pustaka-indo.blogspot...buku ini berusaha untuk mengumpulkan kasus-kasus ke cil yang berserak dalam...

160
i http://pustaka-indo.blogspot.com

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • ii

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    “Mar”

    Disusun Oleh: Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    © all rights reserved

    Hak cipta dilindungi undang-undang

    Penyunting : Bala Seda

    Tata Letak : AzzagraikaPerancang Sampul : Gunawan

    Pemeriksa Aksara : Dita

    Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar/Ismantoro Dwi

    Yu wono, S.H., Pe nyun ting: Bala Seda---cet. 1---Yogyakarta: Penerbit

    Medpress Digital , 2015, viii + 152 hlm; 14 x 20 cm.

    ISBN (10) 979-341-088-4

    ISBN (13) 978-979-341-088-3

    1. Hukum I. Judul

    II. Bala Seda 340

    Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

    Pasal 72 (ayat 2):

    Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, me ng e dar ka n, atau menjual

    kepada umum suatu cipta an atau ba rang hasil pe langgaran Hak Cipta atau hak

    ter kait se ba gai mana dimaksud pa da ayat (1), dipidana de ngan pidana penjara pa-

    ling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima

    ra tus ju ta rupiah).

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • iii

    Banyak sekali bertebaran kasus-kasus kecil yang me nge-

    pung keseharian kita yang terkadang tidak kita sadari dam-

    pak seriusnya bagi kehidupan kita dan terkadang pula ki ta

    bi ngung bagaimana kita menyikapinya demi menyamankan

    diri kita sendiri.

    Buku ini berusaha untuk mengumpulkan kasus-kasus

    ke cil yang berserak dalam kehidupan sehari-hari. Kasus-

    ka sus ke cil yang dideskripsikan di sini memang dirasakan

    belum sebe rapa karena masih banyak kasus kecil yang

    mung kin le pas dari pengamatan penulis dan tidak terekam

    dalam bu ku ini. Namun demikian, penulis berusaha untuk

    mengumpul kan dan kemudian menghimpun dalam buku

    seder ha na ini. Semoga hal ini akan memberikan manfaat

    bagi pem ba ca ketika menghadapi kasus-kasus kecil seperti

    yang te re kam dalam buku ini.

    Buku ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa ada nya

    bantuan dari pihak-pihak terkait. Untuk itulah, dalam kesem-

    patan ini penulis menghaturkan terima kasih kepa da:

    1. Penerbit Pustaka Yustisia atas kesediaannya menerbit-

    kan buku ini.

    Kata Pengantar

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • iv

    2. Bapak Bala Seda yang telah memberikan kesempatan

    bagi penulis untuk berkarya.

    3. Mendiang Ibundaku tercinta, Aris Sri Wanti, yang selalu

    memberikan spirit kepada penulis untuk membangun

    ke hidupan yang lebih baik.

    4. Istriku, Supri Marlinda Dewi, yang telah mendukung se-

    gala bentuk aktivitas penulis yang sekiranya berpotensi

    pro duktif.

    5. Bidadari kecilku, Vania Jenny Von Westphalen, yang se-

    la lu memberikan semangat untuk terus berkarya.

    6. Lingkar Studi Mahasiswa Universitas Widya Mataram (Arul

    Kam mbaka/Muhammad Hasrudin, Fatimah, dan te man-

    teman teater dokumen lainnya) yang telah mem be ri kan

    ruang bagi penulis untuk melakukan share ter ha dap pel-

    bagai isu yang kemudian didiskusikan ber sama.

    7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan dalam

    kesem patan ini.

    Tidak ada gading yang tidak retak, justru karena kere-

    tak an nya itulah yang membuat gading itu memiliki nilai jual

    yang teramat tinggi. Keretakan dalam pandangan pe nu lis bu-

    kanlah suatu musibah yang harus disesali dan diratapi, yang

    kemudian berdampak pada sikap nglökro (putus asa), me-

    lain kan karena keretakannya itulah justru kita harus da pat

    men dekonstruksi ulang mindset yang menyetubuhi mo del

    atau cara kita dalam memandang sesuatu sehingga dengan

    de kon struksi tersebut kita dapat membangun kembali pikiran

    ki ta dengan lebih dinamis dan progresif. Penulis tidak berpre-

    tensi terhadap penulisan buku ini dan penulis sangat me-

    nya dari banyak ditemukan kekurangan di sana-sini da lam

    pe nu lisannya. Oleh karena itu, penulis membuka dan memben-

    tangkan tangan selebar-lebarnya untuk menerima kri tik dan

    saran dari pembaca yang sifatnya menghancurkan se kali gus

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • v

    membangun (destruam et ædiicabo) demi perbaikan tu lis-an-tulisan penulis berikutnya. Demikianlah, untuk selanjut-

    nya penulis mengucapkan selamat “mengunyah” dan me nik-

    mati barisan-barisan kalimat yang ditumpahkan oleh pe nu lis

    dalam buku ini.

    Yogyakarta,

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • vi

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • vii

    Datar Isi

    Kata Pengantar ~ iiiDaftar Isi ~ vii

    1 Menolak Uang Kembalian Diganti Permen dan Sumbangan Sosial yang Dipaksakan ~ 1

    2 Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat Ditukar atau Dikembalikan? ~ 14

    3 Apa yang Harus Anda Lakukan Ketika Anda Kena Tilang? ~ 21

    4 Juru Parkir yang Nyebelin ~ 315 Pungutan Liar KTP di Kelurahan ~ 37

    6 Pentingnya Perjanjian Tertulis Bagi Kepentingan Anda ~ 40

    7 Pungli dalam Pembuatan SIM ~ 44

    8 Ketika Mabuk-mabukan Mengganggu Kepentingan Umum ~ 54

    9 Barang Murah? ~ 56

    10 Obat Generik dan Hak Anda Sebagai Pasien ~ 60

    11 Mewaspadai Barang Kedaluwarsa ~ 74

    12 Waspadalah Terhadap Petugas Pom Bensin yang Nakal ~ 79

    13 Hati-hati dengan Penipuan Bermodus SMS-Telepon ~ 84

    14 Penipuan Berbasis Lowongan Kerja ~ 94

    15 Serangan Iklan! Bagaimana Menghadapinya? ~ 99

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • viii

    16 Ketika Anda Terperangkap Utang ~ 103

    17 Hindari Penipuan Via Kartu Kredit ~ 123

    18 Mengenal Subrogasi dalam Utang Piutang ~ 127

    19 Premanisme, Bagaimana Anda Menyikapinya dan Bagaimana Bersikap Santun di Tempat-tempat

    Umum ~ 130

    20 Mengamankan Akun Facebook Anda dari Tindak Kejahatan ~ 138

    Daftar Pustaka ~ 147Tentang Penulis ~ 149

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 1

    Konsekuensi dari seorang yang membuka usaha da gang

    adalah dia harus menpersiapkan segala sesuatunya, terma-

    suk salah satunya adalah uang pecahan atau recehan untuk

    kembalian. Sering kali persiapan (untuk tidak mengatakan

    ada nya unsur kesengajaan) pengusaha atau pedagang dalam

    pe nyediaan uang pecahan atau recehan untuk kembalian ini

    diabaikan dan mengganti uang kembalian yang seharusnya

    di se rahkan kepada konsumen dalam bentuk uang pecahan

    atau recehan dengan permen. Hal ini sebenarnya merugikan

    pi hak konsumen.

    Kembalian diganti dengan permenSumber gambar: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/09/02/ 133299-ylki-kembalian-jangan-lagi-diganti-permen

    1Menolak Uang Kembalian Digani

    Permen dan Sumbangan Sosial yang Dipaksakan

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 2

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    Konsumen memiliki hak untuk menerima kembalian beru-

    pa uang pecahan atau recehan sesuai dengan besaran yang

    seharusnya diterimanya, kecuali apabila pihak konsumen

    yang bersangkutan meminta dengan sengaja bahwa dia me-

    minta permen sebagai pengganti uang kembalian. Apabila

    se cara sepihak, pihak riteler atau pengusahalah yang meng-

    ganti kembalian dengan permen maka konsumen yang ber-

    sang kut an memiliki hak untuk menuntut bahwa uang kem -

    ba li an tersebut tetap harus dikembalikan dalam bentuk

    uang pe cahan atau receh, tidak dengan bentuk permen,

    atau seca ra ringkas konsumen memiliki hak untuk menolak.

    Per lu An da ketahui bahwa hak Anda untuk memilih barang

    dan men dapatkan barang, dalam hal ini memilih kembalian

    di gan ti oleh permen atau tidak, dilindungi oleh hukum, yakni

    Pa sal 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 yang mengatur

    ten tang perlindungan konsumen. Coba perhatikan beberapa

    hak Anda yang direkam dan dilindungi oleh hukum berikut

    ini.

    1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan da-

    lam mengonsumsi barang dan atau jasa;

    2) Hak untuk memilih barang dan atau jasa, serta menda-

    patkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan

    ni lai tukar dan kondisi, serta jaminan yang dijanjikan;

    3) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas ba-

    rang dan atau jasa yang digunakan;

    4) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan kon -

    sumen;

    5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan

    upa ya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen

    se cara patut;

    6) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan

    jujur, serta tidak diskriminatif;

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 3

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    7) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/peng-

    gan tian apabila barang dan atau jasa yang diterima ti-

    dak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

    mes tinya;

    8) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perun-

    dang-undangan lainnya.

    Demikianlah, berdasarkan hak-hak dari konsumen yang

    dilindungi oleh hukum tersebut, sudah jelas bahwa Anda se-

    be narnya memiliki hak untuk menolak uang kembalian An da

    diganti dengan permen. Namun, untuk penolakan atau me-

    la kukan penuntutan tersebut, terkadang ada rasa tidak per-

    caya diri dari konsumen, atau dalam bahasa Jawanya ewuh

    pa kewuh, perasaan tidak enak atau sungkan. Perasaan ti dak

    enak atau sungkan ini sebenarnya mengakar pada kebuda-

    ya an Timur yang berkarakter “erat”. Kebudayaan “erat”, me-

    nurut Duane Ruth dan Hefelbower1 adalah kebudayaan di ma na setiap pribadi merasa mewakili etika, norma, dan ting-

    kah laku masyarakat di mana dia bertempat tinggal. Sese-

    orang merasa tidak akan bertindak sendiri secara bebas, te-

    ta pi sebagai seseorang yang mewakili peran tertentu dalam

    budayanya. Mengikuti norma-norma budaya adalah sesuatu

    yang sangat penting dalam budaya dengan konteks yang

    “erat”.

    Hal ini berbeda halnya dengan masyarakat dengan kon-

    teks budaya “renggang” di mana setiap individu dianggap

    ber tang gung jawab secara pribadi terhadap apa yang dilaku-

    kan atau diperbuatnya.

    Dalam konteks budaya “erat”, orang lain (yang tidak di-

    ke nal, terlebih lagi yang dikenal) adalah keluarga. Nah, ang-

    gap an inilah yang rupa-rupanya membuat orang merasa ti-

    1 Duane Ruth dan Hefelbower, Pemberdayaan Untuk Rekonsiliasi, Duta Wacana University Press, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2000. Hlm. 8.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 4

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    dak enak atau segan apabila meminta uang kembalian, yang

    di anggap nilainya kecil, menolak digantikan dengan permen.

