referat pemeriksaan luar pada jenazah forensik

30
DEFINISI 1. Pemeriksaan Luar Pemeriksaan luar adalah pemeriksaan jenazah dengan mengamati sangat hati – hati atas kelainan yang ditimbulkan oleh tindak kekerasan pada tubuh korban dan kemudian dicatat dan dibuat deskripsi secara sistematis dengan memggunakan titik – titik anatomis yang tetap pada tubuh korban.Khusus pada korban wanita tidak boleh digunakan puting susu sebagai titik anatomis, karena puting susu merupakan titik anatomis yang mobile ( tidak tetap ). Selain itu dianjurkan agar dapat menggunakan titik anatomis yang lebih dekat dengan luka atau jejas. Pemeriksaan forensik meliputi pemeriksaan dalam dan luar atas jenazah yang dimintakan oleh polisi penyidik yang menangani kasus sesuai dengan KUHAP Pasal 133 ayat 1 yang berbunyi “Dalam hal penyidik untuk kepentingan pengadilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,ia berwenang mengajukan permintaan keterangan kepada ahli Kedokteran Kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”.

Upload: anonymous-5gq4kxvv

Post on 24-Jan-2016

57 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

12356

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

DEFINISI

1. Pemeriksaan LuarPemeriksaan luar adalah pemeriksaan jenazah dengan mengamati sangat hati – hati atas kelainan yang ditimbulkan oleh tindak kekerasan pada tubuh korban dan kemudian dicatat dan dibuat deskripsi secara sistematis dengan memggunakan titik – titik anatomis yang tetap pada tubuh korban.Khusus pada korban wanita tidak boleh digunakan puting susu sebagai titik anatomis, karena puting susu merupakan titik anatomis yang mobile ( tidak tetap ). Selain itu dianjurkan agar dapat menggunakan titik anatomis yang lebih dekat dengan luka atau jejas. Pemeriksaan forensik meliputi pemeriksaan dalam dan luar atas jenazah yang dimintakan oleh polisi penyidik yang menangani kasus sesuai dengan KUHAP Pasal 133 ayat 1 yang berbunyi “Dalam hal penyidik untuk kepentingan pengadilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,ia berwenang mengajukan permintaan keterangan kepada ahli Kedokteran Kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”.

EPIDEMIOLOGIKasus luka – luka merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Agen penyebab luka tersebut bisa diakibatkan oleh akibat kekerasan tumpul dan akibat kekerasan tajam. Seiring dengan perkembangan kemajuan dunia danm bertambahnya jumlah penduduk, kasus – kasus perlukaan juga mengalami peningkatan. Kasus perlukaan ini akan berkaitan dengan angka kasus kematian yang terjadi yang bisa terjadi akibat kecelakaan, bunuh diri, dan juga akibat dari pembunuhan. Berdasarkan data dari mabes POLRI pada tahun 2006 menyebutkan bahwa kasus – kasus pembunuhan lima tahun terakhir malah mengalami penurunan. Pada tahun 2001 terdapat 2.163 kasus pembunuhan, tahun 2003 terdapat 1.635 kasus, dan pada tahun 2005 terdapat 1.461 kasus. Hal ini belum termasuk kasus pembunuhan dalam praktek aborsi yang menurut BKKBN setiap tahunnya ada sekitar 2 juta kasus aborsi yang terjadi di Indonesia. Angka ini jauh melebihi angka kematian yang terjadi dalam perang manapun dalam sejarah dunia. Berbeda dengan yang terjadi di Amerika Serikat, angka pembunuhan mencapai sekitar 25.000 kasus setiap tahunnya. Secara nasional, angka kematian yang disebabkan oleh

