anak S pun dianggap tidak perlu dikaji secara REPRESENTASI GENDER DALAM CERITA-CERITA KARYA PENULIS ANAK INDONESIA SERI KKPK Titien Diah Soelistyarini *) Abstract In recent years, Indonesian children's literature has been brought back to life with the publication of series of works dedicated especially for young readers. To some extent, these publications are special since the works which are commonly known as KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) series 7 2 are written by children ranging from the age of to 1 . As most of these writers are girls, it is not too surprising that girls are portrayed as main characters in most stories. This study was conducted on 40 stories written by children writers who have their works published in Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK) series by DAR! Mizan from 2010 to 2012. This study revealed gender practice as social construction and cultural representation, including in children's literature. Even though these children writers are considered as the 21st century generation, they still seem unable to break from the patriarchal ideology that promotes traditional gender roles defining men as more superior than women. The analysis on the role of gender socializing that include parents, society and the media agents showed that they had a very strong influence in shaping gender perception on children. Therefore, gender representation in these children's works eventually had a share in reproducing dan legitimizing traditional gender roles that reflects the view of its society. More or less, this also plays a role in shaping these children's attitudes and perception of gender- appropriate behavior in society. the Keywords: children's literature, KKPK, traditional gender roles, patriarchal ideology, gender socializing agents Abstrak Dalam beberapa tahun terakhir, sastra anak Indonesia muncul kembali dengan diterbitkannya serangkaian karya yang didedikasikan khusus untuk pembaca muda. Dalam beberapa hal, publikasi ini istimewa karena karya-karya yang umumnya dikenal sebagai seri KKPK (Kecil - Kecil Punya Karya) ditulis oleh anak-anak mulai dari usia 7 sampai 12. Oleh karena sebagian besar penulis ini anak perempuan, tidak terlalu mengejutkan apabila anak perempuan digambarkan sebagai karakter utama di sebagian besar cerita. Obyek penelitian ini adalah 40 cerita yang ditulis oleh anak-anak yang karyanya diterbitkan dalam seri Kecil - Kecil Punya Karya (KKPK) oleh DAR! Mizan 2010-2012. Penelitian ini mengungkapkan praktek gender sebagai konstruksi sosial dan representasi budaya dalam sastra anak. Meskipun para penulis anak ini dianggap sebagai generasi abad ke-21, mereka tampaknyabelum lepas dari ideologi patriarki yang mempromosikan peran gender tradisional yang mendefinisikan laki-laki lebih unggul daripada wanita. Analisis tentang peran agen sosialisasi gender yang meliputi orang tua, masyarakat dan media menunjukkan bahwa mereka memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk persepsi jender pada anak-anak. Oleh karena itu, representasi gender dalam karya anak-anak ini berperan serta dalam mereproduksi dan melegitimasi peran gender tradisional yang mencerminkan pandangan masyarakatnya. Lebih jauh bisa dikatakan bahwa representasi tersebut juga berperan dalam membentuk sikap dan persepsi mengenai perilaku gender yang tepat dalam masyarakat tempat mereka tumbuh. Kata kunci : sastra anak, KKPK, peran gender tradisional, ideologi patriarki, agen sosialisasi ender g *) Departemen , Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya, Telp: 031-5035676 182

Upload: vudieu

Post on 02-Jan-2017

244 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

PENDAHULUANKajian belumtentang sastra anak

berkembang luas di Indonesiasecara

karena masih banyak yang memandangsebelah mata keberadaannya. astra anakSpun dianggap tidak perlu dikaji secara

REPRESENTASI GENDER DALAM CERITA-CERITAKARYA PENULIS ANAK INDONESIA SERI KKPK

Titien Diah Soelistyarini*)

AbstractIn recent years, Indonesian children's literature has been brought back to life with thepublication of series of works dedicated especially for young readers. To some extent,these publications are special since the works which are commonly known as KKPK(Kecil-Kecil Punya Karya) series 7 2are written by children ranging from the age of to 1 .As most of these writers are girls, it is not too surprising that girls are portrayed as maincharacters in most stories. This study was conducted on 40 stories written by childrenwriters who have their works published in Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK) series byDAR! Mizan from 2010 to 2012. This study revealed gender practice as socialconstruction and cultural representation, including in children's literature. Even thoughthese children writers are considered as the 21st century generation, they still seemunable to break from the patriarchal ideology that promotes traditional gender rolesdefining men as more superior than women. The analysis on the role of gendersocializing that include parents, society and the mediaagents showed that they had avery strong influence in shaping gender perception on children. Therefore, genderrepresentation in these children's works eventually had a share in reproducing danlegitimizing traditional gender roles that reflects the view of its society. More or less, thisalso plays a role in shaping these children's attitudes and perception of gender-appropriate behavior in society.the

Keywords: children's literature, KKPK, traditional gender roles, patriarchal ideology,gender socializing agents

AbstrakDalam beberapa tahun terakhir, sastra anak Indonesia muncul kembali denganditerbitkannya serangkaian karya yang didedikasikan khusus untuk pembaca muda.Dalam beberapa hal, publikasi ini istimewa karena karya-karya yang umumnya dikenalsebagai seri KKPK (Kecil - Kecil Punya Karya) ditulis oleh anak-anak mulai dari usia 7sampai 12. Oleh karena sebagian besar penulis ini anak perempuan, tidak terlalumengejutkan apabila anak perempuan digambarkan sebagai karakter utama disebagian besar cerita. Obyek penelitian ini adalah 40 cerita yang ditulis oleh anak-anakyang karyanya diterbitkan dalam seri Kecil - Kecil Punya Karya (KKPK) oleh DAR!Mizan 2010-2012. Penelitian ini mengungkapkan praktek gender sebagai konstruksisosial dan representasi budaya dalam sastra anak. Meskipun para penulis anak inidianggap sebagai generasi abad ke-21, mereka tampaknyabelum lepas dari ideologipatriarki yang mempromosikan peran gender tradisional yang mendefinisikan laki-lakilebih unggul daripada wanita. Analisis tentang peran agen sosialisasi gender yangmeliputi orang tua, masyarakat dan media menunjukkan bahwa mereka memilikipengaruh yang sangat kuat dalam membentuk persepsi jender pada anak-anak. Olehkarena itu, representasi gender dalam karya anak-anak ini berperan serta dalammereproduksi dan melegitimasi peran gender tradisional yang mencerminkanpandangan masyarakatnya. Lebih jauh bisa dikatakan bahwa representasi tersebutjuga berperan dalam membentuk sikap dan persepsi mengenai perilaku gender yangtepat dalam masyarakat tempat mereka tumbuh.

Kata kunci : sastra anak, KKPK, peran gender tradisional, ideologi patriarki, agensosialisasi enderg

*) Departemen , Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga Jalan Dharmawangsa DalamSelatan Surabaya, Telp: 031-5035676

182

Page 2: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

serius. Hal ini terlihat dari masihterbatasnya publikasi ilmiah tentang sastraanak minimnya ilmuwan sastra yangsertasecara khusus menggeluti dunia sastraanak. Tidak mengherankan jika selama inimuncul anggapan bahwa sastra anakmasih dianaktirikan.

Terkait pentingnya sastra anak,Cherland mengemukakan bahwa(2006)sastra anak memegang peranan dalammembentuk persepsi anak tentang dunia disekeliling mereka esan yang terkandung. Pdi dalam sastra anak pun menjadi pentingmengingat anak belajar tentang nilai-nilaidan kepercayaan dalam budaya merekamelalui cerita dan dongeng. Karenanya,pesan-pesan yang terungkap melaluirepresentasi tokoh laki- laki danperempuan dalam bacaan anak turutberkontr ibusi da lam membentukpandangan anak tentang makna menjadiseorang anak laki-laki, anak perempuan,pria, atau wanita (McCabe, 2011).Sementara Gooden & Gooden (2001:89),menyatakan bahwa identitas dankepercayaan diri anak-anak dapatdipengaruhi oleh penggambaran negatiftentang gender mereka.

Berdasarkan hal ini, sungguhmenarik apabila kita menilik representasigender dalam karya-karya penulis anakIndonesia seri Kecil-Kecil Punya Karya(KKPK) terbitan DAR! Mizan. Cerita-cerita yang notabene ditulis oleh anak-anak berusia antara 7-12 tahun ini sangatdigemari oleh anak-anak sebagaimanaselain terlihat dari banyaknya judul bukuyang diterbitkan juga dari lamanFacebook KKPK yang disukai oleh tidakkurang dari 62.658 orang. Dengankepopulerannya, KKPK tentunya sedikitbanyak memiliki pengaruh terhadappembacanya lagi tidak adanya. Terlebih ,jarak usia antara penulis dan pembacatentunya memudahkan bagi para pembacauntuk mengidentifikasi diri dengan tokoh-tokoh di dalam cerita.

