refrat forensik menentukan usia jenazah

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, kita banyak dikejutkan oleh terjadinya bencana masal yang menyebabkan kematian banyak orang. Selain itu kasus kejahatan yang memakan banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari waktu ke waktu. Pada kasus-kasus seperti ini tidak jarang kita jumpai korban jiwa yang sudah tidak dapat dikenali sehingga perlu diidentifikasi. Forensik odontologi adalah salah satu metode penentuan identitas individu yang telah dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar. Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi adalah sebagai berikut, pertama karena gigi bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali 1

Upload: guntur-ika

Post on 20-Jan-2016

591 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangDalam beberapa tahun terakhir, kita banyak dikejutkan oleh terjadinya

bencana masal yang menyebabkan kematian banyak orang. Selain itu kasus

kejahatan yang memakan banyak korban jiwa juga cenderung tidak berkurang dari

waktu ke waktu. Pada kasus-kasus seperti ini tidak jarang kita jumpai korban jiwa

yang sudah tidak dapat dikenali sehingga perlu diidentifikasi.

Forensik odontologi adalah salah satu metode penentuan identitas individu

yang telah dikenal sejak era sebelum masehi. Kehandalan teknik identifikasi ini

bukan saja disebabkan karena ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris

menyamai ketepatan teknik sidik jari, akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi

dan tulang adalah material biologis yang paling tahan terhadap perubahan

lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan sarana identifikasi yang dapat

dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar. Beberapa alasan

dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi adalah

sebagai berikut, pertama karena gigi bagian terkeras dari tubuh manusia yang

komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar terdiri atas

bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang

terlindungi. Kedua, manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan

masing-masing mempunyai lima permukaan.

Identifikasi korban meninggal masal melalui gigi-geligi mempunyai

kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang. Pada kasus Bom

Bali I, dimana korban yang teridentifikasi berdasarkan gigi-geligi mencapai 56%,

korban kecelakaan lalu lintas di Situbondo mencapai 60%, dan korban jatuhnya

Pesawat Garuda di Yogyakarta mencapai 66,7%.

Identifikasi korban pada kasus-kasus ini diperlukan karena status kematian

korban memiliki dampak yang cukup besar pada berbagai aspek yang

ditinggalkan. Identifikasi tersebut merupakan perwujudan HAM dan merupakan

penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal. Selain itu juga merupakan

1

Page 2: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

menentukan apakah seseorang tersebut secara hukum sudah meninggal atau masih

hidup.

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara geografis terletak pada

wilayah yang rawan terhadap bencana alam baik yang berupa tanah longsor,

gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, banjir dan lain-lain, yang dapat

memakan banyak korban, dan salah satu cara mengidentifikasi korban adalah

dengan metode forensik odontologi. Oleh karena itu forensik odontologi sangat

penting dipahami peranannya dalam menangani korban bencana massal.

Saat ini identifikasi positif yang paling baik adalah berdasarkan pada

pemeriksaan gigi dan sidik jari, kedua cara ini merupakan prosedur yang

fundamental di dalam investigasi medikolegal kematian.

Prosedur identifikasi gigi merupakan metode positif untuk membuat

identifikasi. Prosedur ini merupakan metode yang dapat dipilih ketika metode

yang biasa dilakukan untuk identifikasi tidakdapat dilakukan.

Di dalam rongga mulut seorang dewasa normal terdiri atas 32 buah gigi.

Kemungkinan adanya dua individu yang memiliki gigi yang ditambal pada tempat

yang sama dengan materi tambalan yang sama dan adanya gigi yang tanggal

digantikan dengan gigi palsu dari bahan yang sama adalah 1 : 1.000.000.000.

1.2. TujuanTujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui penentuan usia

berdasarkan susunan gigi pada jenazah dengan Metode Dermijian dan Metode Schour Dan Massler.