    Dalam konteks budaya “erat”, nilai-nilai kekeluargaan itu di-

    wujudkan dalam bentuk saling mengalah, tidak memper soal-

    kan hal-hal yang “dianggap remeh-temeh”, dan ber usa ha

    men ce gah terjadinya konlik antarkeluarga.Nilai-nilai kekeluargaan ini akan menjadi celaka urusan-

    nya apabila dihadapkan dengan seorang pengusaha atau ri-te ler yang melulu menempatkan laba sebagai satu-satunya

    tujuan dalam menjalankan usahanya tersebut sambil “mem-

    per setankan” norma-norma kekeluargaan yang melekat pada

    masyarakat setempat. Pengusaha sudah tentu akan me ra sa

    senang luar biasa apabila kebudayaan tersebut dibawa oleh

    orang yang bersangkutan ke mana pun dia pergi, termasuk

    ber belanja. Pengusaha akan memanfaatkan hal tersebut se-

    ba gai ladang untuk “mengakali” konsumennya untuk men-

    jual permen dengan dalih sebagai pengganti uang kembalian

    yang tidak tersedia.

    Ada salah satu contoh trik yang digunakan oleh para

    pe ngusaha di dunia perdagangan tersebut untuk mengakali

    kon sumennya (agar mau uang kembaliannya diganti dengan

    permen). Trik tersebut adalah mencantumkan harga yang

    me nyulitkan pada salah satu atau beberapa barang dagang-

    annya. Misalnya, Anda pada suatu waktu berbelanja di se-

    buah supermarket, nilai uang yang Anda belanjakan, dian-

    dai kan saja sebesar Rp110.640,00. Perhatikan keganjil an

    da lam besaran nilai belanja tersebut Rp110.6 “40” nilai yang aneh pada zaman sekarang ini. Bagaimana pada za-

    man kita sekarang ini Anda diharuskan membayar sebe sar

    Rp40,00 untuk barang belanjaan Anda tersebut? Oke, seka-

    rang seandainya Anda menyodorkan uang kepada kasir se -

    be sar Rp200.000,00, berarti Anda harus menda pat kan uang

    kembalian sebesar Rp89.360,00. Untuk tidak mem per sulit

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 5

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    ka sir, kemudian sang kasir yang cantik me min ta An da un tuk

    me nyerahkan uang sebesar Rp700,00 sehing ga Anda me-

    nye rahkan uang sebesar Rp200.700,00. Nah, se harusnya

    An da memperoleh uang kembalian sebesar Rp90.060,00.

    Ke mudian, untuk tidak menyulitkan kasir la gi, kasir mengem -

    balikan uang kepada Anda sebesar Rp90.000,00 di tambah

    dengan satu permen yang tidak Anda min ta atau Anda ingin-

    kan. Ini dia yang dinamakan dengan akal-akal an. Pihak pe ng-

    usaha menempelkan label harga yang mem persulit agar dapat

    menggiring konsumen agar mau diganti uang kem ba liannya

    dengan bentuk permen. Si pengu saha rupa-rupa nya se dang

    berjualan permen secara pak sa tanpa Anda sa dari.

    Perlu Anda sadari, pada saat ini, banyak sekali barang

    da gangan di pusat-pusat perbelanjaan, seperti swalayan

    dan su permarket, yang mencantumkan label harga pada

    ba rang dagangannya dengan harga yang aneh. Contohnya,

    la bel harga barang Rp5.930,00, Rp8.230,00, Rp5.365,00,

    Rp4.845,00, Rp9.030,00, dan masih banyak lagi. Untuk me-

    nyi kapi keanehan ini, penulis pernah ngotot tidak mau uang

    kem balian diganti dengan permen, dan akhirnya kasir pun

    meng gantinya dengan menyerahkan uang kembalian sebe-

    sar Rp100,00, bukan sebesar kembalian aneh Rp60,45 mi-

    sal nya.

    Ewuh pakewuh, sungkan yang mengakar pada nilai-ni lai

    kekeluargaan dalam konteks budaya “erat” tersebut, su dah

    saatnya dicopot atau dicerabut dari kepribadian siapa pun

    yang berhadapan dengan para pengusaha di wilayah pa sar.

    Hal ini penting untuk melindungi diri dari dikte para pe ng-

    usaha atau kebrutalan para kapitalis di wilayah pasar yang

    se lalu haus dengan laba atau keuntungan. Jangan berpikir

    bah wa uang kembalian atau recehan itu bernilai kecil, tapi

    ber pikirlah bahwa Anda menghargai diri Anda sendiri dengan

    ca ra tidak mau didikte oleh pihak lain walaupun hal itu ter ke-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 6

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    san remeh-temeh. Bukankah penghargaan diri berawal dari

    penghargaan kita terhadap hal-hal yang bersifat remeh-te-

    meh? Begini, untuk yang remeh-temeh saja kita tidak bi sa

    menghargainya, terlebih lagi yang sifatnya besar, akan le-

    bih cang gung lagi kita menghadapinya. Berkatalah pada di ri

    An da sendiri bahwa “small is beatiful”.Ada tiga cara pokok ketika Anda berinteraksi dengan orang

    lain, yaitu secara agresif, pasif, atau tegas. Dalam hubungan

    yang agresif, bisa sampai terjadi penyerangan terhadap

    orang lain. Sebagai contoh, ada orang yang mengkritik An-

    da, lalu Anda meresponsnya dengan menantang dan marah.

    Tindakan agresif biasanya menyebabkan respons negatif

    atau pembalasan dari orang lain.

    Respons pasif bersifat sebaliknya. Anda tidak banyak

    me lakukan sesuatu. Orang lainlah yang memegang kendali,

    bu kan Anda. Orang-orang pasif membiarkan saja semuanya

    Seorang kasir sedang mengetikkan harga (aneh) barang Rp23.825,00 dan barang-barang dengan harga (aneh) di pusat perbelanjaan

    Sumber gambar: koleksi pribadi penulis

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 7

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    ber lalu. Mereka tidak mengambil keputusan atau memilih.

    Meng hindari orang lain atau tidak merespons sama sekali

    ada lah repons pasif. Bersikap pasif itu tidak menguntungkan

    bagi Anda karena orang lain tidak tahu perasaan atau ke-

    ingin an Anda.

    Di sisi lain, tindakan tegas akan membantu Anda menda-

    patkan apa yang Anda inginkan dan membuat Anda dapat

    meng ekspresikan diri secara langsung dan jujur. Bersikap

    te gas akan membantu Anda mendapatkan apa yang Anda

    inginkan tanpa menyakiti orang lain atau menarik perhatian.

    Ketegasan itu sangatlah bagus bagi Anda demi penghargaan

    diri Anda. Anda betul-betul menunjukkan diri Anda secara

    po sitif.

    Tips berikut ini mungkin dapat Anda gunakan untuk

    me nolak permen sebagai alat ganti kembalian yang Anda

    se rah kan kepada kasir:

    1) Tataplah kasir itu. Kontak mata menunjukkan keyakinan

    diri. Tapi, jangan melihat mukanya terus-menerus ka-

    re na itu bisa membuat orang lain kikuk atau bahkan

    curiga kepada Anda, “Jangan-jangan Anda jatuh cinta

    pada ka sir itu?” Pandanglah kasir itu dengan penuh

    keya kin an diri bahwa Anda adalah orang yang tegas

    dan ti dak mau dibodohi.

    2) Gunakanlah keterampilan Anda berdiplomasi. Anda ha-

    rus tahu dengan pasti apa yang mau Anda sampaikan.

    Ukur lah seberapa keras atau lunak nada bicara Anda, dan

    intonasi seperti apa yang akan Anda pakai untuk meng-

    ungkapkan perasaan Anda. Ini bisa membantu An da

    menyampaikan maksud tanpa merasa gugup atau ma-

    rah. Praktikkan keterampilan Anda dalam berdiplomasi

    ini untuk meningkatkan rasa percaya diri Anda.

    3) Gunakan bahasa tubuh yang sesuai sehingga Anda

    tampak sopan, berwibawa, dan tegas sehingga orang

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 8

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    yang ber ha dapan dengan Anda akan merasa bahwa Anda

    ada lah salah satu orang yang tidak bisa dilecehkan dan

    di permainkan. Jadi, apabila suatu waktu Anda berbe-

    lan ja di tempat tersebut maka sang kasir akan berpikir

    dua kali untuk mengganti uang kembalian Anda dengan

    per men.

    4) Gunakanlah ekpresi wajah yang sesuai, tidak terlalu

    me rendah, dan tidak terlalu lebay (berlebihan). Kening yang berkerut menunjukkan Anda sedang serius, se-

    nyum menunjukkan keramahan atau ketulusan hati. Ji -

    ka Anda memberikan pujian kepada seseorang, te tapi

    wajah Anda cemberut, orang itu tidak akan per ca ya pa-

    da pujian yang Anda berikan kepadanya. Co ba lah An da

    berdiri di depan cermin dan perhatikan eks presi wa-

    jah Anda sambil Anda berbicara. Pastikan eks presi An-

    da sesuai dengan pesan yang ingin Anda sam pai kan.

    Begitu pula halnya apabila Anda menolak kem bali an

    Anda diganti dengan permen. Tunjukkan de ngan eks-

    pre si Anda bahwa Anda tidak setuju dengan tindak an

    tersebut. Tersenyumlah dan tunjukkan bahwa diri An da

    adalah seorang yang ramah sekaligus tegas.

    Lebih jauh lagi, cobalah untuk berpikir bahwa An da me-

    rupakan bagian dari salah satu individu yang menyumbang-

    kan keuntungan (yang dipaksakan dari pihak luar) yang

    be sar bagi pihak lain (pengusaha) di mana keuntungan itu

    di tum puknya dengan cara dimulai dari hal-hal yang kecil

    (uang dengan jumlah sebesar satu juta rupiah tidak akan

    men jadi satu juta rupiah (Rp1.000.000,00) jika mengalami

    ke ku rangan seratus rupiah. Bukan satu juta lagi nilainya, te-

    tapi sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu sembilan

    ra tus rupiah (Rp999.900,00). Nominal seratus adalah jumlah

    yang kecil, yang menjadikan uang tersebut menjadi besar.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 9

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    Ta nam kan prinsip dalam diri Anda, “sedikit demi sedikit la-

    ma-lama menjadi bukit”. Nah, lebih baik Anda menyimpan

    uang kembalian, yang Anda anggap nilainya kecil itu untuk

    diri Anda sendiri, dengan prinsip “menuju bukit”, ketimbang

    me nyerahkannya kepada pihak lain yang secara tidak Anda

    sa dari telah mendikte Anda (baca: memaksa).

