Download - reg-Pedoman Leger Jalan-212838.pdf
SK-i
PETUNJUK PENGADAAN LEGER JALAN
BUKU 1
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
BAB 1 DESKRIPSI................................................................................... 1-1
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................1-1
1.1.1 Maksud .............................................................................1-1
1.1.2 Tujuan ..............................................................................1-1
1.2 MANFAAT LEGER JALAN ...............................................................1-1
1.3 RUANG LINGKUP .........................................................................1-2
1.4 DEFINISI DAN PENGERTIAN.........................................................1-2
1.5 MACAM LEGER JALAN ..................................................................1-5
1.6 KELENGKAPAN.............................................................................1-6
BAB 2 ASPEK HUKUM DAN KELEMBAGAAN LEGER JALAN..................... 2-1
2.1 DASAR HUKUM ............................................................................2-1
2.1.1 Dasar Hukum Utama..........................................................2-1
2.1.2 Dasar Hukum Terkait .........................................................2-2
2.2 ASPEK PENGUASAAN DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA JALAN....2-3
2.2.1 Aspek Penguasaan .............................................................2-3
2.2.2 Aspek Kewajiban Penyelenggara Jalan ................................2-3
2.3 ASPEK KELEMBAGAAN LEGER JALAN.............................................2-5
2.3.1 Pemerintah Pusat...............................................................2-5
2.3.2 Pemerintah Daerah (Provinsi / Kabupaten / Kota) ................2-5
2.4 ASPEK VALIDITAS LEGER JALAN...................................................2-6
2.5 ASPEK UTILITAS..........................................................................2-8
2.5.1 Minyak dan Gas Bumi.........................................................2-8
2.5.2 Telekomunikasi ..................................................................2-8
2.5.3 Tenaga Listrik ....................................................................2-8
2.5.4 Perusahaan Air Minum........................................................2-9
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
ii
BAB 3 PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN...................................... 3-1
3.1 DATABASE JARINGAN JALAN........................................................3-1
3.2 RUAS JALAN YANG BELUM DI-LEGER............................................3-1
3.3 RUAS JALAN YANG SUDAH DI-LEGER............................................3-2
BAB 4 DATA LEGER JALAN...................................................................... 4-1
4.1 JENIS PEKERJAAN JALAN .............................................................4-1
4.1.1 Pekerjaan Jalan, meliputi:...................................................4-1
4.1.2 Pekerjaan Jembatan, meliputi:............................................4-1
4.2 SUMBER DATA LEGER JALAN........................................................4-1
4.2.1 Data Gambar Terlaksana ....................................................4-1
4.2.1.(1) Gambar Terlaksana Jalan ....................................4-1
4.2.1.(2) Gambar Terlaksana Jembatan..............................4-2
4.2.1.(3) Gambar Terlaksana Bangunan Pelengkap dan
Perlengkapan Jalan .............................................4-2
4.2.1.(4) Foto Dokumentasi ...............................................4-2
4.2.2 Data Survey oleh Penyelenggara Leger Jalan.......................4-2
4.3 DOKUMEN LEGER JALAN ..............................................................4-2
4.3.1 Ketentuan Umum...............................................................4-2
4.3.2 Muatan Leger Jalan............................................................4-3
4.3.3 Penetapan ........................................................................4-3
4.3.4 Perubahan Status Ruas Jalan..............................................4-7
BAB 5 PENYELENGGARA LEGER JALAN.................................................. 5-1
5.1 Penyelenggara Leger Jalan Nasional ........................................ 5 - 1
5.2 Penyelenggara Leger Jalan Provinsi ........................................ 5 - 2
5.3 Penyelenggara Leger Jalan Kabupaten/Kota ............................. 5 - 3
5.4 Penyelenggara Leger Jalan Desa .............................................. 5 - 4
5.5 Penyelenggara Leger Jalan Khusus ........................................... 5 - 5
5.6 Inventarisasi Leger Jalan ....................................................... 5 - 5
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
iii
DAFTAR DIAGRAM DAN TABEL
Diagram 3-1 PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN............................................3-4
Tabel 2-1 DATA KELENGKAPAN SURAT TANAH DALAM PEMBEBASAN TANAH
MILIK MASYARAKAT SEBAGAI SYARAT PERMOHONAN HAK /
SERTIFIKAT TANAH KE KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SESUAI SUBYEK HUKUM / PEMOHONNYA ........................................2-7
Tabel 5-1 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Nasional … ........... 5–1
Tabel 5-2 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Provinsi ......................5-2
Tabel 5-3 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Kabupaten/Kota..........5-3
Tabel 5-4 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Desa ..........................5-4
DAFTAR PUSTAKA
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
iv
P R A K A T A
Buku Petunjuk Pengadaan Leger Jalan ini diterbitkan dalam rangka melaksanakan
amanat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 Tentang Leger
Jalan untuk mengatur pelaksanaan pengadaan leger jalan.
Dengan diterbitkannya buku Petunjuk Pengadaan Leger Jalan, diharapkan pelaksanaan
pengadaan leger jalan khususnya leger jalan nasional dapat segera terwujud dan leger
jalan dapat dimanfaatkan sesuai kegunaannya.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan terdiri dari 5 (lima) buku, yaitu:
Buku 1: Petunjuk Pengadaan Leger Jalan;
Buku 2: Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan;
Buku 3: Petunjuk Pengisian Formulir Kartu Leger Jalan;
Buku 4: Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan;
Buku 5: Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala,
dimana kelima buku ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait, dengan rincian
buku 1,2 dan 3 terkait langsung dengan leger jalan sedangkan buku 4 dan 5
mendukung kegiatan pengadaan leger jalan..
Apabila dalam pelaksanaannya dijumpai kekurangan/kekeliruan dari petunjuk ini, akan
dilakukan penyempurnaan di kemudian hari.
Jakarta, Desember 2008
Direktur Jenderal Bina Marga,
DR. Ir. Achmad Hermanto Dardak, MSc.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
1-1
BAB 1
DESKRIPSI
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN
1.1.1 Maksud
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan disusun dengan maksud sebagai
petunjuk pelaksanaan bagi penyelenggara jalan dalam kewajibannya
untuk mengadakan leger jalan suatu ruas jalan serta menentukan instansi
di lingkungan penyelenggara jalan sebagai penyelenggara leger jalan.
1.1.2 Tujuan
Dengan diterbitkannya Petunjuk Pengadaan Leger Jalan diharapkan
pembagian tugas instansi di lingkungan penyelenggara jalan dalam
melaksanakan pengadaan leger jalan dapat terlaksana dengan baik dan
pengadaan leger jalan seluruh Indonesia dapat segera terwujud.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan ini selain mengatur pengadaan leger
jalan nasional juga mengatur pengadaan leger jalan provinsi,
kabupaten/kota dan desa serta jalan khusus sebagai bagian dari pada
tugas penyelenggaraan jalan umum. Diharapkan penyelenggara jalan
yang bersangkutan dapat menggunakannya dalam pelaksanaan
pengadaan leger jalan sesuai dengan kewenangannya.
1.2 MANFAAT LEGER JALAN
Manfaat dari Leger Jalan adalah:
(1) Untuk mengetahui kekayaan negara, orang atau instansi atas jalan yang
meliputi kuantitas, kondisi dan nilai yang diperoleh dari biaya disain,
pembangunan dan pemeliharaan.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
1-2
(2) Sebagai sumber informasi untuk:
a. Penyusunan rencana dan program pembangunan jalan.
b. Melaksanakan tertib pemanfaatan, pemeliharaan dan pengawasan jalan.
1.3 RUANG LINGKUP
Petunjuk pengadaan leger jalan mencakup uraian mengenai:
Deskripsi,
Aspek hukum dan kelembagaan leger jalan.
Prosedur pengadaan leger jalan,
Data leger jalan, dan
Institusi penyelenggara leger jalan nasional, provinsi, kabupaten/kota, desa
dan jalan khusus.
1.4 DEFINISI DAN PENGERTIAN
(1) Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
(2) Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
(3) Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
(4) Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan
jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar
tol.
(5) Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan
jalan tol.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
1-3
(6) Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan
ambang pengamannya.
(7) Ruang Milik Jalan (Rumija) terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur
tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.
(8) Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) merupakan ruang tertentu di luar
ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan.
(9) Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan.
(10) Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis,
pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia serta penelitian dan
pengembangan jalan.
(11) Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan,
penyusunan perencanaan umum dan penyusunan peraturan perundang-
undangan jalan.
(12) Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran,
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta pengoperasian dan
pemeliharaan jalan.
(13) Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan
tertib pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan.
(14) Penyelenggara jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan,
pembangunan dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya.
(15) Penyelenggara jalan nasional adalah menteri atau pejabat yang ditunjuk
untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan nasional termasuk jalan tol.
(16) Penyelenggara jalan provinsi adalah gubernur atau pejabat yang ditunjuk
untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan provinsi.
(17) Penyelenggara jalan kabupaten adalah bupati atau pejabat yang ditunjuk
untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan kabupaten, dan jalan desa.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
1-4
(18) Penyelenggara jalan kota adalah walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk
melaksanakan penyelenggaraan jalan kota.
(19) Penyelenggara jalan khusus adalah orang atau instansi yang melaksanakan
penyelenggaraan jalan khusus.
(20) Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang menjadi bagian dari jalan
yang dibangun sesuai dengan persyaratan teknik antara lain jembatan,
ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong, tembok
penahan, dan saluran tepi jalan.
(21) Perlengkapan jalan adalah sarana untuk mengatur keselamatan,
kelancaran, keamanan, dan ketertiban lalu lintas antara lain perangkat lalu
lintas, pengaman jalan, rambu jalan, jembatan penyeberangan, kotak
komunikasi, dan tempat pemberhentian angkutan umum.
(22) Leger jalan adalah dokumen yang memuat data mengenai perkembangan
suatu ruas jalan.
(23) Penyelenggara leger jalan adalah para pihak yang melakukan kegiatan
untuk pengadaan dokumen yang memuat data dan informasi mengenai
perkembangan suatu ruas jalan.
(24) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang jalan.
(25) Direktur jenderal adalah direktur jenderal yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang jalan.
(26) Pembuatan leger jalan meliputi kegiatan untuk mewujudkan leger jalan
dalam bentuk kartu dan digital dengan susunan sesuai dengan yang
ditetapkan.
(27) Penetapan leger jalan meliputi kegiatan pengesahan leger jalan yang telah
disiapkan oleh penyelenggara jalan sesuai kewenangannya.
(28) Penyimpanan dan pemeliharaan meliputi kegiatan untuk menjaga agar
leger jalan sesuai dengan umur yang ditetapkan.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
1-5
(29) Pemantauan leger jalan meliputi suatu kegiatan pengamatan, pencatatan
dan pengkajian dokumen untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada
ruas jalan yang telah dibuat leger jalan sebelumnya.
(30) Pemutakhiran leger jalan meliputi kegiatan untuk mengubah data dan/atau
gambar leger jalan yang telah ada karena terjadi perubahan.
(31) Penggantian leger jalan meliputi kegiatan untuk mengganti leger jalan
karena leger jalan yang rusak.
(32) Penyampaian informasi merupakan kegiatan untuk menginformasikan data
leger jalan kepada pihak yang memerlukan.
1.5 MACAM LEGER JALAN
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dalam
pasal 13 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa penguasaan atas jalan ada pada
negara dan penguasaan oleh negara tersebut memberi wewenang kepada
pemerintah dan pemerintah daerah untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan
antara lain sebagai berikut:
Wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan jalan meliputi
penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggara jalan nasional
(Pasal 14 ayat 1).
Wewenang pemerintah provinsi dalam penyelenggaraan jalan meliputi
penyelenggaraan jalan provinsi (pasal 15 ayat 1).
Wewenang pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan jalan kabupaten
dan jalan desa (pasal 16 ayat 1).
Wewenang pemerintah kota dalam penyelenggaraan jalan meliputi
penyelenggaraan jalan kota (pasal 16 ayat 2).
Berdasarkan kewenangan dimaksud, macam leger jalan dikelompokkan menurut
status ruas jalan meliputi:
a. Leger Jalan Nasional, yaitu leger jalan dari ruas jalan nasional.
b. Leger Jalan Tol, yaitu leger jalan dari ruas jalan tol.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
1-6
c. Leger Jalan Provinsi, yaitu leger jalan dari ruas jalan provinsi.
d. Leger Jalan Kabupaten, yaitu leger jalan dari ruas jalan kabupaten.
e. Leger Jalan Kota, yaitu leger jalan dari ruas jalan kota.
f. Leger Jalan Desa, yaitu leger jalan dari ruas jalan desa.
g. Leger Jalan Khusus, yaitu leger jalan dari ruas jalan khusus.
1.6 KELENGKAPAN
Kelengkapan dari Petunjuk Pengadaan Leger Jalan terdiri dari 5 (lima) buku,
meliputi:
1.6.1 Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
1.6.2 Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
Terdiri dari bagian-bagian:
a. Tata cara pembuatan dan penetapan.
b. Tata cara penyimpanan, pemeliharaan dan penyampaian informasi.
c. Tata cara pemantauan.
d. Tata cara pemutakhiran dan penggambaran.
1.6.3 Petunjuk Pengisian Formulir Kartu Leger Jalan
1.6.4 Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
1.6.5 Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Pemeliharaan Berkala
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
2-1
BAB 2
ASPEK HUKUM DAN KELEMBAGAAN LEGER JALAN
2.1 DASAR HUKUM
Dasar hukum yang digunakan sebagai payung untuk menyelenggarakan leger
jalan adalah Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
Peraturan Menteri, Keputusan Menteri sebagai dasar hukum utama dan dasar
hukum-hukum lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan leger jalan.
2.1.1 Dasar Hukum Utama
Meliputi antara lain:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang
jalan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005
tentang Jalan Tol.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996
tentang Pendaftaran Tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak
Pakai.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kementrian Negara Republik Indonesia.
Instruksi Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/IN/M/1998 tentang
Pengamanan Tanah-Tanah Negara di lingkungan Departemen
Pekerjaan Umum.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
2-2
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional di
Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor15/PRT/M/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelaksanaan Jalan Nasional di
Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 tentang
Leger Jalan.
Keputusan Direktorat Jenderal Bina Marga Nomor 02/KPTS/Db/1987
tentang Pedoman Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan (As-Built
Drawing).
2.1.2 Dasar Hukum Terkait
Meliputi antara lain:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2002 tentang
Ketenaga Listrikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
2-3
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Jo.
Perubahaannya Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang
Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
2.2 ASPEK PENGUASAAN DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA
JALAN
2.2.1 Aspek Penguasaan
Penguasaan atas jalan ada pada Negara dan Negara memberikan
wewenang kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan penyelenggaraan jalan (Pasal 13 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan).
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagai penyelenggara jalan, wajib
mengadakan leger jalan dari semua ruas jalan sebagai salah satu bagian
dari dokumen jalan, meliputi pembuatan, penetapan, pemantauan,
pemutakhiran, penyimpanan dan pemeliharaan, penggantian serta
penyampaian informasi (Pasal 114 dan 115 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan).
2.2.2 Aspek Kewajiban Penyelenggara Jalan
(1) Wewenang Pemerintah Pusat (Pemerintah)
Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan jalan, meliputi
penyelenggaraan jalan secara umum dan penyelenggaraan
jalan nasional.
Wewenang penyelenggaraan jalan secara umum dan
penyelenggaraan jalan nasional meliputi pengaturan,
pembinaan, pembangunan dan pengawasan.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
2-4
(2) Wewenang Pemerintah Daerah – Provinsi
Wewenang Pemerintah Provinsi dalam penyelenggaraan jalan
meliputi penyelenggaraan jalan provinsi.
Wewenang penyelenggaraan jalan provinsi meliputi
pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan
provinsi.
Dalam hal Pemerintah provinsi belum dapat melaksanakan
sebagian wewenangnya, pemerintah provinsi dapat
menyerahkan wewenang tersebut kepada Pemerintah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai wewenang penyelenggaraan
jalan provinsi diatur dalam peraturan Pemerintah.
(3) Wewenang Pemerintah Daerah – Kabupaten/Kota
Wewenang Pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan
jalan meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa.
Wewenang Pemerintah kota dalam penyelenggaraan jalan
meliputi penyelenggaraan jalan kota.
Wewenang penyelenggaraan jalan kabupaten, jalan kota dan
jalan desa meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan
pengawasan.
Dalam hal ini Pemerintah kabupaten/kota belum dapat
melaksanakan sebagian wewenangnya, pemerintah
kabupaten/kota dapat menyerahkan Wewenang tersebut
kepada pemerintah provinsi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Wewenang penyelenggaraan
jalan kabupaten/kota diatur dalam peraturan Pemerintah.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
2-5
2.3 ASPEK KELEMBAGAAN LEGER JALAN
2.3.1 Pemerintah Pusat
Aspek kelembagaan leger jalan pada pemerintah pusat, diatur dalam
Pasal 431 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 286/PRT/M/2005
menetapkan lembaga yang menyelenggarakan leger jalan berada pada:
SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN LEGER JALAN
SUB DIREKTORAT DATA DAN INFORMASI
DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Lembaga ini mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan dan
analisis data untuk penyiapan bahan penyusunan, penyajian dan
penyebaran informasi penyelenggaraan jalan dan jembatan serta
penyiapan bahan penyusunan evaluasi kinerja kontraktor dan konsultan
dan pengelolaan serta penyajian leger jalan.
Unit pelaksana teknis penyelenggara jalan nasional adalah Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 14/PRT/M/2006 dan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional
berdasarkan Peraturan Meneteri Pekerjaan Umum Nomor
15/PRT/M/2006.
Bidang atau bagian atau seksi yang menyelenggarakan leger jalan pada
lembaga ini disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi yang berkaitan
dengan leger jalan.
2.3.2 Pemerintah Daerah (Provinsi / Kabupaten / Kota)
Pasal 9 (1) dan (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah mengatur semua wewenang
pemerintah daerah dalam semua bidang termasuk bidang Pekerjaan
Umum kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional serta agama.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
2-6
Dengan demikian lembaga yang menyelenggarakan leger jalan adalah
bidang atau bagian atau seksi yang berada di dalam Dinas Pekerjaan
Umum atau Dinas Prasarana Wilayah sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya yang telah ditetapkan.
2.4 ASPEK VALIDITAS LEGER JALAN
Leger jalan harus memperhatikan aspek validitas atas tanah yang digunakan
sebagai ruang milik jalan. Harus ada kepastian hukum atas pemegang hak atas
tanah, atau pemakai tanah negara, atau masyarakat wilayah hukum adat, yang
tanahnya diperlukan untuk pembangunan jalan, berhak mendapat ganti
kerugian.
Untuk menjamin kepastian hukum, tanah yang sudah dikuasai oleh pemerintah
dalam rangka pembangunan jalan, didaftarkan untuk diterbitkan Sertifikat hak
atas tanahnya sesuai dengan perundang-undangan di bidang pertanahan.
Karena proses pensertifikatan tanah cukup memerlukan waktu yang panjang,
sehingga dengan bukti pendaftaran untuk pensertifikatan dan bukti-bukti lainnya
seperti terlihat pada Tabel 2.1 dapat dijadikan pegangan untuk menetapkan
leger jalan ruas jalan yang dimaksud.
Apabila status tanahnya sudah terdaftar / bersertifikat di Badan Pertanahan
Nasional secara hukum pertanahan sudah jelas dan bersih (clear and clean)
sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 tentang
pendaftaran tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai, Jo. Instruksi
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/IN/M/1998 tentang Pengamanan Tanah-
tanah Negara di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, karena pendaftaran /
pensertifikatan benda tanah menganut asas publisitas.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
2-7
Tabel 2-1 DATA KELENGKAPAN SURAT TANAH DALAM PEMBEBASAN TANAH
MILIK MASYARAKAT SEBAGAI SYARAT PERMOHONAN HAK / SERTIFIKAT TANAH KE KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SESUAI SUBYEK HUKUM / PEMOHONNYA
Nama Pemilik: Direktorat Jenderal Bina Marga / Departemen Pekerjaan UmumNomor & Nama Ruas :Kecamatan :Kabupaten :Provinsi :
NO. JENIS SURAT ADA TIDAK KETERANGAN 1 Girik / Sertifikat 2 Kartu Tanda Penduduk/Dirjen Bina Marga
3 Surat Pernyataan Riwayat Kepemilikan Tanah yang diketahui atau dikuatkan oleh Lurah atau Camat / PPAT
4 Surat Pernyataan tidak sengketa yang diketahui / dikuatkan oleh Lurah dan PPAT
5 Surat Keterangan Kepala Desa atau tanah yang belum bersertifikat yang dikuatkan oleh Camat / Lurah
6 Surat Izin istri / suami atas tanah bersertifikat
7 Izin Prinsip Bupati 8 Izin lokasi Badan Pertanahan Nasional
9 Pernyataan sedia menjual tanah dari pemilik tanah
10 Kwitansi pembayaran 11 Foto pada saat pembayaran
12 Surat keterangan waris dari Camat / PPAT dan Kepala Desa apabila pemilik tanah telah meninggal dunia
13 Akte jual beli / akte hibah tanah apabila tanah pernah dialihkan / dijual / dihibahkan
14 Akte pelepasan hak atas tanah (PHT)
15 Surat Pengukuran dari Badan Pertanahan Nasional
16 Surat permohonan pengukuran ,pendataan dan sertifikat ke BPN
17
Surat pendataan Kompensasi Tanaman pemilik tanah dari Kantor Dinas Pertanian yang dikuatkan oleh Kepala Desa dan Camat / PPAT
18
Surat pendataan Kompensasi bangunan pemilik tanah dari Kantor Dinas Cipta Karya yang dikuatkan oleh Kepala Desa, Camat / PPAT
19 Surat Kuasa Notaris / PPAT dan Kepala Desa apabila pemilik tanah berhalangan
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
2-8
2.5 ASPEK UTILITAS
Semua utilitas yang hendak memanfaatkan ruang milik jalan, suatu ruas jalan,
harus mengacu kepada Undang-Undang maupun peraturan-peraturan
pemerintah pusat atau pemerintah daerah.
2.5.1 Minyak dan Gas Bumi
Kegiatan usaha minyak dan gas bumi tidak dapat dilaksanakan pada
sarana dan prasarana umum, kecuali mendapat izin dari instansi
pemerintah yang bersangkutan.
Pasal 33 ayat 3(a) dan 3(b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
2.5.2 Telekomunikasi
Dalam rangka pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan
telekomunikasi, penyelenggaraan telekomunikasi, dapat memanfaatkan
atau melintasi tanah negara dan/atau bangunan yang dimiliki atau
dikuasai pemerintah setelah mendapatkan persetujuan dari instansi
pemerintah sesuai perundang-undangan yang berlaku (Pasal 12 ayat 1
dan 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi).
2.5.3 Tenaga Listrik
Untuk kepentingan umum, pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik
diberi wewenang melintasi jalan umum dan kereta api dengan mendapat
persetujuan dari pihak yang berhak atas tanah, bangunan dan/atau
tanaman (Pasal 32 ayat 1 dan 3 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenaga Listrikan).
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
2-9
2.5.4 Perusahaan Air Minum
Karena setiap daerah memiliki Peraturan Daerah yang berbeda namun
diharapkan ada klausal yang menyatakan hal yang sama seperti utilitas
untuk tenaga listrik, telekomunikasi serta minyak dan gas bumi.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
3-1
BAB 3
PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN
3.1 DATABASE JARINGAN JALAN
(1) Data jaringan jalan yang selalu dimutakhirkan untuk memberikan
gambaran tentang kondisi suatu ruas jalan dari masing-masing jaringan
jalan nasional, jalan tol, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, jalan desa
dan jalan khusus.
(2) Dari database jaringan jalan, dilakukan pemisahan antara ruas-ruas jalan
yang sudah memiliki leger jalan dan yang belum memiliki leger jalan (lihat
Diagram 3.1).
3.2 RUAS JALAN YANG BELUM DI-LEGER
(1) Lakukan penyaringan untuk program tahunan pembuatan leger jalan
menurut skala prioritas.
(2) Pembuatan leger jalan dilakukan sesuai petunjuk (tata cara) pelaksanaan
teknis pembuatan leger jalan.
(3) Apabila ruas jalan tersebut telah memiliki gambar terlaksana jalan (ABD)
sesuai dengan format yang ditetapkan serta data jalan lainnya, leger jalan
dapat langsung dibuat dengan memanfaatkan data-data yang telah ada.
(4) Untuk ruas jalan yang belum memiliki ABD pembuatan leger jalan dilakukan
sesuai petunjuk (tata cara) pelaksanaan teknis pembuatan leger jalan
dengan melakukan survai lapangan (data primer) dan survai institusional
(data sekunder).
(5) Data primer dan data sekunder kemudian diolah dan dimasukkan /
dipindahkan ke dalam format standar leger jalan yaitu Kartu Leger Jalan.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
3-2
(6) Lakukan verifikasi dan validasi data untuk memeriksa apakah data yang
diperoleh telah memenuhi persyaratan dan kecukupan data yang
diperlukan.
(7) Kartu Leger Jalan kemudian dipublikasikan secara terbuka kepada
masyarakat pengguna jalan dimaksud melalui papan pengumuman, media
cetak dan/atau media elektronik.
(8) Leger jalan dapat ditetapkan apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari kalender tidak ada pihak lain yang keberatan tentang isi leger jalan
dimaksud.
(9) Leger jalan kemudian ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
sebagaimana diatur dalam pasal-pasal petunjuk (tata cara) pelaksanaan
teknis penetapan leger jalan.
(10) Leger jalan yang telah mempunyai ketetapan dinyatakan sebagai dokumen
leger jalan yang harus disimpan dan dipelihara oleh pihak-pihak yang
terkait sebagaimana diatur dalam buku petunjuk (tata cara) pelaksanaan
teknis leger jalan.
3.3 RUAS JALAN YANG SUDAH DI-LEGER
(1) Leger jalan yang telah ditetapkan / disahkan oleh pejabat yang berwenang
sesuai kewenangan yang dimilikinya, wajib disimpan dan dipelihara sesuai
umur leger jalan.
(2) Penyimpanan dan pemeliharaan leger jalan pada tempat dan sistem yang
mudah diperoleh untuk proses pemantauan; sebagaimana diatur dalam
tata cara pelaksanaan teknis penyimpanan dan pemeliharaan leger jalan.
(3) Setiap ruas jalan memiliki umur rencana dalam masa layanan tertentu, dan
oleh karena itu dibuatkan katalog/program pemantauan tahunan terhadap
ruas-ruas jalan yang telah di-leger.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
3-3
(4) Pemantauan ruas-ruas jalan yang telah memiliki leger jalan dilakukan
setiap tahun menurut cara yang diatur dalam petunjuk (tata cara) teknis
pemantauan leger jalan.
(5) Pemantauan dilakukan dengan mengambil data lapangan sebagaimana
diatur dalam tata cara pelaksanaan teknis pemantauan leger jalan dari ruas
jalan yang ada di dalam daftar pemantauan di wilayah wewenangnya.
(6) Informasi data teknis hasil pemantauan di lapangan dipergunakan untuk
bahan pemutakhiran leger jalan yang bersangkutan.
(7) Pemutakhiran leger jalan dapat juga dilakukan yang disebabkan dalam hal
terbitnya Surat Keputusan Menteri tentang aspek hukum jalan seperti
perubahan sistem, status Jalan dan lainnya.
(8) Informasi data pemantauan dapat digunakan untuk penggantian leger jalan
dalam hal terjadi perubahan mendasar dari suatu ruas jalan sehingga kartu
leger jalan tidak dapat menampung perubahan-perubahan yang terjadi
sebagaimana diatur dalam petunjuk (tata cara) pelaksanaan teknis
penggantian leger jalan.
(9) Penggantian leger jalan dapat juga dilakukan yang disebabkan dalam hal
leger tersebut mengalami hal-hal sebagai berikut:
Kerusakan, dan
Hilang
(10) Setiap penggantian leger jalan harus ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai kewenangan yang dimilikinya.
(11) Pendistribusian leger jalan yang diganti mengikuti prosedur yang ditetapkan
dalam petunjuk (tata cara) pelaksanaan teknis penyimpanan leger jalan.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
3-4
Diagram 3-1 PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN
JALAN NASIONAL / TOL
DATA BASE JARINGAN JALAN
JALAN PROVINSI JALAN KABUPATEN/KOTA JALAN DESA JALAN KHUSUS
RUAS JALANBELUM DI-LEGER
RUAS JALANSUDAH DI-LEGER
PENYARINGANTIDAKPENYIMPANAN DAN
PEMELIHARAAN
PEMBUATAN
PEMANTAUAN
PEMUTAKHIRAN
PUBLIKASI
PENGGANTIAN
PENETAPAN
DISTRIBUSI Ke Pihak Terkait
TIDAK
AS-BUILT DRAWING
PROYEK-PROYEK
OK
OK
DOKUMEN LEGER JALAN
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
4-1
BAB 4
DATA LEGER JALAN
4.1 JENIS PEKERJAAN JALAN
Jenis pekerjaan jalan yang digunakan sebagai data pembuatan atau
pemutakhiran leger adalah sebagai berikut:
4.1.1 Pekerjaan Jalan, meliputi:
(1) Pembangunan Jalan
(2) Peningkatan Jalan
(3) Pemeliharaan Berkala Jalan
4.1.2 Pekerjaan Jembatan, meliputi:
(1) Pembangunan Jembatan
(2) Penggantian Jembatan
(3) Rehabilitasi Jembatan
4.2 SUMBER DATA LEGER JALAN
4.2.1 Data Gambar Terlaksana
4.2.1.(1) Gambar Terlaksana Jalan, secara terperinci meliputi gambar-
gambar sebagai berikut:
(1) Alinyemen Horizontal (Situasi).
(2) Alinyemen Vertikal (Potongan Memanjang).
(3) Penampang Melintang.
(4) Struktur Perkerasan.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
4-2
4.2.1.(2) Gambar Terlaksana Jembatan, secara terperinci meliputi
gambar-gambar sebagai berikut:
(1) Situasi.
(2) Penampang Memanjang.
(3) Penampang Melintang.
(4) Pandangan dan Potongan Atas.
(5) Gambar Detail Konstruksi.
4.2.1.(3) Gambar Terlaksana Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan
Jalan, secara terperinci meliputi gambar-gambar sebagai
berikut:
(1) Penampang Memanjang.
(2) Penampang Melintang.
4.2.1.(4) Foto Dokumentasi, meliputi ketentuan sebagai berikut:
(1) Bahan, Ukuran dan Penyimpanan.
(2) Jenis Foto Minimal yang harus dibuat.
(3) Keterangan Foto.
4.2.2 Data Survai oleh Penyelenggara Leger Jalan
Penyelenggara leger jalan melakukan pengambilan data lapangan untuk
keperluan pembuatan dan/atau pemutakhiran leger jalan dengan cara
melakukan survai lapangan sesuai petunjuk (tata cara) pelaksanaan
teknis pengadaan leger jalan.
4.3 DOKUMEN LEGER JALAN
4.3.1 Ketentuan Umum
a. Dokumen leger jalan dibuat pada kertas seri A3 berukuran 297 x 420
milimeter atau 11,75 x 16,5 inchi dari bahan kertas tidak tembus
cahaya dan tidak memuai atau menyusut oleh pengaruh cuaca.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
4-3
b. Satu leger memuat satu ruas jalan.
c. Setiap lembar leger harus mencantumkan nomor lembar dan jumlah
lembar.
d. Bentuk, ukuran dan susunan mengikuti contoh lampiran Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 tentang leger
jalan.
e. Setiap lembar kartu leger jalan dan kartu jembatan harus
mencantumkan nomor kartu.
4.3.2 Muatan Leger Jalan
Dokumen leger jalan terdiri dari:
a. Ringkasan Data, memuat data-data sebagai berikut:
Identifikasi ruas jalan
Peta provinsi dan peta lokasi
Perwujudan kegiatan
Lintas harian rata-rata
Luas lahan RUMIJA
Data teknik (Ringkasan)
Legalisasi
Catatan-catatan
b. Kartu Jalan
Kartu jalan mencatat data-data sebagai berikut:
Identifikasi ruas jalan
Data teknik – 1 (Luas lahan RUMIJA)
Data teknik – 2 (Konstruksi)
Data teknik – 3 (Bangunan Pengaman dan Pelengkap)
Data teknik – 4 (Perlengkapan Jalan)
Data teknik – 5 (Bangunan Utilitas)
Lintas harian rata-rata
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
4-4
Riwayat ruas jalan
Legalisasi
Catatan khusus
Gambar situasi dan potongan
Foto dokumentasi jalan
c. Kartu Jembatan
Kartu jembatan mencatat data-data sebagai berikut:
Identifikasi jembatan
Data umum
Luas lahan
Data teknik
Kondisi umum
Konstruksi dan foto
Perwujudan
Riwayat jembatan
Referensi
Catatan khusus
Legalisasi
4.3.3 Penetapan
Ruas jalan yang akan dibuat leger, baru dapat dinyatakan sebagai
dokumen leger apabila semua unsur yang disyaratkan terpenuhi dan
ditandatangani oleh petugas atau pejabat yang berwenang.
a. Ringkasan Data
Pejabat yang berwenang untuk melaksanakan legalisasi pada lembar
Ringkasan Data, dilakukan oleh pejabat yang ditentukan berkaitan
dengan status ruas jalan dimaksud sebagai berikut:
untuk ruas jalan nasional (non tol dan tol), seperti disebutkan
pada tabel 5-1.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
4-5
untuk ruas jalan provinsi, seperti disebutkan pada tabel 5-2.
untuk ruas jalan kabupaten/kota, seperti disebutkan pada tabel
5-3.
untuk ruas jalan desa, seperti disebutkan pada tabel 5-4.
untuk ruas jalan khusus, seperti disebutkan pada
penyelenggara leger jalan khusus.
b. Kartu Jalan
Petugas dan/atau pejabat yang melaksanakan legalisasi pada lembar
kartu jalan adalah sebagai berikut:
Pengukuran
Dilakukan oleh petugas juru ukur (surveyor) berpendidikan STM
jurusan Teknik Sipil dan memiliki pengalaman kerja minimal 3
(tiga) tahun di bidang pengukuran.
Penggambaran
Dilakukan oleh petugas juru gambar berpendidikan minimal
STM jurusan Sipil dan memiliki pengalaman kerja minimal 3
(tiga) tahun di bidang jalan dan jembatan sebagai juru gambar.
Pencatatan
Dilakukan oleh seorang ahli teknik jalan raya berpendidikan
Sarjana Strata 1 Teknik Sipil dan berpengalaman kerja minimal
3 (tiga) tahun di bidang teknik jalan raya sebagai penanggung
jawab pelaksanaan teknis pengukuran dan penggambaran jalan
Pemeriksaan
Dilakukan oleh bawahan dari pejabat yang bertanggung jawab
untuk mempersiapkan dokumen leger jalan menurut status
ruas jalan dimaksud, sebagaimana disebutkan pada legalisasi
lembar ringkasan data.
Persetujuan
Dilakukan oleh pejabat yang bertanggung jawab untuk
mempersiapkan dokumen leger jalan menurut status ruas jalan
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
4-6
dimaksud, sebagaimana disebutkan pada legalisasi lembar
ringkasan data.
c. Kartu Jembatan
Petugas dan/atau pejabat yang melaksanakan legalisasi pada lembar
kartu jembatan adalah sebagai berikut:
Pengukuran
Dilakukan oleh petugas juru ukur (surveyor) berpendidikan STM
jurusan Teknik Sipil dan memiliki pengalaman kerja minimal 3
(tiga) tahun di bidang pengukuran.
Penggambaran
Dilakukan oleh petugas juru gambar berpendidikan minimal
STM jurusan Teknik Sipil dan memiliki pengalaman kerja
minimal 3 (tiga) tahun di bidang jalan dan jembatan sebagai
juru gambar.
Pencatatan
Dilakukan oleh seorang Ahli Struktur (Jembatan) berpendidikan
Sarjana Strata 1 jurusan Teknik Sipil pengalaman kerja minimal
3 (tiga) tahun di bidang jembatan sebagai penanggung jawab
pelaksanaan teknis pengukuran dan penggambaran jembatan.
Pemeriksaan
Dilakukan oleh bawahan pejabat yang bertanggung jawab
untuk mempersiapkan dokumen leger jalan menurut status
ruas jalan dimaksud, sebagaimana disebutkan pada legalisasi
lembar ringkasan data.
Persetujuan
Dilakukan oleh pejabat yang bertanggung jawab untuk
mempersiapkan dokumen leger jalan menurut status ruas jalan
dimaksud, sebagaimana disebutkan pada legalisasi lembar
ringkasan data.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
4-7
4.3.4 Perubahan Status Ruas Jalan
Bila terjadi perubahan status suatu ruas jalan berdasarkan kebijakan
pemerintah, maka semua dokumen yang telah tersedia sebelum terjadi
perubahan status tetap dijaga dan dipelihara sebagai suatu aset negara
terutama menyangkut riwayat ruas jalan tersebut. Semua dokumen
tersebut harus dipindahkan ke tempat penyimpanan yang baru sesuai
status perubahan tersebut.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
5-1
BAB 5
PENYELENGGARA LEGER JALAN
5.1 Penyelenggara Leger Jalan Nasional
Penyelenggara leger jalan nasional (non tol dan tol) adalah Balai Besar Pelaksanaan
Jalan asional atau Balai Pelaksanaan Jalan Nasional dimana ruas jalan nasional
dimaksud berada dalam wilayah kewenangannya dengan pembagian tugas sebagai
berikut (tabel 5.1):
Tabel 5-1 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Nasional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
7.1. Dipersiapkan
7.2. Diumumkan
7.3. Diperiksa
7.4. Disetujui
7.5. Ditetapkan
NOTASI: A.1 Menteri
A.2 Direktur Jenderal Bina Marga
A.3 Direktur Bina Program
A.4 Kepala BBPJN
A.5 Kepala BPJN
A.6 Ka.Bid RENWAS BBPJN
A.7 Ka.Bag Tata Usaha BBPJN
A.8 Ka.Sie RENWAS BPJN
A.9 Ka.Sub.Bag Tata Usaha BPJN
JALAN NASIONAL
Penggantian
A.6/A.8
A.6/A.8
A.6/A.8
A.6/A.8
A.7/A.9
Penyampaian Informasi
Legalisasi
SEBUTAN TUGAS
Pembuatan
Penyimpanan dan Pemeliharaan
Pemantauan
Pemutakhiran
A.3
A.2
A.1
A.4/A.5
A.7/A.9
A.7/A.9
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
5-2
5.2 Penyelenggara Leger Jalan Provinsi
Penyelenggaraan leger jalan provinsi adalah Dinas ke-Bina Marga-an Provinsi
dimana ruas jalan dimaksud berada dalam wilayah kewenangannya dengan
pembagian tugas sebagai berikut: (tabel 5.2):
Tabel 5-2 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Provinsi
1.2.3.4.5.6.7.
7.1. Dipersiapkan7.2. Diumumkan7.3. Diperiksa7.4. Disetujui7.5. Ditetapkan
NOTASI: B.1B.2B.3B.4
PembuatanPenyimpanan dan PemeliharaanPemantauanPemutakhiran
JALAN PROVINSISEBUTAN TUGASB.3/B.4B.3/B.4B.3/B.4B.3/B.4
PenggantianPenyampaian InformasiLegalisasi
B.3/B.4B.3/B.4
B.3/B4.
GubernurKa.Dinas Ke-Bina Marga-an Propinsi atau eselon yang setingkatKa.Subdin/Bidang ke-Bina Marga-an Propinsi atau eselon yang setingkat
Ka.Bid Perencanaan Dinas ke-Bina Marga-an Propinsi atau yang mempunyai tugas perencanaan dan pemrograman atau eselon yang setingkat
B.2B.3/B4.
B.2B.1
Instansi pelaksana leger jalan propinsi adalah bidang program/perencanaan pada
Dinas Bina Marga dan apabila bidang kebinamargaan masih merupakan
bagian/sub dinas pada Dinas Pekerjaan Umum/Permukiman dan Prasarana
Wilayah, maka instansi pelaksana penyelenggara leger jalan propinsi adalah Sub
Dinas/Bidang Bina Marga atau eselon yang setara.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
5-3
5.3 Penyelenggara Leger Jalan Kabupaten/Kota
Penyelenggara Leger Jalan Kabupaten/Kota adalah Dinas ke-Bina Marga-an
Kabupaten/Kota dimana ruas jalan yang dimaksud berada dalam wilayah
kewenangannya dengan pembagian tugas sebagai berikut (tabel 5.3):
Tabel 5-3 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Kabupaten/Kota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
7.1. Dipersiapkan
7.2. Diumumkan
7.3. Diperiksa
7.4. Disetujui
7.5. Ditetapkan
NOTASI: C.1
C.2
C.3
C.4
C.5
C.6
C.5/C.6
C.1 C.2
Bupati
Walikota
Ka.Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota atau eselon yang setingkat
Ka.Dinas ke-Bina Marga-an Kabupaten/Kota atau eselon yang setingkat
Ka.Bid Program / Perencanaan Dinas Bina MargaKabupaten atau eselon yang setingkat
C.3/C.4
Ka.Subdin/Bidang Bina Marga Dinas ke-Bina Marga-an Kabupaten/Kota atau eselon yang setingkat
Penggantian
Penyampaian Informasi
Legalisasi
C.5/C.6
C.3/C.4
C.5/C.6
C.5/C.6
C.5/C.6
C.5/C.6
C.5/C.6
C.5/C.6
JALAN KABUPATEN JALAN KOTASEBUTAN TUGAS
Pembuatan
Penyimpanan dan Pemeliharaan
Pemantauan
Pemutakhiran
Instansi pelaksana penyelenggaraan leger jalan kabupaten/kota adalah bidang
program/perencanaan pada Dinas Bina Marga dan apabila bidang kebinamargaan
masih merupakan bagian/sub dinas pada Dinas Pekerjaan Umum/Permukiman dan
Prasarana Wilayah, maka instansi penyelenggara leger jalan kabupaten/kota adalah
Sub Dinas/Bidang Bina Marga atau eselon yang setara.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
5-4
5.4 Penyelenggara Leger Jalan Desa
Penyelenggara Leger Jalan Desa adalah Dinas Bina Marga Kabupaten dimana ruas
jalan dimaksud berada dalam wilayah kewenangannya dengan pembagian tugas
sebagai berikut (table 5.4):
Tabel 5-4 Pembagian Tugas Penyelenggara Leger Jalan Desa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
7.1. Dipersiapkan
7.2. Diumumkan
7.3. Diperiksa
7.4. Disetujui
7.5. Ditetapkan
NOTASI: C.1
C.2
C.3
Penggantian
Penyampaian Informasi
Legalisasi
SEBUTAN TUGAS
Pembuatan
Penyimpanan dan Pemeliharaan
Pemantauan
Pemutakhiran
JALAN DESA
C.3
C.3
C.3
C.3
C.3
C.3
C.3
C.2
C.3
C.2
C.1
Bupati
Ka.Dinas Bina Marga Kabupaten atau eselon yang setara
Ka.Bid Program / Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten
atau eselon yang setara
Apabila bidang kebinamargaan masih merupakan bagian/sub dinas pada Dinas ke-
Bina Marga-an, maka instansi pelaksana penyelenggara leger jalan desa adalah
Sub Dinas Bina Marga Kabupaten atau eselon yang setara.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
5-5
5.5 Penyelenggara Leger Jalan Khusus
Penyelenggara leger jalan khusus adalah perorangan atau instansi yang memiliki
ruas jalan dimaksud dengan pembagian tugas yang disesuaikan menurut struktur
organisasi dan tata kerja yang ada pada pemilik jalan khusus dimaksud.
Khusus untuk legalisasi leger jalan khusus, dilakukan sebagai berikut:
Dipersiapkan : Pemimpin / Pemilik Jalan Khusus Diumumkan : Pemimpin / Pemilik Jalan Khusus Diperiksa : Pemimpin / Pemilik Jalan Khusus Disetujui : Pemimpin / Pemilik Jalan Khusus. Ditetapkan : Pemilik Jalan Khusus.
Penetapan leger jalan khusus oleh Pemilik Jalan dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan dari pada kepala dinas ke-bina marga-an Kabupaten/Kota dimana
ruas jalan khusus tersebut berada.
5.6 Inventarisasi Leger Jalan
5.6.1 Dokumen leger jalan dari jalan nasional/tol, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, jalan
desa dan jalan khusus sebagai barang milik / kekayaan negara, wajib disimpan dan
dipelihara menyatu dalam satu kesatuan di bawah tanggung jawab Menteri Pekerjaan
Umum C.q. Kepala Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum.
5.6.2 Dokumen leger jalan juga perlu disimpan di Subdit Data dan Informasi Direktorat Bina
Program Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum dalam bentuk
digital untuk keperluan pelaksanaan tugasnya dalam mengelola dan menyajikan leger
jalan.
5.6.3 Setiap penyelenggara leger jalan di setiap tingkatan wajib menyimpan dan memelihara
dokumen leger jalan sesuai kewenangan yang dimiliki dan ketentuan yang diatur dalam
petunjuk pelaksanaan teknis (tata cara) penyimpanan / pemeliharaan leger jalan.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
Daftar Pustaka
(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
(2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
(3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
(4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
(5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi.
(6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi.
(7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenaga
Listrikan.
(8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan
Tol.
(9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
(10) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 tentang
Pendaftaran Tanah Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai.
(11) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah.
(12) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Negara Republik Indonesia.
(13) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 Jo. Perubahan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 tentang
Pengadaan Tanah bagi Kepentingan Umum.
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
(14) Instruksi Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/IN/M/1998 tentang Pengamanan
Tanah-Tanah Negara di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
(15) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/PRT/M/2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.
(16) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional di Lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Marga.
(17) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2006 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Pelaksanaan Jalan Nasional di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Marga.
(18) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 tentang Leger Jalan.
(19) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
(20) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
349/KPTS/M/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kontrak Jasa Pelaksanaan
Konstruksi (Pemborongan).
(21) Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga Nomor 02/KPTS/Db/1987 tentang
Pedoman Penyiapan Gambar Terlaksana jalan (As-Built Drawing).
(22) Direktorat Jenderal Bina Marga, Pedoman Pengukuran Topografi untuk
Pekerjaan Jalan dan Jembatan.
(23) Direktorat Jenderal Bina Marga, Panduan Survei Jalan berdasarkan IRMS
(Integrated Road Management System).
(24) Direktorat Jenderal Bina Marga, Panduan Survei Jembatan berdasarkan BMS
(Bridge Management System).
