reg-pedoman leger jalan-212838.pdf

351
SK-i PETUNJUK PENGADAAN LEGER JALAN BUKU 1

Upload: aryasniper

Post on 24-Dec-2015

416 views

Category:

Documents


122 download

TRANSCRIPT

Page 1: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

SK-i

PETUNJUK PENGADAAN LEGER JALAN

BUKU 1

Page 2: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB 1 DESKRIPSI................................................................................... 1-1

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................1-1

1.1.1 Maksud .............................................................................1-1

1.1.2 Tujuan ..............................................................................1-1

1.2 MANFAAT LEGER JALAN ...............................................................1-1

1.3 RUANG LINGKUP .........................................................................1-2

1.4 DEFINISI DAN PENGERTIAN.........................................................1-2

1.5 MACAM LEGER JALAN ..................................................................1-5

1.6 KELENGKAPAN.............................................................................1-6

BAB 2 ASPEK HUKUM DAN KELEMBAGAAN LEGER JALAN..................... 2-1

2.1 DASAR HUKUM ............................................................................2-1

2.1.1 Dasar Hukum Utama..........................................................2-1

2.1.2 Dasar Hukum Terkait .........................................................2-2

2.2 ASPEK PENGUASAAN DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA JALAN....2-3

2.2.1 Aspek Penguasaan .............................................................2-3

2.2.2 Aspek Kewajiban Penyelenggara Jalan ................................2-3

2.3 ASPEK KELEMBAGAAN LEGER JALAN.............................................2-5

2.3.1 Pemerintah Pusat...............................................................2-5

2.3.2 Pemerintah Daerah (Provinsi / Kabupaten / Kota) ................2-5

2.4 ASPEK VALIDITAS LEGER JALAN...................................................2-6

2.5 ASPEK UTILITAS..........................................................................2-8

2.5.1 Minyak dan Gas Bumi.........................................................2-8

2.5.2 Telekomunikasi ..................................................................2-8

2.5.3 Tenaga Listrik ....................................................................2-8

2.5.4 Perusahaan Air Minum........................................................2-9

Page 3: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

ii

BAB 3 PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN...................................... 3-1

3.1 DATABASE JARINGAN JALAN........................................................3-1

3.2 RUAS JALAN YANG BELUM DI-LEGER............................................3-1

3.3 RUAS JALAN YANG SUDAH DI-LEGER............................................3-2

BAB 4 DATA LEGER JALAN...................................................................... 4-1

4.1 JENIS PEKERJAAN JALAN .............................................................4-1

4.1.1 Pekerjaan Jalan, meliputi:...................................................4-1

4.1.2 Pekerjaan Jembatan, meliputi:............................................4-1

4.2 SUMBER DATA LEGER JALAN........................................................4-1

4.2.1 Data Gambar Terlaksana ....................................................4-1

4.2.1.(1) Gambar Terlaksana Jalan ....................................4-1

4.2.1.(2) Gambar Terlaksana Jembatan..............................4-2

4.2.1.(3) Gambar Terlaksana Bangunan Pelengkap dan

Perlengkapan Jalan .............................................4-2

4.2.1.(4) Foto Dokumentasi ...............................................4-2

4.2.2 Data Survey oleh Penyelenggara Leger Jalan.......................4-2

4.3 DOKUMEN LEGER JALAN ..............................................................4-2

4.3.1 Ketentuan Umum...............................................................4-2

4.3.2 Muatan Leger Jalan............................................................4-3

4.3.3 Penetapan ........................................................................4-3

4.3.4 Perubahan Status Ruas Jalan..............................................4-7

BAB 5 PENYELENGGARA LEGER JALAN.................................................. 5-1

5.1 Penyelenggara Leger Jalan Nasional ........................................ 5 - 1

5.2 Penyelenggara Leger Jalan Provinsi ........................................ 5 - 2

5.3 Penyelenggara Leger Jalan Kabupaten/Kota ............................. 5 - 3

5.4 Penyelenggara Leger Jalan Desa .............................................. 5 - 4

5.5 Penyelenggara Leger Jalan Khusus ........................................... 5 - 5

5.6 Inventarisasi Leger Jalan ....................................................... 5 - 5

Page 4: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

iii

DAFTAR DIAGRAM DAN TABEL

Diagram 3-1 PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN............................................3-4

Tabel 2-1 DATA KELENGKAPAN SURAT TANAH DALAM PEMBEBASAN TANAH

MILIK MASYARAKAT SEBAGAI SYARAT PERMOHONAN HAK /

SERTIFIKAT TANAH KE KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL

SESUAI SUBYEK HUKUM / PEMOHONNYA ........................................2-7

Tabel 5-1 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Nasional … ........... 5–1

Tabel 5-2 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Provinsi ......................5-2

Tabel 5-3 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Kabupaten/Kota..........5-3

Tabel 5-4 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Desa ..........................5-4

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

iv

P R A K A T A

Buku Petunjuk Pengadaan Leger Jalan ini diterbitkan dalam rangka melaksanakan

amanat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 Tentang Leger

Jalan untuk mengatur pelaksanaan pengadaan leger jalan.

Dengan diterbitkannya buku Petunjuk Pengadaan Leger Jalan, diharapkan pelaksanaan

pengadaan leger jalan khususnya leger jalan nasional dapat segera terwujud dan leger

jalan dapat dimanfaatkan sesuai kegunaannya.

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan terdiri dari 5 (lima) buku, yaitu:

Buku 1: Petunjuk Pengadaan Leger Jalan;

Buku 2: Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan;

Buku 3: Petunjuk Pengisian Formulir Kartu Leger Jalan;

Buku 4: Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan;

Buku 5: Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala,

dimana kelima buku ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait, dengan rincian

buku 1,2 dan 3 terkait langsung dengan leger jalan sedangkan buku 4 dan 5

mendukung kegiatan pengadaan leger jalan..

Apabila dalam pelaksanaannya dijumpai kekurangan/kekeliruan dari petunjuk ini, akan

dilakukan penyempurnaan di kemudian hari.

Jakarta, Desember 2008

Direktur Jenderal Bina Marga,

DR. Ir. Achmad Hermanto Dardak, MSc.

Page 6: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

1-1

BAB 1

DESKRIPSI

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN

1.1.1 Maksud

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan disusun dengan maksud sebagai

petunjuk pelaksanaan bagi penyelenggara jalan dalam kewajibannya

untuk mengadakan leger jalan suatu ruas jalan serta menentukan instansi

di lingkungan penyelenggara jalan sebagai penyelenggara leger jalan.

1.1.2 Tujuan

Dengan diterbitkannya Petunjuk Pengadaan Leger Jalan diharapkan

pembagian tugas instansi di lingkungan penyelenggara jalan dalam

melaksanakan pengadaan leger jalan dapat terlaksana dengan baik dan

pengadaan leger jalan seluruh Indonesia dapat segera terwujud.

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan ini selain mengatur pengadaan leger

jalan nasional juga mengatur pengadaan leger jalan provinsi,

kabupaten/kota dan desa serta jalan khusus sebagai bagian dari pada

tugas penyelenggaraan jalan umum. Diharapkan penyelenggara jalan

yang bersangkutan dapat menggunakannya dalam pelaksanaan

pengadaan leger jalan sesuai dengan kewenangannya.

1.2 MANFAAT LEGER JALAN

Manfaat dari Leger Jalan adalah:

(1) Untuk mengetahui kekayaan negara, orang atau instansi atas jalan yang

meliputi kuantitas, kondisi dan nilai yang diperoleh dari biaya disain,

pembangunan dan pemeliharaan.

Page 7: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

1-2

(2) Sebagai sumber informasi untuk:

a. Penyusunan rencana dan program pembangunan jalan.

b. Melaksanakan tertib pemanfaatan, pemeliharaan dan pengawasan jalan.

1.3 RUANG LINGKUP

Petunjuk pengadaan leger jalan mencakup uraian mengenai:

Deskripsi,

Aspek hukum dan kelembagaan leger jalan.

Prosedur pengadaan leger jalan,

Data leger jalan, dan

Institusi penyelenggara leger jalan nasional, provinsi, kabupaten/kota, desa

dan jalan khusus.

1.4 DEFINISI DAN PENGERTIAN

(1) Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas

permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas

permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

(2) Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

(3) Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,

perorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

(4) Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan

jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar

tol.

(5) Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan

jalan tol.

Page 8: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

1-3

(6) Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan

ambang pengamannya.

(7) Ruang Milik Jalan (Rumija) terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur

tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.

(8) Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) merupakan ruang tertentu di luar

ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan

penyelenggara jalan.

(9) Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,

pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan.

(10) Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis,

pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia serta penelitian dan

pengembangan jalan.

(11) Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan,

penyusunan perencanaan umum dan penyusunan peraturan perundang-

undangan jalan.

(12) Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran,

perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta pengoperasian dan

pemeliharaan jalan.

(13) Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan

tertib pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan.

(14) Penyelenggara jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan,

pembangunan dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya.

(15) Penyelenggara jalan nasional adalah menteri atau pejabat yang ditunjuk

untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan nasional termasuk jalan tol.

(16) Penyelenggara jalan provinsi adalah gubernur atau pejabat yang ditunjuk

untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan provinsi.

(17) Penyelenggara jalan kabupaten adalah bupati atau pejabat yang ditunjuk

untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan kabupaten, dan jalan desa.

Page 9: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

1-4

(18) Penyelenggara jalan kota adalah walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk

melaksanakan penyelenggaraan jalan kota.

(19) Penyelenggara jalan khusus adalah orang atau instansi yang melaksanakan

penyelenggaraan jalan khusus.

(20) Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang menjadi bagian dari jalan

yang dibangun sesuai dengan persyaratan teknik antara lain jembatan,

ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong, tembok

penahan, dan saluran tepi jalan.

(21) Perlengkapan jalan adalah sarana untuk mengatur keselamatan,

kelancaran, keamanan, dan ketertiban lalu lintas antara lain perangkat lalu

lintas, pengaman jalan, rambu jalan, jembatan penyeberangan, kotak

komunikasi, dan tempat pemberhentian angkutan umum.

(22) Leger jalan adalah dokumen yang memuat data mengenai perkembangan

suatu ruas jalan.

(23) Penyelenggara leger jalan adalah para pihak yang melakukan kegiatan

untuk pengadaan dokumen yang memuat data dan informasi mengenai

perkembangan suatu ruas jalan.

(24) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang jalan.

(25) Direktur jenderal adalah direktur jenderal yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya di bidang jalan.

(26) Pembuatan leger jalan meliputi kegiatan untuk mewujudkan leger jalan

dalam bentuk kartu dan digital dengan susunan sesuai dengan yang

ditetapkan.

(27) Penetapan leger jalan meliputi kegiatan pengesahan leger jalan yang telah

disiapkan oleh penyelenggara jalan sesuai kewenangannya.

(28) Penyimpanan dan pemeliharaan meliputi kegiatan untuk menjaga agar

leger jalan sesuai dengan umur yang ditetapkan.

Page 10: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

1-5

(29) Pemantauan leger jalan meliputi suatu kegiatan pengamatan, pencatatan

dan pengkajian dokumen untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada

ruas jalan yang telah dibuat leger jalan sebelumnya.

(30) Pemutakhiran leger jalan meliputi kegiatan untuk mengubah data dan/atau

gambar leger jalan yang telah ada karena terjadi perubahan.

(31) Penggantian leger jalan meliputi kegiatan untuk mengganti leger jalan

karena leger jalan yang rusak.

(32) Penyampaian informasi merupakan kegiatan untuk menginformasikan data

leger jalan kepada pihak yang memerlukan.

1.5 MACAM LEGER JALAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dalam

pasal 13 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa penguasaan atas jalan ada pada

negara dan penguasaan oleh negara tersebut memberi wewenang kepada

pemerintah dan pemerintah daerah untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan

antara lain sebagai berikut:

Wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan jalan meliputi

penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggara jalan nasional

(Pasal 14 ayat 1).

Wewenang pemerintah provinsi dalam penyelenggaraan jalan meliputi

penyelenggaraan jalan provinsi (pasal 15 ayat 1).

Wewenang pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan jalan kabupaten

dan jalan desa (pasal 16 ayat 1).

Wewenang pemerintah kota dalam penyelenggaraan jalan meliputi

penyelenggaraan jalan kota (pasal 16 ayat 2).

Berdasarkan kewenangan dimaksud, macam leger jalan dikelompokkan menurut

status ruas jalan meliputi:

a. Leger Jalan Nasional, yaitu leger jalan dari ruas jalan nasional.

b. Leger Jalan Tol, yaitu leger jalan dari ruas jalan tol.

Page 11: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

1-6

c. Leger Jalan Provinsi, yaitu leger jalan dari ruas jalan provinsi.

d. Leger Jalan Kabupaten, yaitu leger jalan dari ruas jalan kabupaten.

e. Leger Jalan Kota, yaitu leger jalan dari ruas jalan kota.

f. Leger Jalan Desa, yaitu leger jalan dari ruas jalan desa.

g. Leger Jalan Khusus, yaitu leger jalan dari ruas jalan khusus.

1.6 KELENGKAPAN

Kelengkapan dari Petunjuk Pengadaan Leger Jalan terdiri dari 5 (lima) buku,

meliputi:

1.6.1 Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

1.6.2 Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

Terdiri dari bagian-bagian:

a. Tata cara pembuatan dan penetapan.

b. Tata cara penyimpanan, pemeliharaan dan penyampaian informasi.

c. Tata cara pemantauan.

d. Tata cara pemutakhiran dan penggambaran.

1.6.3 Petunjuk Pengisian Formulir Kartu Leger Jalan

1.6.4 Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

1.6.5 Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Pemeliharaan Berkala

Page 12: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

2-1

BAB 2

ASPEK HUKUM DAN KELEMBAGAAN LEGER JALAN

2.1 DASAR HUKUM

Dasar hukum yang digunakan sebagai payung untuk menyelenggarakan leger

jalan adalah Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,

Peraturan Menteri, Keputusan Menteri sebagai dasar hukum utama dan dasar

hukum-hukum lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan leger jalan.

2.1.1 Dasar Hukum Utama

Meliputi antara lain:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang

jalan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005

tentang Jalan Tol.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006

tentang Jalan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996

tentang Pendaftaran Tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak

Pakai.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Kementrian Negara Republik Indonesia.

Instruksi Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/IN/M/1998 tentang

Pengamanan Tanah-Tanah Negara di lingkungan Departemen

Pekerjaan Umum.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.

Page 13: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

2-2

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2006 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional di

Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor15/PRT/M/2006 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelaksanaan Jalan Nasional di

Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 tentang

Leger Jalan.

Keputusan Direktorat Jenderal Bina Marga Nomor 02/KPTS/Db/1987

tentang Pedoman Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan (As-Built

Drawing).

2.1.2 Dasar Hukum Terkait

Meliputi antara lain:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang

Minyak dan Gas Bumi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2002 tentang

Ketenaga Listrikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah.

Page 14: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

2-3

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Jo.

Perubahaannya Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang

Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

2.2 ASPEK PENGUASAAN DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA

JALAN

2.2.1 Aspek Penguasaan

Penguasaan atas jalan ada pada Negara dan Negara memberikan

wewenang kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk

melaksanakan penyelenggaraan jalan (Pasal 13 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan).

Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara jalan, wajib

mengadakan leger jalan dari semua ruas jalan sebagai salah satu bagian

dari dokumen jalan, meliputi pembuatan, penetapan, pemantauan,

pemutakhiran, penyimpanan dan pemeliharaan, penggantian serta

penyampaian informasi (Pasal 114 dan 115 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan).

2.2.2 Aspek Kewajiban Penyelenggara Jalan

(1) Wewenang Pemerintah Pusat (Pemerintah)

Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan, meliputi

penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggaraan

jalan nasional.

Wewenang penyelenggaraan jalan secara umum dan

penyelenggaraan jalan nasional meliputi pengaturan,

pembinaan, pembangunan dan pengawasan.

Page 15: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

2-4

(2) Wewenang Pemerintah Daerah – Provinsi

Wewenang Pemerintah Provinsi dalam penyelenggaraan jalan

meliputi penyelenggaraan jalan provinsi.

Wewenang penyelenggaraan jalan provinsi meliputi

pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan

provinsi.

Dalam hal Pemerintah provinsi belum dapat melaksanakan

sebagian wewenangnya, pemerintah provinsi dapat

menyerahkan wewenang tersebut kepada Pemerintah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai wewenang penyelenggaraan

jalan provinsi diatur dalam peraturan Pemerintah.

(3) Wewenang Pemerintah Daerah – Kabupaten/Kota

Wewenang Pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan

jalan meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa.

Wewenang Pemerintah kota dalam penyelenggaraan jalan

meliputi penyelenggaraan jalan kota.

Wewenang penyelenggaraan jalan kabupaten, jalan kota dan

jalan desa meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan

pengawasan.

Dalam hal ini Pemerintah kabupaten/kota belum dapat

melaksanakan sebagian wewenangnya, pemerintah

kabupaten/kota dapat menyerahkan Wewenang tersebut

kepada pemerintah provinsi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Wewenang penyelenggaraan

jalan kabupaten/kota diatur dalam peraturan Pemerintah.

Page 16: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

2-5

2.3 ASPEK KELEMBAGAAN LEGER JALAN

2.3.1 Pemerintah Pusat

Aspek kelembagaan leger jalan pada pemerintah pusat, diatur dalam

Pasal 431 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 286/PRT/M/2005

menetapkan lembaga yang menyelenggarakan leger jalan berada pada:

SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN LEGER JALAN

SUB DIREKTORAT DATA DAN INFORMASI

DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

Lembaga ini mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan dan

analisis data untuk penyiapan bahan penyusunan, penyajian dan

penyebaran informasi penyelenggaraan jalan dan jembatan serta

penyiapan bahan penyusunan evaluasi kinerja kontraktor dan konsultan

dan pengelolaan serta penyajian leger jalan.

Unit pelaksana teknis penyelenggara jalan nasional adalah Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 14/PRT/M/2006 dan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional

berdasarkan Peraturan Meneteri Pekerjaan Umum Nomor

15/PRT/M/2006.

Bidang atau bagian atau seksi yang menyelenggarakan leger jalan pada

lembaga ini disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi yang berkaitan

dengan leger jalan.

2.3.2 Pemerintah Daerah (Provinsi / Kabupaten / Kota)

Pasal 9 (1) dan (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah mengatur semua wewenang

pemerintah daerah dalam semua bidang termasuk bidang Pekerjaan

Umum kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,

moneter dan fiskal nasional serta agama.

Page 17: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

2-6

Dengan demikian lembaga yang menyelenggarakan leger jalan adalah

bidang atau bagian atau seksi yang berada di dalam Dinas Pekerjaan

Umum atau Dinas Prasarana Wilayah sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya yang telah ditetapkan.

2.4 ASPEK VALIDITAS LEGER JALAN

Leger jalan harus memperhatikan aspek validitas atas tanah yang digunakan

sebagai ruang milik jalan. Harus ada kepastian hukum atas pemegang hak atas

tanah, atau pemakai tanah negara, atau masyarakat wilayah hukum adat, yang

tanahnya diperlukan untuk pembangunan jalan, berhak mendapat ganti

kerugian.

Untuk menjamin kepastian hukum, tanah yang sudah dikuasai oleh pemerintah

dalam rangka pembangunan jalan, didaftarkan untuk diterbitkan Sertifikat hak

atas tanahnya sesuai dengan perundang-undangan di bidang pertanahan.

Karena proses pensertifikatan tanah cukup memerlukan waktu yang panjang,

sehingga dengan bukti pendaftaran untuk pensertifikatan dan bukti-bukti lainnya

seperti terlihat pada Tabel 2.1 dapat dijadikan pegangan untuk menetapkan

leger jalan ruas jalan yang dimaksud.

Apabila status tanahnya sudah terdaftar / bersertifikat di Badan Pertanahan

Nasional secara hukum pertanahan sudah jelas dan bersih (clear and clean)

sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 tentang

pendaftaran tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai, Jo. Instruksi

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/IN/M/1998 tentang Pengamanan Tanah-

tanah Negara di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, karena pendaftaran /

pensertifikatan benda tanah menganut asas publisitas.

Page 18: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

2-7

Tabel 2-1 DATA KELENGKAPAN SURAT TANAH DALAM PEMBEBASAN TANAH

MILIK MASYARAKAT SEBAGAI SYARAT PERMOHONAN HAK / SERTIFIKAT TANAH KE KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL

SESUAI SUBYEK HUKUM / PEMOHONNYA

Nama Pemilik: Direktorat Jenderal Bina Marga / Departemen Pekerjaan UmumNomor & Nama Ruas :Kecamatan :Kabupaten :Provinsi :

NO. JENIS SURAT ADA TIDAK KETERANGAN 1 Girik / Sertifikat 2 Kartu Tanda Penduduk/Dirjen Bina Marga

3 Surat Pernyataan Riwayat Kepemilikan Tanah yang diketahui atau dikuatkan oleh Lurah atau Camat / PPAT

4 Surat Pernyataan tidak sengketa yang diketahui / dikuatkan oleh Lurah dan PPAT

5 Surat Keterangan Kepala Desa atau tanah yang belum bersertifikat yang dikuatkan oleh Camat / Lurah

6 Surat Izin istri / suami atas tanah bersertifikat

7 Izin Prinsip Bupati 8 Izin lokasi Badan Pertanahan Nasional

9 Pernyataan sedia menjual tanah dari pemilik tanah

10 Kwitansi pembayaran 11 Foto pada saat pembayaran

12 Surat keterangan waris dari Camat / PPAT dan Kepala Desa apabila pemilik tanah telah meninggal dunia

13 Akte jual beli / akte hibah tanah apabila tanah pernah dialihkan / dijual / dihibahkan

14 Akte pelepasan hak atas tanah (PHT)

15 Surat Pengukuran dari Badan Pertanahan Nasional

16 Surat permohonan pengukuran ,pendataan dan sertifikat ke BPN

17

Surat pendataan Kompensasi Tanaman pemilik tanah dari Kantor Dinas Pertanian yang dikuatkan oleh Kepala Desa dan Camat / PPAT

18

Surat pendataan Kompensasi bangunan pemilik tanah dari Kantor Dinas Cipta Karya yang dikuatkan oleh Kepala Desa, Camat / PPAT

19 Surat Kuasa Notaris / PPAT dan Kepala Desa apabila pemilik tanah berhalangan

Page 19: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

2-8

2.5 ASPEK UTILITAS

Semua utilitas yang hendak memanfaatkan ruang milik jalan, suatu ruas jalan,

harus mengacu kepada Undang-Undang maupun peraturan-peraturan

pemerintah pusat atau pemerintah daerah.

2.5.1 Minyak dan Gas Bumi

Kegiatan usaha minyak dan gas bumi tidak dapat dilaksanakan pada

sarana dan prasarana umum, kecuali mendapat izin dari instansi

pemerintah yang bersangkutan.

Pasal 33 ayat 3(a) dan 3(b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

2.5.2 Telekomunikasi

Dalam rangka pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan

telekomunikasi, penyelenggaraan telekomunikasi, dapat memanfaatkan

atau melintasi tanah negara dan/atau bangunan yang dimiliki atau

dikuasai pemerintah setelah mendapatkan persetujuan dari instansi

pemerintah sesuai perundang-undangan yang berlaku (Pasal 12 ayat 1

dan 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi).

2.5.3 Tenaga Listrik

Untuk kepentingan umum, pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik

diberi wewenang melintasi jalan umum dan kereta api dengan mendapat

persetujuan dari pihak yang berhak atas tanah, bangunan dan/atau

tanaman (Pasal 32 ayat 1 dan 3 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenaga Listrikan).

Page 20: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

2-9

2.5.4 Perusahaan Air Minum

Karena setiap daerah memiliki Peraturan Daerah yang berbeda namun

diharapkan ada klausal yang menyatakan hal yang sama seperti utilitas

untuk tenaga listrik, telekomunikasi serta minyak dan gas bumi.

Page 21: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

3-1

BAB 3

PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN

3.1 DATABASE JARINGAN JALAN

(1) Data jaringan jalan yang selalu dimutakhirkan untuk memberikan

gambaran tentang kondisi suatu ruas jalan dari masing-masing jaringan

jalan nasional, jalan tol, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, jalan desa

dan jalan khusus.

(2) Dari database jaringan jalan, dilakukan pemisahan antara ruas-ruas jalan

yang sudah memiliki leger jalan dan yang belum memiliki leger jalan (lihat

Diagram 3.1).

3.2 RUAS JALAN YANG BELUM DI-LEGER

(1) Lakukan penyaringan untuk program tahunan pembuatan leger jalan

menurut skala prioritas.

(2) Pembuatan leger jalan dilakukan sesuai petunjuk (tata cara) pelaksanaan

teknis pembuatan leger jalan.

(3) Apabila ruas jalan tersebut telah memiliki gambar terlaksana jalan (ABD)

sesuai dengan format yang ditetapkan serta data jalan lainnya, leger jalan

dapat langsung dibuat dengan memanfaatkan data-data yang telah ada.

(4) Untuk ruas jalan yang belum memiliki ABD pembuatan leger jalan dilakukan

sesuai petunjuk (tata cara) pelaksanaan teknis pembuatan leger jalan

dengan melakukan survai lapangan (data primer) dan survai institusional

(data sekunder).

(5) Data primer dan data sekunder kemudian diolah dan dimasukkan /

dipindahkan ke dalam format standar leger jalan yaitu Kartu Leger Jalan.

Page 22: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

3-2

(6) Lakukan verifikasi dan validasi data untuk memeriksa apakah data yang

diperoleh telah memenuhi persyaratan dan kecukupan data yang

diperlukan.

(7) Kartu Leger Jalan kemudian dipublikasikan secara terbuka kepada

masyarakat pengguna jalan dimaksud melalui papan pengumuman, media

cetak dan/atau media elektronik.

(8) Leger jalan dapat ditetapkan apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)

hari kalender tidak ada pihak lain yang keberatan tentang isi leger jalan

dimaksud.

(9) Leger jalan kemudian ditetapkan oleh pejabat yang berwenang

sebagaimana diatur dalam pasal-pasal petunjuk (tata cara) pelaksanaan

teknis penetapan leger jalan.

(10) Leger jalan yang telah mempunyai ketetapan dinyatakan sebagai dokumen

leger jalan yang harus disimpan dan dipelihara oleh pihak-pihak yang

terkait sebagaimana diatur dalam buku petunjuk (tata cara) pelaksanaan

teknis leger jalan.

3.3 RUAS JALAN YANG SUDAH DI-LEGER

(1) Leger jalan yang telah ditetapkan / disahkan oleh pejabat yang berwenang

sesuai kewenangan yang dimilikinya, wajib disimpan dan dipelihara sesuai

umur leger jalan.

(2) Penyimpanan dan pemeliharaan leger jalan pada tempat dan sistem yang

mudah diperoleh untuk proses pemantauan; sebagaimana diatur dalam

tata cara pelaksanaan teknis penyimpanan dan pemeliharaan leger jalan.

(3) Setiap ruas jalan memiliki umur rencana dalam masa layanan tertentu, dan

oleh karena itu dibuatkan katalog/program pemantauan tahunan terhadap

ruas-ruas jalan yang telah di-leger.

Page 23: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

3-3

(4) Pemantauan ruas-ruas jalan yang telah memiliki leger jalan dilakukan

setiap tahun menurut cara yang diatur dalam petunjuk (tata cara) teknis

pemantauan leger jalan.

(5) Pemantauan dilakukan dengan mengambil data lapangan sebagaimana

diatur dalam tata cara pelaksanaan teknis pemantauan leger jalan dari ruas

jalan yang ada di dalam daftar pemantauan di wilayah wewenangnya.

(6) Informasi data teknis hasil pemantauan di lapangan dipergunakan untuk

bahan pemutakhiran leger jalan yang bersangkutan.

(7) Pemutakhiran leger jalan dapat juga dilakukan yang disebabkan dalam hal

terbitnya Surat Keputusan Menteri tentang aspek hukum jalan seperti

perubahan sistem, status Jalan dan lainnya.

(8) Informasi data pemantauan dapat digunakan untuk penggantian leger jalan

dalam hal terjadi perubahan mendasar dari suatu ruas jalan sehingga kartu

leger jalan tidak dapat menampung perubahan-perubahan yang terjadi

sebagaimana diatur dalam petunjuk (tata cara) pelaksanaan teknis

penggantian leger jalan.

(9) Penggantian leger jalan dapat juga dilakukan yang disebabkan dalam hal

leger tersebut mengalami hal-hal sebagai berikut:

Kerusakan, dan

Hilang

(10) Setiap penggantian leger jalan harus ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang sesuai kewenangan yang dimilikinya.

(11) Pendistribusian leger jalan yang diganti mengikuti prosedur yang ditetapkan

dalam petunjuk (tata cara) pelaksanaan teknis penyimpanan leger jalan.

Page 24: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

3-4

Diagram 3-1 PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN

JALAN NASIONAL / TOL

DATA BASE JARINGAN JALAN

JALAN PROVINSI JALAN KABUPATEN/KOTA JALAN DESA JALAN KHUSUS

RUAS JALANBELUM DI-LEGER

RUAS JALANSUDAH DI-LEGER

PENYARINGANTIDAKPENYIMPANAN DAN

PEMELIHARAAN

PEMBUATAN

PEMANTAUAN

PEMUTAKHIRAN

PUBLIKASI

PENGGANTIAN

PENETAPAN

DISTRIBUSI Ke Pihak Terkait

TIDAK

AS-BUILT DRAWING

PROYEK-PROYEK

OK

OK

DOKUMEN LEGER JALAN

Page 25: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

4-1

BAB 4

DATA LEGER JALAN

4.1 JENIS PEKERJAAN JALAN

Jenis pekerjaan jalan yang digunakan sebagai data pembuatan atau

pemutakhiran leger adalah sebagai berikut:

4.1.1 Pekerjaan Jalan, meliputi:

(1) Pembangunan Jalan

(2) Peningkatan Jalan

(3) Pemeliharaan Berkala Jalan

4.1.2 Pekerjaan Jembatan, meliputi:

(1) Pembangunan Jembatan

(2) Penggantian Jembatan

(3) Rehabilitasi Jembatan

4.2 SUMBER DATA LEGER JALAN

4.2.1 Data Gambar Terlaksana

4.2.1.(1) Gambar Terlaksana Jalan, secara terperinci meliputi gambar-

gambar sebagai berikut:

(1) Alinyemen Horizontal (Situasi).

(2) Alinyemen Vertikal (Potongan Memanjang).

(3) Penampang Melintang.

(4) Struktur Perkerasan.

Page 26: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

4-2

4.2.1.(2) Gambar Terlaksana Jembatan, secara terperinci meliputi

gambar-gambar sebagai berikut:

(1) Situasi.

(2) Penampang Memanjang.

(3) Penampang Melintang.

(4) Pandangan dan Potongan Atas.

(5) Gambar Detail Konstruksi.

4.2.1.(3) Gambar Terlaksana Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan

Jalan, secara terperinci meliputi gambar-gambar sebagai

berikut:

(1) Penampang Memanjang.

(2) Penampang Melintang.

4.2.1.(4) Foto Dokumentasi, meliputi ketentuan sebagai berikut:

(1) Bahan, Ukuran dan Penyimpanan.

(2) Jenis Foto Minimal yang harus dibuat.

(3) Keterangan Foto.

4.2.2 Data Survai oleh Penyelenggara Leger Jalan

Penyelenggara leger jalan melakukan pengambilan data lapangan untuk

keperluan pembuatan dan/atau pemutakhiran leger jalan dengan cara

melakukan survai lapangan sesuai petunjuk (tata cara) pelaksanaan

teknis pengadaan leger jalan.

4.3 DOKUMEN LEGER JALAN

4.3.1 Ketentuan Umum

a. Dokumen leger jalan dibuat pada kertas seri A3 berukuran 297 x 420

milimeter atau 11,75 x 16,5 inchi dari bahan kertas tidak tembus

cahaya dan tidak memuai atau menyusut oleh pengaruh cuaca.

Page 27: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

4-3

b. Satu leger memuat satu ruas jalan.

c. Setiap lembar leger harus mencantumkan nomor lembar dan jumlah

lembar.

d. Bentuk, ukuran dan susunan mengikuti contoh lampiran Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 tentang leger

jalan.

e. Setiap lembar kartu leger jalan dan kartu jembatan harus

mencantumkan nomor kartu.

4.3.2 Muatan Leger Jalan

Dokumen leger jalan terdiri dari:

a. Ringkasan Data, memuat data-data sebagai berikut:

Identifikasi ruas jalan

Peta provinsi dan peta lokasi

Perwujudan kegiatan

Lintas harian rata-rata

Luas lahan RUMIJA

Data teknik (Ringkasan)

Legalisasi

Catatan-catatan

b. Kartu Jalan

Kartu jalan mencatat data-data sebagai berikut:

Identifikasi ruas jalan

Data teknik – 1 (Luas lahan RUMIJA)

Data teknik – 2 (Konstruksi)

Data teknik – 3 (Bangunan Pengaman dan Pelengkap)

Data teknik – 4 (Perlengkapan Jalan)

Data teknik – 5 (Bangunan Utilitas)

Lintas harian rata-rata

Page 28: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

4-4

Riwayat ruas jalan

Legalisasi

Catatan khusus

Gambar situasi dan potongan

Foto dokumentasi jalan

c. Kartu Jembatan

Kartu jembatan mencatat data-data sebagai berikut:

Identifikasi jembatan

Data umum

Luas lahan

Data teknik

Kondisi umum

Konstruksi dan foto

Perwujudan

Riwayat jembatan

Referensi

Catatan khusus

Legalisasi

4.3.3 Penetapan

Ruas jalan yang akan dibuat leger, baru dapat dinyatakan sebagai

dokumen leger apabila semua unsur yang disyaratkan terpenuhi dan

ditandatangani oleh petugas atau pejabat yang berwenang.

a. Ringkasan Data

Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan legalisasi pada lembar

Ringkasan Data, dilakukan oleh pejabat yang ditentukan berkaitan

dengan status ruas jalan dimaksud sebagai berikut:

untuk ruas jalan nasional (non tol dan tol), seperti disebutkan

pada tabel 5-1.

Page 29: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

4-5

untuk ruas jalan provinsi, seperti disebutkan pada tabel 5-2.

untuk ruas jalan kabupaten/kota, seperti disebutkan pada tabel

5-3.

untuk ruas jalan desa, seperti disebutkan pada tabel 5-4.

untuk ruas jalan khusus, seperti disebutkan pada

penyelenggara leger jalan khusus.

b. Kartu Jalan

Petugas dan/atau pejabat yang melaksanakan legalisasi pada lembar

kartu jalan adalah sebagai berikut:

Pengukuran

Dilakukan oleh petugas juru ukur (surveyor) berpendidikan STM

jurusan Teknik Sipil dan memiliki pengalaman kerja minimal 3

(tiga) tahun di bidang pengukuran.

Penggambaran

Dilakukan oleh petugas juru gambar berpendidikan minimal

STM jurusan Sipil dan memiliki pengalaman kerja minimal 3

(tiga) tahun di bidang jalan dan jembatan sebagai juru gambar.

Pencatatan

Dilakukan oleh seorang ahli teknik jalan raya berpendidikan

Sarjana Strata 1 Teknik Sipil dan berpengalaman kerja minimal

3 (tiga) tahun di bidang teknik jalan raya sebagai penanggung

jawab pelaksanaan teknis pengukuran dan penggambaran jalan

Pemeriksaan

Dilakukan oleh bawahan dari pejabat yang bertanggung jawab

untuk mempersiapkan dokumen leger jalan menurut status

ruas jalan dimaksud, sebagaimana disebutkan pada legalisasi

lembar ringkasan data.

Persetujuan

Dilakukan oleh pejabat yang bertanggung jawab untuk

mempersiapkan dokumen leger jalan menurut status ruas jalan

Page 30: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

4-6

dimaksud, sebagaimana disebutkan pada legalisasi lembar

ringkasan data.

c. Kartu Jembatan

Petugas dan/atau pejabat yang melaksanakan legalisasi pada lembar

kartu jembatan adalah sebagai berikut:

Pengukuran

Dilakukan oleh petugas juru ukur (surveyor) berpendidikan STM

jurusan Teknik Sipil dan memiliki pengalaman kerja minimal 3

(tiga) tahun di bidang pengukuran.

Penggambaran

Dilakukan oleh petugas juru gambar berpendidikan minimal

STM jurusan Teknik Sipil dan memiliki pengalaman kerja

minimal 3 (tiga) tahun di bidang jalan dan jembatan sebagai

juru gambar.

Pencatatan

Dilakukan oleh seorang Ahli Struktur (Jembatan) berpendidikan

Sarjana Strata 1 jurusan Teknik Sipil pengalaman kerja minimal

3 (tiga) tahun di bidang jembatan sebagai penanggung jawab

pelaksanaan teknis pengukuran dan penggambaran jembatan.

Pemeriksaan

Dilakukan oleh bawahan pejabat yang bertanggung jawab

untuk mempersiapkan dokumen leger jalan menurut status

ruas jalan dimaksud, sebagaimana disebutkan pada legalisasi

lembar ringkasan data.

Persetujuan

Dilakukan oleh pejabat yang bertanggung jawab untuk

mempersiapkan dokumen leger jalan menurut status ruas jalan

dimaksud, sebagaimana disebutkan pada legalisasi lembar

ringkasan data.

Page 31: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

4-7

4.3.4 Perubahan Status Ruas Jalan

Bila terjadi perubahan status suatu ruas jalan berdasarkan kebijakan

pemerintah, maka semua dokumen yang telah tersedia sebelum terjadi

perubahan status tetap dijaga dan dipelihara sebagai suatu aset negara

terutama menyangkut riwayat ruas jalan tersebut. Semua dokumen

tersebut harus dipindahkan ke tempat penyimpanan yang baru sesuai

status perubahan tersebut.

Page 32: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

5-1

BAB 5

PENYELENGGARA LEGER JALAN

5.1 Penyelenggara Leger Jalan Nasional

Penyelenggara leger jalan nasional (non tol dan tol) adalah Balai Besar Pelaksanaan

Jalan asional atau Balai Pelaksanaan Jalan Nasional dimana ruas jalan nasional

dimaksud berada dalam wilayah kewenangannya dengan pembagian tugas sebagai

berikut (tabel 5.1):

Tabel 5-1 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Nasional

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

7.1. Dipersiapkan

7.2. Diumumkan

7.3. Diperiksa

7.4. Disetujui

7.5. Ditetapkan

NOTASI: A.1 Menteri

A.2 Direktur Jenderal Bina Marga

A.3 Direktur Bina Program

A.4 Kepala BBPJN

A.5 Kepala BPJN

A.6 Ka.Bid RENWAS BBPJN

A.7 Ka.Bag Tata Usaha BBPJN

A.8 Ka.Sie RENWAS BPJN

A.9 Ka.Sub.Bag Tata Usaha BPJN

JALAN NASIONAL

Penggantian

A.6/A.8

A.6/A.8

A.6/A.8

A.6/A.8

A.7/A.9

Penyampaian Informasi

Legalisasi

SEBUTAN TUGAS

Pembuatan

Penyimpanan dan Pemeliharaan

Pemantauan

Pemutakhiran

A.3

A.2

A.1

A.4/A.5

A.7/A.9

A.7/A.9

Page 33: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

5-2

5.2 Penyelenggara Leger Jalan Provinsi

Penyelenggaraan leger jalan provinsi adalah Dinas ke-Bina Marga-an Provinsi

dimana ruas jalan dimaksud berada dalam wilayah kewenangannya dengan

pembagian tugas sebagai berikut: (tabel 5.2):

Tabel 5-2 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Provinsi

1.2.3.4.5.6.7.

7.1. Dipersiapkan7.2. Diumumkan7.3. Diperiksa7.4. Disetujui7.5. Ditetapkan

NOTASI: B.1B.2B.3B.4

PembuatanPenyimpanan dan PemeliharaanPemantauanPemutakhiran

JALAN PROVINSISEBUTAN TUGASB.3/B.4B.3/B.4B.3/B.4B.3/B.4

PenggantianPenyampaian InformasiLegalisasi

B.3/B.4B.3/B.4

B.3/B4.

GubernurKa.Dinas Ke-Bina Marga-an Propinsi atau eselon yang setingkatKa.Subdin/Bidang ke-Bina Marga-an Propinsi atau eselon yang setingkat

Ka.Bid Perencanaan Dinas ke-Bina Marga-an Propinsi atau yang mempunyai tugas perencanaan dan pemrograman atau eselon yang setingkat

B.2B.3/B4.

B.2B.1

Instansi pelaksana leger jalan propinsi adalah bidang program/perencanaan pada

Dinas Bina Marga dan apabila bidang kebinamargaan masih merupakan

bagian/sub dinas pada Dinas Pekerjaan Umum/Permukiman dan Prasarana

Wilayah, maka instansi pelaksana penyelenggara leger jalan propinsi adalah Sub

Dinas/Bidang Bina Marga atau eselon yang setara.

Page 34: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

5-3

5.3 Penyelenggara Leger Jalan Kabupaten/Kota

Penyelenggara Leger Jalan Kabupaten/Kota adalah Dinas ke-Bina Marga-an

Kabupaten/Kota dimana ruas jalan yang dimaksud berada dalam wilayah

kewenangannya dengan pembagian tugas sebagai berikut (tabel 5.3):

Tabel 5-3 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Kabupaten/Kota

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

7.1. Dipersiapkan

7.2. Diumumkan

7.3. Diperiksa

7.4. Disetujui

7.5. Ditetapkan

NOTASI: C.1

C.2

C.3

C.4

C.5

C.6

C.5/C.6

C.1 C.2

Bupati

Walikota

Ka.Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota atau eselon yang setingkat

Ka.Dinas ke-Bina Marga-an Kabupaten/Kota atau eselon yang setingkat

Ka.Bid Program / Perencanaan Dinas Bina MargaKabupaten atau eselon yang setingkat

C.3/C.4

Ka.Subdin/Bidang Bina Marga Dinas ke-Bina Marga-an Kabupaten/Kota atau eselon yang setingkat

Penggantian

Penyampaian Informasi

Legalisasi

C.5/C.6

C.3/C.4

C.5/C.6

C.5/C.6

C.5/C.6

C.5/C.6

C.5/C.6

C.5/C.6

JALAN KABUPATEN JALAN KOTASEBUTAN TUGAS

Pembuatan

Penyimpanan dan Pemeliharaan

Pemantauan

Pemutakhiran

Instansi pelaksana penyelenggaraan leger jalan kabupaten/kota adalah bidang

program/perencanaan pada Dinas Bina Marga dan apabila bidang kebinamargaan

masih merupakan bagian/sub dinas pada Dinas Pekerjaan Umum/Permukiman dan

Prasarana Wilayah, maka instansi penyelenggara leger jalan kabupaten/kota adalah

Sub Dinas/Bidang Bina Marga atau eselon yang setara.

Page 35: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

5-4

5.4 Penyelenggara Leger Jalan Desa

Penyelenggara Leger Jalan Desa adalah Dinas Bina Marga Kabupaten dimana ruas

jalan dimaksud berada dalam wilayah kewenangannya dengan pembagian tugas

sebagai berikut (table 5.4):

Tabel 5-4 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Desa

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

7.1. Dipersiapkan

7.2. Diumumkan

7.3. Diperiksa

7.4. Disetujui

7.5. Ditetapkan

NOTASI: C.1

C.2

C.3

Penggantian

Penyampaian Informasi

Legalisasi

SEBUTAN TUGAS

Pembuatan

Penyimpanan dan Pemeliharaan

Pemantauan

Pemutakhiran

JALAN DESA

C.3

C.3

C.3

C.3

C.3

C.3

C.3

C.2

C.3

C.2

C.1

Bupati

Ka.Dinas Bina Marga Kabupaten atau eselon yang setara

Ka.Bid Program / Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten

atau eselon yang setara

Apabila bidang kebinamargaan masih merupakan bagian/sub dinas pada Dinas ke-

Bina Marga-an, maka instansi pelaksana penyelenggara leger jalan desa adalah

Sub Dinas Bina Marga Kabupaten atau eselon yang setara.

Page 36: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

5-5

5.5 Penyelenggara Leger Jalan Khusus

Penyelenggara leger jalan khusus adalah perorangan atau instansi yang memiliki

ruas jalan dimaksud dengan pembagian tugas yang disesuaikan menurut struktur

organisasi dan tata kerja yang ada pada pemilik jalan khusus dimaksud.

Khusus untuk legalisasi leger jalan khusus, dilakukan sebagai berikut:

Dipersiapkan : Pemimpin / Pemilik Jalan Khusus Diumumkan : Pemimpin / Pemilik Jalan Khusus Diperiksa : Pemimpin / Pemilik Jalan Khusus Disetujui : Pemimpin / Pemilik Jalan Khusus. Ditetapkan : Pemilik Jalan Khusus.

Penetapan leger jalan khusus oleh Pemilik Jalan dilaksanakan setelah mendapat

persetujuan dari pada kepala dinas ke-bina marga-an Kabupaten/Kota dimana

ruas jalan khusus tersebut berada.

5.6 Inventarisasi Leger Jalan

5.6.1 Dokumen leger jalan dari jalan nasional/tol, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, jalan

desa dan jalan khusus sebagai barang milik / kekayaan negara, wajib disimpan dan

dipelihara menyatu dalam satu kesatuan di bawah tanggung jawab Menteri Pekerjaan

Umum C.q. Kepala Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga

Departemen Pekerjaan Umum.

5.6.2 Dokumen leger jalan juga perlu disimpan di Subdit Data dan Informasi Direktorat Bina

Program Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum dalam bentuk

digital untuk keperluan pelaksanaan tugasnya dalam mengelola dan menyajikan leger

jalan.

5.6.3 Setiap penyelenggara leger jalan di setiap tingkatan wajib menyimpan dan memelihara

dokumen leger jalan sesuai kewenangan yang dimiliki dan ketentuan yang diatur dalam

petunjuk pelaksanaan teknis (tata cara) penyimpanan / pemeliharaan leger jalan.

Page 37: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

Daftar Pustaka

(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

(2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah.

(3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

(4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara.

(5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan

Gas Bumi.

(6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi.

(7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenaga

Listrikan.

(8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan

Tol.

(9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

(10) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 tentang

Pendaftaran Tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai.

(11) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah.

(12) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian

Negara Republik Indonesia.

(13) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 Jo. Perubahan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang

Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum.

Page 38: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

(14) Instruksi Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/IN/M/1998 tentang Pengamanan

Tanah-Tanah Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

(15) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.

(16) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2006 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional di Lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Marga.

(17) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2006 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Balai Pelaksanaan Jalan Nasional di lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Marga.

(18) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 tentang Leger Jalan.

(19) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah.

(20) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor

349/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kontrak Jasa Pelaksanaan

Konstruksi (Pemborongan).

(21) Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 02/KPTS/Db/1987 tentang

Pedoman Penyiapan Gambar Terlaksana jalan (As-Built Drawing).

(22) Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Pengukuran Topografi untuk

Pekerjaan Jalan dan Jembatan.

(23) Direktorat Jenderal Bina Marga, Panduan Survei Jalan berdasarkan IRMS

(Integrated Road Management System).

(24) Direktorat Jenderal Bina Marga, Panduan Survei Jembatan berdasarkan BMS

(Bridge Management System).

