rencana kinerjaikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/rencana... · 2020. 4. 7. ·...

19
RENCANA KINERJA DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HILIR TAHUN 2019 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DIREKTORAT JENDERAL KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA JAKARTA, APRIL 2018

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • RENCANA KINERJA

    DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HILIR TAHUN 2019

    KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

    DIREKTORAT JENDERAL KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA

    JAKARTA, APRIL 2018

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................... ii DAFTAR TABEL ...................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .................................................................... iv

    I. PENDAHULUAN ............................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................... 1 1.2 Maksud dan Tujuan .................................................... 6 1.3 Tugas Pokok dan Fungsi .............................................. 6 1.4 Ruang Lingkup .......................................................... 10

    II. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI ............................ 11 2.1 Hasil – Hasil Pembangunan ........................................... 11 2.2 Arah Pembangunan .................................................... 17

    III. AKUNTABILITAS KINERJA .................................................. 22 3.1 Sasaran .................................................................. 22 3.2 Indikator Kinerja ....................................................... 23

    IV. PENUTUP ...................................................................... 28

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Berdasarkan Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, tujuan

    pembangunan industri adalah untuk mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing,

    dan maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Untuk melaksanakan

    Undang – Undang tersebut, disusun Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

    (RIPIN) yang berlaku lima tahun, Kebijakan Industri Nasional, dan Rencana Kerja

    Pembangunan Industri yang berlaku satu tahun.

    Menurut Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri

    Nasional, perencanaan pembangunan industri dalam jangka panjang diarahkan untuk :

    1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan

    masyarakat;

    2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses

    industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap berpegang

    kepada nilai-nilai luhur bangsa;

    3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di

    bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan

    daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia;

    4. Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri

    dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta ikut menunjang

    penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.

    Keberhasilan program pembangunan nasional tidak terlepas dari implementasi prinsip

    – prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu transparansi,

    akuntabilitas, dan visi strategis. Prinsip – prinsip tersebut dituangkan dalam

    manajemen pemerintahan yang mencakup kegiatan komitmen, perencanaan,

    koordinasi, pelaksanaan, dan evaluasi. Salah satu aspek penting yang menentukan

    keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan adalah kualitas komitmen dan

  • 2

    perencanaan. Komitmen pembangunan umumnya dituangkan dalam bentuk kebijakan,

    dan perencanaan dituangkan dalam dokumen perencanaan.

    Direktorat Industri Kimia Hilir (IKHF) adalah salah satu unit kerja di lingkungan Ditjen

    IKFT (Ditjen IKFT) yang bertanggung jawab terhadap pengembangan subsektor industri

    kimia hilir berkontribusi cukup signifikan pada perindustrian nasional. Hal ini terlihat

    dalam Bangun Industri Nasional sebagaimana gambar berikut :

    Gambar 1.1

    Bangun Industri Nasional

    Industri Hulu Agro Industri Hulu

    Mineral Tambang Industri Hulu Migas dan

    Batubara

    Industri Barang Modal

    Industri

    Farmasi dan

    Kosmetik

    Industri Alat

    Transportasi

    Industri

    Elektronika &

    Telematika

    Prasyarat

    Industri Pendukung

    Industri Andalan

    Modal Dasar

    Industri Tekstil

    dan Alas Kaki

    & household

    Industri Komponen

    VISI & MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

    Industri

    Pembang

    kit Energi

    Industri Bahan Penolong &

    Aksesoris

    Industri

    Pangan

    Pembiayaan Infrastruktur Kebijakan & Regulasi

    Teknologi, Inovasi & Kreativitas Sumber Daya Alam Sumber Daya Manusia

    Industri

    Pembangkit

    Energi

    Industri Hulu

    Dalam Bangun Industri Nasional, industri kimia hilir dipandang sebagai industri

    andalan dalam skema pembangunan industri nasional. Tantangan yang dihadapi

    pengembangan industri kimia hilir di masa kini adalah (1) kekurangan bahan baku dan

    pendukungnya; (2) keberadaannya masih sangat tergantung pada ketersediaan

    Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) dan Teknologi, Inovasi &

    Kreativitas. Keadaan industri kimia hilir saat ini masih dihadapkan pada beberapa

    masalah terkait SDA, SDM dan Teknologi, Inovasi & Kreativitas, yaitu :

  • 3

    1. Kekurangan pasokan bahan baku. Hal ini seperti yang dialami oleh industri plastik

    maupun industri farmasi dan kosmetik. Kedua industri tersebut masih

    mengandalkan bahan baku impor untuk menyuplai kebutuhan bahan baku di

    dalam negeri.