    Setelah penulis melakukan survei kecil-kecilan di ling-

    kung an penulis dan di dunia maya atau internet, ada beberapa

    tindakan yang dilakukan oleh konsumen untuk menyikapi fe-

    no mena uang kembalian diganti dengan permen.

    a. Memaklumi dan menerima begitu saja uang kembalian

    yang seharusnya dia (konsumen) terima dalam bentuk

    uang pecahan atau receh diganti dengan permen. Atau

    me nerimanya, kemudian meletakkannya kembali tanpa

    komentar, kemudian berlalu pergi begitu saja dengan

    ha ti jengkel setengah mati.

    b. Menerima uang kembalian yang diganti dengan per men,

    dengan syarat apabila permen-permen yang dikum pul-

    kan dari toko tersebut terakumulasi dan jika dihi tung

    me miliki jumlah tertentu maka permen-permen itu da-

    pat dijadikan alat pembayaran jika dia berbelanja di ke-

    mu dian hari di toko yang bersangkutan.

    c. Dengan tegas meminta agar uang kembaliannya tidak

    di ganti dengan permen, tetapi dibayarkan dengan uang

    pecahan atau recehan. Apa pun alasan yang di lon tar-

    kan oleh kasir untuk menolak permintaan atau tun tutan

    tersebut, si konsumen tidak mau tahu. Ti dak ada alas an

    dari pemilik toko atau pusat-pusat perbe lan jaan un tuk

    mengatakan bahwa tidak adanya uang recehan atau

    pecahan karena setiap bank yang ada se lalu menye-

    diakan uang receh untuk ditukarkan oleh pa ra pemi lik

    toko atau pusat-pusat perbelanjaan. Ke mu dian Anda

    mem bayangkan jika dalam satu hari uang kem ba lian

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 10

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    An da senilai Rp100,00 diganti dengan per men, berapa

    ru piah keuntungan yang diraup oleh pemi lik to ko jika

    di kalikan dengan setiap konsumen yang kem ba li annya

    diganti dengan permen? Misalnya, jika dalam sa tu ha ri

    ada 10 pembeli maka 10 x 100 = 1.000. Ber arti, da lam

    satu bulan 1.000 x 30 hari = 30.000. Nah, itu ba ru un-

    tuk toko kelontong kecil-kecilan. Coba Anda ba yang kan

    jika hal itu terjadi di pusat-pusat perbe lanjaan, seperti

    mal, swalayan, dan supermarket, dapat di prediksi bah-

    wa keuntungan yang diraup oleh para pe miliknya bisa

    mencapai angka ratusan juta rupiah. Fan tas tis, bu kan?

    Untuk poin a, konsumen inilah yang rupa-rupanya yang

    merasa ewuh pakewuh atau sungkan, dan orang model se-

    perti inilah yang tentunya dapat dengan mudah dipo sisi kan

    sebagai mangsa empuk dari para pengusaha yang tidak

    ber tanggung jawab tersebut (bertanggung ja wab un tuk me-

    nyediakan uang pecahan atau recehan) demi me nge ruk ke-

    untungan dengan cara manipulasi uang kembalian di gan ti

    dengan permen. Sebenarnya, tidak ada alas an bagi para

    pengusaha untuk tidak menyediakan uang kembali an dalam

    bentuk pecahan atau recehan karena Bank Indonesia (BI)

    sudah menyediakan uang recehan yang siap un tuk ditu-

    karkan. Sekalipun BI tidak menyediakannya, sudah men jadi

    kewajiban dari pengusaha tersebut untuk menyedia kan-

    nya. Sementara untuk poin b dan c, konsumen yang ber ada

    pa da barisan yang akan membuat pengusaha atau ri teler

    berpikir dua kali untuk menetapkan kebijakan uang kemba-

    lian diganti dengan permen.

    Sesungguhnya, penggantian uang kembalian dengan

    per men itu secara yuridis tidak dibenarkan oleh hukum ka-

    rena sesuai dengan Undang-Undang Bank Indonesia yang

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 11

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    me nandaskan bahwa setiap transaksi di Indonesia harus di la-

    kukan dengan mata uang rupiah. Namun demikian, sesung-

    guhnya apa yang ditandaskan dalam peraturan perundang-

    undangan tersebut hanya menjadi “macan ompong” ketika

    di hadapkan pada ketentuan kebebasan berkontrak dalam

    sis tem hukum di Indonesia. Artinya, transaksi dengan meng-

    gu nakan rupiah tersebut dapat disimpangi apabila hal ter-

    sebut telah disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat da lam

    transaksi (baca: perjanjian jual-beli barang). Tidak ha nya itu,

    ketentuan ini kalaupun dapat diterapkan dengan me nu tup

    mata, terlebih lagi apabila dilandasi dengan asas lex speciali derogat legi generali atau ketentuan hukum khusus (Un-

    dang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia)

    mengalahkan hukum yang bersifat umum (kebebasan ber-

    kontrak dalam KUH Perdata/BW) terhadap berlakunya ke be-

    basan berkontrak akan menjebak pihak konsumen apabila

    kon sumen mengumpulkan uang kembalian berupa permen

    tersebut, dan setelah terkumpul dalam jumlah rupiah terten-

    tu, dia belanjakan ke tempat di mana dia diberikan per men

    se bagai pengganti uang kembalian.

    Berangkat dari kesulitan yang menjepit (kontradiksi) da-

    ri ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Bank

    Indonesia tersebut, terutama bagi konsumen, hanya ada

    dua cara alternatif yang dapat diambil oleh konsumen, cara

    poin b atau c di atas. Silakan memilih, pilihan Anda dilindungi

    oleh hu kum kebebasan berkontrak dan Undang-Undang No.

    8 Tahun 1999 yang mengatur tentang perlindungan konsu-

    men.

    Selain fenomena penggantian uang kembalian dengan

    permen, ada fenomena lain yang berkembang pada saat ini

    dan cukup menggelikan, yakni apabila uang pecahan atau

    receh tersebut tidak tersedia maka kasir tanpa rasa ber dosa

    akan melontarkan ucapan, “uang kembaliannya di sumbang-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 12

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    kan untuk kepentingan sosial, ya!” Kemudian setelah melon-

    tar kan ucapan seperti itu, kasir pun menyerahkan uang

    kem balian kepada konsumen dengan besaran yang telah

    di su nat.

    Ucapan dari kasir tersebut dilontarkan dengan tanda se-

    ru (!) bukan dalam tanda tanya (?). Dari sini dapat kita tarik

    ga ris pemahaman bahwa permintaan untuk menyumbangkan

    uang kembalian tersebut untuk kepentingan sosial adalah

    se buah pemaksaan. Perilaku ini tidak lebih bermartabat ke-

    timbang perilaku pengemis dan anak-anak jalanan yang me-

    minta-minta di setiap perempatan jalan dengan cara mene-

    ngadahkan tangan tanpa harus memaksa dengan ucapan

    yang di ujung kalimatnya terdapat tanda seru (!).

    Konsumen memiliki hak untuk memilih bahwa uang

    kem ba liannya disumbangkan untuk kepentingan sosial atau

    ti dak. Konsumen tidak boleh dipaksa karena kepentingan

    kon sumen berkunjung ke tempat-tempat perbelanjaan ada-

    lah untuk berbelanja barang. Jika konsumen ingin me nyum-

    bangkan uangnya, konsumen tidak perlu datang ke tem pat

    per belanjaan, tetapi dapat menyumbangkannya ke masjid-

    mas jid, tempat-tempat atau yayasan penampung sum bang-

    an sosial, atau ke panti-panti sosial.

    Untuk itulah, tindakan yang dapat diambil oleh konsu-

    men ketika dipaksa untuk menyumbangkan uang kembalian-

    nya untuk dalih kepentingan sosial adalah menolaknya dan

    atau bertanya atas dasar apa pihak riteler memaksakan tin-

    dakannya tersebut dan tetap meminta uang kembalian terse-

    but dalam bentuk uang pecahan atau recehan. Pengusaha

    atau riteler, terutama pemilik mal atau supermarket, telah

    cu kup kaya untuk sekadar memberikan uang sumbangan so-

    sial itu kepada orang yang membutuhkannya. Hal ini adalah

    ke wajiban bagi si pengusaha yang bersangkutan apabila

    dia ingin dikatakan bahwa hidupnya tidak hanya diabdikan

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 13

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    un tuk kepentingan pengerukan laba. Tidak ada alasan bagi

    para pengusaha untuk menyerahkan atau mengalihkan tang-

    gung jawab sosialnya kepada pihak lain, dalam hal ini adalah

    para konsumennya.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 14

    Ini sering kali kita temui dalam pelbagai bentuk kuitansi,

    nota, atau bukti transaksi antara konsumen dan pedagang,

    di mana di dalam bukti pembayaran tersebut tercantum se-

    deret kalimat atau tulisan, “barang yang sudah dibeli tidak

    da pat ditukar atau dikembalikan.” Jangan pernah Anda meng -

    anggap remeh terhadap barisan kalimat atau tulisan yang

    tertera pada bukti pembayaran tersebut karena jika hal ter-

    se but Anda lakukan maka jangan kaget jika hal tersebut se-

    waktu-waktu (entah kapan) dapat merugikan diri Anda sen-

    diri.

    Setiap kali kita membeli barang, risiko untuk memper-

    oleh barang cacat tersembunyi akan selalu ada karena sesem-

    purna-sempurnanya barang, sudah pasti tidak terhindar dari

    cacat tersembunyi. Walaupun sebelum membeli kita sudah

    merasa sangat teliti, menelisik kondisi barang tersebut se-

    ca ra hati-hati, dari sudut, tepi, tengah, hingga ke dalam ba-

    rang tersebut, toh, masih ada kemungkinan terdapat cacat

    yang tidak terdeteksi dari pemeriksaan yang telah kita laku-

    kan. Yah, namanya juga cacat tersembunyi, tentu nya wa jar

    kalau luput dari pengamatan kita. Barangkat dari sini ma ka

    2Barang yang Sudah Dibeli Tidak Dapat

    Ditukar atau Dikembalikan?

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 15

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    tidak berlebihan kiranya apabila kita menolak ada kebi jakan

    dari pihak penjual bahwa “barang yang sudah dibeli tidak

    dapat ditukar atau dikembalikan”.

    Pencantuman barisan kalimat “barang yang sudah dibeli

    tidak dapat ditukar atau dikembalikan” dalam kacamata hu-

    kum perjanjian, memang sah-sah saja dan tidak melanggar

    hukum positif (jus constitutum) karena syarat sahnya dari sebuah perjanjian adalah sepakat mereka yang mengikatkan

    dirinya, cakap untuk membuat suatu perjanjian, mengenai

    suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Ketentuan

    ini diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

    Per data/BW (Burgerlijk Wetbook). Dengan sepakat atau ju -ga dinamakan perizinan, dimaksudkan bahwa kedua subjek

    yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, se tu ju,

    atau seia sekata mengenai hal-hal yang pokok dari per jan-

    jian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pi hak

    yang satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Me reka

    meng hendaki sesuatu yang sama secara timbal balik: si

    pen jual menginginkan sejumlah uang, sedangkan si pembeli

    me ng inginkan sesuatu barang dari si penjual (R. Subekti,

    1996:17).