Petunjuk Pengadaan Leger Jalan
KONSEP
PETUNJUK PENGADAAN LEGER JALAN
BUKU 1
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
KONSEP
PETUNJUK PELAKSANAAN TEKNIS PENGADAAN LEGER JALAN
BUKU 2
___________________________________________________________
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
BAB 1 DESKRIPSI................................................................................... 1-1
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................1-1
1.1.1 Maksud .............................................................................1-1
1.1.2 Tujuan ..............................................................................1-1
1.2 RUANG LINGKUP .........................................................................1-1
1.3 DEFINISI DAN PENGERTIAN.........................................................1-2
BAB 2 KETENTUAN UMUM ...................................................................... 2-1
2.1 SISTEM MANAJEMEN JALAN .........................................................2-1
2.2 DATA JARINGAN JALAN................................................................2-2
2.3 JENIS PEKERJAAN PENANGANAN JALAN .......................................2-2
2.3.1 Penanganan Jalan..............................................................2-2
2.3.2 Penanganan Jembatan .......................................................2-3
BAB 3 TATA CARA PEMBUATAN DAN PENETAPAN LEGER JALAN ......... 3-1
3.1 PEMBUATAN LEGER JALAN...........................................................3-1
3.1.1 Umum...............................................................................3-1
3.1.2 Tahapan Pelaksanaan ........................................................3-3
3.1.3 Pengumpulan Data Sekunder/Survai Institusional . . . . . . . . 3-6
3.1.4 Pengumpulan Data Primer / Survai Lapangan .....................3-6
3.1.4.(1) Datum dan Sistem Proyeksi .................................3-7
3.1.4.(2) Ruas Jalan..........................................................3-8
3.1.4.(3) Lingkup Pekerjaan Survei Lapangan ................... 3-10
3.1.4.(4) Penentuan Posisi Horizontal dan Vertikal ............ 3-34
3.1.4.(5) Pengukuran Geometrik Jalan ............................. 3-51
3.1.4.(6) Pengukuran, Pengumpulan Data Bangunan Pelengkap
dan Perlengkapan Jalan..................................... 3-52
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
ii
3.1.4.(7) Pengukuran / Pengumpulan Data Luas dan Harga
Lahan Ruang Milik Jalan .................................... 3-53
3.1.4.(8) Pengukuran dan Pengumpulan Data Konstruksi Jalan
........................................................................ 3-54
3.1.4.(9) Pengukuran dan Pengumpulan Data Konstruksi
Jembatan ......................................................... 3-55
3.1.4.(10)Pengambilan Foto Dokumentasi ......................... 3-57
3.1.5 Pengolahan Data.............................................................. 3-58
3.1.5.(1) Verifikasi dan Validasi Data................................ 3-58
3.1.5.(2) Perhitungan dan Penggambaran Topografi (Data
Spatial) ............................................................ 3-59
3.1.5.(3) Input Data Hasil Pengamatan Ke Dalam Form Isian
(Data Tabulator) ............................................... 3-59
3.1.5.(4) Kompilasi Data Tabulator dan Data Spatial ......... 3-60
3.1.6 Penggandaan Dan Penjilidan Leger Jalan........................... 3-60
3.1.6.(1) Data Leger Jalan yang Terbentuk Dalam Kartu ... 3-60
3.1.6.(2) Penggandaan Dan Penjilidan ............................. 3-60
3.1.7 Kebutuhan Personil Pembuatan Leger Jalan....................... 3-77
3.1.7.(1) Personil Pembuatan Leger Jalan......................... 3-77
3.1.7.(2) Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ................... 3-77
3.1.8 Institusi Pembuat Leger Jalan ........................................... 3-80
3.2 PENETAPAN LEGER JALAN.......................................................... 3-80
3.2.1 Pra-Penetapan ................................................................. 3-80
3.2.2 Penetapan Leger Jalan ..................................................... 3-83
3.2.3 Legalisasi......................................................................... 3-84
3.2.3.(12)Jalan Nasional .................................................. 3-84
3.2.3.(2) Jalan Provinsi.................................................... 3-84
3.2.3.(3) Jalan Kabupaten/Kota ...................................... 3-85
3.2.3.(4) Jalan Desa........................................................ 3-85
3.2.3.(5) Jalan Khusus .................................................... 3-86
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
iii
BAB 4 TATA CARA PENYIMPANAN, PEMELIHARAAN DAN PENYAMPAIAN
INFORMASI LEGER JALAN........................................................... 4-1
4.1 TEMPAT PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN ...............................4-1
4.2 PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN ............................................4-2
4.2.1 Leger Jalan Nasional .........................................................4-2
4.2.2 Leger Jalan Provinsi ...........................................................4-3
4.2.3 Leger Jalan Kabupaten / Kota .............................................4-3
4.2.4 Leger Jalan Desa ...............................................................4-4
4.2.5 Leger Jalan Khusus ............................................................4-4
4.3 PENYAMPAIAN INFORMASI ..........................................................4-7
BAB 5 TATA CARA PEMANTAUAN ........................................................... 5-1
5.1 PERSIAPAN..................................................................................5-1
5.2 PELAKSANAAN.............................................................................5-2
5.2.1 Kebutuhan Staf..................................................................5-2
5.2.2 Pekerjaan Survey ...............................................................5-2
5.2.3 Institusi Penyelenggara Pemantauan...................................5-3
5.2.4 Formulir Pemantauan .........................................................5-3
BAB 6 TATA CARA PEMUTAKHIRAN DAN PENGGANTIAN LEGER JALAN 6-1
6.1 PEMUTAKHIRAN KARTU LEGER JALAN ..........................................6-1
6.1.1 Umum...............................................................................6-1
6.1.2 Pemutakhiran Data ............................................................6-2
6.1.2.(1) Ringkasan Data...................................................6-2
6.1.2.(2) Data Teknik ........................................................6-2
6.1.3 Pengukuran .......................................................................6-3
6.1.4 Institusi Penyelenggara Pemutakhiran Kartu Leger...............6-3
6.2 PENGGANTIAN KARTU LEGER JALAN ............................................6-4
6.2.1 Penggantian Kartu Leger Asli ............................................6-5
6.2.2 Penggantian Salinan (Copy) Kartu Leger..............................6-5
6.2.3 Institusi Penyelenggara Penggantian Kartu Leger.................6-6
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
iv
DAFTAR DIAGRAM, TABEL, GAMBAR DAN FORMULIR
Diagram 2-1 PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN ..............................................2-4
Diagram 3-1 PROSEDUR PEMBUATAN LEGER JALAN ..............................................3-5
Tabel 3-1 Data Sekunder dan Instansi Sumber Data ..........................................3-6
Tabel 3-2 Personil Pembuatan Leger Jalan....................................................... 3-77
Tabel 3-3 Institusi Pembuat Leger Jalan .......................................................... 3-80
Tabel 3-4 DATA KELENGKAPAN SURAT TANAH DALAM PEMBEBASAN TANAH MILIK
MASYARAKAT SEBAGAI SYARAT PERMOHONAN HAK / SERTIFIKAT
TANAH KE KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL SESUAI SUBYEK
HUKUM / PEMOHONNYA ................................................................. 3-82
Tabel 3-5 Institusi / Pejabat Legalisasi Leger Jalan........................................... 3-87
Tabel 4-1 Penyimpan dan Pemelihara Leger Jalan..............................................4-6
Tabel 5-1 Institusi Penyelenggara Pemantauan..................................................5-3
Tabel 6-1 Institusi Penyelenggara Pemutakhiran Kartu Leger..............................6-4
Tabel 6-2 Institusi Penyelenggara Penggantian Kartu Leger................................6-6
Gambar 3-1 Standar Patok Leger Jalan ............................................................... 3-11
Gambar 3-2 Pengukuran Posisi Horizontal Metode Poligon ................................... 3-36
Gambar 3-3 Penentuan Elevasi dengan Metode PenomoranSipat Datar................. 3-38
Gambar 3-4 Pengukuran Situasi Metode Koordinat Polar Menggunakan Argumen Sudut
dan Jarak ....................................................................................... 3-39
Gambar 3-5 Pengukuran Situasi Metode Koordinat Polar Menggunakan Argumen
Azimuth dan Jarak .......................................................................... 3-40
Gambar 3-6 Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi Metode Tachymetri ..................... 3-41
Gambar 3-7 Pengukuran Penampang Melintang Jalan.......................................... 3-42
Gambar 3-8 Penampang Melintang RUMAJA dan RUMIJA..................................... 3-54
Gambar 3-9 Bagian-Bagian Jalan........................................................................ 3-83
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
v
Formulir 5-1 DATA LAHAN RUANG MILIK JALAN (RUMIJA)...................................5-5
Formulir 5-2 DATA PERKERASAN BERBUTIR........................................................5-6
Formulir 5-3 DATA PERKERASAN SEMEN.............................................................5-7
Formulir 5-4 DATA PERKERASAN ASPAL..............................................................5-8
Formulir 5-5 SKETSA LOKASI BANGUNAN PELENGKAP & PERLENGKAPAN JALAN ..5-9
Formulir 5-6 DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG BULAT................................. 5-10
Formulir 5-7 DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG PERSEGI ............................. 5-11
Formulir 5-8 DATA PEKERJAAN SALURAN PERMANEN........................................ 5-12
Formulir 5-9 DATA PEKERJAAN PENUTUP LERENG (SLOPE PROTECTION) .......... 5-13
Formulir 5-10 DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN (TIPE PASANGAN BATU) ...... 5-14
Formulir 5-11 DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN (TIPE BETON BERTULANG) .. 5-15
Formulir 5-12 DATA PEKERJAAN BRONJONG....................................................... 5-16
Formulir 5-13 DATA RAMBU-RAMBU JALAN / LALU LINTAS.................................. 5-17
Formulir 5-14 SKETSA LOKASI UTILITAS UMUM.................................................. 5-18
Formulir 5-15 REKAMAN FOTO........................................................................... 5-19
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
1-1
BAB 1 DESKRIPSI
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN
1.1.1 Maksud
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan dimaksud sebagai
petunjuk operasional dalam mewujudkan leger jalan baik untuk ruas-
ruas jalan yang sudah memiliki leger jalan maupun ruas jalan yang
belum memiliki leger jalan untuk jalan nasional dan jalan tol, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, jalan desa dan jalan khusus.
1.1.2 Tujuan
Tujuan dari Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan adalah
untuk menyeragamkan tata cara operasional dalam pembuatan dan
penetapan leger jalan, penyimpanan dan pemeliharaan leger jalan,
pemantauan leger jalan, pemutakhiran leger jalan, penggantian leger
jalan serta penyampaian informasi leger jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan ini diharapkan
dapat digunakan oleh penyelenggara jalan provinsi, kabupaten/kota dan
desa serta jalan khusus dalam penyelenggaraan leger jalan sesuai
dengan kewenangannya.
1.2 RUANG LINGKUP
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan, mencakup uraian tata cara
kegiatan:
1. Pembuatan dan Penetapan.
2. Penyimpanan, Pemeliharaan dan Panyampaian Informasi.
3. Pemantauan.
4. Pemutakhiran dan Penggantian.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
1-2
1.3 DEFINISI DAN PENGERTIAN
(1). Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api dan jalan kabel.
(2). Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
(3). Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perorangan atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
(4). Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian dari sistem jaringan
jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar
tol.
(5). Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan
jalan tol.
(6). Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan
dan ambang pengamannya.
(7). Ruang Milik Jalan (Rumija) terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur
tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.
(8). Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) merupakan ruang tertentu di luar
ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan.
(9). Penyelenggaraan jalan adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan.
(10). Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar
teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia serta penelitian
dan pengembangan jalan.
(11). Penyelenggara jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan,
pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan sesuai dengan
kewenangannya.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
1-3
(12). Penyelenggara jalan nasional adalah menteri atau pejabat yang ditunjuk
untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan nasional termasuk jalan tol.
(13). Penyelenggara jalan provinsi adalah gubernur atau pejabat yang ditunjuk
untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan provinsi.
(14). Penyelenggara jalan kabupaten adalah bupati atau pejabat yang ditunjuk
untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan kabupaten, dan jalan desa.
(15). Penyelenggara jalan kota adalah walikota atau pejabat yang ditunjuk
untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan kota.
(16). Penyelenggara jalan khusus adalah orang atau instansi yang
melaksanakan penyelenggaraan jalan khusus.
(17). Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang menjadi bagian dari
jalan yang dibangun sesuai dengan persyaratan teknik antara lain
jembatan, ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-
gorong, tembok penahan, dan saluran tepi jalan.
(18). Perlengkapan jalan adalah sarana untuk mengatur keselamatan,
kelancaran, keamanan, dan ketertiban lalu lintas antara lain perangkat
lalu lintas, pengaman jalan, rambu jalan, jembatan penyeberangan, kotak
komunikasi, dan tempat pemberhentian angkutan umum.
(19). Leger jalan adalah dokumen yang memuat data mengenai perkembangan
suatu ruas jalan.
(20). Penyelenggara leger jalan adalah instansi pemerintah yang berada dalam
struktur penyelenggaraan jalan menurut status masing-masing ruas-ruas
jalan dalam wilayah wewenangnya.
(21). Menteri adalah Menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang
jalan
(22). Direktur jenderal adalah direktur jenderal yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang jalan.
(23). Pembuatan leger jalan meliputi kegiatan untuk mewujudkan leger jalan
dalam bentuk kartu dan digital dengan susunan sesuai yang ditetapkan.
(24). Penetapan leger jalan meliputi kegiatan untuk pengesahan leger jalan
yang telah disiapkan oleh penyelenggara jalan sesuai kewenangannya.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
1-4
(25). Penyimpanan dan pemeliharaan meliputi kegiatan untuk menjaga agar
leger jalan sesuai dengan umur yang ditetapkan.
(26). Pemantauan leger jalan meliputi kegiatan pengamatan, pencatatan dan
pengkajian dokumen untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada ruas
jalan yang telah dibuat leger jalan sebelumnya.
(27). Pemutakhiran leger jalan meliputi kegiatan untuk mengubah data dan /
atau gambar leger jalan yang telah ada karena terjadi perubahan.
(28). Penggantian leger jalan meliputi kegiatan untuk mengganti leger jalan
yang rusak.
(29). Penyampaian informasi merupakan kegiatan untuk menginformasikan
data leger jalan kepada pihak yang memerlukan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
2-1
BAB 2
KETENTUAN UMUM
2.1 SISTEM MANAJEMEN JALAN
Jalan nasional, provinsi, kabupaten, kota dan desa masing-masing harus
memiliki sistem manajemen dalam menyiapkan perencanaan penyusunan
anggaran, rencana teknis (desain) dan pelaksanaan pekerjaan jalan di
Indonesia.
Sistem-sistem tersebut secara umum adalah sebagai berikut:
(1). Perencanaan Tahunan, meliputi kegiatan:
1. Kaji ulang dan pemutakhiran database.
2. Survai jaringan jalan.
3. Analisa dan penaksiran biaya.
4. Penyaringan dan penyusunan peringkat.
5. Penyusunan program lanjutan.
(2). Desain / Rencana Teknis, meliputi kegiatan:
1. Pengumpulan data dan penyelidikan lapangan.
2. Menyiapkan Standar dokumen pelelangan dan pelaksanaan
konstruksi.
3. Evaluasi ekonomi proyek.
4. Mengoptimalkan disain yang layak dengan anggaran yang tersedia.
5. Desain akhir gambar teknis, kuantitas dan biaya.
(3). Pra-Konstruksi / Pelelangan, meliputi kegiatan:
1. Pembuatan dokumen pelelangan.
2. Proses pelelangan dan kunjungan lapangan.
3. Adenda umum.
4. Evaluasi lelang.
5. Pemenang kontrak.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
2-2
(4). Pelaksanaan Konstruksi, meliputi kegiatan:
1. Manajemen operasi / Action Plan.
2. Pengendalian mutu.
3. Pengendalian kemajuan fisik dan keuangan.
4. Rincian perubahan kontrak (bila ada).
5. Laporan akhir proyek.
6. Gambar terlaksana (As-Built Drawing) jalan.
2.2 DATA JARINGAN JALAN
2.2.1 Data jaringan jalan yang selalu mutakhir akan memberikan gambaran
tentang kondisi suatu ruas jalan dari seluruh jaringan jalan menurut
statusnya masing-masing untuk dilakukan penyaringan dan pilihan
pekerjaan yang diperlukan dapat dipertimbangkan dan disusun dalam
urutan prioritas penanganan.
2.2.2 Untuk keperluan leger jalan data jaringan jalan tersebut kemudian
diidentifikasi dalam 2 (dua) kelompok, seperti terlihat pada Diagram 2.1
Prosedur Pengadaan Leger Jalan sebagai berikut:
(1). Ruas jalan yang telah memiliki leger jalan.
(2). Ruas jalan yang belum memiliki leger jalan.
2.3 JENIS PEKERJAAN PENANGANAN JALAN
2.3.1 Penanganan Jalan
1. Pekerjaan Pembangunan Jalan.
2. Pekerjaan Peningkatan Jalan.
3. Pekerjaan Pemeliharaan Berkala Jalan.
4. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin Jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
2-3
2.3.2 Penanganan Jembatan
1. Pekerjaan Pembangunan Jembatan.
2. Pekerjaan Penggantian Jembatan.
3. Pekerjaan Pemeliharaan Rutin Jembatan.
Yang menjadi bagian dalam pembuatan leger jalan dari ke 7 (tujuh)
jenis penanganan tersebut hanya pekerjaan pemeliharaan rutin jalan
dan rutin jembatan tidak menjadi bagian dari perubahan-perubahan
suatu ruas jalan yang telah memiliki leger jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
2-4
Diagram 2-1
PROSEDUR PENGADAAN LEGER JALAN
JALAN NASIONAL / TOL
DATA BASE JARINGAN JALAN
JALAN PROVINSI JALAN KABUPATEN/KOTA JALAN DESA JALAN KHUSUS
RUAS JALANBELUM DI-LEGER
RUAS JALANSUDAH DI-LEGER
PENYARINGANTIDAKPENYIMPANAN DAN
PEMELIHARAAN
PEMBUATAN
PEMANTAUAN
PEMUTAKHIRAN
PUBLIKASI
PENGGANTIAN
PENETAPAN
DISTRIBUSI Ke Pihak Terkait
TIDAK
AS-BUILT DRAWING
PROYEK-PROYEK
OK
OK
DOKUMEN LEGER JALAN
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-1
BAB 3
TATA CARA PEMBUATAN DAN PENETAPAN LEGER
JALAN
3.1 PEMBUATAN LEGER JALAN
3.1.1 Umum
Pembuatan leger jalan dilaksanakan pada ruas jalan yang belum
dilegerkan. Kegiatan yang perlu dilaksanakan di bawah ini dilakukan
apabila ruas jalan tersebut belum mempunyai gambar terlaksana jalan
(ABD) sesuai dengan format yang ditentukan. Untuk ruas jalan yang
sudah mempunyai ABD kegiatan pembuatan leger jalan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
Kegiatan utama untuk pembuatan leger jalan adalah pengumpulan data
primer di lapangan dan pengumpulan data sekunder di instansi-instansi
terkait. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data
primer dan data sekunder dalam pekerjaan leger jalan dan harus
dipenuhi adalah:
1. Tersedianya personil yang berpengalaman
2. Tersedianya alat yang memadai
3. Rencana kerja yang cermat dan terinci
Jenis kegiatan yang dilakukan antara lain:
Tahap persiapan
Tahap pengumpulan data
Tahap pengolahan data
Penyajian kartu leger
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-2
Personil yang dibutuhkan pada pekerjaan leger jalan meliputi tenaga
ahli teknik jalan raya, tenaga ahli pengukuran topografi (Geodetic
Engineer), asisten ahli topografi, surveyor topografi, dan CAD Operator
(bila proses penggambaran secara digital).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memobilisasikan personil,
antara lain:
1. Highway Engineer adalah sarjana teknik jalan raya yang
berpengalaman dalam pengumpulan data dan perencanaan jalan
termasuk jembatan.
2. Highway Engineer harus dapat memahami lingkup pekerjaan yang
terdapat dalam spesifikasi teknis (TOR) dan dapat memimpin tim.
3. Geodetic Engineer adalah seorang sarjana geodesi yang
berpengalaman dalam bidang pengukuran dan pemetaan dan
menguasai aspek teknis baik dalam pengumpulan data dan proses
penggambaran (manual / digital).
4. Geodetic Engineer harus dapat memahami lingkup pekerjaan
pengukuran yang terdapat dalam spesifikasi teknis (TOR) sehingga
hasil pengukuran dapat tepat sasaran.
5. Selain itu seorang Geodetic Engineer dituntut mampu bekerjasama
dengan ahli-ahli bidang lain seperti Highway Engineer, Bridge
Engineer dan Geology Engineer di dalam merencanakan dan
melaksanakan pekerjaan.
6. Dalam pelaksanaannya seorang Geodetic Engineer sebaiknya
dibantu oleh seorang asisten geodesi untuk mengawasi jalannya
pengukuran topografi dan mempunyai kualifikasi minimal D3
bidang pengukuran dan pemetaan.
7. Surveyor topografi adalah seorang yang berpengalaman di bidang
pengukuran, dan berlatar belakang pendidikan minimal STM/SMA
dan telah mengikuti kursus / pelatihan pengukuran topografi.
Seorang surveyor topografi dituntut dapat bekerjasama secara tim,
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-3
serta teliti dan sabar dalam mengoperasikan alat di tengah kondisi
lapangan yang cukup berat.
8. Juru gambar diperlukan untuk menyajikan data yang telah
dikumpulkan dan diproses surveyor topografi menjadi gambar
situasi sesuai format leger jalan. Juru gambar dapat diganti
dengan seorang CAD Operator secara digital yang mampu
mengoperasikan perangkat-perangkat lunak (software) dan
perangkat keras (hardware) yang berkaitan dengan survey dan
pemetaan, berlatar belakang pendidikan minimal SMA/STM dan
telah mengikuti kursus / pelatihan dengan proses penggambaran
secara digital, serta mempunyai pengetahuan di bidang
pengukuran dan pemetaan.
3.1.2 Tahapan Pelaksanaan
Semua kegiatan dan tahapan pelaksanaan pembuatan leger jalan untuk
ruas jalan yang belum tersedia ABD yang sesuai format (lihat Diagram
3.1) mencakup kegiatan-kegiatan sebagai beikut:
(1). Persiapan, bertujuan untuk:
Konsolidasi ke dalam (Internal)
Koordinasi keluar (Eksternal)
(2). Pengumpulan Data Sekunder / Survai Institusional, bertujuan
untuk:
Pengumpulan Dokumen Leger Jalan status terakhir pada ruas
yang ditetapkan.
Pengumpulan data riwayat jalan (riwayat perkerasan, data lalu
lintas, data perwujudan jalan, data black spot), data
kepemilikan tanah, data utilitas publik, harga / nilai tanah objek
pajak.
(3). Pengumpulan Data Primer / Survai Lapangan, bertujuan untuk:
Penentuan / penetapan titik ikat leger jalan terhadap sistem
kerangka kontrol nasional.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-4
Pengukuran posisi horizontal.
Pengukuran posisi vertikal.
Pengukuran penampang melintang.
Pengukuran situasi jalan dan jembatan (data kelengkapan jalan
dan utilitas publik, bangunan pengaman dan bangunan
pelengkap).
Pengumpulan dan pengamatan data konstruksi jalan dan
jembatan.
Pengumpulan dan pengamatan bangunan pengaman dan
pelengkap jalan.
Pengumpulan dan pengamatan bangunan utilitas publik.
Pengambilan dokumentasi.
(4). Pengolahan data
Verifikasi dan validasi data lapangan.
Pembangunan sistem database leger jalan.
Penghitungan dan penggambaran topografi jalan (data spatial).
Pengisian data hasil pengamatan ke dalam form isian (data
tabular).
Kompilasi data tabular (form yang telah diisi data) dengan data
spatial (data topografi jalan).
Import file data leger ke dalam database.
(5). Penggandaan dan Penjilidan
Pencetakan dan penggandaan.
Updating data / pemutakhiran.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-5
Diagram 3-1
PROSEDUR PEMBUATAN LEGER JALAN
MULAIKOORDINASI
&MOBILISASI
� Data Base Jalan� Proyek Jalan� As-Built Drawing� LHR� Utilitas Publik� Data NJOP� Data Terkait
Survey Institusional
Pengumpulan Dokumen Leger
Jalan Status Terakhir
Tahap Persiapan
Survey Lapangan
Verifikasi &Validasi Data
� Pencatatan Konstruksi Jembatan
� Pencatatan Konstruksi Jalan� Bangunan Pelengkap� Bangunan Pengaman� Bangunan Utilitas Publik
Pengisian Form Leger
(Data Tabular)
Input Data Tabular & Spatial Ke Dalam
Kartu Leger
Updating DataLeger Jalan
Sistem Pendokumentasian
Leger Jalan
� Penentuan titik Ikat Awal & Pemasangan Patok Leger
� Pengukuran Posisi Horizontal dan Posisi Vertikal
� Pengukuran Situasi Jalan & Jembatan
� Pengukuran Cross Section Jalan
� Foto Dokumentasi
Penggambaran Survey Topografi
(Data Spatial)
Tahap Survey Lapangan dan Pengumpulan Data Sekunder
Tahap Pengolahan Data
PRODUK
PENETAPAN
CE
TA
K
DOKUMEN LEGER JALAN
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-6
3.1.3 Pengumpulan Data Sekunder/Survai Institusional
Kegiatan ini meliputi pengumpulan data sekunder untuk mendapatkan
data yang digunakan untuk mendukung kelengkapan data leger jalan
yang dimaksud, antara lain seperti terlihat pada tabel 3.1.
Tabel 3-1 Data Sekunder dan Instansi Sumber Data
No. JENIS DATA SEKUNDERINSTANSI SUMBER
DATA1 SK dan Daftar Ruas Jalan Bina Marga2 Peta Jaringan Jalan Bina Marga3 Peta Jaringan Utilitas Publik PDAM, PLN, Gas & Telkom4 Daftar Ruas Jalan yang sudah di-Leger Bina Marga5 Daftar Riwayat Perkerasan Bina Marga6 Sertifikat Tanah BPN setempat7 Gambar Terlaksana Jalan Bina Marga8 Data Perwujudan Jalan* Bina Marga9 Data LHR Ruas Jalan Bina Marga
10 Data NJOP KP-PBB setempat11 Data riwayat longsoran/banjir (blackspot) Bina Marga
*Data perwujudan jalan meliputi jenis konstruksi, biaya, pelaksana,
tahun, volume pekerjaan, lokasi dan lain-lain.
3.1.4 Pengumpulan Data Primer/Survai Lapangan
Untuk ruas jalan nasional/tol, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota
menggunakan dasar pengukuran yang sama dilaksanakan dengan
maksud untuk memetakan dan mencatat situasi pada tapak badan
jalan, Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), Ruang Milik Jalan (Rumija) dan
Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja).
Tata cara pengumpulan data primer mengacu pada Pedoman
Pengukuran Topografi Untuk Pekerjaan Jalan dan Jembatan No. 010-
B/PW/2004 yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pengumpulan
data primer leger jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-7
3.1.4.(1) Datum dan Sistem Proyeksi
Data yang disajikan merupakan data yang sangat diperlukan
dalam kaitannya dengan pekerjaan lainnya, sebelumnya
ditententukan dahulu system proyeksi karena data berupa
ukuran, jarak, koordinat dan ini merupakan data spatial.
Sistem proyeksi yang digunakan Universal Tranverse Mercator
(UTM) umum digunakan pada pemetaan rupa bumi di
Indonesia dari jaring titik control horizontal banyak tersebar
ditempat-tempat yang telah ditentukan, ini berupa patok
beton dengan tanda khusus sebagai titik ikat pengukuran
dalam pekerjaan pemetaan lainnya.
Adapun data yang digunakan untuk menghitung koordinat
dalam system proyeksi tersebut adalah elipsoida yang
mempunyai harga sbb:
a = 6378137 m
f = 0,00335281
dimana: a= radius semi-major bumi
f= penggepengan bumi / flattened
yang dinamai WGS-84
Koordinat-koordinat yang merupakan jaring titik kontrol
horizontal juga bisa digunakan pada pekerjaan leger jalan
apabila sebarannya masih didalam/berada pada jangkauan
sebagai titik ikat pengukuran. Jika diluar jangkauan terlebih
dahulu dilakukan pengukuran jarring titik kontrol dengan alat
GPS yang diikatkan dengan jaringan titik control yang telah
ada/tersedia sebelumnya.
Dalam operasionalnya dengan alat GPS disetup terlebih
dahulu datum yang digunakan dan offset waktu setempat
terhadap universal time (UT), zone dan meridian sentral
tempat pengukuran GPS,unit/satuan yang dipakai.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-8
3.1.4.(2) Ruas Jalan
Pada penentuan ruas jalan harus disepakati terlebih dahulu
awal titik ruas jalan. Awal titik ruas jalan dilapangan bisa
berupa titik perpotongan antara dua atau lebih as ruas jalan
dimana masing-masing ruas mulai diukur panjangnya sesuai
dengan awal titik tentunya. Pengukuran panjang/jarak ruas
jalan dilakukan dengan metoda gelembung waterpas ditengah
dengan menggunakan pita baja/meteran baja yang dilengkapi
bandul/unting-unting dan jalon/anjir. Sebaiknya dihindari
pemakaian bahan/material meteran yang bermodulus panjang
∆L≥0,0001L; panjang meteran minimal 50m.
Pada dasarnya jarak yang diukur sesuai dengan panjang yang
kedudukannya mendatar yang ditunjukkan oleh gelembung
waterpas terletak ditengah. Demikian juga jarak yang diukur
dengan EDM kedudukan nivo harus ditengah dengan akurasi
jarak datar adalah (±3+3ppmXD)mm.
Pada pengukuran panjang/jarak suatu ruas jalan harus
mengikuti topografi dimana ruas jalan berada, sehingga
panjangnya mengikuti bentuk as badan jalan dan permukaan
jalan. Hal ini bisa ditemukan perbedaan panjang ruas jalan
LLJ
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-9
karena disebabkan oleh metoda yang digunakan dalam
melakukan pengukuran dan tanda awal titik pengukuran.
Untuk itu perlu disepakati / ditetapkan tanda “fix” mulai
pengukuran panjang ruas jalan. Keadaan fisik ruas jalan di
lapangan mempunyai kelandaian/grade dan bentuk (lurus,
belok dan lengkung peralihan) secara geometrik. Untuk
menentukan panjang fisik ruas jalan di lapangan dari hasil
pengukuran harus direduksi dengan menghitung dari elemen
kelandaian dan elemen geometrik jalan.
Bentuk ruas jalan diperoleh dengan mengukur koordinat as
jalan setiap 50m untuk jalan lurus dan 25m untuk jalan belok
dan lengkung peralihan. Panjang jalan diperlihatkan oleh
profil memanjang jalan terhadap bidang datum/MSL.
Ruas jalan
BIDANG PROYEKSI
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-10
3.1.4.(3) Lingkup Pekerjaan Survai Lapangan
(1). Penentuan Titik Ikat Leger Jalan dan
Pemasangan Patok Leger Jalan
A. Persiapan
Siapkan perlengkapan survai, yaitu peta jaringan
jalan, peta kerja/survai, formulir-formulir survey,
papan penjepit formulir, ballpoint, pylox/cat
putih dan pita baja EDM.
Tetapkan ruas jalan yang akan disurvai pada
peta kerja/survai dan peta dasar yang telah
dilengkapi dengan nomor-nomor titik ikat dan
nama-nama jalan.
Siapkan patok-patok leger jalan dalam jumlah
yang diperlukan, dengan spesifikasi sebagai
berikut (lihat gambar (3.1)
Terbuat dari beton bertulang dengan ukuran
telapak 70x70x15 Cm dan batang patok
ukuran 20x20x70 Cm.
Patok ditanam pada kedalaman 45 Cm.
PROFIL MEMANJANG/PANJANG RUAS
BIDANG GEOID/MSL
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-11
Campuran beton 1PC: 2PS: 3KRI.
Tulangan baja berdiameter 8 mm dan 6 mm.
Titik ikat di atas permukaan patok dari baut
diameter ½ inchi.
Cat dasar warna kuning.
Cat huruf warna merah dengan ukuran tinggi (h)
4 Cm, tebal (t) 1 Cm, lebar (L) 3 Cm.
Logo PU warna hitam dengan ukuran 10x10 Cm.
Huruf, angka dan logo tercetak tenggelam.
B. Penentuan Lokasi titik ikat dan pemasangan patok leger
jalan.
Lokasi-lokasi yang diperlukan sebagai titik ikat leger
jalan, sebagai berikut:
1 (satu) titik ikat pada awal ruas jalan.
1 (satu) titik ikat pada akhir ruas jalan.
1 (satu) titik ikat pada setiap interval sepanjang 5
(lima) kilometer menggunakan pengukuran jarak
pita baja EDM.
Penempatan patok leger jalan pada tempat yang
mudah terlihat di ruang milik jalan.
Gambar 3-1 Standar Patok Leger Jalan
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-12
Membaca hasil dari theodolit dan waterpass
kemudian diberi tanda cat (patok non
permanen) pada tepi ruas jalan dan pencatatan
jumlah patok non permanen yang telah
dipasang.
Pencatatan jumlah patok beton kontrol yang
telah dipasang.
Proses ini dilakukan terus sepanjang ruas jalan
yang diamati dari titik awal sampai dengan titik
akhir ruas jalan tersebut.
Identifikasi secara jelas situasi lapangan seperti
persimpangan / perpotongan jalan, bangunan-
bangunan dan/atau tanda-tanda fisik lainnya.
Lokasi titik ikat, selalu diusahakan agar:
Terletak / tertanam diatas tanah yang stabil.
Di tempat terbuka dan aman dari gangguan
lalu lintas.
Mudah diikatkan dengan titik-titik lainnya
dan mudah diidentifikasi.
Titik-titik ikat tersebut melingkupi seluruh
lokasi pengukuran.
Pemasangan Monumen
Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu
dilakukan pemasangan titik-titik leger jalan berupa
bench mark, titik kontrol point (CP) dan patok kayu
pengukuran.
Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan
monumen antara lain:
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-13
1. Batas wilayah wewenang ruas jalan sesuai UU
OTDA pasal 9 ayat (1) dan (2) No. 32 tahun
2004 yang diketahui bersama oleh instansi
terkait masing-masing.
2. Spesifikasi BM berupa patok beton bertulang
dengan ukuran 20 x 20 x 100 Cm dicat kuning,
diberi nomor pada samping bagian atas diberi
lambang PU, dibagian atas patok beton diberi
baut/neut.
3. Spesifikasi CP adalah patok paralon diameter Φ
0.1m bertulang dengan ukuran panjang 0.80m
dicat warna kuning, diberi nomor, bagian
atasnya diberi baut berupa neut.
4. Bench Mark (BM) dipasang (ditanam sedalam 70
cm sehingga yang muncul diatas permukaan
tanah ±30 cm) diawal dan diakhir ruas jalan
selain itu pada CP dan patok kayu.
5. Setiap pemasangan BM harus disertai
pemasangan patok CP/kontrol point sebagai
pasangannya untuk mendapatkan aimuth pada
pekerjaan leger jalan. Pemasangan BM
sebaiknya diletakkan di sebelah kiri jalan dan CP
disebelah kanan jalan.
6. BM dan CP dipasang pada lokasi yang aman dari
gangguan dan tidak mengganggu aktifitas
sehari-hari dan bisa digunakan sebagai tanda
pementauan leger jalan secara berkala,
dipasang kuat dan mudah dicari.
7. Setiap BM dan CP didokumentasikan dan dibuat
deskripsinya.
(2). Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-14
Pengukuran kerangka kontrol horizontal dilakukan
dengan metode poligon terikat sempurna, yaitu terikat
pada dua titik referensi yang koordinatnya sudah
diketahui.
Pengukuran kerangka kontrol horizontal dapat
dilakukan dengan beberapa metode antara lain:
Pengukuran poligon dengan sistem koordinat lokal
Pengukuran kerangka kontrol horizontal dengan
sistem koordinat lokal dilakukan jika tidak terdapat
titik referensi di sekitar lokasi proyek, tidak
dilakukan pengukuran posisi dengan GPS. Jika
kondisinya demikian maka dilakukan pengukuran
poligon dengan sistem koordinat lokal. Koordinat
titik poligon sebagai titik kontrol horizontal dihitung
berdasarkan hasil pengukuran teristeris yaitu
pengukuran diatas permukaan bumi. Pada kondisi
ini dianggap permukaan bumi adalah datar
sehingga hasil ukuran langsung dihitung
koordinatnya dengan hitungan poligon terbuka.
Kelebihan cara ini adalah perhitungan lebih mudah
karena tidak ada reduksi dan koreksi proyeksi jika
akan dilakukan pengukuran stake out maka
koordinat titik pengukuran dapat langsung dipakai
sebagai titik referensi. Kekurangan cara ini adalah
koordinat hasil pengukuran tidak dapat dimasukkan
dalam sistem koordinat nominal seperti sistem
koordinat UTM atau TM3.
Pengukuran Poligon dengan Sistem Poligon Terikat
Sepihak
Jika hanya ada satu koordinat referensi yang ada di
lapangan maka dilakukan pengukuran poligon
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-15
terikat sepihak diatas kerangka horizontal. Karena
hanya terdapat satu titik referensi yang diketahui
koordinatnya maka pengukuran poligon dilakukan
dengan sistem poligon kring/loop tertutup, yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang
sama. Hal ini dilakukan sebagai kontrol sudut dan
jarak pengukuran. Pada kondisi ini dianggap
permukaan bumi adalah datar sehingga hasil
ukuran langsung dihitung koordinatnya dengan
perhitungan poligon tertutup. Kelebihan cara ini
adalah perhitungan lebih mudah karena tidak ada
reduksi dan koreksi proyeksi.
Jika akan dilakukan pengukuran stake out maka
koordinat titik pengukuran dapat langsung dipakai
sebagai titik referensi. Kekurangan cara ini adalah
koordinat hasil pengukuran tidak dimasukkan dalam
sistem koordinat nominal seperti sistem koordinat
UTM ataupun TM3 karena hanya terikat pada satu
titik referensi maka referensi arah azimutnya tidak
terkontrol (tidak kuat).
Pengukuran Poligon terikat pada Dua Titik Referensi
GPS
Pengukuran kerangka kontrol horizontal dengan
cara ini adalah yang paling disarankan, karena hasil
pengukurannya dapat dikontrol dengan adanya dua
titik referensi.
Pengukuran poligon sebagai cara untuk pengukuran
kerangka kontrol horizontal dilakukan diatas bumi
fisik (diatas bidang geoid) sedangkan titik
referensinya diukur dengan alat GPS. Pengukuran
posisi dengan alat GPS menggunakan ellipsoida
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-16
sebagai referensinya, sehingga referensi antara
pengukuran poligon dengan pengukuran GPS tidak
terletak pada bidang referensi yang sama. Kondisi
demikian diperlukan reduksi hasil pengukuran
poligon yang berupa sudut, jarak dan azimut ke
bidang referensi ellipsoida. Karena penggambaran
dilakukan diatas bidang datar sedangkan bidang
referensi ellipsoida adalah bidang lengkung maka
diperlukan koreksi proyeksi.
Karena jarak antar poligon kerangka kontrol
horizontal kurang dari 2 (dua) Km maka reduksi
jarak, sudut dan azimutnya sangat kecil dan dapat
diabaikan, sehingga hasil ukuran dapat dianggap
sebagai data ukuran di ellipsoid. Koreksi proyeksi
meliputi koreksi konvergensi grid, koreksi
kelengkungan garis dan koreksi faktor skala.
Jika disampaikan dalam sistem UTM maka
dilakukan koreksi proyeksi dengan besaran dalam
sistem UTM. Demikian juga jika disampaikan dalam
sistem TM3 maka dilakukan koreksi proyeksi
dengan besaran dalam sistem TM3.
Setelah dilakukan koreksi terhadap hasil ukuran
poligon selanjutnya dilakukan perhitungan dengan
perataan Bouwditch Kelebihan cara ini adalah
sistem koordinatnya dalam sistem nasional.
Kelemahan cara ini adalah perhitungannya rumit,
jika akan dilakukan rekonstruksi titik dengan cara
stake out maka koordinatnya harus dikembalikan
lagi ke koordinat dipermukaan bumi fisik (geoid).
Pengukuran kerangka kontrol horizontal metode
poligon meliputi pengukuran sudut titik poligon,
2CPo
BM
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-17
pengukuran jarak sisi poligon dan pengukuran
azimut arah.
Persamaan Bouwdicth
akhir – awal = ∑ β + (n x 180°) ± β
Xakhir – Xawal = ∑ d Sin ± f x
Xakhir – Xawal = ∑ d Cos ± f y
Kesalahan jarak linier : fl =
d
2)(2)( fyfxfl ≤ 10000/1
Koreksi sudut: f β = xd
dij
f β
X1 = XBMo + dBM1-1 Sin A1 X2 = X1 + d12 Sin 12
Y1 = XBMo + dBM1-1 Cos 1 Y2 = Y1 + d12 Cos 12
(3). Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal
Pengukuran kerangka control vertikal dilakukan dengan
metode sipat datar di sepanjang ruas leger jalan
melewati BM, CP dan semua patok kayu.
Selain dalam pemilihan alat yang tepat, pemilihan
metode pengukuran dan teknik-teknik pengukuran
sangat mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran sipat
datar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran kerangka control vertikal dengan metode
sipat datar adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran sipat datar dilakukan pergi-pulang
secara kring/loop pada setiap seksi. Panjang seksi
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-18
± 1-2 Km dengan toleransi ketelitian pengukuran
sebesar 10 mm D Km. Dimana D= jumlah jarak
dalam KM. Pengukuran dilakukan 4 (empat) kali
sebagai kontrol pengukuran, hasil pengukuran satu
dengan yang lainnya tidak boleh lebih dari 5 (lima)
kali ketelitian alat, dari 4 (empat) kali pengukuran
dirata-rata sebagai hasil pengukuran.
2. Pengukuran sipat datar harus menggunakan alat
sipat datar otomatis atau yang sederajat, alat ukur
sipat datar sebelum digunakan harus dikalibrasi dan
hasilnya dicatat dalam formulir kalibrasi, yang telah
diperiksa oleh pihak yang berwenang.
3. Perubahan rambu harus dilakukan pada 3 benang
silang yaitu benang atas (ba), benang tengah (bt)
dan benang bawah (bb) sebagai kontrol bacaan.
4. Rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk
pengecekan vertikalnya rambu perlu dipegang
bergantian muka dan belakang dan dengan slag
genap. Hal ini untuk mengurangi kesalahan akibat
titik nol rambu yang tidak sama.
5. Alat sipat datar diupayakan terletak di tengah-
tengah antara dua rambu yang diukur. Hal ini untuk
mengurangi kesalahan akibat garis bidik tidak
sejajar garis arah nivo.
6. Pengukuran harus dihentikan jika terjadi induksi
udara (biasanya pada tengah hari) yang diakibatkan
oleh pemuaian udara oleh panasnya matahari
ataupun bila turun hujan.
Prosedur / tahapan yang dilakukan pada pengukuran
kerangka control vertical metode sipat datar adalah:
1. Siapkan formulir pengukuran sipat datar.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-19
2. Pasang alat sipat datar pada statif terletak diantara
titik BM0 (yang diketahui ketinggiannya) dengan
patok kayu titik 1, atau sumbu I vertical alat ukur
sipat datar dengan mengatur sekrup pendatar.
3. Pasang rambu secara vertical (rambu dilengkapi
dengan nivo rambu) pada titik BM0 dan titik 1.
4. Arahkan teropong pada rambu di titik BM0,
kencangkan klem, tepatkan benang silang pada
rambu dengan penggerak halus horizontal, baca
dan catat bacaan benang atas (ba) benang tengah
(bt) dan benang bawah (bb). Untuk kontrol bt = ½
(ba+bb).
5. Buka klem horizontal, tepatkan benang silang pada
rambu di titik 1, kencangkan klem, tepatkan benang
silang pada rambu dengan penggerak halus
horizontal, baca dan catat bacaan benang atas
(ba), benang tengah (bt) dan benang bawah (bb).
6. Pindahkan alat sipat datar diantara patok kayu
berikutnya (antara titik 1 dan titik 2), atur sumbu I
vertikal.
7. Arahkan teropong pada rambu di titik 1,
kencangkan klem, tepatkan benang silang pada
rambu dengan penggerak halus horizontal, baca
dan catat bacaan benang atas (ba), benang tengah
(bt) dan benang bawah (bb).
8. Buka klem horizontal, arahkan teropong ke rambu
di titik 2, kencangkan klem, tepatkan benang silang
pada rambu dengan penggerak halus horizontal,
baca dan catat bacaan benang atas (ba), benang
tengah (bt) dan benang bawah (bb).
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-20
9. Ulangi pekerjaan diatas untuk titik-titik berikutnya
dengan pertimbangan dalam sehari dapat
mengukur mengukur satu kring pulang-pergi,
usahakan pengukuran pulang tidak dilakukan
dengan formulir sama dengan formulir pengukuran
pergi.
10.Apabila karena kondisi topografinya yang curam
alat ukur sipat datar tidak dapat mengamat rambu
di dua titik tersebut maka lakukan pengukuran sipat
datar berantai dengan menggunakan titik bantu.
(4). Penentuan Azimuth
A. Sarana Penentuan Azimuth
Azimuth suatu garis dapat ditentukan dengan
menggunakan, antara lain:
Azimuth magnetis (kompas)
Azimuth astronomis (matahari dan bintang)
Dengan perhitungan dari dua buah titik tetap yang
sudh diketahui koordinatnya
a. Azimuth Magnetis
Azimuth magnetis adalah besar sudut horizontal
yang dimulai dari ujung magnet (ujung Utara)
sampai pada ujung garis bidik titik amat.
Azimuth yang dimaksud adalah azimuth yang diukur
dengan menggunakan alat ukur sudut teodolit yang
menggunakan kompas.
1
32
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-21
Azimuth dimulai dari ujung Utara jarum magnet,
berputar ke Timur dan seterusnya searah jarum
jam sampai ke Utara lagi.
Besaran azimuth dimulai dari Utara magnetis
sebagai azimuth nol, arah Timur sebagai azimuth
90º, Selatan sebagai 180º, dan Barat sebagai
azimuth 270º.
Prosedur pengukuran azimuth magnetis dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Dirikan alat teodolit yang ada azimuth
magnetisnya tepat diatas titik yang akan diukur
azimuth jurusannya.
Atur sumbu I vertical dengan mengatur sekrup
pendatar.
Arahkan teropong ke titik target yang sisinya
akan diukur azimuthnya, kencangkan klem
horizontal, tepatkan pada target dengan
penggerak halus horizontal.
Buka klem piringan magnet.
Baca dan catat bacaan sudut horizontal yang
merupakan bacaan azimuth jurusan.
b. Azimuth Astronomis
270
180
90
0º
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-22
Azimuth astronomis adalah aimuth yang diukur
berdasarkan pengamatan benda langit seperti
matahari atau bintang.
Yang dimaksud dengan penentuan azimuth dengan
pengamatan matahari ialah pepntuan azimuth arah
dari titik pengamat ke titik sasaran tertentu
dipermukaan bumi.
Azimuth titik target S dapat dicari dengan
persamaan, sebagai berikut:
As = Am + Ψ
dimana : Am = Azimuth ke matahari
Ψ = sudut horizontal matahari ke target
Besaran azimuth matahari atau sudut As diatas
dapat ditentukan apabila diketahui tiga unsur dari
segitiga astronomis UMZ.
Ketiga unsur segitiga astronomis yang digunakan
untuk perhitungan adalah (90° - φ ), (90° - δ ) dan
(90° – h) untuk penentuan azimuth metoda tinggi
matahari dan (90°-φ ), (90° - δ) dan t untuk
penentuan azimuth dengan sudut waktu.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-23
B. Data yang diperlukan Pengukuran Azimuth Rumus
Hitungan
Pengukuran azimuth astronomis dengan cara
pengamatan matahari memerlukan data penunjang
yaitu:
Peta topografi untuk menentukan lintang
pengamat.