Mengingat cerita anak memilikiperan dalam membentuk cara pandanganak, maka cara gender direpresentasikandalam sebuah cer i ta juga akan

mempengaruhi persepsi dan sikap anaktentang perilaku berbasis gender yangberterima dalam masyarakat. Sayangnyaselama ini gender belum direpresentasikansecara adil karena masih banyak ceritaanak yang memegang teguh stereotipegender dalam masyarakat patriarki.Stereotipe gender tidak hanya membatasikebebasan anak untuk mengekspresikandiri, tetapi juga memberi tekanan kepadamereka untuk lebih berperilaku patutsesuai gender daripada berperilaku sesuaikepribadian mereka (Singh, 1998). Hal initentu akan memberi pengaruh terhadapanak-anak mengingat persepsi positifataupun negatif terhadap gender tertentuyang terbentuk melalui konstruksi sosialini, apabila dilakukan sedari awal tentuakan terus tertanam dalam diri mereka.

Berangkat dari asumsi ini, artikel inimembahas representasi gender dalamcerita-cerita karya penulis anak dalam seriKKPK tokoh- melalui penggambarantokoh Caradalam cerita tersebut.penggambaran tokoh laki-laki danperempuan dalam cerita-cerita tersebutselanjutnya akan mengungkap kaitanantara teks dengan kondisi pemikirandalam masyarakat Indonesia yangmendasari gender .representasi tersebutDengan demikian tulisan ini diharapkandapat memberikan pemahaman tentangrelevansi isu gender dalam cerita anaksebagai cerminan sosial masyarakatIndonesia saat ini.

Untuk dapat melakukan kajian lebihmendalam terhadap permasalahan yangtelah dikemukakan di atas, maka inikajianakan dibatasi pada sastraanalisis anakdengan perspektif kritik sastra feminisyang hanya akan membahas tentangr e p r e s e n t a s i g e n d e r m e l a l u ipenggambaran tokoh-tokoh cerita-dalamcerita karya penulis anak Indonesia seriKKPK yang terbit dalam kurun waktuantara 2010 sampai dengan 2012.Selanjutnya, juga akan lebihpembahasandifokuskan kepada tokoh-tokoh utamadalam tersebut. Tokoh-cerita-cerita anaktokoh lain dalam cerita-cerita tersebutakan dibahas secara det ilmeskipun tidak a

183

MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 14, No.2

Juli - Desember 2013: 100 - 219

Page 3: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

untuk memberikan gambaran yang lebihutuh tentang penggambaran peran tokohberdasarkan stereotipe gender yangberkembang dalam masyarakat patriarki.

S A PASTRA NAK DAN ENULISANAK

Sastra anak didefinisikan sebagaikarya tulis yang mengambarkan perasaandan pengalaman anak-anak serta dapatdimengerti dan dipahami melalui mataanak-anak (Tarigan, 1995: 5) Sastra anak.adalah sastra yang dilihat dari segi isi danb a h a s a s e s u a i d e n g a n t i n g k a tperkembangan intelektual dan emosionalanak. Sastra anak dapat menceritakanberbagai hal, termasuk kisah tentangbinatang yang dapat berbicara, bertingkahlaku, berpikir dan berperasaan sepertilayaknya manusia (Nurgiyantoro, 2005:7).

Lebih dari itu, sastra anak memilikikarakteristik unik yang membuatnyaberbeda dari karya sastra umumnya.Berdasarkan hasil kajian terhadap enamjenis teks sastra anak yang berbeda,Nodelman (2008:76-81) menyimpulkanbeberapa karakteristik yang umumditemui dalam karya sastra anak yangantara lain mencakup gaya bahasa yangsederhana dan langsung, cerita yang lebihdifokuskan pada aksi, adanya gambar atauilustrasi yang berfungsi sebagai bayangandari teks, dan tokoh protagonis yangumumnya adalah anak-anak, ataubinatang yang memiliki sifat atau perilakuseperti anak-anak, ataupun orang dewasa.Semen ta ra , Hunt (2005:3) jugamengemukakan bahwa bacaan yangdiperuntukkan bagi anak-anak ini berbedadari umumnya bacaan yang diperuntukkanbagi orang dewasa. Sasaran pembaca yangberbeda membuat karya-karya yangd i h a s i l k a n d i s e s u a i k a n d e n g a nkemampuan, kebutuhan, dan caramembaca yang berbeda pula antarapembaca anak dan pembaca dewasa.

Dari berbagai definisi tentang sastraa n a k b e s e r t a k a r a k t e r i s t i k n y asebagaimana telah diuraikan dalam bagiansebelumnya dapat disimpulkan bahwa

cerita anak yang notabene ditujukan bagipembaca anak umumnya ditulis olehorang dewasa tidak hanya sebagai hiburantetapi sekaligus juga sebagai media untukmenyampaikan nilai-nilai tertentu. Hal inidapat dipahami mengingat orang dewasamemiliki otoritas atau kekuatan ( )poweruntuk mempengaruhi anak-anak dan halini banyak ditemui dalam banyak ceritaanak.

Munculnya fenomena penulis anaktentunya menjadi suatu hal yang menarikmengingat tidak banyak karya sastra anakyang dihasilkan oleh penulis yang sebayadengan pembacanya. Fenomena inilahyang mulai merebak di Indonesiasemenjak tahun 2003 dengan hadirnya seriKecil-Kecil Punya Karya (KKPK) terbitanDAR! Mizan. Fenomena penulis cilikdengan karya-karya yang dipublikasikandalam bentuk buku te lah turu tmeramaikan publikasi buku cerita anak diIndonesia yang sebelumnya lebihdidominasi oleh buku cerita anak maupunkomik terjemahan. Semenjak KonferensiPenulis Anak pada tahun 2008 hinggaawal tahun 2012, setidaknya telah ada 194penulis anak yang telah bergabung denganKKPK dengan tidak kurang dari 217 judulcerita yang telah diterbitkan. Jumlah inibelum termasuk penulis anak yangkaryanya dipublikasikan oleh penerbit lainyang kemudian mengikut i t rendmenerbitkan tulisan anak-anak inisebagaimana seri KKPK.

P GERAN ENDER (G R )ENDER OLESDALAM RITIK ASTRA EMINIS K S F

Feminisme muncul pada tahun1960-an seiring dengan bangkitnyakesadaran bahwa sebagai manusia yangditandai dengan perjuangan hak-hak sipildi Amerika Serikat. Perempuan ketika itumulai mempertanyakan hak-hak merekadan menuntut kesetaraan layaknya hak-hak yang dimiliki oleh laki-laki. Patriarkimenjadi salah satu konsep penting dalamfeminisme karena patriarki, sebagaimanadikemukakan oleh Beasley (2005:47),merupakan dominasi yang sistemik dantelah berlangsung sepanjang sejarah yang

184

Representasi Gender dalam Cerita-Cerita Karya Penulis Anak Indonesia Seri KKPK

Page 4: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

dilakukan kaum laki-laki atas perempuan.Senada dengan pendapat ini, Benneth(2004) juga menyatakan bahwa patriarkitidak hanya merupakan “masalah utamadalam sejarah perempuan” tetapi juga“salah satu masalah umum dalam semuasejarah.” Hal ini dikarenakan patriarkidipahami sebagai budaya apapun yangmemberikan keistimewaan terhadap laki-laki dengan mempromosikan peran gendertradisional.

Dalam sastra anak, gender jugamerupakan salah satu isu yang menariksekaligus krusial mengingat sastra anak,menurut Taxel (1995: 159), merupakansebuah produk kesepakatan yang berakarpada sistem kepercayaan dan ideologiyang dominan pada masa karya tersebutditulis. Dalam sebuah masyarakat yangdidominasi oleh ideologi patriarki,diasumsikan bahwa konsep gender yangdiyakini masyarakat tersebut akan turutmempengaruhi, atau bahkan menentukanpenggambaran peran gender dalam karyasastra, tidak terkecuali karya sastra anak.Berdasarkan konsep ini, penggambaranperan gender dalam sastra anak karenanyaberimplikasi pada penanaman nilai-nilaipatriarki yang disampaikan melaluipenggambaran tokoh dalam cerita yangdibaca oleh anak.

Peran gender sebagaimana diwakilioleh tokoh-tokoh cerita anak seringkalim e m b e r i k a n g a m b a r a n k e p a d apembacanya tentang sikap atau perilakuyang oleh masyarakat dianggap “benar”bagi anak laki-laki dan perempuan, danstereotipe gender sering kali dijadikansebagai dasar bagi peran gender (Gooden& Gooden, 2001). Stereotipe gender,menurut Gooden & Gooden, dapatdidefinisikan sebagai asumsi tentangkarakteristik masing-masing gender, yangmeliputi penampilan fisik, kemampuanfisik, sikap, minat atau pekerjaan (2001:90). Tidak jarang, stereotipe gender initelah dipajankan kepada anak-anak sedariusia dini yang disosialisasikan melaluiberbagai media, seperti orang tua, gurudan media, termasuk cerita anak.