    2. Terputusnya rantai nilai pengolahan SDA seperti yang dialami oleh industri karet,

    dimana karet alam sebagai bahan baku diekspor dan diolah di luar negeri dan

    Indonesia mengimpor karet kompon untuk diolah menjadi produk karet hilir

    3. Kurangnya ketersediaan SDM terampil seperti yang dialami oleh industri plastik,

    dimana masih banyak dibutuhkan SDM terampil serta tenaga ahli untuk inovasi

    desain dan material.

    Oleh karena itu, ke depan, industri kimia hilir diharapkan menjadi sumber

    pertambahan nilai melalui proses pengolahan yang mengarah ke penguatan dan

    pendalaman struktur industri. Cita-cita tersebut mutlak membutuhkan peran serta aktif

    pemerintah. Oleh karena itu, pada periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Nasional (RPJMN) Tahun 2015 - 2019, arah kebijakan pembangunan industri nasional

    secara umum diwujudkan melalui :

    1. Penumbuhan populasi dan persebaran industri

    Investasi untuk menambah populasi industri berskala besar dan sedang

    2. Peningkatan produktivitas (nilai tambah per tenaga kerja):

    Dilaksanakan melalui peningkatan efisiensi teknis, pengembangan industri dengan

    kandungan teknologi yang lebih tinggi, dan meningkatkan kemampuan industri

    mengembangkan produk baru (New Product Development, NPD).

    Dalam rangka mengoperasionalkan arah kebijakan tersebut, pada periode tahun 2015 –

    2019, sektor industri diharapkan dapat melakukan efisiensi teknikal melalui strategi :

    1. Revitalisasi permesinan industri, dijalankan melalui Pembaharuan mesin produksi

    sehingga lebih efisien dengan kualitas produk lebih tinggi (mengurangi waste) dan

    mendorong penerapan best practice dalam mengelola usaha industri

    2. Peningkatan keterampilan tenaga kerja, dilaksanakan melalui fasilitasi pengem-bangan

    ketrampilan tenaga kerja pada saat “entry”, fasilitasi peningkatan keterampilan bagi

    yang sudah bekerja (long life learning), serta implementasi standar kompetensi tenaga

    kerja

  • 4

    3. Pemanfaatan economic of scope, dilaksanakan melalui fasilitasi terjadi-nya aglomerasi,

    pembinaan terbangunnya klaster industri, serta mendorong dan memfasilitasi

    transaksi antar perusahaan domestik

    Industri Kimia Hilir merupakan subsektor industri yang bercirikan padat modal, padat

    teknologi, padat karya, memiliki keterkaitan tinggi mulai dari hulu hingga hilir, dan

    menjadi komoditas unggulan ekspor penghasil devisa negara. Dengan memerhatikan

    karakteristik tersebut, Direktorat IKHF berupaya untuk mengembangkan industri

    binaannya melalui program kegiatan yang aspiratif, fasilitatif, dan akomodatif. Kondisi

    Sub Sektor industri kimia hilir yang diharapkan dalam jangka menengah pada tahun

    2015 - 2019 adalah sebagai berikut :

    1. Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya program

    revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri subsektor industri kimia hilir

    yang terkena dampak krisis;

    2. Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi bahan baku industri;

    3. Semakin meningkatnya daya saing industri subsektor industri kimia hilir yang

    berorientasi ekspor;

    4. Tumbuhnya industri - industri subsektor industri kimia hilir potensial yang akan

    menjadi basis pengembangan industri di masa depan;

    5. Tumbuhnya industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak

    pertumbuhan industri di masa depan;

    6. Tumbuhnya industri subsektor industri kimia hilir yang mampu menciptakan

    lapangan kerja yang besar.

    Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang Pedoman

    Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan

    Kementerian Perindustrian mengamanatkan agar setiap Unit Eselon I dan II menyusun

    dokumen Rencana Kinerja, yaitu suatu dokumen perencanaan kinerja tertentu

    berdasarkan sumber daya yang dimiliki instansi. Sedangkan perencanaan kinerja

    merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan

    program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis yang akan dilaksanakan oleh

    instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Oleh karena itu, dalam rangka

    meningkatkan implementasi program pengembangan industri kimia hilir tahun 2016

  • 5

    yang lebih berdayaguna, berhasilguna, dan untuk memantapkan akuntabilitas kinerja,

    Direktorat IKHF perlu menyusun Rencana Kinerja (Renkin) Direktorat IKHF Tahun 2017.

    Dokumen Renkin memuat informasi tentang sasaran yang ingin dicapai, hasil-hasil

    pembangunan yang telah dicapai, dan indikator kinerja yang diharapkan dapat

    mengarahkan perumusan program kegiatan Direktorat IKHF Tahun 2017, serta

    pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat IKHF sehingga kinerja yang dihasilkan

    pada tahun 2017 memenuhi kualitas akuntabel dan berkelanjutan.

    1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

    Sebagaimana amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

    Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan

    Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menjelaskan

    bahwa dokumen Rencana Kinerja merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam

    penyusunan dokumen Penetapan Kinerja yang merupakan dokumen pernyataan

    kinerja/kontrak kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk

    mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan sumberdaya tertentu pada suatu

    instansi. Demikian pula dijelaskan dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga

    Administrasi Negara Nomor 239 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan

    Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menyebutkan bahwa dokumen

    Rencana Kinerja disusun seiring dengan agenda penyusunan kebijakan dan anggaran,

    serta merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam tahun tertentu.

    Sedangkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang

    Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan

    Kementerian Perindustrian, dijelaskan bahwa Rencana Kinerja adalah suatu dokumen

    perencanaan kinerja tertentu berdasarkan sumber daya yang dimiliki oleh instansi.

    Oleh karena itu, berdasarkan amanat tersebut, maka maksud dan tujuan penyusunan

    penyusunan dokumen Rencana Kinerja Direktorat IKHF Tahun 2017 adalah untuk

    menjabarkan sasaran dan program jangka menengah yang termuat dalam Rencana

  • 6

    Strategis Direktorat IKHF Tahun 2015 – 2019 menjadi indikator kinerja yang dapat

    dioperasionalkan untuk pencapaian sasaran kegiatan Direktorat IKHF Tahun 2016.

    1.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI

    Sesuai Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107 Tahun 2015 tentang Organisasi

    dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat IKHF mempunyai tugas

    menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan

    penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,

    promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,

    pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatanpenggunaan

    produk dalam negeri pada industri kimia hilir. Dalam melaksanakan tugas tersebut,

    Direktorat IKHF menyelenggarakan fungsi:

    1. perumusan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,

    peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa

    industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri

    strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri

    pada industri kimia hilir;

    2. pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,

    peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa

    industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri

    strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri

    pada industri kimia hilir;

    3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendalaman dan

    penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha,

    promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,

    pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan

    penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hilir;

    4. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan

    kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan

  • 7

    daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri,

    standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri strategis dan

    industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri

    kimia hilir;

    5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendalaman dan penguatan

    struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi

    industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,

    pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan

    penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hilir.

    Direktorat IKHF terdiri atas Subdirektorat Program Pengembangan Industri Kimia Hilir;

    Subdirektorat Industri Plastik dan Karet Hilir; Subdirektorat Industri Farmasi; dan

    Kosmetik dan SubDirektorat IKHF Lainnya. dimana masing-masing mempunyai tugas

    sebagai berikut:

    1. Subdirektorat Program Pengembangan Industri Kimia Hilir

    Tugas : penyiapan bahan perumusan dan penyusunan rencana, program, dan

    anggaran di bidang industri kimia hilir penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan,

    pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian informasi di bidang industri

    kimia hilir

    2. Subdirektorat Industri Plastik dan Karet Hilir

    Tugas : melaksanakan melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan

    penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana

    dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,

    perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis

    pengembangan industri di bidang industri plastik dan karet hilir

    3. Subdirektorat Industri Farmasi dan Kosmetik

    Tugas : melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan penyebaran

    industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan

    prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,

    perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis

    pengembangan industri di bidang industri farmasi dan kosmetik

  • 8

    4. Subdirektorat Industri Kimia Hilir Lainnya

    Tugas : melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan penyebaran

    industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan

    prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,

    perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis

    pengembangan industri di bidang industri kimia hilir lainnya

    1.4 RUANG LINGKUP

    Rencana Kinerja Direktorat IKHF Tahun 2019 merupakan bagian dari perencanaan jangka

    menengah pengembangan industri kimia hilir memiliki ruang lingkup yang meliputi

    pencapaian hasil pengembangan kimia hilir tahun 2015 - 2019, penetapan sasaran dan

    indikator kinerja, serta perumusan program kegiatan dan anggaran penumbuhan dan

    pengembangan kimia hilir tahun 2019.