Page 39: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengadaan Leger Jalan

KONSEP

PETUNJUK PENGADAAN LEGER JALAN

BUKU 1

Page 40: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

KONSEP

PETUNJUK PELAKSANAAN TEKNIS PENGADAAN LEGER JALAN

BUKU 2

___________________________________________________________

Page 41: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB 1 DESKRIPSI................................................................................... 1-1

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................1-1

1.1.1 Maksud .............................................................................1-1

1.1.2 Tujuan ..............................................................................1-1

1.2 RUANG LINGKUP .........................................................................1-1

1.3 DEFINISI DAN PENGERTIAN.........................................................1-2

BAB 2 KETENTUAN UMUM ...................................................................... 2-1

2.1 SISTEM MANAJEMEN JALAN .........................................................2-1

2.2 DATA JARINGAN JALAN................................................................2-2

2.3 JENIS PEKERJAAN PENANGANAN JALAN .......................................2-2

2.3.1 Penanganan Jalan..............................................................2-2

2.3.2 Penanganan Jembatan .......................................................2-3

BAB 3 TATA CARA PEMBUATAN DAN PENETAPAN LEGER JALAN ......... 3-1

3.1 PEMBUATAN LEGER JALAN...........................................................3-1

3.1.1 Umum...............................................................................3-1

3.1.2 Tahapan Pelaksanaan ........................................................3-3

3.1.3 Pengumpulan Data Sekunder/Survai Institusional . . . . . . . . 3-6

3.1.4 Pengumpulan Data Primer / Survai Lapangan .....................3-6

3.1.4.(1) Datum dan Sistem Proyeksi .................................3-7

3.1.4.(2) Ruas Jalan..........................................................3-8

3.1.4.(3) Lingkup Pekerjaan Survei Lapangan ................... 3-10

3.1.4.(4) Penentuan Posisi Horizontal dan Vertikal ............ 3-34

3.1.4.(5) Pengukuran Geometrik Jalan ............................. 3-51

3.1.4.(6) Pengukuran, Pengumpulan Data Bangunan Pelengkap

dan Perlengkapan Jalan..................................... 3-52

Page 42: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

ii

3.1.4.(7) Pengukuran / Pengumpulan Data Luas dan Harga

Lahan Ruang Milik Jalan .................................... 3-53

3.1.4.(8) Pengukuran dan Pengumpulan Data Konstruksi Jalan

........................................................................ 3-54

3.1.4.(9) Pengukuran dan Pengumpulan Data Konstruksi

Jembatan ......................................................... 3-55

3.1.4.(10)Pengambilan Foto Dokumentasi ......................... 3-57

3.1.5 Pengolahan Data.............................................................. 3-58

3.1.5.(1) Verifikasi dan Validasi Data................................ 3-58

3.1.5.(2) Perhitungan dan Penggambaran Topografi (Data

Spatial) ............................................................ 3-59

3.1.5.(3) Input Data Hasil Pengamatan Ke Dalam Form Isian

(Data Tabulator) ............................................... 3-59

3.1.5.(4) Kompilasi Data Tabulator dan Data Spatial ......... 3-60

3.1.6 Penggandaan Dan Penjilidan Leger Jalan........................... 3-60

3.1.6.(1) Data Leger Jalan yang Terbentuk Dalam Kartu ... 3-60

3.1.6.(2) Penggandaan Dan Penjilidan ............................. 3-60

3.1.7 Kebutuhan Personil Pembuatan Leger Jalan....................... 3-77

3.1.7.(1) Personil Pembuatan Leger Jalan......................... 3-77

3.1.7.(2) Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ................... 3-77

3.1.8 Institusi Pembuat Leger Jalan ........................................... 3-80

3.2 PENETAPAN LEGER JALAN.......................................................... 3-80

3.2.1 Pra-Penetapan ................................................................. 3-80

3.2.2 Penetapan Leger Jalan ..................................................... 3-83

3.2.3 Legalisasi......................................................................... 3-84

3.2.3.(12)Jalan Nasional .................................................. 3-84

3.2.3.(2) Jalan Provinsi.................................................... 3-84

3.2.3.(3) Jalan Kabupaten/Kota ...................................... 3-85

3.2.3.(4) Jalan Desa........................................................ 3-85

3.2.3.(5) Jalan Khusus .................................................... 3-86

Page 43: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

iii

BAB 4 TATA CARA PENYIMPANAN, PEMELIHARAAN DAN PENYAMPAIAN

INFORMASI LEGER JALAN........................................................... 4-1

4.1 TEMPAT PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN ...............................4-1

4.2 PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN ............................................4-2

4.2.1 Leger Jalan Nasional .........................................................4-2

4.2.2 Leger Jalan Provinsi ...........................................................4-3

4.2.3 Leger Jalan Kabupaten / Kota .............................................4-3

4.2.4 Leger Jalan Desa ...............................................................4-4

4.2.5 Leger Jalan Khusus ............................................................4-4

4.3 PENYAMPAIAN INFORMASI ..........................................................4-7

BAB 5 TATA CARA PEMANTAUAN ........................................................... 5-1

5.1 PERSIAPAN..................................................................................5-1

5.2 PELAKSANAAN.............................................................................5-2

5.2.1 Kebutuhan Staf..................................................................5-2

5.2.2 Pekerjaan Survey ...............................................................5-2

5.2.3 Institusi Penyelenggara Pemantauan...................................5-3

5.2.4 Formulir Pemantauan .........................................................5-3

BAB 6 TATA CARA PEMUTAKHIRAN DAN PENGGANTIAN LEGER JALAN 6-1

6.1 PEMUTAKHIRAN KARTU LEGER JALAN ..........................................6-1

6.1.1 Umum...............................................................................6-1

6.1.2 Pemutakhiran Data ............................................................6-2

6.1.2.(1) Ringkasan Data...................................................6-2

6.1.2.(2) Data Teknik ........................................................6-2

6.1.3 Pengukuran .......................................................................6-3

6.1.4 Institusi Penyelenggara Pemutakhiran Kartu Leger...............6-3

6.2 PENGGANTIAN KARTU LEGER JALAN ............................................6-4

6.2.1 Penggantian Kartu Leger Asli ............................................6-5

6.2.2 Penggantian Salinan (Copy) Kartu Leger..............................6-5

6.2.3 Institusi Penyelenggara Penggantian Kartu Leger.................6-6

Page 44: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

iv

DAFTAR DIAGRAM, TABEL, GAMBAR DAN FORMULIR

Diagram 2-1 PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN ..............................................2-4

Diagram 3-1 PROSEDUR PEMBUATAN LEGER JALAN ..............................................3-5

Tabel 3-1 Data Sekunder dan Instansi Sumber Data ..........................................3-6

Tabel 3-2 Personil Pembuatan Leger Jalan....................................................... 3-77

Tabel 3-3 Institusi Pembuat Leger Jalan .......................................................... 3-80

Tabel 3-4 DATA KELENGKAPAN SURAT TANAH DALAM PEMBEBASAN TANAH MILIK

MASYARAKAT SEBAGAI SYARAT PERMOHONAN HAK / SERTIFIKAT

TANAH KE KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL SESUAI SUBYEK

HUKUM / PEMOHONNYA ................................................................. 3-82

Tabel 3-5 Institusi / Pejabat Legalisasi Leger Jalan........................................... 3-87

Tabel 4-1 Penyimpan dan Pemelihara Leger Jalan..............................................4-6

Tabel 5-1 Institusi Penyelenggara Pemantauan..................................................5-3

Tabel 6-1 Institusi Penyelenggara Pemutakhiran Kartu Leger..............................6-4

Tabel 6-2 Institusi Penyelenggara Penggantian Kartu Leger................................6-6

Gambar 3-1 Standar Patok Leger Jalan ............................................................... 3-11

Gambar 3-2 Pengukuran Posisi Horizontal Metode Poligon ................................... 3-36

Gambar 3-3 Penentuan Elevasi dengan Metode PenomoranSipat Datar................. 3-38

Gambar 3-4 Pengukuran Situasi Metode Koordinat Polar Menggunakan Argumen Sudut

dan Jarak ....................................................................................... 3-39

Gambar 3-5 Pengukuran Situasi Metode Koordinat Polar Menggunakan Argumen

Azimuth dan Jarak .......................................................................... 3-40

Gambar 3-6 Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi Metode Tachymetri ..................... 3-41

Gambar 3-7 Pengukuran Penampang Melintang Jalan.......................................... 3-42

Gambar 3-8 Penampang Melintang RUMAJA dan RUMIJA..................................... 3-54

Gambar 3-9 Bagian-Bagian Jalan........................................................................ 3-83

Page 45: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

v

Formulir 5-1 DATA LAHAN RUANG MILIK JALAN (RUMIJA)...................................5-5

Formulir 5-2 DATA PERKERASAN BERBUTIR........................................................5-6

Formulir 5-3 DATA PERKERASAN SEMEN.............................................................5-7

Formulir 5-4 DATA PERKERASAN ASPAL..............................................................5-8

Formulir 5-5 SKETSA LOKASI BANGUNAN PELENGKAP & PERLENGKAPAN JALAN ..5-9

Formulir 5-6 DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG BULAT................................. 5-10

Formulir 5-7 DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG PERSEGI ............................. 5-11

Formulir 5-8 DATA PEKERJAAN SALURAN PERMANEN........................................ 5-12

Formulir 5-9 DATA PEKERJAAN PENUTUP LERENG (SLOPE PROTECTION) .......... 5-13

Formulir 5-10 DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN (TIPE PASANGAN BATU) ...... 5-14

Formulir 5-11 DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN (TIPE BETON BERTULANG) .. 5-15

Formulir 5-12 DATA PEKERJAAN BRONJONG....................................................... 5-16

Formulir 5-13 DATA RAMBU-RAMBU JALAN / LALU LINTAS.................................. 5-17

Formulir 5-14 SKETSA LOKASI UTILITAS UMUM.................................................. 5-18

Formulir 5-15 REKAMAN FOTO........................................................................... 5-19

Page 46: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

1-1

BAB 1 DESKRIPSI

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN

1.1.1 Maksud

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan dimaksud sebagai

petunjuk operasional dalam mewujudkan leger jalan baik untuk ruas-

ruas jalan yang sudah memiliki leger jalan maupun ruas jalan yang

belum memiliki leger jalan untuk jalan nasional dan jalan tol, jalan

provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, jalan desa dan jalan khusus.

1.1.2 Tujuan

Tujuan dari Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan adalah

untuk menyeragamkan tata cara operasional dalam pembuatan dan

penetapan leger jalan, penyimpanan dan pemeliharaan leger jalan,

pemantauan leger jalan, pemutakhiran leger jalan, penggantian leger

jalan serta penyampaian informasi leger jalan.

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan ini diharapkan

dapat digunakan oleh penyelenggara jalan provinsi, kabupaten/kota dan

desa serta jalan khusus dalam penyelenggaraan leger jalan sesuai

dengan kewenangannya.

1.2 RUANG LINGKUP

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan, mencakup uraian tata cara

kegiatan:

1. Pembuatan dan Penetapan.

2. Penyimpanan, Pemeliharaan dan Panyampaian Informasi.

3. Pemantauan.

4. Pemutakhiran dan Penggantian.

Page 47: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

1-2

1.3 DEFINISI DAN PENGERTIAN

(1). Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di

atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di

atas permukaan air, kecuali jalan kereta api dan jalan kabel.

(2). Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

(3). Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,

perorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.

(4). Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan

jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar

tol.

(5). Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan

jalan tol.

(6). Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan

dan ambang pengamannya.

(7). Ruang Milik Jalan (Rumija) terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur

tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.

(8). Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) merupakan ruang tertentu di luar

ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan

penyelenggara jalan.

(9). Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,

pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan.

(10). Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar

teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia serta penelitian

dan pengembangan jalan.

(11). Penyelenggara jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan,

pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan sesuai dengan

kewenangannya.

Page 48: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

1-3

(12). Penyelenggara jalan nasional adalah menteri atau pejabat yang ditunjuk

untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan nasional termasuk jalan tol.

(13). Penyelenggara jalan provinsi adalah gubernur atau pejabat yang ditunjuk

untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan provinsi.

(14). Penyelenggara jalan kabupaten adalah bupati atau pejabat yang ditunjuk

untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan kabupaten, dan jalan desa.

(15). Penyelenggara jalan kota adalah walikota atau pejabat yang ditunjuk

untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan kota.

(16). Penyelenggara jalan khusus adalah orang atau instansi yang

melaksanakan penyelenggaraan jalan khusus.

(17). Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang menjadi bagian dari

jalan yang dibangun sesuai dengan persyaratan teknik antara lain

jembatan, ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-

gorong, tembok penahan, dan saluran tepi jalan.

(18). Perlengkapan jalan adalah sarana untuk mengatur keselamatan,

kelancaran, keamanan, dan ketertiban lalu lintas antara lain perangkat

lalu lintas, pengaman jalan, rambu jalan, jembatan penyeberangan, kotak

komunikasi, dan tempat pemberhentian angkutan umum.

(19). Leger jalan adalah dokumen yang memuat data mengenai perkembangan

suatu ruas jalan.

(20). Penyelenggara leger jalan adalah instansi pemerintah yang berada dalam

struktur penyelenggaraan jalan menurut status masing-masing ruas-ruas

jalan dalam wilayah wewenangnya.

(21). Menteri adalah Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang

jalan

(22). Direktur jenderal adalah direktur jenderal yang lingkup tugas dan

tanggung jawabnya di bidang jalan.

(23). Pembuatan leger jalan meliputi kegiatan untuk mewujudkan leger jalan

dalam bentuk kartu dan digital dengan susunan sesuai yang ditetapkan.

(24). Penetapan leger jalan meliputi kegiatan untuk pengesahan leger jalan

yang telah disiapkan oleh penyelenggara jalan sesuai kewenangannya.

Page 49: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

1-4

(25). Penyimpanan dan pemeliharaan meliputi kegiatan untuk menjaga agar

leger jalan sesuai dengan umur yang ditetapkan.

(26). Pemantauan leger jalan meliputi kegiatan pengamatan, pencatatan dan

pengkajian dokumen untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada ruas

jalan yang telah dibuat leger jalan sebelumnya.

(27). Pemutakhiran leger jalan meliputi kegiatan untuk mengubah data dan /

atau gambar leger jalan yang telah ada karena terjadi perubahan.

(28). Penggantian leger jalan meliputi kegiatan untuk mengganti leger jalan

yang rusak.

(29). Penyampaian informasi merupakan kegiatan untuk menginformasikan

data leger jalan kepada pihak yang memerlukan.

Page 50: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

2-1

BAB 2

KETENTUAN UMUM

2.1 SISTEM MANAJEMEN JALAN

Jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota dan desa masing-masing harus

memiliki sistem manajemen dalam menyiapkan perencanaan penyusunan

anggaran, rencana teknis (desain) dan pelaksanaan pekerjaan jalan di

Indonesia.

Sistem-sistem tersebut secara umum adalah sebagai berikut:

(1). Perencanaan Tahunan, meliputi kegiatan:

1. Kaji ulang dan pemutakhiran database.

2. Survai jaringan jalan.

3. Analisa dan penaksiran biaya.

4. Penyaringan dan penyusunan peringkat.

5. Penyusunan program lanjutan.

(2). Desain / Rencana Teknis, meliputi kegiatan:

1. Pengumpulan data dan penyelidikan lapangan.

2. Menyiapkan Standar dokumen pelelangan dan pelaksanaan

konstruksi.

3. Evaluasi ekonomi proyek.

4. Mengoptimalkan disain yang layak dengan anggaran yang tersedia.

5. Desain akhir gambar teknis, kuantitas dan biaya.

(3). Pra-Konstruksi / Pelelangan, meliputi kegiatan:

1. Pembuatan dokumen pelelangan.

2. Proses pelelangan dan kunjungan lapangan.

3. Adenda umum.

4. Evaluasi lelang.

5. Pemenang kontrak.

Page 51: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

2-2

(4). Pelaksanaan Konstruksi, meliputi kegiatan:

1. Manajemen operasi / Action Plan.

2. Pengendalian mutu.

3. Pengendalian kemajuan fisik dan keuangan.

4. Rincian perubahan kontrak (bila ada).

5. Laporan akhir proyek.

6. Gambar terlaksana (As-Built Drawing) jalan.

2.2 DATA JARINGAN JALAN

2.2.1 Data jaringan jalan yang selalu mutakhir akan memberikan gambaran

tentang kondisi suatu ruas jalan dari seluruh jaringan jalan menurut

statusnya masing-masing untuk dilakukan penyaringan dan pilihan

pekerjaan yang diperlukan dapat dipertimbangkan dan disusun dalam

urutan prioritas penanganan.

2.2.2 Untuk keperluan leger jalan data jaringan jalan tersebut kemudian

diidentifikasi dalam 2 (dua) kelompok, seperti terlihat pada Diagram 2.1

Prosedur Pengadaan Leger Jalan sebagai berikut:

(1). Ruas jalan yang telah memiliki leger jalan.

(2). Ruas jalan yang belum memiliki leger jalan.

2.3 JENIS PEKERJAAN PENANGANAN JALAN

2.3.1 Penanganan Jalan

1. Pekerjaan Pembangunan Jalan.

2. Pekerjaan Peningkatan Jalan.

3. Pekerjaan Pemeliharaan Berkala Jalan.

4. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin Jalan.

Page 52: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

2-3

2.3.2 Penanganan Jembatan

1. Pekerjaan Pembangunan Jembatan.

2. Pekerjaan Penggantian Jembatan.

3. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin Jembatan.

Yang menjadi bagian dalam pembuatan leger jalan dari ke 7 (tujuh)

jenis penanganan tersebut hanya pekerjaan pemeliharaan rutin jalan

dan rutin jembatan tidak menjadi bagian dari perubahan-perubahan

suatu ruas jalan yang telah memiliki leger jalan.

Page 53: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

2-4

Diagram 2-1

PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN

JALAN NASIONAL / TOL

DATA BASE JARINGAN JALAN

JALAN PROVINSI JALAN KABUPATEN/KOTA JALAN DESA JALAN KHUSUS

RUAS JALANBELUM DI-LEGER

RUAS JALANSUDAH DI-LEGER

PENYARINGANTIDAKPENYIMPANAN DAN

PEMELIHARAAN

PEMBUATAN

PEMANTAUAN

PEMUTAKHIRAN

PUBLIKASI

PENGGANTIAN

PENETAPAN

DISTRIBUSI Ke Pihak Terkait

TIDAK

AS-BUILT DRAWING

PROYEK-PROYEK

OK

OK

DOKUMEN LEGER JALAN

Page 54: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-1

BAB 3

TATA CARA PEMBUATAN DAN PENETAPAN LEGER

JALAN

3.1 PEMBUATAN LEGER JALAN

3.1.1 Umum

Pembuatan leger jalan dilaksanakan pada ruas jalan yang belum

dilegerkan. Kegiatan yang perlu dilaksanakan di bawah ini dilakukan

apabila ruas jalan tersebut belum mempunyai gambar terlaksana jalan

(ABD) sesuai dengan format yang ditentukan. Untuk ruas jalan yang

sudah mempunyai ABD kegiatan pembuatan leger jalan dapat

disesuaikan dengan kebutuhan.

Kegiatan utama untuk pembuatan leger jalan adalah pengumpulan data

primer di lapangan dan pengumpulan data sekunder di instansi-instansi

terkait. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data

primer dan data sekunder dalam pekerjaan leger jalan dan harus

dipenuhi adalah:

1. Tersedianya personil yang berpengalaman

2. Tersedianya alat yang memadai

3. Rencana kerja yang cermat dan terinci

Jenis kegiatan yang dilakukan antara lain:

Tahap persiapan

Tahap pengumpulan data

Tahap pengolahan data

Penyajian kartu leger

Page 55: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-2

Personil yang dibutuhkan pada pekerjaan leger jalan meliputi tenaga

ahli teknik jalan raya, tenaga ahli pengukuran topografi (Geodetic

Engineer), asisten ahli topografi, surveyor topografi, dan CAD Operator

(bila proses penggambaran secara digital).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memobilisasikan personil,

antara lain:

1. Highway Engineer adalah sarjana teknik jalan raya yang

berpengalaman dalam pengumpulan data dan perencanaan jalan

termasuk jembatan.

2. Highway Engineer harus dapat memahami lingkup pekerjaan yang

terdapat dalam spesifikasi teknis (TOR) dan dapat memimpin tim.

3. Geodetic Engineer adalah seorang sarjana geodesi yang

berpengalaman dalam bidang pengukuran dan pemetaan dan

menguasai aspek teknis baik dalam pengumpulan data dan proses

penggambaran (manual / digital).

4. Geodetic Engineer harus dapat memahami lingkup pekerjaan

pengukuran yang terdapat dalam spesifikasi teknis (TOR) sehingga

hasil pengukuran dapat tepat sasaran.

5. Selain itu seorang Geodetic Engineer dituntut mampu bekerjasama

dengan ahli-ahli bidang lain seperti Highway Engineer, Bridge

Engineer dan Geology Engineer di dalam merencanakan dan

melaksanakan pekerjaan.

6. Dalam pelaksanaannya seorang Geodetic Engineer sebaiknya

dibantu oleh seorang asisten geodesi untuk mengawasi jalannya

pengukuran topografi dan mempunyai kualifikasi minimal D3

bidang pengukuran dan pemetaan.

7. Surveyor topografi adalah seorang yang berpengalaman di bidang

pengukuran, dan berlatar belakang pendidikan minimal STM/SMA

dan telah mengikuti kursus / pelatihan pengukuran topografi.

Seorang surveyor topografi dituntut dapat bekerjasama secara tim,

Page 56: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-3

serta teliti dan sabar dalam mengoperasikan alat di tengah kondisi

lapangan yang cukup berat.

8. Juru gambar diperlukan untuk menyajikan data yang telah

dikumpulkan dan diproses surveyor topografi menjadi gambar

situasi sesuai format leger jalan. Juru gambar dapat diganti

dengan seorang CAD Operator secara digital yang mampu

mengoperasikan perangkat-perangkat lunak (software) dan

perangkat keras (hardware) yang berkaitan dengan survey dan

pemetaan, berlatar belakang pendidikan minimal SMA/STM dan

telah mengikuti kursus / pelatihan dengan proses penggambaran

secara digital, serta mempunyai pengetahuan di bidang

pengukuran dan pemetaan.

3.1.2 Tahapan Pelaksanaan

Semua kegiatan dan tahapan pelaksanaan pembuatan leger jalan untuk

ruas jalan yang belum tersedia ABD yang sesuai format (lihat Diagram

3.1) mencakup kegiatan-kegiatan sebagai beikut:

(1). Persiapan, bertujuan untuk:

Konsolidasi ke dalam (Internal)

Koordinasi keluar (Eksternal)

(2). Pengumpulan Data Sekunder / Survai Institusional, bertujuan

untuk:

Pengumpulan Dokumen Leger Jalan status terakhir pada ruas

yang ditetapkan.

Pengumpulan data riwayat jalan (riwayat perkerasan, data lalu

lintas, data perwujudan jalan, data black spot), data

kepemilikan tanah, data utilitas publik, harga / nilai tanah objek

pajak.

(3). Pengumpulan Data Primer / Survai Lapangan, bertujuan untuk:

Penentuan / penetapan titik ikat leger jalan terhadap sistem

kerangka kontrol nasional.

Page 57: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-4

Pengukuran posisi horizontal.

Pengukuran posisi vertikal.

Pengukuran penampang melintang.

Pengukuran situasi jalan dan jembatan (data kelengkapan jalan

dan utilitas publik, bangunan pengaman dan bangunan

pelengkap).

Pengumpulan dan pengamatan data konstruksi jalan dan

jembatan.

Pengumpulan dan pengamatan bangunan pengaman dan

pelengkap jalan.

Pengumpulan dan pengamatan bangunan utilitas publik.

Pengambilan dokumentasi.

(4). Pengolahan data

Verifikasi dan validasi data lapangan.

Pembangunan sistem database leger jalan.

Penghitungan dan penggambaran topografi jalan (data spatial).

Pengisian data hasil pengamatan ke dalam form isian (data

tabular).

Kompilasi data tabular (form yang telah diisi data) dengan data

spatial (data topografi jalan).

Import file data leger ke dalam database.

(5). Penggandaan dan Penjilidan

Pencetakan dan penggandaan.

Updating data / pemutakhiran.

Page 58: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-5

Diagram 3-1

PROSEDUR PEMBUATAN LEGER JALAN

MULAIKOORDINASI

&MOBILISASI

� Data Base Jalan� Proyek Jalan� As-Built Drawing� LHR� Utilitas Publik� Data NJOP� Data Terkait

Survey Institusional

Pengumpulan Dokumen Leger

Jalan Status Terakhir

Tahap Persiapan

Survey Lapangan

Verifikasi &Validasi Data

� Pencatatan Konstruksi Jembatan

� Pencatatan Konstruksi Jalan� Bangunan Pelengkap� Bangunan Pengaman� Bangunan Utilitas Publik

Pengisian Form Leger

(Data Tabular)

Input Data Tabular & Spatial Ke Dalam

Kartu Leger

Updating DataLeger Jalan

Sistem Pendokumentasian

Leger Jalan

� Penentuan titik Ikat Awal & Pemasangan Patok Leger

� Pengukuran Posisi Horizontal dan Posisi Vertikal

� Pengukuran Situasi Jalan & Jembatan

� Pengukuran Cross Section Jalan

� Foto Dokumentasi

Penggambaran Survey Topografi

(Data Spatial)

Tahap Survey Lapangan dan Pengumpulan Data Sekunder

Tahap Pengolahan Data

PRODUK

PENETAPAN

CE

TA

K

DOKUMEN LEGER JALAN

Page 59: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-6

3.1.3 Pengumpulan Data Sekunder/Survai Institusional

Kegiatan ini meliputi pengumpulan data sekunder untuk mendapatkan

data yang digunakan untuk mendukung kelengkapan data leger jalan

yang dimaksud, antara lain seperti terlihat pada tabel 3.1.

Tabel 3-1 Data Sekunder dan Instansi Sumber Data

No. JENIS DATA SEKUNDERINSTANSI SUMBER

DATA1 SK dan Daftar Ruas Jalan Bina Marga2 Peta Jaringan Jalan Bina Marga3 Peta Jaringan Utilitas Publik PDAM, PLN, Gas & Telkom4 Daftar Ruas Jalan yang sudah di-Leger Bina Marga5 Daftar Riwayat Perkerasan Bina Marga6 Sertifikat Tanah BPN setempat7 Gambar Terlaksana Jalan Bina Marga8 Data Perwujudan Jalan* Bina Marga9 Data LHR Ruas Jalan Bina Marga

10 Data NJOP KP-PBB setempat11 Data riwayat longsoran/banjir (blackspot) Bina Marga

*Data perwujudan jalan meliputi jenis konstruksi, biaya, pelaksana,

tahun, volume pekerjaan, lokasi dan lain-lain.

3.1.4 Pengumpulan Data Primer/Survai Lapangan

Untuk ruas jalan nasional/tol, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota

menggunakan dasar pengukuran yang sama dilaksanakan dengan

maksud untuk memetakan dan mencatat situasi pada tapak badan

jalan, Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), Ruang Milik Jalan (Rumija) dan

Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja).

Tata cara pengumpulan data primer mengacu pada Pedoman

Pengukuran Topografi Untuk Pekerjaan Jalan dan Jembatan No. 010-

B/PW/2004 yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pengumpulan

data primer leger jalan.

Page 60: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-7

3.1.4.(1) Datum dan Sistem Proyeksi

Data yang disajikan merupakan data yang sangat diperlukan

dalam kaitannya dengan pekerjaan lainnya, sebelumnya

ditententukan dahulu system proyeksi karena data berupa

ukuran, jarak, koordinat dan ini merupakan data spatial.

Sistem proyeksi yang digunakan Universal Tranverse Mercator

(UTM) umum digunakan pada pemetaan rupa bumi di

Indonesia dari jaring titik control horizontal banyak tersebar

ditempat-tempat yang telah ditentukan, ini berupa patok

beton dengan tanda khusus sebagai titik ikat pengukuran

dalam pekerjaan pemetaan lainnya.

Adapun data yang digunakan untuk menghitung koordinat

dalam system proyeksi tersebut adalah elipsoida yang

mempunyai harga sbb:

a = 6378137 m

f = 0,00335281

dimana: a= radius semi-major bumi

f= penggepengan bumi / flattened

yang dinamai WGS-84

Koordinat-koordinat yang merupakan jaring titik kontrol

horizontal juga bisa digunakan pada pekerjaan leger jalan

apabila sebarannya masih didalam/berada pada jangkauan

sebagai titik ikat pengukuran. Jika diluar jangkauan terlebih

dahulu dilakukan pengukuran jarring titik kontrol dengan alat

GPS yang diikatkan dengan jaringan titik control yang telah

ada/tersedia sebelumnya.

Dalam operasionalnya dengan alat GPS disetup terlebih

dahulu datum yang digunakan dan offset waktu setempat

terhadap universal time (UT), zone dan meridian sentral

tempat pengukuran GPS,unit/satuan yang dipakai.

Page 61: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-8

3.1.4.(2) Ruas Jalan

Pada penentuan ruas jalan harus disepakati terlebih dahulu

awal titik ruas jalan. Awal titik ruas jalan dilapangan bisa

berupa titik perpotongan antara dua atau lebih as ruas jalan

dimana masing-masing ruas mulai diukur panjangnya sesuai

dengan awal titik tentunya. Pengukuran panjang/jarak ruas

jalan dilakukan dengan metoda gelembung waterpas ditengah

dengan menggunakan pita baja/meteran baja yang dilengkapi

bandul/unting-unting dan jalon/anjir. Sebaiknya dihindari

pemakaian bahan/material meteran yang bermodulus panjang

∆L≥0,0001L; panjang meteran minimal 50m.

Pada dasarnya jarak yang diukur sesuai dengan panjang yang

kedudukannya mendatar yang ditunjukkan oleh gelembung

waterpas terletak ditengah. Demikian juga jarak yang diukur

dengan EDM kedudukan nivo harus ditengah dengan akurasi

jarak datar adalah (±3+3ppmXD)mm.

Pada pengukuran panjang/jarak suatu ruas jalan harus

mengikuti topografi dimana ruas jalan berada, sehingga

panjangnya mengikuti bentuk as badan jalan dan permukaan

jalan. Hal ini bisa ditemukan perbedaan panjang ruas jalan

LLJ

Page 62: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-9

karena disebabkan oleh metoda yang digunakan dalam

melakukan pengukuran dan tanda awal titik pengukuran.

Untuk itu perlu disepakati / ditetapkan tanda “fix” mulai

pengukuran panjang ruas jalan. Keadaan fisik ruas jalan di

lapangan mempunyai kelandaian/grade dan bentuk (lurus,

belok dan lengkung peralihan) secara geometrik. Untuk

menentukan panjang fisik ruas jalan di lapangan dari hasil

pengukuran harus direduksi dengan menghitung dari elemen

kelandaian dan elemen geometrik jalan.

Bentuk ruas jalan diperoleh dengan mengukur koordinat as

jalan setiap 50m untuk jalan lurus dan 25m untuk jalan belok

dan lengkung peralihan. Panjang jalan diperlihatkan oleh

profil memanjang jalan terhadap bidang datum/MSL.

Ruas jalan

BIDANG PROYEKSI

Page 63: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-10

3.1.4.(3) Lingkup Pekerjaan Survai Lapangan

(1). Penentuan Titik Ikat Leger Jalan dan

Pemasangan Patok Leger Jalan

A. Persiapan

Siapkan perlengkapan survai, yaitu peta jaringan

jalan, peta kerja/survai, formulir-formulir survey,

papan penjepit formulir, ballpoint, pylox/cat

putih dan pita baja EDM.

Tetapkan ruas jalan yang akan disurvai pada

peta kerja/survai dan peta dasar yang telah

dilengkapi dengan nomor-nomor titik ikat dan

nama-nama jalan.

Siapkan patok-patok leger jalan dalam jumlah

yang diperlukan, dengan spesifikasi sebagai

berikut (lihat gambar (3.1)

Terbuat dari beton bertulang dengan ukuran

telapak 70x70x15 Cm dan batang patok

ukuran 20x20x70 Cm.

Patok ditanam pada kedalaman 45 Cm.

PROFIL MEMANJANG/PANJANG RUAS

BIDANG GEOID/MSL

Page 64: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-11

Campuran beton 1PC: 2PS: 3KRI.

Tulangan baja berdiameter 8 mm dan 6 mm.

Titik ikat di atas permukaan patok dari baut

diameter ½ inchi.

Cat dasar warna kuning.

Cat huruf warna merah dengan ukuran tinggi (h)

4 Cm, tebal (t) 1 Cm, lebar (L) 3 Cm.

Logo PU warna hitam dengan ukuran 10x10 Cm.

Huruf, angka dan logo tercetak tenggelam.

B. Penentuan Lokasi titik ikat dan pemasangan patok leger

jalan.

Lokasi-lokasi yang diperlukan sebagai titik ikat leger

jalan, sebagai berikut:

1 (satu) titik ikat pada awal ruas jalan.

1 (satu) titik ikat pada akhir ruas jalan.

1 (satu) titik ikat pada setiap interval sepanjang 5

(lima) kilometer menggunakan pengukuran jarak

pita baja EDM.

Penempatan patok leger jalan pada tempat yang

mudah terlihat di ruang milik jalan.

Gambar 3-1 Standar Patok Leger Jalan

Page 65: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-12

Membaca hasil dari theodolit dan waterpass

kemudian diberi tanda cat (patok non

permanen) pada tepi ruas jalan dan pencatatan

jumlah patok non permanen yang telah

dipasang.

Pencatatan jumlah patok beton kontrol yang

telah dipasang.

Proses ini dilakukan terus sepanjang ruas jalan

yang diamati dari titik awal sampai dengan titik

akhir ruas jalan tersebut.

Identifikasi secara jelas situasi lapangan seperti

persimpangan / perpotongan jalan, bangunan-

bangunan dan/atau tanda-tanda fisik lainnya.

Lokasi titik ikat, selalu diusahakan agar:

Terletak / tertanam diatas tanah yang stabil.

Di tempat terbuka dan aman dari gangguan

lalu lintas.

Mudah diikatkan dengan titik-titik lainnya

dan mudah diidentifikasi.

Titik-titik ikat tersebut melingkupi seluruh

lokasi pengukuran.

Pemasangan Monumen

Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu

dilakukan pemasangan titik-titik leger jalan berupa

bench mark, titik kontrol point (CP) dan patok kayu

pengukuran.

Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan

monumen antara lain:

Page 66: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-13

1. Batas wilayah wewenang ruas jalan sesuai UU

OTDA pasal 9 ayat (1) dan (2) No. 32 tahun

2004 yang diketahui bersama oleh instansi

terkait masing-masing.

2. Spesifikasi BM berupa patok beton bertulang

dengan ukuran 20 x 20 x 100 Cm dicat kuning,

diberi nomor pada samping bagian atas diberi

lambang PU, dibagian atas patok beton diberi

baut/neut.

3. Spesifikasi CP adalah patok paralon diameter Φ

0.1m bertulang dengan ukuran panjang 0.80m

dicat warna kuning, diberi nomor, bagian

atasnya diberi baut berupa neut.

4. Bench Mark (BM) dipasang (ditanam sedalam 70

cm sehingga yang muncul diatas permukaan

tanah ±30 cm) diawal dan diakhir ruas jalan

selain itu pada CP dan patok kayu.

5. Setiap pemasangan BM harus disertai

pemasangan patok CP/kontrol point sebagai

pasangannya untuk mendapatkan aimuth pada

pekerjaan leger jalan. Pemasangan BM

sebaiknya diletakkan di sebelah kiri jalan dan CP

disebelah kanan jalan.

6. BM dan CP dipasang pada lokasi yang aman dari

gangguan dan tidak mengganggu aktifitas

sehari-hari dan bisa digunakan sebagai tanda

pementauan leger jalan secara berkala,

dipasang kuat dan mudah dicari.

7. Setiap BM dan CP didokumentasikan dan dibuat

deskripsinya.

(2). Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal

Page 67: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-14

Pengukuran kerangka kontrol horizontal dilakukan

dengan metode poligon terikat sempurna, yaitu terikat

pada dua titik referensi yang koordinatnya sudah

diketahui.

Pengukuran kerangka kontrol horizontal dapat

dilakukan dengan beberapa metode antara lain:

Pengukuran poligon dengan sistem koordinat lokal

Pengukuran kerangka kontrol horizontal dengan

sistem koordinat lokal dilakukan jika tidak terdapat

titik referensi di sekitar lokasi proyek, tidak

dilakukan pengukuran posisi dengan GPS. Jika

kondisinya demikian maka dilakukan pengukuran

poligon dengan sistem koordinat lokal. Koordinat

titik poligon sebagai titik kontrol horizontal dihitung

berdasarkan hasil pengukuran teristeris yaitu

pengukuran diatas permukaan bumi. Pada kondisi

ini dianggap permukaan bumi adalah datar

sehingga hasil ukuran langsung dihitung

koordinatnya dengan hitungan poligon terbuka.

Kelebihan cara ini adalah perhitungan lebih mudah

karena tidak ada reduksi dan koreksi proyeksi jika

akan dilakukan pengukuran stake out maka

koordinat titik pengukuran dapat langsung dipakai

sebagai titik referensi. Kekurangan cara ini adalah

koordinat hasil pengukuran tidak dapat dimasukkan

dalam sistem koordinat nominal seperti sistem

koordinat UTM atau TM3.

Pengukuran Poligon dengan Sistem Poligon Terikat

Sepihak

Jika hanya ada satu koordinat referensi yang ada di

lapangan maka dilakukan pengukuran poligon

Page 68: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-15

terikat sepihak diatas kerangka horizontal. Karena

hanya terdapat satu titik referensi yang diketahui

koordinatnya maka pengukuran poligon dilakukan

dengan sistem poligon kring/loop tertutup, yaitu

pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang

sama. Hal ini dilakukan sebagai kontrol sudut dan

jarak pengukuran. Pada kondisi ini dianggap

permukaan bumi adalah datar sehingga hasil

ukuran langsung dihitung koordinatnya dengan

perhitungan poligon tertutup. Kelebihan cara ini

adalah perhitungan lebih mudah karena tidak ada

reduksi dan koreksi proyeksi.

Jika akan dilakukan pengukuran stake out maka

koordinat titik pengukuran dapat langsung dipakai

sebagai titik referensi. Kekurangan cara ini adalah

koordinat hasil pengukuran tidak dimasukkan dalam

sistem koordinat nominal seperti sistem koordinat

UTM ataupun TM3 karena hanya terikat pada satu

titik referensi maka referensi arah azimutnya tidak

terkontrol (tidak kuat).

Pengukuran Poligon terikat pada Dua Titik Referensi

GPS

Pengukuran kerangka kontrol horizontal dengan

cara ini adalah yang paling disarankan, karena hasil

pengukurannya dapat dikontrol dengan adanya dua

titik referensi.

Pengukuran poligon sebagai cara untuk pengukuran

kerangka kontrol horizontal dilakukan diatas bumi

fisik (diatas bidang geoid) sedangkan titik

referensinya diukur dengan alat GPS. Pengukuran

posisi dengan alat GPS menggunakan ellipsoida

Page 69: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-16

sebagai referensinya, sehingga referensi antara

pengukuran poligon dengan pengukuran GPS tidak

terletak pada bidang referensi yang sama. Kondisi

demikian diperlukan reduksi hasil pengukuran

poligon yang berupa sudut, jarak dan azimut ke

bidang referensi ellipsoida. Karena penggambaran

dilakukan diatas bidang datar sedangkan bidang

referensi ellipsoida adalah bidang lengkung maka

diperlukan koreksi proyeksi.

Karena jarak antar poligon kerangka kontrol

horizontal kurang dari 2 (dua) Km maka reduksi

jarak, sudut dan azimutnya sangat kecil dan dapat

diabaikan, sehingga hasil ukuran dapat dianggap

sebagai data ukuran di ellipsoid. Koreksi proyeksi

meliputi koreksi konvergensi grid, koreksi

kelengkungan garis dan koreksi faktor skala.

Jika disampaikan dalam sistem UTM maka

dilakukan koreksi proyeksi dengan besaran dalam

sistem UTM. Demikian juga jika disampaikan dalam

sistem TM3 maka dilakukan koreksi proyeksi

dengan besaran dalam sistem TM3.

Setelah dilakukan koreksi terhadap hasil ukuran

poligon selanjutnya dilakukan perhitungan dengan

perataan Bouwditch Kelebihan cara ini adalah

sistem koordinatnya dalam sistem nasional.

Kelemahan cara ini adalah perhitungannya rumit,

jika akan dilakukan rekonstruksi titik dengan cara

stake out maka koordinatnya harus dikembalikan

lagi ke koordinat dipermukaan bumi fisik (geoid).

Pengukuran kerangka kontrol horizontal metode

poligon meliputi pengukuran sudut titik poligon,

2CPo

BM

Page 70: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-17

pengukuran jarak sisi poligon dan pengukuran

azimut arah.

Persamaan Bouwdicth

akhir – awal = ∑ β + (n x 180°) ± β

Xakhir – Xawal = ∑ d Sin ± f x

Xakhir – Xawal = ∑ d Cos ± f y

Kesalahan jarak linier : fl =

d

2)(2)( fyfxfl ≤ 10000/1

Koreksi sudut: f β = xd

dij

f β

X1 = XBMo + dBM1-1 Sin A1 X2 = X1 + d12 Sin 12

Y1 = XBMo + dBM1-1 Cos 1 Y2 = Y1 + d12 Cos 12

(3). Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal

Pengukuran kerangka control vertikal dilakukan dengan

metode sipat datar di sepanjang ruas leger jalan

melewati BM, CP dan semua patok kayu.

Selain dalam pemilihan alat yang tepat, pemilihan

metode pengukuran dan teknik-teknik pengukuran

sangat mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran sipat

datar.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pengukuran kerangka control vertikal dengan metode

sipat datar adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran sipat datar dilakukan pergi-pulang

secara kring/loop pada setiap seksi. Panjang seksi

Page 71: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-18

± 1-2 Km dengan toleransi ketelitian pengukuran

sebesar 10 mm D Km. Dimana D= jumlah jarak

dalam KM. Pengukuran dilakukan 4 (empat) kali

sebagai kontrol pengukuran, hasil pengukuran satu

dengan yang lainnya tidak boleh lebih dari 5 (lima)

kali ketelitian alat, dari 4 (empat) kali pengukuran

dirata-rata sebagai hasil pengukuran.

2. Pengukuran sipat datar harus menggunakan alat

sipat datar otomatis atau yang sederajat, alat ukur

sipat datar sebelum digunakan harus dikalibrasi dan

hasilnya dicatat dalam formulir kalibrasi, yang telah

diperiksa oleh pihak yang berwenang.

3. Perubahan rambu harus dilakukan pada 3 benang

silang yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt)

dan benang bawah (bb) sebagai kontrol bacaan.

4. Rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk

pengecekan vertikalnya rambu perlu dipegang

bergantian muka dan belakang dan dengan slag

genap. Hal ini untuk mengurangi kesalahan akibat

titik nol rambu yang tidak sama.

5. Alat sipat datar diupayakan terletak di tengah-

tengah antara dua rambu yang diukur. Hal ini untuk

mengurangi kesalahan akibat garis bidik tidak

sejajar garis arah nivo.

6. Pengukuran harus dihentikan jika terjadi induksi

udara (biasanya pada tengah hari) yang diakibatkan

oleh pemuaian udara oleh panasnya matahari

ataupun bila turun hujan.

Prosedur / tahapan yang dilakukan pada pengukuran

kerangka control vertical metode sipat datar adalah:

1. Siapkan formulir pengukuran sipat datar.

Page 72: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-19

2. Pasang alat sipat datar pada statif terletak diantara

titik BM0 (yang diketahui ketinggiannya) dengan

patok kayu titik 1, atau sumbu I vertical alat ukur

sipat datar dengan mengatur sekrup pendatar.

3. Pasang rambu secara vertical (rambu dilengkapi

dengan nivo rambu) pada titik BM0 dan titik 1.

4. Arahkan teropong pada rambu di titik BM0,

kencangkan klem, tepatkan benang silang pada

rambu dengan penggerak halus horizontal, baca

dan catat bacaan benang atas (ba) benang tengah

(bt) dan benang bawah (bb). Untuk kontrol bt = ½

(ba+bb).

5. Buka klem horizontal, tepatkan benang silang pada

rambu di titik 1, kencangkan klem, tepatkan benang

silang pada rambu dengan penggerak halus

horizontal, baca dan catat bacaan benang atas

(ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb).

6. Pindahkan alat sipat datar diantara patok kayu

berikutnya (antara titik 1 dan titik 2), atur sumbu I

vertikal.

7. Arahkan teropong pada rambu di titik 1,

kencangkan klem, tepatkan benang silang pada

rambu dengan penggerak halus horizontal, baca

dan catat bacaan benang atas (ba), benang tengah

(bt) dan benang bawah (bb).

8. Buka klem horizontal, arahkan teropong ke rambu

di titik 2, kencangkan klem, tepatkan benang silang

pada rambu dengan penggerak halus horizontal,

baca dan catat bacaan benang atas (ba), benang

tengah (bt) dan benang bawah (bb).

Page 73: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-20

9. Ulangi pekerjaan diatas untuk titik-titik berikutnya

dengan pertimbangan dalam sehari dapat

mengukur mengukur satu kring pulang-pergi,

usahakan pengukuran pulang tidak dilakukan

dengan formulir sama dengan formulir pengukuran

pergi.

10.Apabila karena kondisi topografinya yang curam

alat ukur sipat datar tidak dapat mengamat rambu

di dua titik tersebut maka lakukan pengukuran sipat

datar berantai dengan menggunakan titik bantu.

(4). Penentuan Azimuth

A. Sarana Penentuan Azimuth

Azimuth suatu garis dapat ditentukan dengan

menggunakan, antara lain:

Azimuth magnetis (kompas)

Azimuth astronomis (matahari dan bintang)

Dengan perhitungan dari dua buah titik tetap yang

sudh diketahui koordinatnya

a. Azimuth Magnetis

Azimuth magnetis adalah besar sudut horizontal

yang dimulai dari ujung magnet (ujung Utara)

sampai pada ujung garis bidik titik amat.

Azimuth yang dimaksud adalah azimuth yang diukur

dengan menggunakan alat ukur sudut teodolit yang

menggunakan kompas.

1

32

Page 74: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-21

Azimuth dimulai dari ujung Utara jarum magnet,

berputar ke Timur dan seterusnya searah jarum

jam sampai ke Utara lagi.

Besaran azimuth dimulai dari Utara magnetis

sebagai azimuth nol, arah Timur sebagai azimuth

90º, Selatan sebagai 180º, dan Barat sebagai

azimuth 270º.

Prosedur pengukuran azimuth magnetis dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

Dirikan alat teodolit yang ada azimuth

magnetisnya tepat diatas titik yang akan diukur

azimuth jurusannya.

Atur sumbu I vertical dengan mengatur sekrup

pendatar.

Arahkan teropong ke titik target yang sisinya

akan diukur azimuthnya, kencangkan klem

horizontal, tepatkan pada target dengan

penggerak halus horizontal.

Buka klem piringan magnet.

Baca dan catat bacaan sudut horizontal yang

merupakan bacaan azimuth jurusan.

b. Azimuth Astronomis

270

180

90

Page 75: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-22

Azimuth astronomis adalah aimuth yang diukur

berdasarkan pengamatan benda langit seperti

matahari atau bintang.

Yang dimaksud dengan penentuan azimuth dengan

pengamatan matahari ialah pepntuan azimuth arah

dari titik pengamat ke titik sasaran tertentu

dipermukaan bumi.

Azimuth titik target S dapat dicari dengan

persamaan, sebagai berikut:

As = Am + Ψ

dimana : Am = Azimuth ke matahari

Ψ = sudut horizontal matahari ke target

Besaran azimuth matahari atau sudut As diatas

dapat ditentukan apabila diketahui tiga unsur dari

segitiga astronomis UMZ.