Page 2: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

kecelakaan terus meningkat. Rata – rata 30.000 orang tewas akibat kecelakaan dijalan raya per tahun atau 82 orang per hari. Diperinci lagi, rata – rata 2 orang tewas per jamnya akibat kecelakaan. Sebagian besar melibatkan pengendara sepeda motor yang memiliki resiko 20 kali lebih besar dari pengendara mobil. Tingginya angka kecelakaan transportasi darat di Indonesia bukanlah suatu hal baru, mengingat masih rendahnya kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas dijalan raya. Kasus – kasus bunuh diri juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. WHO melaporkan bahwa di Indonesia sejak 2005 – 2007 ada sekita 50. 000 kasus bunuh diri yang diperkirakan penyebabnya sebagian besar adalah himpitan ekonomi yang semakin berat dari tahun ketahun. Dari semua kasus tersebut, sebanyak 41% mengakhiri hidupnya dengan gantung diri dan 23% dengan meneguk racun serangga. Angka berbeda dari negara – negara lainnya seperti di Amerika Serikat dan Jepang terjadi sekitar 30.000 kasus bunuh diri setiap tahunnya dan China sekitar 250.000 kasus.

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN LUARIdentitas korbanIdentitas korban yang dimintakan visum termasuk dalam bagian pendahuluan dari Visum et Repertum.Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis didalam Visum et Repertum, melainkan langsung dituliskan berupa kalimat kalimat dibawah judul.Dokter tidak dibebani pemastian identitas korban, maka uraian identitas korban sesuai dengan uraian identitas yang ditulis dalam surat permintaan Visum et Repertum ( SPV ). Bila terdapat ketidak sesuaian identitas korban antara SPV dengan catatan medis atau pasien yang diperiksa, dokter dapat meminta penjelasan kepada penyidik.Pasal 133 KUHAP menyatakan bahwa pejabat peminta visum et repertum adalah penyidik. Selanjutnya, oleh karena visum et repertum dibuat dalam rangka pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia yang termasuk ke dalam pidana umum, maka penyidik yang dimaksud adalah penyidik POLRI (dan Polisi Militer).Penyidik Pegawai Negeri Sipil hanya mempunyai wewenang yang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing sebagaimana pasal 7 (2) KUHAP.

Page 3: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

PASAL 7 (2) KUHAP(1)      Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalam pasal 6 ayat (1) huruf a.Selanjutnya pasal 7 jo pasal 11 KUHAP menunjukkan bahwa penyidik pembantu juga mempunyai kewenangan meminta visum et repertum. Penyidik pembantu mempunyai kewenangan yang sama dengan kewenangan penyidik, kecuali dalam hal penahanan.PASAL 7 KUHAP(1)      Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang :(1)a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;(1)b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;(1)c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;(1)d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;(1)e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;(1)f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang;(1)g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;(1)h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;(1)i. Mengadakan penghentian penyidikan;(1)j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung-jawab.(2)      Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf b mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing, dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a.(3)      Dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku.

Page 4: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

PASAL 11 KUHAPPenyidik pembantu mempunyai wewenang seperti tersebut dalam pasal 7 ayat (1), kecuali mengenai penahanan yang wajib diberikan dengan pelimpahan wewenang dari penyidik.Selanjutnya, pengaturan tentang syarat kepangkatan menjadi penyidik dan penyidik pembantu diundangkan di dalam Peraturan Pemerintah N0 27 tahun 1983.PASAL 2 PP No 27 TAHUN 1983(2)     Penyidik adalah :(2)a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua polisi [1];b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (golongan II/b) atau yang disamakan dengan itu.PASAL 3 PP No 27 TAHUN 1983(2)     Penyidik pembantu adalah :(2)a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua [2] polisi;(2)b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a) atau yang disamakan dengan itu.Dalam praktek sehari-hari tidaklah mungkin dokter dapat mengetahui apakah pejabat yang menandatangani surat tersebut termasuk penyidik / penyidik pembantu ataukah bukan penyidik / bukan penyidik pembantu hanya dengan melihat kepangkatannya saja. Hal ini akibat adanya ketentuan bahwa hanya pejabat polisi RI tertentu yang diangkat sebagai penyidik atau penyidik pembantu, dengan syarat kepangkatan yang diatur dalam PP no 27 tahun 1983. Umumnya mereka yang dapat diangkat sebagai penyidik / penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian yang bekerja di bidang reserse dan penyidikan kecelakaan lalu-lintas. Selain itu pejabat kepolisian dengan jabatan struktural tertentu dapat mengakibatkannya menjadi penyidik.