1.3. Manfaat

Melalui referat ini diharapkan dapat membantu teman-teman sejawat Dokter

Muda dan untuk menambah pengetahuan tentang beberapa metode penentuan usia

berdasarkan gigi pada jenazah, sehingga didapatkan hasil yang bernilai positif.

2

Page 3: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bagian Gigi

2.1.1 Dilihat Secara Makroskopis (Menurut Letak Dari Email Dan

Sementum)

1. Mahkota/korona ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan

enamel/email dan normal terletak di luar jaringan gusi/gingiva.

2. Akar/radix ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan

ditopang oleh tulang alveolar dan mandibula.

• Akar tunggal: dengan satu apeks

• Akar ganda: dengan bifurkasi, ialah tempat dimana 2 akar bertemu

dan trifurkasi ialah tempat dimana 3 akar bertemu.

3. Garis servikal/semento-enamel junction ialah batas antara

jaringan sementum dan email, yang merupakan pertemuan antara

mahkota dan akar gigi.

4. Garis servikal ialah titik yang terujung dari suatu benda yang runcing

atau yang berbentuk kerucut seperti akar gigi.

5. Tepi insisal (insisal edge) ialah suatu tonjolan kecil dan panjang pada

bagian korona dari gigi insisivus yang merupakan sebagian dari

permukaan insisivus dan yang digunakan untuk memotong/mengiris

makanan.

6. Tonjolan/cusp ialah tonjolan pada bagian korona gigi kaninus dan

gigi posterior, yang merupakan sebagian dari permukaan oklusal.

3

Page 4: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

Gambar 1.1. Bagian-Bagian Utama dari Gigi Manusia

Gambar 1.2. Topografi Gigi Manusia

2.1.2. Dilihat Secara Mikroskopis

1. Jaringan keras ialah jaringan yang mengandung bahan kapur, terdiri

dari, jaringan email/enamel, jaringan dentin/tulang gigi dan jaringan

sementum.

Email dan sementum ialah bagian/bentuk luar yang melindungi dentin.

Dentin merupakan bentuk pokok dari gigi, pada satu pihak diliputi oleh

jaringan email (korona) dan pada pihak lain diliputi oleh jaringan sementum

4

Page 5: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

(akar), merupakan bagian terbesar dari gigi dan merupakan dinding yang

membatasi dan melindungi rongga yang berisi jaringan pulpa.

2. Jaringan lunak, yaitu jaringan pulpa. Ialah jaringan yang terdapat dalam

ronga pulpa sampai foramen apikal, umumnya mengandung; bahan dasar

(ground substance), bahan perekat, sel saraf yang peka sekali terhadap

rangsangan mekanis, termis dan kimia, jaringan limfe (cairan getah

bening), jaringan ikat dan pembuluh darah arteri dan vena.

3. Rongga pulpa, terdiri dari :

• Tanduk pulpa/pulp horn yaitu ujung ruang pulpa.

• Ruang pulpa/pulp chamber yaitu ruang pulpa di korona gigi.

• Saluran pulpa/pulp canal yaitu saluran di akar gigi, kadang-kadang

bercabang dan ada saluran tambahan.

• Foramen apikal yaitu lubang di apeks gigi, tempat masuknya jaringan

pulpa.

2.2. Komposisi Gigi

Email berasal dari jaringan ektoderm yang merupakan bagian luar dari

mahkota gigi dan merupakan jaringan paling keras pada tubuh manusia.

Email yang matur tersusun atas garam mineral anorganik (96%) terutama

kalsium dan fosfor dengan sedikit zat organik dan air (4%). Email

mempunyai fimgsi spesifik yaitu membentuk struktur luar yang resisten pada

mahkota gigi sehingga gigi tahan terhadap tekanan dan abrasi mastikasi

namun Email tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-

bagian yang rusak, oleh karena itu begitu gigi erupsi maka terlepaslah ia dari

jaringan-jaringan lainnya yang ada di dalam gusi/rahang.