Tabel deklinasi matahari
Penunjuk waktu dengan ketelitian sampai detik.
a. Pengamatan matahari metoda tinggi matahari
Metoda tinggi matahari, data yang diperlukan
adalah tinggi matahari saat pengamtan (h),deklinasi
matahari (δ) dan lintang tempat pengamat (φ),
sudut horizontal waktu pengamatan matahari dan
sudut horizontal titik amat, bila alat teodolit yang
digunakan mempunyai tipe sudut heling maka
rumus dasar yang digunakan untuk mencari
azimuth adalah:
Cos (90° - δ ) - Cos (90° - φ) Cos (90° - h )
Cos A = _______________________________
Sin (90 - φ) Sin (90 - h)
atau
Sin δ - Sin φ Sin h
Cos A = ____________________
Cos φ Cos h
atau
bila alat teodolit yang digunakan mempunyai tipe
sudut zenith maka persamaan diatas menjadi:
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-24
Sin δ - Sin φ Cos z
Cos A = ____________________
Cos φ Sin z
b. Pengamatan matahari metoda sudut waktu
Metoda sudut waktu, data yang diperlukan adalah:
deklinasi matahari, lintang dan bujur tempat
pengamat ( φ , λ ), petunjuk waktu (arloji), sudut
horizontal waktu pengamatan matahari dan sudut
horizontal titik amat, bila alat teodolit yang
digunakan mempunyai tipe sudut heling, maka
rumus dasar yang digunakan untuk mencari azimut
adalah:
-Sin t
Tan A = _______________________________
(Cos φ Tan δ - Sin φ Cos t )
Sudut waktu (t) besarnya = GMT + PW + λ - 12
jam
Dengan pengertian
GMT = waktu Wilayah Indonesia Barat (WIB)–7jam
PW = perata waktu (dari table almanak matahari)
λ = bujur pengamat
c. Cara Pengamatan Matahari
Pengamtan matahari dapat dilakukan dengan
beberapa cara, tergantung dari peralatan yang
digunakan, yaitu:
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-25
memakai filter gelap di okuler, sehingga dapat
langsung membidik matahari
ditadah dengan kertas dibelakang okuler,
dengan cara menyinggungkan tepi-teoi
bayangan metahari pada benang silang
mendatar dan tegak.
Memakai prisma roelof yang dipasang dimuka
lensa objektif, sehingga dapat langsung dibidik
pusat matahari.
(1). Koreksi Data Pengamatan
Koreksi (koreksi astronomis) yang memberikan pada data
pengamatan adalah koreksi refraksi, paralaks, tinggi tempat.
Untuk pengamatan dengan sistem tadah maka ditambah dengan
koreksi ½ diameter matahari.
(2). Cara Pengamatan Matahari Setiap Seksi
Cara pengamatan matahari pada titik awal dan akhir setiap seksi
pengukuran (5km) adalah sebagai berikut:
i. atur alat ukur teodolit pada titik yang akan dilakukan
pengamtan, kemudian catat lintang ( φ )
pengamatan,temperatur (bila diperlukan).
ii. arahkan teropong pada posisi normal (Biasa) ke target, baca
dan catat horizontalnya.
iii. kemudian arahkan teropong ke matahari, dan tepatkan
dengan bantuan vizier teropong.Posisikan benang silang
teropong pada tengah-tengah matahari bila pengamtan
dengan prisma roelof, atau singgungkan benang silang
teropong ketepi matahari posisi I bila pengamatan dilakukan
dengan sistem tadah.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-26
iv. catat waktu pengamatan, baca vertikal dan horizontal ke
matahari.
v. ulangi langkah c dan d dengan posisi benang siliang teropong
normal (Biasa) dengan posisi benang silang pada posisi II
vi. ulangi langkah c dan d dengan posisi teropong terbalik (luar
biasa) dan pada posisi benang silang pada posisi II.
vii. ulangi langkah c dan d dengan posisi teropong terbalik (luar
biasa) dengan posisi benang silang pada posisi I.
viii. kemudian arahkan kembali teropong tetap pada posisi luar
biasa ketitik target kemudian catat bacaan horizontalnya.
ix. pengamatan matahari diulang 4(empat) kali sebagai kontrol
pengamatan, hasil pengamatan matahari antara pengamtan
satu dengan lainnya tidak boleh 5(lima) kali lebih besar dari
ketelitian alat yang digunakan dan hasil 4(empat) kali
pengamatan matahari hasilnya dirata-rata sebagai hasil
pengukuran matahari.
Pengamatan Matahari
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-27
(1). Alat GPS Geodesi
1. Pada alat GPS type geodesi dapat diperoleh data:
real time (data posisi)
post processing (koordinat geocenter, koordinat geografi,
koordinat system proyeksi (UTM,TM3o)
2. Konstruksi Alat GPS Geodesi
komponen perangkat keras: receiver dan antenna
komponen perangkat lunak:beberapa alogaritma hitungan
untuk pemrosesan data satelit, modul program untuk
komunikasi dengan pengguna.
3. Cara Pengoperasian alat GPS Geodesi
Secara umum prosedur baku yang harus dilakukan sebelum
pengamatan dilakukan terdiri dari:
dirikan antenna pada statip diatas titk yang akan diamat
dan ukur tinggi Antenna
hubungkan antenna dengan receiver melalui kabel
penghubung kemudian GPS dihidupkan
atur/pilih system koordinat yang akan dipakai
atur/pilih datum yang dipakai
atur sudut tutupan(angel mask) dengan persyaratan
minimal 15º
atur/pilih sistem waktu
Pengamatan dengan Prisma Roelof Pengamatan dengan sistem tadah
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-28
atur/pilih unit satuan jarak dan kecepatan
atur/pilih system koneksi dengan PC
lakukan pengamatan sesuai jawal yang telah deprogram
lakukan perekaman data
tranfer (download) data pengamatan dari alat GPS ke
personal computer
4. Untuk pengolahan data secara teliti dilakukan metoda
pengolahan data pasca pengamatan (post processing) dengan
menggunakan perangkat lunak.
Post processing terdiri dari:
Modul pengolahan data baseline
modul program perencanaan pengamatan
modul program perataan jarring (network adjustment)
(2). Pengolahan Data
Pada survai GPS, pemrosesan data GPS untuk menentukan
koordinat dari titik-titik dalamjaringan pada umumnya akan
mencakup tiga tahap utama perhitungan, yaitu:
1. Pengolahan dat dari setiap baseline dalam jaringan.
2. Perataan jaringan yang emlibatkan semua baseline untuk
menentukan koordinat dari titik jaringan.
3. Transformasi koordinat titik-titik tersebut dari datum WGS-84
ke datu yang diperlukan oleh pengguna.
Pengolahan data dari setiap baseline pada dasarnya bertujuan
menentukan nilai estimasi vector baseline atau koordinat relative
(dx, dy, dz).
Hasil pemrosesan pengamatan GPS berbeda-beda satu sama lain
disebabkan oleh antara lain:
software yang dipakai
jenis receiver yang digunakan
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-29
Beberapa karakteristik perangkat lunak/software pemrosesan
baseline sehingga pemrosesan dapat berjalan optimal, yaitu:
mampu mengolah/memproses data carrier beat phase dan
pseudorangae
mampu memecahkan cycle slips dan cycle ambiguity
mampu memproses data dalam single dan dual frequency
mampu menghitung besarnya koreksi troposfer untuk data
pengamatan
mampu menghitung besarnya koreksi ionofer untu data
pengamatan
pemrosesan menyertakan tinggi antenna diatas titik (BM) dan
dapat dikonversi ke dalam komponen vertical
dapat melakukan pemrosesan untuk semua metoda
pengukuran
mudah digunakan
Tahap pengolahan data dilakukan setelah tahap pengukuran atau
pengambilan data selesai dilaksanakan.
Tujuan pengolahan data adalh untukmendapatkan koordinat titik-
titik GPS dalam jaringan.
Dalam proses perhitungan baseline diatas terdapat tiga tahap
proses, yaitu:
1. Tahap triple-difference yaitu membentuk persamaan
pengamatan triple-difference untuk mendeteksi, melokalisasi
serta sekaligus mengeliminasi cycle slips sehingga dapat
ditentukan besar parameter interger-ambiguity. Selain itu,
solusi hitungan parameter posisinya digunakan sebagai harga
koordinat pendekatan untuk tahap hitungan selanjutnya.
2. Tahap float double-difference adlah menghitung parameter
posisi dan semua interger-ambiguity berdasarkan persamaan
pengamatan double-difference, yang pada dasarnya posisi
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-30
baseline dihitung dengan menggunakan nilai interger-
ambiguity dalam bentuk bolangan real.
3. Tahap fix double-difference, besaran parameter yang dihitung
adalah parameter posisi saja, dengan terlebih dahulu
mengintergerkan nilai interger-ambiguity yang diperoleh dari
tahap sebelumnya (float double-difference).
Keluaran dari pemrosesan baseline adalah parameter koordinat
baik dalam system kartesian maupun lintang bujur geodetic pada
datum WGS-84 dan komponen baseline. Selain itu dihasilkan
estimasi standard deviasi dan matriks korelasi parameter dan
indicator dari kualitas hasil hitungan.
(3). Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam proses pengolahan
data, antara lain:
A. Reduksi Baseline
i. Seluruh reduksi baseline dilakukan dengan
menggunakan GPSurvey software, post processing
software.
ii. Koordinat pendekatan (approksimasi) dari titik
referensiyang digunakan dalam reduksi baseline tidak
lebih dari 10 meter dari sebenarnya.
iii. Dalam proses reduksi baseline untuk menghitung
besarnya koreksi troposfer untuk data pengamatan
digunakan model Hopfield atau model saastamoinen.
iv. Model klobuclar digunakan dalam proses reduksi baseline
untuk menghitung besarnya koreksi ionofer.
v. Jika bias double-difference tidak dapat dipecahkan, akan
dilaporkan dengan menyebutkan situasi dimana resolusi
dari bias tersebut tidak dapat dipecahkan.
B. Perataan Jaring
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-31
Sebagai pemrosesan akhir untuk mendapatkan hubungan
antara satu titik dengan titik yang lainnya dilakukan perataan
jaring (network adjustment).
Sebagai masukan pada perataan jarring adalah baseline yang
telah memenuhi control kualitas yang telah ditetapkan pada
pemrosesan baseline.
Penilaian interger pengamatan jarring berdasarkan pada
analisis dari baseline yang diamati dua kali (penilaian
keseragaman), analisis terhadap perataan kuadrat terkecil
jarring bebas (untuk menilai) konsistensi data dan analisis
perataan kuadrd terkecil untuk jarring terikat dengan titik
berorde lebih tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik
kontrol).
Perangkat lunak yang diguanakan adalah GP Survey.
Perataan jarring bebas dan terikat dari seluruh jaring
dilakukan dengan GP Survey software dan GEOLAB.
Infomasi yang dihasilkan dari setiap perataan adalah:
Hasil dari test chi-square atau variance ratio pada residual
setelah perataan (tes ini harus melalui confidence level
68%, yang berarti bahwa data tersebut konsisten
terhadap model matematik yang digunakan).
Daftar koordinat hasil perataan.
Daftar baseline hasil perataan, termasuk koreksi dari
komponen-komponen hasil pengamatan.
Analisis statistic mengenai residual baseline termasuk jika
ditemukan koreksi yang besar (outlier) pada confidence
level yang digunakan.
Elips kesalahan titik untuk setiap stasiun/titik elips
kesalahan garis.
C. Transformasi Koordinat
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-32
Tranformasi koordinat untuk setiap stasiun dalam jarring
dilakukan dengan hasil-hasil sebagai berikut:
Lintang, Bujur dan tinggi terhadap spheroid pada datum
WGS-84
Koordinat dengan menggunakan proyeksi UTM/TM3º pada
datum WGS-84.
D. Analisis Pengukuran GPS
Analisis atau kontrol kualitas dilakukan untuk mengetahui
kualitas dari pengukuran serta konsistensinya terhadap
ketentuan ataupun toleransi yang telah diberikan.
Kontrol kualitas dilaksanakan dalam tiga parameter, yaitu:
Berdasarkan standard deviasi dari setiap baseline
Common baseline (baseline yang diukur dua kali)
Semi major axis dari elips kesalahan hasil perataan
dengan geolab.
i. Analisis standard deviasi dari reduksi baseline:
Berdasarkan hasil reduksi baseline dan nilai toleransi
yang diberikan, standard deviasi untuk masing-masing
komponen lintang, bujur dan tinggi dapat dihitung.
ii. Analisis terhadap common baseline dapat dianalisis dari
beda jarak yang dihasilkan oleh kedua base line.
iii. Analisis terhadap elips kesalahan dari perataan jaring.
Kriteria yang ditetapkan untuk mengetahui akurasi dari
hasil perataan jarring baik bebas maupun terikat
adalah:
Elips kesalahan garis lurus dihasilkan untuk setiap
base line yang diamati dan untuk setiap pasang
stasiun.
Semi-major axis dari elips kesalahan garis yang
dihasilkan harus lebih kecil dari harga parameter r
yang dihitung sebagai berikut :
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-33
r = 15 (d + 0,2)
dimana : r = panjang maksimum untuk semi-
major axis (mm)
d = jarak dalam km
(4). Reduksi ukuran teritris ke bidang elipsoid referensi
Besaran hasil pengukuran teritris seperti sudut mendatar,jarak
mendatar dan azimuth astronomis yang akan digunakann untuk
menghitung koordinat titik dalam sistem nasional (seperti UTM
ataupun TM3) terlebih dahulu harus diberi koreksi reduksi dan
koreksi proyeksi.
Reduksi diberikan karena pengukuran dilakukan diatas permukaan
bumi fisik (geoid), sedangkan perhitungan dan penggambaran
dilakukan diatas bidang referensi yaitu elipsoid.
Koreksi proyeksi diberikan karena hitungan koordinat dilakukan
pada biadang datar/bidang proyeksi (seperti UTM ataupun TM3 )
sehingga besaran-besaran pada elipsoid rerferensi harus diberi
koreksi proyeksi.
Reduksi hasil ukuran teretrik ke permukaan elipsoid meliputi
pengaruh penyimpangan vertikal, bersilangannya garis normal
pada elipsoid referensi, tidak berhimpitnya garis irisan normal
dengan garis geodesik serta tinggi terhadap elipsoid. Reduksi
tersebut hanya diperhitungkan pada penyelenggaraan triangulasi
primer.Untuk penyelenggaraan titik dasar orde 2, 3, 4 dengan
teknologo GPS dan orde 4 yang diukur dengan pengukuran poligon
reduksi-reduksi tersebut tidak diperlukan.Karena pengukuran
kerangka horizontal pada kekerjaan jalan dan jembatan dilakukan
dengan pengukuran poligon termasuk kategori orde 4 poligon
maka dengan demikian tidak diperlukan reduksi hasil ukuran sudut,
jarak dan azimuth.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-34
Setelah besaran ukuran jarak,azimuth dan sudut mendatar
direduksi ke elipsoid referensi,tahap selanjutnya adalah
memberikan koreksi proyeksi sesuai dengan sistem proyeksi yang
digunakan.
Di Indonesia sistem proyeksi yang digunakan antara lain :
Sistem proyeksi TM3, instansi BPN berdasarkan pasal 3 PMNA
Tahun 1997.
Sistem proyeksi UTM, instansi Bakosurtanal berdasarkan SK
Ketua Bakosurtanal No.019.202/1/1975.
Koreksi-koreksi Bidang Proyeksi, antara lain: Sistem Proyeksi UTM Sistem Proyeksi TM3Kovergensi Grid (XII)p+(XIII)p3 +(C5)p5 y” =(p) ∆ B”10-3 atau y” =(q).X.10-3
Ψ12 = 8.507.10-10{(Y1-Y2)(2X1+X2)} Koreksi kelengkungan garis Tmt12 = (2T’1+T’2).C.(XVIII).SV ψ21 =8.507.10-10{(Y2-Y1)(2X2+X1)} Koreksi proyeksi faktor skala k = k0{1+(XVIII)q2+(XIX).q4 } k=0,9999+1.237(X.10-7)2
q=0,000001 x jarak m=0,9999+0,4124{(X.10-7)2+(X2.10-7)2
titik tsb dari meridian tengah + (X.10-7)(X2.10-7)}
3.1.4.(4) Penentuan Posisi Horizontal dan Vertikal
A. Penentuan Posisi Horizontal
Gunakan alat ukur Theodolit T2 atau sejenisnya yang
lebih presisi dengan ketelitian alat <5”.
Pengukuran Poligon dilakukan dengan metode poligon
tertutup atau poligon terikat sempurna dengan cara
mengikat awal titik poligon dan akhir titik poligon dengan
titik tetap yang telah diketahui koordinatnya seperti
Banch Mark (BM) atau Badan Pertanahan Nasional (BPN)
atau triangulasi dalam sistem koordinat nasional.
Gunakan pita ukur baja atau EDM untuk pengukuran
jarak yang dilakukan secara pergi-pulang dengan interval
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-35
5 (lima) kilometer yang disebut I seksi dengan ketelitian
≤ 1/5000.
Pengukuran poligon dilakukan dengan bacaan biasa dan
luar biasa dengan toleransi bacaan 5” – 10” koreksi
sudut setiap seksi (5 Km) maksimum n10 n =
banyaknya titik poligon tiap seksi.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-36
Gambar 3-2 Pengukuran Posisi Horizontal Metode Poligon
Dari hasil pengukuran (Gambar 3.2) lakukan perhitungan
untuk mengetahui koordinat suatu titik poligon dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Xn = X(n – 1) + d(n – 1, n) Sin (n – 1, n)
Yn = Y(n – 1) + d(n – 1, n) Cos (n – 1,n)
Dengan persyaratan ketelitian penutup sudut adalah
sebagai berikut: akhir – awal = ∑ sudut ukuran + (n x 180) ± f β
dimana kesalahan penutup ( f β) adalah ≤ n10 n
Toleransi kesalahan jarak linier dihitung dengan
persamaan: Xakhir – Xawal = ∑ d Sin + f x
Yakhir – Yawal = ∑ d Cos + f y
d
22 fyfxfl
dimana kesalahan jarak linier yang dipersyaratkan
adalah ( fl ) ≤ 1/15000.
Keterangan: = sudut jurusan
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-37
β = sudut poligon
d = jarak antar poligon (total)
f x = kesalahan absis
f y = kesalahan ordinat
fl = kesalahan linier
f β = kesalahan sudut
Sebelum melaksanakan kegiatan pengukuran, terlebih
dahulu lakukan pengecekan semua alat ukur agar alat-
alat laik operasional, bila sumbu vertikal tegak lurus
bidang nivo, benang silang diafragma tegak lurus sumbu
vertikal, garis bidik tegak lurus sumbu mendatar dan
kesalahan indeks vertikal sama dengan nol.
B. Penentuan Elevasi
Menentukan elevasi menggunakan alat ukur sipat datar
seperti N1, NA2 dan NAK atau sejenisnya.
Menentukan elevasi dilakukan dengan cara pengukuran
sipat datar memanjang dari suatu titik tinggi ke titik
berikutnya yang akan dicari ketinggiannya dengan
prinsip beda tinggi.
Pengukuran sipat datar menggunakan metode double
stand pada setiap seksi (± 5 Km) dengan selisih bacaan
≤ 2 mm untuk setiap slag menggunakan ORDE II, yaitu
( D8 Km) mm.
Pengukuran sipat datar harus diikat pada elevasi /
ketinggian yang tetap / permanen seperti BM atau
triangulasi.
Pengukuran dengan sipat datar dapat dilihat pada
gambar 3.3.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-38
Gambar 3-3 Penentuan Elevasi dengan Metode
PenomoranSipat Datar
Cara menentukan posisi vertikal (tinggi titik B)
Dasar pengikatan tinggi titik B adalah pada titik A
menggunakan rumus:
ZB = ZA – Z
Dimana Z adalah beda tinggi antara titik A ke B,
dengan persamaan: Z = ∑b – ∑m
Bila pengukuran stand I: ZI = ∑bI – ∑mI dan
stand II: ZII = ∑bII – ∑mII
maka kesalahan pengukuran beda tinggi antara
Stand I dan Stand II dalam satu seksi adalah:
FZ = ZI – ZII
Kesalahan yang disyaratkan dalam pengukuran
beda tinggi (FZ) adalah ≤ (10 VD Km) mm.
Keterangan:
ZA = tinggi titik A
ZB = tinggi titik B
Z = beda tinggi titik A dan titik B (= ∑b – ∑m)
∑b = jumlah bacaan benang tengah rambu
belakang
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-39
∑m = jumlah bacaan benang tengah rambu
muka
FZ = kesalahan pengukuran beda tinggi antara
Stand I dan Stand II
Sebelum alat ukur sipat datar digunakan terlebih dahulu
lakukan pengecekan alat ukur laik operasional, bila garis
arah nivo tegak lurus sumbu vertikal, benang silang
horizontal tegak lurus sumbu vertikal dan garis bidik
sejajar garis arah nivo.
(5). Pengukuran Situasi
1. Alat ukur yang digunakan adalah Theodolit 30” (Theodolit
Kompas).
2. Theodolit ditempatkan pada titik-titik poligon dengan
membidik obyek-obyek yang diperlukan untuk pembuatan
leger jalan, dengan metode tachymetri.
3. Koordinat polar menggunakan argumen sudut dan jarak.
Gambar 3-4 Pengukuran Situasi Metode Koordinat Polar
Menggunakan Argumen Sudut dan Jarak
Keterangan:
A = tempat berdiri alat
dAb...dAa = jarak dari tempat berdiri alat ke
obyek yang diperoleh dari
pengukuran jarak tachymetri.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-40
AzAa..AzAa= sudut berdasarkan hasil pengukuran
sudut horizontal
4. Koordinat polar menggunakan argumen azimut dan jarak
Gambar 3-5 Pengukuran Situasi Metode Koordinat Polar
Menggunakan Argumen Azimuth dan Jarak
A = tempat berdiri alat
U = arah utara kompas
dAb...dAa = jarak dan tempat berdiri alat ke
obyek yang diperoleh dari
pengukuran jarak tachymetri
AzAb..AzAa= Azimuth dari arah utara berdasarkan
hasil pengukuran sudut horizontal
5. Pengukuran jarak dan beda tinggi metode tachymetri
Besarnya jarak optik dapat dihitung dengan rumus:
D = (a – b) x 100
dimana:
D = jarak dari alat ke rambu
a = bacaan benang atas
b = bacaan benang bawah
100 = bilangan konstanta alat
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-41
Gambar 3-6 Pengukuran Jarak dan Beda Tinggi Metode
Tachymetri
Cara menentukan jarak datar dan beda tinggi antara
titik A dan titik B metode Tachymetri:
Jarak datar
D = L1 . 100 = 100 L Cos β .................(1)
Beda tinggi (∆h)
∆h = D Sin β = 100 L Cos β Sin β .........(2)
Maka beda tinggi antara titik A dan titik B (∆H)
∆H = i + ∆h – Z = ∆h + (i – Z)
dimana:
∆h = beda tinggi antara teropong dengan
titik sasaran (benang tengah)
∆H = beda tinggi antara titik A dan titik B
D1 = jarak miring antara titik A dan titik B
D = jarak datar antara titik A dan titik B
i = tinggi alat
Z = tinggi sasaran (benang tengah)
L1 = panjang bacaan mistar
L = panjang bacaan yang tereduksi
β = sudut miring antara arah teropong
dengan garis bidik
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-42
6. Sebelum melaksanakan kegiatan pengukuran, terlebih
dahulu lakukan pengecekan semua alat ukur dalam
keadaan laik operasional guna mendapatkan hasil yang
maksimal dan akurat.
(6). Pengukuran Penampang Melintang
1. Penampang melintang menampakkan melintang jalan dari
as jalan (center line) sampai batas Ruang Milik Jalan
(Rumija), dengan mengambil data pada setiap perubahan
muka tanah / jalan.
2. Cara pengukuran penampang melintang jalan dilakukan
dengan cara yang sama pada pengukuran situasi.
3. Titik-titik detail yang diukur / diambil datanya adalah
segaris dan posisinya tegak lurus arah / badan jalan (lihat
gambar 3.7).
Gambar 3-7 Pengukuran Penampang Melintang Jalan
Keterangan:
A = tempat berdiri
P = titik poligon
1 – 9 = obyek-obyek yang dibidik penampang
melintang sampai ruang pengawasan
jalan (Ruwasja)
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-43
(7). Pengukuran Secara Digital dan Bagan Alir
1. Pengukuran Situasi dengan alat Total Station
Pengukuran ini merupakan pengukuran secara digital /
elektronik, ada beberapa alat teodolit digital yang digunakan
antara lain:
Bacaan terkecil Perbesaran Jenis alat
Hz V
DT 600 7” 7” 30 X digital
DTM 801 10” 20” 33 X digital
D – 50 10” 10” 26 X digital
Langkah – langkah pengukuran:
a. Alat ukur yang digunakan adalah teodolit total station
dengan bacaan skala terkecil adalah 7” – 20”.
b. Teodolit TS ditempatkan diatas statip pada titik-titik
polygon yang diketahui koordinatnya, input datanya pada
teodolit antara lain: absis X, ordinat Y, elevasi H/E, tinggi
alat TA, tinggi target TT.
c. Letakkan alat ukur teodolit TS pada statip tepat diatas
patok titik polygon yang diketahui koordinatnya.
d. Atur sumbu I vertical alat teodolit TS dengan mengatur
skrup pendatar teodolit TS, ukur tinggi alat TT.
e. Pasang reflector diatas statip yang telah diatur sumbu I
tepat diatas titik target yang diukur diatur sebagai back-
side. Pada alat ukur teodolit TS diset bacaan horisontal Hz
dengan bacaan nilai/harga azimuth antara kedua titik
tersebut, ukur tinggi target TT.
f. Bidik objek-objek yang diperlukan melalui target reflector
dengan tinggi target tertentu untuk pembuatan leger jalan
secara digital dengan membaca koordinat pada display
dari hasil bidikan dari teodolit TS.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-44
g. Arahkan teropong pada target yang akan diamat
kencangkan klem horizontal dan klem vertical teodolit TS,
tepatkan bidikan pada target dengan sekerup penggerak
halus vertical dan penggerak halus horizontal. Sekali lagi
arahkan teropong pada pusat reflector diatas statip
dengan sekerup penggerak halus vertical, input data
azimuth dengan memilih menu pada alat teodolit TS.
(“COORD” – ( OBS – DATA – HORISONTAL AZIMUTH).
h. Hidupkan tombol ON pada alat teodolit TS, maka display
monitor pada alat TS akan menampilkan angka koordinat
objek yang diukur dengan memilih menu yang ada pada
alat teodolit Total Station.
Pada display ditampilkan seperti contoh dibawah ini:
X : . . . . . . . , . . . m
Y : . . . . . . . , . . . m
Elv : . . . , . . . m
D : . . . , . . . m
Hz : . . . ˚. . ̍ . .̎ . .
2. Pengukuran pernampang melintang secara digital
a. Alat yang digunakan seperti pada pengukuran situasi
secara digital.
b. Penampang melintang menampakan melintang jalan
dari as jalan (center line) sampai batas ruang milik
A(X,Y,Z)
B(X,Y,Z)
a. (X,Y,Z)
b. (X,Y,Z)
c. (X,Y,Z)
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-45
jalan (RUMIJA), dengan mencatat data koordinat dan
elevasi pada setiap perubahan muka tanah/jalan yang
dilihat/terbaca pada display dan catat atau direcord.
c. Titik-titik detail yang diukur/diambil data koordinat dan
elevasi secara digital adalah segaris dan posisinya
tegak lurus arah badan jalan.
d. Biasanya penampang melintang diukur setiap 50 meter
untuk jalan yang lurus dan 25 meter untuk jalan yang
melengkung yang diambil dari titik polygon.
3. Pengukuran leveling digital/elektronik
Ini merupakan teknologi modern yang mutakhir. Dengan
teknologi sinar laser yang dipancarkan dari alat elektronik
level dapat terbaca bacaan rambu ukur diatas titik yang
diamat, rambu ini dilengkapi dengan system pembacaan
“bar code” yang diperoleh secara otomatis, bacaan rambu
ukur dan jarak antara alat dan rambu ukur ditampilkan
pada display, demikian juga beda tinggi antara dua titik
yang diamat juga bias ditampilkan pada display dengan
menekan tombol atau pilihannya pada alat.
Keuntungan alat ini antara lain
X,Y,H1X,Y,H2
X,Y,H3
X,Y,H4
X,Y,H5
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-46
Dapat dioperasikan pada pagi, siang dan sore hari
tanpa henti.
Pada pencahayaan dengan sinar yang lemah, minimal
20 lux.
Bekerja dengan magnetic kompensator, jika
gelembung nivo tidak ketengah ada sensor yang akan
memberi peringatan yang tertera di display.
Kesalahan garis bidik < 2 milimeter√ DKm, untuk
pengukuran pulang-pergi.
Mudah dibawa-bawa, berat alat ±2,5Kg.
Batery yang digunakan jenis alkalin AA 4 x 1,5volt.
4. Peralatan Ukur
Peralatan yang digunakan leger jalan terdiri dari teodolit
dan waterpas termasuk peralatan pendukungnya.
Teodolit :
Tipe Bacaan Terkecil Perbesaran Jenis Macam Survey
Horizontal Vertikal
T2DT2ENT-2DNT-2SDT600
1 ̎2 ̎
20 ̎20 ̎7 ̎
1 ̎2 ̎
20 ̎20 ̎7 ̎
30 X30 X30 X30 X
ManualDigitalManualManualDigital
PoligonPoligonSituasiSituasiSituasi
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-47
Total Station:
Tipe Bacaac Terkecil Perbesaran Jenis Macam Survey
Horizontal Vertikal
GTS300SET230RSET21056015602NET21003DDTM-801D-50
1 ̎2 ̎2 ̎1 ̎2 ̎2 ̎10 ̎10 ̎
1 ̎2 ̎2 ̎1 ̎2 ̎2 ̎20 ̎10 ̎
30 X30 X30 X26 X26 X30 X33 X26 X
DigitalDigitalDigitalDigitalDigitalDigitalDigitalDigital
PoligonPoligonPoligonPoligonPoligonPoligonSituasiSituasi
Waterpas/Alat ukur sipat datar:
Tipe Jenis Perbesaran lensa
Minimum Fokus
Ketelitian per Km
SDL 30Leica Sprinter 100/100M200/200MNA 2NAK 2PL 1NK 2
Digital
DigitalDigitalOtomatisOtomatisUngkitOtomatis
32 X
32 X40 X42 X30 X
0.9 m
0.5 m0.5 m1.6 m1.6 m2.0 m1.6 m
1.0 mm
2.0 mm2.0 mm0.7 mm0.7 mm0.2 mm1.0 mm1.0 mm
a. Alat ukur ETS (Electronic Total Station) atau alat ukur
Total Station (TS)
Alat ukur ETS (Electronic Total Station) adalah alat
ukur jarak elektronik yang telah dilengkapi dengan
bacaan sudut horizontal dan vertical. ETS selain dapat
digunakan untuk mengukur jarak secara elektronis,
juga dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal
maupun vertical secara elektronik, yang pada akhirnya
dapat menentukan posisi suatu objek secara cepet dan
teliti. Alat ini dilengkapi pencatat data
elektronil(electronic data recorder) sehingga
pengukuran dengan ETS dapat langsung dihitung dan
digambar dengan cara digital.
Konstruksi alat ukur ETS terdiri dari perangkat keras
berupa teropong untuk mengamati objek yang
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-48
dilengkapi dengan piringan vertical, piringan
horizontalnerta pengukur jarak elektronik, serta
perangkat lunak yang berupa pengolah data yang
dapat digunakan untuk menyimpan data ukuran baik
secara internal maupun eksternal.
Alat ini dilengkapi dengan prisma yang berfungsi
sebagai reflector.
Pada alat ETS hasil pengukuran jarak, bacaan piringan
horizontal dan bacaan sudut vertical, koordinat
maupun beda tinggi dapat langsung dukethui dilayar
monitor.
b. Alat ukur EDM (Electronic Distance Measure)
EDM adal sebuah alat ukur jarak dengan menggunakan
gelombang elektromagnetik. Jarak yang dihitung dari
waktu tempuh gelombang elektromagnetik dari alat
EDM ke target yang berupa prisma reflector dan
kembali lagi kea lat dikalikan kecepatan rambat
gelombang.
Alat ukur jarak EDM terdiri dari alat EDM yang
dilengkapi dengan teropong pengarah, power
supply/battery, monitor, rangkaian elektronik dan
microprocessor. Untuk mendapatkan sinyal balik, alat
ukur EDM dilengkapi dengan reflector yang diletakkan
pada target yang akan diamat.
Konstruksi pada alat EDm tidak dilengkapi dengan
system pembacaan piringan horizontal maupun
vertical, sehingga jarak yang diperoleh masih berupa
jarak miring yang kemudian harus dirubah kejarak
datar. Untuk kegiatan pengukuran jarak, alat EDM
ditempatkan diatas alat ukur teodolit. Jarak miring
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-49
kemudian dihitung menjadi jarak datar dengan
memasukan bacaan sudut vertical dari teodolit.
Pengoperasian alat ukur EDM:
Letakkan alat ukur teodolit pada statip tepat diatas
patok yang akan diukur jaraknya.
Atur sumbu I vertical alat teodolit dengan mengatur
skrup pendatar alat ukur teodolit.
Pasang alat ukur jarak EDM diatas teodolit yang telah
disiapkan tempatnya.
Catat temperature dan tekanan udara untuk
melakukan koreksi terhadap refraksi bila diperlukan.
Pasang reflector diatas statip yang telah ditur sumbu I
tept diatas target yang akan diamat.
Arahkan teropong pada target yang akan diamat
kemudian kencangkan klem horizontal dan klem
vertical teodolit. Tepatkan bidikkan pada target dengan
sekrup penggerak halus vertical dan penggerak halus
horizontal sekali lagi arahkan teropong pada pusat
reflector diatas target dengan sekrup penggerak halus
vertical.
Hidupkan saklar pada alat EDM, maka display monitor
pada EDm akan menampilkan besaran jarak yang
terukur dan tept arah. Catat bacaan pada piringan
pembacaan sudut vertical.
5. Hasil penggambaran diplot/dipindahkan pada format leger
jalan
a. Untuk memindahkan hasil penggambaran ditentukan
skalanya terlebih dahulu, kemudian dipotong sesuai
dengan ukuran kertas sehingga penampilan panjang
ruas jalan bisa dipilih menurut pemotongannya pada
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-50
setiap lembar gambar, dengan menggunakan menu
sheet manager.
b. Setelah pemotongan yang sesuai dengan panjangnya
kemudian di insert pada form kertas leger jalan.
c. Kemudian bisa ditampilkan juga sebagai profil ruas
jalan menurut pemotongannya sesuai dengan elevasi
permukaan jalan.
d. Demikian juga cross section/penampang melintang tiap
50m dari ruas jalan bisa ditampilkan.
6. Bagan Alir
a. Titik Kontrol Digital
Pengambilan Data GPS (Receiver GPS)
Pengolahan Raw Data (Software GPS)
Penyajian Data (Software CAD)
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-51
b. Situasi Digital
3.1.4.(5) Pengukuran Geometrik Jalan
Untuk mendapatkan peta situasi jalan, dilakukan pengukuran
geometrik jalan berupa alinyemen horizontal dan alinyemen
vertikal jalan, yang harus mempunyai titik ikat yang
koordinatnya adalah sistem koordinat jalan.
1. Alinyemen Horizontal
Menggambarkan apakah jalan tersebut merupakan
jalan lurus, menikung ke kiri atau ke kanan.
Sumbu jalan merupakan rangkaian garis lurus,
lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan
dari bentuk garis lurus ke bentuk busur lingkaran.
2. Alinyemen Vertikal
Menggambarkan perpotongan bidang vertikal dengan
bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu
jalan.
Pengambilan Data Total Station
(Tanpa Prisma atau dengan Prisma)
Data GPS-Pengukuran-Tersedia
Pengolahan Data(Software Total Station)
Penyajian Data (Software CAD)
TAMPILAN
FORMAT LEGER JALAN
FILE LEGER JALAN
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-52
Menggambarkan kelandaian positif (tanjakan) dan
kelandaian negatif (turunan), sehingga kombinasinya
berupa lengkung cembung atau lengkung cekung.
Menggambarkan permukaan perkerasan yang datar
atau kelandaian sama dengan nol (=0).
3.1.4.(6) Pengukuran, Pengumpulan Data Bangunan Pelengkap
dan Perlengkapan Jalan
Lakukan inventarisasi / pengumpulan data yang diperlukan
Kartu Leger Jalan meliputi:
1. Bangunan Pelengkap terdiri dari:
Gorong-gorong pipa / bulat
Bangunan penahan tanah
Penutup lereng
Saluran permanen
Drainase bawah tanah
Bak penampung / main hole
Kerb
Bronjong / pasangan batu kosong
Gorong-gorong kotak / box
2. Perlengkapan jalan, terdiri dari:
Pagar pengaman
Patok pemandu
Patok kilometer
Patok hektometer
Patok leger jalan
Patok Rumija
Marka jalan
Rambu lalu lintas
Lampu lalu lintas
Lampu penerangan
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-53
Jembatan penyeberangan
Penyeberangan bawah tanah
Shelter bis
Cermin jalan
Lain-lainnya
3. Bangunan utilitas publik, terdiri dari sarana dan prasarana
sebagai berikut:
Jaringan air minum
Jaringan dan tiang listrik
Jaringan listrik dalam tanah
Jaringan dan tiang telepon
Jaringan telepon dalam tanah
Jaringan minyak
Jaringan pipa gas
Hidran
Rumah kabel
Lain-lainnya
3.1.4.(7) Pengukuran / Pengumpulan Data Luas dan Harga Lahan
Ruang Milik Jalan
1. Ruang Milik Jalan (Rumija) atau Right of Way dibatasi oleh
lebar tertentu yang dikuasai oleh jalan dalam hal tertentu.
2. Rumija ditandai dengan patok RMJ berwarna kuning dalam
jarak 1 (satu) kilometer sepanjang ruas jalan.
3. Rumija dimaksud untuk memenuhi persyaratan keluasan
kenyamanan pengguna jalan dan terutama untuk
keperluan pelebaran Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) di
kemudian hari.
4. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) dimaksud untuk
menjadi pengawasan Penyelenggara jalan dalam hal
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-54
kenyamanan dan jarak pandang pengemudi, serta
pengamanan terhadap konstruksi bangunan jalan.
5. Pendataan harga dan luas lahan ruang milik jalan
dimaksud untuk memudahkan perencanaan perluasan dan
pelebaran badan jalan.
6. Data Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) dapat diperoleh dari
instansi terkait (KP-PBB) atau melakukan wawancara
langsung dengan warga penduduk setempat mengenai
harga (pasar) tanah di sekitar lokasi.
Gambar 3-8 Penampang Melintang RUMAJA dan
RUMIJA
3.1.4.(8) Pengukuran dan Pengumpulan Data Konstruksi Jalan
1. Cara Destruktif
Pemeriksaan dengan cara destruktif yaitu membuat “test
pit” pada perkerasan jalan untuk mengambil contoh dan
mengukur ketebalan tiap-tiap lapisan perkerasan.
Pemeriksaan dan pengukuran konstruksi jalan meliputi:
Lapisan permukaan mencakup lebar, tebal, jenis,
kondisi dan Indeks Kondisi Permukaan.
Lapisan pondasi atas mencakup lebar, tebal dan jenis.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-55
Lapisan pondasi bawah mencakup lebar, tebal dan
jenis.
Median / jalur pemisah mencakup lebar, tebal dan
jenis.
Bahu jalan mencakup lebar, tebal dan jenis.
Trotoar mencakup lebar, tebal dan jenis.
2. Cara Non-Destruktif
Pemeriksaan dengan cara non-destruktif yaitu suatu cara
menggunakan alat yang diletakkan diatas permukaan jalan
memiliki kemampuan merekam setiap jenis lapisan
perkerasan sampai pada lapisan pondasi bawah tanpa
merusak konstruksi perkerasan jalan.
3. Lain-lain
Nilai kondisi permukaan jalan yang diamati dalam
survei ini pada dasarnya bersifat subyektif. Untuk itu,
perlu ada kesepakatan dalam menentukan nilai kondisi
permukaan jalan agar riwayatnya tetap konsisten /
berkelanjutan bila dilakukan secara periodik oleh
pengamat yang sama (pengulangan pengamatan).
Hasil pemeriksaan dicocokkan dengan cara
dikonfirmasikan dan diklarifikasi terhadap data
dokumen berupa gambar terlaksana atau dengan data
yang dimiliki oleh instansi terkait antara lain P2JJ,
Dinas PU Provinsi atau Dinas Bina Marga Kabupaten.
3.1.4.(9) Pengukuran dan Pengumpulan Data Konstruksi
Jembatan
1. Peta situasi jembatan dilakukan dengan cara yang sama
dalam pengukuran situasi jalan.
2. Pengukuran harus mempunyai titik ikat yang koordinatnya
satu sistem dengan sistem koordinat jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-56
3. Pengamatan dan pengukuran jembatan yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
Tipe, bahan dan kondisi bangunan atas serta
ukurannya.
Tipe, bahan dan kondisi bangunan bawah serta
ukurannya.
Tipe, bahan dan kondisi pondasi serta ukurannya.
Tipe dan bahan landasan serta ukurannya.
Macam dan bahan bangunan pengaman dan pelengkap
bangunan bawah jembatan serta ukurannya.
Panjang bentang dan lebar jembatan dan panjang
total.
Jumlah bentang jembatan.
4. Peralatan dan Perlengkapan yang diperlukan antara lain:
2 (dua) buah pita ukur baja masing-masing dengan
kapasitas ukur 50 meter dan 3 meter.
Tambang plastik.
Benang nylon.
Bandul pemberat.
Bambu / kayu persegi untuk patok ikat.
Waterpass, bak ukur Yalon, rakit / perahu.
1 (satu) unit pesawat Theodolit (tipe TO).
1 (satu) unit pesawat Waterpass.
1 (satu) buah kamera / handycam.
1 (satu) roda pengukur jarak.
Peta ruas jalan.
Buku ukur.
Formulir lapangan data teknik dan formulir jembatan.
1 (satu) buah mesin hitung / calculator.
Kertas kalkir / milimeter blok.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-57
Alat-alat tulis (pensil, segitiga, ballpoint dan
penghapus, dan lain-lain).
Payung dan jas hujan.
Palu pemukul dan paku (baja), palu sink dan parang.
Sepatu lapangan.
Cat putih / kuning (tahan air).
Radio komunikasi / handytalkie lengkap dengan baterai
24 buah dalam keadaan di-charge penuh.
Kendaraan roda 4 siap operasi dan bahan bakar yang
cukup.
3.1.4.(10)Pengambilan Foto Dokumentasi
1. Tujuan
Pengambilan foto dokumentasi bertujuan agar dapat
memberikan gambaran secara visual tentang kondisi dari
ruas jalan yang sedang di-survey.
2. Persiapan
Siapkan kamera / handycam, peta lokasi, buku formulir
survey, clip board, ballpoint, meteran pita baja dan cat
/ pylox.
Mengisi data pada formulir survey yang meliputi nama
jalan, nama surveyor dan tanggal survey.
3. Pelaksanaan
Pengamatan dan pengambilan foto terhadap setiap
segmen untuk interval 750 meter untuk jalan luar kota
dan 375 meter untuk jalan dalam kota mulai dari titik
awal sampai akhir ruas.
Pengamatan dan pengambilan foto terhadap bangunan
pelengkap jalan untuk interval 750 meter untuk jalan
luar kota dan 375 meter untuk jalan dalam kota.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-58
Pengambilan foto disesuaikan perpotongan segmen
gambar dan diambil dari arah kilometer (KM) terkecil
dengan mengambil posisi pada sumbu jalan agar
situasi gambar terekam sampai dengan ruang
pengawasan jalan.
Pengambilan foto dokumentasi jembatan dari arah KM
terkecil (arah depan jembatan) dan dari arah hulu /
hilir (dipilih yang paling memungkinkan).
3.1.5 Pengolahan Data
3.1.5.(1) Verifikasi dan Validasi Data
Tujuan melakukan verifikasi dan validasi data untuk
memeriksa apakah data yang diperoleh telah memenuhi
persyaratan dan kecukupan data yang diperlukan antara lain:
Nama ruas jalan.
Nama pengenal jalan.
Titik pangkal dan titik ujung serta jurusan jalan lain.
Peranan jalan.
Sistem jaringan jalan.
Status jalan menurut wewenang pembinaan.
Lebar Ruang Manfaat Jalan (Rumaja).
Lebar Ruang Milik Jalan (Rumija).
Lebar Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja).
Data survey lapangan yang mencakup: jumlah BM beserta
data koordinatnya, hasil pengukuran (pengukuran
kerangka horizontal, vertikal, potongan melintang dan
pengukuran situasi).
Data inventarisasi jalan (jenis perkerasan, lebar
perkerasan, bahu jalan, saluran samping, trotoar, dan lain-
lain).
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-59
Data jembatan (dimensi dan jenis struktur jembatan) dan
gorong-gorong.
Data bangunan pelengkap (marka jalan, rambu, km post,
patok hektometer, guard drill, guard post, dan lain-lain).
Data hasil inventarisasi jaringan utilitas publik (di atas
maupun di bawah permukaan tanah) yang mencakup
jaringan air minum, gas, PLN, Telkom, dan lain-lain.
Data riwayat perkerasan (As-Built Drawing), Dokumen
Kontrak fisik).
Data LHR.
Data kepemilikan (sertifikat).
Nilai NJOP.
3.1.5.(2) Perhitungan dan Penggambaran Topografi (Data Spatial)
Perhitungan dan penggambaran dilakukan oleh surveyor
dan draftman / juru gambar dengan arahan dari Ketua
Tim Ahli Teknik Jalan dan Ahli Teknik Geodesi.
Perhitungan dapat dilakukan dengan sistem computerized
yang dihitung dengan program spread sheet.
Penggambaran kasar dilakukan pada saat survey
sedangkan penggambaran halus dilakukan dengan
menggunakan program Computer Aided Design (CAD).
Hasil penggambaran kemudian diplot / dipindahkan pada
format leger jalan.
3.1.5.(3) Input Data Hasil Pengamatan Ke Dalam Form Isian (Data
Tabulator)
Data yang di-input adalah hasil survey institusional / data
sekunder dan data survey lapangan / data primer.
Tata cara pengisian format dan/atau Kartu Leger Jalan
mengikuti Pedoman Pengisian Formulir / Kartu Leger
Jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-60
3.1.5.(4) Kompilasi Data Tabulator dan Data Spatial
Lakukan kompilasi atau penggabungan data isian (data
tabulator) dengan gambar jalan dan jembatan (data spatial)
dengan cara melakukan pengisian data (insert data) gambar
hasil penggambaran dengan CAD ke dalam form leger jalan.