PASAL 2 (2) PP No 27 TAHUN 1983(2) Dalam hal di suatu Sektor Kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan

Page 5: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik.Untuk memudahkan pengenalan keabsahan surat permintaan visum et repertum dari polisi, pembuatan surat permintaan visum et repertum oleh POLRI selalu dengan mengatasnamakan Kepala Kepolisian setempat, yang menurut PP no 27 tahun 1983 di atas adalah selalu penyidik. Dengan mengatasnamakan komandan pada surat permintaan visum et repertum maka yang bertanggung-jawab atas surat tersebut adalah pejabat atributifnya yaitu komandan (selaku penyidik), sedangkan pejabat yang menandatangani surat tersebut atau pejabat mandat hanya bertanggungjawab kepada atasan (pejabat atributif)nya saja.Dengan demikian dokter tidak perlu lagi melihat kepangkatan penandatangan surat tersebut. Dokter cukup meneliti keabsahan surat tersebut dari sudut kelengkapan administratif surat, yaitu adanya kepala-surat instansi penyidik tersebut; nomor surat; tanggal surat; identitas yang akan diperiksa; tempat dan waktu kejadian perkara atau ditemukannya; tanda-tangan, nama lengkap dan NRP petugas yang menandatangani, dan stempel jabatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pejabat yang dapat meminta visum et repertum atas seseorang korban tindak pidana kejahatan terhadap kesehatan dan nyawa manusia adalah penyidik dan penyidik pembantu polisi, baik POLRI maupun POM.Pengecualian diberikan kepada penyidik PNS, yaitu kejaksaan agung, pada kasus pelanggaran HAM berat, sebagaimana diatur dalam UU Peradilan HAM.Pasal 27 UU No 5 tahun 1991 tentang kejaksaan masih memberikan kemungkinan bagi penuntut umum untuk meminta keterangan ahli bila ia menganggap terdapat kekurangan dalam berkas yang diajukan penyidik. Ketarangan ahli yang dimaksud disini adalah keterangan ahli sebagaimana diuraikan dalam pasal 186 KUHAP.Sementara itu, oleh karena pembatasan jenis perkara dan sempitnya waktu yang dimiliki penuntut umum, apabila ia menganggap berkas tersebut kurang lengkap oleh karena tidak adanya visum et repertum, maka ia akan mengembalikan berkas tersebut kepada penyidik disertai permintaan agar penyidik melengkapi berkas dengan visum et repertum yang dimaksud.PENJELASAN PASAL 27 UU No 5 TAHUN 1991

Page 6: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

Huruf d : Untuk melengkapi berkas perkara, pemeriksaan tambahan dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :a.       tidak dilakukan terhadap tersangka.b.       hanya terhadap perkara-perkara yang sulit pembuktiannya, dan atau dapat meresahkan masyarakat, dan atau yang dapat membahayakan keselamatan negara.c.       harus dapat diselesaikan dalam waktu 14 hari setelah dilaksanakan ketentuan pasal 110 dan pasal 118 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.d.       prinsip koordinasi dan kerjasama dengan penyidik.Hakim dapat meminta keterangan ahli kepada dokter sebagaimana tercantum di dalam pasal 180 KUHAP jo pasal 186 KUHAP. Hakim juga dapat meminta visum et repertum (psikiatrik) sesuai dengan pasal 180 jo pasal 187 KUHAP.Permenkes No 1993 tahun 1970 pasal 15 ayat (3) dan (4) menyebutkan bahwa visum et repertum psikiatrik dibuat atas permintaan hakim ketua pengadilan, sedangkan bila diminta oleh polisi dan jaksa selama masa pemeriksaan sebelum pengadilan disebut Keterangan Dokter.Penasehat hukum tersangka tidak diberi kewenangan untuk meminta visum et repertum kepada dokter, demikian pula tidak boleh meminta salinan visum et repertum langsung dari dokter. Penasehat hukum tersangka dapat meminta salinan visum et repertum dari penyidik atau dari pengadilan pada masa menjelang persidangan.Contoh pembuatan identitas korban hidup : Saya yang bertanda tangan dibawah ini, ( nama dokter yang memeriksa ), dokter pada Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang menerangkan bahwa berdasarkan permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Resort Padang Timur Sektor Padang tertanggal 2 April 2009 no: 19/VER/IV/2009, maka pada tanggal delapan april dua ribu sembilan, pukul sebelas Waktu Indonesia Barat, bertempat di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang telah dilakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi 54321, yang menurut surat tersebut adalah :Nama : Fulan xxxxxUmur : 22 tahunJenis Kelamin : Laki – lakiBangsa : IndonesiaPekerjaan : Mahasiswa