Ketiga unsur segitiga astronomis yang digunakan

untuk perhitungan adalah (90° - φ ), (90° - δ ) dan

(90° – h) untuk penentuan azimuth metoda tinggi

matahari dan (90°-φ ), (90° - δ) dan t untuk

penentuan azimuth dengan sudut waktu.

Page 76: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-23

B. Data yang diperlukan Pengukuran Azimuth Rumus

Hitungan

Pengukuran azimuth astronomis dengan cara

pengamatan matahari memerlukan data penunjang

yaitu:

Peta topografi untuk menentukan lintang

pengamat.

Tabel deklinasi matahari

Penunjuk waktu dengan ketelitian sampai detik.

a. Pengamatan matahari metoda tinggi matahari

Metoda tinggi matahari, data yang diperlukan

adalah tinggi matahari saat pengamtan (h),deklinasi

matahari (δ) dan lintang tempat pengamat (φ),

sudut horizontal waktu pengamatan matahari dan

sudut horizontal titik amat, bila alat teodolit yang

digunakan mempunyai tipe sudut heling maka

rumus dasar yang digunakan untuk mencari

azimuth adalah:

Cos (90° - δ ) - Cos (90° - φ) Cos (90° - h )

Cos A = _______________________________

Sin (90 - φ) Sin (90 - h)

atau

Sin δ - Sin φ Sin h

Cos A = ____________________

Cos φ Cos h

atau

bila alat teodolit yang digunakan mempunyai tipe

sudut zenith maka persamaan diatas menjadi:

Page 77: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-24

Sin δ - Sin φ Cos z

Cos A = ____________________

Cos φ Sin z

b. Pengamatan matahari metoda sudut waktu

Metoda sudut waktu, data yang diperlukan adalah:

deklinasi matahari, lintang dan bujur tempat

pengamat ( φ , λ ), petunjuk waktu (arloji), sudut

horizontal waktu pengamatan matahari dan sudut

horizontal titik amat, bila alat teodolit yang

digunakan mempunyai tipe sudut heling, maka

rumus dasar yang digunakan untuk mencari azimut

adalah:

-Sin t

Tan A = _______________________________

(Cos φ Tan δ - Sin φ Cos t )

Sudut waktu (t) besarnya = GMT + PW + λ - 12

jam

Dengan pengertian

GMT = waktu Wilayah Indonesia Barat (WIB)–7jam

PW = perata waktu (dari table almanak matahari)

λ = bujur pengamat

c. Cara Pengamatan Matahari

Pengamtan matahari dapat dilakukan dengan

beberapa cara, tergantung dari peralatan yang

digunakan, yaitu:

Page 78: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-25

memakai filter gelap di okuler, sehingga dapat

langsung membidik matahari

ditadah dengan kertas dibelakang okuler,

dengan cara menyinggungkan tepi-teoi

bayangan metahari pada benang silang

mendatar dan tegak.

Memakai prisma roelof yang dipasang dimuka

lensa objektif, sehingga dapat langsung dibidik

pusat matahari.

(1). Koreksi Data Pengamatan

Koreksi (koreksi astronomis) yang memberikan pada data

pengamatan adalah koreksi refraksi, paralaks, tinggi tempat.

Untuk pengamatan dengan sistem tadah maka ditambah dengan

koreksi ½ diameter matahari.

(2). Cara Pengamatan Matahari Setiap Seksi

Cara pengamatan matahari pada titik awal dan akhir setiap seksi

pengukuran (5km) adalah sebagai berikut:

i. atur alat ukur teodolit pada titik yang akan dilakukan

pengamtan, kemudian catat lintang ( φ )

pengamatan,temperatur (bila diperlukan).

ii. arahkan teropong pada posisi normal (Biasa) ke target, baca

dan catat horizontalnya.

iii. kemudian arahkan teropong ke matahari, dan tepatkan

dengan bantuan vizier teropong.Posisikan benang silang

teropong pada tengah-tengah matahari bila pengamtan

dengan prisma roelof, atau singgungkan benang silang

teropong ketepi matahari posisi I bila pengamatan dilakukan

dengan sistem tadah.

Page 79: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-26

iv. catat waktu pengamatan, baca vertikal dan horizontal ke

matahari.

v. ulangi langkah c dan d dengan posisi benang siliang teropong

normal (Biasa) dengan posisi benang silang pada posisi II

vi. ulangi langkah c dan d dengan posisi teropong terbalik (luar

biasa) dan pada posisi benang silang pada posisi II.

vii. ulangi langkah c dan d dengan posisi teropong terbalik (luar

biasa) dengan posisi benang silang pada posisi I.

viii. kemudian arahkan kembali teropong tetap pada posisi luar

biasa ketitik target kemudian catat bacaan horizontalnya.

ix. pengamatan matahari diulang 4(empat) kali sebagai kontrol

pengamatan, hasil pengamatan matahari antara pengamtan

satu dengan lainnya tidak boleh 5(lima) kali lebih besar dari

ketelitian alat yang digunakan dan hasil 4(empat) kali

pengamatan matahari hasilnya dirata-rata sebagai hasil

pengukuran matahari.

Pengamatan Matahari

Page 80: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-27

(1). Alat GPS Geodesi

1. Pada alat GPS type geodesi dapat diperoleh data:

real time (data posisi)

post processing (koordinat geocenter, koordinat geografi,

koordinat system proyeksi (UTM,TM3o)

2. Konstruksi Alat GPS Geodesi

komponen perangkat keras: receiver dan antenna

komponen perangkat lunak:beberapa alogaritma hitungan

untuk pemrosesan data satelit, modul program untuk

komunikasi dengan pengguna.

3. Cara Pengoperasian alat GPS Geodesi

Secara umum prosedur baku yang harus dilakukan sebelum

pengamatan dilakukan terdiri dari:

dirikan antenna pada statip diatas titk yang akan diamat

dan ukur tinggi Antenna

hubungkan antenna dengan receiver melalui kabel

penghubung kemudian GPS dihidupkan

atur/pilih system koordinat yang akan dipakai

atur/pilih datum yang dipakai

atur sudut tutupan(angel mask) dengan persyaratan

minimal 15º

atur/pilih sistem waktu

Pengamatan dengan Prisma Roelof Pengamatan dengan sistem tadah

Page 81: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-28

atur/pilih unit satuan jarak dan kecepatan

atur/pilih system koneksi dengan PC

lakukan pengamatan sesuai jawal yang telah deprogram

lakukan perekaman data

tranfer (download) data pengamatan dari alat GPS ke

personal computer

4. Untuk pengolahan data secara teliti dilakukan metoda

pengolahan data pasca pengamatan (post processing) dengan

menggunakan perangkat lunak.

Post processing terdiri dari:

Modul pengolahan data baseline

modul program perencanaan pengamatan

modul program perataan jarring (network adjustment)

(2). Pengolahan Data

Pada survai GPS, pemrosesan data GPS untuk menentukan

koordinat dari titik-titik dalamjaringan pada umumnya akan

mencakup tiga tahap utama perhitungan, yaitu:

1. Pengolahan dat dari setiap baseline dalam jaringan.

2. Perataan jaringan yang emlibatkan semua baseline untuk

menentukan koordinat dari titik jaringan.

3. Transformasi koordinat titik-titik tersebut dari datum WGS-84

ke datu yang diperlukan oleh pengguna.

Pengolahan data dari setiap baseline pada dasarnya bertujuan

menentukan nilai estimasi vector baseline atau koordinat relative

(dx, dy, dz).

Hasil pemrosesan pengamatan GPS berbeda-beda satu sama lain

disebabkan oleh antara lain:

software yang dipakai

jenis receiver yang digunakan

Page 82: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-29

Beberapa karakteristik perangkat lunak/software pemrosesan

baseline sehingga pemrosesan dapat berjalan optimal, yaitu:

mampu mengolah/memproses data carrier beat phase dan

pseudorangae

mampu memecahkan cycle slips dan cycle ambiguity

mampu memproses data dalam single dan dual frequency

mampu menghitung besarnya koreksi troposfer untuk data

pengamatan

mampu menghitung besarnya koreksi ionofer untu data

pengamatan

pemrosesan menyertakan tinggi antenna diatas titik (BM) dan

dapat dikonversi ke dalam komponen vertical

dapat melakukan pemrosesan untuk semua metoda

pengukuran

mudah digunakan

Tahap pengolahan data dilakukan setelah tahap pengukuran atau

pengambilan data selesai dilaksanakan.

Tujuan pengolahan data adalh untukmendapatkan koordinat titik-

titik GPS dalam jaringan.

Dalam proses perhitungan baseline diatas terdapat tiga tahap

proses, yaitu:

1. Tahap triple-difference yaitu membentuk persamaan

pengamatan triple-difference untuk mendeteksi, melokalisasi

serta sekaligus mengeliminasi cycle slips sehingga dapat

ditentukan besar parameter interger-ambiguity. Selain itu,

solusi hitungan parameter posisinya digunakan sebagai harga

koordinat pendekatan untuk tahap hitungan selanjutnya.

2. Tahap float double-difference adlah menghitung parameter

posisi dan semua interger-ambiguity berdasarkan persamaan

pengamatan double-difference, yang pada dasarnya posisi

Page 83: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-30

baseline dihitung dengan menggunakan nilai interger-

ambiguity dalam bentuk bolangan real.

3. Tahap fix double-difference, besaran parameter yang dihitung

adalah parameter posisi saja, dengan terlebih dahulu

mengintergerkan nilai interger-ambiguity yang diperoleh dari

tahap sebelumnya (float double-difference).

Keluaran dari pemrosesan baseline adalah parameter koordinat

baik dalam system kartesian maupun lintang bujur geodetic pada

datum WGS-84 dan komponen baseline. Selain itu dihasilkan

estimasi standard deviasi dan matriks korelasi parameter dan

indicator dari kualitas hasil hitungan.

(3). Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses pengolahan

data, antara lain:

A. Reduksi Baseline

i. Seluruh reduksi baseline dilakukan dengan

menggunakan GPSurvey software, post processing

software.

ii. Koordinat pendekatan (approksimasi) dari titik

referensiyang digunakan dalam reduksi baseline tidak

lebih dari 10 meter dari sebenarnya.

iii. Dalam proses reduksi baseline untuk menghitung

besarnya koreksi troposfer untuk data pengamatan

digunakan model Hopfield atau model saastamoinen.

iv. Model klobuclar digunakan dalam proses reduksi baseline

untuk menghitung besarnya koreksi ionofer.

v. Jika bias double-difference tidak dapat dipecahkan, akan

dilaporkan dengan menyebutkan situasi dimana resolusi

dari bias tersebut tidak dapat dipecahkan.

B. Perataan Jaring

Page 84: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-31

Sebagai pemrosesan akhir untuk mendapatkan hubungan

antara satu titik dengan titik yang lainnya dilakukan perataan

jaring (network adjustment).

Sebagai masukan pada perataan jarring adalah baseline yang

telah memenuhi control kualitas yang telah ditetapkan pada

pemrosesan baseline.

Penilaian interger pengamatan jarring berdasarkan pada

analisis dari baseline yang diamati dua kali (penilaian

keseragaman), analisis terhadap perataan kuadrat terkecil

jarring bebas (untuk menilai) konsistensi data dan analisis

perataan kuadrd terkecil untuk jarring terikat dengan titik

berorde lebih tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik

kontrol).

Perangkat lunak yang diguanakan adalah GP Survey.

Perataan jarring bebas dan terikat dari seluruh jaring

dilakukan dengan GP Survey software dan GEOLAB.

Infomasi yang dihasilkan dari setiap perataan adalah:

Hasil dari test chi-square atau variance ratio pada residual

setelah perataan (tes ini harus melalui confidence level

68%, yang berarti bahwa data tersebut konsisten

terhadap model matematik yang digunakan).

Daftar koordinat hasil perataan.

Daftar baseline hasil perataan, termasuk koreksi dari

komponen-komponen hasil pengamatan.

Analisis statistic mengenai residual baseline termasuk jika

ditemukan koreksi yang besar (outlier) pada confidence

level yang digunakan.

Elips kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik elips

kesalahan garis.

C. Transformasi Koordinat

Page 85: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-32

Tranformasi koordinat untuk setiap stasiun dalam jarring

dilakukan dengan hasil-hasil sebagai berikut:

Lintang, Bujur dan tinggi terhadap spheroid pada datum

WGS-84

Koordinat dengan menggunakan proyeksi UTM/TM3º pada

datum WGS-84.

D. Analisis Pengukuran GPS

Analisis atau kontrol kualitas dilakukan untuk mengetahui

kualitas dari pengukuran serta konsistensinya terhadap

ketentuan ataupun toleransi yang telah diberikan.

Kontrol kualitas dilaksanakan dalam tiga parameter, yaitu:

Berdasarkan standard deviasi dari setiap baseline

Common baseline (baseline yang diukur dua kali)

Semi major axis dari elips kesalahan hasil perataan

dengan geolab.

i. Analisis standard deviasi dari reduksi baseline:

Berdasarkan hasil reduksi baseline dan nilai toleransi

yang diberikan, standard deviasi untuk masing-masing

komponen lintang, bujur dan tinggi dapat dihitung.

ii. Analisis terhadap common baseline dapat dianalisis dari

beda jarak yang dihasilkan oleh kedua base line.

iii. Analisis terhadap elips kesalahan dari perataan jaring.

Kriteria yang ditetapkan untuk mengetahui akurasi dari

hasil perataan jarring baik bebas maupun terikat

adalah:

Elips kesalahan garis lurus dihasilkan untuk setiap

base line yang diamati dan untuk setiap pasang

stasiun.

Semi-major axis dari elips kesalahan garis yang

dihasilkan harus lebih kecil dari harga parameter r

yang dihitung sebagai berikut :

Page 86: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-33

r = 15 (d + 0,2)

dimana : r = panjang maksimum untuk semi-

major axis (mm)

d = jarak dalam km

(4). Reduksi ukuran teritris ke bidang elipsoid referensi

Besaran hasil pengukuran teritris seperti sudut mendatar,jarak

mendatar dan azimuth astronomis yang akan digunakann untuk

menghitung koordinat titik dalam sistem nasional (seperti UTM

ataupun TM3) terlebih dahulu harus diberi koreksi reduksi dan

koreksi proyeksi.

Reduksi diberikan karena pengukuran dilakukan diatas permukaan

bumi fisik (geoid), sedangkan perhitungan dan penggambaran

dilakukan diatas bidang referensi yaitu elipsoid.

Koreksi proyeksi diberikan karena hitungan koordinat dilakukan

pada biadang datar/bidang proyeksi (seperti UTM ataupun TM3 )

sehingga besaran-besaran pada elipsoid rerferensi harus diberi

koreksi proyeksi.

Reduksi hasil ukuran teretrik ke permukaan elipsoid meliputi

pengaruh penyimpangan vertikal, bersilangannya garis normal

pada elipsoid referensi, tidak berhimpitnya garis irisan normal

dengan garis geodesik serta tinggi terhadap elipsoid. Reduksi

tersebut hanya diperhitungkan pada penyelenggaraan triangulasi

primer.Untuk penyelenggaraan titik dasar orde 2, 3, 4 dengan

teknologo GPS dan orde 4 yang diukur dengan pengukuran poligon

reduksi-reduksi tersebut tidak diperlukan.Karena pengukuran

kerangka horizontal pada kekerjaan jalan dan jembatan dilakukan

dengan pengukuran poligon termasuk kategori orde 4 poligon

maka dengan demikian tidak diperlukan reduksi hasil ukuran sudut,

jarak dan azimuth.

Page 87: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-34

Setelah besaran ukuran jarak,azimuth dan sudut mendatar

direduksi ke elipsoid referensi,tahap selanjutnya adalah

memberikan koreksi proyeksi sesuai dengan sistem proyeksi yang

digunakan.

Di Indonesia sistem proyeksi yang digunakan antara lain :

Sistem proyeksi TM3, instansi BPN berdasarkan pasal 3 PMNA

Tahun 1997.

Sistem proyeksi UTM, instansi Bakosurtanal berdasarkan SK

Ketua Bakosurtanal No.019.202/1/1975.

Koreksi-koreksi Bidang Proyeksi, antara lain: Sistem Proyeksi UTM Sistem Proyeksi TM3Kovergensi Grid (XII)p+(XIII)p3 +(C5)p5 y” =(p) ∆ B”10-3 atau y” =(q).X.10-3

Ψ12 = 8.507.10-10{(Y1-Y2)(2X1+X2)} Koreksi kelengkungan garis Tmt12 = (2T’1+T’2).C.(XVIII).SV ψ21 =8.507.10-10{(Y2-Y1)(2X2+X1)} Koreksi proyeksi faktor skala k = k0{1+(XVIII)q2+(XIX).q4 } k=0,9999+1.237(X.10-7)2

q=0,000001 x jarak m=0,9999+0,4124{(X.10-7)2+(X2.10-7)2

titik tsb dari meridian tengah + (X.10-7)(X2.10-7)}

3.1.4.(4) Penentuan Posisi Horizontal dan Vertikal

A. Penentuan Posisi Horizontal

Gunakan alat ukur Theodolit T2 atau sejenisnya yang

lebih presisi dengan ketelitian alat <5”.

Pengukuran Poligon dilakukan dengan metode poligon

tertutup atau poligon terikat sempurna dengan cara

mengikat awal titik poligon dan akhir titik poligon dengan

titik tetap yang telah diketahui koordinatnya seperti

Banch Mark (BM) atau Badan Pertanahan Nasional (BPN)

atau triangulasi dalam sistem koordinat nasional.

Gunakan pita ukur baja atau EDM untuk pengukuran

jarak yang dilakukan secara pergi-pulang dengan interval

Page 88: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-35

5 (lima) kilometer yang disebut I seksi dengan ketelitian

≤ 1/5000.

Pengukuran poligon dilakukan dengan bacaan biasa dan

luar biasa dengan toleransi bacaan 5” – 10” koreksi

sudut setiap seksi (5 Km) maksimum n10 n =

banyaknya titik poligon tiap seksi.

Page 89: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-36

Gambar 3-2 Pengukuran Posisi Horizontal Metode Poligon

Dari hasil pengukuran (Gambar 3.2) lakukan perhitungan

untuk mengetahui koordinat suatu titik poligon dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut:

Xn = X(n – 1) + d(n – 1, n) Sin (n – 1, n)

Yn = Y(n – 1) + d(n – 1, n) Cos (n – 1,n)

Dengan persyaratan ketelitian penutup sudut adalah

sebagai berikut: akhir – awal = ∑ sudut ukuran + (n x 180) ± f β

dimana kesalahan penutup ( f β) adalah ≤ n10 n

Toleransi kesalahan jarak linier dihitung dengan

persamaan: Xakhir – Xawal = ∑ d Sin + f x

Yakhir – Yawal = ∑ d Cos + f y

d

22 fyfxfl

dimana kesalahan jarak linier yang dipersyaratkan

adalah ( fl ) ≤ 1/15000.

Keterangan: = sudut jurusan

Page 90: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-37

β = sudut poligon

d = jarak antar poligon (total)

f x = kesalahan absis

f y = kesalahan ordinat

fl = kesalahan linier

f β = kesalahan sudut

Sebelum melaksanakan kegiatan pengukuran, terlebih

dahulu lakukan pengecekan semua alat ukur agar alat-

alat laik operasional, bila sumbu vertikal tegak lurus

bidang nivo, benang silang diafragma tegak lurus sumbu

vertikal, garis bidik tegak lurus sumbu mendatar dan

kesalahan indeks vertikal sama dengan nol.

B. Penentuan Elevasi

Menentukan elevasi menggunakan alat ukur sipat datar

seperti N1, NA2 dan NAK atau sejenisnya.

Menentukan elevasi dilakukan dengan cara pengukuran

sipat datar memanjang dari suatu titik tinggi ke titik

berikutnya yang akan dicari ketinggiannya dengan

prinsip beda tinggi.

Pengukuran sipat datar menggunakan metode double

stand pada setiap seksi (± 5 Km) dengan selisih bacaan

≤ 2 mm untuk setiap slag menggunakan ORDE II, yaitu

( D8 Km) mm.

Pengukuran sipat datar harus diikat pada elevasi /

ketinggian yang tetap / permanen seperti BM atau

triangulasi.

Pengukuran dengan sipat datar dapat dilihat pada

gambar 3.3.

Page 91: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-38

Gambar 3-3 Penentuan Elevasi dengan Metode

PenomoranSipat Datar

Cara menentukan posisi vertikal (tinggi titik B)

Dasar pengikatan tinggi titik B adalah pada titik A

menggunakan rumus:

ZB = ZA – Z

Dimana Z adalah beda tinggi antara titik A ke B,

dengan persamaan: Z = ∑b – ∑m

Bila pengukuran stand I: ZI = ∑bI – ∑mI dan

stand II: ZII = ∑bII – ∑mII

maka kesalahan pengukuran beda tinggi antara

Stand I dan Stand II dalam satu seksi adalah:

FZ = ZI – ZII

Kesalahan yang disyaratkan dalam pengukuran

beda tinggi (FZ) adalah ≤ (10 VD Km) mm.

Keterangan:

ZA = tinggi titik A

ZB = tinggi titik B

Z = beda tinggi titik A dan titik B (= ∑b – ∑m)

∑b = jumlah bacaan benang tengah rambu

belakang

Page 92: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-39

∑m = jumlah bacaan benang tengah rambu

muka

FZ = kesalahan pengukuran beda tinggi antara

Stand I dan Stand II

Sebelum alat ukur sipat datar digunakan terlebih dahulu

lakukan pengecekan alat ukur laik operasional, bila garis

arah nivo tegak lurus sumbu vertikal, benang silang

horizontal tegak lurus sumbu vertikal dan garis bidik

sejajar garis arah nivo.

(5). Pengukuran Situasi

1. Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit 30” (Theodolit

Kompas).

2. Theodolit ditempatkan pada titik-titik poligon dengan

membidik obyek-obyek yang diperlukan untuk pembuatan

leger jalan, dengan metode tachymetri.

3. Koordinat polar menggunakan argumen sudut dan jarak.

Gambar 3-4 Pengukuran Situasi Metode Koordinat Polar

Menggunakan Argumen Sudut dan Jarak

Keterangan:

A = tempat berdiri alat

dAb...dAa = jarak dari tempat berdiri alat ke

obyek yang diperoleh dari

pengukuran jarak tachymetri.

Page 93: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-40

AzAa..AzAa= sudut berdasarkan hasil pengukuran

sudut horizontal

4. Koordinat polar menggunakan argumen azimut dan jarak

Gambar 3-5 Pengukuran Situasi Metode Koordinat Polar

Menggunakan Argumen Azimuth dan Jarak

A = tempat berdiri alat

U = arah utara kompas

dAb...dAa = jarak dan tempat berdiri alat ke

obyek yang diperoleh dari

pengukuran jarak tachymetri

AzAb..AzAa= Azimuth dari arah utara berdasarkan

hasil pengukuran sudut horizontal

5. Pengukuran jarak dan beda tinggi metode tachymetri

Besarnya jarak optik dapat dihitung dengan rumus:

D = (a – b) x 100

dimana:

D = jarak dari alat ke rambu

a = bacaan benang atas

b = bacaan benang bawah

100 = bilangan konstanta alat

Page 94: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-41

Gambar 3-6 Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi Metode

Tachymetri

Cara menentukan jarak datar dan beda tinggi antara

titik A dan titik B metode Tachymetri:

Jarak datar

D = L1 . 100 = 100 L Cos β .................(1)

Beda tinggi (∆h)

∆h = D Sin β = 100 L Cos β Sin β .........(2)

Maka beda tinggi antara titik A dan titik B (∆H)

∆H = i + ∆h – Z = ∆h + (i – Z)

dimana:

∆h = beda tinggi antara teropong dengan

titik sasaran (benang tengah)

∆H = beda tinggi antara titik A dan titik B

D1 = jarak miring antara titik A dan titik B

D = jarak datar antara titik A dan titik B

i = tinggi alat

Z = tinggi sasaran (benang tengah)

L1 = panjang bacaan mistar

L = panjang bacaan yang tereduksi

β = sudut miring antara arah teropong

dengan garis bidik

Page 95: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-42

6. Sebelum melaksanakan kegiatan pengukuran, terlebih

dahulu lakukan pengecekan semua alat ukur dalam

keadaan laik operasional guna mendapatkan hasil yang

maksimal dan akurat.

(6). Pengukuran Penampang Melintang

1. Penampang melintang menampakkan melintang jalan dari

as jalan (center line) sampai batas Ruang Milik Jalan

(Rumija), dengan mengambil data pada setiap perubahan

muka tanah / jalan.

2. Cara pengukuran penampang melintang jalan dilakukan

dengan cara yang sama pada pengukuran situasi.

3. Titik-titik detail yang diukur / diambil datanya adalah

segaris dan posisinya tegak lurus arah / badan jalan (lihat

gambar 3.7).

Gambar 3-7 Pengukuran Penampang Melintang Jalan

Keterangan:

A = tempat berdiri

P = titik poligon

1 – 9 = obyek-obyek yang dibidik penampang

melintang sampai ruang pengawasan

jalan (Ruwasja)

Page 96: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-43

(7). Pengukuran Secara Digital dan Bagan Alir

1. Pengukuran Situasi dengan alat Total Station

Pengukuran ini merupakan pengukuran secara digital /

elektronik, ada beberapa alat teodolit digital yang digunakan

antara lain:

Bacaan terkecil Perbesaran Jenis alat

Hz V

DT 600 7” 7” 30 X digital

DTM 801 10” 20” 33 X digital

D – 50 10” 10” 26 X digital

Langkah – langkah pengukuran:

a. Alat ukur yang digunakan adalah teodolit total station

dengan bacaan skala terkecil adalah 7” – 20”.

b. Teodolit TS ditempatkan diatas statip pada titik-titik

polygon yang diketahui koordinatnya, input datanya pada

teodolit antara lain: absis X, ordinat Y, elevasi H/E, tinggi

alat TA, tinggi target TT.

c. Letakkan alat ukur teodolit TS pada statip tepat diatas

patok titik polygon yang diketahui koordinatnya.

d. Atur sumbu I vertical alat teodolit TS dengan mengatur

skrup pendatar teodolit TS, ukur tinggi alat TT.

e. Pasang reflector diatas statip yang telah diatur sumbu I

tepat diatas titik target yang diukur diatur sebagai back-

side. Pada alat ukur teodolit TS diset bacaan horisontal Hz

dengan bacaan nilai/harga azimuth antara kedua titik

tersebut, ukur tinggi target TT.

f. Bidik objek-objek yang diperlukan melalui target reflector

dengan tinggi target tertentu untuk pembuatan leger jalan

secara digital dengan membaca koordinat pada display

dari hasil bidikan dari teodolit TS.

Page 97: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-44

g. Arahkan teropong pada target yang akan diamat

kencangkan klem horizontal dan klem vertical teodolit TS,

tepatkan bidikan pada target dengan sekerup penggerak

halus vertical dan penggerak halus horizontal. Sekali lagi

arahkan teropong pada pusat reflector diatas statip

dengan sekerup penggerak halus vertical, input data

azimuth dengan memilih menu pada alat teodolit TS.

(“COORD” – ( OBS – DATA – HORISONTAL AZIMUTH).

h. Hidupkan tombol ON pada alat teodolit TS, maka display

monitor pada alat TS akan menampilkan angka koordinat

objek yang diukur dengan memilih menu yang ada pada

alat teodolit Total Station.

Pada display ditampilkan seperti contoh dibawah ini:

X : . . . . . . . , . . . m

Y : . . . . . . . , . . . m

Elv : . . . , . . . m

D : . . . , . . . m

Hz : . . . ˚. . ̍ . .̎ . .

2. Pengukuran pernampang melintang secara digital

a. Alat yang digunakan seperti pada pengukuran situasi

secara digital.

b. Penampang melintang menampakan melintang jalan

dari as jalan (center line) sampai batas ruang milik

A(X,Y,Z)

B(X,Y,Z)

a. (X,Y,Z)

b. (X,Y,Z)

c. (X,Y,Z)

Page 98: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-45

jalan (RUMIJA), dengan mencatat data koordinat dan

elevasi pada setiap perubahan muka tanah/jalan yang

dilihat/terbaca pada display dan catat atau direcord.

c. Titik-titik detail yang diukur/diambil data koordinat dan

elevasi secara digital adalah segaris dan posisinya

tegak lurus arah badan jalan.

d. Biasanya penampang melintang diukur setiap 50 meter

untuk jalan yang lurus dan 25 meter untuk jalan yang

melengkung yang diambil dari titik polygon.

3. Pengukuran leveling digital/elektronik

Ini merupakan teknologi modern yang mutakhir. Dengan

teknologi sinar laser yang dipancarkan dari alat elektronik

level dapat terbaca bacaan rambu ukur diatas titik yang

diamat, rambu ini dilengkapi dengan system pembacaan

“bar code” yang diperoleh secara otomatis, bacaan rambu

ukur dan jarak antara alat dan rambu ukur ditampilkan

pada display, demikian juga beda tinggi antara dua titik

yang diamat juga bias ditampilkan pada display dengan

menekan tombol atau pilihannya pada alat.

Keuntungan alat ini antara lain

X,Y,H1X,Y,H2

X,Y,H3

X,Y,H4

X,Y,H5

Page 99: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-46

Dapat dioperasikan pada pagi, siang dan sore hari

tanpa henti.

Pada pencahayaan dengan sinar yang lemah, minimal

20 lux.

Bekerja dengan magnetic kompensator, jika

gelembung nivo tidak ketengah ada sensor yang akan

memberi peringatan yang tertera di display.

Kesalahan garis bidik < 2 milimeter√ DKm, untuk

pengukuran pulang-pergi.

Mudah dibawa-bawa, berat alat ±2,5Kg.

Batery yang digunakan jenis alkalin AA 4 x 1,5volt.

4. Peralatan Ukur

Peralatan yang digunakan leger jalan terdiri dari teodolit

dan waterpas termasuk peralatan pendukungnya.

Teodolit :

Tipe Bacaan Terkecil Perbesaran Jenis Macam Survey

Horizontal Vertikal

T2DT2ENT-2DNT-2SDT600

1 ̎2 ̎

20 ̎20 ̎7 ̎

1 ̎2 ̎

20 ̎20 ̎7 ̎

30 X30 X30 X30 X

ManualDigitalManualManualDigital

PoligonPoligonSituasiSituasiSituasi

Page 100: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-47

Total Station:

Tipe Bacaac Terkecil Perbesaran Jenis Macam Survey

Horizontal Vertikal

GTS300SET230RSET21056015602NET21003DDTM-801D-50

1 ̎2 ̎2 ̎1 ̎2 ̎2 ̎10 ̎10 ̎

1 ̎2 ̎2 ̎1 ̎2 ̎2 ̎20 ̎10 ̎

30 X30 X30 X26 X26 X30 X33 X26 X

DigitalDigitalDigitalDigitalDigitalDigitalDigitalDigital

PoligonPoligonPoligonPoligonPoligonPoligonSituasiSituasi

Waterpas/Alat ukur sipat datar:

Tipe Jenis Perbesaran lensa

Minimum Fokus

Ketelitian per Km

SDL 30Leica Sprinter 100/100M200/200MNA 2NAK 2PL 1NK 2

Digital

DigitalDigitalOtomatisOtomatisUngkitOtomatis

32 X

32 X40 X42 X30 X

0.9 m

0.5 m0.5 m1.6 m1.6 m2.0 m1.6 m

1.0 mm

2.0 mm2.0 mm0.7 mm0.7 mm0.2 mm1.0 mm1.0 mm

a. Alat ukur ETS (Electronic Total Station) atau alat ukur

Total Station (TS)

Alat ukur ETS (Electronic Total Station) adalah alat

ukur jarak elektronik yang telah dilengkapi dengan

bacaan sudut horizontal dan vertical. ETS selain dapat

digunakan untuk mengukur jarak secara elektronis,

juga dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal

maupun vertical secara elektronik, yang pada akhirnya

dapat menentukan posisi suatu objek secara cepet dan

teliti. Alat ini dilengkapi pencatat data

elektronil(electronic data recorder) sehingga

pengukuran dengan ETS dapat langsung dihitung dan

digambar dengan cara digital.

Konstruksi alat ukur ETS terdiri dari perangkat keras

berupa teropong untuk mengamati objek yang

Page 101: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-48

dilengkapi dengan piringan vertical, piringan

horizontalnerta pengukur jarak elektronik, serta

perangkat lunak yang berupa pengolah data yang

dapat digunakan untuk menyimpan data ukuran baik

secara internal maupun eksternal.

Alat ini dilengkapi dengan prisma yang berfungsi

sebagai reflector.

Pada alat ETS hasil pengukuran jarak, bacaan piringan

horizontal dan bacaan sudut vertical, koordinat

maupun beda tinggi dapat langsung dukethui dilayar

monitor.

b. Alat ukur EDM (Electronic Distance Measure)

EDM adal sebuah alat ukur jarak dengan menggunakan

gelombang elektromagnetik. Jarak yang dihitung dari

waktu tempuh gelombang elektromagnetik dari alat

EDM ke target yang berupa prisma reflector dan

kembali lagi kea lat dikalikan kecepatan rambat

gelombang.

Alat ukur jarak EDM terdiri dari alat EDM yang

dilengkapi dengan teropong pengarah, power

supply/battery, monitor, rangkaian elektronik dan

microprocessor. Untuk mendapatkan sinyal balik, alat

ukur EDM dilengkapi dengan reflector yang diletakkan

pada target yang akan diamat.

Konstruksi pada alat EDm tidak dilengkapi dengan

system pembacaan piringan horizontal maupun

vertical, sehingga jarak yang diperoleh masih berupa

jarak miring yang kemudian harus dirubah kejarak

datar. Untuk kegiatan pengukuran jarak, alat EDM

ditempatkan diatas alat ukur teodolit. Jarak miring

Page 102: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-49

kemudian dihitung menjadi jarak datar dengan

memasukan bacaan sudut vertical dari teodolit.

Pengoperasian alat ukur EDM:

Letakkan alat ukur teodolit pada statip tepat diatas

patok yang akan diukur jaraknya.

Atur sumbu I vertical alat teodolit dengan mengatur

skrup pendatar alat ukur teodolit.

Pasang alat ukur jarak EDM diatas teodolit yang telah

disiapkan tempatnya.

Catat temperature dan tekanan udara untuk

melakukan koreksi terhadap refraksi bila diperlukan.

Pasang reflector diatas statip yang telah ditur sumbu I

tept diatas target yang akan diamat.

Arahkan teropong pada target yang akan diamat

kemudian kencangkan klem horizontal dan klem

vertical teodolit. Tepatkan bidikkan pada target dengan

sekrup penggerak halus vertical dan penggerak halus

horizontal sekali lagi arahkan teropong pada pusat

reflector diatas target dengan sekrup penggerak halus

vertical.

Hidupkan saklar pada alat EDM, maka display monitor

pada EDm akan menampilkan besaran jarak yang

terukur dan tept arah. Catat bacaan pada piringan

pembacaan sudut vertical.

5. Hasil penggambaran diplot/dipindahkan pada format leger

jalan

a. Untuk memindahkan hasil penggambaran ditentukan

skalanya terlebih dahulu, kemudian dipotong sesuai

dengan ukuran kertas sehingga penampilan panjang

ruas jalan bisa dipilih menurut pemotongannya pada

Page 103: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-50

setiap lembar gambar, dengan menggunakan menu

sheet manager.

b. Setelah pemotongan yang sesuai dengan panjangnya

kemudian di insert pada form kertas leger jalan.

c. Kemudian bisa ditampilkan juga sebagai profil ruas

jalan menurut pemotongannya sesuai dengan elevasi

permukaan jalan.

d. Demikian juga cross section/penampang melintang tiap

50m dari ruas jalan bisa ditampilkan.

6. Bagan Alir

a. Titik Kontrol Digital

Pengambilan Data GPS (Receiver GPS)

Pengolahan Raw Data (Software GPS)

Penyajian Data (Software CAD)

Page 104: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-51

b. Situasi Digital

3.1.4.(5) Pengukuran Geometrik Jalan

Untuk mendapatkan peta situasi jalan, dilakukan pengukuran

geometrik jalan berupa alinyemen horizontal dan alinyemen

vertikal jalan, yang harus mempunyai titik ikat yang

koordinatnya adalah sistem koordinat jalan.

1. Alinyemen Horizontal

Menggambarkan apakah jalan tersebut merupakan

jalan lurus, menikung ke kiri atau ke kanan.

Sumbu jalan merupakan rangkaian garis lurus,

lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan

dari bentuk garis lurus ke bentuk busur lingkaran.

2. Alinyemen Vertikal

Menggambarkan perpotongan bidang vertikal dengan

bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu

jalan.

Pengambilan Data Total Station

(Tanpa Prisma atau dengan Prisma)

Data GPS-Pengukuran-Tersedia

Pengolahan Data(Software Total Station)

Penyajian Data (Software CAD)

TAMPILAN

FORMAT LEGER JALAN

FILE LEGER JALAN

Page 105: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-52

Menggambarkan kelandaian positif (tanjakan) dan

kelandaian negatif (turunan), sehingga kombinasinya

berupa lengkung cembung atau lengkung cekung.

Menggambarkan permukaan perkerasan yang datar

atau kelandaian sama dengan nol (=0).

3.1.4.(6) Pengukuran, Pengumpulan Data Bangunan Pelengkap

dan Perlengkapan Jalan

Lakukan inventarisasi / pengumpulan data yang diperlukan

Kartu Leger Jalan meliputi:

1. Bangunan Pelengkap terdiri dari:

Gorong-gorong pipa / bulat

Bangunan penahan tanah

Penutup lereng

Saluran permanen

Drainase bawah tanah

Bak penampung / main hole

Kerb

Bronjong / pasangan batu kosong

Gorong-gorong kotak / box

2. Perlengkapan jalan, terdiri dari:

Pagar pengaman

Patok pemandu

Patok kilometer

Patok hektometer

Patok leger jalan

Patok Rumija

Marka jalan

Rambu lalu lintas

Lampu lalu lintas

Lampu penerangan

Page 106: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-53

Jembatan penyeberangan

Penyeberangan bawah tanah

Shelter bis

Cermin jalan

Lain-lainnya

3. Bangunan utilitas publik, terdiri dari sarana dan prasarana

sebagai berikut:

Jaringan air minum

Jaringan dan tiang listrik

Jaringan listrik dalam tanah

Jaringan dan tiang telepon

Jaringan telepon dalam tanah

Jaringan minyak

Jaringan pipa gas

Hidran

Rumah kabel

Lain-lainnya

3.1.4.(7) Pengukuran / Pengumpulan Data Luas dan Harga Lahan

Ruang Milik Jalan

1. Ruang Milik Jalan (Rumija) atau Right of Way dibatasi oleh

lebar tertentu yang dikuasai oleh jalan dalam hal tertentu.

2. Rumija ditandai dengan patok RMJ berwarna kuning dalam

jarak 1 (satu) kilometer sepanjang ruas jalan.

3. Rumija dimaksud untuk memenuhi persyaratan keluasan

kenyamanan pengguna jalan dan terutama untuk

keperluan pelebaran Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) di

kemudian hari.

4. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) dimaksud untuk

menjadi pengawasan Penyelenggara jalan dalam hal

Page 107: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-54

kenyamanan dan jarak pandang pengemudi, serta

pengamanan terhadap konstruksi bangunan jalan.

5. Pendataan harga dan luas lahan ruang milik jalan

dimaksud untuk memudahkan perencanaan perluasan dan

pelebaran badan jalan.

6. Data Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dapat diperoleh dari

instansi terkait (KP-PBB) atau melakukan wawancara

langsung dengan warga penduduk setempat mengenai

harga (pasar) tanah di sekitar lokasi.

Gambar 3-8 Penampang Melintang RUMAJA dan

RUMIJA

3.1.4.(8) Pengukuran dan Pengumpulan Data Konstruksi Jalan

1. Cara Destruktif

Pemeriksaan dengan cara destruktif yaitu membuat “test

pit” pada perkerasan jalan untuk mengambil contoh dan

mengukur ketebalan tiap-tiap lapisan perkerasan.

Pemeriksaan dan pengukuran konstruksi jalan meliputi:

Lapisan permukaan mencakup lebar, tebal, jenis,

kondisi dan Indeks Kondisi Permukaan.

Lapisan pondasi atas mencakup lebar, tebal dan jenis.

Page 108: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-55

Lapisan pondasi bawah mencakup lebar, tebal dan

jenis.

Median / jalur pemisah mencakup lebar, tebal dan

jenis.

Bahu jalan mencakup lebar, tebal dan jenis.

Trotoar mencakup lebar, tebal dan jenis.

2. Cara Non-Destruktif

Pemeriksaan dengan cara non-destruktif yaitu suatu cara

menggunakan alat yang diletakkan diatas permukaan jalan

memiliki kemampuan merekam setiap jenis lapisan

perkerasan sampai pada lapisan pondasi bawah tanpa

merusak konstruksi perkerasan jalan.

3. Lain-lain

Nilai kondisi permukaan jalan yang diamati dalam

survei ini pada dasarnya bersifat subyektif. Untuk itu,

perlu ada kesepakatan dalam menentukan nilai kondisi

permukaan jalan agar riwayatnya tetap konsisten /

berkelanjutan bila dilakukan secara periodik oleh

pengamat yang sama (pengulangan pengamatan).

Hasil pemeriksaan dicocokkan dengan cara

dikonfirmasikan dan diklarifikasi terhadap data

dokumen berupa gambar terlaksana atau dengan data

yang dimiliki oleh instansi terkait antara lain P2JJ,

Dinas PU Provinsi atau Dinas Bina Marga Kabupaten.

3.1.4.(9) Pengukuran dan Pengumpulan Data Konstruksi

Jembatan

1. Peta situasi jembatan dilakukan dengan cara yang sama

dalam pengukuran situasi jalan.

2. Pengukuran harus mempunyai titik ikat yang koordinatnya

satu sistem dengan sistem koordinat jalan.

Page 109: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-56

3. Pengamatan dan pengukuran jembatan yang harus

dilakukan adalah sebagai berikut:

Tipe, bahan dan kondisi bangunan atas serta

ukurannya.

Tipe, bahan dan kondisi bangunan bawah serta

ukurannya.

Tipe, bahan dan kondisi pondasi serta ukurannya.

Tipe dan bahan landasan serta ukurannya.

Macam dan bahan bangunan pengaman dan pelengkap

bangunan bawah jembatan serta ukurannya.

Panjang bentang dan lebar jembatan dan panjang

total.

Jumlah bentang jembatan.

4. Peralatan dan Perlengkapan yang diperlukan antara lain:

2 (dua) buah pita ukur baja masing-masing dengan

kapasitas ukur 50 meter dan 3 meter.

Tambang plastik.

Benang nylon.

Bandul pemberat.

Bambu / kayu persegi untuk patok ikat.

Waterpass, bak ukur Yalon, rakit / perahu.

1 (satu) unit pesawat Theodolit (tipe TO).

1 (satu) unit pesawat Waterpass.

1 (satu) buah kamera / handycam.

1 (satu) roda pengukur jarak.

Peta ruas jalan.

Buku ukur.

Formulir lapangan data teknik dan formulir jembatan.

1 (satu) buah mesin hitung / calculator.

Kertas kalkir / milimeter blok.

Page 110: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-57

Alat-alat tulis (pensil, segitiga, ballpoint dan

penghapus, dan lain-lain).

Payung dan jas hujan.

Palu pemukul dan paku (baja), palu sink dan parang.

Sepatu lapangan.

Cat putih / kuning (tahan air).

Radio komunikasi / handytalkie lengkap dengan baterai

24 buah dalam keadaan di-charge penuh.

Kendaraan roda 4 siap operasi dan bahan bakar yang

cukup.

3.1.4.(10)Pengambilan Foto Dokumentasi

1. Tujuan

Pengambilan foto dokumentasi bertujuan agar dapat

memberikan gambaran secara visual tentang kondisi dari

ruas jalan yang sedang di-survey.

2. Persiapan

Siapkan kamera / handycam, peta lokasi, buku formulir

survey, clip board, ballpoint, meteran pita baja dan cat

/ pylox.

Mengisi data pada formulir survey yang meliputi nama

jalan, nama surveyor dan tanggal survey.

3. Pelaksanaan

Pengamatan dan pengambilan foto terhadap setiap

segmen untuk interval 750 meter untuk jalan luar kota

dan 375 meter untuk jalan dalam kota mulai dari titik

awal sampai akhir ruas.

Pengamatan dan pengambilan foto terhadap bangunan

pelengkap jalan untuk interval 750 meter untuk jalan

luar kota dan 375 meter untuk jalan dalam kota.

Page 111: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-58

Pengambilan foto disesuaikan perpotongan segmen

gambar dan diambil dari arah kilometer (KM) terkecil

dengan mengambil posisi pada sumbu jalan agar

situasi gambar terekam sampai dengan ruang

pengawasan jalan.

Pengambilan foto dokumentasi jembatan dari arah KM

terkecil (arah depan jembatan) dan dari arah hulu /

hilir (dipilih yang paling memungkinkan).

3.1.5 Pengolahan Data

3.1.5.(1) Verifikasi dan Validasi Data

Tujuan melakukan verifikasi dan validasi data untuk

memeriksa apakah data yang diperoleh telah memenuhi

persyaratan dan kecukupan data yang diperlukan antara lain:

Nama ruas jalan.

Nama pengenal jalan.

Titik pangkal dan titik ujung serta jurusan jalan lain.

Peranan jalan.

Sistem jaringan jalan.

Status jalan menurut wewenang pembinaan.

Lebar Ruang Manfaat Jalan (Rumaja).

Lebar Ruang Milik Jalan (Rumija).

Lebar Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja).

Data survey lapangan yang mencakup: jumlah BM beserta

data koordinatnya, hasil pengukuran (pengukuran

kerangka horizontal, vertikal, potongan melintang dan

pengukuran situasi).

Data inventarisasi jalan (jenis perkerasan, lebar

perkerasan, bahu jalan, saluran samping, trotoar, dan lain-

lain).

Page 112: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-59

Data jembatan (dimensi dan jenis struktur jembatan) dan

gorong-gorong.

Data bangunan pelengkap (marka jalan, rambu, km post,

patok hektometer, guard drill, guard post, dan lain-lain).

Data hasil inventarisasi jaringan utilitas publik (di atas

maupun di bawah permukaan tanah) yang mencakup

jaringan air minum, gas, PLN, Telkom, dan lain-lain.

Data riwayat perkerasan (As-Built Drawing), Dokumen

Kontrak fisik).

Data LHR.

Data kepemilikan (sertifikat).

Nilai NJOP.

3.1.5.(2) Perhitungan dan Penggambaran Topografi (Data Spatial)

Perhitungan dan penggambaran dilakukan oleh surveyor

dan draftman / juru gambar dengan arahan dari Ketua

Tim Ahli Teknik Jalan dan Ahli Teknik Geodesi.

Perhitungan dapat dilakukan dengan sistem computerized

yang dihitung dengan program spread sheet.

Penggambaran kasar dilakukan pada saat survey

sedangkan penggambaran halus dilakukan dengan

menggunakan program Computer Aided Design (CAD).

Hasil penggambaran kemudian diplot / dipindahkan pada

format leger jalan.

3.1.5.(3) Input Data Hasil Pengamatan Ke Dalam Form Isian (Data

Tabulator)

Data yang di-input adalah hasil survey institusional / data

sekunder dan data survey lapangan / data primer.

Tata cara pengisian format dan/atau Kartu Leger Jalan

mengikuti Pedoman Pengisian Formulir / Kartu Leger

Jalan.