Dengan demikian, penelitian sastra

anak dengan menggunakan pendekatankritik sastra feminis umumnya menyorotikeadilan gender dalam karya tersebutmelalui penggambaran tokoh, khususnyaperempuan, peranannya, juga genderpengarang serta berbagai hal lain yangmenyangkut kepedulian pada keunikantokoh perempuan.

K TAJIAN ERDAHULURepresentasi gender dalam sastra

anak mengundang keprihatinan dikalangan para pemerhati sastra anak.Sebuah artikel dalam edisi online suratkabar terbitan Inggris turutThe Guardianmenyuarakan keprihatinan denganditengarainya cerita anak yang lebihbanyak menampilkan tokoh laki-lakidibandingkan tokoh perempuan sehinggatanpa disadari menunjukkan 'symbolicannihilation of women and girls' (Flood,2011). Artikel ini didasari oleh penelitiansebagaimana yang dilakukan oleh Gooden& Gooden (2001), McCabe, dkk (2011),MacArthur & Poulin , dan Crisp & (2011)Hiller (2011), tentang rasio tokoh laki-lakidan perempuan dalam cerita anak yangmenunjukkan bahwa tokoh laki-laki lebihbanyak ditampilkan dalam judul, ilustrasisampul, atau pun sebagai tokoh utamadalam cerita-cerita anak.

Di Indonesia, meskipun kajianterhadap sastra anak di Indonesia belumbanyak dilakukan terdapat temuan, sebuahmenarik dari studi Sarumpaet (2001)terhadap tokoh dalam 40 judul bacaananak realistik Indonesia terbitan 1991-1993. Dalam studi yang menggunakanpendekatan struktural ini, elemen-elemenfiksi seperti alur, latar, tema, penokohan,dan gaya/penyampaian dieksplorasi untukmengetahui peran anggota keluarga dalambacaan yang diteliti. Dari penelitian ini,Sarumpaet menyimpulkan bahwa semuakisah tersebut lebih mementingkan pesansehingga para tokoh tidak terlaludikembangkan dan cenderung diberi perantradisional, sementara tokoh anak punhanya berperan sebagai objek, tempatpelampiasan kebutuhan bertutur orangtua.

185

MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 14, No.2

Juli - Desember 2013: 100 - 219

Page 5: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

M PETODE ENELITIANPenelitian ini merupakan kajian

tekstual dengan menggunakan metodekualitatif deskriptif yang memanfaatkanc a r a - c a r a p e n a f s i r a n d e n g a nmenyajikannya dalam bentuk deskripsi(Ratna, 2008: 46). Dalam penelitian iniakan dilakukan penafsiran atas teks ceritakarya para penulis anak dalam seri KKPKdengan menggunakan data penunjangyang diperoleh dari studi kepustakaan.Data penunjang yang digunakan berasaldari berbagai sumber seperti buku, artikelilmiah, jurnal, dan publikasi online.

Untuk dapat menginterpretasi datadalam penelitian ini, pembacaan tekscerita anak pembacaandilakukan melalui(close-reading) yang meliputi 4 (empat)tahap pembacaan, yakni pembacaansecara linguistik, semantik, struktural dankultural. Dalam melakukan penelitian ini,tahapan-tahapan yang ditempuh antaralain (1) menentukan teks yang digunakansebagai objek penelitian, yakni cerita-cerita seri Kecil-Kecil Punya Karyaterbitan DAR! Mizan dalam kurun ( )3 tigatahun terakhir (2010-2012); (2)melakukan empat tahap pembacaan (closereading) terhadap teks cerita anak danberbagai literatur tentang kajian sastraanak Menganalisis teks berdasarkan; (3)kritik sastra feminis untuk dapatmengidentifikasi representasi genderdalam teks; dan (4) menarik simpulan.

P GERAN ENDER DALAMP P AERSPEKTIF ENULIS NAK

Lebih banyaknya jumlah penulisanak perempuan dibandingkan anak laki-laki berpengaruh terhadap jumlah tokohperempuan dan laki-laki yang dijadikansebagai tokoh utama dalam cerita anak seriKKPK. Dari 40 cerita yang diteliti, 30menampilkan tokoh utama perempuan,sedangkan 10 sisanya menampilkan tokohutama laki-laki. Meskipun lebih seringmenggunakan tokoh utama perempuandalam ceritanya, penulis anak perempuanjuga terkadang menulis tentang tokohanak laki-laki. Hal yang sama juga

dilakukan oleh penulis anak laki-laki.Mengingat kebanyakan cerita-cerita

tersebut merupakan cerita pendek, secarakeseluruhan penggambaran tokohnyasangat sederhana seperti anak yang rajinmenabung dan berprestasi dalam “HadiahJuara Kelas” (Farrel, 2011); anak yangkreatif dan suka bereskperimen dalam“Resep Baru” (Haura, 2010); anak yangtidak mudah menyerah dalam “LombaLari” (Farrel 2011); anak yang cintalingkungan dalam “Harapan dariNambezi” (Rara, 2011); dan lain-lain.

Yang menarik dari cerita-cerita inia d a l a h t o k o h- t o k oh a n a k y a n gdimunculkan tidak lagi sek dar menjadiaobjek sebagaimana dalam penelitianSarumpaet (2001) terhadap 40 cerita anaktahun 1990 an. Hal ini mungkin-dipengaruhi oleh faktor penulis yangnotabene adalah anak-anak. Para penulisanak ini menampilkan tokoh anak yangsebagai tokoh utama dalam cerita yangtidak sek dar berperan sebagai ob ek bagia jtokoh orang dewasa untuk menyampaikannasihat atau pesan-pesan moral tertentu.

SEMANGAT G PIRL OWERBanyaknya tokoh utama perempuan

yang ditampilkan dalam berbagai ceritakarya para penulis anak ini menjadikanpenggambaran perempuan dalam cerita-cerita tersebut cenderung positif. Kisah“Happy Rainbow” (Thia, 2010) misalnya,menggambarkan Hilfa atau Fafa tokohutamanya sebagai anak yang kreatifmemanfaatkan barang-barang bekasuntuk didaur ulang. Fafa jugalah yangmencetuskan ide membentuk kelompokHappy Rainbow sebagai wadah ia danketiga temannya, Zhalfa, Deva dan Irene,untuk mendaur ulang barang bekas danmemanfaatkan uang yang dihasilkanuntuk kegiatan sosial. Sementara itudalam kisah (Nilna, 2011),Nelissa's MateNelissa si tokoh utama digambarkansebagai seorang anak perempuan yangpemberani dan banyak akal sehingga iadapat membebaskan sahabatnya, Morgan,dari sekapan kawanan penculik.

Dengan meminjam istilah girl

186

Representasi Gender dalam Cerita-Cerita Karya Penulis Anak Indonesia Seri KKPK

Page 6: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

power yang populer pada tahun 1990 an,-penggambaran tokoh perempuan yangbanyak ditemui dalam karya para penulisanak yang kebanyakan lahir setelah tahun2000 an ini dapat dipahami baik secara-langsung maupun tidak dipengaruhi olehsemangat yang tampaknyagirl powermereka adopsi dari ibu-ibu mereka yangsebagian besar adalah perempuan-perempuan muda yang menjalani masaremaja mereka pada tahun 1990 an. Istilah-girl power yang mengekspresikanfenomena budaya pada masa itu denganmunculnya kelompok musik popperempuan asal Inggris, Spice Girls,merupakan ungkapan yang digunakanuntuk menggambarkan citra baruperempuan pejuang dalam ranah budayapopuler & , 2007 : .(Jenainati Groves 165)

Girl power jelas-jelas berbedadengan peran gender tradisional dalammemotret sosok perempuan karena girlpower memberikan perempuan kekuatansebagai figur yang memiliki otonomi danambisi, serta asertif dan mandiri. Hal inimenunjukkan bahwa dengan semangatgirl power, perempuan menjadi sosokyang lebih berdaya dan memiliki kekuatanuntuk mewujudkan kesetaraan gender.Dengan kata lain, ini jugagirl powermemberi makna baru bagi perempuanberikut karakteristik yang seharusnyadimiliki oleh seorang perempuan.Mitchell dan Reid-Walsh (2008:10)menyatakan bahwa seiring denganperkembangan sosial masyarakatkhususnya Barat pada masa itu, anakperempuan dituntut untuk menunjukkansikap yang cenderung kontradiktif: di satusisi ia dituntut untuk tetap memiliki sifatyang identik dengan femininitas(perhatian, penyayang dan penuh,perasaan), akan tetapi di sisi lain ia jugadituntut untuk menunjukkan sifat yangidentik dengan maskulinitas (asertif,pintar dan rasional).