3.1.6 Penggandaan Dan Penjilidan Leger Jalan
3.1.6.(1) Data Leger Jalan yang Terbentuk Dalam Kartu
Terdiri dari:
Ringkasan Data
Kartu Jalan
Kartu Jembatan
Kartu Foto Dokumentasi
3.1.6.(2) Penggandaan Dan Penjilidan
Penggandaan dan penjilidan dilengkapi dengan kartu-kartu
foto, sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 78/PRT/M/2005 tentang Leger Jalan.
Dokumen leger jalan yang telah dijilid, harus disimpan dan
dipelihara untuk dimanfaatkan, dimutakhirkan sesuai
dengan perubahan dimensi tapak jalan dan sarana
penunjangnya.
Penggandaan dan penjilidan dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk penyampaian / pendistribusian kepada
instansi yang terkait sesuai petunjuk (tata cara)
pelaksanaan teknis penyimpanan / pendistribusian.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-61
FORMULIR-FORMULIR PENGUKURAN
PROYEK :
LOKASI :
DIUKUR OLEH :
X Y
FORMULIR SURVEY RECONNAISANCE
NO TITIK
JARAK (M)
AZIMUT (º ' ")
KEMIRINGAN %
SKETSA PATOKKOORDINAT
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-62
Petunjuk Pengisian Formulir Hitungan Azimut Matahari
Bagian atas formulir berisikan data hasil pengamatan seperti kedudukan teropong
(biasa atau luar biasa), kedudukan bayangan matahari (menyinggung benang silang
teropong di posisi mana atau dengan menggunakan prisma Roelof). Waktu amat
berisikan jam pada saat matahari tepat beradmenyinggung benang silang diafragma
atau tepat berada di tengah diafragma atau tepat berada ditengah diafrgma bacaan
sudut vertikal dan bacaan horizontal ke arah matahari.
Bagian kiri bawah:
Tinggi Matahari=hu : diisi data hasi pengamatan yaitu bacaan sudut vertikal
pada saat pengamatan.
Refraksi=58’ctg hu(-) : diisi hasil hitungan koreksi refraksi yaitu dengan
menggunakan rumus 58 ctghu, dimana hu adalah bacaan
sudut vertikal.
Paralaks=8.8 Cos hu : hitungan koreksi paralaks dengan rumus 8.8 Cos hu,
dimana hu adalah bacaan sudut vertical.
Koreksi ½ d : diisi koreksi ½ diameter matahari yang dapat dilihat dari
tabel almanak matahari pada menit, jam, tanggal dan
tahun pada saat pengamatan dilakukan.
Tinggi matahari (h) : diisi hasil perhitungan dari tinggi matahari ukuran
dikoreksi dengan koreksi refraksi, koreksi perolehan dari
koreksi ½ diameter matahari.
Lintang (L) : diisi dari hasil interpolasi posisi lintang titik amat
berdasarkan peta topografi dari Bakosurtanal.
Deklinasi : didapat dari tabel almanak matahari untuk jam, tanggal,
bulan dan tahun pada saat pengamatan dengan cara
diinterpolasi.
Sin d : nilai sinus dari deklinasi
Sin L (φ) : nilai sinus dari lintang pengamatan
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-63
Sin h : nilai sinus dari tinggi matahari terkoreksi
Sin L.Sin h : perkalian antara nilai sinus lintang dengan sinus tinggi
matahari terkoreksi.
L – M : nilai sinus deklinasi dikurangi (sinus lintang kali sinus
tinggi matahari).
Cos L (φ) : nilai cosinus dari lintang pengamatan.
Cos h : nilai cosinus dari tinggi matahari terkoreksi.
Cos L. Cos h : nilai perkalian dari cosinus lintang dengan nilai cosinus
tinggi matahari terkoreksi.
Cos A : Nilai (sinus deklinasi dikurangi (sinus lintang kali sinus
tinggi matahari terkoreksi)) dibagi (cosinus lintang kali
cosinus tinggi matahari terkoreksi)).
A : nilai arccosinus dari Cos A
Koreksi ½ d/Cos h : nilai koreksi, dihitung dengan menghitung koreksi ½
diameter matahari dibagi cosinus tinggi matahari
terkoreksi.
Asimut pusat matahari : dihitung berdasarkan nilai A ditambah atau dikurangi
dengan koreksi ½ d / Cos h, tanda + atau – berdasarkan
posisi bayangan matahari terhadap benang silang
mendatar.
Sudut hor ke titik acuan : data bacaan ke titik acuan pada saat pengamatan.
Sudut hor ke titik matahari : bacaan sudut horizontal ke matahari pada saat
pengamatan.
Nilai azimut matahari : Nilai azimut pusat matahari ditambah sudut horizontal ke
titik acuan dikurangi sudut horizontal ke matahari.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-64
PROYEK : JENIS ALAT :
DIUKUR OLEH : NO. SERI :
TANGGAL : HALAMAN :
° ' " ° ' " ° ' " ° ' " ° ' "
LUAR BIASA
DATA UKUR POLIGON
BIASA LUAR BIASA
HORIZONTALVERTIKAL
TARGET
SKETSA
ALAT
NO TITIK
RATA-RATABIASA
SUDUT HORIZONTALBACAAN SUDUT
MIRING (m)
DATAR (m)
JARAK
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-65
PROYEK :
DIUKUR OLEH :
TANGGAL :
KOR JARAK (D) D Sin dx D Cos dy
° ' " " ° ' " D(M) (m) (M) (M) (M) X (M) Y (M)
Analisa Ketelitian Pengukuran
Σ Titik : BATAS TOLERANSI :
KESALAHAN PENUTUP SUDUT (fs) :
KESALAHAN ABSIS (fx) :
KESALAHAN ORDINAT (fy) :
KESALAHAN LINIER :
Σ
FORMULIR HITUNGAN KERANGKA HORIZONTAL METODA POLIGON
NO TITIKSUDUT DALAM AZIMUT KOORDINAT
NO TITIK
n"10
10000
1)()(
CD
fyfxfc
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-66
TITIK PENGAMAT : :
TITIK ACUAN : :
TANGGAL PENGAMATAN : :
DAERAH / PROYEK : : Tadah
DIAMATI OLEH :
B LB LB B
TEMPERATUR:
BAROMETER:
DATA UNTUK KOREKSI REFRAKSI
KOORDINAT LINTANG PENGAMAT
φ=
FORMULIR PENGAMATAN MATAHARIUNTUK PENENTUAN AZIMUT METODA TINGGI / SUDUT WAKTU
WAKTU PENGAMATAN
MATAHARI SEBELAH: TIMUR / BARAT
TINGGI MATAHARI (h)
BACAAN LINGK. MENDATAR
- KE TITIK ACUAN (Hs)
BACAAN LINGK. VERTIKAL TERHADAP TEPI MATAHARI
- KE TEPI / PUSAT MATAHARI (Hm)
SUDUT HORIZONTAL
- TERHADAP TEPI MATAHARI (Ψ)
SKETSA:
KEDUDUKAN MATAHARI
KEDUDUKAN TEROPONG
MEREK / NO. TEODOLIT
BAYANGAN DALAM
TEODOLIT
CARA PENGUKURAN
TINGGI LOKASI:
(DIATAS MSL)
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-67
TITIK PENGAMAT : DIAMATI OLEH :
TITIK ACUAN : DIHITUNG OLEH :
TANGGAL PENGAMATAN : DIPERIKSA OLEH :
PROYEK : ALAT ::
I BIASA
II LUAR BIASA
III BIASA
IV LUAR BIASA
° ' " ° ' " ° ' " ° ' "
TINGGI MATAHARI = hu
REFERENSI = 58"ctg hu (-)
PARALAKS = 8.8 Cos hu (+)
KOREKSI ½ d
TINGGI MATAHARI (h)
LINTANG (L)
DEKLINASI (δ)
Sin δ = L
Sin L
Sin h
Sin L. Sin h = M
L - M = N
Cos L
Cos h
Cos L. Cos h =D
Cos A =N/D
A
KOREKSI (½ d) / Cos h ( -/+ )
AZIMUT PUTAR MATAHARI
AZIMUT KE TARGET
AZIMUT RATA-RATA
SUDUT HORIZONTAL KE TITIK ACUAN ( + )
SUDUT HORIZONTAL KE TITIK MATAHARI ( - )
FORMULIR HITUNGAN AZIMUT MATAHARI
HORIZONTAL
B LB B LB
KEDUDUKAN MATAHARI WAKTU AMAT VERTIKAL
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-68
Petunjuk Pengisian Formulir Hitungan Poligon
No Titik : diisi nomor titik tempat berdiri alat (melakukan
pengamatan) center titik BM O.
Sudut dalam : diisi hasil hitungan bacaan sudut horizontal titik di depan
titik tempat berdiri alat dikurangi bacaan sudut horizontal
titik di belakang titik berdiri alat.
Koordinat : diisi hasil hitungan koreksi kesalahan sudut menggunakan
rumus dβ = )B
(n
f
Azimut : diisi azimut hasil perhitungan berdasarkan azimut sisi
sebelum ditambah sudut dalam di titik yang bersangkutan
dikurangi 100 derajat.
Jarak : diisi dari hasil perhitungan jarak dari titik pengamatan ke
titik berikutnya dengan menggunakan rumus D= 100 (ba
– bb) Cos2 h atau D= 100 (ba – bb) Sin2Z.
D Sin : diisi hasil perhitungan beda absis antara titik tempat
pengamatan dengan titik di depannya dengan
menggunakan rumus Dx = D Sin
dx : diisi hasil perhitungan koreksi arah absis dengan
menggunakan rumus f Dx= ∑ Dij – ∑ Dyij
D Cos : diisi hasil perhitungan beda ordinat antara titik tempat
pengamatan dengan titik di depannya dengan
menggunakan rumus Dy D Cos
dy : diisi hasil perhitungan koreksi arah ordinat dengan
menggunakan rumus f DY= ∑ Dij – ∑ DYij
Koordinat : diisi hasil perhitungan koordinat dengan menggunakan
rumus X2 = X1 + D12 Sin 12 + f DX
Y2 = Y1 + D12 Cos 12 + f DY
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-69
DATA UKUR SIPAT DATAR
PROYEK : JENIS ALAT:
DIUKUR OLEH: NO. SERI:
TANGGAL: HALAMAN:
STAND I
(m) (m) STAND II
NO PATOK
BENANG TENGAH (BT) STAND I STAND II
BENANG ATAS (BA) BENANG BAWAH (BB)
(BA+BB)=2BT
BEDA TINGGI RATA-RATA
NO PATOK
JARAK
BELAKANG Db
MUKA Dm
BEDA TINGGI
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-70
DIHITUNG : HALAMAN :
LOKASI : DIPERIKSA :
TANGGAL: ALAT HITUNG:
DARI KE PERGI PULANG RATA-RATA KOR (mm) DEFINITIF
TOTAL
JUMLAH JARAK
SALAH PENUTUP
TOLERANSI
NO PATOKJARAK
FORMULIR HITUNGAN SIPAT DATAR
NAMA PATOK
BEDA TINGGI TINGGI PATOK
DEFINITIF
TINGGI PATOK
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-71
Petunjuk Pengisian Formulir Hitungan Waterpass
No Patok : diisi nomor patok tempat berdiri rambu atau tempat
berdiri alat, contoh alat berdiri di titik BM1 dan rambu
ditempatkan di titik P211.
Jarak : jarak dari hasil perhitungan jarak antara BM1 dengan titik
P211, jarak dihitung dengan menggunakan rumus jarak
optis pada pengukuran sipat datar D = 100 (ba – bb)
Beda tinggi : beda tinggi diisi hasil perhitungan beda tinggi antara dua
titik yang diamati. Contoh beda tinggi antara BM1 dengan
titik P211 dihitung berdasarkan bacaan benang
tengahrambu di titik P211 dengan bacaan benang tengah
rambu dititk BM1 atau perbedaan bacaan benang tengah
rambu dititk P211 dengan tinggi alat di titik BM1.
Stand I : diisi beda tinggi stand I atau pengukuran pergi antara titik
BM1 dengan titik P211.
Stand II : diisi beda tinggi stand II atau pengukuran pulang antara
titik BM1 dengan titik P211.
Rata-rata : diisi beda tinggi rata-rata antara pengukuran stand I
dengan stand II atau rata-rata antara pengukuran pergi
dengan pengukuran pulang.
Kor : diisi koreksi kesalahan rata-rata antara pengukuran pergi
dengan pengukuran pulang.
Definitif : diisi beda tinggi definitif yaitu beda tinggi rata-rata
ditambah koreksi kesalahan.
Elevasi diatas patok : BM1 tingginya diketahui maka elevasi diatas patok adalah
tinggi BM1 (diketahui) di tambah beda tinggi definitif.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-72
PROYEK : JENIS ALAT:
LOKASI : NO. SERI :
DIUKUR OLEH : TANGGAL :
TARGET TENGAH ATAS BAWAH ° ' " ° ' " ° ' " ° ' "
FORMULIR UKUR DETAIL SITUASI
ALAT
TINGGI ALAT (Cm)
KETERANGAN
SKETSA:
VERTIKAL
SUDUT HORISONTAL ACUAN
HORISONTAL VERTIKAL
SUDUT HORISONTAL TITIK DETAILNO TITIK BACAAN BENANG
HORISONTAL
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-73
PROYEK :
DIHITUNG OLEH :
TANGGAL :
JARAK
TARGET ° ' " ° ' " BT BA BB ° ' " DATAR X Y
KOORDINATELEVASI
FORMULIR HITUNGAN DETAIL SITUASI
NO TITIK
ALAT
HORISONTAL HASIL AZIMUT BACAAN RAMBU VERTIKAL BEDA TINGGI
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-74
Petunjuk Pengisian Formulir Hitungan Situasi
No. Titik Alat : diisi nomor titik tempat mendirikan alat pada saat
pengukuran detail situasi contoh: titik P7-11
No. Titik Target : diisi nomor titik acuan (backsight atau foresight) sebagai
acuan azimut contoh: titik P7-12. Selain itu diisi nomor
titik detail yang akan diamati contoh titik 1, titik 2.
Azimut acuan : diisi azimut dari titik tempat berdiri alat ke titik acuan.
Horizontal : diisi bacaan sudut horizontal titik yang diamat.
Hasil azimut : diisi azimut titik acuan dari data perhitungan koordinat titik
kontrol horizontal. Untuk titik detail azimutnya diisi hasil
perhitungan azimut titik detail tersebut berdasarkan
perbedaan bacaan sudut horizontal titik acuan dengan
bacaan horizontal titik detail tersebut.
BT, BA, BB : diisi data hasil bacaan rambu (benang tengah,benang
atas,benang bawah) hasil pengukuran detail situasi titik
yang bersangkutan.
Vertikal : diisi data hasil bacaan sudut vertikal hasil pengukuran titik
detail yang bersangkutan.
Jarak detail : diisi hasil hitungan jarak detail antara titik detail tersebut
Terhadap titik tempat berdiri alat dengan menggunakan
rumus D=100 (ba – bb) Cos2h atau D=100(ba – bb)Sin2 z.
Beda Tinggi : diisi hasil perhitungan beda tinggi antara titik detail yang
diamati dengan titik tempat berdiri alat. Dihitung dengan
menggunakan rumus ∆H = 100(ba-bb)Cos h.Sin²h atau
∆H = 100 (ba – bb).[Sin (2z)/2]
Dx : diisi hasil perhitungan beda absis antara titik tempat
pengamatan dengan titik detail dengan menggunakan
rumus Dx = D Sin
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-75
Dy : dari hasil perhitungan beda ordinat antara titik tempat
pengamatan dengan titik detail dengan menggunakan
rumus Dy = D Cos
X : diisi hasil perhitungan koordinat titik detail yang
bersangkutan dengan menggunakan rumus Xdetail = Xtitik
awal + Dxdetail Sin detail
Y : Diisi hasil perhitungan koordinat titik detail yang
bersangkutan dengan menggunakan rumus Ydetail = Ytitik
awal + Dydetail Sin detail
Tinggi Alat : diisi hasil perhitungan tinggi titik detail yaitu tinggi titik
tempat pengamatan ditambah beda tinggi tinggi yang
bersangkutan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-76
Nama Proyek TanggalNama Operator No.StationStation ID Koordinat PendekatanNama Lokasi LintangSession ID BujurHari UTC Tinggi Ellipsoid
Mulai:
VertikalRadius
Slant
PDOP/GDOPNo.Satelit
Temperatur(ºC)Tekanan (mmHg)
Kelembaban(%)Minimum(SV): Mask Angle:Disk Nomor: Total dari:
Tanggal : Halaman:Dibuat oleh:
Interval Data : detikNama File :
Sketsa Obstruksi Catatan/Keterangan
Diawal sesi Diakhir sesi
Perekaman(UTC)Berhenti:
Tinggi Antena Sebelum: Sesudah:
FORMULIR DATA LAPANGAN SURVAI GPS
JADWAL PERENCANAAN PENGAMATAN
PENCATATAN DATA LAPANGAN
Receiver : Nomor: No.Antena:
180ºAzimut
90º270º
0º
30
Elevasi
60
90
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-77
3.1.7 Kebutuhan Personil Pembuatan Leger Jalan
3.1.7.(1) Personil Pembuatan Leger Jalan
Tabel 3-2 Personil Pembuatan Leger Jalan
NO.POSISI / KUALIFIKASI
JABATAN JUMLAH
A. TENAGA AHLI
1. Ahli Teknik Jalan Raya / Ketua Tim 1 (satu) orang
2. Ahli Teknik Geodesi 1 (satu) orang
B. TEKNISI
1. Juru Ukur Sesuai kebutuhan
2. Pembantu Juru Ukur Sesuai kebutuhan
3. Juru Gambar Kasar/Cad Operator Sesuai kebutuhan
4. Juru Gambar Halus/Cad Operator Sesuai kebutuhan
5. Tenaga Lokal Sesuai kebutuhan
C. TENAGA PENDUKUNG
1. Operator Komputer Sesuai kebutuhan
3.1.7.(2) Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
1. Ahli Teknik Jalan Raya
Tugas utamanya merangkap sebagai Ketua Tim,
memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan
anggota tim kerja.
Mengawasi semua tenaga / personil yang terlibat
dalam pekerjaan survei pengukuran dan pengumpulan
data leger jalan dimaksud tepat waktu.
Bertanggung jawab atas kebenaran, ketelitian,
kemutakhiran dan kelengkapan data hasil pelaksanaan
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-78
survei sesuai buku pedoman pelaksanaan teknis
pembuatan leger jalan.
Bertanggung jawab atas ketepatan waktu pelaksanaan
pekerjaan yang telah ditetapkan untuk pekerjaan
survei / pengumpulan data sekunder, pengumpulan
data primer, pengolahan dan penyajian / pelaporan.
2. Ahli Teknik Geodesi (Geodetic Engineer)
Mengendalikan pengawasan lapangan dan juru ukur
serta memberi petunjuk dalam pelaksanaan survei
pengukuran (primer) dan pengumpulan data sekunder
leger jalan dimaksud untuk wilayah yang telah
ditentukan.
Memeriksa dan mengolah semua data hasil survei
sekunder dan data primer yang berada di bawah
tanggung jawabnya.
Bertanggung jawab atas kualitas pengumpulan data
mencakup kebenaran, ketelitian, kemutakhiran dan
kelengkapan hasil survei yang dilaksanakan sesuai
waktu yang telah ditetapkan.
Bertanggung jawab atas kualitas hasil pengolahan data
leger jalan dalam wilayah pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Teknisi / Juru Ukur
Melaksanakan survei pengukuran, pengumpulan dan
pengolahan data (di lapangan dan di kantor) pada
ruas-ruas jalan yang menjadi tanggung jawabnya
dengan baik dan benar, akurat dan tepat waktu.
Bertanggung jawab atas semua hasil kerja di lapangan
maupun di kantor berdasarkan pedoman pelaksanaan
teknis pembuatan leger jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-79
4. Teknisi / Pembantu Juru Ukur
Secara umum membantu kegiatan juru ukur dari
proses pengambilan data di lapangan sampai pada
proses mengolah data lapangan sesuai pedoman
pelaksanaan teknis pembuatan leger jalan menjadi
dokumen leger jalan.
Secara khusus melaksanakan pengambilan foto
dokumentasi lapangan mulai dari menentukan lokasi
strategis pemotretan pada setiap segmen jalan,
memberi tanda pada tiap segmen jalan yang telah
didokumentasi dan mencatat hal-hal yang penting
pada lokasi pengambilan foto.
5. Teknisi / Juru Gambar Kasar dan Halus atau Cad Operator
Mengaplikasikan semua hasil survei pengukuran
lapangan ke dalam format standar kartu jalan dan/atau
kartu jembatan secara kasar sampai pada hasil akhir
gambar halus secara memuaskan sesuai pedoman
pelaksanaan teknis pembuatan leger jalan.
6. Tenaga Pendukung / Operator Komputer
Mengkreasikan dan mengaplikasikan semua hasil olah
data lapangan ke dalam komputer sampai hasil akhir
yang memuaskan dalam format standar kartu jalan
sesuai pedoman pelaksanaan teknis pembuatan leger
jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-80
3.1.8 Institusi Pembuat Leger Jalan
Tabel 3-3 Institusi Pembuat Leger Jalan
NO. LEGER JALAN INSTITUSI PEMBUAT LEGER JALAN
1.Nasional(Non Tol dan Tol)
Bidang RENWAS BBPJNSeksi RENWAS BPJN
2. ProvinsiSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program / Perencanaan Dinas BM Provinsi atau yang setara
3. KabupatenSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program / Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara
4. KotaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program / Perencanaan Dinas Bina Marga Kota atau yang setara
5. DesaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program / Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara
6. Khusus Pemilik/Pemimpin jalan khusus.
Apabila bidang kebinamargaan di propinsi dan kabupaten/kota masih
merupakan bagian/sub dinas dari Dinas PU/Kimpraswil, maka
instansi yang melaksanakan pembuatan (menyiapkan) konsep leger
jalan adalah Sub Dinas / Bagian Bina Marga Propinsi / Kabupaten /
Kota.
3.2 PENETAPAN LEGER JALAN
3.2.1 Pra-Penetapan
1. Untuk menjamin kepastian hukum, tanah yang sudah dikuasai oleh
Pemerintah dalam rangka pembangunan jalan didaftarkan untuk
diterbitkan sertifikat hak atas tanahnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pertanahan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-81
2. Leger jalan harus memperhatikan aspek hukum atas pemegang
hak atas tanah, atau pemakai tanah negara, atau masyarakat
wilayah hukum adat, yang tanahnya diperlukan untuk
pembangunan jalan, berhak mendapat ganti kerugian.
3. Leger jalan yang telah siap pembuatannya dan telah mempunyai
kekuatan hukum atas tanah yang sudah dikuasai oleh pemerintah
diumumkan secara luas kepada masyarakat luas melalui papan
pengumuman, media cetak maupun media elektronik dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal diumumkan.
Prosedur pendaftaran ke kantor Badan Pertanahan Nasional
dengan harus melengkapi data-data Surat tanah sebagaimana
dimaksud pada tabel 3-4.
Sedangkan tanah yang dikuasai negara adalah luas lahan yang
diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan dan penambahan jalur lalu
lintas di masa yang akan datang serta kebutuhan ruangan untuk
pengamanan jalan. Luas lahan yang dikuasai negara tersebut
disebut sebagai Ruang Milik Jalan (atau RUMIJA) (Lihat Gambar
3.9).
4. Ruas jalan yang dileger dilaksanakan berdasarkan tata rencana
tata ruang wilayah, terutama menyangkut dampak lingkungan.
5. Utilitas publik harus berada pada posisi yang benar dan aman
sesuai peraturan yang berlaku khususnya di daerah perkotaan.
6. Fasilitas publik yang menjamin keamanan dan kenyamanan
pengguna jalan dan masyarakat yang bermukim di sekitar ruas
jalan yang dileger.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-82
Tabel 3-4
DATA KELENGKAPAN SURAT TANAH DALAM PEMBEBASAN TANAH MILIK
MASYARAKAT SEBAGAI SYARAT PERMOHONAN HAK / SERTIFIKAT TANAH KE
KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL SESUAI SUBYEK HUKUM /
PEMOHONNYA
Nama Pemilik: Direktorat Jenderal Bina Marga / Departemen Pekerjaan UmumNomor & Nama Ruas :Kecamatan :Kabupaten :Provinsi :
NO. JENIS SURAT ADA TIDAK KETERANGAN 1 Girik / Sertifikat
2 Kartu Tanda Penduduk, Dirjen Bina Marga
3 Surat Pernyataan Riwayat Kepemilikan Tanah yang diketahui atau dikuatkan oleh Lurah atau Camat / PPAT
4 Surat Pernyataan tidak sengketa yang diketahui / dikuatkan oleh Lurah dan PPAT
5 Surat Keterangan Kepala Desa atau tanah yang belum bersertifikat yang dikuatkan oleh Camat / Lurah
6 Surat Izin istri / suami atas tanah bersertifikat
7 Izin Prinsip Bupati 8 Izin lokasi Badan Pertanahan Nasional
9 Pernyataan sedia menjual tanah dari pemilik tanah
10 Kwitansi pembayaran 11 Foto pada saat pembayaran
12 Surat keterangan waris dari Camat / PPAT dan Kepala Desa apabila pemilik tanah telah meninggal dunia
13 Akte jual beli / akte hibah tanah apabila tanah pernah dialihkan / dijual / dihibahkan
14 Akte pelepasan hak atas tanah (PHT)
15 Surat Pengukuran dari Badan Pertanahan Nasional
16 Surat permohonan pengukuran ,pendataan dan sertifikat ke BPN
17
Surat pendataan Kompensasi Tanaman pemilik tanah dari Kantor Dinas Pertanian yang dikuatkan oleh Kepala Desa dan Camat / PPAT
18
Surat pendataan Kompensasi bangunan pemilik tanah dari Kantor Dinas Cipta Karya yang dikuatkan oleh Kepala Desa, Camat / PPAT
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-83
Gambar 3-9 Bagian-Bagian Jalan
3.2.2 Penetapan Leger Jalan
Bila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal
diumumkan tidak ada keberatan dari masyarakat luas dan/atau semua
keberatan masyarakat terselesaikan dengan baik dan benar, leger jalan
dapat ditetapkan sesuai kewenangan penyelenggara jalan sebagai
berikut:
(1). Penetapan leger jalan nasional non tol dilakukan oleh Menteri
Pekerjaan Umum berdasarkan rekomendasi Kepala Balai Besar /
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Direktorat Jenderal Bina Marga
dimana ruas jalan nasional tersebut berada dalam wilayah
kewenangannya.
(2). Penetapan leger jalan nasional tol dilakukan oleh Menteri
Pekerjaan Umum berdasarkan rekomendasi Direktur Jalan Bebas
Hambatan dan Jalan Kota Direktorat Jenderal Bina Marga.
(3). Penetapan leger jalan provinsi dilakukan oleh gubernur
berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas Pekerjaan
Umum/Permukiman dan Prasarana Wilayah/Bina Marga Provinsi
dimana ruas jalan tersebut berada.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-84
(4). Penetapan leger jalan kabupaten dan desa dilakukan oleh bupati
berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas PU/Kimpraswil/Bina Marga
Kabupaten dimana ruas jalan tersebut berada.
(5). Penetapan leger jalan kota dilakukan oleh bupati atau walikota
berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas PU/Kimpraswil/Bina Marga
Kota dimana ruas jalan tersebut berada.
(6). Penetapan leger jalan khusus dilakukan oleh bupati atau
penyelenggara jalan khusus yang bersangkutan apabila
keberadaan ruas jalan khusus tersebut telah sesuai rencana induk
jaringan jalan.
3.2.3 Legalisasi
3.2.3.(1) Jalan Nasional (Non Tol dan Tol)
Dipersiapkan oleh Kepala Bagian TU Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional / Kepala Sub Bagian TU Balai
Pelaksanaan Jalan Nasional.
Diumumkan oleh Kepala BBPJN / BPJN.
Diperiksa oleh Direktur Bina Program, Direktorat Jenderal
Bina Marga.
Disetujui oleh Direktur Jenderal Bina Marga.
Ditetapkan Menteri Pekerjaan Umum.
3.2.3.(2) Jalan Provinsi
Dipersiapkan oleh Kepala Sub Dinas Bina Marga Dinas
PU/Kimpraswil atau Kepala Bidang Perencanaan Dinas
Bina Marga Provinsi.
Diumumkan oleh Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau Kepala
Dinas Bina Marga Provinsi.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-85
Diperiksa oleh Kepala Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/
Kimpraswil atau Kepala Bidang Perencanaan Dinas Bina
Marga Provinsi.
Disetujui oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum/Permukiman
dan Prasarana Wilayah atau Kepala Dinas Bina Marga
Provinsi.
Ditetapkan oleh Gubernur.
3.2.3.(3) Jalan Kabupaten/Kota
Dipersiapkan oleh Kepala Sub Dinas Bina Marga Dinas
PU/Kimpraswil atau Kepala Bidang Program/Perencanaan
Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota.
Diumumkan oleh Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau Kepala
Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota.
Diperiksa oleh Kepala Sub Dinas Bina Marga Dinas
PU/Kimpraswil atau Kepala Bidang Program/Perencanaan
Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota.
Disetujui oleh Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau Kepala
Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota.
Ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
3.2.3.(4) Jalan Desa
Dipersiapkan oleh Kasubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau
Kepala Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga
Kabupaten.
Diumumkan oleh Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau Kepala
Dinas Bina Marga Kabupaten.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-86
Diperiksa oleh Kasubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau
Kepala Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga
Kabupaten.
Disetujui oleh Kepala Dinas PU/Kimpraswil atau Kepala
Dinas Bina Marga Kabupaten.
Ditetapkan oleh Bupati.
3.2.3.(5) Jalan Khusus
Dipersiapkan oleh pemilik/pemimpin perusahaan
Diumumkan oleh pemilik/pemimpin perusahaan
Diperiksa oleh pemilik/pemimpin perusahaan.
Disetujui oleh pemilik/pemimpin perusahaan.
Ditetapkan oleh pemilik jalan khusus.
Legalisasi dilaksanakan oleh Pemilik Jalan Khusus setelah
mendapat persetujuan kepala dinas ke-bina marga-an
kabupaten/kota dimana ruas jalan khusus tersebut berada.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
3-87
Tabel 3-5 Institusi / Pejabat Legalisasi Leger Jalan
NO. STATUS RUAS JALAN KETERANGAN
1 Jalan Nasional (Non Tol dan Tol)
2 Jalan Propinsi
3 Jalan Kabupaten
4 Jalan Kota
5 Jalan Desa
6 Jalan Khusus
A. Jalan Nasional (Non Tol dan Tol)
A.1 Menteri
A.2 Direktur Jenderal Bina Marga
A.3 Direktur Bina Program
A.4 Kepala BBPJN
A.5 Kepala BPJN
A.6 Ka.Bid RENWAS BPJN
A.7 Ka.Sie RENWAS BPJN
DIPERSIAPKAN DIUMUMKAN DIPERIKSA DISETUJUI DITETAPKAN
C.4 Ka.Dinas Bina Marga Kota / setara
B.2 Ka.Dinas PU/Kimpraswil Propinsi
B.3 Ka.Dinas Bina Marga Propinsi
A.6/A.7
C.5
C.6
C.5
D.2
B. Jalan Propinsi C. Jalan Kabupaten / Kota / Desa
C.1 Bupati
Propinsi atau yang setara
C.5 Ka.Bid Prog/Perenc Dinas BM Kab/setara
C.6 Ka.Bid Prog/Perenc Dinas BM Kota/setara
B.4 Ka.Subdin BM Dinas PU/Kimpraswil
Propinsi atau yang setara
B.5 Ka.Bid Perencanaan Dinas Bina Marga
C.3
NOTASI
D.1 Pemilik
D.2 Pemimpin/PemilikC.2 Walikota
C.3 Ka Dinas Bina Marga Kab / setara
B.1 Gubernur
D.2 D.2
A.3
C.5
C.6
C.5
B.4 / B.5
A.4/A.5
C.3
C.4
B.1
A.2 A.1
C.2
C.3
C.4
C.3
D. Jalan Khusus
B.4 / B.5 B.2 / B.3
D.2 D.1
C.1
C.1
B.2 / B.3
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
4-1
BAB 4
TATA CARA PENYIMPANAN, PEMELIHARAAN DAN
PENYAMPAIAN INFORMASI LEGER JALAN
4.1 TEMPAT PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN
4.1.1 Penyimpanan dimaksud sebagai suatu tindakan agar dokumen leger
jalan dapat dimanfaatkan di setiap waktu diperlukan sesuai dengan
kegunaannya dan pemutakhiran data.
4.1.2 Pemeliharaan dimaksud sebagai suatu tindakan agar dokumen leger
jalan yang telah disimpan dapat terjaga dan terpelihara dengan baik,
tidak rusak sebelum masa berlakunya berakhir.
4.1.3 Penyimpanan dilakukan pada gedung yang luas, dan dalam tatanan
ruang yang teratur untuk kemudahan perolehannya.
4.1.4 Konstruksi gedung penyimpanan dokumen leger jalan terbuat dari
material bangunan yang baku dan permanen.
4.1.5 Gedung penyimpanan dokumen leger jalan harus dipelihara agar ruang
penyimpan dokumen tersebut dalam suhu ruang 25°C atau bila
memungkinkan menggunakan mesin pengatur suhu ruangan (Air
Conditioner).
4.1.6 Kebersihan gedung penyimpanan dokumen leger jalan harus tetap
berada dalam keadaan terpelihara, bebas debu dan sarang binatang
serangga.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
4-2
4.1.7 Ruang penyimpanan dokumen leger jalan memiliki lemari atau rak-rak
standar yang terbuka dan diberi label sebagai tempat meletakkan
dokumen-dokumen leger jalan.
4.1.8 Setiap ruang penyimpanan dokumen leger jalan memiliki buku katalog
yang mencatat semua dokumen yang tersimpan di dalam ruangan.
4.1.9 Dokumen leger jalan harus disusun menurut status jalan, nomor ruas
jalan dan per wilayah / provinsi yang berlaku dalam administrasi
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.
4.2 PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN
4.2.1 Leger Jalan Nasional (Non Tol dan Tol)
1. Satu leger jalan nasional (asli) disimpan dan dipelihara di kantor
Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.
2. Satu leger jalan nasional (salinan/copy) disimpan dan dipelihara di
kantor Bagian Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional
atau Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.
3. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas
Bina Marga Propinsi yang dilewati jalan nasional tersebut.
4. Satu leger jalan nasional (salinan / copy) disimpan dan dipelihara
di kantor Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian
TU Dinas Bina Marga Kabupaten / Kota yang dilewati jalan nasional
tersebut.
5. Satu leger jalan nasional (digital) disimpan dan dipelihara di kantor
Sub Direktorat Data dan Informasi Direktorat Bina Program,
Direktorat Jenderal Bina Marga.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
4-3
4.2.2 Leger Jalan Provinsi
1. Satu leger jalan (asli) disimpan dan dipelihara di kantor Sub Dinas
Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas Bina Marga
Provinsi yang bersangkutan.
2. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.
3. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Bagian Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional atau
Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.
4. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas
Bina Marga Kabupaten / Kota yang dilewati jalan provinsi tersebut.
5. Satu leger jalan (digital) disimpan dan dipelihara di kantor Sub
Direktorat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Bina Marga.
4.2.3 Leger Jalan Kabupaten / Kota
1. Satu leger jalan (asli) disimpan dan dipelihara di kantor Sub Dinas
Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas Bina Marga
Kabupaten / Kota yang bersangkutan.
2. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.
3. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Bagian Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional atau
Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.
4. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas
Bina Marga Provinsi.
5. Satu leger jalan (digital) disimpan dan dipelihara di kantor Sub
Direktorat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Bina Marga.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
4-4
4.2.4 Leger Jalan Desa
1. Satu leger jalan (asli) disimpan dan dipelihara di kantor Sub Dinas
Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas Bina Marga
Kabupaten yang bersangkutan.
2. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.
3. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Bagian Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan alan Nasional atau Sub
Bagian Tata Usaha Balai Pelaksanaan Jalan Nasiona.
4. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas
Bina Marga Provinsi.
5. Satu leger jalan (digital) disimpan dan dipelihara di kantor Sub
Direktorat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Bina Marga.
4.2.5 Leger Jalan Khusus
1. Satu leger jalan (asli) disimpan dan dipelihara di kantor
penyelenggara jalan khusus yang bersangkutan.
2. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.
3. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Bagian Tata Usaha Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional atau
Sub Bagian Tata Usaha Balai Pelaksanaan Jalan Nasional.
4. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas
Binas Marga Provinsi.
5. Satu leger jalan (salinan / copy) disimpan dan dipelihara di kantor
Sub Dinas Bina Marga Dinas PU/Kimpraswil atau Bagian TU Dinas
Bina Marga Kabupaten / Kota.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
4-5
6. Satu leger jalan (digital) disimpan dan dipelihara di kantor Sub
Direktorat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Bina Marga.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
4-6
Tabel 4-1 Penyimpan dan Pemelihara Leger Jalan
No.INSTITUSI
PENYIMPAN DAN PEMELIHARA
LEGER JALAN
TolNasional Non Tol
ProvinsiKab / Kota
Desa Khusus
1.SETDITJEN BINA MARGABagian Umum
2.BBPJN Bagian Tata Usaha
3.BPJN Sub Bagian Tata Usaha
4.Subdin BM Dinas PU / Kimpraswil atau Bag. TU Dinas BM Propinsi
5.Subdin BM Dinas PU / Kimpraswil atau Bag. TU Dinas BM Kabupaten/Kota
6. Penyelenggara Jalan Khusus - - - - -
7.BIPRANSub Direktorat Data dan Informasi
Digital
Digital
Digital
Digital
Digital
Digital
Keterangan:
= Dokumen asli.
= Salinan Dokumen, Kartu dan Digital (Penggandaan).
Khusus di Sub Direktorat Data dan informasi Direktorat Bina Program cukup disimpan leger jalan dalam bentuk digital, mengingat leger jalan dalam bentuk kartu (dan juga digital) telah disimpan di Bagian Umum Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Marga yang berlokasi di Kantor Leger Jalan Bandung.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
4-7
4.3 PENYAMPAIAN INFORMASI
4.3.1 Pengertian penyampaian informasi adalah penyediaan dokumen leger
jalan kepada para pihak yang membutuhkan sebagai sumber informasi
untuk maksud antara lain:
1. Penyusunan rencana dan program pembangunan jalan.
2. Tertib pemanfataan utilitas umum.
3. Pemeliharaan dan pengawasan jalan.
4. Aspek hukum bagi para pihak yang bersangkutan dengan ruas
jalan dimaksud.
4.3.2 Penyampaian informasi diberikan kepada pihak yang membutuhkan
dalam bentuk salinan atau media informasi lainnya dari lembar yang
diperlukan dan harus disahkan oleh penyimpan leger.
4.3.3 Penyampaian informasi tentang pemutakhiran dan/atau penggantian
leger jalan harus dilakukan oleh penyelenggara leger jalan yang
bersangkutan kepada semua pihak yang menyimpan dan memelihara
leger jalan yang dimaksud.
4.3.4 Institusi yang menyampaikan informasi leger jalan kepada para pihak
yang memerlukan adalah penyimpan leger jalan asli atau salinan (copy)
yang dilewati ruas jalan dimaksud dan se-wilayah dengan pihak yang
memerlukan.
4.3.5 Institusi penyelenggara leger jalan agar menyiapkan dan
mengembangkan media informasi internet (website) yang dapat diakses
semua pihak yang memerlukan data dan informasi leger jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-1
BAB 5
TATA CARA PEMANTAUAN
5.1 PERSIAPAN
5.1.1 Pemantauan dilakukan terhadap ruas-ruas jalan yang telah memiliki
leger jalan menurut kategorinya masing-masing oleh penyelenggara
leger jalan yang bersangkutan.
5.1.2 Membuat jadwal pemantauan tahunan terhadap ruas-ruas jalan yang
dipantau.
5.1.3 Mengumpulkan informasi awal dari institusi terkait mengenai
perkembangan ruas jalan yang dipantau dari penyelenggara ruas jalan
dimaksud.
5.1.4 Pemantauan dilakukan setiap saat dan/atau minimal setiap tahun sekali
terhadap setiap ruas jalan yang dipantau atau terjadi perubahan yang
mendasar.
5.1.5 Sebelum melakukan pemantauan lapangan, terlebih dahulu mempelajari
isi dokumen leger jalan yang dipantau.
5.1.6 Menyiapkan format pelaporan yang bersifat umum maupun format yang
berkaitan dengan informasi awal yang diperoleh (lihat 5.2.4 Formulir
Pemantauan).
5.1.7 Menyiapkan perlengkapan survey antara lain:
Peta ruas jalan.
1 (satu) buah kamera / handycam.
2 (dua) meteran pita baja kapasitas 3 meter dan 50 meter.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-2
Alat-alat tulis seperti ballpopint, spidol hitam, papan penjepit data
dan map.
Milimeter Block.
Cat warna putih / kuning (pylox).
1 (satu) buah kalkulator.
Radio komunikasi / handphone.
Sepatu lapangan dan payung.
Kendaraan roda empat siap pakai dan bahan bakar.
5.2 PELAKSANAAN
5.2.1 Kebutuhan Staf
Tim pelaksanaan pemantauan minimal terdiri dari personil sebagai
berikut:
Koordinator Tim (1 orang). Bertanggung jawab mengkoordinasi
semua tahapan pemantauan
Surveyor dan asisten surveyor (sesuai kebutuhan). Bertanggung
jawab terhadap survey pemantauan berdasarkan informasi
perkembangan ruas jalan yang dipantau dari penyelenggara jalan.
Tenaga lokal / harian (sesuai kebutuhan). Sebagai petugas umum
dalam pengukuran dan memberi tanda pada segmen jalan yang
diukur.
Sopir (sesuai kebutuhan). Merangkap tugas-tugas umum yang
diperlukan selama peninjauan lapangan.
5.2.2 Pekerjaan Survai
Melakukan pekerjaan survai lapangan pada bagian-bagian tapak
jalan yang telah mengalami perubahan berdasarkan informasi yang
diterima dari penyelenggara jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-3
Melakukan pekerjaan survai dan pengukuran lanjutan bila terjadi
perubahan mendasar sebagai data untuk pemutakhiran leger jalan
dengan menggunakan alat-alat ukur sebagai data pemutakhiran.
5.2.3 Institusi Penyelenggara Pemantauan
Penyelenggara pemantauan adalah institusi yang
menyelenggarakan pembuatan leger jalan yang dimaksud /
dipantau.
Tabel 5-1 Institusi Penyelenggara Pemantauan
NO. LEGER JALANINSTITUSI PENYELENGGARA
PEMANTAUAN
1.Nasional (Non Tol dan Tol)
Bidang RENWAS BBPJNSeksi RENWAS BPJN
2. ProvinsiSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Provinsi atau yang setara
3. KabupatenSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program /Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara
4. KotaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kota atau yang setara
5. DesaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara
6. Khusus Pemimpin/Pemilik
5.2.4 Formulir Pemantauan
Formulir pemantauan yang digunakan saat melakukan pemantauan
lapangan, minimal sebagai berikut:
Data Lahan Ruang Milik Jalan
Data Perkerasan Berbutir
Data Perkerasan Semen
Data Perkerasan Aspal
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-4
Sketsa Lokasi Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan
Data Pekerjaan Gorong-Gorong Bulat
Data Pekerjaan Gorong-Gorong Persegi
Data Pekerjaan Saluran Permanen
Data Pekerjaan Penutup Lereng
Data Pekerjaan Tembok Penahan Tipe Pasangan Batu
Data Pekerjaan Tembok Penahan Tipe Beton Bertulang
Data Pekerjaan Bronjong
Data Rambu-Rambu Jalan / Lalu Lintas
Sketsa Lokasi Utilitas Umum
Rekaman Foto
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-5
Formulir 5-1 DATA LAHAN RUANG MILIK JALAN (RUMIJA)
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-6
Formulir 5-2 DATA PERKERASAN BERBUTIR
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-7
Formulir 5-3 DATA PERKERASAN SEMEN
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-8
Formulir 5-4 DATA PERKERASAN ASPAL
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-9
Formulir 5-5 SKETSA LOKASI BANGUNAN PELENGKAP & PERLENGKAPAN JALAN
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-10
Formulir 5-6 DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG BULAT
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-11
Formulir 5-7 DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG PERSEGI
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-12
Formulir 5-8 DATA PEKERJAAN SALURAN PERMANEN
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-13
Formulir 5-9 DATA PEKERJAAN PENUTUP LERENG
(SLOPE PROTECTION)
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-14
Formulir 5-10 DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN
(TIPE PASANGAN BATU)
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-15
Formulir 5-11 DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN
(TIPE BETON BERTULANG)
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-16
Formulir 5-12 DATA PEKERJAAN BRONJONG
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-17
Formulir 5-13 DATA RAMBU-RAMBU JALAN / LALU LINTAS
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-18
Formulir 5-14 SKETSA LOKASI UTILITAS UMUM
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
5-19
Formulir 5-15 REKAMAN FOTO
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
6-1
BAB 6
TATA CARA PEMUTAKHIRAN DAN PENGGANTIAN
LEGER JALAN
6.1 PEMUTAKHIRAN KARTU LEGER JALAN
6.1.1 Umum
(1). Pemutakhiran leger jalan merupakan pekerjaan lanjutan hasil
pemantauan lapangan pada ruas jalan yang dipantau oleh
penyelenggara leger jalan atau ada perubahan kebijakan
pemerintah tentang ruas-ruas jalan yang dipantau.
(2). Semua data yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada
ruas jalan yang dipantau di-input / dipindahkan ke dalam kartu
leger jalan.
(3). Tata cara pengisian format kartu jalan dan kartu jembatan
mengacu pada buku pedoman pengisian form kartu leger jalan.
(4). Setiap pemutakhiran leger jalan karena perubahan-perubahan
yang dilakukan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan harus
dilampiri dengan salinan / copy Surat Keputusan penyelenggara
jalan tersebut.
(5). Waktu pemutakhiran leger jalan paling lambat 5 (lima) tahun sekali
dan pengesahan pemutakhiran leger jalan dilakukan paling lambat
1 (satu) tahun setelah pemutakhiran oleh pejabat berwenang.
(6). Melakukan pendistribusian leger jalan yang telah dimutakhirkan
dan disahkan sebagaimana pendistribusian / penyampaian
informasi leger jalan buku pedoman teknis pelaksanaan leger jalan.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
6-2
6.1.2 Pemutakhiran Data
Data-data yang mempengaruhi pemutakhiran leger jalan antara lain
sebagai berikut:
6.1.2.(1) Ringkasan Data
(1). Perubahan Nomor dan Panjang Ruas.
(2). Perubahan Nama Pengenal Jalan.
(3). Perubahan Titik Awal Ruas Jalan.
(4). Perubahan Titik Akhir Ruas Jalan.
(5). Perubahan Titik Ikat Patok Kilometer.
(6). Perubahan Sistem Jaringan Jalan.
(7). Perubahan Peran Jalan.
(8). Perubahan Status Jalan.
(9). Perubahan Kelas Jalan.
(10).Perubahan Desain.
(11).Perubahan Lintas Harian Rata-Rata.
6.1.2.(2) Data Teknik
(1). Perubahan Luas Lahan RUMIJA.
(2). Perubahan Lapis Perkerasan.
(3). Perubahan Bahu Jalan.
(4). Perubahan Median.