Page 113: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-60

3.1.5.(4) Kompilasi Data Tabulator dan Data Spatial

Lakukan kompilasi atau penggabungan data isian (data

tabulator) dengan gambar jalan dan jembatan (data spatial)

dengan cara melakukan pengisian data (insert data) gambar

hasil penggambaran dengan CAD ke dalam form leger jalan.

3.1.6 Penggandaan Dan Penjilidan Leger Jalan

3.1.6.(1) Data Leger Jalan yang Terbentuk Dalam Kartu

Terdiri dari:

Ringkasan Data

Kartu Jalan

Kartu Jembatan

Kartu Foto Dokumentasi

3.1.6.(2) Penggandaan Dan Penjilidan

Penggandaan dan penjilidan dilengkapi dengan kartu-kartu

foto, sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 78/PRT/M/2005 tentang Leger Jalan.

Dokumen leger jalan yang telah dijilid, harus disimpan dan

dipelihara untuk dimanfaatkan, dimutakhirkan sesuai

dengan perubahan dimensi tapak jalan dan sarana

penunjangnya.

Penggandaan dan penjilidan dalam jumlah yang

dibutuhkan untuk penyampaian / pendistribusian kepada

instansi yang terkait sesuai petunjuk (tata cara)

pelaksanaan teknis penyimpanan / pendistribusian.

Page 114: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-61

FORMULIR-FORMULIR PENGUKURAN

PROYEK :

LOKASI :

DIUKUR OLEH :

X Y

FORMULIR SURVEY RECONNAISANCE

NO TITIK

JARAK (M)

AZIMUT (º ' ")

KEMIRINGAN %

SKETSA PATOKKOORDINAT

Page 115: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-62

Petunjuk Pengisian Formulir Hitungan Azimut Matahari

Bagian atas formulir berisikan data hasil pengamatan seperti kedudukan teropong

(biasa atau luar biasa), kedudukan bayangan matahari (menyinggung benang silang

teropong di posisi mana atau dengan menggunakan prisma Roelof). Waktu amat

berisikan jam pada saat matahari tepat beradmenyinggung benang silang diafragma

atau tepat berada di tengah diafragma atau tepat berada ditengah diafrgma bacaan

sudut vertikal dan bacaan horizontal ke arah matahari.

Bagian kiri bawah:

Tinggi Matahari=hu : diisi data hasi pengamatan yaitu bacaan sudut vertikal

pada saat pengamatan.

Refraksi=58’ctg hu(-) : diisi hasil hitungan koreksi refraksi yaitu dengan

menggunakan rumus 58 ctghu, dimana hu adalah bacaan

sudut vertikal.

Paralaks=8.8 Cos hu : hitungan koreksi paralaks dengan rumus 8.8 Cos hu,

dimana hu adalah bacaan sudut vertical.

Koreksi ½ d : diisi koreksi ½ diameter matahari yang dapat dilihat dari

tabel almanak matahari pada menit, jam, tanggal dan

tahun pada saat pengamatan dilakukan.

Tinggi matahari (h) : diisi hasil perhitungan dari tinggi matahari ukuran

dikoreksi dengan koreksi refraksi, koreksi perolehan dari

koreksi ½ diameter matahari.

Lintang (L) : diisi dari hasil interpolasi posisi lintang titik amat

berdasarkan peta topografi dari Bakosurtanal.

Deklinasi : didapat dari tabel almanak matahari untuk jam, tanggal,

bulan dan tahun pada saat pengamatan dengan cara

diinterpolasi.

Sin d : nilai sinus dari deklinasi

Sin L (φ) : nilai sinus dari lintang pengamatan

Page 116: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-63

Sin h : nilai sinus dari tinggi matahari terkoreksi

Sin L.Sin h : perkalian antara nilai sinus lintang dengan sinus tinggi

matahari terkoreksi.

L – M : nilai sinus deklinasi dikurangi (sinus lintang kali sinus

tinggi matahari).

Cos L (φ) : nilai cosinus dari lintang pengamatan.

Cos h : nilai cosinus dari tinggi matahari terkoreksi.

Cos L. Cos h : nilai perkalian dari cosinus lintang dengan nilai cosinus

tinggi matahari terkoreksi.

Cos A : Nilai (sinus deklinasi dikurangi (sinus lintang kali sinus

tinggi matahari terkoreksi)) dibagi (cosinus lintang kali

cosinus tinggi matahari terkoreksi)).

A : nilai arccosinus dari Cos A

Koreksi ½ d/Cos h : nilai koreksi, dihitung dengan menghitung koreksi ½

diameter matahari dibagi cosinus tinggi matahari

terkoreksi.

Asimut pusat matahari : dihitung berdasarkan nilai A ditambah atau dikurangi

dengan koreksi ½ d / Cos h, tanda + atau – berdasarkan

posisi bayangan matahari terhadap benang silang

mendatar.

Sudut hor ke titik acuan : data bacaan ke titik acuan pada saat pengamatan.

Sudut hor ke titik matahari : bacaan sudut horizontal ke matahari pada saat

pengamatan.

Nilai azimut matahari : Nilai azimut pusat matahari ditambah sudut horizontal ke

titik acuan dikurangi sudut horizontal ke matahari.

Page 117: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-64

PROYEK : JENIS ALAT :

DIUKUR OLEH : NO. SERI :

TANGGAL : HALAMAN :

° ' " ° ' " ° ' " ° ' " ° ' "

LUAR BIASA

DATA UKUR POLIGON

BIASA LUAR BIASA

HORIZONTALVERTIKAL

TARGET

SKETSA

ALAT

NO TITIK

RATA-RATABIASA

SUDUT HORIZONTALBACAAN SUDUT

MIRING (m)

DATAR (m)

JARAK

Page 118: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-65

PROYEK :

DIUKUR OLEH :

TANGGAL :

KOR JARAK (D) D Sin dx D Cos dy

° ' " " ° ' " D(M) (m) (M) (M) (M) X (M) Y (M)

Analisa Ketelitian Pengukuran

Σ Titik : BATAS TOLERANSI :

KESALAHAN PENUTUP SUDUT (fs) :

KESALAHAN ABSIS (fx) :

KESALAHAN ORDINAT (fy) :

KESALAHAN LINIER :

Σ

FORMULIR HITUNGAN KERANGKA HORIZONTAL METODA POLIGON

NO TITIKSUDUT DALAM AZIMUT KOORDINAT

NO TITIK

n"10

10000

1)()(

CD

fyfxfc

Page 119: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-66

TITIK PENGAMAT : :

TITIK ACUAN : :

TANGGAL PENGAMATAN : :

DAERAH / PROYEK : : Tadah

DIAMATI OLEH :

B LB LB B

TEMPERATUR:

BAROMETER:

DATA UNTUK KOREKSI REFRAKSI

KOORDINAT LINTANG PENGAMAT

φ=

FORMULIR PENGAMATAN MATAHARIUNTUK PENENTUAN AZIMUT METODA TINGGI / SUDUT WAKTU

WAKTU PENGAMATAN

MATAHARI SEBELAH: TIMUR / BARAT

TINGGI MATAHARI (h)

BACAAN LINGK. MENDATAR

- KE TITIK ACUAN (Hs)

BACAAN LINGK. VERTIKAL TERHADAP TEPI MATAHARI

- KE TEPI / PUSAT MATAHARI (Hm)

SUDUT HORIZONTAL

- TERHADAP TEPI MATAHARI (Ψ)

SKETSA:

KEDUDUKAN MATAHARI

KEDUDUKAN TEROPONG

MEREK / NO. TEODOLIT

BAYANGAN DALAM

TEODOLIT

CARA PENGUKURAN

TINGGI LOKASI:

(DIATAS MSL)

Page 120: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-67

TITIK PENGAMAT : DIAMATI OLEH :

TITIK ACUAN : DIHITUNG OLEH :

TANGGAL PENGAMATAN : DIPERIKSA OLEH :

PROYEK : ALAT ::

I BIASA

II LUAR BIASA

III BIASA

IV LUAR BIASA

° ' " ° ' " ° ' " ° ' "

TINGGI MATAHARI = hu

REFERENSI = 58"ctg hu (-)

PARALAKS = 8.8 Cos hu (+)

KOREKSI ½ d

TINGGI MATAHARI (h)

LINTANG (L)

DEKLINASI (δ)

Sin δ = L

Sin L

Sin h

Sin L. Sin h = M

L - M = N

Cos L

Cos h

Cos L. Cos h =D

Cos A =N/D

A

KOREKSI (½ d) / Cos h ( -/+ )

AZIMUT PUTAR MATAHARI

AZIMUT KE TARGET

AZIMUT RATA-RATA

SUDUT HORIZONTAL KE TITIK ACUAN ( + )

SUDUT HORIZONTAL KE TITIK MATAHARI ( - )

FORMULIR HITUNGAN AZIMUT MATAHARI

HORIZONTAL

B LB B LB

KEDUDUKAN MATAHARI WAKTU AMAT VERTIKAL

Page 121: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-68

Petunjuk Pengisian Formulir Hitungan Poligon

No Titik : diisi nomor titik tempat berdiri alat (melakukan

pengamatan) center titik BM O.

Sudut dalam : diisi hasil hitungan bacaan sudut horizontal titik di depan

titik tempat berdiri alat dikurangi bacaan sudut horizontal

titik di belakang titik berdiri alat.

Koordinat : diisi hasil hitungan koreksi kesalahan sudut menggunakan

rumus dβ = )B

(n

f

Azimut : diisi azimut hasil perhitungan berdasarkan azimut sisi

sebelum ditambah sudut dalam di titik yang bersangkutan

dikurangi 100 derajat.

Jarak : diisi dari hasil perhitungan jarak dari titik pengamatan ke

titik berikutnya dengan menggunakan rumus D= 100 (ba

– bb) Cos2 h atau D= 100 (ba – bb) Sin2Z.

D Sin : diisi hasil perhitungan beda absis antara titik tempat

pengamatan dengan titik di depannya dengan

menggunakan rumus Dx = D Sin

dx : diisi hasil perhitungan koreksi arah absis dengan

menggunakan rumus f Dx= ∑ Dij – ∑ Dyij

D Cos : diisi hasil perhitungan beda ordinat antara titik tempat

pengamatan dengan titik di depannya dengan

menggunakan rumus Dy D Cos

dy : diisi hasil perhitungan koreksi arah ordinat dengan

menggunakan rumus f DY= ∑ Dij – ∑ DYij

Koordinat : diisi hasil perhitungan koordinat dengan menggunakan

rumus X2 = X1 + D12 Sin 12 + f DX

Y2 = Y1 + D12 Cos 12 + f DY

Page 122: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-69

DATA UKUR SIPAT DATAR

PROYEK : JENIS ALAT:

DIUKUR OLEH: NO. SERI:

TANGGAL: HALAMAN:

STAND I

(m) (m) STAND II

NO PATOK

BENANG TENGAH (BT) STAND I STAND II

BENANG ATAS (BA) BENANG BAWAH (BB)

(BA+BB)=2BT

BEDA TINGGI RATA-RATA

NO PATOK

JARAK

BELAKANG Db

MUKA Dm

BEDA TINGGI

Page 123: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-70

DIHITUNG : HALAMAN :

LOKASI : DIPERIKSA :

TANGGAL: ALAT HITUNG:

DARI KE PERGI PULANG RATA-RATA KOR (mm) DEFINITIF

TOTAL

JUMLAH JARAK

SALAH PENUTUP

TOLERANSI

NO PATOKJARAK

FORMULIR HITUNGAN SIPAT DATAR

NAMA PATOK

BEDA TINGGI TINGGI PATOK

DEFINITIF

TINGGI PATOK

Page 124: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-71

Petunjuk Pengisian Formulir Hitungan Waterpass

No Patok : diisi nomor patok tempat berdiri rambu atau tempat

berdiri alat, contoh alat berdiri di titik BM1 dan rambu

ditempatkan di titik P211.

Jarak : jarak dari hasil perhitungan jarak antara BM1 dengan titik

P211, jarak dihitung dengan menggunakan rumus jarak

optis pada pengukuran sipat datar D = 100 (ba – bb)

Beda tinggi : beda tinggi diisi hasil perhitungan beda tinggi antara dua

titik yang diamati. Contoh beda tinggi antara BM1 dengan

titik P211 dihitung berdasarkan bacaan benang

tengahrambu di titik P211 dengan bacaan benang tengah

rambu dititk BM1 atau perbedaan bacaan benang tengah

rambu dititk P211 dengan tinggi alat di titik BM1.

Stand I : diisi beda tinggi stand I atau pengukuran pergi antara titik

BM1 dengan titik P211.

Stand II : diisi beda tinggi stand II atau pengukuran pulang antara

titik BM1 dengan titik P211.

Rata-rata : diisi beda tinggi rata-rata antara pengukuran stand I

dengan stand II atau rata-rata antara pengukuran pergi

dengan pengukuran pulang.

Kor : diisi koreksi kesalahan rata-rata antara pengukuran pergi

dengan pengukuran pulang.

Definitif : diisi beda tinggi definitif yaitu beda tinggi rata-rata

ditambah koreksi kesalahan.

Elevasi diatas patok : BM1 tingginya diketahui maka elevasi diatas patok adalah

tinggi BM1 (diketahui) di tambah beda tinggi definitif.

Page 125: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-72

PROYEK : JENIS ALAT:

LOKASI : NO. SERI :

DIUKUR OLEH : TANGGAL :

TARGET TENGAH ATAS BAWAH ° ' " ° ' " ° ' " ° ' "

FORMULIR UKUR DETAIL SITUASI

ALAT

TINGGI ALAT (Cm)

KETERANGAN

SKETSA:

VERTIKAL

SUDUT HORISONTAL ACUAN

HORISONTAL VERTIKAL

SUDUT HORISONTAL TITIK DETAILNO TITIK BACAAN BENANG

HORISONTAL

Page 126: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-73

PROYEK :

DIHITUNG OLEH :

TANGGAL :

JARAK

TARGET ° ' " ° ' " BT BA BB ° ' " DATAR X Y

KOORDINATELEVASI

FORMULIR HITUNGAN DETAIL SITUASI

NO TITIK

ALAT

HORISONTAL HASIL AZIMUT BACAAN RAMBU VERTIKAL BEDA TINGGI

Page 127: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-74

Petunjuk Pengisian Formulir Hitungan Situasi

No. Titik Alat : diisi nomor titik tempat mendirikan alat pada saat

pengukuran detail situasi contoh: titik P7-11

No. Titik Target : diisi nomor titik acuan (backsight atau foresight) sebagai

acuan azimut contoh: titik P7-12. Selain itu diisi nomor

titik detail yang akan diamati contoh titik 1, titik 2.

Azimut acuan : diisi azimut dari titik tempat berdiri alat ke titik acuan.

Horizontal : diisi bacaan sudut horizontal titik yang diamat.

Hasil azimut : diisi azimut titik acuan dari data perhitungan koordinat titik

kontrol horizontal. Untuk titik detail azimutnya diisi hasil

perhitungan azimut titik detail tersebut berdasarkan

perbedaan bacaan sudut horizontal titik acuan dengan

bacaan horizontal titik detail tersebut.

BT, BA, BB : diisi data hasil bacaan rambu (benang tengah,benang

atas,benang bawah) hasil pengukuran detail situasi titik

yang bersangkutan.

Vertikal : diisi data hasil bacaan sudut vertikal hasil pengukuran titik

detail yang bersangkutan.

Jarak detail : diisi hasil hitungan jarak detail antara titik detail tersebut

Terhadap titik tempat berdiri alat dengan menggunakan

rumus D=100 (ba – bb) Cos2h atau D=100(ba – bb)Sin2 z.

Beda Tinggi : diisi hasil perhitungan beda tinggi antara titik detail yang

diamati dengan titik tempat berdiri alat. Dihitung dengan

menggunakan rumus ∆H = 100(ba-bb)Cos h.Sin²h atau

∆H = 100 (ba – bb).[Sin (2z)/2]

Dx : diisi hasil perhitungan beda absis antara titik tempat

pengamatan dengan titik detail dengan menggunakan

rumus Dx = D Sin

Page 128: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-75

Dy : dari hasil perhitungan beda ordinat antara titik tempat

pengamatan dengan titik detail dengan menggunakan

rumus Dy = D Cos

X : diisi hasil perhitungan koordinat titik detail yang

bersangkutan dengan menggunakan rumus Xdetail = Xtitik

awal + Dxdetail Sin detail

Y : Diisi hasil perhitungan koordinat titik detail yang

bersangkutan dengan menggunakan rumus Ydetail = Ytitik

awal + Dydetail Sin detail

Tinggi Alat : diisi hasil perhitungan tinggi titik detail yaitu tinggi titik

tempat pengamatan ditambah beda tinggi tinggi yang

bersangkutan.

Page 129: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-76

Nama Proyek TanggalNama Operator No.StationStation ID Koordinat PendekatanNama Lokasi LintangSession ID BujurHari UTC Tinggi Ellipsoid

Mulai:

VertikalRadius

Slant

PDOP/GDOPNo.Satelit

Temperatur(ºC)Tekanan (mmHg)

Kelembaban(%)Minimum(SV): Mask Angle:Disk Nomor: Total dari:

Tanggal : Halaman:Dibuat oleh:

Interval Data : detikNama File :

Sketsa Obstruksi Catatan/Keterangan

Diawal sesi Diakhir sesi

Perekaman(UTC)Berhenti:

Tinggi Antena Sebelum: Sesudah:

FORMULIR DATA LAPANGAN SURVAI GPS

JADWAL PERENCANAAN PENGAMATAN

PENCATATAN DATA LAPANGAN

Receiver : Nomor: No.Antena:

180ºAzimut

90º270º

30

Elevasi

60

90

Page 130: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-77

3.1.7 Kebutuhan Personil Pembuatan Leger Jalan

3.1.7.(1) Personil Pembuatan Leger Jalan

Tabel 3-2 Personil Pembuatan Leger Jalan

NO.POSISI / KUALIFIKASI

JABATAN JUMLAH

A. TENAGA AHLI

1. Ahli Teknik Jalan Raya / Ketua Tim 1 (satu) orang

2. Ahli Teknik Geodesi 1 (satu) orang

B. TEKNISI

1. Juru Ukur Sesuai kebutuhan

2. Pembantu Juru Ukur Sesuai kebutuhan

3. Juru Gambar Kasar/Cad Operator Sesuai kebutuhan

4. Juru Gambar Halus/Cad Operator Sesuai kebutuhan

5. Tenaga Lokal Sesuai kebutuhan

C. TENAGA PENDUKUNG

1. Operator Komputer Sesuai kebutuhan

3.1.7.(2) Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

1. Ahli Teknik Jalan Raya

Tugas utamanya merangkap sebagai Ketua Tim,

memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan

anggota tim kerja.

Mengawasi semua tenaga / personil yang terlibat

dalam pekerjaan survei pengukuran dan pengumpulan

data leger jalan dimaksud tepat waktu.

Bertanggung jawab atas kebenaran, ketelitian,

kemutakhiran dan kelengkapan data hasil pelaksanaan

Page 131: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-78

survei sesuai buku pedoman pelaksanaan teknis

pembuatan leger jalan.

Bertanggung jawab atas ketepatan waktu pelaksanaan

pekerjaan yang telah ditetapkan untuk pekerjaan

survei / pengumpulan data sekunder, pengumpulan

data primer, pengolahan dan penyajian / pelaporan.

2. Ahli Teknik Geodesi (Geodetic Engineer)

Mengendalikan pengawasan lapangan dan juru ukur

serta memberi petunjuk dalam pelaksanaan survei

pengukuran (primer) dan pengumpulan data sekunder

leger jalan dimaksud untuk wilayah yang telah

ditentukan.

Memeriksa dan mengolah semua data hasil survei

sekunder dan data primer yang berada di bawah

tanggung jawabnya.

Bertanggung jawab atas kualitas pengumpulan data

mencakup kebenaran, ketelitian, kemutakhiran dan

kelengkapan hasil survei yang dilaksanakan sesuai

waktu yang telah ditetapkan.

Bertanggung jawab atas kualitas hasil pengolahan data

leger jalan dalam wilayah pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya.

3. Teknisi / Juru Ukur

Melaksanakan survei pengukuran, pengumpulan dan

pengolahan data (di lapangan dan di kantor) pada

ruas-ruas jalan yang menjadi tanggung jawabnya

dengan baik dan benar, akurat dan tepat waktu.

Bertanggung jawab atas semua hasil kerja di lapangan

maupun di kantor berdasarkan pedoman pelaksanaan

teknis pembuatan leger jalan.

Page 132: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-79

4. Teknisi / Pembantu Juru Ukur

Secara umum membantu kegiatan juru ukur dari

proses pengambilan data di lapangan sampai pada

proses mengolah data lapangan sesuai pedoman

pelaksanaan teknis pembuatan leger jalan menjadi

dokumen leger jalan.

Secara khusus melaksanakan pengambilan foto

dokumentasi lapangan mulai dari menentukan lokasi

strategis pemotretan pada setiap segmen jalan,

memberi tanda pada tiap segmen jalan yang telah

didokumentasi dan mencatat hal-hal yang penting

pada lokasi pengambilan foto.

5. Teknisi / Juru Gambar Kasar dan Halus atau Cad Operator

Mengaplikasikan semua hasil survei pengukuran

lapangan ke dalam format standar kartu jalan dan/atau

kartu jembatan secara kasar sampai pada hasil akhir

gambar halus secara memuaskan sesuai pedoman

pelaksanaan teknis pembuatan leger jalan.

6. Tenaga Pendukung / Operator Komputer

Mengkreasikan dan mengaplikasikan semua hasil olah

data lapangan ke dalam komputer sampai hasil akhir

yang memuaskan dalam format standar kartu jalan

sesuai pedoman pelaksanaan teknis pembuatan leger

jalan.

Page 133: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-80

3.1.8 Institusi Pembuat Leger Jalan

Tabel 3-3 Institusi Pembuat Leger Jalan

NO. LEGER JALAN INSTITUSI PEMBUAT LEGER JALAN

1.Nasional(Non Tol dan Tol)

Bidang RENWAS BBPJNSeksi RENWAS BPJN

2. ProvinsiSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program / Perencanaan Dinas BM Provinsi atau yang setara

3. KabupatenSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program / Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara

4. KotaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program / Perencanaan Dinas Bina Marga Kota atau yang setara

5. DesaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program / Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara

6. Khusus Pemilik/Pemimpin jalan khusus.

Apabila bidang kebinamargaan di propinsi dan kabupaten/kota masih

merupakan bagian/sub dinas dari Dinas PU/Kimpraswil, maka

instansi yang melaksanakan pembuatan (menyiapkan) konsep leger

jalan adalah Sub Dinas / Bagian Bina Marga Propinsi / Kabupaten /

Kota.

3.2 PENETAPAN LEGER JALAN

3.2.1 Pra-Penetapan

1. Untuk menjamin kepastian hukum, tanah yang sudah dikuasai oleh

Pemerintah dalam rangka pembangunan jalan didaftarkan untuk

diterbitkan sertifikat hak atas tanahnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan di bidang pertanahan.

Page 134: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-81

2. Leger jalan harus memperhatikan aspek hukum atas pemegang

hak atas tanah, atau pemakai tanah negara, atau masyarakat

wilayah hukum adat, yang tanahnya diperlukan untuk

pembangunan jalan, berhak mendapat ganti kerugian.

3. Leger jalan yang telah siap pembuatannya dan telah mempunyai

kekuatan hukum atas tanah yang sudah dikuasai oleh pemerintah

diumumkan secara luas kepada masyarakat luas melalui papan

pengumuman, media cetak maupun media elektronik dalam jangka

waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal diumumkan.

Prosedur pendaftaran ke kantor Badan Pertanahan Nasional

dengan harus melengkapi data-data Surat tanah sebagaimana

dimaksud pada tabel 3-4.

Sedangkan tanah yang dikuasai negara adalah luas lahan yang

diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan dan penambahan jalur lalu

lintas di masa yang akan datang serta kebutuhan ruangan untuk

pengamanan jalan. Luas lahan yang dikuasai negara tersebut

disebut sebagai Ruang Milik Jalan (atau RUMIJA) (Lihat Gambar

3.9).

4. Ruas jalan yang dileger dilaksanakan berdasarkan tata rencana

tata ruang wilayah, terutama menyangkut dampak lingkungan.

5. Utilitas publik harus berada pada posisi yang benar dan aman

sesuai peraturan yang berlaku khususnya di daerah perkotaan.

6. Fasilitas publik yang menjamin keamanan dan kenyamanan

pengguna jalan dan masyarakat yang bermukim di sekitar ruas

jalan yang dileger.

Page 135: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-82

Tabel 3-4

DATA KELENGKAPAN SURAT TANAH DALAM PEMBEBASAN TANAH MILIK

MASYARAKAT SEBAGAI SYARAT PERMOHONAN HAK / SERTIFIKAT TANAH KE

KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL SESUAI SUBYEK HUKUM /

PEMOHONNYA

Nama Pemilik: Direktorat Jenderal Bina Marga / Departemen Pekerjaan UmumNomor & Nama Ruas :Kecamatan :Kabupaten :Provinsi :

NO. JENIS SURAT ADA TIDAK KETERANGAN 1 Girik / Sertifikat

2 Kartu Tanda Penduduk, Dirjen Bina Marga

3 Surat Pernyataan Riwayat Kepemilikan Tanah yang diketahui atau dikuatkan oleh Lurah atau Camat / PPAT

4 Surat Pernyataan tidak sengketa yang diketahui / dikuatkan oleh Lurah dan PPAT

5 Surat Keterangan Kepala Desa atau tanah yang belum bersertifikat yang dikuatkan oleh Camat / Lurah

6 Surat Izin istri / suami atas tanah bersertifikat

7 Izin Prinsip Bupati 8 Izin lokasi Badan Pertanahan Nasional

9 Pernyataan sedia menjual tanah dari pemilik tanah

10 Kwitansi pembayaran 11 Foto pada saat pembayaran

12 Surat keterangan waris dari Camat / PPAT dan Kepala Desa apabila pemilik tanah telah meninggal dunia

13 Akte jual beli / akte hibah tanah apabila tanah pernah dialihkan / dijual / dihibahkan

14 Akte pelepasan hak atas tanah (PHT)

15 Surat Pengukuran dari Badan Pertanahan Nasional

16 Surat permohonan pengukuran ,pendataan dan sertifikat ke BPN

17

Surat pendataan Kompensasi Tanaman pemilik tanah dari Kantor Dinas Pertanian yang dikuatkan oleh Kepala Desa dan Camat / PPAT

18

Surat pendataan Kompensasi bangunan pemilik tanah dari Kantor Dinas Cipta Karya yang dikuatkan oleh Kepala Desa, Camat / PPAT

Page 136: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-83

Gambar 3-9 Bagian-Bagian Jalan

3.2.2 Penetapan Leger Jalan

Bila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal

diumumkan tidak ada keberatan dari masyarakat luas dan/atau semua

keberatan masyarakat terselesaikan dengan baik dan benar, leger jalan

dapat ditetapkan sesuai kewenangan penyelenggara jalan sebagai

berikut:

(1). Penetapan leger jalan nasional non tol dilakukan oleh Menteri

Pekerjaan Umum berdasarkan rekomendasi Kepala Balai Besar /

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Direktorat Jenderal Bina Marga

dimana ruas jalan nasional tersebut berada dalam wilayah

kewenangannya.

(2). Penetapan leger jalan nasional tol dilakukan oleh Menteri

Pekerjaan Umum berdasarkan rekomendasi Direktur Jalan Bebas

Hambatan dan Jalan Kota Direktorat Jenderal Bina Marga.

(3). Penetapan leger jalan provinsi dilakukan oleh gubernur

berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas Pekerjaan

Umum/Permukiman dan Prasarana Wilayah/Bina Marga Provinsi

dimana ruas jalan tersebut berada.

Page 137: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-84

(4). Penetapan leger jalan kabupaten dan desa dilakukan oleh bupati

berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas PU/Kimpraswil/Bina Marga

Kabupaten dimana ruas jalan tersebut berada.

(5). Penetapan leger jalan kota dilakukan oleh bupati atau walikota

berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas PU/Kimpraswil/Bina Marga

Kota dimana ruas jalan tersebut berada.

(6). Penetapan leger jalan khusus dilakukan oleh bupati atau

penyelenggara jalan khusus yang bersangkutan apabila

keberadaan ruas jalan khusus tersebut telah sesuai rencana induk

jaringan jalan.

3.2.3 Legalisasi

3.2.3.(1) Jalan Nasional (Non Tol dan Tol)

Dipersiapkan oleh Kepala Bagian TU Balai Besar

Pelaksanaan Jalan Nasional / Kepala Sub Bagian TU Balai

Pelaksanaan Jalan Nasional.

Diumumkan oleh Kepala BBPJN / BPJN.

Diperiksa oleh Direktur Bina Program, Direktorat Jenderal

Bina Marga.

Disetujui oleh Direktur Jenderal Bina Marga.

Ditetapkan Menteri Pekerjaan Umum.

3.2.3.(2) Jalan Provinsi

Dipersiapkan oleh Kepala Sub Dinas Bina Marga Dinas

PU/Kimpraswil atau Kepala Bidang Perencanaan Dinas

Bina Marga Provinsi.

Diumumkan oleh Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau Kepala

Dinas Bina Marga Provinsi.

Page 138: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-85

Diperiksa oleh Kepala Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/

Kimpraswil atau Kepala Bidang Perencanaan Dinas Bina

Marga Provinsi.

Disetujui oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum/Permukiman

dan Prasarana Wilayah atau Kepala Dinas Bina Marga

Provinsi.

Ditetapkan oleh Gubernur.

3.2.3.(3) Jalan Kabupaten/Kota

Dipersiapkan oleh Kepala Sub Dinas Bina Marga Dinas

PU/Kimpraswil atau Kepala Bidang Program/Perencanaan

Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota.

Diumumkan oleh Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau Kepala

Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota.

Diperiksa oleh Kepala Sub Dinas Bina Marga Dinas

PU/Kimpraswil atau Kepala Bidang Program/Perencanaan

Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota.

Disetujui oleh Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau Kepala

Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota.

Ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

3.2.3.(4) Jalan Desa

Dipersiapkan oleh Kasubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau

Kepala Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga

Kabupaten.

Diumumkan oleh Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau Kepala

Dinas Bina Marga Kabupaten.

Page 139: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-86

Diperiksa oleh Kasubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau

Kepala Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga

Kabupaten.

Disetujui oleh Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau Kepala

Dinas Bina Marga Kabupaten.

Ditetapkan oleh Bupati.

3.2.3.(5) Jalan Khusus

Dipersiapkan oleh pemilik/pemimpin perusahaan

Diumumkan oleh pemilik/pemimpin perusahaan

Diperiksa oleh pemilik/pemimpin perusahaan.

Disetujui oleh pemilik/pemimpin perusahaan.

Ditetapkan oleh pemilik jalan khusus.

Legalisasi dilaksanakan oleh Pemilik Jalan Khusus setelah

mendapat persetujuan kepala dinas ke-bina marga-an

kabupaten/kota dimana ruas jalan khusus tersebut berada.

Page 140: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

3-87

Tabel 3-5 Institusi / Pejabat Legalisasi Leger Jalan

NO. STATUS RUAS JALAN KETERANGAN

1 Jalan Nasional (Non Tol dan Tol)

2 Jalan Propinsi

3 Jalan Kabupaten

4 Jalan Kota

5 Jalan Desa

6 Jalan Khusus

A. Jalan Nasional (Non Tol dan Tol)

A.1 Menteri

A.2 Direktur Jenderal Bina Marga

A.3 Direktur Bina Program

A.4 Kepala BBPJN

A.5 Kepala BPJN

A.6 Ka.Bid RENWAS BPJN

A.7 Ka.Sie RENWAS BPJN

DIPERSIAPKAN DIUMUMKAN DIPERIKSA DISETUJUI DITETAPKAN

C.4 Ka.Dinas Bina Marga Kota / setara

B.2 Ka.Dinas PU/Kimpraswil Propinsi

B.3 Ka.Dinas Bina Marga Propinsi

A.6/A.7

C.5

C.6

C.5

D.2

B. Jalan Propinsi C. Jalan Kabupaten / Kota / Desa

C.1 Bupati

Propinsi atau yang setara

C.5 Ka.Bid Prog/Perenc Dinas BM Kab/setara

C.6 Ka.Bid Prog/Perenc Dinas BM Kota/setara

B.4 Ka.Subdin BM Dinas PU/Kimpraswil

Propinsi atau yang setara

B.5 Ka.Bid Perencanaan Dinas Bina Marga

C.3

NOTASI

D.1 Pemilik

D.2 Pemimpin/PemilikC.2 Walikota

C.3 Ka Dinas Bina Marga Kab / setara

B.1 Gubernur

D.2 D.2

A.3

C.5

C.6

C.5

B.4 / B.5

A.4/A.5

C.3

C.4

B.1

A.2 A.1

C.2

C.3

C.4

C.3

D. Jalan Khusus

B.4 / B.5 B.2 / B.3

D.2 D.1

C.1

C.1

B.2 / B.3

Page 141: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

4-1

BAB 4

TATA CARA PENYIMPANAN, PEMELIHARAAN DAN

PENYAMPAIAN INFORMASI LEGER JALAN

4.1 TEMPAT PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN

4.1.1 Penyimpanan dimaksud sebagai suatu tindakan agar dokumen leger

jalan dapat dimanfaatkan di setiap waktu diperlukan sesuai dengan

kegunaannya dan pemutakhiran data.

4.1.2 Pemeliharaan dimaksud sebagai suatu tindakan agar dokumen leger

jalan yang telah disimpan dapat terjaga dan terpelihara dengan baik,

tidak rusak sebelum masa berlakunya berakhir.

4.1.3 Penyimpanan dilakukan pada gedung yang luas, dan dalam tatanan

ruang yang teratur untuk kemudahan perolehannya.

4.1.4 Konstruksi gedung penyimpanan dokumen leger jalan terbuat dari

material bangunan yang baku dan permanen.

4.1.5 Gedung penyimpanan dokumen leger jalan harus dipelihara agar ruang

penyimpan dokumen tersebut dalam suhu ruang 25°C atau bila

memungkinkan menggunakan mesin pengatur suhu ruangan (Air

Conditioner).

4.1.6 Kebersihan gedung penyimpanan dokumen leger jalan harus tetap

berada dalam keadaan terpelihara, bebas debu dan sarang binatang

serangga.

Page 142: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

4-2

4.1.7 Ruang penyimpanan dokumen leger jalan memiliki lemari atau rak-rak

standar yang terbuka dan diberi label sebagai tempat meletakkan

dokumen-dokumen leger jalan.

4.1.8 Setiap ruang penyimpanan dokumen leger jalan memiliki buku katalog

yang mencatat semua dokumen yang tersimpan di dalam ruangan.

4.1.9 Dokumen leger jalan harus disusun menurut status jalan, nomor ruas

jalan dan per wilayah / provinsi yang berlaku dalam administrasi

Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.

4.2 PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN

4.2.1 Leger Jalan Nasional (Non Tol dan Tol)

1. Satu leger jalan nasional (asli) disimpan dan dipelihara di kantor

Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.

2. Satu leger jalan nasional (salinan/copy) disimpan dan dipelihara di

kantor Bagian Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional

atau Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.

3. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas

Bina Marga Propinsi yang dilewati jalan nasional tersebut.

4. Satu leger jalan nasional (salinan / copy) disimpan dan dipelihara

di kantor Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian

TU Dinas Bina Marga Kabupaten / Kota yang dilewati jalan nasional

tersebut.

5. Satu leger jalan nasional (digital) disimpan dan dipelihara di kantor

Sub Direktorat Data dan Informasi Direktorat Bina Program,

Direktorat Jenderal Bina Marga.

Page 143: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

4-3

4.2.2 Leger Jalan Provinsi

1. Satu leger jalan (asli) disimpan dan dipelihara di kantor Sub Dinas

Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas Bina Marga

Provinsi yang bersangkutan.

2. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.

3. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Bagian Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional atau

Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.

4. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas

Bina Marga Kabupaten / Kota yang dilewati jalan provinsi tersebut.

5. Satu leger jalan (digital) disimpan dan dipelihara di kantor Sub

Direktorat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Bina Marga.

4.2.3 Leger Jalan Kabupaten / Kota

1. Satu leger jalan (asli) disimpan dan dipelihara di kantor Sub Dinas

Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas Bina Marga

Kabupaten / Kota yang bersangkutan.

2. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.

3. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Bagian Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional atau

Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.

4. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas

Bina Marga Provinsi.

5. Satu leger jalan (digital) disimpan dan dipelihara di kantor Sub

Direktorat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Bina Marga.

Page 144: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

4-4

4.2.4 Leger Jalan Desa

1. Satu leger jalan (asli) disimpan dan dipelihara di kantor Sub Dinas

Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas Bina Marga

Kabupaten yang bersangkutan.

2. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.

3. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Bagian Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan alan Nasional atau Sub

Bagian Tata Usaha Balai Pelaksanaan Jalan Nasiona.

4. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas

Bina Marga Provinsi.

5. Satu leger jalan (digital) disimpan dan dipelihara di kantor Sub

Direktorat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Bina Marga.

4.2.5 Leger Jalan Khusus

1. Satu leger jalan (asli) disimpan dan dipelihara di kantor

penyelenggara jalan khusus yang bersangkutan.

2. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.

3. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Bagian Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional atau

Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.

4. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas

Binas Marga Provinsi.

5. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor

Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas

Bina Marga Kabupaten / Kota.

Page 145: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

4-5

6. Satu leger jalan (digital) disimpan dan dipelihara di kantor Sub

Direktorat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Bina Marga.

Page 146: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

4-6

Tabel 4-1 Penyimpan dan Pemelihara Leger Jalan

No.INSTITUSI

PENYIMPAN DAN PEMELIHARA

LEGER JALAN

TolNasional Non Tol

ProvinsiKab / Kota

Desa Khusus

1.SETDITJEN BINA MARGABagian Umum

2.BBPJN Bagian Tata Usaha

3.BPJN Sub Bagian Tata Usaha

4.Subdin BM Dinas PU / Kimpraswil atau Bag. TU Dinas BM Propinsi

5.Subdin BM Dinas PU / Kimpraswil atau Bag. TU Dinas BM Kabupaten/Kota

6. Penyelenggara Jalan Khusus - - - - -

7.BIPRANSub Direktorat Data dan Informasi

Digital

Digital

Digital

Digital

Digital

Digital

Keterangan:

= Dokumen asli.

= Salinan Dokumen, Kartu dan Digital (Penggandaan).

Khusus di Sub Direktorat Data dan informasi Direktorat Bina Program cukup disimpan leger jalan dalam bentuk digital, mengingat leger jalan dalam bentuk kartu (dan juga digital) telah disimpan di Bagian Umum Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Marga yang berlokasi di Kantor Leger Jalan Bandung.

Page 147: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

4-7

4.3 PENYAMPAIAN INFORMASI

4.3.1 Pengertian penyampaian informasi adalah penyediaan dokumen leger

jalan kepada para pihak yang membutuhkan sebagai sumber informasi

untuk maksud antara lain:

1. Penyusunan rencana dan program pembangunan jalan.

2. Tertib pemanfataan utilitas umum.

3. Pemeliharaan dan pengawasan jalan.

4. Aspek hukum bagi para pihak yang bersangkutan dengan ruas

jalan dimaksud.

4.3.2 Penyampaian informasi diberikan kepada pihak yang membutuhkan

dalam bentuk salinan atau media informasi lainnya dari lembar yang

diperlukan dan harus disahkan oleh penyimpan leger.

4.3.3 Penyampaian informasi tentang pemutakhiran dan/atau penggantian

leger jalan harus dilakukan oleh penyelenggara leger jalan yang

bersangkutan kepada semua pihak yang menyimpan dan memelihara

leger jalan yang dimaksud.

4.3.4 Institusi yang menyampaikan informasi leger jalan kepada para pihak

yang memerlukan adalah penyimpan leger jalan asli atau salinan (copy)

yang dilewati ruas jalan dimaksud dan se-wilayah dengan pihak yang

memerlukan.

4.3.5 Institusi penyelenggara leger jalan agar menyiapkan dan

mengembangkan media informasi internet (website) yang dapat diakses

semua pihak yang memerlukan data dan informasi leger jalan.

Page 148: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-1

BAB 5

TATA CARA PEMANTAUAN

5.1 PERSIAPAN

5.1.1 Pemantauan dilakukan terhadap ruas-ruas jalan yang telah memiliki

leger jalan menurut kategorinya masing-masing oleh penyelenggara

leger jalan yang bersangkutan.

5.1.2 Membuat jadwal pemantauan tahunan terhadap ruas-ruas jalan yang

dipantau.

5.1.3 Mengumpulkan informasi awal dari institusi terkait mengenai

perkembangan ruas jalan yang dipantau dari penyelenggara ruas jalan

dimaksud.

5.1.4 Pemantauan dilakukan setiap saat dan/atau minimal setiap tahun sekali

terhadap setiap ruas jalan yang dipantau atau terjadi perubahan yang

mendasar.

5.1.5 Sebelum melakukan pemantauan lapangan, terlebih dahulu mempelajari

isi dokumen leger jalan yang dipantau.

5.1.6 Menyiapkan format pelaporan yang bersifat umum maupun format yang

berkaitan dengan informasi awal yang diperoleh (lihat 5.2.4 Formulir

Pemantauan).

5.1.7 Menyiapkan perlengkapan survey antara lain:

Peta ruas jalan.

1 (satu) buah kamera / handycam.

2 (dua) meteran pita baja kapasitas 3 meter dan 50 meter.

Page 149: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-2

Alat-alat tulis seperti ballpopint, spidol hitam, papan penjepit data

dan map.

Milimeter Block.

Cat warna putih / kuning (pylox).

1 (satu) buah kalkulator.

Radio komunikasi / handphone.

Sepatu lapangan dan payung.

Kendaraan roda empat siap pakai dan bahan bakar.

5.2 PELAKSANAAN

5.2.1 Kebutuhan Staf

Tim pelaksanaan pemantauan minimal terdiri dari personil sebagai

berikut:

Koordinator Tim (1 orang). Bertanggung jawab mengkoordinasi

semua tahapan pemantauan

Surveyor dan asisten surveyor (sesuai kebutuhan). Bertanggung

jawab terhadap survey pemantauan berdasarkan informasi

perkembangan ruas jalan yang dipantau dari penyelenggara jalan.

Tenaga lokal / harian (sesuai kebutuhan). Sebagai petugas umum

dalam pengukuran dan memberi tanda pada segmen jalan yang

diukur.

Sopir (sesuai kebutuhan). Merangkap tugas-tugas umum yang

diperlukan selama peninjauan lapangan.

5.2.2 Pekerjaan Survai

Melakukan pekerjaan survai lapangan pada bagian-bagian tapak

jalan yang telah mengalami perubahan berdasarkan informasi yang

diterima dari penyelenggara jalan.

Page 150: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-3

Melakukan pekerjaan survai dan pengukuran lanjutan bila terjadi

perubahan mendasar sebagai data untuk pemutakhiran leger jalan

dengan menggunakan alat-alat ukur sebagai data pemutakhiran.

5.2.3 Institusi Penyelenggara Pemantauan

Penyelenggara pemantauan adalah institusi yang

menyelenggarakan pembuatan leger jalan yang dimaksud /

dipantau.

Tabel 5-1 Institusi Penyelenggara Pemantauan

NO. LEGER JALANINSTITUSI PENYELENGGARA

PEMANTAUAN

1.Nasional (Non Tol dan Tol)

Bidang RENWAS BBPJNSeksi RENWAS BPJN

2. ProvinsiSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Provinsi atau yang setara

3. KabupatenSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program /Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara

4. KotaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kota atau yang setara

5. DesaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara

6. Khusus Pemimpin/Pemilik

5.2.4 Formulir Pemantauan

Formulir pemantauan yang digunakan saat melakukan pemantauan

lapangan, minimal sebagai berikut:

Data Lahan Ruang Milik Jalan

Data Perkerasan Berbutir

Data Perkerasan Semen

Data Perkerasan Aspal

Page 151: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-4

Sketsa Lokasi Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan

Data Pekerjaan Gorong-Gorong Bulat

Data Pekerjaan Gorong-Gorong Persegi

Data Pekerjaan Saluran Permanen

Data Pekerjaan Penutup Lereng

Data Pekerjaan Tembok Penahan Tipe Pasangan Batu

Data Pekerjaan Tembok Penahan Tipe Beton Bertulang

Data Pekerjaan Bronjong

Data Rambu-Rambu Jalan / Lalu Lintas

Sketsa Lokasi Utilitas Umum

Rekaman Foto

Page 152: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-5

Formulir 5-1 DATA LAHAN RUANG MILIK JALAN (RUMIJA)

Page 153: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-6

Formulir 5-2 DATA PERKERASAN BERBUTIR

Page 154: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-7

Formulir 5-3 DATA PERKERASAN SEMEN

Page 155: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-8

Formulir 5-4 DATA PERKERASAN ASPAL

Page 156: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-9

Formulir 5-5 SKETSA LOKASI BANGUNAN PELENGKAP & PERLENGKAPAN JALAN

Page 157: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-10

Formulir 5-6 DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG BULAT

Page 158: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-11

Formulir 5-7 DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG PERSEGI

Page 159: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-12

Formulir 5-8 DATA PEKERJAAN SALURAN PERMANEN

Page 160: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-13

Formulir 5-9 DATA PEKERJAAN PENUTUP LERENG

(SLOPE PROTECTION)

Page 161: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-14

Formulir 5-10 DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN

(TIPE PASANGAN BATU)

Page 162: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-15

Formulir 5-11 DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN

(TIPE BETON BERTULANG)

Page 163: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-16

Formulir 5-12 DATA PEKERJAAN BRONJONG

Page 164: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-17

Formulir 5-13 DATA RAMBU-RAMBU JALAN / LALU LINTAS

Page 165: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-18

Formulir 5-14 SKETSA LOKASI UTILITAS UMUM

Page 166: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

5-19

Formulir 5-15 REKAMAN FOTO

Page 167: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

6-1

BAB 6

TATA CARA PEMUTAKHIRAN DAN PENGGANTIAN

LEGER JALAN

6.1 PEMUTAKHIRAN KARTU LEGER JALAN

6.1.1 Umum

(1). Pemutakhiran leger jalan merupakan pekerjaan lanjutan hasil

pemantauan lapangan pada ruas jalan yang dipantau oleh

penyelenggara leger jalan atau ada perubahan kebijakan

pemerintah tentang ruas-ruas jalan yang dipantau.

(2). Semua data yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada

ruas jalan yang dipantau di-input / dipindahkan ke dalam kartu

leger jalan.

(3). Tata cara pengisian format kartu jalan dan kartu jembatan

mengacu pada buku pedoman pengisian form kartu leger jalan.

(4). Setiap pemutakhiran leger jalan karena perubahan-perubahan

yang dilakukan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan harus

dilampiri dengan salinan / copy Surat Keputusan penyelenggara

jalan tersebut.

(5). Waktu pemutakhiran leger jalan paling lambat 5 (lima) tahun sekali

dan pengesahan pemutakhiran leger jalan dilakukan paling lambat

1 (satu) tahun setelah pemutakhiran oleh pejabat berwenang.

(6). Melakukan pendistribusian leger jalan yang telah dimutakhirkan

dan disahkan sebagaimana pendistribusian / penyampaian

informasi leger jalan buku pedoman teknis pelaksanaan leger jalan.

Page 168: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

6-2

6.1.2 Pemutakhiran Data

Data-data yang mempengaruhi pemutakhiran leger jalan antara lain

sebagai berikut:

6.1.2.(1) Ringkasan Data

(1). Perubahan Nomor dan Panjang Ruas.