Semangat ini jugagirl powertampak tergambar pada tokoh-tokohperempuan dalam cerita-cerita seri KKPKsebagaimana dalam “Saat TemankuCedera” (Luluk, 2012). Cerpen ini

meng sahkan tim bola voli putri sekolahiyang terdiri atas aku (narator), Fifi, Lebi,Retno, Tiara dan Ria. Mereka tetapmemenangkan kejuaraan bola voli tingkatkecamatan meskipun salah satu anggotamereka, Ria, mengalami cedera dan tidakdapat melanjutkan pertandingan ketikamemasuki set kedua. Di satu sisi,femininitas kelompok anak perempuan initergambar melalui empati dan perhatianyang mereka berikan terhadap Ria denganmenjenguknya seusai memenangkanpertandingan. Di sisi lain, maskulitasditunjukkan melalui kemampuan merekadalam bidang olahraga yang merupakancerminan sikap sportif dan kompetitifyang sejatinya sering diasosiasikandengan anak laki-laki.

B B , GOYS WILL OYS IRLS WILLBEBE IRLS G

P e n g g a m b a r a n t o k o h a n a kperempuan yang kuat, pintar, hebat danberani dalam beberapa cerita di atassekilas tampak bertolak belakang denganperan gender tradisional. Namundemikian, dalam banyak cerita lainpenggambaran tokoh perempuan masihbelum bisa dilepaskan dari stereotipeperan gender yang dianut dalammasyarakat patriarki. Sebagaimanadikemukakan oleh Tyson (2006:85)bahwa erdasarkan peran genderbtradisional, laki-laki merupakan sosokyang rasional dan kuat, serta berperansebagai pelindung dan pengambilkeputusan. Sebaliknya, perempuan adalahsosok yang emosional (tidak rasional) danlemah, se r ta ber s i fa t nur tur ing(penyayang) dan (pasrah), atausubmissiveyang dalam masyarakat Jawa dikenaldengan istilah .nerimo

Penggambaran yang bersifatstereotipikal sebagaimana disarikan olehTyson di atas masih dijumpai dalam tokohutama perempuan dan bahkan melekatpada hampir semua tokoh pendukungperempuan. Dalam “Petualangan MencariHarta Karun” karya Farrel (2011),misalnya, dua tokoh utama dalam kisahpetualangan ini adalah Susi, seorang anak

187

MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 14, No.2

Juli - Desember 2013: 100 - 219

Page 7: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

perempuan, dan Dika, seorang anak laki-laki. Pada awal kisah, penggambarankedua gender bersifat positif danseimbang:

Dika dan Susi pun memutuskanmencari harta karun sekarang. KarenaD ka dan Susi sama-sama anak yangipemberani, jadi tidak ada masalah....Dika dan Susi saling bergantianmendayung perahu menuju PulauEmas. (92 )-93

Penggambaran tokoh Susi dan Dikadi atas menunjukkan bahwa tidak adaperbedaan antara anak laki-laki danperempuan sehingga dapat dikatakanadanya kesetaraan gender di antarakeduanya. Keduanya sama-samadigambarkan sebagai anak yangpemberani dan tidak gentar bertualang.Bahkan dalam perjalanan pun, aktivitasmendayung perahu yang dilakukan secarabergantian tanpa membedakan gender.Namun, dalam bagian cerita selanjutnyapenggambaran ini mulai bergeser,sebagaimana berikut:

Susi memanjat pohon dengan cepat.Pohon buah campuran itu tinggi sekali.Baru sampai setengah pohon, Susisudah capek. Dia pun merosot ke tanah.Dika tertawa melihat Susi.“Ih, Dika ngetawain. Coba, dong, kamuyang manjat! Capek, tahu! Pohonnyatinggiii sekali,” kata Susi marah.“Oke, aku yang manjat, deh,” kataDika. Dika memanjat pohon itu danberhasil sampai di atas. (94-95)

Di sini mulai terlihat bahwa anaklaki-laki digambarkan lebih kuat daripadaanak perempuan, apalagi dalam halmemanjat pohon yang dianggap sebagaikemampuan yang lumrah bagi seoranga n a k l a k i - l a k i . B a h k a n d a l a mpenggambaran selanjutnya, menangisdipersepsikan identik dengan anakperempuan sebagaimana digambarkanpada tokoh Susi yang menangis ketika iaterjatuh di hutan: “Tiba-tiba Susi berdarah.Susi menangis. “Huhuhu … lututkuberdarah” (96) . Ha l in i seo lah

m e n u n j u k k a n b a h w a m e n a n g i smerupakan sebuah tindakan yang lumrahdilakukan oleh seorang perempuansebagai sosok yang emosional ketika iakesakitan atau menderita, dan sebaliknyasangat tabu bagi seorang laki-laki yangnotabene adalah sosok yang rasional.

Yang menarik, dalam cerita pendekyang lain berjudul “Guava Party”, penulisyang sama sebaliknya menggambarkananak laki-laki yang takut memanjat pohon:

“Nah sekarang … siapa, nih yang bisamemanjat? Aku takut memanjat,” kataRani.“Biasanya laki2, kan bisa memanjat!”kata Shaka sambil melirik ke arahAndre.“Tapi … aku takut,” jawab Andre.“Huuu … Andre … Andrecemencemen…,” kata Rani dan Shaka.“Aku enggak cemen!” kata Andremarah. “Ya sudah, deh, aku memanjat!Tapi, kalau aku luka, kalian tanggungjawab, ya, karena sudah memintakumemanjat.” (110)

Cerita ini memperlihatkan bahwaanak laki-laki yang takut memanjatdianggap sebagai anak yang cemen(manja) dan karenanya tidak cukup 'laki-laki'.

Rani langsung memanjat pohon jambuitu….“Wah, Rani hebat! Andre kalah, huuu…,” Shaka menyoraki Andre. Ranitertawa.“Iya, dong. Rani gitu, lho! Aku lebihhebat, kaaan daripada Andre? KataRani. Andre mengangguk.“Iya, deeeh. Tapi kamu enggak bisa,kan, main bola? Aku bisa lho!” kataAndre. (112)

Sementara itu, bagian cerita di atasmenunjukkan bahwa anak perempuanyang bisa memanjat pohon meskipundikatakan hebat dan diakui pulakehebatannya, tetap saja ia kalah dari anaklaki-laki karena tentunya anak perempuantidak bisa main bola. Penggambaran tokohlaki-laki dan perempuan dalam cerita inisemakin menegaskan bahwa stereotipeperan gender tidak hanya ditujukan

188

Representasi Gender dalam Cerita-Cerita Karya Penulis Anak Indonesia Seri KKPK

Page 8: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

kepada perempuan saja karena laki-lakipun tidak bisa lepas dari stereotipe genderyang terlanjur dilekatkan kepadanya.

Sekali lagi, penggambaran tokoh-tokoh laki-laki dan perempuan dalamceri ta-ceri ta KKPK ini semakinmengokohkan stereotipe gender yangdapat didefinisikan sebagai “asumsi yangdibuat tentang karakteristik masing-masing gender, yang meliputi penampilanfisik, kemampuan fisik, sikap, minat ataupekerjaan (Gooden & Gooden, 2001: 90).Seja lan dengan pe rnya taan in i ,penampilan fisik juga menjadi suatukeniscayaan bagi seorang perempuanyang sering kali secara ideal dituntut untukberpenampilan secantik dan semenarikmungkin sebagaimana dalam budayaBarat diwakili dalam penggambaranboneka Barbie atau dalam dunia dongenganak direpresentasikan dalam tokoh putriseperti Cinderella dan Putri Salju.

D I P :UA DENTITAS EREMPUAN“G G ” “B G ”OOD IRLS VS AD IRLS

Stereotipe tokoh perempuan jugadapat digolongkan dalam kategori “goodgirls” “bad girls” dan yang menurutTyson (2006: 89) merupakan konsep lainyang sering digunakan oleh ideologipatriarki yang hanya memberikan duapilihan identitas bagi perempuan. Identitas“ disematkan pada perempuangood girls”yang menerima peran gender tradisionaldan mematuhi norma-norma patriarki.Sebaliknya, perempuan akan diberi labelsebagai jika ia tidak mengikuti“bad girls”norma tersebut. Contoh penggambarankedua sosok perempuan semacam ini tidakjarang ditemui dalam dongeng-dongengpopuler seperti Cinderella, Putri Salju danPutri Tidur. Dalam dongeng-dongengtersebut, diwakili oleh para“good girls”tokoh utama perempuan yang kesemuanyasecara stereotipikal digambarkan lembut,pasrah, suci dan bahkan seperti malaikat.Sebaliknya, representasi yang”bad girls”kejam, agresif, dan jahat muncul dalamibu tiri dan saudara tiri yang jahat, ratuyang jahat, serta peri yang jahat.