(5). Perubahan Sub Median.
(6). Perubahan Trotoar.
(7). Perubahan Bangunan Pelengkap.
(8). Perubahan Perlengkapan Jalan.
(9). Perubahan Utilitas Umum (jumlah dan posisi).
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
6-3
6.1.3 Pengukuran
(1). Pemutakhiran yang berkaitan dengan data teknik, harus tersedia
dalam bentuk As-Built Drawing dan bilamana tidak tersedia harus
dilakukan survai dan pengukuran lapangan.
(2). Menyiapkan tambahan alat-alat ukur melengkapi perlengkapan
yang disebutkan dalam persiapan-persiapan pemantauan, antara
lain:
1 (satu) unit Theodolit (tipe TO).
1 (satu) unit Waterpass.
Waterpass, bak ukur Yalon.
Bandul pemberat.
Buku ukur.
Formulir Data Teknik dan Formulir jembatan.
Tambang plastik benang.
Bambu atau kayu persegi 2/3 Cm.
Jas hujan & payung.
Palu pemukul dan paku (baja).
(3). Melakukan pekerjaan survai lapangan dengan tata cara yang sama
dengan pembuatan leger jalan, sesuai dengan perubahan yang
terjadi di lapangan.
6.1.4 Institusi Penyelenggara Pemutakhiran Kartu Leger
Penyelenggara pemutakhiran kartu leger jalan adalah institusi yang
menyelenggarakan pembuatan leger jalan yang dimaksud.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
6-4
Tabel 6-1 Institusi Penyelenggara Pemutakhiran Kartu Leger
NO. LEGER JALANINSTITUSI PENYELENGGARA
PEMUTAKHIRAN KARTU LEGER
1.Nasional (Non Tol dan Tol)
Bidang RENWAS BBPJNSeksi RENWAS BPJN
2. ProvinsiSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Provinsi atau yang setara
3. KabupatenSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara
4. KotaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kota atau yang setara
5. DesaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara
6. Khusus Pemimpin/Pemilik
6.2 PENGGANTIAN KARTU LEGER JALAN
Penggantian leger jalan dapat dilakukan apabila kartu leger yang ada mengalami
hal-hal sebagai berikut:
1. Rusak.
2. Hilang.
3. Tidak dapat menampung perubahan / pemutakhiran yang terjadi.
6.2.1 Penggantian Kartu Leger Asli
6.2.1.(1) Karena rusak, hilang, penyelenggara leger jalan tersebut,
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memintakan salinan / copy leger jalan dimaksud kepada
pihak yang menyimpan dan memelihara leger tersebut.
2. Pengesahan penggantian kartu leger tersebut dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun setelah dilakukan
penggantian oleh:
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
6-5
Leger jalan tol oleh Direktur Jenderal Bina Marga.
Leger jalan nasional oleh Direktur Jenderal Bina Marga.
Leger jalan provinsi oleh Kepala Dinas Bina Marga.
Leger jalan kabupaten oleh Kasubdis Bina Marga.
Leger jalan kota oleh Kasubdis Bina Marga.
Leger jalan desa oleh Kasubdis Bina Marga
Leger jalan khusus oleh Pemilik jalan yang
bersangkutan.
3. Leger jalan (kartu asli) yang diganti, disimpan dan
dipelihara oleh penyelenggara yang bersangkutan (tidak
didistribusikan).
6.2.1.(2) Karena tidak dapat menampung perubahan dan pemutakhiran
yang terjadi, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menggantikannya dengan kartu leger jalan yang baru.
2. Kartu leger yang lama tidak dimusnahkan tetapi tetap
disimpan dan dipelihara sebagai riwayat perkembangan
ruas jalan dimaksud.
3. Pengesahan penggantian leger jalan dilakukan oleh
pejabat yang berwenang paling lambat 1 (satu) tahun
setelah dilakukan penggantian.
4. Melakukan pendistribusian bagi instansi yang berhak untuk
menyimpan dan memelihara leger jalan sebagaimana
disebutkan dalam pedoman penyimpanan dan
pemeliharaan.
6.2.2 Penggantian Salinan (Copy) Kartu Leger
1. Penggantian salinan / copy kartu leger yang dikarenakan rusak,
hilang, dapat memintakan salinan / copy dari penyimpan dan
pemelihara antara lain:
Penyimpan dan pemelihara kartu leger asli.
Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan
6-6
Penyimpan dan pemelihara kartu leger salinan / copy yang
dilewati ruas jalan dimaksud dalam wilayah kewenangannya.
2. Permintaan penggantian salinan / copy kartu leger harus dengan
sepengetahuan pejabat penyelenggara leger jalan yang
menyimpan dan memelihara kartu leger tersebut.
6.2.3 Institusi Penyelenggara Penggantian Kartu Leger
Penyelenggara penggantian kartu leger adalah institusi penyelenggara
pembuatan leger jalan yang dimaksud / diganti.
Tabel 6-2 Institusi Penyelenggara Penggantian Kartu Leger
NO. LEGER JALANINSTITUSI PENYELENGGARA PENGGANTIAN KARTU LEGER
1.Nasional (Non Tol dan Tol)
Bidang RENWAS BBPJNSeksi RENWAS BPJN
2. ProvinsiSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Provinsi atau yang setara
3. KabupatenSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara
4. KotaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kota atau yang setara
5. DesaSubdin BM Dinas PU/Kimpraswil atau Bidang Program/Perencanaan Dinas Bina Marga Kabupaten atau yang setara
6. Khusus Pemimpin/Pemilik
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
BAB 1 PETUNJUK PENGISIAN FORM LEGER JALAN.........................................1-1
1.1 UMUM.................................................................................................1-1
1.2 PETUNJUK PENGISIAN FORM LEGER JALAN ...........................................1-1
BAB 2 RINGKASAN DATA.................................................................................2-1
2.1 IDENTIFIKASI......................................................................................2-1
2.2 LOKASI ...............................................................................................2-6
2.3 PERWUJUDAN......................................................................................2-6
2.4 LINTAS HARIAN RATA-RATA .................................................................2-9
2.5 LAHAN RUANG MILIK JALAN (RUMIJA) ................................................ 2-10
2.6 DATA TEKNIK ....................................................................................2-11
2.6.1 Jenis Permukaan Jalan............................................................. 2-11
2.6.2 Jenis Jembatan ≥ 2,00 M ......................................................... 2-13
2.6.3 Bangunan Pengaman dan Pelengkap......................................... 2-14
2.6.4 Perlengkapan Jalan..................................................................2-17
2.6.5 Bangunan Utilitas ....................................................................2-21
2.7 LEGALISASI ....................................................................................... 2-27
BAB 3 KARTU JALAN........................................................................................3-1
3.1 IDENTIFIKASI......................................................................................3-1
3.2 DATA TEKNIK – 1 / LUAS LAHAN RUANG MILIK JALAN............................3-9
3.3 DATA TEKNIK – 2 / KONSTRUKSI ........................................................ 3-10
3.4 DATA TEKNIK-3 / BANGUNAN PENGAMAN DAN PELENGKAP..................3-22
3.5 DATA TEKNIK-4 / PERLENGKAPAN JALAN ............................................ 3-33
3.6 DATA TEKNIK-5 / UTILITAS PUBLIK ....................................................3-37
3.7 LINTAS HARIAN RATA-RATA ............................................................... 3-43
3.8 RIWAYAT .......................................................................................... 3-43
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
ii
3.9 CATATAN KHUSUS ............................................................................. 3-44
3.10 LEGALISASI ....................................................................................... 3-45
3.11 GAMBAR SITUASI DAN POTONGAN .....................................................3-47
BAB 4 KARTU JEMBATAN.................................................................................4-1
4.1 IDENTIFIKASI......................................................................................4-1
4.2 DATA UMUM........................................................................................4-7
4.2.1 BENTANG JEMBATAN.................................................................4-7
4.2.2 TARAF BANGUNAN BAWAH ......................................................4-10
4.2.3 TARAF LANDASAN ...................................................................4-11
4.3 LUAS LAHAN RUANG MILIK JALAN....................................................... 4-16
4.4 DATA TEKNIK ....................................................................................4-16
4.5 KONDISI UMUM.................................................................................4-18
4.6 KONSTRUKSI DAN FOTO ....................................................................4-22
4.7 PERWUJUDAN....................................................................................4-24
4.8 RIWAYAT .......................................................................................... 4-25
4.9 REFERENSI........................................................................................ 4-26
4.10 CATATAN KHUSUS ............................................................................. 4-27
4.11 LEGALISASI ....................................................................................... 4-27
4.11.1 Legalisasi Kegiatan ..................................................................4-27
4.11.2 Legalisasi Kartu Jembatan ........................................................ 4-28
4.12 PENJELASAN......................................................................................4-28
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 3-1 Median Jalan........................................................................................... 3-18
Gambar 3-2 Panjang Gorong-Gorong........................................................................... 3-23
Gambar 3-3 Struktur Perkerasan Jalan.........................................................................3-50
Gambar 3-4 Penampang Melintang Jalan/Klasifikasi Medan …………………………………………3-51
Gambar 4-1 Panjang Bentang Jembatan ........................................................................4-8
Gambar 4-2 Lebar Bentang Jembatan............................................................................4-9
Gambar 4-3 Skema: Lokasi Pengukuran Taraf Bangunan Bawah Dalam Hal Jembatan
Bersilangan Dengan Sungai ......................................................................4-13
Gambar 4-4 Skema: Lokasi Pengukuran Taraf Bangunan Bawah Dalam Hal Jembatan Tidak
Bersilangan Dengan Sungai ......................................................................4-14
Gambar 4-5 Skema: Taraf Landasan............................................................................4-15
Tabel 3-1 Data Teknik – 3 / Luar Kota......................................................................3-24
Tabel 3-2 Data Teknik / Dalam Kota ........................................................................ 3-25
Tabel 3-3 Data Teknik – 4 / Luar Kota......................................................................3-36
Tabel 3-4 Data Teknik – 4 / Dalam Kota...................................................................3-36
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
1-1
BAB 1
PETUNJUK PENGISIAN FORM LEGER JALAN
1.1 UMUM
Pasal 7 butir (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 78/PRT/M/2005 tentang
Leger Jalan menyebutkan bahwa 1 (satu) leger jalan memuat 1 (satu) ruas jalan.
Selanjutnya pada butir (2) pasal yang sama menyebutkan bahwa leger jalan dibuat
dalam bentuk kartu dan/atau digital yang terdiri dari:
a. Ringkasan Data
b. Kartu Jalan
c. Kartu Jembatan
Ringkasan Data, Kartu Jalan dan Kartu Jembatan masih dilengkapi dengan lembaran-
lembaran foto dokumentasi jalan merupakan bagian-bagian yang tidak dapat dipisah-
pisahkan tetapi menyatu dalam satu dokumen leger jalan untuk satu ruas jalan.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan merupakan buku ketiga dari Petunjuk
Pengadaan Leger Jalan, sedangkan buku kesatu dan kedua adalah Petunjuk Pengadaan
Leger Jalan dan Petunjuk Pelaksanaan Teknis Pengadaan Leger Jalan.
Dengan dikeluarkannya ketiga buku petunjuk tersebut, diharapkan dapat menjadi
pedoman pengadaan leger jalan sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
1.2 PETUNJUK PENGISIAN FORM LEGER JALAN
Pada prinsipnya cara pengisian form Leger Jalan Dalam Kota (Ringkasan Data, Kartu
Jalan dan Kartu Jembatan) adalah sama dengan cara pengisian form Leger Jalan untuk
Jalan Luar Kota.
Sedikit perbedaan hanyalah kalau pada form Leger Jalan untuk jalan Dalam Kota, yang
didata pada kolom uraian Data Teknik adalah lebih banyak macamnya yaitu adanya
jalur lambat, jalur cepat dan Sub Median.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
1-2
Perbedaan lainnya adalah skala yang digunakan untuk penggambaran alinyemen
horizontal dan vertikal adalah lebih besar yaitu 1 : 1000 kearah lebar dan memanjang
untuk alinyemen horizontal serta 1 : 500 kearah tegak dan 1 : 1000 kearah memanjang
untuk alinyemen vertikal, sehingga tiap lembar form Leger Jalan Dalam Kota hanya
memuat paling banyak 375 m panjang segmen jalan.
Pada gambar alinyemen vertikal jalan dalam kota digambarkan pula alinyemen vertikal
untuk masing-masing Jalur (jalur kiri dan jalur kanan) berikut ketinggian muka as
jalannya (tiap interval jarak 100 m) jika ruas tersebut terdiri lebih dari satu ruas jalur.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-1
BAB 2
RINGKASAN DATA
2.1 IDENTIFIKASI
1. Lembar Distribusi ke :
Dalam hal penyimpanan untuk leger jalan nasional:
1. Coret angka 1 untuk asli di Jakarta/Bandung
2. Coret angka 2 untuk Salinan di Provinsi
3. Coret angka 3 untuk Salinan di Kabupaten/Kota
4. Coret angka 4 untuk Salinan di Balai
5. Dst.
Contoh:
Penjelasan:
Coret angka 2 berarti leger tersebut salinan untuk
dikirim ke provinsi.
2. Nomor Lembar Kartu Leger Jalan :
Dua kotak pertama diisi dengan nomor kode:
o provinsi untuk jalan nasional / tol dan jalan provinsi
o Kabupaten untuk jalan kabupaten
o Kota untuk jalan kota
o Desa untuk jalan desa
o Khusus untuk jalan khusus
Tiga kotak berikutnya (kedua) diisi dengan nomor ruas jalan yang dimaksud
(dibuat legernya).
5
5
4321
4321
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-2
Dua kotak berikutnya (ketiga) diisi dengan suffix ruas jalan tersebut.
Satu kotak berikutnya (keempat) diisi dengan K untuk ruas jalan kota serta L
untuk ruas jalan antar kota.
Satu kotak terakhir (keenam) diisi dengan angka-angka sebagai berikut:
1 = untuk pertama kali pembuatan legernya (asli) dan belum pernah diganti
2 = untuk pemutakhiran pertama
3 = untuk pemutakhiran kedua
4 = untuk pemutakhiran ketiga
5 = untuk pemutakhiran keempat dst
Contoh: Jalan Nasional
Penjelasan:
30 =menunjukkan nomor kode provinsi yang dilewati ruas jalan nasional
dimaksud, misalnya Kalimantan Barat
043 =menunjukkan nomor kode ruas jalan dimaksud
-- =menunjukkan suffix ruas jalan dimaksud
L =menunjukkan bahwa ruas jalan tersebut merupakan ruas jalan
antar kota, dan K untuk jalan dalam kota
1 =menunjukkan belum pernah ada penggantian leger jalan untuk ruas
jalan dimaksud.
3. Nomor Kode dan Nama Provinsi / Kabupaten / Kota:
Dua kotak pertama diisi nomor kode sebagai berikut:
o Kode Provinsi untuk ruas jalan tol, nasional dan provinsi dimaksud berada,
atau
o Kode Kabupaten untuk ruas jalan kabupaten, atau
o Kode Kota untuk ruas jalan kota, atau
o Kode Desa untuk ruas jalan desa
1LK
0 42
33.
0.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-3
Kotak-kotak berikutnya diisi menurut nama provinsi, kabupaten, kota dan desa
sesuai dengan status ruas jalan yang dileger.
Contoh: Jalan Nasional
4. Asal / Tahun:
Diisi menurut tahun awal pembuatan leger jalan untuk ruas jalan dimaksud.
Contoh: Asal / Tahun 2007.
5. Pemutakhiran I / Tahun:
Diisi sesuai tahun dimana untuk pertama kali pemutakhiran ruas jalan dimaksud.
6. Pemutakhiran II / Tahun:
Diisi sesuai tahun dimana untuk kedua kali pemutakhiran ruas jalan dimaksud.
7. Pemutakhiran III / Tahun:
Diisi sesuai tahun dimana untuk ketiga kali pemutakhiran ruas jalan dimaksud.
8. Pemutakhiran IV / Tahun:
Diisi sesuai tahun dimana untuk keempat kali pemutakhiran ruas jalan dimaksud.
9. Nomor dan Panjang Ruas Jalan:
Enam kotak pertama diisi menurut nomor ruas jalan (termasuk suffix) yang
ditetapkan oleh Penyelenggara Jalan dimaksud.
TAT
RT
ABK A L I M A N T A N3 0
K M.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-4
Kotak-kotak berikutnya diisi sesuai panjang ruas jalan dimaksud.
Contoh:
10. Nama Pengenal Jalan :
Untuk ruas jalan dalam kota, umumnya sudah memiliki nama pengenal,
misalnya:
J L . P A K K A S I H (sesuai dengan SK Menteri PU)
Untuk ruas jalan luar kota, sebutkan nama titik pangkal dan titik akhir,
misalnya:
P O N T I A N A K – T A Y A N (sesuai dengan SK Menteri PU)
11. Titik Awal Ruas Jalan:
Diisi menurut nomor titik patok Kilometer (KM Post), contoh PTK (Pontianak);
KM 8+000
12. Deskripsi Titik Awal:
Memperjelas situasi titik awal seperti persimpangan, atau tanda-tanda fisik alam,
atau monumen dan lain-lain, misalnya: Simpang 4 Jl. Perintis Kemerdekaan / Jl.
Tritura / Sei Pinyuh
13. Titik Akhir Ruas Jalan:
Diisi menurut nomor titik patok Kilometer (KM Post), contoh PTK (Pontianak);
KM 104+600
14. Deskripsi Titik Akhir:
Memperjelas situasi titik akhir seperti persimpangan atau tanda-tanda fisik alam
atau monumen dan lain-lain, misalnya Simpang 3 Ampar.
15. Titik Ikat Awal Patok Kilometer/Leger Jalan: diisi identitas patok referensi awal
pengukuran leger jalan. Contoh: Patok LJ. 01
16. Deskripsi Titik Ikat Awal Patok Kilometer/Leger Jalan: memperjelas situasi titik awal
pengukuran leger jalan. Contoh: Simpang 4 Jl. Perintiskemerdekaan/Jl. Tritura
3401
K M1 0 0 . 2 0 05
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-5
17. Sistem Jaringan Jalan:
Diisi menurut sistem jaringan jalan dimaksud sesuai dengan yang ditetapkan oleh
Penyelenggara Jalan yang berwenang. Contoh: Primer.
18. Peran Jalan:
Diisi sesuai peranan dari ruas jalan dimaksud. Contoh: Arteri.
19. Status Jalan:
Diisi sesuai dengan status ruas jalan dimaksud. Contoh: Nasional.
20. Kelas Jalan:
Diisi sesuai dengan kelas ruas jalan dimaksud berdasarkan SK Menteri
Perhubungan. Contoh: III B.
21. Penyelenggara Jalan:
Diisi sesuai dengan nama Penyelenggara yang bertanggung jawab atas ruas jalan
dimaksud.
o Jalan Nasional / Tol : Menteri Pekerjaan Umum sebagai penyelenggara
o Jalan Provinsi : Gubernur, sebagai penyelenggara
o Jalan Kabupaten/Kota : Bupati, sebagai penyelenggara
o Jalan Kota : Walikota, sebagai penyelenggara
o Jalan Khusus : pejabat/perorangan dimana ruas jalan khusus
dimaksud berada sebagai penyelenggara
Contoh: Menteri PU.
22. Tanggal Selesai Perwujudan:
Diisi menurut tanggal, bulan dan tahun selesai diwujudkannya ruas jalan dimaksud
23. Tangal dibuka untuk lalu lintas:
Diisi sesuai tanggal, bulan dan tahun dibukanya ruas jalan dimaksud untuk lalu
lintas misalnya tanggal serah terima sementara (PHO).
24. Tanggal ditutup untuk lalu lintas:
Diisi sesuai tanggal, bulan dan tahun ditutupnya ruas jalan dimaksud untuk lalu
lintas umum karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-6
2.2 LOKASI
1. Peta Provinsi:
Menggambarkan Skema dari peta provinsi dimana ruas jalan dimaksud berada,
dengan mencantumkan antara lain:
Nama kota / desa atau monumen sebagai titik pangkal dan ujung dari ruas
jalan dimaksud
Nama provinsi pada gambar skema dimaksud
Nama ruas jalan dimaksud, atau ruas jalan ybs dicetak tebal.
Petunjuk arah Utara
Gambar Skema dalam skala, misalnya 1 : 1.000.000 atau disesuaikan.
2. Peta Lokasi Ruas Jalan:
Menggambarkan skema antara lain:
Skema ruas dan nomor ruas jalan dimaksud (dengan garis tebal) serta jalan
sebelum dan sesudahnya yang bersambungan dengan ruas jalan tersebut
(dengan garis tipis).
Nama kota / desa atau monumen pada titik pangkal serta ujung dari ruas jalan
dimaksud .
Petunjuk arah Utara
Gambar skema ruas jalan dalam skala, misalnya: 1 : 100.000 atau disesuaikan
2.3 PERWUJUDAN
1. Asal / Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pe-leger-an ruas jalan
tersebut, contoh: 2007
2. Pemutakhiran I/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun, dimana terjadi perubahan
pertama leger jalan, dari ruas jalan dimaksud, misalnya
PEMUTAKHIRAN I/TAHUN : 2012
3. Pemutakhiran II/Tahun : Prinsip pengisian sama dengan angka (2) tetapi berbeda
dalam tahun pemutakhiran.
4. Pemutakhiran III/Tahun: Prinsip pengisian sama dengan angka (3).
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-7
5. Pemutakhiran IV/Tahun: Prinsip pengisian sama dengan angka (3)
Penjelasan:
Leger jalan (Ringkasan Data, Kartu Jalan dan Kartu Jembatan) dilakukan
pemutakhiran maksimal sekali dalam 5 (lima) tahun.
6. Pelaksana : Diisi dengan nama unit badan, perusahaan yang
melaksanakan pekerjaan yang tercantum dalam kolom
kegiatan pokok.
Contoh:
KEGIATAN POKOKASAL / TAHUN : 2007
PELAKSANA
1. Desain PT. INDAH KARYA
2. Pembebasan Lahan PROYEK
3. Pembangunan PT. KIAT MAKMUR
4. Peningkatan -
5. Pemeliharaan Berkala -
6. Penunjang -
7. Supervisi PT. ALAM RAYA Eng.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-8
7. Cacah : Diisi dengan cacah dari proyek yang dikerjakan sesuai
dengan kolom kegiatan.
Contoh:
KEGIATAN POKOKASAL / TAHUN : 2007
CACAH
1. Desain 100,200 KM
2. Pembebasan Lahan 1.181.159 M2
3. Pembangunan 100,200 KM
4. Peningkatan -
5. Pemeliharaan Berkala -
6. Penunjang -
7. Supervisi L.S.
8. Biaya Rp. 103 : Diisi sesuai besarnya biaya yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai yang dimaksud dalam
kegiatan pokok.
Contoh:
KEGIATAN POKOKASAL / TAHUN : 2007
Biaya (Rp. 1000,-)
1. Desain 800.000
2. Pembebasan Lahan 23.447.150
3. Pembangunan 1.300.000.000
4. Peningkatan -
5. Pemeliharaan Berkala -
6. Penunjang -
7. Supervisi 850.000
JUMLAH 1.325.097.150
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-9
9. Jumlah : Diisi dengan menjumlahkan seluruh nilai biaya yang
tercantum dalam kolom biaya. Contoh:Rp.
1.325.097.150,-
10. Sumber Dana : Diisi sesuai nama sumber dana yang disediakan untuk
pembiayaan pekerjaan yang tercantum dalam kolom
kegiatan pokok, misalnya: APBN atau APBD atau IBRD
atau ADB dan lain-lain.
2.4 LINTAS HARIAN RATA-RATA
1. Asal / Tahun : Diisi sesuai dengan tahun dimana data asal Lintas
Harian Rata-Rata (LHR) tersebut dicatat.
Contoh:
GOLONGANASAL
TAHUN 2007
1. Sepeda Motor / Kendaraan Bermotor Roda Tiga 322
2. Mobil Pribadi 226
3. Mobil Penumpang 89
4. Mobil Hantaran / Barang 103
5. Bus : a. Kecil
b. Besar
7
-
6. Truk 2 sumbu : a. Kecil
b. Besar
45
30
7. Truk : a. 3 sumbu atau lebih
b. Truk dengan gandengan
c. Semi Trailer
-
-
-
8. Kendaraan Tidak Bermotor 135
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-10
2. Pemutakhiran I/Tahun : Diisi dengan tahun dimana terjadi pemutakhiran
pertama. Dalam hal ini dilakukan maksimal sekali dalam
5 (lima) tahun.
3. Pemutakhiran II/Tahun : Identik dengan angka (2) yaitu tahun terjadi
pemutakhiran kedua.
4. Pemutakhiran III/Tahun: Identik dengan angka (2) yaitu tahun terjadi
pemutakhiran ketiga.
5. Pemutakhiran IV/Tahun: Identik dengan angka (2) yaitu tahun terjadi
pemutakhiran keempat.
Penjelasan:
Volume tiap golongan kendaraan dicatat pada kolom yang disediakan untuk data
asal atau pemutakhiran dan pengelompokan tipe / jenis kendaraan mengikuti
yang tertulis pada kolom Golongan.
2.5 LAHAN RUANG MILIK JALAN (RUMIJA)
1. Asal / Tahun : Diisi sesuai dengan tahun asal dimana luas lahan ruang
milik jalan tersebut dicatat (lihat Contoh).
2. Luas (M2) : Diisi sesuai dengan hasil pengukuran geodetik untuk
luas lahan ruang milik jalan dari ruas jalan dimaksud
(lihat Contoh).
3. Data Perolehan : Diisi sesuai dengan sumber data perolehan luas ruang
milik jalan dimaksud (lihat Contoh).
Penjelasan:
Sumber data perolehan diambil dari:
Sertifikat atau girik dari pemilik tanah setelah terjadi transaksi jual beli (ideal).
Pengukuran geodetik terhadap patok-patok RUMIJA (apabila ada) sebagai
batas lahan RUMIJA dan dianggap dalam bentuk garis lurus yang
menghubungkan patok-patok tersebut (kenyataan). Contoh: Hasil Lapangan.
NJOP (Rp.1000,-): Perkalian luas lahan RUMIJA dengan harga tanah per m2
yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-11
ASAL / TAHUN : 2007
LUAS (M2) DATA PEROLEHAN NJOP (Rp. 103)
1.181.159 Hasil Lapangan 23.447.150
4. Pemutakhiran I/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran I terhadap
perubahan luas, data perolehan dan NJOP (bila ada).
5. Pemutakhiran II/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran II terhadap
perubahan luas, data perolehan dan NJOP (bila ada).
6. Pemutakhiran III/Tahun: Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran III terhadap
perubahan luas, data perolehan dan NJOP (bila ada).
7. Pemutakhiran IV/Tahun: Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran IV terhadap
perubahan luas, data perolehan dan NJOP (bila ada).
2.6 DATA TEKNIK
2.6.1 Jenis Permukaan Jalan
1. Asal / Tahun : Diisi sesuai tahun dimana data asal ruas jalan dimaksud
dicatat, contoh: ASAL / TAHUN : 2007
2. KM : Diisi sesuai dengan panjang (dalam kilometer) dari ruas
jalan tersebut yang mempunyai jenis permukaan sesuai
dimaksud dalam kolom “Uraian Jenis Permukaan Jalan”.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-12
Contoh:
URAIAN ASAL / TAHUN : 2007
JENIS PERMUKAAN JALAN (KM) M2
A. Tanah
B. Kerikil
C. Aspal Beton
D. Aspal Lainnya
64,00 512.000
11,250 67.500
24,950 149.700
- -
Penjelasan:
Pengertian jenis permukaan yang dimaksud adalah:
A. TANAH : Konstruksi jalan dengan permukaan tanah (JAPAT –)
B. KERIKIL : Konstruksi jalan dengan permukaan kerikil (JAPAT +)
C. ASPAL BETON : Konstruksi jalan dengan permukaan aspal diproses
melalui mixing plant cara panas, misalnya:
LASTON BAWAH
LASTON ATAS
LASTON
LATASTON
D. ASPAL LAINNYA : Konstruksi jalan dengan permukaan aspal, misalnya:
LAPEN
LASBUTAG
LATASBUM
BURDA
BURTU
BURAS
3. Pemutakhiran I/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran I serta
perubahan yang terjadi terhadap jenis permukaan jalan
pada ruas jalan yang dimaksud.
4. Pemutakhiran II/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran II serta
perubahan yang terjadi terhadap jenis permukaan jalan
pada ruas jalan yang dimaksud.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-13
5. Pemutakhiran III/Tahun: Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran III serta
perubahan yang terjadi terhadap jenis permukaan jalan
pada ruas jalan yang dimaksud.
6. Pemutakhiran IV/Tahun: Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran IV serta
perubahan yang terjadi terhadap jenis permukaan jalan
pada ruas jalan yang dimaksud.
2.6.2 Jenis Jembatan ≥ 2,00 M
1. Buah : Diisi sesuai dengan jumlah tiap jenis jembatan yang ada
saat ruas jalan tersebut di-leger untuk tiap jenis
jembatan yang tercantum pada kolom uraian jenis
jembatan (lihat Contoh).
2. Meter : Diisi sesuai dengan jumlah panjang (kumulatif) tiap jenis
jembatan seperti tercantum pada kolom uraian jenis
jembatan yang ada saat ruas jalan tersebut di-leger
kecuali bangunan manihole / bak penampung.
Contoh:
JENIS JEMBATAN ≥ 2,00 M BUAH METER
A. Belum Ada
B. Pelayangan
C. Sementara
D. Semi Permanen
E. Permanen
-
-
-
34
8
-
-
-
181,93
314,77
Penjelasan:
A. BELUM ADA : Bila pada ruas jalan dimaksud belum ada jembatan,
cukup mencantumkan kata “ya” pada kolom buah dan
meter.
B. PELAYANGAN : Bila tidak ada jembatan layang, cukup diberi tanda (-)
dan bila ada harus dicantumkan sesuai jumlah dan
panjang (kumulatif) yang ada pada ruas jalan tersebut.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-14
C. SEMENTARA : Diisi sesuai dengan dimaksud dalam huruf (B).
D. SEMI PERMANEN : Diisi sesuai dengan dimaksud dalam huruf (B).
E. PERMANEN : Diisi sesuai dengan dimaksud dalam huruf (B).
Penjelasan Tambahan:
a. Pengertian jembatan sementara adalah jembatan dengan kriteria-kriteria
sebagai berikut:
Komponen utama dari jembatan tersebut terdiri dari bahan atau material
yang mempunyai umur kurang dari 1 (satu) tahun, antara lain:
batang kelapa
kayu kelas II, III dan IV
Jembatan yang berfungsi sebagai jembatan darurat pengganti jembatan
permanen yang sedang dibangun (tahap pelaksanaan konstruksi).
b. Pengertian jembatan semi permanen adalah jembatan yang sebagian atau
seluruh komponennya terdiri dari kayu, contoh:
Jembatan baja lantai kayu
Jembatan Bailley dengan lantai kayu
Acrow panel dengan lantai kayu
Jembatan kayu
3. Pemutakhiran I/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran I.
4. Pemutakhiran II/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran II.
5. Pemutakhiran III/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran III.
6. Pemutakhiran IV/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran IV.
2.6.3 Bangunan Pengaman dan Pelengkap
1. Buah : Diisi dengan jumlah yang ada pada ruas jalan dimaksud
untuk tiap bangunan yang tercantum pada uraian
bangunan pengaman dan pelengkap (lihat contoh).
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-15
2. Meter : Diisi sesuai jumlah panjang (kumulatif) menurut masing-
masing jenis bangunan pengaman dan pelengkap pada
kolom uraian pada ruas jalan yang dimaksud.
3. Pemutakhiran I/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran I.
4. Pemutakhiran II/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran II.
5. Pemutakhiran III/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran III.
6. Pemutakhiran IV/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran IV.
Penjelasan:
A. Gorong-gorong
Dalam hal ini tidak dibedakan antara gorong-gorong bulat, persegi atau bentuk
lain termasuk jenis materialnya.
B. Saluran Samping dan Tegak Permanen
Tidak dibedakan saluran samping dan tegak permanen
Jumlah panjang adalah gabungan (kumulatif)
Yang dimaksud dengan Saluran Samping dan Tegak Permanen antara lain:
o Saluran Beton
o Saluran Baja
o Saluran Pasangan Batu
Saluran tanah tidak dicatat
C. Drainase Bawah Tanah
Pengertian drainase bawah tanah adalah drainase yang selalu mengalirkan air dan
tertanam di dalam tanah.
D. Manihole / Bak Penampung
Tidak perlu dibedakan fungsi dari manihole yang ada di sepanjang ruas jalan
dimaksud.
Hanya dalam jumlah Buah tanpa panjang (m).
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-16
E. Riol
Gorong-gorong persegi besar untuk mengalirkan air dapat dipakai sebagai tempat
lalu lintas orang.
F. Bangunan Penahan Tanah
Tidak dibedakan jenis konstruksi dari bangunan penahan tanah dimaksud, meliputi
antara lain:
Turap
Tembok
Beton
Bronjong
Batu kosong
Steel pile
Dan lain-lain
G. Kerb
Berfungsi sebagai pembatas antara jalur lalu lintas dan trotoar maupun median
jalan pada ruas jalan dimaksud.
H. Penutup Lereng
Tidak dibedakan jenis konstruksi dari penutup lereng pada ruas jalan dimaksud.
I. Krib
Merupakan bangunan pengaman terhadap penggerusan air pada badan jalan.
J. Bangunan Pengaman Bawah Jembatan
Tidak dibedakan jenis dan macam bangunan pengaman bawah jembatan pada
ruas jalan dimaksud.
Perbedaan jenis dan macam bangunan bawah jembatan dimaksud terdapat
pada kartu jembatan untuk ruas jalan tersebut.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-17
Contoh:
URAIAN ASAL / TAHUN : 2007
BANGUNAN PENGAMAN & PELENGKAP BUAH METER
1. Gorong-gorong
2. Saluran Samping Tegak Permanen
3. Drainase Bawah Tanah
4. Manhole / Bak Penampung
5. Riol
6. Bangunan Penahan Tanah
7. Kerb
8. Penutup Lereng
9. Krib
10. Bangunan Pengaman Bawah Jembatan
97
21
-
-
-
5
-
-
-
-
1064,7
2736
-
-
-
528,7
-
-
-
-
2.6.4 Perlengkapan Jalan
1. Buah : Diisi sesuai dengan jumlah yang terpasang pada ruas
jalan dimaksud.
2. Meter : Diisi sesuai jumlah panjang (kumulatif) perlengkapan
jalan yang terpasang pada ruas jalan dimaksud kecuali
Guide Post, Rambu Jalan, Patok Rumija, Rambu Lalu
Lintas, Lampu Penerangan, Shelter Bis dan Cermin
Jalan.
3. Pemutakhiran I/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran I.
4. Pemutakhiran II/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran II.
5. Pemutakhiran III/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran III.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-18
6. Pemutakhiran IV/Tahun: Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada tahun
pemutakhiran IV.
Penjelasan:
A. Pagar Pengaman : Cukup jelas
B. Dinding Pengaman : Cukup jelas
C. Patok Pemandu : Cukup jelas
D. Patok Kilometer : Cukup jelas
E. Patok Hektometer : Cukup jelas
F. Patok Leger Jalan : Cukup jelas
G. Patok Rumija : Cukup jelas
H. Marka Jalan : Yang dihitung adalah panjang jalan yang dibuat
markanya.
I. Rambu Lalu Lintas : Yang dimaksud dengan rambu lalu lintas antara lain:
Semua rambu lalu lintas yang disahkan oleh instansi
yang berwenang.
Nama-nama petunjuk arah dari jalan.
Nama-nama jalan.
J. Lampu Lalu Lintas : Cara perhitungan jumlah lampu lalu lintas adalah
sebagai berikut:
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-19
Ruas 007 = 2 Lampu lalu lintas
Ruas 008 = 2 Lampu lalu lintas
Ruas 009 = 0 Lampu lalu lintas
Ruas 010 = 0 Lampu lalu lintas
Apabila lampu lalu lintas tersebut berada pada perpotongan sumbu ruas jalan
maka lampu lalu lintas tersebut dimasukkan pada salah satu ruas jalan yang
sumbunya berpotongan tersebut dengan nomor ruas lebih kecil.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-20
Ruas 009 = 1 Lampu lalu lintas
Ruas 010 = 0 Lampu lalu lintas
K. Lampu Penerangan :
Yang dihitung hanyalah lampu penerangan yang dipasang / dibiayai oleh
Pemerintah.
Tidak membedakan bentuk dan tipe dari lampu penerangan dimaksud.
L. Jembatan Penyeberangan : Yang dimaksud dengan jembatan penyeberangan
adalah jembatan yang melintas diatas ruas jalan
yang dimaksud.
M. Shelter Bus : Cukup jelas.
N. Cermin Jalan : Yang dimaksud dengan cermin jalan adalah cermin
cekung ukuran bulat besar yang dipasang pada
persimpangan jalan yang jarak pandangnya terhalang
oleh bangunan lain, berfungsi untuk membantu
pergerakan kendaraan dari arah yang berlawanan.
O. Lain-lain : Untuk mencatat perlengkapan lain yang tidak terekam
antara lain rambu penunjuk arah kota dan tempat-
tempat penting lainnya.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-21
Contoh:
URAIAN ASAL / TAHUN : 2007
PERLENGKAPAN JALAN BUAH METER
A. Pagar Pengaman
B. Dinding Pengaman
C. Patok Pemandu
D. Patok Kilometer
E. Patok Hektometer
F. Patok Leger Jalan
G. Patok Rumija
H. Marka Jalan
I. Rambu Lalu Lintas
J. Lampu Lalu Lintas
K. Lampu Penerangan
L. Jembatan Penyeberangan
M. Shelter Bus
N. Cermin Jalan
O. Lainnya
169
-
-
31
-
21
-
1
95
13
78
-
-
-
13
2085
-
-
-
-
-
-
7550
-
-
-
-
-
-
-
2.6.5 Bangunan Utilitas
A. PRASARANA
1. Buah : Diisi sesuai banyaknya jumlah prasarana yang
terpasang pada ruas jalan dimaksud menurut
jenisnya masing-masing.
2. Meter : Tidak perlu diisi.
3. Pemutakhiran I/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada
tahun pemutakhiran I.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-22
4. Pemutakhiran II/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada
tahun pemutakhiran II.
5. Pemutakhiran III/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada
tahun pemutakhiran III.
6. Pemutakhiran IV : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada
tahun pemutakhiran IV.
Penjelasan:
Air
o Prasarana air mempunyai jenis yang berbeda-beda, maka untuk itu hanya
dihitung jumlahnya saja.
o Bentuk prasarana air terlihat pada kartu jalan, antara lain:
Bangunan tanah
Jembatan pipa
Gorong-gorong untuk pipa
Listrik
o Prasarana listrik mempunyai jenis yang berbeda-beda, maka untuk itu
hanya dihitung jumlahnya saja.
o Bentuk prasarana listrik dapat dilihat pada kartu jalan, antara lain:
Gardu
Pengaman jaringan kabel tegangan tinggi yang melintasi ruas jalan
dimaksud
Listrik dalam tanah
Prasarana listrik dalam tanah mempunyai bentuk dan jenis yang sama dengan
yang ada pada permukaan tanah tetapi ditanam dalam lubang pengaman atau
bunker.
Telepon
o Prasarana telepon mempunyai jenis yang berbeda-beda maka untuk itu
hanya dihitung jumlahnya saja yang ada pada ruas jalan dimaksud.
o Bentuk prasarana telepon dapat dilihat pada kartu jalan dan bangunan
pelengkap lainnya, antara lain:
Box telepon
Rumah telepon
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-23
Telepon dalam tanah
Prasarana listrik dalam tanah mempunyai bentuk dan jenis seperti yang ada di
permukaan tanah tetapi ditanam dalam lubang pengaman (bunker).
Minyak / Gas
o Prasarana minyak / gas mempunyai jenis yang berbeda-beda maka untuk
itu hanya dihitung jumlah saja yang ada pada ruas jalan dimaksud.
o Bentuk prasarana minyak / gas dapat dilihat pada kartu jalan dan
bangunan pelengkap lainnya antara lain:
Bangunan rumah
Jembatan pipa
Gorong-gorong untuk pipa
Hidran : Cukup jelas
Rumah Kabel : Cukup jelas
Lainnya
o Yang dimaksud dengan prasarana lainnya adalah jenis prasarana diluar
prasarana disebutkan diatas.
o Yang dimaksud dengan prasarana adalah bangunan yang berfungsi
sebagai bangunan pendukung sarana dimaksud.
B. SARANA
1. Buah : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana
yang ada pada ruas jalan dimaksud menurut
jenisnya masing-masing.
2. Meter : Diisi sesuai dengan jumlah panjang sarana yang
ada pada ruas jalan dimaksud menurut jenisnya
masing-masing.
3. Pemutakhiran I/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada
tahun pemutakhiran I.
4. Pemutakhiran II/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada
tahun pemutakhiran II.
5. Pemutakhiran III/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada
tahun pemutakhiran III.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-24
6. Pemutakhiran IV/Tahun : Cara pengisian sama dengan Asal / Tahun pada
tahun pemutakhiran IV.
Penjelasan:
Air
o Sarana air adalah pipa air minum yang ada pada ruas jalan dimaksud.
o Misalnya jumlah pipa 2 (dua) buah menunjukkan bahwa pada ruas jalan
tersebut terdapat 2 (dua) lokasi pipa.
o Jumlah panjang pipa merupakan jumlah kumulatif pada ruas jalan
tersebut.
Listrik
o Jumlah buah menunjukkan jumlah tiang listrik pada ruas jalan dimaksud.
o Jumlah panjang (meter) menunjukkan panjang rentangan kabel listrik pada
ruas jalan dimaksud.
RENTANGAN KABEL
TIANG TIANG
50 M
( 2 / 50 )
TIANG RENTANGAN KABEL
Listrik dalam tanah
o Misalnya jumlah banyaknya 3 (tiga) buah menunjukkan 3 (tiga) lokasi
penanaman kabel pada ruas jalan dimaksud.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-25
o Jumlah panjang (meter) menunjukkan panjang lokasi dimana kabel listrik
dimaksud ditanam pada ruas jalan tersebut.
Telepon
o Jumlah buah menunjukkan banyaknya tiang telepon yang ada pada ruas
jalan dimaksud.
o Jumlah meter menunjukkan panjang jaringan telepon yang terbentang di
atas permukaan tanah sepanjang ruas jalan dimaksud.
Telepon dalam tanah
o Misalkan jumlah banyaknya 3 (tiga) buah menunjukkan pada 3 (tiga) lokasi
jaringan kabel telepon ditanam.
o Jumlah meter menunjukkan panjangnya jaringan telepon yang ditanam di
dalam tanah pada ruas jalan dimaksud.
Minyak/Gas
o Misalkan jumlah banyaknya 2 (dua) buah menunjukkan adanya 2 (dua)
buah instalasi minyak/gas sepanjang ruas jalan dimaksud.
o Jumlah meter menunjukkan panjangnya pipa instalasi minyak/gas yang
ada pada ruas jalan yang dimaksud.
Hidran : (cukup jelas)
Rumah kabel : (cukup jelas)
Lainnya
o Jumlah banyaknya (buah) sarana lainnya diisi sesuai dengan yang ada
pada ruas jalan dimaksud.
o Jumlah meter sarana lainnya diisi sesuai panjangnya yang ada pada ruas
jalan dimaksud.
o Yang dimaksud dengan sarana utilitas publik lainnya adalah selain yang
tersebut di atas seperti jembatan penyeberangan utilitas.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-26
Contoh:
URAIAN ASAL / TAHUN : 2007
BANGUNAN UTILITAS BUAH METER
A. PRASARANA
Air
Listrik
Listrik dalam tanah
Telepon
Telepon dalam tanah
Minyak
Gas
Hidran
Rumah kabel
Lainnya
B. SARANA
Air
Listrik
Listrik dalam tanah
Telepon
Telepon dalam tanah
Minyak
Gas
Hidran
Rumah kabel
Lainnya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1011
-
53
-
-
-
-
15
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
48.500
-
3.100
-
-
-
-
-
-
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-27
2.7 LEGALISASI
1. Asal/Tahun:
Diisi sesuai tahun pengesahan leger jalan setelah melewati proses pembuatan dan
publikasi dinyatakan valid atas ruas jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).
2. Dipersiapkan:
Di: ...........
Diisi sesuai dengan nama tempat dimana leger ruas jalan dimaksud dipersiapkan
(lihat contoh hal. 2-31).
Tanggal: .....................
Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun selesai mempersiapkan leger ruas
jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).
Oleh: ..................
Diisi sesuai dengan nama dan jabatan petugas yang ditunjuk untuk
mempersiapkan leger ruas jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).
Paraf:
Pejabat yang mempersiapkan leger jalan menurut status ruas jalan yang
dimaksud, adalah sebagai berikut:
o Jalan Nasional : Ka.Bid.RENWAS BBPJN/BPJN.
o Jalan Provinsi : Ka. Sub Dinas Bina Marga Provinsi atau setingkat.
o Jalan Kabupaten : Ka. Sub Dinas Bina Marga Kabupaten atau setingkat.
o Jalan Kota : Ka. Sub Dinas Bina Marga Kota.
o Jalan Desa : Ka. Sub Dinas Bina Marga Kabupaten atau setingkat.
o Jalan Khusus : Pemimpin/Pemilik jalan khusus.
3. Diumumkan:
Di: .........
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-28
Diisi sesuai dengan nama tempat diumumkannya leger ruas jalan dimaksud. (lihat
contoh hal. 2-31).
Dari tanggal: .................... s/d .....................
Diisi sesuai dengan tanggal mulai diumumkannya leger jalan dimaksud sampai
dengan masa berakhirnya tanggal pengumuman tersebut. (lihat contoh hal. 2-31).
Oleh: ..................
Diisi sesuai dengan nama dan jabatan petugas yang ditunjuk untuk menangani
pengumuman leger ruas jalan dimksud. (lihat contoh hal. 2-31).
Paraf:
Pejabat yang mengumumkan leger jalan menurut status ruas jalan yang
dimaksud, adalah sebagai berikut:
o Jalan Nasional : Kepala BBPJN/BPJN.
o Jalan Provinsi : Ka.Dinas PU/Bina Marga Provinsi atau yang setara.
o Jalan Kabupaten : Ka.Dinas PU/Bina Marga Kabupaten atau setingkat.
o Jalan Kota : Ka.Dinas PU/Bina Marga Kota atau setingkat.
o Jalan Desa : Ka.Dinas PU/Bina Marga Kabupaten atau setingkat.
o Jalan Khusus : Pemimpin/Pemilik.
4. Diperiksa:
Di: ..............
Diisi sesuai dengan nama tempat diperiksanya leger ruas jalan dimaksud. (lihat
contoh hal. 2-31).
Tanggal: ........................
Diisi sesui dengan tanggal, bulan dan tahun diperiksanya leger ruas jalan
dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).
Oleh:
Diisi sesuai dengan nama dan jbatan petugas yang ditunjuk untuk menangani
pemeriksaan leger ruas jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).