  • 9

    BAB II

    PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

    2.1 HASIL-HASIL PEMBANGUNAN

    Dalam rangka meningkatkan nilai tambah industri kimia hilir, Direktorat IKHF juga

    mengajukan usulan insentif untuk pengembangan industri. Insentif tersebut berupa

    pemberian Tax Holiday, Tax Allowance, dan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah

    (BMDTP). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 130 Tahun 2011, Tax

    Holiday diberikan untuk industri perintis (pioneer) yang melakukan investasi senilai

    Rp. 1 Triliun atau lebih. Tujuan pemberian Tax Holiday dan Tax Allowance adalah

    untuk meningkatkan investasi industri strategis yang sangat dibutuhkan untuk

    pembangunan. Rincian Kegiatan Direktorat IKHF dalam menyelenggarakan upaya

    dalam rangka penciptaan iklim usaha kondusif adalah sebagai berikut:

    1. Usulan Tax Allowance untuk kelompok industri pembuatan minyak pelumas;

    industri kosmetik, termasuk pasta gigi; industri ban luar dan ban dalam;

    industri barang plastic lembaran; dan industri sarung tangan karet;

    2. Direktorat IKHF melalui Ditjen IKFT pada tahun ini juga melaksanakan

    kegiatan penunjang industri seperti koordinasi Bea Masuk Ditanggung

    Pemerintah (BMDTP). BMDTP merupakan salah satu instrumen fiskal

    Direktorat IKHF yang bertujuan untuk penciptaan iklim usaha kondusif. Pada

    tahun 2017 Direktorat IKHF menganggarkan pagu BMDTP sebesar

    Rp.100.000.000.000,- dengan Rencana Impor Barang (RIB) sebesar

    Rp.98.856.923.955,- dengan realisasi sebesar 74 persen atau Rp.

    73.849.970.000-. Realisasi ini lebih kecil dibandingkan dengan tahun

    sebelumnya yang sebesar 80 persen. Penyerapan BMDTP tahun 2017 lebih

    kecil dibandingkan tahun 2016 dikarenakan pada pelaksanaannya terkendala

    perubahan PMK akibat adanya perubahan struktur BTKI, sehingga periode

    realisasi BMDTP menjadi terhambat. Rata rata penyerapan BMDTP sebesar

    70% hal ini menadakan bahwa sektor industri plastik masih sangat

    membutuhkan fasilitas BMDTP dikarenakan pasokan bahan baku dari dalam

    negeri masih terbatas

  • 10

    Khusus untuk Pemberian Fasilitas Bea Masuk Ditanggung Pemerintah

    (BMDTP) atas impor bahan baku industri plastik hilir (Pembuatan kemasan

    plastik, plastik lembaran, Biaxially Oriented Poly Propylene Film, Cast Poly

    Propylene Film, karung plastik, palet plastik, botol dan jerigen plastik, terpal

    plastik, geotekstil, barang dan/atau perabot rumah tangga dari plastik), pagu

    pada tahun 2016 berdasarkan PMK 255/PMK.010/2016 adalah sebesar Rp.

    100.000.000.000,- dari nilai usulan sebesar Rp. 98.856.923.955,- dengan

    periode pelaksanaan dari bulan Juni sampai dengan Desember 2016, atau

    efektif selama 7 bulan. Adapun realisasi mencapai Rp. 73.849.970.000,- atau

    70%.