Bagian dalam struktur gigi tersusun atas dentin yaitu suatu bahan yang

sedikit lebih keras dari tulang tetapi lebih lunak dari enamel. Pembentukan

dentin dikenal sebagai dentinogenesis. Dentin terdiri dari 70% bahan

anorganik terutama fosfor dan kalsium, dan sisanya 30% bahan organik dan

air. Kadar mineral yang rendah pada dentin menyebabkan dentin lebih

5

Page 6: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

radiolusen pada X-Foto gigi dibanding enamel. Jika barier enamel hancur,

komposisi bahan organik pada dentin yang relatif tinggi menyebabkan

cepatnya penetrasi dan penyebaran karies. Di dalam dentin terdapat

pembuluh-pembuluh yang sangat halus, yang berjalan mulai dari batas

rongga pulpa sampai ke batas email dan semen. Pembuluh-pembuluh ini

mengandung serabut yang merupakan kelanjutan dari sel-sel odontoblast

yang terdapat pada perbatasan rongga pulpa. Sel-sel ini berguna untuk

melanjutkan rangsangan-rangsangan yang terdapat dalam dentin ke sel-sel

saraf. Bila ada rangsangan termis (panas/dingin), khemis (asam/manis) dan

mekanis/traumatis (makanan keras), rangsangan ini mula-mula diterima oleh

email kemudian dentin dengan melalui tubula dentin dan serabut-serabut

yang merupakan kelanjutan dari sel-sel odontoblast, lalu oleh pembuluh-

pembuluh saraf yang terdapat dalam rongga pulpa.

Pulpa merupakan jaringan ikat longgar yang menempati bagian tengah

ruang pulpa pada akar gigi. Pulpa mengandung elemen vaskuler dan saraf

yang membenkan nutrisi dan fungsi sensoris pada dentin dimana fungsi

utamanya adalah membentuk dentin pada gigi. Saraf dan pembuluh darah

pulpa masuk kedalam gigi melalui foramen apikal yang kecil yang terletak

pada ujung akar atau apeks gigi. Pada gigi yang baru erupsi rongga pulpa

lebih lebar, lama kelamaan akan menjadi sempit jika gigi sudah terbentuk

lengkap dengan meningkatnya umur.

Sementum merupakan jaringan yang mengalami kalsifikasi yang berasal

dari mesodermis, menutupi akar berfungsi sebagai tempat melekatnya

jaringan ikat yang memperkuat gigi pada alveolus. Sementum lebih lunak

dari dentin dan terdiri dari 50% bahan anorganik berupa kalsium dan fosfor

dan 50% bahan organik.

2.3. Morfologi Gigi

Terdapat 2 perangkat gigi geligi manusia, yang terdiri dari gigi susu dan

gigi permanen. Gigi susu jumlahnya 20 buah, mulai erupsi pada umur 6-9

6

Page 7: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

bulan dan lengkap pada umur 2-2,5 tahun. Maturasi akar gigi susu biasanya

terlihat pada umur 3 tahun. Gigi susu terdiri dari 5 gigi perbagian yang

masing-masing terdiri dari atas incisivus sentral dan lateral, kaninus, molar 1

dan molar 2. Gigi susu tidak memiliki premolar seperti yang terdapat pada

gigi permanen.

Beberapa tahun setelah lahir, gigi permanen mulai mengalami

kalsifikasi. Gigi permanen terdiri atas 28 - 32 gigi, memasuki fase erupsi

pada umur 6 tahun dengan munculnya gigi molar permanen yang pertama.

Harus diingat bahwa pembentukan gigi merupakan suatu proses yang dinamis

dimulai dari embrio. Tekanan yang dihasilkan dari pertambahan dan

pembesaran mahkota gigi permanen menyebabkan akar gigi susu diresorbsi

sehingga menyebabkan tanggalnya gigi susu. Antara umur 6-14 tahun, 20

gigi susu diganti dengan 20 gigi permanen. Molar 1 dan 2 permanen erupsi

pada umur 6-12 iahun. Molar 3 permanen erupsi pada umur 17-21 tahun.