Page 7: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

Alamat :Perum Baiti Janati A 9 Jln. Sirotol Mustaqim padang

Khusus untuk mayat ( korban mati ), prosedur permintaan visum telah diatur didalam pasal 133 dan 134 KUHAP, yaitu dimintakan secara tertulis, mayatnya harus diperlakukan dengan baik dengan penuh penghormatan, disebutkan dengan jelas pemeriksaan yang diminta, dan mayat diberi label yang memuat identitas yang dilak dan diberi cap jabatan dan dilekatkan kebagian tubuh mayat tersebut. Pemberian label pada mayat tersebut dimaksudkan selain untuk memberi identitas pada mayat juga untuk menegaskan bahwa mayat tersebut adalah barang bukti yang menjadi milik negara.Contoh pembuatan identitas korban mati :Berdasarkan, surat permintaan penyidik, nama : Mr.A, NRP : 01120099, pangkat : IPDA, jabatan : Kepala Kepolisian Sektor X, nomor surat : B/175/IV/2009/sek.x, tanggal surat : 8 april 2009, maka Tim Kedokteran Forensik dibawah pimpinan : dr.XXX,SpF, dibantu dokter muda forensik , beserta staf dari Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. M. Djamil Padang pada hari : Rabu , tanggal : 8 april 2009 mulai pukul 08.00 sampai pukul 09.00 melakukan pemeriksaan ( luar/dalam/identifikasi ) di ruang otopsi RSUP Dr. M. Djamil Padang, terhadap almarhum/almarhumah, Nama : Fulanah, Umur : 20 tahun, Jenis Kelamin : perempuan, Agama : Islam, Pekerjaan : IRT, Pendidikan : SMU, Status nikah : nikah, Alamat :........,Perkiraan kematian oleh polisi :.......

Hasil Pemeriksaan :1. LabelPada pemeriksaan luar harus dijelaskan label pada mayat terletak atau terikat pada bagian tubuh yang mana, terbuat dari apa, berwarna apa, ada atau tidak materai / cap, bertuliskan apa.Contoh pembuatan label : Label terikat pada : jempol kaki kanan korban, terbuat dari : kertas manila, berwarna : merah muda, dengan / tanpa materai, bertuliskan : No.456/I/SekDg.2. Tutup / bungkus mayat Dijelaskan dengan rinci apa yang digunakan untuk menutup/ membungkus mayat lapis demi lapis, bahannya apa, bertuliskan apa,

Page 8: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

ukurannya berapa, bila ditutup koran sebutkan koran apa, terbitan tanggal berapa, bila mayat diikat sebutkan diikat dengan apa, bila ditutup dengan kain sebutkan jenis kainnya, warnanya, corak/motifnya, merknya bila ada.Contoh deskripsi tutup mayat : Jenazah dibungkus kardus warna coklat, bertuliskan mesrania 2T super pertamina dengan ukuran 53x43x16 cm tertutup tanpa diplester. Bungkus dibuka tanpa alas kardus berupa koran Padang Ekspress, terbitan 14 november 2007, 4 lembar. Jenazah dibungkus plastik transparan, kedua ujungnya diikat tali rafia warna biru, plastik dibuka, jenazah dibungkus kain batik warna coklat tua dan coklat muda, motif bunga – bunga.3. Perhiasan mayat : Dijelaskan jenis perhiasan, jumlahnya, dari bahan apa, bentuknya, warnanya, bila bermata jelaskan.Contoh deskripsi perhiasan : Jenazah memakai sepasang anting berbahan logam berwarna kuning keemasan berbentuk bunga bermata batu berwarna putih.4. Pakaian Mayat. Dijelaskan secara lengkap, jenis pakaian, merk, warna dasar, corak dan warnanya, tulisan, saku – saku dijelaskan jumlahnya, letaknya, isi saku dirinci satu persatu.Selain itu juga dicatat apabila terdapat robekan, robekan ini diukur dari tepi jahitan atas dan samping, tepi sobek bagaimana. Kancing hilang atau adanya tanda – tanda kerusakan pada pakaian karena usaha perlawanan. Bercak pada pakaian berupa darah, cairan sperma, minyak, racun, bekas muntah, faeces, dll harus disimpan untuk dianalisa. Pakaian yang basah diletakkan ditempat terbuka agar mengering. Pada kasus – kasus yang diduga pembunuhan pakaian tidak boleh disobek, tapi dilepas satu persatu, tetapi pada kasus kecelakaan lalu lintas baju boleh disobek.