(2). Perubahan Nama Pengenal Jalan.

(3). Perubahan Titik Awal Ruas Jalan.

(4). Perubahan Titik Akhir Ruas Jalan.

(5). Perubahan Titik Ikat Patok Kilometer.

(6). Perubahan Sistem Jaringan Jalan.

(7). Perubahan Peran Jalan.

(8). Perubahan Status Jalan.

(9). Perubahan Kelas Jalan.

(10).Perubahan Desain.

(11).Perubahan Lintas Harian Rata-Rata.

6.1.2.(2) Data Teknik

(1). Perubahan Luas Lahan RUMIJA.

(2). Perubahan Lapis Perkerasan.

(3). Perubahan Bahu Jalan.

(4). Perubahan Median.

(5). Perubahan Sub Median.

(6). Perubahan Trotoar.

(7). Perubahan Bangunan Pelengkap.

(8). Perubahan Perlengkapan Jalan.

(9). Perubahan Utilitas Umum (jumlah dan posisi).

Page 169: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

6-3

6.1.3 Pengukuran

(1). Pemutakhiran yang berkaitan dengan data teknik, harus tersedia

dalam bentuk As-Built Drawing dan bilamana tidak tersedia harus

dilakukan survai dan pengukuran lapangan.

(2). Menyiapkan tambahan alat-alat ukur melengkapi perlengkapan

yang disebutkan dalam persiapan-persiapan pemantauan, antara

lain:

1 (satu) unit Theodolit (tipe TO).

1 (satu) unit Waterpass.

Waterpass, bak ukur Yalon.

Bandul pemberat.

Buku ukur.

Formulir Data Teknik dan Formulir jembatan.

Tambang plastik benang.

Bambu atau kayu persegi 2/3 Cm.

Jas hujan & payung.

Palu pemukul dan paku (baja).

(3). Melakukan pekerjaan survai lapangan dengan tata cara yang sama

dengan pembuatan leger jalan, sesuai dengan perubahan yang

terjadi di lapangan.

6.1.4 Institusi Penyelenggara Pemutakhiran Kartu Leger

Penyelenggara pemutakhiran kartu leger jalan adalah institusi yang

menyelenggarakan pembuatan leger jalan yang dimaksud.

Page 170: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

6-4

Tabel 6-1 Institusi Penyelenggara Pemutakhiran Kartu Leger

NO. LEGER JALANINSTITUSI PENYELENGGARA

PEMUTAKHIRAN KARTU LEGER

1.Nasional (Non Tol dan Tol)

Bidang RENWAS BBPJNSeksi RENWAS BPJN

2. ProvinsiSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Provinsi atau yang setara

3. KabupatenSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara

4. KotaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kota atau yang setara

5. DesaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara

6. Khusus Pemimpin/Pemilik

6.2 PENGGANTIAN KARTU LEGER JALAN

Penggantian leger jalan dapat dilakukan apabila kartu leger yang ada mengalami

hal-hal sebagai berikut:

1. Rusak.

2. Hilang.

3. Tidak dapat menampung perubahan / pemutakhiran yang terjadi.

6.2.1 Penggantian Kartu Leger Asli

6.2.1.(1) Karena rusak, hilang, penyelenggara leger jalan tersebut,

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memintakan salinan / copy leger jalan dimaksud kepada

pihak yang menyimpan dan memelihara leger tersebut.

2. Pengesahan penggantian kartu leger tersebut dilakukan

paling lambat 1 (satu) tahun setelah dilakukan

penggantian oleh:

Page 171: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

6-5

Leger jalan tol oleh Direktur Jenderal Bina Marga.

Leger jalan nasional oleh Direktur Jenderal Bina Marga.

Leger jalan provinsi oleh Kepala Dinas Bina Marga.

Leger jalan kabupaten oleh Kasubdis Bina Marga.

Leger jalan kota oleh Kasubdis Bina Marga.

Leger jalan desa oleh Kasubdis Bina Marga

Leger jalan khusus oleh Pemilik jalan yang

bersangkutan.

3. Leger jalan (kartu asli) yang diganti, disimpan dan

dipelihara oleh penyelenggara yang bersangkutan (tidak

didistribusikan).

6.2.1.(2) Karena tidak dapat menampung perubahan dan pemutakhiran

yang terjadi, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menggantikannya dengan kartu leger jalan yang baru.

2. Kartu leger yang lama tidak dimusnahkan tetapi tetap

disimpan dan dipelihara sebagai riwayat perkembangan

ruas jalan dimaksud.

3. Pengesahan penggantian leger jalan dilakukan oleh

pejabat yang berwenang paling lambat 1 (satu) tahun

setelah dilakukan penggantian.

4. Melakukan pendistribusian bagi instansi yang berhak untuk

menyimpan dan memelihara leger jalan sebagaimana

disebutkan dalam pedoman penyimpanan dan

pemeliharaan.

6.2.2 Penggantian Salinan (Copy) Kartu Leger

1. Penggantian salinan / copy kartu leger yang dikarenakan rusak,

hilang, dapat memintakan salinan / copy dari penyimpan dan

pemelihara antara lain:

Penyimpan dan pemelihara kartu leger asli.

Page 172: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan

6-6

Penyimpan dan pemelihara kartu leger salinan / copy yang

dilewati ruas jalan dimaksud dalam wilayah kewenangannya.

2. Permintaan penggantian salinan / copy kartu leger harus dengan

sepengetahuan pejabat penyelenggara leger jalan yang

menyimpan dan memelihara kartu leger tersebut.

6.2.3 Institusi Penyelenggara Penggantian Kartu Leger

Penyelenggara penggantian kartu leger adalah institusi penyelenggara

pembuatan leger jalan yang dimaksud / diganti.

Tabel 6-2 Institusi Penyelenggara Penggantian Kartu Leger

NO. LEGER JALANINSTITUSI PENYELENGGARA PENGGANTIAN KARTU LEGER

1.Nasional (Non Tol dan Tol)

Bidang RENWAS BBPJNSeksi RENWAS BPJN

2. ProvinsiSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Provinsi atau yang setara

3. KabupatenSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara

4. KotaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kota atau yang setara

5. DesaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara

6. Khusus Pemimpin/Pemilik

Page 173: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

BAB 1 PETUNJUK PENGISIAN FORM LEGER JALAN.........................................1-1

1.1 UMUM.................................................................................................1-1

1.2 PETUNJUK PENGISIAN FORM LEGER JALAN ...........................................1-1

BAB 2 RINGKASAN DATA.................................................................................2-1

2.1 IDENTIFIKASI......................................................................................2-1

2.2 LOKASI ...............................................................................................2-6

2.3 PERWUJUDAN......................................................................................2-6

2.4 LINTAS HARIAN RATA-RATA .................................................................2-9

2.5 LAHAN RUANG MILIK JALAN (RUMIJA) ................................................ 2-10

2.6 DATA TEKNIK ....................................................................................2-11

2.6.1 Jenis Permukaan Jalan............................................................. 2-11

2.6.2 Jenis Jembatan ≥ 2,00 M ......................................................... 2-13

2.6.3 Bangunan Pengaman dan Pelengkap......................................... 2-14

2.6.4 Perlengkapan Jalan..................................................................2-17

2.6.5 Bangunan Utilitas ....................................................................2-21

2.7 LEGALISASI ....................................................................................... 2-27

BAB 3 KARTU JALAN........................................................................................3-1

3.1 IDENTIFIKASI......................................................................................3-1

3.2 DATA TEKNIK – 1 / LUAS LAHAN RUANG MILIK JALAN............................3-9

3.3 DATA TEKNIK – 2 / KONSTRUKSI ........................................................ 3-10

3.4 DATA TEKNIK-3 / BANGUNAN PENGAMAN DAN PELENGKAP..................3-22

3.5 DATA TEKNIK-4 / PERLENGKAPAN JALAN ............................................ 3-33

3.6 DATA TEKNIK-5 / UTILITAS PUBLIK ....................................................3-37

3.7 LINTAS HARIAN RATA-RATA ............................................................... 3-43

3.8 RIWAYAT .......................................................................................... 3-43

Page 174: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

ii

3.9 CATATAN KHUSUS ............................................................................. 3-44

3.10 LEGALISASI ....................................................................................... 3-45

3.11 GAMBAR SITUASI DAN POTONGAN .....................................................3-47

BAB 4 KARTU JEMBATAN.................................................................................4-1

4.1 IDENTIFIKASI......................................................................................4-1

4.2 DATA UMUM........................................................................................4-7

4.2.1 BENTANG JEMBATAN.................................................................4-7

4.2.2 TARAF BANGUNAN BAWAH ......................................................4-10

4.2.3 TARAF LANDASAN ...................................................................4-11

4.3 LUAS LAHAN RUANG MILIK JALAN....................................................... 4-16

4.4 DATA TEKNIK ....................................................................................4-16

4.5 KONDISI UMUM.................................................................................4-18

4.6 KONSTRUKSI DAN FOTO ....................................................................4-22

4.7 PERWUJUDAN....................................................................................4-24

4.8 RIWAYAT .......................................................................................... 4-25

4.9 REFERENSI........................................................................................ 4-26

4.10 CATATAN KHUSUS ............................................................................. 4-27

4.11 LEGALISASI ....................................................................................... 4-27

4.11.1 Legalisasi Kegiatan ..................................................................4-27

4.11.2 Legalisasi Kartu Jembatan ........................................................ 4-28

4.12 PENJELASAN......................................................................................4-28

Page 175: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

iii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 3-1 Median Jalan........................................................................................... 3-18

Gambar 3-2 Panjang Gorong-Gorong........................................................................... 3-23

Gambar 3-3 Struktur Perkerasan Jalan.........................................................................3-50

Gambar 3-4 Penampang Melintang Jalan/Klasifikasi Medan …………………………………………3-51

Gambar 4-1 Panjang Bentang Jembatan ........................................................................4-8

Gambar 4-2 Lebar Bentang Jembatan............................................................................4-9

Gambar 4-3 Skema: Lokasi Pengukuran Taraf Bangunan Bawah Dalam Hal Jembatan

Bersilangan Dengan Sungai ......................................................................4-13

Gambar 4-4 Skema: Lokasi Pengukuran Taraf Bangunan Bawah Dalam Hal Jembatan Tidak

Bersilangan Dengan Sungai ......................................................................4-14

Gambar 4-5 Skema: Taraf Landasan............................................................................4-15

Tabel 3-1 Data Teknik – 3 / Luar Kota......................................................................3-24

Tabel 3-2 Data Teknik / Dalam Kota ........................................................................ 3-25

Tabel 3-3 Data Teknik – 4 / Luar Kota......................................................................3-36

Tabel 3-4 Data Teknik – 4 / Dalam Kota...................................................................3-36

Page 176: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

1-1

BAB 1

PETUNJUK PENGISIAN FORM LEGER JALAN

1.1 UMUM

Pasal 7 butir (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 tentang

Leger Jalan menyebutkan bahwa 1 (satu) leger jalan memuat 1 (satu) ruas jalan.

Selanjutnya pada butir (2) pasal yang sama menyebutkan bahwa leger jalan dibuat

dalam bentuk kartu dan/atau digital yang terdiri dari:

a. Ringkasan Data

b. Kartu Jalan

c. Kartu Jembatan

Ringkasan Data, Kartu Jalan dan Kartu Jembatan masih dilengkapi dengan lembaran-

lembaran foto dokumentasi jalan merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dipisah-

pisahkan tetapi menyatu dalam satu dokumen leger jalan untuk satu ruas jalan.

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan merupakan buku ketiga dari Petunjuk

Pengadaan Leger Jalan, sedangkan buku kesatu dan kedua adalah Petunjuk Pengadaan

Leger Jalan dan Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan.

Dengan dikeluarkannya ketiga buku petunjuk tersebut, diharapkan dapat menjadi

pedoman pengadaan leger jalan sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

1.2 PETUNJUK PENGISIAN FORM LEGER JALAN

Pada prinsipnya cara pengisian form Leger Jalan Dalam Kota (Ringkasan Data, Kartu

Jalan dan Kartu Jembatan) adalah sama dengan cara pengisian form Leger Jalan untuk

Jalan Luar Kota.

Sedikit perbedaan hanyalah kalau pada form Leger Jalan untuk jalan Dalam Kota, yang

didata pada kolom uraian Data Teknik adalah lebih banyak macamnya yaitu adanya

jalur lambat, jalur cepat dan Sub Median.

Page 177: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

1-2

Perbedaan lainnya adalah skala yang digunakan untuk penggambaran alinyemen

horizontal dan vertikal adalah lebih besar yaitu 1 : 1000 kearah lebar dan memanjang

untuk alinyemen horizontal serta 1 : 500 kearah tegak dan 1 : 1000 kearah memanjang

untuk alinyemen vertikal, sehingga tiap lembar form Leger Jalan Dalam Kota hanya

memuat paling banyak 375 m panjang segmen jalan.

Pada gambar alinyemen vertikal jalan dalam kota digambarkan pula alinyemen vertikal

untuk masing-masing Jalur (jalur kiri dan jalur kanan) berikut ketinggian muka as

jalannya (tiap interval jarak 100 m) jika ruas tersebut terdiri lebih dari satu ruas jalur.

Page 178: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-1

BAB 2

RINGKASAN DATA

2.1 IDENTIFIKASI

1. Lembar Distribusi ke :

Dalam hal penyimpanan untuk leger jalan nasional:

1. Coret angka 1 untuk asli di Jakarta/Bandung

2. Coret angka 2 untuk Salinan di Provinsi

3. Coret angka 3 untuk Salinan di Kabupaten/Kota

4. Coret angka 4 untuk Salinan di Balai

5. Dst.

Contoh:

Penjelasan:

Coret angka 2 berarti leger tersebut salinan untuk

dikirim ke provinsi.

2. Nomor Lembar Kartu Leger Jalan :

Dua kotak pertama diisi dengan nomor kode:

o provinsi untuk jalan nasional / tol dan jalan provinsi

o Kabupaten untuk jalan kabupaten

o Kota untuk jalan kota

o Desa untuk jalan desa

o Khusus untuk jalan khusus

Tiga kotak berikutnya (kedua) diisi dengan nomor ruas jalan yang dimaksud

(dibuat legernya).

5

5

4321

4321

Page 179: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-2

Dua kotak berikutnya (ketiga) diisi dengan suffix ruas jalan tersebut.

Satu kotak berikutnya (keempat) diisi dengan K untuk ruas jalan kota serta L

untuk ruas jalan antar kota.

Satu kotak terakhir (keenam) diisi dengan angka-angka sebagai berikut:

1 = untuk pertama kali pembuatan legernya (asli) dan belum pernah diganti

2 = untuk pemutakhiran pertama

3 = untuk pemutakhiran kedua

4 = untuk pemutakhiran ketiga

5 = untuk pemutakhiran keempat dst

Contoh: Jalan Nasional

Penjelasan:

30 =menunjukkan nomor kode provinsi yang dilewati ruas jalan nasional

dimaksud, misalnya Kalimantan Barat

043 =menunjukkan nomor kode ruas jalan dimaksud

-- =menunjukkan suffix ruas jalan dimaksud

L =menunjukkan bahwa ruas jalan tersebut merupakan ruas jalan

antar kota, dan K untuk jalan dalam kota

1 =menunjukkan belum pernah ada penggantian leger jalan untuk ruas

jalan dimaksud.

3. Nomor Kode dan Nama Provinsi / Kabupaten / Kota:

Dua kotak pertama diisi nomor kode sebagai berikut:

o Kode Provinsi untuk ruas jalan tol, nasional dan provinsi dimaksud berada,

atau

o Kode Kabupaten untuk ruas jalan kabupaten, atau

o Kode Kota untuk ruas jalan kota, atau

o Kode Desa untuk ruas jalan desa

1LK

0 42

33.

0.

Page 180: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-3

Kotak-kotak berikutnya diisi menurut nama provinsi, kabupaten, kota dan desa

sesuai dengan status ruas jalan yang dileger.

Contoh: Jalan Nasional

4. Asal / Tahun:

Diisi menurut tahun awal pembuatan leger jalan untuk ruas jalan dimaksud.

Contoh: Asal / Tahun 2007.

5. Pemutakhiran I / Tahun:

Diisi sesuai tahun dimana untuk pertama kali pemutakhiran ruas jalan dimaksud.

6. Pemutakhiran II / Tahun:

Diisi sesuai tahun dimana untuk kedua kali pemutakhiran ruas jalan dimaksud.

7. Pemutakhiran III / Tahun:

Diisi sesuai tahun dimana untuk ketiga kali pemutakhiran ruas jalan dimaksud.

8. Pemutakhiran IV / Tahun:

Diisi sesuai tahun dimana untuk keempat kali pemutakhiran ruas jalan dimaksud.

9. Nomor dan Panjang Ruas Jalan:

Enam kotak pertama diisi menurut nomor ruas jalan (termasuk suffix) yang

ditetapkan oleh Penyelenggara Jalan dimaksud.

TAT

RT

ABK A L I M A N T A N3 0

K M.

Page 181: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-4

Kotak-kotak berikutnya diisi sesuai panjang ruas jalan dimaksud.

Contoh:

10. Nama Pengenal Jalan :

Untuk ruas jalan dalam kota, umumnya sudah memiliki nama pengenal,

misalnya:

J L . P A K K A S I H (sesuai dengan SK Menteri PU)

Untuk ruas jalan luar kota, sebutkan nama titik pangkal dan titik akhir,

misalnya:

P O N T I A N A K – T A Y A N (sesuai dengan SK Menteri PU)

11. Titik Awal Ruas Jalan:

Diisi menurut nomor titik patok Kilometer (KM Post), contoh PTK (Pontianak);

KM 8+000

12. Deskripsi Titik Awal:

Memperjelas situasi titik awal seperti persimpangan, atau tanda-tanda fisik alam,

atau monumen dan lain-lain, misalnya: Simpang 4 Jl. Perintis Kemerdekaan / Jl.

Tritura / Sei Pinyuh

13. Titik Akhir Ruas Jalan:

Diisi menurut nomor titik patok Kilometer (KM Post), contoh PTK (Pontianak);

KM 104+600

14. Deskripsi Titik Akhir:

Memperjelas situasi titik akhir seperti persimpangan atau tanda-tanda fisik alam

atau monumen dan lain-lain, misalnya Simpang 3 Ampar.

15. Titik Ikat Awal Patok Kilometer/Leger Jalan: diisi identitas patok referensi awal

pengukuran leger jalan. Contoh: Patok LJ. 01

16. Deskripsi Titik Ikat Awal Patok Kilometer/Leger Jalan: memperjelas situasi titik awal

pengukuran leger jalan. Contoh: Simpang 4 Jl. Perintiskemerdekaan/Jl. Tritura

3401

K M1 0 0 . 2 0 05

Page 182: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-5

17. Sistem Jaringan Jalan:

Diisi menurut sistem jaringan jalan dimaksud sesuai dengan yang ditetapkan oleh

Penyelenggara Jalan yang berwenang. Contoh: Primer.

18. Peran Jalan:

Diisi sesuai peranan dari ruas jalan dimaksud. Contoh: Arteri.

19. Status Jalan:

Diisi sesuai dengan status ruas jalan dimaksud. Contoh: Nasional.

20. Kelas Jalan:

Diisi sesuai dengan kelas ruas jalan dimaksud berdasarkan SK Menteri

Perhubungan. Contoh: III B.

21. Penyelenggara Jalan:

Diisi sesuai dengan nama Penyelenggara yang bertanggung jawab atas ruas jalan

dimaksud.

o Jalan Nasional / Tol : Menteri Pekerjaan Umum sebagai penyelenggara

o Jalan Provinsi : Gubernur, sebagai penyelenggara

o Jalan Kabupaten/Kota : Bupati, sebagai penyelenggara

o Jalan Kota : Walikota, sebagai penyelenggara

o Jalan Khusus : pejabat/perorangan dimana ruas jalan khusus

dimaksud berada sebagai penyelenggara

Contoh: Menteri PU.

22. Tanggal Selesai Perwujudan:

Diisi menurut tanggal, bulan dan tahun selesai diwujudkannya ruas jalan dimaksud

23. Tangal dibuka untuk lalu lintas:

Diisi sesuai tanggal, bulan dan tahun dibukanya ruas jalan dimaksud untuk lalu

lintas misalnya tanggal serah terima sementara (PHO).

24. Tanggal ditutup untuk lalu lintas:

Diisi sesuai tanggal, bulan dan tahun ditutupnya ruas jalan dimaksud untuk lalu

lintas umum karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Page 183: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-6

2.2 LOKASI

1. Peta Provinsi:

Menggambarkan Skema dari peta provinsi dimana ruas jalan dimaksud berada,

dengan mencantumkan antara lain:

Nama kota / desa atau monumen sebagai titik pangkal dan ujung dari ruas

jalan dimaksud

Nama provinsi pada gambar skema dimaksud

Nama ruas jalan dimaksud, atau ruas jalan ybs dicetak tebal.

Petunjuk arah Utara

Gambar Skema dalam skala, misalnya 1 : 1.000.000 atau disesuaikan.

2. Peta Lokasi Ruas Jalan:

Menggambarkan skema antara lain:

Skema ruas dan nomor ruas jalan dimaksud (dengan garis tebal) serta jalan

sebelum dan sesudahnya yang bersambungan dengan ruas jalan tersebut

(dengan garis tipis).

Nama kota / desa atau monumen pada titik pangkal serta ujung dari ruas jalan

dimaksud .

Petunjuk arah Utara

Gambar skema ruas jalan dalam skala, misalnya: 1 : 100.000 atau disesuaikan

2.3 PERWUJUDAN

1. Asal / Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pe-leger-an ruas jalan

tersebut, contoh: 2007

2. Pemutakhiran I/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun, dimana terjadi perubahan

pertama leger jalan, dari ruas jalan dimaksud, misalnya

PEMUTAKHIRAN I/TAHUN : 2012

3. Pemutakhiran II/Tahun : Prinsip pengisian sama dengan angka (2) tetapi berbeda

dalam tahun pemutakhiran.

4. Pemutakhiran III/Tahun: Prinsip pengisian sama dengan angka (3).

Page 184: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-7

5. Pemutakhiran IV/Tahun: Prinsip pengisian sama dengan angka (3)

Penjelasan:

Leger jalan (Ringkasan Data, Kartu Jalan dan Kartu Jembatan) dilakukan

pemutakhiran maksimal sekali dalam 5 (lima) tahun.

6. Pelaksana : Diisi dengan nama unit badan, perusahaan yang

melaksanakan pekerjaan yang tercantum dalam kolom

kegiatan pokok.

Contoh:

KEGIATAN POKOKASAL / TAHUN : 2007

PELAKSANA

1. Desain PT. INDAH KARYA

2. Pembebasan Lahan PROYEK

3. Pembangunan PT. KIAT MAKMUR

4. Peningkatan -

5. Pemeliharaan Berkala -

6. Penunjang -

7. Supervisi PT. ALAM RAYA Eng.

Page 185: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-8

7. Cacah : Diisi dengan cacah dari proyek yang dikerjakan sesuai

dengan kolom kegiatan.

Contoh:

KEGIATAN POKOKASAL / TAHUN : 2007

CACAH

1. Desain 100,200 KM

2. Pembebasan Lahan 1.181.159 M2

3. Pembangunan 100,200 KM

4. Peningkatan -

5. Pemeliharaan Berkala -

6. Penunjang -

7. Supervisi L.S.

8. Biaya Rp. 103 : Diisi sesuai besarnya biaya yang digunakan untuk

melaksanakan pekerjaan sesuai yang dimaksud dalam

kegiatan pokok.

Contoh:

KEGIATAN POKOKASAL / TAHUN : 2007

Biaya (Rp. 1000,-)

1. Desain 800.000

2. Pembebasan Lahan 23.447.150

3. Pembangunan 1.300.000.000

4. Peningkatan -

5. Pemeliharaan Berkala -

6. Penunjang -

7. Supervisi 850.000

JUMLAH 1.325.097.150

Page 186: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-9

9. Jumlah : Diisi dengan menjumlahkan seluruh nilai biaya yang

tercantum dalam kolom biaya. Contoh:Rp.

1.325.097.150,-

10. Sumber Dana : Diisi sesuai nama sumber dana yang disediakan untuk

pembiayaan pekerjaan yang tercantum dalam kolom

kegiatan pokok, misalnya: APBN atau APBD atau IBRD

atau ADB dan lain-lain.

2.4 LINTAS HARIAN RATA-RATA

1. Asal / Tahun : Diisi sesuai dengan tahun dimana data asal Lintas

Harian Rata-Rata (LHR) tersebut dicatat.

Contoh:

GOLONGANASAL

TAHUN 2007

1. Sepeda Motor / Kendaraan Bermotor Roda Tiga 322

2. Mobil Pribadi 226

3. Mobil Penumpang 89

4. Mobil Hantaran / Barang 103

5. Bus : a. Kecil

b. Besar

7

-

6. Truk 2 sumbu : a. Kecil

b. Besar

45

30

7. Truk : a. 3 sumbu atau lebih

b. Truk dengan gandengan

c. Semi Trailer

-

-

-

8. Kendaraan Tidak Bermotor 135

Page 187: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-10

2. Pemutakhiran I/Tahun : Diisi dengan tahun dimana terjadi pemutakhiran

pertama. Dalam hal ini dilakukan maksimal sekali dalam

5 (lima) tahun.

3. Pemutakhiran II/Tahun : Identik dengan angka (2) yaitu tahun terjadi

pemutakhiran kedua.

4. Pemutakhiran III/Tahun: Identik dengan angka (2) yaitu tahun terjadi

pemutakhiran ketiga.

5. Pemutakhiran IV/Tahun: Identik dengan angka (2) yaitu tahun terjadi

pemutakhiran keempat.

Penjelasan:

Volume tiap golongan kendaraan dicatat pada kolom yang disediakan untuk data

asal atau pemutakhiran dan pengelompokan tipe / jenis kendaraan mengikuti

yang tertulis pada kolom Golongan.

2.5 LAHAN RUANG MILIK JALAN (RUMIJA)

1. Asal / Tahun : Diisi sesuai dengan tahun asal dimana luas lahan ruang

milik jalan tersebut dicatat (lihat Contoh).

2. Luas (M2) : Diisi sesuai dengan hasil pengukuran geodetik untuk

luas lahan ruang milik jalan dari ruas jalan dimaksud

(lihat Contoh).

3. Data Perolehan : Diisi sesuai dengan sumber data perolehan luas ruang

milik jalan dimaksud (lihat Contoh).

Penjelasan:

Sumber data perolehan diambil dari:

Sertifikat atau girik dari pemilik tanah setelah terjadi transaksi jual beli (ideal).

Pengukuran geodetik terhadap patok-patok RUMIJA (apabila ada) sebagai

batas lahan RUMIJA dan dianggap dalam bentuk garis lurus yang

menghubungkan patok-patok tersebut (kenyataan). Contoh: Hasil Lapangan.

NJOP (Rp.1000,-): Perkalian luas lahan RUMIJA dengan harga tanah per m2

yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Page 188: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-11

ASAL / TAHUN : 2007

LUAS (M2) DATA PEROLEHAN NJOP (Rp. 103)

1.181.159 Hasil Lapangan 23.447.150

4. Pemutakhiran I/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran I terhadap

perubahan luas, data perolehan dan NJOP (bila ada).

5. Pemutakhiran II/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran II terhadap

perubahan luas, data perolehan dan NJOP (bila ada).

6. Pemutakhiran III/Tahun: Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran III terhadap

perubahan luas, data perolehan dan NJOP (bila ada).

7. Pemutakhiran IV/Tahun: Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran IV terhadap

perubahan luas, data perolehan dan NJOP (bila ada).

2.6 DATA TEKNIK

2.6.1 Jenis Permukaan Jalan

1. Asal / Tahun : Diisi sesuai tahun dimana data asal ruas jalan dimaksud

dicatat, contoh: ASAL / TAHUN : 2007

2. KM : Diisi sesuai dengan panjang (dalam kilometer) dari ruas

jalan tersebut yang mempunyai jenis permukaan sesuai

dimaksud dalam kolom “Uraian Jenis Permukaan Jalan”.

Page 189: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-12

Contoh:

URAIAN ASAL / TAHUN : 2007

JENIS PERMUKAAN JALAN (KM) M2

A. Tanah

B. Kerikil

C. Aspal Beton

D. Aspal Lainnya

64,00 512.000

11,250 67.500

24,950 149.700

- -

Penjelasan:

Pengertian jenis permukaan yang dimaksud adalah:

A. TANAH : Konstruksi jalan dengan permukaan tanah (JAPAT –)

B. KERIKIL : Konstruksi jalan dengan permukaan kerikil (JAPAT +)

C. ASPAL BETON : Konstruksi jalan dengan permukaan aspal diproses

melalui mixing plant cara panas, misalnya:

LASTON BAWAH

LASTON ATAS

LASTON

LATASTON

D. ASPAL LAINNYA : Konstruksi jalan dengan permukaan aspal, misalnya:

LAPEN

LASBUTAG

LATASBUM

BURDA

BURTU

BURAS

3. Pemutakhiran I/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran I serta

perubahan yang terjadi terhadap jenis permukaan jalan

pada ruas jalan yang dimaksud.

4. Pemutakhiran II/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran II serta

perubahan yang terjadi terhadap jenis permukaan jalan

pada ruas jalan yang dimaksud.

Page 190: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-13

5. Pemutakhiran III/Tahun: Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran III serta

perubahan yang terjadi terhadap jenis permukaan jalan

pada ruas jalan yang dimaksud.

6. Pemutakhiran IV/Tahun: Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran IV serta

perubahan yang terjadi terhadap jenis permukaan jalan

pada ruas jalan yang dimaksud.

2.6.2 Jenis Jembatan ≥ 2,00 M

1. Buah : Diisi sesuai dengan jumlah tiap jenis jembatan yang ada

saat ruas jalan tersebut di-leger untuk tiap jenis

jembatan yang tercantum pada kolom uraian jenis

jembatan (lihat Contoh).

2. Meter : Diisi sesuai dengan jumlah panjang (kumulatif) tiap jenis

jembatan seperti tercantum pada kolom uraian jenis

jembatan yang ada saat ruas jalan tersebut di-leger

kecuali bangunan manihole / bak penampung.

Contoh:

JENIS JEMBATAN ≥ 2,00 M BUAH METER

A. Belum Ada

B. Pelayangan

C. Sementara

D. Semi Permanen

E. Permanen

-

-

-

34

8

-

-

-

181,93

314,77

Penjelasan:

A. BELUM ADA : Bila pada ruas jalan dimaksud belum ada jembatan,

cukup mencantumkan kata “ya” pada kolom buah dan

meter.

B. PELAYANGAN : Bila tidak ada jembatan layang, cukup diberi tanda (-)

dan bila ada harus dicantumkan sesuai jumlah dan

panjang (kumulatif) yang ada pada ruas jalan tersebut.

Page 191: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-14

C. SEMENTARA : Diisi sesuai dengan dimaksud dalam huruf (B).

D. SEMI PERMANEN : Diisi sesuai dengan dimaksud dalam huruf (B).

E. PERMANEN : Diisi sesuai dengan dimaksud dalam huruf (B).

Penjelasan Tambahan:

a. Pengertian jembatan sementara adalah jembatan dengan kriteria-kriteria

sebagai berikut:

Komponen utama dari jembatan tersebut terdiri dari bahan atau material

yang mempunyai umur kurang dari 1 (satu) tahun, antara lain:

batang kelapa

kayu kelas II, III dan IV

Jembatan yang berfungsi sebagai jembatan darurat pengganti jembatan

permanen yang sedang dibangun (tahap pelaksanaan konstruksi).

b. Pengertian jembatan semi permanen adalah jembatan yang sebagian atau

seluruh komponennya terdiri dari kayu, contoh:

Jembatan baja lantai kayu

Jembatan Bailley dengan lantai kayu

Acrow panel dengan lantai kayu

Jembatan kayu

3. Pemutakhiran I/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran I.

4. Pemutakhiran II/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran II.

5. Pemutakhiran III/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran III.

6. Pemutakhiran IV/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran IV.

2.6.3 Bangunan Pengaman dan Pelengkap

1. Buah : Diisi dengan jumlah yang ada pada ruas jalan dimaksud

untuk tiap bangunan yang tercantum pada uraian

bangunan pengaman dan pelengkap (lihat contoh).

Page 192: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-15

2. Meter : Diisi sesuai jumlah panjang (kumulatif) menurut masing-

masing jenis bangunan pengaman dan pelengkap pada

kolom uraian pada ruas jalan yang dimaksud.

3. Pemutakhiran I/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran I.

4. Pemutakhiran II/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran II.

5. Pemutakhiran III/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran III.

6. Pemutakhiran IV/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran IV.

Penjelasan:

A. Gorong-gorong

Dalam hal ini tidak dibedakan antara gorong-gorong bulat, persegi atau bentuk

lain termasuk jenis materialnya.

B. Saluran Samping dan Tegak Permanen

Tidak dibedakan saluran samping dan tegak permanen

Jumlah panjang adalah gabungan (kumulatif)

Yang dimaksud dengan Saluran Samping dan Tegak Permanen antara lain:

o Saluran Beton

o Saluran Baja

o Saluran Pasangan Batu

Saluran tanah tidak dicatat

C. Drainase Bawah Tanah

Pengertian drainase bawah tanah adalah drainase yang selalu mengalirkan air dan

tertanam di dalam tanah.

D. Manihole / Bak Penampung

Tidak perlu dibedakan fungsi dari manihole yang ada di sepanjang ruas jalan

dimaksud.

Hanya dalam jumlah Buah tanpa panjang (m).

Page 193: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-16

E. Riol

Gorong-gorong persegi besar untuk mengalirkan air dapat dipakai sebagai tempat

lalu lintas orang.

F. Bangunan Penahan Tanah

Tidak dibedakan jenis konstruksi dari bangunan penahan tanah dimaksud, meliputi

antara lain:

Turap

Tembok

Beton

Bronjong

Batu kosong

Steel pile

Dan lain-lain

G. Kerb

Berfungsi sebagai pembatas antara jalur lalu lintas dan trotoar maupun median

jalan pada ruas jalan dimaksud.

H. Penutup Lereng

Tidak dibedakan jenis konstruksi dari penutup lereng pada ruas jalan dimaksud.

I. Krib

Merupakan bangunan pengaman terhadap penggerusan air pada badan jalan.

J. Bangunan Pengaman Bawah Jembatan

Tidak dibedakan jenis dan macam bangunan pengaman bawah jembatan pada

ruas jalan dimaksud.

Perbedaan jenis dan macam bangunan bawah jembatan dimaksud terdapat

pada kartu jembatan untuk ruas jalan tersebut.

Page 194: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-17

Contoh:

URAIAN ASAL / TAHUN : 2007

BANGUNAN PENGAMAN & PELENGKAP BUAH METER

1. Gorong-gorong

2. Saluran Samping Tegak Permanen

3. Drainase Bawah Tanah

4. Manhole / Bak Penampung

5. Riol

6. Bangunan Penahan Tanah

7. Kerb

8. Penutup Lereng

9. Krib

10. Bangunan Pengaman Bawah Jembatan

97

21

-

-

-

5

-

-

-

-

1064,7

2736

-

-

-

528,7

-

-

-

-

2.6.4 Perlengkapan Jalan

1. Buah : Diisi sesuai dengan jumlah yang terpasang pada ruas

jalan dimaksud.

2. Meter : Diisi sesuai jumlah panjang (kumulatif) perlengkapan

jalan yang terpasang pada ruas jalan dimaksud kecuali

Guide Post, Rambu Jalan, Patok Rumija, Rambu Lalu

Lintas, Lampu Penerangan, Shelter Bis dan Cermin

Jalan.

3. Pemutakhiran I/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran I.

4. Pemutakhiran II/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran II.

5. Pemutakhiran III/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran III.

Page 195: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-18

6. Pemutakhiran IV/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun

pemutakhiran IV.

Penjelasan:

A. Pagar Pengaman : Cukup jelas

B. Dinding Pengaman : Cukup jelas

C. Patok Pemandu : Cukup jelas

D. Patok Kilometer : Cukup jelas

E. Patok Hektometer : Cukup jelas

F. Patok Leger Jalan : Cukup jelas

G. Patok Rumija : Cukup jelas

H. Marka Jalan : Yang dihitung adalah panjang jalan yang dibuat

markanya.

I. Rambu Lalu Lintas : Yang dimaksud dengan rambu lalu lintas antara lain:

Semua rambu lalu lintas yang disahkan oleh instansi

yang berwenang.

Nama-nama petunjuk arah dari jalan.

Nama-nama jalan.

J. Lampu Lalu Lintas : Cara perhitungan jumlah lampu lalu lintas adalah

sebagai berikut:

Page 196: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-19

Ruas 007 = 2 Lampu lalu lintas

Ruas 008 = 2 Lampu lalu lintas

Ruas 009 = 0 Lampu lalu lintas

Ruas 010 = 0 Lampu lalu lintas

Apabila lampu lalu lintas tersebut berada pada perpotongan sumbu ruas jalan

maka lampu lalu lintas tersebut dimasukkan pada salah satu ruas jalan yang

sumbunya berpotongan tersebut dengan nomor ruas lebih kecil.

Page 197: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-20

Ruas 009 = 1 Lampu lalu lintas

Ruas 010 = 0 Lampu lalu lintas

K. Lampu Penerangan :

Yang dihitung hanyalah lampu penerangan yang dipasang / dibiayai oleh

Pemerintah.

Tidak membedakan bentuk dan tipe dari lampu penerangan dimaksud.

L. Jembatan Penyeberangan : Yang dimaksud dengan jembatan penyeberangan

adalah jembatan yang melintas diatas ruas jalan

yang dimaksud.

M. Shelter Bus : Cukup jelas.

N. Cermin Jalan : Yang dimaksud dengan cermin jalan adalah cermin

cekung ukuran bulat besar yang dipasang pada

persimpangan jalan yang jarak pandangnya terhalang

oleh bangunan lain, berfungsi untuk membantu

pergerakan kendaraan dari arah yang berlawanan.

O. Lain-lain : Untuk mencatat perlengkapan lain yang tidak terekam

antara lain rambu penunjuk arah kota dan tempat-

tempat penting lainnya.

Page 198: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-21

Contoh:

URAIAN ASAL / TAHUN : 2007

PERLENGKAPAN JALAN BUAH METER

A. Pagar Pengaman

B. Dinding Pengaman

C. Patok Pemandu

D. Patok Kilometer

E. Patok Hektometer

F. Patok Leger Jalan

G. Patok Rumija

H. Marka Jalan

I. Rambu Lalu Lintas

J. Lampu Lalu Lintas

K. Lampu Penerangan

L. Jembatan Penyeberangan

M. Shelter Bus

N. Cermin Jalan

O. Lainnya

169

-

-

31

-

21

-

1

95

13

78

-

-

-

13

2085

-

-

-

-

-

-

7550

-

-

-

-

-

-

-

2.6.5 Bangunan Utilitas

A. PRASARANA

1. Buah : Diisi sesuai banyaknya jumlah prasarana yang

terpasang pada ruas jalan dimaksud menurut

jenisnya masing-masing.

2. Meter : Tidak perlu diisi.

3. Pemutakhiran I/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada

tahun pemutakhiran I.

Page 199: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-22

4. Pemutakhiran II/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada

tahun pemutakhiran II.

5. Pemutakhiran III/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada

tahun pemutakhiran III.

6. Pemutakhiran IV : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada

tahun pemutakhiran IV.

Penjelasan:

Air

o Prasarana air mempunyai jenis yang berbeda-beda, maka untuk itu hanya

dihitung jumlahnya saja.

o Bentuk prasarana air terlihat pada kartu jalan, antara lain:

Bangunan tanah

Jembatan pipa

Gorong-gorong untuk pipa

Listrik

o Prasarana listrik mempunyai jenis yang berbeda-beda, maka untuk itu

hanya dihitung jumlahnya saja.

o Bentuk prasarana listrik dapat dilihat pada kartu jalan, antara lain:

Gardu

Pengaman jaringan kabel tegangan tinggi yang melintasi ruas jalan

dimaksud

Listrik dalam tanah

Prasarana listrik dalam tanah mempunyai bentuk dan jenis yang sama dengan

yang ada pada permukaan tanah tetapi ditanam dalam lubang pengaman atau

bunker.

Telepon

o Prasarana telepon mempunyai jenis yang berbeda-beda maka untuk itu

hanya dihitung jumlahnya saja yang ada pada ruas jalan dimaksud.

o Bentuk prasarana telepon dapat dilihat pada kartu jalan dan bangunan

pelengkap lainnya, antara lain:

Box telepon

Rumah telepon

Page 200: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-23

Telepon dalam tanah

Prasarana listrik dalam tanah mempunyai bentuk dan jenis seperti yang ada di

permukaan tanah tetapi ditanam dalam lubang pengaman (bunker).

Minyak / Gas

o Prasarana minyak / gas mempunyai jenis yang berbeda-beda maka untuk

itu hanya dihitung jumlah saja yang ada pada ruas jalan dimaksud.

o Bentuk prasarana minyak / gas dapat dilihat pada kartu jalan dan

bangunan pelengkap lainnya antara lain:

Bangunan rumah

Jembatan pipa

Gorong-gorong untuk pipa

Hidran : Cukup jelas

Rumah Kabel : Cukup jelas

Lainnya

o Yang dimaksud dengan prasarana lainnya adalah jenis prasarana diluar

prasarana disebutkan diatas.

o Yang dimaksud dengan prasarana adalah bangunan yang berfungsi

sebagai bangunan pendukung sarana dimaksud.

B. SARANA

1. Buah : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana

yang ada pada ruas jalan dimaksud menurut

jenisnya masing-masing.

2. Meter : Diisi sesuai dengan jumlah panjang sarana yang

ada pada ruas jalan dimaksud menurut jenisnya

masing-masing.

3. Pemutakhiran I/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada

tahun pemutakhiran I.

4. Pemutakhiran II/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada

tahun pemutakhiran II.

5. Pemutakhiran III/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada

tahun pemutakhiran III.

Page 201: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-24

6. Pemutakhiran IV/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada

tahun pemutakhiran IV.

Penjelasan:

Air

o Sarana air adalah pipa air minum yang ada pada ruas jalan dimaksud.

o Misalnya jumlah pipa 2 (dua) buah menunjukkan bahwa pada ruas jalan

tersebut terdapat 2 (dua) lokasi pipa.

o Jumlah panjang pipa merupakan jumlah kumulatif pada ruas jalan

tersebut.

Listrik

o Jumlah buah menunjukkan jumlah tiang listrik pada ruas jalan dimaksud.

o Jumlah panjang (meter) menunjukkan panjang rentangan kabel listrik pada

ruas jalan dimaksud.

RENTANGAN KABEL

TIANG TIANG

50 M

( 2 / 50 )

TIANG RENTANGAN KABEL

Listrik dalam tanah

o Misalnya jumlah banyaknya 3 (tiga) buah menunjukkan 3 (tiga) lokasi

penanaman kabel pada ruas jalan dimaksud.

Page 202: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-25

o Jumlah panjang (meter) menunjukkan panjang lokasi dimana kabel listrik

dimaksud ditanam pada ruas jalan tersebut.

Telepon

o Jumlah buah menunjukkan banyaknya tiang telepon yang ada pada ruas

jalan dimaksud.

o Jumlah meter menunjukkan panjang jaringan telepon yang terbentang di

atas permukaan tanah sepanjang ruas jalan dimaksud.

Telepon dalam tanah

o Misalkan jumlah banyaknya 3 (tiga) buah menunjukkan pada 3 (tiga) lokasi

jaringan kabel telepon ditanam.

o Jumlah meter menunjukkan panjangnya jaringan telepon yang ditanam di

dalam tanah pada ruas jalan dimaksud.

Minyak/Gas

o Misalkan jumlah banyaknya 2 (dua) buah menunjukkan adanya 2 (dua)

buah instalasi minyak/gas sepanjang ruas jalan dimaksud.

o Jumlah meter menunjukkan panjangnya pipa instalasi minyak/gas yang

ada pada ruas jalan yang dimaksud.

Hidran : (cukup jelas)

Rumah kabel : (cukup jelas)

Lainnya

o Jumlah banyaknya (buah) sarana lainnya diisi sesuai dengan yang ada

pada ruas jalan dimaksud.

o Jumlah meter sarana lainnya diisi sesuai panjangnya yang ada pada ruas

jalan dimaksud.

o Yang dimaksud dengan sarana utilitas publik lainnya adalah selain yang

tersebut di atas seperti jembatan penyeberangan utilitas.

Page 203: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-26

Contoh:

URAIAN ASAL / TAHUN : 2007

BANGUNAN UTILITAS BUAH METER

A. PRASARANA

Air

Listrik

Listrik dalam tanah

Telepon

Telepon dalam tanah

Minyak

Gas

Hidran

Rumah kabel

Lainnya

B. SARANA

Air

Listrik

Listrik dalam tanah

Telepon

Telepon dalam tanah

Minyak

Gas

Hidran

Rumah kabel

Lainnya

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1011

-

53

-

-

-

-

15

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

48.500

-

3.100

-

-

-

-

-

-

Page 204: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-27

2.7 LEGALISASI

1. Asal/Tahun:

Diisi sesuai tahun pengesahan leger jalan setelah melewati proses pembuatan dan

publikasi dinyatakan valid atas ruas jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).

2. Dipersiapkan:

Di: ...........

Diisi sesuai dengan nama tempat dimana leger ruas jalan dimaksud dipersiapkan

(lihat contoh hal. 2-31).

Tanggal: .....................

Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun selesai mempersiapkan leger ruas

jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).

Oleh: ..................

Diisi sesuai dengan nama dan jabatan petugas yang ditunjuk untuk

mempersiapkan leger ruas jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).

Paraf:

Pejabat yang mempersiapkan leger jalan menurut status ruas jalan yang

dimaksud, adalah sebagai berikut:

o Jalan Nasional : Ka.Bid.RENWAS BBPJN/BPJN.

o Jalan Provinsi : Ka. Sub Dinas Bina Marga Provinsi atau setingkat.

o Jalan Kabupaten : Ka. Sub Dinas Bina Marga Kabupaten atau setingkat.

o Jalan Kota : Ka. Sub Dinas Bina Marga Kota.

o Jalan Desa : Ka. Sub Dinas Bina Marga Kabupaten atau setingkat.

o Jalan Khusus : Pemimpin/Pemilik jalan khusus.

3. Diumumkan:

Di: .........

Page 205: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-28

Diisi sesuai dengan nama tempat diumumkannya leger ruas jalan dimaksud. (lihat

contoh hal. 2-31).

Dari tanggal: .................... s/d .....................

Diisi sesuai dengan tanggal mulai diumumkannya leger jalan dimaksud sampai

dengan masa berakhirnya tanggal pengumuman tersebut. (lihat contoh hal. 2-31).

Oleh: ..................

Diisi sesuai dengan nama dan jabatan petugas yang ditunjuk untuk menangani

pengumuman leger ruas jalan dimksud. (lihat contoh hal. 2-31).

Paraf:

Pejabat yang mengumumkan leger jalan menurut status ruas jalan yang

dimaksud, adalah sebagai berikut:

o Jalan Nasional : Kepala BBPJN/BPJN.

o Jalan Provinsi : Ka.Dinas PU/Bina Marga Provinsi atau yang setara.

o Jalan Kabupaten : Ka.Dinas PU/Bina Marga Kabupaten atau setingkat.

o Jalan Kota : Ka.Dinas PU/Bina Marga Kota atau setingkat.

o Jalan Desa : Ka.Dinas PU/Bina Marga Kabupaten atau setingkat.

o Jalan Khusus : Pemimpin/Pemilik.