    Dengan dicantumkannya barisan kalimat “barang yang

    sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan” da lam

    tan da bukti transaksi (secara sepihak), sebenarnya te lah me-

    menuhi syarat sahnya sebuah perjanjian dan ini di benar kan

    secara yuridis-formal. Hal ini logis apabila kita me rujuk pada

    asas “kebebasan” berkontrak, di mana para pi hak be bas

    untuk membuat pelbagai bentuk perjanjian, baik yang tertu-

    lis maupun tidak tertulis, asalkan tidak melanggar syarat

    sah nya sebuah perjanjian sebagaimana te lah dikemukakan

    tersebut.

    Namun demikian, yang menjadi permasalahan adalah

    apa bila kebebasan berkontrak itu dalam praktik dan pa da

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 16

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    gi lirannya merugikan salah satu pihak (dalam hal ini kon su-

    men), di mana pihak yang dirugikan tidak dapat mengomplain

    barang yang sudah dibelinya kepada pihak penjual karena

    ada nya “kesepakatan” bahwa barang yang sudah dibeli ti-

    dak dapat ditukar atau dikembalikan. Di satu sisi, secara yu-

    ridis-formal, pihak penjual yang dikomplain dapat menolak

    penukaran atau pengembalian tersebut dengan dalih bahwa

    hal tersebut telah disepakati oleh mereka dan di sisi yang

    lain konsumen berposisi lemah karena dalih yang terlontar

    dari pen jual tersebut. Nah, untuk itulah sebelum Anda mem-

    beli dan memboyong barang ke rumah, Anda harus me nolak

    apabila ada pencantuman barisan kalimat “barang yang

    sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan” yang

    tercantum dalam bukti transaksi, baik itu dalam bentuk

    kuitansi maupun nota penjualan. Buatlah perjanjian (tertulis)

    ulang di antara Anda dan pihak penjual bahwa barang yang

    telah Anda beli dan diboyong ke rumah tersebut dijamin ti-

    dak adanya cacat, dan jika ternyata ada cacat tersembunyi

    atau kerusakan-kerusakan di luar tanggung jawab Anda,

    An da dapat menukar atau mengembalikannya. Jika pihak

    pen jual barang tidak bersedia atau tidak mau melakukan

    ke sepa katan jual-beli barang secara ulang, berarti Anda

    harus meninggalkan penjual barang itu dan mencari barang

    ke tem pat lain yang mau melakukan perjanjian ulang dalam

    tran saksi jual-beli barang, dan justru Anda seharusnya cu-

    ri ga jika penjual tersebut tidak bersedia atau tidak mau

    mem buat kesepakatan ulang karena jangan-jangan be nar,

    barang yang akan Anda beli tersebut terdapat cacat ter-

    sembunyi? Jangan Anda membeli dan memboyongnya ke

    rumah sebelum Anda melakukan hal itu karena dapat ber-

    akibat fatal bagi “keselamatan” barang dan isi dompet An da.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 17

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    Jika ditilik dari macam-macam perjanjian dalam ranah

    hukum perdata, rupa-rupanya perjanjian yang ditentukan se-

    cara sepihak itu—dicantumkannya barisan kalimat “barang

    yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan”—

    adalah perjanjian pengalihan risiko. Artinya, apabila ada ca-

    cat tersembunyi terhadap barang yang sudah Anda beli, hal

    itu menjadi tanggung jawab Anda sebagai konsumen sepe-

    nuhnya, bukan tanggung jawab si penjual. Si penjual dalam

    hal ini mengalihkan risiko “cacat tersembunyi” kepada An da

    sebagai pembeli atau konsumennya. Tindakan dari si pen-

    jual ini terus terang tidak fair karena tujuan Anda mem be li barang adalah “kesempurnaan”, yaitu barang yang bersang-

    kut an tidak mengalami kecacatan sehingga jika ada ca cat

    ter sembunyi, pihak penjual harus bertanggung jawab un tuk

    menggantinya. Tentunya, jika Anda mendapatkan ba rang

    yang sempurna, Anda berharap ketika memakai atau meng-

    alih kannya kepada pihak lain (baca: menghadiahkan ke pada

    orang lain atau menjualnya kembali), Anda merasa nya man

    dan aman.

    Keadaan yang tidak seimbang ini harus dibuat seimbang,

    dan Andalah yang harus menyeimbangkannya, dengan cara

    meminta kepada si penjual untuk menyusun ulang jenis per-

    janjian jual beli antara Anda dan pihak penjual. Misalnya, An-

    da meminta untuk membuat perjanjian bersyarat atau per-

    jan jian dengan syarat, yakni perjanjian yang menentukan

    bah wa ada jaminan “kesempurnaan” terhadap barang yang

    telah Anda beli, dan perjanjian berakhir apabila tidak dite-

    mui “cacat tersembunyi” pada barang tersebut dalam waktu

    yang telah disepakati bersama.

    Perlu diketahui oleh Anda bahwa aplikasi atau praktik

    per jan jian jual beli barang dalam ranah hukum perdata itu

    ada pelbagai macam. Di antaranya adalah perjanjian bersya-

    rat, perjanjian dengan ketetapan waktu, perjanjian mana

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 18

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    su ka (alternatif), dan perikatan dengan ancaman hukuman.

    Be ri kut ini penulis jabarkan satu per satu yang dimaksudkan

    de ngan pelbagai macam perjanjian tersebut (R. Subekti, Hu-kum Perjanjian).

    a. Perjanjian Bersyarat

    Suatu perjanjian bersyarat, apabila dia digantungkan pa-

    da peristiwa yang masih akan datang dan masih belum tentu

    akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya perjanjian

    hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara

    mem batalkan perjanjian menurut terjadinya atau tidak terja-

    di nya peristiwa tersebut.

    Dalam hal yang pertama, perikatan lahir hanya apabila

    peristiwa yang dimaksud itu terjadi dan perikatan lahir pada

    titik terjadinya peristiwa itu. Perikatan semacam ini di na-

    ma kan perikatan dengan suatu syarat tangguh. Dalam hal

    yang kedua, suatu perikatan yang sudah lahir, justru ber-

    akhir atau dibatalkan apabila peristiwa yang dimaksud itu

    ter jadi. Perikatan semacam ini dinamakan perikatan dengan

    suatu syarat batal.

    Dalam perjanjian jual beli, diperkenankan untuk menye-

    rahkan harganya pada perkiraan seorang pihak ketiga. Ji ka

    pihak ketiga ini tidak suka atau tidak mampu membuat per-

    kiraan tersebut maka tidaklah terjadi suatu pembelian. Per-

    janjian jual beli semacam itu adalah suatu perjanjian jual

    beli dengan suatu syarat tangguh.

    b. Perjanjian dengan Ketetapan Waktu

    Berlainan dengan suatu syarat, suatu ketetapan wak tu

    tidak menangguhkan lahirnya suatu perjanjian atau perikat-

    an, tetapi hanya menangguhkan pelaksanaannya, ataupun

    me nentukan lama waktu berlakunya suatu perjanjian. Suatu

    syarat yang mengandung suatu peristiwa yang belum pasti

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 19

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    akan terjadi adalah kebalikan dari suatu ketetapan waktu

    yang pasti.

    Suatu ketetapan waktu selalu dianggap dibuat untuk ke-

    pen tingan si berutang, kecuali dari sifat perikatannya sen diri

    atau dari keadaan ternyata bahwa ketetapan waktu itu telah

    dibuat untuk kepentingan si berpiutang. Apa yang harus di-

    ba yar pada suatu waktu yang ditentukan, tidak dapat ditagih

    sebelum waktu itu tiba. Namun, apa yang telah di ba yar sebe-

    lum waktu itu datang, tidak dapat diminta kem bali.

    c. Perjanjian Mana Suka (Alternatif)

    Dalam perjanjian semacam ini, si berutang dibebaskan

    jika dia menyerahkan salah satu dari dua barang yang disebut-

    kan dalam perjanjian, tetapi dia tidak boleh memaksa si

    berpiutang untuk menerima sebagian dari barang yang satu

    dan sebagian barang yang lainnya. Hak memilih ada pada

    si ber utang jika hak ini tidak secara tegas diberikan kepada

    si ber piutang.

    Misalnya, saya memiliki suatu tagihan uang seratus ribu

    rupiah pada seorang petani, yang sudah lama tidak dibayar-

    nya. Sekarang saya mengadakan suatu perjanjian dengan

    dia, bahwa dia akan saya bebaskan dari utangnya kalau

    dia menyerahkan kudanya kepada saya ataupun sepuluh

    kuintal berasnya.

    Apabila salah satu barang yang dijanjikan musnah atau

    tidak lagi dapat diserahkan maka perikatan mana suka itu

    men jadi suatu perikatan murni dan bersahaja. Jika kedua

    ba rang itu telah hilang dan si berutang bersalah tentang

    hi lang nya salah satu barang tersebut maka dia diwajibkan

    mem bayar harga barang yang hilang paling akhir.

    Jika hal memilih ada pada si berpiutang dan hanya sa-

    lah satu barang saja yang hilang maka jika itu terjadi di luar

    salahnya si berutang, si berpiutang dapat menuntut pe nye-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 20

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    rah an barang yang masih ada atau harga barang yang te lah

    hilang. Jika kedua barang musnah maka si berpiutang (apa-

    bila hilangnya salah satu barang tadi terjadi karena kesalah -

    an si berutang) boleh menuntut penyerahan salah satu, me-

    nurut pilihannya.

    Asas-asas sebagaimana diutarakan di atas, berlaku ju-

    ga, baik jika lebih dari dua barang termaktub dalam perjan-

    jian maupun jika perjanjiannya bertujuan melakukan suatu

    per buatan.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 21

    Bagi siapa pun yang memiliki kendaraan bermotor, baik

    itu kendaraan bermotor roda dua maupun kendaraan ber-

    mo tor roda empat atau kendaraan bermotor dengan jenis

    lain nya, tentunya tidak asing lagi dengan kata tilang. Kata

    tilang ini merupakan istilah yang digunakan oleh pihak ke-

    polisian untuk menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan

    oleh peng guna kendaraan bermotor yang bersangkutan.

    Tilang (bukti pelanggaran) lalu lintas tertentu merupakan

    metode untuk menindaklanjuti pelanggaran lalu lintas oleh

    pihak kepolisian melalui mekanisme pemeriksaan. Sesuai

    de ngan ketentuan Pasal 265 ayat (2) Kitab Undang-Undang

    La lu Lintas dan Angkutan Jalan No. 22 Tahun 1999 petugas

    atau pihak kepolisian dalam melakukan pemeriksaan, dapat

    me lalui dua cara, yakni pemeriksaan berkala dan peme rik-

    sa an insidental.

    Dalam pemeriksaan berkala, pelaksanaannya melalui su-

    atu perencanaan operasi disertai pertimbangan-pertimbang-

    an (banyaknya pencurian kendaraan bermotor, banyak nya

    pe langgaran lalu lintas, peredaran narkoba (narkotika dan

    obat-obat an terlarang), terorisme, dan lain-lain, bilamana

    3Apa yang Harus Anda Lakukan Keika

    Anda Kena Tilang?