    2.2 ARAH PEMBANGUNAN

    Dalam rangka mendukung kebijakan Ditjen IKFT beserta sasaran strategis dan IKU-

    nya, sebagai unit kerja Eselon II di lingkungan Ditjen IKFT maka Direktorat IKHF

    berkewajiban menyukseskan pencapaian sasaran strategis dan Indikator Kinerja

    Utama (IKU) Ditjen IKFT. Direktorat IKHF adalah pembina industr kimia hilir yang

    produk – produknya digunakan langsung oleh konsumen maupun digunakan sebagai

    mata rantai bagi pengembangan industri lainnya, yaitu industri barang modal,

    industri kecil menengah, industri alat angkut, industri agro, dan industri telematika.

    Dari penjabaran arah kebijakan Ditjen IKFT dan berdasarkan Visi dan Misi Direktorat

    IKHF, maka disusun rencana strategis yang akan dicapai dalam kurun waktu lima

    tahun 2015-2019, maka disusun arah kebijakan Direktorat IKHF yang

    menggambarkan visi dan misi jangka panjang industri berbasis manufaktur nasional.

    Sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan

    Industri Nasional, industri berbasis manufaktur nasional memegang peranan penting

    dalam pembangunan industri nasional menuju Negara Industri Maju Baru pada

    tahun 2020. dan Menjadi Negara Industri Tangguh Dunia pada tahun 2025. Melalui

    penyusunan Peta Strategi tersebut, diharapkan kinerja pelaksanaan tupoksi

    Direktorat IKHF semakin fokus dan kontributif terhadap pembangunan industri

    nasional.

  • 11

    Arah kebijakan dalam rencana strategis Direktorat IKHF mencakup beberapa hal

    pokok sebagai berikut :

    1. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan industri

    prioritas nasional melalui rencana aksi pembangunan industri prioritas

    direktorat jenderal industri kimia, tekstil, dan aneka.

    2. Mendukung melancarkan Program Prioritas Nasional untuk dapat memenuhi

    kebutuhan akan bahan baku/ bahan penolong.

    3. Melaksanakan Pembangunan Sumber Daya Industri, baik sumber daya manusia,

    sumber daya alam maupun pengembangan dan pemanfaatan teknologi

    industri.

    4. Melaksanakan Pembangunan Sarana Dan Prasarana Industri, baik standardisasi

    industri maupun sistem informasi industri.

    5. Menyusun peraturan perundang-undangan untuk memberikan kepastian dan

    perlindungan hukum dalam pembangunan industri nasional.

    6. Mendorong pertumbuhan industri di luar Pulau Jawa

    7. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam

    mendukung pembangunan industri nasional.

    Selain itu, secara khusus sebagai tindak lanjut dari program yang dilaksanakan pada

    tahun sebelumnya ialah Arahan Presiden Republik Indonesia dimana anggaran harus

    menyesuaikan program, maka program disesuaikan yang mendukung prioritas

    nasional. Adapun untuk tahun 2019 Rencana kerja dan Arsitektur dan Informasi

    Kinerja diharuskan selaras serta menyesuaikan Program Prioritas yang telah tercatat

    di Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2019.

  • 12

    BAB III

    AKUNTABILITAS KINERJA

    1.1 SASARAN

    Dalam rangka pencapaian misi, visi, tujuan dan sasaran Direktorat IKHF, maka dalam

    kebijakan Direktorat IKHF disusun 4 (empat) sasaran strategis yang akan dicapai

    dengan Indikator Kinerja Utama (IKU), sebagaimana yang diuraikan berikut :

    Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya populasi dan persebaran industri.

    Meningkatnya populasi dan persebaran industri diindikasikan dengan meningkatnya

    unit industri serta investasi sektor kimia hilir besar sedang yang tumbuh. Dengan

    demikian, Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah :

    1. Unit industri kimia hilir besar sedang yang tumbuh;

    2. Nilai investasi di sektor industri kimia hilir.

    Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

    Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri dimaksudkan untuk

    meningkatkan penjualan produk dalam negeri dibandingkan dengan seluruh pangsa

    pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan daya saing dan produktivitas

    dilakukan melalui pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang

    bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan

    kemandirian industri nasional. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran

    strategis ini adalah:

    1. Kontribusi ekspor produk industri kimia hilir terhadap ekspor nasional.

    2. Produktivitas SDM industri kimia hilir.

    Sasaran Strategis 3 : Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

    Peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor industri ke depan dilakukan

    secara terencana serta disusun secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan

  • 13

    dan kebijakan-kebijakan yang mendukung tercapainya rencana tersebut. Indikator

    kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah Jumlah Peraturan Perundangan.