Gambar 1.3. Perbedaan Gigi Susu dan Gigi Permanen

2.4. Tahap Pertumbuhan Gigi

1. Tahap Inisiasi

Adalah permulaan pembentukan kuntum gigi dari jaringan epitel

mulut (epitel bud stage)

7

Page 8: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

2. Tahap Proliferasi

Adalah pembiakan dari sel-sel dan perluasan dari organ email (cap

stage)

3. Tahap Histodiferensiasi

Adalah spesialisasi dari sel-sel yang mengalami perubahan histologis

dalam susunanya (sel-sel epitel bagian dalam dari organ email menjadi

ameloblas, sel-sel perifer dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas)

4. Tahap Morfodiferensiasi

Adalah susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang dentino email dan

dentino cemental junction yang akan datang, yang memberi garis luar

dari bentuk dan ukuran korona dan akar yang akan datang.

2.5 Erupsi Gigi

Erupsi merupakan proses ketika gigi menembus gusi hingga nampak di

dalam rongga mulut.

Urutan erupsi pada gigi primer menunjukan beberapa variasi. Sebagian

besar dari hasil tersebut adalah herediter dan hanya sedikit dari faktor

lingkungan. Lunt dan Law menyimpulkan bahwa gigi seri kedua, gigi

geraham pertama dan gigi taring pada rahang atas cenderung lebih cepat

megalami erupsi dari pada rahang bawah.

2.6 Waktu Erupsi Gigi Desidua (Primer)

Terdapat tabel yang menunjukkan kapan waktunya gigi primer (atau

yang disebut juga sebagai gigi susu) mengalami erupsi. Penting diingat

bahwa waktu erupsi pada masing-masing anak berbeda-beda.

Tabel 1.1 Perkembangan Gigi Primer Bagian Atas (Maxilla)

Gigi Atas Waktu ErupsiWaktu Gigi

Tanggal

Incicivus pertama (sentral) 8-12 bulan 6-7 tahun

Incicivus kedua (lateral) 9-13 bulan 7-8 tahun

8

Page 9: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

Canina (cuspid) 16-22 bulan 10- 12 tahun

Molar pertama 13-19 bulan 9-11 tahun

Molar kedua 25-33 bulan 10- 12 tahun

Tabel 1.2 Perkembangan Gigi Primer Bagian Bawah (Mandibula)

Gigi Bawah Waktu ErupsiWaktu Gigi

Tanggal

Molar kedua 23-31 bulan 10-12 tahun

Molar pertama 14-18 bulan 9-11 tahun

Canina (cuspid) 17-23 bulan 9- 12 tahun

Incicivus kedua (lateral) 10 16 bulan 7-8 tahun

Incicivus pertama (sentral) 6- 10 bulan 6-7 tahun

Seperti yang tampak pada tabel, bahwa gigi pertama mulai muncul

menembus gusi pada usia 6 bulan. Pada umumnya dua gigi pertama yang

mengalami erupsi adalah dua gigi sen pertama bagian atas. Kemudian disusul

dengan empat gigi terdepan bagian atas. Setelah itu, dilanjutkan dengan

kemunculan gigi-gigi yang lainnya, biasanya muncul secara berpasangan—

satu gigi atas dan satu gigi bawah—hingga 20 gigi seluruhnya (10 gigi bagian

atas dan 10 gigi bagian bawah) muncul saat anak berusia 2,5 sampai 3 tahun.

Kemunculan gigi primer secara lengkap terjadi pada usia 2,5-3 tahun atau

hingga 6-7 tahun.

Setelah usia 4 tahun, rahang dan tulang-tulang wajah pada anak mulai

bertumbuh, membentuk ruang antara gigi-gigi susu, Ini merupakan proses

pertumbuhan normal yang alamiah dan dapat menyediakan tempat yang

dibutuhkan untuk kemunculan gigi permanen yang ukurannya lebih besar.