Contoh deskripsi pakaian : Jenazah memakai kaos ketat lengan pendek merk Adidas, warna merah jambu, motif bunga – bunga mawar warna merah pada bagian depan, dan celana jeans selutut warna biru pudar, tanpa merk bertuliskan “girls” warna merah tua pada bagian depan, bersaku dua pada bagian belakang, saku berisi hand phone merk NOKIA tipa 3200 warna merah,

Page 9: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

pada baju jenazah terdapat bercak darah pada bagian bahu dan dada..5. Benda samping mayat : Dijelaskan secar rinci benda apapun yang terdapat didekat mayat pada waktu mayat ditemukan atau diantar oleh pihak yang berwajib.Contoh deskripsi benda samping mayat : Disamping mayat terdapat kantong plastik berwarna hitam berisi pasir.6. Kaku mayat dan Lebam mayat :Kaku mayat ( rigor mortis ) Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Tingkat kaku mayat ( rigor mortis ) dinilai dengan memfleksikan lengan dan kaki untuk mengetes tahanan. Kaku mayat mulai tampak kira – kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh ( otot – otot kecil )kearah dalam ( sentripetal ). Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kranio kaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selam 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat, otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot. Faktor – faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot- otot kecil dan suhu lingkungan yang tinggi. Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat kematian. Terdapat beberapa kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat;         Cadaveric Spasme ( Instantaneous rigor )Adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap. Cadaveric Spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan itensitas yang sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP

Page 10: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Cadaveric Spasme ini jarang dijumpai, tetapi sering terjadi pada masa perang.Kepentingan mediko legalnya adalah menunjukkan sikap terakhir masa hidupnya misalnya, tangan yang menggenggam erat banda yang diraihnya pada kasus mati akibat tenggelam, tangan yang menggenggam senjata pada kasus bunuh diri.         Heat StiffeningYaitu kekauan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas. Otot – otot berwarna merah muda, kaku tetapi rapuh ( mudah robek ). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban meti terbakar. Pada heat stiffening serabut – serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha, lutut, membentuk sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian.         Cold StiffeningYaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi.Lebam mayat ( livor mortis ) Setelah kematian klinis, maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi ( gravitasi ), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu ( livide ) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Dara tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit paska mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8 – 12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang ( memucat pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup air sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat ditempat terendah yang baru. Kadang – kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh tertimbunnya sel – sel darah dalam jumlah yang cukup banyak,