    Sasaran Strategis 4 : Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang

    perindustrian yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

    Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dan

    produktivitas dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor.

    Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:

    1). Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

    2). Infrastruktur kompetensi yang terbentuk.

    3). Infrastruktur standar produk yang terbentuk.

    1.2 INDIKATOR KINERJA

    Berdasarkan sasaran strategis diatas, Direktorat IKHF menyusun Rencana Kinerja

    Tahun 2019 yang disusun dalam rangka pencapaian target jangka menengah disertai

    beberapa penyesuaian. Hal ini dikarenakan pada perkembangannya Rencana Strategis

    Direktorat IKHF mengalami beberapa review yang dipengaruhi oleh kondisi iklim bisnis.

    Rencana Kinerja Direktorat IKHF Tahun 2019 memuat beberapa indikator kinerja yang

    ditetapkan berdasarkan perspektif pemangku kepentingan dan pelaksanaan tupoksi.

    Rencana kinerja tersebut adalah sebagai berikut :

  • 14

    Tabel 3.1

    Rencana Kinerja Direktorat IKHF Tahun 2019

    1. Unit

    2. Rp Triliun

    1. Persen

    2. Rp. Juta

    1. RSKKNI

    2. Rpres/

    Rmenteri

    1. Persen

    2. Persen

    2. Tersusunnya

    perencanaan program,

    pengelolaan keuangan

    serta pengendalian

    yang berkualitas dan

    akuntabel

    Anggaran Direktorat IKHI yang diblokir di akhir

    tahun

    5

    Kesesuaian rencana program dan kegiatan

    prioritas dengan Rencana Kerja Pemerintah

    90

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    1. Terselenggaranya

    urusan pemerintahan

    di bidang

    perindustrian yang

    berdaya saing dan

    berkelanjutan

    Infrastruktur kompetensi yang terbentuk 1

    Peraturan perundangan yang diselesaikan 1

    2. Meningkatnya daya

    saing dan

    produktivitas sektor

    industri

    Kontribusi ekspor produk industri kimia hilir

    terhadap ekspor nasional

    4,8 - 4,9

    Produktivitas dan kemampuan SDM industri kimia

    hilir

    516,3

    Perspektif Pemangku Kepentingan

    1. Meningkatnya populasi

    dan persebaran

    industri

    Unit industri kimia hilir besar sedang yang

    tumbuh

    335

    Nilai investasi di sektor industri kimia hilir 19,3 - 20,1

    No. Sasaran Strategis (SS)Indikator Kinerja Utama

    (IKU)Target Satuan

    Indikator Kinerja tersebut dicapai melalui program:

    (1) Pengembangan Industri Barang Karet, Barang Plastik, dan Industri Kimia hilir lainnya.

    (2) RSNI, Penerapan SNI Wajib Dan Pengawasan SNI Wajib, sebagai non tariff barrier

    dalam rangka perlindungan konsumen, produk dan industrinya sendiri.

    (3) Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Dan Rskkni, sebagai salah satu upaya untuk

    meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memperoleh peningkatan

    produktivitasnya dalam menghadapi perubahan dunia kerja yang terjadi dalam era

    perdagangan bebas.

    (4) Perencanaan Dan Evaluasi Program Industri serta Evaluasi Fasilitasi Iklim Usaha Dan

    Investasi

    Sasaran kegiatan / output yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain adalah terbangunnya

    pabrik baru industri kimia hilir, bantuan dalam bentuk fisik maupun non-fisik, Rancangan SNI

  • 15

    dan pengawasan SNI, pelatihan-pelatihan SDM, Standar Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI),

    regulasi, serta promosi industri.

    1. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil dan Aneka

    (1) Kegiatan Restrukturisasi Industri Tekstil dan Aneka, untuk mempertahankan

    keberadaan dan mendukung pengembangan potensi industri TPT, industri alas

    kaki dan penyamakan kulit nasional.

    (2) RSNI, Penerapan SNI Wajib Dan Pengawasan SNI Wajib, sebagai non tariff barrier

    dalam rangka perlindungan konsumen, produk dan industrinya sendiri.

    (3) Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Dan Rskkni, sebagai salah satu upaya untuk

    meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memperoleh peningkatan

    produktivitasnya dalam menghadapi perubahan dunia kerja yang terjadi dalam

    era perdagangan bebas.