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 22

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    per lu, pelaksanaannya harus dipimpin oleh seorang perwira

    per tama atau seorang bintara yang dituakan. Sementara itu,

    untuk pemeriksaan insidental, dilakukan saat dengan tu ju-

    an untuk melakukan pengawasan terhadap para penggu na

    jalan, bentuk kegiatannya melalui pos jaga dan atau pa troli

    lalu lintas (hunting system), pelaksanaannya tidak se lalu

    harus dalam ikatan kesatuan unit, tetapi dapat dilakukan

    se cara individu karena setiap pejabat kepolisian mele kat

    “des kresi,” artinya dapat bertindak sendiri tanpa per se tu-

    ju an pimpinan menurut penilaiannya sendiri (Pasal 18 Un-

    dang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Ne ga ra

    Re publik Indonesia).

    Lalu bagaimana proses pemeriksaan/penindakannya

    ba gi pelanggar lalu lintas? Semua pelanggaran lalu lintas

    ter ten tu, jenis pelanggaran yang secara kasat mata mudah

    pembuktiannya sebanyak 27 (dua puluh tujuh jenis pe lang-

    garan). Bagi pelanggar yang tertangkap tangan dan menga-

    kui kesalahannya, mereka ditilang dengan cara mem buat

    ca tatan tentang identitas pelanggar, uraian singkat pe lang-

    garannya, kemudian membubuhkan tanda tangan, serta ber-

    sedia hadir pada hari sidang yang telah ditetapkan, biasa nya

    dalam kurun waktu satu hingga dua minggu sejak seseorang

    ditilang. Menurut Pasal 267 Undang-Undang Lalu Lintas dan

    Ang kutan Jalan No. 2 Tahun 2009, ditentukan bahwa bagi

    se tiap orang yang sedang dalam perjalanan (travelling), ke pa-

    da mereka diberikan kemudahan, yaitu dapat tidak meng-

    hadiri sidang (verstek) namun harus menitipkan uang calon

    denda sebesar denda maksimal yang tercantum dari setiap

    pa sal yang dilanggar.

    Dengan demikian, jelas bahwa pihak kepolisian yang

    te ngah melakukan penegakan hukum harus dilandasi oleh

    hu kum yang sedang berlaku. Lalu apa saja kewenangan dari

    petugas kepolisian dalam melakukan penegakan hukum lalu

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 23

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    lintas di jalan? Pihak kepolisian memiliki kewenangan-kewe-

    nangan sebagai berikut:

    a. Memberhentikan, melarang atau menunda pengopera-

    si an, dan menyita sementara kendaraan bermo tor yang

    pa tut diduga melanggar peraturan berlalu lintas atau

    me rupakan alat dan atau hasil kejahatan;

    b. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran keterangan

    ber kaitan dengan penyidikan tindak pidana di bidang

    lalu lintas dan angkutan jalan;

    c. Meminta keterangan dari pengemudi, pemilik kendaraan

    bermotor, dan atau perusahaan angkutan umum;

    d. Melakukan penyitaan terhadap Surat Izin Mengemudi,

    ken da ra an bermotor, muatan, Surat Tanda Nomor Kenda-

    raan bermotor (STNK), surat tanda coba kendaraan ber-

    mo tor, dan atau tanda lulus uji sebagai barang bukti;

    e. Melakukan penindakan terhadap tindak pidana pelanggar-

    an atau kejahatan lalu lintas menurut ketentuan peratur-

    an perundang-undangan yang berlaku;

    f. Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksa-

    an;

    g. Menghentikan penyidikan jika tidak terdapat cukup

    buk ti;

    h. Melakukan penahanan yang berkaitan dengan tindak pi-

    dana kejahatan lalu lintas; dan atau

    i. Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertang-

    gung jawab.

    Pelaksanaan penindakan pelanggaran dan penyidikan tin-

    dak pidana sebagaimana dimaksud tersebut, harus dilakukan

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

    (jus constitutum). Mengapa harus dilakukan sesuai dengan per aturan perundang-undangan yang berlaku? Hal itu untuk

    mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh pihak

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 24

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    kepolisian yang bersangkutan untuk kepentingan pribadi,

    bu kan untuk kepentingan negara atau masyarakat.

    Tindakan penyalahgunaan ini sering terjadi dan dilakukan

    oleh beberapa oknum kepolisian. Salah satu penyalahgunaan

    tersebut adalah dalam bentuk mengelabui pelanggar lalu lin-

    tas yang diberhentikan oleh polisi dan diberikan surat tilang

    atas pelanggaran yang telah dilakukannya itu. Bagaimana

    mo dus polisi mengelabui pelanggar lalu lintas, berikut ada-

    lah salah satu modus operandinya.

    Form tilang dalam pelanggaran lalu lintas terdiri dari

    dua bentuk, yakni form atau slip berwarna merah jambu dan form berwarna biru. Jika pelanggar lalu lintas diberikan form berwarna merah jambu, berarti pelanggar menyangkal apa bila dia melakukan pelanggaran lalu lintas dan mau

    mem bela diri secara hukum (ikut sidang) di pengadilan se-

    tem pat. Berbeda halnya apabila pelanggar diberikan form ber war na biru. Form berwarna biru ini menandakan bahwa

    pelang gar yang bersangkutan mengakui bahwa dirinya telah

    melakukan pelanggaran lalu lintas dan bersedia untuk mem-

    ba yar denda yang sesuai dengan peraturan perundang-un-

    dangan yang berlaku (jus constitutum). Pelanggar kemudian ber kewajiban untuk mengirim uang denda ke pemerintah

    via nomor rekening ATM di bank pemerintah yang ditunjuk

    (mi sal nya Bank Rakyat Indonesia atau BRI). Kemudian bukti

    transfer tersebut nantinya dijadikan sebagai alat bukti untuk

    ditu kar dengan SIM/STNK yang disandera atau ditahan di

    Pol sek, di mana kita ditilang.

    Namun, ada kalanya beberapa polisi yang berperilaku

    “na kal”, yakni dengan memberikan form berwarna merah jam bu kepada pelanggar yang mengakui kesalahannya.

    Hal ini pernah terjadi atau dialami oleh penulis. Pada waktu

    itu penulis terkena tilang karena belum memiliki Surat Izin

    Me nge mudi (SIM) dan hal itu penulis akui dengan sejujur-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 25

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    ju jurnya kepada pihak kepolisian. Alasan yang dilontarkan

    oleh penulis mengapa penulis tidak memiliki SIM karena un-

    tuk membuat SIM, biayanya, bagi penulis pada saat itu, ter-

    masuk mahal dan pada saat itu penulis juga belum me miliki

    pekerjaan atau penghasilan. Polisi pun pada waktu itu dengan

    sigap menindaklanjuti alasan dari penulis tersebut dengan

    mengatakan, “Anda mau ikut sidang atau diselesaikan di

    sini?” Penulis langsung menjawab, “Ikut sidang, Pak!”

    Kemudian Pak Polisi itu memberikan form berwarna me-rah jambu kepada penulis untuk mengikuti sidang seminggu

    kemudian, terhitung semenjak penyerahan form berwarna merah jambu tersebut. Pada saat hari yang ditentukan untuk

    mengikuti sidang telah tiba, penulis pun menyambangi

    pe ngadilan yang ditunjuk. Pada saat penulis telah tiba di

    pe nga dil an tersebut, naudzubilah minzalik, banyak sekali calo berkeliaran, antrean yang luar biasa panjangnya untuk

    meng ikuti sidang pelanggaran lalu lintas tersebut dan ok-

    num pengadilan yang melakukan pungutan liar berupa

    pem beng kakan nilai tilang. Kalau seandainya penulis dan

    pe langgar-pelanggar itu tidak mengikuti sidang, dokumen-

    do kumen tilang dititipkan pada kejaksaan setempat. Di sini

    pun banyak calo dan oknum kejaksaan yang melakukan pu-

    ngut an liar, dengan cara melakukan pembengkakan (mark

    up) nilai tilang. Sungguh, dunia penegakan hukum lalu lintas

    yang telah mengalami kapitalisasi oleh para penegak-pene-

    gak nya sendiri!

    Pemberian form berwarna merah jambu oleh polisi ke-pa da pihak pelanggar lalu lintas, walaupun si pelanggar me-

    ngakui kesalahannya sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku adalah tindakan yang tidak dibenarkan

    oleh hukum. Dalam hal ini penegak hukumlah yang justru

    me langgar hukum. Pemberian form berwarna merah jambu ke pada pelanggar yang mengakui kesalahannya tersebut

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 26

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    da pat ditengarai bahwa tindakan itu memang sengaja dila-

    kukan oleh pihak kepolisian agar si pelanggar enggan untuk

    mengikuti sidang di pengadilan, terlebih lagi apabila si pe-

    lang gar adalah warga masyarakat di luar kabupaten, kota,

    atau provinsi tempat menilang tersebut. Dengan demikian,

    ke engganan dari pelanggar tersebut, nanti pada gilirannya,

    di harapkan agar si pelanggar memilih “berdamai” saja de-

    ngan pihak kepolisian, dengan cara memberikan suap kepa-

    da pihak kepolisian.

    R. Deda Suwandi (2010:48) mengatakan bahwa fungsi

    dari form berwarna merah jambu memiliki dua fungsi bagi si pelanggar, yang pertama sebagai tanda sita atas STNK/

    STCK (Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor) dan atau

    SIM yang dapat digunakan sebagai penggantinya; kedua se-

    ba gai tanda panggilan untuk menghadiri sidang.

    Untuk itulah, jika Anda suatu waktu terkena tilang oleh

    polisi dan Anda kemudian mengakui kesalahan Anda maka

    mintalah form berwarna biru kepada polisi. Berikut ini ada-lah contoh kasus dari seorang pelanggar yang ngotot me-

    min ta form berwarna biru kepada pihak kepolisian yang me-ni langnya:

    Polisi : “Selamat siang, Mas, bisa lihat SIM dan

    STNK?”

    Pelanggar : “Bisa, Pak Polisi.”

    Polisi : “Mas, Anda tahu kesalahan Anda apa?”

    Pelanggar : “Tidak, Pak.”

    Polisi : “Ini nomor polisinya tidak seperti seharusnya”

    (telunjuk si Polisi menunjuk ke nomor polisi pada ken-

    daraan itu yang tidak seharusnya, sambil langsung

    me ngambil “jurus sakti” mengambil buku tilang, lalu

    me nulis dengan sigap)

    Pelanggar : “Pak Polisi, tolong jangan ditilang, dong, saya

    kan tidak tahu plat aslinya itu ke mana, sudah hilang.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 27

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    Tapi bukti-bukti surat kendaraan dan izin mengemudi

    saya lengkap dan masa berlakunya masih empat ta-

    hun an. Kalau yang asli ada, pasti saya pasang. Ayo lah

    Pak, tolonglah.”

    Polisi : “Sudah, saya tilang saja. Kamu tahu atau ti-

    dak, banyak mobil curian sekarang ini?” (dengan na-

    da keras!!)

    Pelanggar : (Dengan nada keras juga) “Kok gitu, Pak!

    Kenda raan saya kan ada STNK-nya, Pak. Inikan bukan

    mobil curian!”