Dikotomi identitas perempuan

berdasarkan ideologi patriarki tersebutjuga dapat kita jumpai dalam karya parapenulis anak seri KKPK. Dalam cerita“Happy Rainbow” karya Thia (2010),“good girls” digambarkan melalui tokohutamanya Fafa dan teman-temannya –Zhalfa, Deva dan Irene – yang membentukkelompok Happy Rainbow yang membuatkreasi seni dari bahan-bahan daur ulanguntuk kegiatan sosial. Di pihak lain, “badgirls” diwakili oleh para tokoh perempuanyang tergabung dalam kelompok GirlyGalz yakni Kettie, Kheylla dan Jessica,,yang merupakan kelompok anakperempuan yang populer di sekolah tapibersifat iri dan culas terhadap Fafa danteman-temannya. Dalam cerpen tersebutbahkan secara eksplisit kelompok yangsuka mengata-ngatai Fafa dan teman-temannya ini disebut sebagai “kelompoktrouble maker di sekolah” (8).

Hal serupa dapat dijumpai puladalam cerita karya NilnaNelissa's Mate(2011) yang menyuguhkan tokoh utamaperempuan, Nel issa Wayne dansahabatnya Morgan Mourn, sebagai“good girls” dan Careen Anderson, temansekolah yang sombong dan selalumemusuhi mereka, sebagai “bad girl”.Ketulusan Morgan yang kontras dengankesombongan Careen tampak jelas ketikaia memberikan kado ulang tahun untukCareen.

Morgan maju sambil membawa kadoberbungkus ungu ....“S e l ama t u l a ng t ah un , No naAnderson,” ucap Morgan pelan ditelinga Careen sambil memberikankadonya.“ Nona Mourn,”Thank you so much,ucap Careen pelan. “Meskipun begitu,aku tidak akan pernah menjaditemanmu dan teman Miss Wayne. Tidakakan pernah!”Morgan merasa jengkel. Tapi, diamenahan diri. Careen tidak akan pernahberubah. Tidak akan pernah! 83( )

Bahkan, seolah mengikuti alur ceritadongeng yang selalu menghukum tokoh-tokoh jahat yang diberi label sebagai “badgirls”, dalam cerita ini nasib tokoh Careen

189

MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 14, No.2

Juli - Desember 2013: 100 - 219

Page 9: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

pun berakhir tragis dengan kematianketika pesawat yang ditumpanginyamengalami kecelakaan.

A P NYAH YANG ENCARI AFKAHDAN BU YANG OMESTIK I D

Hal lain yang menunjukkanlekatnya stereotipe gender ini dalam karyaanak-anak ini adalah peran gender yangmelekat pada ayah dan ibu, di mana ayahadalah pencari nafkah dan ibu adalahpenanggung jawab urusan rumah tangga.Sosok ayah yang bekerja di kantor dan ibuyang memasak di rumah jelas tergambardalam cerita “Liburanku, Biola dan,Kurcaci” karya Mira (2011) berikut:

Malam hari pun tiba. Ayah baru sajapulang dari kantor. Hari ini ternyataa y a h l e m b u r . Ay a h h a r u smenyelesaikan pekerjaannya karenaakan mengambil cuti panjang.Ibu sudah siap dengan hidangan makanmalamnya. Makan malam kali inisangat menyenangkan buatku. Ibumemang sangat pandai menyenangkanorang-orang yang tinggal di rumah ini.Apalagi soal makanan, ibu paling tahuapa yang kami suka, terutama aku, yangmemang senang makan. 58( )

Sosok ibu yang domestik jugatergambar dalam kisah dua orang anakkembar “Maira vs Naira” karya Amira(2011). Kedua bersaudara ini selalubertengkar hampir dalam berbagai hal.Suatu hari, karena seringnya merekaberantem, mereka tidak menyadari bahwahari itu adalah hari libur sehingga merekapun bersiap ke sekolah dan memakaiseragam. Kedua orang tua merekamenertawakan perilaku mereka dankejadian tersebut dinarasikan “Pantas sajapapa tidak memakai jas, tapi hanyamemakai baju santai. Tapi, kalau mama,sih ... memang ibu rumah tangga!” 83 .( )Dari narasi ini terlihat dengan jelas bahwapersepsi tentang peran ayah dan ibu dimata penulis anak ini mengacu kepadaperan gender yang umum berterima dalammasyarakat patriarki. Ayah merupakansosok pencari nafkah yang bekerja di luarrumah dan karenanya ayah berbaju rapi

seperti memakai jas untuk pergi ke kantor.Sementara itu, ibu yang baik merupakansosok ibu yang tinggal di rumah ataudisebut juga ibu rumah tangga sehinggatidak perlu baju khusus untuk bekerja,dengan berbaju santai pun cukup.

Satu hal yang cukup menarik dalambeberapa karya penulis anak lainnyaterlihat dalam penggambaran ibu sebagaisosok wanita bekerja. Ketika tokoh ibudigambarkan memiliki kesibukan di luarrumah, pekerjaan yang dimiliki umumnyamasih di dalam lingkup bidang yangsejatinya tetap dekat dengan duniaperempuan, seperti misalnya masak-memasak. Ghea (2010) dalam “MagicCookies” mengisahkan Bunda, ibu dariAlifia, memiliki usaha membuat kuekering. Dalam cerita “Bintang NailaBersinar” karya Atikah (2012) sosok ibudigambarkan sebagai pencari nafkahdengan meninggalnya tokoh ayah danyang dilakukan ibu untuk menghidupikeluarga adalah dengan membuatberaneka ragam jajanan untuk dibawaNaila, anaknya, ke sekolah dan dijual dikantin sekolah.

Selain dalam hal masak-memasak,pekerjaan lain yang sering kali disandangoleh para tokoh perempuan dewasa adalahsebagai guru, seperti Bu Hanna, gurudrama dalam cerita pendek karya FloresMae Yani (2012a) lainnya yang berjudul“Flo's Drama”, tokoh Bu Guru yangmengajar prakarya dalam “Ayo, Jujur!”(Safira, 2012), dan Bu Rahma, guruBahasa Indonesia dalam “Plagiator”(Thifal, 2012). Yang lebih menarik lagiadalah ketika dalam sebuah cerita berjudul“Super Manda” (Alya, 2011) dimunculkansosok guru laki-laki, yakni Mr Tofu yangberasal dari Australia, maka guru tersebutdiberi identitas sebagai pengajar IPA atausains, sementara Bu Mujaidah dalamcerita yang sama adalah pengajar BahasaPerancis.

Secara umum, penggambarantokoh-tokoh ini semakin menguatkans t e r e o t i p e g e n d e r y a n g b i a s amengasosiasikan laki-laki dengan sainsdan matematika di satu sisi, dan

190

Representasi Gender dalam Cerita-Cerita Karya Penulis Anak Indonesia Seri KKPK

Page 10: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

perempuan dengan ilmu sosial, bahasa,dan budaya di sisi lain. Penggambaranyang bersifat stereotipikal ini sejalandengan teori yang“ ”stereotype threatdipublikasikan untuk pertama kalinyapada tahun 1999 dalam Journal ofExperimental Social Psychology, yangmeyakini adanya stereotipe bahwaperempuan memiliki kemampuan dalambidang matematika dan sains yang lebihburuk daripada laki-laki sehinggaberakibat pada rendahnya prestasiperempuan, khususnya dalam keduabidang tersebut, karena para perempuanumumnya cenderung mempercayai atausetidaknya terpengaruh untuk percayapada stereotipe yang sudah mengakartersebut ( 2012).Science Daily

P L SEN GA R UH A TA R OSI A LB MU D A Y A A S Y A R A K A TT E R H A D A P O N S T R U K S I KGENDER

Untuk mengungkap hal yangmelatarbelakangi munculnya representasigender dalam cerita seri KKPK yangditulis para penulis anak Indonesia eramilenium yang masih cenderung bersetiapada peran gender tradisional ini, perlukiranya ditilik lebih jauh faktor yangkhususnya berkaitan dengan latar sosialbudaya masyarakat mengingat genderdipahami sebagai sebuah konstruksisosial. Proses konstruksi gender padaanak-anak ini disebut Galliano (2003: 96)sebagai “childhood gender socialization”atau sosialisasi gender pada masa kanak-kanak, yang tidak hanya menghasilkanpemahaman pada anak tentang perilakuyang berterima berdasarkan gender tetapijuga membentuk sikap dan perilaku yangsesuai dengan gender. Melalui prosessosialisasi ini, anak perempuan terbentukmenjadi anak yang baik, penyayang danpenuh perhatian. Sementara, sesuaituntutan gender anak laki-laki dituntutuntuk menunjukkan sikap yang otonomi,kompetitif, dan tidak terlalu ekspresifsecara emosional.