4. Diperiksa:

Di: ..............

Diisi sesuai dengan nama tempat diperiksanya leger ruas jalan dimaksud. (lihat

contoh hal. 2-31).

Tanggal: ........................

Diisi sesui dengan tanggal, bulan dan tahun diperiksanya leger ruas jalan

dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).

Oleh:

Diisi sesuai dengan nama dan jbatan petugas yang ditunjuk untuk menangani

pemeriksaan leger ruas jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).

Paraf:

Page 206: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-29

Pejabat yang memeriksa leger jalan menurut status ruas jalan yang dimaksud,

adalah sebagai berikut:

o Jalan Nasional : Dir. Bipram cq. Ka.Subdit DATIN.

o Jalan Provinsi : Ka.Sub Dinas Bina Marga Provinsi atau setingkat.

o Jalan Kabupaten : Ka.Sub Dinas Bina Marga Kabupaten atau setingkat.

o Jalan Kota : Ka.Sub Dinas Bina Marga Kota atau setingkat.

o Jalan Desa : Ka.Sub Dinas Bina Marga Kabupaten atau setingkat.

o Jalan Khusus : Pemimpin/Pemilik.

5. Disetujui:

Di: .......

Diisi sesuai dengan tempat disetujuinya leger ruas jalan dimaksud. (lihat contoh

hal. 2-31).

Tanggal: ......................

Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun disetujuinya leger ruas jalan

dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).

Oleh: ...........

Diisi sesuai dengan nama dan jabatan dari pejabat yang berwenang menyetujui

leger ruas jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 23).

Paraf: ................

Pejabat yang berwenang menyetujui leger jalan menurut status ruas jalan yang

dimaksud, adalah sebagai berikut:

o Jalan Nasional : Direktur Jenderal Bina Marga.

o Jalan Tol : Direktur Jenderal Bina Marga.

o Jalan Provinsi : Ka. Dinas PU/Bina Marga Provinsi atau setingkat.

o Jalan Kabupaten : Ka. Dinas PU/ Bina Marga Kabupaten atau setingkat.

o Jalan Kota : Ka. Dinas PU/Bina Marga Kota atau setingkat.

o Jalan Desa : Ka. Dinas PU/Bina Marga Kabupaten atau setingkat.

o Jalan Khusus : Pemimpin/Pemilik.

Page 207: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-30

6. Ditetapkan/Dikukuhkan:

Di: ............

Diisi sesuai dengan nama tempat dimana ditetapkan/dikukuhkannya leger ruas

jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).

Tanggal: ............

Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun ditetapkan/dikukuhkannya leger ruas

jalan dimaksud.

Oleh: ................

Diisi sesuai dengan nama dan jabatan dari pejabat yang berwenang

menetapkan/mengukuhkan leger ruas jalan dimaksud, sesuai Surat Keputusan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor .................. .

Paraf: ............

Pejabat yang berwewenng menetapkan/mengukuhkan leger ruas jalan menurut

status ruas jalan yang dimaksud, adalah sebagai berikut:

o Jalan Nasional : Menteri Pekerjaan Umum.

o Jalan Tol : Menteri Pekerjaan Umum.

o Jalan Provinsi : Gubernur.

o Jalan Kabupaten : Bupati.

o Jalan Kota : Walikota.

o Jalan Desa : Bupati.

o Jalan Khusus : Pemilik.

Page 208: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-31

Contoh:

ASAL / TAHUN : 2007

DIPERSIAPKAN

Di : Jakarta

Tanggal : 20.06.2007

Oleh : Kepala Bidang Renwas

Balai VII - Banjarmasin

Paraf : -

DITETAPKAN/DIKUKUHKAN:

Di : Jakarta

Tanggal : 05.08.2007

Oleh : Menteri PU

Paraf : -

DIUMUMKAN

Di : Pontianak

Tanggal : 21.06.2007

s/d Tanggal : 21.07.2007

Oleh : Kepala Balai VII -

Banjarmasin

Paraf : -

DIPERIKSA

Di : Jakarta

Tanggal : 25.07.2007

Oleh : Direktur Bina Program

Paraf : -

DISETUJUI

Di : Jakarta

Tanggal : 31.07.2007

Oleh : Dirjen Bina Marga

Paraf : -

7. Pemutakhiran I/ Tahun : Pengisiannya sama seperti pada contoh

Asal/Tahun.

8. Pemutakhiran II/ Tahun : Sesuai dengan tahun pemutakhirannya.

9. Pemutakhiran III/ Tahun : Sesuai dengan tahun pemutakhirannya.

10. Pemutakhiran IV/Tahun : Sesuai dengan tahun pemutakhirannya.

Page 209: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

2-32

11. Catatan :

Kolom catatan disediakan untuk diisi sesuai hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang

erat hubungannya dengan perencanaan, pembangunan atau keperluan lain-lain.

Contoh:

o Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor ....................., tanggal

................. menetapkan perubahan status ruas jaln yang sedang dibuat

legernya.

o Keterangan dan nomor sertifikat tanah serta keterangan tempat

penyimpanannya.

o Keterangan tentang studi amdal

o Tahun perwujudan dan hal lain yang berkaitan.

o Hal-hal penting lainnya yang berkaitan dengan ruas yang bersangkutan.

Page 210: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-1

BAB 3 KARTU JALAN

3.1 IDENTIFIKASI

1. Lembar Distribusi ke:

Dalam hal penyimpanan/distribusi untuk leger jalan nasional:

1. Coret angka 1 untuk asli di Jakarta/Bandung

2. Coret angka 2 untuk salinan di Provinsi

3. Coret angka 3 untuk Salinan di Kabupaten/Kota

4. Coret angka 4 untuk Salinan di Balai

5. Dst.

Contoh:

Lembar Distribusi ke:

Penjelasan:

Coret angka 2 berarti leger tersebut salinan untuk disimpan di provinsi.

2. Nomor Lembar Kartu Leger Jalan:

Contoh:

Penjelasan:

30 = Nomor kode provinsi dimana ruas jalan tersebut berada. Dalam contoh

ini, nomor 30 adalah nomor kode provinsi Kalimantan Barat.

043 = Nomor kode ruas jalan tersebut.

-- = Nomor suffix ruas jalan dimaksud.

1010L34003

54321

54321

Page 211: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-2

L = Huruf L menunjukkan bahwa kartu jalan dimaksud adalah merupakan

ruas jalan di luar kota.

Jika ruas jalan tersebut merupakan ruas dalam kota maka kotak tersebut diisi

dengan huruf

010 = menunjukan bahwa lembar kartu tersebut merupakan penggalan ke 10

dari pada ruas jalan dimaksud.

1 = menunjukan bahwa penggalan leger jalan tersebut belum mengalami

penggantian.

3. Nomor kode dan nama:

Provinsi

Kabupaten

Kecamatan

Desa

Kelompok kotak pertama (2 kotak) diisi sesuai dengan nomor kode

provinsi/kabupaten/kecamatan/desa dimana ruas jalan dimaksud berada.

Kelompok kotak kedua (jumlah kotak sesuai kebutuhan) diisi dengan nama

provinsi/kabupaten/kecamatan/desa dimana ruas jalan dimaksud berada.

Contoh: cukup jelas.

Nomor kode ruas jalan/sub ruas:

/ /

Kelompok kotak pertama diisi dengan nomor kode ruas jalan dimaksud.

Kelompok kotak kedua (dua kotak) diisi dengan nomor kode sub ruas (sffx)

ruas jalan tersebut.

Kelompok kotak ketiga (1 kotak) diisi dengan K untuk ruas dalam kota.

K

Page 212: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-3

Contoh:

/ /

Lokasi/ Kota:

KM s/d KM

Kelompok kotak pertama diisi dengan singkatan nama kota dari mana ruas

jalan tersebut dihitung kilometer awalnya (KM-Nolnya).

Kelompok kotak kedua diisi dengan angka KM awal dari segmen jalan yang

dibuat legernya pada lembar kartu jalan dimaksud.

Kelompok kotak ketiga/ terakhir diisi dengan angka KM akhir dari segmen jalan

yang dibuat legernya pada lembar kartu jalan dimaksud.

Angka KM akhir ini akan menjadi KM awal pada lembar berikutnya dari segmen

jalan yang dibuat legernya bila masih berlanjut.

Contoh:

KM s/d KM

Penjelasan:

PTK : adalah singkatan nama kota Pontianak, dimana KM Nol dari ruas jalan

tersebut berada.

10+500 : menunjukkan KM awal dari segmen jalan yang dibuat legernya pada

lembar kartu jalan dimaksud.

11+250 : menunjukkan KM akhir dari segmen jalan yang dibuat legernya pada

lembar kartu jalan dimaksud.

Bilamana segmen jalan yang dibuat legernya masih berlanjut ke lembar

berikutnya, maka KM 11+250 menjadi KM awal segmen jalan berikutnya (karena

dipenggal sesuai kapasitas kolom gambar Situasi dan Potongan).

Titik Ikat/ Patok L.J:

050

20

+12

1005

52

+01KG

TD

Pp

35

43

0

Page 213: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-4

X

Y

Z

Deskripsi M dari KM

Kelompok kotak pertama diisi dengan singkatan L.J (= leger jalan) dengan

nomor leger jalan.

Kelompok kotak X dan Y diisi dengan angka posisi patok leger jalan.

Kelompok Z diisi dengan angka ketinggian atau elevasi patok leger jalan diukur

terhadap permukaan laut.

Kelompok kotak deskripsi terdiri dari 2 (dua) kelompok diisi dengan jarak

meter (M) pada kelompok kotak pertama, sedangkan kelompok kotak kedua

diisi dengan patok kilometer (KM) dimana jarak patok leger jalan ditanam.

Contoh:

Titik ikat

Titik ikat X

Titik ikat Y

Titik ikat Z

Deskripsi M dari KM

Penjelasan:

LJ.02 : adalah singkatan nama Leger Jalan lengkap dengan nomor.

10.009.437,226 : adalah posisi titik ikat/ patok leger jalan terhdap sumbu X.

317.971,221 : adalh posisi titik ikat/ patok leger jalan terhadap sumbu Y.

1

622

01

15

02

46

46

194

4.101

22,1.

76

97

.7.

10

3

,734.98

08

0.

.0

01

14

20.JL

Page 214: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-5

101.491 : adalah elevasi titik ikat/ patok leger jalan terhadap permukaan

laut.

440 : jarak (meter) titik ikat/ patok leger jalan terhadap ptok

kilometer (KM) 10.

10 : adalah nomor patok kilometer dari titik nol dimana ruas jalan

tersebut berada, dalam hal ini Pontianak KM. 10.

Titik Ikat Patok Kilometer (Km):

X

Y

Z

Deskripsi : . . . . .

Kelompok kotak pertama diisi dengan singkatan identitas Patok KM yang

terdekat dengan ruas jalan yang dilegerkan.

Kelompok kotak X dan Y diisi dengan angka posisi titik ikat patok kilometer

ruas jalan dimaksud.

Kelompok kotak Z diisi dengan angka ketinggian atau elevasi titik ikat patok

kilometer tersebut diukur terhadap permukaan laut.

Kelompok kotak deskripsi diisi dengan penjelasan lokasi Patok KM tersebut

yang memudahkan untuk diidentifikasi di lapangan.

Contoh:

Titik ikat Patok KM KM. 11

Titik ikat X

Titik ikat Y 9

77

3.

8.

2 3,386.710

3

,42

28

8.

.7

35

23

0.

.8

01

KG

TD

PB

Page 215: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-6

Titik ikat Z

Deskripsi : SAMPING KIRI JEMBATAN PARUT AIM

Penjelasan:

PTK KM.11 : adalah nomor patok KM yang terdekat.

10.023.824,837 : adalah posisi patok KM.11 terhadap sumbu X.

317.683,239 : adalah posisi patok KM.11 terhadap sumbu Y.

102,101 : adalah elevasi titik ikat patok kilometer dan patok BM.017

terhadap permukaan laut.

Deskripsi : Samping Kiri dari jembatan Parut Aim

Titik Awal Segmen Ruas Jalan:

KM

X

Y

Z

Deskripsi :

Penjelasan:

Kolom kotak pertama diisi dengan singkatan nama kota dari nama ruas jalan

tersebut dihitung kilometer awalnya (KM-Nolnya).

Kelompok kotak kedua diisi dengan KM awal ruas jalan yang dibuat legernya.

Kelompok kotak X dan Y diisi dengan posisi titik awal dimaksud.

Kelompok kotak Z diisi dengan elevasi titik awal dimaksud diukur terhadap

permukaan laut.

101.201

Page 216: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-7

Kelompok kotak deskripsi diisi dengan nama pengenal lokasi dimana titik awal

itu berada.

Contoh:

KM KM

X

Y

Z

Deskripsi

Penjelasan:

PTK : adalah singkatan dari nama kota Bandung, dimana KM nol dari

ruas kota Bandung, dimana KM nol dari ruas jalan tersebut

berada.

10+500 : adalah titik awal ruas jalan yang dibuat legernya.

10. 020.983,943: adalah posisi titik awal terhdap sumbu.

317.670,713 : adalah posisi titik awal terhadap sumbu Y.

101.942 : adalah elevasi titik awal terhadap permukaan laut.

--------------- : adalah sebagai pengenal nama lokasi setempat dimana titik

awal segmen ruas jalan tersebut.

Titik Akhir Segmen Ruas Jalan:

KM

X

Y

Z

34

34

9.

9

1

,

1 0 1 , 9 4 7

3 1 7 . 6 7 0 , 7

1 0 . 0 2 0 . 9 8 3

1 0 + 5 0 0PT

T K

Page 217: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-8

Deskripsi

Penjelasan:

Kelompok kotak pertama diisi dengan singkatan nama kota darimana ruas

jalan tersebut dihitung kilometer awalnya (KM Nol-nya).

Kelompok kotak kedua diisi dengan KM titik akhir ruas jalan yang dibuat

legernya.

Kelompok kotak X dan Y diisi dengan posisi titik akhir dimaksud.

Kelompok kotak Z diisi dengan elevasi titik akhir dimaksud diukur terhadap

permukaan laut.

Kelompok kotak deskripsi diisi dengan nama pengenal lokasi dimana titik akhir

itu berada.

Contoh:

KM

X .

Y

Z

Deskripsi

Penjelasan:

PTK : adalah singkatan nama kota Bandung dimana KM nolnya dari

ruas jalan tersebut berada.

11+250 : adallah titik akhir ruas jalan yang dibuat legernya.

10.028.030.023 : adalah posisi titik akhir terhadap sumbu X.

317.681.977 : adalah posisi titik akhir terhadap sumbu Y.

102,138 : adalah elevasi titik akhir terhadap permukaan laut.

----------------- : adalah sebagai pengenal nama lokasi setempat dimana titik

akhir segmen ruas jalan tersebut.

7

320

1 0 2 . 10

34

87

3 10

7.

.2

69

82

1.

, 9 7

1 0 . 0 2 8 . 0 3 0 ,

15

12

+ 20

50

0PB

TD

KG

Page 218: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-9

3.2 DATA TEKNIK – 1 / LUAS LAHAN RUANG MILIK JALAN

1. Awal/ Tahun:

Diisi sesuai tahun pe-leger-an atas nama jalan tersebut.

Contoh: 2007.

Penjelasan:

Bahwa pada kolom catatan khusus agar dicatat tahun dan nomor pendaftaran

atau pensertifikatan lahan tersebut.

2. Luas (Meter Persegi):

Diisi dengan cacah/ besarnya luas lahan Ruang Milik Jalan (RUMIJA) pada

segmen ruas jalan dimaksud pada lembar tersebut.

Contoh : 9.000 M2

Penjelasan:

Luas Ruang Milik Jalan segmen jalan yang didata pada leger jalan (Data

Teknik) tersebut adalah sebesar 9.000 M2.

3. Data perolehan:

Diisi sesuai dengan sumber data perolehan untuk menyatakan besarnya luas

lahan Ruang Milik Jalan.

Contoh : Pengukuran / hasil lapangan

Penjelasan:

Bahwa pada kolom catatan khusus agar dicatat pengukuran lapangan

dilakukan oleh siapa/institusi mana lengkap dengan tanggal, bulan dan tahun

dilakukannya kegiatan pengukuran tersebut (untuk proses sertifikat).

4. Nilai Jual Objek Pajak (Rp. 1.000,-):

Diisi sesuai dengan nilai jual objek Pajak setempat yang berkaitan dengan

perubahan tanah yang digunakan sebagai lahan Ruang Milik Jalan yang

bersangkutan.

Contoh: Rp. 900.000,-

Page 219: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-10

Penjelasan:

Rp. 900.000,- = yang menunjukkan harga jual tanah berdasarkan nilai jual

objek legal.

Penjelasan: pada catatan khusus agar dicatat NJOP tanah tersebut.

5. Pemutakhiran I/ Tahun: Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran I luas lahan.

6. Pemutakhiran II/ Tahun s/d Pemutakhiran IV:

Pengisiannya sama dengan pemutakhiran I sesuai dengan tahun pemutakhiran.

3.3 DATA TEKNIK – 2 / KONSTRUKSI

1. Asal/ Tahun:

Diisi sesuai dengan tahun pencatatan data-data teknis dalam uraian konstruksi

dari penggalan jalan tersebut dilakukan.

Contoh: lihat contoh table data teknik – 2

Penjelasan:

o Data-data konstruksi penggalan jalan yang didata dalam lembar kartu jalan

(data teknik) adalah keadaan tahun 2007, yaitu tahun pelegeran ruas jalan

tersebut.

o Bila diketahui data tahun dibangunnya bagian-bagian konstruksi dalam kolom

data uraian konstruksi tersebut, agar dicatat dalam kolom catatan khusus.

2. Pemutakhiran I/ Tahun:

Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran I data-data dalam kolom uraian

konstruksi.

Contoh: Misalkan pemutakhiran I/ Tahun : 2012

Penjelasan:

Terjadi perubahan dta konstruksi pada tahun 2012.

3. Pemutakhiran II/ Tahun s/d Pemutakhiran IV/ Tahun:

Pengisian pemutakhiran II sama dengan pemutakhiran I sesuai dengan tahun

pemutakhiran.

Page 220: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-11

a. Lapis Permukaan:

o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan besarnya lebar dominan lapis

permukaan dari jalur lalu lintas dari penggalan jalan

yang didata pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut

dalam satuan meter dengan ketelitian 0,1.

o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan tebal dominan lapis permukaan dari

jalur lalu lintas dan segmen jalan yang didata pada kartu

jalan (data teknik-2) tersebut dalam satuan meter.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.

Penjelasan:

Tebal lapis permukaan dominan dari penggalan jalan

yang didata pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut

adalah 0,01 m diukur rata-rata pada seluruh potongan

melintang yang diambil gambarnya.

o Jenis : Diisi sesuai dengan jenis lapis permukaan jalan dari

penggalan jalan yang didata pada kartu jalan (data

teknik) tersebut.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.

Penjelasan:

o Jenis lapis permukaan dari penggalan jalan yang

didata pada kartu jalan (data teknik) tersebut adalah

Laston (Asphalt Concrete – AC).

o Jika seandainya lapis permukaan dari ruas jalan

tersebut terdiri dari beberapa lapis sebagai akibat

dari adanya penanganan seperti pekerjaan

peningkatan beberapa kali sebelumnya, maka lapis

permukaan yang dicantumkan sebagai data pada

kartu jalan adalah lapisan teratas saja sebagai

lapisan terbaru, sedangkan lapis-lapis bawah

sebelumnya, dicantumkan/ ditunjukkan saja dalam

gambar konstruksi perkerasan.

Page 221: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-12

o Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi lapis pemukaan saat didata

pada data kartu jalan (data teknik-2) tersebut.

Misalnya:

o Huruf B = baik/ terawat

o Huruf S = sedang / tidak terawat

o Huruf R = rusak ringan / buruk

o Huruf RB= rusak berat

o Indeks kondisi/ IRI : Diisi sesuai dengan bilangan kekasaran permukaan

jalan Naasra, ketelitian 0,1.

b. Lapis Pondasi Atas:

o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan besarnya lebar lapis pondasi atas

jalur lalu lintas dari penggalan jalan yang didata dalam

kartu jalan (data teknik-2) tersebut. Satuan meter

dengan ketelitian 0,1.

o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan tebal lapis pondasi atas jalur lalu lintas

dari penggalan jalan yang didata dalam kartu jalan (data

teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian 0,01.

Contoh: lihat tabel pengisian pada tabel data teknik-2.

Penjelasan:

o Untuk penggalan jalan yang sudah lama dibangun

dan data konstruksinya tidak tersedia, maka dapat

dipertimbangkan untuk melakukan uji penggalian

(core drill) untuk mengetahui tebal dan jenis dari

lapisan-lapisan perkerasan tersebut.

o Jenis : Diisi sesuai dengan jenis lapis pondasi atas jalur lalu

lintas dari penggalan jalan yang didata dalam kartu jalan

(data teknik) tersebut.

Page 222: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-13

c. Lapis Pondasi Bawah:

o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan besarnya lebar pondasi bawah jalur

lalu lintas dari penggalan jalan yang didata dalam kartu

jalan (data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan

ketelitian 0,1.

o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan tebal lapis pondasi bawah jalur lalu

lintas dari penggalan jalan yang didata dalam kartu jalan

(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian

0,01.

Contoh: lihat tabel pengisian pada tabel data teknik-2.

Penjelasan:

o Untuk penggalan jalan yang sudah lama dibangun

dan data konstruksinya tidak tersedia, maka dapat

dipertimbangkan untuk melakukan uji penggalian

(core drill) untuk mengetahui tebal dan jenis dari

lapisan-lapisan perkerasan tersebut.

o Jarak-jarak penggalian lubang uji tersebut dapat

diambil pada jarak sedang 500 meter (maksimal)

satu sama lain, pada bagian tepi jalur lalu lintas

secara bersilang dan setelah itu lubang ditutup

kembali dengan cara yang telah ditentukan atau

dengan campuran material yang tidak mudah

dirembes air.

o Jenis : Diisi sesuai dengan data hasil uji penggalian yang didata

pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut.

Page 223: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-14

DATA TEKNIK-2 KARTU JALAN (LUAR KOTA)

URAIAN KONSTRUKSIASAL PEMUT. I DST

TH. . . . . TH. . . . . DST.a. Lapis Permukaan

Lebar (M)

Tebal (M)

Jenis

Kondisi

Indeks Kondisi/ IRI

b. Lapis Pondasi Atas

Lebar (M)

Tebal (M)

Jenis

c. Lapis Pondasi Bawah

Lebar (M)

Tebal (M)

Jenis

d. Median

Lebar (M)

Tebal (M)

Jenis

Kondisi

e. Bahu Jalan

Lebar (M)

Tebal (M)

Jenis

Posisi

Kondisi

f. Trotoar

Lebar (M)

Tebal (M)

Jenis

Kondisi

KI KA KI KA KI KA

Page 224: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-15

Penjelasan:

Ada perbedaan uraian konstruksi antara kartu jalan

(Data Teknik-2) Luar Kota dan Dalam Kota, antara lain

sebagai berikut:

o Dalam Kota

Jalur lalu lintas ruas jalan Dalam Kota dibagi

menjadi jalur lambat dan jalur cepat masing-

masing untuk posisi kiri dan kanan.

Jalur cepat sebelah kiri dan kanan dipisahkan

oleh median, sedangkan pemisah antar jalur

cepat dan jalur lambat adalah sub median.

o Luar Kota

Ruas jalan Luar Kota tidak mengenal jalur cepat

dan jalur lambat.

Dengan pertimbangan kenyamanan, pada

tempat-tempat keramaian yang dilewati oleh

ruas jalan tersebut dapat menggunakan median

sebagai pemisah posisi kiri dan kanan.

Page 225: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-16

DATA TEKNIK-2 KARTU JALAN (DALAM KOTA)

URAIAN KONSTRUKSI

ASAL TH PEMUT I TH : (DST)

JALUR

LALU LINTAS

JALUR

LALU LINTAS

LMBT

KI

CEPT

KA

CEPT

KI

LMBT

KA

LMBT

KI

CEPT

KI

CEPT

KA

LMBT

KA

a. Lapis Permukaan

Lebar (M)

Tebal (M)

Jenis

Kondisi

Indeks Kondisi/ IRI

b. Lapis Pondasi Atas

Lebar (M)

Tebal (M)

Jenis

c. Lapis Pondasi Bawah

Lebar (M)

Tebal (M)

Jenis

d. Median:

o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya

lebar median jalan yang didata pada lembar kartu jalan

(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian

0,1.

o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya

tebal median jalan yang didata pada lembar kartu jalan

(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian

0,1.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.

Penjelasan:

Pengertian tebal median adalah untuk median yang

berdiri diatas jalur lalu lintas adalah ketinggiannya,

Page 226: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-17

sedangkan median yang ditanam adalah kedalaman

lapisan median tersebut (lihat gambar).

o Jenis : Diisi sesuai dengan komponen utama material median

yang didata pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.

o Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi fisik yang didata lembar

kartu jalan (data teknik-2) tersebut.

Penjelasan:

o Huruf B = baik/ terawat

o Huruf S = sedang / tidak terawat

o Huruf R = rusak ringan / buruk

o Huruf RB= rusak berat

Page 227: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-18

Gambar 3-1 Median Jalan

Page 228: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-19

e. Sub Median:

o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya

lebar sub median yang didata pada lembar kartu jalan

(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian

0,1.

o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya

tebal sub median yang didata pada lembar kartu jalan

(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian

0,1.

o Jenis : Diisi sesuai dengan komponen pokok material sub

median yang didata pada lembar kartu jalan (data

teknik-2) tersebut.

Penjelasan:

Jenis dan bentuk sub median dapat juga seperti yang

terdapat pada median.

o Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi fisik yang didata pada kartu

jalan (data teknik-2) tersebut.

Penjelasan:

o Huruf B = baik/ terawat

o Huruf S = sedang / tidak terawat

o Huruf R = rusak ringan / buruk

o Huruf RB= rusak berat

f. Bahu Jakan:

o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkkan besarnya

lebar bahu jakan kiri atau kanan sesuai tanda pada sub

kolom Asal yang didata pada lembar kartu jalan (data

teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian 0,1.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.

o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya

tebal bahu kiri (KI) atau kanan (KA) sesuai tanda pada

sub kolom Asal, yang didata pada lembar kartu jalan

Page 229: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-20

(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian

0,1.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.

o Jenis : Diisi sesuai dengan jenis material bahu jalan kiri (KI)

atau kanan (KA) sesuai tanda pada sub kolom Asal yang

didata pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.

o Posisi : Diisi sesuai dengan posisi terhadap permukaan jalan

yang didata pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut.

Penjelasan:

o Level/Datar = selevel dengan permukaan jalan,

< 10 cm

o A = di atas permukaan jalan > 10 cm

o B = di bawah permukaan jalan > 10 cm

o Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi fisik yang didata pada kartu

jalan (data teknik-2) tersebut.

Penjelasan:

o Huruf B = baik/ terawat

o Huruf S = sedang / tidak terawat

o Huruf R = rusak ringan / buruk

o Huruf RB= rusak berat

g. Trotoir:

o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya

lebar trotoir jalan kiri atau kanan, sesuai tanda pada sub

kolom Asal yang didata pada lembar kartu jalan (data

teknik) termaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.

Page 230: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-21

o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya

tebal trotoir jalan kiri atau kanan, sesuai tanda pada sub

kolom Asal yang didata pada lembar kartu jalan (data

teknik) termaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.

o Jenis : Diisi sesuai dengan jenis material trotoir jalan kiri atau

kanan, sesuai tanda pada sub kolom Asal, yang didata

pada lembar kartu jalan (data teknik) termaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.

Penjelasan:

Penggambaran bentuk trotoir dapat dilakukan pada

kolom penampang melintang, sekaligus dicantumkan

jenis materialnya.

o Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi fisik yang didata pada kartu

jalan (data teknik-2) tersebut.

Penjelasan:

o Huruf B = baik/ terawat

o Huruf S = sedang / tidak terawat

o Huruf R = rusak ringan / buruk

o Huruf RB= rusak berat

Page 231: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-22

3.4 DATA TEKNIK-3 / BANGUNAN PENGAMAN DAN PELENGKAP

1. Asal / Tahun:

Pengisian sama seperti uraian terdahulu (data teknik).

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

2. Perubahan I/ Tahun s/d Perubahan IV/ Tahun:

Diisi dengan tahun pencatatan perubahan sesuai dengan perubahan yang terjadi

di lapangan dari bangunan pengaman dan pelengkap jalan.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

3. Ke 1, ke 2, ke 3, ke 4:

Dimaksudkan hanya untuk menunjukkan urutan-urutan bangunan pengaman dan

pelengkap pada segmen jalan yang didata pada lembar tersebut.

Pengurutan dilakukan dari Km kecil kearah Km besar apabila pada penggalan jalan

tersebut mempunyai bangunan pengaman dan pelengkap lebih dari 4, maka

bangunan yang ke-5 dan seterusnya dicatat pada kolom catatan khusus.

a. Gorong-gorong:

Jenis material : Diisi sesuai dengan jenis material dari gorong-

gorong dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Ukuran panjang (M):

o Diisi sesuai dengan ukuran panjang dari gorong-gorong dimaksud yang

diukur dari tembok pengaman ujung s/d tembok pengaman ujung sisi

lainnya.

o Jika seandainya tembok pengamannya miring, atau gorong-gorongnya

mengikuti kemiringan talud, maka diambil rata-ratanya.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Page 232: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-23

Gambar 3-2 Panjang Gorong-Gorong

Ukuran panjangnya menjadi: 2

ba

Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi dari gorong-gorong yang

dimaksud dengan salah satu kode huruf.

Seperti:

o Huruf B = baik/ terawat

o Huruf S = sedang / tidak terawat

o Huruf R = rusak ringan / buruk

o Huruf RB = rusak berat

Page 233: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-24

Tabel 3-1 Data Teknik – 3 / Luar Kota

a. GORONG-GORONG JENIS MATERIAL UKURAN PANJANG (M) KONDISI

KI KA KI KA KI KA KI KA b. SALURAN SAMPING DAN TEGAK PERMANEN

JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI DALAM

c. DRAINASE BAWAH TANAH JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

d. MANHOLE / BAK PENAMPUNGAN JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (BH) KONDISI

e. RIOL JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

f. BANGUNAN PENAHAN TANAH JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

g. KERB JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

h. PENUTUP LERENG JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

i. KRIB JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

ASAL TAHUN URAIAN BANGUNAN PENGAMAN DAN PELENGKAP

MD MD

KE-1 KE-2 KE-3 KE-4

MD MD

KI KA

DATA TEKNIK - 3

KI KA KI KA KI KA

Page 234: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-25

Tabel 3-2 Data Teknik / Dalam Kota

a. GORONG-GORONG JENIS MATERIAL UKURAN PANJANG (M) KONDISI

b. SLRN SAMP & TGK PERMNN JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI DALAM

c. DRAINASE BWH TNH JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

d. MANHOLE/BAK PENAMP JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (BH) KONDISI

e. RIOL JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

f. BANG PENAHAN TNH JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

g. KERB JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

h. PENUTUP LERENG JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

i. KRIB JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI

DATA TEKNIK - 3 ASAL TAHUN

KE-1 KE-2 KE-3 KE-4

KA

MD KA KI MD KA KI MD KA

MDSMDKA

KA

URAIAN BANGUNAN PENGAMAN DAN PELENGKAP

KA

KISMDKI

KI

KI MD KA KI

KI

KISMDKI

MD KI KASMDKI

MDSMDKA

SMDKA

KA

KI KA

KAMD

KI KA

SMDKI

SMDKA

KI

Penjelasan:

Penilaian tersebut diatas dapat dilihat berdasarkan pada realita

lapangan.

Untuk penulisan keterangan gorong-gorong pada alinyemen

horizontal (halaman belakang dari form) tertulis, misalnya:

2 Ø 0,60 – 12,50 : maksudnya pada satu lokasi tersebut

terdapat 2 gorong-gorong bulat dengan

dimeter 0,60 m dan panjangnya masing-

masing 12,50 m.

1 Φ 1,00 x 0,80 – 15 : maksudnya pada satu lokasi tersebut

terdapat 1 gorong-gorong persegi dengan

ukuran penampang lebar 1 m dan

Page 235: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-26

dalamnya 0,80 m dan panjang gorong-

gorong arah melintang jalan adalah 15 m.

Contoh: lihat contoh pengisian pada table data teknik-3.

b. Saluran Samping dan Tegak Permanen:

Jenis Material : Diisi dengan jenis material dari saluran samping dan

tegak permanen dimaksud. Hanya dideteksi saluran

permanen saja.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Penjelasan:

Saluran sepanjang segmen ruas jalan yang didata pada lembar kartu

jalan (data teknik) dimaksud mempunyai 4 segmen yang terputus di

sebelah kiri dan mempunyai 1 segmen yang terputus di sebelah

kanan.

Ukuran pokok (M) : Diisi sesuai dengan panjang saluran samping dan

tegak permanen dimaksud, yang merupakan jumlah

panjang dalam meter dari masing-masing saluran

samping dan tegak permenen dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi pada saluran samping

dan tegak permenen dimaksud, dengan salah satu

kode huruf

Seperti:

o Huruf B = baik/ terawat

o Huruf S = sedang / tidak terawat

o Huruf R = rusak ringan / buruk

o Huruf RB = rusak berat

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Penjelasan:

Penilaian tersebut diatas dapat dilihat berdasarkan pada realita

lapangan.

Page 236: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-27

c. Drainase Bawah Tanah:

Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material dari drainase

bawah tanah dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Penjelasan:

AGP = Agregat dan pipa

AG = Agregat

Ukuran pokok (M) : Diisi sesuai dengan panjang drainase bawah tanah

dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi dari pada drainase bawah

tanah dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Penjelasan:

Penilaian tersebut diatas dapat dilihat berdasarkan pada relita

lapangan, yaitu:

o Huruf F = Berfungsi

o Huruf TF = Tidak berfungsi

d. Manhole/ Bak Penampung:

Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material dari manhole/ bak

penampung dimaksud.

Ukuran pokok : Diisi sesuai dengan manhole/ bak penampung yang

terdapat pada segmen jalan sesuai dengan panjang

jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data

teknik) dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi dari manhole/ bak

penampung dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Page 237: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-28

e. Riol:

Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material dari kerb dan

saluran dimaksud.

Contoh:

Jenis

Material

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka ki ka ki ka ki ka

BTN BTN - - - - - -

Ukuran pokok : Diisi sesuai dengan panjang kerb dan saluran yang

didata pada kartu jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh:

Ukuran

Pokok (M)

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka ki ka ki ka ki ka

750 750 - - - - - -

Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi dari pada konstruksi kerb

dan saluran dimaksud.

Contoh:

Kondisi

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka ki ka ki ka ki ka

B B - - - - - -

Penjelasan:

Yang dimaksud riol ialah saluran di bawah jalan berfungsi sebagai

saluran air yang dapat dilalui manusia.

Page 238: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-29

Contoh:

f. Bangunan Penahan Tanah:

Jenis Matarial : Diisi sesuai dengan jenis material dari konstruksi

bangunan penahan tanah dimaksud.

Ukuran pokok (M) : Diisi sesuai dengan panjang dari bangunan penahan

tanah dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi dari pada konstruksi

penahan tanah dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.

Penjelasan:

Penilaian tersebut diatas dapat dilihat berdasarkan pada realita

lapangan, yaitu:

o Huruf B = baik/ terawat

o Huruf S = sedang / tidak terawat

o Huruf R = rusak berat / buruk

o Huruf RB = rusak berat

g. K e r b:

Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material kerb dari pada

segmen jalan yang didata lembar kartu jalan (data

teknk) dimaksud.

Page 239: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-30

Contoh:

Jenis

Material

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka Ki ka ki ka ki ka

BTN BTN - - - - - -

Ukuran pokok (M) : Diisi sesuai dengan panjang kerb dimaksud.

Contoh:

Ukuran

Pokok

(M)

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka Ki ka ki ka ki ka

750 750 - - - - - -

Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi kerb dimaksud.

Contoh:

Kondisi

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka Ki ka ki ka ki ka

B B - - - - - -

Penjelasan:

o Penilaian kondisi dapat dilihat berdasar kenyataan (realita)

lapangan.

o Sketsa kerb dapat berbentuk yang macam-macam seperti:

Page 240: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-31

h. Penutup Lereng:

Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material penutup lereng,

dari pada segmen jalan yang didata lembar kartu

jalan (data teknik-3) dimaksud.

Contoh:

Kondisi

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka ki ka ki ka ki ka

PBU PBU - - - - - -

Ukuran pokok (M2) : Diisi sesuai dengan luas penutup lereng yang

terdapat pada segmen jalan dimaksud.

Contoh:

Ukuran

Pokok

(M2)

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka ki ka ki ka ki ka

PBU PBU - - - - - -

Kondisi : Diisi sesuaid engan kondisi penutup lereng

dimaksud.

Contoh:

Kondisi

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka ki ka ki ka ki ka

B B - - - - - -

Page 241: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-32

i. Krib:

Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material krib, dari segmen

jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data

teknik) dimaksud.

Contoh:

Jenis

Material

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka ki ka ki ka ki ka

BTN - BTN - BTN - BTN -

Ukuran pokok (M) : Diisi sesuai dengan jumlah panjang dari krib pada

segmen jalan yang diplot pada lembar kartu jalan

(data teknik) dimaksud.

Contoh:

Ukuran

Pokok

(M)

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka ki ka ki ka ki ka

10 - 11 - 10 - 12

Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi krib dimaksud.

Contoh:

Kondisi

ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

ki ka ki ka ki ka ki ka

B - B - B - B -

Page 242: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-33

3.5 DATA TEKNIK-4 / PERLENGKAPAN JALAN

1. Awal/ Tahun:

Pengisian sama seperti uraian terdahulu (data teknik).

Contoh: lihat contoh pengisian pada table data teknik-4.

2. Perubahan I/ tahun s/d Perubahan IV/ tahun:

Diisi sesuai dengan tahun, dimana ada perubahan pada konstruksi yang didata

pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

Interval antara tiap pencatatan perubahan untuk kartu jalan (data teknik) adalah

maksimal tiap 5 tahun.

a. Pagar Pengaman : (bh / m)

Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya dan jumlah

panjang Pagar Pengaman yang ada pada penggalan

jalan yang dicatat pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

Contoh:

Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.

Penjelasan: Misal 1/80.

1 dalam hal ini menunjukkan bahwa ada 1 (satu)

lokasi pagar pengaman disebelah kanan penggalan

ruas jalan dimaksud.

80 dalam hal ini menunjukkan jumlah panjang Guard

rail disebelah kanan penggalan ruas jalan dimaksud

= 80 m.

b. Dinding Pengaman : (bh / m)

Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya dan jumlah

panjangnya Dinding Pengaman yang ada pada

penggalan jalan yang didata pada lembar kartu jalan

(data teknik) dimaksud.

Page 243: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-34

Contoh:

Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.

Penjelasan:

Dalam contoh pengisian ini pada penggalan jalan

tersebut tidak didapati dinding pengman (diisi dengan

tanda -).

c. Patok Pemandu : (bh)

Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Patok Pemandu

yang ada pada penggalan jalan yang didata pada lembar

kartu jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh:

Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.

d. Patok Kilometer : (bh)

Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Patok Kilometer

yang ada pada penggalan jalan yang didata pada lembar

kartu jalan (data teknik) dimaksud.

e. Patok Hektometer : (bh)

Diisi sesuai dengan jumlah banyknya Patok Hektometer

yang ada pada penggalan jalan yang didata pada lembar

kartu jalan (data teknik) dimaksud.

f. Patok Leger Jalan : (bh)

Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Patok Leger Jalan

yang ada pada penggalan jalan yang didata pada lembar

kartu jalan (data teknik) dimaksud.

g. Patok RUMIJA : (bh)

Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Patok RUMIJA

(Ruang Milik Jalan) yang ada pada penggalan jalan yang

didata pada lembar kartu jalann (data teknik) dimaksud.

Page 244: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-35

h. Marka Jalan : (bh)

Diisi sesuai dengan jumlah panjangnya Marka Jalan

yang terdapat pada penggalan jalan yang didata pada

lembar kartu jalan (data Teknik) dimaksud.

Contoh:

Uraian Asal / Th

Perlengkapan Ki Ka

D. Marka Jalan (M) 750

Penjelasan:

750 menunjukkan bahwa sepanjang penggalan ruas

jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data

teknik) dimaksud ada 750 meter Marka Jalan.

Penulisan 750 pada garis pemisah antara ki dan ka

menunjukkan bahwa Marka Jalan ada pada center

line (dapat juga ditulis di Ki atau Ki dan Ka apabila

terdapat median di Dalam Kota).

i. Rambu Lalu Lintas : (bh)

Diisi sesuai dengan jumlah Rambu Lalu Lintas yang

terdapat pada penggalan jalan yang didata pada lembar

kartu jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh:

Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.

Page 245: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-36

Tabel 3-3 Data Teknik – 4 / Luar Kota

KI MD KA a. PAGAR PENGAMAN (BH/M) b. DINDING PENGAMAN (BH/M) c. PATOK PEMANDU (BH) d. PATOK KILOMETER (BH) e. PATOK HEKTOMETER (BH) f. PATOK LEGER JALAN (BH) g. PATOK RUMIJA (BH) h. MARKA JALAN (BH) i. RAMBU LALU LINTAS (BH) j. LAMPU LALU LINTAS (BH) k. LAMPU PENERANGAN (BH) l. JEMBATAN PENYEBRANGAN (BH/M)

m. SHELTER BIS (BH) n. CERMIN JALAN (BH) o. LAINNYA (BH)

URAIAN PERLENGKAPAN JALAN ASAL TAHUN DATA TEKNIK - 4

Tabel 3-4 Data Teknik – 4 / Dalam Kota

SMD SMD KI KA

a. PAGAR PENGAMAN (BH/M) b. DINDING PENGAMAN (BH/M) c. PATOK PEMANDU (BH) d. PATOK KILOMETER (BH) e. PATOK HEKTOMETER (BH) f. PATOK LEGER JALAN (BH) g. PATOK RUMIJA (BH) h. MARKA JALAN (BH) i. RAMBU LALU LINTAS (BH) j. LAMPU LALU LINTAS (BH) k. LAMPU PENERANGAN (BH) l. JEMBATAN PENYEBRANGAN (BH/M)

m. SHELTER BIS (BH) n. CERMIN JALAN (BH) o. LAINNYA (BH)

DATA TEKNIK - 4

KI MD KA

ASAL TAHUN URAIAN PERLENGKAPAN JALAN

j. Lampu Lalu Lintas : (bh)

Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Lampu Lalu Lintas

yang terdapat pada penggalan jalan yang didata pada

lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh:

Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.

Page 246: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-37

k. Lampu Penerangan : (bh)

Diisi sesuai dengn jumlah banyaknya Lampu Penerangan

yang terdapat pada penggalan jalan yang didata pada

lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh:

Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.

l. Jembatan Penyeberangan : (bh/m)

Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya dan panjang total

Jembatan Penyeberangan yang terdapat pada

penggalan jalan yang didata pada lembar kartu jalan

(data teknik) dimaksud.

m. Shelter Bus : (bh)

Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Shelter bus yang

terdapat pada penggalan jalan yang didata pada lembar

kartu jalan (data teknik) dimaksud.

n. Cermin Jalan : (bh)

Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Cermin Jalan

yang ada pada penggalan jalan yang didata pada lembar

kartu jalan (data teknik) dimaksud.

3.6 DATA TEKNIK-5 / UTILITAS PUBLIK

1. Asal / tahun:

Diisi sesuai dengan tahun pelegeran utilitas publik dimaksud.

Contoh: Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik.

Penjelasan:

Apabila diketahui data tahun pembangunan utilitas publik tersebut agar dicatat

pada kolom catatan khusus.

Page 247: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-38

2. Perubahan I/tahun s/d Perubahan IV/tahun :

Diisi sesuai dengan tahun perubahan sesuai dengan perubahan utilitas publik yang

ada dilapangan, dan didata pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

A. PRASARANA

Air : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana air

yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata

pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

M : Tidak perlu diisi

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Listrik : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana

listrik yang ada pada penggalan ruas jalan yang

didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

M : Tidak perlu diisi

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Penjelasan:

Sama seperti lembar kartu jalan (ringkasan data).

Listrik Dalam Tanah : (M)

M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang prasarana listrik

dalam rumah yang ada pada penggalan ruas jalan

yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

Contoh: Bila tidak ada prasarananya diberikan simbol –

(minus).

Telepon : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana

telepon/ komunikasi yang ada pada penggalan ruas

jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data

teknik) dimaksud.

M : Tidak perlu diisi

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Page 248: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-39

Penjelasan:

Sama seperti lembar kartu jalan (ringkasan data).

Telepon Dalam Tanah: (M)

M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang prasarana

telepon dalam tanah yang ada pada penggalan ruas

jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data

teknik) dimaksud.

Contoh: Bila tidak ada prasarananya diberikan simbol –

(minus).

Minyak : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana

minyak yang ada pada penggalan ruas jalan yang

didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

M : Tidak perlu diisi

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Penjelasan:

Sama seperti lembar kartu jalan (ringkasan data).

Gas : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana gas

yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata

pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

M : Tidak perlu diisi

Contoh: Bila tidak ada prasarananya diberikan simbol –

(minus).

Hidran : (bh)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana

hidran yang ada pada penggalan ruas jalan yang

didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

Contoh: Bila tidak ada prasarananya diberikan simbol –

(minus).

Rumah Kabel : (bh)

Page 249: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-40

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana

rumah kabel yang ada pada penggalan ruas jalan

yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

Contoh: Bila tidak ada prasarananya diberikan simbol –

(minus).

Lainnya : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana

lainnya yang ada pada penggalan ruas jalan yang

didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

M : Tidak perlu diisi

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Penjelasan:

Sama seperti lembar kartu jalan (ringkasan data).

B. SARANA

Air : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana air

yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata

pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

M : Diisi dengan jumlah panjang sarana pipa air yang

ada pada penggalan ruas jalan yang didata pada

lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Listrik : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana listrik

(pole/ tiang) yang ada pada penggalan ruas jalan

yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

M : Diisi dengan jumlah panjang sarana kabel listrik

yang direntangkan di udara pada penggalan ruas

jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data

teknik) dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Page 250: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-41

Listrik Dalam Tanah : (M)

M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang sarana kabel

listrik yang ditanam pada penggalan ruas jalan yang

didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Telepon : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana

telepon/ komunikasi (tiang/pole) yang ada pada

penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu

jalan (data teknik) dimaksud.

M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang sarana kabel

telepon/ komunikasi yang direntngkan pada

penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu

jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Telepon Dalam Tanah: (M)

M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang sarana kabel

telepon yang ditanam pada penggalan ruas jalan

yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Minyak : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana minyak

yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata

pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang sarana (pipa

minyak) yang ada pada penggalan ruas jalan yang

didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Page 251: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-42

Gas : (bh)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana gas

yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata

pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Hidran : (bh)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana hidran

yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata

pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Rumah Kabel : (bh)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana rumah

kabel yang ada pada penggalan ruas jalan yang

didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.

Lainnya : (bh/ m)

Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana lainnya

yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata

pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

M : Diisi sesuai dengan jumlah panjangnya sarana

lainnya yang ada pada penggalan ruas jalan yang

didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

Contoh:

Uraian Asal / Th

Utilitas publik Ki Ka

B. Sarana Lainnya (bh/m) 2/60

Penjelasan:

Page 252: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-43

Lihat halaman petunjuk pengisian utilitas publik

lainnya pada lembar ringkasan data.