Page 11: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot – ototdinding pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan tersebut. Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian, memperkirakan sebab kematian, misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat, mengetahui perubahan posisi pada mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam mayat yang menetap; dan memeperkirakan sebab kematian. Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru didaerah dada dan perut. Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan, menunjukkan saat kematian kurang dari 8 – 12 jam sebelum saat pemeriksaan. Mengingat pada lebam mayat darah terdapat didalam pembuluh darah, maka keadaan ini digunakan untuk membedakan dengan resapan darah akibat trauma ( ekstravasasi ). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.7. Identifikasi umum jenazah : Setelah identifikasi dan pengeluaran beberapa pakaian, ras dan seks dilaporkan. Umur secar nyata dinilai pada anak – anak dengan ukuran dan pada dewasa dengan perubahan pada kulit dan mata, seperti kehilangan elastisitas kulit, hiperkeratosis senilis, bintik Campbell de Morgan, purpura senilis dan arkus senilis. Warna rambut, kehilangan gigi dan perubahan arthritik juga merupakan tanda yang jelas dari penuaan. Umur yang jelas harus dibandingkan dengan umur yang diperkirakan dan penyelidikan dibuat tentang ketidak sesuaian yang nyata, hal ini dapat ditemui pada kematian masal dimana terdapat mayat yang tertukar. Panjang tubuh diukur dari tumit sampai puncak kepala. Pada bayi juga diukur lingkar kepala, Ø fronto occipitale, Ø Mento Occipitale, dan lingkkar dada. Panjang tubuh harus diukur karena panjang post mortem mungkin berbeda beberapa cm dari tinggi yang diketahui semasa hidup. Ada beberapa variasi penyebab yang berlawanan, yang tidak perlu dibtalkan satu swama lain. Contohnya, kelemahan otot memerlukan sendi yang relaks, kecuali bila kaku sudah ada, tetapi diskus intervertebralis

Page 12: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

tampak menyusut, sehingga mengalami pemendekan. Berat badan dalam kilogram diukur bila tersedia fasilitas, jika tidak ada sebaiknya ditaksir. Berat badan bayi harus selalu diukur. Bentuk badan dan status gizi harus dinilai pada obesitas, kurus, dehidrasi, udema, pengurusan, dsb Keadaan kebersihan, hygiene, panjang rambut dan jenggot, keadaan jari kaki dan tangan, urin dan feses dicatat. Beberapa infestasi parasit seperti kuku atau tuma, pada laki – laki dilihat apakah zakar disunat atau tidak. Warna kulit secara umum dicatat, terutama hipostasis. Cari kongesti atau sianosis dari wajah, tangan dan kaki. Perubahan warna yang terlokalisasi khususnya anggota badan unilateral, merngarah pada emboli arteri atau gangren yang baru mulai. Cetakan merah atau merah kecoklatan diatas sendi – sendi besar mengindikasikan hipotermia. Warna abnormal yang lain termasuk warna coklat dari methemoglobinemia pada beberapa keracunan, bintik perunggu dari clostridial septicaemia dan merah gelap dari sianida mirip dengan warna cherry pink dari carboxyhemoglobin. Pigmentasi ras secara alami akan bermodifikasi dengan warna kulit abnormal yang dapat dilihat.8. Identifikasi khusus : Kelainan kongenital dari beberapa tipe dilaporkan dari talipes equinovarus sampai spina bifida, dari nevus sampai kaki tambahan. Tanda luar bawaan mungkin penting untuk maksud identifikasi atau dalam hubungannya dengan luka lama dan penyakit. Tattoo, sirkumsisi, amputasi, luka bekas operasi, deformitas fraktur lama dan bekas luka, luka bakar atau percobaan bunuh diri pada pergelangan tangan dan kerongkongan dicatat. Sebagai tambahan, artefak baik yang diluar maupun didalam tubuh, muncul dari percobaan resusitasi dan harus dibedakan dengan hati – hati dari trauma yang sebenarnya.

9. Rambut :Dijelaskan secara rinci seluruh keadaan rambut. Yang dimaksud rambut disini mencakup seluruh rambut yang terdapat pada bagian kepala, yakni meliputi rambut kepala, alis mata, bulu mata, kumis, dan jenggot. Rambut dijelaskan warnanya, jenisnya, tumbuhnya, panjangnya,