Paraf:
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-29
Pejabat yang memeriksa leger jalan menurut status ruas jalan yang dimaksud,
adalah sebagai berikut:
o Jalan Nasional : Dir. Bipram cq. Ka.Subdit DATIN.
o Jalan Provinsi : Ka.Sub Dinas Bina Marga Provinsi atau setingkat.
o Jalan Kabupaten : Ka.Sub Dinas Bina Marga Kabupaten atau setingkat.
o Jalan Kota : Ka.Sub Dinas Bina Marga Kota atau setingkat.
o Jalan Desa : Ka.Sub Dinas Bina Marga Kabupaten atau setingkat.
o Jalan Khusus : Pemimpin/Pemilik.
5. Disetujui:
Di: .......
Diisi sesuai dengan tempat disetujuinya leger ruas jalan dimaksud. (lihat contoh
hal. 2-31).
Tanggal: ......................
Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun disetujuinya leger ruas jalan
dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).
Oleh: ...........
Diisi sesuai dengan nama dan jabatan dari pejabat yang berwenang menyetujui
leger ruas jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 23).
Paraf: ................
Pejabat yang berwenang menyetujui leger jalan menurut status ruas jalan yang
dimaksud, adalah sebagai berikut:
o Jalan Nasional : Direktur Jenderal Bina Marga.
o Jalan Tol : Direktur Jenderal Bina Marga.
o Jalan Provinsi : Ka. Dinas PU/Bina Marga Provinsi atau setingkat.
o Jalan Kabupaten : Ka. Dinas PU/ Bina Marga Kabupaten atau setingkat.
o Jalan Kota : Ka. Dinas PU/Bina Marga Kota atau setingkat.
o Jalan Desa : Ka. Dinas PU/Bina Marga Kabupaten atau setingkat.
o Jalan Khusus : Pemimpin/Pemilik.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-30
6. Ditetapkan/Dikukuhkan:
Di: ............
Diisi sesuai dengan nama tempat dimana ditetapkan/dikukuhkannya leger ruas
jalan dimaksud. (lihat contoh hal. 2-31).
Tanggal: ............
Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun ditetapkan/dikukuhkannya leger ruas
jalan dimaksud.
Oleh: ................
Diisi sesuai dengan nama dan jabatan dari pejabat yang berwenang
menetapkan/mengukuhkan leger ruas jalan dimaksud, sesuai Surat Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor .................. .
Paraf: ............
Pejabat yang berwewenng menetapkan/mengukuhkan leger ruas jalan menurut
status ruas jalan yang dimaksud, adalah sebagai berikut:
o Jalan Nasional : Menteri Pekerjaan Umum.
o Jalan Tol : Menteri Pekerjaan Umum.
o Jalan Provinsi : Gubernur.
o Jalan Kabupaten : Bupati.
o Jalan Kota : Walikota.
o Jalan Desa : Bupati.
o Jalan Khusus : Pemilik.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-31
Contoh:
ASAL / TAHUN : 2007
DIPERSIAPKAN
Di : Jakarta
Tanggal : 20.06.2007
Oleh : Kepala Bidang Renwas
Balai VII - Banjarmasin
Paraf : -
DITETAPKAN/DIKUKUHKAN:
Di : Jakarta
Tanggal : 05.08.2007
Oleh : Menteri PU
Paraf : -
DIUMUMKAN
Di : Pontianak
Tanggal : 21.06.2007
s/d Tanggal : 21.07.2007
Oleh : Kepala Balai VII -
Banjarmasin
Paraf : -
DIPERIKSA
Di : Jakarta
Tanggal : 25.07.2007
Oleh : Direktur Bina Program
Paraf : -
DISETUJUI
Di : Jakarta
Tanggal : 31.07.2007
Oleh : Dirjen Bina Marga
Paraf : -
7. Pemutakhiran I/ Tahun : Pengisiannya sama seperti pada contoh
Asal/Tahun.
8. Pemutakhiran II/ Tahun : Sesuai dengan tahun pemutakhirannya.
9. Pemutakhiran III/ Tahun : Sesuai dengan tahun pemutakhirannya.
10. Pemutakhiran IV/Tahun : Sesuai dengan tahun pemutakhirannya.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
2-32
11. Catatan :
Kolom catatan disediakan untuk diisi sesuai hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang
erat hubungannya dengan perencanaan, pembangunan atau keperluan lain-lain.
Contoh:
o Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor ....................., tanggal
................. menetapkan perubahan status ruas jaln yang sedang dibuat
legernya.
o Keterangan dan nomor sertifikat tanah serta keterangan tempat
penyimpanannya.
o Keterangan tentang studi amdal
o Tahun perwujudan dan hal lain yang berkaitan.
o Hal-hal penting lainnya yang berkaitan dengan ruas yang bersangkutan.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-1
BAB 3 KARTU JALAN
3.1 IDENTIFIKASI
1. Lembar Distribusi ke:
Dalam hal penyimpanan/distribusi untuk leger jalan nasional:
1. Coret angka 1 untuk asli di Jakarta/Bandung
2. Coret angka 2 untuk salinan di Provinsi
3. Coret angka 3 untuk Salinan di Kabupaten/Kota
4. Coret angka 4 untuk Salinan di Balai
5. Dst.
Contoh:
Lembar Distribusi ke:
Penjelasan:
Coret angka 2 berarti leger tersebut salinan untuk disimpan di provinsi.
2. Nomor Lembar Kartu Leger Jalan:
Contoh:
Penjelasan:
30 = Nomor kode provinsi dimana ruas jalan tersebut berada. Dalam contoh
ini, nomor 30 adalah nomor kode provinsi Kalimantan Barat.
043 = Nomor kode ruas jalan tersebut.
-- = Nomor suffix ruas jalan dimaksud.
1010L34003
54321
54321
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-2
L = Huruf L menunjukkan bahwa kartu jalan dimaksud adalah merupakan
ruas jalan di luar kota.
Jika ruas jalan tersebut merupakan ruas dalam kota maka kotak tersebut diisi
dengan huruf
010 = menunjukan bahwa lembar kartu tersebut merupakan penggalan ke 10
dari pada ruas jalan dimaksud.
1 = menunjukan bahwa penggalan leger jalan tersebut belum mengalami
penggantian.
3. Nomor kode dan nama:
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Kelompok kotak pertama (2 kotak) diisi sesuai dengan nomor kode
provinsi/kabupaten/kecamatan/desa dimana ruas jalan dimaksud berada.
Kelompok kotak kedua (jumlah kotak sesuai kebutuhan) diisi dengan nama
provinsi/kabupaten/kecamatan/desa dimana ruas jalan dimaksud berada.
Contoh: cukup jelas.
Nomor kode ruas jalan/sub ruas:
/ /
Kelompok kotak pertama diisi dengan nomor kode ruas jalan dimaksud.
Kelompok kotak kedua (dua kotak) diisi dengan nomor kode sub ruas (sffx)
ruas jalan tersebut.
Kelompok kotak ketiga (1 kotak) diisi dengan K untuk ruas dalam kota.
K
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-3
Contoh:
/ /
Lokasi/ Kota:
KM s/d KM
Kelompok kotak pertama diisi dengan singkatan nama kota dari mana ruas
jalan tersebut dihitung kilometer awalnya (KM-Nolnya).
Kelompok kotak kedua diisi dengan angka KM awal dari segmen jalan yang
dibuat legernya pada lembar kartu jalan dimaksud.
Kelompok kotak ketiga/ terakhir diisi dengan angka KM akhir dari segmen jalan
yang dibuat legernya pada lembar kartu jalan dimaksud.
Angka KM akhir ini akan menjadi KM awal pada lembar berikutnya dari segmen
jalan yang dibuat legernya bila masih berlanjut.
Contoh:
KM s/d KM
Penjelasan:
PTK : adalah singkatan nama kota Pontianak, dimana KM Nol dari ruas jalan
tersebut berada.
10+500 : menunjukkan KM awal dari segmen jalan yang dibuat legernya pada
lembar kartu jalan dimaksud.
11+250 : menunjukkan KM akhir dari segmen jalan yang dibuat legernya pada
lembar kartu jalan dimaksud.
Bilamana segmen jalan yang dibuat legernya masih berlanjut ke lembar
berikutnya, maka KM 11+250 menjadi KM awal segmen jalan berikutnya (karena
dipenggal sesuai kapasitas kolom gambar Situasi dan Potongan).
Titik Ikat/ Patok L.J:
050
20
+12
1005
52
+01KG
TD
Pp
35
43
0
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-4
X
Y
Z
Deskripsi M dari KM
Kelompok kotak pertama diisi dengan singkatan L.J (= leger jalan) dengan
nomor leger jalan.
Kelompok kotak X dan Y diisi dengan angka posisi patok leger jalan.
Kelompok Z diisi dengan angka ketinggian atau elevasi patok leger jalan diukur
terhadap permukaan laut.
Kelompok kotak deskripsi terdiri dari 2 (dua) kelompok diisi dengan jarak
meter (M) pada kelompok kotak pertama, sedangkan kelompok kotak kedua
diisi dengan patok kilometer (KM) dimana jarak patok leger jalan ditanam.
Contoh:
Titik ikat
Titik ikat X
Titik ikat Y
Titik ikat Z
Deskripsi M dari KM
Penjelasan:
LJ.02 : adalah singkatan nama Leger Jalan lengkap dengan nomor.
10.009.437,226 : adalah posisi titik ikat/ patok leger jalan terhdap sumbu X.
317.971,221 : adalh posisi titik ikat/ patok leger jalan terhadap sumbu Y.
1
622
01
15
02
46
46
194
4.101
22,1.
76
97
.7.
10
3
,734.98
08
0.
.0
01
14
20.JL
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-5
101.491 : adalah elevasi titik ikat/ patok leger jalan terhadap permukaan
laut.
440 : jarak (meter) titik ikat/ patok leger jalan terhadap ptok
kilometer (KM) 10.
10 : adalah nomor patok kilometer dari titik nol dimana ruas jalan
tersebut berada, dalam hal ini Pontianak KM. 10.
Titik Ikat Patok Kilometer (Km):
X
Y
Z
Deskripsi : . . . . .
Kelompok kotak pertama diisi dengan singkatan identitas Patok KM yang
terdekat dengan ruas jalan yang dilegerkan.
Kelompok kotak X dan Y diisi dengan angka posisi titik ikat patok kilometer
ruas jalan dimaksud.
Kelompok kotak Z diisi dengan angka ketinggian atau elevasi titik ikat patok
kilometer tersebut diukur terhadap permukaan laut.
Kelompok kotak deskripsi diisi dengan penjelasan lokasi Patok KM tersebut
yang memudahkan untuk diidentifikasi di lapangan.
Contoh:
Titik ikat Patok KM KM. 11
Titik ikat X
Titik ikat Y 9
77
3.
8.
2 3,386.710
3
,42
28
8.
.7
35
23
0.
.8
01
KG
TD
PB
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-6
Titik ikat Z
Deskripsi : SAMPING KIRI JEMBATAN PARUT AIM
Penjelasan:
PTK KM.11 : adalah nomor patok KM yang terdekat.
10.023.824,837 : adalah posisi patok KM.11 terhadap sumbu X.
317.683,239 : adalah posisi patok KM.11 terhadap sumbu Y.
102,101 : adalah elevasi titik ikat patok kilometer dan patok BM.017
terhadap permukaan laut.
Deskripsi : Samping Kiri dari jembatan Parut Aim
Titik Awal Segmen Ruas Jalan:
KM
X
Y
Z
Deskripsi :
Penjelasan:
Kolom kotak pertama diisi dengan singkatan nama kota dari nama ruas jalan
tersebut dihitung kilometer awalnya (KM-Nolnya).
Kelompok kotak kedua diisi dengan KM awal ruas jalan yang dibuat legernya.
Kelompok kotak X dan Y diisi dengan posisi titik awal dimaksud.
Kelompok kotak Z diisi dengan elevasi titik awal dimaksud diukur terhadap
permukaan laut.
101.201
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-7
Kelompok kotak deskripsi diisi dengan nama pengenal lokasi dimana titik awal
itu berada.
Contoh:
KM KM
X
Y
Z
Deskripsi
Penjelasan:
PTK : adalah singkatan dari nama kota Bandung, dimana KM nol dari
ruas kota Bandung, dimana KM nol dari ruas jalan tersebut
berada.
10+500 : adalah titik awal ruas jalan yang dibuat legernya.
10. 020.983,943: adalah posisi titik awal terhdap sumbu.
317.670,713 : adalah posisi titik awal terhadap sumbu Y.
101.942 : adalah elevasi titik awal terhadap permukaan laut.
--------------- : adalah sebagai pengenal nama lokasi setempat dimana titik
awal segmen ruas jalan tersebut.
Titik Akhir Segmen Ruas Jalan:
KM
X
Y
Z
34
34
9.
9
1
,
1 0 1 , 9 4 7
3 1 7 . 6 7 0 , 7
1 0 . 0 2 0 . 9 8 3
1 0 + 5 0 0PT
T K
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-8
Deskripsi
Penjelasan:
Kelompok kotak pertama diisi dengan singkatan nama kota darimana ruas
jalan tersebut dihitung kilometer awalnya (KM Nol-nya).
Kelompok kotak kedua diisi dengan KM titik akhir ruas jalan yang dibuat
legernya.
Kelompok kotak X dan Y diisi dengan posisi titik akhir dimaksud.
Kelompok kotak Z diisi dengan elevasi titik akhir dimaksud diukur terhadap
permukaan laut.
Kelompok kotak deskripsi diisi dengan nama pengenal lokasi dimana titik akhir
itu berada.
Contoh:
KM
X .
Y
Z
Deskripsi
Penjelasan:
PTK : adalah singkatan nama kota Bandung dimana KM nolnya dari
ruas jalan tersebut berada.
11+250 : adallah titik akhir ruas jalan yang dibuat legernya.
10.028.030.023 : adalah posisi titik akhir terhadap sumbu X.
317.681.977 : adalah posisi titik akhir terhadap sumbu Y.
102,138 : adalah elevasi titik akhir terhadap permukaan laut.
----------------- : adalah sebagai pengenal nama lokasi setempat dimana titik
akhir segmen ruas jalan tersebut.
7
320
1 0 2 . 10
34
87
3 10
7.
.2
69
82
1.
, 9 7
1 0 . 0 2 8 . 0 3 0 ,
15
12
+ 20
50
0PB
TD
KG
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-9
3.2 DATA TEKNIK – 1 / LUAS LAHAN RUANG MILIK JALAN
1. Awal/ Tahun:
Diisi sesuai tahun pe-leger-an atas nama jalan tersebut.
Contoh: 2007.
Penjelasan:
Bahwa pada kolom catatan khusus agar dicatat tahun dan nomor pendaftaran
atau pensertifikatan lahan tersebut.
2. Luas (Meter Persegi):
Diisi dengan cacah/ besarnya luas lahan Ruang Milik Jalan (RUMIJA) pada
segmen ruas jalan dimaksud pada lembar tersebut.
Contoh : 9.000 M2
Penjelasan:
Luas Ruang Milik Jalan segmen jalan yang didata pada leger jalan (Data
Teknik) tersebut adalah sebesar 9.000 M2.
3. Data perolehan:
Diisi sesuai dengan sumber data perolehan untuk menyatakan besarnya luas
lahan Ruang Milik Jalan.
Contoh : Pengukuran / hasil lapangan
Penjelasan:
Bahwa pada kolom catatan khusus agar dicatat pengukuran lapangan
dilakukan oleh siapa/institusi mana lengkap dengan tanggal, bulan dan tahun
dilakukannya kegiatan pengukuran tersebut (untuk proses sertifikat).
4. Nilai Jual Objek Pajak (Rp. 1.000,-):
Diisi sesuai dengan nilai jual objek Pajak setempat yang berkaitan dengan
perubahan tanah yang digunakan sebagai lahan Ruang Milik Jalan yang
bersangkutan.
Contoh: Rp. 900.000,-
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-10
Penjelasan:
Rp. 900.000,- = yang menunjukkan harga jual tanah berdasarkan nilai jual
objek legal.
Penjelasan: pada catatan khusus agar dicatat NJOP tanah tersebut.
5. Pemutakhiran I/ Tahun: Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran I luas lahan.
6. Pemutakhiran II/ Tahun s/d Pemutakhiran IV:
Pengisiannya sama dengan pemutakhiran I sesuai dengan tahun pemutakhiran.
3.3 DATA TEKNIK – 2 / KONSTRUKSI
1. Asal/ Tahun:
Diisi sesuai dengan tahun pencatatan data-data teknis dalam uraian konstruksi
dari penggalan jalan tersebut dilakukan.
Contoh: lihat contoh table data teknik – 2
Penjelasan:
o Data-data konstruksi penggalan jalan yang didata dalam lembar kartu jalan
(data teknik) adalah keadaan tahun 2007, yaitu tahun pelegeran ruas jalan
tersebut.
o Bila diketahui data tahun dibangunnya bagian-bagian konstruksi dalam kolom
data uraian konstruksi tersebut, agar dicatat dalam kolom catatan khusus.
2. Pemutakhiran I/ Tahun:
Diisi sesuai dengan tahun pemutakhiran I data-data dalam kolom uraian
konstruksi.
Contoh: Misalkan pemutakhiran I/ Tahun : 2012
Penjelasan:
Terjadi perubahan dta konstruksi pada tahun 2012.
3. Pemutakhiran II/ Tahun s/d Pemutakhiran IV/ Tahun:
Pengisian pemutakhiran II sama dengan pemutakhiran I sesuai dengan tahun
pemutakhiran.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-11
a. Lapis Permukaan:
o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan besarnya lebar dominan lapis
permukaan dari jalur lalu lintas dari penggalan jalan
yang didata pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut
dalam satuan meter dengan ketelitian 0,1.
o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan tebal dominan lapis permukaan dari
jalur lalu lintas dan segmen jalan yang didata pada kartu
jalan (data teknik-2) tersebut dalam satuan meter.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.
Penjelasan:
Tebal lapis permukaan dominan dari penggalan jalan
yang didata pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut
adalah 0,01 m diukur rata-rata pada seluruh potongan
melintang yang diambil gambarnya.
o Jenis : Diisi sesuai dengan jenis lapis permukaan jalan dari
penggalan jalan yang didata pada kartu jalan (data
teknik) tersebut.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.
Penjelasan:
o Jenis lapis permukaan dari penggalan jalan yang
didata pada kartu jalan (data teknik) tersebut adalah
Laston (Asphalt Concrete – AC).
o Jika seandainya lapis permukaan dari ruas jalan
tersebut terdiri dari beberapa lapis sebagai akibat
dari adanya penanganan seperti pekerjaan
peningkatan beberapa kali sebelumnya, maka lapis
permukaan yang dicantumkan sebagai data pada
kartu jalan adalah lapisan teratas saja sebagai
lapisan terbaru, sedangkan lapis-lapis bawah
sebelumnya, dicantumkan/ ditunjukkan saja dalam
gambar konstruksi perkerasan.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-12
o Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi lapis pemukaan saat didata
pada data kartu jalan (data teknik-2) tersebut.
Misalnya:
o Huruf B = baik/ terawat
o Huruf S = sedang / tidak terawat
o Huruf R = rusak ringan / buruk
o Huruf RB= rusak berat
o Indeks kondisi/ IRI : Diisi sesuai dengan bilangan kekasaran permukaan
jalan Naasra, ketelitian 0,1.
b. Lapis Pondasi Atas:
o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan besarnya lebar lapis pondasi atas
jalur lalu lintas dari penggalan jalan yang didata dalam
kartu jalan (data teknik-2) tersebut. Satuan meter
dengan ketelitian 0,1.
o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan tebal lapis pondasi atas jalur lalu lintas
dari penggalan jalan yang didata dalam kartu jalan (data
teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian 0,01.
Contoh: lihat tabel pengisian pada tabel data teknik-2.
Penjelasan:
o Untuk penggalan jalan yang sudah lama dibangun
dan data konstruksinya tidak tersedia, maka dapat
dipertimbangkan untuk melakukan uji penggalian
(core drill) untuk mengetahui tebal dan jenis dari
lapisan-lapisan perkerasan tersebut.
o Jenis : Diisi sesuai dengan jenis lapis pondasi atas jalur lalu
lintas dari penggalan jalan yang didata dalam kartu jalan
(data teknik) tersebut.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-13
c. Lapis Pondasi Bawah:
o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan besarnya lebar pondasi bawah jalur
lalu lintas dari penggalan jalan yang didata dalam kartu
jalan (data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan
ketelitian 0,1.
o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan tebal lapis pondasi bawah jalur lalu
lintas dari penggalan jalan yang didata dalam kartu jalan
(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian
0,01.
Contoh: lihat tabel pengisian pada tabel data teknik-2.
Penjelasan:
o Untuk penggalan jalan yang sudah lama dibangun
dan data konstruksinya tidak tersedia, maka dapat
dipertimbangkan untuk melakukan uji penggalian
(core drill) untuk mengetahui tebal dan jenis dari
lapisan-lapisan perkerasan tersebut.
o Jarak-jarak penggalian lubang uji tersebut dapat
diambil pada jarak sedang 500 meter (maksimal)
satu sama lain, pada bagian tepi jalur lalu lintas
secara bersilang dan setelah itu lubang ditutup
kembali dengan cara yang telah ditentukan atau
dengan campuran material yang tidak mudah
dirembes air.
o Jenis : Diisi sesuai dengan data hasil uji penggalian yang didata
pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-14
DATA TEKNIK-2 KARTU JALAN (LUAR KOTA)
URAIAN KONSTRUKSIASAL PEMUT. I DST
TH. . . . . TH. . . . . DST.a. Lapis Permukaan
Lebar (M)
Tebal (M)
Jenis
Kondisi
Indeks Kondisi/ IRI
b. Lapis Pondasi Atas
Lebar (M)
Tebal (M)
Jenis
c. Lapis Pondasi Bawah
Lebar (M)
Tebal (M)
Jenis
d. Median
Lebar (M)
Tebal (M)
Jenis
Kondisi
e. Bahu Jalan
Lebar (M)
Tebal (M)
Jenis
Posisi
Kondisi
f. Trotoar
Lebar (M)
Tebal (M)
Jenis
Kondisi
KI KA KI KA KI KA
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-15
Penjelasan:
Ada perbedaan uraian konstruksi antara kartu jalan
(Data Teknik-2) Luar Kota dan Dalam Kota, antara lain
sebagai berikut:
o Dalam Kota
Jalur lalu lintas ruas jalan Dalam Kota dibagi
menjadi jalur lambat dan jalur cepat masing-
masing untuk posisi kiri dan kanan.
Jalur cepat sebelah kiri dan kanan dipisahkan
oleh median, sedangkan pemisah antar jalur
cepat dan jalur lambat adalah sub median.
o Luar Kota
Ruas jalan Luar Kota tidak mengenal jalur cepat
dan jalur lambat.
Dengan pertimbangan kenyamanan, pada
tempat-tempat keramaian yang dilewati oleh
ruas jalan tersebut dapat menggunakan median
sebagai pemisah posisi kiri dan kanan.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-16
DATA TEKNIK-2 KARTU JALAN (DALAM KOTA)
URAIAN KONSTRUKSI
ASAL TH PEMUT I TH : (DST)
JALUR
LALU LINTAS
JALUR
LALU LINTAS
LMBT
KI
CEPT
KA
CEPT
KI
LMBT
KA
LMBT
KI
CEPT
KI
CEPT
KA
LMBT
KA
a. Lapis Permukaan
Lebar (M)
Tebal (M)
Jenis
Kondisi
Indeks Kondisi/ IRI
b. Lapis Pondasi Atas
Lebar (M)
Tebal (M)
Jenis
c. Lapis Pondasi Bawah
Lebar (M)
Tebal (M)
Jenis
d. Median:
o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya
lebar median jalan yang didata pada lembar kartu jalan
(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian
0,1.
o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya
tebal median jalan yang didata pada lembar kartu jalan
(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian
0,1.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.
Penjelasan:
Pengertian tebal median adalah untuk median yang
berdiri diatas jalur lalu lintas adalah ketinggiannya,
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-17
sedangkan median yang ditanam adalah kedalaman
lapisan median tersebut (lihat gambar).
o Jenis : Diisi sesuai dengan komponen utama material median
yang didata pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.
o Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi fisik yang didata lembar
kartu jalan (data teknik-2) tersebut.
Penjelasan:
o Huruf B = baik/ terawat
o Huruf S = sedang / tidak terawat
o Huruf R = rusak ringan / buruk
o Huruf RB= rusak berat
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-18
Gambar 3-1 Median Jalan
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-19
e. Sub Median:
o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya
lebar sub median yang didata pada lembar kartu jalan
(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian
0,1.
o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya
tebal sub median yang didata pada lembar kartu jalan
(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian
0,1.
o Jenis : Diisi sesuai dengan komponen pokok material sub
median yang didata pada lembar kartu jalan (data
teknik-2) tersebut.
Penjelasan:
Jenis dan bentuk sub median dapat juga seperti yang
terdapat pada median.
o Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi fisik yang didata pada kartu
jalan (data teknik-2) tersebut.
Penjelasan:
o Huruf B = baik/ terawat
o Huruf S = sedang / tidak terawat
o Huruf R = rusak ringan / buruk
o Huruf RB= rusak berat
f. Bahu Jakan:
o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkkan besarnya
lebar bahu jakan kiri atau kanan sesuai tanda pada sub
kolom Asal yang didata pada lembar kartu jalan (data
teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian 0,1.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.
o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya
tebal bahu kiri (KI) atau kanan (KA) sesuai tanda pada
sub kolom Asal, yang didata pada lembar kartu jalan
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-20
(data teknik-2) tersebut. Satuan meter dengan ketelitian
0,1.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.
o Jenis : Diisi sesuai dengan jenis material bahu jalan kiri (KI)
atau kanan (KA) sesuai tanda pada sub kolom Asal yang
didata pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.
o Posisi : Diisi sesuai dengan posisi terhadap permukaan jalan
yang didata pada kartu jalan (data teknik-2) tersebut.
Penjelasan:
o Level/Datar = selevel dengan permukaan jalan,
< 10 cm
o A = di atas permukaan jalan > 10 cm
o B = di bawah permukaan jalan > 10 cm
o Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi fisik yang didata pada kartu
jalan (data teknik-2) tersebut.
Penjelasan:
o Huruf B = baik/ terawat
o Huruf S = sedang / tidak terawat
o Huruf R = rusak ringan / buruk
o Huruf RB= rusak berat
g. Trotoir:
o Lebar (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya
lebar trotoir jalan kiri atau kanan, sesuai tanda pada sub
kolom Asal yang didata pada lembar kartu jalan (data
teknik) termaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-21
o Tebal (M) : Diisi sesuai dengan angka yang menunjukkan besarnya
tebal trotoir jalan kiri atau kanan, sesuai tanda pada sub
kolom Asal yang didata pada lembar kartu jalan (data
teknik) termaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.
o Jenis : Diisi sesuai dengan jenis material trotoir jalan kiri atau
kanan, sesuai tanda pada sub kolom Asal, yang didata
pada lembar kartu jalan (data teknik) termaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-2.
Penjelasan:
Penggambaran bentuk trotoir dapat dilakukan pada
kolom penampang melintang, sekaligus dicantumkan
jenis materialnya.
o Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi fisik yang didata pada kartu
jalan (data teknik-2) tersebut.
Penjelasan:
o Huruf B = baik/ terawat
o Huruf S = sedang / tidak terawat
o Huruf R = rusak ringan / buruk
o Huruf RB= rusak berat
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-22
3.4 DATA TEKNIK-3 / BANGUNAN PENGAMAN DAN PELENGKAP
1. Asal / Tahun:
Pengisian sama seperti uraian terdahulu (data teknik).
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
2. Perubahan I/ Tahun s/d Perubahan IV/ Tahun:
Diisi dengan tahun pencatatan perubahan sesuai dengan perubahan yang terjadi
di lapangan dari bangunan pengaman dan pelengkap jalan.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
3. Ke 1, ke 2, ke 3, ke 4:
Dimaksudkan hanya untuk menunjukkan urutan-urutan bangunan pengaman dan
pelengkap pada segmen jalan yang didata pada lembar tersebut.
Pengurutan dilakukan dari Km kecil kearah Km besar apabila pada penggalan jalan
tersebut mempunyai bangunan pengaman dan pelengkap lebih dari 4, maka
bangunan yang ke-5 dan seterusnya dicatat pada kolom catatan khusus.
a. Gorong-gorong:
Jenis material : Diisi sesuai dengan jenis material dari gorong-
gorong dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Ukuran panjang (M):
o Diisi sesuai dengan ukuran panjang dari gorong-gorong dimaksud yang
diukur dari tembok pengaman ujung s/d tembok pengaman ujung sisi
lainnya.
o Jika seandainya tembok pengamannya miring, atau gorong-gorongnya
mengikuti kemiringan talud, maka diambil rata-ratanya.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-23
Gambar 3-2 Panjang Gorong-Gorong
Ukuran panjangnya menjadi: 2
ba
Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi dari gorong-gorong yang
dimaksud dengan salah satu kode huruf.
Seperti:
o Huruf B = baik/ terawat
o Huruf S = sedang / tidak terawat
o Huruf R = rusak ringan / buruk
o Huruf RB = rusak berat
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-24
Tabel 3-1 Data Teknik – 3 / Luar Kota
a. GORONG-GORONG JENIS MATERIAL UKURAN PANJANG (M) KONDISI
KI KA KI KA KI KA KI KA b. SALURAN SAMPING DAN TEGAK PERMANEN
JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI DALAM
c. DRAINASE BAWAH TANAH JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
d. MANHOLE / BAK PENAMPUNGAN JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (BH) KONDISI
e. RIOL JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
f. BANGUNAN PENAHAN TANAH JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
g. KERB JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
h. PENUTUP LERENG JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
i. KRIB JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
ASAL TAHUN URAIAN BANGUNAN PENGAMAN DAN PELENGKAP
MD MD
KE-1 KE-2 KE-3 KE-4
MD MD
KI KA
DATA TEKNIK - 3
KI KA KI KA KI KA
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-25
Tabel 3-2 Data Teknik / Dalam Kota
a. GORONG-GORONG JENIS MATERIAL UKURAN PANJANG (M) KONDISI
b. SLRN SAMP & TGK PERMNN JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI DALAM
c. DRAINASE BWH TNH JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
d. MANHOLE/BAK PENAMP JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (BH) KONDISI
e. RIOL JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
f. BANG PENAHAN TNH JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
g. KERB JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
h. PENUTUP LERENG JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
i. KRIB JENIS MATERIAL UKURAN POKOK (M) KONDISI
DATA TEKNIK - 3 ASAL TAHUN
KE-1 KE-2 KE-3 KE-4
KA
MD KA KI MD KA KI MD KA
MDSMDKA
KA
URAIAN BANGUNAN PENGAMAN DAN PELENGKAP
KA
KISMDKI
KI
KI MD KA KI
KI
KISMDKI
MD KI KASMDKI
MDSMDKA
SMDKA
KA
KI KA
KAMD
KI KA
SMDKI
SMDKA
KI
Penjelasan:
Penilaian tersebut diatas dapat dilihat berdasarkan pada realita
lapangan.
Untuk penulisan keterangan gorong-gorong pada alinyemen
horizontal (halaman belakang dari form) tertulis, misalnya:
2 Ø 0,60 – 12,50 : maksudnya pada satu lokasi tersebut
terdapat 2 gorong-gorong bulat dengan
dimeter 0,60 m dan panjangnya masing-
masing 12,50 m.
1 Φ 1,00 x 0,80 – 15 : maksudnya pada satu lokasi tersebut
terdapat 1 gorong-gorong persegi dengan
ukuran penampang lebar 1 m dan
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-26
dalamnya 0,80 m dan panjang gorong-
gorong arah melintang jalan adalah 15 m.
Contoh: lihat contoh pengisian pada table data teknik-3.
b. Saluran Samping dan Tegak Permanen:
Jenis Material : Diisi dengan jenis material dari saluran samping dan
tegak permanen dimaksud. Hanya dideteksi saluran
permanen saja.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Penjelasan:
Saluran sepanjang segmen ruas jalan yang didata pada lembar kartu
jalan (data teknik) dimaksud mempunyai 4 segmen yang terputus di
sebelah kiri dan mempunyai 1 segmen yang terputus di sebelah
kanan.
Ukuran pokok (M) : Diisi sesuai dengan panjang saluran samping dan
tegak permanen dimaksud, yang merupakan jumlah
panjang dalam meter dari masing-masing saluran
samping dan tegak permenen dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi pada saluran samping
dan tegak permenen dimaksud, dengan salah satu
kode huruf
Seperti:
o Huruf B = baik/ terawat
o Huruf S = sedang / tidak terawat
o Huruf R = rusak ringan / buruk
o Huruf RB = rusak berat
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Penjelasan:
Penilaian tersebut diatas dapat dilihat berdasarkan pada realita
lapangan.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-27
c. Drainase Bawah Tanah:
Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material dari drainase
bawah tanah dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Penjelasan:
AGP = Agregat dan pipa
AG = Agregat
Ukuran pokok (M) : Diisi sesuai dengan panjang drainase bawah tanah
dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi dari pada drainase bawah
tanah dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Penjelasan:
Penilaian tersebut diatas dapat dilihat berdasarkan pada relita
lapangan, yaitu:
o Huruf F = Berfungsi
o Huruf TF = Tidak berfungsi
d. Manhole/ Bak Penampung:
Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material dari manhole/ bak
penampung dimaksud.
Ukuran pokok : Diisi sesuai dengan manhole/ bak penampung yang
terdapat pada segmen jalan sesuai dengan panjang
jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data
teknik) dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi dari manhole/ bak
penampung dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-28
e. Riol:
Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material dari kerb dan
saluran dimaksud.
Contoh:
Jenis
Material
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka ki ka ki ka ki ka
BTN BTN - - - - - -
Ukuran pokok : Diisi sesuai dengan panjang kerb dan saluran yang
didata pada kartu jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh:
Ukuran
Pokok (M)
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka ki ka ki ka ki ka
750 750 - - - - - -
Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi dari pada konstruksi kerb
dan saluran dimaksud.
Contoh:
Kondisi
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka ki ka ki ka ki ka
B B - - - - - -
Penjelasan:
Yang dimaksud riol ialah saluran di bawah jalan berfungsi sebagai
saluran air yang dapat dilalui manusia.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-29
Contoh:
f. Bangunan Penahan Tanah:
Jenis Matarial : Diisi sesuai dengan jenis material dari konstruksi
bangunan penahan tanah dimaksud.
Ukuran pokok (M) : Diisi sesuai dengan panjang dari bangunan penahan
tanah dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi dari pada konstruksi
penahan tanah dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-3.
Penjelasan:
Penilaian tersebut diatas dapat dilihat berdasarkan pada realita
lapangan, yaitu:
o Huruf B = baik/ terawat
o Huruf S = sedang / tidak terawat
o Huruf R = rusak berat / buruk
o Huruf RB = rusak berat
g. K e r b:
Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material kerb dari pada
segmen jalan yang didata lembar kartu jalan (data
teknk) dimaksud.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-30
Contoh:
Jenis
Material
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka Ki ka ki ka ki ka
BTN BTN - - - - - -
Ukuran pokok (M) : Diisi sesuai dengan panjang kerb dimaksud.
Contoh:
Ukuran
Pokok
(M)
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka Ki ka ki ka ki ka
750 750 - - - - - -
Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi kerb dimaksud.
Contoh:
Kondisi
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka Ki ka ki ka ki ka
B B - - - - - -
Penjelasan:
o Penilaian kondisi dapat dilihat berdasar kenyataan (realita)
lapangan.
o Sketsa kerb dapat berbentuk yang macam-macam seperti:
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-31
h. Penutup Lereng:
Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material penutup lereng,
dari pada segmen jalan yang didata lembar kartu
jalan (data teknik-3) dimaksud.
Contoh:
Kondisi
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka ki ka ki ka ki ka
PBU PBU - - - - - -
Ukuran pokok (M2) : Diisi sesuai dengan luas penutup lereng yang
terdapat pada segmen jalan dimaksud.
Contoh:
Ukuran
Pokok
(M2)
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka ki ka ki ka ki ka
PBU PBU - - - - - -
Kondisi : Diisi sesuaid engan kondisi penutup lereng
dimaksud.
Contoh:
Kondisi
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka ki ka ki ka ki ka
B B - - - - - -
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-32
i. Krib:
Jenis Material : Diisi sesuai dengan jenis material krib, dari segmen
jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data
teknik) dimaksud.
Contoh:
Jenis
Material
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka ki ka ki ka ki ka
BTN - BTN - BTN - BTN -
Ukuran pokok (M) : Diisi sesuai dengan jumlah panjang dari krib pada
segmen jalan yang diplot pada lembar kartu jalan
(data teknik) dimaksud.
Contoh:
Ukuran
Pokok
(M)
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka ki ka ki ka ki ka
10 - 11 - 10 - 12
Kondisi : Diisi sesuai dengan kondisi krib dimaksud.
Contoh:
Kondisi
ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
ki ka ki ka ki ka ki ka
B - B - B - B -
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-33
3.5 DATA TEKNIK-4 / PERLENGKAPAN JALAN
1. Awal/ Tahun:
Pengisian sama seperti uraian terdahulu (data teknik).
Contoh: lihat contoh pengisian pada table data teknik-4.
2. Perubahan I/ tahun s/d Perubahan IV/ tahun:
Diisi sesuai dengan tahun, dimana ada perubahan pada konstruksi yang didata
pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
Interval antara tiap pencatatan perubahan untuk kartu jalan (data teknik) adalah
maksimal tiap 5 tahun.
a. Pagar Pengaman : (bh / m)
Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya dan jumlah
panjang Pagar Pengaman yang ada pada penggalan
jalan yang dicatat pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
Contoh:
Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.
Penjelasan: Misal 1/80.
1 dalam hal ini menunjukkan bahwa ada 1 (satu)
lokasi pagar pengaman disebelah kanan penggalan
ruas jalan dimaksud.
80 dalam hal ini menunjukkan jumlah panjang Guard
rail disebelah kanan penggalan ruas jalan dimaksud
= 80 m.
b. Dinding Pengaman : (bh / m)
Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya dan jumlah
panjangnya Dinding Pengaman yang ada pada
penggalan jalan yang didata pada lembar kartu jalan
(data teknik) dimaksud.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-34
Contoh:
Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.
Penjelasan:
Dalam contoh pengisian ini pada penggalan jalan
tersebut tidak didapati dinding pengman (diisi dengan
tanda -).
c. Patok Pemandu : (bh)
Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Patok Pemandu
yang ada pada penggalan jalan yang didata pada lembar
kartu jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh:
Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.
d. Patok Kilometer : (bh)
Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Patok Kilometer
yang ada pada penggalan jalan yang didata pada lembar
kartu jalan (data teknik) dimaksud.
e. Patok Hektometer : (bh)
Diisi sesuai dengan jumlah banyknya Patok Hektometer
yang ada pada penggalan jalan yang didata pada lembar
kartu jalan (data teknik) dimaksud.
f. Patok Leger Jalan : (bh)
Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Patok Leger Jalan
yang ada pada penggalan jalan yang didata pada lembar
kartu jalan (data teknik) dimaksud.
g. Patok RUMIJA : (bh)
Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Patok RUMIJA
(Ruang Milik Jalan) yang ada pada penggalan jalan yang
didata pada lembar kartu jalann (data teknik) dimaksud.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-35
h. Marka Jalan : (bh)
Diisi sesuai dengan jumlah panjangnya Marka Jalan
yang terdapat pada penggalan jalan yang didata pada
lembar kartu jalan (data Teknik) dimaksud.
Contoh:
Uraian Asal / Th
Perlengkapan Ki Ka
D. Marka Jalan (M) 750
Penjelasan:
750 menunjukkan bahwa sepanjang penggalan ruas
jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data
teknik) dimaksud ada 750 meter Marka Jalan.
Penulisan 750 pada garis pemisah antara ki dan ka
menunjukkan bahwa Marka Jalan ada pada center
line (dapat juga ditulis di Ki atau Ki dan Ka apabila
terdapat median di Dalam Kota).
i. Rambu Lalu Lintas : (bh)
Diisi sesuai dengan jumlah Rambu Lalu Lintas yang
terdapat pada penggalan jalan yang didata pada lembar
kartu jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh:
Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-36
Tabel 3-3 Data Teknik – 4 / Luar Kota
KI MD KA a. PAGAR PENGAMAN (BH/M) b. DINDING PENGAMAN (BH/M) c. PATOK PEMANDU (BH) d. PATOK KILOMETER (BH) e. PATOK HEKTOMETER (BH) f. PATOK LEGER JALAN (BH) g. PATOK RUMIJA (BH) h. MARKA JALAN (BH) i. RAMBU LALU LINTAS (BH) j. LAMPU LALU LINTAS (BH) k. LAMPU PENERANGAN (BH) l. JEMBATAN PENYEBRANGAN (BH/M)
m. SHELTER BIS (BH) n. CERMIN JALAN (BH) o. LAINNYA (BH)
URAIAN PERLENGKAPAN JALAN ASAL TAHUN DATA TEKNIK - 4
Tabel 3-4 Data Teknik – 4 / Dalam Kota
SMD SMD KI KA
a. PAGAR PENGAMAN (BH/M) b. DINDING PENGAMAN (BH/M) c. PATOK PEMANDU (BH) d. PATOK KILOMETER (BH) e. PATOK HEKTOMETER (BH) f. PATOK LEGER JALAN (BH) g. PATOK RUMIJA (BH) h. MARKA JALAN (BH) i. RAMBU LALU LINTAS (BH) j. LAMPU LALU LINTAS (BH) k. LAMPU PENERANGAN (BH) l. JEMBATAN PENYEBRANGAN (BH/M)
m. SHELTER BIS (BH) n. CERMIN JALAN (BH) o. LAINNYA (BH)
DATA TEKNIK - 4
KI MD KA
ASAL TAHUN URAIAN PERLENGKAPAN JALAN
j. Lampu Lalu Lintas : (bh)
Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Lampu Lalu Lintas
yang terdapat pada penggalan jalan yang didata pada
lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh:
Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-37
k. Lampu Penerangan : (bh)
Diisi sesuai dengn jumlah banyaknya Lampu Penerangan
yang terdapat pada penggalan jalan yang didata pada
lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh:
Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-4.
l. Jembatan Penyeberangan : (bh/m)
Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya dan panjang total
Jembatan Penyeberangan yang terdapat pada
penggalan jalan yang didata pada lembar kartu jalan
(data teknik) dimaksud.
m. Shelter Bus : (bh)
Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Shelter bus yang
terdapat pada penggalan jalan yang didata pada lembar
kartu jalan (data teknik) dimaksud.
n. Cermin Jalan : (bh)
Diisi sesuai dengan jumlah banyaknya Cermin Jalan
yang ada pada penggalan jalan yang didata pada lembar
kartu jalan (data teknik) dimaksud.
3.6 DATA TEKNIK-5 / UTILITAS PUBLIK
1. Asal / tahun:
Diisi sesuai dengan tahun pelegeran utilitas publik dimaksud.
Contoh: Lihat contoh pengisian pada tabel data teknik.
Penjelasan:
Apabila diketahui data tahun pembangunan utilitas publik tersebut agar dicatat
pada kolom catatan khusus.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-38
2. Perubahan I/tahun s/d Perubahan IV/tahun :
Diisi sesuai dengan tahun perubahan sesuai dengan perubahan utilitas publik yang
ada dilapangan, dan didata pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
A. PRASARANA
Air : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana air
yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata
pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
M : Tidak perlu diisi
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Listrik : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana
listrik yang ada pada penggalan ruas jalan yang
didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
M : Tidak perlu diisi
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Penjelasan:
Sama seperti lembar kartu jalan (ringkasan data).
Listrik Dalam Tanah : (M)
M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang prasarana listrik
dalam rumah yang ada pada penggalan ruas jalan
yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
Contoh: Bila tidak ada prasarananya diberikan simbol –
(minus).
Telepon : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana
telepon/ komunikasi yang ada pada penggalan ruas
jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data
teknik) dimaksud.
M : Tidak perlu diisi
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-39
Penjelasan:
Sama seperti lembar kartu jalan (ringkasan data).
Telepon Dalam Tanah: (M)
M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang prasarana
telepon dalam tanah yang ada pada penggalan ruas
jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data
teknik) dimaksud.
Contoh: Bila tidak ada prasarananya diberikan simbol –
(minus).
Minyak : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana
minyak yang ada pada penggalan ruas jalan yang
didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
M : Tidak perlu diisi
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Penjelasan:
Sama seperti lembar kartu jalan (ringkasan data).
Gas : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana gas
yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata
pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
M : Tidak perlu diisi
Contoh: Bila tidak ada prasarananya diberikan simbol –
(minus).
Hidran : (bh)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana
hidran yang ada pada penggalan ruas jalan yang
didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
Contoh: Bila tidak ada prasarananya diberikan simbol –
(minus).
Rumah Kabel : (bh)
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-40
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana
rumah kabel yang ada pada penggalan ruas jalan
yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
Contoh: Bila tidak ada prasarananya diberikan simbol –
(minus).
Lainnya : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah prasarana
lainnya yang ada pada penggalan ruas jalan yang
didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
M : Tidak perlu diisi
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Penjelasan:
Sama seperti lembar kartu jalan (ringkasan data).
B. SARANA
Air : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana air
yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata
pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
M : Diisi dengan jumlah panjang sarana pipa air yang
ada pada penggalan ruas jalan yang didata pada
lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Listrik : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana listrik
(pole/ tiang) yang ada pada penggalan ruas jalan
yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
M : Diisi dengan jumlah panjang sarana kabel listrik
yang direntangkan di udara pada penggalan ruas
jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data
teknik) dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-41
Listrik Dalam Tanah : (M)
M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang sarana kabel
listrik yang ditanam pada penggalan ruas jalan yang
didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Telepon : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana
telepon/ komunikasi (tiang/pole) yang ada pada
penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu
jalan (data teknik) dimaksud.
M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang sarana kabel
telepon/ komunikasi yang direntngkan pada
penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu
jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Telepon Dalam Tanah: (M)
M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang sarana kabel
telepon yang ditanam pada penggalan ruas jalan
yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Minyak : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana minyak
yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata
pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
M : Diisi sesuai dengan jumlah panjang sarana (pipa
minyak) yang ada pada penggalan ruas jalan yang
didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-42
Gas : (bh)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana gas
yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata
pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Hidran : (bh)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana hidran
yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata
pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Rumah Kabel : (bh)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana rumah
kabel yang ada pada penggalan ruas jalan yang
didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
Contoh: lihat contoh pengisian pada tabel data teknik-5.
Lainnya : (bh/ m)
Bh : Diisi sesuai dengan banyaknya jumlah sarana lainnya
yang ada pada penggalan ruas jalan yang didata
pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
M : Diisi sesuai dengan jumlah panjangnya sarana
lainnya yang ada pada penggalan ruas jalan yang
didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
Contoh:
Uraian Asal / Th
Utilitas publik Ki Ka
B. Sarana Lainnya (bh/m) 2/60
Penjelasan:
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-43
Lihat halaman petunjuk pengisian utilitas publik
lainnya pada lembar ringkasan data.
Penulisannya dibuat ditengah karena utilitas publik
lainnya dimaksud memotong jalan.
Contoh:
Utilitas publik yang dideteksi adalah yang terletak dalam
daerah pengawasan jalan.