Sosialisasi gender semacam initidak saja ditemui dalam masyarakat Barat

yang patriarki. Dalam masyarakatIndonesia pun norma-norma patriarkimerupakan nilai yang dominan di hampirsemua budaya, dengan beberapapengecualian seperti di suku Minang,Sumatera Barat. Oleh karena itu, tidaklahmengherankan apabila para penulis anakini pun sedari kecil telah mengalamiproses sosialisasi gender yang dilakukanantara lain oleh orang tua, masyarakat(termasuk sekolah) dan media.

S G MOSIALISASI ENDER ELALUIO MRANG UA DAN ASYARAKATT

Orang tua merupakan agensosialisasi gender yang memiliki peransangat penting dalam membentuk persepsianak tentang gender karena dengan keduaorangtualah yang memiliki akses terdekatt e r h a d a p a n a k s e m e n j a k a w a lkehidupannya , jauh sebelum iamendapatkan pendidikan secara formal.Sebagai unit terkecil dalam masyarakat,keluarga merupakan tempat anakmemperoleh pendidikan pertamanyakhususnya tentang nilai-nilai moral dansosial yang berlaku dalam masyarakat,dan orangtua adalah guru pertama bagianak.

Sosialisasi gender yang dimulai darikeluarga tidak luput dari contoh yangdilihat melalui praktik sehari-hari di dalamkeluarga. Anak-anak belajar untukmengetahui peran masing-masing genderdengan melihat peran yang dilakukan olehayah dan ibu mereka. Meskipun telah adapergeseran peran gender dalam setidaknyadua dekade terakhir, peran gender yangbersifat stereotipikal masih tidak bisadilepaskan dari kondisi sosial budayamasyarakat Indonesia sebagaimanadinyatakan oleh psikolog Dr. YukeSiregar, M.Pd dalam harian PikiranRakyat edisi 20 Pebruari 2005, bahwakultur di Asia, termasuk Indonesia,memisahkan dengan tegas pembagianperan ayah dan ibu pada wilayahdomestik, dan urusan di luar rumah dimana satu sama lain bertugas sesuaidengan perannya.

Berdasarkan praktik pemisahan

191

MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 14, No.2

Juli - Desember 2013: 100 - 219

Page 11: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

peran gender yang jelas-jelas masihmengikuti peran gender tradisional dalamkeluarga di Indonesia pada umumnyamaka tidaklah mengherankan apabilarepresentasi gender yang muncul dalamkarya-karya para penulis anak dalam seriKKPK ini masih berpedoman kuat padastereotipe gender dalam masyarakatpatriarki. Hal ini terlebih lagi ditegaskanoleh institusi pendidikan formal, yaknis e k o l a h , y a n g j e l a s - j e l a s j u g amengajarkan pembagian peran anggotakeluarga yang mengikuti pola perangender tradisional. Sebagai contoh, dapatkita tengok pembelajaran dalam bab“Pengalaman dalam Melaksanakan Perandalam Keluarga” yang merupakan bagiandari pelajaran IPS kelas 2 SD yang didalamnya memuat:

seorang ayah perannyabertanggung jawab ataskeselamatandan kesejahteraan keluargamencari nafkah keluargabekerja kerasuntuk kebutuhan keluarga

ibu rumah tanggabertanggung jawab mengurusrumah tangga mendidik anakmenyediakan makanan bergizimencuci pakaian anak anakdan membersihkan rumahbekerja mencari nafkah tambahan( )Kuswanto & Suharyanto, 2008: 72

Kutipan di atas menunjukkan bahwaperan gender tradisional yang telahdisosialisasikan kepada anak melaluikeluarga dan lingkungan masyarakatsemenjak usia dini, seolah semakindiinternalisasikan dalam diri anak denganadanya pengesahan dari otoritas sekolah.Oleh karena itu, tidaklah mengherankanapabila dalam cerita-cerita, seperti“Number 4” (Alya, 2010), “Maira vsNaira” (Amira, 2011) dan “Liburanku,Biola dan Kurcaci” (Mira, 2011), para,penulis anak ini menggambarkan tokohayah sebagai pencari nafkah dan tokoh ibusebagai penanggung jawab urusandomestik.

Namun demikian, ada satu hal yangmenarik pada bagian akhir kutipan di atas,

yakni adanya peran ibu sebagai pencarinafkah tambahan. Mengingat buku iniditerbitkan pada tahun 2008, rupanya telahdilakukan penyesuaian terhadap peran ibuuntuk lebih mencerminkan kondisi sosialdalam masyarakat seiring denganmeningkatnya trend perempuan yangtidak hanya tinggal di rumah tetapi jugamemiliki karir di luar rumah. Oleh karenaitu, peran ibu mencari nafkah tambahanbagi keluarga merupakan sebuah perantambahan yang disesuaikan denganpergeseran gender dalam masyarakat.Peran ini juga tergambar dalam beberapacerita anak yang menampilkan tokoh ibuyang bekerja sebagaimana dalam “MagicCookies” (Ghea, 2010), “Hacker Cilik”(Adel, 2010), dan “Kuliner Khas Sasha”(Chicha, 2011).

Pergeseran peran gender ternyatatidak hanya dialami oleh ibu tetapi jugaoleh ayah yang sedikit banyak turutdipengaruhi oleh perubahan pola kegiatanibu dari sepenuhnya di dalam rumahmenjadi wanita karir sehingga tidak semuapekerjaan rumah dapat diselesaikan olehibu. Dalam buku pelajaran yang sama halini diilustrasikan sebagai berikut: “ayahDian tidak ketinggalan, ayah berbelanja kepasar” Kuswanto & Suharyanto, 2008:(77 . Tugas berbelanja ke pasar yang)lazimnya menjadi tugas ibu, diambil aliholeh ayah ketika ibu sedang tidak bisamelakukannya. Hal ini menunjukkanbahwa ranah domestik pun kini tidak sterildari peran ayah meskipun bukan sebagaiperan yang permanen. Cerita “Surprise forMom” (Dienda, 2011) memberikangambaran tentang hal ini meskipun dalamkonteks yang sedikit berbeda. Dalamcerita ini, tokoh ibu dikisahkan sedangberulang tahun dan untuk itu pada hariistimewa tersebut seluruh anggotabersepakat untuk mengambil alih semuapekerjaan rumah tangga yang biasadikerjakan oleh ibu sementara ibu dapatmenikmati hari itu dengan berbelanja dimal atau pusat perbelanjaan. Tokoh ayahdalam cerita tersebut bertanggung jawabuntuk mencuci pakaian (meskipun denganmesin cuci) dan mencuci mobil (yang

192

Representasi Gender dalam Cerita-Cerita Karya Penulis Anak Indonesia Seri KKPK

Page 12: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

lumrahnya memang tugas ayah).Dari ilustrasi di atas, dapat

disimpulkan bahwa meskipun telah terjadipergeseran peran ayah dan ibu dalammasyarakat sebagaimana juga tercermindalam karya para penulis anak ini, perang e n de r t r a d i s i on a l ya ng s ud a hdisosialisasikan dengan baik melaluio rang tua dan masya raka t danterinternalisasi dalam diri anak, sejatinyamasih merupakan norma utama dalammasyarakat Indonesia hingga saat ini.Bahkan, sebuah penelitian yang dilakukanoleh Prihatinah (2011:33) menyimpulkanbahwa para perempuan pegiat gender diIndonesia meskipun memiliki persepsiyang berbeda terhadap peran suamisebagai kepala keluarga, umumnyamereka masih menghendaki suamisebagai pemimpin keluarga, dengancatatan ia memberikan lebih banyak ruangpada istri untuk pergi keluar mencaripenghasilan sendiri.

Persepsi tentang gender dalammasyarakat Indonesia ini sebenarnyabukanlah sesuatu yang hal yang sudahketinggalan zaman atau tidak lagidipraktikkan dalam masyarakat Baratyang notabene adalah masyarakat modern.Meskipun modernitas acap dilekatkansebagai identitas masyarakat Barat, padakenyataannya sebuah studi di Inggris,sebagaimana dilansir oleh Steve Doughty(2009) dalam sebuah harian terkemukaInggris menunjukkanThe Daily Mail,bahwa meskipun sekilas dianggap kuno,sebagian besar keluarga meyakini bahwaperan tradisional ayah dan ibu tetaplahyang terbaik. Dalam studi tersebut jugam e ng e m uk a b a h w a pe r a n a ya hseyogyanya adalah sebagai pencarinafkah, sementara ibu bertanggung jawabdalam pengasuhan anak. Dengandemikian, hal ini semakin menguatkanfakta bahwa secara umum peran gendertradisional masih belum banyak berubahdi dalam masyarakat saat ini yang masihberpegang teguh pada nilai-nilai patriarki.