    Polisi : “Kamu itu kalau dibilangin kok ngotot.” (dengan

    nada lebih tegas) “Kamu terima saja surat tilangnya.”

    (sambil menyodorkan surat atau form tilang berwarna merah jambu)

    Pelanggar : “Maaf, Pak. Saya tidak mau yang berwarna me-

    rah jambu, saya mau yang berwarna biru.”

    Polisi : “Hey! (dengan nada tinggi) Kamu tahu gak,

    su dah sepuluh hari ini form biru itu sudah tidak ber-laku!”

    Pelanggar : “Sejak kapan, Pak, form biru sudah tidak berla-ku? Seharusnya kalau sudah tidak berlaku, diumum-

    kan atau dipublikasikan ke masyarakat. Semenjak se-

    pu luh hari sebelumnya sampai dengan saat ini, sa ya

    tidak mendengar beritanya, kecuali dari Anda, Pak

    Polisi.”

    Polisi : “Ini kan dalam rangka operasi, kamu itu tidak

    boleh meminta form biru. Dulu kamu bisa meminta form biru, tetapi sekarang ini kamu tidak bisa. Kalau ka mu tidak mau, ngomong sana dengan komandan

    sa ya” (dengan nada keras dan ngotot).

    Pelanggar : “Baik, Pak, kita ke komandan Bapak saja seka-

    lian” (dengan nada menantang).

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 28

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    Polisi : (Dengan muka bingung) “Kamu ini melawan

    pe tu gas!”

    Pelanggar : “Loh, siapa yang melawan petugas, Pak. Saya

    hanya ingin meminta form berwarna biru, tidak ber-mak sud untuk melawan petugas. Bukankah Bapak

    yang tidak mau memberikan apa yang telah menjadi

    hak saya?!”

    Polisi : “Kamu jangan macam-macam ya, kamu nanti

    bisa saya kenakan pasal melawan petugas!”

    Pelanggar : “Sudah saya katakan tadi kalau saya tidak me-

    lawan petugas. Saya hanya ingin meminta form ber-war na biru. Tapi okelah kalau Bapak tidak mau mem-

    be rikan apa yang telah menjadi hak saya, tapi saya

    akan mengambil foto Bapak karena Bapak yang telah

    me ngatakan bahwa form biru sudah tidak berlaku” (sam bil mengambil telepon genggam berkamera dari

    saku celananya).

    Polisi : “Hey! Kamu bukan wartawan, kan? Kalau ka-

    mu foto saya, kamu bisa saya kandangin.” (sambil

    ber lalu)

    Kemudian si pelanggar itu mengejar polisi itu dengan sikap

    siap memotret polisi tersebut. Hingga akhirnya, ti ba-tiba

    di halau oleh anggota polisi lainnya yang sedang bertugas

    pada saat itu (kemudian disebut Polisi ke-2).

    Polisi ke-2 : “Mas, Anda tidak bisa mengambil foto petugas

    seperti itu.”

    Pelanggar : “Si Bapak itu yang mengatakan bahwa form biru itu tidak bisa diberikan kepada saya” (sambil me-

    nun juk polisi yang menilangnya).

    Lalu polisi ke-2 tersebut menghampiri polisi yang menilang

    si pelanggar itu. Ada pembicaraan singkat terjadi an tara

    po lisi ke-2 dan polisi yang menilang si pelanggar itu. Akhir-

    nya, polisi ke-2 tersebut menghampiri si pe lang gar.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 29

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    Polisi ke-2: “Mas, mana surat tilang yang berwarna merah

    jambunya?” (sambil meminta kepada si pelanggar)

    Pelanggar : “Tidak saya pegang, Pak. Masih dipegang oleh

    Bapak itu.”

    Kemudian Polisi ke-2 tersebut memanggil polisi yang me ni-

    lang tersebut. Dan setelah itu polisi yang menilang tersebut

    kemudian memberikan form tilang berwarna biru kepada si pelanggar dengan nada jengkel. Polisi yang menilang ter-

    se but menulis nominal denda sebe sar Rp30.600,00 sambil

    berkata, “Nih, kamu bayar se ka rang ke BRI (Bank Rakyat

    In do nesia). Lalu kamu am bil lagi SIM kamu di sini. Saya

    tung gu!”

    Pelanggar : (Yes!) “Oke, Pak! Gitu dong, kalau begini dari

    tadi, kan enak!”

    Kemudian si pelanggar itu menjalankan kembali kendaraan-

    nya menuju ke BRI. Setelah selesai urusannya dengan

    BRI, kemudian si pelanggar itu kembali lagi ke tempat

    po lisi itu menilangnya hanya untuk mengambil Surat Izin

    Me ngemudi (SIM) yang disandera atau ditahan oleh pihak

    po lisi tersebut.

    Berangkat dari contoh kasus tersebut, kita dapat belajar

    bahwa jika kita merasa berada pada garis lurus dan benar,

    seharusnyalah kita berani untuk melakukan “perlawanan”

    ter hadap petugas hukum yang telah melakukan pengelabuan

    terhadap diri kita. Jika hal itu tidak kita lakukan maka ti dak

    saja diri kita yang akan menjadi korban dari tindakan pe-

    nya lahgunaan wewenang tersebut namun hal itu akan ber-

    imbas pula kepada pihak-pihak lain yang menjadi korban

    dari keganasan penegak hukum tersebut. Jika dia merasa

    bah wa perbuatan yang ditujukan kepada Anda itu mulus-

    mu lus saja, tidak ada protes, dan atau perlawanan maka dia

    akan merasa demikian apabila dia menzalimi pihak lain se-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 30

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    lain Anda. Maka, hanya ada satu kata yang dapat terlontar

    un tuk mempertahankan suatu kebenaran: Lawan!

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 31

    Pelayanan jasa parkir yang diberikan oleh para juru

    par kir, memang membuat kita merasa aman dan nyaman

    ke tika kendaraan yang kita tinggalkan atau diparkir pada

    suatu tempat terjamin keamanannya. Dalam hal ini kita su-

    dah sepatutnya memberikan ucapan terima kasih kepada

    pi hak pemberi jasa parkir tersebut.

    Namun demikian, walaupun rasa aman kita terjamin de-

    ngan adanya jasa parkir tersebut, terkadang rasa nyaman

    kita terusik oleh perilaku-perilaku menyebalkan dari pihak

    yang memberikan jasa parkir. Misalnya, meminta uang jasa

    par kir, padahal kendaraan yang kita parkir berada tepat di

    po sisi depan hidung kita, menggelembungkan uang jasa par-

    kir dengan cara mengubah nilai rupiah secara sepihak pa da

    karcis atau tiket parkir dengan cara membubuhkan cap palsu

    atau dengan tindakan lain yang mengarah pada pengge lem-

    bung an uang jasa parkir dari yang sesungguhnya, dan ter ka-

    dang pula memberikan karcis atau tiket parkir yang su dah

    tam pak lusuh dan kusut, yang menandakan bahwa kar cis

    ter sebut telah digunakan berulang-ulang, tidak mengembali-

    kan uang yang seharusnya dikembalikan dari selisih uang

    4Juru Parkir yang Nyebelin

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 32

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    par kir yang diterima oleh pihak pemberi jasa parkir dari kita

    atau meminta uang jasa parkir double.Jika kita menghadapi kasus-kasus seperti ini, tindakan

    yang dapat kita ambil adalah menolak dan atau bertanya. Jika

    kendaraan yang kita parkir itu berada dekat kita dan se be-

    narnya tidak perlu dijaga oleh juru parkir karena kita sen dirilah

    yang mengawasinya, ketika kita ingin meninggalkan tempat itu

    dihampiri oleh juru parkir dan meminta ong kos parkir, kita dapat

    dengan halus menolaknya dengan menga ta kan, “Maaf ya, Pak/

    Mas/Mbak, tadi saya sendiri yang me ng a wasi kendaraan yang

    saya parkir ini.” Jika pe no lakan secara halus itu ditanggapi

    negatif oleh juru par kir ter sebut dan tetap ngotot meminta

    uang jasa par kir ke pada kita sampai-sampai dia mengancam

    dengan ke keras an ma ka kita dapat menginformasikan kepada

    juru par kir tersebut bahwa perbuatannya itu sebenarnya telah

    me langgar keten tu an pidana, yakni tentang pungutan liar atau

    biasa yang di singkat dengan akronim “pungli” atau peme ras an.

    Dalam Pasal 368 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pi-

    dana) menandaskan bahwa barang siapa yang dengan mak-

    sud untuk menguntungkan dirinya atau orang lain dengan

    me lawan hukum, memaksa orang dengan kekerasan atau

    de ngan ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan

    suatu barang yang seluruhnya atau sebagiannya kepunyaan

    orang itu sendiri atau kepunyaan orang lain, atau supaya

    orang itu membuat utang atau menghapuskan utang, di-

    hukum ka rena memeras dengan hukuman penjara selama-

    lamanya 9 tahun.

    Jadi, unsur-unsur pungli yang masuk dalam kategori

    pe me rasan, yaitu:

    a. Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri

    atau orang lain dengan melawan hak/hukum;

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 33

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    b. Memaksa orang dengan kekerasan atau dengan an cam-

    an kekerasan;

    c. Supaya orang itu memberikan barang yang sama sekali

    ter masuk kepunyaannya sendiri atau orang lain, atau

    su paya orang itu membuat utang atau menghapuskan

    utang.

    Itu tindakan yang dapat kita lakukan apabila juru par-

    kir menodong kita untuk memberikan uang parkir, pada hal

    ken daraan itu kita sendiri yang mengawasinya atau memar-

    kirinya. Sekarang bagaimana tindakan kita ketika ki ta mene-

    rima karcis parkir yang telah berulang kali digunakan atau

    dicap “palsu” dengan biaya uang parkir yang lebih tinggi dari

    ketentuan normal? Kita dapat bertanya kepada juru parkir,

    me ngapa karcis ini dicap atau lusuh dan tampak kusut (Ja kar-

    ta: lecẻk). Setelah itu, kita meminta karcis yang asli kepada juru parkir. Jika juru parkir tidak mau memberikan apa yang

    kita minta tersebut maka kita dapat mengatakan kepada

    ju ru parkir bahwa tindakannya tersebut telah melanggar ke-

    ten tuan hukum pidana, yakni telah melakukan perbuatan

    pi dana pemalsuan surat dan dapat dilaporkan kepada pihak

    yang berwajib.

    Dalam ketentuan Pasal 263 ayat (1), ditandaskan bah-

    wa barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan

    su rat, yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjan-

    jian (kewajiban) atau sesuatu pembebasan utang, atau yang

    boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu per-

    buatan, dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh

    orang lain menggunakan surat-surat itu, se olah-olah surat itu

    asli dan tidak dipalsukan maka kalau memper gu nakannya,

    da pat mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pe-

    malsuan surat, dengan hukuman penjara selama-lamanya

    enam tahun. Pada ayat (2) ditandaskan bahwa dengan hu-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 34

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    kuman serupa itu juga dihukum, barang siapa dengan se-

    nga ja menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan itu

    se olah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, kalau hal

    mem pergunakan dapat mendatangkan sesuatu kerugian.