Penulisannya dibuat ditengah karena utilitas publik

lainnya dimaksud memotong jalan.

Contoh:

Utilitas publik yang dideteksi adalah yang terletak dalam

daerah pengawasan jalan.

3.7 LINTAS HARIAN RATA-RATA

Cara pengisian Lintas Harian Rata-Rata seperti pada lembar Ringkasan Data.

Contoh: Paragraf 2.4. Lintas Harian Rata-Rata pada lembar Ringkasan Data digunakan

sebagai rujukan. Penggalan ruas jalan tertentu mempunyai data lalu lintas

harian rata-rata (LHR) berbeda dengan ruas jalan yang bersangkutan secara

umum masih dimungkinkan (influence area).

3.8 RIWAYAT

1. Tgl, Bl, Th : Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun mendata dari

kejadian yang terjadi pada kolom macam kerusakan dari

jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

2. Macam kerusakan : Diisi sesuai dengan macam kerusakan yang terjadi, dari

jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud, misal: longsor, tebing runtuh, banjir dll.

3. Perolehan data : Diisi sesuai dengan sumber data dari kejadian tersebut

diatas.

4. Sebab kerusakan : Diisi sesuai dengan penyebab kerusakan, seperti antara lain:

kelebihan beban lalu lintas

curah hujan yang tinggi

kondisi tanah yang labil

kurangnya sarana drainase

dan lain-lain

Page 253: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-44

5. Penanganan :

o Tgl, Bl, Th : Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun penanganan

kerusakan pada penggalan ruas jalan yang didata pada

lembar kartu jalan (data teknik) tersebut.

o Uraian : Diisi sesuai dengan cara penanganan kerusakan tersebut

seperti antara lain:

penunjangan

pemasangan turap

pemeliharaan berkala

pemasangan bronjong

dan lain-lain

o Cacah : Diisi sesuai dengan cacah dari kerusakan yang dikerjakan,

meliputi kuantitas dari jenis kerusakan.

o Biaya Rp. 103 : Diisi sesuai dengan besarnya jumlah biaya yang digunakan

untuk memperbaiki kerusakan sesuai dengan yang

dimaksud dalam kolom macam kerusakan.

o Paraf : Diisi sesuai dengan paraf dari orang yang bertanggung

jawab atas informasi kerusakan yang diterima langsung dari

sumbernya.

3.9 CATATAN KHUSUS

1. Lebar RUMIJA : Diisi sesuai dengan lebar ruang milik jalan dari

penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu

jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh:

Lebar RUMIJA 12.00 meter

2. Alinyemen Horizontal : Diisi sesuai dengan jenis alinyemen horizontal pada

penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu

jalan (data teknik) dimaksud. Contoh : Lurus

Page 254: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-45

3. Alinyemen Vertikal : Diisi sesuai dengan jenis alinyemen vertikal pada

penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu

jalan (data teknik) dimaksud. Contoh : datar (flat – F)

4. Terrain : Diisi sesuai dengan jenis terrain pada kedua sisi jalan

pada penggalan ruas jalan yang didata pada lembar

kartu jalan (data teknik) dimaksud.

Contoh:

Terrain kiri = datar (flat – F)

Terrain kanan = datar (flat – F)

5. Tata Guna Lahan : Diisi sesuai dengan tata guna atau pemanfaatan lahan

pada sisi kiri dan kanan jalan untuk kepentingan publik

yang bersifat dominan pada penggalan ruas jalan yang

didata pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

6. Rel Kereta Api :

o Lokasi : Diisi sesuai dengan lokasi rel kereta api (apabila ada)

yang melintas/ memotong centre line jalan pada

penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu

jalan (data teknik) dimaksud.

o X, Y dan Z : Diisi sesuai dengan koordinat titik perpotongan rel

kereta api dan centre line jalan dan ketinggian/ elevasi

titik lembut terhadap permukaan laut.

Contoh: cukup jelas

7. Catatan Tambahan : Diisi sesuai kebutuhan lapangan di ruang data yang

tersedia pada penggalan rus jalan yang didata pada

lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud. Misalnya:

gorong-gorong ke 5 dst, NJOP tanah, Amdal dll.

3.10 LEGALISASI

1. Diukur oleh : Diisi sesuai dengan nama petugas yang bertanggung

jawab atas hasil pengukuran penggalan jalan dari ruas

dimaksud.

Page 255: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-46

Penjelasan:

Yang bertanggung jawab atas pekerjaan pengukuran

tersebut adalah juru ukur.

2. Paraf : Diisi dengan paraf dari orang yang bertanggung jawab

atas hasil pengukuran tersebut (juru ukur).

3. Digambar : Tgl/ Bl/ Th:

Diisi dengan tanggal, bulan, tahun digambarnya bagian

jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

4. Digambar oleh : Diisi dengan nama penggambar (juru gambar) yang

bertanggung jawab atas bagian jalan yang didata pada

leger jalan (data teknik) dimaksud.

Penjelasan:

Juru gambar hanya bertanggung jawab atas gambar jadi

yang disesuaikan dengan konsep yang telah dibuat oleh

juru ukur maka untuk itu konsep harus benar-benar

merupakan yang mudah dibaca oleh juru gambar, dan

konsep telah baik dan benar.

5. Paraf : Diisi sesuai dengan paraf dari orang yang bertnggung

jawab atas gambar jadi yang dbuat untuk jalan

dimaksud.

6. Dicatat : Tgl/ Bl/ Th:

Diisi dengan tanggal, bulan, tahun dicatat segala

kelengkapan data yang ada pada jalan yang didata pada

lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

7. Dicatat oleh : Diisi sesuai dengan nama orang yang bertnggung jawab

akan hasil survai (pengukuran / penggambaran)

penggalan jalan yang didata pada leger jalan dimaksud.

8. Paraf : Diisi dengan paraf dari orang yang bertanggung jawab

dimaksud (yang disebutkan pada angka 7).

Page 256: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-47

9. Diperiksa tgl/bl/th : Diisi dengan tanggal, bulan, tahun dari yang memeriksa

atas kebenaran dari gambar (hasil pendataan

pengukuran atas bagian jalan dimaksud.

10. Diperiksa oleh : Diisi dengan nama jabatan pemeriksa yang berwenang

atas kebenaran dimaksud.

11. Paraf : Diisi dengan paraf dari orang yang berwenang atas

pemeriksaan dimaksud.

12. Disahkan :

o Di : Diisi sesuai dengan nama kota dimana disahkannya

lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.

o Tgl/ Bl/ Th : Diisi dengn tanggal, bulan, tahun lembar kartu jalan

(data teknik) dimaksud

o Oleh : Diisi dengan nama pejabat yang mensahkan lembar

kartu jalan (data teknik) dimaksud

13. Perubahan I s/d IV : Sistim dan pola pengisinnya sama dengan kolom asal,

dimana perubahan yang terjadi pada lembar kartu jalan

(data teknik) dimaksud, adalah maksimal tiap 5 tahun.

3.11 GAMBAR SITUASI DAN POTONGAN

1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Km : . . . . . . . . . . . . . . . s/d Km : . . . . . . . . . . . .

o Diisi sesuai dengan singkatan nama kota dimana Km 0 ruas jalan tersebut

berada.

o Kilometer awal dari jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

o Kilometer akhir dari jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud,

Penjelasan:

Hal ini menunjukkan bahwa pada lembar kartu jalan dimaksud, didata bagian

jalan sepanjang 750 meter, dari Km. 10+500 s/d Km. 11+250.

Page 257: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-48

2. Alinyemen Horizontal : Skala lebar 1 : 2000 memanjang 1 : 2000. Digambar

alinyemen horizontal dari penggalan jalan dimaksud

yang memuat hal-hal sebagai berikut:

o Lebar perkerasan jalan

o Marka Jalan

o Trotoir

o Median

o Bangunan - bangunan utilitas diatas tanah

o Bangunan - bangunan utilitas didalam tanah

o Rambu Lalu Lintas

o Lampu Lalu Lintas

o Rambu Jalan

o Bangunan – bangunan

o Gorong – gorong

o Jembatan ≥ 6 m

o Jembatan < 6 m

o Daerah Milik Jalan

o Patok Damija

o Patok – patok BM dan TBM

o Daerah pengawasan jalan

o Kondisi lingkungan selebar daerah pengawas jalan

(datar, bukit, gunung, rawa, kebun, dan lain-lain)

o Arah utara dari pada penggalan jalan dimaksud dan

lain sebagainya.

o Penggambaran dilakukan dengan skala 1 : 2000

Dicantumkan juga:

o Batas – batas sepanjang 100 m hasil pengukuran.

o Lokasi dan nama dari pada jembatan – jembatan.

o Ukuran gorong – gorong serta panjang dan

banyaknya.

3. Alinyemen Vertikal : Skala tegak 1 : 500 – skala memanjang 1 : 2000

digambarkan alinyemen vertikal dari penggalan jalan

dimaksud yang memuat hal-hal sebagai berikut:

Page 258: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-49

o Garis kemiringan – kemiringan jalan.

o Bangunan – bangunan pelengkap jalan yang

terpotong pada centre line seperti gorong – gorong,

jembatan, pipa – pipa dan lain sebagainya.

4. Ketinggian Muka As Jalan :

o Diisi dengan ketinggian permukaan jalan dimaksud

dan seluruhnya didasarkan pada ketinggian

permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Level).

o Apabila tidak ditemukan ketinggian yang tepat dari

suatu daerah, maka dapat didasarkan pada

ketinggian lokal, antara lain terhadap suatu patok

permanen yang sengaja dibuat dan ditentukan

elevasinya misal 0 atau menggunakan alat GPS

(Global Positioning System)

o Penulisan ketinggian tersebut diusahakan setiap

jarak 100 m tepat pada pengukuran 100 m yang

diplot pada alinyemen horizontal.

5. Penampang Melintang : Skala tegak 1 : 500 – memanjang 1 : 500

o Digambarkan penampang melintang dari pada jalan

termaksud dan pengambilan lokasi penampang

melintang dapat diatur pada daerah-daerah yang

berbeda kondisinya.

o Hendaknya penampang melintang tersebut dapat

menggambarkan keseluruhan segmen jalan yang

didata pada lembar kartu jalan (data teknik)

dimaksud.

o Penampang melintang (Typical Section) cukup

digambarkan maksimal sebanyak 2 (dua) untuk

setiap panjang penggalan jalan yang didata pada

lembar kartu jalan dimaksud (tergantung dari

keadaan medan).

o Pada gambar penampang melintang harus

dicantumkan batas – batas:

Page 259: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-50

Daerah perkerasan jalan

Bahu jalan

Saluran samping

Ukuran – ukuran yang penting

Talud jalan

Tebing jalan

Daerah Milik Jalan

Daerah pengawasan jalan

Lokasi penampang melintang

Kemiringan melintang perkerasan

Dan lain sebagainya

Disampinng itu digambarkan pula struktur dari pada

perkerasan jalan dan bahu jalan / trotoir, tanpa skala,

dan mencantumkan nama / jenis-jenis lapisan

perkerasan dengan tebalnya.

Contoh:

Gambar 3-3 Struktur Perkerasan Jalan

Page 260: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

3-51

Catatan: Batasan untuk menentukan klasifikasi medan,

dimana segmen jalan dimaksud terdapat

adalah sesuai dengan ketentuan yang

terdapat pada buku: Peraturan Perencanaan

Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 yaitu:

Golongan medan Lereng melintang

o Datar (D)

o Perbukitan (B)

o Pegunungan (G)

0 sampai 9,9 %

10 sampai 24,9 %

dari 25 % keatas

Contoh:

Gambar 3-4 Penampang Melintang Jalan/Klasifikasi Medan

Ini hanya berlaku untuk misalnyapada Km BDG. 28+400

Untuk mengetahui keseluruhan penggalan jalan

dimaksud maka perlu dibuat beberapa potongan

melintang jalan dan dievaluasi penggalan jalan tersebut

apakah daerah Datar, Bukit atau Gunung.

Page 261: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-1

BAB 4

KARTU JEMBATAN

4.1 IDENTIFIKASI

1. Lembar Distribusi Ke :

..........................

Contoh:

Lembar ke

Penjelasan:

Dalam hal penyimpanan/distribusi untuk leger jalan nasional:

1. Coret angka 1 untuk asli di Jakarta/Bandung

2. Coret angka 2 untuk salinan di Provinsi

3. Coret angka 3 untuk Salinan di Kabupaten/Kota

4. Coret angka 4 untuk Salinan di Balai

5. Dst.

2. Nomor Lembar Kartu Jembatan :

Kelompok kotak pertama (2 kotak) diisi dengan nomor kode provinsi dimana

jembatan dimaksud berada.

Kelompok kotak kedua (3 kotak) diisi sesuai dengan nomor ruas jalan dimana

jembatan dimaksud berada.

Kelompok kotak ketiga (2 kotak) diisi dengan suffix ruas jalan dimana

jembatan dimaksud berada di Dalam Kota atau Luar Kota.

10

42 53

Page 262: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-2

Kelompok kotak keempat (1 kotak) diisi L untuk luar kota dan K untuk dalam

kota.

Kelompok kotak kelima (1 kotak) diisi dengan angka yang menunjukkan kartu

jembatan tersebut pernah diganti/dimutakhir atau belum.

Kelompok kotak keenam (3 kotak) diisi nomor urut jembatan pada ruas jalan

yang bersangkutan.

Pemberian nomor urut jembatan pada saru ruas jalan, selalu dimulai dari arah

kilometer terkecil, sesuai dengan pola pembuatan leger jalan.

Kelompok kotak ketujuh (1 kotak) diisi dengan kode jembatan, apakah single

atau kembar pada satu lokasi ruas jalan tersebut.

Apabila single diberi kode “ – “, apabila jembatan kembar diberi kode “A”

untuk jembatan arah dari Km kecil ke Km besar dan kode “B” untuk arah

sebaliknya.

Contoh:

Penjelasan:

30 =menunjukkan nomor kode provinsi dimana jembatan tersebut

berada.

043 =menunjukkan nomor kode ruas jalan dimana jembatan tersebut

berada.

--- =menunjukkan nomor kode sffx ruas jalan dimana jembatan tersebut

berada.

L =huruf yang menunjukkan lokasi jembatan dimaksud berada di Luar

Kota dan bilamana jembatan dimaksud berada Dalam kota, kotak

dimaksud diisi dengan huruf

1 =menunjukkan untuk pertama kali kartu jembatan dimaksud

dimutakhirkan/diganti.

008 =menunjukkan bahwa jembatan dimaksud merupakan jembatan

kedelapan dari yang berada pada ruas jalan dimaksud.

K

0 0 84003 1L3

Page 263: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-3

- =menunjukkan kode jembatan yang berada pada ruas jalan

dimaksud adalah single, apabila kembar ditulis A dan B.

Nomor Kode dan Nama :

Provinsi

Kab.

Kec.

Desa

Kelompok kotak pertama (2 kotak) diisi sesuai dengan nomor kode provinsi,

kabupaten, kecamatan dan desa dimana jembatan dimaksud berada.

Kelompok kotak kedua (jumlah kotak sesuai kebutuhan) disesuaikan dengan

nama provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.

Contoh : cukup jelas

Nomor kode Ruas Jalan/ Sub Ruas Jalan:

/ /

Kelompok kotak pertama (3 kotak) diisi dengan nomor kode ruas jalan dimana

jembatan dimaksud berada.

Kelompok kotak kedua (2 kotak) diisi dengan nomor kode sub ruas yang

terdekat dengan ruas jalan dimana jembatan dimaksud berada.

Kelompok kotak ketiga (1 kotak) diisi dengan kode K untuk ruas jalan kota.

Nama Ruas Jalan :

Nama ruas jalan diisi dengan nama pengenal titik awal dan titik akhir ruas

jalan dimaksud.

Contoh:

N T I A N A K - T A Y A NP O

Page 264: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-4

Nomor Jembatan (sesuai BMS) :

Kelompok kotak pertama (2 kotak) diisi dengan nomor kode provinsi dimana

jembatan dimaksud berada.

Kelompok kotak kedua (3 kotak) diisi dengan nomor ruas jalan dimana

jembatan dimaksud berada.

Kelompok kotak ketiga (5 kotak) diisi sesuai dengan nomor urut jembatan dari

jumlah jembatan yang berada pada ruas jalan yang sama dan dihitung mulai

dari titik awal ruas jalan serta keterangan single atau kembar.

Kotak keempat (2 kotak) diisi dengan sub ruas (suffix) ruas jalan dimana

jembatan tersebut berada.

Contoh:

Penjelasan:

22 =nomor kode provinsi dimana jembatan dimaksud berada.

012 =nomor ruas jalan dimana jembatan dimaksud berada.

002 =nomor urut jembatan yang ada pada ruas jalan dimaksud dan

tercatat dalam Database BMS yang didata dalam kartu jembatan.

0 =jembatan tersebut single.

-- =ruas jalan tersebut tidak ber suffix.

Nama Jembatan : Diisi sesuai dengan nama jembatan dimaksud.

Contoh :

Panjang Jembatan : Diisi sesuai dengan panjang total jembatan dimaksud

dan diukur dari ujung ke ujung lantai jembatan.

Contoh :

A M B A W A N G

1 2 .

.

00 02022

Page 265: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-5

M

148,24 M =panjang total jembatan yang diukur dari

ujung ke ujung lantai jembatan dimaksud

buat pendataan lapangan.

Kelas Jembatan : Diisi sesuai dengan kelas jembatan dimaksud dengan

berpedoman kepada Perturan Menteri untuk jembatan

Jalan Raya nomor 12/1970 serta revisinya tahun 1982.

Contoh :

Kelas jembatan : kelas A

Standar

Kelas Muatan Lebar (M)

A BM. 10 7

B BM 70 – 100 6 – 7

C BM 50 – 70 3,5 s/d 5

Sub Standar D ≤ BM.50 ≤ 3,50

Lokasi/ Kota : Diisi sesuai dengan lokasi atau tempat yang tepat

dimana jembatan tersebut berada.

Contoh :

kM

PTK =singkatan dari kota Pontianak darimana jembatan tersebut dihitung

kilometer awalnya (KM-Nolnya).

KM =menyatakan dimensi.

7+425 =menyatakan jarak jembatan tersebut dengan patok kM-awal (nol)

dan diukur sampai dengan titik pusat (pertengahan) jembatan.

Penjelasan:

Bilamana tidak ada kesesuaian jarak dengan data dari PU setempat, maka

pada kotak nomor dan lokasi jembatan tetap diisi sesuai hasil pengukuran

0 7 + 4 2 5P T K

1 4 8 , 2 4

Page 266: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-6

leger jalan sedangkan data nomor dan lokasi jembatan dari PU setempat

cukup dicantumkan dalam kolom catatan khusus.

Titik Ikat dan koordinat : Diisi sesuai dengan suatu identitas patok data jalan yang

tetap (permanen) dan mempunyai koordinat dan

elevasi.

Contoh :

Titik ikat

X

Y

Z

Diskripsi : ....................................

Penjelasan:

LJ =singkatan dari Leger Jalan.

01 =nomor seri patok (bench mark) leger jalan pada ruas jalan dimana

jembatan dimaksud berada.

9.994.093,696 = posisi titik ikat/patok leger jalan dimaksud terhadap

sumbu X.

318.713,601 =posisi titik ikat/patok leger jalan dimaksud terhadap sumbu Y.

104,132 =ketinggian bagian puncak patok leger jalan (LJ.01) diukur terhadap

muka laut.

Jika tidak ada ketinggian terhadap muka laut, dapat diambil

ketinggian lokal atau diukur dengan alat GPS atau interpolasi dari

peta topografi.

Deskripsi: diisi hal-hal yang menjelaskan lokasi Patok LJ tersebut, sehingga

mudah didentifikasi di lapangan.

69

31 0 4 . 1 2

3 1 8 . 7 1 3 . 6 0 1

91

. 9 9 4 . 0 9 3.

, 6

L J . 0 1

Page 267: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-7

Tanggal selesai dibangun: Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun

selesainya jembatan tersebut dibangun. Sudah jelas.

Tanggal dibuka untuk lalau lintas: Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun

dibukanya jembatan tersebut untuk lalu lintas

umum (operasional). Sudah jelas.

Tanggal ditutup untuk lalu lintas: Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun

ditutupnya jembatan tersebut untuk lalu lintas

umum. Sudah jelas.

4.2 DATA UMUM

4.2.1 BENTANG JEMBATAN

1. Asal : Diisi dengan tahun pelegeran, dimensi panjang

dan lebar (M) serta jenis (permanen/semi

permenen) dari jembatan pada saat dibuat kartu

jembatan/pelegeran.

2. Pemutakhiran I/Thn : Diisi dengan perubahan pertama, dan

mencantumkan tahunnya.

Contoh : Lihat contoh pengisian terlampir.

Penjelasan :

o Baris-baris didalam kolom I/thn diisi dengan dimensi

panjang dan lebar (M) serta jenis (permanen/ semi

permanen) dari hasil perubahan yang terjadi.

o Kolom perubahan hanya diisi apabila terjadi perubahan

dalam kolom uraian dalam data umum.

3. Pemutakhiran II/Thn s/d III/Thn : Sama seperti pemutakhiran I/Thn.

4. Panjang Jembatan Total : Diisi sesuai dengan panjang total jembatan

yang diukur dari ujung ke ujung lantai

jembatan.

Page 268: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-8

Contoh : Panjang jembatan total = 148,24 m

5. Panjang Bentang I : Diisi sesuai dengan panjang bentang yang diukur

dari as landasan s/d as landasan pada bentang

tersebut.

Contoh : Panjang bentang I = 48,61 m

Penjelasan :

Gambar 4-1 Panjang Bentang Jembatan

6. Panjang Bentang II : Diisi sesuai dengan panjang bentang yang diukur

dari as landasan pada bentang tersebut.

Contoh : Panjang bentang II = 51,26 m.

Penjelasan : Sama seperti pada bentang I.

7. Panjang Bentang III dst. :

Diisi sesuai dengan panjang bentang yang diukur dari as landasan s/d as

landasan pada bentang tersebut.

Contoh : Panjang bentang III = 48,37 m.

8. Lebar Bentang I : Diisi dengan jarak antara tepi tinggi sandaran

bagian dalam.

Contoh : Lebar bentang I = 7,66 m

Penjelasan :

Page 269: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-9

Gambar 4-2 Lebar Bentang Jembatan

9. Lebar Bentang II, Lebar Bentang III dst. :

Sama seperti lebar bentang I.

10. Jenis Bentang I : Diisi sesuai dengan jenis bentang I jembatan

tersebut.

Contoh : Jenis bentang I = Permanen.

Penjelasan :

Dalam hal ini jenis bentang harus dilihat dari jenis struktur

bangunan atas dan bangunan bawah jembatan tersebut.

Misal :

a. Bangunan bawah : tiang kayu besi

Bangunan atas : gelagar baja dengan lantai kayu

Disebut : semi permanen

b. Bangunan bawah : pasangan batu bata

Bangunan atas : gelagar baja dengan lantai kayu

Disebut : semi permanen

c. Bangunan bawah : pasangan batu belah

Bangunan atas : gelgar baja dengan lantai kayu

Disebut : semi permanen

d. Bangunan bawah : pasangan batu belah

composite baja beton

Page 270: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-10

presstressed

rangka baja

balok beton

Disebut : permanen

e. Bangunan bawah : beton

Composite baja beton

Presstressed

Balok beton

Disebut : permanen

f. Bailey dan Acrowpanel :

Disebut : semi permanen

11. Jenis Bentang II, Jenis Bentang III dst. :

Sama seperti jenis bentang I.

4.2.2 TARAF BANGUNAN BAWAH

1. Asal : Diisi sesuai dengan tahun pelegeran jembatan

dimaksud.

Penjelasan:

Dimensi (M) diisi pada kolom hulu dan hilir

2. Kepala jembatan kiri-hulu : Diisi sesuai dengan elevasi yang diikatkan

dengan elevasi patok L.J. pada jembatan

tersebut.

Contoh:

Lihat tabel Elevasi taraf Bangunan Tanah

3. Kepala jembatan kiri-hilir : Diisi sesuai dengan elevasi yang diikatkan

dengan elevasi patok L.J. pada jembatan

tersebut.

4. Kepala jembatan kanan-hulu dan kanan-hilir:

Cara pengisiannya dengan kepala jembatan kiri

hulu dan hilir.

Page 271: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-11

5. Pilar-pilar : Pengisian elevasi untuk pilar-pilar yang ada pada

jembatan tersebut sama seperti pada kepala

jembatan dimaksud.

ELEVASI TARAF

BANGUNAN BAWAH

ASAL 2007

HULU HILIR

KEP.JEMB. KI (M) 103.446 103.450

KEP.JEMB. KA (M) 103.463 103.458

PILAR I KI (M) 103.867 103.871

PILAR I KA (M) 103.862 103.874

PILAR II KI (M) 103,904 103,912

PILAR II KA (M) 103,927 103,948

Contoh Tabel Pengisian Elevasi Taraf Bangunan

Bawah

6. Pemutakhiran :

Kolom pemutakhiran I/Tahun, II/Tahun, dan

III/Tahun diisi sesuai dengan tahun terjadinya

pemutakhiran.

Kolom pemutakhiran baris:

- Kepala Jembatan : Ki (m)

- Kepala Jembatan : Ka (m)

- Pilar I Ki (m)

- Pilar II Ka (m)

- Dst.

4.2.3 TARAF LANDASAN

1. Asal/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pelegeran jembatan,

dimaksud. Dimensi (m) pada kolom hulu/hilir.

Page 272: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-12

2. Kepala jembatan kiri - hulu : diisi sesuai dengan elevasi yang diikatkan dengan

elevasi patok LJ pada jembatan tersebut. Diisi

elevasi (m) pada taraf landasan kiri – hulu.

3. Kepala jembatan kiri –hilir : diisi sesuai dengan elevasi yang diikatkan dengan

elevasi patok LJ pada jembatan tersebut.

4. Kepala jembatan kanan – hulu dan kanan – hilir : Cara pengisiannya dengan

kepala jembatan kiri – hulu dan kiri – hilir.

ELEVASI TARAF

LANDASAN

ASAL 2007 Pemutakhiran I/Tahun ........

HULU HILIR HULU HILIR

KEP.JEMB. KI (M) 103.481 103.465 - -

KEP.JEMB. KA (M) 103.478 103.473 - -

PILAR I KI (M) 103.882 103.886 - -

PILAR I KA (M) 103.877 103.889 - -

PILAR II KI (M) 103,919 103,927 - -

PILAR II KA (M) 103,927 103,948 - -

Page 273: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-13

Gambar 4-3 Skema: Lokasi Pengukuran Taraf Bangunan Bawah Dalam Hal Jembatan Bersilangan Dengan Sungai

Page 274: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-14

Gambar 4-4 Skema: Lokasi Pengukuran Taraf Bangunan Bawah Dalam Hal Jembatan Tidak Bersilangan Dengan Sungai

Page 275: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-15

Gambar 4-5 Skema: Taraf Landasan

Page 276: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-16

4.3 LUAS LAHAN RUANG MILIK JALAN

Cara pengisian data luas Lahan Ruang Milik Jalan sama seperti yang diberlakukan pada

Kartu Jalan.

4.4 DATA TEKNIK

Cara pengisian kotak yang kosong dalam Data Teknik, cukup dengan membubuhkan

tanda pada kotak yang kosong.

Cara pengisian seperti tersebut di atas berlaku untuk:

Tipe Bangunan Atas, Tipe Bangunan Bawah, Tipe Pondasi;

Bahan Bangunan Atas, Bahan Bangunan Bawah, Bahan Pondasi;

Kondisi Bangunan Atas, Kondisi Bangunan Bawah, Kondisi Pondasi

Tipe dan Bahan Landasan untuk Kepala Jembatan dan Pilar (apabila ada);

Macam dan Bahan dari pada Bangunan Pengaman Bawah jembata.

Pada umumnya terdapat empat Sub kotak pada masing-masing kotak, sebagai

berikut:

o Sub kotak 1: keadaan asal data jembatan

o Sub kotak 2: keadaan pemutakhiran I data jembatan

o Sub kotak 3: keadaan pemutakhiran II data jembatan

o Sub kotak 4: keadan pemutakhiran III data jembatan

Page 277: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-17

Contoh: Keadaan Asal (Jembatan 3 Bentang)

TYPEBangunan Atas

Bentang I Bentang II Bentang III

Plat

Gelagar

Box Girder

Rangka

Sub Kotak 4

Sub Kotak 3

Sub Kotak 2

Sub Kotak 1

Penjelasan:

Keadaan awal data jembatan dimaksud adalah:

Bentang I : Tipe Gelagar

Bentang II : Tipe Rangka

Bentang III : Tipe Gelagar

Contoh: Saat Pemutakhiran Pertama (Jembatan 3 Bentang)

TYPEBangunan Atas

Bentang I Bentang II Bentang III

Plat

Gelagar

Box Girder

Rangka

Page 278: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-18

Penjelasan:

1. Pada keadaan awal : Bentang I = Gelaga

Bentang II = Rangka

Bentang III = Gelagar

2. Berubah menjadi : Bentang I = Box Girder

Bentang II = Rangka (tetap)

Bentang III = Box Girder

3. Apabila pemutakhiran tersebut lebih besar dari 3 (tiga) kali maka Kartu jembatan

diganti dengan kartu yang baru, dan data-data yang terakhir pada kartu jembatan

yang lama menjadi data asal pada kartu jembatan yang baru, dengan ketentuan

kartu jembatan yang lama harus terlampirkan pada kartu jembatan yang baru.

Contoh:

TYPEBangunan Atas

Bentang I Bentang II Bentang III

Plat

Gelagar

Box Girder

Rangka

4.5 KONDISI UMUM

1. Bangunan atas : Diisi dengan tanda pada kotak / sub kotak bentang I,

bentang II, bentang III dst. sesuai dengan tingkat

kondisi pada baris yang ada.

VVV

Page 279: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-19

Contoh:

Penjelasan:

Dalam menentukan kondisi sesuatu struktur sesuai

dengan kondisi seperti:

Baik sekali

Baik

Rusak ringan

Rusak berat

Kritis

Secara visual masih merupakan sesuatu yang sukar

untuk ditentukan, karena tergantung dari orang yang

menilai, dan belum adanya suatu standar dalam

menentukan hal-hal tersebut.

Sebagai pedoman dasar dalam menentukan kondisi

bangunan atas tersebut dapat diambil sebagai berikut:

Baik sekali:

Apabila bangunan atas jembatan tersebut tidak

mempunyai kerusakan, dan berfungsi dengan baik

melayani arus lalu lintas diatasnya.

Baik:

Apabila bangunan atas jembatan tersebut mengalami

kerusakan-kerusakan yang tidak berarti, seperti trotoir

retak-retak halus, sandaran dan tiang sandaran rusak

kecil, wing abutment retak, dan jalur lalu lintas masih

dapat berfungsi dengan baik untuk melayani arus lalu

lintas.

Rusak ringan:

Apabila bangunan atas jembatan tersebut mengalami

kerusakan-kerusakan kecil pada struktur-struktur utama

akan tetapi masih dapat berfungsi untuk melayani arus

lalu lintas diatasnya.

Page 280: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-20

Contoh:

Lantai kendaraan retak-retak halus baik arah

memanjang maupun melintang, retak buaya, terjadi

baut-baut longgar, getaran-getaran yang terjadi pada

jembatan sehingga mempengaruhi konstruksi, lendutan

yang terjadi mendekati lendutan izin, expansion jopint

yang lepas (rusak) karatan, dan lain sebagainya.

Rusak berat:

Apabila bangunan atas jembatan tersebut mengalami

kerusakan-kerusakan besar pada struktur-struktur

utama dan bangunan atas jembatan tidak berfungsi

secara penuh untuk melayani arus lalu lintas diatasnya.

Contoh:

Lantai jembatan jebol (bolong) setempat sehingga

arus lalu lintas terhambat.

Lendutan yang terjadi lebih besar dari lendutan izin

sehingga harus diadakan pembatasan beban yang

lebih kecil dari beban rencana.

Gelagar-gelagar utama mengalami kerusakan-

kerusakan berat.

Rangka-rangka batang retak dan lain sebagainya.

Kritis:

Apabila bangunan atas jembatan tersebut mengalami

kerusakan-kerusakan yang berat, sehingga menurut

pengamatan, bahwa sewaktu-waktu jembatan tersebut

dapat putus.

Contoh:

Getaran

Ledutan besar

Rangka banyak yang putus pada sambungan-

sambungan baut atau keling.

Page 281: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-21

Gelagar kropos dan berlobang

Lantai kendaraan hancur pada beberapa tempat.

2. Bangunan bawah :

Diisi dengan tanda pada kotak / sub kotak pada:

Kepala jembatan kiri

Pilar I

Pilar II

Kepala jembatan kanan sesuai dengan tingkat kondisi

pada baris yang ada.

Penjelasan:

Baik Sekali:

Apabila bangunan bawah jembatan tersebut tidak

mempunyai kerusakan, dilihat secara visual, pada

konstruksi yang berada diatas permukaan tanah / air.

Baik:

Apabila bangunan bawah jembatan tersebut mempunyai

kerusakan kecil seperti retak-retak setempat, seperti

akibat susut, dimana tidak sampai pada struktur utama,

retak pada hubungan antara abutment dan sayap (wing)

yang memang disengaja tidak bersatu.

Rusak ringan:

Terjadi kerusakan-kerusakan pada bangunan bawah

yang tidak membahayakan struktur seperti retak dari

atas hingga ke bawah, akan tetapi lebar retak tersebut

masih dalam batas-batas yang kecil (retak lembut).

Rusak berat:

Terjadi kerusakan-kerusakan pada bangunan bawah

yang sangat membahayakan struktur seperti retak

dari atas ke bawah dengan lebar retak yang besar.

Page 282: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-22

Pengerusan yang besar pada bangunan bawah

sehingga menimbulkan kekhawatiran guling ataupun

geser pada bangunan bawah.

Penurunan bangunan bawah (settlement) yang

besar sehingga menimbulkan pengaruh yang besar

pada bangunan atas.

3. Pondasi : Diisi tanda pada kotak / sub kotak pada:

Kepala jembatan kiri

Pilar I

Pilar II

Kepala jembatan kanan

sesuai dengan tingkat kondisi pada baris yang ada.

Penjelasan:

Penilaian pondasi jembatan pada umumnya sangat

sukar untuk dilakukan, karena letak pondasi pada

umumnya berada dalam tanah, sehingga dapat

dilihat dari segi tingkat kerusakan yang ada pada

jembatan tersebut secara keseluruhan.

Bagi jembatan-jembatan seperti tiang juk dan pile

cap dapat dilakukan penilaian pondasi, yang berada

diatas permukaan tanah atau air saja, sesuai dengan

kriteria-kriteria penilaian diatas.

4.6 KONSTRUKSI DAN FOTO

1. Kotak Penampang Memanjang:

Diisi dengan gambar penampang memanjang dari jembatan tersebut dengan

menggunakan ratio gambar bukan dengan skala.

2. Kotak Penampang Melintang:

Diisi dengan gambar penampang melintang dari jembatan tersebut dengan

menggunakan ratio gambar, bukan dengan skala.

Page 283: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-23

Apabila terdiri dari 3 bentang, maka harus digambarkan penampang pada

masing-masing bentang jika konstruksi berbeda.

Contoh:

Harus digambarkan pada kotak penampang melintang potongan a-a; b-b; c-c.

3. Kotak Pandangan / Potongan Atas:

Diisi dengan pandangan atas dari jembatan tersebut, dan sedapat mungkin

harus kelihatan lay out dari gelagar, dan tidak perlu untuk seluruh bentang.

4. Kotak Peta Lokasi / Situasi

Diisi dengan peta / gambar situasi dari jembatan tersebut, dan harus

ditunjukkan arah utara, arah jalan.

Penjelasan:

a. Penggambaran dalam kotak pandangan atas harus mengikuti pola gambar

situasi.

b. Penampang memanjang harus digambarkan sesuai dengan potongan arah

sebagai berikut:

c. Penampang melintang harus digambarkan sesuai dengan potongan arah

sebagai berikut:

Page 284: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-24

5. Kotak Foto Pandangan Dari Hulu / Hilir:

Diisi dengan salah satu foto pandangan samping jembatan dari hulu, atau hilir

yang memungkinkan diambil fotonya, dan harus mencakup seluruh panjang

jembatan, dapat dibuat dengan foto Mozaik.

6. Kotak Foto Jalan Pandangan Depan Jembatan:

Diisi dengan foto pandangan depan jembatan, dengan menunjukkan as jalan.

Depan jembatan adalah permulaan km, terkecil dari ruas jalan, pada jembatan

tersebut.

Contoh:

4.7 PERWUJUDAN

1. Asal Tahun :

Diisi sesuai dengan tahun pelegeran jembatan

tersebut

Kalau data tahun perwujudan jembatan tersebut

diketahui agar dicatat pada kolom identifikasi

(tanggal selesai dibangun).

Contoh: Asal tahun 2007

Page 285: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-25

2. Kegiatan pokok : Jelas

3. Pelaksana :

Diisi dengan nama badan (perusahaan, jawatan atau instansi yang

melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam kolom kegiatan pokok tersebut.

Contoh: Lihat contoh pengisian terlampir.

4. Cacah :

Diisi cacah dari sub baris pada kolom kegiatan pokok.

5. Biaya :

Diisi dengan besarnya biaya yang dipakai, dari sub baris pada kolom kegiatan

pokok dalam nilai ribuan rupiah (106).

6. Sumber dana : Diisi dengan dari mana sumber dana untuk pembiayaan

jembatan tersebut.

7. Pemutakhiran I/tahun : Diisi dengan tahun dimana ada pemutakhiran dari Sub

baris pada kolom kegiatan pokok serta perubahan-

perubahan yang terjadi.

8. Untuk Pemutakhiran II/tahun s/d Pemutakhiran III/tahun sama seperti pengisian

pemutakhiran I/tahun.

4.8 RIWAYAT

1. Tgl/Bl/Th : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun tentang

terjadinya macam kerusakan / kelainan pada kolom

berikutnya.

2. Macam / Kerusakan / kelainan:

Diisi dengan jenis macam kerusakan / kelainan yang

terjadi sesuai dengan baris pada kolom tanggal, bulan

dan tahun.

3. Perolehan data : Tgl/Bl/Th/Nomor

Page 286: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-26

Diisi dengan nama badan / Instansi pembuat laporan,

serta tanggal, bulan, tahun serta nomor laporan dari

baris pada kolom macam kerusakan / kelainan.

4. Sebab kerusakan / kelainan:

Diisi dengan penyebab dari pada kerusakan / kelainan

yang terjadi.

5. Tgl/Bl/Th : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dilakukannya

penanganan untuk menanggulangi kerusakan / kelainan

tersebut.

6. Uraian : Diisi dengan uraian penanganan yang dilakukan untuk

menanggulangi macam kerusakan / kelainan dimaksud.

7. Sifat : Diisi dengan sifat (permanen atau sementara)

penanganan yang dilakukan untuk macam kerusakan /

kelainan dimaksud.

8. Cacah : Diisi dengan penggunaan jenis material

penanggulangan kerusakan / kelainan tersebut.

9. Biaya Rp. 103 : Diisi dengan besarnya biaya yang dipergunakan untuk

penanganan penanggulangan macam kerusakan /

kelainan dimaksud.

10. Paraf : Diisi dengan paraf petugas / pejabat yang mengisi /

mencatat data riwayat dimaksud.

4.9 REFERENSI

1. Uraian : Berisikan berbagai macam penelititan yang mungkin

telah dilakukan pada jembatan tersebut, dan penelitian

tersebut mempunyai laporan tertulis.

2. Tgl/Bl/Th : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dari laporan

penelitian sebagaimana dalam masing-masing baris

dalam kolom uraian.

3. Oleh : Diisi dengan Nama Jawatan / Instansi, perusahaan atau

badan yang membuat laporan penelitian tersebut,

Page 287: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-27

sebagaimana dalam masing-masing baris pada kolom

uraian.

4. Paraf : Diisi dengan paraf petugas / pejabat yang mengisi /

mencatat referensi dimaksud.

4.10 CATATAN KHUSUS

Diisi dengan catatan-catatan masalah yang erat sekali hubungannya dengan jembatan

tersebut, dimana masalah-masalah tersebut tidak terdapat (belum tertampung) dalam

kolom ataupun baris yang lain.

4.11 LEGALISASI

4.11.1 Legalisasi Kegiatan

1. Kegiatan : Kolom kegiatan telah diisi dengan kata-kata seperti

DIUKUR

DIGAMBAR

DICATAT

DIPERIKSA, serta

DISETUJUI

Yang letaknya berbentuk baris

2. Asal :

Tgl/Bl/Th

Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dari

pelaksanaan pekerjaan (mengukur, menggambar,

mencatat dan memeriksa) sesuai dengan baris pada

kolom kegiatan

Oleh

Diisi dengan nama petugas atau pejabat yang

melakukan pekerjaan sesuai dengan baris pada

kolom kegiatan

Page 288: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-28

Paraf

Diisi dengan paraf petugas atau pejabat yang

melakukan pekerjaan sesuai dengan baris pada

kolom kegiatan

Lihat contoh pengisian pada Kartu Jalan.

3. Pemutakhiran I s/d Pemutakhiran III:

Diisi dengan tanggal, bulan, tahun; oleh; paraf; sesuai

dengan baris pada Sub kolom kegiatan pada kolom

Perubahan dan mempunyai pola yang sama seperti

halnya pada kolom asal.

4.11.2 Legalisasi Kartu Jembatan

1. Asal :

Di

Diisi dengan nama kota/tempat disiapkan/

disahkannya kartu jembatan dimaksud.

Tgl/Bl/Th

Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun disahkannya

kartu jembatan tersebut

Oleh:

Diisi dengan nama pejabat yang mensahkan Kartu

Jembatan dimaksud.

Contoh: Lihat contoh pengisian terlampir.

2. Pemutakhiran I s/d Pemutakhiran III:

Pengisiannya mempunyai pola yang sama seperti halnya

pada kolom Asal.

4.12 PENJELASAN

1. Pada Kartu Jembatan terdapat 2 macam monitoring perubahan yaitu:

Page 289: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-29

a. Monitoring perubahan yang sifatnya mendasar dan jarang terjadi misalnya

perubahan konstruksi, panjang bentang, lebar bentang, jenis bentang, taraf

bangunan bawah, tipe bangunan atas, bawah, pondasi, dan lain sebagainya.

b. Monitoring perubahan yang sifatnya periodik tiap tahun yaitu perubahan yang

terjadi pada kolom PERWUJUDAN, misalnya: kegiatan penunjangan,

pemeliharaan / rehabilitasi dan lain sebagainya.

Jadi tahun pemutakhiran I pada perubahan jenis a belum tentu sama dengan

tahun perubahan I pada perubahan jenis b.

Karena perubahan jenis b terjadi tiap tahun maka Kartu Jembatan diganti tiap 5

tahun dan data terakhir pada Kartu Jembatan yang diganti tersebut menjadi data

asal pada Kartu Jembatan yang baru.

Untuk perubahan jenis a kemungkinan Kartu Jembatan yang lama perlu diganti

dengan Kartu Jembatan yang baru walaupun baru merupakan perubahan yang

pertama misalnya jembatan tersebut konstruksi lama dari kayu kemudian diganti

beton karena jika tidak diganti dengan Kartu yang baru akan sulit

penggambarannya.

Untuk data kondisi jembatan apabila terjadi perubahan kondisi selain memberi

tanda pada kolom yang sesuai juga agar dicatat pada kolom catatan khusus

kapan terjadinya perubahan kondisi tersebut. Kolom pertama dari kolom kondisi

tidak diberi tanda apabila kondisi jembatan pada saat pelegeran adalah baik

(kondisi asal).

2. Karena form Kartu Jembatan hanya cukup untuk mencatat data jembatan yang

terdiri dari maksimum 4 bentang, maka jika dijumpai jembatan yang jumlah

bentangnya lebih dari 4 bentang dapat menggunakan 2 form atau lebih dimana

form kedua dan seterusnya tersebut digunakan untuk mencatat dan menggambar

data jembatan bentang-bentang berikutnya.

Untuk form yang kedua, angka bentang I, II, III dan IV diganti dengan angka

bentang IV, VI, VII dan VIII demikian seterusnya.

3. Yang dimaksud dengan titian adalah:

Jembatan yang bentangnya < 6m.

Page 290: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-30

4. Tipe Bangunan Bawah:

Sebagaimana diketahui bangunan bawah itu banyak sekali tipenya dan cukup sulit

untuk menentukan penggolongannya.

Pada penentuan tipe bangunan bawah disini hanya terbatas pada tipe bangunan

bawah yang banyak dijumpai dan tidak begitu sulit untuk penggolongannya yaitu:

a. Tipe dinding : Jika bentuk penampangnya ramping dan ukuran tinggi

(H) lebih besar dari ukuran tebal badan yang terbesar

(T).

Contoh:

Page 291: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan

4-31

b. Tipe Kolom : Umumnya banyak dijumpai pada konstruksi pilar.

Konstruksi terdiri dari bagian kaki, sebuah kolom

sebagai badan dan bagian kepala.

Penampang kolom umumnya berbentuk bulat

(penampang I – II).

Contoh:

c. Tipe Portal : Jika bentuk konstruksi berupa portal. Bahan konstruksi

umumnya beton bertulang.

Contoh:

5. Untuk titik referensi jembatan (titik ikat) agar dicantumkan pada kolom gambar

situasi jembatan keterangan mengenai pada titik mana saja titik ikat tersebut

diikatkan berapa jarak dan azimutnya masing-masing.

6. Konsruksi sekunder :

Yang dimaksud dengan konstruksi sekunder pada bangunan atas jembatan adalah

antara lain ikatan angin baik ikatan angin atas maupun bawah.