Page 13: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

sukar dicabut atau tidak. Termasuk disini keadaan bagian yang tertutup rambut, apakah tampak pengelupasan atau tidak, pada bayi dijelaskan keadaan ubun – ubun, apakah masih terbuka, terdapat luka atau hematom, warnanya, dan konsistensinya lunak atau tidak.10. Mata : Mata harus diperiksa dengan cermat, terutama untuk mendeteksi petekie pada sisi luar dari kelopak mata, konjungtiva dan sklera. Petekie juga dicari dibelakang telinga dan pada kulit dari wajah, terutama sekeliling mulut, dagu dan dahi. Disamping itu sangat penting untuk dilihat apakah mata mayat dalam keadaan tertutup atau terbuka, dilihat keadaan kekeruhanselaput bening mata ( kornea ) dan lensa, Ø teleng mata ( pupil ), warna tirai mata ( iris ) termasuk kemungkinan pemakaian lensa kontak, selaput bola mata ( konjungtiva bulbi ), selaput kelopak mata ( konjungtiva palpebra ) dan kemungkinan mata palsu.11. Hidung, Telinga, dan Mulut :Hidung Dianalisa dengan teliti bentuk hidung, ada kelainan anatomis atau kelainan akibat trauma, warna, cairan yang keluar, dan adanya krepitasiTelinga Dilihat bentuk telinga, apakah ada kelainan atau tidak dan apakah telinga masih utuh atau tidak.Mulut Mulut mungkin terdapat benda asing, obat – obatan, gigi yang rusak, gusi dan bibir yang luka ( terutama frenulum yang ruptur pada kekerasan terhadap anak – anak), dan lidah yang tergigit pada epilepsi atau pukulan pada rahang ataupun karena menahan sakit sesaat sebelum kematian. Gigi palsu sebaiknya diidentifikasi dan dipindahkan sebelum otopsi. Isi lambung dan mulut mungkin tidak mengidentifikasikan regurgitasi ante mortem, tetapi sebaiknya dicatat. Bubuk kering pada bibir mungkin bisa didapat obat – obatan atau racun; korosi dari mulut, bibir dan dagu mungkin dapat dilihat pada racun yang mengiritasi. Perdarahan dari mulut, lubang hidung atau telinga harus dicatat, dan kemudian diteliti sebagai sumber dari pemeriksaan dalam.12. Gigi geligi : Pemeriksaan gigi geligi ini apabila dilakukan secara terperinci dapat melibatkan pemeriksaan yang rumit, mulai dari pemeriksaan yang sederhana sampai pemeriksaan yang modern. Pemeriksaan ini meliputi

Page 14: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

pencatatan data gigi ( odontogram ) dan rahang yang dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manua, sinar X, dan pencetakan gigi serta rahang. Odontogram memaut data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan, protesa gigi dan sebagainya. Seperti halnya dengan sidik jari, maka setiap individu memiliki susunan gigi yang khas. Dengan demikian dapat dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data pembanding ante mortem. Pada tempat – tempat dimana tidak tersedia pemeriksaan gigi geligi yang canggih, pemeriksaan manual harus dipertajam, periksa gigi geligi dengan meraba dan menhitung gigi satu persatu dengan tangan, dilihat apakah gigi masih utuh atau sudah ada yang hilang, apabila sudah ada yang hilang sebutkan bagian gigi mana yang hilang dan digambarkan pada skema gigi geligi, juga dilihat apakah gigi yang hilang tersebut secara alamiah atau akibat trauma, dan apabila memungkinkan dilihat juga apakah gigi korban ada tambalan atau bentuk – bentuk perawatan lainnya.13. Rongga – rongga tubuh : Muntahan, busa, atau darah mungkin terdapat pada mulut atau lubang hidung, dan feses serta urin tidak terdapat lagi. Ini harus dihubungkan dengan tingkat dekomposisi post – mortem, yang sering mengarah pada pembersihan cairan dari orifisium; kebanyakan ahli patologi forensik mempinyai pengalaman sehingga dipanggil oleh polisi untuk melihat perdarahan yang fatal, hanya untuk menemukan cairan seperti darah untuk dibersihkan oleh gas dari mayat yang membusuk. Sekret vagina atau perdarahan dicatat dan pemeriksaan telinga untuk kebocoran darah atau cairan otak. Ejakulasi semen post mortem dari meatus eksterna tidak ada artinya dan dapat dilihat pada tiap tipe kematian serta tidak berhubungan dengan aktifitas seksual segera sebelum mati dan terutama tidak dihubungkan dengan kematian akibat asfiksia. Genitalia eksterna memerlukan pemeriksaan yang cermat, seperti pada anus. Patulous anus sering terlihat pada post – mortem, mengarah pada kelemahan sfingter. Mukosa dalam sering tampak melalui orifisium. Ini juga pada kasus bayi dan anak – anak, diagnosis dari kejahatan seksual tidak harus diambil tanpa bukti jelas yang lain seperti sediaan apus mukosa atau swab yang positif untuk semen. Pemeriksaan rutin