    Menurut R. Soesilo (1996:195), yang dimaksud dengan

    surat tersebut adalah segala surat, baik yang ditulis dengan

    tangan, dicetak, maupun ditulis memakai mesin ketik dan

    lain-lain. Lebih jauh lagi, dikemukakan bahwa surat yang

    dipalsu itu harus suatu surat yang dapat menerbitkan suatu

    hak, mi salnya ijazah, karcis tanda masuk atau karcis parkir,

    dan lain-lain. Berangkat dari ketentuan dalam KUHAP dan

    apa yang dikemukakan oleh R. Soesilo maka kita dapat

    me narik garis hubung bahwa karcis parkir yang diberikan

    kepada kita oleh juru parkir tersebut dapat digolongkan

    sebagai pemal suan surat dan pelakunya dapat diancam

    dengan hukuman pidana.

    Dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan ber-

    motor, sebenarnya ada pihak-pihak tertentu yang diun tung-

    kan dengan bisnis perparkiran, bahkan parkir pada saat ini

    ber alih menjadi sumber dana yang potensial bagi pemerintah

    ataupun swasta, bahkan individu dan kelompok masyarakat

    yang menjalankan jasa perparkiran kendaraan, terutama ken-

    daraan bermotor. Bagi pemerintahan daerah, parkir adalah

    salah satu sumber pemasukan bagi penggemukan Pendapat-

    an Asli Daerah (PAD). Namun, selama ini pengelolaan par-

    kir tidak profesional serta proporsional, dan dibiarkan me-

    nu rut mekanisme pasar yang tidak terarah. Akibatnya,

    ter jadilah kebocoran, mulai dari lapangan hingga ke tingkat

    bi ro krat daerah. Kemudian yang lebih penting adalah hal ini

    ber dampak pada kenyamanan masyarakat dalam menggu-

    nakan jasa perparkiran.

    Merupakan pemandangan dan kejadian yang lumrah

    apa bila kita hendak memarkir kendaraan, juru parkir pada

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 35

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    saat itu tidak tampak batang hidungnya untuk membantu ki-

    ta memarkir kendaraan dengan memberikan aba-aba. Oleh

    ka rena itu, pengguna kendaraan pun memarkir kendaraan

    se sukanya, yang menurutnya nyaman dan aman untuk par-

    kir. Namun demikian, pada saat kendaraan kita ingin mening-

    gal kan tempat parkir, sekonyong-konyong muncullah ok num

    juru parkir dengan peluit yang menyumpal mulut nya, yang

    terkadang mengenakan rompi berwarna jingga. Sang “pah-

    lawan kesiangan” itu dengan peluit yang ditiup, membe rikan

    aba-aba kepada kita dan berucap terus-menerus, “mun dur,

    maju, kanan, kiri, balas,” dan sebagainya. Tidak ja rang pu la

    salah satu dari mereka tidak memerhatikan kenda raan se-

    hingga kendaraan menyerempet sesuatu hingga le cet, bah-

    kan bertabrakan dengan kendaraan lain. Setelah me rasa

    tugas selesai, mereka pun meminta uang jasa par kir. Terka-

    dang, para juru parkir itu marah apabila uang jasa parkir

    yang kita berikan itu kurang jumlahnya.

    Jika diamati, sistem perparkiran ini memang masih sa-

    ngat semrawut. Pungutan uang jasa parkir dapat dikenakan

    ka pan saja dan di mana saja meskipun juru atau petugas

    par kir tidak dilengkapi oleh karcis tanda parkir. Bahkan le bih

    meresahkan lagi ketika sistem parkir dikelola oleh per usa-

    ha an jasa perparkiraan di tempat-tempat pelayanan so sial,

    seperti rumah sakit dan pusat-pusat perbelanjaan. Sistem

    pem bayaran yang dihitung per jam, sungguh mem be rat kan

    dan terkesan tidak manusiawi.

    Selain itu, yang membuat jengkel lagi apabila didapati

    ada nya tulisan, “kehilangan dan kerusakan kendaraan di

    areal ini bukan tanggung jawab kami (juru parkir).” Penggu-

    na jasa parkir pun pada gilirannya menjadi dongkol, “Mau

    di ba yar mahal, tapi tidak mau bertanggung jawab!”

    Sebenarnya, perbuatan nyebelin dari para juru parkir ter-sebut telah melanggar ketentuan peraturan perundang-un-

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 36

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    dangan yang berlaku. Artinya, tindakan sewenang-wenang

    tersebut dapat digugat berdasarkan Pasal 8 ayat (1) huruf a

    Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 yang mengatur ten tang

    perlindungan konsumen. Dalam ketentuan tersebut di tan-

    daskan bahwa pelaku usaha (perusahaan perparkiran) da-

    lam menawarkan barang/jasa yang ditujukan untuk diperda-

    gangkan, dilarang membuat atau mencantumkan klausul

    ba ku pada setiap dokumen dan atau perjanjian (dalam hal

    ini karcis tanda bukti parkir). Pasal 1706 KUH Perdata menan-

    daskan pula bahwa perusahaan pengelola tempat parkir ha-

    rus menjaga barang yang dititipkan pada areal miliknya

    de ngan baik, sebaik barang miliknya sendiri.

    Jika ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

    ter sebut dilanggar maka konsumen dapat menempuh upaya

    hukum yang ditandaskan dalam Pasal 45 Undang-Undang

    No. 8 Tahun 1999, yaitu menggugat pelaku usaha secara

    per data melalui peradilan umum; melaporkan secara pidana

    pela ku usaha atas dugaan melanggar Pasal 16 dengan an-

    cam an pidana penjara selama 2 (dua) tahun dan pidana

    den da paling banyak Rp500.000.000,00.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 37

    Untuk membuat surat Keterangan Tanda Penduduk

    (KTP), biasanya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh

    si pe mo hon terdiri dari dua syarat, yakni syarat materiil

    dan sya rat prosedural. Syarat materiil adalah syarat yang

    berupa berkas-berkas yang harus dipenuhi oleh si pemohon,

    terdiri dari surat Kepala Keluarga (KK), KTP yang masa

    ber laku nya akan habis (apabila ingin memperpanjang),

    surat pindah (apa bila penduduk baru), foto dengan ukuran

    tertentu (saat ini biasanya orang tidak perlu membawa foto

    karena pe merintah setempat telah menyediakan foto digi-

    tal untuk kepentingan pembuatan KTP), dan mengisi for-

    mu lir pembuat an KTP. Untuk syarat prosedural, biasanya

    orang yang ber sang kutan harus terlebih dahulu meminta

    kete rangan dari RT/RW, kelurahan, kemudian terakhir keca-

    matan. Sete lah sya rat-syarat tersebut terpenuhi, biasa nya

    KTP kemudian di proses oleh bagian administrasi peme rin-

    tah an setempat dan akan selesai satu hari sampai dengan

    satu minggu ke de pan.

    Sepertinya untuk membuat KTP mudah dan siapa pun

    war ga di suatu wilayah kelurahan dapat melakukannya. Na-

    5Pungutan Liar KTP di Kelurahan

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 38

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    mun, hal tersebut tidak akan menjadi mudah ketika kita

    ke tang gor atau bertemu dengan aparat kelurahan yang ber-

    otak pungli. Jika hal ini terjadi pada diri kita maka urusan

    yang semula mudah, nanti pada gilirannya akan menjadi

    su lit. Mereka berprinsip, “Jika bisa dipersulit, untuk apa

    diper mudah!” Mengapa mereka mempersulit? Jawabannya

    sangat mudah, karena mereka menginginkan suap dari

    pihak pe mohon.

    Ada-ada saja trik mereka untuk menggiring para pemo-

    hon untuk memberikan suap kepada mereka. Misalnya,

    me reka mengatakan kepada pihak pemohon apabila pihak

    pemohon tidak memberikan uang suap maka KTP akan lam-

    bat sekali jadinya, bisa sampai sekitar enam bulan atau satu

    tahun kemudian, atau juga si pejabat yang bersangkutan

    se lalu mencari-cari kekurangan berkas atau prosedur, atau

    dengan istilah lain mengada-ada. Bahkan di Jakarta dilapor-

    kan bahwa untuk mengurus KTP saja orang dikenai biaya

    Rp80 ribu sampai dengan Rp500 ribu, dan si pemohon harus

    me nunggu tidak kurang dari 180 hari atau sekitar 2 bulan.2

    Bagaimana sikap kita apabila kita menghadapi aparatur

    administrasi kelurahan berotak pungli tersebut? Tindakan

    per tama yang harus kita lakukan adalah mempelajari per-

    syaratan dan prosedur yang telah terpublikasikan di kelurahan

    setempat. Apabila persyaratan dan prosedur tersebut tidak

    terpublikasikan, tanya kepada aparat yang bersangkutan,

    me ngapa hal itu tidak dipublikasikan sehingga dapat diakses

    oleh para pemohon. Setelah mengetahui persyaratan dan pro-

    sedur yang telah ditetapkan oleh pihak kelurahan ma ka Anda

    dapat mencocokkan apakah permintaan uang suap (untuk

    mengistilahkan uang administrasi yang sering dipakai dalam

    dunia suap-menyuap di kalangan aparatur kelurahan) telah

    cocok dengan apa yang disyaratkan tersebut. Jika tidak, An-

    2 http://bataviase.co.id/node/218289

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 39

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    da bisa menolak permintaan suap dari pihak aparatur yang

    bersangkutan.

    Dalam syarat, ketentuan, dan prosedur yang terpublika-

    sikan tersebut, biasanya tertera atau dicantumkan tentang

    berapa lamanya KTP tersebut diproses dan siap digunakan

    oleh si pemohon (biasanya satu hari hingga seminggu; ji ka

    lebih dari satu minggu, Anda berhak bertanya kepada apa-

    ratur yang bersangkutan, karena zaman seka rang adalah

    zaman teknologi komputer dan segala se sua tu nya yang ber-

    hubungan dengan pembuatan KTP bisa di lakukan dengan

    cepat). Jika aparatur yang bersangkutan mengatakan

    ke pada Anda bahwa jika Anda tidak memberikan suap

    kepada aparatur yang bersangkutan, akan berdampak pa da

    lamanya proses pembuatan KTP tersebut maka Anda da-

    pat balik mengatakan bahwa perbuatan dari aparat kelu-

    rahan tersebut telah melanggar ketentuan pidana, yakni

    te lah melakukan tindakan pungli dan pemerasan dengan

    ca ra mengancam (pasal tentang tindakan memeras dengan

    meng ancam ini dapat Anda lihat kembali pada bagian sub-

    bab yang membahas tentang pungli di zona perparkiran da-

    lam tulisan ini) dan oleh karenanya, perbuatan tersebut da-

    pat dilaporkan pada pihak yang berwajib.