9

Page 10: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

Antara usia 6 hingga 12 tahun, gigi permanen ada bersama-sama dengan gigi

susu.

Tabel Waktu Erupsi Gigi Permanen

Tabel 1.3 Perkembangan Gigi Permanen Bagian Atas

Gigi Atas Waktu Erupsi

Incicivus pertama (sentral) 7-8 tahun

Incicivus kedua (lateral) 8-9 tahun

Caninus (cuspid) 11 -12 tahun

Premolar pertama 10-11 tahun

Premolar kedua 10-12 tahun

Molar pertama 6-7 tahun

Molar kedua 12- 13 tahun

Molar ketiga 17-25 tahun

Tabel 1.4 Perkembangan Gigi Permanen Bagian Bawah

Gigi Bawah Waktu Erupsi

Molar ketiga 17-25 tahun

Molar kedua 11-13 tahun

Molar pertama 6-7 tahun

Premolar kedua (second bicuspid) 11 -12 tahun

Premolar pertama (first bicuspid) 10-12 tahun

Caninus (cuspid) 9- 10 tahun

10

Page 11: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

Incicivus kedua (lateral) 7-8 tahun

Incicivus pertama (sentral) 6-7 tahun

Sebagaimana tampak dalam tabel tersebut, gigi permanen mulai muncul

pada usia kurang lebih 6 tahun. Pada beberapa anak, molar adalah gigi

permanen yang pertama muncul; sedangkan pada anak yang lain incicivus

merupakan gigi permanen yang pertama kali muncul. Pada usia 13 tahun,

kebanyakan 28 gigi permanen telah menempati tempatnya masing-masing.

Pada umur muda penentuan umur dapat diperkirakan dengan ketepatan

yang cukup dengan melihat erupsi gigi seperti skema di atas. Dengan

ketentuan pada wanita kira-kira satu tahun lebih dahulu maturitasnya.

Pada pemeriksaan ini untuk identifikasi perlu pula memperhatikan ciri-

ciri gigi (sesuai dental record jika ada) yaitu:

Jumlah/susunan gigi yang ada.

Alur/potongan gigi yang terlihat atau tertinggal.

Tambahan gigi, mahkota gigi, gigi palsu.

Gigi yang rusak.

Irregularitas.

Tanda-tanda kebiasaan.

2.7 Penentuan Usia Berdasarkan Pemeriksaan Gigi Geligi.

Sebagian besar ahli setuju bahwa data perkembangan dan erupsi gigi-geligi

merupakan alat bantu yang paling akurat dalam perkiraan usia. Pada kenyataannya

gigi mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap faktor-faktor fisik seperti air dan

api juga mempunyai struktur yang sangat kompleks dan khas pada setiap individu

sehingga pola perkembangan erupsi gigi-geligi dijadikan sebagai metoda pilihan

untuk memperkirakan usia dalam bidang forensik.

Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan

Sebagai berikut:

11

Page 12: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

1. Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan dan

pengaruh lingkungan yang ekstrim.

2. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan

restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi.

3. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan

medis gigi (dental record) dan data radiologis.

4. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan

morfologis, yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir

dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot

tersebut terlebih dahulu.

5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian

bahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar.

6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400ºC.

7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh

yang terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur,

sedangkan giginya masih utuh.

Perkiraan usia dilakukan dengan membandingkan status perkembangan

gigi-geligi dari individu yang tidak diketahui identitasnya dengan teori

perkembangan dan erupsi gigi-geligi yang telah dipublikasikan berdasarkan

survey dari para ahli. Salah satu teori yang dipakai perkiraan usia postmortem

adalah yang dikembangkan oleh Schour dan Massler (1941) yang

mempublikasikan grafik perkembangan dan erupsi gigi-geligi permanen maupun

decidui. Grafik ini terus diperbaharui secara periodik dan dipublikasikan dalam

ukuran yang sebenarnya oleh American Dental Association.1

Berdasarkan grafik dari Schour dan Massler (1941) di atas, dapat ditentukan

lima kelompok usia berdasarkan perkembangan dan erupsi gigi-geligi yaitu :