    (4) Perencanaan Dan Evaluasi Program Industri serta Evaluasi Fasilitasi Iklim Usaha

    Dan Investasi

    Sasaran kegiatan / output yang dihasilkandari kegiatan ini antara lain adalah

    terbangunnya pabrik baru industri tekstil, bantuan dalam bentuk fisik maupun non-

    fisik, Rancangan SNI dan pengawasan SNI, pelatihan-pelatihan SDM, Standar

    Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI), regulasi, serta promosi industri.

    2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Galian Nonlogam

    (1) Pengembangan Industri Semen/Batu Kapur, Keramik, Kaca dan Gelas.

    (2) RSNI, Penerapan SNI Wajib Dan Pengawasan SNI Wajib, sebagai non tariff barrier

    dalam rangka perlindungan konsumen, produk dan industrinya sendiri.

    (3) Peningkatan Kompetensi Sdm Industri Dan Rskkni, sebagai salah satu upaya untuk

    meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk memperoleh peningkatan

    produktivitasnya dalam menghadapi perubahan dunia kerja yang terjadi dalam

    era perdagangan bebas.

    (4) Perencanaan Dan Evaluasi Program Industri serta Evaluasi Fasilitasi Iklim Usaha

    Dan Investasi

    Sasaran kegiatan / output yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain adalah

    terbangunnya pabrik baru industri tekstil, bantuan dalam bentuk fisik maupun non-

  • 16

    fisik, Rancangan SNI dan pengawasan SNI, pelatihan-pelatihan SDM, Standar

    Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI), regulasi, serta promosi industri.

  • 17

    BAB IV

    PENUTUP

    Dalam rangka implementasi tata kepemerintahan yang baik (good governance) yang salah

    satunya diwujudkan melalui pelaksanaan reformasi birokrasi, maka Direktorat IKHF

    melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana

    diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

    Birokrasi Nomor 25 Tahun 2012 tentang Pedoman Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi

    Pemerintah. Kementerian Perindustrian sebagai instansi induk Direktorat IKHF juga telah

    mewajibkan pelaksanaan SAKIP di lingkungannya, yaitu melalui penerbitan Peraturan

    Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen

    Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian. Sejauh ini,

    Direktorat IKHF tengah berproses mengimplementasikan amanat tersebut. Dengan sedang

    disusunnya Rencana Strategis Direktorat IKHF Tahun 2015 - 2019 yang berlandaskan

    Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, maka SAKIP Direktorat IKHF juga

    akan memuat kerangka strategis jangka menengah yang mengacu kepada Draft Rencana

    Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) dengan akan melakukan penyusunan

    dokumen-dokumen tahunan yang diharapkan dapat mengawal perumusan dan pelaksanaan

    program kegiatan dan anggaran. Dokumen tersebut adalah Rencana Kinerja, Penetapan

    Kinerja, Laporan Evaluasi Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan yang disusun secara

    triwulanan, dan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP).

    Dokumen Rencana Kinerja Direktorat IKHF Tahun 2019 ini disusun dengan harapan dapat

    digunakan sebagai pedoman dalam perumusan dan penganggaran program kegiatan

    Direktorat IKHF tahun 2019. Sasaran strategis dan target IKU yang termuat didalamnya

    diharapkan dapat mengarahkan dan mengawal pelaksanaan program kegiatan sehingga

    dapat mencapai kinerja sebagaimana ditargetkan. Untuk itu, Direktorat IKHF mengharapkan

    dokumen Rencana Kinerja Tahun 2019 ini dapat berhasil guna bagi pelaksanaan Reformasi

    Birokrasi yang diwujudkan melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berorientasi kinerja

    menuju tercapainya sektor industri kimia hilir yang dapat menjadi tulang punggung

    perekonomian nasional.

    DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HILIRTAHUN 2019KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

    DAFTAR ISIKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL iiiDAFTAR GAMBAR ivI. PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang 11.3 Tugas Pokok dan Fungsi 61.4 Ruang Lingkup 10

    II. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI 112.1 Hasil – Hasil Pembangunan 11

    III. AKUNTABILITAS KINERJA 223.1 Sasaran 22

    IV. PENUTUP 28

    Berdasarkan Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, tujuan pembangunan industri adalah untuk mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Untuk melaksanakan Undang – Undang ...1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat;2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa;3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia;4. Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.