P ME R A N E D I A D A L A MM GEREPRESENTASIKAN ENDER

Selain orang tua dan masyarakatyang berperan dalam konstruksi genderpada anak, media merupakan salah satuagen sosialisasi gender yang turutm e m i l i k i a n d i l b e s a r d a l a mmempengaruhi cara pandang anak tentangnorma-norma gender yang berterimadalam masyarakat. Menurut Ibrahim(2007:318), lingkungan simbolik anak danbudaya anak telah berkembang dansedang mengalami transformasi yangmendasar. Bagi anak-anak yang tumbuhdalam masyarakat-masyarakat relatifmakmur, dimana para penulis anak seriKKPK ini menjadi bagian di dalamnya,lingkungan media terdiri mainanatasanak-anak, buku bacaan dan komik,program dan iklan televisi, pelbagaiproduk (aplikasi permainanvideo gamesdalam komputer PC maupun tabletmaupun permainan elektronik interaktif),interaksi internet, film layar lebar, danmedia cetak (majalah, tabloid, dan“suplemen” anak-anak di beberapa suratkabar). Semuanya ini merupakan agen-agen dalam sosialisasi gender anak-anak(Galliano, 2003).

Per tanyaan-pertanyaan yangkemudian muncul terkait peran mediasebagai agen sosialisasi gender ini antaralain: apakah pesan yang bisa diserap anak-anak dari 'ikon-ikon' media seperti dalamfilm anak-anak seperti Doraemon, Dorathe Explorer, Sesame Street, Teletubbies,atau , dan lain-Spongebob Squarepantslain?; dan bagaimana karakter feminin danmaskulin direpresentasikan dalam mediaanak? (Ibrahim, 2007: 319). Mengingatmedia tersebut di atas merupakan mediayang dekat dengan keseharian anak, tidakdapat dipungkiri bahwa ketidakadaanjarak antara media sebagai pemberi pesandan anak sebagai audiens menjadikanpesan yang disampaikan akan dapatlangsung tersampaikan. Terlebih lagi,mengingat media anak tersebut umumnyamenyajikan hiburan yang disukai anak,tidaklah mengherankan apabila pesanyang disampaikan akan lebih mudah

193

MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 14, No.2

Juli - Desember 2013: 100 - 219

Page 13: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

terinternalisasi dalam diri anak.Kenyataan bahwa media memiliki

pengaruh kuat sebagai agen sosialisasigender pada anak-anak ini dapat dijadikansebagai penjelasan atas penggambarangender yang masih bersifat stereotipikal didalam sebagian besar cerita-cerita seriKKPK karya para penulis anak Indonesia.Sosialisasi gender yang telah merekadapatkan dari orang tua dan masyarakatseolah semakin dikokohkan denganrepresentasi gender yang ditampilkanmelalui media anak yang telah menjadibagian dari keseharian mereka sebagaianak-anak yang terlahir dalam masyarakatkelas menengah atas yang makmur padaera milenium ini. Dengan demikian, perangender tradisional yang dipegang teguholeh masyarakat patriarki dan terus-menerus disosial isasikan bahkansemenjak usia dini memiliki pengaruhyang sangat kuat terhadap penggambarantokoh laki-laki dan perempuan sertaperilaku sesuai gender yang berterimadalam masyarakat.

SIMPULANKajian terhadap cerita anak karya

para penulis anak Indonesia dalam seri(KKPK) ini menunjukkan adanya praktikgender sebagai kreasi sosial danrepresentasi budaya, termasuk dalamsastra anak. Meskipun para penulis iniadalah anak-anak yang dapat dikatakansebagai generasi abad ke-21, masihterlihat bahwa mereka belum bisa lepasdari pengaruh ideologi patriarki yangmempromosikan peran gender tradisionalyang mendefinisikan peran laki-laki yanglebih unggul daripada perempuanberdasarkan konstruksi gender yang sudahberakar dalam masyarakat. Representasigender yang sedemikian turut latar sosialbudaya masyarakat dimana anak-anak initumbuh. eran orang tua, masyarakat, danPmedia agen sosialisasi gendersebagaiterbukti memiliki pengaruh yang kuatdalam membentuk persepsi gender pada.Oleh karena itu, representasi gender dalamcerita-cerita karya anak-anak tersebutdapat dikatakan turut mereproduksi dan

melegitimasi peran gender tradisionalyang merupakan cerminan pandanganmasyarakatnya.

Satu hal yang patut diwaspadaiadalah pesan yang termuat di dalam ceritamelalui representasi tokoh laki-laki danperempuan itu sedikit banyak memilikikontribusi dalam membentuk persepsianak tentang makna menjadi seorang anaklaki-laki, anak perempuan, laki-lakidewasa atau perempuan dewasa.Bagaimana tokoh-tokoh tersebutdigambarkan dalam cerita anak akanberimplikasi pada pemahaman anaktentang sikap dan berperilaku sesuaig e n d e r y a n g b e r t e r i m a d a l a mmasyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Beasley, Chris. 2005. Gender & Sexuality:Critical Theories, Critical Thinkers.London: Sage Publications.

Cher land, Teya. 2006. “FemaleRepresentation in Children'sLiterature” dalam . EdisiEcclecticaA p r i l 2 0 0 6 .http://www.ecclectica.ca/issues/2006/1/ index.asp?Article=24

Crisp, Thomas & Brittany Hiller. 2011.“'Is This a Boy or a Girl?':R e t h i n k i n g S e x - R o l eRepresentation in Caldecott Medal-Winning Picturebooks, 1938-2011”dalam Children's Literature inEducation 42: 196-212.

Doughty Steve Fathers should, . 2009. “still be the breadwinners, sayfamilies 18” in Daily Mail.S e p t e m b e r 2 0 0 9 .http://www.dailymail.co.uk/news/ar t i c l e - 1 2 1 4 3 1 9 / F a t h e r s -b r e a d w i n n e r s - s a y -families.html#ixzz2GcmTtErH

Flood, Allison. 2011. “Study Finds HugeGender Imbalance in Children'sLiterature” dalam The Guardian

194

Representasi Gender dalam Cerita-Cerita Karya Penulis Anak Indonesia Seri KKPK

Page 14: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

e d i s i o n l i n e 6 M e i 2 0 11 .http://www.guardian.co.uk/books/2011/may/06/gender-imbalance-children-s-literature

Galliano, Grace. 2003. Gender: CrossingB ounda r i es . Be lmo n t , CA :Wadsworth/Thomson.

Gooden, A.M. M.A. Gooden 2001.& ."Gender Representation in NotableChildren's Picture Books: 1995-1999." Sex Roles: A Journal ofResearch 45: 89.

Hunt, Peter (Ed.). 2005. UnderstandingChildren's Literature. Edisi ke-2.London: Routledge.

Ibrahim, Idi Subandy. 2007. BudayaPopuler sebagai Komunikasi:D i n a m i k a P o p s c a p e a n dM e d i a s c a p e d i I n d o n e s i aK o n t e m p o re r . Yo g y a k a r t a :Jalasutra.

Jenainati, Cathia Judy Groves.& 2007.Introducing Feminism. Cambridge:Totem Books.

Koslowsky Julie "Feminist, . 2011.children's literature: A work oft r a n s l a t i o n " T h e s e s a n dD i s s e r t a t i o n s . P a p e r 7 0 .http://via.library.depaul.edu/etd/70

Kuswanto & Y. Suharjanto. 2008. IlmuPengetahuan Sosial untuk SekolahDasar/MI Kelas 2. Jakarta: PusatPerbukuan Departemen PendidikanNasional.

MacArthur, H. & C. Poulin. 2011.“Gender Representation in aSelection of Children's PictureBooks: A Skewed Ratio of Male toFemale Characters?” dalamUndergraduate Research Journalfor Human Science Vol.10.h t tp : / /www.kon.org /urc /v10 /macarthur.html

McCabe, Janice dkk. 2011. “Gender inTwentieth-Century Children'sBooks: Patterns of Disparity inTitles and Central Characters”d a l a m G e n d e r & S o c i e t y.http://gas.sagepub.com/content/25/2/197.full.pdf+html

Mitchell, C.A. & J. Reid-Walsh, eds. 2008.Girl Culture: An Encyclopedia,Volumes 1 & 2. Westport, CT:Greenwood Press.