3.7 LINTAS HARIAN RATA-RATA
Cara pengisian Lintas Harian Rata-Rata seperti pada lembar Ringkasan Data.
Contoh: Paragraf 2.4. Lintas Harian Rata-Rata pada lembar Ringkasan Data digunakan
sebagai rujukan. Penggalan ruas jalan tertentu mempunyai data lalu lintas
harian rata-rata (LHR) berbeda dengan ruas jalan yang bersangkutan secara
umum masih dimungkinkan (influence area).
3.8 RIWAYAT
1. Tgl, Bl, Th : Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun mendata dari
kejadian yang terjadi pada kolom macam kerusakan dari
jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
2. Macam kerusakan : Diisi sesuai dengan macam kerusakan yang terjadi, dari
jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud, misal: longsor, tebing runtuh, banjir dll.
3. Perolehan data : Diisi sesuai dengan sumber data dari kejadian tersebut
diatas.
4. Sebab kerusakan : Diisi sesuai dengan penyebab kerusakan, seperti antara lain:
kelebihan beban lalu lintas
curah hujan yang tinggi
kondisi tanah yang labil
kurangnya sarana drainase
dan lain-lain
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-44
5. Penanganan :
o Tgl, Bl, Th : Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun penanganan
kerusakan pada penggalan ruas jalan yang didata pada
lembar kartu jalan (data teknik) tersebut.
o Uraian : Diisi sesuai dengan cara penanganan kerusakan tersebut
seperti antara lain:
penunjangan
pemasangan turap
pemeliharaan berkala
pemasangan bronjong
dan lain-lain
o Cacah : Diisi sesuai dengan cacah dari kerusakan yang dikerjakan,
meliputi kuantitas dari jenis kerusakan.
o Biaya Rp. 103 : Diisi sesuai dengan besarnya jumlah biaya yang digunakan
untuk memperbaiki kerusakan sesuai dengan yang
dimaksud dalam kolom macam kerusakan.
o Paraf : Diisi sesuai dengan paraf dari orang yang bertanggung
jawab atas informasi kerusakan yang diterima langsung dari
sumbernya.
3.9 CATATAN KHUSUS
1. Lebar RUMIJA : Diisi sesuai dengan lebar ruang milik jalan dari
penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu
jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh:
Lebar RUMIJA 12.00 meter
2. Alinyemen Horizontal : Diisi sesuai dengan jenis alinyemen horizontal pada
penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu
jalan (data teknik) dimaksud. Contoh : Lurus
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-45
3. Alinyemen Vertikal : Diisi sesuai dengan jenis alinyemen vertikal pada
penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu
jalan (data teknik) dimaksud. Contoh : datar (flat – F)
4. Terrain : Diisi sesuai dengan jenis terrain pada kedua sisi jalan
pada penggalan ruas jalan yang didata pada lembar
kartu jalan (data teknik) dimaksud.
Contoh:
Terrain kiri = datar (flat – F)
Terrain kanan = datar (flat – F)
5. Tata Guna Lahan : Diisi sesuai dengan tata guna atau pemanfaatan lahan
pada sisi kiri dan kanan jalan untuk kepentingan publik
yang bersifat dominan pada penggalan ruas jalan yang
didata pada lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
6. Rel Kereta Api :
o Lokasi : Diisi sesuai dengan lokasi rel kereta api (apabila ada)
yang melintas/ memotong centre line jalan pada
penggalan ruas jalan yang didata pada lembar kartu
jalan (data teknik) dimaksud.
o X, Y dan Z : Diisi sesuai dengan koordinat titik perpotongan rel
kereta api dan centre line jalan dan ketinggian/ elevasi
titik lembut terhadap permukaan laut.
Contoh: cukup jelas
7. Catatan Tambahan : Diisi sesuai kebutuhan lapangan di ruang data yang
tersedia pada penggalan rus jalan yang didata pada
lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud. Misalnya:
gorong-gorong ke 5 dst, NJOP tanah, Amdal dll.
3.10 LEGALISASI
1. Diukur oleh : Diisi sesuai dengan nama petugas yang bertanggung
jawab atas hasil pengukuran penggalan jalan dari ruas
dimaksud.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-46
Penjelasan:
Yang bertanggung jawab atas pekerjaan pengukuran
tersebut adalah juru ukur.
2. Paraf : Diisi dengan paraf dari orang yang bertanggung jawab
atas hasil pengukuran tersebut (juru ukur).
3. Digambar : Tgl/ Bl/ Th:
Diisi dengan tanggal, bulan, tahun digambarnya bagian
jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
4. Digambar oleh : Diisi dengan nama penggambar (juru gambar) yang
bertanggung jawab atas bagian jalan yang didata pada
leger jalan (data teknik) dimaksud.
Penjelasan:
Juru gambar hanya bertanggung jawab atas gambar jadi
yang disesuaikan dengan konsep yang telah dibuat oleh
juru ukur maka untuk itu konsep harus benar-benar
merupakan yang mudah dibaca oleh juru gambar, dan
konsep telah baik dan benar.
5. Paraf : Diisi sesuai dengan paraf dari orang yang bertnggung
jawab atas gambar jadi yang dbuat untuk jalan
dimaksud.
6. Dicatat : Tgl/ Bl/ Th:
Diisi dengan tanggal, bulan, tahun dicatat segala
kelengkapan data yang ada pada jalan yang didata pada
lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
7. Dicatat oleh : Diisi sesuai dengan nama orang yang bertnggung jawab
akan hasil survai (pengukuran / penggambaran)
penggalan jalan yang didata pada leger jalan dimaksud.
8. Paraf : Diisi dengan paraf dari orang yang bertanggung jawab
dimaksud (yang disebutkan pada angka 7).
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-47
9. Diperiksa tgl/bl/th : Diisi dengan tanggal, bulan, tahun dari yang memeriksa
atas kebenaran dari gambar (hasil pendataan
pengukuran atas bagian jalan dimaksud.
10. Diperiksa oleh : Diisi dengan nama jabatan pemeriksa yang berwenang
atas kebenaran dimaksud.
11. Paraf : Diisi dengan paraf dari orang yang berwenang atas
pemeriksaan dimaksud.
12. Disahkan :
o Di : Diisi sesuai dengan nama kota dimana disahkannya
lembar kartu jalan (data teknik) dimaksud.
o Tgl/ Bl/ Th : Diisi dengn tanggal, bulan, tahun lembar kartu jalan
(data teknik) dimaksud
o Oleh : Diisi dengan nama pejabat yang mensahkan lembar
kartu jalan (data teknik) dimaksud
13. Perubahan I s/d IV : Sistim dan pola pengisinnya sama dengan kolom asal,
dimana perubahan yang terjadi pada lembar kartu jalan
(data teknik) dimaksud, adalah maksimal tiap 5 tahun.
3.11 GAMBAR SITUASI DAN POTONGAN
1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Km : . . . . . . . . . . . . . . . s/d Km : . . . . . . . . . . . .
o Diisi sesuai dengan singkatan nama kota dimana Km 0 ruas jalan tersebut
berada.
o Kilometer awal dari jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
o Kilometer akhir dari jalan yang didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud,
Penjelasan:
Hal ini menunjukkan bahwa pada lembar kartu jalan dimaksud, didata bagian
jalan sepanjang 750 meter, dari Km. 10+500 s/d Km. 11+250.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-48
2. Alinyemen Horizontal : Skala lebar 1 : 2000 memanjang 1 : 2000. Digambar
alinyemen horizontal dari penggalan jalan dimaksud
yang memuat hal-hal sebagai berikut:
o Lebar perkerasan jalan
o Marka Jalan
o Trotoir
o Median
o Bangunan - bangunan utilitas diatas tanah
o Bangunan - bangunan utilitas didalam tanah
o Rambu Lalu Lintas
o Lampu Lalu Lintas
o Rambu Jalan
o Bangunan – bangunan
o Gorong – gorong
o Jembatan ≥ 6 m
o Jembatan < 6 m
o Daerah Milik Jalan
o Patok Damija
o Patok – patok BM dan TBM
o Daerah pengawasan jalan
o Kondisi lingkungan selebar daerah pengawas jalan
(datar, bukit, gunung, rawa, kebun, dan lain-lain)
o Arah utara dari pada penggalan jalan dimaksud dan
lain sebagainya.
o Penggambaran dilakukan dengan skala 1 : 2000
Dicantumkan juga:
o Batas – batas sepanjang 100 m hasil pengukuran.
o Lokasi dan nama dari pada jembatan – jembatan.
o Ukuran gorong – gorong serta panjang dan
banyaknya.
3. Alinyemen Vertikal : Skala tegak 1 : 500 – skala memanjang 1 : 2000
digambarkan alinyemen vertikal dari penggalan jalan
dimaksud yang memuat hal-hal sebagai berikut:
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-49
o Garis kemiringan – kemiringan jalan.
o Bangunan – bangunan pelengkap jalan yang
terpotong pada centre line seperti gorong – gorong,
jembatan, pipa – pipa dan lain sebagainya.
4. Ketinggian Muka As Jalan :
o Diisi dengan ketinggian permukaan jalan dimaksud
dan seluruhnya didasarkan pada ketinggian
permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Level).
o Apabila tidak ditemukan ketinggian yang tepat dari
suatu daerah, maka dapat didasarkan pada
ketinggian lokal, antara lain terhadap suatu patok
permanen yang sengaja dibuat dan ditentukan
elevasinya misal 0 atau menggunakan alat GPS
(Global Positioning System)
o Penulisan ketinggian tersebut diusahakan setiap
jarak 100 m tepat pada pengukuran 100 m yang
diplot pada alinyemen horizontal.
5. Penampang Melintang : Skala tegak 1 : 500 – memanjang 1 : 500
o Digambarkan penampang melintang dari pada jalan
termaksud dan pengambilan lokasi penampang
melintang dapat diatur pada daerah-daerah yang
berbeda kondisinya.
o Hendaknya penampang melintang tersebut dapat
menggambarkan keseluruhan segmen jalan yang
didata pada lembar kartu jalan (data teknik)
dimaksud.
o Penampang melintang (Typical Section) cukup
digambarkan maksimal sebanyak 2 (dua) untuk
setiap panjang penggalan jalan yang didata pada
lembar kartu jalan dimaksud (tergantung dari
keadaan medan).
o Pada gambar penampang melintang harus
dicantumkan batas – batas:
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-50
Daerah perkerasan jalan
Bahu jalan
Saluran samping
Ukuran – ukuran yang penting
Talud jalan
Tebing jalan
Daerah Milik Jalan
Daerah pengawasan jalan
Lokasi penampang melintang
Kemiringan melintang perkerasan
Dan lain sebagainya
Disampinng itu digambarkan pula struktur dari pada
perkerasan jalan dan bahu jalan / trotoir, tanpa skala,
dan mencantumkan nama / jenis-jenis lapisan
perkerasan dengan tebalnya.
Contoh:
Gambar 3-3 Struktur Perkerasan Jalan
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
3-51
Catatan: Batasan untuk menentukan klasifikasi medan,
dimana segmen jalan dimaksud terdapat
adalah sesuai dengan ketentuan yang
terdapat pada buku: Peraturan Perencanaan
Geometrik Jalan Raya No. 13/1970 yaitu:
Golongan medan Lereng melintang
o Datar (D)
o Perbukitan (B)
o Pegunungan (G)
0 sampai 9,9 %
10 sampai 24,9 %
dari 25 % keatas
Contoh:
Gambar 3-4 Penampang Melintang Jalan/Klasifikasi Medan
Ini hanya berlaku untuk misalnyapada Km BDG. 28+400
Untuk mengetahui keseluruhan penggalan jalan
dimaksud maka perlu dibuat beberapa potongan
melintang jalan dan dievaluasi penggalan jalan tersebut
apakah daerah Datar, Bukit atau Gunung.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-1
BAB 4
KARTU JEMBATAN
4.1 IDENTIFIKASI
1. Lembar Distribusi Ke :
..........................
Contoh:
Lembar ke
Penjelasan:
Dalam hal penyimpanan/distribusi untuk leger jalan nasional:
1. Coret angka 1 untuk asli di Jakarta/Bandung
2. Coret angka 2 untuk salinan di Provinsi
3. Coret angka 3 untuk Salinan di Kabupaten/Kota
4. Coret angka 4 untuk Salinan di Balai
5. Dst.
2. Nomor Lembar Kartu Jembatan :
Kelompok kotak pertama (2 kotak) diisi dengan nomor kode provinsi dimana
jembatan dimaksud berada.
Kelompok kotak kedua (3 kotak) diisi sesuai dengan nomor ruas jalan dimana
jembatan dimaksud berada.
Kelompok kotak ketiga (2 kotak) diisi dengan suffix ruas jalan dimana
jembatan dimaksud berada di Dalam Kota atau Luar Kota.
10
42 53
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-2
Kelompok kotak keempat (1 kotak) diisi L untuk luar kota dan K untuk dalam
kota.
Kelompok kotak kelima (1 kotak) diisi dengan angka yang menunjukkan kartu
jembatan tersebut pernah diganti/dimutakhir atau belum.
Kelompok kotak keenam (3 kotak) diisi nomor urut jembatan pada ruas jalan
yang bersangkutan.
Pemberian nomor urut jembatan pada saru ruas jalan, selalu dimulai dari arah
kilometer terkecil, sesuai dengan pola pembuatan leger jalan.
Kelompok kotak ketujuh (1 kotak) diisi dengan kode jembatan, apakah single
atau kembar pada satu lokasi ruas jalan tersebut.
Apabila single diberi kode “ – “, apabila jembatan kembar diberi kode “A”
untuk jembatan arah dari Km kecil ke Km besar dan kode “B” untuk arah
sebaliknya.
Contoh:
Penjelasan:
30 =menunjukkan nomor kode provinsi dimana jembatan tersebut
berada.
043 =menunjukkan nomor kode ruas jalan dimana jembatan tersebut
berada.
--- =menunjukkan nomor kode sffx ruas jalan dimana jembatan tersebut
berada.
L =huruf yang menunjukkan lokasi jembatan dimaksud berada di Luar
Kota dan bilamana jembatan dimaksud berada Dalam kota, kotak
dimaksud diisi dengan huruf
1 =menunjukkan untuk pertama kali kartu jembatan dimaksud
dimutakhirkan/diganti.
008 =menunjukkan bahwa jembatan dimaksud merupakan jembatan
kedelapan dari yang berada pada ruas jalan dimaksud.
K
0 0 84003 1L3
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-3
- =menunjukkan kode jembatan yang berada pada ruas jalan
dimaksud adalah single, apabila kembar ditulis A dan B.
Nomor Kode dan Nama :
Provinsi
Kab.
Kec.
Desa
Kelompok kotak pertama (2 kotak) diisi sesuai dengan nomor kode provinsi,
kabupaten, kecamatan dan desa dimana jembatan dimaksud berada.
Kelompok kotak kedua (jumlah kotak sesuai kebutuhan) disesuaikan dengan
nama provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.
Contoh : cukup jelas
Nomor kode Ruas Jalan/ Sub Ruas Jalan:
/ /
Kelompok kotak pertama (3 kotak) diisi dengan nomor kode ruas jalan dimana
jembatan dimaksud berada.
Kelompok kotak kedua (2 kotak) diisi dengan nomor kode sub ruas yang
terdekat dengan ruas jalan dimana jembatan dimaksud berada.
Kelompok kotak ketiga (1 kotak) diisi dengan kode K untuk ruas jalan kota.
Nama Ruas Jalan :
Nama ruas jalan diisi dengan nama pengenal titik awal dan titik akhir ruas
jalan dimaksud.
Contoh:
N T I A N A K - T A Y A NP O
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-4
Nomor Jembatan (sesuai BMS) :
Kelompok kotak pertama (2 kotak) diisi dengan nomor kode provinsi dimana
jembatan dimaksud berada.
Kelompok kotak kedua (3 kotak) diisi dengan nomor ruas jalan dimana
jembatan dimaksud berada.
Kelompok kotak ketiga (5 kotak) diisi sesuai dengan nomor urut jembatan dari
jumlah jembatan yang berada pada ruas jalan yang sama dan dihitung mulai
dari titik awal ruas jalan serta keterangan single atau kembar.
Kotak keempat (2 kotak) diisi dengan sub ruas (suffix) ruas jalan dimana
jembatan tersebut berada.
Contoh:
Penjelasan:
22 =nomor kode provinsi dimana jembatan dimaksud berada.
012 =nomor ruas jalan dimana jembatan dimaksud berada.
002 =nomor urut jembatan yang ada pada ruas jalan dimaksud dan
tercatat dalam Database BMS yang didata dalam kartu jembatan.
0 =jembatan tersebut single.
-- =ruas jalan tersebut tidak ber suffix.
Nama Jembatan : Diisi sesuai dengan nama jembatan dimaksud.
Contoh :
Panjang Jembatan : Diisi sesuai dengan panjang total jembatan dimaksud
dan diukur dari ujung ke ujung lantai jembatan.
Contoh :
A M B A W A N G
1 2 .
.
00 02022
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-5
M
148,24 M =panjang total jembatan yang diukur dari
ujung ke ujung lantai jembatan dimaksud
buat pendataan lapangan.
Kelas Jembatan : Diisi sesuai dengan kelas jembatan dimaksud dengan
berpedoman kepada Perturan Menteri untuk jembatan
Jalan Raya nomor 12/1970 serta revisinya tahun 1982.
Contoh :
Kelas jembatan : kelas A
Standar
Kelas Muatan Lebar (M)
A BM. 10 7
B BM 70 – 100 6 – 7
C BM 50 – 70 3,5 s/d 5
Sub Standar D ≤ BM.50 ≤ 3,50
Lokasi/ Kota : Diisi sesuai dengan lokasi atau tempat yang tepat
dimana jembatan tersebut berada.
Contoh :
kM
PTK =singkatan dari kota Pontianak darimana jembatan tersebut dihitung
kilometer awalnya (KM-Nolnya).
KM =menyatakan dimensi.
7+425 =menyatakan jarak jembatan tersebut dengan patok kM-awal (nol)
dan diukur sampai dengan titik pusat (pertengahan) jembatan.
Penjelasan:
Bilamana tidak ada kesesuaian jarak dengan data dari PU setempat, maka
pada kotak nomor dan lokasi jembatan tetap diisi sesuai hasil pengukuran
0 7 + 4 2 5P T K
1 4 8 , 2 4
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-6
leger jalan sedangkan data nomor dan lokasi jembatan dari PU setempat
cukup dicantumkan dalam kolom catatan khusus.
Titik Ikat dan koordinat : Diisi sesuai dengan suatu identitas patok data jalan yang
tetap (permanen) dan mempunyai koordinat dan
elevasi.
Contoh :
Titik ikat
X
Y
Z
Diskripsi : ....................................
Penjelasan:
LJ =singkatan dari Leger Jalan.
01 =nomor seri patok (bench mark) leger jalan pada ruas jalan dimana
jembatan dimaksud berada.
9.994.093,696 = posisi titik ikat/patok leger jalan dimaksud terhadap
sumbu X.
318.713,601 =posisi titik ikat/patok leger jalan dimaksud terhadap sumbu Y.
104,132 =ketinggian bagian puncak patok leger jalan (LJ.01) diukur terhadap
muka laut.
Jika tidak ada ketinggian terhadap muka laut, dapat diambil
ketinggian lokal atau diukur dengan alat GPS atau interpolasi dari
peta topografi.
Deskripsi: diisi hal-hal yang menjelaskan lokasi Patok LJ tersebut, sehingga
mudah didentifikasi di lapangan.
69
31 0 4 . 1 2
3 1 8 . 7 1 3 . 6 0 1
91
. 9 9 4 . 0 9 3.
, 6
L J . 0 1
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-7
Tanggal selesai dibangun: Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun
selesainya jembatan tersebut dibangun. Sudah jelas.
Tanggal dibuka untuk lalau lintas: Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun
dibukanya jembatan tersebut untuk lalu lintas
umum (operasional). Sudah jelas.
Tanggal ditutup untuk lalu lintas: Diisi sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun
ditutupnya jembatan tersebut untuk lalu lintas
umum. Sudah jelas.
4.2 DATA UMUM
4.2.1 BENTANG JEMBATAN
1. Asal : Diisi dengan tahun pelegeran, dimensi panjang
dan lebar (M) serta jenis (permanen/semi
permenen) dari jembatan pada saat dibuat kartu
jembatan/pelegeran.
2. Pemutakhiran I/Thn : Diisi dengan perubahan pertama, dan
mencantumkan tahunnya.
Contoh : Lihat contoh pengisian terlampir.
Penjelasan :
o Baris-baris didalam kolom I/thn diisi dengan dimensi
panjang dan lebar (M) serta jenis (permanen/ semi
permanen) dari hasil perubahan yang terjadi.
o Kolom perubahan hanya diisi apabila terjadi perubahan
dalam kolom uraian dalam data umum.
3. Pemutakhiran II/Thn s/d III/Thn : Sama seperti pemutakhiran I/Thn.
4. Panjang Jembatan Total : Diisi sesuai dengan panjang total jembatan
yang diukur dari ujung ke ujung lantai
jembatan.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-8
Contoh : Panjang jembatan total = 148,24 m
5. Panjang Bentang I : Diisi sesuai dengan panjang bentang yang diukur
dari as landasan s/d as landasan pada bentang
tersebut.
Contoh : Panjang bentang I = 48,61 m
Penjelasan :
Gambar 4-1 Panjang Bentang Jembatan
6. Panjang Bentang II : Diisi sesuai dengan panjang bentang yang diukur
dari as landasan pada bentang tersebut.
Contoh : Panjang bentang II = 51,26 m.
Penjelasan : Sama seperti pada bentang I.
7. Panjang Bentang III dst. :
Diisi sesuai dengan panjang bentang yang diukur dari as landasan s/d as
landasan pada bentang tersebut.
Contoh : Panjang bentang III = 48,37 m.
8. Lebar Bentang I : Diisi dengan jarak antara tepi tinggi sandaran
bagian dalam.
Contoh : Lebar bentang I = 7,66 m
Penjelasan :
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-9
Gambar 4-2 Lebar Bentang Jembatan
9. Lebar Bentang II, Lebar Bentang III dst. :
Sama seperti lebar bentang I.
10. Jenis Bentang I : Diisi sesuai dengan jenis bentang I jembatan
tersebut.
Contoh : Jenis bentang I = Permanen.
Penjelasan :
Dalam hal ini jenis bentang harus dilihat dari jenis struktur
bangunan atas dan bangunan bawah jembatan tersebut.
Misal :
a. Bangunan bawah : tiang kayu besi
Bangunan atas : gelagar baja dengan lantai kayu
Disebut : semi permanen
b. Bangunan bawah : pasangan batu bata
Bangunan atas : gelagar baja dengan lantai kayu
Disebut : semi permanen
c. Bangunan bawah : pasangan batu belah
Bangunan atas : gelgar baja dengan lantai kayu
Disebut : semi permanen
d. Bangunan bawah : pasangan batu belah
composite baja beton
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-10
presstressed
rangka baja
balok beton
Disebut : permanen
e. Bangunan bawah : beton
Composite baja beton
Presstressed
Balok beton
Disebut : permanen
f. Bailey dan Acrowpanel :
Disebut : semi permanen
11. Jenis Bentang II, Jenis Bentang III dst. :
Sama seperti jenis bentang I.
4.2.2 TARAF BANGUNAN BAWAH
1. Asal : Diisi sesuai dengan tahun pelegeran jembatan
dimaksud.
Penjelasan:
Dimensi (M) diisi pada kolom hulu dan hilir
2. Kepala jembatan kiri-hulu : Diisi sesuai dengan elevasi yang diikatkan
dengan elevasi patok L.J. pada jembatan
tersebut.
Contoh:
Lihat tabel Elevasi taraf Bangunan Tanah
3. Kepala jembatan kiri-hilir : Diisi sesuai dengan elevasi yang diikatkan
dengan elevasi patok L.J. pada jembatan
tersebut.
4. Kepala jembatan kanan-hulu dan kanan-hilir:
Cara pengisiannya dengan kepala jembatan kiri
hulu dan hilir.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-11
5. Pilar-pilar : Pengisian elevasi untuk pilar-pilar yang ada pada
jembatan tersebut sama seperti pada kepala
jembatan dimaksud.
ELEVASI TARAF
BANGUNAN BAWAH
ASAL 2007
HULU HILIR
KEP.JEMB. KI (M) 103.446 103.450
KEP.JEMB. KA (M) 103.463 103.458
PILAR I KI (M) 103.867 103.871
PILAR I KA (M) 103.862 103.874
PILAR II KI (M) 103,904 103,912
PILAR II KA (M) 103,927 103,948
Contoh Tabel Pengisian Elevasi Taraf Bangunan
Bawah
6. Pemutakhiran :
Kolom pemutakhiran I/Tahun, II/Tahun, dan
III/Tahun diisi sesuai dengan tahun terjadinya
pemutakhiran.
Kolom pemutakhiran baris:
- Kepala Jembatan : Ki (m)
- Kepala Jembatan : Ka (m)
- Pilar I Ki (m)
- Pilar II Ka (m)
- Dst.
4.2.3 TARAF LANDASAN
1. Asal/Tahun : Diisi sesuai dengan tahun pelegeran jembatan,
dimaksud. Dimensi (m) pada kolom hulu/hilir.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-12
2. Kepala jembatan kiri - hulu : diisi sesuai dengan elevasi yang diikatkan dengan
elevasi patok LJ pada jembatan tersebut. Diisi
elevasi (m) pada taraf landasan kiri – hulu.
3. Kepala jembatan kiri –hilir : diisi sesuai dengan elevasi yang diikatkan dengan
elevasi patok LJ pada jembatan tersebut.
4. Kepala jembatan kanan – hulu dan kanan – hilir : Cara pengisiannya dengan
kepala jembatan kiri – hulu dan kiri – hilir.
ELEVASI TARAF
LANDASAN
ASAL 2007 Pemutakhiran I/Tahun ........
HULU HILIR HULU HILIR
KEP.JEMB. KI (M) 103.481 103.465 - -
KEP.JEMB. KA (M) 103.478 103.473 - -
PILAR I KI (M) 103.882 103.886 - -
PILAR I KA (M) 103.877 103.889 - -
PILAR II KI (M) 103,919 103,927 - -
PILAR II KA (M) 103,927 103,948 - -
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-13
Gambar 4-3 Skema: Lokasi Pengukuran Taraf Bangunan Bawah Dalam Hal Jembatan Bersilangan Dengan Sungai
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-14
Gambar 4-4 Skema: Lokasi Pengukuran Taraf Bangunan Bawah Dalam Hal Jembatan Tidak Bersilangan Dengan Sungai
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-15
Gambar 4-5 Skema: Taraf Landasan
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-16
4.3 LUAS LAHAN RUANG MILIK JALAN
Cara pengisian data luas Lahan Ruang Milik Jalan sama seperti yang diberlakukan pada
Kartu Jalan.
4.4 DATA TEKNIK
Cara pengisian kotak yang kosong dalam Data Teknik, cukup dengan membubuhkan
tanda pada kotak yang kosong.
Cara pengisian seperti tersebut di atas berlaku untuk:
Tipe Bangunan Atas, Tipe Bangunan Bawah, Tipe Pondasi;
Bahan Bangunan Atas, Bahan Bangunan Bawah, Bahan Pondasi;
Kondisi Bangunan Atas, Kondisi Bangunan Bawah, Kondisi Pondasi
Tipe dan Bahan Landasan untuk Kepala Jembatan dan Pilar (apabila ada);
Macam dan Bahan dari pada Bangunan Pengaman Bawah jembata.
Pada umumnya terdapat empat Sub kotak pada masing-masing kotak, sebagai
berikut:
o Sub kotak 1: keadaan asal data jembatan
o Sub kotak 2: keadaan pemutakhiran I data jembatan
o Sub kotak 3: keadaan pemutakhiran II data jembatan
o Sub kotak 4: keadan pemutakhiran III data jembatan
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-17
Contoh: Keadaan Asal (Jembatan 3 Bentang)
TYPEBangunan Atas
Bentang I Bentang II Bentang III
Plat
Gelagar
Box Girder
Rangka
Sub Kotak 4
Sub Kotak 3
Sub Kotak 2
Sub Kotak 1
Penjelasan:
Keadaan awal data jembatan dimaksud adalah:
Bentang I : Tipe Gelagar
Bentang II : Tipe Rangka
Bentang III : Tipe Gelagar
Contoh: Saat Pemutakhiran Pertama (Jembatan 3 Bentang)
TYPEBangunan Atas
Bentang I Bentang II Bentang III
Plat
Gelagar
Box Girder
Rangka
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-18
Penjelasan:
1. Pada keadaan awal : Bentang I = Gelaga
Bentang II = Rangka
Bentang III = Gelagar
2. Berubah menjadi : Bentang I = Box Girder
Bentang II = Rangka (tetap)
Bentang III = Box Girder
3. Apabila pemutakhiran tersebut lebih besar dari 3 (tiga) kali maka Kartu jembatan
diganti dengan kartu yang baru, dan data-data yang terakhir pada kartu jembatan
yang lama menjadi data asal pada kartu jembatan yang baru, dengan ketentuan
kartu jembatan yang lama harus terlampirkan pada kartu jembatan yang baru.
Contoh:
TYPEBangunan Atas
Bentang I Bentang II Bentang III
Plat
Gelagar
Box Girder
Rangka
4.5 KONDISI UMUM
1. Bangunan atas : Diisi dengan tanda pada kotak / sub kotak bentang I,
bentang II, bentang III dst. sesuai dengan tingkat
kondisi pada baris yang ada.
VVV
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-19
Contoh:
Penjelasan:
Dalam menentukan kondisi sesuatu struktur sesuai
dengan kondisi seperti:
Baik sekali
Baik
Rusak ringan
Rusak berat
Kritis
Secara visual masih merupakan sesuatu yang sukar
untuk ditentukan, karena tergantung dari orang yang
menilai, dan belum adanya suatu standar dalam
menentukan hal-hal tersebut.
Sebagai pedoman dasar dalam menentukan kondisi
bangunan atas tersebut dapat diambil sebagai berikut:
Baik sekali:
Apabila bangunan atas jembatan tersebut tidak
mempunyai kerusakan, dan berfungsi dengan baik
melayani arus lalu lintas diatasnya.
Baik:
Apabila bangunan atas jembatan tersebut mengalami
kerusakan-kerusakan yang tidak berarti, seperti trotoir
retak-retak halus, sandaran dan tiang sandaran rusak
kecil, wing abutment retak, dan jalur lalu lintas masih
dapat berfungsi dengan baik untuk melayani arus lalu
lintas.
Rusak ringan:
Apabila bangunan atas jembatan tersebut mengalami
kerusakan-kerusakan kecil pada struktur-struktur utama
akan tetapi masih dapat berfungsi untuk melayani arus
lalu lintas diatasnya.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-20
Contoh:
Lantai kendaraan retak-retak halus baik arah
memanjang maupun melintang, retak buaya, terjadi
baut-baut longgar, getaran-getaran yang terjadi pada
jembatan sehingga mempengaruhi konstruksi, lendutan
yang terjadi mendekati lendutan izin, expansion jopint
yang lepas (rusak) karatan, dan lain sebagainya.
Rusak berat:
Apabila bangunan atas jembatan tersebut mengalami
kerusakan-kerusakan besar pada struktur-struktur
utama dan bangunan atas jembatan tidak berfungsi
secara penuh untuk melayani arus lalu lintas diatasnya.
Contoh:
Lantai jembatan jebol (bolong) setempat sehingga
arus lalu lintas terhambat.
Lendutan yang terjadi lebih besar dari lendutan izin
sehingga harus diadakan pembatasan beban yang
lebih kecil dari beban rencana.
Gelagar-gelagar utama mengalami kerusakan-
kerusakan berat.
Rangka-rangka batang retak dan lain sebagainya.
Kritis:
Apabila bangunan atas jembatan tersebut mengalami
kerusakan-kerusakan yang berat, sehingga menurut
pengamatan, bahwa sewaktu-waktu jembatan tersebut
dapat putus.
Contoh:
Getaran
Ledutan besar
Rangka banyak yang putus pada sambungan-
sambungan baut atau keling.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-21
Gelagar kropos dan berlobang
Lantai kendaraan hancur pada beberapa tempat.
2. Bangunan bawah :
Diisi dengan tanda pada kotak / sub kotak pada:
Kepala jembatan kiri
Pilar I
Pilar II
Kepala jembatan kanan sesuai dengan tingkat kondisi
pada baris yang ada.
Penjelasan:
Baik Sekali:
Apabila bangunan bawah jembatan tersebut tidak
mempunyai kerusakan, dilihat secara visual, pada
konstruksi yang berada diatas permukaan tanah / air.
Baik:
Apabila bangunan bawah jembatan tersebut mempunyai
kerusakan kecil seperti retak-retak setempat, seperti
akibat susut, dimana tidak sampai pada struktur utama,
retak pada hubungan antara abutment dan sayap (wing)
yang memang disengaja tidak bersatu.
Rusak ringan:
Terjadi kerusakan-kerusakan pada bangunan bawah
yang tidak membahayakan struktur seperti retak dari
atas hingga ke bawah, akan tetapi lebar retak tersebut
masih dalam batas-batas yang kecil (retak lembut).
Rusak berat:
Terjadi kerusakan-kerusakan pada bangunan bawah
yang sangat membahayakan struktur seperti retak
dari atas ke bawah dengan lebar retak yang besar.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-22
Pengerusan yang besar pada bangunan bawah
sehingga menimbulkan kekhawatiran guling ataupun
geser pada bangunan bawah.
Penurunan bangunan bawah (settlement) yang
besar sehingga menimbulkan pengaruh yang besar
pada bangunan atas.
3. Pondasi : Diisi tanda pada kotak / sub kotak pada:
Kepala jembatan kiri
Pilar I
Pilar II
Kepala jembatan kanan
sesuai dengan tingkat kondisi pada baris yang ada.
Penjelasan:
Penilaian pondasi jembatan pada umumnya sangat
sukar untuk dilakukan, karena letak pondasi pada
umumnya berada dalam tanah, sehingga dapat
dilihat dari segi tingkat kerusakan yang ada pada
jembatan tersebut secara keseluruhan.
Bagi jembatan-jembatan seperti tiang juk dan pile
cap dapat dilakukan penilaian pondasi, yang berada
diatas permukaan tanah atau air saja, sesuai dengan
kriteria-kriteria penilaian diatas.
4.6 KONSTRUKSI DAN FOTO
1. Kotak Penampang Memanjang:
Diisi dengan gambar penampang memanjang dari jembatan tersebut dengan
menggunakan ratio gambar bukan dengan skala.
2. Kotak Penampang Melintang:
Diisi dengan gambar penampang melintang dari jembatan tersebut dengan
menggunakan ratio gambar, bukan dengan skala.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-23
Apabila terdiri dari 3 bentang, maka harus digambarkan penampang pada
masing-masing bentang jika konstruksi berbeda.
Contoh:
Harus digambarkan pada kotak penampang melintang potongan a-a; b-b; c-c.
3. Kotak Pandangan / Potongan Atas:
Diisi dengan pandangan atas dari jembatan tersebut, dan sedapat mungkin
harus kelihatan lay out dari gelagar, dan tidak perlu untuk seluruh bentang.
4. Kotak Peta Lokasi / Situasi
Diisi dengan peta / gambar situasi dari jembatan tersebut, dan harus
ditunjukkan arah utara, arah jalan.
Penjelasan:
a. Penggambaran dalam kotak pandangan atas harus mengikuti pola gambar
situasi.
b. Penampang memanjang harus digambarkan sesuai dengan potongan arah
sebagai berikut:
c. Penampang melintang harus digambarkan sesuai dengan potongan arah
sebagai berikut:
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-24
5. Kotak Foto Pandangan Dari Hulu / Hilir:
Diisi dengan salah satu foto pandangan samping jembatan dari hulu, atau hilir
yang memungkinkan diambil fotonya, dan harus mencakup seluruh panjang
jembatan, dapat dibuat dengan foto Mozaik.
6. Kotak Foto Jalan Pandangan Depan Jembatan:
Diisi dengan foto pandangan depan jembatan, dengan menunjukkan as jalan.
Depan jembatan adalah permulaan km, terkecil dari ruas jalan, pada jembatan
tersebut.
Contoh:
4.7 PERWUJUDAN
1. Asal Tahun :
Diisi sesuai dengan tahun pelegeran jembatan
tersebut
Kalau data tahun perwujudan jembatan tersebut
diketahui agar dicatat pada kolom identifikasi
(tanggal selesai dibangun).
Contoh: Asal tahun 2007
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-25
2. Kegiatan pokok : Jelas
3. Pelaksana :
Diisi dengan nama badan (perusahaan, jawatan atau instansi yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam kolom kegiatan pokok tersebut.
Contoh: Lihat contoh pengisian terlampir.
4. Cacah :
Diisi cacah dari sub baris pada kolom kegiatan pokok.
5. Biaya :
Diisi dengan besarnya biaya yang dipakai, dari sub baris pada kolom kegiatan
pokok dalam nilai ribuan rupiah (106).
6. Sumber dana : Diisi dengan dari mana sumber dana untuk pembiayaan
jembatan tersebut.
7. Pemutakhiran I/tahun : Diisi dengan tahun dimana ada pemutakhiran dari Sub
baris pada kolom kegiatan pokok serta perubahan-
perubahan yang terjadi.
8. Untuk Pemutakhiran II/tahun s/d Pemutakhiran III/tahun sama seperti pengisian
pemutakhiran I/tahun.
4.8 RIWAYAT
1. Tgl/Bl/Th : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun tentang
terjadinya macam kerusakan / kelainan pada kolom
berikutnya.
2. Macam / Kerusakan / kelainan:
Diisi dengan jenis macam kerusakan / kelainan yang
terjadi sesuai dengan baris pada kolom tanggal, bulan
dan tahun.
3. Perolehan data : Tgl/Bl/Th/Nomor
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-26
Diisi dengan nama badan / Instansi pembuat laporan,
serta tanggal, bulan, tahun serta nomor laporan dari
baris pada kolom macam kerusakan / kelainan.
4. Sebab kerusakan / kelainan:
Diisi dengan penyebab dari pada kerusakan / kelainan
yang terjadi.
5. Tgl/Bl/Th : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dilakukannya
penanganan untuk menanggulangi kerusakan / kelainan
tersebut.
6. Uraian : Diisi dengan uraian penanganan yang dilakukan untuk
menanggulangi macam kerusakan / kelainan dimaksud.
7. Sifat : Diisi dengan sifat (permanen atau sementara)
penanganan yang dilakukan untuk macam kerusakan /
kelainan dimaksud.
8. Cacah : Diisi dengan penggunaan jenis material
penanggulangan kerusakan / kelainan tersebut.
9. Biaya Rp. 103 : Diisi dengan besarnya biaya yang dipergunakan untuk
penanganan penanggulangan macam kerusakan /
kelainan dimaksud.
10. Paraf : Diisi dengan paraf petugas / pejabat yang mengisi /
mencatat data riwayat dimaksud.
4.9 REFERENSI
1. Uraian : Berisikan berbagai macam penelititan yang mungkin
telah dilakukan pada jembatan tersebut, dan penelitian
tersebut mempunyai laporan tertulis.
2. Tgl/Bl/Th : Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dari laporan
penelitian sebagaimana dalam masing-masing baris
dalam kolom uraian.
3. Oleh : Diisi dengan Nama Jawatan / Instansi, perusahaan atau
badan yang membuat laporan penelitian tersebut,
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-27
sebagaimana dalam masing-masing baris pada kolom
uraian.
4. Paraf : Diisi dengan paraf petugas / pejabat yang mengisi /
mencatat referensi dimaksud.
4.10 CATATAN KHUSUS
Diisi dengan catatan-catatan masalah yang erat sekali hubungannya dengan jembatan
tersebut, dimana masalah-masalah tersebut tidak terdapat (belum tertampung) dalam
kolom ataupun baris yang lain.
4.11 LEGALISASI
4.11.1 Legalisasi Kegiatan
1. Kegiatan : Kolom kegiatan telah diisi dengan kata-kata seperti
DIUKUR
DIGAMBAR
DICATAT
DIPERIKSA, serta
DISETUJUI
Yang letaknya berbentuk baris
2. Asal :
Tgl/Bl/Th
Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun dari
pelaksanaan pekerjaan (mengukur, menggambar,
mencatat dan memeriksa) sesuai dengan baris pada
kolom kegiatan
Oleh
Diisi dengan nama petugas atau pejabat yang
melakukan pekerjaan sesuai dengan baris pada
kolom kegiatan
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-28
Paraf
Diisi dengan paraf petugas atau pejabat yang
melakukan pekerjaan sesuai dengan baris pada
kolom kegiatan
Lihat contoh pengisian pada Kartu Jalan.
3. Pemutakhiran I s/d Pemutakhiran III:
Diisi dengan tanggal, bulan, tahun; oleh; paraf; sesuai
dengan baris pada Sub kolom kegiatan pada kolom
Perubahan dan mempunyai pola yang sama seperti
halnya pada kolom asal.
4.11.2 Legalisasi Kartu Jembatan
1. Asal :
Di
Diisi dengan nama kota/tempat disiapkan/
disahkannya kartu jembatan dimaksud.
Tgl/Bl/Th
Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun disahkannya
kartu jembatan tersebut
Oleh:
Diisi dengan nama pejabat yang mensahkan Kartu
Jembatan dimaksud.
Contoh: Lihat contoh pengisian terlampir.
2. Pemutakhiran I s/d Pemutakhiran III:
Pengisiannya mempunyai pola yang sama seperti halnya
pada kolom Asal.
4.12 PENJELASAN
1. Pada Kartu Jembatan terdapat 2 macam monitoring perubahan yaitu:
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-29
a. Monitoring perubahan yang sifatnya mendasar dan jarang terjadi misalnya
perubahan konstruksi, panjang bentang, lebar bentang, jenis bentang, taraf
bangunan bawah, tipe bangunan atas, bawah, pondasi, dan lain sebagainya.
b. Monitoring perubahan yang sifatnya periodik tiap tahun yaitu perubahan yang
terjadi pada kolom PERWUJUDAN, misalnya: kegiatan penunjangan,
pemeliharaan / rehabilitasi dan lain sebagainya.
Jadi tahun pemutakhiran I pada perubahan jenis a belum tentu sama dengan
tahun perubahan I pada perubahan jenis b.
Karena perubahan jenis b terjadi tiap tahun maka Kartu Jembatan diganti tiap 5
tahun dan data terakhir pada Kartu Jembatan yang diganti tersebut menjadi data
asal pada Kartu Jembatan yang baru.
Untuk perubahan jenis a kemungkinan Kartu Jembatan yang lama perlu diganti
dengan Kartu Jembatan yang baru walaupun baru merupakan perubahan yang
pertama misalnya jembatan tersebut konstruksi lama dari kayu kemudian diganti
beton karena jika tidak diganti dengan Kartu yang baru akan sulit
penggambarannya.
Untuk data kondisi jembatan apabila terjadi perubahan kondisi selain memberi
tanda pada kolom yang sesuai juga agar dicatat pada kolom catatan khusus
kapan terjadinya perubahan kondisi tersebut. Kolom pertama dari kolom kondisi
tidak diberi tanda apabila kondisi jembatan pada saat pelegeran adalah baik
(kondisi asal).
2. Karena form Kartu Jembatan hanya cukup untuk mencatat data jembatan yang
terdiri dari maksimum 4 bentang, maka jika dijumpai jembatan yang jumlah
bentangnya lebih dari 4 bentang dapat menggunakan 2 form atau lebih dimana
form kedua dan seterusnya tersebut digunakan untuk mencatat dan menggambar
data jembatan bentang-bentang berikutnya.
Untuk form yang kedua, angka bentang I, II, III dan IV diganti dengan angka
bentang IV, VI, VII dan VIII demikian seterusnya.
3. Yang dimaksud dengan titian adalah:
Jembatan yang bentangnya < 6m.
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-30
4. Tipe Bangunan Bawah:
Sebagaimana diketahui bangunan bawah itu banyak sekali tipenya dan cukup sulit
untuk menentukan penggolongannya.
Pada penentuan tipe bangunan bawah disini hanya terbatas pada tipe bangunan
bawah yang banyak dijumpai dan tidak begitu sulit untuk penggolongannya yaitu:
a. Tipe dinding : Jika bentuk penampangnya ramping dan ukuran tinggi
(H) lebih besar dari ukuran tebal badan yang terbesar
(T).
Contoh:
Petunjuk Pengisian Form Kartu Leger Jalan
4-31
b. Tipe Kolom : Umumnya banyak dijumpai pada konstruksi pilar.
Konstruksi terdiri dari bagian kaki, sebuah kolom
sebagai badan dan bagian kepala.
Penampang kolom umumnya berbentuk bulat
(penampang I – II).
Contoh:
c. Tipe Portal : Jika bentuk konstruksi berupa portal. Bahan konstruksi
umumnya beton bertulang.
Contoh:
5. Untuk titik referensi jembatan (titik ikat) agar dicantumkan pada kolom gambar
situasi jembatan keterangan mengenai pada titik mana saja titik ikat tersebut
diikatkan berapa jarak dan azimutnya masing-masing.