a. Kelompok usia prenatal: 5-7 bulan intra uteri

b. Kelompok infant: saat lahir sampai 1,5 tahun

c. Kelompok usia kanak-kanak awal (pra sekolah): 2-6 tahun

d. Kelompok usia kanak-kanak akhir (usia sekolah): 7-10 tahun

12

Page 13: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

e. Kelompok usia remaja dan dewasa: 11-35 tahun

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan usia berdasarkan

perkembangan gigi geligi antara lain:

2.7.1 Metode Demirjian

Dalam metode Demirjian dkk (1973) masing-masing tahap mineralisasi

diberi skor yang menilai estimasi maturitas gigi dengan skala 0-100. Perhitungan

matematika dan dasar ilmiah digunakan untuk menghitung skor yang berasal dari

hasil penelitian Tanner dkk (1983). Delapan tahap pertumbuhan gigi dapat

digambarkan dari hasil survey radiografik yang telah diterbitkan, ditambah

dengan deskripsi tertulis tentang batas masing-masing tahap mineralisasi yang

telah didefinisikan dengan jelas dan tidak memerlukan perhitungan.

Ada dua pilihan ketika menggunakan metode ini, pertama adalah penilaian

yang menggunakan 7 gigi mandibula (Demirjian, 1978) dan kedua menggunakan

4 gigi mandibula (Demirjian dan Goldstein, 1976). Hilangnya gigi dari satu sisi

dapat digantikan oleh gigi dari sisi yang lain. Gigi Molar 1 yang tidak ada dapat

digantikan dengan gigi incisivus sentral (Demirjian, 1978). Data yang diperoleh

jika menggunakan sistem Demirjian mengindikasikan bahwa perbedaan

pertumbuhan gigi antara pria dan wanita biasanya tidak akan nampak sampai usia

5 tahun.

Variasi interobserver dengan sistem Demirjian dapat mencapai 20-25%,

namun ± 1 dari 8 tahap (Leverque dan Demirjian, 1980). Sistem ini ternyata

memiliki dua kelemahan jika dilihat dari sisi forensik, yaitu harus terdapat gigi

mandibula dan tidak mencakup pertumbuhan gigi molar III. Mengandalkan

penilaian pada gigi mandibula dapat menimbulkan masalah jika hanya tersisa

tengkorak saja dimana mandibula seringkali sudah terlepas atau bahkan hilang.

13

Page 14: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

Gambar 1.4 Perkembangan gigi oleh Demirjian et all.

2.7.1 Metode Schour Dan Massler.

Tahun 1935, Schour dan Massler menerbitkan tabel perkembangan numeric

untuk gigi susu dan gigi permanen. Tahapan dan penentuan waktunya

diilustrasikan pada gambar 1.5 dan 1.6. Bagan perkembangan gigi geligi manusia

metode schour dan massler secara berkala diperbaharui dan dipublikasikan dalam

ukuran aslinya oleh American dental association (gambar 1.5). yang menarik

perhatian yaitu perkembangan gigi-gigi insitu, termasuk resopsi akar untuk gigi

susu (desidua). Dengan adanya tampilan gambar dalam ukuran asli,

mempermudah membuat perbandingan langsung dengan gambaran radiograf atau

perubahan pertumbuhan gigi yang secara individual berbeda. Dikritik bahwa tabel

tersebut tidak ada pemisahan untuk pria dan wanita dan jarak usia rata-rata dari 2

tahun hingga 15 tahun diambil kurang lebih 6 bulan adalah terlalu dekat.

Ciapparelli (1985) membandingkan data Schour dan Massler dengan sampel

dari anak usia sekolah. Rata-rata usia dari 4 tahun hingga 16 tahun pada pria, dan

perempuan 3-6 bulan lebih awal. Variasi (schour dan massler) pada anak usia 4-6

14

Page 15: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

tahun dapat diperbandingkan, tetapi pada usia 12 tahun variasi pada anak laki-laki

menjadi dua kali lipat dan pada usia 16 tahun menjadi 3 kali lipat.