Nodelman, Perry. 2008. The HiddenAdu l t : De f in ing Chi ldren ' sLiterature. Baltimore, MY: JohnHopkins University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak:Pengantar Pemahaman DuniaAnak. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press.

“Peran Ayah dan Ibu tidak LagiDibedakan” dalam harian PikiranRakyat. Edisi Minggu, 20 Pebruari2 0 0 5 . h t t p : / / w w w. p i k i r a n -r a k y a t . c o m / c e t a k / 2 0 0 5 /0205/20/hikmah/utama02.htm.

Prihatinah, Tri Lisiani. 2011. “PersepsiPegiat Jender terhadap KonsepPasal 31 Ayat (3) Undang-UndangPerkawinan tentang Status KepalaKeluarga“ dalam Jurnal DinamikaHukum. Vol. 11. No. 1. Januari 2011.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori,Metode, dan Teknik PenelitianSastra. Y y Edisi Revisi. og akarta:Pustaka Pelajar.

Sarumpaet, Riris K. Toha. 2001. “Tokohdalam Bacaan Anak Indonesia”dalam Makara: Jurnal PenelitianUniversitas Indonesia. Vol. 5. No. 2.Seri Sosial dan Humaniora. Hal. 24-29.

________. 2010. Pedoman Penelitian

195

MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 14, No.2

Juli - Desember 2013: 100 - 219

Page 15: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

Sastra Anak. Edisi Revisi. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Singh, Manjari. 1998. “Gender Issues inChildren's Literature” dalam ERICD i g e s t .http://www.ericdigests.org/1999-3/gender.htm

Tarigan, H G. 1995.. Prinsip Prinsip-Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Taxel, Joel. “Cultural Politics and Writingfor Young People” in Lehr, Susan.Ed. Battling Dragons: Issues andC o n t ro v e r s y i n C h i l d re n ' sLiterature. Portsmouth, NH:Heinemann, 1995.

University of Missouri-Columbia. 2012."'Women worse at math than men'explanation scientifically incorrect,experts say" 18 Jan. in .ScienceDaily2012. http://www.sciencedaily.com/releases/2012/01/120118123141.htm

DAFTAR CERITA PENDEK KARYAPENULIS ANAK SERI KKPK

Adel. 2010. “Hacker Cilik” dalam Thia,dkk. Kecil-Kecil Punya Karya:Magic Cookies – Cerita-Cerita SeruKarya 20 Penulis Cilik Indonesia.Bandung: DAR! Mizan. hal. 16-24.

Adelia Armanda. 2012. “YummyCookies” dalam Thia, dkk. Kecil-Kecil Punya Karya: Ibu Baru – EdisiSpesial Penulis KKPK dan MuridIndonesia Mengajar. Bandung:DAR! Mizan. hal. 47-55.

Almira. 2011. “Upsss ...! Lupa Lagi” dalmAyunda, dkk. Kecil-Kecil PunyaKarya: Super Manda – Cerita-Cerita Seru Karya 20 Penulis CilikIndonesia. Bandung: DAR! Mizan.hal. 93-99.

Alya. 2010. Kecil-Kecil Punya Karya:

Teman Khayalan Zaira. Bandung:DAR! Mizan.

Alya. 2011. “Super Manda” dalamAyunda, dkk. Kecil-Kecil PunyaKarya: Super Manda – Cerita-Cerita Seru Karya 20 Penulis CilikIndonesia. Bandung: DAR! Mizan.hal. 9-15.

Alya. 2012. “ Hidung Pinokio Niko”dalam Alya, dkk. Kecil-Kecil PunyaKarya: Hidung Pinokio Niko –Pemenang Lomba Cerpen NasionalTingkat SD. Bandung: DAR! Mizan.hal. 8-13.

Amira. 2011. “Maira vs Naira” dalamAyunda, dkk. Kecil-Kecil PunyaKarya: Super Manda – Cerita-Cerita Seru Karya 20 Penulis CilikIndonesia. Bandung: DAR! Mizan.hal. 79-85.

Arina. 2012. “Jujur Lebih Penting” dalamAlya, dkk. Kecil-Kecil PunyaKarya: Hidung Pinokio Niko –Pemenang Lomba Cerpen NasionalTingkat SD. Bandung: DAR! Mizan.hal. 39-45.

Atikah. 2012. “Bintang Naila Bersinar”dalam Alya, dkk. Kecil-Kecil PunyaKarya: Hidung Pinokio Niko –Pemenang Lomba Cerpen NasionalTingkat SD. Bandung: DAR! Mizan.hal. 14-20.

Chicha. 2011. “Kuliner Khas Sasha”dalam Ayunda, dkk. Kecil-KecilPunya Karya: Super Manda –Cerita-Cerita Seru Karya 20Penulis Cilik Indonesia. Bandung:DAR! Mizan. hal. 20-31.

Farrel. 2011. Kecil-Kecil Punya Karya:Guava Party. Bandung: DAR!Mizan.

Flores Mae Yani. 2012a. “Flos's Drama”dalam Alya, dkk. Kecil-Kecil Punya

196

Representasi Gender dalam Cerita-Cerita Karya Penulis Anak Indonesia Seri KKPK

Page 16: representasi gender dalam cerita-cerita karya penulis anak

Karya: Hidung Pinokio Niko –Pemenang Lomba Cerpen NasionalTingkat SD. Bandung: DAR! Mizan.hal. 21-27.

____. 2012b. “Cupcake untuk Ibu” dalamThia, dkk. Kecil-Kecil PunyaKarya: Ibu Baru – Edisi SpesialPenulis KKPK dan Murid IndonesiaMengajar. Bandung: DAR! Mizan.hal. 8-17.

Ghea. 2010. “Magic Cookies” dalamdalam Thia, dkk. Kecil-Kecil PunyaKarya: Magic Cookies – Cerita-Cerita Seru Karya 20 Penulis CilikIndonesia. Bandung: DAR! Mizan.hal. 42-48.

Haura. 2010. “Resep Baru” dalam Thia,dkk. Kecil-Kecil Punya Karya:Magic Cookies – Cerita-Cerita SeruKarya 20 Penulis Cilik Indonesia.Bandung: DAR! Mizan. hal. 82-88.

Kanya. 2010. “Diet Felly” dalam Thia,dkk. Kecil-Kecil Punya Karya:Magic Cookies – Cerita-Cerita SeruKarya 20 Penulis Cilik Indonesia.Bandung: DAR! Mizan. hal. 101-107.

Luluk Zhahra Salsabila. 2012. “SaatTemanku Cedera” dalam Thia, dkk.Kecil-Kecil Punya Karya: Ibu Baru– Edisi Spesial Penulis KKPK danMurid Indonesia Mengajar.Bandung: DAR! Mizan. hal. 83-85.

Mira. 2011. “Harapanku, Biola danKurcaci” dalam Ayunda, dkk. Kecil-Kecil Punya Karya: Super Manda –Cerita-Cerita Seru Karya 20Penulis Cilik Indonesia. Bandung:DAR! Mizan. hal. 57-68.

Nilna. 2011. Kecil-Kecil Punya Karya:Nelissa's Mate – Hari-hari IndahBersama Sahabat Sejati. Bandung:DAR! Mizan.

Ramya. 2011. “Terlalu Berbahaya” dalamAyunda, dkk. Kecil-Kecil PunyaKarya: Super Manda – Cerita-Cerita Seru Karya 20 Penulis CilikIndonesia. Bandung: DAR! Mizan.hal. 16-19.

Rara. 2011. “Harapan dari Nambezi”dalam Ayunda, dkk. Kecil-KecilPunya Karya: Super Manda –Cerita-Cerita Seru Karya 20Penulis Cilik Indonesia. Bandung:DAR! Mizan. hal. 40-48.

Safira. 2012. “Ayo, Jujur!” dalam Alya,dkk. Kecil-Kecil Punya Karya:Hidung Pinokio Niko – PemenangLomba Cerpen Nasional TingkatSD. Bandung: DAR! Mizan. hal. 28-33.

Thia. 2010. “Happy Rainbow” dalamThia, dkk. Kecil-Kecil PunyaKarya: Magic Cookies – Cerita-Cerita Seru Karya 20 Penulis CilikIndonesia. Bandung: DAR! Mizan.hal. 8-15.

Thifal. 2012. ”Plagiator” dalam Alya, dkk.Kecil-Kecil Punya Karya: HidungPinokio Niko – Pemenang LombaCerpen Nasional Tingkat SD.Bandung: DAR! Mizan. hal. 34-38.

Yasa. 2012. Kecil-Kecil Punya Karya:Facebook Lover Kumpulan –Cerpen Keren. Bandung: DAR!Mizan

197

MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 14, No.2

Juli - Desember 2013: 100 - 219