    Katakan kepada aparatur kelurahan tersebut bahwa me-

    reka bekerja di kelurahan berkewajiban untuk melayani war-

    ga masyarakat yang harus dilayaninya, bukan justru minta

    “pelayanan” dari warga masyarakat yang sedang memohon

    pembuatan KTP.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 40

    Dalam lalu lintas sosial kehidupan Anda sudah pasti An-

    da akan sering melakukan transaksi terhadap pihak-pihak

    tertentu yang berkaitan dengan perealisasian kepentingan

    Anda. Misalnya saja Anda menjanjikan atau dijanjikan untuk

    melakukan suatu pekerjaan atau Anda melakukan per jan ji-

    an jual beli kepada pihak-pihak tertentu, dan lain se ba gai-

    nya. Berangkat dari sini, pertanyaan yang terlontar ke mu di-

    an adalah apakah dalam interaksi transaksi tersebut An da

    telah dilindungi oleh hukum? Atau dengan kata lain, apa kah

    Anda telah melindungi diri Anda sendiri?

    Perlu Anda ketahui bahwa hukum perjanjian adalah hu-

    kum yang sifatnya terbuka. Artinya, hukum perjanjian mem-

    berikan kebebasan seluas-luasnya kepada Anda atau masya-

    rakat untuk membuat perjanjian yang berisi dan bermacam

    apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan ke-

    su silaan.

    Di samping itu, yang harus diingat oleh Anda ketika

    An da melakukan perjanjian dengan pihak lain adalah alang-

    kah baiknya apabila perjanjian itu dituangkan dalam bentuk

    tertulis dan ditandatangani oleh Anda dan pihak yang meng-

    6Peningnya Perjanjian Tertulis

    Bagi Kepeningan Anda

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 41

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    ikatkan diri dalam suatu perjanjian dengan Anda. Mengapa

    hal ini harus dilakukan oleh Anda? Ya, karena perjanjian

    yang Anda buat tersebut sebenarnya berlaku sebagai un-

    dang-undang antara diri Anda dan pihak lain yang terikat

    per janjian dengan Anda. Artinya, kedua belah pihak harus

    meng hormati dan melaksanakan perjanjian tersebut. Apabila

    salah satu pihak ingkar janji, berarti telah terjadi cedera janji

    (wanprestasi). Nah, ketika wanprestasi ini terjadi, maka jika

    Anda menuangkan perjanjian tersebut dalam bentuk ter tu-

    lis, akan mudah bagi Anda untuk membela hak-hak An da

    sebagaimana telah disepakati bersama yang telah dituang-

    kan dalam bentuk tertulis tersebut.

    Sebagaimana telah dikemukakan, Anda adalah subjek

    hukum yang memiliki kebebasan untuk melakukan per janji-

    an dalam bentuk apa pun dengan syarat-syarat sebagai beri-

    kut:

    1) Antara Anda dan pihak terkait bersepakat untuk meng-

    ikatkan diri dalam sebuah perjanjian (adanya perse tuju-

    an para pihak atau tidak berada di bawah ancam an);

    2) Ada kecakapan hukum dari Anda dan pihak terkait da-

    lam membuat perjanjian tersebut (misalnya tidak di

    ba wah umur atau tidak waras);

    3) Ada hal tertentu yang diperjanjikan antara Anda dan

    pi hak terkait (ada objek yang diperjanjikan);

    4) Hal yang diperjanjikan itu haruslah hal yang halal (yang

    diperjanjikan adalah hal-hal yang diperbolehkan).

    Syarat ke-1 dan ke-2 merupakan syarat subjektif (berkait-

    an dengan para pihak pembuat perjanjian), sementara sya-

    rat ke-3 dan ke-4 merupakan syarat objektif (hal yang di-

    per janjikan). Kalau syarat objektif tidak terpenuhi maka

    per janjian itu batal demi hukum.

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.com

  • 42

    Berani Bersikap Ketika Hak Hukum Anda Dilanggar

    Penyebab dari terjadinya cedera janji atau wanprestasi

    (kealpaan atau kelalaian) sehingga hal itu membuat salah

    satu pihak memberikan ganti kerugian, yaitu:

    1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan-

    nya;

    2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak seba-

    gaimana yang dijanjikan;

    3) Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

    4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh

    dilakukan.

    Lalu, bagaimana caranya membuat surat perjanjian

    yang sederhana? Apa saja hal po kok yang harus tercantum

    dalam surat perjanjian itu? Mem buat surat perjanjian, isinya

    tentu harus disesuaikan dengan objek atau jenis apa yang

    diperjanjikan. Misalnya, jual beli, utang piutang, sewa-

    menyewa, perjanjian kontrak kerja, dan lain sebagainya.

    Meski begitu, ada hal-hal yang sifatnya men dasar, yang

    sepatutnya tercantum dalam membuat su rat perjanjian,

    yakni:

    Setiap perjanjian selalu dimulai dengan menyebut iden-titas para pihak, seperti nama, tempat tinggal, atau tem-pat kedudukan (berkantor di...), dan juga terkadang

    kua li tas daripada pihak-pihak (dalam hal ini diwakili

    oleh...). Apabila perjanjian itu mengenai perorangan

    ma ka digunakan bertempat tinggal di..., sedangkan bila

    badan hukum (perusahaan), dituliskan berkedudukan

    di....

    Ada perjanjian atau kontrak tertentu dengan memuat pem bukaan (mukadimah) yang mengandung dasar hu-

    kum dan pertimbangan-pertimbangan mengapa diada-

    kan perjanjian/kontrak. Contoh: Dengan ini kedua belah

    pihak menerangkan telah mufakat sebagai berikut...

    pustaka-indo.blogspot.com

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.comhttp://pustaka-indo.blogspot.com

  • 43

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    (sebutkan objek perjanjian mengenai hal apa secara de-

    tail).

    Tentukan syarat-syarat yang diperjanjikan, atau hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian tersebut.

    Jadi, ditulis tentang syarat apa saja yang boleh dilaku-

    kan dan tidak boleh dilakukan, termasuk pem ba yaran

    atau harga. Lantas, diatur pula pelbagai kemung kin an

    yang timbul di kemudian hari. Misalnya, bagai mana se-

    andainya barang tersebut hilang, rusak, atau bagai mana

    kalau terjadi tuntutan dari pihak lain, dan sebagai nya.

    Setiap perjanjian harus menyebutkan jangka waktu per-janjian, kapan mulai berlaku, dan kapan berakhir, ter-

    masuk kemungkinan perpanjangan perjanjian. Menge-

    nai pengakhiran perjanjian, ada tiga macam hal yang

    biasanya diatur dalam perjanjian:

    1) Pengakhrian tanpa kewajiban mengganti rugi, te ta-

    pi tetap berhak atas pembayaran biaya-biaya, keru-

    gian, dan bunga-bunga.

    2) Pengakhiran dengan membayar ganti rugi.

    3) Berakhir menurut hukum (meninggal dunia, dipen-

    jara, pailit, disita, dan lain sebagainya).

    Ditentukan penyelesaian perselisihan yang mungkin tim bul (lebih dulu secara damai atau musyawarah), ta pi

    juga dimungkinkan berujung di pengadilan. Untuk itu,

    ditentukan domisili (tempat) penyelesaian seng ke ta.

    Mi salnya, di Pengadilan Negeri ... (tempat perjan jian

    di buat atau domisili salah satu pihak pembuat perjan-

    jian).

    Ditentukan biaya-biaya yang diperlukan. Misalnya, biaya meterai ini dipikul oleh pihak ....

    Penutup perjanjian (klausul penutup). Misalnya, perjan-jian ini dibuat dan ditandatangani dalam rangkap dua di

    ... pada tanggal ....

    pustaka-indo.blogspot.com

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.comhttp://pustaka-indo.blogspot.com

  • 44

    Tentunya, bagi Anda yang memiliki kendaraan bermotor,

    pemilikian Surat Izin Mengemudi (SIM), secara formal ber-

    da sar kan hukum positif di Indonesia, hukumnya wajib bagi

    An da. Karena kepemilikan SIM merupakan tanda bahwa

    Anda telah mendapatkan rekomendasi atau izin dari pejabat

    yang berwenang untuk mengendarai kendaraan bermotor

    di jalan. Selain itu, kepemilikan SIM juga merupakan tan-

    da bahwa An da telah menjalani ujian kelayakan untuk

    mengendarai ken daraan bermotor di jalan. Ujian ini sebe-

    narnya merupakan hal yang sangat penting untuk Anda

    mendapatkan SIM ka re na dengan ujian tersebut, Anda telah

    membuktikan bah wa Anda ketika mengendarai kendaraan

    bermotor di jalan, seti dak-tidaknya, menjamin bahwa Anda

    layak untuk mengen da rai kendaraan secara tertib dan tidak

    melanggar ram bu-rambu serta marka jalan sehingga akan

    mencegah terjadinya kecelakaan di jalan dan hal-hal lain

    yang tidak diinginkan.

    Sudah tentu untuk mendapatkan SIM tersebut kita ha-

    rus berurusan dengan prosedur-birokratis. Nah, ketika kita

    ber urusan dengan birokrasi pembuatan SIM ini, terkadang

    7Pungli dalam Pembuatan SIM

    pustaka-indo.blogspot.com

    http

    ://pu

    stak

    a-in

    do.b

    logs

    pot.c

    om

    http://pustaka-indo.blogspot.comhttp://pustaka-indo.blogspot.com

  • 45

    Ismantoro Dwi Yuwono, S.H.

    apa yang tertulis di atas kertas dengan kenyataannya se-

    ring kali kita menemui adanya titik seberang atau tidak se-

    per ti apa yang ditentukan secara tertulis. Misalnya, untuk

    biaya peng urusan SIM C, dalam ketentuan resminya, kita

    dibe bani untuk membayar Rp75.000,00 untuk pembuatan

    SIM C baru, se dangkan untuk perpanjangan SIM C dibebani

    biaya sebesar Rp60.000,00. Namun pada kenyataannya, ki-

    ta dibebankan un tuk membayar ini dan itu yang tidak ada

    da lam syarat-syarat dan prosedur yang telah ditentukan

    secara tertulis.

    Untuk masalah ini, penulis pernah mengalami sendiri

    ke tika mengurus perpanjangan SIM C pada suatu instansi

    ke po lisian yang mengurusi atau melayani perpanjangan SIM

    C. Salah satu syarat dari perpanjangan SIM C adalah di lam-

    pirkannya surat keterangan sehat (KIR) dari dokter pe me-

    rintah. Nah, sebelum penulis berangkat ke instansi terse but

    untuk mengurus perpanjangan SIM C, penulis terlebih da-

    hu lu bertandang ke Puskesmas untuk mengurus KIR dari

    dokter. Setelah KIR dokter diperoleh, barulah penulis datang

    ke instansi yang mengurusi perpanjangan SIM C tersebut.

    Na mun, apa yang terjadi ketika penulis menyerahkan KIR

    dok ter sebagai salah satu syarat bagi perpanjangan SIM C

    tersebut? Petugas yang bersangkutan menolaknya dan me-

    ngatakan bahwa penulis harus mengurusnya pada dokter

    yang telah ditunjuk. Siapa yang menunjuk? Tidak ada keje-

    las an karena pihak yang ditanya oleh penulis, tidak mau

    men jawab. Tapi yang pasti, penunjukan