Penelitian-penelitian ini memiliki peranan yang penting dalam investigasi

forensic, dan survey numeric oleh Kronfield (1935) jika disusun ulang seperti

pada gambar 1.6 dan 1.7 dapat berguna dalam penggabungan bagan bergambar.

Dalam tahap perkembangan bisa saja data tersebut tidak akurat kemungkinan

muncul data-data dari metode yang lebih canggih.

15

Page 16: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

Gambar 1.5. Perkembangan gigi Schour dan Massler (dari Schour L,

Massler M: The development of the human dentition, J Am Dent Assoc

28:1153, 1941) primary dentition

16

Page 17: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

Gambar 1.6. Perkembangan gigi Schour dan Massler (dari Schour L,

Massler M: The development of the human dentition, J Am Dent Assoc

28:1153, 1941) mixed and permanent dentition

17

Page 18: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

Gambar 1.5. Perkembangan gigi menurut metode schour dan massler

berdasarkan data dari kronfield. y=umur dalam tahun, m=umur dalam

bulan miu=bulan dalam kandungan, a=insisivus1, e= molar 2.

18

Page 19: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

Gambar 1.6. Perkembangan gigi permanen maxilar dan mandibular.

Data dari kronfield (1935). Y=umur dalam tahun, M=umur dalam bulan,

1=gigi permanen insisivus1, 8= molar permanen ketiga.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagian besar ahli setuju bahwa data perkembangan dan erupsi gigi-

geligi merupakan alat bantu yang paling akurat dalam perkiraan usia. Perkiraan

usia dilakukan dengan membandingkan status perkembangan gigi-geligi dari

individu yang tidak diketahui identitasnya dengan teori perkembangan dan erupsi

gigi-geligi.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan usia berdasarkan

perkembangan gigi geligi antara lain:

1. Metode Demirjian.

Metode dengan menggunakan delapan tahap pertumbuhan

gigi digambarkan dari hasil survey radiografik yang telah

diterbitkan, ditambah dengan deskripsi tertulis tentang batas

masing-masing tahap mineralisasi yang telah didefinisikan dengan

jelas dan tidak memerlukan perhitungan. Sistem ini ternyata

memiliki dua kelemahan jika dilihat dari sisi forensik, yaitu harus

terdapat gigi mandibula dan tidak mencakup pertumbuhan gigi

molar III.

2. Metode Schour Dan Massler.

Menerbitkan tabel perkembangan numeric untuk gigi susu

dan gigi permanen. Bagan perkembangan gigi geligi manusia

metode schour dan massler secara berkala diperbaharui dan

dipublikasikan dalam ukuran aslinya oleh American dental

association. Dikritik bahwa tabel tersebut tidak ada pemisahan

19

Page 20: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

untuk pria dan wanita dan jarak usia rata-rata dari 2 tahun hingga

15 tahun diambil kurang lebih 6 bulan adalah terlalu dekat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ash, M. Wheeler's Dental Anatomy Physiology and Occlusion, 9th ed.

W.B.Saunders. USA: University of Michigan, 2010.

2. Sopher M. Irvin, DDS, MD; Forensic Dentistry; Bannerstone House,

Illinois. USA. 1979.

3. Stimson PG; Forensic Dentistry; CRC Press; New York; 1997.

4. Hoediyanto, Hariadi. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan

Medikolegal, 7 ed. Surabaya: Airlangga University Press, 2012.

5. Humas Universitas Airlangga. Peran Dokter Gigi dalam Identifikasi

Korban Bencana. http://www.unair.ac.id. [diakses tanggal 29 Oktober

2008]

6. Lukman D. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik. Jilid 1. CV Sagung

Seto. Jakarta: 2006.

20

Page 21: Refrat Forensik Menentukan Usia Jenazah

21