Page 15: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

pada genitalia pria biasanya hanya menyampaikan inspeksi umum dari penis, glans dan skrotum, dengan palpsi dari testis.14. Luka – luka :Pengukuran jarak luka dengan titik – titik anatomis dibuat secara proyeksi, untuk kekerasan tumpul pada badan dan kepala dua ordinat. Satu dari garis pertengahan depan ( GPD ) / garis pertengahan belakang ( GPB ) dan lainnya dari titik anatomis terdekat.Pada kasus pembunuhan biasanya akibat kekerasan tajam, dibuat tiga koordinat dimana satu lagi diukur dari tumit, sedangkan pada luka anggota gerak atas / bawah hanya dibuat satu koordinat.Contoh Pelaporan Koordinat tubuh manusia / deskripsi luka1.       Akibat kekerasan tumpul :         Pada dada kiri 6 cm dari GPD, 3 cm diatas puting susu terdapat luka lecet tekan seluas 3 x4 cm dikelilingi luka memar seluas 8 x 7 cm.         Pada lengan atas kiri bagian depan 4 cm diatas lipat siku ditemukan luka terbuka pinggir tidak rata, sudut tumpul, terdapat jembatan jaringan dengan luas 5x 2 cm.         Pada dahi kiri 6 cm dari GPD, 2 cm diatas sudut mata luar ditemukan luka memar seluas 4 x 6 cm.2.       Akibat kekerasan tajam :         Pada lengan bawah kiri bagian depan, 7 cm diatas pergelangan tangan ditemukan luka terbuka sudut lancip, pinggir rata, jika dirapatkan membentuk garis lurus sepanjang 4 cm, yang membentuk sudut 30 derajat dengan garis mendatar.         Pada dada kiri 5 cm dari GPD, 2 cm dibawah puting susu, 145 cm diatas tumit, ditemukan luka terbuka, pinggir rata, sudut lancip, jika dirapatkan membentuk garis lurus sepanjang 3 cm, sejajar dengan garis mendatar. TITIK ANATOMIS            Titik antomis yang dapat dipakai untuk menentukan koordinat pada tubuh manusia :Garis pertengahan depan ( GPD )1 Batas rambut2 Sudut mata3 Sudut bibir4 Puncak bahu

Page 16: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

5 Puting susu6 Pusar7 Taju tulang usus depan8 Lipat ketiak depan9 Lipat siku / siku10 Pergelangan tangan11 Lutut / lipat lutut12 Pergelangan kaki13 Garis pertengahan belakang ( GPB )14 Batas rambut15 Lipat bokong16 Lipat lutut17 Mata kaki

15. Fraktur : Diperiksa secara teliti apakah terdapat fraktur pada mayat akibat trauma. Fraktur disini bisa terbuka atau tertutup, pada fraktur tertutup bagian tulang yang dicurigai fraktur harus diraba untuk menentukan adanya krepitasi, termasuk disini juga diperiksa apakah juga terdapat dislokasi.

REFERENSI

1.       Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.2.      Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:

Page 17: Referat Pemeriksaan Luar Pada Jenazah Forensik

Forensik FKUI.3.      Sampurna B, Syamsu Z.Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Penegakan Hukum; sebuah pengantar.Jakarta: Forensik FKUI.4.       Di Maio D,Di Maio VJM. Forensic Pathology, New York.5.       Hamzah A, KUHP. Cetakan kesembilan, PT Rineka Cipta, Jakarta.6.       Knight B, Forensic Pathology,Second Edition.New York.Oxford University.7.       Gani, MH Tanatologi dalam Ilmu Kedokteran Forensik, FK UNAND Padang 20078.       Data Kriminal Mabes Polri tahun 2000 – 20059.       FK Unair 99. Visum et Repertum dalam www.wikipedia.com