6. Konsruksi sekunder :
Yang dimaksud dengan konstruksi sekunder pada bangunan atas jembatan adalah
antara lain ikatan angin baik ikatan angin atas maupun bawah.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
i
KONSEP
PETUNJUK PENYIAPAN GAMBAR TERLAKSANA JALAN
BUKU 4
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
BAB 1 DESKRIPSI................................................................................... 1-1
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................1-1
1.1.1 Maksud .............................................................................1-1
1.1.2 Tujuan ..............................................................................1-1
1.2 RUANG LINGKUP .........................................................................1-1
1.3 BATASAN DAN PENGERTIAN ........................................................1-2
BAB 2 PENYIAPAN DAN PENGESAHAN .................................................. 2-1
2.1 LEMBAR STANDAR .......................................................................2-1
2.2 PENYIAPAN .................................................................................2-1
2.3 PELAKSANAAN.............................................................................2-2
2.4 PENGESAHAN ..............................................................................2-2
BAB 3 PERSYARATAN PELAKSANAAN .................................................... 3-1
3.1 GAMBAR TERLAKSANA JALAN.......................................................3-1
3.1.1 Alinyemen Horizontal (Situasi) ............................................3-1
3.1.1.(1) Data Gambar Yang Dicantumkan .........................3-1
3.1.1.(2) Skala..................................................................3-2
3.1.1.(3) Lain-lain .............................................................3-2
3.1.2 Alinyemen Vertikal (Potongan Memanjang)..........................3-2
3.1.2.(1) Data Gambar yang Dicantumkan..........................3-2
3.1.2.(2) Skala..................................................................3-3
3.1.2.(3) Lain-lain .............................................................3-3
3.1.3 Penampang Melintang........................................................3-3
3.1.3.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan .......................3-3
3.1.3.(2) Skala..................................................................3-4
3.1.3.(3) Lain-lain .............................................................3-4
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
iii
3.1.4 Struktur Perkerasan ...........................................................3-4
3.1.4.(1) Data Gambar yang Dicantumkan..........................3-4
3.1.4.(2) Skala..................................................................3-5
3.1.4.(3) Lain-lain .............................................................3-5
3.2 GAMBAR TERLAKSANA JEMBATAN ................................................3-5
3.2.1 Situasi ...............................................................................3-5
3.2.1.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan: ......................3-5
3.2.1.(2) Skala..................................................................3-6
3.2.1.(3) Lain-lain .............................................................3-6
3.2.2 Penampang Memanjang .....................................................3-6
3.2.2.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan .......................3-6
3.2.2.(2) Skala..................................................................3-7
3.2.2.(3) Lain-lain .............................................................3-8
3.2.3 Penampang Melintang........................................................3-8
3.2.3.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan .......................3-8
3.2.3.(2) Skala..................................................................3-8
3.2.3.(3) Lain-lain .............................................................3-8
3.2.4 Pandangan dan Potongan Atas ...........................................3-9
3.2.4.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan .......................3-9
3.2.4.(2) Skala..................................................................3-9
3.2.4.(3) Lain-lain .............................................................3-9
3.2.5 Gambar Detail Konstruksi ...................................................3-9
3.2.5.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan .......................3-9
3.2.5.(2) Skala..................................................................3-9
3.2.5.(3) Lain-lain ........................................................... 3-10
3.3 GAMBAR TERLAKSANA BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN
JALAN ....................................................................................... 3-10
3.3.1 Penampang Memanjang ................................................... 3-10
3.3.1.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan ..................... 3-10
3.3.1.(2) Skala................................................................ 3-10
3.3.1.(3) Lain-lain ........................................................... 3-10
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
iv
3.3.2 Penampang Melintang...................................................... 3-10
3.3.2.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan ..................... 3-10
3.3.2.(2) Skala................................................................ 3-10
3.3.2.(3) Lain-lain ........................................................... 3-11
3.4 FOTO DOKUMENTASI................................................................. 3-11
3.4.1 Bahan, Ukuran dan Penyimpanan...................................... 3-11
3.4.2 Jenis Foto Minimal Yang Harus Dibuat............................... 3-11
3.4.2.(1) Foto Dokumentasi Jalan .................................... 3-11
3.4.2.(2) Foto Dokumentasi Jembatan.............................. 3-12
3.4.2.(3) Foto Dokumentasi Bangunan Pelengkap Lainnya Dan
Bangunan Pengaman ........................................ 3-12
3.4.3 Keterangan Foto .............................................................. 3-12
BAB 4 DISTRIBUSI ................................................................................. 4-1
4.1 UMUM.........................................................................................4-1
4.2 DISTRIBUSI.................................................................................4-1
4.2.1 Jalan Nasional (Non Tol dan Tol) ........................................4-1
4.2.2 Jalan Provinsi.....................................................................4-2
4.2.3 Jalan Kabupaten/Kota ........................................................4-2
4.2.4 Jalan Desa.........................................................................4-2
4.2.5 Jalan Khusus ....................................................................4 -2
4.3 LAIN-LAIN ...................................................................................4-3
DAFTAR TABEL
Tabel 4-1 Penyimpan dan Pemelihara Gambar Terlaksana (As-Built Drawing) Jalan 4-4
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
1-1
BAB 1 DESKRIPSI
1.1 MAKSUD DAN TUJUAN
1.1.1 Maksud
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan atau As Built Drawing
(ABD) dimaksud sebagai petunjuk teknis bagi pelaksana proyek jalan
dan proyek jembatan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, dalam membuat
gambar terlaksana jalan yang merupakan bagian dari dokumen jalan.
1.1.2 Tujuan
Tujuan dari adanya petunjuk penyiapan ABD ini adalah untuk
memperoleh satu bentuk standar gambaran otentik mengenai apa yang
telah dikerjakan dan pendistribusian gambar terlaksana (As Built
Drawing) jalan tersebut kepada pihak terkait dan dimanfaatkan sebagai
salah satu sumber data dalam pembuatan atau pemutakhiran leger
jalan.
Petunjuk ini diharapkan dapat digunakan oleh penyelenggara jalan
provinsi, kabupaten/kota dan desa dalam pembuatan gambar terlaksana
jalan disetiap penanganan jalan dengan dana APBD.
1.2 RUANG LINGKUP
Petunjuk Penyiapan ABD ini mencakup uraian mengenai:
a. Batasan dan pengertian
b. Penyiapan dan pengesahan gambar terlaksana jalan
c. Persyaratan pelaksanaan gambar terlaksana jalan
d. Persyaratan pelaksanaan gambar terlaksana jembatan
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
1-2
e. Persyaratan pelaksanaan gambar bangunan pelengkap dan perlengkapan
jalan
f. Persyaratan pelaksanaan foto dokumentasi
g. Distribusi gambar terlaksana jalan
1.3 BATASAN DAN PENGERTIAN
(1) Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
(2) Pengaturan jalan adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan,
penyusunan, perencanaan umum dan penyusunan peraturan perundang-
undangan jalan.
(3) Pembinaan jalan adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis,
pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia serta penelitian dan
pengembangan jalan.
(4) Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran,
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi serta pengoperasian dan
pemeliharaan jalan.
(5) Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan
tertib pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan.
(6) Jembatan adalah suatu bangunan pelengkap jalan dengan konstruksi terdiri
dari pondasi, bangunan bawah dan bangunan atas yang menghubungkan
dua ujung jalan yang terputus akibat suatu bentuk rintangan melalui
konstruksi bangunan atas.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
1-3
(7) Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang menjadi bagian dari jalan
yang dibangun sesuai dengan persyaratan teknik antara lain jembatan,
ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong, tembok
penahan dan saluran tepi jalan.
(8) Perlengkapan jalan adalah sarana untuk mengatur keselamatan,
kelancaran, keamanan dan ketertiban lalu lintas antara lain perangkat lalu
lintas, pengaman jalan, rambu jalan, jembatan penyeberangan, kotak
komunikasi dan tempat pemberhentian angkutan umum.
(9) Gambar terlaksana (As Built Drawing) adalah gambar hasil pelaksanaan
pekerjaan yang telah dilakukan dan diterima oleh pengelola proyek,
tergambar dalam lembar standar dan skala sesuai ketentuan dalam
petunjuk ini dalam bentuk hardcopy dan digital.
(10) Lembar standar adalah lembar yang digunakan sebagai dasar dalam
pembuatan gambar terlaksana dengan bentuk, ukuran dan jenis bahan
yang ditetapkan dalam pedoman ini.
(11) Ruang manfaat jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan
ambang pengamannya.
(12) Ruang milik jalan (Rumija) terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur
tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.
(13) Ruang pengawasan jalan (Ruwasja) merupakan ruang tertentu di luar
ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan
penyelenggara jalan.
(14) Lembar standar menggunakan kertas ukuran A1, terbuat dari bahan kertas
tembus cahaya 80 gram; tidak mudah sobek dan tidak mudah memuai atau
menyusut oleh pengaruh cuaca.
(15) Untuk menyatakan ukuran pada gambar digunakan satuan meter panjang.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
1-4
(16) Foto dokumentasi adalah dokumen rekaman gambar hasil pekerjaan proyek
minimal tentang keadaan sekitar ruang manfaat jalan menggunakan
peralatan elektronik yang harus dibuat sebagai kelengkapan gambar
terlaksana.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
2-1
BAB 2 PENYIAPAN DAN PENGESAHAN
2.1 LEMBAR STANDAR
2.1.1 Lembar Standar Jalan digunakan untuk menggambarkan panjang
segmen jalan, terdiri dari:
a. Lembar untuk menggambarkan alinyemen horizontal dan vertikal
jalan.
b. Lembar untuk menggambarkan penampang melintang jalan.
c. Lembar untuk menggambarkan struktur perkerasan jalan.
2.1.2 Lembar Standar Jembatan untuk menggambarkan jembatan, terdiri
dari:
a. Lembar untuk menggambarkan situasi jembatan.
b. Lembar untuk menggambarkan potongan memanjang, potongan
melintang, tampak dan potongan atas jembatan.
c. Lembar untuk menggambarkan detail konstruksi jembatan.
2.1.3 Lembar Standar Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan,
digunakan untuk menggambarkan bangunan pelengkap lainnya dan
perlengkapan jalan.
2.2 PENYIAPAN
(1) Proyek pembangunan jalan, proyek peningkatan jalan, proyek
pembangunan jembatan dan proyek penggantian jembatan berkewajiban
membuat gambar terlaksana sesuai petunjuk yang ditetapkan.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
2-2
(2) Proyek-proyek yang dilaksanakan secara dikontrakkan, gambar terlaksana
disiapkan oleh penyedia jasa pelaksana menyatu dan menjadi bagian dari
dokumen kontrak pelaksanaan proyek yang bersangkutan, meliputi tenaga,
peralatan, bahan, data dan biaya.
2.3 PELAKSANAAN
(1) Pengukuran otentik bangunan hasil pekerjaan dilakukan secara bersama
penyedia jasa pelaksana, penyedia jasa pengawas dan pengawas lapangan
Bina Marga.
(2) Hasil pengukuran bersama ditanda tangani oleh ketiga unsur petugas
lapangan diatas kertas Laporan Lembar Standar berdasarkan ukuran
otentik bangunan hasil pekerjaan.
(3) Draf gambar terlaksana harus sudah siap bersamaan dengan penyiapan
laporan penyerahan proyek sementara
(4) Gambar terlaksana harus sudah siap pada waktu penyampaian laporan
penyerahan proyek sementara, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
sebelum penyampaian laporan penyerahan proyek selesai.
2.4 PENGESAHAN
(1) Gambar terlaksana dibuat berdasarkan hasil pengukuran atas otentik
bangunan hasil pekerjaan yang harus dilakukan oleh penyedia jasa
pelaksana, diperiksa oleh penyedia jasa pengawas dan ditanda tangani
bersama.
(2) Gambar terlaksana yang telah dibuat dan ditanda tangani penyedia jasa
pelaksana dan penyedia jasa pengawas harus diperiksa dan disahkan oleh
Pemimpin Proyek / Bagian Proyek yang bersangkutan (Kepala Satuan Kerja
/ Pejabat Pembuat Komitmen).
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-1
BAB 3 PERSYARATAN PELAKSANAAN
3.1 GAMBAR TERLAKSANA JALAN
3.1.1 Alinyemen Horizontal (Situasi)
3.1.1.(1) Data Gambar Yang Dicantumkan
a. Sumbu jalan; (Apabila terjadi perubahan / pergeseran
alinyemen horizontal, sumbu jalan lama tetap
digambarkan juga bersama sumbu jalan baru sebatas
yang dapat ditampung dalam kolom yang tersedia).
b. Ruang manfaat jalan (Rumaja).
c. Ruang milik jalan (Rumija).
d. Ruang pengawasan jalan (Ruwasja).
e. Garis ketinggian sampai batas ruang pengawasan jalan
dengan perbedaan ketinggian 1.00 meter.
f. Jari-jari lengkung pada tikungan jalan.
g. Jalan simpang sampai batas ruang pengawasan jalan.
h. Macam dan lokasi bangunan pelengkap yang dikerjakan
oleh proyek maupun yang telah ada sebelumnya.
i. Macam dan lokasi bangunan pengaman jalan yang
dikerjakan proyek sampai batas ruang pengawasan jalan
maupun yang telah ada sebelumnya.
j. Macam dan lokasi bangunan utilitas yang dikerjakan
proyek sampai batas ruang pengawasan jalan maupun
yang telah ada sebelumnya.
k. Macam dan lokasi rambu jalan (patok KM dan HM).
l. Lokasi rambu lalu lintas.
m. Lokasi lampu lalu lintas.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-2
n. Macam dan lokasi bangunan lain yang ada sampai batas
ruang pengawasan jalan.
o. Jarak horizontal nominal 100 meter (diukur mulai dari
patok KM terdekat dari awal proyek).
p. Arah utara magnetis.
3.1.1.(2) Skala
Gambar alinyemen horizontal dibuat dengan skala 1:1000.
3.1.1.(3) Lain-lain
a. Setiap lembar Standar memuat maksimum 750 meter
panjang segmen jalan.
b. Untuk ruang milik jalan agar disertakan keterangan
mengenai hak kepemilikan, asal-usul, harga, peta milik
serta copy sertifikat tanah.
c. Bila anggaran tidak memungkinkan untuk dilakukan
pengukuran khusus untuk garis ketinggian dan penentuan
jari-jari lengkung pada tikungan jalan, cukup diambil dari
gambar rencana. Dan apabila tidak ada dalam gambar
rencana, cukup dengan menuliskan medan di sekitar jalan
(seperti bukit, lembah, terjal, landai, dan sebagainya).
3.1.2 Alinyemen Vertikal (Potongan Memanjang)
3.1.2.(1) Data Gambar yang Dicantumkan
a. Ketinggian sumbu jalan, disertai besarnya prosentase
tanjakan atau penurunan.
b. Macam dan lokasi bangunan pelengkap jalan yang
dikerjakan proyek atau yang telah ada sebelumnya.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-3
3.1.2.(2) Skala
Gambar alinyemen vertikal dibuat dengan 2 (dua) skala:
a. Skala mendatar 1:1000
b. Skala Vertikal 1:100
3.1.2.(3) Lain-lain
a. Setiap Lembar Standar memuat maksimum 750 meter
panjang segmen jalan.
b. Ketinggian sumbu jalan diusahakan diukur terhadap muka
air laut. Apabila hal ini tidak dapat dilaksanakan,
ketinggian sumbu jalan dapat diukur terhadap suatu titik /
patok tetap dengan menunjukkan jenis, macam lokasi titik
/ patok yang dimaksud.
3.1.3 Penampang Melintang
3.1.3.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan
a. Bentuk penampang melintang dan besarnya prosentase
kemiringan melintang sampai pada batas ruang milik jalan
(Rumija).
b. Lokasi penampang melintang.
c. Sumbu jalan.
d. Bagian-bagian jalan dan ukurannya.
e. Bangunan pelengkap jalan yang tepat terletak pada irisan
tersebut.
f. Bangunan pengaman jalan yang tepat terletak pada irisan
tersebut.
g. Bangunan utilitas dan bangunan lainnya yang tepat
terletak pada irisan tersebut.
h. Batas ruang milik jalan.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-4
3.1.3.(2) Skala
Gambar penampang melintang dibuat dalam 2 (dua) skala:
a. Skala mendatar 1:100
b. Skala vertikal 1:50
3.1.3.(3) Lain-lain
a. Penampang melintang dibuat:
Setiap jarak 25 meter pada tikungan spiral circle spiral
(SCS); spiral spiral (SS).
Setiap jarak 50 meter pada tikungan tangent spiral
(TS).
Setiap jarak 100 meter pada jalan lurus dan datar.
Setiap jarak 50 meter pada jalan lurus dan naik / turun
dengan prosentase > 4%.
b. Pada gambar penampang melintang digambarkan
penampang jalan lama dan penampang jalan yang baru
dikerjakan proyek. Untuk pembangunan jalan baru agar
digambarkan muka tanah asli.
3.1.4 Struktur Perkerasan
3.1.4.(1) Data Gambar yang Dicantumkan
a. Jenis dan nilai CBR tanah dasar (bilamana ada datanya
dan dijelaskan di bagian mana nilai CBR tersebut
diperiksa).
b. Jenis dan tebal pondasi bawah.
c. Jenis dan tebal pelapisan-pelapisan tambahan lainnya
(pada perkerasan atau pelebaran jalan).
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-5
3.1.4.(2) Skala
Untuk menggambarkan struktur perkerasan tidak digunakan
skala, ukuran-ukurannya langsung dicantumkan pada
gambar.
3.1.4.(3) Lain-lain
a. Nilai CBR dibuat dalam bentuk daftar dengan diberi
keterangan lokasi pemeriksaan nilai CBR tersebut.
b. Gambar perkerasan dibuat berdasarkan tipe yang ada, dan
sebutkan lokasi tipe tersebut.
3.2 GAMBAR TERLAKSANA JEMBATAN
3.2.1 Situasi
3.2.1.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan:
a. Lokasi jembatan dan situasi daerah sekitarnya:
Untuk daerah yang dilintasi jembatan menjangkau
minimum sampai 100 meter di sebelah kiri dan kanan
dihitung dari sumbu jembatan. Bila yang dilintasi
berupa sungai harus digambarkan arah alirannya.
Untuk daerah sekitarnya disesuaikan dengan keadaan
lingkungan yang dipandang perlu, minimal jarak 100
meter dari ujung-ujung jembatan.
b. Lokasi, macam dan hasil penyelidikan tanah (bilamana
ada).
c. Lokasi dan macam titik ikat atau titik penting lainnya
(bilamana ada).
d. Lokasi dan macam bangunan utilitas, bangunan pengaman
dan bangunan lainnya, rambu lalu lintas, rambu jalan,
yang ada di sekitar jembatan.
e. Arah jalan ke kota atau tempat terdekat yang dikenal.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-6
f. Gambar sumbu jalan.
g. Gambar arah utara magnetis.
3.2.1.(2) Skala
Gambar situasi dibuat di antara skala:
a. Skala 1:500 atau
b. Skala 1:1000 disesuaikan dengan kebutuhan.
3.2.1.(3) Lain-lain
1. Pada gambar situasi digambarkan garis ketinggian.
Besarnya interval garis ketinggian yang dicantumkan
disesuaikan dengan besarnya skala yang digunakan.
2. Apabila di sekitar jembatan terdapat bangunan
pengaman, maka macam dan lokasi bangunan
pengaman harus pula digambarkan pada gambar situasi.
3. Istilah kiri dan kanan dipandang sebagai berjalan dari
arah patok kilometer kecil ke arah patok kilometer besar.
Apabila dalam gambar terlaksana jalan tidak ada garis
ketinggian, maka cukup dicatat keadaan medan di sekitar
jembatan (bukit, lembah, terjal, landai, dan sebagainya).
3.2.2 Penampang Memanjang
3.2.2.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan
a. Penampang memanjang jembatan dilihat dari sebelah kiri
atau kanan jembatan, meliputi antara lain:
Bangunan atas, lengkap disertai tipe, jenis dan ukuran-
ukurannya.
Bangunan bawah, lengkap disertai tipe, jenis dan
ukuran-ukurannya.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-7
Pondasi, lengkap disertai tipe, jenis dan ukuran-
ukurannya.
b. Ketinggian detail jembatan terhadap titik ikat tertentu
meliputi antara lain:
Tinggi jembatan diukur pada titik pusat lantai.
Tinggi taraf bangunan bawah sebelah kiri maupun
sebelah kanan.
Tinggi taraf landasan sebelah kiri maupun sebelah
kanan.
Tinggi / kedalaman bagian-bagian pokok bangunan
bawah.
Tinggi / kedalaman bagian-bagian pokok pondasi.
c. Untuk jembatan yang melintasi sungai harus digambarkan
penampang melintang sungai pada sumbu jembatan
termasuk ketinggian muka air terhadap titik ikat tertentu
meliputi:
Irisan sungai pada penampang tersebut.
Muka air rendah.
Muka air normal.
Muka air banjir tertinggi yang pernah terjadi.
d. Lokasi jembatan yang dinyatakan dengan jarak terhadap
suatu kota tertentu (ibukota propinsi) disertai arah jurusan
jalannya terhadap kota-kota terdekat yang dikenal.
e. Lokasi dan gambar hasil penyelidikan tanah yang
digunakan untuk mendisain jembatan dimaksud (bilamana
ada).
f. Gambar bangunan pengaman jembatan yang terletak
pada penampang tersebut (bilamana ada).
3.2.2.(2) Skala
Gambar penampang memanjang dibuat di antara skala:
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-8
a. Skala 1:100 atau
b. Skala 1:200 atau
c. Skala 1:500 disesuaikan dengan kebutuhan.
3.2.2.(3) Lain-lain
a. Diusahakan agar setiap lembar standar jembatan memuat
hanya 1 (satu) gambar penampang memanjang dari
jembatan tersebut.
b. Sebutkan macam, lokasi dan ketinggian titik ikat yang
digunakan sebagai dasar pengukuran.
c. Dalam penggambaran penampang memanjang agar
disebutkan gambar tersebut dipandang dari arah mana.
3.2.3 Penampang Melintang
3.2.3.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan
Penampang melintang jembatan pada masing-masing kepala
jembatan dan pilar, disertai keterangan mengenai tipe, jenis
dan ukuran-ukurannya.
3.2.3.(2) Skala
Gambar penampang melintang digambarkan di antara skala:
a. Skala 1:10 atau
b. Skala 1:50 atau
c. Skala 1:100 atau
d. Skala 1:200 disesuaikan dengan kebutuhan.
3.2.3.(3) Lain-lain
Pada setiap penampang melintang digambarkan penampang
melintang dari bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi,
disertai tipe, jenis dan ukurannya.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-9
3.2.4 Pandangan dan Potongan Atas
3.2.4.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan
a. Gambar pandangan dan potongan atas jembatan disertai
tipe, jenis dan ukuran-ukurannya.
b. Arah jalan ke kota terdekat yang dikenal.
3.2.4.(2) Skala
Gambar pandangan dan potongan atas digambarkan di antara
skala:
a. Skala 1:100 atau
b. Skala 1:200 atau
c. Skala 1:500 disesuaikan dengan kebutuhan.
3.2.4.(3) Lain-lain
Pandangan dan potongan atas yang digambarkan boleh
sebagian yang mewakili.
3.2.5 Gambar Detail Konstruksi
3.2.5.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan
a. Detail konstruksi bangunan atas.
b. Detail konstruksi bangunan bawah.
c. Detail konstruksi pondasi.
d. Detail bagian-bagian konstruksi.
3.2.5.(2) Skala
Gambar detail konstruksi digambarkan di antara skala:
a. Skala 1:5 atau
b. Skala 1:10 atau
c. Skala 1:20 disesuaikan dengan kebutuhan.
Untuk detail bagian-bagian konstruksi digambarkan tanpa
skala, diberikan keterangan ukurannya.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-10
3.2.5.(3) Lain-lain
Pada setiap gambar detail diberikan keterangan tentang detail
yang dimaksud, tipe, jenis bahan dan ukuran-ukurannya.
3.3 GAMBAR TERLAKSANA BANGUNAN PELENGKAP DAN
PERLENGKAPAN JALAN
3.3.1 Penampang Memanjang
3.3.1.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan
Penampang memanjang bangunan yang dimaksud disertai
keterangan mengenai tipe, jenis dan ukuran-ukurannya.
3.3.1.(2) Skala
Gambar penampang memanjang dibuat di antara skala:
a. Skala 1:100 atau
b. Skala 1:200 atau
c. Skala 1:500 disesuaikan dengan kebutuhan.
3.3.1.(3) Lain-lain
Dapat diberikan keterangan lainnya yang dipandang perlu.
3.3.2 Penampang Melintang
3.3.2.(1) Data / Gambar yang Dicantumkan
Penampang melintang bangunan yang dimaksud disertai
keterangan mengenai tipe, jenis dan ukurannya.
3.3.2.(2) Skala
Gambar penampang melintang dibuat di antara skala:
a. Skala 1:100 atau
b. Skala 1:200 atau
c. Skala 1:500 disesuaikan dengan kebutuhan.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-11
3.3.2.(3) Lain-lain
Penampang melintang dari suatu bangunan boleh dibuat lebih
dari satu, disesuaikan dengan kebutuhan.
3.4 FOTO DOKUMENTASI
3.4.1 Bahan, Ukuran dan Penyimpanan
a. Bahan foto dokumentasi dipergunakan kamera digital berwarna agar
dapat memberikan gambaran keadaan lapangan yang jelas.
b. Foto dokumentasi dibuat dalam ukuran kartu pos (6 x 9 cm) dengan
proses pencetakan yang baik, ditempel pada album foto.
c. Film negatif foto dokumentasi dipindahkan ke dalam CD (Compact
Disc) didistribusi ke semua instansi yang berkaitan dengan leger
jalan tersebut untuk disimpan dan dipelihara.
3.4.2 Jenis Foto Minimal Yang Harus Dibuat
3.4.2.(1) Foto Dokumentasi Jalan
a. Foto jalan pada setiap maksimal jarak 750 m (tiap segmen
jalan), diambil pada sumbu jalan dari arah patok kilometer
kecil ke arah patok kilometer besar.
b. Foto tersebut harus dapat memberikan gambaran minimal
tentang keadaan sekitar daerah manfaat jalan, dan
cakrawala serta apabila mungkin juga meliputi daerah
milik jalan.
c. Apabila dipandang perlu dapat dibuat foto-foto lainnya
yang memberikan gambaran kekhususan di daerah
tersebut (longsoran, terain, situasi daerah dsb).
d. Apabila mungkin agar diusahakan foto struktur perkerasan
jalan.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
3-12
e. Setiap lembar foto harus tertera tanggal, bulan dan tahun
pemotretan.
3.4.2.(2) Foto Dokumentasi Jembatan
a. Foto tampak samping jembatan diambil dari arah kiri dan
arah kanan jembatan yang memberikan gambaran
jembatan secara keseluruhan.
b. Foto tampak depan jembatan, diambil dari arah patok
kilometer kecil ke arah patok kilometer besar.
c. Foto yang diambil harus dapat memberikan gambaran
selengkap mungkin atas jembatan tersebut dan cakrawala.
3.4.2.(3) Foto Dokumentasi Bangunan Pelengkap Lainnya Dan
Bangunan Pengaman
Untuk gorong-gorong yang mempunyai diameter lebih
besar dari 1 meter diambil foto dari arah hulu dan arah
hilir.
Untuk bangunan pelengkap lainnya dan bangunan
pengaman diambil fotonya dari arah samping dan arah
depan bangunan dimaksud.
3.4.3 Keterangan Foto
a. Pada foto agar diberikan keterangan mengenai lokasi, jenis foto
yang dimaksud, tanggal/bulan/tahun pengambilan foto.
b. Apabila dipandang perlu dapat diberikan keterangan lainnya yang
dapat memperjelas maksud pengambilan foto tersebut.
c. Dianjurkan untuk juga membuat foto dokumentasi pada tempat atau
obyek yang sama pada saat sebelum, selama dan sesudah
pekerjaan dilaksanakan.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
4-1
BAB 4 DISTRIBUSI
4.1 UMUM
4.1.1 Satu paket gambar terlaksana jalan terdiri dari gambar terlaksana
hardcopy dan digital serta kelengkapan foto dokumentasi berwarna, film
negatif/compact disc, surat keterangan atau sertifikat tanah milik jalan
dikirim kepada semua pihak yang berkaitan dengan proyek yang
bersangkutan.
4.1.2 Gambar terlaksana yang dikirim (salinan) kepada semua pihak yang
berkaitan dengan proyek yang bersangkutan adalah hasil
penggandaan/copy menggunakan kertas ukuran A3, tidak mudah
memuai atau menyusut oleh pengaruh cuaca dan digitalnya.
4.1.3 Surat keterangan pelepasan hak tanah atau sertifikat tanah milik jalan
diperlukan untuk proyek-proyek yang mengalami pelebaran ruang milik
jalan, pemindahan sumbu/ruas jalan dan pembangunan jalan baru.
4.2 DISTRIBUSI
4.2.1 Jalan Nasional (Non Tol dan Tol)
a. Satu paket asli gambar terlaksana jalan nasional dikirim ke kantor
Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Marga.
b. Satu paket salinan/copy gambar terlaksana jalan nasional dikirim ke
kantor Balai Besar / Balai Pelaksanaan Jalan Nasional dimana jalan
tersebut berada.
c. Satu paket salinan/copy (digital) gambar terlaksana jalan nasional
dikirim ke Sub Direktorat Data dan Informasi, Direktorat Bina
Program.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
4-2
d. Satu paket salinan/copy gambar terlaksana jalan nasional disimpan
di kantor proyek yang bersangkutan.
4.2.2 Jalan Provinsi
a. Satu paket asli gambar terlaksana jalan provinsi dikirim ke kantor
penyelenggara leger jalan provinsi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
dimana ruas jalan tersebut berada.
b. Satu paket salinan/copy gambar terlaksana jalan provinsi disimpan di
kantor proyek yang bersangkutan.
4.2.3 Jalan Kabupaten/Kota
a. Satu paket asli gambar terlaksana jalan kabupaten/kota dikirim ke
kantor penyelenggara leger jalan Dinas Bina Marga Kabupaten/Kota
dimana jalan tersebut berada.
b. Satu paket salinan gambar terlaksana jalan kabupaten/kota disimpan
di kantor proyek yang bersangkutan.
4.2.4 Jalan Desa
a. Satu paket asli gambar terlaksana jalan desa dikirim ke kantor
penyelenggara leger jalan desa Dinas Bina Marga Kabupaten dimana
jalan tersebut berada.
b. Satu paket salinan gambar terlaksana jalan desa disimpan di kantor
proyek yang bersangkutan.
4.2.5 Jalan Khusus
a. Satu paket asli gambar terlaksana jalan khusus disimpan dan
dipelihara di kantor pemilik jalan khusus tersebut.
b. Satu paket salinan gambar terlaksana jalan khusus dikirim ke kantor
penyelenggara jalan kabupaten/kota dimana ruas jalan tersebut
berada.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
4-3
4.3 LAIN-LAIN
4.3.1 Sertifikat tanah asli atau Surat Bukti Pelepasan Hak Tanah untuk jalan
nasional dan jalan tol dikirim ke Bagian Hukum Sekretariat Direktorat
Jenderal Bina Marga.
4.3.2 Sertifikat tanah asli atau Surat Bukti Pelepasan Hak Tanah untuk jalan
provinsi, jalan kabupaten/kota, jalan desa dan jalan khusus diatur
menurut ketentuan yang berlaku di dalam wilayahnya masing-masing.
4.3.3 Lampiran contoh gambar terlaksana jalan yang dilampirkan dalam
bentuk buku Petunjuk ini adalah hasil penggandaan/copy dari asli ke
dalam ukuran kertas jenis HVS 80 gram ukuran A3.
Petunjuk Penyiapan Gambar Terlaksana Jalan
4-4
Tabel 4-1
Penyimpan dan Pemelihara Gambar Terlaksana
(As-Built Drawing) Jalan
No.INSTITUSI
PENYIMPAN DAN PEMELIHARA
GAMBAR TERLAKSANA (AS-BUILT DRAWING)
Jalan Nasional/
Tol
Jalan Propinsi
Jalan Kab/Kota
Jalan Desa
Jalan Khusus
1.SETDITJEN BINA MARGABagian Umum
- - - -
2.BBPJNBagian Tata Usaha
- - - -
3.BPJNSub Bagian Tata Usaha
- - - -
4.BIPRAN Subdit Data dan Informasi
Digital - - - -
5. Dinas PU / Praswil Propinsi - - - -
6. Dinas PU Bina Marga Kabupaten - -
7. Dinas PU Bina Marga Kota - - -
8. Penyelenggara Jalan Khusus - - - -
Keterangan:
= Lembar Asli
= Salinan / Penggandaan
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
i
KONSEP
PETUNJUK PENYIAPAN LAPORAN AKHIR PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA
BUKU 5
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
PENYIAPAN LAPORAN AKHIR PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN ... 1
1 MAKSUD DAN TUJUAN .................................................................................1
2 PENJELASAN PELAPORAN............................................................................1
2.1 Data Proyek ................................................................................................1
2.2 PETA LOKASI PROYEK .................................................................................2
2.3 PETA SITUASI PROYEK................................................................................2
2.4 PETA LOKASI SUMBER MATERIAL ................................................................2
2.5 PROFIL MEMANJANG PERKERASAN ..............................................................2
2.6 TIPIKAL PROFIL MELINTANG PERKERASAN ..................................................2
2.7 SKETSA LOKASI BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN JALAN ...........3
2.8 SKETSA LOKASI UTILITAS UMUM.................................................................3
3 PENJELASAN DATA LOKASI PEKERJAAN .....................................................4
3.1 Lahan Ruang Milik Jalan...............................................................................4
3.2 Perkerasan Berbutir .....................................................................................4
3.3 PERKERASAN SEMEN...................................................................................5
3.4 PERKERASAN ASPAL....................................................................................5
3.5 GORONG-GORONG......................................................................................6
3.6 SALURAN PERMANEN ..................................................................................6
3.7 PENUTUP LERENG.......................................................................................7
3.8 TEMBOK PENAHAN......................................................................................7
3.9 BRONJONG .................................................................................................8
3.10 RAMBU JALAN / LALU LINTAS ......................................................................8
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
iii
3.11 UTILITAS UMUM .........................................................................................8
DAFTAR LAMPIRAN
DATA PROYEK .................................................................................................... A-1PETA LOKASI PROYEK......................................................................................... A-3PETA SITUASI PROYEK ....................................................................................... A-4PETA LOKASI SUMBER MATERIAL........................................................................ A-5PROFIL MEMANJANG PERKERASAN...................................................................... A-6TIPIKAL PROFIL MELINTANG PERKERASAN.......................................................... A-7SKETSA LOKASI BANGUNAN PELENGKAP & PERLENGKAPAN JALAN....................... A-8SKETSA LOKASI UTILITAS UMUM ........................................................................ A-9
FORMULIR DATA LAHAN RUANG MILIK JALAN ..................................................... B-1FORMULIR DATA PERKERASAN BERBUTIR ........................................................... B-2FORMULIR DATA PERKERASAN BERBUTIR ........................................................... B-3FORMULIR DATA PERKERASAN ASPAL ................................................................. B-4FORMULIR DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG BULAT ...................................... B-5FORMULIR DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG PERSEGI ................................... B-6FORMULIR DATA PEKERJAAN SALURAN PERMANEN ............................................. B-7FORMULIR DATA PEKERJAAN PENUTUP LERENG (SLOPE PROTECTION) ................ B-8FORMULIR DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN (TIPE PASANGAN BATU)............ B-9FORMULIR DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN (TIPE BETON BERTULANG)........ B-10FORMULIR DATA PEKERJAAN BRONJONG ............................................................ B-11FORMULIR DATA RAMBU-RAMBU JALAN / LALU LINTAS ....................................... B-12FORMULIR DATA LOKASI UTILITAS UMUM........................................................... B-13FORMULIR DATA REKAMAN FOTO ....................................................................... B-14
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
1
PENYIAPAN LAPORAN AKHIR
PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN
1 MAKSUD DAN TUJUAN
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek / Pekerjaan Pemeliharaan Berkala
dibuat berdasarkan pengalaman bahwa tidak semua proyek atau pekerjaan
pemeliharaan berkala jalan menyiapkan Gambar Terlaksana Jalan (As-Built
Drawing). Dengan alasan tersebut, Pedoman Penyusunan Laporan Akhir Proyek /
Pekerjaan Pemeliharaan Berkala Jalan ini dibuat dengan maksud untuk dapat
dimanfaatkan oleh bagian proyek yang tidak menyiapkan Gambar Terlaksana
Jalan. Tujuannya agar data-data dari Laporan Akhir ini dapat digunakan untuk
pemutakhiran leger jalan, minimal seperti contoh-contoh yang termuat dalam
buku pedoman ini.
2 PENJELASAN PELAPORAN
2.1 Data Proyek
Data proyek terdiri dari 2 topik utama, yaitu
Data Proyek, mencatat semua data-data yang ada di dalam dokumen
kontrak, minimal seperti contoh terlampir.
Uraian Pekerjaan, menjelaskan secara garis besar keadaan proyek yang
diperlukan sebagai suatu gambaran awal dari aktivitas pekerjaan,
minimal seperti contoh terlampir.
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
2
2.2 PETA LOKASI PROYEK
Sketsa Peta Lokasi Proyek memberi gambaran dimana letak ruas jalan
dimaksud dalam suatu provinsi dengan menyisipkan peta Republik
Indonesia seperti contoh terlampir (lihat halaman A-3).
2.3 PETA SITUASI PROYEK
Sketsa Peta Situasi Proyek memberi gambaran trase ruas jalan dimaksud
yang dimulai dari titik pengenal awal ruas jalan dan titik pengenal akhir
ruas jalan melewati tempat-tempat penting seperti kota-kota dan patok titik
ikat leger jalan serta sub-sub ruas jalan yang ada tersambung dengan ruas
jalan dimaksud. Selanjutnya diberikan sisipan peta provinsi dimana ruas
jalan dimaksud berada (lihat halaman A-4).
2.4 PETA LOKASI SUMBER MATERIAL
Sketsa Peta Lokasi Sumber Material memberi petunjuk dimana letak lokasi-
lokasi material sumber daya alam yang mudah diperoleh untuk pekerjaan
pemeliharaan berkala ruas jalan dimaksud (lihat halaman A-5).
2.5 PROFIL MEMANJANG PERKERASAN
Sketsa Profil Memanjang Perkerasan Jalan memberi gambaran tentang
jenis-jenis konstruksi perkerasan dan lokasi dimana jenis perkerasan
tersebut diletakkan sebagai lapis pondasi maupun sebagai lapis beraspal /
penutup pada ruas jalan dimaksud (lihat halaman A-6).
2.6 TIPIKAL PROFIL MELINTANG PERKERASAN
Sketsa Tipikal Profil Melintang Perkerasan Jalan, penggambarannya harus
selaras dengan profil memanjang perkerasan secara detail menyebutkan
lokasi, tipe perkerasan dan lebar perkerasan sampai dengan lebar manfaat
jalan dari ruas jalan dimaksud (lihat halaman A-7).
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
3
2.7 SKETSA LOKASI BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPAN
JALAN
Sketsa Loaksi Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan dimaksud untuk
menggambarkan lokasi bangunan-bangunan dimaksud berada di lokasi ruas
jalan yang didata, mencakup sebagian atau keseluruhan bangunan seperti:
Lokasi jembatan
Lokasi gorong-gorong persegi beton bertulang
Lokasi gorong-gorong persegi pasangan batu
Lokasi saluran permanen beton bertulang
Lokasi saluran permanen pasangan batu
Lokasi bronjong
Lokasi penutup lereng
Lokasi tembok penahan
Lokasi patok leger jalan
Lokasi patok KM
Bangunan-bangunan tersebut digambarkan menurut legenda / simbol
bangunan yang dimaksud di tempat / lokasi bangunan tersebut berada,
pada sisi kiri atau kanan jalan.
2.8 SKETSA LOKASI UTILITAS UMUM
Sketsa Lokasi Utilitas Umum dimaksud untuk menggambarkan lokasi utilitas
umum dimaksud berada pada ruas jalan yang didata, mencakup
keseluruhan atau sebagian utilitas seperti:
Lokasi pipa air minum
Lokasi kabel listrik (rentangan)
Lokasi kabel listrik dalam tanah
Lokasi kabel telepon (rentangan)
Lokasi kabel telepon dalam tanah
Lokasi pipa minyak
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
4
Lokasi pipa gas
Lokasi hidran
Lokasi rumah kabel
Utilitas umum digambarkan menurut simbol / legenda gambar yang
diletakkan dari KM kecil ke KM besar di sepanjang ruas jalan yang didata.
3 PENJELASAN DATA LOKASI PEKERJAAN
3.1 Lahan Ruang Milik Jalan
Formulir lahan ruang milik jalan digunakan untuk mengetahui luas lahan
Ruang Milik Jalan (RUMIJA) yang didata pada ruas jalan dimaksud.
Formulir tersebut terdiri dari:
Kolom sketsa potongan melintang
Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar) untuk segmen yang memiliki
lebar yang sama
Kolom dimensi terpasang, mencakup panjang, lebar dan luas pada
segmen yang memiliki lebar yang sama.
Kolom keterangan.
3.2 Perkerasan Berbutir
Yang tergolong dalam Perkerasan Berbutir adalah Lapis Pondasi Agregat
kelas A, Lapis Pondasi Agregat Kelas B dan Lapis Pondasi jalan tanpa
penutup yaitu Lapis Pondasi Agregat Kelas C atau Lapis Macadam Basah
(Waterbound Macadam).
Formulir Perkerasan Berbutir terdiri dari:
Kolom sketsa potongan melintang perkerasan
Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
5
Kolom dimensi terpasang, mencakup tebal, lebar dan panjang lokasi
penghamparan.
Kolom keterangan
Beri simbol pada kotak yang tersedia untuk jenis Lapis Pondasi yang
digunakan dan apabila menggunakan Lapis Pondasi Tanpa Penutup, harus
dijelaskan pada kolom keterangan seperti Macadam Basah atau Lapis
Pondasi Agregat Kelas C.
3.3 PERKERASAN SEMEN
Yang tergolong Perkerasan Semen adalah lapis perkerasan yang
menggunakan material semen sebagai komponen utama atau berbasis
semen.
Formulir perkerasan semen terdiri dari:
Kolom sketsa potongan melintang perkerasan
Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)
Kolom dimensi terpasang, mencakup tebal, lebar dan panjang lokasi
penghamparan.
Kolom keterangan
Beri simbol pada kotak yang tersedia untuk jenis perkerasan semen yang
didata.
3.4 PERKERASAN ASPAL
Yang tergolong Perkerasan Aspal adalah Lapis Perkerasan yang
menggunakan material aspal sebagai komponen utama atau berbasis aspal,
baik untuk lapisan yang berfungsi sebagai pondasi atau sebagai lapis
penutup.
Formulir perkerasan aspal terdiri dari:
Kolom sketsa potongan melintang perkerasan
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
6
Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)
Kolom dimensi mencakup tebal, lebar dan panjang lokasi
penghamparan
Kolom keterangan
Berikan simbol pada kotak yang tersedia untuk jenis lapis perkerasan
aspal yang didata.
3.5 GORONG-GORONG
Pekerjaan gorong-gorong terdiri dari gorong-gorong bulat dan gorong-
gorong persegi.
Formulir gorong-gorong bulat terdiri dari kolom-kolom:
Kolom lokasi, mencatat KM gorong-gorong dimaksud berada
Kolom dimensi terpasang, yaitu diameter dan panjang
Kolom keterangan (lihat halaman B-5)
Sedang formulir gorong-gorong persegi terdiri dari:
Kolom lokasi (KM)
Kolom dimensi terpasang, yaitu tinggi, lebar dan panjang
Kolom keterangan (lihat halaman B-6)
3.6 SALURAN PERMANEN
Saluran Permanen adalah saluran samping yang menggunakan konstruksi
pasangan batu dan/atau beton bertulang dengan tipe-tipe yang berbeda
sebanyak 6 (enam) tipe (lihat halaman B-7).
Formulir Saluran Permanen terdiri dari:
Kolom sketsa tipe saluran permanen
Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar) segmen saluran
Kolom posisi, dimana saluran samping dipasang di sisi kiri / kanan
badan jalan
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
7
Kolom dimensi terpasang mencakup panjang, lebar dasar saluran,
lebar permukaan / atas saluran, tinggi saluran
Kolom keterangan
3.7 PENUTUP LERENG
Formulir Penutup Lereng (Slope Protection) terdiri dari:
Kolom sketsa penutup lereng
Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)
Kolom posisi dimana penutup lereng berada di sisi kiri / kanan badan
jalan
Kolom dimensi terpasang mencakup tinggi dan panjang lokasi penutup
lereng terpasang
Kolom keterangan
Bila tinggi penutup lereng bervariasi, maka diambil tinggi rata-rata yang
dianggap mewakili tinggi penutup lereng.
3.8 TEMBOK PENAHAN
Tembok penahan tanah terdiri dari pasangan batu (lihat halaman B-9) dan
beton bertulang (lihat halaman B-10).
Masing-masing formulir memiliki bentuk kolom yang sama terdiri dari:
Kolom sketsa tembok penahan
Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)
Kolom posisi dimana tembok penahan berada di sisi kiri / kanan badan
jalan
Kolom dimensi terpasang mencakup tinggi dan panjang tembok
penahan
Kolom keterangan
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
8
Bila tinggi tembok penahan bervariasi, maka diambil tinggi rata-rata yang
dianggap mewakili tinggi tembok penahan.
3.9 BRONJONG
Formulir Bronjong terdiri dari:
Kolom lokasi (KM kecil ke KM besar)
Kolom posisi dimana bronjong dipasang di sisi kiri / kanan badan jalan
Kolom dimensi terpasang mencakup tinggi, lebar dan panjang lokasi
bronjong
Kolom keterangan
Pada kolom keterangan dicatat kondisi lokasi seperti aliran sungai atau
kondisi lereng yang tidak stabil / labil dan mudah longsor.
3.10 RAMBU JALAN / LALU LINTAS
Formulir Rambu-Rambu Jalan dan lalu lintas terdiri dari:
Kolom sketsa tipe rambu
Kolom lokasi (KM) dimana rambu tersebut berada
Kolom posisi rambu dimaksud berada di sisi kiri / kanan jalan (dilihat
dari KM terkecil ke KM terbesar)
Kolom tipe rambu
Kolom jumlah rambu
Kolom keterangan
3.11 UTILITAS UMUM
Formulir utilitas umum terdiri dari:
Kolom jenis utilitas
Kolom lokasi utilitas
Kolom panjang lokasi penempatan utilitas
Kolom keterangan
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
A-1
DATA PROYEK
1. DATA PROYEK
Nomor Ruas Jalan :Nama Ruas Jalan :Panjang Ruas Jalan : ____ KmBantuan Badan Asing :Kode Proyek :Nomor DIP :Nilai Kontrak Asal :Nilai Kontrak Revisi :Undangan Tender :Pembukaan Penawaran :Pengumuman Pemenang :Penanda tanganan Kontrak :Nomor Kontrak :Surat Perintah Kerja :Dimulainya Pekerjaan :Waktu Kontrak Asal :- Periode Konstruksi :- Periode Pemeliharaan :Waktu Kontrak Revisi :- Periode Konstruksi :- Periode Pemeliharaan :Tanggal Penyelesaian :- Kontrak Asal :- Kontrak Revisi :Periode Konstruksi yang telah lewat :Kemajuan Pekerjaan ini sampai denganhari ini :Kemajuan Rencana (kumulatif) :
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
A-2
2. URAIAN PEKERJAAN
Ruas jalan ini dimulai dari KM ............ sampai dengan KM ............. dengan titik
pengenal awal ............... sampai dengan titik pengenal akhir............... Lebar
Jalur lalu lintas ................ meter dan lebar bahu kiri dan kanan masing-masing
bervariasi antara .............. meter sampai .............meter.
Ruas jalan ini, yang dikerjakan sebagai pemeliharaan berkala dimulai dari KM
.............sampai dengan KM ................ yang disebut sebagai panjang efektif
penanganan.
Konstruksi perkerasan terdiri dari lapis pondasi ............ dan lapis penutup
.............. serta bahu jalan (lunak) dari material ..........
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
A-3
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
A-4
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
A-5
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
A-6
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
A-7
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
A-8
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
A-9
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-1
DATA LAHAN RUANG MILIK JALAN(RUMIJA)
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-2
DATA PERKERASAN BERBUTIR
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-3
DATA PERKERASAN SEMEN
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-4
DATA PERKERASAN ASPAL
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-5
DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG BULAT
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-6
DATA PEKERJAAN GORONG-GORONG PERSEGI
Pedoman Penyusunan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-7
DATA PEKERJAAN SALURAN PERMANEN
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-8
DATA PEKERJAAN PENUTUP LERENG(SLOPE PROTECTION)
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-9
DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN(TIPE PASANGAN BATU)
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-10
DATA PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN(TIPE BETON BERTULANG)
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-11
DATA PEKERJAAN BRONJONG
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-12
DATA RAMBU-RAMBU JALAN / LALU LINTAS
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-13
DATA LOKASI UTILITAS UMUM
Petunjuk Penyiapan Laporan Akhir Proyek Pemeliharaan Berkala
B-14
REKAMAN FOTO