Page 292: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

i

KONSEP

PETUNJUK PENYIAPAN GAMBAR TERLAKSANA JALAN

BUKU 4

Page 293: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB 1 DESKRIPSI................................................................................... 1-1

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................1-1

1.1.1 Maksud .............................................................................1-1

1.1.2 Tujuan ..............................................................................1-1

1.2 RUANG LINGKUP .........................................................................1-1

1.3 BATASAN DAN PENGERTIAN ........................................................1-2

BAB 2 PENYIAPAN DAN PENGESAHAN .................................................. 2-1

2.1 LEMBAR STANDAR .......................................................................2-1

2.2 PENYIAPAN .................................................................................2-1

2.3 PELAKSANAAN.............................................................................2-2

2.4 PENGESAHAN ..............................................................................2-2

BAB 3 PERSYARATAN PELAKSANAAN .................................................... 3-1

3.1 GAMBAR TERLAKSANA JALAN.......................................................3-1

3.1.1 Alinyemen Horizontal (Situasi) ............................................3-1

3.1.1.(1) Data Gambar Yang Dicantumkan .........................3-1

3.1.1.(2) Skala..................................................................3-2

3.1.1.(3) Lain-lain .............................................................3-2

3.1.2 Alinyemen Vertikal (Potongan Memanjang)..........................3-2

3.1.2.(1) Data Gambar yang Dicantumkan..........................3-2

3.1.2.(2) Skala..................................................................3-3

3.1.2.(3) Lain-lain .............................................................3-3

3.1.3 Penampang Melintang........................................................3-3

3.1.3.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan .......................3-3

3.1.3.(2) Skala..................................................................3-4

3.1.3.(3) Lain-lain .............................................................3-4

Page 294: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

iii

3.1.4 Struktur Perkerasan ...........................................................3-4

3.1.4.(1) Data Gambar yang Dicantumkan..........................3-4

3.1.4.(2) Skala..................................................................3-5

3.1.4.(3) Lain-lain .............................................................3-5

3.2 GAMBAR TERLAKSANA JEMBATAN ................................................3-5

3.2.1 Situasi ...............................................................................3-5

3.2.1.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan: ......................3-5

3.2.1.(2) Skala..................................................................3-6

3.2.1.(3) Lain-lain .............................................................3-6

3.2.2 Penampang Memanjang .....................................................3-6

3.2.2.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan .......................3-6

3.2.2.(2) Skala..................................................................3-7

3.2.2.(3) Lain-lain .............................................................3-8

3.2.3 Penampang Melintang........................................................3-8

3.2.3.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan .......................3-8

3.2.3.(2) Skala..................................................................3-8

3.2.3.(3) Lain-lain .............................................................3-8

3.2.4 Pandangan dan Potongan Atas ...........................................3-9

3.2.4.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan .......................3-9

3.2.4.(2) Skala..................................................................3-9

3.2.4.(3) Lain-lain .............................................................3-9

3.2.5 Gambar Detail Konstruksi ...................................................3-9

3.2.5.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan .......................3-9

3.2.5.(2) Skala..................................................................3-9

3.2.5.(3) Lain-lain ........................................................... 3-10

3.3 GAMBAR TERLAKSANA BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN

JALAN ....................................................................................... 3-10

3.3.1 Penampang Memanjang ................................................... 3-10

3.3.1.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan ..................... 3-10

3.3.1.(2) Skala................................................................ 3-10

3.3.1.(3) Lain-lain ........................................................... 3-10

Page 295: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

iv

3.3.2 Penampang Melintang...................................................... 3-10

3.3.2.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan ..................... 3-10

3.3.2.(2) Skala................................................................ 3-10

3.3.2.(3) Lain-lain ........................................................... 3-11

3.4 FOTO DOKUMENTASI................................................................. 3-11

3.4.1 Bahan, Ukuran dan Penyimpanan...................................... 3-11

3.4.2 Jenis Foto Minimal Yang Harus Dibuat............................... 3-11

3.4.2.(1) Foto Dokumentasi Jalan .................................... 3-11

3.4.2.(2) Foto Dokumentasi Jembatan.............................. 3-12

3.4.2.(3) Foto Dokumentasi Bangunan Pelengkap Lainnya Dan

Bangunan Pengaman ........................................ 3-12

3.4.3 Keterangan Foto .............................................................. 3-12

BAB 4 DISTRIBUSI ................................................................................. 4-1

4.1 UMUM.........................................................................................4-1

4.2 DISTRIBUSI.................................................................................4-1

4.2.1 Jalan Nasional (Non Tol dan Tol) ........................................4-1

4.2.2 Jalan Provinsi.....................................................................4-2

4.2.3 Jalan Kabupaten/Kota ........................................................4-2

4.2.4 Jalan Desa.........................................................................4-2

4.2.5 Jalan Khusus ....................................................................4 -2

4.3 LAIN-LAIN ...................................................................................4-3

DAFTAR TABEL

Tabel 4-1 Penyimpan dan Pemelihara Gambar Terlaksana (As-Built Drawing) Jalan 4-4

Page 296: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

1-1

BAB 1 DESKRIPSI

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN

1.1.1 Maksud

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan atau As Built Drawing

(ABD) dimaksud sebagai petunjuk teknis bagi pelaksana proyek jalan

dan proyek jembatan, termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, dalam membuat

gambar terlaksana jalan yang merupakan bagian dari dokumen jalan.

1.1.2 Tujuan

Tujuan dari adanya petunjuk penyiapan ABD ini adalah untuk

memperoleh satu bentuk standar gambaran otentik mengenai apa yang

telah dikerjakan dan pendistribusian gambar terlaksana (As Built

Drawing) jalan tersebut kepada pihak terkait dan dimanfaatkan sebagai

salah satu sumber data dalam pembuatan atau pemutakhiran leger

jalan.

Petunjuk ini diharapkan dapat digunakan oleh penyelenggara jalan

provinsi, kabupaten/kota dan desa dalam pembuatan gambar terlaksana

jalan disetiap penanganan jalan dengan dana APBD.

1.2 RUANG LINGKUP

Petunjuk Penyiapan ABD ini mencakup uraian mengenai:

a. Batasan dan pengertian

b. Penyiapan dan pengesahan gambar terlaksana jalan

c. Persyaratan pelaksanaan gambar terlaksana jalan

d. Persyaratan pelaksanaan gambar terlaksana jembatan

Page 297: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

1-2

e. Persyaratan pelaksanaan gambar bangunan pelengkap dan perlengkapan

jalan

f. Persyaratan pelaksanaan foto dokumentasi

g. Distribusi gambar terlaksana jalan

1.3 BATASAN DAN PENGERTIAN

(1) Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas

permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas

permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

(2) Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan,

penyusunan, perencanaan umum dan penyusunan peraturan perundang-

undangan jalan.

(3) Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis,

pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia serta penelitian dan

pengembangan jalan.

(4) Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran,

perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta pengoperasian dan

pemeliharaan jalan.

(5) Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan

tertib pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan.

(6) Jembatan adalah suatu bangunan pelengkap jalan dengan konstruksi terdiri

dari pondasi, bangunan bawah dan bangunan atas yang menghubungkan

dua ujung jalan yang terputus akibat suatu bentuk rintangan melalui

konstruksi bangunan atas.

Page 298: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

1-3

(7) Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang menjadi bagian dari jalan

yang dibangun sesuai dengan persyaratan teknik antara lain jembatan,

ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong, tembok

penahan dan saluran tepi jalan.

(8) Perlengkapan jalan adalah sarana untuk mengatur keselamatan,

kelancaran, keamanan dan ketertiban lalu lintas antara lain perangkat lalu

lintas, pengaman jalan, rambu jalan, jembatan penyeberangan, kotak

komunikasi dan tempat pemberhentian angkutan umum.

(9) Gambar terlaksana (As Built Drawing) adalah gambar hasil pelaksanaan

pekerjaan yang telah dilakukan dan diterima oleh pengelola proyek,

tergambar dalam lembar standar dan skala sesuai ketentuan dalam

petunjuk ini dalam bentuk hardcopy dan digital.

(10) Lembar standar adalah lembar yang digunakan sebagai dasar dalam

pembuatan gambar terlaksana dengan bentuk, ukuran dan jenis bahan

yang ditetapkan dalam pedoman ini.

(11) Ruang manfaat jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan

ambang pengamannya.

(12) Ruang milik jalan (Rumija) terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur

tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.

(13) Ruang pengawasan jalan (Ruwasja) merupakan ruang tertentu di luar

ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan

penyelenggara jalan.

(14) Lembar standar menggunakan kertas ukuran A1, terbuat dari bahan kertas

tembus cahaya 80 gram; tidak mudah sobek dan tidak mudah memuai atau

menyusut oleh pengaruh cuaca.

(15) Untuk menyatakan ukuran pada gambar digunakan satuan meter panjang.

Page 299: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

1-4

(16) Foto dokumentasi adalah dokumen rekaman gambar hasil pekerjaan proyek

minimal tentang keadaan sekitar ruang manfaat jalan menggunakan

peralatan elektronik yang harus dibuat sebagai kelengkapan gambar

terlaksana.

Page 300: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

2-1

BAB 2 PENYIAPAN DAN PENGESAHAN

2.1 LEMBAR STANDAR

2.1.1 Lembar Standar Jalan digunakan untuk menggambarkan panjang

segmen jalan, terdiri dari:

a. Lembar untuk menggambarkan alinyemen horizontal dan vertikal

jalan.

b. Lembar untuk menggambarkan penampang melintang jalan.

c. Lembar untuk menggambarkan struktur perkerasan jalan.

2.1.2 Lembar Standar Jembatan untuk menggambarkan jembatan, terdiri

dari:

a. Lembar untuk menggambarkan situasi jembatan.

b. Lembar untuk menggambarkan potongan memanjang, potongan

melintang, tampak dan potongan atas jembatan.

c. Lembar untuk menggambarkan detail konstruksi jembatan.

2.1.3 Lembar Standar Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan,

digunakan untuk menggambarkan bangunan pelengkap lainnya dan

perlengkapan jalan.

2.2 PENYIAPAN

(1) Proyek pembangunan jalan, proyek peningkatan jalan, proyek

pembangunan jembatan dan proyek penggantian jembatan berkewajiban

membuat gambar terlaksana sesuai petunjuk yang ditetapkan.

Page 301: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

2-2

(2) Proyek-proyek yang dilaksanakan secara dikontrakkan, gambar terlaksana

disiapkan oleh penyedia jasa pelaksana menyatu dan menjadi bagian dari

dokumen kontrak pelaksanaan proyek yang bersangkutan, meliputi tenaga,

peralatan, bahan, data dan biaya.

2.3 PELAKSANAAN

(1) Pengukuran otentik bangunan hasil pekerjaan dilakukan secara bersama

penyedia jasa pelaksana, penyedia jasa pengawas dan pengawas lapangan

Bina Marga.

(2) Hasil pengukuran bersama ditanda tangani oleh ketiga unsur petugas

lapangan diatas kertas Laporan Lembar Standar berdasarkan ukuran

otentik bangunan hasil pekerjaan.

(3) Draf gambar terlaksana harus sudah siap bersamaan dengan penyiapan

laporan penyerahan proyek sementara

(4) Gambar terlaksana harus sudah siap pada waktu penyampaian laporan

penyerahan proyek sementara, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari

sebelum penyampaian laporan penyerahan proyek selesai.

2.4 PENGESAHAN

(1) Gambar terlaksana dibuat berdasarkan hasil pengukuran atas otentik

bangunan hasil pekerjaan yang harus dilakukan oleh penyedia jasa

pelaksana, diperiksa oleh penyedia jasa pengawas dan ditanda tangani

bersama.

(2) Gambar terlaksana yang telah dibuat dan ditanda tangani penyedia jasa

pelaksana dan penyedia jasa pengawas harus diperiksa dan disahkan oleh

Pemimpin Proyek / Bagian Proyek yang bersangkutan (Kepala Satuan Kerja

/ Pejabat Pembuat Komitmen).

Page 302: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-1

BAB 3 PERSYARATAN PELAKSANAAN

3.1 GAMBAR TERLAKSANA JALAN

3.1.1 Alinyemen Horizontal (Situasi)

3.1.1.(1) Data Gambar Yang Dicantumkan

a. Sumbu jalan; (Apabila terjadi perubahan / pergeseran

alinyemen horizontal, sumbu jalan lama tetap

digambarkan juga bersama sumbu jalan baru sebatas

yang dapat ditampung dalam kolom yang tersedia).

b. Ruang manfaat jalan (Rumaja).

c. Ruang milik jalan (Rumija).

d. Ruang pengawasan jalan (Ruwasja).

e. Garis ketinggian sampai batas ruang pengawasan jalan

dengan perbedaan ketinggian 1.00 meter.

f. Jari-jari lengkung pada tikungan jalan.

g. Jalan simpang sampai batas ruang pengawasan jalan.

h. Macam dan lokasi bangunan pelengkap yang dikerjakan

oleh proyek maupun yang telah ada sebelumnya.

i. Macam dan lokasi bangunan pengaman jalan yang

dikerjakan proyek sampai batas ruang pengawasan jalan

maupun yang telah ada sebelumnya.

j. Macam dan lokasi bangunan utilitas yang dikerjakan

proyek sampai batas ruang pengawasan jalan maupun

yang telah ada sebelumnya.

k. Macam dan lokasi rambu jalan (patok KM dan HM).

l. Lokasi rambu lalu lintas.

m. Lokasi lampu lalu lintas.

Page 303: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-2

n. Macam dan lokasi bangunan lain yang ada sampai batas

ruang pengawasan jalan.

o. Jarak horizontal nominal 100 meter (diukur mulai dari

patok KM terdekat dari awal proyek).

p. Arah utara magnetis.

3.1.1.(2) Skala

Gambar alinyemen horizontal dibuat dengan skala 1:1000.

3.1.1.(3) Lain-lain

a. Setiap lembar Standar memuat maksimum 750 meter

panjang segmen jalan.

b. Untuk ruang milik jalan agar disertakan keterangan

mengenai hak kepemilikan, asal-usul, harga, peta milik

serta copy sertifikat tanah.

c. Bila anggaran tidak memungkinkan untuk dilakukan

pengukuran khusus untuk garis ketinggian dan penentuan

jari-jari lengkung pada tikungan jalan, cukup diambil dari

gambar rencana. Dan apabila tidak ada dalam gambar

rencana, cukup dengan menuliskan medan di sekitar jalan

(seperti bukit, lembah, terjal, landai, dan sebagainya).

3.1.2 Alinyemen Vertikal (Potongan Memanjang)

3.1.2.(1) Data Gambar yang Dicantumkan

a. Ketinggian sumbu jalan, disertai besarnya prosentase

tanjakan atau penurunan.

b. Macam dan lokasi bangunan pelengkap jalan yang

dikerjakan proyek atau yang telah ada sebelumnya.

Page 304: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-3

3.1.2.(2) Skala

Gambar alinyemen vertikal dibuat dengan 2 (dua) skala:

a. Skala mendatar 1:1000

b. Skala Vertikal 1:100

3.1.2.(3) Lain-lain

a. Setiap Lembar Standar memuat maksimum 750 meter

panjang segmen jalan.

b. Ketinggian sumbu jalan diusahakan diukur terhadap muka

air laut. Apabila hal ini tidak dapat dilaksanakan,

ketinggian sumbu jalan dapat diukur terhadap suatu titik /

patok tetap dengan menunjukkan jenis, macam lokasi titik

/ patok yang dimaksud.

3.1.3 Penampang Melintang

3.1.3.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan

a. Bentuk penampang melintang dan besarnya prosentase

kemiringan melintang sampai pada batas ruang milik jalan

(Rumija).

b. Lokasi penampang melintang.

c. Sumbu jalan.

d. Bagian-bagian jalan dan ukurannya.

e. Bangunan pelengkap jalan yang tepat terletak pada irisan

tersebut.

f. Bangunan pengaman jalan yang tepat terletak pada irisan

tersebut.

g. Bangunan utilitas dan bangunan lainnya yang tepat

terletak pada irisan tersebut.

h. Batas ruang milik jalan.

Page 305: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-4

3.1.3.(2) Skala

Gambar penampang melintang dibuat dalam 2 (dua) skala:

a. Skala mendatar 1:100

b. Skala vertikal 1:50

3.1.3.(3) Lain-lain

a. Penampang melintang dibuat:

Setiap jarak 25 meter pada tikungan spiral circle spiral

(SCS); spiral spiral (SS).

Setiap jarak 50 meter pada tikungan tangent spiral

(TS).

Setiap jarak 100 meter pada jalan lurus dan datar.

Setiap jarak 50 meter pada jalan lurus dan naik / turun

dengan prosentase > 4%.

b. Pada gambar penampang melintang digambarkan

penampang jalan lama dan penampang jalan yang baru

dikerjakan proyek. Untuk pembangunan jalan baru agar

digambarkan muka tanah asli.

3.1.4 Struktur Perkerasan

3.1.4.(1) Data Gambar yang Dicantumkan

a. Jenis dan nilai CBR tanah dasar (bilamana ada datanya

dan dijelaskan di bagian mana nilai CBR tersebut

diperiksa).

b. Jenis dan tebal pondasi bawah.

c. Jenis dan tebal pelapisan-pelapisan tambahan lainnya

(pada perkerasan atau pelebaran jalan).

Page 306: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-5

3.1.4.(2) Skala

Untuk menggambarkan struktur perkerasan tidak digunakan

skala, ukuran-ukurannya langsung dicantumkan pada

gambar.

3.1.4.(3) Lain-lain

a. Nilai CBR dibuat dalam bentuk daftar dengan diberi

keterangan lokasi pemeriksaan nilai CBR tersebut.

b. Gambar perkerasan dibuat berdasarkan tipe yang ada, dan

sebutkan lokasi tipe tersebut.

3.2 GAMBAR TERLAKSANA JEMBATAN

3.2.1 Situasi

3.2.1.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan:

a. Lokasi jembatan dan situasi daerah sekitarnya:

Untuk daerah yang dilintasi jembatan menjangkau

minimum sampai 100 meter di sebelah kiri dan kanan

dihitung dari sumbu jembatan. Bila yang dilintasi

berupa sungai harus digambarkan arah alirannya.

Untuk daerah sekitarnya disesuaikan dengan keadaan

lingkungan yang dipandang perlu, minimal jarak 100

meter dari ujung-ujung jembatan.

b. Lokasi, macam dan hasil penyelidikan tanah (bilamana

ada).

c. Lokasi dan macam titik ikat atau titik penting lainnya

(bilamana ada).

d. Lokasi dan macam bangunan utilitas, bangunan pengaman

dan bangunan lainnya, rambu lalu lintas, rambu jalan,

yang ada di sekitar jembatan.

e. Arah jalan ke kota atau tempat terdekat yang dikenal.

Page 307: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-6

f. Gambar sumbu jalan.

g. Gambar arah utara magnetis.

3.2.1.(2) Skala

Gambar situasi dibuat di antara skala:

a. Skala 1:500 atau

b. Skala 1:1000 disesuaikan dengan kebutuhan.

3.2.1.(3) Lain-lain

1. Pada gambar situasi digambarkan garis ketinggian.

Besarnya interval garis ketinggian yang dicantumkan

disesuaikan dengan besarnya skala yang digunakan.

2. Apabila di sekitar jembatan terdapat bangunan

pengaman, maka macam dan lokasi bangunan

pengaman harus pula digambarkan pada gambar situasi.

3. Istilah kiri dan kanan dipandang sebagai berjalan dari

arah patok kilometer kecil ke arah patok kilometer besar.

Apabila dalam gambar terlaksana jalan tidak ada garis

ketinggian, maka cukup dicatat keadaan medan di sekitar

jembatan (bukit, lembah, terjal, landai, dan sebagainya).

3.2.2 Penampang Memanjang

3.2.2.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan

a. Penampang memanjang jembatan dilihat dari sebelah kiri

atau kanan jembatan, meliputi antara lain:

Bangunan atas, lengkap disertai tipe, jenis dan ukuran-

ukurannya.

Bangunan bawah, lengkap disertai tipe, jenis dan

ukuran-ukurannya.

Page 308: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-7

Pondasi, lengkap disertai tipe, jenis dan ukuran-

ukurannya.

b. Ketinggian detail jembatan terhadap titik ikat tertentu

meliputi antara lain:

Tinggi jembatan diukur pada titik pusat lantai.

Tinggi taraf bangunan bawah sebelah kiri maupun

sebelah kanan.

Tinggi taraf landasan sebelah kiri maupun sebelah

kanan.

Tinggi / kedalaman bagian-bagian pokok bangunan

bawah.

Tinggi / kedalaman bagian-bagian pokok pondasi.

c. Untuk jembatan yang melintasi sungai harus digambarkan

penampang melintang sungai pada sumbu jembatan

termasuk ketinggian muka air terhadap titik ikat tertentu

meliputi:

Irisan sungai pada penampang tersebut.

Muka air rendah.

Muka air normal.

Muka air banjir tertinggi yang pernah terjadi.

d. Lokasi jembatan yang dinyatakan dengan jarak terhadap

suatu kota tertentu (ibukota propinsi) disertai arah jurusan

jalannya terhadap kota-kota terdekat yang dikenal.

e. Lokasi dan gambar hasil penyelidikan tanah yang

digunakan untuk mendisain jembatan dimaksud (bilamana

ada).

f. Gambar bangunan pengaman jembatan yang terletak

pada penampang tersebut (bilamana ada).

3.2.2.(2) Skala

Gambar penampang memanjang dibuat di antara skala:

Page 309: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-8

a. Skala 1:100 atau

b. Skala 1:200 atau

c. Skala 1:500 disesuaikan dengan kebutuhan.

3.2.2.(3) Lain-lain

a. Diusahakan agar setiap lembar standar jembatan memuat

hanya 1 (satu) gambar penampang memanjang dari

jembatan tersebut.

b. Sebutkan macam, lokasi dan ketinggian titik ikat yang

digunakan sebagai dasar pengukuran.

c. Dalam penggambaran penampang memanjang agar

disebutkan gambar tersebut dipandang dari arah mana.

3.2.3 Penampang Melintang

3.2.3.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan

Penampang melintang jembatan pada masing-masing kepala

jembatan dan pilar, disertai keterangan mengenai tipe, jenis

dan ukuran-ukurannya.

3.2.3.(2) Skala

Gambar penampang melintang digambarkan di antara skala:

a. Skala 1:10 atau

b. Skala 1:50 atau

c. Skala 1:100 atau

d. Skala 1:200 disesuaikan dengan kebutuhan.

3.2.3.(3) Lain-lain

Pada setiap penampang melintang digambarkan penampang

melintang dari bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi,

disertai tipe, jenis dan ukurannya.

Page 310: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-9

3.2.4 Pandangan dan Potongan Atas

3.2.4.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan

a. Gambar pandangan dan potongan atas jembatan disertai

tipe, jenis dan ukuran-ukurannya.

b. Arah jalan ke kota terdekat yang dikenal.

3.2.4.(2) Skala

Gambar pandangan dan potongan atas digambarkan di antara

skala:

a. Skala 1:100 atau

b. Skala 1:200 atau

c. Skala 1:500 disesuaikan dengan kebutuhan.

3.2.4.(3) Lain-lain

Pandangan dan potongan atas yang digambarkan boleh

sebagian yang mewakili.

3.2.5 Gambar Detail Konstruksi

3.2.5.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan

a. Detail konstruksi bangunan atas.

b. Detail konstruksi bangunan bawah.

c. Detail konstruksi pondasi.

d. Detail bagian-bagian konstruksi.

3.2.5.(2) Skala

Gambar detail konstruksi digambarkan di antara skala:

a. Skala 1:5 atau

b. Skala 1:10 atau

c. Skala 1:20 disesuaikan dengan kebutuhan.

Untuk detail bagian-bagian konstruksi digambarkan tanpa

skala, diberikan keterangan ukurannya.

Page 311: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-10

3.2.5.(3) Lain-lain

Pada setiap gambar detail diberikan keterangan tentang detail

yang dimaksud, tipe, jenis bahan dan ukuran-ukurannya.

3.3 GAMBAR TERLAKSANA BANGUNAN PELENGKAP DAN

PERLENGKAPAN JALAN

3.3.1 Penampang Memanjang

3.3.1.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan

Penampang memanjang bangunan yang dimaksud disertai

keterangan mengenai tipe, jenis dan ukuran-ukurannya.

3.3.1.(2) Skala

Gambar penampang memanjang dibuat di antara skala:

a. Skala 1:100 atau

b. Skala 1:200 atau

c. Skala 1:500 disesuaikan dengan kebutuhan.

3.3.1.(3) Lain-lain

Dapat diberikan keterangan lainnya yang dipandang perlu.

3.3.2 Penampang Melintang

3.3.2.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan

Penampang melintang bangunan yang dimaksud disertai

keterangan mengenai tipe, jenis dan ukurannya.

3.3.2.(2) Skala

Gambar penampang melintang dibuat di antara skala:

a. Skala 1:100 atau

b. Skala 1:200 atau

c. Skala 1:500 disesuaikan dengan kebutuhan.

Page 312: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-11

3.3.2.(3) Lain-lain

Penampang melintang dari suatu bangunan boleh dibuat lebih

dari satu, disesuaikan dengan kebutuhan.

3.4 FOTO DOKUMENTASI

3.4.1 Bahan, Ukuran dan Penyimpanan

a. Bahan foto dokumentasi dipergunakan kamera digital berwarna agar

dapat memberikan gambaran keadaan lapangan yang jelas.

b. Foto dokumentasi dibuat dalam ukuran kartu pos (6 x 9 cm) dengan

proses pencetakan yang baik, ditempel pada album foto.

c. Film negatif foto dokumentasi dipindahkan ke dalam CD (Compact

Disc) didistribusi ke semua instansi yang berkaitan dengan leger

jalan tersebut untuk disimpan dan dipelihara.

3.4.2 Jenis Foto Minimal Yang Harus Dibuat

3.4.2.(1) Foto Dokumentasi Jalan

a. Foto jalan pada setiap maksimal jarak 750 m (tiap segmen

jalan), diambil pada sumbu jalan dari arah patok kilometer

kecil ke arah patok kilometer besar.

b. Foto tersebut harus dapat memberikan gambaran minimal

tentang keadaan sekitar daerah manfaat jalan, dan

cakrawala serta apabila mungkin juga meliputi daerah

milik jalan.

c. Apabila dipandang perlu dapat dibuat foto-foto lainnya

yang memberikan gambaran kekhususan di daerah

tersebut (longsoran, terain, situasi daerah dsb).

d. Apabila mungkin agar diusahakan foto struktur perkerasan

jalan.

Page 313: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

3-12

e. Setiap lembar foto harus tertera tanggal, bulan dan tahun

pemotretan.

3.4.2.(2) Foto Dokumentasi Jembatan

a. Foto tampak samping jembatan diambil dari arah kiri dan

arah kanan jembatan yang memberikan gambaran

jembatan secara keseluruhan.

b. Foto tampak depan jembatan, diambil dari arah patok

kilometer kecil ke arah patok kilometer besar.

c. Foto yang diambil harus dapat memberikan gambaran

selengkap mungkin atas jembatan tersebut dan cakrawala.

3.4.2.(3) Foto Dokumentasi Bangunan Pelengkap Lainnya Dan

Bangunan Pengaman

Untuk gorong-gorong yang mempunyai diameter lebih

besar dari 1 meter diambil foto dari arah hulu dan arah

hilir.

Untuk bangunan pelengkap lainnya dan bangunan

pengaman diambil fotonya dari arah samping dan arah

depan bangunan dimaksud.

3.4.3 Keterangan Foto

a. Pada foto agar diberikan keterangan mengenai lokasi, jenis foto

yang dimaksud, tanggal/bulan/tahun pengambilan foto.

b. Apabila dipandang perlu dapat diberikan keterangan lainnya yang

dapat memperjelas maksud pengambilan foto tersebut.

c. Dianjurkan untuk juga membuat foto dokumentasi pada tempat atau

obyek yang sama pada saat sebelum, selama dan sesudah

pekerjaan dilaksanakan.

Page 314: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

4-1

BAB 4 DISTRIBUSI

4.1 UMUM

4.1.1 Satu paket gambar terlaksana jalan terdiri dari gambar terlaksana

hardcopy dan digital serta kelengkapan foto dokumentasi berwarna, film

negatif/compact disc, surat keterangan atau sertifikat tanah milik jalan

dikirim kepada semua pihak yang berkaitan dengan proyek yang

bersangkutan.

4.1.2 Gambar terlaksana yang dikirim (salinan) kepada semua pihak yang

berkaitan dengan proyek yang bersangkutan adalah hasil

penggandaan/copy menggunakan kertas ukuran A3, tidak mudah

memuai atau menyusut oleh pengaruh cuaca dan digitalnya.

4.1.3 Surat keterangan pelepasan hak tanah atau sertifikat tanah milik jalan

diperlukan untuk proyek-proyek yang mengalami pelebaran ruang milik

jalan, pemindahan sumbu/ruas jalan dan pembangunan jalan baru.

4.2 DISTRIBUSI

4.2.1 Jalan Nasional (Non Tol dan Tol)

a. Satu paket asli gambar terlaksana jalan nasional dikirim ke kantor

Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.

b. Satu paket salinan/copy gambar terlaksana jalan nasional dikirim ke

kantor Balai Besar / Balai Pelaksanaan Jalan Nasional dimana jalan

tersebut berada.

c. Satu paket salinan/copy (digital) gambar terlaksana jalan nasional

dikirim ke Sub Direktorat Data dan Informasi, Direktorat Bina

Program.

Page 315: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

4-2

d. Satu paket salinan/copy gambar terlaksana jalan nasional disimpan

di kantor proyek yang bersangkutan.

4.2.2 Jalan Provinsi

a. Satu paket asli gambar terlaksana jalan provinsi dikirim ke kantor

penyelenggara leger jalan provinsi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi

dimana ruas jalan tersebut berada.

b. Satu paket salinan/copy gambar terlaksana jalan provinsi disimpan di

kantor proyek yang bersangkutan.

4.2.3 Jalan Kabupaten/Kota

a. Satu paket asli gambar terlaksana jalan kabupaten/kota dikirim ke

kantor penyelenggara leger jalan Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota

dimana jalan tersebut berada.

b. Satu paket salinan gambar terlaksana jalan kabupaten/kota disimpan

di kantor proyek yang bersangkutan.

4.2.4 Jalan Desa

a. Satu paket asli gambar terlaksana jalan desa dikirim ke kantor

penyelenggara leger jalan desa Dinas Bina Marga Kabupaten dimana

jalan tersebut berada.

b. Satu paket salinan gambar terlaksana jalan desa disimpan di kantor

proyek yang bersangkutan.

4.2.5 Jalan Khusus

a. Satu paket asli gambar terlaksana jalan khusus disimpan dan

dipelihara di kantor pemilik jalan khusus tersebut.

b. Satu paket salinan gambar terlaksana jalan khusus dikirim ke kantor

penyelenggara jalan kabupaten/kota dimana ruas jalan tersebut

berada.

Page 316: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

4-3

4.3 LAIN-LAIN

4.3.1 Sertifikat tanah asli atau Surat Bukti Pelepasan Hak Tanah untuk jalan

nasional dan jalan tol dikirim ke Bagian Hukum Sekretariat Direktorat

Jenderal Bina Marga.

4.3.2 Sertifikat tanah asli atau Surat Bukti Pelepasan Hak Tanah untuk jalan

provinsi, jalan kabupaten/kota, jalan desa dan jalan khusus diatur

menurut ketentuan yang berlaku di dalam wilayahnya masing-masing.

4.3.3 Lampiran contoh gambar terlaksana jalan yang dilampirkan dalam

bentuk buku Petunjuk ini adalah hasil penggandaan/copy dari asli ke

dalam ukuran kertas jenis HVS 80 gram ukuran A3.

Page 317: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan

4-4

Tabel 4-1

Penyimpan dan Pemelihara Gambar Terlaksana

(As-Built Drawing) Jalan

No.INSTITUSI

PENYIMPAN DAN PEMELIHARA

GAMBAR TERLAKSANA (AS-BUILT DRAWING)

Jalan Nasional/

Tol

Jalan Propinsi

Jalan Kab/Kota

Jalan Desa

Jalan Khusus

1.SETDITJEN BINA MARGABagian Umum

- - - -

2.BBPJNBagian Tata Usaha

- - - -

3.BPJNSub Bagian Tata Usaha

- - - -

4.BIPRAN Subdit Data dan Informasi

Digital - - - -

5. Dinas PU / Praswil Propinsi - - - -

6. Dinas PU Bina Marga Kabupaten - -

7. Dinas PU Bina Marga Kota - - -

8. Penyelenggara Jalan Khusus - - - -

Keterangan:

= Lembar Asli

= Salinan / Penggandaan

Page 318: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

i

KONSEP

PETUNJUK PENYIAPAN LAPORAN AKHIR PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA

BUKU 5

Page 319: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

PENYIAPAN LAPORAN AKHIR PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN ... 1

1 MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................................1

2 PENJELASAN PELAPORAN............................................................................1

2.1 Data Proyek ................................................................................................1

2.2 PETA LOKASI PROYEK .................................................................................2

2.3 PETA SITUASI PROYEK................................................................................2

2.4 PETA LOKASI SUMBER MATERIAL ................................................................2

2.5 PROFIL MEMANJANG PERKERASAN ..............................................................2

2.6 TIPIKAL PROFIL MELINTANG PERKERASAN ..................................................2

2.7 SKETSA LOKASI BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN JALAN ...........3

2.8 SKETSA LOKASI UTILITAS UMUM.................................................................3

3 PENJELASAN DATA LOKASI PEKERJAAN .....................................................4

3.1 Lahan Ruang Milik Jalan...............................................................................4

3.2 Perkerasan Berbutir .....................................................................................4

3.3 PERKERASAN SEMEN...................................................................................5

3.4 PERKERASAN ASPAL....................................................................................5

3.5 GORONG-GORONG......................................................................................6

3.6 SALURAN PERMANEN ..................................................................................6

3.7 PENUTUP LERENG.......................................................................................7

3.8 TEMBOK PENAHAN......................................................................................7

3.9 BRONJONG .................................................................................................8

3.10 RAMBU JALAN / LALU LINTAS ......................................................................8

Page 320: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

iii

3.11 UTILITAS UMUM .........................................................................................8

DAFTAR LAMPIRAN

DATA PROYEK .................................................................................................... A-1PETA LOKASI PROYEK......................................................................................... A-3PETA SITUASI PROYEK ....................................................................................... A-4PETA LOKASI SUMBER MATERIAL........................................................................ A-5PROFIL MEMANJANG PERKERASAN...................................................................... A-6TIPIKAL PROFIL MELINTANG PERKERASAN.......................................................... A-7SKETSA LOKASI BANGUNAN PELENGKAP & PERLENGKAPAN JALAN....................... A-8SKETSA LOKASI UTILITAS UMUM ........................................................................ A-9

FORMULIR DATA LAHAN RUANG MILIK JALAN ..................................................... B-1FORMULIR DATA PERKERASAN BERBUTIR ........................................................... B-2FORMULIR DATA PERKERASAN BERBUTIR ........................................................... B-3FORMULIR DATA PERKERASAN ASPAL ................................................................. B-4FORMULIR DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG BULAT ...................................... B-5FORMULIR DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG PERSEGI ................................... B-6FORMULIR DATA PEKERJAAN SALURAN PERMANEN ............................................. B-7FORMULIR DATA PEKERJAAN PENUTUP LERENG (SLOPE PROTECTION) ................ B-8FORMULIR DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN (TIPE PASANGAN BATU)............ B-9FORMULIR DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN (TIPE BETON BERTULANG)........ B-10FORMULIR DATA PEKERJAAN BRONJONG ............................................................ B-11FORMULIR DATA RAMBU-RAMBU JALAN / LALU LINTAS ....................................... B-12FORMULIR DATA LOKASI UTILITAS UMUM........................................................... B-13FORMULIR DATA REKAMAN FOTO ....................................................................... B-14

Page 321: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

1

PENYIAPAN LAPORAN AKHIR

PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN

1 MAKSUD DAN TUJUAN

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek / Pekerjaan Pemeliharaan Berkala

dibuat berdasarkan pengalaman bahwa tidak semua proyek atau pekerjaan

pemeliharaan berkala jalan menyiapkan Gambar Terlaksana Jalan (As-Built

Drawing). Dengan alasan tersebut, Pedoman Penyusunan Laporan Akhir Proyek /

Pekerjaan Pemeliharaan Berkala Jalan ini dibuat dengan maksud untuk dapat

dimanfaatkan oleh bagian proyek yang tidak menyiapkan Gambar Terlaksana

Jalan. Tujuannya agar data-data dari Laporan Akhir ini dapat digunakan untuk

pemutakhiran leger jalan, minimal seperti contoh-contoh yang termuat dalam

buku pedoman ini.

2 PENJELASAN PELAPORAN

2.1 Data Proyek

Data proyek terdiri dari 2 topik utama, yaitu

Data Proyek, mencatat semua data-data yang ada di dalam dokumen

kontrak, minimal seperti contoh terlampir.

Uraian Pekerjaan, menjelaskan secara garis besar keadaan proyek yang

diperlukan sebagai suatu gambaran awal dari aktivitas pekerjaan,

minimal seperti contoh terlampir.

Page 322: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

2

2.2 PETA LOKASI PROYEK

Sketsa Peta Lokasi Proyek memberi gambaran dimana letak ruas jalan

dimaksud dalam suatu provinsi dengan menyisipkan peta Republik

Indonesia seperti contoh terlampir (lihat halaman A-3).

2.3 PETA SITUASI PROYEK

Sketsa Peta Situasi Proyek memberi gambaran trase ruas jalan dimaksud

yang dimulai dari titik pengenal awal ruas jalan dan titik pengenal akhir

ruas jalan melewati tempat-tempat penting seperti kota-kota dan patok titik

ikat leger jalan serta sub-sub ruas jalan yang ada tersambung dengan ruas

jalan dimaksud. Selanjutnya diberikan sisipan peta provinsi dimana ruas

jalan dimaksud berada (lihat halaman A-4).

2.4 PETA LOKASI SUMBER MATERIAL

Sketsa Peta Lokasi Sumber Material memberi petunjuk dimana letak lokasi-

lokasi material sumber daya alam yang mudah diperoleh untuk pekerjaan

pemeliharaan berkala ruas jalan dimaksud (lihat halaman A-5).

2.5 PROFIL MEMANJANG PERKERASAN

Sketsa Profil Memanjang Perkerasan Jalan memberi gambaran tentang

jenis-jenis konstruksi perkerasan dan lokasi dimana jenis perkerasan

tersebut diletakkan sebagai lapis pondasi maupun sebagai lapis beraspal /

penutup pada ruas jalan dimaksud (lihat halaman A-6).

2.6 TIPIKAL PROFIL MELINTANG PERKERASAN

Sketsa Tipikal Profil Melintang Perkerasan Jalan, penggambarannya harus

selaras dengan profil memanjang perkerasan secara detail menyebutkan

lokasi, tipe perkerasan dan lebar perkerasan sampai dengan lebar manfaat

jalan dari ruas jalan dimaksud (lihat halaman A-7).

Page 323: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

3

2.7 SKETSA LOKASI BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN

JALAN

Sketsa Loaksi Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan dimaksud untuk

menggambarkan lokasi bangunan-bangunan dimaksud berada di lokasi ruas

jalan yang didata, mencakup sebagian atau keseluruhan bangunan seperti:

Lokasi jembatan

Lokasi gorong-gorong persegi beton bertulang

Lokasi gorong-gorong persegi pasangan batu

Lokasi saluran permanen beton bertulang

Lokasi saluran permanen pasangan batu

Lokasi bronjong

Lokasi penutup lereng

Lokasi tembok penahan

Lokasi patok leger jalan

Lokasi patok KM

Bangunan-bangunan tersebut digambarkan menurut legenda / simbol

bangunan yang dimaksud di tempat / lokasi bangunan tersebut berada,

pada sisi kiri atau kanan jalan.

2.8 SKETSA LOKASI UTILITAS UMUM

Sketsa Lokasi Utilitas Umum dimaksud untuk menggambarkan lokasi utilitas

umum dimaksud berada pada ruas jalan yang didata, mencakup

keseluruhan atau sebagian utilitas seperti:

Lokasi pipa air minum

Lokasi kabel listrik (rentangan)

Lokasi kabel listrik dalam tanah

Lokasi kabel telepon (rentangan)

Lokasi kabel telepon dalam tanah

Lokasi pipa minyak

Page 324: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

4

Lokasi pipa gas

Lokasi hidran

Lokasi rumah kabel

Utilitas umum digambarkan menurut simbol / legenda gambar yang

diletakkan dari KM kecil ke KM besar di sepanjang ruas jalan yang didata.

3 PENJELASAN DATA LOKASI PEKERJAAN

3.1 Lahan Ruang Milik Jalan

Formulir lahan ruang milik jalan digunakan untuk mengetahui luas lahan

Ruang Milik Jalan (RUMIJA) yang didata pada ruas jalan dimaksud.

Formulir tersebut terdiri dari:

Kolom sketsa potongan melintang

Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar) untuk segmen yang memiliki

lebar yang sama

Kolom dimensi terpasang, mencakup panjang, lebar dan luas pada

segmen yang memiliki lebar yang sama.

Kolom keterangan.

3.2 Perkerasan Berbutir

Yang tergolong dalam Perkerasan Berbutir adalah Lapis Pondasi Agregat

kelas A, Lapis Pondasi Agregat Kelas B dan Lapis Pondasi jalan tanpa

penutup yaitu Lapis Pondasi Agregat Kelas C atau Lapis Macadam Basah

(Waterbound Macadam).

Formulir Perkerasan Berbutir terdiri dari:

Kolom sketsa potongan melintang perkerasan

Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)

Page 325: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

5

Kolom dimensi terpasang, mencakup tebal, lebar dan panjang lokasi

penghamparan.

Kolom keterangan

Beri simbol pada kotak yang tersedia untuk jenis Lapis Pondasi yang

digunakan dan apabila menggunakan Lapis Pondasi Tanpa Penutup, harus

dijelaskan pada kolom keterangan seperti Macadam Basah atau Lapis

Pondasi Agregat Kelas C.

3.3 PERKERASAN SEMEN

Yang tergolong Perkerasan Semen adalah lapis perkerasan yang

menggunakan material semen sebagai komponen utama atau berbasis

semen.

Formulir perkerasan semen terdiri dari:

Kolom sketsa potongan melintang perkerasan

Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)

Kolom dimensi terpasang, mencakup tebal, lebar dan panjang lokasi

penghamparan.

Kolom keterangan

Beri simbol pada kotak yang tersedia untuk jenis perkerasan semen yang

didata.

3.4 PERKERASAN ASPAL

Yang tergolong Perkerasan Aspal adalah Lapis Perkerasan yang

menggunakan material aspal sebagai komponen utama atau berbasis aspal,

baik untuk lapisan yang berfungsi sebagai pondasi atau sebagai lapis

penutup.

Formulir perkerasan aspal terdiri dari:

Kolom sketsa potongan melintang perkerasan

Page 326: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

6

Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)

Kolom dimensi mencakup tebal, lebar dan panjang lokasi

penghamparan

Kolom keterangan

Berikan simbol pada kotak yang tersedia untuk jenis lapis perkerasan

aspal yang didata.

3.5 GORONG-GORONG

Pekerjaan gorong-gorong terdiri dari gorong-gorong bulat dan gorong-

gorong persegi.

Formulir gorong-gorong bulat terdiri dari kolom-kolom:

Kolom lokasi, mencatat KM gorong-gorong dimaksud berada

Kolom dimensi terpasang, yaitu diameter dan panjang

Kolom keterangan (lihat halaman B-5)

Sedang formulir gorong-gorong persegi terdiri dari:

Kolom lokasi (KM)

Kolom dimensi terpasang, yaitu tinggi, lebar dan panjang

Kolom keterangan (lihat halaman B-6)

3.6 SALURAN PERMANEN

Saluran Permanen adalah saluran samping yang menggunakan konstruksi

pasangan batu dan/atau beton bertulang dengan tipe-tipe yang berbeda

sebanyak 6 (enam) tipe (lihat halaman B-7).

Formulir Saluran Permanen terdiri dari:

Kolom sketsa tipe saluran permanen

Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar) segmen saluran

Kolom posisi, dimana saluran samping dipasang di sisi kiri / kanan

badan jalan

Page 327: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

7

Kolom dimensi terpasang mencakup panjang, lebar dasar saluran,

lebar permukaan / atas saluran, tinggi saluran

Kolom keterangan

3.7 PENUTUP LERENG

Formulir Penutup Lereng (Slope Protection) terdiri dari:

Kolom sketsa penutup lereng

Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)

Kolom posisi dimana penutup lereng berada di sisi kiri / kanan badan

jalan

Kolom dimensi terpasang mencakup tinggi dan panjang lokasi penutup

lereng terpasang

Kolom keterangan

Bila tinggi penutup lereng bervariasi, maka diambil tinggi rata-rata yang

dianggap mewakili tinggi penutup lereng.

3.8 TEMBOK PENAHAN

Tembok penahan tanah terdiri dari pasangan batu (lihat halaman B-9) dan

beton bertulang (lihat halaman B-10).

Masing-masing formulir memiliki bentuk kolom yang sama terdiri dari:

Kolom sketsa tembok penahan

Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)

Kolom posisi dimana tembok penahan berada di sisi kiri / kanan badan

jalan

Kolom dimensi terpasang mencakup tinggi dan panjang tembok

penahan

Kolom keterangan

Page 328: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

8

Bila tinggi tembok penahan bervariasi, maka diambil tinggi rata-rata yang

dianggap mewakili tinggi tembok penahan.

3.9 BRONJONG

Formulir Bronjong terdiri dari:

Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)

Kolom posisi dimana bronjong dipasang di sisi kiri / kanan badan jalan

Kolom dimensi terpasang mencakup tinggi, lebar dan panjang lokasi

bronjong

Kolom keterangan

Pada kolom keterangan dicatat kondisi lokasi seperti aliran sungai atau

kondisi lereng yang tidak stabil / labil dan mudah longsor.

3.10 RAMBU JALAN / LALU LINTAS

Formulir Rambu-Rambu Jalan dan lalu lintas terdiri dari:

Kolom sketsa tipe rambu

Kolom lokasi (KM) dimana rambu tersebut berada

Kolom posisi rambu dimaksud berada di sisi kiri / kanan jalan (dilihat

dari KM terkecil ke KM terbesar)

Kolom tipe rambu

Kolom jumlah rambu

Kolom keterangan

3.11 UTILITAS UMUM

Formulir utilitas umum terdiri dari:

Kolom jenis utilitas

Kolom lokasi utilitas

Kolom panjang lokasi penempatan utilitas

Kolom keterangan

Page 329: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

A-1

DATA PROYEK

1. DATA PROYEK

Nomor Ruas Jalan :Nama Ruas Jalan :Panjang Ruas Jalan : ____ KmBantuan Badan Asing :Kode Proyek :Nomor DIP :Nilai Kontrak Asal :Nilai Kontrak Revisi :Undangan Tender :Pembukaan Penawaran :Pengumuman Pemenang :Penanda tanganan Kontrak :Nomor Kontrak :Surat Perintah Kerja :Dimulainya Pekerjaan :Waktu Kontrak Asal :- Periode Konstruksi :- Periode Pemeliharaan :Waktu Kontrak Revisi :- Periode Konstruksi :- Periode Pemeliharaan :Tanggal Penyelesaian :- Kontrak Asal :- Kontrak Revisi :Periode Konstruksi yang telah lewat :Kemajuan Pekerjaan ini sampai denganhari ini :Kemajuan Rencana (kumulatif) :

Page 330: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

A-2

2. URAIAN PEKERJAAN

Ruas jalan ini dimulai dari KM ............ sampai dengan KM ............. dengan titik

pengenal awal ............... sampai dengan titik pengenal akhir............... Lebar

Jalur lalu lintas ................ meter dan lebar bahu kiri dan kanan masing-masing

bervariasi antara .............. meter sampai .............meter.

Ruas jalan ini, yang dikerjakan sebagai pemeliharaan berkala dimulai dari KM

.............sampai dengan KM ................ yang disebut sebagai panjang efektif

penanganan.

Konstruksi perkerasan terdiri dari lapis pondasi ............ dan lapis penutup

.............. serta bahu jalan (lunak) dari material ..........

Page 331: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

A-3

Page 332: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

A-4

Page 333: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

A-5

Page 334: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

A-6

Page 335: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

A-7

Page 336: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

A-8

Page 337: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

A-9

Page 338: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-1

DATA LAHAN RUANG MILIK JALAN(RUMIJA)

Page 339: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-2

DATA PERKERASAN BERBUTIR

Page 340: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-3

DATA PERKERASAN SEMEN

Page 341: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-4

DATA PERKERASAN ASPAL

Page 342: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-5

DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG BULAT

Page 343: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-6

DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG PERSEGI

Page 344: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Pedoman Penyusunan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-7

DATA PEKERJAAN SALURAN PERMANEN

Page 345: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-8

DATA PEKERJAAN PENUTUP LERENG(SLOPE PROTECTION)

Page 346: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-9

DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN(TIPE PASANGAN BATU)

Page 347: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-10

DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN(TIPE BETON BERTULANG)

Page 348: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-11

DATA PEKERJAAN BRONJONG

Page 349: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-12

DATA RAMBU-RAMBU JALAN / LALU LINTAS

Page 350: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-13

DATA LOKASI UTILITAS UMUM

Page 351: reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf

Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala

B-14

REKAMAN FOTO